KORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJAPUTRA ADI IRAWAN
Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh mahasiswa memiliki kadar glukosa normal sebanyak 24 responden (80%) dan sebanyak 6 responden memiliki kadar glukosa abnormal (20%). Kadar Rerata±SD gula darah responden sebesar 118,6±30,8 mg/dL dan durasi tidur responden sebesar 4,9±0,7 jam/ hari. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar glukosa darah dan durasi tidur responden (p>0,05 = 0,71: r = -0,072)
KORELASI KADAR GLUKOSA DARAH DAN KUALITAS TIDUR PADA REMAJAPUTRA ADI IRAWAN
Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh mahasiswa memiliki kadar glukosa normal sebanyak 24 responden (80%) dan sebanyak 6 responden memiliki kadar glukosa abnormal (20%). Kadar Rerata±SD gula darah responden sebesar 118,6±30,8 mg/dL dan durasi tidur responden sebesar 4,9±0,7 jam/ hari. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar glukosa darah dan durasi tidur responden (p>0,05 = 0,71: r = -0,072)
Golongan darah adalah sistem klasifikasi yang mengkategorikan darah berdasarkan ada tidaknya antigen dan antibodi tertentu di dalam darah. Sistem golongan darah yang paling umum adalah ABO dan Rh. Sistem ABO mengklasifikasikan darah menjadi empat kelompok: A, B, AB, dan O, berdasarkan ada tidaknya dua antigen (A dan B) pada permukaan sel darah merah. Sistem Rh mengklasifikasikan darah sebagai Rh-positif atau Rh-negatif berdasarkan ada tidaknya antigen lain yang disebut D.
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
7. Observasi warna dan kejernihan
Pengkajian bau urin
Kadar pH dan berat jenis
Tes Kimia; protein, glukosa, dan keton
(umumnya pd kasus proteinuria,
glukosuria, & ketonuria)
Pemeriksaan mikroskopik; sedimen sel darah merah (hematuria), sel
darah putih, slinder (silindruria), Kristal (kristaluria), pus (piuria), dan
mikroba.
Tes Kehamilan
Kasus toksikologi, obat-obatan, etc.
8. Urin sewaktu, diambil sewaktu saat
itu juga, u/ pemeriksaan urine secara
rutin.
Urine pagi diambil saat pagi hari ketika
pasien bangun tidur dan belum
mengonsumsi makanan apapun, u/
pemeriksaan sedimen, berat jenis, &
kehamilan.
Jenis sampel
9. Urin Post-Prandial diambil 1 - 2
jam stlh makan, u/ pemeriksaan
glukosa urin.
Urin 24 jam ditampung selama 24
jam, u/ analisa kuantitatif
Urin tiga gelas & dua gelas
sudah jarang dilakukan digunakan, u/
mengetahui adanya radang.
10. Urin pagi lebih dianjurkan krn lbh
pekat (terkonsentrasi) Berat Jenis,
Kehamilan, & Sedimen.
Buang urine yg pertama keluar, tampung
urin tengah (midstream)
U/ perempuan yg sedang menstruasi
sebaiknya tunda pemeriksaan urin
Kontaminasi urin
11. Spesimenkultur urine sebaiknya
dikumpulkan pagi hari.
Pasien sebaiknya diminta untuk
menahan kencing semalaman.
Spesimen urine dlm lab. mikrobiologi
sebaiknya segera diperiksa, atau
disimpan di lemari pendingin pada suhu
4ºC.
12. Spesimen diambil dgn prosedur bedah, misalnya
aspirasi suprapubik,
sistoskopi, atau kateterisasi.
Jika tidak memungkinkan,
laboratorium harus berpegang pada spesimen
urin porsi tengah (clean-catch
midstream urine), khususnya pada wanita dan
anak.
13. Semua spesimen harus
diproses di laboratorium dlm
waktu 2 jam stlh pengumpulan,
atau
Disimpan pd suhu 4°C sampai
dibawa ke laboratorium & diproses
tdk lbh dr 18 jam stlh koleksi.
14. Penundaanmenyebabkan;
1. Unsur-unsur sedimen mengalami kerusakan
dalam 2 jam
2. Asam urat dan fosfat yg semula larut,
mengendap sehingga mengaburkan
pemeriksaan mikroskopik elemen lain
3. Bakteri berkembang biak dan dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan
mikrobiologik
4.pH glukosa mungkin turun dan keton
menguap.
15. METODE KONVENSIONAL
Rx Esbach (Urin + Reagen Positif
bila keruh) untuk deteksi Alb. Urin
Rx Rothera, Rx Gerhardt (Urin
+ Reagen Perubahan Warna pada
batas cairan, Ungu kemerahan =
Positif) untuk deteksi keton.
Dsb.
16. GLUKOSA
Korelasi glukosa urin dgn glukosa serum
berguna dlm monitor & penyesuaian
terapi anti-diabetik.
Metode yg digunakan ex: Strip tes,
Benedict, Fehling, Nyalander, Etc.
Reduksi (+) = hiperglikemi
17. KETON
Zat keton (aseton, As. Asetoasetat, As. Beta Hidroksi
Butirat) sebaiknya dideteksi dgn urin segar,
krn mudah menguap.
Pemeriksaan konvensional umumnya
menggunakan reagen Rothera & Gerhardt dimana
Urin + Reagen Perubahan Warna pada batas cairan
(Ungu kemerahan = positif).
Pemeriksaan dilakukan pada pasein dgn gangguan
metabolisme berat
19. Keton ditemukan pada;
Gangguan kondisi metabolik seperti: diabetes
mellitus, ginjal
Glukosuria
Peningkatan kondisi metabolik seperti:
hipertiroidism, demam,
kehamilan & menyusui
Malnutrisi, diet
Pecandu Alkohol
20. PROTEIN
Protein urin; dihitung dr urin yg
dikumpulkan selama 24 jam---dipstick:
1) +1 = 100 mg/dL,
2) +2 = 300 mg/dL,
3) +4 = 1000 mg/dL.
Metode Esbach (Albumin) ; As. Pikrat
1% + As. Sitrat 2% + Urin,-----(+) = Keruh.
Metode Bence Jones (Protein
Patologis); As. asetat + Urin + Kalor,---> (+) =
Keruh.
21. Proteinuria bila lebih dari 300
mg/hari.
Hasil positif palsu dpt terjadi pd
pemakaian obat: penisilin dosis tinggi,
klorpromazin, tolbutamid, & golongan
sulfa.
32. REFERENSI
Kemenkes RI. (2011). Pedoman Interpretasi Data Klinik. JakartA.
WHO. (2012). Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium
Kesehatan, Ed. 2, Alih Bahasa: Chairlan & Lestari,Estu. EGC: Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 27 Tahun 2017
Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
Depkes RI. (2008). Pedoman Praktik Laboratorium yang Baik (Good
Laboratory Practice). Jakarta.
https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/urinalysis/about/pac-
20384907
https://medlineplus.gov/lab-tests/bilirubin-in-urine/
33. “Ilmu lebih utama dari harta
karena ilmu itu menjaga kamu,
kalau harta kamulah yang
menjaganya”
(Ali bin Abi Thalib )