1. Tilaar dalam Suryara (2015) menguraikan
dimensi pendidikan multikultural yang
terdiri dari :
2. Right to culture dan identitas budaya lokal, yaitu
multikulturalisme yang didorong oleh adanya
pengakuan terhadap hak asasi manusia. Karena
adanya globalisasi, maka pengakuan tersebut lebih
diarahkan pada pengakuan terhadap hak-hak yang lain,
yaitu hak akan kebudayaan.
1.
3. Kebudayaan Indonesia yang menjadi, yang bermakna
adanya suatu pegangan dari setiap orang dan setiap
identitas budaya mikro Indonesia.
2.
5. 4.
Pendidikan multikultural yang merupakan rekonstruksi
sosial, yaitu suatu usaha untuk melihat kembali
kehidupan sosial mayarakat yang mulai mengalami
pergeseran. Pergeseran yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat lebih banyak ditimbulkan oleh adanya rasa
kedaerahan dan identitas kesukuan yang berkembang,
sehingga menumbuhkan rasa kelompok yang
berlebihan.
6. 5.
Pendidikan multikultural di Indonesia memerlukan
Paedagogik baru, yang tidak terkungkung oleh
pedagogic tradisional. Proses pendidikan tidak terbatas
hanya dalam ruangan kelas yang penuh dengan
pendidikan intelektualistik, melainkan pendidikan yang
harus didasarkan pada hati untuk mampu mengarahkan
rasa persatuan bangsa Indonesia yang pluralistis.
7. 6. Pendidikan Multikultural bertujuan untuk mewujudkan
Visi Indonesia masa depan serta etika berbangsa
sebagaimana tercantum dalam TAP/MPR RI tahun
2001 No. VI dan VII mengenai visi Indonesia masa
depan kemudian dilengkapi dengan Undang Undang
No. 20 Tahun 2003 yang di dalamnya mencantumkan
upaya untuk kembali menghidupkan pendidikan budi
pekerti beserta pendidikan agama pada tataran
pendidikan dasar.