SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007
CAPITAL ASSET PRICING MODEL SEBAGAI DASAR ANALISIS
BETA DAN RETURN YANG DIHARAPKAN
Poly Endrayanto E. Ch.
ABSTRACT
Capital of Asset Pricing Model to represent the connective model mount the
return expected from an risk asset with the risk from the asset at condition of well-
balanced market. Many researcher which have conducted the examination to model
CAPM, for example: Fama And Mac Beth (1973) by doing examination CAPM for
the case of in United States, other researcher of Adler H. Manurung (1992) doing
examination CAPM in Bursa Efek Jakarta (BEJ). Result of its research is beta give
the negative impact to mean of share degradation, in its research there is share which
return flatten the negative nya, but its beta is high. Whether there are relation of
among beta and mount the advantage (expected return). Anticipated by among beta
and return expected have the relation which are positive and linear.
Theory CAPM give the clarification of concerning relation of among risk and
return. This theory assume that higher level risk will yield the higher level return,
and asset with the is same risk will yield the is same return also. Capital of Asset
Pricing Model the, beta excelsior of an marketable securities, hence the storey;level
return sekuritas also excelsior. such risk represent the systematic risk, because the
risk arise from variabilitas of price marketable securities in general and
unidirectional change with the market.
Keyword: Capital of Asset Pricing Model the, Beta, Return.
Latar Belakang Masalah
Sebuah perusahaan agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup dan
perluasan usahanya, harus dapat memperoleh sumber dana yang pasti untuk
membiayai kegiatan usahanya. Perusahaan dapat memperoleh sumber dana melalui
go public (menjual saham kepada calon investor di pasar modal). Calon investor
akan berminat membeli saham perusahaan, bila perusahaan tersebut dapat
memperlihatkan kinerja keuangan yang baik. Investor akan memperoleh
keuntungan yang relatif tinggi pada perusahaan yang memiliki kinerja lebih baik.
Penyediaan dana dapat dipenuhi dari pinjaman dalam negeri maupun
pinjaman luar negeri. Penyediaan dana dari pinjaman dalam negeri dapat dilakukan
dengan cara: merangsang tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan investasi
Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 2
masyarakat melalui lembaga penghimpun dana seperti lembaga bank, bukan bank,
serta lembaga pembiayaan investasi dan pasar modal.
Berkembangnya pasar modal Indonesia merupakan satu alternatif yang
cukup menjanjikan bagi para investor atau pemodal sebagai salah satu bagian
portofolio investasinya. Sejak Desember 1992, investor asing diijinkan untuk
membeli lebih dari 49% saham perbankan, leasing, asuransi dan institusi finansial
non-bank (Manurung,1996: 76). Hal ini bertujuan untuk lebih menggairahkan
sektor finansial khususnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Salah satu data yang sangat
diperlukan para investor dalam membentuk portofolio adalah proporsi antara return
dengan risiko dari sekuritas. Pengukur risiko sekuritas digunakan beta ( ) yang
merupakan ukuran dari suatu portofolio. Beta ( ) ini dapat digunakan oleh investor
untuk mengukur sensitivitas tingkat return sekuritas terhadap perubahan portofolio
pasar. Semakin tinggi beta suatu sekuritas, maka semakin tinggi pula risiko
sekuritas tersebut, demikian pula sebaliknya. Beta ( ) akan dijadikan dasar untuk
menentukan tingkat keuntungan (return) yang diharapkan oleh investor. Menurut
teori Capital Asset Pricing Model (CAPM), semakin tinggi beta suatu sekuritas,
maka tingkat return sekuritas tersebut juga semakin tinggi. Investor yang
menginginkan return besar akan menghadapi risiko yang besar. Risiko yang
dimaksud merupakan risiko sistematis, karena risiko tersebut timbul dari
variabilitas harga sekuritas secara umum dan perubahan yang searah dengan pasar
(Grundy dan Malkiel,1996: 38).
Banyak peneliti yang telah melakukan pengujian terhadap model CAPM,
anatara lain: Fama dan Mac Beth (1973) pernah melakukan pengujian CAPM untuk
kasus di Amerika Serikat, peneliti lain pada tahun 1974 menguji CAPM di Bursa
Efek Tokyo selama lima tahun periode dari Oktober 1964 sampai September 1969.
Baru pada tahun 1992 Adler H. Manurung melakukan pengujian CAPM di Bursa
Efek Jakarta (BEJ). Hasil penelitiannya adalah beta memberi dampak negatif
terhadap rata-rata penurunan saham, dalam penelitiannya ada saham yang return
rata-ratanya negatif, namun betanya tingi.
Investasi di pasar modal dalam perekonomian yang sehat akan menjanjikan
tingkat pengembalian (return) yang lebih besar dibandingkan dengan investasi di
bidang lain seperti tabungan dan deposito, namun risiko yang dihadapi investor juga
besar bila dibandingkan dengan menanamkan uangnya di perbankan. Pokok
permasalahannya adalah apakah terdapat hubungan antara beta dan tingkat
keuntungan (return) yang diharapkan. Diduga antara beta dan return yang
diharapkan mempunyai hubungan yang positif dan linier.
Prinsip Dasar Investasi : Risk-Return Tradeoff
Tujuan seseorang mengadakan investasi adalah untuk memperoleh
keuntungan atau kembalian atas investasi. Keuntungan tersebut dapat berupa
penerimaan kas dan atau kenaikan nilai investasi. Untuk saham, penerimaan kas ada
Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 3
dalam bentuk deviden kas, sedangkan kenaikan nilai investasi tercermin melalui
kenaikan harga saham.
Dalam melakukan investasi, investor akan memperkirakan berapa tingkat
keuntungan yang diharapkan (expected return) atas investasinya untuk suatu
periode tertentu di masa datang. Namun, menurut Harianto dan Sudomo (1998:6),
setelah periode investasi berlalu, belum tentu tingkat keuntungan yang terelisasi
(realized return) sama dengan tingkat keuntungan yang diharapkan, tingkat
keuntungan yang direalisasikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Ketidakpastian
akan tingkat penghasilan merupakan inti dari investasi, yaitu bahwa investor harus
mempertimbangkan unsur ketidakpastian yang merupakan risiko investasi.
Risiko menunjukkan kemungkinan bahwa penghasilan aktual dari keuntungan
yang diharapkan. Investasi pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dapat dikatakan
tidak berisiko karena Bank Indonesia dapat dipastikan akan melunasi kewajibannya
pada saat jatuh tempo. Investasi pada obligasi mempunyai risiko tidak dapat
dilunasinya kewajiban pembayaran bunga dan/atau pelunasan obligasi apabila
perusahaan yang mengeluarkan obligasi mengalami kesulitan keuangan. Pada sisi
lain, investasi pada saham mempunyai risiko lebih tinggi karena besar sekali
kemungkinan bahwa penghasilan yang diharapkan pada suatu periode tertentu tidak
dapat direalisasi.
Para investor lebih menyukai kepastian ketimbang ketidakpastian. Apabila kita
dihadapkan pada dua pilihan investasi, yang mana keduanya menjanjikan tingkat
keuntungan sama, namun untuk investasi pertama kemungkinan tidak terealisasinya
keuntungan yang diharapkan sangat tinggi, sedangkan untuk investasi kedua
kemungkinannya relatif rendah, maka tentunya kita akan memilih investasi yang
kedua. Pada umumnya investor baru akan mengambil investasi yang berisiko tinggi,
bila investasi tersebut menjanjikan penghasilan yang lebih tinggi ketimbang
investasi yang berisiko rendah. Investor yang risk averse akan melihat keterkaitan
antara risiko dan keuntungan yang diharapkan, investasi dengan risiko rendah akan
mengakibatkan penghasilan yang diharapkan juga rendah.
Walaupun investor pada umumnya risk averse, namun mereka mempunyai tingkat
risk averse yang berbeda-beda. Investor yang sangat risk averse akan menempatkan
sebagian besar investasinya pada aset dengan risiko rendah seperti Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), karena relatif rendah, maka aset tersebut hanya dapat menjanjikan
penghasilan yang relatif rendah. Sebaliknya, investor yang relatif toleran terhadap
risiko akan menempatkan lebih banyak invetasinya pada aset dengan risiko tinggi,
seperti saham, dengan pengharapan akan memperoleh penghasilan yang cukup
tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat tradeoff atau tukar-impas antara
penghasilan yang diharapkan dengan risiko.
Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 4
Tingkat keuntungan
yang diharapkan
Risiko
Gambar 1: Tradeoff antara Tingkat Keuntungan
yang Diharapkan Dengan Risiko
Sumber : Harianto, Farid dan Sudomo, Siswanto, 1998, Perangkat
Dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia, Edisi
Pertama, PT Bursa Efek Jakarta, Jakarta: Hlm. 8.
Garis BR hingga A menunjukkan gambar tradeoff antara keuntungan yang
diharapkan dan risiko. Slope atau kemiringan garis tersebut adalah positif karena
investor yang risk averse tidak mau mengambil risiko tambahan tanpa kompensasi
keuntungan yang diharapkan lebih tinggi. Titik potong garis tersebut dengan sumbu
tingkat keuntungan yang diharapkan adalah tingkat keuntungan atas aset yang bebas
risiko (BR), seperti SBI. Pada posisi ini risiko adalah nol, dengan demikian tingkat
penghasilan bebas risiko (risk-free rate of return) yang diharapkan adalah sama
dengan tingkat keuntungan yang berlaku atas aset tersebut. Obligasi mempunyai
risiko lebih tinggi ketimbang SBI, namun masih lebih rendah, bila dibandingkan
dengan saham.
Tradeoff berlaku pada lingkungan investor yang risk averse. Investor dapat
memilih portofolio investasinya sepanjang garis BR-A sesuai dengan tingkat
toleransinya terhadap risiko. Gambar tersebut menunjukkan suatu hubungan yang
diperkirakan akan terjadi atau ex ante. Dalam kenyataanya atau ex post, pada suatu
periode tertentu bisa saja hubungannya ternyata datar atau bahkan negatif.
A
Saham asing Barang antik
Real estate Saham domestik
Obligasi perusahaan
BR
SBI
Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 5
Model-model Investasi Portofolio
Suad Husnan (1998:101) mengatakan bahwa teori portofolio pertama kali
dikemukakan oleh Harry Markowitz (1956), sehingga dia dikenal sebagai pencetus
portofolio, yang kemudian dikembangkan menjadi beberapa model, yaitu:
1. Model Indeks Tunggal
Model yang dikembangkan oleh William Shape (1963) ini
didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari sebuah sekuritas berfluktuasi
searah dengan indeks harga pasar (yaitu, selalu mengikuti pergerakan
indeks harga pasar saham) atau sering disebut sebagai reksi umum (common
respon) terhadap perubahan-perubahan nilai pasar.
Asumsi utama dari Model Indeks Tunggal adalah sekuritas tidak
berkorelasi satu dengan yang lainnya atau kesalahan residu dari suatu
sekuritas tidak berkorelasi dengan residu sekuritas yang lainnya.
2. Arbitrage Pricing Theory (APT)
Arbitrage Pricing Theory dikembangkan oleh Ross (1976) dengan
dasar pemikiran adalah jika terdapat dua kesempatan investasi yang
memiliki karateristik yang identik atau sama tidaklah bisa dijual dengan
harga yang berbeda tetapi jika aktiva yang berkarakteristik sama tersebut
terjual dengan harga yang berbeda maka terjadilah arbitrage (yaitu,
memperoleh laba tanpa menanggung risiko).
Arbitrage Pricing Model juga mengatakan bahwa tingkat keuntungan
suatu saham dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, yang jumlahnya bisa
lebih dari satu. Hal itulah yang membedakan Arbitrge Pricing Model
dengan Capital Asset Pricing Model. Keunggulan dari Arbitrge Pricing
Model adalah teori yang tidak memerlukan pengidentifikasian market
portofolio yang diperlukan untuk menghitung beta dalam CAPM, secara
teoritis Arbitrge Pricing Model dapat diuji walaupun hanya memiliki
sejumlah saham yang berisiko dan memungkinkan penggunaan lebih dari
satu faktor untuk menjelaskan tingkat keuntungan yang diharapkan.
Arbitrge Pricing Model juga tidak mengharuskan analisis untuk membentuk
atau mengidentifikasi portofolio pasar yang efisien (portofolio yang tidak
efisienpun dapat digunakan).
3. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Capital Asset Pricing Model (CAPM) pertama kali dikembangkan
oleh William Sharpe (1964) dan John Lintner (1965) merupakan perluasan
dari Model Indeks Tunggal yang menjelaskan suatu keadaan keseimbangan
hubungan antara risiko setiap aset apabila pasar modal berada dalam
keadaan keseimbangan. Hal yang paling utama dari CAPM ini adalah
mengenai hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan
Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 6
risiko (diukur dengan beta). Jadi CAPM di sini memberikan dua pelajaran
penting: (1) bahwa untuk mengukur risiko saham atau aktiva financial yang
dibeli dalam rangka membentuk portofolio, dipergunakan koefisien beta,
dan (2) hubungan antara tingkat keuntungan yang disyaratkan dengan risiko
saham (beta) adalah linier (Setia Atmaja, 1994: 48).
Return Investasi
Investor selalu menginginkan untuk memaksimalkan keuntungan yang diharapkan.
Return merupakan kekuatan yang memotivasi dan reward yang prinsipil dalam
proses investasi. Keuntungan yang diharapkan juga merupakan metode kunci yang
tersedia bagi investor dalam membandingkan alternatif investasi. Perhitungan
return historis memungkinkan para investor untuk menafsir atau mengukur kinerja
yang telah mereka lakukan dan bisa juga untuk mengestimasi yang akan datang
(Fischer and Jordan, 1995: 66). Menurut Suad Husnan (1998:36), tingkat
keuntungan yang akan diterima oleh investor dapat dinyatakan sebagai berikut:
Wt+1 - Wt
Tingkat keuntungan =
Wt
Keterangan:
Wt+1 : harga saham pada akhir peiode ditanbah dengan pembayaran deviden (kalau
ada),
Wt : harga saham pada waktu dibeli. Tingkat keuntungan yang diharapkan
(expected return) berkorelasi positif dengan risiko sekuritas, karena para
investor hanya akan mengambil risiko yang lebih tinggi jika mereka ingin
menerima pendapatan yang juga lebih tinggi.
Risiko Investasi
Dalam investasi adanya risiko adalah suatu hal yang wajar, oleh karena itu
investor mencoba untuk mengurangi risiko dalam berinvestasi, risiko itu sendiri
terdiri dari berbagai jenis. Beberapa jenis risiko menurut Francis (1991:210-212)
yang harus diperhitungkan dalam membuat keputusan investasi antara lain:
a. Risiko kegagalan, yaitu muncul akibat yang terjadi dari perubahan kondisi
keuangan dari perusahaan emiten.
b. Risiko tingkat bunga, yaitu muncul sebagai akibat dari perubahan dalam
tingkat bunga yang berlaku.
Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 7
c. Risiko pasar, yaitu muncul dari variabilitas dalam return pasar yang
disebabkan oleh kekuatan surat berharga secara sistematis. Sebab utama
terjadinya adalah kondisi perekonomian yang berubah-ubah.
d. Risiko manajemen, yaitu muncul ketika orang yang mengelola sekuritas
investasi membuat kesalahan yang menyebabkan penurunan sekuritas oleh
karena itu risiko manajemen merupakan bagian dari total yang disebabkan
oleh keputusan bisnis yang kurang baik.
e. Risiko kemampuan membeli, yaitu muncul karena pengaruh perubahan
tingkat inflasi yang dialami suatu negara, yang mana perubahan ini akan
mengakibatkan berkurangnya daya beli uang yang diinvestasikan maupun
bunga yang diperoleh dari investasi.
f. Risiko politik.
g. Risiko kemampuan pasar.
h. Risiko kolabilitas, yaitu Emiten dapat saja menarik surat berharga di pasar
modal, dengan cara melakukan pembelian kembali.
i. Risiko konversi, yaitu muncul karena kemungkinan adanya penukaran surat
berharga yang satu dengan jenis surat berharga yang lainnya.
Risiko tersebut di atas, dalam standar CAPM dikelompokkan menjadi dua,
yaitu: risiko sistematis (pasar) dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis adalah
risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi, risiko ini muncul oleh
faktor-faktor eksternal perusahaan seperti kondisi perekonomian, kebijakkan pajak
juga fluktuasi tingkat bunga. Sedangkan risiko tidask sistematis merupakan risiko
khusus dari tiap perusahaan yang disebabkan oleh kesalahan manajer ataupun
masalah keuangan yang berpengaruh pada fluktuasi harga sekuritas perusahaan di
pasar modal. Risiko tidak sistematis ini dapat dihindari oleh investor dengan
melakukan diversifikasi dalam pembelian sekuritas. Penjumlahan risiko sistematis
dan risiko tidak sistematis merupakan risiko total. Maka jelas bahwa risiko total
adalah deviasi standar keuntungan suatu investasi (Setia Atmaja, 1994:42).
Hubungan antara risiko total (total risk) dengan risiko sistematis (systematic risk)
dan tidak sistematis (unsystematic risk) dapat dinyatakan dengan gambar sebagai
berikut :
Portfolio risk
Unsystematic risk
Total risk
Systematic risk
Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 8
1 5 10
Number of securities in the portfolio
Gambar 2: Hubungan antara risiko total (total risk) dengan risiko sistematis
(systematic risk) dan tidak sistematis (unsystematic risk)
Sumber: Brigham, Eugene F. dan Weston, J. Fred,1978, Managerial Finance,
Seventh Edition,The Dryden Press, Illinois: hlm. 540.
Beta sebagai Pengukur Risiko
Beta merupakan indeks dari risiko sistematis. Beta secara sederhana adalah
slope dari charateristic line, yang menggambarkan perubahan dari tingkat return
saham terhadap tingkat return portofolio pasar. Jika slope tersebut adalah 1,0 maka
tingkat return saham cenderung untuk bergerak naik atau turun secara proporsional
dengan pergerakan tingkat return portofolio pasar. Dengan kata lain, saham tersebut
mempunyai risiko sistematis yang sama dengan pasar secara keseluruhan. Jika pasar
bergerak naik dan menyediakan tingkat return 5% per bulan, maka investor akan
mengharapkan tingkat return saham rata-rata akan sebesar 5% juga. Slope yang
mempunyai nilai lebih dari 1,0 berarti bahwa tingkat return saham akan berubah
lebih besar daripada tingkat portofolio pasar. Slope ini mempunyai unavoidable risk
yang lebih besar daripada pasar secara keseluruhan. Saham tipe seperti ini sering
disebut sebagai investasi yang “aggressive”. Lalu slope yang nilainya kurang dari
1,0 berarti bahwa tingkat return saham akan bergerak lebih kecil daripada tingkat
return portofolio pasar. Tipe seperti ini sering disebut sebagai investasi yang
“difensive” (Van Horne and Wachowicz,1995:102).
Apabila melihat keadaan tersebut maka kesimpulannya adalah bahwa beta
merupakan indeks terhadap sensitivitas pasar yang menunjukkan seberapa besar
sensitivitas return sekuritas terhadap perubahan tingkat return pasar. Menurut Suad
Husnan (1998:170), beta suatu sekuritas atau portofolio dapat diukur dengan
menggunakan analisis statistik, yaitu dengan menggunakan analisis regresi pada
data historis, dengan rumus berikut:
Ri – Rf = (Rm – Rf) i
Ri – Rf adalah premi risiko yang diharapkan dan (Rm – Rf) i adalah premi risiko
yang diharapkan untuk suatu saham untuk pasar X beta. Atau sering dituliskan
menjadi :
Ri = Rf + (Rm – Rf) i Keterangan
:
Ri : Tingkat keuntungan saham
Rf : Tingkat diskonto bebas risiko Rm
: Tingkat keuntungan IHSG
i : Koefisien beta saham i sebagai ukuran risiko saham i
Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 9
Rumus tersebut menyatakan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan
dari suatu saham adalah sama dengan tingkat tingkat keuntungan bebas risiko
ditambah dengan premi risiko yaitu (Rm – Rf) i. Semakin besar risiko saham
tersebut, semakin tinggi premi risiko yang diharapkan dari saham tersebut. Dengan
demikian semakin tinggi pula return untuk saham tersebut.
Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Hubungan antara risiko dan return menunjukkan seberapa besar return
sekuritas diharapkan yang harus dihasilkan, sehingga dapat memberikan informasi
tentang bagaimana aset (asset) harus dihargai. Hubungan antara risiko dan return
seringkali disebut model pemberian harga pada aset (Capital Asset Pricing Model).
Teori CAPM memberikan penjelasan mengenai hubungan antara risiko dan return.
Teori ini mengasumsikan bahwa risiko yang lebih tinggi akan menghasilkan return
yang lebih tinggi, dan aset dengan risiko yang sama akan menghasilkan return yang
sama pula. Jika investor berinvestasi pada sekuritas atau portofolio yang
mempunyai risiko sama dengan portofolio pasar, maka mereka akan mengharapkan
untuk memperoleh return sebesar return pasar. Jika investor berinvestasi pada
sekuritas atau portofolio yang tidak berisiko, maka mereka akan berharap untuk
memperoleh tingkat return bebas risiko, yaitu return SBI. Hubungan antara return
dan risiko dapat dinyatakan dengan gambar sebagai berikut :
E(R) Security Market Line
m=1
Gambar 3: Hubungan antara Beta (risiko) dengan Return yang
dinyatakan sebagai Security Market Line
Sumber : Harianto, Farid dan Sudomo, Siswanto, 1998, Perangkat dan
Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia, Edisi Pertama, PT
Bursa Efek Jakarta, hlm. 639.
Gambar 3, menunjukkan bahwa risiko sekarang dinyatakan sebagai beta,
dan mempunyai hubungan positif dan linier dengan tingkat keuntungan. Garis yang
Rm
M
Rf
Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 10
menghubungkan dengan R disebut Security Market Line (SML). Beta digunakan
sebagai pengukur risiko karena dalam pembentukan portofolio risiko suatu
sekuritas tidak ditentukan oleh deviasi standarnya tetapi oleh covariancenya dengan
portofolio. Apabila covariance ini dibagi dengan variance portofolio pasar, maka
diperoleh beta. Penggunaan beta juga bisa dijelaskan sebagai berikut: karena
sebagian risiko bisa dihilangkan dengan diversifikasi, dan investor bersifat tidak
menyukai risiko (risk averse), maka mereka tentunya akan melakukan diversifikasi.
Bagian risiko yang hilang karena diversifikasi menjadi tidak relevan dalam
pengukuran risiko. Hanya risiko yang tidak bisa hilanglah yang relevan. Risiko ini
disebut risiko sistematis atau beta (Harianto dan Sudomo,1998: 640).
Asumsi-asumsi yang mendasari Standard
Capital Asset Pricing Model
Teori CAPM menganggap bahwa tiap sekuritas memerlukan target return
untuk menghadapi risiko berinvestasi (required rate of return). Required ROR sama
dengan tingkat bunga bebas risiko (risk free rate) ditambah dengan premi risiko
(risk premium) yang mencerminkan diversifikasi. Model yang kita bicarakan di sini
disebut sebagai Standard Capital Asset Pricing Model, karena model ini merupakan
model yang pertama kali dirumuskan sebelum berbagai asumsi yang mendasarinya
dilonggarkan. Kita menyadari bahwa keadaan dunia yang nyata sangatlah
kompleks. Karena itu untuk membuat suatu model diperlukan berbagai
penyederhanaan. Berbagai penyederhanaan tersebut ditunjukkan dari asumsi-
asumsi yang dipergunakan untuk menyusun model tersebut. Menurut Suad Husnan
(1998:160), Standard Capital Asset Pricing Model menggunakan asumsi-asumsi
sebagai berikut:
a. Tidak ada biaya transaksi, dengan demikian investor bisa membeli atau
menjual sekuritas tanpa menanggung biaya transaksi. Melihat nilai biaya
transaksi yang relatif rendah (sekitar 0,025 – 0,040%) maka asumsi ini
mungkin cukup wajar.
b. Investasi sepenuhnya bisa dipecah-pecah (fully divisible), artinya kedua
investor bisa melakukan investasi sekecil apapun pada setiap jenis sekuritas.
c. Tidak ada pajak penghasilan bagi para investor, dengan demikian investor
akan merasa indifferent antara memperoleh deviden ataupun capital gains.
Investor dikatakan memperoleh capital gains kalau terjadi kenaikan harga
saham, dan capital loss kalau terjadi penurunan saham.
d. Para investor tidak bisa mempengaruhi harga saham dengan tindakan
membeli atau menjual saham. Asumsi ini analog dengan asumsi persaingan
sempurna dalam teori ekonomi. Meskipun tidak ada investor individual
yang bisa mempengaruhi harga, tindakan investor secara keseluruhan akan
mempengaruhi harga.
Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 11
e. Para investor diasumsikan akan menindak semata-mata atas pertimbangan
expected value dan deviasi standar tingkat keuntungan portofolio.
f. Para investor bisa melakukan short sales.
g. Terdapat riskless lending and borrowing rate, sehingga investor bisa
menyimpan dan meminjam dengan tingkat bunga yang sama.
h. Investor mempunyai pengharapan yang homogen. Artinya bahwa para
investor sepakat tentang expected returns, deviasi standar dan koefisien
korelasi antar tingkat keuntungan.
i. Semua aktiva bisa diperjualbelikan.
Perkembangan Teori CAPM
Teori CAPM diragukan oleh banyak pihak karena hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan yang diprediksikan oleh teori ini, namun ada juga penelitian yang
mendukung teori CAPM. Pengujian di Amerika Serikat pada awalnya dilakukan
oleh Black (1972), dan Fama and Mac Beth (1973). Mereka menemukan bahwa
dalam jangka pendek risiko investasi yang dinyatakan dalam beta tidak sepenuhnya
konsisten, artinya semakin tinggi beta semakin tinggi pula return-nya. Ternyata ada
sekuritas yang mempunyai risiko tinggi, tetapi tingkat return-nya rendah.
Penemuan ini mendorong asumsi bahwa tingkat bunga bebas risiko harus diganti
dengan return portofolio yang mempunyai beta nol. Manajer keuangan mungkin
lebih tertarik pada pengujian dalam bentuk strategi portofolio yang diasumsikan.
Fama dan Mac Beth berusaha untuk memprediksi tingkat return portofolio di masa
datang berdasarkan estimasi variabel risiko yang dilakukan periode sebelumnya
yaitu oleh Black, Jensen, dan Scoles (1972). Mereka menggunakan data dan indeks
pasar yang sama dengan Black, Jensen dan Scoles, dengan tahaptahap sebagai
berikut:
a. Menghitung faktor beta untuk tiap saham yang terdaftar di NYSE pada
periode tahun 1926 sampai 1929.
b. Meranking saham berdasarkan beta dan membentuk 20 portofolio.
c. Mengestimasi beta untuk tiap portofolio dengan cara menghubungkan
return bulanan portofolio dengan indeks pasar pada periode 1930 sampai
1934.
d. Pada akhir tahun 1934 diperoleh estimasi faktor beta untuk tiap portofolio
dan menggunakan beta-beta tersebut untuk memprediksi return portofolio
pada bulan berikutnya dalam periode tahun 1935 sampai 1938.
e. Menghubungkan return dan beta bulanan untuk memperoleh estimasi SML
bulanan SML adalah garis yang menunjukkan hubungan antara risiko suatu
sekuritas dengan ROR yang diharapkan.
Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 12
f. Proses mengestimasi beta, membentuk portofolio, dan mengestimasi SML
bulanan dilakukan berulang-ulang dari periode 1935 sampai 1938, sehingga
diperoleh 390 estimasi koefisien bulanan.
g. Menghitung nilai rata-rata untuk tiap koefisien dan berusaha untuk
menentukan apakah nilai-nilai tersebut perbedaannya signifikan dengan nol.
Hasil dari penelitian mereka mendukung teori CAPM, yaitu bahwa para
investor dapat memprediksikan portofolio yang mempunyai beta di atas rata-rata
pada periode berikutnya dibanding dengan portofolio yang bertanya di bawah rata-
rata. Namun, pada saat pengujian dilakukan, muncul berbagai masalah. Menurut
Lofthouse (1994: 27), terdapat beberapa masalah dalam pengujian CAPM, antara
lain yaitu:
1. Investor harus memahami cara mengukur beta dengan tepat. Di sini dia
harus dengan cermat mengetahui pemakaian data return mingguan, bulanan
atau berapa lama periode pengujian, dua tahun, lima tahun atau periode yang
lain. Beberapa penelitian telah dilakukan dengan menggunakan sumber
pengukuran yang berbeda dan menghasilkan estimasi beta yang berbeda
pula. Beta pun banyak diragukan oleh berbagai pihak karena tidak stabil.
Beta historis suatu sekuritas bukan merupakan estimasi yang baik untuk
mengukur beta di masa datang. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan stabilitas beta, termasuk data akuntansi yang mendasar.
Misalnya, memperbolehkan kecenderungan beta untuk menyimpang dari
waktu ke waktu. Beta portofolio lebih stabil dibanding dengan beta sekuritas
secara individual. Jadi, untuk sebagian besar masalah-masalah praktis,
stabilitas beta tidak begitu penting. Sebagian besar pengujian akademis
CAPM menggunakan portofolio daripada sekuritas secara individualdan
sebagian besar investor akan membentuk portofolio sekuritas.
2. Investor akan bertindak sesuai dengan harapan mereka terhadap return dan
risiko. Jika seseorang berusaha untuk menguji teori ini, maka orang itu harus
tahu hal yang hendak ia amati di pasar pada saat mengukur beta dan return
historis yang merupakan hal yang benar-benar terjadi. Semua investor
mengetahui bahwa sering ada jurang pemisah antara harapan mereka dengan
hasil sebenarnya. Teori CAPM adalah ex ante (menggunakan data yang
akan datang) dan pengujian yang dilakukan adalah ex post (menggunakan
data historis).
Richard Roll (1977 dan 1978) menyatakan bahwa pengujian-pengujian yang
telah dilakukan biasanya menggunakan indeks yang dikenal secara luas, seperti
indeks LQ45. Pada dasarnya Roll mengkritik bahwa beta bukan merupakan
karakteristik suatu aset secara individual, namun merupakan karateristik suatu aset
sehubungan dengan portofolio tiap aset. Untuk setiap indeks akan ada beta yang
sama atau berbeda untuk tiap asetnya. Untuk setiap aset, suatu indeks dapat
diketahui untuk menghasilkan beta, berapapun besarnya. Pilihan indeks dengan
Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 13
hati-hati akan menghasilkan kinerja yang diinginkan dalam security market line
(SML).
Roll juga mengemukakan bahwa satu-satunya prediksi nyata CAPM adalah
portofolio pasar yang dalam keadaan efisien, sehingga prediksi inilah yang
seharusnya diuji. Bagaimanapun, portofolio pasar terdiri atas setiap aset dalam
sistem ekonomi internasional, sehingga tidak mungkin untuk menentukan keadaan
portofolio yang return-nya efisien dengan risiko tertentu. Apabila hal tersebut tidak
mungkin dilakukan, maka CAPM tidak akan pernah bisa diuji.
Metode Analisis Data untuk Beta dan Return yang Diharapkan
Metode analisis data yang digunakan dalam analisis beta dan return yang
diharapkan meliputi:
1. Penentuan return dari saham individu, IHSG, dan bebas risiko (SBI) dengan
menggunakan data saham, IHSG, dan SBI pada saat krisis, mulai Juli 1998
sampai Juli 2000. Menurut Suad Husnan (1998:36), dengan cara mengetahui
ROR-nya terlebih dahulu yang dapat dicari dengan rumus:
Wt+1 - Wt
Tingkat keuntungan =
Wt
Wt+1 adalah harga saham pada akhir peiode ditambah dengan pembayaran
deviden (kalau ada), Wt adalah harga saham pada waktu dibeli.
2. Mencari beta ( ) dari 12 perusahaan dengan cara meregresi tingkat
keuntungan masing-masing saham.
Menurut Suad Husnan (1998:170) rumus CAPM dinyatakan dengan
persamaan berikut:
Ri – Rf = (Rm – Rf) i
Ri – Rf adalah premi risiko yang diharapkan, sedangkan (Rm – Rf) i
adalah premi risiko yang diharapkan untuk suatu saham untuk pasar X beta
atau sering dituliskan menjadi :
Ri = Rf + (Rm – Rf) i
Keterangan :
Ri : Tingkat keuntungan saham
Rf : Tingkat diskonto bebas risiko Rm
: Tingkat keuntungan IHSG
Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 14
i : Koefisien beta saham i sebagai ukuran risiko saham i
Formula tersebut menyatakan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan
dari suatu saham adalah sama dengan tingkat tingkat keuntungan bebas
risiko ditambah dengan premi risiko yaitu (Rm – Rf) i. Semakin besar
risiko saham tersebut, semakin tinggi premi risiko yang diharapkan dari
saham tersebut. Dengan demikian semakin tinggi pula return untuk saham
tersebut.
3. Kemudian untuk menentukan beta dan return per tahun dengan
menggunakan excess return suatu saham, yaitu return saham mingguan
dikurangi dengan return bebas risiko mingguan. Untuk mengetahui nilai
excess return suatu saham dalam setahun, dapat diketahui dengan cara
mencari nilai rata-rata dari nilai excess return tersebut dalam satu tahun.
4. Uji Statistik, untuk melihat ada tidaknya hubungan positif dan linier antara
tingkat keuntungan yang diharapkan dengan beta pada masing-masing
periode, digunakan metode : “Cross Sectional Regression”, yaitu dengan
meregresi koefisien beta ROR yang telah diperoleh, untuk mengetahui
hubungan antara ROR dengan beta linier atau tidak, dalam hal ini: Beta
sebagai independent variable, dan E(R) sebagai dependent variable. Dari
regresi tersebut akan diperoleh persamaan regresi linier yang kemudian
diuji signifikansinya.
Simpulan
Teori CAPM memberikan penjelasan mengenai hubungan antara risiko dan return.
Teori ini mengasumsikan bahwa risiko yang lebih tinggi akan menghasilkan return
yang lebih tinggi, dan aset dengan risiko yang sama akan menghasilkan return yang
sama pula. Pengukur risiko sekuritas digunakan beta ( ) yang merupakan ukuran
dari suatu portofolio. Beta ( ) digunakan oleh investor untuk mengukur sensitivitas
tingkat return sekuritas terhadap perubahan portofolio pasar. Semakin tinggi beta
suatu sekuritas, maka semakin tinggi pula risiko sekuritas tersebut, demikian pula
sebaliknya. Beta ( ) akan dijadikan dasar untuk menentukan tingkat keuntungan
(return) yang diharapkan oleh investor. Menurut teori Capital Asset Pricing Model
(CAPM), semakin tinggi beta suatu sekuritas, maka tingkat return sekuritas tersebut
juga semakin tinggi. Investor yang menginginkan return besar akan menghadapi
risiko yang besar. Risiko yang dimaksud merupakan risiko sistematis, karena risiko
tersebut timbul dari variabilitas harga sekuritas secara umum dan perubahan yang
searah dengan pasar.
Teori CAPM diragukan oleh banyak pihak karena hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan yang diprediksikan oleh teori ini, namun ada penelitian yang
mendukung teori CAPM. Pengujian di Amerika Serikat pada awalnya dilakukan
oleh Black (1972), dan Fama and Mac Beth (1973). Mereka menemukan bahwa
Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 15
dalam jangka pendek risiko investasi yang dinyatakan dalam beta tidak sepenuhnya
konsisten, artinya semakin tinggi beta semakin tinggi pula return-nya. Ternyata ada
sekuritas yang mempunyai risiko tinggi, tetapi tingkat return-nya rendah.
Penemuan ini mendorong asumsi bahwa tingkat bunga bebas risiko harus diganti
dengan return portofolio yang mempunyai beta nol. Manajer keuangan mungkin
lebih tertarik pada pengujian dalam bentuk strategi portofolio yang diasumsikan.
Menurut Lofthouse ada beberapa masalah dalam pengujian CAPM, antara
lain: (1) investor harus memahami cara mengukur beta dengan tepat., dan (2)
investor akan bertindak sesuai dengan harapan mereka terhadap return dan risiko.
Richard Roll (1977 dan 1978) menyatakan bahwa pengujian-pengujian yang telah
dilakukan biasanya menggunakan indeks yang dikenal secara luas, seperti indeks
LQ45. Pada dasarnya Roll mengkritik bahwa beta bukan merupakan karakteristik
suatu aset secara individual, namun merupakan karateristik suatu aset sehubungan
dengan portofolio tiap aset. Untuk setiap indeks akan ada beta yang sama atau
berbeda untuk tiap asetnya. Untuk setiap aset, suatu indeks dapat diketahui untuk
menghasilkan beta, berapapun besarnya. Pilihan indeks dengan hati-hati akan
menghasilkan kinerja yang diinginkan dalam security market line (SML).
Roll juga mengemukakan bahwa satu-satunya prediksi nyata CAPM adalah
portofolio pasar yang dalam keadaan efisien, sehingga prediksi inilah yang
seharusnya diuji. Bagaimanapun, portofolio pasar terdiri atas setiap aset dalam
sistem ekonomi internasional, sehingga tidak mungkin untuk menentukan keadaan
portofolio yang return-nya efisien dengan risiko tertentu. Apabila hal tersebut tidak
mungkin dilakukan, maka CAPM tidak akan pernah bisa diuji.
Daftar Pustaka
Brigham, Eugene F., dan Louis C. Gapenski, 1995, Intermediate Financial
Management, Edisi Kelima, The Dryden Press Marcourt Brace College
Publishers.
Downes John dan Goodman E. Jordan, 1994, Kamus Istilah Keuangan dan
Investasi, Gramedia, Jakarta.
Fabozzi, Frank J., dan Franco Modigliani, 1992, Capital Market: Institution and
Instruments, Prentice Hall Inc., New Jersey.
Fischer, Donald E., dan Ronald J. Jordan, 1995, Security Analysis and Portofolio
Management, Sixth Edition, Prentice-Hall Inc., New Jersey.
Harianto, Farid dan Sudomo, Siswanto, 1998, Perangkat Dan Teknik Analisis
Investasi di Pasar Modal Indonesia, Edisi Pertama, PT Bursa Efek
Jakarta.
Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 16
Husnan, Suad, 1988, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi
Ketiga, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Setia Atmaja, Lukas, 1994, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan
Pertama, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
Manurung, Adler Hayman, 1966, Asset Pricing Model on The Jakarta Stock
Exchange: A Nonparametric Analysis, Kelola, Yogyakarta.
Van Horne, James C, dan John M. Wachowics, 1995, Fundamentals of Financial
Management, Ninth Edition, Prentice-Hall Inc., New Jersey.

More Related Content

What's hot

Memasukkan unsur resiko ke dalam analisa capital budgeting pendekatan certai...
Memasukkan unsur resiko ke dalam analisa capital budgeting  pendekatan certai...Memasukkan unsur resiko ke dalam analisa capital budgeting  pendekatan certai...
Memasukkan unsur resiko ke dalam analisa capital budgeting pendekatan certai...Futurum2
 
Portofolio investasi-bab-13-analisis-ekonomi
Portofolio investasi-bab-13-analisis-ekonomiPortofolio investasi-bab-13-analisis-ekonomi
Portofolio investasi-bab-13-analisis-ekonomiJudianto Nugroho
 
Mnd001 manajemen keuangan internasional-ppt-sesi 4
Mnd001 manajemen keuangan internasional-ppt-sesi 4Mnd001 manajemen keuangan internasional-ppt-sesi 4
Mnd001 manajemen keuangan internasional-ppt-sesi 4Yoyo Sudaryo
 
Financial instruments futurum - apakah ipo dapat dianggap dana murah (bagi...
Financial instruments   futurum -  apakah ipo dapat dianggap dana murah (bagi...Financial instruments   futurum -  apakah ipo dapat dianggap dana murah (bagi...
Financial instruments futurum - apakah ipo dapat dianggap dana murah (bagi...Futurum2
 
EKSI 4203 - Modul 2 Risk & Return
EKSI 4203  - Modul 2 Risk & ReturnEKSI 4203  - Modul 2 Risk & Return
EKSI 4203 - Modul 2 Risk & ReturnAncilla Kustedjo
 
Portofolio investasi-bab-15-analisis-perusahaan
Portofolio investasi-bab-15-analisis-perusahaanPortofolio investasi-bab-15-analisis-perusahaan
Portofolio investasi-bab-15-analisis-perusahaanJudianto Nugroho
 
EKSI 4203 - Modul 3 Model-Model Keseimbangan
EKSI 4203  - Modul 3 Model-Model KeseimbanganEKSI 4203  - Modul 3 Model-Model Keseimbangan
EKSI 4203 - Modul 3 Model-Model KeseimbanganAncilla Kustedjo
 
Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock
Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program MetastockAnalisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock
Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program MetastockJimmy L
 
Portofolio investasi-bab-11-penilaian-saham
Portofolio investasi-bab-11-penilaian-sahamPortofolio investasi-bab-11-penilaian-saham
Portofolio investasi-bab-11-penilaian-sahamJudianto Nugroho
 
Pengenalan awal capital budgeting
Pengenalan awal capital budgetingPengenalan awal capital budgeting
Pengenalan awal capital budgetingFuturum2
 
Manajemen keuangan resume bab 1 7
Manajemen keuangan resume bab 1 7Manajemen keuangan resume bab 1 7
Manajemen keuangan resume bab 1 7Ayulestari1234
 
Jawaban manivest bab 1
Jawaban manivest bab 1Jawaban manivest bab 1
Jawaban manivest bab 1Peni Cutez
 
Derivatif dan lindung nilai bagian 1
Derivatif dan lindung nilai bagian 1Derivatif dan lindung nilai bagian 1
Derivatif dan lindung nilai bagian 1Futurum2
 
Risk and return
Risk and returnRisk and return
Risk and returnyy rahmat
 
Modul Management Investasi & Portofolio 2011
Modul Management Investasi & Portofolio 2011Modul Management Investasi & Portofolio 2011
Modul Management Investasi & Portofolio 2011Mia Rarasputri
 

What's hot (20)

Memasukkan unsur resiko ke dalam analisa capital budgeting pendekatan certai...
Memasukkan unsur resiko ke dalam analisa capital budgeting  pendekatan certai...Memasukkan unsur resiko ke dalam analisa capital budgeting  pendekatan certai...
Memasukkan unsur resiko ke dalam analisa capital budgeting pendekatan certai...
 
Analisis saham
Analisis sahamAnalisis saham
Analisis saham
 
Portofolio investasi-bab-13-analisis-ekonomi
Portofolio investasi-bab-13-analisis-ekonomiPortofolio investasi-bab-13-analisis-ekonomi
Portofolio investasi-bab-13-analisis-ekonomi
 
Mnd001 manajemen keuangan internasional-ppt-sesi 4
Mnd001 manajemen keuangan internasional-ppt-sesi 4Mnd001 manajemen keuangan internasional-ppt-sesi 4
Mnd001 manajemen keuangan internasional-ppt-sesi 4
 
Financial instruments futurum - apakah ipo dapat dianggap dana murah (bagi...
Financial instruments   futurum -  apakah ipo dapat dianggap dana murah (bagi...Financial instruments   futurum -  apakah ipo dapat dianggap dana murah (bagi...
Financial instruments futurum - apakah ipo dapat dianggap dana murah (bagi...
 
EKSI 4203 - Modul 2 Risk & Return
EKSI 4203  - Modul 2 Risk & ReturnEKSI 4203  - Modul 2 Risk & Return
EKSI 4203 - Modul 2 Risk & Return
 
Portofolio investasi-bab-15-analisis-perusahaan
Portofolio investasi-bab-15-analisis-perusahaanPortofolio investasi-bab-15-analisis-perusahaan
Portofolio investasi-bab-15-analisis-perusahaan
 
Expected return capm dan apt
Expected return capm dan aptExpected return capm dan apt
Expected return capm dan apt
 
EKSI 4203 - Modul 3 Model-Model Keseimbangan
EKSI 4203  - Modul 3 Model-Model KeseimbanganEKSI 4203  - Modul 3 Model-Model Keseimbangan
EKSI 4203 - Modul 3 Model-Model Keseimbangan
 
INVESTASI PORTOFOLIO
INVESTASI PORTOFOLIOINVESTASI PORTOFOLIO
INVESTASI PORTOFOLIO
 
Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock
Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program MetastockAnalisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock
Analisis Fundamental, Teknikal, dan Program Metastock
 
Portofolio investasi-bab-11-penilaian-saham
Portofolio investasi-bab-11-penilaian-sahamPortofolio investasi-bab-11-penilaian-saham
Portofolio investasi-bab-11-penilaian-saham
 
Pengenalan awal capital budgeting
Pengenalan awal capital budgetingPengenalan awal capital budgeting
Pengenalan awal capital budgeting
 
Manajemen keuangan resume bab 1 7
Manajemen keuangan resume bab 1 7Manajemen keuangan resume bab 1 7
Manajemen keuangan resume bab 1 7
 
Jawaban manivest bab 1
Jawaban manivest bab 1Jawaban manivest bab 1
Jawaban manivest bab 1
 
Derivatif dan lindung nilai bagian 1
Derivatif dan lindung nilai bagian 1Derivatif dan lindung nilai bagian 1
Derivatif dan lindung nilai bagian 1
 
Temu 1
Temu 1Temu 1
Temu 1
 
KEUANGAN
KEUANGANKEUANGAN
KEUANGAN
 
Risk and return
Risk and returnRisk and return
Risk and return
 
Modul Management Investasi & Portofolio 2011
Modul Management Investasi & Portofolio 2011Modul Management Investasi & Portofolio 2011
Modul Management Investasi & Portofolio 2011
 

Similar to CAPM

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAHAAN DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RISIKO INVE...
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAHAAN DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RISIKO INVE...PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAHAAN DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RISIKO INVE...
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAHAAN DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RISIKO INVE...aeena
 
Materi Teori Investasi 1 pada Mata Kuliah MIPM
Materi Teori Investasi 1 pada Mata Kuliah MIPMMateri Teori Investasi 1 pada Mata Kuliah MIPM
Materi Teori Investasi 1 pada Mata Kuliah MIPMmahendrawin77
 
Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham
Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return SahamPengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham
Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return SahamTrisnadi Wijaya
 
Aminullah Assagaf_P12_Manaj Inv Lanjutan_28 Nov 2020.pptx
Aminullah Assagaf_P12_Manaj Inv Lanjutan_28  Nov 2020.pptxAminullah Assagaf_P12_Manaj Inv Lanjutan_28  Nov 2020.pptx
Aminullah Assagaf_P12_Manaj Inv Lanjutan_28 Nov 2020.pptxAminullah Assagaf
 
Investasi dan Portofolio
Investasi dan PortofolioInvestasi dan Portofolio
Investasi dan PortofolioRizkikaAstari
 
PPT KELOMPOK 5 ADDIE & HABIBIE.pptx
PPT KELOMPOK 5 ADDIE & HABIBIE.pptxPPT KELOMPOK 5 ADDIE & HABIBIE.pptx
PPT KELOMPOK 5 ADDIE & HABIBIE.pptxEmaMorteza
 
Manajemen keuangan bab 09
Manajemen keuangan bab 09Manajemen keuangan bab 09
Manajemen keuangan bab 09Lia Ivvana
 
Ppt. investasi dan_portofolio_ria.[1]
Ppt. investasi dan_portofolio_ria.[1]Ppt. investasi dan_portofolio_ria.[1]
Ppt. investasi dan_portofolio_ria.[1]Ria Angela
 
risiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.ppt
risiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.ppt
risiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.pptharis916240
 
2. pasar finansial dan suku bunga
2.  pasar finansial dan suku bunga2.  pasar finansial dan suku bunga
2. pasar finansial dan suku bungaRatih Aryati
 
Mnd013 analisis inv bank dan lembaga keuangan-materi-sesi 4
Mnd013 analisis inv bank dan lembaga keuangan-materi-sesi 4Mnd013 analisis inv bank dan lembaga keuangan-materi-sesi 4
Mnd013 analisis inv bank dan lembaga keuangan-materi-sesi 4Yoyo Sudaryo
 
Makalah 1 manajemen keuangan - NUROH - 11011700148
Makalah 1 manajemen keuangan - NUROH - 11011700148Makalah 1 manajemen keuangan - NUROH - 11011700148
Makalah 1 manajemen keuangan - NUROH - 11011700148NUROH NUROH
 
Jawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan iJawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan iyalifadli98
 
Makalah investasi dan_portofolio[1]
Makalah investasi dan_portofolio[1]Makalah investasi dan_portofolio[1]
Makalah investasi dan_portofolio[1]Ria Angela
 

Similar to CAPM (20)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAHAAN DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RISIKO INVE...
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAHAAN DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RISIKO INVE...PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAHAAN DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RISIKO INVE...
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL PERUSAHAAN DAN EKONOMI MAKRO TERHADAP RISIKO INVE...
 
Artikel.beta.CAPM
Artikel.beta.CAPMArtikel.beta.CAPM
Artikel.beta.CAPM
 
Materi Teori Investasi 1 pada Mata Kuliah MIPM
Materi Teori Investasi 1 pada Mata Kuliah MIPMMateri Teori Investasi 1 pada Mata Kuliah MIPM
Materi Teori Investasi 1 pada Mata Kuliah MIPM
 
Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham
Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return SahamPengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham
Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham
 
Expect return dan risiko
Expect return dan risikoExpect return dan risiko
Expect return dan risiko
 
Aminullah Assagaf_P12_Manaj Inv Lanjutan_28 Nov 2020.pptx
Aminullah Assagaf_P12_Manaj Inv Lanjutan_28  Nov 2020.pptxAminullah Assagaf_P12_Manaj Inv Lanjutan_28  Nov 2020.pptx
Aminullah Assagaf_P12_Manaj Inv Lanjutan_28 Nov 2020.pptx
 
Investasi dan Portofolio
Investasi dan PortofolioInvestasi dan Portofolio
Investasi dan Portofolio
 
PPT KELOMPOK 5 ADDIE & HABIBIE.pptx
PPT KELOMPOK 5 ADDIE & HABIBIE.pptxPPT KELOMPOK 5 ADDIE & HABIBIE.pptx
PPT KELOMPOK 5 ADDIE & HABIBIE.pptx
 
Manajemen keuangan bab 09
Manajemen keuangan bab 09Manajemen keuangan bab 09
Manajemen keuangan bab 09
 
Bab2 tinjauan teori
Bab2   tinjauan teoriBab2   tinjauan teori
Bab2 tinjauan teori
 
Ppt. investasi dan_portofolio_ria.[1]
Ppt. investasi dan_portofolio_ria.[1]Ppt. investasi dan_portofolio_ria.[1]
Ppt. investasi dan_portofolio_ria.[1]
 
risiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.ppt
risiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.ppt
risiko suku bunga.pptrisiko suku bunga.ppt
 
2. pasar finansial dan suku bunga
2.  pasar finansial dan suku bunga2.  pasar finansial dan suku bunga
2. pasar finansial dan suku bunga
 
Mnd013 analisis inv bank dan lembaga keuangan-materi-sesi 4
Mnd013 analisis inv bank dan lembaga keuangan-materi-sesi 4Mnd013 analisis inv bank dan lembaga keuangan-materi-sesi 4
Mnd013 analisis inv bank dan lembaga keuangan-materi-sesi 4
 
Ppt neli
Ppt neliPpt neli
Ppt neli
 
Makalah 1 manajemen keuangan - NUROH - 11011700148
Makalah 1 manajemen keuangan - NUROH - 11011700148Makalah 1 manajemen keuangan - NUROH - 11011700148
Makalah 1 manajemen keuangan - NUROH - 11011700148
 
Power point proposal
Power point proposalPower point proposal
Power point proposal
 
Jawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan iJawaban uts m. keuangan i
Jawaban uts m. keuangan i
 
Model penetapan harga aktiva modal
Model penetapan harga aktiva modalModel penetapan harga aktiva modal
Model penetapan harga aktiva modal
 
Makalah investasi dan_portofolio[1]
Makalah investasi dan_portofolio[1]Makalah investasi dan_portofolio[1]
Makalah investasi dan_portofolio[1]
 

Recently uploaded

Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 

Recently uploaded (17)

Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 

CAPM

  • 1. Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 CAPITAL ASSET PRICING MODEL SEBAGAI DASAR ANALISIS BETA DAN RETURN YANG DIHARAPKAN Poly Endrayanto E. Ch. ABSTRACT Capital of Asset Pricing Model to represent the connective model mount the return expected from an risk asset with the risk from the asset at condition of well- balanced market. Many researcher which have conducted the examination to model CAPM, for example: Fama And Mac Beth (1973) by doing examination CAPM for the case of in United States, other researcher of Adler H. Manurung (1992) doing examination CAPM in Bursa Efek Jakarta (BEJ). Result of its research is beta give the negative impact to mean of share degradation, in its research there is share which return flatten the negative nya, but its beta is high. Whether there are relation of among beta and mount the advantage (expected return). Anticipated by among beta and return expected have the relation which are positive and linear. Theory CAPM give the clarification of concerning relation of among risk and return. This theory assume that higher level risk will yield the higher level return, and asset with the is same risk will yield the is same return also. Capital of Asset Pricing Model the, beta excelsior of an marketable securities, hence the storey;level return sekuritas also excelsior. such risk represent the systematic risk, because the risk arise from variabilitas of price marketable securities in general and unidirectional change with the market. Keyword: Capital of Asset Pricing Model the, Beta, Return. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup dan perluasan usahanya, harus dapat memperoleh sumber dana yang pasti untuk membiayai kegiatan usahanya. Perusahaan dapat memperoleh sumber dana melalui go public (menjual saham kepada calon investor di pasar modal). Calon investor akan berminat membeli saham perusahaan, bila perusahaan tersebut dapat memperlihatkan kinerja keuangan yang baik. Investor akan memperoleh keuntungan yang relatif tinggi pada perusahaan yang memiliki kinerja lebih baik. Penyediaan dana dapat dipenuhi dari pinjaman dalam negeri maupun pinjaman luar negeri. Penyediaan dana dari pinjaman dalam negeri dapat dilakukan dengan cara: merangsang tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan investasi
  • 2. Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 2 masyarakat melalui lembaga penghimpun dana seperti lembaga bank, bukan bank, serta lembaga pembiayaan investasi dan pasar modal. Berkembangnya pasar modal Indonesia merupakan satu alternatif yang cukup menjanjikan bagi para investor atau pemodal sebagai salah satu bagian portofolio investasinya. Sejak Desember 1992, investor asing diijinkan untuk membeli lebih dari 49% saham perbankan, leasing, asuransi dan institusi finansial non-bank (Manurung,1996: 76). Hal ini bertujuan untuk lebih menggairahkan sektor finansial khususnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Salah satu data yang sangat diperlukan para investor dalam membentuk portofolio adalah proporsi antara return dengan risiko dari sekuritas. Pengukur risiko sekuritas digunakan beta ( ) yang merupakan ukuran dari suatu portofolio. Beta ( ) ini dapat digunakan oleh investor untuk mengukur sensitivitas tingkat return sekuritas terhadap perubahan portofolio pasar. Semakin tinggi beta suatu sekuritas, maka semakin tinggi pula risiko sekuritas tersebut, demikian pula sebaliknya. Beta ( ) akan dijadikan dasar untuk menentukan tingkat keuntungan (return) yang diharapkan oleh investor. Menurut teori Capital Asset Pricing Model (CAPM), semakin tinggi beta suatu sekuritas, maka tingkat return sekuritas tersebut juga semakin tinggi. Investor yang menginginkan return besar akan menghadapi risiko yang besar. Risiko yang dimaksud merupakan risiko sistematis, karena risiko tersebut timbul dari variabilitas harga sekuritas secara umum dan perubahan yang searah dengan pasar (Grundy dan Malkiel,1996: 38). Banyak peneliti yang telah melakukan pengujian terhadap model CAPM, anatara lain: Fama dan Mac Beth (1973) pernah melakukan pengujian CAPM untuk kasus di Amerika Serikat, peneliti lain pada tahun 1974 menguji CAPM di Bursa Efek Tokyo selama lima tahun periode dari Oktober 1964 sampai September 1969. Baru pada tahun 1992 Adler H. Manurung melakukan pengujian CAPM di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hasil penelitiannya adalah beta memberi dampak negatif terhadap rata-rata penurunan saham, dalam penelitiannya ada saham yang return rata-ratanya negatif, namun betanya tingi. Investasi di pasar modal dalam perekonomian yang sehat akan menjanjikan tingkat pengembalian (return) yang lebih besar dibandingkan dengan investasi di bidang lain seperti tabungan dan deposito, namun risiko yang dihadapi investor juga besar bila dibandingkan dengan menanamkan uangnya di perbankan. Pokok permasalahannya adalah apakah terdapat hubungan antara beta dan tingkat keuntungan (return) yang diharapkan. Diduga antara beta dan return yang diharapkan mempunyai hubungan yang positif dan linier. Prinsip Dasar Investasi : Risk-Return Tradeoff Tujuan seseorang mengadakan investasi adalah untuk memperoleh keuntungan atau kembalian atas investasi. Keuntungan tersebut dapat berupa penerimaan kas dan atau kenaikan nilai investasi. Untuk saham, penerimaan kas ada
  • 3. Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 3 dalam bentuk deviden kas, sedangkan kenaikan nilai investasi tercermin melalui kenaikan harga saham. Dalam melakukan investasi, investor akan memperkirakan berapa tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) atas investasinya untuk suatu periode tertentu di masa datang. Namun, menurut Harianto dan Sudomo (1998:6), setelah periode investasi berlalu, belum tentu tingkat keuntungan yang terelisasi (realized return) sama dengan tingkat keuntungan yang diharapkan, tingkat keuntungan yang direalisasikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Ketidakpastian akan tingkat penghasilan merupakan inti dari investasi, yaitu bahwa investor harus mempertimbangkan unsur ketidakpastian yang merupakan risiko investasi. Risiko menunjukkan kemungkinan bahwa penghasilan aktual dari keuntungan yang diharapkan. Investasi pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dapat dikatakan tidak berisiko karena Bank Indonesia dapat dipastikan akan melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Investasi pada obligasi mempunyai risiko tidak dapat dilunasinya kewajiban pembayaran bunga dan/atau pelunasan obligasi apabila perusahaan yang mengeluarkan obligasi mengalami kesulitan keuangan. Pada sisi lain, investasi pada saham mempunyai risiko lebih tinggi karena besar sekali kemungkinan bahwa penghasilan yang diharapkan pada suatu periode tertentu tidak dapat direalisasi. Para investor lebih menyukai kepastian ketimbang ketidakpastian. Apabila kita dihadapkan pada dua pilihan investasi, yang mana keduanya menjanjikan tingkat keuntungan sama, namun untuk investasi pertama kemungkinan tidak terealisasinya keuntungan yang diharapkan sangat tinggi, sedangkan untuk investasi kedua kemungkinannya relatif rendah, maka tentunya kita akan memilih investasi yang kedua. Pada umumnya investor baru akan mengambil investasi yang berisiko tinggi, bila investasi tersebut menjanjikan penghasilan yang lebih tinggi ketimbang investasi yang berisiko rendah. Investor yang risk averse akan melihat keterkaitan antara risiko dan keuntungan yang diharapkan, investasi dengan risiko rendah akan mengakibatkan penghasilan yang diharapkan juga rendah. Walaupun investor pada umumnya risk averse, namun mereka mempunyai tingkat risk averse yang berbeda-beda. Investor yang sangat risk averse akan menempatkan sebagian besar investasinya pada aset dengan risiko rendah seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), karena relatif rendah, maka aset tersebut hanya dapat menjanjikan penghasilan yang relatif rendah. Sebaliknya, investor yang relatif toleran terhadap risiko akan menempatkan lebih banyak invetasinya pada aset dengan risiko tinggi, seperti saham, dengan pengharapan akan memperoleh penghasilan yang cukup tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat tradeoff atau tukar-impas antara penghasilan yang diharapkan dengan risiko.
  • 4. Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 4 Tingkat keuntungan yang diharapkan Risiko Gambar 1: Tradeoff antara Tingkat Keuntungan yang Diharapkan Dengan Risiko Sumber : Harianto, Farid dan Sudomo, Siswanto, 1998, Perangkat Dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia, Edisi Pertama, PT Bursa Efek Jakarta, Jakarta: Hlm. 8. Garis BR hingga A menunjukkan gambar tradeoff antara keuntungan yang diharapkan dan risiko. Slope atau kemiringan garis tersebut adalah positif karena investor yang risk averse tidak mau mengambil risiko tambahan tanpa kompensasi keuntungan yang diharapkan lebih tinggi. Titik potong garis tersebut dengan sumbu tingkat keuntungan yang diharapkan adalah tingkat keuntungan atas aset yang bebas risiko (BR), seperti SBI. Pada posisi ini risiko adalah nol, dengan demikian tingkat penghasilan bebas risiko (risk-free rate of return) yang diharapkan adalah sama dengan tingkat keuntungan yang berlaku atas aset tersebut. Obligasi mempunyai risiko lebih tinggi ketimbang SBI, namun masih lebih rendah, bila dibandingkan dengan saham. Tradeoff berlaku pada lingkungan investor yang risk averse. Investor dapat memilih portofolio investasinya sepanjang garis BR-A sesuai dengan tingkat toleransinya terhadap risiko. Gambar tersebut menunjukkan suatu hubungan yang diperkirakan akan terjadi atau ex ante. Dalam kenyataanya atau ex post, pada suatu periode tertentu bisa saja hubungannya ternyata datar atau bahkan negatif. A Saham asing Barang antik Real estate Saham domestik Obligasi perusahaan BR SBI
  • 5. Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 5 Model-model Investasi Portofolio Suad Husnan (1998:101) mengatakan bahwa teori portofolio pertama kali dikemukakan oleh Harry Markowitz (1956), sehingga dia dikenal sebagai pencetus portofolio, yang kemudian dikembangkan menjadi beberapa model, yaitu: 1. Model Indeks Tunggal Model yang dikembangkan oleh William Shape (1963) ini didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari sebuah sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar (yaitu, selalu mengikuti pergerakan indeks harga pasar saham) atau sering disebut sebagai reksi umum (common respon) terhadap perubahan-perubahan nilai pasar. Asumsi utama dari Model Indeks Tunggal adalah sekuritas tidak berkorelasi satu dengan yang lainnya atau kesalahan residu dari suatu sekuritas tidak berkorelasi dengan residu sekuritas yang lainnya. 2. Arbitrage Pricing Theory (APT) Arbitrage Pricing Theory dikembangkan oleh Ross (1976) dengan dasar pemikiran adalah jika terdapat dua kesempatan investasi yang memiliki karateristik yang identik atau sama tidaklah bisa dijual dengan harga yang berbeda tetapi jika aktiva yang berkarakteristik sama tersebut terjual dengan harga yang berbeda maka terjadilah arbitrage (yaitu, memperoleh laba tanpa menanggung risiko). Arbitrage Pricing Model juga mengatakan bahwa tingkat keuntungan suatu saham dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, yang jumlahnya bisa lebih dari satu. Hal itulah yang membedakan Arbitrge Pricing Model dengan Capital Asset Pricing Model. Keunggulan dari Arbitrge Pricing Model adalah teori yang tidak memerlukan pengidentifikasian market portofolio yang diperlukan untuk menghitung beta dalam CAPM, secara teoritis Arbitrge Pricing Model dapat diuji walaupun hanya memiliki sejumlah saham yang berisiko dan memungkinkan penggunaan lebih dari satu faktor untuk menjelaskan tingkat keuntungan yang diharapkan. Arbitrge Pricing Model juga tidak mengharuskan analisis untuk membentuk atau mengidentifikasi portofolio pasar yang efisien (portofolio yang tidak efisienpun dapat digunakan). 3. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Capital Asset Pricing Model (CAPM) pertama kali dikembangkan oleh William Sharpe (1964) dan John Lintner (1965) merupakan perluasan dari Model Indeks Tunggal yang menjelaskan suatu keadaan keseimbangan hubungan antara risiko setiap aset apabila pasar modal berada dalam keadaan keseimbangan. Hal yang paling utama dari CAPM ini adalah mengenai hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan
  • 6. Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 6 risiko (diukur dengan beta). Jadi CAPM di sini memberikan dua pelajaran penting: (1) bahwa untuk mengukur risiko saham atau aktiva financial yang dibeli dalam rangka membentuk portofolio, dipergunakan koefisien beta, dan (2) hubungan antara tingkat keuntungan yang disyaratkan dengan risiko saham (beta) adalah linier (Setia Atmaja, 1994: 48). Return Investasi Investor selalu menginginkan untuk memaksimalkan keuntungan yang diharapkan. Return merupakan kekuatan yang memotivasi dan reward yang prinsipil dalam proses investasi. Keuntungan yang diharapkan juga merupakan metode kunci yang tersedia bagi investor dalam membandingkan alternatif investasi. Perhitungan return historis memungkinkan para investor untuk menafsir atau mengukur kinerja yang telah mereka lakukan dan bisa juga untuk mengestimasi yang akan datang (Fischer and Jordan, 1995: 66). Menurut Suad Husnan (1998:36), tingkat keuntungan yang akan diterima oleh investor dapat dinyatakan sebagai berikut: Wt+1 - Wt Tingkat keuntungan = Wt Keterangan: Wt+1 : harga saham pada akhir peiode ditanbah dengan pembayaran deviden (kalau ada), Wt : harga saham pada waktu dibeli. Tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) berkorelasi positif dengan risiko sekuritas, karena para investor hanya akan mengambil risiko yang lebih tinggi jika mereka ingin menerima pendapatan yang juga lebih tinggi. Risiko Investasi Dalam investasi adanya risiko adalah suatu hal yang wajar, oleh karena itu investor mencoba untuk mengurangi risiko dalam berinvestasi, risiko itu sendiri terdiri dari berbagai jenis. Beberapa jenis risiko menurut Francis (1991:210-212) yang harus diperhitungkan dalam membuat keputusan investasi antara lain: a. Risiko kegagalan, yaitu muncul akibat yang terjadi dari perubahan kondisi keuangan dari perusahaan emiten. b. Risiko tingkat bunga, yaitu muncul sebagai akibat dari perubahan dalam tingkat bunga yang berlaku.
  • 7. Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 7 c. Risiko pasar, yaitu muncul dari variabilitas dalam return pasar yang disebabkan oleh kekuatan surat berharga secara sistematis. Sebab utama terjadinya adalah kondisi perekonomian yang berubah-ubah. d. Risiko manajemen, yaitu muncul ketika orang yang mengelola sekuritas investasi membuat kesalahan yang menyebabkan penurunan sekuritas oleh karena itu risiko manajemen merupakan bagian dari total yang disebabkan oleh keputusan bisnis yang kurang baik. e. Risiko kemampuan membeli, yaitu muncul karena pengaruh perubahan tingkat inflasi yang dialami suatu negara, yang mana perubahan ini akan mengakibatkan berkurangnya daya beli uang yang diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi. f. Risiko politik. g. Risiko kemampuan pasar. h. Risiko kolabilitas, yaitu Emiten dapat saja menarik surat berharga di pasar modal, dengan cara melakukan pembelian kembali. i. Risiko konversi, yaitu muncul karena kemungkinan adanya penukaran surat berharga yang satu dengan jenis surat berharga yang lainnya. Risiko tersebut di atas, dalam standar CAPM dikelompokkan menjadi dua, yaitu: risiko sistematis (pasar) dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi, risiko ini muncul oleh faktor-faktor eksternal perusahaan seperti kondisi perekonomian, kebijakkan pajak juga fluktuasi tingkat bunga. Sedangkan risiko tidask sistematis merupakan risiko khusus dari tiap perusahaan yang disebabkan oleh kesalahan manajer ataupun masalah keuangan yang berpengaruh pada fluktuasi harga sekuritas perusahaan di pasar modal. Risiko tidak sistematis ini dapat dihindari oleh investor dengan melakukan diversifikasi dalam pembelian sekuritas. Penjumlahan risiko sistematis dan risiko tidak sistematis merupakan risiko total. Maka jelas bahwa risiko total adalah deviasi standar keuntungan suatu investasi (Setia Atmaja, 1994:42). Hubungan antara risiko total (total risk) dengan risiko sistematis (systematic risk) dan tidak sistematis (unsystematic risk) dapat dinyatakan dengan gambar sebagai berikut : Portfolio risk Unsystematic risk Total risk Systematic risk
  • 8. Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 8 1 5 10 Number of securities in the portfolio Gambar 2: Hubungan antara risiko total (total risk) dengan risiko sistematis (systematic risk) dan tidak sistematis (unsystematic risk) Sumber: Brigham, Eugene F. dan Weston, J. Fred,1978, Managerial Finance, Seventh Edition,The Dryden Press, Illinois: hlm. 540. Beta sebagai Pengukur Risiko Beta merupakan indeks dari risiko sistematis. Beta secara sederhana adalah slope dari charateristic line, yang menggambarkan perubahan dari tingkat return saham terhadap tingkat return portofolio pasar. Jika slope tersebut adalah 1,0 maka tingkat return saham cenderung untuk bergerak naik atau turun secara proporsional dengan pergerakan tingkat return portofolio pasar. Dengan kata lain, saham tersebut mempunyai risiko sistematis yang sama dengan pasar secara keseluruhan. Jika pasar bergerak naik dan menyediakan tingkat return 5% per bulan, maka investor akan mengharapkan tingkat return saham rata-rata akan sebesar 5% juga. Slope yang mempunyai nilai lebih dari 1,0 berarti bahwa tingkat return saham akan berubah lebih besar daripada tingkat portofolio pasar. Slope ini mempunyai unavoidable risk yang lebih besar daripada pasar secara keseluruhan. Saham tipe seperti ini sering disebut sebagai investasi yang “aggressive”. Lalu slope yang nilainya kurang dari 1,0 berarti bahwa tingkat return saham akan bergerak lebih kecil daripada tingkat return portofolio pasar. Tipe seperti ini sering disebut sebagai investasi yang “difensive” (Van Horne and Wachowicz,1995:102). Apabila melihat keadaan tersebut maka kesimpulannya adalah bahwa beta merupakan indeks terhadap sensitivitas pasar yang menunjukkan seberapa besar sensitivitas return sekuritas terhadap perubahan tingkat return pasar. Menurut Suad Husnan (1998:170), beta suatu sekuritas atau portofolio dapat diukur dengan menggunakan analisis statistik, yaitu dengan menggunakan analisis regresi pada data historis, dengan rumus berikut: Ri – Rf = (Rm – Rf) i Ri – Rf adalah premi risiko yang diharapkan dan (Rm – Rf) i adalah premi risiko yang diharapkan untuk suatu saham untuk pasar X beta. Atau sering dituliskan menjadi : Ri = Rf + (Rm – Rf) i Keterangan : Ri : Tingkat keuntungan saham Rf : Tingkat diskonto bebas risiko Rm : Tingkat keuntungan IHSG i : Koefisien beta saham i sebagai ukuran risiko saham i
  • 9. Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 9 Rumus tersebut menyatakan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu saham adalah sama dengan tingkat tingkat keuntungan bebas risiko ditambah dengan premi risiko yaitu (Rm – Rf) i. Semakin besar risiko saham tersebut, semakin tinggi premi risiko yang diharapkan dari saham tersebut. Dengan demikian semakin tinggi pula return untuk saham tersebut. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Hubungan antara risiko dan return menunjukkan seberapa besar return sekuritas diharapkan yang harus dihasilkan, sehingga dapat memberikan informasi tentang bagaimana aset (asset) harus dihargai. Hubungan antara risiko dan return seringkali disebut model pemberian harga pada aset (Capital Asset Pricing Model). Teori CAPM memberikan penjelasan mengenai hubungan antara risiko dan return. Teori ini mengasumsikan bahwa risiko yang lebih tinggi akan menghasilkan return yang lebih tinggi, dan aset dengan risiko yang sama akan menghasilkan return yang sama pula. Jika investor berinvestasi pada sekuritas atau portofolio yang mempunyai risiko sama dengan portofolio pasar, maka mereka akan mengharapkan untuk memperoleh return sebesar return pasar. Jika investor berinvestasi pada sekuritas atau portofolio yang tidak berisiko, maka mereka akan berharap untuk memperoleh tingkat return bebas risiko, yaitu return SBI. Hubungan antara return dan risiko dapat dinyatakan dengan gambar sebagai berikut : E(R) Security Market Line m=1 Gambar 3: Hubungan antara Beta (risiko) dengan Return yang dinyatakan sebagai Security Market Line Sumber : Harianto, Farid dan Sudomo, Siswanto, 1998, Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia, Edisi Pertama, PT Bursa Efek Jakarta, hlm. 639. Gambar 3, menunjukkan bahwa risiko sekarang dinyatakan sebagai beta, dan mempunyai hubungan positif dan linier dengan tingkat keuntungan. Garis yang Rm M Rf
  • 10. Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 10 menghubungkan dengan R disebut Security Market Line (SML). Beta digunakan sebagai pengukur risiko karena dalam pembentukan portofolio risiko suatu sekuritas tidak ditentukan oleh deviasi standarnya tetapi oleh covariancenya dengan portofolio. Apabila covariance ini dibagi dengan variance portofolio pasar, maka diperoleh beta. Penggunaan beta juga bisa dijelaskan sebagai berikut: karena sebagian risiko bisa dihilangkan dengan diversifikasi, dan investor bersifat tidak menyukai risiko (risk averse), maka mereka tentunya akan melakukan diversifikasi. Bagian risiko yang hilang karena diversifikasi menjadi tidak relevan dalam pengukuran risiko. Hanya risiko yang tidak bisa hilanglah yang relevan. Risiko ini disebut risiko sistematis atau beta (Harianto dan Sudomo,1998: 640). Asumsi-asumsi yang mendasari Standard Capital Asset Pricing Model Teori CAPM menganggap bahwa tiap sekuritas memerlukan target return untuk menghadapi risiko berinvestasi (required rate of return). Required ROR sama dengan tingkat bunga bebas risiko (risk free rate) ditambah dengan premi risiko (risk premium) yang mencerminkan diversifikasi. Model yang kita bicarakan di sini disebut sebagai Standard Capital Asset Pricing Model, karena model ini merupakan model yang pertama kali dirumuskan sebelum berbagai asumsi yang mendasarinya dilonggarkan. Kita menyadari bahwa keadaan dunia yang nyata sangatlah kompleks. Karena itu untuk membuat suatu model diperlukan berbagai penyederhanaan. Berbagai penyederhanaan tersebut ditunjukkan dari asumsi- asumsi yang dipergunakan untuk menyusun model tersebut. Menurut Suad Husnan (1998:160), Standard Capital Asset Pricing Model menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut: a. Tidak ada biaya transaksi, dengan demikian investor bisa membeli atau menjual sekuritas tanpa menanggung biaya transaksi. Melihat nilai biaya transaksi yang relatif rendah (sekitar 0,025 – 0,040%) maka asumsi ini mungkin cukup wajar. b. Investasi sepenuhnya bisa dipecah-pecah (fully divisible), artinya kedua investor bisa melakukan investasi sekecil apapun pada setiap jenis sekuritas. c. Tidak ada pajak penghasilan bagi para investor, dengan demikian investor akan merasa indifferent antara memperoleh deviden ataupun capital gains. Investor dikatakan memperoleh capital gains kalau terjadi kenaikan harga saham, dan capital loss kalau terjadi penurunan saham. d. Para investor tidak bisa mempengaruhi harga saham dengan tindakan membeli atau menjual saham. Asumsi ini analog dengan asumsi persaingan sempurna dalam teori ekonomi. Meskipun tidak ada investor individual yang bisa mempengaruhi harga, tindakan investor secara keseluruhan akan mempengaruhi harga.
  • 11. Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 11 e. Para investor diasumsikan akan menindak semata-mata atas pertimbangan expected value dan deviasi standar tingkat keuntungan portofolio. f. Para investor bisa melakukan short sales. g. Terdapat riskless lending and borrowing rate, sehingga investor bisa menyimpan dan meminjam dengan tingkat bunga yang sama. h. Investor mempunyai pengharapan yang homogen. Artinya bahwa para investor sepakat tentang expected returns, deviasi standar dan koefisien korelasi antar tingkat keuntungan. i. Semua aktiva bisa diperjualbelikan. Perkembangan Teori CAPM Teori CAPM diragukan oleh banyak pihak karena hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diprediksikan oleh teori ini, namun ada juga penelitian yang mendukung teori CAPM. Pengujian di Amerika Serikat pada awalnya dilakukan oleh Black (1972), dan Fama and Mac Beth (1973). Mereka menemukan bahwa dalam jangka pendek risiko investasi yang dinyatakan dalam beta tidak sepenuhnya konsisten, artinya semakin tinggi beta semakin tinggi pula return-nya. Ternyata ada sekuritas yang mempunyai risiko tinggi, tetapi tingkat return-nya rendah. Penemuan ini mendorong asumsi bahwa tingkat bunga bebas risiko harus diganti dengan return portofolio yang mempunyai beta nol. Manajer keuangan mungkin lebih tertarik pada pengujian dalam bentuk strategi portofolio yang diasumsikan. Fama dan Mac Beth berusaha untuk memprediksi tingkat return portofolio di masa datang berdasarkan estimasi variabel risiko yang dilakukan periode sebelumnya yaitu oleh Black, Jensen, dan Scoles (1972). Mereka menggunakan data dan indeks pasar yang sama dengan Black, Jensen dan Scoles, dengan tahaptahap sebagai berikut: a. Menghitung faktor beta untuk tiap saham yang terdaftar di NYSE pada periode tahun 1926 sampai 1929. b. Meranking saham berdasarkan beta dan membentuk 20 portofolio. c. Mengestimasi beta untuk tiap portofolio dengan cara menghubungkan return bulanan portofolio dengan indeks pasar pada periode 1930 sampai 1934. d. Pada akhir tahun 1934 diperoleh estimasi faktor beta untuk tiap portofolio dan menggunakan beta-beta tersebut untuk memprediksi return portofolio pada bulan berikutnya dalam periode tahun 1935 sampai 1938. e. Menghubungkan return dan beta bulanan untuk memperoleh estimasi SML bulanan SML adalah garis yang menunjukkan hubungan antara risiko suatu sekuritas dengan ROR yang diharapkan.
  • 12. Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 12 f. Proses mengestimasi beta, membentuk portofolio, dan mengestimasi SML bulanan dilakukan berulang-ulang dari periode 1935 sampai 1938, sehingga diperoleh 390 estimasi koefisien bulanan. g. Menghitung nilai rata-rata untuk tiap koefisien dan berusaha untuk menentukan apakah nilai-nilai tersebut perbedaannya signifikan dengan nol. Hasil dari penelitian mereka mendukung teori CAPM, yaitu bahwa para investor dapat memprediksikan portofolio yang mempunyai beta di atas rata-rata pada periode berikutnya dibanding dengan portofolio yang bertanya di bawah rata- rata. Namun, pada saat pengujian dilakukan, muncul berbagai masalah. Menurut Lofthouse (1994: 27), terdapat beberapa masalah dalam pengujian CAPM, antara lain yaitu: 1. Investor harus memahami cara mengukur beta dengan tepat. Di sini dia harus dengan cermat mengetahui pemakaian data return mingguan, bulanan atau berapa lama periode pengujian, dua tahun, lima tahun atau periode yang lain. Beberapa penelitian telah dilakukan dengan menggunakan sumber pengukuran yang berbeda dan menghasilkan estimasi beta yang berbeda pula. Beta pun banyak diragukan oleh berbagai pihak karena tidak stabil. Beta historis suatu sekuritas bukan merupakan estimasi yang baik untuk mengukur beta di masa datang. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan stabilitas beta, termasuk data akuntansi yang mendasar. Misalnya, memperbolehkan kecenderungan beta untuk menyimpang dari waktu ke waktu. Beta portofolio lebih stabil dibanding dengan beta sekuritas secara individual. Jadi, untuk sebagian besar masalah-masalah praktis, stabilitas beta tidak begitu penting. Sebagian besar pengujian akademis CAPM menggunakan portofolio daripada sekuritas secara individualdan sebagian besar investor akan membentuk portofolio sekuritas. 2. Investor akan bertindak sesuai dengan harapan mereka terhadap return dan risiko. Jika seseorang berusaha untuk menguji teori ini, maka orang itu harus tahu hal yang hendak ia amati di pasar pada saat mengukur beta dan return historis yang merupakan hal yang benar-benar terjadi. Semua investor mengetahui bahwa sering ada jurang pemisah antara harapan mereka dengan hasil sebenarnya. Teori CAPM adalah ex ante (menggunakan data yang akan datang) dan pengujian yang dilakukan adalah ex post (menggunakan data historis). Richard Roll (1977 dan 1978) menyatakan bahwa pengujian-pengujian yang telah dilakukan biasanya menggunakan indeks yang dikenal secara luas, seperti indeks LQ45. Pada dasarnya Roll mengkritik bahwa beta bukan merupakan karakteristik suatu aset secara individual, namun merupakan karateristik suatu aset sehubungan dengan portofolio tiap aset. Untuk setiap indeks akan ada beta yang sama atau berbeda untuk tiap asetnya. Untuk setiap aset, suatu indeks dapat diketahui untuk menghasilkan beta, berapapun besarnya. Pilihan indeks dengan
  • 13. Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 13 hati-hati akan menghasilkan kinerja yang diinginkan dalam security market line (SML). Roll juga mengemukakan bahwa satu-satunya prediksi nyata CAPM adalah portofolio pasar yang dalam keadaan efisien, sehingga prediksi inilah yang seharusnya diuji. Bagaimanapun, portofolio pasar terdiri atas setiap aset dalam sistem ekonomi internasional, sehingga tidak mungkin untuk menentukan keadaan portofolio yang return-nya efisien dengan risiko tertentu. Apabila hal tersebut tidak mungkin dilakukan, maka CAPM tidak akan pernah bisa diuji. Metode Analisis Data untuk Beta dan Return yang Diharapkan Metode analisis data yang digunakan dalam analisis beta dan return yang diharapkan meliputi: 1. Penentuan return dari saham individu, IHSG, dan bebas risiko (SBI) dengan menggunakan data saham, IHSG, dan SBI pada saat krisis, mulai Juli 1998 sampai Juli 2000. Menurut Suad Husnan (1998:36), dengan cara mengetahui ROR-nya terlebih dahulu yang dapat dicari dengan rumus: Wt+1 - Wt Tingkat keuntungan = Wt Wt+1 adalah harga saham pada akhir peiode ditambah dengan pembayaran deviden (kalau ada), Wt adalah harga saham pada waktu dibeli. 2. Mencari beta ( ) dari 12 perusahaan dengan cara meregresi tingkat keuntungan masing-masing saham. Menurut Suad Husnan (1998:170) rumus CAPM dinyatakan dengan persamaan berikut: Ri – Rf = (Rm – Rf) i Ri – Rf adalah premi risiko yang diharapkan, sedangkan (Rm – Rf) i adalah premi risiko yang diharapkan untuk suatu saham untuk pasar X beta atau sering dituliskan menjadi : Ri = Rf + (Rm – Rf) i Keterangan : Ri : Tingkat keuntungan saham Rf : Tingkat diskonto bebas risiko Rm : Tingkat keuntungan IHSG
  • 14. Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 14 i : Koefisien beta saham i sebagai ukuran risiko saham i Formula tersebut menyatakan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu saham adalah sama dengan tingkat tingkat keuntungan bebas risiko ditambah dengan premi risiko yaitu (Rm – Rf) i. Semakin besar risiko saham tersebut, semakin tinggi premi risiko yang diharapkan dari saham tersebut. Dengan demikian semakin tinggi pula return untuk saham tersebut. 3. Kemudian untuk menentukan beta dan return per tahun dengan menggunakan excess return suatu saham, yaitu return saham mingguan dikurangi dengan return bebas risiko mingguan. Untuk mengetahui nilai excess return suatu saham dalam setahun, dapat diketahui dengan cara mencari nilai rata-rata dari nilai excess return tersebut dalam satu tahun. 4. Uji Statistik, untuk melihat ada tidaknya hubungan positif dan linier antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan beta pada masing-masing periode, digunakan metode : “Cross Sectional Regression”, yaitu dengan meregresi koefisien beta ROR yang telah diperoleh, untuk mengetahui hubungan antara ROR dengan beta linier atau tidak, dalam hal ini: Beta sebagai independent variable, dan E(R) sebagai dependent variable. Dari regresi tersebut akan diperoleh persamaan regresi linier yang kemudian diuji signifikansinya. Simpulan Teori CAPM memberikan penjelasan mengenai hubungan antara risiko dan return. Teori ini mengasumsikan bahwa risiko yang lebih tinggi akan menghasilkan return yang lebih tinggi, dan aset dengan risiko yang sama akan menghasilkan return yang sama pula. Pengukur risiko sekuritas digunakan beta ( ) yang merupakan ukuran dari suatu portofolio. Beta ( ) digunakan oleh investor untuk mengukur sensitivitas tingkat return sekuritas terhadap perubahan portofolio pasar. Semakin tinggi beta suatu sekuritas, maka semakin tinggi pula risiko sekuritas tersebut, demikian pula sebaliknya. Beta ( ) akan dijadikan dasar untuk menentukan tingkat keuntungan (return) yang diharapkan oleh investor. Menurut teori Capital Asset Pricing Model (CAPM), semakin tinggi beta suatu sekuritas, maka tingkat return sekuritas tersebut juga semakin tinggi. Investor yang menginginkan return besar akan menghadapi risiko yang besar. Risiko yang dimaksud merupakan risiko sistematis, karena risiko tersebut timbul dari variabilitas harga sekuritas secara umum dan perubahan yang searah dengan pasar. Teori CAPM diragukan oleh banyak pihak karena hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diprediksikan oleh teori ini, namun ada penelitian yang mendukung teori CAPM. Pengujian di Amerika Serikat pada awalnya dilakukan oleh Black (1972), dan Fama and Mac Beth (1973). Mereka menemukan bahwa
  • 15. Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 15 dalam jangka pendek risiko investasi yang dinyatakan dalam beta tidak sepenuhnya konsisten, artinya semakin tinggi beta semakin tinggi pula return-nya. Ternyata ada sekuritas yang mempunyai risiko tinggi, tetapi tingkat return-nya rendah. Penemuan ini mendorong asumsi bahwa tingkat bunga bebas risiko harus diganti dengan return portofolio yang mempunyai beta nol. Manajer keuangan mungkin lebih tertarik pada pengujian dalam bentuk strategi portofolio yang diasumsikan. Menurut Lofthouse ada beberapa masalah dalam pengujian CAPM, antara lain: (1) investor harus memahami cara mengukur beta dengan tepat., dan (2) investor akan bertindak sesuai dengan harapan mereka terhadap return dan risiko. Richard Roll (1977 dan 1978) menyatakan bahwa pengujian-pengujian yang telah dilakukan biasanya menggunakan indeks yang dikenal secara luas, seperti indeks LQ45. Pada dasarnya Roll mengkritik bahwa beta bukan merupakan karakteristik suatu aset secara individual, namun merupakan karateristik suatu aset sehubungan dengan portofolio tiap aset. Untuk setiap indeks akan ada beta yang sama atau berbeda untuk tiap asetnya. Untuk setiap aset, suatu indeks dapat diketahui untuk menghasilkan beta, berapapun besarnya. Pilihan indeks dengan hati-hati akan menghasilkan kinerja yang diinginkan dalam security market line (SML). Roll juga mengemukakan bahwa satu-satunya prediksi nyata CAPM adalah portofolio pasar yang dalam keadaan efisien, sehingga prediksi inilah yang seharusnya diuji. Bagaimanapun, portofolio pasar terdiri atas setiap aset dalam sistem ekonomi internasional, sehingga tidak mungkin untuk menentukan keadaan portofolio yang return-nya efisien dengan risiko tertentu. Apabila hal tersebut tidak mungkin dilakukan, maka CAPM tidak akan pernah bisa diuji. Daftar Pustaka Brigham, Eugene F., dan Louis C. Gapenski, 1995, Intermediate Financial Management, Edisi Kelima, The Dryden Press Marcourt Brace College Publishers. Downes John dan Goodman E. Jordan, 1994, Kamus Istilah Keuangan dan Investasi, Gramedia, Jakarta. Fabozzi, Frank J., dan Franco Modigliani, 1992, Capital Market: Institution and Instruments, Prentice Hall Inc., New Jersey. Fischer, Donald E., dan Ronald J. Jordan, 1995, Security Analysis and Portofolio Management, Sixth Edition, Prentice-Hall Inc., New Jersey. Harianto, Farid dan Sudomo, Siswanto, 1998, Perangkat Dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia, Edisi Pertama, PT Bursa Efek Jakarta.
  • 16. Equilibrium Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.1 Oktober 2007 16 Husnan, Suad, 1988, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Setia Atmaja, Lukas, 1994, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. Manurung, Adler Hayman, 1966, Asset Pricing Model on The Jakarta Stock Exchange: A Nonparametric Analysis, Kelola, Yogyakarta. Van Horne, James C, dan John M. Wachowics, 1995, Fundamentals of Financial Management, Ninth Edition, Prentice-Hall Inc., New Jersey.