Efektifitas penggunaan sistem elektronik road pricing
PELUANG MODA
1. Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB
Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 1
PELUANG PERALIHAN PENGGUNAAN MODA KENDARAAN PRIBADI
RODA EMPAT KE MODA KERETA KOMUTER KRL BAGI
PERGERAKAN KOMUTER DEPOK-JAKARTA
Hidayat, Rizky Ardian (1)
, Miharja, Miming(2)
(1)
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
(2)
Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
(SAPPK), ITB.
Abstrak
Kota Depok yang merupakan bagian dari metropolitan Jabodetabek memiliki peranan dalam
penyediaan lahan perumahan bagi penduduk yang bekerja di DKI Jakarta. Hal tersebut
mengakibatkan Kota Depok memiliki mobilitas komuter yang sangat tinggi karena sebagian besar
penduduk Kota Depok bekerja di DKI Jakarta. Kondisi tersebut mengakibatkan jaringan jalan
penghubung Jakarta-Depok mengalami kemacetan lalu lintas yang didominasi moda angkutan
pribadi yang digunakan penduduk komuter Depok-Jakarta untuk pergi bekerja. Alternatif cara
mengurangi volume kendaraan yang besar dan dapat menampung jumlah pergerakan yang tinggi
adalah dengan pengoptimalan penggunaan transportasi masal, salah satunya adalah kereta komuter
KRL. Oleh karena itu, untuk mereduksi kemacetan tersebut dibutuhkan adanya peralihan
penggunaan moda kendaraan pribadi roda empat ke kereta komuter KRL. Studi ini berupaya
memperkirakan peluang peralihan penggunaan moda kendaraan pribadi roda empat ke moda kereta
komuter KRL dengan menggunakan model binomial logit. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor
yang berpengaruh terhadap pemilihan moda transportasi penduduk komuter Depok-Jakarta adalah
jarak tempuh perjalanan, tingkat keamanan penumpang dan barang, tingkat kemudahan
mendapatkan moda, dan tingkat kenyamanan moda. Kemudian, peluang terpilihnya moda
kendaraan pribadi roda empat yaitu sebesar 0,910771 lebih tinggi dibandingkan peluang kereta
komuter KRL yaitu sebesar 0.089288. Pergeseran penggunaan moda kendaraan pribadi roda empat
ke moda kereta komuter KRL dapat terjadi dengan prasyarat jarak tempuh total perjalanan
mencapai 20-30 kilometer atau kurang dari 20 kilometer dan faktor kualitatif yang berpengaruh yaitu
tingkat keamanan penumpang dan barang, tingkat kemudahan mendapatkan moda, dan tingkat
kenyamanan ditingkatkan skala pelayanannya menjadi baik atau sangat baik. Selanjutnya,
rekomendasi berupa upaya perencanaan yang dapat dilakukan untuk mengalihkan penggunaan
moda kendaraan pribadi roda empat ke moda kereta komuter KRL tersebut didasarkan pada
prasyarat peralihan tersebut.
Kata-kunci : pergerakan komuter, pemilihan moda transportasi, peralihan penggunaan moda transportasi
Pengantar
Kedudukan provinsi DKI Jakarta sebagai
pusat dalam metropolitan Jabodetabek
menyebabkan terjadinya pergerakan
penduduk perhari dari kota-kota disekitar
Jakarta ke pusat kota Jakarta untuk bekerja.
Kota Depok yang merupakan bagian dari
metropolitan Jabodetabek memiliki peranan
sebagai pusat pertumbuhan baru yang
menjadi tempat untuk menampung
dekonsentrasi perkembangan dari kegiatan
2. Peluang Peralihan Penggunaan Moda Kendaraan Pribadi Roda Empat Ke Moda Kereta Komuter KRL Bagi Pergerakan Komuter Depok-
Jakarta
2 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1
yang akan muncul maupun yang sudah ada
di DKI Jakarta, khususnya dalam penyediaan
lahan perumahan bagi penduduk yang
bekerja di DKI Jakarta. Hal ini mengakibatkan
Kota Depok memiliki mobilitas komuter yang
sangat tinggi karena sebagian besar
penduduk Kota Depok bekerja di DKI Jakarta.
Banyaknya penduduk Kota Depok yang
melakukan komuter ke Kota Jakarta dapat
dilihat dari jumlah kendaraan yang melintasi
Depok menuju arah Jakarta via Jalan
Margonda pada pukul 07.00-08.00 WIB
sebanyak 4.794 Satuan Mobil Penumpang
(SMP) per jam (Dinas Perhubungan Kota
Depok, 2011). Hal ini mengakibatkan
terjadinya kemacetan panjang dari Jalan
Margonda hingga Jalan Lenteng Agung,
bahkan kemacetan tersebut telah
menyebabkan kerugian sebesar 10 miliar
rupiah pertahun (Bappeda Kota Depok, 2012).
Salah satu solusi untuk mengurangi
kemacetan menurut Tamin (2008) adalah
penggunaan transportasi masal. Hal ini
dikarenakan transportasi masal merupakan
sarana yang lebih efisien daripada kendaraan
pribadi karena dapat mengangkut sejumlah
orang yang lebih banyak dalam satu waktu,
sehingga dapat mengurangi tingkat
kemacetan.
Dengan demikian, apabila sebagian besar
penduduk komuter Depok-Jakarta beralih dari
penggunaan kendaraan pribadi roda empat
ke kereta komuter KRL ke tempat bekerja,
maka kemacetan lalu lintas arah Depok-
Jakarta dapat berkurang secara signifikan.
Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana
peluang pemilihan kedua moda tersebut serta
peluang peralihan penggunaan moda
penduduk komuter dari moda kendaraan
pribadi roda empat ke moda kereta komuter
KRL sehingga upaya perencanaan dapat
dirumuskan sesuai dengan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya peralihan
tersebut.
Persoalan yang dibahas dalam penelitian ini
berawal dari tingginya perilaku komuter
penduduk Kota Depok menuju DKI Jakarta
yang mengindikasikan tingginya kebutuhan
akan perjalanan pada koridor Depok-Jakarta.
Namun pada kenyataannya kapasitas
jaringan jalan yang ada tidak mampu
menampung beban kendaraan penduduk
komuter sehingga menimbulkan kemacetan
yang pajang, khususnya pada saat peak
hours.
Selanjutnya, solusi yang dapat dilakukan
untuk mengurangi kemacetan tersebut
adalah dengan beralihnya penduduk komuter
Depok-Jakarta dari menggunakan moda
kendaraan pribadi roda empat ke moda
kereta komuter KRL. Namun sampai saat ini,
belum diketahui bagaimana peluang
peralihan penggunaan kedua moda tersebut
bagi pergerakan Depok-Jakarta. Oleh karena
itu, persoalan dari penelitian ini adalah
bagaimana peluang peralihan penggunaan
kedua moda tersebut sehingga dapat
diketahui kebijakan apa sajakah yang dapat
membuat penduduk komuter beralih dari
moda kendaraan pribadi roda empat menuju
penggunaan transportasi publik. Dengan
demikian, tujuan dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi peluang peralihan
penggunaan moda kendaraan pribadi roda
empat ke moda kereta komuter KRL bagi
pergerakan komuter Depok-Jakarta.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian mencakup dua
bagian pokok yaitu ruang lingkup wilayah dan
ruang lingkup materi. Ruang lingkup wilayah
merupakan pembatasan pada wilayah
penelitian dari sudut geografis, sedangkan
ruang lingkup materi merupakan batasan
materi yang akan dibahas.
Ruang lingkup wilayah pada studi ini adalah
Kota Depok. Perjalanan komuter yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah
penglaju yang melakukan perjalanan untuk
bekerja dari kota asal yakni Kota Depok dan
kota tujuannya adalah Jakarta. Peta orientasi
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
3. Hidayat, Rizky Ardian
Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 3
Gambar 1. Peta Orientasi Wilayah Studi
Sedangkan ruang lingkup materi
pada penelitian ini meliputi preferensi
pemilihan moda transportasi, probabilitas
masing-masing moda yaitu kereta komuter
KRL dan kendaraan pribadi roda empat, serta
sensitivitas dari perubahan faktor yang
mempengaruhi pemilihan moda.
a. Preferensi penduduk komuter Depok-
Jakarta akan pemilihan moda transportasi.
Moda transportasi yang dipilih sebagai
pilihan alternatif dalam penelitian ini
adalah kereta komuter KRL dan
kendaraan pribadi roda empat. Preferensi
ini berdasarkan penduduk Kota Depok
yang melakukan komuter untuk bekerja
ke Jakarta dengan menggunakan salah
satu dari dua alternatif moda tersebut.
Pemahaman individu yang menjadi
responden adalah penduduk komuter
yang memahami karakteristik dua
alternatif tersebut.
b. Probabilitas masing-masing moda yaitu
kereta komuter KRL dan kendaraan
pribadi roda empat diketahui dengan
menggunakan pendekatan disaggregate
stochastic dan model binomial logit.
c. Sensitivitas dari perubahan faktor yang
mempengaruhi pemilihan moda dengan
menggunakan analisis model sensitivitas
berdasarakan skenario perubahan faktor
yang dapat menunjukkan peluang
peralihan moda.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam pendekatan
ini adalah metode kuantitatif dan pendekatan
yang dipakai adalah pendekatan disaggregate
stochastic. Model yang digunakan untuk
menggambarkan nilai utilitas dan peluang
dari masing-masing moda adalah model
binomial logit.
Pengumpulan data untuk studi ini dilakukan
dengan studi literatur, survei sekunder, dan
survei primer berupa penyebaran kuesioner.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis statistik deskriptif, analisis
tabulasi silang (crosstab), dan analisis
binomial logit. Analisis statistik deskriptif
digunakan untuk mengetahui karakteristik
dari penduduk komuter Depok-Jakarta,
sedangkan analisis tabulasi silang (crosstab)
digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor
eksternal terhadap pemilihan moda dengan
melihat hubungan antar keduanya. Kemudian
analisis binomial logit digunakan untuk
merumuskan fungsi utilitas moda, peluang
pemilihan moda, serta sensitivitas terhadap
perubahan faktor yang berpengaruh terhadap
pemilihan moda.
Jumlah responden ditentukan menggunakan
perhitungan rumus populasi tidak diketahui
yang didasarkan pada tingkat kepercayaan,
variansi, dan tingkat error yang ditentukan.
Berdasarkan hasil perhitungan, sampel yang
digunakan memiliki jumlah minimal sebesar
114 responden. Untuk penelitian ini, jumlah
sampel yang digunakan adalah 120
responden. Teknik penyebaran kuesioner
yang digunakan adalah dengan
menggunakan teknik sampel purposive atau
judgemental sampling yaitu dengan berbagai
pertimbangan sebagai berikut:
a. Responden bertempat tinggal di Kota
Depok dan lokasi kerja terletak di Provinsi
DKI Jakarta sehingga melakukan komuter
setiap hari.
b. Responden menggunakan salah satu dari
kedua moda tersebut ke tempat kerja
setiap hari namun pernah merasakan
menggunakan moda lainnya sehingga
tetap mengerti karakteristik pelayanan
dari kedua moda tersebut.
Penyebaran kuesioner dilakukan di stasiun
Kota Depok untuk responden yang
menggunakan kereta komuter KRL dan
perumahan di Kota Depok untuk responden
4. Peluang Peralihan Penggunaan Moda Kendaraan Pribadi Roda Empat Ke Moda Kereta Komuter KRL Bagi Pergerakan Komuter Depok-
Jakarta
4 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1
yang menggunakan kendaraan kereta
komuter KRL.
Berikut adalah tahapan analisis yang
dilakukan dalam penelitian ini.
Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Pemilihan Moda
Pada dasarnya, setiap pelaku perjalanan akan
mempertimbangkan sejumlah variabel atau
atribut pelayanan yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam memilih moda
transportasi. Penilaian setiap individu
terhadap suatu atribut pelayanan merupakan
cerminan dari kebutuhan dan preferensi
moda yang akan dipilih. Atribut pelayanan
akan memiliki derajat kepentingan yang
berbeda-beda dalam mempengaruhi perilaku
individu pada sistem transportasi yang
berbeda (Chaerani, 2001).
Faktor yang dinilai dapat berpengaruh
terhadap pemilihan moda ini ditentukan
melalui tinjauan literatur mengenai faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan
survei dan penyesuaian terhadap karakteristik
pergerakan komuter Depok-Jakarta yang
didapatkan dari survei pendahuluan. Dalam
penelitian ini, faktor-faktor yang dianggap
berpengaruh terhadap pemilihan moda bagi
pergerakan komuter Depok-Jakarta
dibedakan kedalam tiga klasifikasi yaitu
faktor kuantitatif, faktor kualitatif, dan faktor
eksternal. Faktor kuantitatif dan kualitatif
merupakan faktor yang merepresentasikan
utilitas pelayanan masing-masing moda,
sedangkan faktor eksternal merupakan faktor
yang berasal dari karakteristik pelaku
perjalanan.
1. Faktor Kuantitatif
Faktor kuantitatif yang digunakan pada
penilitian ini adalah biaya total perjalanan,
waktu tempuh perjalanan, waktu menunggu
moda, dan jarak tempuh total.
a. Biaya Total Perjalanan
Biaya total perjalanan yang dimaksud adalah
ongkos yang dikeluarkan oleh penduduk
komuter Depok-Jakarta selama perjalanan
dari rumah hingga ke tempat kerja. Untuk
penduduk komuter yang menggunakan
kendaraan pribadi roda empat (mobil), biaya
total perjalanannya berasal dari penjumlahan
dari biaya bahan bakar, biaya tol (apabila
menggunakan jalan tol) hingga ketempat
bekerja. Sedangkan untuk penduduk komuter
yang menggunakan kereta komuter KRL,
biaya total perjalanannya berasal dari
penjumlahan dari ongkos yang digunakan
pada saat menuju stasiun, tarif kereta, dan
ongkos menuju tempat bekerja dari stasiun
kedatangan.
b. Waktu Tempuh Perjalanan
Waktu tempuh perjalanan yang dimaksud
adalah waktu yang ditempuh oleh responden
dari rumah sampai ke tempat bekerja. Pada
moda kendaraan pribadi roda empat, waktu
yang ditempuh dari rumah hingga menuju
tempat bekerja dengan menggunakan moda
tersebut. Sedangkan, pada moda kereta
komuter KRL berarti penjumlahan dari waktu
yang ditempuh saat menuju stasiun,
kemudian pada saat di kereta komuter KRL,
dan waktu yang ditempuh saat menuju
tempat bekerja dari stasiun kedatangan.
c. Waktu Menunggu Moda
Waktu menunggu moda yang dimaksud
merupakan penjumlahan waktu ketika
responden mempersiapkan moda atau
menunggu moda hingga mendapatkan moda.
Untuk penggunaan kendaraan pribadi roda
empat, waktu menunggu moda merupakan
penjumlahan dari waktu mempersiapkan
moda tersebut seperti memanaskan mesin,
memeriksa kondisi ban, dan lain-lain hingga
moda tersebut siap digunakan untuk
berangkat ke tempat bekerja. Sedangkan
untuk penggunaan moda kereta komuter KRL,
waktu menunggu moda merupakan
penjumlahan dari waktu menunggu saat tiba
di stasiun keberangkatan hingga
mendapatkan moda kereta komuter KRL
tersebut.
d. Jarak Tempuh Moda
Jarak tempuh moda yang dimaksud
merupakan jarak dari rumah sampai ke
tempat bekerja yang ditempuh dengan
menggunakan suatu moda. Untuk
penggunaan kereta komuter KRL, jarak
tempuh moda merupakan penjumlahan dari
jarak yang ditempuh dari rumah menuju
stasiun kedatangan, jarak tempuh pada saat
5. Hidayat, Rizky Ardian
Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 5
di kereta komuter KRL, jarak tempuh menuju
tempat kerja dari tempat kedatangan.
2. Faktor Kualitatif
Pada penelitian ini, faktor kualitatif yang
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Tingkat Keamanan Penumpang dan
Barang
Tingkat keamanan penumpang dan barang
terkait dengan keamanan penumpang serta
keamanan dan keutuhan barang yang dibawa
oleh penumpang hingga mencapai tempat
tujuan.
b. Kemudahan Mendapatkan Moda
Persepsi responden dalam mendapatkan
moda pada saat berangkat menuju ke tempat
kerja. Kemudahan mendapatkan moda
merupakan respresentasi dari tingkat
kemudahan yang dialami responden dalam
mendapatkan moda dari tempat asal.
c. Tingkat Kenyamanan Moda
Tingkat kenyamanan moda adalah persepsi
responden terhadap kenyamanan yang
disediakan oleh masing-masing moda.
Tingkat kenyamanan moda ini meliputi
kenyamanan tempat duduk yang disediakan
oleh moda dan kenyamanan dari desakan
pada saat didalam moda.
d. Tingkat Ketepatan Waktu
Faktor ini menjelaskan mengenai tingkat
ketepatan waktu masing-masing moda
berdasarkan persepsi penduduk komuter
Depok-Jakarta. Ketepatan waktu yang
dimaksud adalah ketepatan waktu dalam
mencapai tujuan dengan menggunakan moda
kendaraan pribadi roda empat dan kereta
komuter KRL.
3. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
pemilihan moda adalah sebagai berikut:
a. Tingkat Pendapatan
b. Kepemilikan Kendaraan
c. Kepemilikan Surat Izin Mengemudi
Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap
Pemilihan Moda
Untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh faktor eksternal terhadap moda
transportasi yang digunakan oleh penduduk
komuter Depok-Jakarta, maka akan dilakukan
analisis statistik yang dapat memperlihatkan
adanya hubungan antar variabel tersebut.
Metode analisis yang akan digunakan adalah
analisis statistik asosiasi yakni uji statistik chi
square melalui analisis tabulasi silang
(crosstab). Dengan menggunakan metode ini,
hipotesa yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Ø H0 = 0; hal ini menunjukkan tidak adanya
korelasi atau hubungan antara variabel 1
dengan variabel 2. Maka dalam penelitian
ini, faktor eksternal yang sedang diteliti
tidak memiliki pengaruh terhadap moda
transportasi yang digunakan oleh
penduduk komuter Depok-Jakarta.
Ø H1 ≠ 0; hal ini menunjukkan adanya
korelasi atau hubungan antara variabel 1
dengan variabel 2. Maka dalam penelitian
ini, faktor eksternal yang sedang diteliti
memiliki pengaruh terhadap moda
transportasi yang digunakan oleh
penduduk komuter Depok-Jakarta.
Setelah dilakukan perhitungan dengan
menggunakan analisis tabulasi silang
(crosstab), maka hasil yang didapatkan
antara lain:
a. Tingkat pendapatan memiliki hubungan
yang nyata dengan pemilihan moda
transportasi. Responden yang memiliki
tingkat pendapatan Rp 1.000.000 – Rp
4.000.000 cenderung memilih moda
kereta komuter KRL ke tempat bekerja,
sedangkan responden yang memiliki
tingkat pendapatan Rp 4.000.00 – Rp
5.000.000 serta diatas Rp 5.000.000 per
bulan cenderung memilih moda
kendaraan pribadi roda empat sebagai
moda transportasi yang digunakan
menuju tempat bekerja
b. Kepemilikan kendaraan pribadi roda
empat memiliki hubungan yang nyata
dengan pemilihan moda transportasi.
Responden yang memiliki kendaraan
pribadi roda empat cenderung
menggunakan kendaraan pribadi roda
empatnya ke tempat kerja. Sedangkan
kepemilikan kendaraan pribadi roda dua
(sepeda motor) tidak memiliki hubungan
6. Peluang Peralihan Penggunaan Moda Kendaraan Pribadi Roda Empat Ke Moda Kereta Komuter KRL Bagi Pergerakan Komuter Depok-
Jakarta
6 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1
yang nyata dengan pemilihan moda
transportasi.
c. Kepemilikan Surat Izin Mengemudi
kendaraan pribadi roda empat (SIM A)
memiliki hubungan yang nyata dengan
pemilihan moda transportasi. Responden
yang memiliki SIM A cenderung
menggunakan kendaraan pribadi roda
empatnya ke tempat kerja. Sedangkan
kepemilikan Surat Izin Mengemudi
kendaraan pribadi roda dua (sepeda
motor) tidak memiliki hubungan yang
nyata dengan pemilihan moda
transportasi.
Persepsi Terhadap Tingkat Pelayanan
Moda
Berikut ini adalah persepsi penduduk komuter
Depok-Jakarta mengenai tingkat pelayanan
yang disediakan oleh moda kendaraan pribadi
roda empat dengan kereta komuter KRL yang
dibagi kedalam dua faktor yaitu faktor
kuantitatif dan kualitatif. Persepsi responden
terhadap faktor pelayanan kuantitatif dari
kedua moda tersebut adalah sebagai berikut:
a. Biaya total perjalanan moda kereta
komuter KRL lebih murah dibandingkan
moda kendaraan pribadi roda empat.
Mayoritas responden mengeluarkan
ongkos perjalanan setiap harinya sebesar
Rp 30.000,00 – Rp 60.000,00 apabila
menggunakan kendaraan pribadi roda
empat dan ongkos sebesar Rp 8.000,00 –
Rp 13.000,00 apabila menggunakan
kereta komuter KRL.
b. Waktu tempuh perjalanan moda kereta
komuter KRL lebih cepat dibandingkan
moda kendaraan pribadi roda empat.
Mayoritas responden menempuh
perjalanan selama 1 – 1.5 jam dengan
moda kereta komuter KRL. Sedangkan
dengan moda kendaraan pribadi roda
empat, mayoritas responden menempuh
perjalanan selama 2 jam 31 menit hingga
3 jam.
c. Waktu menunggu moda kendaraan
pribadi roda empat lebih cepat
dibandingkan dengan moda kereta
komuter KRL. Mayoritas responden
menunggu selama lebih dari 20 menit
untuk mendapatkan moda kereta komuter
KRL. Sedangkan untuk mempersiapkan
moda kendaraan pribadi roda empat,
mayoritas responden membutuhkan
waktu selama 5 – 10 menit.
d. Moda kereta komuter KRL dan kendaraan
pribadi roda empat memiliki jarak total
jarak tempuh yang sama yaitu 20 – 30
Km menurut sebagian besar responden.
Sedangkan persepsi responden terhadap
faktor kualitatif dari kedua moda adalah
sebagai berikut:
a. Tingkat keamanan penumpang dan
barang moda kendaraan pribadi roda
empat lebih baik dibandingkan dengan
moda kereta komuter KRL. Mayoritas
responden menilai tingkat keamanan
penumpang dan barang moda kendaraan
pribadi roda empat dalam skala pelayanan
baik, sedangkan untuk moda kereta
komuter KRL tergolong cukup.
b. Tingkat kemudahan mendapatkan moda
kendaraan pribadi roda empat lebih baik
dibandingkan dengan moda kereta
komuter KRL. Mayoritas responden
menilai bahwa moda kendaraan pribadi
roda empat tergolong sangat baik dan
moda kereta komuter KRL tergolong baik
dalam hal kemudahan mendapatkan
moda.
c. Tingkat kenyamanan moda kendaraan
pribadi roda empat lebih baik
dibandingkan dengan moda kereta
komuter KRL. Mayoritas responden
menilai tingkat kenyamanan moda
kendaraan pribadi roda empat dalam
skala pelayanan sangat baik, sedangkan
untuk moda kereta komuter KRL
tergolong cukup.
d. Tingkat ketepatan waktu moda kendaraan
pribadi roda empat lebih baik
dibandingkan dengan moda kereta
komuter KRL. Mayoritas responden
menilai tingkat ketepatan waktu moda
kendaraan pribadi roda empat dalam
7. Hidayat, Rizky Ardian
Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 7
skala pelayanan cukup, sedangkan untuk
moda kereta komuter KRL tergolong baik.
Estimasi Parameter dan Uji Signifikansi
Untuk mendapatkan peluang pemilihan
masing-masing moda, dapat digunakan
model logit binomial. Langkah pertama yang
harus dilakukan adalah melakukan
penaksiran nilai estimasi parameter dan nilai
signifikansi. Untuk mendapatkan nilai
signifikansi setiap faktor yang berpengaruh
dapat dilakukan dengan menggunakan
program Minitab 16. Dalam perhitungan logit
binomial, terdapat satu moda yang dijadikan
based reference yang berfungsi sebagai
pembanding dengan moda lainnya. Dalam
penelitian ini, moda kendaraan pribadi roda
empat merupakan moda yang dijadikan
based reference.
Setelah dilakukan perhitungan dengan logit
binomial, maka faktor yang memiliki nilai
signifikansi kurang dari 0.05 adalah jarak
tempuh perjalanan (0.022), tingkat
keamanan (0.006), tingkat kemudahan
mendapatkan moda (0.019), dan tingkat
kenyamanan (0.011).
Fungsi Utilitas Pemilihan Moda
Nilai signifikansi dari masing-masing
parameter akan digunakan dalam
perhitungan jika berada di bawah 0.05
(Trihendradi, 2007). Setelah mendapatkan
nilai signifikansi dari setiap faktor, maka
faktor yang memiliki nilai signifikansi kurang
dari 0.05 dapat dimasukkan untuk
perhitungan nilai utitilitas pemilihan moda.
Oleh karena itu, faktor-faktor yang
dimasukkan kedalam perhitungan nilai utilitas
pemilihan moda adalah jarak tempuh moda,
tingkat keamanan moda, tingkat kemudahan
dalam mendapatkan moda, dan tingkat
kenyamanan moda.
Studi ini menggunakan kendaraan pribadi
roda empat sebagai based reference
sehingga nilai utilitas dari kendaraan pribadi
roda empat adalah nol, sedangkan nilai
utilitas dari kereta komuter KRL adalah
dengan menggunakan persamaan matematis
sebagai berikut:
Ukl = 4.6677 – 0.50465A – 0.75601B –
0.678873C -0.63229D
Keterangan:
Ukl: Nilai Utilitas Kereta Komuter KRL
A: Jarak tempuh moda Kereta Komuter
KRL
B: Tingkat keamanan moda Kereta Komuter
KRL
C: Tingkat kemudahan dalam mendapatkan
moda Kereta Komuter KRL
D: Tingkat kenyamanan moda Kereta
Komuter KRL
Setelah mendapatkan persamaan matematis
untuk nilai utilitas moda kereta komuter KRL,
maka tahap selanjutnya adalah menentukan
nilai agregasi masing-masing faktor. Nilai
agregasi kondisi eksisting masing-masing
faktor dapat dilihat pada Tabel 1.
Kode Faktor Signifikansi
A
Jarak Tempuh
Perjalanan Kereta
Komuter KRL
2.4250
B
Tingkat Keamanan
Kereta Komuter KRL
2.7667
C
Tingkat Kemudahan
Mendapatkan Kereta
Komuter KRL
2.5333
D
Tingkat Kenyamanan
Kereta Komuter KRL
3.0916
Tabel 1. Nilai Agregasi Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Moda Kereta
Komuter KRL
Dengan mengetahui persamaan matematis
dan nilai agregasi pada kondisi eksisting
masing-masing faktor yang berpengaruh,
maka nilai utilitas dari moda kereta komuter
KRL adalah sebesar -2.32235.
Peluang Pemilihan Moda
Dengan adanya nilai utilitas masing-masing
moda, maka dapat ditentukan eksponen dari
nilai utilitas masing-masing moda yang mana
dapat digunakan untuk menentukan peluang
pemilihan moda penduduk komuter Depok-
Jakarta.
Peluang pemilihan moda Kereta Komuter KRL
sebagai moda transportasi oleh penduduk
8. Peluang Peralihan Penggunaan Moda Kendaraan Pribadi Roda Empat Ke Moda Kereta Komuter KRL Bagi Pergerakan Komuter Depok-
Jakarta
8 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1
komuter Depok-Jakarta adalah sebagai
berikut:
𝑃𝑘𝑙 =
𝑒𝑥𝑝!"#
𝑒𝑥𝑝!"# + 𝑒𝑥𝑝!"
Keterangan:
Pkl : Peluang moda Kereta Komuter KRL
Pm : Peluang moda Kendaraan Pribadi
Roda Empat
Ukl : Nilai utilitas moda Kereta Komuter KRL
Um : Nilai utilitas moda Kendaraan Pribadi
Roda Empat
Dengan nilai utilitas moda kereta komuter
KRL sebesar -2.32235, maka peluang moda
kereta komuter KRL dengan moda kendaraan
pribadi roda empat sebagai based reference
adalah sebagai berikut:
𝑃𝑘𝑙 =
𝑒𝑥𝑝( − 2.32235)
𝑒𝑥𝑝( − 2.32235) + exp (0)
𝑃𝑘𝑙 = 𝟎. 𝟎𝟖𝟗𝟐𝟖𝟖
Dengan adanya peluang pemilihan moda
kereta komuter KRL yaitu sebesar 0.089288,
maka peluang pemilihan moda kendaraan
pribadi roda empat adalah sebagai berikut:
𝑃𝑚 = 𝟏 − 𝟎. 𝟎𝟖𝟗𝟐𝟖𝟖
𝑃𝑚 = 𝟎. 𝟗𝟏𝟎𝟕𝟕𝟏
Berdasarkan hasil perhitungan peluang kedua
jenis moda tersebut, dapat dilihat bahwa
peluang pemilihan moda kendaraan pribadi
roda empat lebih besar dibandingkan peluang
pemilihan kereta komuter KRL. Hal ini
menunjukkan bahwa penduduk komuter
Depok-Jakarta lebih memilih menggunakan
moda kendaraan pribadi roda empat
dibandingkan dengan moda kereta komuter
KRL secara pendekatan model logit binomial.
Analisis Sensitivitas Pemilihan Moda
Analisis sensitivitas bertujuan untuk
mengetahui perubahan nilai probabilitias
suatu moda apabila dilakukan perubahan nilai
dari faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan moda tersebut secara berkala.
Selain itu, analisis sensitivitas berguna untuk
melihat seberapa besar pengaruh perubahan
nilai atribut dari faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan moda terhadap
proses pergeseran peluang terpilihnya
sebuah moda.
Hasil analisis sensitivitas berdasarkan
skenario perubahan dapat dilihat pada Tabel
2.
No Faktor yang Diubah Sensitivitas Prasyarat
1 Jarak Tempuh Total Perjalanan
Tidak ada
perpotongan
-
2
Tingkat Keamanan Penumpang dan
Barang
Tidak ada
perpotongan
-
3
Tingkat Kemudahan Mendapatkan
Moda
Tidak ada
perpotongan
-
4 Tingkat Kenyamanan Moda
Tidak ada
perpotongan
-
5
•Jarak tempuh Total Perjalanan
•Tingkat Keamanan Penumpang dan
Barang
Tidak ada
perpotongan
-
6
•Tingkat Keamanan Penumpang dan
Barang
•Tingkat Kemudahan Mendapatkan
Moda
Ada perpotongan
Sangat Baik
Sangat Baik
7
•Tingkat Kemudahan Mendapatkan
Moda
•Tingkat Kenyamanan Moda
Ada perpotongan
Sangat Baik
Sangat Baik
8
•Jarak Tempuh Total Perjalanan
•Tingkat Kemudahan Mendapatkan
Moda
•Tingkat Kenyamanan Moda
Ada perpotongan
<20 Km
Baik
Baik
9
•Jarak Tempuh Total Perjalanan
•Tingkat Keamanan Penumpang dan
Barang
•Tingkat Kenyamanan Moda
Ada perpotongan
<20 Km
Baik
Baik
10
•Tingkat Keamanan Penumpang dan
Barang
•Tingkat Kemudahan Mendapatkan
Moda
•Tingkat Kenyamanan Moda
Ada perpotongan
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Tabel 2. Hasil Analisis Sensitivitas
Berdasarkan Skenario Perubahan
Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Pemilihan Moda
Perpotongan yang muncul pada peluang
kedua moda transportasi mengindikasikan
adanya kemungkinan pergeseran
penggunaan moda dengan peningkatan
peluang moda kereta komuter KRL menjadi
lebih besar dibandingkan peluang moda
kendaraan pribadi roda empat. Pergeseran
tersebut dapat terjadi apabila prasyarat dari
setiap faktor dipenuhi. Maka dari itu,
diperlukan adanya upaya perencanaan yang
dilakukan untuk memenuhi prasyarat dari
setiap faktor yang dapat menstimulus adanya
peralihan penggunaan moda kendaraan
pribadi roda empat ke moda kereta komuter
KRL.
9. Hidayat, Rizky Ardian
Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 9
Kesimpulan
Berdasarkan uji estimasi parameter dan
signifikansi, faktor yang berpengaruh
terhadap peluang pemilihan kendaraan
pribadi roda empat dan kereta komuter KRL
bagi penduduk komuter Depok-Jakarta
dengan kendaraan pribadi roda empat
sebagai based reference adalah jarak tempuh
total perjalanan, tingkat keamanan moda,
tingkat kemudahan mendapatkan moda, dan
tingkat kenyamanan moda dengan peluang
terpilihnya kereta komuter KRL adalah
0,089288 dan peluang terpilihnya kendaraan
pribadi roda empat adalah 0,910771. Dengan
demikian pada kondisi eksisting, penduduk
komuter Depok-Jakarta akan memilih
kendaraan pribadi roda empat dibandingkan
kereta komuter KRL.
Berdasarkan uji estimasi parameter dan
signfikansi pula, faktor kuantitatif biaya
perjalanan diketahui tidak cukup berpengaruh
pada pemilihan moda karena pada umumnya
responden tidak keberatan dengan harga
kereta komuter KRL sebesar Rp 8.000,00
setiap perjalanannya karena biaya tersebut
masih sangat jauh lebih murah dibandingkan
biaya pejalanan dengan menggunakan
kendaraan pribadi roda empat yang
menghabiskan sebagian besar responden
sebesar Rp 30.000,00 – Rp 60.000,00 per
hari.
Tidak terdapat faktor tunggal yang memiliki
sensitivitas tinggi terhadap pergeseran
penggunaan kendaraan pribadi roda empat
ke kereta komuter KRL. Hal ini dibuktikan
tidak adanya titik perpotongan antara
peluang kedua moda meskipun faktor
kuantitatif seperti jarak tempuh total sudah
diturunkan menjadi kurang dari 20 Km dan
faktor kualitatif seperti tingkat keamanan,
tingkat kemudahan mendapatkan moda,
serta tingkat kenyamanan sudah ditingkatkan
menjadi sangat baik.
Peluang pergeseran terjadi apabila dilakukan
dengan skenario perubahan faktor berganda
dan lebih dari satu faktor. Terdapat titik
perpotongan antara peluang kendaraan
pribadi rdoa empat dan kereta komuter KRL
sehingga memungkinkan adanya pergeseran
peralihan moda kendaraan pribadi roda
empat ke kereta komuter KRL. Pergeseran
tersebut akan terjadi apabila setidaknya jarak
tempuh total perjalanan mencapai 20 – 30
Km atau kurang dari 20 Km dan faktor
kualitatif yang berpengaruh ditingkatkan
skala pelayananannya menjadi baik atau
sangat baik.
Namun terdapat kendala untuk meningkatkan
peluang pergeseran penggunaan kendaraan
pribadi roda empat ke kereta komuter KRL
yang didapatkan berdasarkan analisis
Crosstab terhadap faktor eksternal yaitu pada
tingkat pendapatan, kepemilikan kendaraan
pribadi roda empat, dan kepemilikan SIM A.
Kendala ini menunjukkan kondisi saat ini
yaitu ketika penduduk komuter kereta KRL
memiliki tingkat pendapatan lebih dari Rp
4.000.000,00 perbulan, memiliki kendaraan
pribadi roda empat dan surat izin mengemudi
kendaraan pribadi roda empat (SIM A) akan
cenderung memilih kendaraan pribadi roda
empat dibandingkan dengan kereta komuter
KRL untuk pergi ke tempat kerja.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis dan temuan studi
yang telah dibahas, diketahui bahwa peluang
terpilih kereta komuter KRL adalah sebesar
0.089288 dan peluang kendaraan pribadi
roda empat adalah sebesar 0.910771. Apabila
nilai peluang tersebut dikonversi kedalam
persentase, maka kedudukan peluang
pemilihan moda kereta komuter adalah 8%
dari penduduk komuter Depok-Jakarta dan
peluang kendaraan pribadi roda empat
adalah sebesar 91% dari penduduk komuter
Depok-Jakarta.
Untuk faktor jarak tempuh total, dalam
realisasinya sangat sulit untuk diturunkan
menjadi kurang dari 20 kilometer karena
berkaitan dengan jauhnya lokasi tujuan
perjalanan atau tempat pekerjaan dari lokasi
tempat tinggal serta jauhnya lokasi stasiun
dari tempat tinggal. Dengan demikian, upaya
kebijakan yang akan dilakukan berdasarkan
skenario perubahan faktor kualitatif yaitu
tingkat keamanan moda, tingkat kemudahan
mendapatkan moda, dan tingkat kenyamanan
moda.
Upaya kebijakan yang dapat diterapkan
adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan tingkat kemanan menjadi
sangat baik melalui dipertahankannya
gerbong atau kereta khusus wanita,
10. Peluang Peralihan Penggunaan Moda Kendaraan Pribadi Roda Empat Ke Moda Kereta Komuter KRL Bagi Pergerakan Komuter Depok-
Jakarta
10 | Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1
penempatan setiap petugas keamanan di
setiap gerbong, scanning atau
pengecekan kepada penumpang terkait
barang-barang bersenjata dan berbau
tajam saat memasuki stasiun, dan
penempatan kamera pemantau di setiap
gerbong. Pihak yang berperan adalah PT.
KAI.
b. Meningkatkan tingkat kemudahan
mendapatkan moda dengan membangun
lahan parkir, mengintegrasikan angkutan
kota dengan stasiun kereta, membangun
angkutan khusus sebagai feeder dan
transfer di Jakarta yang mendekatkan
penumpang langsung dengan titik-titik
lokasi tempat kerja. Pihak yang berperan
dalam hal ini adalah PT.KAI dan
Pemerintah Kota Depok.
c. Meningkatkan tingkat kenyamanan moda
menjadi sangat baik melalui implementasi
rencana RTRW Kota Depok aspek
perhubungan yaitu penambahan jumlah
gerbong atau kereta sesuai dengan
demand yang ada. Dengan bertambahnya
frekuensi atau jumlah kereta yang
melintas juga akan meningkatkan tingkat
kemudahan mendapatkan moda dengan
keandalan dan keteraturan moda kereta
komuter KRL. Selanjutnya, melakukan
pembatasan jumlah penumpang di setiap
gerbongnya sesuai dengan kapasitas
setiap gerbong. Pihak yang berperan
dalam hal ini adalah PT.KAI dan
Pemerintah Kota Depok.
Sedangkan, upaya kebijakan yang dapat
dilakukan terhadap faktor eksternal yang
mempengaruhi moda adalah sebagai berikut:
a. Untuk tingkat pendapatan,
sebenarnya sulit untuk diintervensi
karena berkaitan dengan tingkat
pendapatan individu. Upaya yang
dapat dilakukan adalah peningkatan
tarif bahan bakar melalui
pengurangan subsidi bahan bakar
premium oleh Kementrian ESDM,
implementasi kebijakan pengguna
kendaraan pribadi wajib
menggunakan bahan bakar non
subsidi dengan koordinasi oleh
pengelola SPBU, peningkatan tarif
parkir oleh pengelola parkir
perkantoran, dan penerapan konsep
Electronic Road Pricing (ERP) oleh
Dinas Perhubungan Provinsi DKI
Jakarta dan Kepolisian RI.
b. Untuk kepemilikan kendaraan
pribadi roda empat, upaya yang
dapat dilakukan adalah
meningkatkan pajak tahunan
kendaraan pribadi oleh Departemen
Keuangan, pembatasan penjualan
kendaraan pribadi oleh Kementrian
Koordinator Bidang Perekonomian,
dan mempersulit proses kredit
kendaraan bermotor oleh perbankan
di Indonesia.
c. Untuk kepemilikan Surat Izin
Mengemudi, upaya yang dapat
dilakukan adalah penertiban dalam
pembuatan SIM melalui pengawasan
terhadap pembuatan SIM illegal oleh
Kepolisian RI. Selain itu, dibutuhkan
juga adanya kesadaran masyarakat
untuk mematuhi peraturan yang
berlaku.
Daftar Pustaka
Ben-Akiva, B dan Steven R. Lerman. 1985.
Discrete Choice Analysis: Theory
and Application to Travel Demand.
Massachusetts: The MIT Press.
Cascetta, Ennio. 2009. Transportation System
Analysis: Models and Applications.
New York: Springer.
Christensen, Ronald. 1997. Log-Linear Models
and Logistic Regression. New York:
Springer.
Eryanto. 2007. Teknik Sampling Analisis Opini
Publik. Yogyakarta: Penerbit LKiS
Pelangi Aksara.
Manheim, Marvin. L. 1979. Fundamental of
Transportation System Analysis,
Volume 1: Basic Concept. London:
The MIT Press.
Kanafani, Adib. 1983. Transportation Demand
Analysis. New York: Mc Graw-Hill
Book Company.
Kusbiantoro, B.S. 2009. Memanusiakan
Perencanaan Sistem Transportasi.
Bandung: Penerbit ITB.
Morlok, Edward K. 1984. Pengantar Teknik
dan Perencanaan Transportasi.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ortuzar, J. de D. dan L.G. Willumsen. 1995.
Modelling Transport Second Edition.
Chichester: Wiley.
11. Hidayat, Rizky Ardian
Jurnal Perencanan Wilayah dan Kota 1 SAPPK No.1 | 11
Tamin, O.Z. 2008. Perencanaan, Pemodelan,
dan Rekayasa Transportasi.
Bandung: Penerbit ITB.
Trihendradi, Cornelius. 2007. Kupas Tuntas
Analisis Regresi. Yogyakarta: CV.
Andi Offset