SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
118
KEGIATAN BELAJAR 1
Bibit Ternak Ruminansia Pedaging
KEGIATAN BELAJAR 3
Pakan Ternak Ruminansia Pedaging
2
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Kegiatan belajar ini akan membahas mengenai jenis dan klasifikasi pakan
pada ternak ruminansia pedaging khususnya sapi potong. Materi pembelajaran
yang akan diuraikan meliputi klasifikasi, jenis, dan imbangan pakan yang dapat
diterapkan pada ternak ruminansia pedaging serta cara perhitungan kebutuhan
pakan ternak, sehingga pembaca dapat menguasa manajemen pakan yang baik
untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal.
2. Relevansi
Dengan mengetahui jenis hijauan pakan dan konsentrat, imbangan dan cara
perhitungan kebutuhan, serta cara pemberian pakan ternak diharapkan pembaca
mampu menerapkan manajemen pemberian pakan (feeding management) pada
ternak ruminansia pedaging dengan baik.
3. Panduan Belajar
Modul ini dilengkapi beberapa link yang dapat dikunjungi untuk
memperlengkap bahan belajar.
B. INTI
1. Capaian pembelajaran
Peserta didik diharapkan dapat menganalisa prinsip agribisnis ternak
ruminansia dan aplikasinya dalam pembelajaran bidang studi agribisnis ternak.
2. Sub Capaian pembelajaran
1. Mempelajari tentang pakan pada ternak ruminansia pedaging
2. Mengetahui klasifikasi bahan pakan pada ternak ruminansia pedaging
3. Mengetahui manajemen pemberian pakan (feeding management) pada ternak
4. Menganalisis imbangan pakan hijauan dan konsentrat pada sapi potong
3
5. Mempelajari cara perhitungan kebutuhan pakan ternak
3. Uraian Materi
A. Pakan
Pengertian pakan berdasar Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor 22/Permentan/Pk.110/6/2017 adalah pakan yang terdiri dari bahan pakan
tunggal atau campuran dari beberapa pakan baik diolah maupun tidak. Pakan
digunakan ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, untuk reproduksi dan
pertumbuhan. Tinggi rendahnya konsumsi ditentukan oleh status fisiologi seekor
ternak. Persyaratan kualitas konsentrat untuk sapi potong dapat dilihat pada link
berikut http://dairyfeed.ipb.ac.id/file/SNI%20Konsentrat%20Sapi%20Potong.pdf.
Ternak ruminansia dapat mengkonsumsi pakan dalam bahan kering (BK)
sebesar 1,5 - 3,5% dari bobot badannya. Tinggi rendahnya konsumsi merupakan
tolak ukur dalam menilai palatabilitas pakan. Kemampuan ternak mengkonsumsi
pakan merupakan hal yang perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan variasi
kapasitas produksi ternak dipengaruhi oleh konsumsi (60%) dan kecernaan pakan
(25%).
B. Klasifikasi Bahan Pakan
Bahan pakan menurut nomen klaur internasional diklasifikasikan berdasarkan
beberapa kategori. Pembagian bahan pakan berdasar sifat fisik dan kimia
diantaranya:
a. Hijauan Kering dan Jerami Kering
Hijauan dan jerami yang sengaja dipanen dan dikeringkan bertujuan untuk
memperpanjang masa simpan. Hijauan kering biasa digunakan pada daerah-
daerah yang memiliki keterbatasan produksi hijauan segar pada musim tertentu
atau keterbatasan areal lahan tanaman pakan. Misalnya di Indonesia, pada
musim kemarau panjang atau daerah perkotaan dimana tidak tersedia lahan
untuk menanam pakan. Di negara lain dengan 4 musim, hijauan kering juga
digunakan sebagai alternatif pakan pada musim dingin.
4
Jerami atau hasil samping (limbah) pertanian tanaman pangan jerami padi
dan jerami jagung merupakan hasil samping pertanian potensial dimanfaatkan
sebagai pakan karena kuantitasnya yang besar dan masih menjadi limbah. Hal
ini dikarenakan kadar lignin pada jerami padi yang tinggi sehingga
menyebabkan rendahnya daya cerna bahan pakan tersebut. Syarat bahan pakan
yang termasuk dalam golongan ini adalah pakan dengan kandungan serat kasar
> 18% dan kadar dinding sel > 35 % (dalam BK).
Contoh hijauan dan jerami kering diantaranya hay rumput, hay jagung, hay
legum, jerami gandum, jerami padi, jerami jagung, dan lain-lain. Beberapa
bahan pakan yang termasuk dalam gologan ini dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 1. Hay rumput
Sumber: Rankin (2018)
Gambar 2. Jerami padi
Sumber: wikiwand.com
5
Gambar 3. Jerami gandum
Sumber: alibaba.com
b. Hijauan Segar
Bahan pakan yang termasuk pada golongan ini adalah hijauan maupun
tanaman biji-bijian yang dipanen dan diberikan pada ternak dalam keadaan
segar. Bahan pakan yang termasuk dalam golongan ini diantaranya tanaman
jagung segar (fodder), rumput gajah, rumput odot, daun lamtoro, daun nangka,
rumput raja, dan lain-lain. Beberapa pakan dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
Gambar 4. Rumput odot
Sumber: Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian (DKSKP) IPB
6
Gambar 5. Tanaman jagung
Sumber: Buse (2018)
c. Silase
Pengawetan pakan dalam bentuk silase bertujuan untuk pengawetan
sehingga hijauan yang diawetkan dapat digunakan sebagai pakan sepanjang
tahun. Proses pengawetan tersebut mempengaruhi komposisi kimia dan
kualitas fisik hijauan. Kualitas silase dipengaruhi oleh faktor diantaranya
kandungan bahan kering, spesies tanaman, mikroorganisme yang digunakan,
fase pertumbuhan tanaman dan jenis bahan tambahan. Proses fermentasi
dalam bentuk silase pada hijauan selain merenggangkan ikatan lignin dengan
serat kasar (sehingga mudah dicerna), juga dapat meningkatkan kandungan
protein kasar.
Pemanfaatan rumput segar misal rumput gajah, rumput raja, rumput odot,
dll sebagai pakan ternak sebaiknya dilakukan dengan perlakuan terlebih
dahulu untuk meningkatkan daya cernanya. Berikut disajikan bahan, alat dan
cara pembuatan silase rumput.
- Bahan :
1) Rumput segar (misal rumput gajah, rumput raja, rumput odot, dan
lain-lain) 30 kg
2) Molases 500 ml
3) Bekatul 3 kg (10% dari 30 kg jerami)
4) Air secukupnya
7
5) EM4 20 ml (2 tutup botol)
- Alat yang digunakan :
1) Ember
2) Timbangan
3) Alas plastik
4) Drum atau kantong plastik
- Cara membuat :
1) Timbang semua bahan yang diperlukan
2) Siapkan molases dan EM4 kemudian campur rata pada rumput
3) Tambahkan bekatul pada rumput dan aduk hingga homogen
4) Atur penambahan air secukupnya
5) Aduk hingga semua bahan tercampur rata
6) Masukkan campuran bahan ke drum dan pastikan tidak ada udara
terjebak dalam drum
7) Tutup rapat drum dan biarkan selama 3 minggu
8) Melakukan fermentasi selama 3 minggu
Gambar 6. Silase rumput gajah
Sumber: indiamart.com
d. Bahan Pakan Sumber Energi
Syarat bahan pakan yang termasuk dalam golongan ini adalah pakan
dengan kandungan serat kasar < 18%, dinding sel < 35%, protein kasar < 20%
dalam BK. Bahan pakan tersebut diantaranya biji-bijian, umbi, kacang-
8
kacangan, dedak halus, onggok, molases, dan lain-lain. Beberapa pakan dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 7. Dedak padi
Sumber: ilmuternak.com
Gambar 8. Molases
Sumber: agroniaga.com
e. Bahan Pakan Sumber Protein
Syarat bahan pakan yang termasuk dalam golongan ini adalah pakan
dengan kandungan SK < 18%, dinding sel < 35%, protein kasar  20% dalam
BK. Bahan pakan tersebut diantaranya tepung daging, sebangsa legum dan
bungkilnya, tepung ikan, berbagai biji-bijian, dan lain-lain. Beberapa bahan
pakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
9
Gambar 9. Daun gamal
Sumber: khasiat.co.id
f. Sumber Mineral
Mineral terdiri dari makromineral dan mikromineral. Mineral makro
dibutuhkan ternak seperti kalsium (Ca), phosphor (P) garam (NaCl). Mineral
makro lain seperti sulfur (S) dan magnesium (Mg) hanya digunakan dalam
kasus tertentu. Mineral mikro yang digunakan dalam ransum yaitu seng (Zn),
iodium (I), cobalt (Co), besi (Fe), selenium (Se) tembaga (Cu), dan mangan
(Mn). Bahan pakan yang termasuk sumber mineral diantaranya tepung tulang,
tepung batu kapur, garam dapur, dan berbagai macam garam mineral yang lain.
Gambar 10. Mineral
Sumber: Kallo dan Tondok (2019)
g. Sumber Vitamin
Bahan pakan yang termasuk dalam golongan ini diantaranya minyak ikan,
vitamin B komplek, vitamin B1, vitamin C, dan lain-lain.
10
h. Aditif
Macam pakan aditif diantaranya sebagai berikut :
- Nutritive feed additive
Nutritive feed additive digunakan untuk booster nutrisi ransum. Contohnya:
asam amino, mineral, dan vitamin.
- Non nutritive feed additive
Non nutritive feed additive digunakan untuk antioksidan, meningkatkan
palatabilitas (flavoring, colorant), pengawet pakan, antibiotik, enzim
probiotik, acidifier, prebiotik, mengurangi penggunaan air, meningkatkan
efisiensi pakan, mengoptimalkan metabolisme, meningkatkan kesehatan
usus, meningkatkan kualitas produk ternak, pengikat pelet, serta bahan anti
jamur.
Manfaat aditif dari segi fisiologis diantaranya:
1) Ternak tercukupi kebutuhan vitamin dan mineral
2) Ternak tercukupi kebutuhan nutrisinya
3) Produksi tetap terjaga kualitas dan kuantitasnya
Contoh aditif lain adalah hormon, obat-obatan, zat pewarna.
Demikian jenis-jenis pakan berdasar sifat fisik dan kimianya. Setiap bahan
pakan di Indonesia harus memenuhi standar tertentu. Secara rinci standar bahan
pakan dapat diunduh pada laman berikut
http://pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id/sni-bahan-pakan/.
C. Manajemen Pemberian Pakan Pada Ternak
Pengembangan ternak terutama untuk penggemukan sapi potong memerlukan
upaya berkelanjutan, profesional dan modern dengan mengaplikasikan teknologi
terbaru dan inovasi. Keberhasilan usaha sapi potong ditentukan oleh manajemen
pakan yang baik. Hijauan sebagai komponen utama pakan berasal dari lahan
penggembalaan dan sumber lain. Pemanfaatan sumber daya lokal melalui pola
yang terintegrasi harus dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak
yang efisien. Kondisi ini mencerminkan pentingnya integrasi antara tanaman dan
ternak.
11
Cina telah melakukan perubahan dalam pengelolaan industri peternakannya
sejak 3 dekade terakhir. Hasilnya adalah jumlah unit ternak meningkat tiga kali
lipat di Cina dalam waktu kurang dari 30 tahun. Produksi protein sumber hewani
meningkat 4,9 kali lipat dimana efisiensi penggunaan nitrogen pada tingkat
kelompok ternak meningkat tiga kali lipat. Rata-rata penggunaan pakan dan emisi
per gram protein yang dihasilkan menurun. Perubahan metode ini dipicu oleh
peningkatan permintaan daging, breed baru, teknologi, dan dukungan pemerintah.
dengan penggunaan metode baru ini. Berikut gambaran perubahan pola
pengelolaan industri peternakan di Cina.
Gambar 11. Konsep transisi pengelolaan peternakan di Cina
Sumber: Bai et al. (2018)
Cara pemberian pakan yang baik hendaknya konsentrat diberikan sebelum
pakan hijauan. Hal ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan mikrobia rumen.
Pakan konsentrat mengandung karbohidrat yang mudah dicerna. Nutrisi ini
diperlukan bagi mikrobia rumen untuk berkembang biak dan memberi nutrisi
tubuhnya. Sehingga saat pemberian pakan berserat atau pakan hijauan, kualitas
dan kuantitas mikrobia telah dapat dioptimalkan. Optimalisasi jumlah mikrobia
rumen dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan, mengingat bahwa mikrobia
rumen sangat berperan dalam mencerna serat. Berikut disajikan data produksi gas
yang dihasilkan dari berbagai pakan secara in vitro.
12
Gambar 12. Produksi gas yang dihasilkan dari hijauan pakan secara in vitro
Sumber: Melesse et al. (2017)
Gambar 13. Laju produksi gas tanaman lokal di Indonesia
Sumber: Firsoni dan Lisanti (2017)
A: Kulit biji kopi, B: Kulit coklat, C: Rumput lapang, D: Daun turi, E: Jerami
padi, dan F: Jerami padi fermentasi
13
Gambar 14. Produksi gas yang dihasilkan dari legum secara in vitro
Sumber: Melesse et al. (2017)
Produksi gas tertinggi diperoleh dari proses pencernaan Panicum maximum
rumput benggala) dan Cynodon doctilon (rumput grinting), rumput lapang dan
jerami padi, Medicago sativa (alfalfa) dan Vicia sativa (vetch), sedang hasil
terendah ditunjukkan pada Brachiaria mutica (rumput kolonjono), kulit biji kopi
dan kulit coklat, dan legum Desmodium intortum. Grafik yang mendatar
menggambarkan terjadinya produksi gas yang jauh lebih rendah. Hal ini
disebabkan oleh fraksi yang belum dicerna.
Hasil hidrolisis utama karbohidrat dalam rumen adalah glukosa yang akan
difermentasi lanjut menjadi asam lemak volatil atau volatile fatty acids (VFA)
yang merupakan sumber energi utama bagi ternak ruminansia. Konversi glukosa
menjadi VFA juga membebaskan hidrogen (H2) dan karbondioksida (CO2).
Sebagian H2 dan CO2 akan dikonversikan menjadi metan (CH4). Proporsi dan
konsentrasi VFA yang dihasilkan (asetat-C2, propionat-C3, isobutirat-IC4, butirat-
C4, isovalerat-IC5 dan valerat-C5) tergantung dari jenis pakan, imbangan hijauan
konsentrat, dan distribusinya. Keberadaan mikrobia dalam rumen pakan sendiri
merupakan sumber protein bagi ternak (induk semang). Volatile fatty acids (VFA)
optimal yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba adalah 80 - 160 mM.
14
Peningkatan jumlah VFA menunjukkan mudah atau tidaknya pakan tersebut
didegradasi oleh mikrobia rumen.
Korelasi antara kandungan VFA total dengan produksi gas total cairan rumen
(R2= 68.7%) ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 15. Korelasi produksi gas total dengan kandungan VFA total
Sumber: Firsoni dan Lisanti (2017)
Sumber utama protein ternak ruminansia berasal dari protein mikrobia rumen
dan protein pakan. Protein pakan yang terdegradasi di dalam rumen akan
mengalami hidrolisis menjadi asam-asam amino dan peptida. Selanjutnya asam-
asam amino tersebut didegradasi dan deaminasi menjadi amonia (NH3) dan CO2.
Konsentrasi NH3 yang rendah dalam cairan rumen menggambarkan bahwa
proses fermentasi berjalan dengan normal sehingga NH3 dapat dimanfaatkan
dengan baik, protein ransum rendah, atau protein ransum sulit terdegradasi.
Jumlah mikroba rumen berpengaruh terhadap produksi VFA total. Semakin
banyak jumlah sel bakteri selulolitik dalam cairan rumen maka produksi VFA
total semakin tinggi. Mikrobia rumen lebih banyak mencerna karbohidrat mudah
larut sehingga persentase C3 lebih tinggi dibandingkan dengan C2. Konsentrasi
asam propionat tinggi karena ketersediaan karbohidrat yang mudah didegradasi di
rumen lebih tinggi yang diduga berasal dari konsentrat.
Mikrobia dapat menggunakan NH3 sebagai sumber nitrogen untuk
mensintesis protein tubuhnya. Konsentrasi optimum NH3 untuk perkembangan
15
mikroba adalah 20 - 250 mg/L, dengan konsentrasi NH3 50 - 100 mg/L dalam
cairan rumen sudah cukup menunjang perkembangan mikrobia rumen secara
optimal. Konsentrasi NH3 yang tinggi dapat menunjukkan proses degradasi
protein pakan lebih cepat daripada proses pembentukan protein mikroba, sehingga
NH3 yang dihasilkan terakumulasi dalam rumen. Konsentrasi ammonia
dipengaruhi oleh kandungan protein kasar
pakan. Gambar berikut menunjukkan adanya korelasi positif antara kandungan
protein kasar dengan kandungan amonia cairan rumen setelah 48 jam inkubasi
(R2 = 78,9%).
Gambar 16. Korelasi kandungan protein dengan kadar NH3 cairan rumen
Sumber: Firsoni dan Lisanti (2017)
D. Imbangan Hijauan dan Konsentrat pada Ransum Sapi Potong
Imbangan antara hijauan dan konsentrat pada ransum sapi potong yang baik
telah diteliti oleh ahli-ahli nutrisi di berbagai negara. Faktor penentu dalam
pembentukan daging pada ternak potong adalah cara (sistem) pemberian
ransumnya. Penelitian oleh Blanco et al. (2014) mengenai pola pemberian ransum
pada sapi jantan dengan perlakuan sebagai berikut:
1. Kontrol: diberi makan konsentrat dan jerami ad libitum sampai dengan bobot
500 kg.
16
2. G-supp: diberi ransum (50% alfalfa hay, 10% jerami, 40% jagung) ad libitum
kemudian digembalakan secara rotasi di atas padang rumput ditambah 1,8 kg
jagung kering/hari sampai dengan bobot 500 kg.
3. TMR (Total Mixed Ration): diberi ransum ad libitum kemudian digembalakan
secara rotasi di atas padang rumput ditambah 1,8 kg jagung kering/hari
kemudian dilanjut lagi dengan ransum sampai dengan bobot 500 kg.
Perlakuan secara detail digambarkan sebagai berikut:
Gambar 17. Perlakuan Imbangan Hijauan dan Konsentrat
Sumber: Blanco et al. (2014)
Hasil penelitian tersebut diketahui bahwa sapi jantan kontrol (diberikan
konsentrat dan jerami ad libitum) memiliki 45% pertambahan bobot badan yang
lebih besar daripada kelompok G-supp dan kelompok TMR. Kelompok TMR
memiliki kenaikan bobot badan 31% lebih besar daripada kelompok sapi G-supp.
Berikut disajikan data pertambahan bobot badan ketiga kelompok sapi perlakuan.
Gambar 18. Data pertambahan bobot badan
17
Sumber: Blanco et al. (2014)
Manajemen pakan pada ternak potong dengan berbasis hijauan membutuhkan
durasi waktu lebih lama dalam produksi ternak dibanding dengan pemberian
konsentrat. Kastrasi dilakukan pada ternak potong untuk mengoptimalisasi produk
daging ternak. Sapi yang digembalakan di padang rumput memiliki lemak
subkutan yang baik. Dengan demikian, penggemukan sapi dapat dilakukan
dengan pemberian campuran hijauan yang tinggi tanpa peningkatan penggunaan
serealia. Kandungan hijauan dan produktivitas pada penelitian tersebut disajikan
pada gambar di bawah.
Gambar 19. Kandungan dan produktivitas hijauan pakan
Sumber: Blanco et al. (2014)
Pengaruh strategi manajemen pada bobot hidup dan kenaikan bobot badan
dalam periode yang berbeda disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Pengaruh strategi manajemen pada bobot hidup dan kenaikan bobot
badan
Parameter Kontrol G-supp TMR
Bobot badan, kg
awal 216 204 200
Akhir dikandangkan 461 371 371
Awal digembalakan - 337 328
Periode finishing awal - 437 429
Saat disembelih 495 502 501
Pertambahan bobot badan,
18
Sumber: Blanco et al. (2014)
Kualitas karkas yang dihasilkan oleh ketiga kelompok perlakuan disajikan
pada Tabel 16.
Tabel 2. Kualitas karkas sapi perlakuan
Sumber: Blanco et al. (2014)
Perlakuan TMR dapat menjadi alternatif pakan untuk penggemukan sapi
jantan di daerah pegunungan kering. Persentase dan konformasi karkas yang
dihasilkan pada perlakuan TMR lebih kecil dibanding perlakuan lain. Hal ini
yang menentukan pendapatan pada hasil penjualan daging sapi potong. Pemberian
pakan lengkap pada sapi potong secara ad libitum tanpa penambahan bahan lain
kg/d
Periode dikandangkan 1.772 1.204 1.244
Periode digembalakan - 1.084 1.168
Periode finishing - 0.942 1.371
Umur saat disembelih, hari 442 569 539
Parameter Kontrol G-supp TMR
Bobot karkas, kg 291 293 280
% Dressing, % 58.7 58.2 56.0
Nilai Konformasi (1 - 18) 10.6 10.4 8.2
Nilai perlemakan (1 - 15) 5.0 4.1 5.0
Diseksi komersial, g/kg
Daging konsumsi 749 740 716
Tungkai Torak 282 256 260
Trunk 384 374 390
Tungkai panggul 334 370 351
Lemak irisan 53 55 72
Tulang 198 205 212
Daging konsumsi :
Tulang
3.8 3.7 3.4
lemak: Tulang 0.3 0.3 0.3
Komposisi Tulang
rusuk ke-10 , g/kg
otot 659 716 661
Lemak subkutan 24 17 30
Lemak Intermuscular 125 94 133
Total lemak 149 112 164
Tulang, vessels, tendons 192 173 175
19
kecuali air dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Namun demikian,
pemilihan sistem penggemukan pada ternak potong harus mempertimbangkan
biaya dan ketersediaan pakan. Oleh sebab itu, perlakuan kontrol meskipun
menunjukkan hasil yang baik tetap tidak disarankan karena harga pakan yang
relatif tinggi.
Penelitian mengenai pengaruh kadar protein pakan pada karkas dan
karakteristik daging sapi jantan bali dilakukan oleh Tahuk et al. (2018).
Perlakuan, formulasi, dan kandungan ransum disajikan pada Tabel 17.
Tabel 3. Perlakuan, formulasi, dan kandungan ransum
Perlakuan Bahan Pakan Persentase
(%)
Rasio
Protein kasar TDN
T₀* Forage 100 17.09 65.51
T₁ Native grass 14 0.85 9.92
Gliricidia sepium 30 7.26 21.66
Corn meal 39 3.08 32.66
Rice bran 17 1.18 8.61
Total 100 12.37 72.85
T₂ Native grass 13 0.79 9.21
Gliricidia sepium 46 11.13 33.22
Corn meal 28 2.21 23.45
Rice bran 13 0.91 6.58
Total 100 15.03 72.46
Sumber: Tahuk et al. (2018)
Forage terdiri dari Gliricidia sepium 26.71%, Sesbania glandiflora 3.52%,
Leucaena leucocephala 26.99%, Native grass 33.76%, Pennisetum purpuroidess
1.78%, dan bahan pakan lain 7.24%.
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa imbangan ransum dengan
kandungan PK 12,37% dan TDN 72,85% (T1) menghasilkan hasil terbaik dilihat
dari bobot badan akhir dan karakteristik karkas (daging, lemak, dan rasio daging
dengan tulang), dan kualitas daging termasuk komposisi kimia daging (protein,
lemak, dan kolagen), kelembutan daging, susut masak, kapasitas penampung air,
dan tingkat keasaman (pH). Berdasar hasil analisis diketahui bahwa perlakuan T1
dengan imbangan hijauan dan konsentrat sebesar 54:44 memiliki hasil yang lebih
20
baik dibanding T0 dimana merupakan pakan 100% hijauan dan T2 dengan
imbangan hijauan dan konsentrat sebesar 59 : 41.
E. Cara Perhitungan Kebutuhan Pakan Ternak
1. Bahan pakan penyusun ransum terdiri dari konsentrat dan pakan sumber serat
atau hijauan. Pakan sumber serat dapat terdiri dari satu jenis rumput, legum,
silase, jerami atau campuran dari beberapa sumber serat. Konsentrat terdiri dari
bahan pakan yang mengandung karbohidrat mudah dicerna dan bernutrisi.
Sebagai contoh konsentrat dapat disusun dari bekatul, jagung, dan sebagainya.
2. Langkah kedua adalah perhitungan kebutuhan pakan. Intake bahan kering yang
dibutuhkan ternak kurang lebih 3 - 4,5% (dalam BK) dari bobot badan ternak.
Misal:
Diketahui bobot Sapi = 400 kg, sehingga intake bahan kering
4% dari 400 kg = 4/100 x 400 kg = 16 kg BK/hari
Perhitungan intake BK pada domba biasanya digunakan 3,5%
Jadi misal diketahui bobot domba = 40 kg, intake bahan keringnya adalah
3,5% dari 40 kg = 3,5/100 x 40 kg = 1,4 kg BK/hari.
3. Langkah ketiga adalah penentuan proporsi hijauan dan konsentrat yang akan
digunakan. Sistem pemberian ransum pada ternak dapat dilakukan dengan
imbangan hijauan dan konsentrat sebesar 30:70, 40:60, 70: 30, full konsentrat,
10:90, dan lain sebagainya tergantung tujuan produksi. Imbangan hijauan yang
lebih besar biasanya digunakan pada ternak perah. Dengan pakan berserat,
prekusor yang dihasilkan pada metabolisme tubuh mendukung optimalisasi
produksi susu. Imbangan konsentrat yang lebih besar, baik untuk ternak potong
dalam pembentukan daging seperti yang telah dijelaskan di atas. Cara
perhitungan imbangan hijauan dan konsentrat pakan adalah sebagai berikut:
a. Misal diketahui sapi dengan bobot badan 300 kg, kebutuhan intake BK/hari:
4% BB, dengan Protein Kasar (PK) ransum: 13%.
Kebutuhan BK = (4/100) x 300 kg = 12 kg
b. Jika proporsi Hijauan : Konsentrat = 60% : 40%, maka perhitungannya
adalah
21
Hijauan 60% = 60% x 12 kg = 7,2 kg
c. Jika diketahui hijauan yang digunakan adalah rumput gajah dengan
kandungan PK 9%, maka dalam 7,2 kg BK hijauan terdapat
PK hijauan = 9% x 7200 g = 648 g PK
Kebutuhan PK 13% = 13% x 12.000 = 1560 g
Kekurangan PK = 1560 - 648 = 912 g harus dipenuhi dari konsentrat.
d. Konsentrat harus mengandung:
Kekurangan BK = 12 - 7,2 = 4,8 kg
Kekurangan PK = 912 g
Kekurangan PK dalam % = (912/4800) x 100% = 19%
e. Langkah selanjutnya adalah susun formulasi pakan dari beberapa bahan
penyusun konsentrat dengan total konsentrat yang dibutuhkan sebanyak 4,8
kg dan kandungan PK 19%.
Pada penyusunan ransum, syarat kandungan nutrisi yang harus dipenuhi
biasanya memiliki standar berapa kadar PK, berapa kadar Serat Kasar (SK),
berapa Total Digestible Nutrien (TDN).
4. Forum Diskusi
Carilah jurnal-jurnal peternakan yang membahas mengenai imbangan
hijauan dan konsentrat pada ternak potong dan bandingkan produksi daging yang
dihasilkan dalam bentuk grafik!
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Pengertian pakan berdasar Peraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor 22/Permentan/Pk.110/6/2017 adalah pakan yang terdiri dari
bahan pakan tunggal atau campuran dari beberapa pakan baik diolah maupun
tidak. Pemberian pakan pada ternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk
pertumbuhan dan reproduksi.
22
Bahan pakan secara internasional diklasifikasikan berdasarkan beberapa
kategori. Pembagian bahan pakan berdasar sifat fisik dan kimia diantaranya :
b. Hijauan kering dan jerami kering, contohnya adalah hay rumput, hay hijauan,
hay hijauan jagung, hay jerami gandum, hay hijauan legum, jerami padi kering,
jerami jagung kering, dan lain-lain.
c. Hijauan segar, bahan pakan yang termasuk dalam golongan ini diantaranya
jagung segar (fodder), ramban segar, rumput gajah, rumput odot, daun lamtoro,
daun nangka, rumput raja, dan lain-lain.
d. Silase, contoh silase rumput gajah, silase rumput raja, silase rumput odot, dan
lain-lain.
e. Bahan pakan sumber energi, bahan pakan tersebut diantaranya biji-
bijian, umbi, kacang-kacangan, dedak halus, onggok, molases, dan lain-lain.
f. Bahan pakan sumber protein, bahan pakan tersebut diantaranya berbagai biji-
bijian, tepung daging, tepung ikan, legum dan bungkilnya, dan lain-lain.
g. Sumber mineral, bahan pakan yang termasuk sumber mineral diantaranya
tepung tulang, tepung batu kapur, garam dapur, dan berbagai macam garam
mineral yang lain.
h. Sumber vitamin, bahan pakan yang termasuk dalam golongan ini diantaranya
minyak ikan, vitamin B komplek, vitamin B1, vitamin C, dan lain-lain.
i. Aditif, misal : vitamin, mineral, asam amino, antibiotika, hormon, obat-obatan,
zat pewarna, dan lain-lain.
Pengembangan ternak terutama untuk penggemukan sapi potong
memerlukan upaya yang berkelanjutan dan profesional. Keberhasilan usaha ternak
potong ditentukan oleh manajemen pakannya.
Cara pemberian pakan yang baik hendaknya konsentrat diberikan sebelum
pakan hijauan. Hal ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan mikrobia rumen.
Pakan konsentrat mengandung karbohidrat yang mudah dicerna. Optimalisasi
jumlah mikrobia rumen dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan, mengingat
bahwa mikrobia rumen sangat berperan dalam mencerna serat.
Imbangan antara hijauan dan konsentrat pada ransum sapi potong yang
baik telah diteliti oleh ahli-ahli nutrisi diberbagai negara. Faktor penentu dalam
23
pembentukan daging pada ternak potong adalah cara (sistem) pemberian
ransumnya.
Pemberian konsentrat dan jerami secara ad libitum dapat mengahasilkan
karkas tinggi. Pemberian imbangan konsentrat yang tinggi pada ternak potong
memang menghasilkan produksi daging yang tinggi. Namun demikian, pemilihan
sistem penggemukan pada ternak potong harus mempertimbangkan biaya dan
ketersediaan pakan. Pakan konsentrat lebih mahal dibanding hijauan. Oleh sebab
itu pada ternak potong, dilakukan penelitian untuk mengetahui pakan alternatif
yang dapat digunakan. Manajemen pemberian pakan (feeding management) pada
ternak potong dengan berbasis hijauan membutuhkan durasi waktu lebih lama
dalam produksi ternak dibanding dengan pemberian konsentrat. Sapi yang
digembalakan di padang rumput memiliki lemak subkutan yang baik.
Pakan dengan dengan imbangan hijauan dan konsentrat sebesar 54 : 44
memiliki hasil yang lebih baik dibanding pakan 100% hijauan dan ransum dengan
imbangan hijauan dan konsentrat sebesar 59:41 pada penelitian Tahuk et al.
(2018).
Cara perhitungan kebutuhan pakan ternak dapat dilakukan dengan memilih
bahan pakan penyusun ransum, menetapkan kebutuhan ternak berdasar bobot
badan dan status fisiologisnya, menentukan proporsi hijauan dan konsentrat,
menghitung kebutuhan bahan kering hijauan dan kandungan protein kasar dalam
hijauan, serta menyusun formulasi pakan konsentrat untuk memenuhi kebutuhan
protein pakan.
Daftar Pustaka
Agroniaga.com. https://www.agroniaga.com/tetes-tebu-atau-molases-dari-pabrik-
gula-cocok-untuk-campuran-pakan-ternak/. Diakses pada 7 Oktober 2019.
Alibaba.com. https://www.alibaba.com/product-detail/Wheat-
Straw_127160350.html. Diakses pada 7 Oktober 2019.
Bai, Z., Ma, W., Ma, L., Velthof, G.L., Wei, Z., Havlík, P., Oenema, O., Lee,
M.R. and Zhang, F., 2018. China’s livestock transition: Driving forces,
impacts, and consequences. Science advances, 4(7), p.eaar8534.
24
Blanco, M., Casasús, I., Ripoll, G., Panea, B., Albertí, P., Joy, M., 2010. Lucerne
grazing compared with concentrate-feeding slightly modifies carcase and
meat quality of young bulls. Meat Sci. 84:545-552.
Blanco, M., Casasús, I., Ripoll, G., Sauerwein, H., Joy, M., 2011. Grazing lucerne
as fattening management for young bulls: technical and economic
performance, and diet authentication. Animal 5:113-122.
Blanco, M., Joy, M., Panea, B., Albertí, P., Ripoll, G., Carrasco, S., Revilla, R.,
Casasús, I., 2012. Effects of the forage content of the winter diet on the
growth performance and carcass quality of steers finished on mountain
pasture with a barley supplement. Anim. Prod. Sci. 52:823-831.
Blanco, M., Joy, M., Albertí, P., Ripoll, G. and Casasús, I., 2014. Performance
and carcass quality of forage-fed steers as an alternative to concentrate-based
beef production. Italian Journal of Animal Science, 13(4), p.3384.
Buse, K. 2018. Finish beef with corn silage. https://hayandforage.com/article-
2049-finish-beef-with-corn-silage.html. Diakses pada 7 Oktober 2019.
Direktorat kajian strategis dan kebijakan pertanian (DKSKP) IPB.
http://kskp.ipb.ac.id/panen-raya-rumput-odot/. Diakses pada 7 Oktober 2019.
Dschaak, C.M., C.M. Williams, M.S. Holt, J.S. Eun, A.J. Young, and B.R. Min.
2011. Effects of supplementing condensed tannin extract on intake, digestion,
ruminal fermentation, and milk production of lactating dairy cows. J. Dairy
Sci. 94: 2508-2519.
Firsoni, F. and Lisanti, E., 2017. Potensi Pakan Ruminansia dengan Penampilan
Produksi Gas Secara In Vitro. Jurnal Peternakan Indonesia, 19(3), pp.140-
148.
Firsoni. 2014. Pengaruh Pemakaian Chromolaena Odorata di Dalam
Konsentrat Terhadap Produksi Gas Metana secara In-Vitro, Prosiding
Seminar Nasional Sinergi Pakan dan Energi Terbarukan, SPRINT 2014. p
424-427.
Firsoni, L. Puspitasari dan L. Andini. 2011. Efek Daun Paitan (Tithonia
diversifolia (HEMSLEY) A. GRAY) dan Kelor (Moringa oleifera, LAMK)
Di Dalam Pakan Komplit In-Vitro, Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner.
Hadju, L. 2014. Membuat Silase. Balai Pelatihan Pertanian Jambi.
Ilmuternak.com. https://www.ilmuternak.com/2015/03/dedak-padi-untuk-pakan-
ternak.html. Diakses pada 7 Oktober 2019.
Indiamart.com. https://www.indiamart.com/proddetail/cattle-green-silage-
19816108748.html. Diakses pada 7 Oktober 2019.
Kallo, R dan A. R. Tondok. 2019. Membuat Pakan Konsentrat Untuk Ternak Sapi
Potong. BPTP Balitbangtan Sulawesi Selatan.
25
Khasiat.co.id. https://www.khasiat.co.id/daun/gamal.html/attachment/daun-gamal.
Diakses pada 7 Oktober 2019.
Kuswandi. 2011. Local ration utilization technology to improve
ruminant farming. Pengembangan Inovasi Pertanian 4 (3): 189–
204
Lendrawati, Nahrowi, dan M. Ridla. 2012. Kualitas Fermentasi Silase Ransum
Komplit Berbasis Hasil Samping Jagung, Sawit dan Ubi Kayu. Jurnal
Peternakan Indonesia 14 (1): 297-302.
Mayulu, H., Sunarso, S., Christiyanto, M. and Ballo, F., 2013. Intake and
digestibility of cattle’s ration on complete feed based-on fermented
ammonization rice straw with different protein level. International Journal of
Science and Engineering, 4(2), pp.86-91.
Mayulu, H., Sunarso, S., Sutrisno, C. I., and Sumarsono. 2012. The
effects of amofer palm oil waste-based complete feed to blood
profiles and liver function on local Sheep. International Journal of
Science and enginering, 3 (1): 17-21.
Mayulu, H., Sunarso, C. I. Sutrisno and Sumarsono. 2010. Beef cattle
development policy in Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 29 (1):
34–41.
Melesse, A., Steingass, H., Schollenberger, M. and Rodehutscord, M., 2017.
Screening of common tropical grass and legume forages in Ethiopia for their
nutrient composition and methane production profile in vitro. Tropical
Grasslands-Forrajes Tropicales, 5(3), pp.163-175.
Rankin, M. 2018. USDA: There’s less hay. https://hayandforage.com/article-
1742-usda-there%E2%80%99s-less-hay.html. Diakses pada 7 Oktober 2019.
Siregar, B. S. 2008. Penggemukan Sapi. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutrisno, Widodo, dan F. Wahyono. 2012. Kecernaan bahan kering, kecernaan
bahan organik, produksi VFA dan NH3 complete feed dengan level jerami
padi berbeda secara in vitro. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Diponegoro, Semarang.
Tahuk, P.K., Budhi, S.P.S., Panjono, P. and Baliarti, E., 2018. Carcass and Meat
Characteristics of Male Bali Cattle in Indonesian Smallholder Farms Fed
Ration with Different Protein Levels. Tropical Animal Science
Journal, 41(3), pp.215-223.
Wikiwand.com. https://www.wikiwand.com/en/Straw. Diakses pada 7 Oktober
2019.

More Related Content

What's hot

PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURAPELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURAAGROTEKNOLOGI
 
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...Asvif Ma'rufah
 
Penyimpanan hasil – hasil pertanian
Penyimpanan hasil – hasil pertanianPenyimpanan hasil – hasil pertanian
Penyimpanan hasil – hasil pertanianagronomy
 
5 mutu buah - fase pertumbuhan buah (sas)
5 mutu buah - fase pertumbuhan buah (sas)5 mutu buah - fase pertumbuhan buah (sas)
5 mutu buah - fase pertumbuhan buah (sas)Fadly Rian Saputra
 
Presentation1 susu kedelai
Presentation1 susu kedelaiPresentation1 susu kedelai
Presentation1 susu kedelaihutami mawdy
 
Kamis pkwu kelas xii (pengolahan)
Kamis pkwu kelas xii (pengolahan)Kamis pkwu kelas xii (pengolahan)
Kamis pkwu kelas xii (pengolahan)RiyanAdita
 
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuran
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuranProses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuran
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuranPecinta Satuhati
 
post harvest technology
post harvest technologypost harvest technology
post harvest technologyAmris Siahaan
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4PPGhybrid3
 
Makalah pasca panen rabu
Makalah pasca panen rabuMakalah pasca panen rabu
Makalah pasca panen rabuagronomy
 

What's hot (19)

Pengaruh Penanganan Pasca Panen
Pengaruh Penanganan Pasca PanenPengaruh Penanganan Pasca Panen
Pengaruh Penanganan Pasca Panen
 
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURAPELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
PELAPISAN LILIN DAN PENYIMPANAN PADA SUHU RENDAH PRODUK HORTIKULTURA
 
Susu kedelai
Susu kedelaiSusu kedelai
Susu kedelai
 
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
Modifikasi tepung biji nangka, Tepung Biji Nangka, Modifikasi Tepung, Modifik...
 
Penyimpanan hasil – hasil pertanian
Penyimpanan hasil – hasil pertanianPenyimpanan hasil – hasil pertanian
Penyimpanan hasil – hasil pertanian
 
P3283091
P3283091P3283091
P3283091
 
5 mutu buah - fase pertumbuhan buah (sas)
5 mutu buah - fase pertumbuhan buah (sas)5 mutu buah - fase pertumbuhan buah (sas)
5 mutu buah - fase pertumbuhan buah (sas)
 
Proposal Derivat
Proposal DerivatProposal Derivat
Proposal Derivat
 
Pasca Panen Udang
Pasca Panen UdangPasca Panen Udang
Pasca Panen Udang
 
Presentation1 susu kedelai
Presentation1 susu kedelaiPresentation1 susu kedelai
Presentation1 susu kedelai
 
Kamis pkwu kelas xii (pengolahan)
Kamis pkwu kelas xii (pengolahan)Kamis pkwu kelas xii (pengolahan)
Kamis pkwu kelas xii (pengolahan)
 
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuran
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuranProses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuran
Proses penanganan, penyimpanan dan pengolahan buah buahan dan sayuran
 
post harvest technology
post harvest technologypost harvest technology
post harvest technology
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4
 
Makalah kedelai
Makalah kedelaiMakalah kedelai
Makalah kedelai
 
PERTANIAN TERPADU
PERTANIAN TERPADUPERTANIAN TERPADU
PERTANIAN TERPADU
 
0107 kedelai
0107 kedelai0107 kedelai
0107 kedelai
 
Prospek Agribisnis
Prospek AgribisnisProspek Agribisnis
Prospek Agribisnis
 
Makalah pasca panen rabu
Makalah pasca panen rabuMakalah pasca panen rabu
Makalah pasca panen rabu
 

Similar to AT Modul 1 kb 3

AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3PPGhybrid3
 
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14BBPP_Batu
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3PPGhybrid3
 
KULIAH TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DAN IKAN.pptx
KULIAH TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DAN IKAN.pptxKULIAH TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DAN IKAN.pptx
KULIAH TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DAN IKAN.pptxbudiresno
 
AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1PPGhybrid3
 
Pengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiPengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiDediKusmana2
 
Pengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiPengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiDediKusmana2
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxAlamstaSuarjuniarta
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3PPGhybrid3
 
07. PPT Prakarya XI - Sem 1.pptx
07. PPT Prakarya XI - Sem 1.pptx07. PPT Prakarya XI - Sem 1.pptx
07. PPT Prakarya XI - Sem 1.pptxMulyMulyani2
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1PPGhybrid3
 
Tugas review pengetahuan bahan makanan
Tugas review pengetahuan bahan makananTugas review pengetahuan bahan makanan
Tugas review pengetahuan bahan makananNAJIEM QAMAR NAJIEM
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2PPGhybrid3
 
PERLADANGAN ORGANIK
PERLADANGAN ORGANIK PERLADANGAN ORGANIK
PERLADANGAN ORGANIK Ayda.N Mazlan
 
Nutritional genomics untuk efisiensi pakan2
Nutritional genomics untuk efisiensi pakan2Nutritional genomics untuk efisiensi pakan2
Nutritional genomics untuk efisiensi pakan2Ibnu Sahidhir
 
AT Modul 1 kb 3
AT Modul 1 kb 3AT Modul 1 kb 3
AT Modul 1 kb 3PPGhybrid3
 

Similar to AT Modul 1 kb 3 (20)

AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3
 
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
Bb batu mengolah limbah tanaman pakan ternak 2014 agustus 14
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3
 
KULIAH TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DAN IKAN.pptx
KULIAH TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DAN IKAN.pptxKULIAH TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DAN IKAN.pptx
KULIAH TEKNOLOGI PAKAN TERNAK DAN IKAN.pptx
 
AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1
 
Pedoman Pakan Ternak
Pedoman Pakan TernakPedoman Pakan Ternak
Pedoman Pakan Ternak
 
Pengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiPengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadi
 
Pengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiPengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadi
 
Ternak potong
Ternak potongTernak potong
Ternak potong
 
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptxPpt bahan pakan kelelompok 5.pptx
Ppt bahan pakan kelelompok 5.pptx
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
07. PPT Prakarya XI - Sem 1.pptx
07. PPT Prakarya XI - Sem 1.pptx07. PPT Prakarya XI - Sem 1.pptx
07. PPT Prakarya XI - Sem 1.pptx
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1
 
Tugas review pengetahuan bahan makanan
Tugas review pengetahuan bahan makananTugas review pengetahuan bahan makanan
Tugas review pengetahuan bahan makanan
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2
 
PERLADANGAN ORGANIK
PERLADANGAN ORGANIK PERLADANGAN ORGANIK
PERLADANGAN ORGANIK
 
Nutritional genomics untuk efisiensi pakan2
Nutritional genomics untuk efisiensi pakan2Nutritional genomics untuk efisiensi pakan2
Nutritional genomics untuk efisiensi pakan2
 
AT Modul 1 kb 3
AT Modul 1 kb 3AT Modul 1 kb 3
AT Modul 1 kb 3
 

More from PPGhybrid3

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1PPGhybrid3
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORPPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 2 kb 2
AT Modul 2 kb 2AT Modul 2 kb 2
AT Modul 2 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 2 kb 1
AT Modul 2 kb 1AT Modul 2 kb 1
AT Modul 2 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 1 kb 2
AT Modul 1 kb 2AT Modul 1 kb 2
AT Modul 1 kb 2PPGhybrid3
 

More from PPGhybrid3 (20)

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4
 
AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2
 
AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4
 
AT Modul 2 kb 2
AT Modul 2 kb 2AT Modul 2 kb 2
AT Modul 2 kb 2
 
AT Modul 2 kb 1
AT Modul 2 kb 1AT Modul 2 kb 1
AT Modul 2 kb 1
 
AT Modul 1 kb 2
AT Modul 1 kb 2AT Modul 1 kb 2
AT Modul 1 kb 2
 

Recently uploaded

Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 

Recently uploaded (20)

Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 

AT Modul 1 kb 3

  • 1. 118 KEGIATAN BELAJAR 1 Bibit Ternak Ruminansia Pedaging KEGIATAN BELAJAR 3 Pakan Ternak Ruminansia Pedaging
  • 2. 2 A. PENDAHULUAN 1. Deskripsi Singkat Kegiatan belajar ini akan membahas mengenai jenis dan klasifikasi pakan pada ternak ruminansia pedaging khususnya sapi potong. Materi pembelajaran yang akan diuraikan meliputi klasifikasi, jenis, dan imbangan pakan yang dapat diterapkan pada ternak ruminansia pedaging serta cara perhitungan kebutuhan pakan ternak, sehingga pembaca dapat menguasa manajemen pakan yang baik untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal. 2. Relevansi Dengan mengetahui jenis hijauan pakan dan konsentrat, imbangan dan cara perhitungan kebutuhan, serta cara pemberian pakan ternak diharapkan pembaca mampu menerapkan manajemen pemberian pakan (feeding management) pada ternak ruminansia pedaging dengan baik. 3. Panduan Belajar Modul ini dilengkapi beberapa link yang dapat dikunjungi untuk memperlengkap bahan belajar. B. INTI 1. Capaian pembelajaran Peserta didik diharapkan dapat menganalisa prinsip agribisnis ternak ruminansia dan aplikasinya dalam pembelajaran bidang studi agribisnis ternak. 2. Sub Capaian pembelajaran 1. Mempelajari tentang pakan pada ternak ruminansia pedaging 2. Mengetahui klasifikasi bahan pakan pada ternak ruminansia pedaging 3. Mengetahui manajemen pemberian pakan (feeding management) pada ternak 4. Menganalisis imbangan pakan hijauan dan konsentrat pada sapi potong
  • 3. 3 5. Mempelajari cara perhitungan kebutuhan pakan ternak 3. Uraian Materi A. Pakan Pengertian pakan berdasar Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 22/Permentan/Pk.110/6/2017 adalah pakan yang terdiri dari bahan pakan tunggal atau campuran dari beberapa pakan baik diolah maupun tidak. Pakan digunakan ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, untuk reproduksi dan pertumbuhan. Tinggi rendahnya konsumsi ditentukan oleh status fisiologi seekor ternak. Persyaratan kualitas konsentrat untuk sapi potong dapat dilihat pada link berikut http://dairyfeed.ipb.ac.id/file/SNI%20Konsentrat%20Sapi%20Potong.pdf. Ternak ruminansia dapat mengkonsumsi pakan dalam bahan kering (BK) sebesar 1,5 - 3,5% dari bobot badannya. Tinggi rendahnya konsumsi merupakan tolak ukur dalam menilai palatabilitas pakan. Kemampuan ternak mengkonsumsi pakan merupakan hal yang perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan variasi kapasitas produksi ternak dipengaruhi oleh konsumsi (60%) dan kecernaan pakan (25%). B. Klasifikasi Bahan Pakan Bahan pakan menurut nomen klaur internasional diklasifikasikan berdasarkan beberapa kategori. Pembagian bahan pakan berdasar sifat fisik dan kimia diantaranya: a. Hijauan Kering dan Jerami Kering Hijauan dan jerami yang sengaja dipanen dan dikeringkan bertujuan untuk memperpanjang masa simpan. Hijauan kering biasa digunakan pada daerah- daerah yang memiliki keterbatasan produksi hijauan segar pada musim tertentu atau keterbatasan areal lahan tanaman pakan. Misalnya di Indonesia, pada musim kemarau panjang atau daerah perkotaan dimana tidak tersedia lahan untuk menanam pakan. Di negara lain dengan 4 musim, hijauan kering juga digunakan sebagai alternatif pakan pada musim dingin.
  • 4. 4 Jerami atau hasil samping (limbah) pertanian tanaman pangan jerami padi dan jerami jagung merupakan hasil samping pertanian potensial dimanfaatkan sebagai pakan karena kuantitasnya yang besar dan masih menjadi limbah. Hal ini dikarenakan kadar lignin pada jerami padi yang tinggi sehingga menyebabkan rendahnya daya cerna bahan pakan tersebut. Syarat bahan pakan yang termasuk dalam golongan ini adalah pakan dengan kandungan serat kasar > 18% dan kadar dinding sel > 35 % (dalam BK). Contoh hijauan dan jerami kering diantaranya hay rumput, hay jagung, hay legum, jerami gandum, jerami padi, jerami jagung, dan lain-lain. Beberapa bahan pakan yang termasuk dalam gologan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 1. Hay rumput Sumber: Rankin (2018) Gambar 2. Jerami padi Sumber: wikiwand.com
  • 5. 5 Gambar 3. Jerami gandum Sumber: alibaba.com b. Hijauan Segar Bahan pakan yang termasuk pada golongan ini adalah hijauan maupun tanaman biji-bijian yang dipanen dan diberikan pada ternak dalam keadaan segar. Bahan pakan yang termasuk dalam golongan ini diantaranya tanaman jagung segar (fodder), rumput gajah, rumput odot, daun lamtoro, daun nangka, rumput raja, dan lain-lain. Beberapa pakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4. Rumput odot Sumber: Direktorat Kajian Strategis dan Kebijakan Pertanian (DKSKP) IPB
  • 6. 6 Gambar 5. Tanaman jagung Sumber: Buse (2018) c. Silase Pengawetan pakan dalam bentuk silase bertujuan untuk pengawetan sehingga hijauan yang diawetkan dapat digunakan sebagai pakan sepanjang tahun. Proses pengawetan tersebut mempengaruhi komposisi kimia dan kualitas fisik hijauan. Kualitas silase dipengaruhi oleh faktor diantaranya kandungan bahan kering, spesies tanaman, mikroorganisme yang digunakan, fase pertumbuhan tanaman dan jenis bahan tambahan. Proses fermentasi dalam bentuk silase pada hijauan selain merenggangkan ikatan lignin dengan serat kasar (sehingga mudah dicerna), juga dapat meningkatkan kandungan protein kasar. Pemanfaatan rumput segar misal rumput gajah, rumput raja, rumput odot, dll sebagai pakan ternak sebaiknya dilakukan dengan perlakuan terlebih dahulu untuk meningkatkan daya cernanya. Berikut disajikan bahan, alat dan cara pembuatan silase rumput. - Bahan : 1) Rumput segar (misal rumput gajah, rumput raja, rumput odot, dan lain-lain) 30 kg 2) Molases 500 ml 3) Bekatul 3 kg (10% dari 30 kg jerami) 4) Air secukupnya
  • 7. 7 5) EM4 20 ml (2 tutup botol) - Alat yang digunakan : 1) Ember 2) Timbangan 3) Alas plastik 4) Drum atau kantong plastik - Cara membuat : 1) Timbang semua bahan yang diperlukan 2) Siapkan molases dan EM4 kemudian campur rata pada rumput 3) Tambahkan bekatul pada rumput dan aduk hingga homogen 4) Atur penambahan air secukupnya 5) Aduk hingga semua bahan tercampur rata 6) Masukkan campuran bahan ke drum dan pastikan tidak ada udara terjebak dalam drum 7) Tutup rapat drum dan biarkan selama 3 minggu 8) Melakukan fermentasi selama 3 minggu Gambar 6. Silase rumput gajah Sumber: indiamart.com d. Bahan Pakan Sumber Energi Syarat bahan pakan yang termasuk dalam golongan ini adalah pakan dengan kandungan serat kasar < 18%, dinding sel < 35%, protein kasar < 20% dalam BK. Bahan pakan tersebut diantaranya biji-bijian, umbi, kacang-
  • 8. 8 kacangan, dedak halus, onggok, molases, dan lain-lain. Beberapa pakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 7. Dedak padi Sumber: ilmuternak.com Gambar 8. Molases Sumber: agroniaga.com e. Bahan Pakan Sumber Protein Syarat bahan pakan yang termasuk dalam golongan ini adalah pakan dengan kandungan SK < 18%, dinding sel < 35%, protein kasar  20% dalam BK. Bahan pakan tersebut diantaranya tepung daging, sebangsa legum dan bungkilnya, tepung ikan, berbagai biji-bijian, dan lain-lain. Beberapa bahan pakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
  • 9. 9 Gambar 9. Daun gamal Sumber: khasiat.co.id f. Sumber Mineral Mineral terdiri dari makromineral dan mikromineral. Mineral makro dibutuhkan ternak seperti kalsium (Ca), phosphor (P) garam (NaCl). Mineral makro lain seperti sulfur (S) dan magnesium (Mg) hanya digunakan dalam kasus tertentu. Mineral mikro yang digunakan dalam ransum yaitu seng (Zn), iodium (I), cobalt (Co), besi (Fe), selenium (Se) tembaga (Cu), dan mangan (Mn). Bahan pakan yang termasuk sumber mineral diantaranya tepung tulang, tepung batu kapur, garam dapur, dan berbagai macam garam mineral yang lain. Gambar 10. Mineral Sumber: Kallo dan Tondok (2019) g. Sumber Vitamin Bahan pakan yang termasuk dalam golongan ini diantaranya minyak ikan, vitamin B komplek, vitamin B1, vitamin C, dan lain-lain.
  • 10. 10 h. Aditif Macam pakan aditif diantaranya sebagai berikut : - Nutritive feed additive Nutritive feed additive digunakan untuk booster nutrisi ransum. Contohnya: asam amino, mineral, dan vitamin. - Non nutritive feed additive Non nutritive feed additive digunakan untuk antioksidan, meningkatkan palatabilitas (flavoring, colorant), pengawet pakan, antibiotik, enzim probiotik, acidifier, prebiotik, mengurangi penggunaan air, meningkatkan efisiensi pakan, mengoptimalkan metabolisme, meningkatkan kesehatan usus, meningkatkan kualitas produk ternak, pengikat pelet, serta bahan anti jamur. Manfaat aditif dari segi fisiologis diantaranya: 1) Ternak tercukupi kebutuhan vitamin dan mineral 2) Ternak tercukupi kebutuhan nutrisinya 3) Produksi tetap terjaga kualitas dan kuantitasnya Contoh aditif lain adalah hormon, obat-obatan, zat pewarna. Demikian jenis-jenis pakan berdasar sifat fisik dan kimianya. Setiap bahan pakan di Indonesia harus memenuhi standar tertentu. Secara rinci standar bahan pakan dapat diunduh pada laman berikut http://pakan.ditjenpkh.pertanian.go.id/sni-bahan-pakan/. C. Manajemen Pemberian Pakan Pada Ternak Pengembangan ternak terutama untuk penggemukan sapi potong memerlukan upaya berkelanjutan, profesional dan modern dengan mengaplikasikan teknologi terbaru dan inovasi. Keberhasilan usaha sapi potong ditentukan oleh manajemen pakan yang baik. Hijauan sebagai komponen utama pakan berasal dari lahan penggembalaan dan sumber lain. Pemanfaatan sumber daya lokal melalui pola yang terintegrasi harus dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak yang efisien. Kondisi ini mencerminkan pentingnya integrasi antara tanaman dan ternak.
  • 11. 11 Cina telah melakukan perubahan dalam pengelolaan industri peternakannya sejak 3 dekade terakhir. Hasilnya adalah jumlah unit ternak meningkat tiga kali lipat di Cina dalam waktu kurang dari 30 tahun. Produksi protein sumber hewani meningkat 4,9 kali lipat dimana efisiensi penggunaan nitrogen pada tingkat kelompok ternak meningkat tiga kali lipat. Rata-rata penggunaan pakan dan emisi per gram protein yang dihasilkan menurun. Perubahan metode ini dipicu oleh peningkatan permintaan daging, breed baru, teknologi, dan dukungan pemerintah. dengan penggunaan metode baru ini. Berikut gambaran perubahan pola pengelolaan industri peternakan di Cina. Gambar 11. Konsep transisi pengelolaan peternakan di Cina Sumber: Bai et al. (2018) Cara pemberian pakan yang baik hendaknya konsentrat diberikan sebelum pakan hijauan. Hal ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan mikrobia rumen. Pakan konsentrat mengandung karbohidrat yang mudah dicerna. Nutrisi ini diperlukan bagi mikrobia rumen untuk berkembang biak dan memberi nutrisi tubuhnya. Sehingga saat pemberian pakan berserat atau pakan hijauan, kualitas dan kuantitas mikrobia telah dapat dioptimalkan. Optimalisasi jumlah mikrobia rumen dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan, mengingat bahwa mikrobia rumen sangat berperan dalam mencerna serat. Berikut disajikan data produksi gas yang dihasilkan dari berbagai pakan secara in vitro.
  • 12. 12 Gambar 12. Produksi gas yang dihasilkan dari hijauan pakan secara in vitro Sumber: Melesse et al. (2017) Gambar 13. Laju produksi gas tanaman lokal di Indonesia Sumber: Firsoni dan Lisanti (2017) A: Kulit biji kopi, B: Kulit coklat, C: Rumput lapang, D: Daun turi, E: Jerami padi, dan F: Jerami padi fermentasi
  • 13. 13 Gambar 14. Produksi gas yang dihasilkan dari legum secara in vitro Sumber: Melesse et al. (2017) Produksi gas tertinggi diperoleh dari proses pencernaan Panicum maximum rumput benggala) dan Cynodon doctilon (rumput grinting), rumput lapang dan jerami padi, Medicago sativa (alfalfa) dan Vicia sativa (vetch), sedang hasil terendah ditunjukkan pada Brachiaria mutica (rumput kolonjono), kulit biji kopi dan kulit coklat, dan legum Desmodium intortum. Grafik yang mendatar menggambarkan terjadinya produksi gas yang jauh lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh fraksi yang belum dicerna. Hasil hidrolisis utama karbohidrat dalam rumen adalah glukosa yang akan difermentasi lanjut menjadi asam lemak volatil atau volatile fatty acids (VFA) yang merupakan sumber energi utama bagi ternak ruminansia. Konversi glukosa menjadi VFA juga membebaskan hidrogen (H2) dan karbondioksida (CO2). Sebagian H2 dan CO2 akan dikonversikan menjadi metan (CH4). Proporsi dan konsentrasi VFA yang dihasilkan (asetat-C2, propionat-C3, isobutirat-IC4, butirat- C4, isovalerat-IC5 dan valerat-C5) tergantung dari jenis pakan, imbangan hijauan konsentrat, dan distribusinya. Keberadaan mikrobia dalam rumen pakan sendiri merupakan sumber protein bagi ternak (induk semang). Volatile fatty acids (VFA) optimal yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba adalah 80 - 160 mM.
  • 14. 14 Peningkatan jumlah VFA menunjukkan mudah atau tidaknya pakan tersebut didegradasi oleh mikrobia rumen. Korelasi antara kandungan VFA total dengan produksi gas total cairan rumen (R2= 68.7%) ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 15. Korelasi produksi gas total dengan kandungan VFA total Sumber: Firsoni dan Lisanti (2017) Sumber utama protein ternak ruminansia berasal dari protein mikrobia rumen dan protein pakan. Protein pakan yang terdegradasi di dalam rumen akan mengalami hidrolisis menjadi asam-asam amino dan peptida. Selanjutnya asam- asam amino tersebut didegradasi dan deaminasi menjadi amonia (NH3) dan CO2. Konsentrasi NH3 yang rendah dalam cairan rumen menggambarkan bahwa proses fermentasi berjalan dengan normal sehingga NH3 dapat dimanfaatkan dengan baik, protein ransum rendah, atau protein ransum sulit terdegradasi. Jumlah mikroba rumen berpengaruh terhadap produksi VFA total. Semakin banyak jumlah sel bakteri selulolitik dalam cairan rumen maka produksi VFA total semakin tinggi. Mikrobia rumen lebih banyak mencerna karbohidrat mudah larut sehingga persentase C3 lebih tinggi dibandingkan dengan C2. Konsentrasi asam propionat tinggi karena ketersediaan karbohidrat yang mudah didegradasi di rumen lebih tinggi yang diduga berasal dari konsentrat. Mikrobia dapat menggunakan NH3 sebagai sumber nitrogen untuk mensintesis protein tubuhnya. Konsentrasi optimum NH3 untuk perkembangan
  • 15. 15 mikroba adalah 20 - 250 mg/L, dengan konsentrasi NH3 50 - 100 mg/L dalam cairan rumen sudah cukup menunjang perkembangan mikrobia rumen secara optimal. Konsentrasi NH3 yang tinggi dapat menunjukkan proses degradasi protein pakan lebih cepat daripada proses pembentukan protein mikroba, sehingga NH3 yang dihasilkan terakumulasi dalam rumen. Konsentrasi ammonia dipengaruhi oleh kandungan protein kasar pakan. Gambar berikut menunjukkan adanya korelasi positif antara kandungan protein kasar dengan kandungan amonia cairan rumen setelah 48 jam inkubasi (R2 = 78,9%). Gambar 16. Korelasi kandungan protein dengan kadar NH3 cairan rumen Sumber: Firsoni dan Lisanti (2017) D. Imbangan Hijauan dan Konsentrat pada Ransum Sapi Potong Imbangan antara hijauan dan konsentrat pada ransum sapi potong yang baik telah diteliti oleh ahli-ahli nutrisi di berbagai negara. Faktor penentu dalam pembentukan daging pada ternak potong adalah cara (sistem) pemberian ransumnya. Penelitian oleh Blanco et al. (2014) mengenai pola pemberian ransum pada sapi jantan dengan perlakuan sebagai berikut: 1. Kontrol: diberi makan konsentrat dan jerami ad libitum sampai dengan bobot 500 kg.
  • 16. 16 2. G-supp: diberi ransum (50% alfalfa hay, 10% jerami, 40% jagung) ad libitum kemudian digembalakan secara rotasi di atas padang rumput ditambah 1,8 kg jagung kering/hari sampai dengan bobot 500 kg. 3. TMR (Total Mixed Ration): diberi ransum ad libitum kemudian digembalakan secara rotasi di atas padang rumput ditambah 1,8 kg jagung kering/hari kemudian dilanjut lagi dengan ransum sampai dengan bobot 500 kg. Perlakuan secara detail digambarkan sebagai berikut: Gambar 17. Perlakuan Imbangan Hijauan dan Konsentrat Sumber: Blanco et al. (2014) Hasil penelitian tersebut diketahui bahwa sapi jantan kontrol (diberikan konsentrat dan jerami ad libitum) memiliki 45% pertambahan bobot badan yang lebih besar daripada kelompok G-supp dan kelompok TMR. Kelompok TMR memiliki kenaikan bobot badan 31% lebih besar daripada kelompok sapi G-supp. Berikut disajikan data pertambahan bobot badan ketiga kelompok sapi perlakuan. Gambar 18. Data pertambahan bobot badan
  • 17. 17 Sumber: Blanco et al. (2014) Manajemen pakan pada ternak potong dengan berbasis hijauan membutuhkan durasi waktu lebih lama dalam produksi ternak dibanding dengan pemberian konsentrat. Kastrasi dilakukan pada ternak potong untuk mengoptimalisasi produk daging ternak. Sapi yang digembalakan di padang rumput memiliki lemak subkutan yang baik. Dengan demikian, penggemukan sapi dapat dilakukan dengan pemberian campuran hijauan yang tinggi tanpa peningkatan penggunaan serealia. Kandungan hijauan dan produktivitas pada penelitian tersebut disajikan pada gambar di bawah. Gambar 19. Kandungan dan produktivitas hijauan pakan Sumber: Blanco et al. (2014) Pengaruh strategi manajemen pada bobot hidup dan kenaikan bobot badan dalam periode yang berbeda disajikan pada tabel berikut. Tabel 1. Pengaruh strategi manajemen pada bobot hidup dan kenaikan bobot badan Parameter Kontrol G-supp TMR Bobot badan, kg awal 216 204 200 Akhir dikandangkan 461 371 371 Awal digembalakan - 337 328 Periode finishing awal - 437 429 Saat disembelih 495 502 501 Pertambahan bobot badan,
  • 18. 18 Sumber: Blanco et al. (2014) Kualitas karkas yang dihasilkan oleh ketiga kelompok perlakuan disajikan pada Tabel 16. Tabel 2. Kualitas karkas sapi perlakuan Sumber: Blanco et al. (2014) Perlakuan TMR dapat menjadi alternatif pakan untuk penggemukan sapi jantan di daerah pegunungan kering. Persentase dan konformasi karkas yang dihasilkan pada perlakuan TMR lebih kecil dibanding perlakuan lain. Hal ini yang menentukan pendapatan pada hasil penjualan daging sapi potong. Pemberian pakan lengkap pada sapi potong secara ad libitum tanpa penambahan bahan lain kg/d Periode dikandangkan 1.772 1.204 1.244 Periode digembalakan - 1.084 1.168 Periode finishing - 0.942 1.371 Umur saat disembelih, hari 442 569 539 Parameter Kontrol G-supp TMR Bobot karkas, kg 291 293 280 % Dressing, % 58.7 58.2 56.0 Nilai Konformasi (1 - 18) 10.6 10.4 8.2 Nilai perlemakan (1 - 15) 5.0 4.1 5.0 Diseksi komersial, g/kg Daging konsumsi 749 740 716 Tungkai Torak 282 256 260 Trunk 384 374 390 Tungkai panggul 334 370 351 Lemak irisan 53 55 72 Tulang 198 205 212 Daging konsumsi : Tulang 3.8 3.7 3.4 lemak: Tulang 0.3 0.3 0.3 Komposisi Tulang rusuk ke-10 , g/kg otot 659 716 661 Lemak subkutan 24 17 30 Lemak Intermuscular 125 94 133 Total lemak 149 112 164 Tulang, vessels, tendons 192 173 175
  • 19. 19 kecuali air dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Namun demikian, pemilihan sistem penggemukan pada ternak potong harus mempertimbangkan biaya dan ketersediaan pakan. Oleh sebab itu, perlakuan kontrol meskipun menunjukkan hasil yang baik tetap tidak disarankan karena harga pakan yang relatif tinggi. Penelitian mengenai pengaruh kadar protein pakan pada karkas dan karakteristik daging sapi jantan bali dilakukan oleh Tahuk et al. (2018). Perlakuan, formulasi, dan kandungan ransum disajikan pada Tabel 17. Tabel 3. Perlakuan, formulasi, dan kandungan ransum Perlakuan Bahan Pakan Persentase (%) Rasio Protein kasar TDN T₀* Forage 100 17.09 65.51 T₁ Native grass 14 0.85 9.92 Gliricidia sepium 30 7.26 21.66 Corn meal 39 3.08 32.66 Rice bran 17 1.18 8.61 Total 100 12.37 72.85 T₂ Native grass 13 0.79 9.21 Gliricidia sepium 46 11.13 33.22 Corn meal 28 2.21 23.45 Rice bran 13 0.91 6.58 Total 100 15.03 72.46 Sumber: Tahuk et al. (2018) Forage terdiri dari Gliricidia sepium 26.71%, Sesbania glandiflora 3.52%, Leucaena leucocephala 26.99%, Native grass 33.76%, Pennisetum purpuroidess 1.78%, dan bahan pakan lain 7.24%. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa imbangan ransum dengan kandungan PK 12,37% dan TDN 72,85% (T1) menghasilkan hasil terbaik dilihat dari bobot badan akhir dan karakteristik karkas (daging, lemak, dan rasio daging dengan tulang), dan kualitas daging termasuk komposisi kimia daging (protein, lemak, dan kolagen), kelembutan daging, susut masak, kapasitas penampung air, dan tingkat keasaman (pH). Berdasar hasil analisis diketahui bahwa perlakuan T1 dengan imbangan hijauan dan konsentrat sebesar 54:44 memiliki hasil yang lebih
  • 20. 20 baik dibanding T0 dimana merupakan pakan 100% hijauan dan T2 dengan imbangan hijauan dan konsentrat sebesar 59 : 41. E. Cara Perhitungan Kebutuhan Pakan Ternak 1. Bahan pakan penyusun ransum terdiri dari konsentrat dan pakan sumber serat atau hijauan. Pakan sumber serat dapat terdiri dari satu jenis rumput, legum, silase, jerami atau campuran dari beberapa sumber serat. Konsentrat terdiri dari bahan pakan yang mengandung karbohidrat mudah dicerna dan bernutrisi. Sebagai contoh konsentrat dapat disusun dari bekatul, jagung, dan sebagainya. 2. Langkah kedua adalah perhitungan kebutuhan pakan. Intake bahan kering yang dibutuhkan ternak kurang lebih 3 - 4,5% (dalam BK) dari bobot badan ternak. Misal: Diketahui bobot Sapi = 400 kg, sehingga intake bahan kering 4% dari 400 kg = 4/100 x 400 kg = 16 kg BK/hari Perhitungan intake BK pada domba biasanya digunakan 3,5% Jadi misal diketahui bobot domba = 40 kg, intake bahan keringnya adalah 3,5% dari 40 kg = 3,5/100 x 40 kg = 1,4 kg BK/hari. 3. Langkah ketiga adalah penentuan proporsi hijauan dan konsentrat yang akan digunakan. Sistem pemberian ransum pada ternak dapat dilakukan dengan imbangan hijauan dan konsentrat sebesar 30:70, 40:60, 70: 30, full konsentrat, 10:90, dan lain sebagainya tergantung tujuan produksi. Imbangan hijauan yang lebih besar biasanya digunakan pada ternak perah. Dengan pakan berserat, prekusor yang dihasilkan pada metabolisme tubuh mendukung optimalisasi produksi susu. Imbangan konsentrat yang lebih besar, baik untuk ternak potong dalam pembentukan daging seperti yang telah dijelaskan di atas. Cara perhitungan imbangan hijauan dan konsentrat pakan adalah sebagai berikut: a. Misal diketahui sapi dengan bobot badan 300 kg, kebutuhan intake BK/hari: 4% BB, dengan Protein Kasar (PK) ransum: 13%. Kebutuhan BK = (4/100) x 300 kg = 12 kg b. Jika proporsi Hijauan : Konsentrat = 60% : 40%, maka perhitungannya adalah
  • 21. 21 Hijauan 60% = 60% x 12 kg = 7,2 kg c. Jika diketahui hijauan yang digunakan adalah rumput gajah dengan kandungan PK 9%, maka dalam 7,2 kg BK hijauan terdapat PK hijauan = 9% x 7200 g = 648 g PK Kebutuhan PK 13% = 13% x 12.000 = 1560 g Kekurangan PK = 1560 - 648 = 912 g harus dipenuhi dari konsentrat. d. Konsentrat harus mengandung: Kekurangan BK = 12 - 7,2 = 4,8 kg Kekurangan PK = 912 g Kekurangan PK dalam % = (912/4800) x 100% = 19% e. Langkah selanjutnya adalah susun formulasi pakan dari beberapa bahan penyusun konsentrat dengan total konsentrat yang dibutuhkan sebanyak 4,8 kg dan kandungan PK 19%. Pada penyusunan ransum, syarat kandungan nutrisi yang harus dipenuhi biasanya memiliki standar berapa kadar PK, berapa kadar Serat Kasar (SK), berapa Total Digestible Nutrien (TDN). 4. Forum Diskusi Carilah jurnal-jurnal peternakan yang membahas mengenai imbangan hijauan dan konsentrat pada ternak potong dan bandingkan produksi daging yang dihasilkan dalam bentuk grafik! C. PENUTUP 1. Rangkuman Pengertian pakan berdasar Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 22/Permentan/Pk.110/6/2017 adalah pakan yang terdiri dari bahan pakan tunggal atau campuran dari beberapa pakan baik diolah maupun tidak. Pemberian pakan pada ternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk pertumbuhan dan reproduksi.
  • 22. 22 Bahan pakan secara internasional diklasifikasikan berdasarkan beberapa kategori. Pembagian bahan pakan berdasar sifat fisik dan kimia diantaranya : b. Hijauan kering dan jerami kering, contohnya adalah hay rumput, hay hijauan, hay hijauan jagung, hay jerami gandum, hay hijauan legum, jerami padi kering, jerami jagung kering, dan lain-lain. c. Hijauan segar, bahan pakan yang termasuk dalam golongan ini diantaranya jagung segar (fodder), ramban segar, rumput gajah, rumput odot, daun lamtoro, daun nangka, rumput raja, dan lain-lain. d. Silase, contoh silase rumput gajah, silase rumput raja, silase rumput odot, dan lain-lain. e. Bahan pakan sumber energi, bahan pakan tersebut diantaranya biji- bijian, umbi, kacang-kacangan, dedak halus, onggok, molases, dan lain-lain. f. Bahan pakan sumber protein, bahan pakan tersebut diantaranya berbagai biji- bijian, tepung daging, tepung ikan, legum dan bungkilnya, dan lain-lain. g. Sumber mineral, bahan pakan yang termasuk sumber mineral diantaranya tepung tulang, tepung batu kapur, garam dapur, dan berbagai macam garam mineral yang lain. h. Sumber vitamin, bahan pakan yang termasuk dalam golongan ini diantaranya minyak ikan, vitamin B komplek, vitamin B1, vitamin C, dan lain-lain. i. Aditif, misal : vitamin, mineral, asam amino, antibiotika, hormon, obat-obatan, zat pewarna, dan lain-lain. Pengembangan ternak terutama untuk penggemukan sapi potong memerlukan upaya yang berkelanjutan dan profesional. Keberhasilan usaha ternak potong ditentukan oleh manajemen pakannya. Cara pemberian pakan yang baik hendaknya konsentrat diberikan sebelum pakan hijauan. Hal ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan mikrobia rumen. Pakan konsentrat mengandung karbohidrat yang mudah dicerna. Optimalisasi jumlah mikrobia rumen dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan, mengingat bahwa mikrobia rumen sangat berperan dalam mencerna serat. Imbangan antara hijauan dan konsentrat pada ransum sapi potong yang baik telah diteliti oleh ahli-ahli nutrisi diberbagai negara. Faktor penentu dalam
  • 23. 23 pembentukan daging pada ternak potong adalah cara (sistem) pemberian ransumnya. Pemberian konsentrat dan jerami secara ad libitum dapat mengahasilkan karkas tinggi. Pemberian imbangan konsentrat yang tinggi pada ternak potong memang menghasilkan produksi daging yang tinggi. Namun demikian, pemilihan sistem penggemukan pada ternak potong harus mempertimbangkan biaya dan ketersediaan pakan. Pakan konsentrat lebih mahal dibanding hijauan. Oleh sebab itu pada ternak potong, dilakukan penelitian untuk mengetahui pakan alternatif yang dapat digunakan. Manajemen pemberian pakan (feeding management) pada ternak potong dengan berbasis hijauan membutuhkan durasi waktu lebih lama dalam produksi ternak dibanding dengan pemberian konsentrat. Sapi yang digembalakan di padang rumput memiliki lemak subkutan yang baik. Pakan dengan dengan imbangan hijauan dan konsentrat sebesar 54 : 44 memiliki hasil yang lebih baik dibanding pakan 100% hijauan dan ransum dengan imbangan hijauan dan konsentrat sebesar 59:41 pada penelitian Tahuk et al. (2018). Cara perhitungan kebutuhan pakan ternak dapat dilakukan dengan memilih bahan pakan penyusun ransum, menetapkan kebutuhan ternak berdasar bobot badan dan status fisiologisnya, menentukan proporsi hijauan dan konsentrat, menghitung kebutuhan bahan kering hijauan dan kandungan protein kasar dalam hijauan, serta menyusun formulasi pakan konsentrat untuk memenuhi kebutuhan protein pakan. Daftar Pustaka Agroniaga.com. https://www.agroniaga.com/tetes-tebu-atau-molases-dari-pabrik- gula-cocok-untuk-campuran-pakan-ternak/. Diakses pada 7 Oktober 2019. Alibaba.com. https://www.alibaba.com/product-detail/Wheat- Straw_127160350.html. Diakses pada 7 Oktober 2019. Bai, Z., Ma, W., Ma, L., Velthof, G.L., Wei, Z., Havlík, P., Oenema, O., Lee, M.R. and Zhang, F., 2018. China’s livestock transition: Driving forces, impacts, and consequences. Science advances, 4(7), p.eaar8534.
  • 24. 24 Blanco, M., Casasús, I., Ripoll, G., Panea, B., Albertí, P., Joy, M., 2010. Lucerne grazing compared with concentrate-feeding slightly modifies carcase and meat quality of young bulls. Meat Sci. 84:545-552. Blanco, M., Casasús, I., Ripoll, G., Sauerwein, H., Joy, M., 2011. Grazing lucerne as fattening management for young bulls: technical and economic performance, and diet authentication. Animal 5:113-122. Blanco, M., Joy, M., Panea, B., Albertí, P., Ripoll, G., Carrasco, S., Revilla, R., Casasús, I., 2012. Effects of the forage content of the winter diet on the growth performance and carcass quality of steers finished on mountain pasture with a barley supplement. Anim. Prod. Sci. 52:823-831. Blanco, M., Joy, M., Albertí, P., Ripoll, G. and Casasús, I., 2014. Performance and carcass quality of forage-fed steers as an alternative to concentrate-based beef production. Italian Journal of Animal Science, 13(4), p.3384. Buse, K. 2018. Finish beef with corn silage. https://hayandforage.com/article- 2049-finish-beef-with-corn-silage.html. Diakses pada 7 Oktober 2019. Direktorat kajian strategis dan kebijakan pertanian (DKSKP) IPB. http://kskp.ipb.ac.id/panen-raya-rumput-odot/. Diakses pada 7 Oktober 2019. Dschaak, C.M., C.M. Williams, M.S. Holt, J.S. Eun, A.J. Young, and B.R. Min. 2011. Effects of supplementing condensed tannin extract on intake, digestion, ruminal fermentation, and milk production of lactating dairy cows. J. Dairy Sci. 94: 2508-2519. Firsoni, F. and Lisanti, E., 2017. Potensi Pakan Ruminansia dengan Penampilan Produksi Gas Secara In Vitro. Jurnal Peternakan Indonesia, 19(3), pp.140- 148. Firsoni. 2014. Pengaruh Pemakaian Chromolaena Odorata di Dalam Konsentrat Terhadap Produksi Gas Metana secara In-Vitro, Prosiding Seminar Nasional Sinergi Pakan dan Energi Terbarukan, SPRINT 2014. p 424-427. Firsoni, L. Puspitasari dan L. Andini. 2011. Efek Daun Paitan (Tithonia diversifolia (HEMSLEY) A. GRAY) dan Kelor (Moringa oleifera, LAMK) Di Dalam Pakan Komplit In-Vitro, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Hadju, L. 2014. Membuat Silase. Balai Pelatihan Pertanian Jambi. Ilmuternak.com. https://www.ilmuternak.com/2015/03/dedak-padi-untuk-pakan- ternak.html. Diakses pada 7 Oktober 2019. Indiamart.com. https://www.indiamart.com/proddetail/cattle-green-silage- 19816108748.html. Diakses pada 7 Oktober 2019. Kallo, R dan A. R. Tondok. 2019. Membuat Pakan Konsentrat Untuk Ternak Sapi Potong. BPTP Balitbangtan Sulawesi Selatan.
  • 25. 25 Khasiat.co.id. https://www.khasiat.co.id/daun/gamal.html/attachment/daun-gamal. Diakses pada 7 Oktober 2019. Kuswandi. 2011. Local ration utilization technology to improve ruminant farming. Pengembangan Inovasi Pertanian 4 (3): 189– 204 Lendrawati, Nahrowi, dan M. Ridla. 2012. Kualitas Fermentasi Silase Ransum Komplit Berbasis Hasil Samping Jagung, Sawit dan Ubi Kayu. Jurnal Peternakan Indonesia 14 (1): 297-302. Mayulu, H., Sunarso, S., Christiyanto, M. and Ballo, F., 2013. Intake and digestibility of cattle’s ration on complete feed based-on fermented ammonization rice straw with different protein level. International Journal of Science and Engineering, 4(2), pp.86-91. Mayulu, H., Sunarso, S., Sutrisno, C. I., and Sumarsono. 2012. The effects of amofer palm oil waste-based complete feed to blood profiles and liver function on local Sheep. International Journal of Science and enginering, 3 (1): 17-21. Mayulu, H., Sunarso, C. I. Sutrisno and Sumarsono. 2010. Beef cattle development policy in Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 29 (1): 34–41. Melesse, A., Steingass, H., Schollenberger, M. and Rodehutscord, M., 2017. Screening of common tropical grass and legume forages in Ethiopia for their nutrient composition and methane production profile in vitro. Tropical Grasslands-Forrajes Tropicales, 5(3), pp.163-175. Rankin, M. 2018. USDA: There’s less hay. https://hayandforage.com/article- 1742-usda-there%E2%80%99s-less-hay.html. Diakses pada 7 Oktober 2019. Siregar, B. S. 2008. Penggemukan Sapi. Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. Sutrisno, Widodo, dan F. Wahyono. 2012. Kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, produksi VFA dan NH3 complete feed dengan level jerami padi berbeda secara in vitro. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang. Tahuk, P.K., Budhi, S.P.S., Panjono, P. and Baliarti, E., 2018. Carcass and Meat Characteristics of Male Bali Cattle in Indonesian Smallholder Farms Fed Ration with Different Protein Levels. Tropical Animal Science Journal, 41(3), pp.215-223. Wikiwand.com. https://www.wikiwand.com/en/Straw. Diakses pada 7 Oktober 2019.