SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
REFERAT
DESEMBER 2023
SMF/BAGIAN ANESTESI
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN HEWAN
DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK
SMF/BAGIAN ANESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES
KUPANG
2023
TATALAKSANA SYOK ANAFILAKSIS
Disusun Oleh:
Anastasia Emma R. Sumbayak, S. Ked
(2208022024)
Pembimbing:
dr. I Made Artawan, M.Biomed, Sp.An
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
European Academy of Allergology and Clinical Immunology Nomenclature Committee :
anafilaksis adalah reaksi hipersensitivitas yang berat, mengancam nyawa, bersifat general
atau sistemik.
progresivitas perburukan yang cepat dan mengancam nyawa pada jalan napas dan/atau
pernapasan dan/atau sirkulasi dan umumnya disertai perubahan pada kulit dan mukosa.
Syok Anafilaksis
Pendahuluan
• Manifestasi klinis syok anafilaksi sangat beragam. Walaupun demikian,
tanda yang paling sering muncul adalah gejala pada kulit berupa
angioedema, urtikaria, eritema dan pruritus, Pemberian epinefrin
intramuskular sedini mungkin pada paha lateral merupakan terapi lini
pertama, walaupun diagnosis belum pasti.
• Setelah penanganan fase akut anafilaksis, pasien harus dibservasi selama
periode waktu tertentu karena resiko munculnya respon bifasik atau
kemungkinan reaksi ulangan kettika efek epinefrin hilang. Para ahli
merekomendasikan observasi sebaiknya dilakukan 4 sampai 6 jam
setelah reaksi anafilaksis dan observasi yang lebih lama pada gejala berat
atau refrakter.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Global : “suatu reaksi hipersensitivitas general atau sistemik yang serius dan mengancam
nyawa” dan : sebuah reaksi alergi yang serius dengan onset cepat dan dapat
menyebabkan kematian.”
European Academy of Allergology and Clinical Immunology Nomenclature Committee
mendefinisikan bahwa anafilaksis adalah reaksi hipersensitivitas yang berat, mengancam
nyawa, bersifat general atau sistemik
WHO menyatakan bahwa istilah “reaksi anafilaktoid” telah dieliminasi,dan semua episode
klinis yang menyerupai reaksi yang dimediasi IgE disebut anafilaksis.
Epidemiologi
• Secara global, prevalensi
anafilaksis seluruh dunia
adalah 1-3% dengan
kecenderungan peningkatan
prevalensi seiring waktu.
Di Indonesia sendiri belum
terdapat data yang secara
spesifik meneliti mengenai
epidemiologi anafilaksis.
Di Amerika Serikat pada tahun
2019, anafilaksis rekuren terjadi
pada 9,64% populasi dewasa dan
15,75% pada anak.
Angka mortalitas masih cukup
rendah
Angka mortalitas seluruh dunia
berada pada kisaran 0,5 hingga 1
per juta penduduk
Laki-laki >> perempuan
Dapat terjadi pada semua usia,
terbanyak remaja (68,42%)
Gejala urtikaria adalah gejala
paling umum (98,68%) diikuti
dengan gejala respirasi,
angioedema, dan gastrointestinal
ETIOLOGI
• Makanan
• Lateks alami
• Cairan seminal
• Alergen ekstrak imunoterapi
(vaksin)
• Obat-obatan
• Gigitan serangga
• Idiopatik
PATOFISIOLOGI
Manifestasi Klinis
Lesu, lemah, rasa tidak enak
pada dada dan perut, gatal di
hidung dan palatum.
Gatal di hidung, bersin, hidung
tersumbat, batuk, mengi, suara
serak, edema laring, spasme
laring, spasme bronkus, sesak
Disfagia, mual muntah, kram
perut, diare, peningkatan
peristaltik usus.
Gatal-gatal, urtikaria,
angioedema pada wajah, bibir,
ekstremitas.
Prodromal Respiratori Kardiovaskular
Vasodilatasi, takikardi, hipotensi,
aritmia. EKG : Flat T, T inverted,
atau tanda tanda infark miokard
Gastrointestinal Kulit
Anafilaksis terdiri dari kombinasi berbagai gejala yang bisa muncul beberapa detik, menit, sampai beberapa jam setelah
terpapar alergen. Manifestasi klinis anafilaksis yang sangat bervariasi terjadi sebagai akibat berbagai macam mediator
yang dilepaskan dari sel mastosit jaringan dan basofil yang memiliki sensitivitas yang berbeda pada setiap organ yang
dipengaruhinya.
Diagnosis
Bila terdapat 1 dari 3 kriteria yang dipenuhi setelah terekspos alergen :
1 Onset akut (menit hingga jam) dengan keterlibatan kulit, mukosa, atau keduanya (misalnya: kemerahan selutruh tubuh, pruritus, rasa
panas, bibir-lidah-uvula bengkak) dan minimal 1 dari berikut:
a) Gangguan respirasi (dispnea, wheezing, bronkospasme, stridor, penurunan PEF, hipoksemia)
b) Penurunan tekanan darah atau gejala yang berhubungan dengan disfungsi organ (hipotonia (kolaps), sinkop,inkontinensia)
2 2 atau lebih berikut yang terjadi segera setelah terpapar sesuatu yang menyerupai alergen (menit hingga beberapa jam):
a) Keterlibatan kulit-jaringan mukosa ( gatal kemerahan, rasa panas, generalized hives, bibir-lidah-uvula bengkak)
b) Penurunan tekanan darah atau gejala yang berhubungan ( hipotonia (kolaps), sinkop, inkontinensia)
c) Gejala gastrointestinal persisten (kram abdominalis yang sangat nyeri, muntah)
3 Penurunan tekanan darah setelah terpapar alergen yang diketahui pada pasien (menit hingga beberapa jam):
a) Bayi dan anak: tekanan darah sistolik yang rendah (spesifik umur) atau >30% penurunan tekanan darah sistolik
b) Dewasa: tekanan darah sistolik <90 mmHg atau >30% penurunan dari personal baseline.
Diagnosis anafilaksis didasarkan terutama pada gejala dan tanda klinis serta deskripsi
yang detail mengenai episode akut, terutama aktivitas dan kejadian yang mendahului
National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID)
Diagnosis
Kunci diagnosis melibatkan pola pengenalan: onset yang mendadak yang dikarakteristikan oleh tanda
dan gejala yang berlangsung dalam hitungan menit atau jam setelah terpapar pencetus potensial
yang diketahui, terkadang diikuti oleh progresi cepat gejala dan tanda dalam hitungan jam
Tatalaksana
Tatalaksana
- Epinefrin (Adrenalin)
WHO mengklasifikasikan epinefrin (adrenalin) sebagai terapi esensial dalam penanganan anafilaksis.
Injeksi epinefrin merupakan tindakan life-saving karena efek vasokonstriktor alfa-1 adrenergik pada
sebagian besar sistem organ dan kemampuannya untuk mencegah dan mengurangi obstruksi jalan
napas yang disebabkan oleh edema mukosa dan untuk mencegah dan mengobati hipotensi dan syok.
Pada pasien dalam keadaan syok, absorbsi intramuskuler lebih cepat dan lebih baik dari pada
pemberian subkutan. Berikan 0,5 ml larutan 1:1000 (0,3-0,5 mg) untuk orang dewasa dan 0,01 ml/kg
BB untuk anak. Dosis diatas dapat diulang 1-2 kali tiap 5-15 menit, sampai tekanan darah dan nadi
menunjukkan perbaikan.
. Kegagalan injeksi yang tepat berpotensi fatal, enselofati akibat hipoksia dan/atau iskemia, dan
anafilaksis bifasik di mana gejala dapat berulang dalam 1-72 jam (biasanya dalam 8-10 jam) setelah
gejala awal membaik
Tatalaksana
- Posisikan pasien
Pasien sebaiknya diposisikan dlaam keadaan
supinasi dengan elevasi tungkai bawah, dan bila
terdapat distres nafas atau muntah, pasien dapat
diposisikan senyaman mungkin namun dengan
elevasi tungkai bawah.
Tujuan :
1.) preservasi cairan dalam sirkulasi (kompartmen
vaskular sentral), manajemen penting dalam syok
distributif; dan
2.) mencegah sindrom pengosongan vena kava/
ventrikel, yang dapat terjadi dalam hitungan detik
ketika pasien ditinggikan. Pasien dengan
sindrom ini susah untuk merespon epinefrin
karena dosis obat tidak mencapai jantung.
Tatalaksana
- Manajemen distres napas
Pemberian oksigen suplementaal harus diberikan
dengan sungkup muka atau orofaringeal dengan
kecepatan aliran 6-8 L/menit
- Manajemen syok dan hipotensi
Selama anafilaksis, volume cairan yang besar
berpotensi akan meninggalkan sirkulasi dan
masuk ke interstisial. Oleh karena itu, pemberian
terapi infus intavena saline 0,9% (saline isotonis
atau normal saline) harus segera diberikan
segera setelah diketahui. Kecepatan pemberian
harus ditritasi sesuai dengan tekanan darah,
iarama jantung, dan urine output. Pasien harus
dimonitor kemungkinan overload cairan.
Lini kedua :
H1 antihistamin, Beta-2 adrenergik agonis,
glukokortikoid, H2 antihistamin
Tatalaksana
Prognosis
• Dengan penanganan yang cepat, tepat, dan sesuai dengan kaedah kegawatdaruratan,
reaksi anafilaksis jarang menyebabkan kematian. Namun pasien yang pernah mengalami
reaksi anafilaksis mempunyai resiko untuk memperoleh reaksi yang sama bila terpajan
oleh pencetus yang sama
• Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis dari reaksi anafilaksis yang
akan menentukan tingkat keparahan dari reaksi tersebut, yaitu umur, tipe alergen, atopi,
penyakit kardiovaskular, penyakit paru obstruktif kronis, asma, keseimbangan asam basa
dan elektrolit, obat-obatan yang dikonsumsi seperti β-blocker dan ACE Inhibitor, serta
interval waktu dari mulai terpajan oleh alergen sampai penanganan reaksi anafilaksis
dengan injeksi adrenalin
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
• Anafilaksis adalah kondisi kegawatdaruratan berpotensi mengancam jiwa akibat reaksi
hipersensitivitas sistemik. Umumnya gejala dimulai dari tanda kutaneus dan pernapasan, misalnya
gatal, urtikaria, angioedema, mengi, dan dispnea. Gejala ini kemudian berlanjut menjadi gejala
sistemik yang menyebabkan kegagalan multiorgan dan akhirnya berisiko menyebabkan kematian.
• Anafilaksis dapat dicetuskan oleh makanan, obat, sengatan serangga, zat kontras, lateks, atau
tidak diketahui (idiopatik). Secara patofisiologi, anafilaksis dibagi menjadi reaksi hipersensitivitas
yang dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE) atau tanpa dimediasi oleh IgE.
• Tata laksana dari anafilaksis adalah mengenali dan menangani kegawatdaruratan sedini mungkin
dengan pemberian epinefrin intramuskular. Dosis pemberian epinefrin disesuaikan dengan usia dan
berat badan. Tindakan lain yang bisa dilakukan sesuai indikasi setelah memberikan epinefrin
adalah menjauhkan pasien dari paparan pencetus, serta berikan oksigenasi cairan intravena,
antihistamin, dan nebulisasi jika dirasa perlu.
Daftar Pustaka
• McLendon K, Britni T S. Anaphylaxis. StatPearls. 2021.
• Soar J, Pumphrey R, Cant A, et al; Working Group of Resuscitation Council UK. Emergency treatment of anaphylactic
reactions – guidelines for healthcare providers. Resuscitation. 2008;77(2):157–69.
• Mustafa S. Anaphylaxis: Practice Essentials, Background, Pathophysiology. Medscape. 2018.
• Mikhail I, Stukus DR, Prince BT. Fatal Anaphylaxis: Epidemiology and Risk Factors. Curr Allergy Asthma Rep.
2021;21(4).
• Turner PJ, Campbell DE, Motosue MS, Campbell RL. Global Trends in Anaphylaxis Epidemiology and Clinical
Implications. J Allergy Clin Immunol Pract. 2020;8(4):1169–76. https://doi.org/10.1016/j.jaip.2019.11.027
• Reber LL, Hernandez JD, Galli SJ. The pathophysiology of anaphylaxis. J Allergy Clin Immunol. 2017;140(2):335–48.
• Muraro A, Worm M, Alviani C, Cardona V, DunnGalvin A, Garvey LH, et al. EAACI guidelines: Anaphylaxis (2021
update). Allergy Eur J Allergy Clin Immunol. 2022;77(2):357–77.
• Yates AWR, Editor C, Bienenfeld D. Anxiety Disorders: Background , Anatomy , Pathophysiology. Medscape, 2014.
http://emedicine.medscape.com/article/286227-overview
• Anaphylaxis: emergency management for health professionals. Aust Prescr. 2018 Apr;41(2):54. doi:
10.18773/austprescr.2018.014. Epub 2018 Apr 3. PMID: 29670313; PMCID: PMC5895473.
THANK YOU!

More Related Content

Similar to referat emma judul syok anafilaktik dan penanganannya

Similar to referat emma judul syok anafilaktik dan penanganannya (20)

Pemakaian Antihistamin secara Rasional
Pemakaian Antihistamin secara RasionalPemakaian Antihistamin secara Rasional
Pemakaian Antihistamin secara Rasional
 
Referat Syok Anafilaktik
Referat Syok AnafilaktikReferat Syok Anafilaktik
Referat Syok Anafilaktik
 
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNAKejan demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejan demam AKPER PEMKAB MUNA
 
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson SindromKonsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
 
Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
Kejang demam AKPER PEMKAB MUNA
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Pneumonia_.ppt
Pneumonia_.pptPneumonia_.ppt
Pneumonia_.ppt
 
Materi 5 Askep PPOK.pptx
Materi 5 Askep PPOK.pptxMateri 5 Askep PPOK.pptx
Materi 5 Askep PPOK.pptx
 
GNAPS.pptx
GNAPS.pptxGNAPS.pptx
GNAPS.pptx
 
Pp kejang demam
Pp kejang demamPp kejang demam
Pp kejang demam
 
Rhinitis Alergi Rina Purnama Sari IKA FK
Rhinitis Alergi Rina Purnama Sari IKA FKRhinitis Alergi Rina Purnama Sari IKA FK
Rhinitis Alergi Rina Purnama Sari IKA FK
 
Syok anafilaktik
Syok anafilaktikSyok anafilaktik
Syok anafilaktik
 
Askep anak dengan ensefalitis
Askep anak dengan ensefalitisAskep anak dengan ensefalitis
Askep anak dengan ensefalitis
 
Askep[ bunda AKPER PEMKAB MUNA
Askep[ bunda AKPER PEMKAB MUNAAskep[ bunda AKPER PEMKAB MUNA
Askep[ bunda AKPER PEMKAB MUNA
 
pertusis.pptx
pertusis.pptxpertusis.pptx
pertusis.pptx
 
Askep anak kejang demam
Askep anak kejang demamAskep anak kejang demam
Askep anak kejang demam
 
Asma pada kehamilan ppt.pptx
Asma pada kehamilan ppt.pptxAsma pada kehamilan ppt.pptx
Asma pada kehamilan ppt.pptx
 
Syok septik pure
Syok septik pureSyok septik pure
Syok septik pure
 
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdfAskep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
Askep Gangguan Patologis Sistem Pernafasan TBC_Nora Gracesara.pdf
 

Recently uploaded

LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 

Recently uploaded (20)

LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 

referat emma judul syok anafilaktik dan penanganannya

  • 1. REFERAT DESEMBER 2023 SMF/BAGIAN ANESTESI UNIVERSITAS NUSA CENDANA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN HEWAN DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK SMF/BAGIAN ANESTESI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG 2023 TATALAKSANA SYOK ANAFILAKSIS Disusun Oleh: Anastasia Emma R. Sumbayak, S. Ked (2208022024) Pembimbing: dr. I Made Artawan, M.Biomed, Sp.An
  • 3. Pendahuluan European Academy of Allergology and Clinical Immunology Nomenclature Committee : anafilaksis adalah reaksi hipersensitivitas yang berat, mengancam nyawa, bersifat general atau sistemik. progresivitas perburukan yang cepat dan mengancam nyawa pada jalan napas dan/atau pernapasan dan/atau sirkulasi dan umumnya disertai perubahan pada kulit dan mukosa. Syok Anafilaksis
  • 4. Pendahuluan • Manifestasi klinis syok anafilaksi sangat beragam. Walaupun demikian, tanda yang paling sering muncul adalah gejala pada kulit berupa angioedema, urtikaria, eritema dan pruritus, Pemberian epinefrin intramuskular sedini mungkin pada paha lateral merupakan terapi lini pertama, walaupun diagnosis belum pasti. • Setelah penanganan fase akut anafilaksis, pasien harus dibservasi selama periode waktu tertentu karena resiko munculnya respon bifasik atau kemungkinan reaksi ulangan kettika efek epinefrin hilang. Para ahli merekomendasikan observasi sebaiknya dilakukan 4 sampai 6 jam setelah reaksi anafilaksis dan observasi yang lebih lama pada gejala berat atau refrakter.
  • 6. Definisi Global : “suatu reaksi hipersensitivitas general atau sistemik yang serius dan mengancam nyawa” dan : sebuah reaksi alergi yang serius dengan onset cepat dan dapat menyebabkan kematian.” European Academy of Allergology and Clinical Immunology Nomenclature Committee mendefinisikan bahwa anafilaksis adalah reaksi hipersensitivitas yang berat, mengancam nyawa, bersifat general atau sistemik WHO menyatakan bahwa istilah “reaksi anafilaktoid” telah dieliminasi,dan semua episode klinis yang menyerupai reaksi yang dimediasi IgE disebut anafilaksis.
  • 7. Epidemiologi • Secara global, prevalensi anafilaksis seluruh dunia adalah 1-3% dengan kecenderungan peningkatan prevalensi seiring waktu. Di Indonesia sendiri belum terdapat data yang secara spesifik meneliti mengenai epidemiologi anafilaksis. Di Amerika Serikat pada tahun 2019, anafilaksis rekuren terjadi pada 9,64% populasi dewasa dan 15,75% pada anak. Angka mortalitas masih cukup rendah Angka mortalitas seluruh dunia berada pada kisaran 0,5 hingga 1 per juta penduduk Laki-laki >> perempuan Dapat terjadi pada semua usia, terbanyak remaja (68,42%) Gejala urtikaria adalah gejala paling umum (98,68%) diikuti dengan gejala respirasi, angioedema, dan gastrointestinal
  • 8. ETIOLOGI • Makanan • Lateks alami • Cairan seminal • Alergen ekstrak imunoterapi (vaksin) • Obat-obatan • Gigitan serangga • Idiopatik
  • 10. Manifestasi Klinis Lesu, lemah, rasa tidak enak pada dada dan perut, gatal di hidung dan palatum. Gatal di hidung, bersin, hidung tersumbat, batuk, mengi, suara serak, edema laring, spasme laring, spasme bronkus, sesak Disfagia, mual muntah, kram perut, diare, peningkatan peristaltik usus. Gatal-gatal, urtikaria, angioedema pada wajah, bibir, ekstremitas. Prodromal Respiratori Kardiovaskular Vasodilatasi, takikardi, hipotensi, aritmia. EKG : Flat T, T inverted, atau tanda tanda infark miokard Gastrointestinal Kulit Anafilaksis terdiri dari kombinasi berbagai gejala yang bisa muncul beberapa detik, menit, sampai beberapa jam setelah terpapar alergen. Manifestasi klinis anafilaksis yang sangat bervariasi terjadi sebagai akibat berbagai macam mediator yang dilepaskan dari sel mastosit jaringan dan basofil yang memiliki sensitivitas yang berbeda pada setiap organ yang dipengaruhinya.
  • 11. Diagnosis Bila terdapat 1 dari 3 kriteria yang dipenuhi setelah terekspos alergen : 1 Onset akut (menit hingga jam) dengan keterlibatan kulit, mukosa, atau keduanya (misalnya: kemerahan selutruh tubuh, pruritus, rasa panas, bibir-lidah-uvula bengkak) dan minimal 1 dari berikut: a) Gangguan respirasi (dispnea, wheezing, bronkospasme, stridor, penurunan PEF, hipoksemia) b) Penurunan tekanan darah atau gejala yang berhubungan dengan disfungsi organ (hipotonia (kolaps), sinkop,inkontinensia) 2 2 atau lebih berikut yang terjadi segera setelah terpapar sesuatu yang menyerupai alergen (menit hingga beberapa jam): a) Keterlibatan kulit-jaringan mukosa ( gatal kemerahan, rasa panas, generalized hives, bibir-lidah-uvula bengkak) b) Penurunan tekanan darah atau gejala yang berhubungan ( hipotonia (kolaps), sinkop, inkontinensia) c) Gejala gastrointestinal persisten (kram abdominalis yang sangat nyeri, muntah) 3 Penurunan tekanan darah setelah terpapar alergen yang diketahui pada pasien (menit hingga beberapa jam): a) Bayi dan anak: tekanan darah sistolik yang rendah (spesifik umur) atau >30% penurunan tekanan darah sistolik b) Dewasa: tekanan darah sistolik <90 mmHg atau >30% penurunan dari personal baseline. Diagnosis anafilaksis didasarkan terutama pada gejala dan tanda klinis serta deskripsi yang detail mengenai episode akut, terutama aktivitas dan kejadian yang mendahului National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID)
  • 12. Diagnosis Kunci diagnosis melibatkan pola pengenalan: onset yang mendadak yang dikarakteristikan oleh tanda dan gejala yang berlangsung dalam hitungan menit atau jam setelah terpapar pencetus potensial yang diketahui, terkadang diikuti oleh progresi cepat gejala dan tanda dalam hitungan jam
  • 15. - Epinefrin (Adrenalin) WHO mengklasifikasikan epinefrin (adrenalin) sebagai terapi esensial dalam penanganan anafilaksis. Injeksi epinefrin merupakan tindakan life-saving karena efek vasokonstriktor alfa-1 adrenergik pada sebagian besar sistem organ dan kemampuannya untuk mencegah dan mengurangi obstruksi jalan napas yang disebabkan oleh edema mukosa dan untuk mencegah dan mengobati hipotensi dan syok. Pada pasien dalam keadaan syok, absorbsi intramuskuler lebih cepat dan lebih baik dari pada pemberian subkutan. Berikan 0,5 ml larutan 1:1000 (0,3-0,5 mg) untuk orang dewasa dan 0,01 ml/kg BB untuk anak. Dosis diatas dapat diulang 1-2 kali tiap 5-15 menit, sampai tekanan darah dan nadi menunjukkan perbaikan. . Kegagalan injeksi yang tepat berpotensi fatal, enselofati akibat hipoksia dan/atau iskemia, dan anafilaksis bifasik di mana gejala dapat berulang dalam 1-72 jam (biasanya dalam 8-10 jam) setelah gejala awal membaik Tatalaksana
  • 16. - Posisikan pasien Pasien sebaiknya diposisikan dlaam keadaan supinasi dengan elevasi tungkai bawah, dan bila terdapat distres nafas atau muntah, pasien dapat diposisikan senyaman mungkin namun dengan elevasi tungkai bawah. Tujuan : 1.) preservasi cairan dalam sirkulasi (kompartmen vaskular sentral), manajemen penting dalam syok distributif; dan 2.) mencegah sindrom pengosongan vena kava/ ventrikel, yang dapat terjadi dalam hitungan detik ketika pasien ditinggikan. Pasien dengan sindrom ini susah untuk merespon epinefrin karena dosis obat tidak mencapai jantung. Tatalaksana
  • 17. - Manajemen distres napas Pemberian oksigen suplementaal harus diberikan dengan sungkup muka atau orofaringeal dengan kecepatan aliran 6-8 L/menit - Manajemen syok dan hipotensi Selama anafilaksis, volume cairan yang besar berpotensi akan meninggalkan sirkulasi dan masuk ke interstisial. Oleh karena itu, pemberian terapi infus intavena saline 0,9% (saline isotonis atau normal saline) harus segera diberikan segera setelah diketahui. Kecepatan pemberian harus ditritasi sesuai dengan tekanan darah, iarama jantung, dan urine output. Pasien harus dimonitor kemungkinan overload cairan. Lini kedua : H1 antihistamin, Beta-2 adrenergik agonis, glukokortikoid, H2 antihistamin Tatalaksana
  • 18. Prognosis • Dengan penanganan yang cepat, tepat, dan sesuai dengan kaedah kegawatdaruratan, reaksi anafilaksis jarang menyebabkan kematian. Namun pasien yang pernah mengalami reaksi anafilaksis mempunyai resiko untuk memperoleh reaksi yang sama bila terpajan oleh pencetus yang sama • Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis dari reaksi anafilaksis yang akan menentukan tingkat keparahan dari reaksi tersebut, yaitu umur, tipe alergen, atopi, penyakit kardiovaskular, penyakit paru obstruktif kronis, asma, keseimbangan asam basa dan elektrolit, obat-obatan yang dikonsumsi seperti β-blocker dan ACE Inhibitor, serta interval waktu dari mulai terpajan oleh alergen sampai penanganan reaksi anafilaksis dengan injeksi adrenalin
  • 20. Kesimpulan • Anafilaksis adalah kondisi kegawatdaruratan berpotensi mengancam jiwa akibat reaksi hipersensitivitas sistemik. Umumnya gejala dimulai dari tanda kutaneus dan pernapasan, misalnya gatal, urtikaria, angioedema, mengi, dan dispnea. Gejala ini kemudian berlanjut menjadi gejala sistemik yang menyebabkan kegagalan multiorgan dan akhirnya berisiko menyebabkan kematian. • Anafilaksis dapat dicetuskan oleh makanan, obat, sengatan serangga, zat kontras, lateks, atau tidak diketahui (idiopatik). Secara patofisiologi, anafilaksis dibagi menjadi reaksi hipersensitivitas yang dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE) atau tanpa dimediasi oleh IgE. • Tata laksana dari anafilaksis adalah mengenali dan menangani kegawatdaruratan sedini mungkin dengan pemberian epinefrin intramuskular. Dosis pemberian epinefrin disesuaikan dengan usia dan berat badan. Tindakan lain yang bisa dilakukan sesuai indikasi setelah memberikan epinefrin adalah menjauhkan pasien dari paparan pencetus, serta berikan oksigenasi cairan intravena, antihistamin, dan nebulisasi jika dirasa perlu.
  • 21. Daftar Pustaka • McLendon K, Britni T S. Anaphylaxis. StatPearls. 2021. • Soar J, Pumphrey R, Cant A, et al; Working Group of Resuscitation Council UK. Emergency treatment of anaphylactic reactions – guidelines for healthcare providers. Resuscitation. 2008;77(2):157–69. • Mustafa S. Anaphylaxis: Practice Essentials, Background, Pathophysiology. Medscape. 2018. • Mikhail I, Stukus DR, Prince BT. Fatal Anaphylaxis: Epidemiology and Risk Factors. Curr Allergy Asthma Rep. 2021;21(4). • Turner PJ, Campbell DE, Motosue MS, Campbell RL. Global Trends in Anaphylaxis Epidemiology and Clinical Implications. J Allergy Clin Immunol Pract. 2020;8(4):1169–76. https://doi.org/10.1016/j.jaip.2019.11.027 • Reber LL, Hernandez JD, Galli SJ. The pathophysiology of anaphylaxis. J Allergy Clin Immunol. 2017;140(2):335–48. • Muraro A, Worm M, Alviani C, Cardona V, DunnGalvin A, Garvey LH, et al. EAACI guidelines: Anaphylaxis (2021 update). Allergy Eur J Allergy Clin Immunol. 2022;77(2):357–77. • Yates AWR, Editor C, Bienenfeld D. Anxiety Disorders: Background , Anatomy , Pathophysiology. Medscape, 2014. http://emedicine.medscape.com/article/286227-overview • Anaphylaxis: emergency management for health professionals. Aust Prescr. 2018 Apr;41(2):54. doi: 10.18773/austprescr.2018.014. Epub 2018 Apr 3. PMID: 29670313; PMCID: PMC5895473.

Editor's Notes

  1. progresivitas perburukan yang cepat dan mengancam nyawa pada jalan napas dan/atau pernapasan dan/atau sirkulasi dan umumnya disertai perubahan pada kulit dan mukosa.
  2. Gejala urtikaria adalah gejala paling umum (98,68%) diikuti dengan gejala respirasi, angioedema, dan gastrointestinal
  3. Faktor pendukung kecepatan difusi
  4. Faktor pendukung kecepatan difusi
  5. Faktor pendukung kecepatan difusi