SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
PENDEKATAN TATA LAKSANA
NUTRISI PADA LANSIA
M. Darma Muda Setia Sp.PD. FINASIM
Divisi Geriatri dan Gerontologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FK Unsyiah/RSUDZA Banda Aceh (2017)
PENDAHULUAN
– Diet seimbang adalah diet yang mengandung baik makronutrien maupun
mikronutrien yang dibutuhkan dan bila tidak dapat dipertahankan dapat
terjadi malnutrisi yang berdampak buruk bagi kesehatan dan
kesejahteraan seseorang
– National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III) : rerata
asupan energy harian pria 70 tahun ke atas sebesar 1800 Kkal/hari
sedangkan wanita 1400 Kkal/hari, namun terdapat lebih dari 10% usia
lanjut yang mengonsumsi makanan kurang dari 1000 Kkal/hari
– Penelitian multisenter oleh Setiati dkk di Indonesia yang melibatkan 702
pasien rawat jalan dari 10 rumah sakit Indonesia melaporkan bahwa
terdapat 56,7% subyek yang berisiko
MALNUTRISI
• Malnutrisi adalah suatu keadaan defisiensi, kelebihan, atau ketidakseimbangan protein, energy,
dan zat gizi lain yang dapat menyebabkan gangguan fungsi pada tubuh
• pengertian malnutrisi meliputi dua hal, yaitu kondisi gizi kurang atau gizi lebih
Penurunan BB ≥ 5% dalam 1 bulan terakhir
Konfirmasi adanya penurunan BB
Asupan kalori adekuat ?
Akses terhadap
ketersediaan pangan
adekuat?
• Faktor sosial
• Memerlukan bantuan
careiver
• Evaluasi “Meals of Wheels”
• Daycare (asuhan siang)
Adanya masalah oral
atau proses menelan
Perawatan gigi
Evaluasi lain sesuai Indikasi
Anoreksis
1. Depresi?
2. Medikasi?
3. Penyakit?
4. Digeusfa?
Malabsorbsi
• Gangguan metabolisme
• Endokrinopati
• Keganasan
• Infeksi
• Penyakit Jantung
• PPOK
Rawat Spesifik
penyakit
Tabel Malnutrisi dan Faktor Risiko Kemungkinan Penyebabnya
Faktor Asupan energy, protein, dan
Mikronutrien yang tidak memadai Kemungkinan Penyebab
Pembatasan asupan makanan/diet Diet bebas garam, upaya pelangsingan tubuh diabetes, menurunkan
kolestrol, diet rendah residu jangka panjang.
Sosio ekonomi
Pendapatan (income) rendah, akses yang rendah untuk
mendapatkan makanan (terisolasi secara sosial,
fasilitaspenyimpanan makanan yang tidak memadai), pengetahuan
tentang nutrisi rendah, ketergantungan kepada orang/pihak lain
(pelaku rawat atau institusi tertentu)
Psikologik, sosial, dan lingkungan Isolasi sosial, berduka, kesulitan finansial, terapi pengobatan,
perawatan dirumamh sakit, perubahan gaya hidup (masuk ke
institusi panti) depresi, gangguan perilaku
Penyakit akut/perawatan di Rumah Sakit
Kegagalan untuk memantau asupan makanan dan mencatat berat badan,
kegagalan untuk mempertimbangkan peningkatan kebutuhan metabolik,
kelaparan akibat iatrogenik (puasa/nothing peroral/NPO untuk prosedur
diagnostik), keterlambatan dalam memberikan dukungan gizi.
Kelainan dan gigi geligi
Gangguan mastikasi, kondisi gigi beligi yang buruk atau tidak tersusun baik,
kekeringan rongga mulut, kandidiasis orofaring , dll
Gangguan menelan Penyakit THT, penyakit neudrdegeneratif vaskular
Gangguan psikiatrik Sindrom depresi, gangguan perilaku
Demensia Penyakit alzheimer, demensia tipe lain
Terapi obat jangka panjang
Polifarmasi, kekeringan rongga mulut, disgeusia gangguan saluran cerna,
anoreksia, dan mengantuk akibat efek samping obat, terapi kortikosteroid
jangka panjang
Kelainan akut atau dekompensasi penyakit kronik
Nyeri, penyakit infeksi, hendaya akibat patah tulang, prosedur pembedahan,
konstipasi berat, ulkus dekubitus
Ketergantungan dalam aktivitas hidup sehari hari Ketergantungan dalam makan, ketergantungan dalam mobilitas
Tabel “Meals on Wheels” : penyebab Involuntary Weight Loss pada usia lanjut
M Medication effects (pengaruh obat)
E Emotional problems (masalah emosi terutama depresi)
A Anorexia nervosa, alcoholism (alkoholisme)
L Late-life paranoia (paranoid pada usia lanjut)
S Swallowing disorders (gangguan menelan)
O Oral factors (faktor rongga mulut, seperti karies, susunan gigi geligi yang buruk)
N No money (tidak memiliki uang)
W Wandering and other dementia-related behaviors (berkelana dan berbagai gangguan perilaku terkait demensia)
H Hyperthyroidism, Hypothyroidism, Hyperparathyroidism, Hypoadrenalism
E Enteric problems (masalah saluran cerna)
E Eating Problems (masalah makan, misalnya tidak mampu untuk makan secara Mandiri
L Low-salt, Low-choleterol diet (diet rendah garam, diet rendah koleterol)
S Stones, Social problems (masalah sosial seperti isolasi, tidak mampu untuk mendapatkan makanan yang diinginkan)
Tabel Dampak Penerunan Berat Badan dan Malnutrisi Energi dan Protein pada Orang Usia Lanjut
Dampak terhadap tubuh Keterangan
Penurunan fungsi otot Penurunan relaksasi otot
Penurunan massa otot
Penurunan kekuatan otot
Peningkatan risiko fraktur
Penurunan massa tulang
Peningkatan insiden jatuh
Disfungsi imun Peningkatan risiko infeksi
Penurunan hipersensitifitaa kulit
Limfositopenia sel-T
Penurunan sintesis interleukin-2
Penurunan aktifitas sel sitolitik
Penurunan respon vaksinasi influenza
Anemia
Penyembuhan luka yang buruk
Penyembuhan pasca pembedahan yang terhambat
Penurunan fungsi kognitif
Penurunan output kardiak
Penurunan cairan intravaskular (dehidrasi)
Peningkatan insiden ulkus dekubitus
Penurunan kapasitas pernapasan maksimal
Peningkatan rawat inap dan lama rawat
Peningkatan mortalitas
Penapisan status gizi
PENGKAJIAN STATUS GIZI DENGAN
INSTRUMEN
Mini Nutrisional Assesment (MNA)
MNA berisi 19 pertanyaan dengan skor maksimal 30
Terdiri dari 4 kelompok pertanyaan :
1. Pengukuran Antropometrik : IMT, LLA, dan Linkar Betis
2. Asupan makanan (8 pertanyaan terkait asupan makanan dan cairan, jumlah asupan,
dan kemampuan makan secara mandiri)
3. Penilaian global (6 pertanyaan terkait gaya hidup, obat-obatan, mobilitas, ada/tidak
stres akut,demensis, depresi)
4. Penilaian subjektif (persepsi pasien tentang kesehatan dan gizi)
MNA
Tabel 4. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan skor IMT
Indeks Massa Tubuh Klasifikasi
<90% berat badan ideal atau
IMT < 18,5kg/m2
Berat badan kurang
18,5 kg/m2 23,0 kg/m2 Normal
Berat badan ideal > 110%
atau 23 kg/m2 ≤ IMT < 25 kg/m2
Berat badan berlebih
>25 kg/m2 Obesitas
Tabel 5. Parameter Biokimiawi/Hematologik Untuk menentukan Risiko Malnutrisi
Parameter Kadar yang Berisiko Keterangan
Albumin serum <3,5 g/dL Waktu paruh 21 hari, tidak berespons
terhadap perubahan asupan protein dan
energi dalam jangka pendek.
Jumlah limfosit total <1500 sel/mm3 Menurun pada penyakit tertentu atau
efek samping obat
Transferrin serum <140 mg/dL Waktu paruh 7 hari, lebih sensitive pada
kondisi malnutrisi protein – energi dini,
namun tidak dapat diandalkan pada
kondisi defisiensi zat besi, hipoksemia,
infeksi kronik, dan penyakit hati
Prealbumin serum <17 mg/dL Waktu paruh 23 hari untuk deteksi
penurunan status gizi akut. Lebih superior
untuk skrinning
TIBC <250 mcg/dL
Kolestrol serum <150 mg/dL Lebih mencerminkan inflamasi disbanding
malnutrisi
Hb < 12 (perempuan)
<13 (laki-laki)
Anemia dapat disebabkan oleh berbagai
hal, seperti pendarahan atau hemolitik
Pemeriksaan fisik terkait status gizi meliputi identifikasi
TATA LAKSANA ASUHAN GIZI
 Secara garis besar, tata laksana dukungan asuhan gizi bagi
pasien mainutrisi terdiri atas 2 pilar, yaitu tata laksana
penyebab mainutrisi dan perbaikan status gizi
 Tata laksana penyebab mainutrisi dilakukan dengan
mengidentifikasi dan mengatasi faktor penyebab kehilangan
berat badan yang terjadi
 Pilar kedua yaitu perbaikan status gizi yang dilakukan
dengan menerapkan strategi dukungan gizi. Kebutuhan gizi
berfariasi antar subjek, bergantung pada kebutuhan
individual serta penyakit yang mendasari
Kebutuhan energi (kalori)
Kebutuhan protein
Kondisi Kebutuhan protein (gram/kg BB)
Stres metabolik
- Ringan
- Sedang sampai berat
Ulkus dekubitus
- Stadium I dan II
- Stadium III
- Stadium IV
Deplesi protein
- Ringan (albumin 2,8 3,5 g/dL)
- Sedang (albumin 2,1 – 2,7 g/dL)
- Berat (albumin < 2,0 g/dL)
1,2 – 1,5
1,5 – 2,0
1,25 – 1,5
1,5 – 1,75
1,75 – 2,0
1,0 – 1,2
1,2 – 1,5
1,5 – 2,0
Kebutuhan cairan usia lanjut dapat dihitung berdasarkan berat badan, yaitu 25-30 mL/kg
JALUR PEMBERIAN NUTRISI
 Diusahakan agar pemberian nutrisi dilakukan sealamiah dan
sefisiologis mungkin
 Bila memungkinkan, pemberian nutrisi secara oral merupakan
pilihan utama untuk dukungan nutrisi pada pasien lansia dengan
risiko mainutrisi
 Namun, bila asupan gizi melalui oral tidak dapat diberikan atau tidak
adekuat, pemberian nutrisi dilakukan secara enternal
 Namun, pasien dengan fungsi sauran cerna yang tidak dapat
digunakan atau bila nutrisi enternal tidak dapat mencapai nutrisi
yang adekuat, nutrisi parenteral perlu dipertimbangkan
DEMENSIA
GANGGUAN MENELAN
• Gangguan menelan dapat disebabkan karena gangguan neurogenik atau mekanik dengan
manifestasi tidak mampu menelan makanan cair dan atau padat.
• pendekatan multidisiplin termasuk tatalaksana medis dan jika diperlukan dilakukan tindakan
pembedahan untuk penyakit penyebab. Selain itu juga penting dilakukan edukasi diet (sesuai
dengan jenis gangggan menelan) dan latihan menelan
• pemberian modifikasi diet (bubur atau pengentalan cairan) yang dierikan untuk menghindari risiko
aspirasi tidak cukup
• untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien, maka dapat diberikan nutrisi enteral lewat selang
nasogastrik.
• Jika gangguan menelan berlangsung lebih dari 2 minggu, nutrisi enteral harus diberikan lewat
gastrostomy (PEG).
DEPRESI
KANKER
• stadium lanjut biasanya kehilangan nafsu makan. Karena gangguan menelan yang dialami. Sulit
mencapai asupan gizi adekuat stadium lanjut sehingga diupayakan keinginan/kemauan pasien
untuk makan
• Pasien kanker yang mengalarni mukositis berat dan radiasi berat perlu mendapatkan nutrisi
parenterai
• pada pasien kaheksia yang perlu nutrisi parenteral diperlukan formula yang tinggi lemak.
Nutrisi parenteral jangka panjang dipertimbangkan pada pasien yang asupan gizi enteral tidak
mencukupi yang diprediksi lebih dari 3 bulan
Jenis obat kanker Interaksi dengan makanan
Bexarotene
Bexarotene
Plicamycin
Procarbazine
Temozolomide
Jus anggur dapat meningkatkan efek Obat
Alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan liver
Suplemen kalsium dan vitamin D dapat menurunkan efek obat
Alkohol dapat menyebabkan sakit kepala,mual, muntah,gangguan
nafas. Kafein meningkatkan tekanan darah
Makanan memperlambat atau mengurangi efek obat
PPOK
• Potensial menyebabkan malnutrisi yang berat. Secara umum pasien diedukasi untuk makan
dalam porsi kecil namun sering, meningkatkan lemak agar produksi karbon dioksida dapat
berkurang, minum dalam yang cukup untuk menjaga status hidrasi dan menjaga konsistensi
sekret nafas dan menghindari peningkatan berat badan berlebih
• (misalnya teofilin) yang dapat menyebabkan anoreksia dan mual, derivat kromolin atau sodium
neodoromil yang menimbulkan efek yang sama dan kortikosteroid  meningkatkan nafsu
makan, demineralisasi tulang dan wasting lean body mass
SARKOPENIA
• Untuk memaksimalkan sintesis protein otot, asupan protein 25-30 gram protein dengan
kualitas tinggi per kali makan (setara dengan 10 g asam amino esensial)
• Leusin, suatu insulin secretagogue, dapat meningkatkan sintesis protein otot, sehingga
suplementasi leusin ke dalam asupan makanan dapat mencegah terjadinya sarkopenia
STROKE DAN HIPERTENSI
• Semua pasien stroke sebaiknya menjalani evaluasi fungsi menelan dalam 24 jam
pertama. Bila pasien diidentifikasi memiliki masalah menelan misalnya disfagia
atau memiliki risiko pneumonia aspirasi, pasien harus dirujuk untuk pemeriksaan
fungsi menelan yang lebih menyeluruh
• pada pasien yang tidak mampu menerima nutrisi oral upayakan untuk
mendapatkan nutrisi enteral baik dengan pemasangan selang nasogastrik atau
selang percutaneus endoscopic gastrostomy (PEG)
• Penelltian menunjukkan bahwa pola makan sesuai dengan Dietary Allowance to
Stop Hypertension (DASH) dapat menurunkan tekanan darah hingga 8-14 mmHg.
• 2100 Kkal terdiri atas 55% karbohidrat. 18% protein, 27% total lemak, 6% asam
lemak jenuh, 150 mg kolesterol, 1,5 gram garam, 4,7 gram kalium, 1,25 gram
kalsium, 500 mg magnesiun dan 30 gram serat.
• Prinsip DASH adalah pola makan yang tinggi serat dengan banyak asupan sayur
dan buah.
Gangguan Fungsi Hati dan ginjal
• Pemasangan PEG tidak direkomendasikan karena tingginya komplikasi yang mungkin timbul.
Formula tinggi protein yang diperkaya dengan asam amino rantai cabang bermanfaat pada pasien
sirosis hepatis terutama dengan ensefalopati hepatikum
• gangguan fungsi ginjal, jumlah kebutuhan protein 0,6-0,8 gram/KgBB/hari
• asupan kalori yang direkomendasikan adalah 35 kkal/kgBB/hari  keseimbangan nitrogen yang
lebih
• Apabila direncanakan pemberian nutrisi enteral lebih dari 5 hari, berikan formula rendah protein
dengan pembatasanelektrolit
• Pemberian asam amino esensial dengan formula rendah protein dapat memertahankan fungsi
ginjal lebih lama
Kondisi Kritis
• Pasien yang diprediksi tidak mendapatkan nutrisi oral > 3 hari langsung diberikan nutrisi
enteral
• Pada awal fase kritis diperlukan 20-25 Kkal/kgBB/hari  pada fase anabolik diperlukan 25-30
Kkal/kgBB/hari
• Bila target tidak dapat tercapai dapat dipertimbangkan pemberian nutrisi parenteral
• Pemberian nutrisi parenteral yang tidak terlalu awal (setelah hari ke-8) terbukti menunjukkan
perbaikan yang lebih cepat dan komplikasi yang lebih sedikit dibandingkan bila dimulai dini (48
jam pertama saat pasien masuk ICU)
ALOGARITME PEMBERIAN DUKUNGAN NUTRISI
Kebutuhan gizi dapat dipenuhi dengan
asupan per oral ?
Pemantauan Saluran cerna berfungsi?
Nutrisi Enteral Nutrisi Parenteral
Jangka panjang
( > 6 minggu )
Risiko aspirasi :
• Selang nasoduodenal/
nasojejunal
Risiko asprasi :
• Selang nasogatrik
• PEG
• Gastrostomi
• Jejunostomi
Jangka pendek
( < 6 minggu )
Nutrisi parenteral
akses vena senteral
Jangka pendek
Jangka panjang
Nutrisi parenteral
akses vena perifer
YA TIDAK
YA TIDAK
- Malnutrisi adalah masalah utama pasien lanjut
usia (>65 tahun) yang dirawat di Rumah Sakit.
- Diagnosis malnutrisi pada pasien lanjut usia masih
sering missed, disebabkan distribusi pengetahuan
yang kurang baik atau klinisi terlalu fokus
mengobservasi diagnosis utama pasien.
- Dengan tingkat kepahaman yang tinggi serta
manajemen nutrisi secara holistik pada pasien
geriatri kita akan dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas secara signifikan
OPTIMAL NUTRITION FOR THE ELDERLY

More Related Content

Similar to OPTIMAL NUTRITION FOR THE ELDERLY

Similar to OPTIMAL NUTRITION FOR THE ELDERLY (20)

Proses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinyaProses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinya
 
Asuhan keperawatan dm bu yani
Asuhan keperawatan dm bu yaniAsuhan keperawatan dm bu yani
Asuhan keperawatan dm bu yani
 
Modul 4
Modul 4Modul 4
Modul 4
 
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisiAsuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
 
Asuhan keperawatan diabetes millitus
Asuhan keperawatan diabetes millitusAsuhan keperawatan diabetes millitus
Asuhan keperawatan diabetes millitus
 
Makala diet untuk penyakit diabetes melitus
Makala diet untuk penyakit diabetes melitusMakala diet untuk penyakit diabetes melitus
Makala diet untuk penyakit diabetes melitus
 
Klb
KlbKlb
Klb
 
Askep nutrisi 2011
Askep nutrisi 2011Askep nutrisi 2011
Askep nutrisi 2011
 
Chapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi BurukChapter II Gizi Buruk
Chapter II Gizi Buruk
 
Studi Kasus Dietetik SCB.pptx
Studi Kasus Dietetik SCB.pptxStudi Kasus Dietetik SCB.pptx
Studi Kasus Dietetik SCB.pptx
 
54098757 asuhan-keperawatan-lansia
54098757 asuhan-keperawatan-lansia54098757 asuhan-keperawatan-lansia
54098757 asuhan-keperawatan-lansia
 
Askep nutrisi
Askep nutrisiAskep nutrisi
Askep nutrisi
 
Pbl 1 malnutrition
Pbl 1 malnutritionPbl 1 malnutrition
Pbl 1 malnutrition
 
Resita tobing asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem endokrin diabete...
Resita tobing asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem endokrin diabete...Resita tobing asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem endokrin diabete...
Resita tobing asuhan keperawatan lanjut usia gangguan sistem endokrin diabete...
 
Dasar dietetik
Dasar dietetikDasar dietetik
Dasar dietetik
 
Modul 3
Modul 3Modul 3
Modul 3
 
STUNTING.pptx
STUNTING.pptxSTUNTING.pptx
STUNTING.pptx
 
Askep dm
Askep dmAskep dm
Askep dm
 
Terapi Nutrisi Pasien Kanker
Terapi Nutrisi Pasien KankerTerapi Nutrisi Pasien Kanker
Terapi Nutrisi Pasien Kanker
 
ASKEP Diabetes mellitus
ASKEP Diabetes mellitusASKEP Diabetes mellitus
ASKEP Diabetes mellitus
 

More from FinnyOktaria

More from FinnyOktaria (9)

L.pptx
L.pptxL.pptx
L.pptx
 
fggh
fgghfggh
fggh
 
ssd
ssdssd
ssd
 
dd
dddd
dd
 
Diuretik.pptx
Diuretik.pptxDiuretik.pptx
Diuretik.pptx
 
agda.pptx
agda.pptxagda.pptx
agda.pptx
 
Belajar i.pptx
 Belajar i.pptx Belajar i.pptx
Belajar i.pptx
 
belajar.pdf
belajar.pdfbelajar.pdf
belajar.pdf
 
The effect of vitamin D add-on therapy on the improvement of.pdf
The effect of vitamin D add-on therapy on the improvement of.pdfThe effect of vitamin D add-on therapy on the improvement of.pdf
The effect of vitamin D add-on therapy on the improvement of.pdf
 

Recently uploaded

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 

OPTIMAL NUTRITION FOR THE ELDERLY

  • 1. PENDEKATAN TATA LAKSANA NUTRISI PADA LANSIA M. Darma Muda Setia Sp.PD. FINASIM Divisi Geriatri dan Gerontologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah/RSUDZA Banda Aceh (2017)
  • 2. PENDAHULUAN – Diet seimbang adalah diet yang mengandung baik makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan dan bila tidak dapat dipertahankan dapat terjadi malnutrisi yang berdampak buruk bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang – National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III) : rerata asupan energy harian pria 70 tahun ke atas sebesar 1800 Kkal/hari sedangkan wanita 1400 Kkal/hari, namun terdapat lebih dari 10% usia lanjut yang mengonsumsi makanan kurang dari 1000 Kkal/hari – Penelitian multisenter oleh Setiati dkk di Indonesia yang melibatkan 702 pasien rawat jalan dari 10 rumah sakit Indonesia melaporkan bahwa terdapat 56,7% subyek yang berisiko
  • 3. MALNUTRISI • Malnutrisi adalah suatu keadaan defisiensi, kelebihan, atau ketidakseimbangan protein, energy, dan zat gizi lain yang dapat menyebabkan gangguan fungsi pada tubuh • pengertian malnutrisi meliputi dua hal, yaitu kondisi gizi kurang atau gizi lebih
  • 4. Penurunan BB ≥ 5% dalam 1 bulan terakhir Konfirmasi adanya penurunan BB Asupan kalori adekuat ? Akses terhadap ketersediaan pangan adekuat? • Faktor sosial • Memerlukan bantuan careiver • Evaluasi “Meals of Wheels” • Daycare (asuhan siang) Adanya masalah oral atau proses menelan Perawatan gigi Evaluasi lain sesuai Indikasi Anoreksis 1. Depresi? 2. Medikasi? 3. Penyakit? 4. Digeusfa? Malabsorbsi • Gangguan metabolisme • Endokrinopati • Keganasan • Infeksi • Penyakit Jantung • PPOK Rawat Spesifik penyakit
  • 5. Tabel Malnutrisi dan Faktor Risiko Kemungkinan Penyebabnya Faktor Asupan energy, protein, dan Mikronutrien yang tidak memadai Kemungkinan Penyebab Pembatasan asupan makanan/diet Diet bebas garam, upaya pelangsingan tubuh diabetes, menurunkan kolestrol, diet rendah residu jangka panjang. Sosio ekonomi Pendapatan (income) rendah, akses yang rendah untuk mendapatkan makanan (terisolasi secara sosial, fasilitaspenyimpanan makanan yang tidak memadai), pengetahuan tentang nutrisi rendah, ketergantungan kepada orang/pihak lain (pelaku rawat atau institusi tertentu) Psikologik, sosial, dan lingkungan Isolasi sosial, berduka, kesulitan finansial, terapi pengobatan, perawatan dirumamh sakit, perubahan gaya hidup (masuk ke institusi panti) depresi, gangguan perilaku Penyakit akut/perawatan di Rumah Sakit Kegagalan untuk memantau asupan makanan dan mencatat berat badan, kegagalan untuk mempertimbangkan peningkatan kebutuhan metabolik, kelaparan akibat iatrogenik (puasa/nothing peroral/NPO untuk prosedur diagnostik), keterlambatan dalam memberikan dukungan gizi.
  • 6. Kelainan dan gigi geligi Gangguan mastikasi, kondisi gigi beligi yang buruk atau tidak tersusun baik, kekeringan rongga mulut, kandidiasis orofaring , dll Gangguan menelan Penyakit THT, penyakit neudrdegeneratif vaskular Gangguan psikiatrik Sindrom depresi, gangguan perilaku Demensia Penyakit alzheimer, demensia tipe lain Terapi obat jangka panjang Polifarmasi, kekeringan rongga mulut, disgeusia gangguan saluran cerna, anoreksia, dan mengantuk akibat efek samping obat, terapi kortikosteroid jangka panjang Kelainan akut atau dekompensasi penyakit kronik Nyeri, penyakit infeksi, hendaya akibat patah tulang, prosedur pembedahan, konstipasi berat, ulkus dekubitus Ketergantungan dalam aktivitas hidup sehari hari Ketergantungan dalam makan, ketergantungan dalam mobilitas
  • 7. Tabel “Meals on Wheels” : penyebab Involuntary Weight Loss pada usia lanjut M Medication effects (pengaruh obat) E Emotional problems (masalah emosi terutama depresi) A Anorexia nervosa, alcoholism (alkoholisme) L Late-life paranoia (paranoid pada usia lanjut) S Swallowing disorders (gangguan menelan) O Oral factors (faktor rongga mulut, seperti karies, susunan gigi geligi yang buruk) N No money (tidak memiliki uang) W Wandering and other dementia-related behaviors (berkelana dan berbagai gangguan perilaku terkait demensia) H Hyperthyroidism, Hypothyroidism, Hyperparathyroidism, Hypoadrenalism E Enteric problems (masalah saluran cerna) E Eating Problems (masalah makan, misalnya tidak mampu untuk makan secara Mandiri L Low-salt, Low-choleterol diet (diet rendah garam, diet rendah koleterol) S Stones, Social problems (masalah sosial seperti isolasi, tidak mampu untuk mendapatkan makanan yang diinginkan)
  • 8. Tabel Dampak Penerunan Berat Badan dan Malnutrisi Energi dan Protein pada Orang Usia Lanjut Dampak terhadap tubuh Keterangan Penurunan fungsi otot Penurunan relaksasi otot Penurunan massa otot Penurunan kekuatan otot Peningkatan risiko fraktur Penurunan massa tulang Peningkatan insiden jatuh Disfungsi imun Peningkatan risiko infeksi Penurunan hipersensitifitaa kulit Limfositopenia sel-T Penurunan sintesis interleukin-2 Penurunan aktifitas sel sitolitik Penurunan respon vaksinasi influenza Anemia Penyembuhan luka yang buruk Penyembuhan pasca pembedahan yang terhambat Penurunan fungsi kognitif Penurunan output kardiak Penurunan cairan intravaskular (dehidrasi) Peningkatan insiden ulkus dekubitus Penurunan kapasitas pernapasan maksimal Peningkatan rawat inap dan lama rawat Peningkatan mortalitas
  • 10. PENGKAJIAN STATUS GIZI DENGAN INSTRUMEN Mini Nutrisional Assesment (MNA) MNA berisi 19 pertanyaan dengan skor maksimal 30 Terdiri dari 4 kelompok pertanyaan : 1. Pengukuran Antropometrik : IMT, LLA, dan Linkar Betis 2. Asupan makanan (8 pertanyaan terkait asupan makanan dan cairan, jumlah asupan, dan kemampuan makan secara mandiri) 3. Penilaian global (6 pertanyaan terkait gaya hidup, obat-obatan, mobilitas, ada/tidak stres akut,demensis, depresi) 4. Penilaian subjektif (persepsi pasien tentang kesehatan dan gizi)
  • 11. MNA
  • 12. Tabel 4. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan skor IMT Indeks Massa Tubuh Klasifikasi <90% berat badan ideal atau IMT < 18,5kg/m2 Berat badan kurang 18,5 kg/m2 23,0 kg/m2 Normal Berat badan ideal > 110% atau 23 kg/m2 ≤ IMT < 25 kg/m2 Berat badan berlebih >25 kg/m2 Obesitas
  • 13. Tabel 5. Parameter Biokimiawi/Hematologik Untuk menentukan Risiko Malnutrisi Parameter Kadar yang Berisiko Keterangan Albumin serum <3,5 g/dL Waktu paruh 21 hari, tidak berespons terhadap perubahan asupan protein dan energi dalam jangka pendek. Jumlah limfosit total <1500 sel/mm3 Menurun pada penyakit tertentu atau efek samping obat Transferrin serum <140 mg/dL Waktu paruh 7 hari, lebih sensitive pada kondisi malnutrisi protein – energi dini, namun tidak dapat diandalkan pada kondisi defisiensi zat besi, hipoksemia, infeksi kronik, dan penyakit hati Prealbumin serum <17 mg/dL Waktu paruh 23 hari untuk deteksi penurunan status gizi akut. Lebih superior untuk skrinning TIBC <250 mcg/dL Kolestrol serum <150 mg/dL Lebih mencerminkan inflamasi disbanding malnutrisi Hb < 12 (perempuan) <13 (laki-laki) Anemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti pendarahan atau hemolitik
  • 14. Pemeriksaan fisik terkait status gizi meliputi identifikasi
  • 15.
  • 16. TATA LAKSANA ASUHAN GIZI  Secara garis besar, tata laksana dukungan asuhan gizi bagi pasien mainutrisi terdiri atas 2 pilar, yaitu tata laksana penyebab mainutrisi dan perbaikan status gizi  Tata laksana penyebab mainutrisi dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengatasi faktor penyebab kehilangan berat badan yang terjadi  Pilar kedua yaitu perbaikan status gizi yang dilakukan dengan menerapkan strategi dukungan gizi. Kebutuhan gizi berfariasi antar subjek, bergantung pada kebutuhan individual serta penyakit yang mendasari
  • 18. Kebutuhan protein Kondisi Kebutuhan protein (gram/kg BB) Stres metabolik - Ringan - Sedang sampai berat Ulkus dekubitus - Stadium I dan II - Stadium III - Stadium IV Deplesi protein - Ringan (albumin 2,8 3,5 g/dL) - Sedang (albumin 2,1 – 2,7 g/dL) - Berat (albumin < 2,0 g/dL) 1,2 – 1,5 1,5 – 2,0 1,25 – 1,5 1,5 – 1,75 1,75 – 2,0 1,0 – 1,2 1,2 – 1,5 1,5 – 2,0
  • 19. Kebutuhan cairan usia lanjut dapat dihitung berdasarkan berat badan, yaitu 25-30 mL/kg
  • 20. JALUR PEMBERIAN NUTRISI  Diusahakan agar pemberian nutrisi dilakukan sealamiah dan sefisiologis mungkin  Bila memungkinkan, pemberian nutrisi secara oral merupakan pilihan utama untuk dukungan nutrisi pada pasien lansia dengan risiko mainutrisi  Namun, bila asupan gizi melalui oral tidak dapat diberikan atau tidak adekuat, pemberian nutrisi dilakukan secara enternal  Namun, pasien dengan fungsi sauran cerna yang tidak dapat digunakan atau bila nutrisi enternal tidak dapat mencapai nutrisi yang adekuat, nutrisi parenteral perlu dipertimbangkan
  • 21.
  • 23. GANGGUAN MENELAN • Gangguan menelan dapat disebabkan karena gangguan neurogenik atau mekanik dengan manifestasi tidak mampu menelan makanan cair dan atau padat. • pendekatan multidisiplin termasuk tatalaksana medis dan jika diperlukan dilakukan tindakan pembedahan untuk penyakit penyebab. Selain itu juga penting dilakukan edukasi diet (sesuai dengan jenis gangggan menelan) dan latihan menelan • pemberian modifikasi diet (bubur atau pengentalan cairan) yang dierikan untuk menghindari risiko aspirasi tidak cukup • untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien, maka dapat diberikan nutrisi enteral lewat selang nasogastrik. • Jika gangguan menelan berlangsung lebih dari 2 minggu, nutrisi enteral harus diberikan lewat gastrostomy (PEG).
  • 25. KANKER • stadium lanjut biasanya kehilangan nafsu makan. Karena gangguan menelan yang dialami. Sulit mencapai asupan gizi adekuat stadium lanjut sehingga diupayakan keinginan/kemauan pasien untuk makan • Pasien kanker yang mengalarni mukositis berat dan radiasi berat perlu mendapatkan nutrisi parenterai • pada pasien kaheksia yang perlu nutrisi parenteral diperlukan formula yang tinggi lemak. Nutrisi parenteral jangka panjang dipertimbangkan pada pasien yang asupan gizi enteral tidak mencukupi yang diprediksi lebih dari 3 bulan
  • 26. Jenis obat kanker Interaksi dengan makanan Bexarotene Bexarotene Plicamycin Procarbazine Temozolomide Jus anggur dapat meningkatkan efek Obat Alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan liver Suplemen kalsium dan vitamin D dapat menurunkan efek obat Alkohol dapat menyebabkan sakit kepala,mual, muntah,gangguan nafas. Kafein meningkatkan tekanan darah Makanan memperlambat atau mengurangi efek obat
  • 27. PPOK • Potensial menyebabkan malnutrisi yang berat. Secara umum pasien diedukasi untuk makan dalam porsi kecil namun sering, meningkatkan lemak agar produksi karbon dioksida dapat berkurang, minum dalam yang cukup untuk menjaga status hidrasi dan menjaga konsistensi sekret nafas dan menghindari peningkatan berat badan berlebih • (misalnya teofilin) yang dapat menyebabkan anoreksia dan mual, derivat kromolin atau sodium neodoromil yang menimbulkan efek yang sama dan kortikosteroid  meningkatkan nafsu makan, demineralisasi tulang dan wasting lean body mass
  • 28. SARKOPENIA • Untuk memaksimalkan sintesis protein otot, asupan protein 25-30 gram protein dengan kualitas tinggi per kali makan (setara dengan 10 g asam amino esensial) • Leusin, suatu insulin secretagogue, dapat meningkatkan sintesis protein otot, sehingga suplementasi leusin ke dalam asupan makanan dapat mencegah terjadinya sarkopenia
  • 29. STROKE DAN HIPERTENSI • Semua pasien stroke sebaiknya menjalani evaluasi fungsi menelan dalam 24 jam pertama. Bila pasien diidentifikasi memiliki masalah menelan misalnya disfagia atau memiliki risiko pneumonia aspirasi, pasien harus dirujuk untuk pemeriksaan fungsi menelan yang lebih menyeluruh • pada pasien yang tidak mampu menerima nutrisi oral upayakan untuk mendapatkan nutrisi enteral baik dengan pemasangan selang nasogastrik atau selang percutaneus endoscopic gastrostomy (PEG) • Penelltian menunjukkan bahwa pola makan sesuai dengan Dietary Allowance to Stop Hypertension (DASH) dapat menurunkan tekanan darah hingga 8-14 mmHg. • 2100 Kkal terdiri atas 55% karbohidrat. 18% protein, 27% total lemak, 6% asam lemak jenuh, 150 mg kolesterol, 1,5 gram garam, 4,7 gram kalium, 1,25 gram kalsium, 500 mg magnesiun dan 30 gram serat. • Prinsip DASH adalah pola makan yang tinggi serat dengan banyak asupan sayur dan buah.
  • 30. Gangguan Fungsi Hati dan ginjal • Pemasangan PEG tidak direkomendasikan karena tingginya komplikasi yang mungkin timbul. Formula tinggi protein yang diperkaya dengan asam amino rantai cabang bermanfaat pada pasien sirosis hepatis terutama dengan ensefalopati hepatikum • gangguan fungsi ginjal, jumlah kebutuhan protein 0,6-0,8 gram/KgBB/hari • asupan kalori yang direkomendasikan adalah 35 kkal/kgBB/hari  keseimbangan nitrogen yang lebih • Apabila direncanakan pemberian nutrisi enteral lebih dari 5 hari, berikan formula rendah protein dengan pembatasanelektrolit • Pemberian asam amino esensial dengan formula rendah protein dapat memertahankan fungsi ginjal lebih lama
  • 31. Kondisi Kritis • Pasien yang diprediksi tidak mendapatkan nutrisi oral > 3 hari langsung diberikan nutrisi enteral • Pada awal fase kritis diperlukan 20-25 Kkal/kgBB/hari  pada fase anabolik diperlukan 25-30 Kkal/kgBB/hari • Bila target tidak dapat tercapai dapat dipertimbangkan pemberian nutrisi parenteral • Pemberian nutrisi parenteral yang tidak terlalu awal (setelah hari ke-8) terbukti menunjukkan perbaikan yang lebih cepat dan komplikasi yang lebih sedikit dibandingkan bila dimulai dini (48 jam pertama saat pasien masuk ICU)
  • 32.
  • 33. ALOGARITME PEMBERIAN DUKUNGAN NUTRISI Kebutuhan gizi dapat dipenuhi dengan asupan per oral ? Pemantauan Saluran cerna berfungsi? Nutrisi Enteral Nutrisi Parenteral Jangka panjang ( > 6 minggu ) Risiko aspirasi : • Selang nasoduodenal/ nasojejunal Risiko asprasi : • Selang nasogatrik • PEG • Gastrostomi • Jejunostomi Jangka pendek ( < 6 minggu ) Nutrisi parenteral akses vena senteral Jangka pendek Jangka panjang Nutrisi parenteral akses vena perifer YA TIDAK YA TIDAK
  • 34. - Malnutrisi adalah masalah utama pasien lanjut usia (>65 tahun) yang dirawat di Rumah Sakit. - Diagnosis malnutrisi pada pasien lanjut usia masih sering missed, disebabkan distribusi pengetahuan yang kurang baik atau klinisi terlalu fokus mengobservasi diagnosis utama pasien. - Dengan tingkat kepahaman yang tinggi serta manajemen nutrisi secara holistik pada pasien geriatri kita akan dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas secara signifikan