MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Pengabdian masyarakat 02 jadi
1. 01 Juli 2020 PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT-01 PAKAN UNGGAS
FERMENTASI CACAHAN BATANG PISANG DAN DEDAK PADI
SEBAGAI PAKAN TERNAK ITIK (Cairina Moschata) DI DESA
SUKAKERTA KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS
JAWA BARAT
Dedi Kusmana, S.Pt.
NUPTK. 1860759661120002
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NURUL HUDA PANUMBANGAN
Dodykusmana703@gmail.com, Cidoyang165@gmail.com
ABSTRAK
Menganalisis potensi daerah Desa Sukakerta Kecamatan Panumbangan
Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat, sebagai sentra pertanian dan perkebunan
serta sinergisatas dengan peternakan Unggas, Domba dan Sapi. Perlu adanya
terobosan inovatif, salah satunya dengan pemanfaatan teknologi fermentasi pakan
untuk memanfaatkan beberapa bahan pakan yang layak untuk dikembangkan
sebagai pakan ternak, diantaranya yaitu memfermentasikan cacahan batang pisang
dan dedak padi dengan Teknologi EM-4.
Daerah Sukakerta dengan tanah yang berawa dan subur dimana sebagaian
lahanya untuk wilayah berawa ditanami tanaman padi dan untuk lahan kebun
ditanami dengan tanaman palawija dan pohon pisang. Batang pisang yang
merupakan limbah dari kebun pisang memiliki potensi yang cukup besar sebagai
bahan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak.
Batang pisang diketahui memiliki kandungan protein kasar 2,4%-8,3%,
lemak Kasar 3,2%-8,1%, dan serat kasar 13,4%-31,7%. Tujuan dari Program
Pengabdian masyarkat dalam bidang Ilmu dan Teknologi (IPTEK) Penerapan
Teknologi EM-4 adalah membuat Fermentasi cacahan batang pisang dan dedak
padi dengan EM-4. Hasil dari fermentasi ini diharapakan meningkatkan falatabilitas
kesukaan pada ternak dan meningkatkan nilai nutrisi batang pisang dan dedak
karena adanya aktivitas metabolisme mikroba. Dari pengabdian ini diharapkan
mampu membantu peternak Itik dalam mengolah pakan alternatif dan diharapkan
dapat meningkatkan taraf perekonomian masyarakat.
Kata Kunci: Fermentasi, Teknologi EM-4, batang pisang, ternak Itik, pakan
alternatif.
2. 1. PENDAHULUAN
Peternakan merupakan salah satu usaha yang sangat potensial untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan, hampir setiap manusia yang
hidup di mukabumi memerlukan dan memanfaatkan hasil ternak baik langsung
maupun tidak langsung (Ayu Gemuh R . A, Ni Made, 2018). Peningkatan jumlah
penduduk menyebabkan kebutuhan protein hewani semakin meningkat.
Berdasarkan standar konsumsi protein hewani yang ditetapkan FAO tahun 2016,
minimal 6 gram/kapita/hari atau setara daging sebanyak 10,1 kg, telur 3,5 kg, dan
susu 6,4 kg/kapita/tahun. Dari ketersediaan yang dianjurkan baru dapat dipenuhi
sebesar 4,19 gram/kapita/hari, atau setara dengan 5,25 kg daging, telur 3,5 kg, dan
susu 5,5 kg/kapita/tahun (Budi Guntoro, 2016). Untuk memenuhi kebutuhan daging
di masyarakat, ternak yang ideal untuk di budidayakan ialah ternak unggas karena
masa panen unggas lebih cepat dibandingkan ternak lainnya seperti ternak
ruminansia
Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (Bahasa Jawa). Nenek moyangnya
berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar (Anas moscha) atau Wild mallard.
Kemudian terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang di
perlihara sekarang yang disebut Anas domesticus. Jenis bibit unggul yang
diternakkan, di Indonesia ialah jenis itik seperti itik peking, itik tegal, itik khaki
campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, dan itik-itik petelur unggul lainnya
yang merupakan produk dari BPT (Balai Penelitian Ternak) Ciawi, Bogor.1
Peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat yang diikuti dengan
kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan produk hewani menjadi tinggi, hal
ini dapat dilihat dari Konsumsi Nasional protein pada tahun 2011 mencapai 6,14
g/kapita/hari, meningkat 1,99% dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu
6,03g/kapita/hari.2
Daging dan telur yang berasal dari unggas diperkirakan dapat
menyumbangkan 20–30% dari total protein produk hewani di negara sedang
3. berkembang. Agar dapat memenuhi kebutuhan protein yang mudah dan cepat,
maka ternak unggas merupakan pilihan yang tepat, karena selain cepat
menghasilkan daging juga menghasilkan telur. Salah satu jenis usaha peternakan
unggas yang berpotensi untuk dikembangkan adalah peternakan itik.
Kelebihan ternak itik ini adalah lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan
dengan ayam ras, sehingga pemeliharaannya mudah dan tidak banyak mengandung
resiko. Di kalangan masyarakat pedesaan, ternak itik telah menyatu dengan
kehidupan sehari-hari, hal ini secara tidak langsung berkaitan terhadap sumber
pakan dilapangan yang mampu di manfaatkan oleh ternak itik.4
Beternak unggas
mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan dalam upaya meningkatkan
pendapatan keluarga pedesaan. Selain produksinya cukup tinggi dan relatif tahan
terhadap penyakit dibandingkan dengan ayam sehingga pengolahan kesehatannya
lebih mudah.
Itik pedaging merupakan jenis itik unggulan karena mengandung berbagai
zat dan gizi tinggi serta cita rasa yang luar biasa. Selain itu itik pedaging tingkat
pertumbuhannya relatif cepat. Itik yang berkualitas baik dan buruk dipelihara
peternak secara bersamaan sehingga kualitas produksi yang dihasilkan cendrung
rendah dan tidak seragam. Itik yang berperan sebagai penghasil daging selama ini
juga kebanyakan berasal dari itik jantan maupun itik-itik afkir sehingga kualitas
daging yang dihasilkan kurang baik, kendala lain yang tidak kalah pentingnya
dalam usaha pemeliharaan itik sebagai penghasil daging adalah konsumen dan
konversi penggunaan ransum yang cenderung tinggi dan harga pakan yang mahal
4. mengakibatkan biaya produksi menjadi tinggi konsumsi dan konversi ransum
itik lokal.
Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah digunakan secara luas oleh
sebagian peternak di Indonesia. Sebagian bahan pakan yang berasal dari limbah
agroindustri. Dedak mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan sumber
energi bagi ternak. Dedak padi berpeluang menggantikan peranan jagung sebagai
sumber energi bagi unggas karena jagung merupakan salah satu bahan yang akan
diolah menjadi bahan bakar penganti minyak bumi. Penggunaan dedak padi dalam
ransum unggas ada batasanya, yaitu 0 – 15 % untuk itik petelur fase starter; 0 – 20
untuk itik petelur fase grower fase layer. Untuk itik pedaging, itu berkisar antara 5
– 20 %, dan tidak lebih dari 20 % karena akan dapat menurunkan produktivitas itik.
Bermacam-macam usaha yang bisa dilakukan antara lain dengan mencari
lternatif sumber pakan baru, yang relatif murah dan tentunya dengan kondisi gizi
terbaik. Terbatasnya lahan untuk menanam pakan hijauan, sehingga ternak kita jadi
sering mengalami kekurangan pakan pada musim kemarau. Berbagai upaya
dilakukan untuk memperoleh sumber pakan lain yang mempunyai nilai gizi yang
sama dengan rumput hijau. Salah satu pakan yang dapat diolah adalah limbah
petanian, perhutanan, dan pekerbunan, seperti batang pohon pisang.
Pisang merupakan suatu komoditi yang paling banyak digemari oleh
masyarakat Indonesia, yang menjadi alasan digemari buah yang berwarna kuning
ini adalah harganya yang cukup terjangkau dan juga memiliki kandungan gizi serta
vitamin yang cukup untuk menyehatkan badan. Provinsi lampung merupakan
daerah penghasil pisang terbesar di Indonesia dan hampir tersebar disemua wilayah
di provinsi lampung. Pisang juga merupakan suatu tanaman yang bisa dikatakan
tidak sulit untuk dibudidayakan. Ketersediaan tanaman pisang sangat banyak
tersebar di wilayah Bandar Lampung khususnya di kecamatan Kemiling, sebab
tanaman ini dalam perawatannya tidak menggunakan terlalu banyak pupuk. Secara
5. umum, pisang dapat hidup di daerah yang tinggi maupun rendah, artinya dalam
membudidayakan pisang kita tidak perlu repot-repot untuk mencari lahan yang
bagus dari segi permukaan, serta dapat hidup di macam musim baik musim kemarau
maupun penghujan.
Batang pisang atau sebutan bahasa Jawa lebih di kenal dengan gedebog
dari limbah kebun pisang terdapat bahan pakan ternak berlimpah. Pada beberapa
daerah umumnya, batang pisang digunakan sebagai bahan pembuatan tali dan sofa,
karena memiliki nilai ekonomis dan mudah didapat. Selain digunakan sebagai
kerajinan, batang pisang diketahui memiliki kandungan nutrisi yang komplit
sebagai pengganti pakan ternak.
Batang pisang merupakan sumber energi utama yang saat ini digunakan
dalam peternakan, batang pisang secara tradisional diberikan kepada ternak bila
tidak ada rumput pada musim kemarau panjang. Di daerah tertentu seperti di Bali,
setelah buah pisang dipanen, bagian batang semu dapat di proses untuk diberikan
ke ternak. Bagian batang pisang mempunyai kadar air yang sangat tinggi sehingga
kadar bahan kering menjadi sangat kecil sampai mencapai 3,6%. Hal ini berarti
pemberian batang pisang dalam bentuk segar secara tidak langsung memberikan
air minum terhadap ternak. Adapun komposisi kimia dari batang pisang yaitu
Protein kasar 2,4%-8,3%, Lemak Kasar 3,2%-8,1%, Serat kasar 13,4%-31,7%.13
Kadar air yang tinggi pada batang pisang dapat menyebabkan cepat
mengalami pembusukan dan kerusakan sehingga dalam pemberiannya harus segar
dan cepat. Batang pisang harus diolah agar nutrisinya bagus dan awet, solusinya
yaitu menggunakan teknologi fermentasi batang pisang. Batang pisang memiliki
kualitas dan kandungan nutrisi (protein kasar dan NDF) yang baik dengan lama
6. penyimpanan selama berhari-hari. Kualitas dan nilai kecernaan batang pisang
dengan penambahan beberapa akselerator menghasilkan batang pisang yang
dikategorikan berkualitas baik dilihat dari segi karakteristik fisik, kimiawi maupun
nilai kecernaan. Keberhasilan proses fermentasi anaerob, diantaranya dipengaruhi
oleh kandungan karbohidrat terlarut dan pengembangan kecocokan seperti
penambahan bahan lainnya, diantaranya kelompok gula yaitu molasses.
Berikut hasil penelitian menggunakan metode fermentasi yang dilakukan
oleh Tidi Dhalika (2011), ddk yaitu: pH 4,96; Air 89,59%; Bahan Kering
10.40%; Abu 14,86%; Protein Kasar 12,26%; Serat Kasar 19,56%; Lemak Kasar
6,93%; Ekstrak tanpa nitrogen 46,25%.
Pemanfaatan batang pisang sebagai pakan imbuhan pada ternak yang
diberi pakan tambahan lainnya memberikan dampak positif terhadap tingkat
kecernaan dan penampilan. Boleh jadi penggunaan batang pisang tersebut
dilakukan dengan alasan, selain sebagai pengenyang juga sebagai sumber
mineral. Hal ini terlihat dari penampilan luar ternak yang mendapat/diberikan
batang pisang cukup baik.
Adapun pakan yang di rekomendasikan berdasarkan standar Nasional
Indonesia (SNI) Pakan No. 3909-2017
Pakan Itik Petelur Dara (duck grower)
Umur 7 minggu s/d 18 minggu
SNI 3909 - 2017
No. Parameter Satuan Persyaratan
1. Kadar Air % Maks. 14,0
2. Protein Kasar % Min. 15,0
3. Lemak Kasar % Min. 3,0
7. 4. Serat Kasar % Maks. 9,0
5. Abu % Maks. 9,0
6. Kalsium (Ca) % 0,80 – 2,00
7. Fosfor Total (P)
:
- Menggunakan
Enzim Fitase
- Tanpa Enzim
%
%
Min. 0,40
Min. 0,50
8. Energi
Metabolis (ME)
Kkal/kg Min. 2600
9. Total Aflatoksin Ųg/kg Maks. 20,0
10. Asam Amino
- Lisin
- Metionin
- Metionin +
Sistin
%
%
%
Min. 0,65
Min. 0,30
Min. 0,50
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang
diidentifikasi adalah belum adanya pemanfaatan batang pisang secara
maksimal terhadap hewan unggas khususnya itik (Bebek) sehingga dengan
pemanfaatan teknologi fermentasi dengan IM-4 pada cacahan batang pisang
dan dedak padi dapat menjadi stimulus pengembangan Unggas Itik di daerah
Desa Sukakerta Kabupaten Ciamis pada khususnya dan Masyarakat Jawa Barat
pada Umumnya guna meningkatkat ketahanan pangan dan perekonomian
masyarakat.
8. 3. Proses Pembuatan Fermentasi Cacahan Batang Pisang dan Dedak Padi
Gambar 1. Proses pencacahan batang pisang
Gambar 2. Permentasi Cacahan Batang Pisang dan Dedak Padi dengan IM-4
9. Gambar 3. . Bebek mengkonsumsi pakan fermentasi dari campuran
cacahan batang pisang dan dedak padi
Dari hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa bebek terlihat makan
dengan lahap pakan hasil Fermentasi EM-4 pada cacahan batang pisan dan dedak
padi.
4. METODE PENGABDIAN
Dalam mengatasi permasalahan mitra tani ternak, saya akan menggunakan
pendekatan diskusi, Rancang bangun, dan pendampingan. Adapun tahapan
pelaksanaan solusi di bidang produksi adalah sebagai berikut:
1. Diskusi dengan penyuluh lapangan Desa sukakerta dan kelompok tani
ternak tentang perkebunan pisang dan pemanfaatan limbah batang pisang
dengan fermenrasi EM-4 sebagai pakan bebek untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat tani.
2. Membuat formulasi yang tepat guna untuk fermentasi batang pisang dan
dedak padi serta mendiskusikannya bersama mitra tani ternak.
10. 3. Menganalisis formulasi fermentasi cacahan batang pisang sesuai dengan
spesifikasi yang telah dikehendaki.
4. Mengadakan pelatihan cara memfermentasi dengan teknologi EM-4 pada
cacahan batang pisang dan dedak padi bersama Mitra Tani Ternak.
5. Penyerahan Entog bebek jantan dan betina sebagai setimulus
pengembangan ternak unggas pedaging di Desa Sukakerta Kecamatan
Panumbangan, Kabupaten Ciamis.
6. Melaksanakan Pendampingan selama dan setelah program berlangsung.
4.1. Waktu dan Tempat Pengabdian
Hari, Tanggal : Rabu, 1 Juli 2020
Pukul : 8.00 wib - Selesai
Tempat : Desa Sukakerta, Kecamatan Panumbangan,
Kabupaten Ciamis
4.2. Metode dan Rancangan Pengabdian
Diskusi Bersama Penyuluh Desa
DISKUSI
Bersama Mitra Tani Ternak
11. Solusi Bidang Produksi:
1. Diskusi dengan penyuluh lapangan Desa sukakerta dan kelompok
tani ternak tentang perkebunan pisang dan pemanfaatan limbah
batang pisang dengan fermenrasi EM-4 sebagai pakan bebek
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani.
2. Membuat formulasi yang tepat guna untuk fermentasi batang
pisang dan dedak padi serta mendiskusikannya bersama mitra tani
ternak.
3. Menganalisis formulasi fermentasi cacahan batang pisang sesuai
dengan spesifikasi yang telah dikehendaki.
4. Mengadakan pelatihan cara memfermentasi dengan teknologi EM-4
pada cacahan batang pisang dan dedak padi bersama Mitra Tani
Ternak.
5. Penyerahan Itik Serati/Itik Manila (Entog/bebek) jantan dan betina
sebagai setimulus pengembangan ternak unggas pedaging di Desa
Sukakerta Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis
Solusi Bidang Manajemen:
1. Berdiskusi untuk melihat permasalahan mitra tani ternak dan
mengidentifikasinya di lapangan.
2. Memeriksa Pembukuan dan kelengkapan administrasi lainnya bersama
Mitra Tani Ternak.
3. Membuat Buku Kas sederhana sesuai dengan kemampuan dan Usaha
Mitra Tani Ternak.
4. Melatih mitra tani ternak untuk dapat mengisi Buku Kas dengan benar.
5. Melaksanakan Pendampingan selama dan setelah program berlangsung.
6. Melaksanakan Pendampingan selama dan setelah program berlangsung
12. Evaluasi Pelaksanaan dan Keberlanjutan Program:
1. evaluasi secara berkala. Evaluasi dilaksanakan untuk melihat sajauh mana
impact
Mengevaluasi program pengabdian masyarakat dalam memajukan mitra dalam
bentuk peningkatan kwantitas dan kwalitas produksi Mitra tani ternak ,
peningkatan omset dan keuntungan Mitra tani ternak serta peningkatan
kesejahteraan dan ketenteraman masyarakat di lingkungan Mitra tani ternak.
Dari hasil evaluasi tersebut akan dapat ditentukan bagaimana keberlanjutan
program pengambdian masyarakat ini kedepannya dengan pengembanga pakan
Fermentasi cacahan batang pisang dan dedak padi untuk pakan bebek (entog)
pedaging.
Selesai
13. 5. Pelaknaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
,,
Bersama Pemerintahan Desa Sukakerta
Bapak Edi Setiwan S.Pd. Diskusi Pengabdian
kepada Masyarakat Dengan Menganalisis
Teknologi Fermentasi EM-4 pada batang
pisang dan dedak padi sebagai pakan Itik
Alternatif dalam rangka ketahanan pangan
dan Meningkatkan Perekonomian
masyarakat.
Bersama Pengepul Telur Itik Bapak Agus
(Diskusi Permasalahan Pakan Itik
Fermentasi dengan EM4 sebagai pakan
probiotik dapat menjaga kesahatan
Ternak Unggas
Penyerahan Ternak Itik Kepada Mitra
Tani Ternak sebagai Stimulus
Pengembangan Ternak Itik
Ketersedian Subterminal Agribisnis (STA)
di dekat lokasi pengabdian kepada
masayarakat, memudahkan dalam
pemasaaran Itik dan Pisang
Gambar. 4 Gambar. 5
Gambar. 4
Gambar. 6
Gambar. 4
Gambar. 7
Gambar. 4
14. Perkebunan Pisang Sebagai Bahan pakan Alternatif yang melimpah ruah bagi Itik
Mitra Tani Ternak Masyarakat Pedesaan
Mesin Cacah Rumpuit SMK di Alih pungsikan Menjadi pencacahan Batang pisang
dalam pembuatan Fermentasi Cacahan Batang pisang dan Dedak Padi
Gambar. 8
Gambar. 4
Gambar. 9
Gambar. 4
15. 6. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Hasil
Kegiatan pengabdian masyarakat ini menghasilkan sebuah produk yaitu
Formulasi Fermentasi cacahan batang pisang dan dedak padi yang dapat digunakan
oleh peternak Itik (bebek) sebagai mitra pengabdian untuk menghasilkan pakan
alternatif dari fermentasi cacahan batang pisang. dan dedak padi. Adapun formulasi
fermentai cacahan batang pisang dan dedak padi dapat dilihat seperti gambar
berikut ini.
FORMULA PAKAN ITIK DEWASA
TOTAL Pembuatan = 3000 gram
Bahan Baku % protein
%
Formula
Gr. Baham
Baku
Gr.
Protein
Azola/mata lele 0,21 20 600 126
Fermentasi dedak dan batang Pisang 0,086 60 1.800 155
kosentrat 0,35 20 600 210
Total 100 3.000 491
Total
Pakan
mixing =
3.000
16
Jumlah Unggas konsumsi/hari Total
12 250 3000
bahan Baku fermentasi % Protein % F1 (GR) F2 (GR)
DEDAK PADI 11 2,2 600 360
CACAHAN BATANG PISANG 8 6,4 0 1440
8,6 600 1800
Cacahan Batang pisang 0
AZOLA/mata lele 0
KATUL
Rp
1.080,00
KOSENTRAT
Rp
6.000,00
16. Total Pembuatan utuk 12 ekor dewasa Rp7.080
Total peekor Rp590
Protein = 16 %
Total Pakan mixing =
= 3 Kg
Format Excel bisa di unduh di :
https://docs.google.com/spreadsheets/d/1PZAdyMWzsfEnIoIclooHjR
wEMJ8uTG3k/edit?usp=sharing&ouid=114826251999849023781&rtpo
f=true&sd=true
Gambar 10. Formulasi Pakan Fermentasi Cacahan Batang pisang dan
dedak padi
6.2. Pembahasan
Dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah berupa beberapa
ekor ternak itik (bebek) sebagai stimulus kepada mitra tani ternak
masyarakat desa sukakerta kecamatan panumbangan kabupaten ciamis.
dan Cara membuat Formula pakan Fermentasi pakan ternak Itik dari
cacahan batang pisang sebagai hasl ikutan kebun pisang dan dedak padi
sebagai hasil ikutan tanaman padi. hasil fermentasi pakan dari cacahan
batang pisang ini diharapkan bisa menghasilkan pakan yang murah karena
memaksimalkan sumberdaya alam potensi daerah yang ada juga sebagai
pakan probiotik guna menjaga ternak tetap sehat, sehingga mampu
mengurangi biaya pakan setiap harinya dan kecilnya deplesi (kematian)
yang berdampak pada meningkatnya penghasilan dan perekonomian
masyarakat, khususnya peternak bebek tersebut.
17. 7. SIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI
7.1 Kesimpulan
Dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah berupa beberapa
ekor ternak itik (bebek) sebagai stimulus kepada mitra tani ternak
masyarakat desa sukakerta kecamatan panumbangan kabupaten ciamis.
dan Cara membuat Fermentasi pakan ternak Itik dari cacahan batang
pisang sebagai hasl ikutan kebun pisang dan dedak padi sebagai hasil
ikutan tanaman padi.
hasil fermentasi pakan dari cacahan batang pisang ini diharapkan bisa
menghasilkan pakan yang murah karena memaksimalkan sumberdaya
alam potensi daerah yang ada ,sehingga mampu mengurangi biaya pakan
setiap harinya yang berdampak pada meningkatnya penghasilan dan
perekonomian masyarakat, khususnya peternak bebek tersebut.
Mitra tani ternak mampu mengembangkan pakan yang berasal dari
sumber daya alam yang ada di wilayahnya masing masing terutama
pemanfaatan batang pisang dan dedak padi sebagai pakan Itik dengan
menggunakan Teknologi Fermentasi IM-4.
7.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diberikan saran-saran
sebagai berikut: Pakan alternatif lainnya sebenarnya dapat diperoleh dari
bahan-bahan yang tersedia dilingkungan disekitar kita. Antara lain seperti
eceng gondok, azola, sisa-sisa hasil panen seperti batang jagung dan
singkong juga dapat diterapkan sebagai pakan alternatif setelah melalui
pencincangan dan sebaiknya difermentasi untuk beberapa saat. Selain itu,
untuk mendapatkan protein yang tinggi, dapat diperoleh dengan
mengembangbiakkan belatung seperti magot yang sangat potensial dan
mudah untuk mendapatkannya.
18. 8. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada Kepala sekolah smk nurul huda
panumbangan dan SMK Industri Perunggasan Panjalu atas penggunaan
mesin cacah rumput yang telah digukan untuk praktik pencacahn batang
pisang. serta kepada Kepala Desa Sukakerta dan Jajaranya yang telah
bersedia mempasilitasi diskusi dengan mitra tani ternaknya, Kepala
Subterminal Terminal Agribisnis (STA) Kecamatan Panumbangan sebagai
penjajakan pasar Itik dan Pisang. Dan juga ucapan terimakasih kepada
mitra yang telah berperan aktif mensukseskan kegiatan ini
19. 9. DAFTAR PUSTAKA
Lusita Rahmadany, PENGARUH PEMANFAATAN BATANG SEMU PISANG
(Musa paradiaca L.) TERFERMENTASI TERHADAP PENINGKATAN
PERTAMBAHAN BOBOT ITIK PEKING (Anas platyrhynchos domestica
L.)
Hidayati, T. N., & Suhartini, S. (2018). Analisis Daya Saing Ekspor Pisang
(Musa Paradiacal.) Indonesia di Pasar Asean Dalam Menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Jurnal Ekonomi Pertanian dan
Agribisnis, 2(4), 267-278.
Manik, S. A. H. (2017). Analisis Risiko dan Profitabilitas Usaha Ternak Itik
(Studi Kasus: Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli
Serdang).
Modul Agribinis Pakan Ternak Unggas XI Kurlikulum 2013 (Kurikulum
Nasional Revisi).
Jurnal : ISBN 978-602-0752-26-6 , Ni Made Ayu G. R. A, Dkk. Pemanfatan Tepung
Kulit Pisang Terfermentasi Untuk Menekan Biaya Pakan Itik Bali Umur 2-8
MINGGU : Prosiding_PERSEPSI_FINAL_19__(50).pdf (unsrat.ac.id)
https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-perkembangan-itik-
berdasarkan-kabupatenkota-di-jawa-barat