2. Beralih pada multikulturalisme
erat kaitannya dengan
epistemologi. Tentu saja
berbeda dengan epistemologi
filsafat tentang cikal bakal ilmu
pengetahuan, maupun
perkembangan ilmu
pengetahuan kehidupan sosial
dalam ilmu Sosiologi.
3. Epistemilogi multikulturalisme
dimaknai bahwa dalam suatu
masyarakat yang benar adalah
yang baik bagi masyarakat
tersebut, melalui proses belajar
yang membudaya (Tilaar, 2004)
oleh karena itu, menjadi dilema
ketika multikulturalisme
melahirkan sifat fanatisme.
June 1, 2021MDM Company
4. Seketika sifat tersebut
menjadi kelemahan, sebab
mampu meruntuhkan sendi-
sendi kehidupan dari suatu
komunitas. Sebaliknya, jika
multikulturalisme diserap
dengan baik oleh masyarakat
akan melahirkan kekuatan,
sebab setiap masyarakat
memunculkan sikap saling
menghargai dan toleran.
7. Meski demikian, multikulturalisme diawali
dengan teori melting pot yang
diwacanakan J Hector, sebuah konsep
yang dipopulerkan melalui drama karya
Zangwill bahwa menekankan adanya
penyatuan budaya dan melelehkan budaya
asal, sehingga seluruh imigran Amerika
meskipun diakui sebagai monokultur
namun lebih diwarnai dengan kultur White
Anglo Saxon Protestant (WASP) sebagai
kultur imigran kulit putih, Eropa.
8. Kallen
Kemudian, ketika komposisi etnis
Amerika makin beragam dan
budayanya semakin majemuk, maka
teori melting pot kemudian mendapat
kritik hingga memunculkan teori baru
yang populer dengan sebutan salad
bowl, sebagai sebuah teori alternatif
yang dikenalkan oleh Horace Kallen.
Horace
9. Berbeda dengan teori
melting pot, teori salad
bowl tidak melunturkan
budaya asal, melainkan
kultur-kultur lain non-
WASP diakomodir
dengan baik.
10. Cultural Pluralism
Hingga kemudian, interaksi kultural antar
berbagai etnik membutuhkan ruang gerak
yang yang kemudian dikembangkan
teori Cultural Pluralism, membagi ruang
pergerakan budaya menjadi dua,
yakni ruang publik untuk seluruh etnik
mengartikulasikan budaya politik dan
mengekspresikan partisipasi sosial politik
mereka. (Mudzhar,
2005).
11. Pada akhirnya
multikulturalisme sebagai
konsep akhir dalam membangun
kekuatan suatu bangsa yang
terdiri dari latar belakang etnik,
agama, ras, budaya, dan bahasa,
dengan menghormati hak-hak
sipil termasuk masyarakat
minoritas.