2. Pemahaman Topik 3 dengan Topik 1
Perjalanan Pendidikan Nasional
Melalui proses perjalanan pendidikan nasional,
diharapkan bahwa setiap manusia Indonesia
dapat mengidentifikasi dirinya sebagai bagian
dari masyarakat yang beradab, berlandaskan
nilai-nilai kebangsaan, dan memiliki kesadaran
akan tanggung jawab sebagai warga negara.
Identitas Indonesia diwarnai oleh keberagaman
etnis, budaya, dan agama. Perjalanan pendidikan
nasional berperan dalam memperkuat kesadaran
multikultural, membangun penghargaan
terhadap perbedaan, dan mempromosikan
persatuan dalam keberagaman.
3. 02 Pemahaman Topik 3 dengan Topik 2
Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Konsep "Ing ngarso sung tuladha, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani" yang diemban
Ki Hajar Dewantara menunjukkan pentingnya
keterlibatan masyarakat dalam pendidikan.
Identitas manusia Indonesia, dalam pemikiran ini,
terkait erat dengan gotong royong dan
kebersamaan dalam pembangunan pendidikan.
Selain itu Ki Hajar Dewantara mengajukan
gagasan "budi pekerti Indonesia" yang
menekankan nilai-nilai kearifan lokal. Identitas
manusia Indonesia dipahami melalui budaya lokal
yang kaya dan beragam. Pendidikan seharusnya
meresapi nilai-nilai tersebut.
Dengan memahami dan menerapkan pemikiran Ki
Hajar Dewantara dalam pendidikan, diharapkan
dapat terwujud manusia Indonesia yang memiliki
identitas kuat, berakar pada nilai-nilai lokal, dan
mampu berkontribusi secara positif terhadap
masyarakat dan bangsa.
4. Pembahasan Topik 3
Identitas Manussia Indonesia
Manusia indonesia
sebagai manusia
pancasila
Manusia indonesia
sebagai manusia
religius
03
5. Identitas Manusia Indonesia Menjadi
Sebuah Pemahaman Berkesinambungan
Dalam Proses Belajar
Pemahaman terhadap identitas manusia Indonesia menjadi suatu konsep
berkesinambungan yang dapat membentuk landasan penting dalam proses
belajar. Identitas manusia Indonesia mencakup berbagai aspek budaya,
sejarah, sosial, dan nilai-nilai yang membentuk karakter dan keunikan
masyarakat Indonesia. Dalam konteks proses belajar, pemahaman ini dapat
memberikan kontribusi signifikan.
6. Perspektif Sosio Kultural
Perspektif sosio-kultural mengacu pada cara di mana faktor-faktor sosial dan budaya
memengaruhi pembelajaran dan perkembangan individu. Dalam konteks perjalanan
pendidikan, perspektif ini menyoroti peran penting masyarakat dan budaya dalam
membentuk pengalaman belajar. Menurut pemikiran Koentjaraningrat, budaya
mempunyai tiga wujud.
Wujud pertama berciri abstrak atau spiritual. Artinya, disebut wujud abstrak atau
spiritual karena memang tidak kasat mata. Meski demikian, ide-ide, gagasan atau nilai-
nilai itu memberi pengaruh dan mendorong kehidupan dan aktivitas manusia di tengah
masyarakat yang secara kontinyu sehingga membentuk adat kebiasaan. Tindakan
atau aktivitas manusia dalam memperjuangkan nilai-nilai di dalam kebersamaan
masyarakat akhirnya membentuk sistem sosial atau sebuah pola perilaku yang
mentradisi dan bisa menghasilkan wujud fisik budaya atau artifact yang bernilai luhur.
Dengan demikian, sistem nilai, sistem sosial dan hasil karya manusia yang bernilai luhur
merupakan satu kesatuan yang ketiganya merupakan wujud budaya.