SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
BAB I
KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL
Tujuan Instruksional:
• Mampu memahami definisi Persamaan Diferensial
• Mampu memahami klasifikasi Persamaan Diferensial
• Mampu memahami bentuk bentuk solusi Persamaan Diferensial
• Mampu memahami pembentukan Persamaan Diferensial
1.1 Definisi
Persamaan diferensial adalah persamaan yang melibatkan variabel-variabel tak
bebas dan derivatif-derivatifnya terhadap variabel-variabel bebas. Berikut ini
adalah contoh persamaan diferensial:
(1) − 6 = 0 var. bebas = x; var. takbebas = y
(2) ′
= + var. bebas = x; var. takbebas = y
(3) − 3 + 10 = 4 var. bebas = t; var. takbebas = Q
(4) + = 0 var. bebas = x,y; var. takbebas = V
Persamaan diferensial sangat penting di dalam matematika untuk rekayasa
sebab banyak hukum dan hubungan fisik muncul secara matematis dalam
bentuk persamaan diferensial. Persamaan diferensial (disingkat PD)
diklasifikasikan dalam dua kelas yaitu biasa dan parsial.
Persamaan Diferensial Biasa (ordinary differential equation) disingkat PDB
adalah suatu persamaan diferensial yang hanya mempunyai satu variabel
bebas. Jika y(x) adalah suatu fungsi satu variabel, maka x dinamakan variabel
bebas dan y dinamakan variabel tak bebas. Persamaan (1), (2), (3) adalah
contoh PDB.
Persamaan Diferensial Parsial (disingkat PDP) adalah suatu persamaan
diferensial yang mempunyai dua atau lebih variabel bebas. Persamaan (4)
adalah contoh PDP (yang dibahas pada buku Matematika Teknik I jilid lanjutan)
Orde persamaan diferensial ditentukan oleh turunan tertinggi dalam
persamaan tersebut, contoh:
– = 0 adalah PDB orde satu
– = 0 adalah PDB orde dua
− + = 0 adalah PDB orde tiga
Persamaan di atas dapat ditulis dg notasi lain yaitu:
– = 0 adalah PDB orde satu
– = 0 adalah PDB orde dua
− + = 0 adalah PDB orde tiga
Derajat (degree) dari suatu persamaan diferensial adalah pangkat
tertinggi dari turunan tertinggi suatu persamaan diferensial, contoh:
1 + = 3 adalah PDB orde dua derajat satu
′′!"
+ ′! − = 0 adalah PDB orde dua derajat tiga
Syarat tambahan pada persamaan diferensial, untuk satu nilai variabel bebas
yang mempunyai satu atau lebih nilai syarat disebut syarat awal (initial
conditions). PD dengan syarat awal dikatakan sebagai suatu masalah nilai
awal (initial-value problem). Jika syarat yang diberikan pada PD lebih dari satu
nilai variabel bebas, disebut syarat batas dan merupakan PD dengan masalah
nilai batas (boundary-value problem).
Contoh:
• 4 ′′ + 23 ′ = ; 2! = 1; 2! = 5
adalah PD dengan masalah nilai awal karena dua syarat pada x yang sama
yaitu x=2
• 4 ′′ + 23 ′ = ; 1! = 1; 2! = 5
adalah PD dengan masalah nilai batas karena dua syarat pada x yang berbeda
yaitu x=1 dan x=2
1.2 Linieritas dan Homogenitas.
Persamaan diferensial biasa orde-n dikatakan linier bila dapat dinyatakan dalam
bentuk:
'( ! )!
+ '* ! )+*!
+ … + ')+* ! + ') ! = - !
dengan '( ! ≠ 0
Jika tidak maka persamaan diferensial dikatakan tidak linier.
1. Jika koefisien '( !, '* !, … , ') ! konstan maka disebut persamaan
diferensial linier dengan koefisien konstan, jika tidak disebut persamaan
differensial linier dengan koefisien variable.
2. Jika - ! = 0, maka disebut persamaan differensial linier homogen, jika
- ! ≠ 0 disebut tidak homogen.
Contoh:
Persamaan Diferensial Klasifikasi Persamaan Diferensial
2 + 5 + 2 = 01 ! PD Linier, PD biasa ,PD-orde2
2 + 5 + 2 = 01 ! PD non Linier
2
2
+
23
2
= 01 3!
PD non Linier disebabkan adanya
suku cos(z)
1.3 Solusi (Penyelesaian) PDB
Beberapa jenis solusi PD akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Solusi PD bentuk eksplisit yaitu solusi PD dengan fungsi yang mana variabel
bebas dan variabel tak bebas dapat dibedakan dengan jelas. Solusi eksplisit
dinyatakan dalam bentuk y = f(x). Contoh solusi/fungsi eksplisit: = +
5 + 4
2. Solusi PD bentuki implisit yaitu solusi PD dengan fungsi yang mana variabel
bebas dengan variabel tak bebas tidak dapat dibedakan secara jelas. Fungsi
implisit ditulis dalam bentuk f(x,y) = 0. Contoh solusi/fungsi implisit:
+ = 25 atau + − 25 = 0
Penyelesaian implisit dan penyelesaian eksplisit, keduanya secara singkat biasa
disebut penyelesaian PDB.
Solusi Persamaan Diferensial Biasa (PDB) terbagi dalam tiga jenis solusi yaitu:
1. Solusi Umum (Penyelesaian Umum): solusi PDB yang masih mengandung
konstanta sebarang misalnya c.
Contoh PD =
"
mempunyai penyelesaian umum = 0 "
.
2. Solusi Khusus/Partikulir (Penyelesaian Khusus/Partikulir): solusi yang tidak
mengandung konstanta variabel karena terdapat syarat awal pada suatu
PDB.
Contoh PD = 3 dengan syarat 0! = 4, mempunyai penyelesaian
khusus = "
+ 4
Gambar 1 Keluarga Kurva = 0 "
Gambar 1 dibuat dengan program MATLAB sebagai berikut:
%Program MATLAB kurva y=cx^3 %
clc;
clear all;
for c=-5:1:5
x = -5:0.01:5;
y = c*x.^3;
plot(x,y,'r','linewidth',2)
axis([-2, 2,-10,10])
xlabel('x')
ylabel('y')
title(' Gambar kurva y=cx^3')
hold on
end
-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
x
y
Gambar kurva y=cx3
3. Solusi Singular (Penyelesaian Singular): solusi yang tidak diperoleh dari
hasil mensubstitusikan suatu nilai konstanta pada solusi umumnya. Contoh:
= 0 + 0 diketahui sebagai solusi umum dari PDB: ! + = , tetapi
disisi lain PDB tersebut mempunyai penyelesaian lain: = −
*
,
penyelesaian ini disebut sebagai penyelesaian singular.
Gambar 2 Kurva = "
+ 4
Program MATLAB untuk Gambar 2 sebagai berikut:
%Program MATLAB kurva y=x^3+4%
clc;
clear all;
x = -5:0.01:5;
y=x.^3+4
plot(x,y,'b','linewidth',2)
axis([-2, 2,-10,10])
xlabel('x')
ylabel('y')
title(' Gambar kurva y=x^3+4')
1.4 Metode Penyelesaian.
Metode yang digunakan untuk mencari solusi (menyelesaikan) Persamaan
Diferensial antara lain:
-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
x
y
Gambar kurva y=x3
+4
1. Metode Analitik: Metoda ini menghasilkan dua bentuk solusi yaitu bentuk
eksplisit dan implisit. Untuk masalah-masalah yang komplek metode analitik
ini jarang digunakan karena memerlukan analisis yang cukup rumit.
2. Metode Kualitatif: Solusi PDB didapatkan dengan perkiraan pada
pengamatan pola medan gradien. Metode ini memberikan gambaran secara
geometris dari solusi PDB. Metode ini meskipun dapat memberikan
pemahaman kelakuan solusi suatu PDB namun fungsi asli dari solusinya
tidak diketahui dan metode ini tidak digunakan untuk kasus yang komplek.
3. Metode Numerik. Solusi yang diperoleh dari metode ini adalah solusi
hampiran (solusi pendekatan/aproksimasi). Dengan bantuan program
komputer, metode ini dapat menyelesaikan PDB dari tingkat sederhana
sampai pada masalah yang komplek.
Ketiga metode tersebut dapat diselesaikan dengan software MATLAB.
1.5 Pembentukan Persamaan Diferensial
Secara matematis, persamaan diferensial muncul jika ada konstanta sembarang
dieliminasikan dari suatu fungsi tertentu yang diberikan.
Contoh: Bentuklah persamaan diferensial dari fungsi berikut
= +
4
Penyelesaian:
= +
4
= + 4 +*
5
5
= 1 − 4 +
= 1 −
4
dari fungsi yang diberikan (soal) konstanta sembarang A adalah:
4
= − ↔ 4 = − !
sehingga
5
5
= 1 − 4 +
= 1 −
– !
= 1 −
– !
=
– +
=
2 −
sehingga
5
5
=
2 –
↔
5
5
=
2 –
Satu contoh lagi, bentuklah persamaan diferensial untuk
= 4 + 7
Penyelesaian:
5
5
= 24 + 7
5
5
= 24 ↔ 4 =
1
2
5
5
substitusikan konstanta A ke:
5
5
= 24 + 7
sehingga
5
5
= 2
1
2
5
5
+ 7 =
5
5
+ 7
7 =
5
5
−
5
5
dengan mensubstitusikan A dan B pada persamaan:
= 4 + 7
kita dapatkan:
=
1
2
5
5
+ 8
5
5
−
5
5
9
=
1
2
5
5
+
5
5
−
5
5
=
5
5
−
1
2
5
5
Hasil akhir penyelesaian di atas adalah persamaan diferensial orde dua.
Jadi fungsi dengan satu konstanta sembarang menghasilkan persamaan
diferensial orde satu, sedangkan fungsi dengan dua konstanta sembarang
menghasilkan persamaan diferensial orde dua. Sehingga berlaku kaidah:
Fungsi yang mempunyai n buah konstanta sembarang akan
menghasilkan Persamaan Diferensial orde ke-n
Latihan Soal:
Klasifikasikan Persamaan Diferensial berikut sebagai:
• PDB atau PDP
• PD Linier atau non-Linier
• nyatakan variabel bebas dan takbebasnya
1.
5
5
= 3
2.
5
5
+ 10
5
5
+ = 0
3. 2 + 1!5 − + 1!5 = 0
4. 2 5 + 2 5 = 25
5.
5;
5<
+ ;=' <! = 01 <!
6.
5
5=
+ = sin 2=!
7. − 2 + = − sin =! − 3
8.
5
5
−
=
=
=
"
9. 5
5
5=
+ 2
5
5=
+ 9 = 201 3=!
10. D
5E
5=
F = ap I − E!
11.
2J
2
+
2J
2=
+ = = 0
12. + ! + 2 = 0
13. !
− = t − 1
14.
2
2
+
2
2=
+ = 0
15.
5
5
=
1 + 3 !
2 − 3 !
Untuk Persamaan Diferensial berikut buktikan bahwa satu atau beberapa fungsi
yang diberikan adalah solusi PD:
16. − + 1! + = 0 ; * ! = , ! = + 1
17. 2 + 9 + 12 + 5 = 0 ; ! = + 1! +
9
18. 4 + 8 + = 0 ; ! = +
*
ln !
19. = 6 − 13 ; ! = "
cos 2 !
20. + 4 = − 3! sin 2 ! ; ! = O−
1
12
"
+
25
32
P cos 2 ! +
1
16
sin 2 !
PD_DASAR

More Related Content

What's hot

Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-keduaPersamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-keduadwiprananto
 
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Mkls Rivership
 
Makalah persamaan differensial
Makalah persamaan differensialMakalah persamaan differensial
Makalah persamaan differensialnafis_apis
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Maya Umami
 
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Kelinci Coklat
 
Deret taylor and mac laurin
Deret taylor and mac laurinDeret taylor and mac laurin
Deret taylor and mac laurinMoch Hasanudin
 
Persamaan differensial part 1
Persamaan differensial part 1Persamaan differensial part 1
Persamaan differensial part 1Jamil Sirman
 
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar LinearVektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linearahmad haidaroh
 
Integral Fungsi Rasional dengan Pecahan Parsial
Integral Fungsi Rasional dengan Pecahan ParsialIntegral Fungsi Rasional dengan Pecahan Parsial
Integral Fungsi Rasional dengan Pecahan ParsialFitria Maghfiroh
 
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Kelinci Coklat
 
Lingkaran(PPT)
Lingkaran(PPT)Lingkaran(PPT)
Lingkaran(PPT)Mathbycarl
 
Makalah metode posisi palsu
Makalah metode posisi palsuMakalah metode posisi palsu
Makalah metode posisi palsuokti agung
 
Kelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fixKelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fixliabika
 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATyuni dwinovika
 

What's hot (20)

Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-keduaPersamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
Persamaan diferensial biasa: persamaan diferensial orde-kedua
 
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
 
Makalah persamaan differensial
Makalah persamaan differensialMakalah persamaan differensial
Makalah persamaan differensial
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1
 
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
 
Deret taylor and mac laurin
Deret taylor and mac laurinDeret taylor and mac laurin
Deret taylor and mac laurin
 
Grup permutasi
Grup permutasiGrup permutasi
Grup permutasi
 
Persamaan differensial part 1
Persamaan differensial part 1Persamaan differensial part 1
Persamaan differensial part 1
 
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar LinearVektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
 
Integral Fungsi Rasional dengan Pecahan Parsial
Integral Fungsi Rasional dengan Pecahan ParsialIntegral Fungsi Rasional dengan Pecahan Parsial
Integral Fungsi Rasional dengan Pecahan Parsial
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Vektor ( Aljabar Linear Elementer )
 
Lingkaran(PPT)
Lingkaran(PPT)Lingkaran(PPT)
Lingkaran(PPT)
 
Persamaan garis lurus
Persamaan garis lurusPersamaan garis lurus
Persamaan garis lurus
 
2. galat
2. galat2. galat
2. galat
 
Makalah metode posisi palsu
Makalah metode posisi palsuMakalah metode posisi palsu
Makalah metode posisi palsu
 
Kelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fixKelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fix
 
Deret Fourier
Deret FourierDeret Fourier
Deret Fourier
 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
 

Similar to PD_DASAR

1 - Konsep Dasar Persamaan Diferensial - MatTek I.pptx
1 - Konsep Dasar Persamaan Diferensial - MatTek I.pptx1 - Konsep Dasar Persamaan Diferensial - MatTek I.pptx
1 - Konsep Dasar Persamaan Diferensial - MatTek I.pptxtopihijaucom
 
makalah diferensial tugas akhir matematika
makalah diferensial tugas akhir matematikamakalah diferensial tugas akhir matematika
makalah diferensial tugas akhir matematikaRanggaPurnama3
 
Sistem Persamaan Linear dua variable
Sistem Persamaan Linear dua variableSistem Persamaan Linear dua variable
Sistem Persamaan Linear dua variableMawar Defi Anggraini
 
Bab v persamaan-diferensial-parsial
Bab v persamaan-diferensial-parsialBab v persamaan-diferensial-parsial
Bab v persamaan-diferensial-parsialfekissombolayuk
 
(1) PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV).pptx
(1) PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV).pptx(1) PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV).pptx
(1) PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV).pptxDarMiati2
 
Sistem persamaan linier dua variabel
Sistem persamaan linier dua variabelSistem persamaan linier dua variabel
Sistem persamaan linier dua variabelElimardianalubis
 
Sistem persamaan linier dua variabel
Sistem persamaan linier dua variabelSistem persamaan linier dua variabel
Sistem persamaan linier dua variabelEli_Mardiana_Lubis
 
Sistem persamaan linier dua variabel
Sistem persamaan linier dua variabelSistem persamaan linier dua variabel
Sistem persamaan linier dua variabelElimardianalubis
 
2_Bahan Ajar SPLDV_Part 1 _Eva Novianawati H..pdf
2_Bahan Ajar SPLDV_Part 1 _Eva Novianawati H..pdf2_Bahan Ajar SPLDV_Part 1 _Eva Novianawati H..pdf
2_Bahan Ajar SPLDV_Part 1 _Eva Novianawati H..pdfMyWife humaeroh
 
Metode Simpleks.ppt
Metode Simpleks.pptMetode Simpleks.ppt
Metode Simpleks.pptslotbandar21
 
Sistem persamaan linier dua variabel (spdlv)
Sistem persamaan linier dua variabel (spdlv)Sistem persamaan linier dua variabel (spdlv)
Sistem persamaan linier dua variabel (spdlv)Maskurinhs Maskurinhs
 

Similar to PD_DASAR (20)

1 - Konsep Dasar Persamaan Diferensial - MatTek I.pptx
1 - Konsep Dasar Persamaan Diferensial - MatTek I.pptx1 - Konsep Dasar Persamaan Diferensial - MatTek I.pptx
1 - Konsep Dasar Persamaan Diferensial - MatTek I.pptx
 
makalah diferensial tugas akhir matematika
makalah diferensial tugas akhir matematikamakalah diferensial tugas akhir matematika
makalah diferensial tugas akhir matematika
 
Rpp
RppRpp
Rpp
 
Bab v spldv
Bab v spldvBab v spldv
Bab v spldv
 
pp 1.ppt
pp 1.pptpp 1.ppt
pp 1.ppt
 
Sistem Persamaan Linear dua variable
Sistem Persamaan Linear dua variableSistem Persamaan Linear dua variable
Sistem Persamaan Linear dua variable
 
Pde1
Pde1Pde1
Pde1
 
Bab v persamaan-diferensial-parsial
Bab v persamaan-diferensial-parsialBab v persamaan-diferensial-parsial
Bab v persamaan-diferensial-parsial
 
(1) PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV).pptx
(1) PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV).pptx(1) PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV).pptx
(1) PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL (PLSV).pptx
 
Sistem persamaan linier dua variabel
Sistem persamaan linier dua variabelSistem persamaan linier dua variabel
Sistem persamaan linier dua variabel
 
Sistem persamaan linier dua variabel
Sistem persamaan linier dua variabelSistem persamaan linier dua variabel
Sistem persamaan linier dua variabel
 
Sistem persamaan linier dua variabel
Sistem persamaan linier dua variabelSistem persamaan linier dua variabel
Sistem persamaan linier dua variabel
 
2_Bahan Ajar SPLDV_Part 1 _Eva Novianawati H..pdf
2_Bahan Ajar SPLDV_Part 1 _Eva Novianawati H..pdf2_Bahan Ajar SPLDV_Part 1 _Eva Novianawati H..pdf
2_Bahan Ajar SPLDV_Part 1 _Eva Novianawati H..pdf
 
Metode Simpleks.ppt
Metode Simpleks.pptMetode Simpleks.ppt
Metode Simpleks.ppt
 
Fungsi linear
Fungsi linearFungsi linear
Fungsi linear
 
PPT_PERSAMAAN+DIFERENSIALx_0.pdf
PPT_PERSAMAAN+DIFERENSIALx_0.pdfPPT_PERSAMAAN+DIFERENSIALx_0.pdf
PPT_PERSAMAAN+DIFERENSIALx_0.pdf
 
Pertemuan v sistem persamaan linier
Pertemuan v sistem persamaan linierPertemuan v sistem persamaan linier
Pertemuan v sistem persamaan linier
 
Sma12mat mahir matematika3progbhs
Sma12mat mahir matematika3progbhsSma12mat mahir matematika3progbhs
Sma12mat mahir matematika3progbhs
 
Spldv
SpldvSpldv
Spldv
 
Sistem persamaan linier dua variabel (spdlv)
Sistem persamaan linier dua variabel (spdlv)Sistem persamaan linier dua variabel (spdlv)
Sistem persamaan linier dua variabel (spdlv)
 

Recently uploaded

PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).pptSIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).pptAchmadHasanHafidzi
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategikmonikabudiman19
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxPerkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxzulfikar425966
 

Recently uploaded (20)

PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).pptSIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan  analisis transaksi).ppt
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptxPerkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
Perkembangan-Industri-Fintech-di-Indonesia.pptx
 

PD_DASAR

  • 1. BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL Tujuan Instruksional: • Mampu memahami definisi Persamaan Diferensial • Mampu memahami klasifikasi Persamaan Diferensial • Mampu memahami bentuk bentuk solusi Persamaan Diferensial • Mampu memahami pembentukan Persamaan Diferensial 1.1 Definisi Persamaan diferensial adalah persamaan yang melibatkan variabel-variabel tak bebas dan derivatif-derivatifnya terhadap variabel-variabel bebas. Berikut ini adalah contoh persamaan diferensial: (1) − 6 = 0 var. bebas = x; var. takbebas = y (2) ′ = + var. bebas = x; var. takbebas = y (3) − 3 + 10 = 4 var. bebas = t; var. takbebas = Q (4) + = 0 var. bebas = x,y; var. takbebas = V Persamaan diferensial sangat penting di dalam matematika untuk rekayasa sebab banyak hukum dan hubungan fisik muncul secara matematis dalam bentuk persamaan diferensial. Persamaan diferensial (disingkat PD) diklasifikasikan dalam dua kelas yaitu biasa dan parsial. Persamaan Diferensial Biasa (ordinary differential equation) disingkat PDB adalah suatu persamaan diferensial yang hanya mempunyai satu variabel bebas. Jika y(x) adalah suatu fungsi satu variabel, maka x dinamakan variabel
  • 2. bebas dan y dinamakan variabel tak bebas. Persamaan (1), (2), (3) adalah contoh PDB. Persamaan Diferensial Parsial (disingkat PDP) adalah suatu persamaan diferensial yang mempunyai dua atau lebih variabel bebas. Persamaan (4) adalah contoh PDP (yang dibahas pada buku Matematika Teknik I jilid lanjutan) Orde persamaan diferensial ditentukan oleh turunan tertinggi dalam persamaan tersebut, contoh: – = 0 adalah PDB orde satu – = 0 adalah PDB orde dua − + = 0 adalah PDB orde tiga Persamaan di atas dapat ditulis dg notasi lain yaitu: – = 0 adalah PDB orde satu – = 0 adalah PDB orde dua − + = 0 adalah PDB orde tiga Derajat (degree) dari suatu persamaan diferensial adalah pangkat tertinggi dari turunan tertinggi suatu persamaan diferensial, contoh: 1 + = 3 adalah PDB orde dua derajat satu ′′!" + ′! − = 0 adalah PDB orde dua derajat tiga Syarat tambahan pada persamaan diferensial, untuk satu nilai variabel bebas yang mempunyai satu atau lebih nilai syarat disebut syarat awal (initial conditions). PD dengan syarat awal dikatakan sebagai suatu masalah nilai awal (initial-value problem). Jika syarat yang diberikan pada PD lebih dari satu nilai variabel bebas, disebut syarat batas dan merupakan PD dengan masalah nilai batas (boundary-value problem). Contoh: • 4 ′′ + 23 ′ = ; 2! = 1; 2! = 5 adalah PD dengan masalah nilai awal karena dua syarat pada x yang sama
  • 3. yaitu x=2 • 4 ′′ + 23 ′ = ; 1! = 1; 2! = 5 adalah PD dengan masalah nilai batas karena dua syarat pada x yang berbeda yaitu x=1 dan x=2 1.2 Linieritas dan Homogenitas. Persamaan diferensial biasa orde-n dikatakan linier bila dapat dinyatakan dalam bentuk: '( ! )! + '* ! )+*! + … + ')+* ! + ') ! = - ! dengan '( ! ≠ 0 Jika tidak maka persamaan diferensial dikatakan tidak linier. 1. Jika koefisien '( !, '* !, … , ') ! konstan maka disebut persamaan diferensial linier dengan koefisien konstan, jika tidak disebut persamaan differensial linier dengan koefisien variable. 2. Jika - ! = 0, maka disebut persamaan differensial linier homogen, jika - ! ≠ 0 disebut tidak homogen. Contoh: Persamaan Diferensial Klasifikasi Persamaan Diferensial 2 + 5 + 2 = 01 ! PD Linier, PD biasa ,PD-orde2 2 + 5 + 2 = 01 ! PD non Linier 2 2 + 23 2 = 01 3! PD non Linier disebabkan adanya suku cos(z) 1.3 Solusi (Penyelesaian) PDB Beberapa jenis solusi PD akan dijabarkan sebagai berikut: 1. Solusi PD bentuk eksplisit yaitu solusi PD dengan fungsi yang mana variabel bebas dan variabel tak bebas dapat dibedakan dengan jelas. Solusi eksplisit dinyatakan dalam bentuk y = f(x). Contoh solusi/fungsi eksplisit: = + 5 + 4 2. Solusi PD bentuki implisit yaitu solusi PD dengan fungsi yang mana variabel bebas dengan variabel tak bebas tidak dapat dibedakan secara jelas. Fungsi implisit ditulis dalam bentuk f(x,y) = 0. Contoh solusi/fungsi implisit: + = 25 atau + − 25 = 0 Penyelesaian implisit dan penyelesaian eksplisit, keduanya secara singkat biasa disebut penyelesaian PDB. Solusi Persamaan Diferensial Biasa (PDB) terbagi dalam tiga jenis solusi yaitu:
  • 4. 1. Solusi Umum (Penyelesaian Umum): solusi PDB yang masih mengandung konstanta sebarang misalnya c. Contoh PD = " mempunyai penyelesaian umum = 0 " . 2. Solusi Khusus/Partikulir (Penyelesaian Khusus/Partikulir): solusi yang tidak mengandung konstanta variabel karena terdapat syarat awal pada suatu PDB. Contoh PD = 3 dengan syarat 0! = 4, mempunyai penyelesaian khusus = " + 4 Gambar 1 Keluarga Kurva = 0 " Gambar 1 dibuat dengan program MATLAB sebagai berikut: %Program MATLAB kurva y=cx^3 % clc; clear all; for c=-5:1:5 x = -5:0.01:5; y = c*x.^3; plot(x,y,'r','linewidth',2) axis([-2, 2,-10,10]) xlabel('x') ylabel('y') title(' Gambar kurva y=cx^3') hold on end -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 -10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 x y Gambar kurva y=cx3
  • 5. 3. Solusi Singular (Penyelesaian Singular): solusi yang tidak diperoleh dari hasil mensubstitusikan suatu nilai konstanta pada solusi umumnya. Contoh: = 0 + 0 diketahui sebagai solusi umum dari PDB: ! + = , tetapi disisi lain PDB tersebut mempunyai penyelesaian lain: = − * , penyelesaian ini disebut sebagai penyelesaian singular. Gambar 2 Kurva = " + 4 Program MATLAB untuk Gambar 2 sebagai berikut: %Program MATLAB kurva y=x^3+4% clc; clear all; x = -5:0.01:5; y=x.^3+4 plot(x,y,'b','linewidth',2) axis([-2, 2,-10,10]) xlabel('x') ylabel('y') title(' Gambar kurva y=x^3+4') 1.4 Metode Penyelesaian. Metode yang digunakan untuk mencari solusi (menyelesaikan) Persamaan Diferensial antara lain: -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 -10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 x y Gambar kurva y=x3 +4
  • 6. 1. Metode Analitik: Metoda ini menghasilkan dua bentuk solusi yaitu bentuk eksplisit dan implisit. Untuk masalah-masalah yang komplek metode analitik ini jarang digunakan karena memerlukan analisis yang cukup rumit. 2. Metode Kualitatif: Solusi PDB didapatkan dengan perkiraan pada pengamatan pola medan gradien. Metode ini memberikan gambaran secara geometris dari solusi PDB. Metode ini meskipun dapat memberikan pemahaman kelakuan solusi suatu PDB namun fungsi asli dari solusinya tidak diketahui dan metode ini tidak digunakan untuk kasus yang komplek. 3. Metode Numerik. Solusi yang diperoleh dari metode ini adalah solusi hampiran (solusi pendekatan/aproksimasi). Dengan bantuan program komputer, metode ini dapat menyelesaikan PDB dari tingkat sederhana sampai pada masalah yang komplek. Ketiga metode tersebut dapat diselesaikan dengan software MATLAB. 1.5 Pembentukan Persamaan Diferensial Secara matematis, persamaan diferensial muncul jika ada konstanta sembarang dieliminasikan dari suatu fungsi tertentu yang diberikan. Contoh: Bentuklah persamaan diferensial dari fungsi berikut = + 4 Penyelesaian: = + 4 = + 4 +* 5 5 = 1 − 4 + = 1 − 4 dari fungsi yang diberikan (soal) konstanta sembarang A adalah: 4 = − ↔ 4 = − ! sehingga 5 5 = 1 − 4 + = 1 − – ! = 1 − – ! = – + = 2 − sehingga 5 5 = 2 – ↔ 5 5 = 2 – Satu contoh lagi, bentuklah persamaan diferensial untuk
  • 7. = 4 + 7 Penyelesaian: 5 5 = 24 + 7 5 5 = 24 ↔ 4 = 1 2 5 5 substitusikan konstanta A ke: 5 5 = 24 + 7 sehingga 5 5 = 2 1 2 5 5 + 7 = 5 5 + 7 7 = 5 5 − 5 5 dengan mensubstitusikan A dan B pada persamaan: = 4 + 7 kita dapatkan: = 1 2 5 5 + 8 5 5 − 5 5 9 = 1 2 5 5 + 5 5 − 5 5 = 5 5 − 1 2 5 5 Hasil akhir penyelesaian di atas adalah persamaan diferensial orde dua. Jadi fungsi dengan satu konstanta sembarang menghasilkan persamaan diferensial orde satu, sedangkan fungsi dengan dua konstanta sembarang menghasilkan persamaan diferensial orde dua. Sehingga berlaku kaidah: Fungsi yang mempunyai n buah konstanta sembarang akan menghasilkan Persamaan Diferensial orde ke-n Latihan Soal: Klasifikasikan Persamaan Diferensial berikut sebagai: • PDB atau PDP • PD Linier atau non-Linier • nyatakan variabel bebas dan takbebasnya
  • 8. 1. 5 5 = 3 2. 5 5 + 10 5 5 + = 0 3. 2 + 1!5 − + 1!5 = 0 4. 2 5 + 2 5 = 25 5. 5; 5< + ;=' <! = 01 <! 6. 5 5= + = sin 2=! 7. − 2 + = − sin =! − 3 8. 5 5 − = = = " 9. 5 5 5= + 2 5 5= + 9 = 201 3=! 10. D 5E 5= F = ap I − E! 11. 2J 2 + 2J 2= + = = 0 12. + ! + 2 = 0 13. ! − = t − 1 14. 2 2 + 2 2= + = 0 15. 5 5 = 1 + 3 ! 2 − 3 ! Untuk Persamaan Diferensial berikut buktikan bahwa satu atau beberapa fungsi yang diberikan adalah solusi PD: 16. − + 1! + = 0 ; * ! = , ! = + 1 17. 2 + 9 + 12 + 5 = 0 ; ! = + 1! + 9 18. 4 + 8 + = 0 ; ! = + * ln ! 19. = 6 − 13 ; ! = " cos 2 ! 20. + 4 = − 3! sin 2 ! ; ! = O− 1 12 " + 25 32 P cos 2 ! + 1 16 sin 2 !