SlideShare a Scribd company logo
1 of 141
Download to read offline
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. N
UMUR 24 TAHUN P2A0 6-8 JAM POST PARTUM
DI BPS ZUBAEDAHSYAH, S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun oleh :
MILA DWI WANDARI
201308041
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
ii
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. N
UMUR 24 TAHUN P2A0 6-8 JAM POST PARTUM
DI BPS ZUBAEDAHSYAH, S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Dianjurkan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir Program
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
MILA DWI WANDARI
NIM : 201308041
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan
Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila
Hari : Rabu
Tanggal : 27 Juli 2016
Pembimbing
SILVIA ANGGRAINI, S.ST. M.Kes
Diterima dan disarankan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Penguji I
Juniardi, S.I.P, M.H
NIDN. 0203077501
Direktur Akademi Kebidanan Adila
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disarankan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji II
Juniardi, S.I.P, M.H Rina Suryani, S.ST. M.Kes
NIDN. 0203077501 NIK. 2013061035
Direktur Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH
NIK. 2011041008
Diterima dan disarankan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Rina Suryani, S.ST. M.Kes
v
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. N UMUR 24
TAHUN P2A0 6-8 JAM POST PARTUM
DI BPS ZUBAEDAHSYAH, S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
Oleh
Mila Dwi Wandari, Silvia Angraini, S.ST. M. Kes
INTISARI
Masa nifas (Puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu (42
hari) setelah ibu. Tujuan dalam penelitian ini yaitu penulis dapat melaksananakan
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6 jam
post partum di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan mengunakan metode deskriptif
subjek penelitian yaitu Ny. N, umur 24 tahun P2A0 di BPS Zubaedahsyah, S.ST
Bandar Lampung. Dalam kesimpulan ini terdapat kesenjangan yaitu lamanya
persalinan. Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu penulis telah mampu
memberikan asuhan kebidanan pada ibu Nifas 6-8 jam post partum. Sasaran
utama dari penelitian ini diharapkan ibu nifas lebih memperhatikan cara
pencegahan perdarahan pada ibu nifas 6-8 jam post partum sehingga kasus
peradarahan dapat ditanganin secara dini.
Kata Kunci : 6 jam Post partum
Referensi : 23 Refrensi
Jumlah Halaman :120 Halaman, 8 Daftar Tabel, Daftar gambar, Daftar
lampiran
vi
MIDWIFERY CARE POSTPARTUM WOMEN TO NY. N AGE 24 YEARS
P2A0 6-8 HOURS POST PARTUM IN BPS ZUBAEDAHSYAH, S.ST
BANDAR LAMPUNGYEAR 2016
By
Mila Dwi Wandari, Silvia Angraini, S.ST. M. Kes
ESSENCE
Puerperal (Puerpurium) begins after delivery of the placenta and ends when the
tools back content such circumstances before pregnancy. Puerperal or puerpurium
starting 2 hours after the birth of the placenta to 6 weeks (42 days) after the
mother. Interest in this research that the author can melaksananakan Mother
Midwifery Care Ruling against Ny. N age of 24 years P2A0 6 hours post partum
in BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Year 2016. The method used in
this research by using descriptive method of research subjects, namely Ny. N,
aged 24 years P2A0 in BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung. In conclusion,
there are gaps that the length of labor. Conclusions from the research that the
author has been able to provide midwifery care in mothers postpartum 6-8 hours
post partum. The main target of this research are expected to pay more attention to
postpartum mothers how to prevent post-partum haemorrhage in the mother 6-8
hours post partum so that the case can peradarahan ditanganin early.
Keywords : 6 hours Post Partum
Reference : 23 Refrensi
Number of Pages : 120 pages, 8 tables, image list, list of attachments
vii
CURRICULUM VITAE
Nama : MILA DWI WANDARI
NIM : 201308041
Tempat/tanggal Lahir : Teluk Betung, 10 April 1994
Alamat : Jl. III Bangun Rejo, Kec Punduh Pidada, Kab. Pesawaran
Institusi : Akademi Kebidanan ADILA
Angkatan : VIII (2015/2016).
Biografi : Pendidikan yang pernah ditempuh adalah :
1. 1999-2001 TK Bintang Laut Bangun Rejo, Pesawaran
2. 2001-2007 SD Negeri 01 Bawang, Pesawaran
3. 2007-2010 SMP Negeri 2 Punduh Pidada, Pesawaran
4. 2010-2013 SMA Bahari,Punduh Pidada, Pesawaran.
5. 2013 sampai saat ini menempuh pendidikan semester
akhir di Akademi Kebidanan ADILA Bandar
Lampung
viii
MOTO
Jika lelah tak sebanding dengan apa yang
kau harapkan dan kau kerjakan, maka ikhlas
menjadikan alasan untuk mu tetap Berjuang
.......
-Mila Dwi Wandari-
ix
PERSEMBAHAN
Terimakasih kepada Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang
karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya, Dapat terselesaikannya Karya Tulis
kecil ini, yang ku persembahkan untuk orang yang sangat berpengaruh dan
berperan dalam hidupku yang selalu memberikan cinta dan kasih sayangnya serta
doa dan semangat yang tiada henti
dalam keadaan apapun.
Terimakasih karena telah membesarkanku dan mendidiku
sejak kecil sampai besar seperti saat ini
Terimakasih atas motivasi baik material dan spiritual serta mendoakkan
setiap langkahku karena setiap usaha dan keberhasilan ku itu semua
untuk kedua orang tua ku Bapak Wandirin dan Ibu Sugiati.
Terimakasih untuk Saudara perempuan ku Iin Purwati dan kk Ipar ku Sujoko
Yang selalu mendoakan dan memberi semangat yang luar biasa .
Dan untuk Adik kesayangan ku Bagas Prasetyo karena
Selalu menghibur ketika rasa lelah mulai datang
Karena kalian adalah penyemangat sekaligus menjadi motivator
ke dua ku setelah Bapak dan Ibu
Untuk teman-teman angkatan VIII khusunya kamar sakura terimakasih atas
kebersamaanya dan semangatnya .....
x
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. N
umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Zubaedahsyah, S.ST
Bandar Lampung Tahun 2016” .
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, maka
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Wazni Adila, MPH., selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung.
2. Yuhelva Destri, Amd. Keb. SKM, selaku pembimbing Akademik Kebidanan
Adila Bandar Lampung.
3. Silvia Anggraini, S.ST. M.Kes, selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
4. Zubaedahsyah, S.ST., selaku pemilik BPS
5. Juniardi, S.I.P, M.H selaku penguji I dan Rina Suryani, S.ST. M.kes selaku
penguji II
6. Seluruh Dosen dan staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
7. Teman-teman Angkatan VIII dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini baik secara langsung maupun yang tidak
dapat ditulis satu persatu.
Penulis menyadari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umum.
Bandar Lampung, Agustus 2016
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................ i
Lembar Persetujuan .................................................................................. ii
Lembar Pengesahan ................................................................................... iii
Intisari ........................................................................................................ iv
Curriculum Vitae ....................................................................................... v
Motto .......................................................................................................... vi
Kata Pengantar........................................................................................... vii
Daftar Isi ..................................................................................................... viii
Daftar Tabel................................................................................................ xi
Daftar Gambar ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Ruang Lingkup ............................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
F. Metode Penelitian ........................................................................... 7
xii
G. Teknik Memperoleh data ................................................................ 8
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori Medis
1. Konsep Dasar Masa Nifas ..................................................... 10
a. Definisi Masa Nifas .......................................................... 10
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas ............................................... 10
c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas ........ 11
d. Tahapan Masa Nifas.......................................................... 12
e. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas........................... 13
f. Perubahan Fisiologi Masa Nifas ....................................... 14
g. Deteksi Dini Komplikasi pada Ibu Masa Nifas................... 16
2. Asuhan 6-8 Jam Post Partum ................................................. 19
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
1. Pengertian manajemen Asuhan Kebidanan .............................. 22
2. Langkah dalam Menejemen Kebidanan Menurut Helen Varney
................................................................................................. 23
a. Pengkajian Data Asuhan Kebidanan..................................... 23
b. Interpretasi Data Dasar ........................................................ 40
c. Indentifikasi Diangnosa/Masalah Potensial .......................... 42
d. Tindakan Segera ................................................................. 43
e. Merencanakan Asuhan......................................................... 43
f. Pelaksanana Perencanaan .................................................... 43
g. Evaluasi .............................................................................. 44
xiii
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan........................................... 44
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Data ........................................................................... 48
B. Matriks ....................................................................................... 58
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ................................................................................... 70
B. Interpretasi Data Dasar ................................................................. 100
C. Identifikasi Diangnosis/Masalah Potensial ................................... 103
D. Tindakan Segera atau Kolaborasi.................................................. 103
E. Perencanaan ................................................................................. 104
F. Pelaksananan ............................................................................... 107
G. Evaluasi ....................................................................................... 115
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 118
B. Saran ............................................................................................ 119
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas .............................................. 13
2.2 Perbedaan fase yang dilalui antara Primigravida dan Multigravida ........ 40
3.1 Riwayat Kehamilan, Persalianan, dan Nifas Yang Lalu .......................... 50
3.2 Riwayat KB ........................................................................................... 51
3.3 Matriks .................................................................................................. 58
4.1 Perbedaan fase yang dilalui antara Primigravida dan Multigravida ......... 99
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 . Penulis sedang melakukan jepit potong tali pusat pada Ny. N di
BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung
2. Gambar 2. Penulis selakukan pengukuran tekanan darah pada Ny. N di BPS
Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung
3. Gambar 3. Penulis sedang mengajarkan teknik menyusui yang benar pada Ny.
N Di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung
4. Gambar 4. Ny. N sedang melakukan pemberian ASI secara On deman pada
Di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung
5. Gambar 5. By. Ny. N Sedang dilakukanya pencegahan Hipoteremi pada By.
Ny. N di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Dinas
Lampiran 2 : Surat Balasan Bidan
Lampiran 3 : Jadwal Penelitian
Lampiran 4 : Lembar Konsul
Lampiran 5 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dan Leaflet
Lampiran 6 : Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (Puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
atau puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan
6 minggu (42 hari) setelah itu. (Dewi, 2013; h. 1).
Menurut WHO (Word Health Organization), angka kematian ibu adalah
perhitungan dalam waktu tertentu per 100.000 kelahiran hidup dalam kurun
waktu yang sama. Maternal Mortality Ratio (MMR) dianggap tinggi jika >300-
4994 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan sangat tinggi jika >1.000
kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Dua Negara penyumbang sepertiga
dari semua kematian ibu, global yaitu : India pada 17% (50.000) dan Nigeria
pada 14% (40.000). Jumlah kematian ibu berdasarkan perhitungan tahun 2013
yang dikarenakan perdarahan yaitu mencapai 27%.
(WHO, Maternal Mortality Ratio, 2013).
Sejalan dengan AKI menurut WHO, berdasarkan Survei Demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI (yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan Negara-negara
tetangga dikawasan ASEAN. Pada tahun 2007, ketika AKI di Indonesia
2
mencapai 228, AKI di Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei
33 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, serta
Malaysia dan Vietnam sama-sama mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup.
(Profil Kesehatan Indonesia, 2014).
Bila dilihat berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung tahun
2014 dapat dilihat penyebab kasus kematian ibu di Provinsi Lampung tahun
2013 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 47 kasus, eklamsi sebanyak 46
kasus, infeksi sebanyak 9 kasus, partus lama sebanyak 1 kasus, aborsi sebanyak
1 kasus dan lain-lain sebanyak 54 kasus.
(Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2014).
Kemudian jika dibandingkan berdasarkan kasus kematian yang ada di Kota
Bandar Lampung tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat
bahwa kasus kematian ibu (kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan
nifas) seluruhnya sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar
(59,78%) terjadi pada saat persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20-34
tahun. Kasus kematian ibu tertinggi ada di Kota Bandar Lampung, penyebab
kasus kematian ibu di Provinsi Lampung tahun 2012 disebabkan oleh
perdarahan sebesar 40,23%, eklamsi sebesar 59,33%, infeksi 4,2% dan
penyebab lain-lain sebesar 75,42%.
(Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2012).
3
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan
keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju
maupun negara berkembang perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak
tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan sebenarnya
justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu
serta bayi sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama
disebabkan oleh konsekuensi ekonomi disamping ketidak tersediaan pelayanan
atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan
kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan
juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini
serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang
timbul pada masa pascapersalinan.
Perdarahan pasca-persalinan merupakan penyebab utama dari 150.000
kematian ibu setiap tahun didunia hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahn
pasca-persalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Seorang ibu
dengan anemia pada saat hamil pada umumnya lebih tidak mampu untuk
mengatasi kehilangan darah yang terjadi jika dibandingkan dengan seorang ibu
dengan kebutuhan nutrisi cukup. Dalam waktu 1 jam setelah persalinan,
penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik
dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila terjadi perdarah berat,
tranfuse darah adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan kehidupan ibu.
Ini adalah salah satu penyebab terpenting terjadinya kematian ibu di Dunia,
yang melibatkan 150.000 kematian dalam satu tahun, terutama terjadi di
4
Negara berkembang. Sebagian besar kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu 4
jam setelah persalinan, menandakan bahwa ini adalah kejadian yang berkaitan
erat dengan persalinan kala III. (Prawirohardjo, 2010; h. 357-358).
Manfaat penatalaksanaan 6-8 jam post partum adalah untuk mendeteksi secara
dini tanda dan bahaya pada masa nifas seperti perdarahan karena atonia uteri
(uterus tidak berkontraksi), robekan jalan lahir, adanya sisa plasenta seperti
selaput, kotiledon, ibu yang mengalami bendungan/hambatan pada payudara,
retensi urin (air seni tidak dapat keluar dengan lancar atau tidak keluar sama
sekali).
Berdasarakan prasurvey yang didapat pada tanggal 05 Juni 2016. Terdapat
seorang ibu baru saja bersalian yaitu Ny. N umur 24 tahun P2A0 pada pukul
06.20 WIB. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. N umur 24 Tahun P2A0 6-8
jam post partum di BPS Zubaedahsyah, S.ST. Bandar Lampung Tahun 2016”.
Setelah dilakukan penelitian ini penulis berharap setiap ibu nifas maupun
keluarga harus mengetahui tentang penatalaksanaan 6-8 jam post partum
sehingga dapat mencegah perdarahan dan komplikasi lain pada masa nifas.
Karena dampak tidak dilakukan 6-8 jam post partum adalah dapat
meningkatkan perdarahan yang mungkin terjadi setelah masa persalinan
sehingga meningkatkan angka kematian ibu.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang diatas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS
Zubaedahsyah, S.ST. Bandar Lampung Tahun 2016?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini untuk memberikan Asuhan Kebidanan
pada Ibu Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di
BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian pada Ibu Nifas
terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS
Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016.
b. Diharapkan penulis dapat menentukan interpretasi data pada Ibu Nifas
terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS
Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016.
c. Diharapakan penulis mampu menentukan masalah potensial pada Ibu
Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS
Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016.
d. Diharapkan penulis dapat melakukan tindakan segera pada Ibu Nifas
terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS
Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016.
6
e. Diharapkan penulis dapat menentukan rencana tindakan yang akan
dilaksanankan pada Ibu Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8
jam post partum di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun
2016.
f. Diharapkan penulis dapat melaksanankan Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS
Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016.
g. Diharapkan penulis dapat dapat melakukan evaluasi Asuhan Kebidanan
terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS
Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016.
D. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum
2. Tempat
BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016
3. Waktu
Dilaksanakan pada tanggal 05 Juni 2016, Bandar Lampung Tahun 2016.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi referensi bacaan diperpustakaan dan juga sebagai bahan
dokumentasi dan dapat menambah wawasan bagi pembaca khususnya
mahasiswa di Institusi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung.
7
2. Bagi Lahan Praktik
Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan sesuai standar asuhan
kebidanaan dan untuk mengetahui perkembangan aplikasi secara nyata di
lapangan dan sesuai teori yang ada dan untuk menerapkan manejemen
asuhan kebidanan pada Ibu Nifas sesuai prosedur.
3. Bagi Masyarakat Khususnya Ny. N
Dapat menambah serta meningkatkan pengetahuan dan penanganan
khususnya pada ibu-ibu yang akan bersalin mengenai tentang pentingnya
asuhan kebidanan pada Ibu Nifas khususnya 6-8 jam post partum.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti
pembelajaran dan untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan
pengalaman serta sebagai acuan bagi mahasiswa bagaimana menerapkan
menejemen asuahan kebidanan pada Ibu Nifas.
F. Metodelogi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah dengan
mengunakan metode penelitian survey deskriptif yang didefinisikan suatu
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi di dalam masyarakat, dalam bidang kesehatan
masyarakat survey deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau memotret
masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk
atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu.
8
(Notoatmodjo, 2012; h. 35-36).
G.Teknik Memperoleh Data
Untuk memperoleh data, teknik yang digunakan sebagai berikut :
1. Data Primer
a. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu metode yang di pergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden),
atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to
face). (Notoatmodjo, 2012; h. 139).
1. Auto Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang
diperoleh adalah data primer, karena langsung dari sumbernya.
(Sulistyawati, 2009; h. 111) .
b. Pengkajian Fisik
Pengkajian Fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala
atau masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik
bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien,
menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat
pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status
pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan.
(Uliyah dan Hidayat, 2009; h. 140).
9
2. Data Sekunder
a. Studi kepustakaan
Menurut sekaran (2006) dalam hidayat (2014) dikatakan bahwa studi
kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan
penelitian. Selain itu, studi kepustakaan juga merupakan dokumentasi
dari tinjauan menyeluruh terhadap karya publikasi dan nonpublikasi.
Sehingga peneliti bisa memastikan bahwa tidak ada variabel penting di
masa lalu yang ditemukan berulang kali mempunyai pengaruh atas
masalah yang terlewatkan. Studi kepustakaan yang baik akan
menyediakan dasar untuk menyusun kerangka teoritis yang
komprehensif yakni hipofisis yang dibuat untuk diuji.
b. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi adalah salah satu pengumpulan data kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh
subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi
merupakan salah satu cara yang dapat dilakuakan peneliti kualitatif
untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu
media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung
oleh subjek yang bersangkutan. (Herdiansyah, 2012; h. 143).
10
BAB II
TEORI PENUNJANG
A. TINJAUAN TEORI MEDIS
1. Konsep Dasar Masa Nifas
a. Definisi Masa Nifas
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
(Dewi dan Sunarsih, 2013; h. 1)
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1) Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
2) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya.
3) Melaksanankan skrining secara komprehensif
4) Memberikan skrining secara komprehensif
5) Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara
6) Konseling mengenai KB.
11
c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Peran bidan antara lain sebagi berikut.
1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa
nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan
fisik dan psikolongis selama masa nifas
2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi, serta keluarga
3) Mendorong ibu untuk menyususi bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman.
4) Membentuk kebijakan, perencanaan program kesehatan yang
berkaitan ibu dan anak, serta mampu melakukan kegiatan
administrasi.
5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga
gizi yang baik, serta memperhatikan kebersihan yang aman.
7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diangnosis dan rencana tindakan juga
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, serta
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi
selama priode nifas.
8) Memberikan asuhan secara profesional.
(Dewi dan Sunarsih, 2013; h. 2-4).
12
d. Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu :
1) Puerpurium Dini
Merupakan masa kepulihan yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerpurium Intermedian
Merupakkan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia, yang
lamanya 6-8 minggu.
3) Remote Puerpurium
Merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama
berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan.
13
e. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Tabel 2.1. Kebijkan program nasional masa nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah
persalinan
a) Mencegah perdarahan, masa nifas
karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berkelanjutan
c) Memberikan konseling pada ibu
atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana cara
mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antar ibu
dengan bayi yang baru lahir
f) Menjaga bayi tetep sehat dengan
cara mencegah hypotermi
g) Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau
sampai ibu dan bayinya dalam
keadaan stabil
2 6 hari setelah
persalinan
a) Memastikan ivolusi uterus berjalan
normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau
b) Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal
c) Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat
d) Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan memperhatiakn adanya
tanda-tanda penyulit
e) Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat,
dan merawat bayi sehri-hari
3 2 minggu setelah
persalinan
Memastikan rahim sudah kembali
normal dengan mengukur dan meraba
bagian rahim.
4 6 minggu setelah
persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang
kesulitan-kesulitan yang ia atau
bayainya alami
b) Meberikan konseling KB secara
dini
(Dewi dan Sunarsih, 2013; h. 4-5).
14
f. Perubahan Fisiologi dan Psikologi Masa Nifas
1) Perubahan pada Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus, lochea mempunyai reaksi basa atau alkalis yang
membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi
asam yang ada pada vagina normal. Lochea berbau amis atau
anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita.
Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lochea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya
proses involusi.
a) Lochea rubra
Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang k eluar berwarna merah kerena terisi
darah segar, jaringan sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b) Lochea sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kecolatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari kie-7 post partum.
c) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecolatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar
pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
15
d) Lochea alba/putih
Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea
alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum.
e) Lochea purulenta
Lochea ini adalah bila terjadi infeksi, akan keluar cairan
seperti nanah dan berbau busuk.
f) Lochea statis
Lochea ini adalah pengeluaran lochea yang tidak lancar.
(Sulistyawati, 2009;h. 76-77)
2) Tanda-tanda Vital
a) Suhu
24 jam post partum suhu tubuh badan akan naik sedikit
(37,50
C - 380
C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilngan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu
badan akan biasa lagi.
b) Nadi
Denyut Nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit.
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
c) Tekanan Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
16
darah tinggi pada post partum dapat manandakan terjadinya
pre eklampsi post partum.
d) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal
pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan
khusus pada saluran pernafasan.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 84-85).
g. Deteksi Dini Komplikasi pada Ibu Masa Nifas dan Penagananya
1. Perdarahan post partum
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya darah
500 ml atau lebih dari organ-organ reproduksi setelah selesainya
kala tiga persalinan. Perdarahan postpartum adalah penyebab
pentingnya kematian ibu : ¼ dari kematian ibu yang disebabkan
oleh perdarahan (perdarahan postpartum, plasenta previa,
solusio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan rupture uteri)
(Astuti et all, 2015; h. 76-77).
Berdasarkan waktu kejadiannya perdarahan pasca persaliann
dibagi dua bagian, yaitu :
a) Perdarahan pasca persalinan dini (Early Post Partum
Haemorhage), atau Perdarahan Pasca Persalinan Primer, atau
perdarahan perdarahan pasca persalinan segera. Perdarahan
17
pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama.
Penyebab utama perdarahan pasca persalinan primer adalah
atonia uteri, retensio plasenta, robekan jaln lahir.
b) Perdarahan masa nifas (PPH kasep atau Perdarahan
Persalinan Sekunder atau perdarahan pasca persalinan
lambat, atau Late PPH). Perdarahan pasca persalinan
sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim
yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal (Sari dan
Rimandini, 2014; h. 226).
Perdarahan pascapersalinan adalah komplikasi yang terjadi
pada tenggang waktu di antara perslainan dan masa pasca
persalinan. Faktor predisposisi antara lain adalah anemia
yang berdasarkan prevalensi di negara berkembang
merupakan penyebab yang paling bermakna kejadian
perdarahan pasca persalinan. Penyebab perdarahan yang
paling sering adalah atonia uteri serta retensio plasenta,
penyebab lain kadang- kadang adalah laserasi serviks atau
vagina rupture uteri dan inersia uteri. Manajemen aktif kala
III adalah upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan
yang didiskusikan secara komprehensif oleh WHO, beberapa
jam pertama pascapersalinan menjadi masa kritis untuk
diagnosis dan pengobatan perdarahan abnormalis.
(Prawirohardjo, 2014; h. 358).
18
2. Penyebab perdarahan post partum
(a) Atonia uteri, atonia uteri merupakan kegagalan
miometrium berkontraksi setelah perslainan sehingga
uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek
dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh
darah.
(b) Retensio plasenta, retensio plasenta adalah keadaan
dimana plasenta belum lahir setengah jam setelah janin
lahir. Hal ini disebabkan :
(1) Plasenta belum lepas dari dinding uterus.
(2) Plasenta sudah lepas. Akan tetapi belum dilahirkan
(c) Sisa plasenta, saat suatu bagian dari plasenta tertinggal,
maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan
keadaan ini dapat menimbulkan perdarhan.
(d) Robekan jalan lahir, robekan jaln lahir dapat terjadi
bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca
persalinan dengan uterus ynag berkontraksi baik
biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.
Inversion uteri, inversion uteri merupakan keadaan
dimana fundus uteri masuk kedalam kavum uteri, dapat
secara mendadak atau terjadi perlahan . (Astuti et all,
2015; h. 78 – 80).
19
2. Asuhan 6-8 jam Post Partum
a. Memberitahu ibu atau keluarga cara mencegah perdarahan masa nifas
dengan cara melakukan observasi melekat pada kontraksi uterus
selama 4 jam pertama post partum dengan melakukan palpasi uterus.
(Sulistyawati, 2009;h. 134).
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan yaitu dengan
melakukan pemeriksaan untuk melihat perdarahan berasal dari rahim
atau vagina dan rujuk bila perdarahan berlanjut.
(Dewi dan Sunarsih, 2011;h. 4)
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri dengan cara masase uterus secara perlahan, tangan diletakkan di
atas fundus uteri dan massase dengan gerakan berputar sambil
menekan fundus selama 15 detik, raba kembali uterus setiap 1-2
menit, jika lembek, ulangi massase. (Astuti et.all, 2015;h. 42)
d. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI awal pada bayinya
sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai
dengan keinginannya (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri
kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara
sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2 jam.
Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik karena isapan
bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.
(Dewi dan Sunarsih, 2011;h. 16)
20
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir atau bonding
attachment didalam satu ruangan dengan melakukan sentuhan
awal/kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit-menit pertama
sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi. Pada proses ini, terjadi
penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari
orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam
perawatannya. (Sulistyawati, 2009;h. 59)
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi yaitu :
1) Keringkan bayi segera setelah bayi lahir untuk mencegah
terjadinya evaporasi dengan menggunakan handuk atau kain
2) Selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat segera setelah
mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat. Sebelumnya
ganti handuk atau kain yang telah digunakan untuk mengeringkan
tubuh bayi
3) Selimuti bagian kepala karena kepala merupakan permukaan
tubuh yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan
panas jika tidak ditutupi. Anjurkan ibu untuk memeluk dan
menyusui bayinya. Sebaiknya pemberian ASI harus dalam waktu
1 jam pertama kelahiran
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Sebaiknya
pemberian ASI harus dalam waktu 1 jam pertama kelahiran
5) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat, yang paling ideal
adalah bersama dengan ibunya agar menjaga kehangatan tubuh
21
bayi, mendorong ibu agar segera menyusui bayinya, dan
mencegah paparan infeksi pada bayi
6) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti tubuh
bayi dengan kain yang kering dan bersih. Berat badan bayi dapat
dinilai dari selisih berat bayi dikurangi dengan kain selimut bayi
yang digunakan. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam
setelah lahir. (Rukiyah dan Yulianti, 2012;h. 11)
g. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
cukup cairan karena makanan yang dibutuhkan oleh ibu nifas sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan dalam tubuh supaya tubuh dalam
keadaan sehat. Tujuan pemberian makanan pada ibu nifas adalah
untuk memulihkan tenaga ibu, memproduksi ASI yang bernilai gizi
tinggi, mempercepat penyembuhan luka, dan mempertahankan
kesehatan.
Catatan: Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal
dengan ibu dan bayi yang baru lahir selama 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil.
(Dewi dan Sunarsih, 2011;h. 4-5).
22
B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen asuhanan
kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis
dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua
belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Menejemen kebidanan
merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan
oleh Helen Varney dalam buku Varney”s Midwifery,edisi ketiga tahun
1997, menggambarkan proses proses manajemen asuhan kebidanan yang
terdiri dari tujuh langkah yang berurut secara sistematis dan siklik,
(Soerpardan, 2007; h. 96-97).
Menurut varney (1997) dalam Saminem (2010) dikatakan bahwa proses
manajemen merupakakan proses pemecahan masalah yang ditemukan
oleh perawat-bidan pada awal 1970-an. Proses ini diperkenalkan sebuah
metode pengorganisasian pemikiran dan tindakan dengan urutan yang
logis dan menguntungkan, baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan.
Proses manajemen terdiri atas tujuh langkah yang berurutan, dan setiap
langkah disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dengan
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, ketujuh langkah
23
tersebut membentuk suatu kerangkan lengkap yang dapat diuraikan lagi
menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini bisa sesuai dengan
kebutuhan klien.
2. Langkah dalam Manajemen kebidanan Menurut Helen Varney
a. Pengkajian Data Asuhan Kebidanan
Dalam tahap ini data/fakta yang dikumpulkan data subjektif dan atau
data objektif dari pasien. Bidan dapat mencatat hasil penemuan data
dalam catatan sehari sebelum didokumentasikan.
(Wildan dan Hidayat, 2013; h. 34).
1) Anamnesa
Anamnesa dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagi berikut
:
a) Auto anamnesa
Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada pasien secara
langsung. Jadi, data yang diperoleh adalah data primer karena
langsung dari sumbernya.
b) Allo anamnesa
Allo Anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan kepada
keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien. Ini
dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak mungkin
lagi untuk memberikan data yang akurat.
(Sulistyawati, 2009; h. 111).
24
2) Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.
Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi pasien.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131).
a) Data Subjektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas keluhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien
(anamnesa) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan
(alloanamnesis). (Wildan dan Hidayat. 2013; h. 34).
Biodata yang mencakup identitas pasien
(1) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-
hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
(2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan
umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas.
25
(3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(4) Suku/Bangsa
Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
(5) Pendidikan
Berpengaruh pada tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya. Sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
(6) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut.
(7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
3) Keluahan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan masa nifas misalnya pasien merasa mules, sakit pada
jalan lahir karena adanya jahitan pada perenium.
26
4) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat atau penyakit akut, kronis, seperti :
jantung, DM, Hipertensi, Asma, yang dapat mempengaruhi
pada masa nifas ini.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Data yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit
keluarga yang menyertai.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131-133).
5) Status Perkawinan
Hal ini penting untuk bidan kaji karena data inilah bidan akan
mendapat gambaran mengenai suasana rumah tangga pasagan.
(Sulistyawati, 2009; h. 114).
6) Riwayat Obsterik
a) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
beberapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah
27
anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan,
keadaan nifas yang lalu.
b) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi panjang badan, berat badan,
penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui
apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak
yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
7) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas
ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
8) Pola Pemenuihan Kebutuhan Sehari-hari
a) Nutrisi
Mengambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 136).
Menu seibang ibu nifas adalah susunan makanan yang
diperlukan oleh ibu nifas sesui dengan kebutuhan yang
diperlukan salama tubuh supaya tubuh dalam keadaan
sehat. Tujuan pemberian makanan pada ibu nifas adalah
untuk memulihkan tenaga ibu, memproduksi ASI yang
28
bernilai gizi tinggi, mempercepat penyembuhan luka, dan
mempertahankan kesehatan. Hidangan bergizi yang
dibutuhkan ibu menyusui terdiri atas zat tenaga (hidrat
arang, lemak, protein nabati seperti kacang-kacangan, tahu,
tempe, kedelai dan hewani seperti telur, daging, ikan, dan
sebagainya), zat pembangun (protein, vitamin, mineral,
air), dan zat pengatur atau pelindung (vitamin, air, dan
mineral). (Roito et.all, 2013 h. 83).
b) Eliminasi
Mengambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang
air besar meliputi frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah. ( Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 136).
Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus
dapat buang air kecil. Semakin lama urien tertahan dalam
kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada
organ perkemihan, misalnya infeksi. Dalam 24 jam
pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar
karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan
semakin sulit baginya untuk buang air secara lancar.
(Sulistyawat, 2009; h. 101).
29
c) Aktivitas
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak
bergerak karena merasa letih dan sakit. Namun ibu harus
dibantu turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama
setelah kelahiran pervagim. Ambulasi dini sangat penting
dalam mencegah trobosis vena. Tujuan ambulasi dini
adalah untuk membantu menguatkan otot-otot perut dan
dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik,
mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah
atau memperbaiki sirkulasi darah keseluruh tubuh.
(Rukiyah et.all, 2011; h. 76).
a) Istirahat
Mengambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa
jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya
membaca, mendengarkan musik, kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang,
penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi
ibu nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat
mempercepat penyembuhan.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 136).
30
b) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia,
karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 137).
Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil
biasanya ibu post partum masih belum cukup
kooperatif untuk membersihkan dirinya. Beberapa
langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu
post partum, antara lain :
(1) Jaga kebersihan tubuh untuk mencegah infeksi dan
alergi kulit pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena
debu dapat menyebabkan kulit bayi alergi melalui
sentuhan kulit ibu dan bayi.
(2) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan
air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk
membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari
depan kebelakang, baru kemudian membersihkan
daerah anus.
(3) Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh
atau minimal 2 kali dalam sehari. Kadang hal ini
terlewat untuk disampaikan kepada pasien. Masih
adanya luka terbuka didalam rahim dan vagina
31
sebagai satu-satunya port de enter kuman penyebab
infeksi rahim maka ibu harus senantiasa menjaga
suasana keasaman dan kebersihan vagina dengan
baik.
(4) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia
selesai membersihkan daerah kemaluanya.
(5) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk
menyentuh daerah luka.
(Sulistyawati, 2009; h. 102).
9) Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya.
Wanita banyak mengalami perubahan emosi/psikologis selama
masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang
ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa
hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai
post partum blues. Postpartum blues sebagian besar
merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami
oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini
sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor.
a) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan
takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan
dan persalinan.
b) Rasa sakit masa nifas awal
32
c) Kelelahan, kurang tidur selama persalinan dan post partum
d) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya
setelah meninggalkan rumah sakit.
e) Rasa menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
Menjelaskan pengkajian psikologinya :
(1) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya
(2) Respon ibu terhadap bayinya
(3) Respon ibu terhadap dirinya
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 134-135).
b) Data objektif
Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa, bidan
harus melakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang
bidan lakukan secara berurutan. (Sulistyawat, 2009; h. 121).
Langkah-langkah pemeriksaanya sebagai berikut :
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan
akan bidan laporkan dengan kriteria :
(a) Baik
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien
memperhatikan respon yang baik terhadap lingkungan
33
dan orang lain, serta fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan.
(b) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang
atau tidak memberikan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak
mampu lagi untuk berjalan sendiri.
(2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran dari keadaan pasien, bidan
dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari
keadaan composmetis (kesadaran maksimal) sampai
dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
(Sulistyawati, 2009; h. 121-122).
(3) Vital Sign
Ditunjukkan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan
dengan kondisi yang dialaminya.
(a) Suhu
24 jam post partum suhu tubuh badan akan naik
sedikit (37,50
C - 380
C) sebagai akibat kerja keras
waktu melahirkan, kehilngan cairan dan kelelahan,
apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi.
34
(b) Nadi
Denyut Nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali
permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi
itu akan lebih cepat.
(c) Tekanan Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah
akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post partum
dapat manandakan terjadinya pre eklampsi post
partum.
(d) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan
denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan
mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada
saluran pernafasan.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 84-85).
(4) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 139).
Menjelaskan pemeriksaan fisik
35
(a) Kepala
pengkajian diawali dengan inspeksi lalu palpasi posisi
kalien dapat duduk atau berdiri (tergantung kondisi
klien).
Inspeksi dilakukan dengan memperhatikan bentuk
kepala yang abnormal dan ukuran kepala (besar pada
Hydrocephalus). Pada daerah muka atau wajah dilihat
kesimetrisan muka, apakah kulitnya normal, pucat,
sianosis, atau ikterus.
(b) Mata
Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui
bentuk dan fungsi mata. Dalam setiap pengkajian
selalu di bandingkan antara mata kanan dan kiri.
Teknik yang digunakan adalah inspeksi dan palpasi.
Inspeksi merupakan teknik yang paling penting
dilakukan sebelum palpasi.
(c) Hidung
Hidung dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan
fungsi hidung. Dimulai dari bagian luar hidung,
bagian dalam, lalu sinus-sinus. Bila memungkinkan
selama pemeriksaan klien dalam posisi duduk.
36
(d) Mulut dan faring
Pemeriksaan mulut dan faring harus dilakukan dengan
pencahayaan yang baik sehingga dapat melihat semua
bagian dalam mulut. Pengkajian mulut dan faring
sebaiknya dilakukan dengan posisi klien duduk.
Pengkajian diawali dengan mengkaji keadaan bibir,
gigi, gusi, lidah, selaput lendir, pipi bagian dalam,
platum/langit-langit mulut, tonsil, kemudian faring.
Umunnya teknik yang digunakan dalam mengkaji
adalah inspeksi, namun bila secara inspeksi belum
didapatkan data yang akurat, maka dilakukan
pengkajian secara palpasi. Tujuan dilakukan palpasi
adalah untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada
mulut yang dapat diketahui dengan palpasi. Palpasi
mulut meliputi pipi, platum, dan lidah.
(e) Telinga
Telinga mempunyai fungsi sebagai alat pendengaran
dan menjaga keseimbangan. Pengkajian telinga secara
umum bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga
luar, saluran telinga gendang telinga/membrane
timpani dan pendengaran. Teknik pengkajian yang
dilakukan umunnya adalah inspeksi dan palpasi.
37
Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk
mengetahui fungsi telinga.
(f) Leher
Tujuan pengkajian leher adalah untuk mengetahui
bentuk leher, serta organ-organ penting yang
berkaitan. Pengkajian dimulai dengan inspeksi
kemudian palpasi. Inspeksi dilakukan untuk melihat
apakah ada kelainan kulit termasuk keadaan pucat,
ikterus, sianosis, dan ada tidaknya pembengkakkan.
Pemeriksaan palpasi ditujukan untuk melihat apakah
ada massa yang teraba pada kelenjar limfe, kelenjar
tiroid, dan trakea.
(Tambunan dan Kasim, 2012; h. 66-83).
(g) Payudara
Dalam pengkajian payudara perlu diketahui adanya
riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit
kangker payudra.
(Tambunan dan Kasim, 2012; h. 103).
(h) Abdomen
Uterus
Normal : kokoh, berkontraksi baik, tidak berada di
atas ketinggian fundal saat masa nifas segera.
38
Abnormal : lembek, diatas ketinggian fundal saat
masa post partum segera.
(Ambarwati dan Wulandari, 2009; h. 139-140).
Perubahan ini dapat diketaui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya
(Tinggi Fundus Uteri).
1) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat
dengan berat 100 gram.
2) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah
pusat.
3) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba
pertengahan pusat dan simpisis dengan berat 500
gram.
4) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas
simpisis dengan berat 350 gram.
5) Pada 6 minggu post partum, fundus uteri
mengecil (tak teraba) dengan berat 50 gram.
(Sulistyawati, 2009; h. 74).
(i) Keadaan genetalia
Lochea
Normal : merah hitam (lochea rubra), bau biasa, tidak
ada bekuan darah, butira-butir darah beku (ukuran
jeruk kecil), jumlah perdarahan yang ringan atau
39
sedikit (hanya perlu menganti pembalut setiap 3-5
jam).
Abnormal : merah terang, bau busuk, mengeluarkan
darah beku, perdarahan berat (memerlukan pengganti
pembalut setiap 0-2 jam).
(j) Keadaan perenium
Oedema hematoma, bekas luka episiotomi/ robekan,
heating.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.140-141).
(k) Pengkajian usus
Tujuan pengkajian usus adalah untuk mendapatkan
data mengenai kondisi anus dan rektum.
(Tambunan dan Kasim, 2012; h. 114).
(l) Keadaan ekstremitas
Varices, oedema, dan reflek patela.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 141).
(5) Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : kadar HB, Hmt (Haematokrit), kadar
Leukosit, dan Golongan darah.
(Sulistyawati, 2009; h. 125)
(6) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi panjang badan, berat badan,
40
penolong persalinan,. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan
atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 134).
Tabel 2.2 Perbedaan fase yang dilalui anatara
primigravida dan multigravida
Lama Persalinan
Primipara
Multipara
Kala 1
13 Jam
7 Jam
Kala II
1 Jam
½ jam
Kala III
½ Jam
¼ Jam
TOTAL
14 ½ Jam
7 ¾ Jam
(Rohani et.all, 2013; h. 8).
b. Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diangnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data-data yang
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga ditemukan masalah atau diangnosis yang spesifik. Langkah
awal dari perumusan masalah atau diangnosis kebidanan analisis data
yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan yang
lainnya sehingga menggambarkan suatu fakta.(Nurhayati et.all, 2013;
h. 142).
41
Mengidentifikasi diangnosa kebidanan dan masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan dalam
langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi
diangnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diangnosa tetapi
mebutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
terhadap pasien masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita
yang diidentifikasikan oleh bidan.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 141).
1. Diangnosa kebidanan
Diangnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan pra abortus,
anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas. Data dasar meliputi :
a. Data Subjektif
Peryataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah
abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan
ibu tentang keluhannya.
b. Data Objektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil
pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 141-142).
42
2. Masalah
Dalam asuhan kebidanan istilah “masalah” dan “diangsosis”
dipakai keduanya karena beberapa masalah tidak dapat
didefinisikan sebagai diangnosis, tetapi perlu dipertimbangkan
untuk membuat rencana yang menyeluruh. Masalah sering
berhubungan dengan bagaimna wanita itu mengalami kenyataan
terhadap diangnosisnya.(Sulityawati dan Nugrahen, 2010; h. 229).
Permasalah yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. Data
dasar meliputi :
1) Data Subjektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien.
2) Data objektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 141-142).
3. Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya. Contohnya kebutuhan
untuk KIE, bimbingan tentang control pernafasan, dan posisi
untuk meneran. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010; h. 229).
c. Identifikasi Diangnosa/Masalah Potensial
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari menejemen kebidanan,
identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
43
dokter dan untuk di konsultasikan atau di tangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 143).
d. Tindakan Segera
Menurut Varney (1997) dalam Rukiyah (2011) dikatakan bahwa
mengidentifikasi perlunya penanganan segera oleh bidan atau dokter
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien, misalnya jika
klien mengalami kejang atau perdarahan.
e. Merencanakan Asuhan
Pada langkah kelima direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen kebidanan untuk masalah atau
diagnosis yang telah di identifikasikan atau diantisipasi. Pada langkah
ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.(Soepardan,
2007; h. 101).
f. Pelaksanana Perencanaan
Langkah ini merupakan pelaksanana rencana asuhan penyuluhan pada
klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanankan rencana asuhan
secara efisien dan aman. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 145).
44
g. Evaluasi
Menurut Varney(1997) dalam Rukiyah (2011) dikatakan bahwa
mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan ulangi lagi
proses menejeman dengan benar terhadap semua aspek asuhan yang
telah diberikan namun belum efektif dan merencanankan kembali
yang belum terencana.
C. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN
1. Peraturan-peraturan, kompetensi bidan dan standar pelayanan kebidanan
yang berkaitan dengan kasus yang diambil
a. Peraturan-peraturan
PERATURAN PEMERINTAH No. 23 Tahun 1996
Pasal 1
1) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk jenjang
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
2) Tenanga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
(Karwati et.all. 2011; h. 71).
b. Kompetensi Bidan
Berdasarkan permenkes No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin
dan penyelengara praktik bidan serta memperhatikan kompetensi inti
bidan indonesia yang mengacu kepada kompetensi inti yang telah
45
disusun oleh ICM, Juni 2011, maka kompetensi bidan di indonesia
dapat diuraikan sebagi berikut.
1) Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang
bermutu tinggi terhadap budaya setempat.
(Aticeh et.all, 2014; h. 70-71).
c. Standar Pelayanan Kebidanan pada Ibu Masa Nifas
1) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Peryataan standar :
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan
kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan
kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi.
2) Standar 14 : Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah
Persalinan
Peryataan standar :
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan
ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
46
3) Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas
Peryataan standar :
Bidan memberikan pelayanan pada masa nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah
persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi
melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini
penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada
masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara
umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi
baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
2. Undang-undang Wewenang Bidan
Dalam menjalankan praktiknya bidan berwenang dalam memberikan
pelayanan yang meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga
berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat sesuai dengan Peraturan
Mentri Kesehatan RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010.
Pelayanan kebidanan
Beberapa pelayanan kebidanan yang diberikan adalah sebagi berikut :
1) Pelayanan kebidanan pada ibu
Pelayanan yang diberikan kepada ibu umunya pada masa pranikah,
prahamil, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui, serta masa interval,
jenis pelayanan yang diberikan antar lain :
a) Penyuluhan dan konseling
b) Pemeriksaan fisik
47
c) Pelayanan ibu nifas normal
d) Pelayanan ibu nifas yang abnormal yang mencakup retensio
plasenta,renjatan, dan infeksi ringan.
(Aticeh et.all, 2014; h. 70-71).
48
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. N
UMUR 24 TAHUN P2A0 6-8 JAM POST PARTUM
DI BPS ZUBAEDAHSYAH, S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
Oleh : Mila Dwi Wandari
Waktu : 05 Juni 2016/ 08.20 WIB
A. Data Subjektif
1) Identitas
Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. N : Tn S
Umur : 24 tahun : 28 tahun
Agama : Islam : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SLTP : SMA
Pekerjaan : IRT : Pedagang
49
Alamat : Jl. Raden Imba Kusuma Ratu, Sukadana Palapa Bandar
Lampung
2) Keluhan Utama : Ibu mengatakan perutnya terasa mulas dan ibu
masih merasa lemas setelah melahirkan.
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hipertensi : Tidak ada
50
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
4) Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Syah
Lama Pernikahan : 2 tahun
5) Riwayat obsteri
Riwayat haid
Menache : 12 tahun
Siklus : Teratur (28 hari)
Volume : 2 kali sehari ganti pembalut
Sifat : Encer, dan berbau anyir
Disminore : Tidak ada
HPHT : 28 Agustus 2015
6) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Tabel 3.1
Hari
/tanggal
Tempat
Persalian
Usia
Kehamilan
Jenis
persalinan
Penolong Penyulit Keadaan Ket
Nifas Anak
Kamis
10-07- 2014
BPS
zubaedahsyah
Aterem Spontan Bidan Tidak ada Baik Sehat
51
7) Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : Spontan
Tanggal : 05 Juni 2016
Jam : 06.20 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
Panjang badan : 50 cm
Berat badan : 3.500 gram
Keadaan bayi : Sehat tanpa cacat
8) Riwayat KB
Tabel 3.2 Riwayat KB
No Jenis
kontrasepsi
Mulai Memakai Mulai Berhenti
Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Alasan
1 Kb suntik 3
bulan
- Bidan BPS Pusing Mei
2015
Bidan BPS Ingin
punya anak
9) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Saat hamil : Makan 3kali/hari, 3 porsi sedang dengan
menu bervariasi seperti 1 centong nasi, 1
potong ayam, 1 mangkuk kecil sayur, 1 gelas
susu. Minum air putih 7-8 gelas/hari
Saat Nifas :Makan baru 2 kali setelah melahirkan, ½
porsi sedang dengan nasi, dan 1 potong ikan, 1
buah jeruk, minum 2 gelas air putih setelah
melahirkan.
52
b. Pola Eleminasi
Saat Hamil : BAK 7-8 kali/hari, BAB 1 kali/hari
Masa Nifas : Sudah BAK berwarna kuning jernih 3 jam
setelah persalinan, berbau khas dan belum
BAB saat pengkajian.
c. Pola Aktivitas
Saat Hamil : masih dapat melakukan kegiatan rumah
tangga, seperti menyapu, memasak
Saat Nifas : Beristirahat dengan cukup, beraktifitas
secukupnya, dan menyusui bayinya.
d. Pola Istirahat
Saat Hamil : Malam 6-7 jam dan siang 1 jam
Saat Nifas : Siang 2 jam setelah melahirkan
e. Pola Personal Hygiene : Ganti pembalut baru 2 kali setelah bersalin,
ibu mengerti cara personal hygiene yang baik
yaitu membersihkan alat genetalianya dari
depan kebelakang.
f. Pola Seksual : Belum melakukan hubungan seksual setelah
melahirkan.
10) Psikososial
Tanggapan ibu terhadap dirinya : Senang
Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya : Baik
Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayinya : Baik
53
Pengambilan keputusan : Suami
B. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 100/70mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 36,50
C
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Wajah
Pucat : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
b. Mata
Simetris : Iya, Kiri dan Kanan
Kelopak mata : Tidak Oedema
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
54
c. Hidung
Simetris : Iya, Kiri dan Kanan
Polip : Tidak Oedema
Kebersihan : Bersih
d. Mulut
Bibir : Lembab
Lidah : Bersih
Gigi : Tidak ada caries
Gusi : Tidak ada perdarahan
e. Terlinga
Simetris : Iya, Kiri dan Kanan
Gangguan pendengaran : Tidak ada
f. Leher
Tumor : Tidak ada
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
g. Ketiak
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
h. Dada
Retraksi : Tidak ada
Bunyi mengi dan ronci : Tidak ada
i. Payudara
Simetris : Iya, Kiri dan Kanan
55
Pembesaran : Iya
Puting susu : Menonjol
Areola mamae : Hiperpigmentasi
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran : Ada Kolostrum
j. Punggung dan pinggang
Simetris : Simetris
Nyeri ketuk : Tidak ada
k. Abdomen
Pembesaran : Ada, sesuai hari nifas
Konsistensi : Keras
Benjolan : Tidak ada
Kandung kemih : Kosong
Tinggi Fundus Uteri : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
l. Anogenital
Labia mayor/minor : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar bartholoni : Tidak ada pembesaran
Pengeluaran vagina
Jenis lochea : Lochea Rubra
Warna : Merah kehitaman
Bau : Anyir
Perenium : Tidak ada
56
Anus : Tidak ada haemaroid
m. Ekstremitas Bawah
Oedema : Tidak oedema
Kemerahan : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Reflek patela : Positif, Kiri dan Kanan
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
HB : Tidak dilakukan
Golongan Darah : Tidak dilakukan
b. Urien
Protein : Tidak dilakukan
Glukosa : Tidak dilakukan
D. Riwayat Persalinan Sekarang
1) Ibu
Tempat melahirkan : BPS Zubaedahsyah, S.ST
Penolong : Bidan Zubaedahsyah, S.ST
Jenis Persalinan : Spontan, Pervaginam
Lama Persalinan : 11 Jam 10 menit
57
Catatan waktu
Kala I : 8 Jam 30 menit
Kala II : 0 jam 30 menit
Kala III : 0 jam 10 menit
Kala IV : 2 jam 0 menit +
Lamanya : 11 jam 10 menit
Ketuban pecah pukul : 06.10 WIB
Plasenta
Lahie secara : Spontan
Insersi : Sentralis
Ukuran : 20 cm
Berat : 500 gram
Panjang tali pusat : 50 cm
2) Bayi
Lahir tanggal/pukul : 05 juni 2016 pukul 06.20 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
Berat Badan : 3.500 gram
Panjang badan : 50 cm
Nilai APGAR : 9/10
Cacat bawaan : Tidak ada
Masa Gestasi : 40 minggu 2 hari / Aterem
58
TABEL 3.3
MATRIKS
Tanggal Pengkajian Interpretasi Data
Diangnosa
Masalah
Potensial
Antisipasi/
Tindakan
Segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
Minggu,
05 Juni 2016
Pukul
08.20 WIB
DS:
Ibu mengatakan mulas
pada perutnya dan
merasakan lemas setelah
melahirkan
DO :
- Keadaan umum : Baik
Kesadaran :
Composmetis
Keadaan emosional:
Stabil
TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
T : 36,50
C
RR : 22x/menit
- Keadaan payudara
DX :
Ny. N umur 24 tahun P2A0
6-8 jam post partum
DS :
- Ibu mengatakan ini
persalinan yang kedua,
dan belum pernah
keguguran
- Ibu mengatakan bayinya
lahir tanggal 05 juni
2016 pukul 06.20 WIB
DO :
- Hasil pemeriksaan
keadaan umum: Baik,
Keadaan emosional:
stabil
Kesadaran:
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu ibu tentang
hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan
2. Beritahu ibu tentang
keluhan yang
dirasakan saat ini
3. Beritahu ibu atau
keluarga cara
1. Memberitahu ibu tentang hasil
pemeriksaan yaitu, keadaan
umum baik, kesadaran
composmentis, keadaan
emosional stabil.
TTV
TD: 110/70 mmHg
N : 80x/menit
T : 36,50
C
RR : 22x/menit
TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi baik, pengeluaran
loche rubra, dan tidak ada luka
jahitan pada perenium.
2. Memberitahu ibu tentang
keluhan yang dirasakan saat ini
seperti mulas pada perutnya
adalah hal yang normal dan
1. Ibu sudah
mengetahui tentang
hasil pemeriksaan
yang telah
dilakukan yaitu ibu
dalam keadaan
baik-baik saja dan
normal.
2. Ibu sudah mengerti
tentang keluhan
yang dirasakan saat
ini adalah hal
normal
3. Keluarga bersedia
membantu dalam
59
simetris kiri dan kanan,
ada pembesaran, putting
susu menonjol, areola
mamae
hiperpigmentasi,
benjolan tidak ada,
pengeluaran kolostrum.
- Keadaan abdomen
pembesaran sesuai hari
nifas, konsistensi keras,
benjolan tidak ada,
kandung kemih
kososng, TFU 2 jari
dibawah pusat,
kontraksi baik
- Keadaan anogenital
pengeluaran vagina
lochea rubra, warna
merah kehitaman, bau
anyir, tidak ada luka
heacting tidak ada
haemaroid.
Composmentis
TTV :
TD: 110/70mmHg
N : 80x/menit
T : 36,50
C
RR : 22x/menit
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada
mencegah
perdarahan masa
nifas karena atonia
uteri
4. Deteksi dan merawat
penyebab lain
perdarahan, rujuk
bila perdarahan
berlanjut.
5. Berikan konseling
pada ibu atau salah
satu anggota
keluarga bagaimana
mencegah
perdarahan masa
nifas karena atonia
uteri.
6. Anjurkan ibu untuk
memberikan ASI
awal pada bayinya
fisiologi karena mengalami
proses involusi uterus
3. Memberitahu ibu atau keluarga
cara mencegah perdarahan
masa nifas dengan cara
melakukan observasi melekat
pada kontraksi uterus selama 4
jam pertama post partum
dengan melakukan palpasi
uterus.
4. Mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan,
rujuk bila perdarahan berlanjut
dengan melakukan
pemeriksaan untuk melihat
perdarahan berasal dari dalam
rahim atau vagina, dan
perdarahan yang banyak.
5. Memberikan konseling pada
ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimna cara
mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri dengan
cara memassase uterus. Secara
perlahan, tangan diletakkan
diatas fundus uteri dan massase
dengan gerakan berputar sambil
menekan fundus selama 15
detik, raba kembali uterus
setiap 1-2 menit, jika lembek
ulangi massase.
melakukan massase
uterus dan hasil
kontrasi uterus
baik.
4. Perdarahan sudah
diperiksa dan tidak
ada perdaraha yang
abnormal. Baik dari
dalam rahim atau
vagina.
5. Keluarga bersedia
melakukan massase
uterus dan kontraksi
uterus baik.
6. Bayi sudah
disusui dan ibu
bersedia
menyusui bayinya
60
7. Lakukan hubungan
antar ibu dan bayi
baru lahir
8. Jaga bayi tetap sehat
dengan cara
mencegah hipotermi
6. Menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI awal pada
bayinya sebaiknya sesering
mungkin tidak perlu dijadwal,
bayi disusui sesuai dengan
keinginannya (on demand).
Bayi dapat menentukan sendiri
kebutuhannya. Bayi yang sehat
dapt mengkososngkan satu
payudara sekitar 5-7 menit dan
ASI dalam lambung akan
kosong dalam 2 jam.
7. Melakukan hubungan antara
ibu dan bayi baru lahir atau
bounding attachment didalam
satu ruangan dengan
melakukan sentuhan
awal/kontak kulit antara ibu
dan bayi pada menit-menit
pertama sampai beberapa jam
setelah kelahiran bayi.
8. Menjaga bayi tetap sehat
dengan cara mencegah
hipotermi yaitu :
- Keringkan bayi segera
setelah bayi lahir untuk
mencegah terjadinya
evaporasi dengan
mengunakan handuk atau
kain
- Selimuti tubuh bayi
sesering mungkin.
7. Bonding
attachment sudah
dilakukan antar
ibu dan bayi
dalam satu
ruangan yang
sama .
8. Bayi sudah
dilakukan
pencegahan
hipootermi.
61
dengan kain bersih dan
hangat segera setelah
mengeringkan tubuh bayi
dan memotong tali pusat.
- Selimuti bagian kepala
karena kepala merupakan
permukaan tubuh yang
relatif luas dan bayi akan
dengan cepet kehilangan
panas jika tidak ditutupi.
- Anjurkan ibu untuk
memeluk dan menyusui
bayinya. Sebaiknya
pemberian ASI harus
dalam waktu 1 jam
pertama kelahiran.
- Tepatkan bayi
dilingkungan yang hangat,
yang paling ideal adalah
bersama dengan ibunya
agar menjaga kehangatan
tubuh bayi, mendorong ibu
agar segera menyusui
bayinya dan mencegah
paparan infeksi pada bayi.
- Jagan segera menimbang
atau memandikan bayi
baru lahir sebelum
melakukan penimbangan
terlebih dahulu selimuti
tubuh bayi dengan kain
yang kering dan bersih.
Berat badan bayi dapat
dinilai dari selisih berat
62
9. Beritahu ibu untuk
mengkonsumsi
makanan yang
bergizi dan cukup
cairan.
10. Ajarkan pada ibu
tentang cara personal
hygiene yang baik
dan benar
bayi dikurangi dengan kain
selimut bayi yang
digunakan. Bayi sebaiknya
dimandikan sediktnya 6
jam setelah lahir.
9. Memberitahu ibu untuk
mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan cukup cairan
seperti sayur-sayuran yang
membantu dalam pengeluaran
ASI, buah-buahan mebantu
dalam eleminasi, serta
makanan yang mengandung
tinggi protein untuk
kebutuhan ibu masa nifas.
10. Memberitahu ibu tentang atau
cara personal hygiene yaitu :
- Menjaga kebersihan
seluruh tubuh untuk
mencegah infeksi dan
alergi kulit pada bayi.
- Membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan
air. Dengan memastikan
bahwa ibu mengerti untuk
membersihkan daerah
vulva terlebih dahulu, dari
depan ke belakang, baru
kemudian membersihkan
9. Ibu bersedia
untuk
mengkonsumsi
makanan yang
bergizi sesuai
dengan apa yang
telah dianjurkan.
10. Ibu sudah
mengerti dan
memahami
tentang cara
personal hygiene
yang baik dan
benar.
63
11. Beritahu ibu tentang
tanda bahaya pada
masa nifas
daerah anus.
- Mengganti pembalut
setiap kali darah sudah
penuh atau minimal 2 kali
dalam sehari.
- Mencuci tangan dengan
sabun dan air setiap kali
selesai membersihkan
daerah kemaluan.
- Jika mempunyai luka
episiotomy, hindari untuk
menyentuh daerah luka.
11. Memberitahu ibu tentang
tanda bahaya masa nifas
yaitu:
- Perdarahan pervagina
yang luar biasa atau tiba-
tiba bertambah banyak
(lebih dari perdarahan
haid biasa atau bila
memerlukan ganti
pembalut 2 kali dalam
setengah jam).
- Pengeluaran pervagina
yang berbau menusuk
(menyengat)
- Rasa sakit dibagian
bawah abdomen atau
punggung.
- Rasa sakit kepala yang
terus menerus, nyeri
epigastrik, atau masalah
11. Ibu sudah
mengerti tentang
tanda bahaya
yang sudah
dijelakan.
64
penglihatan.
- Pembengkakan diwajah
atau ditangan.
- Demam, muntah, rasa
sakit waktu buang air
kecil, atau jika merasa
tidak enak badan.
- Payudara yang berubah
menjadi merah, panas,
dan sakit.
- Kehilangan nafsu makan
dalam jangka waktu yang
lama.
- Rasa sakit, warna merah,
pembengkakan di kaki.
65
Minggu
05 juni 2016
pukul
14.20 WIB
Tidak ada Tidak ada 1. Pantauan kondisi ibu
saat ini
2. Evaluasi tentang
keluhan yang
dirasakan ibu saat
ini.
3. Evaluasi pencegahan
perdarahan yang
telah diajarkan
kepada ibu dan
keluarganya.
1. Memantau kondisi ibu saat ini
dalam keadaan baik sesuai
dengan pemeriksaan fisik yaitu:
Keadaan umum : Baik
Keadaan emosional : Stabil
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
T : 36,50
C
RR : 22x/menit
TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi baik, pengeluaran
loche rubra, dan tidak ada luka
jahitan perenium.
2. Mengevaluasi tentang keluhan
yang dirasakan ibu saat ini
1. Ibu sudah
mengetahui
kondisinya saat ini,
dan dalam keadaan
baik.
66
4. Evaluasi dan
mendeteksi serta
merawat penyebab
lain perdarahan,
rujuk bila perdarahan
berkelanjutan.
5. Pastikan dan
evaluasi mengenai
konseling yang telah
diberikan pada ibu
atau salah satu
anggota keluarga
bagaimana
mencegah
perdarahan masa
nifas karena atonia
uteri.
6. Evaluasi pada ibu
tentang pemberian
ASI awal
7. Pastikan dan
evaluasi mengenai
hubungan antara ibu
dan bayi
yaitu rasa mulas yang dialami
ibu adalah hal yang normal dan
fisiologis hal ini dikarenakaan
proses pengembalian rahim ke
bentuk semula.
3. Mengevaluasi pencegahan
perdarahan yang telah diajarkan
dengan melakukan massase
pada uterus ibu.
4. Mengevaluasi dan mendeteksi
serta merawat penyebab lain
perdarahan, dan merujuk bila
perdarahan berkelanjutan.
5. Memastikan dan mengevaluasi
mengenai konseling yang telah
diberikan pada ibu atau salah
satu anggota keluarga
bagaimna mencegah
perdarahan masa nifas karena
atonia uteri yaitu dengan cara
melakukan massase pada perut
ibu sebanyak 15 kali selama 15
detik.
2. Ibu sudah mengerti
bahwa rasa mulas
yang dialami ibu
saat ini adalah hal
yang normal dan
fisioloigis.
3. Ibu dan keluarga
telah melakukan
massase pada perut
ibu, kontraksi
uterus ibu baik dan
tidak ada
perdarahan.
4. Perdarahan sudah
dipriksa dan
hasilnya tidak ada
perdarahan yang
abnormal.
5. Ibu dan salah satu
anggota keluarga
sudah melakukan
massase uterus dan
kontraksi yang baik.
67
DS :
Ibu mengatakan perutnya
masih terasa mulas
DO :
- Keadaan umum : Baik
Keadaan emosional :
Stabil
Kesadaran : Compos
mentis
Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/ menit
T : 36,50
C.
RR : 22x/menit
- Keadaan payudara
simetris, kiri dan kanan,
ada pembesaran puting
susu menonjol, areola
mamae
hiperpigmentasi,
benjolan tidak ada,
pengeluaran kolostrum.
- Keadaan abdomen
pembesaran sesuai hari
nifas, konsistensi keras,
8. Evaluasi mengenai
pencegahan
hipotermi.
9. Anjurkan ibu untuk
tetap memenuhi
kebutuhan nutrisi.
10. Ajarkan pada ibu
tentang atau cara
personal hygiene
yang baik dan benar
6. Mengevaluasi tentang
bemberian ASI awal
7. Memastikan dan mengevaluasi
mengenai hubungan antara ibu
dan bayi atau bounding
attachment didalam satu
ruangan dengan melakukan
sentuhan awal/kontak kulit
antara ibu dan bayi pada menit-
menit pertama sampai beberapa
jam setelah kelahiran bayi.
8. Mengevaluasi mengenai
pencegahan hipotermi.
9. Menganjurkan ibu untuk tetep
menenuhi kebutuhan nutrisi
atau makanan yang bergizi dan
cukup cairan karena makanan
yang dibutuhkan oleh ibu nifas
sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan dalam tubuh supaya
tubuh dalam keadaan sehat.
Tujuan pemberian makanan
pada ibu nifas adalah untuk
memulihkan tenaga ibu,
memproduksi ASI
6. Ibu telah menyususi
bayinya 3 kali
selama 6 jam
7. Ibu dan bayi sudah
berada dalam satu
ruangan.
8. Bayi dalam keadaan
baik dan telah di
bedong
menggunakkan
pakaiian yang
bersih dan kering.
9. Ibu sudah mengerti
tentang kebutuhan
nutrisi dan ibu
sudah makan-
68
benjolan tidak ada,
kandung kemih kosong,
TFU 2 jari dibawah
pusat, kontraksi baik.
- Keadaan anogenital
pengeluaran vagina
lochea rubra, warna
merah kehitaman, bau
anyir, tidak ada luka
heating, tidak ada
hemoroid
DX :
Ny. N umur 24 tahun P2A0
6-8 jam post partum
DS :
- Ibu mengatakan ini
persalinan kedua, dan
belum pernah
keguguran.
- Ibu mengatakan bayinya
lahir tanggal 05 juni
2016 pukul 06.20 WIB
DO :
- Hasil
11. Pastikan ibu sudah
mengerti dan
memahami tentang
tanda bahaya nifas.
10. Memberitahu ibu tentang atau
cara personal hygiene yaitu :
- Menjaga kebersihan
seluruh tubuh untuk
mencegah infeksi dan
alergi kulit pada bayi.
- Membersihkan daerah
kelamin dengan sabun
dan air. Dengan
memastikan bahwa ibu
mengerti untuk
membersihkan daerah
vulva terlebih dahulu,
dari depan ke belakang,
baru kemudian
membersihkan daerah
anus.
- Mengganti pembalut
setiap kali darah sudah
penuh atau minimal 2
kali dalam sehari.
- Mencuci tangan dengan
sabun dan air setiap kali
selesai membersihkan
daerah kemaluan.
- Jika mempunyai luka
episiotomy, hindari untuk
menyentuh daerah luka
11. Memberitahu ibu tentang
tanda bahaya nifas yaitu :
- Perdarahan pervaginam
yang luar biasa atau tiba-
tiba bertambah banyak
makanan yang telah
dianjurka
10. Ibu sudah
mengerti tentang
cara personal
hygiene yang baik
dan benar .
69
Pemeriksaan yaitu :
Keadaan umum : Baik
Keadaan emosional :
Stabil.
Kesadaran : compos
mentis
Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
T : 36,50
C.
RR : 22x/menit
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada
12. Beritahu ibu untuk
kembali melakukan
kunjungan ulang.
(lebih dari perdarahan
haid biasa atau bila
memerlukan ganti
pembalut 2 kali salam
setengah jam).
- Pengeluran pervagina
yang berbau menusuk
(menyengat).
- Rasa sakit dibagian
bawah abdomen atau
punggung.
- Rasa sakit kepala yang
terus menerus, nyeri
epigastrrik, atau masalah
penglihatan
- Pembengkkan diwajah
atau di tangan.
- Demam, muntah, rasa
sakit waktu buang air
kecil, atau jika merasa
tidak enak badan.
- Payudara yang berubah
menjadi merah, panas,
dan sakit.
- Kehilangan nafsu makan
dalam jangka waktu yang
lama.
- Rasa sakit, warna merah,
pembengkakan di kaki.
12. Memberitahu ibu untuk
kembali melakukan kunjugan
ulang 1 minggu kemudian.
11. Ibu sudah
mengerti dan
memahami
tentang tanda
bahaya pada masa
nifas.
70
12. Ibu bersedia
datang kembali
untuk melakukan
kunjungan sesuai
dengan jadwal
kunjungan yang
telah ditentukan.
71
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. N
umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum ditemukan kesamaan dan kesenjangan
antara teori dengan tinjauan kasus yaitu :
A. Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Nama
1) Tinjauan Teori
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agra tidak keliru dalam memberikan penanganan.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131).
2) Tinjauan kasus
Pada kasus diatas ibu bernama Ny. N
3) Pembahasan
Dari pembahasaan diatas tidak terdapat kesenjangan antara
tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena ibu memberikan nama
jelas yaitu Ny. N
b. Umur
1) Tinjauan Teori
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental
72
dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131).
2) Tinjauuan Kasus
Pada kasus ini Ny. N berumur 24 tahun
3) Pembahasaan
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antar tinjauan
teori dengan kasus karena Ny. N berumur 24 tahun, dan pada
umur 24 tahun alat-alat reproduksi sudah matang. Sehingga, tidak
terjadi komplikasi pada masa nifas.
c. Agama
1) Tinjauan Teori
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 132).
2) Tinjauan Kasus
Pada kasus diatas agama Ny. N yaitu agama islam.
3) Pembahasaan
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan
teori dengan tinjauan kasus karena bidan dalam membimbing atau
mengarahkan pasien sudah sesuai menurut agama dan
kepercayaan Ny. N.
73
d. Suku/Bangsa
1) Tinjauan Teori
Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 132).
2) Tinjauan Kasus
Pada kasus diatas suku Ny. N yaitu suku Jawa.
3) Pembahasan
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori
dengan tinjauan kasus karena adat jawa Ny. N tidak ada yang
mempengaruhi kesehatan Ny. N pada masa nifas ini.
e. Pendidikan
1) Tinjauan Teori
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektual, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 132).
2) Tinjauan Kasus
Dalam kasus ini pendidikan terakhir Ny. N adalah SLTP
3) Pembahasan
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan
teori dengan tinjauan kasus karena Ny. N memiliki pendidikan
SLTP sehingga bidan dalam memberikan konseling disesuaikan
dengan pendidikannya.
74
f. Pekerjaan
1) Tinjauan Teori
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonomi,
karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 132).
2) Tinjauan Kasus
Pada kasus diatas Ny. N bekerja sebagai ibu rumah tangga.
3) Pembahasan
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjuan
teori dengan tinjauan kasus karena pekerjaan Ny. N sebagai ibu
rumah tangga sehingga yang bekerja hanya suami untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
g. Alamat
1) Tinjauan Teori
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 132).
2) Tinjauan Kasus
Pada kasus diatas Alamat Ny. N yaitu di Jln. Raden Imba Kusuma
Ratu, Sukadana Palapa Bandar Lampung.
3) Pembahasan
75
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori
dengan tinjauan kasus karena alamat yang diberikan Ny. N
lengkap dan jelas.
h. Keluhan Utama
1) Tinjauan Teori
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
masalah nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit pada jalan
lahir karena adanya jahitan pada perenium.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 132).
Proses involusi uterus :
a) Iskemia Miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus
dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif
anemia dan menyebabkan serat otot atrofi
b) Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi didalam otot uterus.
c) Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
(Dewi dan Sunarsih, 2013; h. 55).
2) Tinjauan Kasus
76
Ny. N mengatakan masih merasakan mulas pada perutnya dan
merasakan lelah setelah melahirkan.
3) Pembahasan
Dari kasus diatas tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori
Dengan tinjauan kasus karena rasa mulas yang dialami oleh ibu
adalah dikarenakan adanya proses involusi uterus dan tidak
adanya perdarahan karena atonia uteri hal ini termasuk normal dan
fisiologis.
i. Riwayat Kesehatan
1) Tinjauan Teori
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat antara penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM,
Hipetensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 133).
2) Tinjauan Kasus
Pada kasus diatas Ny. N tidak memiliki riwayat kesehatan
sekarang, dahulu, dan keluarga karena pada saat dilakukan
pengkajian Ny. N tidak memiliki riwayat penyakit seperti Jantung,
DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi yang dapat
mempengaruhi pada masa nifas ini.
3) Pembahasan
77
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjuan
teori dengan tinjauan kasus karena Ny. N tidak terdapat riwayat
kesehatan sekarang, dahulu, dan keluarga.
j. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
1) Tinjauan Teori
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang
lalu. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 133-134).
2) Tinjauan Kasus
Pada kasus diatas ini merupakan persalinan yang kedua dan tidak
pernah abortus.
3) Pembahasan
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan atara tinjauan
teori dengan tinjauan kasus karena Ny. N melahirkan anak kedua,
tidak pernah abortus, persalinan yang lalu secara spontan,
penolong persalinan bidan dan tidak ada keadaan nifas yang lalu
tidak ada penyulit.
k. Riwayat Persalinan Sekarang
1) Tinjauan Teori
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, kaadaan
bayi meliputi panjang badan, berat badan, penolong persalinan.
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
78
mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa
nifas saat ini. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 134).
2) Tinjauan Kasus
Pada kasus diatas Ny. N bersalin pada tangga tanggal 05 juni 2016
pukul 06.20 WIB, jenis persalinan spontan, jenis kelamin anak
perempuan, keadaan bayi meliputi panjang badan 50 cm, berat
badan 3.500 gram, dan penolong persalinan bidan.
3) Pembahasan
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan
teori dengan tinjauan kasus karena riwayat persalinan sekarang
Ny. N normal dan tidak ada penyulit atau kelainan serta keadaan
bayi sehat tanpa cacat.
l. Riwayat KB
1) Tinjauan Teori
Untuk mengetahui apakah pasien pernah mengikuti KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini
beralih ke kontrasepsi apa. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.
134).
2) Tinjauan Kasus
Pada kasus diatas Ny. N sebelumnya menggunkan KB suntik 3
bulan.
79
3) Pembahasan
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antar tinjauan
teori dengan tinjauan kasus karena Ny. N saat mengunakan KB
suntik 3 bulan tidak ada keluhan karena ingin mempunyai anak
lagi.
m. Pola Pemenuhan Sehari-hari
1) Nurisi
a) Tinjauan Teori
Menu seimbanga ibu nifas sesuai dengan kebutuhan makanan
yang diperlukan oleh ibu nifas sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan selama tubuh supaya tubuh dalam keadaan sehat.
Tujuan pemberian makanan ibu nifas adalah untuk
memulihkan tenaga ibu, memproduksi ASI yang bernilai gizi
tinggi, mempercepat penyembuhan luka, dan
mempertahankan kesehatan. Hidangan bergizi yang
dibutuhkan ibu menyususi terdiri atas zat tenaga (Hidrat
arang, lemak, protein nabati seperti kacang-kacangan, tahu,
tempe, kedelai dan hewani seperti telur, daging, ikan, dan
sebagainya), zat pembangun (Protein, vitamin, mineral, air).
Dan zat pengatur atau pelindung (vitamin, air, dan mineral).
(Roito et.all, 2013 h. 83).
b) Tinjauan Kasus
80
Ny. N sudah makan 2 kali setelah melahirkan, dengan ½
porsi sedang dengan nasi, dan 1 potong ikan, 1 buah jeruk,
minum 4 gelas air putih.
c) Pembahasan
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara
teori dengan hasil tinjauan kasus yang didapat karena Ny. N
sudah memenuhi nutrisis sesuai dengan kebutuhan nutrisi ibu
pada masa nifas.
2) Eliminasi
a) Tinjauan Teori
Dalam 6-8 jam post partum, pasien sudah dapat buang air
kecil. Semakin lama urien tertahan dalam kandung kemih
maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ
perkemihan, misalnya infeksi. Dalam 24 jam pertama,
pasien juga sudah harus dapat buang air kecil karena
semakin lama fases tertahan dalam usus maka akan
semakin sulit baginya untuk buang air besar secara lancar.
(Sulistyawati, 2009; h. 101).
b) Tinjauan Kasus
Saat pengkajian Ny. N sudah BAK berwarna kuning jernih
4 jam setelah persalinan, berbau khas dan belum BAB saat
pengkajian.
c) Pembahasan
81
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara
teori dengan tinjauan kasus yang didapat karena 4 jam
setelah persalinan Ny. N sudah berkemih tetapi belum
BAB.
3) Pola Aktivitas
a) Tinjauan Teori
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak
bergerak karena terasa letih dan sakit. Namun ibu harus
dibantu turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama
setelah kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat
penting dalam mencegah trombosis vena. Tujuan dari
ambulasi dini adalah untuk membantu mengeuatkan otot-
otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk
tubuh yang baik, mengencangkan otot dasar panggul
sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah
keseluruh tubuh. (Rukiyah et.all, 2011; h. 76).
b) Tinjauan Kasus
Pada kasus diatas Ny. N dapat berisitahat dengan cukup,
dan beraktifitas secukupnya.
c) Pembahasan
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara
tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena Ny. N sudah
82
melakukan aktifitas setelah melahirkan yaitu ibu sedang
beristirahat dengan cukup, dan beraktifitas secukupnya.
4) Pola Istirahat
a) Tinjauan Teori
Mengambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat
sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat yang
cukup dapat mempercepat penyembuhan.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 136).
b) Tinjauan Kasus
Ny. N belum tidur setelah melahirkan, namun istirahat
siang mulai pukul 14.30 WIB sampai pukul 16.30 WIB
c) Pembahasan
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara
tinjauan teori dengan tinjauan Kasus karena istirahat Ny. N
sudah cukup terepenuhi yaitu saat pengkajian istirahat
siang ibu 2 jam.
5) Personal Hyigiene
a) Tinjauan Teori
Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil,
biasanya ibu post partum masih belum cukup kooperatif
83
untuk membersihkan dirinya. Beberapa langkah penting
dalam perawatan kebersihan diri ibu post partum, antara
lain :
1) Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi
dan alergi kulit pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena
keringat atau debu dapat menyebabkan kulit bayi alergi
melalui sentuhan kulit ibu dan bayi.
2) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Pastikan bahwa ibu mengerti untuk mebersihkan
daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang,
baru kemudian membersihkan daerah anus.
3) Menganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau
minimal 2 kali dalam sehari. Kadang hal ini terlewat
untuk disampaikan kepada pasien. Masih adanya luka
terbuka didalam rahim dan vagina sebagai satu-satunya
port de entre kuman penyebab infeksi rahim maka ibu
harus senantiasa menjaga suasana keasaman dan
kebersihan vagina dengan baik.
4) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali
selesai membersihkan daerah kemaluannya.
5) Jika mempunyai luka episiotomi, hindari untuk
menyentuh luka. (Sulistyawati, 2009; h. 102).
b) Tinjauan Kasus
84
Dari hasil pengkajian Ny. N, mengerti tentang cara
personal hygiene yang baik, seperti ibu mencuci tangan
sebelum dan sesudah BAK dan BAB, membersihkan
genetalia dari depan kebelakang, dan membersihkan
daerah genetalia sehabis BAK dan BAB menggunakan
tissue atau kain bersih.
c) Pembahasan
Dari kasus diatas tidak terdapat kesenjangan antar tinjauan
teori dan tinjauan kasus karena Ny. N sudah mengerti
tentang mengenai personal hygien yang baik dan benar.
6) Pola Seksual
a) Tinjauan Teori
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1
atau 2 jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
(Dewi dan Sunarsih, 2013:h. 77).
b) Tinjauan Kasus
Pada kasus diatas Ny. N belum melakukan hubungan
seksual.
c) Pembahasan
85
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus karena Ny. N baru saja
melahirkan dan masih teras nyeri pascapersalinan.
7) Data Psikososial
a) Tinjauan teori
Menjelaskan pengkajian psikologinya :
(1) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya
(2) Respo ibu terhadap bayinya
(3) Respon ibu terhadap dirinya
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 135).
b) Tinjauan Kasus
Pada kasus diatas respon ibu, suami dan keluarga baik .
c) Pembahasan
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara
tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena respon Ny. N
suami dan keluarga baik.
2. Data Objektif
a. Keadaan Umum
1) Tinjauan Teori
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan
kriteria :
a) Baik
86
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien
memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan.
b) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang
lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan
sendiri. (Sulistyawati, 2009; h. 121-122).
2) Tinjauan Kasus
Pada kasus diatas keadaan Ny. N baik.
3) Pembahasan
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antar teori dan
tinjauan kasus keadaan Ny. N baik. Dilihat dari keadaan pasien
yang memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain, secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan
dalam berjalan.
b. Kesadaran
1) Tinjauan Teori
Untuk mendapatkan gambaran dari keadaan pasien, bidan dapat
melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan
composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma (pasien
tidak dalam keadaan sadar). (Sulistyawati, 2009; h. 122).
87
2) Tinjauan Kasus
Pada kasus diatas kesadaran Ny. N yaitu Composmentis.
3) Pembahsaan
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan
teori dan tinjauan kasus karena kesadran Ny. N normal yaitu
composmentis dilihat dari hasil pengkajian Ny. N kesadaran
maksimal.
c. Tekanan Darah
1) Tinjauan Teori
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah
tinggi pada post partum dapat manandakan terjadinya pre
eklampsi post partum. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 84).
2) Tinjauan Kasus
Pada saat pengkajian yaitu 6-8 jam postpartum didapatkan tekanan
darah Ny. N adalah 100/70 mmHg.
3) Pembahasan
Dari hasil tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena tekanan darah Ny. N adalah normal yaitu
110/70 mmHg.
d. Nadi
1) Tinjauan Teori
88
Denyut Nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit.
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 84)
2) Tinjauan Kasus
Pada saat pengkajian 6-8 jam postpartum didapatkan hasil nadi
Ny. N adalah 80x/menit.
3) Pembahasan
Dari hasil pembahasan tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan
teori dengan tinjauan kasus karena frekuensi nadi Ny. N adalah
normal yaitu 80 x/menit.
e. Pernafasan
1) Tinjauan Teori
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal
pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus
pada saluran pernafasan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 84).
2) Tinjauan kasus
Pada saat pengkajian 6-8 jam postpartum didaptkan pernafasan
Ny. N adalah 22x/menit.
3) Pembahasan
Dari hasil pembahasan tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan
teori dan tinjauan kasus karena frekuensi pernafasan Ny. N adalah
normal yaitu 22x/menit.
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari

More Related Content

What's hot (14)

Kti Ruli Desta
Kti Ruli DestaKti Ruli Desta
Kti Ruli Desta
 
Kti linda wati
Kti linda watiKti linda wati
Kti linda wati
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Kti suzan yacoba mustamu AKBID YKN BAU BAU
Kti suzan yacoba mustamu AKBID YKN BAU BAUKti suzan yacoba mustamu AKBID YKN BAU BAU
Kti suzan yacoba mustamu AKBID YKN BAU BAU
 
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti rasmar yanti AKBID YKN BAU BAU
Kti rasmar yanti AKBID YKN BAU BAUKti rasmar yanti AKBID YKN BAU BAU
Kti rasmar yanti AKBID YKN BAU BAU
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti setiawati
Kti setiawatiKti setiawati
Kti setiawati
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
IDENTIFIKASI KEJADIAN RISIKO TINGGI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KATOBU KABUPA...
IDENTIFIKASI KEJADIAN RISIKO TINGGI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KATOBU KABUPA...IDENTIFIKASI KEJADIAN RISIKO TINGGI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KATOBU KABUPA...
IDENTIFIKASI KEJADIAN RISIKO TINGGI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KATOBU KABUPA...
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti hesti ulandari
Kti hesti ulandariKti hesti ulandari
Kti hesti ulandari
 

Viewers also liked

Viewers also liked (8)

Ciudadanía digital
Ciudadanía digitalCiudadanía digital
Ciudadanía digital
 
Ayushi
AyushiAyushi
Ayushi
 
Create Cost Centre Group
Create Cost Centre GroupCreate Cost Centre Group
Create Cost Centre Group
 
Wars, the destructive disasters.ppsx
Wars, the destructive disasters.ppsxWars, the destructive disasters.ppsx
Wars, the destructive disasters.ppsx
 
NRT Press release
NRT Press releaseNRT Press release
NRT Press release
 
Google Chrome
Google ChromeGoogle Chrome
Google Chrome
 
Microorganisms PPt Presentation by Piyush Mohite
Microorganisms PPt Presentation by Piyush MohiteMicroorganisms PPt Presentation by Piyush Mohite
Microorganisms PPt Presentation by Piyush Mohite
 
Que es la fpb 1
Que es la fpb 1  Que es la fpb 1
Que es la fpb 1
 

Similar to Kti mila dwi wandari

Similar to Kti mila dwi wandari (20)

Kti risa yulia listyani
Kti risa yulia listyaniKti risa yulia listyani
Kti risa yulia listyani
 
Kti yesi katrinia
Kti yesi katriniaKti yesi katrinia
Kti yesi katrinia
 
Kti yesi katrinia
Kti yesi katriniaKti yesi katrinia
Kti yesi katrinia
 
Kti popy
Kti popyKti popy
Kti popy
 
Kti bella citra andara
Kti bella citra andaraKti bella citra andara
Kti bella citra andara
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti laila maharani
Kti laila maharaniKti laila maharani
Kti laila maharani
 
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyaniKti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
 
KTI LINDA AGUSTINA
KTI LINDA AGUSTINAKTI LINDA AGUSTINA
KTI LINDA AGUSTINA
 
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putriKti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
 
Kti mayasari
Kti mayasariKti mayasari
Kti mayasari
 
Kti iif sarifah
Kti iif sarifahKti iif sarifah
Kti iif sarifah
 
Kti meldawati
Kti meldawatiKti meldawati
Kti meldawati
 
Kti geta anggawa
Kti  geta anggawaKti  geta anggawa
Kti geta anggawa
 
Kti istik analiza
Kti istik analizaKti istik analiza
Kti istik analiza
 
Kti ayu fitriani
Kti ayu fitrianiKti ayu fitriani
Kti ayu fitriani
 
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...
IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PENYEBAB LETAK SUNGSANG PADA IBU BERSALIN DI RUMAH...
 
Kti suci nala
Kti suci nalaKti suci nala
Kti suci nala
 
Kti nurul amalia
Kti nurul amaliaKti nurul amalia
Kti nurul amalia
 

Recently uploaded

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 

Kti mila dwi wandari

  • 1. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. N UMUR 24 TAHUN P2A0 6-8 JAM POST PARTUM DI BPS ZUBAEDAHSYAH, S.ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Disusun oleh : MILA DWI WANDARI 201308041 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016
  • 2. ii ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. N UMUR 24 TAHUN P2A0 6-8 JAM POST PARTUM DI BPS ZUBAEDAHSYAH, S.ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Dianjurkan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh : MILA DWI WANDARI NIM : 201308041 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016
  • 3. iii LEMBAR PERSETUJUAN Diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila Hari : Rabu Tanggal : 27 Juli 2016 Pembimbing SILVIA ANGGRAINI, S.ST. M.Kes
  • 4. Diterima dan disarankan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila pada : Penguji I Juniardi, S.I.P, M.H NIDN. 0203077501 Direktur Akademi Kebidanan Adila iv LEMBAR PENGESAHAN Diterima dan disarankan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila pada : Hari : Tanggal : Penguji II Juniardi, S.I.P, M.H Rina Suryani, S.ST. M.Kes NIDN. 0203077501 NIK. 2013061035 Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dr. Wazni Adila, MPH NIK. 2011041008 Diterima dan disarankan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Rina Suryani, S.ST. M.Kes
  • 5. v ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. N UMUR 24 TAHUN P2A0 6-8 JAM POST PARTUM DI BPS ZUBAEDAHSYAH, S.ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 Oleh Mila Dwi Wandari, Silvia Angraini, S.ST. M. Kes INTISARI Masa nifas (Puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu (42 hari) setelah ibu. Tujuan dalam penelitian ini yaitu penulis dapat melaksananakan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6 jam post partum di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan mengunakan metode deskriptif subjek penelitian yaitu Ny. N, umur 24 tahun P2A0 di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung. Dalam kesimpulan ini terdapat kesenjangan yaitu lamanya persalinan. Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu penulis telah mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu Nifas 6-8 jam post partum. Sasaran utama dari penelitian ini diharapkan ibu nifas lebih memperhatikan cara pencegahan perdarahan pada ibu nifas 6-8 jam post partum sehingga kasus peradarahan dapat ditanganin secara dini. Kata Kunci : 6 jam Post partum Referensi : 23 Refrensi Jumlah Halaman :120 Halaman, 8 Daftar Tabel, Daftar gambar, Daftar lampiran
  • 6. vi MIDWIFERY CARE POSTPARTUM WOMEN TO NY. N AGE 24 YEARS P2A0 6-8 HOURS POST PARTUM IN BPS ZUBAEDAHSYAH, S.ST BANDAR LAMPUNGYEAR 2016 By Mila Dwi Wandari, Silvia Angraini, S.ST. M. Kes ESSENCE Puerperal (Puerpurium) begins after delivery of the placenta and ends when the tools back content such circumstances before pregnancy. Puerperal or puerpurium starting 2 hours after the birth of the placenta to 6 weeks (42 days) after the mother. Interest in this research that the author can melaksananakan Mother Midwifery Care Ruling against Ny. N age of 24 years P2A0 6 hours post partum in BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Year 2016. The method used in this research by using descriptive method of research subjects, namely Ny. N, aged 24 years P2A0 in BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung. In conclusion, there are gaps that the length of labor. Conclusions from the research that the author has been able to provide midwifery care in mothers postpartum 6-8 hours post partum. The main target of this research are expected to pay more attention to postpartum mothers how to prevent post-partum haemorrhage in the mother 6-8 hours post partum so that the case can peradarahan ditanganin early. Keywords : 6 hours Post Partum Reference : 23 Refrensi Number of Pages : 120 pages, 8 tables, image list, list of attachments
  • 7. vii CURRICULUM VITAE Nama : MILA DWI WANDARI NIM : 201308041 Tempat/tanggal Lahir : Teluk Betung, 10 April 1994 Alamat : Jl. III Bangun Rejo, Kec Punduh Pidada, Kab. Pesawaran Institusi : Akademi Kebidanan ADILA Angkatan : VIII (2015/2016). Biografi : Pendidikan yang pernah ditempuh adalah : 1. 1999-2001 TK Bintang Laut Bangun Rejo, Pesawaran 2. 2001-2007 SD Negeri 01 Bawang, Pesawaran 3. 2007-2010 SMP Negeri 2 Punduh Pidada, Pesawaran 4. 2010-2013 SMA Bahari,Punduh Pidada, Pesawaran. 5. 2013 sampai saat ini menempuh pendidikan semester akhir di Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung
  • 8. viii MOTO Jika lelah tak sebanding dengan apa yang kau harapkan dan kau kerjakan, maka ikhlas menjadikan alasan untuk mu tetap Berjuang ....... -Mila Dwi Wandari-
  • 9. ix PERSEMBAHAN Terimakasih kepada Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya, Dapat terselesaikannya Karya Tulis kecil ini, yang ku persembahkan untuk orang yang sangat berpengaruh dan berperan dalam hidupku yang selalu memberikan cinta dan kasih sayangnya serta doa dan semangat yang tiada henti dalam keadaan apapun. Terimakasih karena telah membesarkanku dan mendidiku sejak kecil sampai besar seperti saat ini Terimakasih atas motivasi baik material dan spiritual serta mendoakkan setiap langkahku karena setiap usaha dan keberhasilan ku itu semua untuk kedua orang tua ku Bapak Wandirin dan Ibu Sugiati. Terimakasih untuk Saudara perempuan ku Iin Purwati dan kk Ipar ku Sujoko Yang selalu mendoakan dan memberi semangat yang luar biasa . Dan untuk Adik kesayangan ku Bagas Prasetyo karena Selalu menghibur ketika rasa lelah mulai datang Karena kalian adalah penyemangat sekaligus menjadi motivator ke dua ku setelah Bapak dan Ibu Untuk teman-teman angkatan VIII khusunya kamar sakura terimakasih atas kebersamaanya dan semangatnya .....
  • 10. x KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016” . Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. dr. Wazni Adila, MPH., selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. 2. Yuhelva Destri, Amd. Keb. SKM, selaku pembimbing Akademik Kebidanan Adila Bandar Lampung. 3. Silvia Anggraini, S.ST. M.Kes, selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 4. Zubaedahsyah, S.ST., selaku pemilik BPS 5. Juniardi, S.I.P, M.H selaku penguji I dan Rina Suryani, S.ST. M.kes selaku penguji II 6. Seluruh Dosen dan staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 7. Teman-teman Angkatan VIII dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini baik secara langsung maupun yang tidak dapat ditulis satu persatu. Penulis menyadari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umum. Bandar Lampung, Agustus 2016 Penulis
  • 11. xi DAFTAR ISI Halaman Judul............................................................................................ i Lembar Persetujuan .................................................................................. ii Lembar Pengesahan ................................................................................... iii Intisari ........................................................................................................ iv Curriculum Vitae ....................................................................................... v Motto .......................................................................................................... vi Kata Pengantar........................................................................................... vii Daftar Isi ..................................................................................................... viii Daftar Tabel................................................................................................ xi Daftar Gambar ........................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah........................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5 D. Ruang Lingkup ............................................................................... 6 E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6 F. Metode Penelitian ........................................................................... 7
  • 12. xii G. Teknik Memperoleh data ................................................................ 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori Medis 1. Konsep Dasar Masa Nifas ..................................................... 10 a. Definisi Masa Nifas .......................................................... 10 b. Tujuan Asuhan Masa Nifas ............................................... 10 c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas ........ 11 d. Tahapan Masa Nifas.......................................................... 12 e. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas........................... 13 f. Perubahan Fisiologi Masa Nifas ....................................... 14 g. Deteksi Dini Komplikasi pada Ibu Masa Nifas................... 16 2. Asuhan 6-8 Jam Post Partum ................................................. 19 B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan 1. Pengertian manajemen Asuhan Kebidanan .............................. 22 2. Langkah dalam Menejemen Kebidanan Menurut Helen Varney ................................................................................................. 23 a. Pengkajian Data Asuhan Kebidanan..................................... 23 b. Interpretasi Data Dasar ........................................................ 40 c. Indentifikasi Diangnosa/Masalah Potensial .......................... 42 d. Tindakan Segera ................................................................. 43 e. Merencanakan Asuhan......................................................... 43 f. Pelaksanana Perencanaan .................................................... 43 g. Evaluasi .............................................................................. 44
  • 13. xiii C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan........................................... 44 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Data ........................................................................... 48 B. Matriks ....................................................................................... 58 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian ................................................................................... 70 B. Interpretasi Data Dasar ................................................................. 100 C. Identifikasi Diangnosis/Masalah Potensial ................................... 103 D. Tindakan Segera atau Kolaborasi.................................................. 103 E. Perencanaan ................................................................................. 104 F. Pelaksananan ............................................................................... 107 G. Evaluasi ....................................................................................... 115 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................... 118 B. Saran ............................................................................................ 119 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 14. xiv DAFTAR TABEL Halaman 2.1 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas .............................................. 13 2.2 Perbedaan fase yang dilalui antara Primigravida dan Multigravida ........ 40 3.1 Riwayat Kehamilan, Persalianan, dan Nifas Yang Lalu .......................... 50 3.2 Riwayat KB ........................................................................................... 51 3.3 Matriks .................................................................................................. 58 4.1 Perbedaan fase yang dilalui antara Primigravida dan Multigravida ......... 99 DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1 . Penulis sedang melakukan jepit potong tali pusat pada Ny. N di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung 2. Gambar 2. Penulis selakukan pengukuran tekanan darah pada Ny. N di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung 3. Gambar 3. Penulis sedang mengajarkan teknik menyusui yang benar pada Ny. N Di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung 4. Gambar 4. Ny. N sedang melakukan pemberian ASI secara On deman pada Di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung 5. Gambar 5. By. Ny. N Sedang dilakukanya pencegahan Hipoteremi pada By. Ny. N di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung
  • 15. xv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Izin Dinas Lampiran 2 : Surat Balasan Bidan Lampiran 3 : Jadwal Penelitian Lampiran 4 : Lembar Konsul Lampiran 5 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dan Leaflet Lampiran 6 : Dokumentasi
  • 16. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas (Puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Dewi, 2013; h. 1). Menurut WHO (Word Health Organization), angka kematian ibu adalah perhitungan dalam waktu tertentu per 100.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu yang sama. Maternal Mortality Ratio (MMR) dianggap tinggi jika >300- 4994 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan sangat tinggi jika >1.000 kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Dua Negara penyumbang sepertiga dari semua kematian ibu, global yaitu : India pada 17% (50.000) dan Nigeria pada 14% (40.000). Jumlah kematian ibu berdasarkan perhitungan tahun 2013 yang dikarenakan perdarahan yaitu mencapai 27%. (WHO, Maternal Mortality Ratio, 2013). Sejalan dengan AKI menurut WHO, berdasarkan Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan Negara-negara tetangga dikawasan ASEAN. Pada tahun 2007, ketika AKI di Indonesia
  • 17. 2 mencapai 228, AKI di Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, serta Malaysia dan Vietnam sama-sama mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Indonesia, 2014). Bila dilihat berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung tahun 2014 dapat dilihat penyebab kasus kematian ibu di Provinsi Lampung tahun 2013 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 47 kasus, eklamsi sebanyak 46 kasus, infeksi sebanyak 9 kasus, partus lama sebanyak 1 kasus, aborsi sebanyak 1 kasus dan lain-lain sebanyak 54 kasus. (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2014). Kemudian jika dibandingkan berdasarkan kasus kematian yang ada di Kota Bandar Lampung tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian ibu (kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar (59,78%) terjadi pada saat persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20-34 tahun. Kasus kematian ibu tertinggi ada di Kota Bandar Lampung, penyebab kasus kematian ibu di Provinsi Lampung tahun 2012 disebabkan oleh perdarahan sebesar 40,23%, eklamsi sebesar 59,33%, infeksi 4,2% dan penyebab lain-lain sebesar 75,42%. (Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2012).
  • 18. 3 Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju maupun negara berkembang perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi disamping ketidak tersediaan pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan. Perdarahan pasca-persalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap tahun didunia hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahn pasca-persalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Seorang ibu dengan anemia pada saat hamil pada umumnya lebih tidak mampu untuk mengatasi kehilangan darah yang terjadi jika dibandingkan dengan seorang ibu dengan kebutuhan nutrisi cukup. Dalam waktu 1 jam setelah persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila terjadi perdarah berat, tranfuse darah adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan kehidupan ibu. Ini adalah salah satu penyebab terpenting terjadinya kematian ibu di Dunia, yang melibatkan 150.000 kematian dalam satu tahun, terutama terjadi di
  • 19. 4 Negara berkembang. Sebagian besar kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan, menandakan bahwa ini adalah kejadian yang berkaitan erat dengan persalinan kala III. (Prawirohardjo, 2010; h. 357-358). Manfaat penatalaksanaan 6-8 jam post partum adalah untuk mendeteksi secara dini tanda dan bahaya pada masa nifas seperti perdarahan karena atonia uteri (uterus tidak berkontraksi), robekan jalan lahir, adanya sisa plasenta seperti selaput, kotiledon, ibu yang mengalami bendungan/hambatan pada payudara, retensi urin (air seni tidak dapat keluar dengan lancar atau tidak keluar sama sekali). Berdasarakan prasurvey yang didapat pada tanggal 05 Juni 2016. Terdapat seorang ibu baru saja bersalian yaitu Ny. N umur 24 tahun P2A0 pada pukul 06.20 WIB. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. N umur 24 Tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Zubaedahsyah, S.ST. Bandar Lampung Tahun 2016”. Setelah dilakukan penelitian ini penulis berharap setiap ibu nifas maupun keluarga harus mengetahui tentang penatalaksanaan 6-8 jam post partum sehingga dapat mencegah perdarahan dan komplikasi lain pada masa nifas. Karena dampak tidak dilakukan 6-8 jam post partum adalah dapat meningkatkan perdarahan yang mungkin terjadi setelah masa persalinan sehingga meningkatkan angka kematian ibu.
  • 20. 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan pada latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Zubaedahsyah, S.ST. Bandar Lampung Tahun 2016?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan ini untuk memberikan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian pada Ibu Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016. b. Diharapkan penulis dapat menentukan interpretasi data pada Ibu Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016. c. Diharapakan penulis mampu menentukan masalah potensial pada Ibu Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016. d. Diharapkan penulis dapat melakukan tindakan segera pada Ibu Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016.
  • 21. 6 e. Diharapkan penulis dapat menentukan rencana tindakan yang akan dilaksanankan pada Ibu Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016. f. Diharapkan penulis dapat melaksanankan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016. g. Diharapkan penulis dapat dapat melakukan evaluasi Asuhan Kebidanan terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016. D. Ruang Lingkup 1. Sasaran Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum 2. Tempat BPS Zubaedahsyah, S.ST Bandar Lampung Tahun 2016 3. Waktu Dilaksanakan pada tanggal 05 Juni 2016, Bandar Lampung Tahun 2016. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menjadi referensi bacaan diperpustakaan dan juga sebagai bahan dokumentasi dan dapat menambah wawasan bagi pembaca khususnya mahasiswa di Institusi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung.
  • 22. 7 2. Bagi Lahan Praktik Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan sesuai standar asuhan kebidanaan dan untuk mengetahui perkembangan aplikasi secara nyata di lapangan dan sesuai teori yang ada dan untuk menerapkan manejemen asuhan kebidanan pada Ibu Nifas sesuai prosedur. 3. Bagi Masyarakat Khususnya Ny. N Dapat menambah serta meningkatkan pengetahuan dan penanganan khususnya pada ibu-ibu yang akan bersalin mengenai tentang pentingnya asuhan kebidanan pada Ibu Nifas khususnya 6-8 jam post partum. 4. Bagi Peneliti selanjutnya Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti pembelajaran dan untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman serta sebagai acuan bagi mahasiswa bagaimana menerapkan menejemen asuahan kebidanan pada Ibu Nifas. F. Metodelogi Penelitian Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah dengan mengunakan metode penelitian survey deskriptif yang didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat, dalam bidang kesehatan masyarakat survey deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu.
  • 23. 8 (Notoatmodjo, 2012; h. 35-36). G.Teknik Memperoleh Data Untuk memperoleh data, teknik yang digunakan sebagai berikut : 1. Data Primer a. Wawancara (Interview) Wawancara adalah suatu metode yang di pergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). (Notoatmodjo, 2012; h. 139). 1. Auto Anamnesis Anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung dari sumbernya. (Sulistyawati, 2009; h. 111) . b. Pengkajian Fisik Pengkajian Fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. (Uliyah dan Hidayat, 2009; h. 140).
  • 24. 9 2. Data Sekunder a. Studi kepustakaan Menurut sekaran (2006) dalam hidayat (2014) dikatakan bahwa studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan penelitian. Selain itu, studi kepustakaan juga merupakan dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap karya publikasi dan nonpublikasi. Sehingga peneliti bisa memastikan bahwa tidak ada variabel penting di masa lalu yang ditemukan berulang kali mempunyai pengaruh atas masalah yang terlewatkan. Studi kepustakaan yang baik akan menyediakan dasar untuk menyusun kerangka teoritis yang komprehensif yakni hipofisis yang dibuat untuk diuji. b. Studi Dokumentasi Studi Dokumentasi adalah salah satu pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakuakan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan. (Herdiansyah, 2012; h. 143).
  • 25. 10 BAB II TEORI PENUNJANG A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. Konsep Dasar Masa Nifas a. Definisi Masa Nifas Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Dewi dan Sunarsih, 2013; h. 1) b. Tujuan Asuhan Masa Nifas 1) Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas 2) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya. 3) Melaksanankan skrining secara komprehensif 4) Memberikan skrining secara komprehensif 5) Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara 6) Konseling mengenai KB.
  • 26. 11 c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas Peran bidan antara lain sebagi berikut. 1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikolongis selama masa nifas 2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi, serta keluarga 3) Mendorong ibu untuk menyususi bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. 4) Membentuk kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak, serta mampu melakukan kegiatan administrasi. 5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. 6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta memperhatikan kebersihan yang aman. 7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diangnosis dan rencana tindakan juga melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, serta mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas. 8) Memberikan asuhan secara profesional. (Dewi dan Sunarsih, 2013; h. 2-4).
  • 27. 12 d. Tahapan Masa Nifas Tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu : 1) Puerpurium Dini Merupakan masa kepulihan yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. 2) Puerpurium Intermedian Merupakkan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya 6-8 minggu. 3) Remote Puerpurium Merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan.
  • 28. 13 e. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Tabel 2.1. Kebijkan program nasional masa nifas Kunjungan Waktu Tujuan 1 6-8 jam setelah persalinan a) Mencegah perdarahan, masa nifas karena atonia uteri b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berkelanjutan c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri d) Pemberian ASI awal e) Melakukan hubungan antar ibu dengan bayi yang baru lahir f) Menjaga bayi tetep sehat dengan cara mencegah hypotermi g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil 2 6 hari setelah persalinan a) Memastikan ivolusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperhatiakn adanya tanda-tanda penyulit e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehri-hari 3 2 minggu setelah persalinan Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba bagian rahim. 4 6 minggu setelah persalinan a) Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ia atau bayainya alami b) Meberikan konseling KB secara dini (Dewi dan Sunarsih, 2013; h. 4-5).
  • 29. 14 f. Perubahan Fisiologi dan Psikologi Masa Nifas 1) Perubahan pada Lochea Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus, lochea mempunyai reaksi basa atau alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi. a) Lochea rubra Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa postpartum. Cairan yang k eluar berwarna merah kerena terisi darah segar, jaringan sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium. b) Lochea sanguinolenta Lochea ini berwarna merah kecolatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari kie-7 post partum. c) Lochea serosa Lochea ini berwarna kuning kecolatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
  • 30. 15 d) Lochea alba/putih Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. e) Lochea purulenta Lochea ini adalah bila terjadi infeksi, akan keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk. f) Lochea statis Lochea ini adalah pengeluaran lochea yang tidak lancar. (Sulistyawati, 2009;h. 76-77) 2) Tanda-tanda Vital a) Suhu 24 jam post partum suhu tubuh badan akan naik sedikit (37,50 C - 380 C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilngan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. b) Nadi Denyut Nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. c) Tekanan Darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
  • 31. 16 darah tinggi pada post partum dapat manandakan terjadinya pre eklampsi post partum. d) Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 84-85). g. Deteksi Dini Komplikasi pada Ibu Masa Nifas dan Penagananya 1. Perdarahan post partum Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya darah 500 ml atau lebih dari organ-organ reproduksi setelah selesainya kala tiga persalinan. Perdarahan postpartum adalah penyebab pentingnya kematian ibu : ¼ dari kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan postpartum, plasenta previa, solusio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan rupture uteri) (Astuti et all, 2015; h. 76-77). Berdasarkan waktu kejadiannya perdarahan pasca persaliann dibagi dua bagian, yaitu : a) Perdarahan pasca persalinan dini (Early Post Partum Haemorhage), atau Perdarahan Pasca Persalinan Primer, atau perdarahan perdarahan pasca persalinan segera. Perdarahan
  • 32. 17 pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan pasca persalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, robekan jaln lahir. b) Perdarahan masa nifas (PPH kasep atau Perdarahan Persalinan Sekunder atau perdarahan pasca persalinan lambat, atau Late PPH). Perdarahan pasca persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal (Sari dan Rimandini, 2014; h. 226). Perdarahan pascapersalinan adalah komplikasi yang terjadi pada tenggang waktu di antara perslainan dan masa pasca persalinan. Faktor predisposisi antara lain adalah anemia yang berdasarkan prevalensi di negara berkembang merupakan penyebab yang paling bermakna kejadian perdarahan pasca persalinan. Penyebab perdarahan yang paling sering adalah atonia uteri serta retensio plasenta, penyebab lain kadang- kadang adalah laserasi serviks atau vagina rupture uteri dan inersia uteri. Manajemen aktif kala III adalah upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan yang didiskusikan secara komprehensif oleh WHO, beberapa jam pertama pascapersalinan menjadi masa kritis untuk diagnosis dan pengobatan perdarahan abnormalis. (Prawirohardjo, 2014; h. 358).
  • 33. 18 2. Penyebab perdarahan post partum (a) Atonia uteri, atonia uteri merupakan kegagalan miometrium berkontraksi setelah perslainan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. (b) Retensio plasenta, retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir. Hal ini disebabkan : (1) Plasenta belum lepas dari dinding uterus. (2) Plasenta sudah lepas. Akan tetapi belum dilahirkan (c) Sisa plasenta, saat suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarhan. (d) Robekan jalan lahir, robekan jaln lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan dengan uterus ynag berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina. Inversion uteri, inversion uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam kavum uteri, dapat secara mendadak atau terjadi perlahan . (Astuti et all, 2015; h. 78 – 80).
  • 34. 19 2. Asuhan 6-8 jam Post Partum a. Memberitahu ibu atau keluarga cara mencegah perdarahan masa nifas dengan cara melakukan observasi melekat pada kontraksi uterus selama 4 jam pertama post partum dengan melakukan palpasi uterus. (Sulistyawati, 2009;h. 134). b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan yaitu dengan melakukan pemeriksaan untuk melihat perdarahan berasal dari rahim atau vagina dan rujuk bila perdarahan berlanjut. (Dewi dan Sunarsih, 2011;h. 4) c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri dengan cara masase uterus secara perlahan, tangan diletakkan di atas fundus uteri dan massase dengan gerakan berputar sambil menekan fundus selama 15 detik, raba kembali uterus setiap 1-2 menit, jika lembek, ulangi massase. (Astuti et.all, 2015;h. 42) d. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI awal pada bayinya sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan keinginannya (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya. (Dewi dan Sunarsih, 2011;h. 16)
  • 35. 20 e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir atau bonding attachment didalam satu ruangan dengan melakukan sentuhan awal/kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi. Pada proses ini, terjadi penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam perawatannya. (Sulistyawati, 2009;h. 59) f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi yaitu : 1) Keringkan bayi segera setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya evaporasi dengan menggunakan handuk atau kain 2) Selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat. Sebelumnya ganti handuk atau kain yang telah digunakan untuk mengeringkan tubuh bayi 3) Selimuti bagian kepala karena kepala merupakan permukaan tubuh yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika tidak ditutupi. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Sebaiknya pemberian ASI harus dalam waktu 1 jam pertama kelahiran 4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Sebaiknya pemberian ASI harus dalam waktu 1 jam pertama kelahiran 5) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat, yang paling ideal adalah bersama dengan ibunya agar menjaga kehangatan tubuh
  • 36. 21 bayi, mendorong ibu agar segera menyusui bayinya, dan mencegah paparan infeksi pada bayi 6) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. Sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti tubuh bayi dengan kain yang kering dan bersih. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi dikurangi dengan kain selimut bayi yang digunakan. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam setelah lahir. (Rukiyah dan Yulianti, 2012;h. 11) g. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan cukup cairan karena makanan yang dibutuhkan oleh ibu nifas sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam tubuh supaya tubuh dalam keadaan sehat. Tujuan pemberian makanan pada ibu nifas adalah untuk memulihkan tenaga ibu, memproduksi ASI yang bernilai gizi tinggi, mempercepat penyembuhan luka, dan mempertahankan kesehatan. Catatan: Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi yang baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil. (Dewi dan Sunarsih, 2011;h. 4-5).
  • 37. 22 B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN 1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen asuhanan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Menejemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney”s Midwifery,edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berurut secara sistematis dan siklik, (Soerpardan, 2007; h. 96-97). Menurut varney (1997) dalam Saminem (2010) dikatakan bahwa proses manajemen merupakakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat-bidan pada awal 1970-an. Proses ini diperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan, baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen terdiri atas tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, ketujuh langkah
  • 38. 23 tersebut membentuk suatu kerangkan lengkap yang dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini bisa sesuai dengan kebutuhan klien. 2. Langkah dalam Manajemen kebidanan Menurut Helen Varney a. Pengkajian Data Asuhan Kebidanan Dalam tahap ini data/fakta yang dikumpulkan data subjektif dan atau data objektif dari pasien. Bidan dapat mencatat hasil penemuan data dalam catatan sehari sebelum didokumentasikan. (Wildan dan Hidayat, 2013; h. 34). 1) Anamnesa Anamnesa dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagi berikut : a) Auto anamnesa Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada pasien secara langsung. Jadi, data yang diperoleh adalah data primer karena langsung dari sumbernya. b) Allo anamnesa Allo Anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak mungkin lagi untuk memberikan data yang akurat. (Sulistyawati, 2009; h. 111).
  • 39. 24 2) Pengkajian Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131). a) Data Subjektif Informasi yang dicatat mencakup identitas keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien (anamnesa) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (alloanamnesis). (Wildan dan Hidayat. 2013; h. 34). Biodata yang mencakup identitas pasien (1) Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari- hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. (2) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
  • 40. 25 (3) Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. (4) Suku/Bangsa Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebiasaan sehari-hari. (5) Pendidikan Berpengaruh pada tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya. Sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. (6) Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (7) Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. 3) Keluahan Utama Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perenium.
  • 41. 26 4) Riwayat Kesehatan a) Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis, seperti : jantung, DM, Hipertensi, Asma, yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini. b) Riwayat kesehatan sekarang Data yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya. c) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertai. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131-133). 5) Status Perkawinan Hal ini penting untuk bidan kaji karena data inilah bidan akan mendapat gambaran mengenai suasana rumah tangga pasagan. (Sulistyawati, 2009; h. 114). 6) Riwayat Obsterik a) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu beberapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah
  • 42. 27 anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu. b) Riwayat persalinan sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi panjang badan, berat badan, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini. 7) Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa. 8) Pola Pemenuihan Kebutuhan Sehari-hari a) Nutrisi Mengambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 136). Menu seibang ibu nifas adalah susunan makanan yang diperlukan oleh ibu nifas sesui dengan kebutuhan yang diperlukan salama tubuh supaya tubuh dalam keadaan sehat. Tujuan pemberian makanan pada ibu nifas adalah untuk memulihkan tenaga ibu, memproduksi ASI yang
  • 43. 28 bernilai gizi tinggi, mempercepat penyembuhan luka, dan mempertahankan kesehatan. Hidangan bergizi yang dibutuhkan ibu menyusui terdiri atas zat tenaga (hidrat arang, lemak, protein nabati seperti kacang-kacangan, tahu, tempe, kedelai dan hewani seperti telur, daging, ikan, dan sebagainya), zat pembangun (protein, vitamin, mineral, air), dan zat pengatur atau pelindung (vitamin, air, dan mineral). (Roito et.all, 2013 h. 83). b) Eliminasi Mengambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. ( Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 136). Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang air kecil. Semakin lama urien tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi. Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit baginya untuk buang air secara lancar. (Sulistyawat, 2009; h. 101).
  • 44. 29 c) Aktivitas Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena merasa letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervagim. Ambulasi dini sangat penting dalam mencegah trobosis vena. Tujuan ambulasi dini adalah untuk membantu menguatkan otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah keseluruh tubuh. (Rukiyah et.all, 2011; h. 76). a) Istirahat Mengambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 136).
  • 45. 30 b) Personal Hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 137). Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil biasanya ibu post partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya. Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu post partum, antara lain : (1) Jaga kebersihan tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena debu dapat menyebabkan kulit bayi alergi melalui sentuhan kulit ibu dan bayi. (2) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah anus. (3) Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali dalam sehari. Kadang hal ini terlewat untuk disampaikan kepada pasien. Masih adanya luka terbuka didalam rahim dan vagina
  • 46. 31 sebagai satu-satunya port de enter kuman penyebab infeksi rahim maka ibu harus senantiasa menjaga suasana keasaman dan kebersihan vagina dengan baik. (4) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia selesai membersihkan daerah kemaluanya. (5) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka. (Sulistyawati, 2009; h. 102). 9) Data Psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita banyak mengalami perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai post partum blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor. a) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan. b) Rasa sakit masa nifas awal
  • 47. 32 c) Kelelahan, kurang tidur selama persalinan dan post partum d) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit. e) Rasa menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya. Menjelaskan pengkajian psikologinya : (1) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya (2) Respon ibu terhadap bayinya (3) Respon ibu terhadap dirinya (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 134-135). b) Data objektif Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa, bidan harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang bidan lakukan secara berurutan. (Sulistyawat, 2009; h. 121). Langkah-langkah pemeriksaanya sebagai berikut : (1) Keadaan umum Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria : (a) Baik Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien memperhatikan respon yang baik terhadap lingkungan
  • 48. 33 dan orang lain, serta fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan. (b) Lemah Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri. (2) Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran dari keadaan pasien, bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan composmetis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar). (Sulistyawati, 2009; h. 121-122). (3) Vital Sign Ditunjukkan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya. (a) Suhu 24 jam post partum suhu tubuh badan akan naik sedikit (37,50 C - 380 C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilngan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi.
  • 49. 34 (b) Nadi Denyut Nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. (c) Tekanan Darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post partum dapat manandakan terjadinya pre eklampsi post partum. (d) Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 84-85). (4) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 139). Menjelaskan pemeriksaan fisik
  • 50. 35 (a) Kepala pengkajian diawali dengan inspeksi lalu palpasi posisi kalien dapat duduk atau berdiri (tergantung kondisi klien). Inspeksi dilakukan dengan memperhatikan bentuk kepala yang abnormal dan ukuran kepala (besar pada Hydrocephalus). Pada daerah muka atau wajah dilihat kesimetrisan muka, apakah kulitnya normal, pucat, sianosis, atau ikterus. (b) Mata Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata. Dalam setiap pengkajian selalu di bandingkan antara mata kanan dan kiri. Teknik yang digunakan adalah inspeksi dan palpasi. Inspeksi merupakan teknik yang paling penting dilakukan sebelum palpasi. (c) Hidung Hidung dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung. Dimulai dari bagian luar hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinus. Bila memungkinkan selama pemeriksaan klien dalam posisi duduk.
  • 51. 36 (d) Mulut dan faring Pemeriksaan mulut dan faring harus dilakukan dengan pencahayaan yang baik sehingga dapat melihat semua bagian dalam mulut. Pengkajian mulut dan faring sebaiknya dilakukan dengan posisi klien duduk. Pengkajian diawali dengan mengkaji keadaan bibir, gigi, gusi, lidah, selaput lendir, pipi bagian dalam, platum/langit-langit mulut, tonsil, kemudian faring. Umunnya teknik yang digunakan dalam mengkaji adalah inspeksi, namun bila secara inspeksi belum didapatkan data yang akurat, maka dilakukan pengkajian secara palpasi. Tujuan dilakukan palpasi adalah untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut yang dapat diketahui dengan palpasi. Palpasi mulut meliputi pipi, platum, dan lidah. (e) Telinga Telinga mempunyai fungsi sebagai alat pendengaran dan menjaga keseimbangan. Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga gendang telinga/membrane timpani dan pendengaran. Teknik pengkajian yang dilakukan umunnya adalah inspeksi dan palpasi.
  • 52. 37 Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk mengetahui fungsi telinga. (f) Leher Tujuan pengkajian leher adalah untuk mengetahui bentuk leher, serta organ-organ penting yang berkaitan. Pengkajian dimulai dengan inspeksi kemudian palpasi. Inspeksi dilakukan untuk melihat apakah ada kelainan kulit termasuk keadaan pucat, ikterus, sianosis, dan ada tidaknya pembengkakkan. Pemeriksaan palpasi ditujukan untuk melihat apakah ada massa yang teraba pada kelenjar limfe, kelenjar tiroid, dan trakea. (Tambunan dan Kasim, 2012; h. 66-83). (g) Payudara Dalam pengkajian payudara perlu diketahui adanya riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit kangker payudra. (Tambunan dan Kasim, 2012; h. 103). (h) Abdomen Uterus Normal : kokoh, berkontraksi baik, tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa nifas segera.
  • 53. 38 Abnormal : lembek, diatas ketinggian fundal saat masa post partum segera. (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h. 139-140). Perubahan ini dapat diketaui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus Uteri). 1) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 100 gram. 2) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat. 3) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat dan simpisis dengan berat 500 gram. 4) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas simpisis dengan berat 350 gram. 5) Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan berat 50 gram. (Sulistyawati, 2009; h. 74). (i) Keadaan genetalia Lochea Normal : merah hitam (lochea rubra), bau biasa, tidak ada bekuan darah, butira-butir darah beku (ukuran jeruk kecil), jumlah perdarahan yang ringan atau
  • 54. 39 sedikit (hanya perlu menganti pembalut setiap 3-5 jam). Abnormal : merah terang, bau busuk, mengeluarkan darah beku, perdarahan berat (memerlukan pengganti pembalut setiap 0-2 jam). (j) Keadaan perenium Oedema hematoma, bekas luka episiotomi/ robekan, heating. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.140-141). (k) Pengkajian usus Tujuan pengkajian usus adalah untuk mendapatkan data mengenai kondisi anus dan rektum. (Tambunan dan Kasim, 2012; h. 114). (l) Keadaan ekstremitas Varices, oedema, dan reflek patela. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 141). (5) Pemeriksaan penunjang Laboratorium : kadar HB, Hmt (Haematokrit), kadar Leukosit, dan Golongan darah. (Sulistyawati, 2009; h. 125) (6) Riwayat persalinan sekarang Tanggal persalinan jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi panjang badan, berat badan,
  • 55. 40 penolong persalinan,. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 134). Tabel 2.2 Perbedaan fase yang dilalui anatara primigravida dan multigravida Lama Persalinan Primipara Multipara Kala 1 13 Jam 7 Jam Kala II 1 Jam ½ jam Kala III ½ Jam ¼ Jam TOTAL 14 ½ Jam 7 ¾ Jam (Rohani et.all, 2013; h. 8). b. Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diangnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diangnosis yang spesifik. Langkah awal dari perumusan masalah atau diangnosis kebidanan analisis data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan yang lainnya sehingga menggambarkan suatu fakta.(Nurhayati et.all, 2013; h. 142).
  • 56. 41 Mengidentifikasi diangnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diangnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diangnosa tetapi mebutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 141). 1. Diangnosa kebidanan Diangnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan pra abortus, anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas. Data dasar meliputi : a. Data Subjektif Peryataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya. b. Data Objektif Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 141-142).
  • 57. 42 2. Masalah Dalam asuhan kebidanan istilah “masalah” dan “diangsosis” dipakai keduanya karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diangnosis, tetapi perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan bagaimna wanita itu mengalami kenyataan terhadap diangnosisnya.(Sulityawati dan Nugrahen, 2010; h. 229). Permasalah yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. Data dasar meliputi : 1) Data Subjektif Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien. 2) Data objektif Data yang didapat dari hasil pemeriksaan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 141-142). 3. Kebutuhan Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya. Contohnya kebutuhan untuk KIE, bimbingan tentang control pernafasan, dan posisi untuk meneran. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010; h. 229). c. Identifikasi Diangnosa/Masalah Potensial Langkah ini memerlukan kesinambungan dari menejemen kebidanan, identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
  • 58. 43 dokter dan untuk di konsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 143). d. Tindakan Segera Menurut Varney (1997) dalam Rukiyah (2011) dikatakan bahwa mengidentifikasi perlunya penanganan segera oleh bidan atau dokter atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien, misalnya jika klien mengalami kejang atau perdarahan. e. Merencanakan Asuhan Pada langkah kelima direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen kebidanan untuk masalah atau diagnosis yang telah di identifikasikan atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.(Soepardan, 2007; h. 101). f. Pelaksanana Perencanaan Langkah ini merupakan pelaksanana rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanankan rencana asuhan secara efisien dan aman. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 145).
  • 59. 44 g. Evaluasi Menurut Varney(1997) dalam Rukiyah (2011) dikatakan bahwa mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan ulangi lagi proses menejeman dengan benar terhadap semua aspek asuhan yang telah diberikan namun belum efektif dan merencanankan kembali yang belum terencana. C. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN 1. Peraturan-peraturan, kompetensi bidan dan standar pelayanan kebidanan yang berkaitan dengan kasus yang diambil a. Peraturan-peraturan PERATURAN PEMERINTAH No. 23 Tahun 1996 Pasal 1 1) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk jenjang tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. 2) Tenanga keperawatan meliputi perawat dan bidan. (Karwati et.all. 2011; h. 71). b. Kompetensi Bidan Berdasarkan permenkes No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelengara praktik bidan serta memperhatikan kompetensi inti bidan indonesia yang mengacu kepada kompetensi inti yang telah
  • 60. 45 disusun oleh ICM, Juni 2011, maka kompetensi bidan di indonesia dapat diuraikan sebagi berikut. 1) Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi terhadap budaya setempat. (Aticeh et.all, 2014; h. 70-71). c. Standar Pelayanan Kebidanan pada Ibu Masa Nifas 1) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir Peryataan standar : Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi. 2) Standar 14 : Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan Peryataan standar : Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
  • 61. 46 3) Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas Peryataan standar : Bidan memberikan pelayanan pada masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB. 2. Undang-undang Wewenang Bidan Dalam menjalankan praktiknya bidan berwenang dalam memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010. Pelayanan kebidanan Beberapa pelayanan kebidanan yang diberikan adalah sebagi berikut : 1) Pelayanan kebidanan pada ibu Pelayanan yang diberikan kepada ibu umunya pada masa pranikah, prahamil, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui, serta masa interval, jenis pelayanan yang diberikan antar lain : a) Penyuluhan dan konseling b) Pemeriksaan fisik
  • 62. 47 c) Pelayanan ibu nifas normal d) Pelayanan ibu nifas yang abnormal yang mencakup retensio plasenta,renjatan, dan infeksi ringan. (Aticeh et.all, 2014; h. 70-71).
  • 63. 48 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. N UMUR 24 TAHUN P2A0 6-8 JAM POST PARTUM DI BPS ZUBAEDAHSYAH, S.ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 Oleh : Mila Dwi Wandari Waktu : 05 Juni 2016/ 08.20 WIB A. Data Subjektif 1) Identitas Biodata Istri Suami Nama : Ny. N : Tn S Umur : 24 tahun : 28 tahun Agama : Islam : Islam Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia : Sunda/Indonesia Pendidikan : SLTP : SMA Pekerjaan : IRT : Pedagang
  • 64. 49 Alamat : Jl. Raden Imba Kusuma Ratu, Sukadana Palapa Bandar Lampung 2) Keluhan Utama : Ibu mengatakan perutnya terasa mulas dan ibu masih merasa lemas setelah melahirkan. 3) Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada b. Riwayat Kesehatan Dahulu Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada c. Riwayat Kesehatan Keluarga Hipertensi : Tidak ada
  • 65. 50 DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada 4) Riwayat Perkawinan Status perkawinan : Syah Lama Pernikahan : 2 tahun 5) Riwayat obsteri Riwayat haid Menache : 12 tahun Siklus : Teratur (28 hari) Volume : 2 kali sehari ganti pembalut Sifat : Encer, dan berbau anyir Disminore : Tidak ada HPHT : 28 Agustus 2015 6) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Tabel 3.1 Hari /tanggal Tempat Persalian Usia Kehamilan Jenis persalinan Penolong Penyulit Keadaan Ket Nifas Anak Kamis 10-07- 2014 BPS zubaedahsyah Aterem Spontan Bidan Tidak ada Baik Sehat
  • 66. 51 7) Riwayat persalinan sekarang Jenis persalinan : Spontan Tanggal : 05 Juni 2016 Jam : 06.20 WIB Jenis kelamin : Perempuan Panjang badan : 50 cm Berat badan : 3.500 gram Keadaan bayi : Sehat tanpa cacat 8) Riwayat KB Tabel 3.2 Riwayat KB No Jenis kontrasepsi Mulai Memakai Mulai Berhenti Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Alasan 1 Kb suntik 3 bulan - Bidan BPS Pusing Mei 2015 Bidan BPS Ingin punya anak 9) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari a. Pola Nutrisi Saat hamil : Makan 3kali/hari, 3 porsi sedang dengan menu bervariasi seperti 1 centong nasi, 1 potong ayam, 1 mangkuk kecil sayur, 1 gelas susu. Minum air putih 7-8 gelas/hari Saat Nifas :Makan baru 2 kali setelah melahirkan, ½ porsi sedang dengan nasi, dan 1 potong ikan, 1 buah jeruk, minum 2 gelas air putih setelah melahirkan.
  • 67. 52 b. Pola Eleminasi Saat Hamil : BAK 7-8 kali/hari, BAB 1 kali/hari Masa Nifas : Sudah BAK berwarna kuning jernih 3 jam setelah persalinan, berbau khas dan belum BAB saat pengkajian. c. Pola Aktivitas Saat Hamil : masih dapat melakukan kegiatan rumah tangga, seperti menyapu, memasak Saat Nifas : Beristirahat dengan cukup, beraktifitas secukupnya, dan menyusui bayinya. d. Pola Istirahat Saat Hamil : Malam 6-7 jam dan siang 1 jam Saat Nifas : Siang 2 jam setelah melahirkan e. Pola Personal Hygiene : Ganti pembalut baru 2 kali setelah bersalin, ibu mengerti cara personal hygiene yang baik yaitu membersihkan alat genetalianya dari depan kebelakang. f. Pola Seksual : Belum melakukan hubungan seksual setelah melahirkan. 10) Psikososial Tanggapan ibu terhadap dirinya : Senang Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya : Baik Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayinya : Baik
  • 68. 53 Pengambilan keputusan : Suami B. Data Objektif 1) Pemeriksaan umum Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Keadaan emosional : Stabil Tanda-tanda Vital Tekanan Darah : 100/70mmHg Nadi : 80x/menit Pernafasan : 22x/menit Suhu : 36,50 C 2) Pemeriksaan Fisik a. Kepala Wajah Pucat : Tidak ada Oedema : Tidak ada b. Mata Simetris : Iya, Kiri dan Kanan Kelopak mata : Tidak Oedema Konjungtiva : Merah muda Sklera : Putih
  • 69. 54 c. Hidung Simetris : Iya, Kiri dan Kanan Polip : Tidak Oedema Kebersihan : Bersih d. Mulut Bibir : Lembab Lidah : Bersih Gigi : Tidak ada caries Gusi : Tidak ada perdarahan e. Terlinga Simetris : Iya, Kiri dan Kanan Gangguan pendengaran : Tidak ada f. Leher Tumor : Tidak ada Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada g. Ketiak Pembesaran vena jugularis : Tidak ada h. Dada Retraksi : Tidak ada Bunyi mengi dan ronci : Tidak ada i. Payudara Simetris : Iya, Kiri dan Kanan
  • 70. 55 Pembesaran : Iya Puting susu : Menonjol Areola mamae : Hiperpigmentasi Benjolan : Tidak ada Pengeluaran : Ada Kolostrum j. Punggung dan pinggang Simetris : Simetris Nyeri ketuk : Tidak ada k. Abdomen Pembesaran : Ada, sesuai hari nifas Konsistensi : Keras Benjolan : Tidak ada Kandung kemih : Kosong Tinggi Fundus Uteri : 2 jari dibawah pusat Kontraksi : Baik l. Anogenital Labia mayor/minor : Tidak ada pembengkakan Kelenjar bartholoni : Tidak ada pembesaran Pengeluaran vagina Jenis lochea : Lochea Rubra Warna : Merah kehitaman Bau : Anyir Perenium : Tidak ada
  • 71. 56 Anus : Tidak ada haemaroid m. Ekstremitas Bawah Oedema : Tidak oedema Kemerahan : Tidak ada Varices : Tidak ada Reflek patela : Positif, Kiri dan Kanan C. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan Laboratorium a. Darah HB : Tidak dilakukan Golongan Darah : Tidak dilakukan b. Urien Protein : Tidak dilakukan Glukosa : Tidak dilakukan D. Riwayat Persalinan Sekarang 1) Ibu Tempat melahirkan : BPS Zubaedahsyah, S.ST Penolong : Bidan Zubaedahsyah, S.ST Jenis Persalinan : Spontan, Pervaginam Lama Persalinan : 11 Jam 10 menit
  • 72. 57 Catatan waktu Kala I : 8 Jam 30 menit Kala II : 0 jam 30 menit Kala III : 0 jam 10 menit Kala IV : 2 jam 0 menit + Lamanya : 11 jam 10 menit Ketuban pecah pukul : 06.10 WIB Plasenta Lahie secara : Spontan Insersi : Sentralis Ukuran : 20 cm Berat : 500 gram Panjang tali pusat : 50 cm 2) Bayi Lahir tanggal/pukul : 05 juni 2016 pukul 06.20 WIB Jenis kelamin : Perempuan Berat Badan : 3.500 gram Panjang badan : 50 cm Nilai APGAR : 9/10 Cacat bawaan : Tidak ada Masa Gestasi : 40 minggu 2 hari / Aterem
  • 73. 58 TABEL 3.3 MATRIKS Tanggal Pengkajian Interpretasi Data Diangnosa Masalah Potensial Antisipasi/ Tindakan Segera Intervensi Implementasi Evaluasi Minggu, 05 Juni 2016 Pukul 08.20 WIB DS: Ibu mengatakan mulas pada perutnya dan merasakan lemas setelah melahirkan DO : - Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmetis Keadaan emosional: Stabil TTV TD : 110/70 mmHg N : 80x/menit T : 36,50 C RR : 22x/menit - Keadaan payudara DX : Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum DS : - Ibu mengatakan ini persalinan yang kedua, dan belum pernah keguguran - Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 05 juni 2016 pukul 06.20 WIB DO : - Hasil pemeriksaan keadaan umum: Baik, Keadaan emosional: stabil Kesadaran: Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan 2. Beritahu ibu tentang keluhan yang dirasakan saat ini 3. Beritahu ibu atau keluarga cara 1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu, keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil. TTV TD: 110/70 mmHg N : 80x/menit T : 36,50 C RR : 22x/menit TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, pengeluaran loche rubra, dan tidak ada luka jahitan pada perenium. 2. Memberitahu ibu tentang keluhan yang dirasakan saat ini seperti mulas pada perutnya adalah hal yang normal dan 1. Ibu sudah mengetahui tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu ibu dalam keadaan baik-baik saja dan normal. 2. Ibu sudah mengerti tentang keluhan yang dirasakan saat ini adalah hal normal 3. Keluarga bersedia membantu dalam
  • 74. 59 simetris kiri dan kanan, ada pembesaran, putting susu menonjol, areola mamae hiperpigmentasi, benjolan tidak ada, pengeluaran kolostrum. - Keadaan abdomen pembesaran sesuai hari nifas, konsistensi keras, benjolan tidak ada, kandung kemih kososng, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik - Keadaan anogenital pengeluaran vagina lochea rubra, warna merah kehitaman, bau anyir, tidak ada luka heacting tidak ada haemaroid. Composmentis TTV : TD: 110/70mmHg N : 80x/menit T : 36,50 C RR : 22x/menit Masalah : Tidak ada Kebutuhan : Tidak ada mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 4. Deteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut. 5. Berikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI awal pada bayinya fisiologi karena mengalami proses involusi uterus 3. Memberitahu ibu atau keluarga cara mencegah perdarahan masa nifas dengan cara melakukan observasi melekat pada kontraksi uterus selama 4 jam pertama post partum dengan melakukan palpasi uterus. 4. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut dengan melakukan pemeriksaan untuk melihat perdarahan berasal dari dalam rahim atau vagina, dan perdarahan yang banyak. 5. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimna cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri dengan cara memassase uterus. Secara perlahan, tangan diletakkan diatas fundus uteri dan massase dengan gerakan berputar sambil menekan fundus selama 15 detik, raba kembali uterus setiap 1-2 menit, jika lembek ulangi massase. melakukan massase uterus dan hasil kontrasi uterus baik. 4. Perdarahan sudah diperiksa dan tidak ada perdaraha yang abnormal. Baik dari dalam rahim atau vagina. 5. Keluarga bersedia melakukan massase uterus dan kontraksi uterus baik. 6. Bayi sudah disusui dan ibu bersedia menyusui bayinya
  • 75. 60 7. Lakukan hubungan antar ibu dan bayi baru lahir 8. Jaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi 6. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI awal pada bayinya sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan keinginannya (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapt mengkososngkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2 jam. 7. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir atau bounding attachment didalam satu ruangan dengan melakukan sentuhan awal/kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi. 8. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi yaitu : - Keringkan bayi segera setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya evaporasi dengan mengunakan handuk atau kain - Selimuti tubuh bayi sesering mungkin. 7. Bonding attachment sudah dilakukan antar ibu dan bayi dalam satu ruangan yang sama . 8. Bayi sudah dilakukan pencegahan hipootermi.
  • 76. 61 dengan kain bersih dan hangat segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat. - Selimuti bagian kepala karena kepala merupakan permukaan tubuh yang relatif luas dan bayi akan dengan cepet kehilangan panas jika tidak ditutupi. - Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Sebaiknya pemberian ASI harus dalam waktu 1 jam pertama kelahiran. - Tepatkan bayi dilingkungan yang hangat, yang paling ideal adalah bersama dengan ibunya agar menjaga kehangatan tubuh bayi, mendorong ibu agar segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi. - Jagan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir sebelum melakukan penimbangan terlebih dahulu selimuti tubuh bayi dengan kain yang kering dan bersih. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat
  • 77. 62 9. Beritahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan cukup cairan. 10. Ajarkan pada ibu tentang cara personal hygiene yang baik dan benar bayi dikurangi dengan kain selimut bayi yang digunakan. Bayi sebaiknya dimandikan sediktnya 6 jam setelah lahir. 9. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan cukup cairan seperti sayur-sayuran yang membantu dalam pengeluaran ASI, buah-buahan mebantu dalam eleminasi, serta makanan yang mengandung tinggi protein untuk kebutuhan ibu masa nifas. 10. Memberitahu ibu tentang atau cara personal hygiene yaitu : - Menjaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi. - Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Dengan memastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan 9. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi sesuai dengan apa yang telah dianjurkan. 10. Ibu sudah mengerti dan memahami tentang cara personal hygiene yang baik dan benar.
  • 78. 63 11. Beritahu ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas daerah anus. - Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali dalam sehari. - Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah kemaluan. - Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka. 11. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu: - Perdarahan pervagina yang luar biasa atau tiba- tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan ganti pembalut 2 kali dalam setengah jam). - Pengeluaran pervagina yang berbau menusuk (menyengat) - Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung. - Rasa sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau masalah 11. Ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya yang sudah dijelakan.
  • 79. 64 penglihatan. - Pembengkakan diwajah atau ditangan. - Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau jika merasa tidak enak badan. - Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan sakit. - Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama. - Rasa sakit, warna merah, pembengkakan di kaki.
  • 80. 65 Minggu 05 juni 2016 pukul 14.20 WIB Tidak ada Tidak ada 1. Pantauan kondisi ibu saat ini 2. Evaluasi tentang keluhan yang dirasakan ibu saat ini. 3. Evaluasi pencegahan perdarahan yang telah diajarkan kepada ibu dan keluarganya. 1. Memantau kondisi ibu saat ini dalam keadaan baik sesuai dengan pemeriksaan fisik yaitu: Keadaan umum : Baik Keadaan emosional : Stabil Kesadaran : Composmentis Tanda-tanda Vital TD : 110/70 mmHg N : 80x/menit T : 36,50 C RR : 22x/menit TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, pengeluaran loche rubra, dan tidak ada luka jahitan perenium. 2. Mengevaluasi tentang keluhan yang dirasakan ibu saat ini 1. Ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini, dan dalam keadaan baik.
  • 81. 66 4. Evaluasi dan mendeteksi serta merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berkelanjutan. 5. Pastikan dan evaluasi mengenai konseling yang telah diberikan pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 6. Evaluasi pada ibu tentang pemberian ASI awal 7. Pastikan dan evaluasi mengenai hubungan antara ibu dan bayi yaitu rasa mulas yang dialami ibu adalah hal yang normal dan fisiologis hal ini dikarenakaan proses pengembalian rahim ke bentuk semula. 3. Mengevaluasi pencegahan perdarahan yang telah diajarkan dengan melakukan massase pada uterus ibu. 4. Mengevaluasi dan mendeteksi serta merawat penyebab lain perdarahan, dan merujuk bila perdarahan berkelanjutan. 5. Memastikan dan mengevaluasi mengenai konseling yang telah diberikan pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimna mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri yaitu dengan cara melakukan massase pada perut ibu sebanyak 15 kali selama 15 detik. 2. Ibu sudah mengerti bahwa rasa mulas yang dialami ibu saat ini adalah hal yang normal dan fisioloigis. 3. Ibu dan keluarga telah melakukan massase pada perut ibu, kontraksi uterus ibu baik dan tidak ada perdarahan. 4. Perdarahan sudah dipriksa dan hasilnya tidak ada perdarahan yang abnormal. 5. Ibu dan salah satu anggota keluarga sudah melakukan massase uterus dan kontraksi yang baik.
  • 82. 67 DS : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas DO : - Keadaan umum : Baik Keadaan emosional : Stabil Kesadaran : Compos mentis Tanda-tanda Vital TD : 110/70 mmHg N : 80x/ menit T : 36,50 C. RR : 22x/menit - Keadaan payudara simetris, kiri dan kanan, ada pembesaran puting susu menonjol, areola mamae hiperpigmentasi, benjolan tidak ada, pengeluaran kolostrum. - Keadaan abdomen pembesaran sesuai hari nifas, konsistensi keras, 8. Evaluasi mengenai pencegahan hipotermi. 9. Anjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi. 10. Ajarkan pada ibu tentang atau cara personal hygiene yang baik dan benar 6. Mengevaluasi tentang bemberian ASI awal 7. Memastikan dan mengevaluasi mengenai hubungan antara ibu dan bayi atau bounding attachment didalam satu ruangan dengan melakukan sentuhan awal/kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit- menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi. 8. Mengevaluasi mengenai pencegahan hipotermi. 9. Menganjurkan ibu untuk tetep menenuhi kebutuhan nutrisi atau makanan yang bergizi dan cukup cairan karena makanan yang dibutuhkan oleh ibu nifas sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam tubuh supaya tubuh dalam keadaan sehat. Tujuan pemberian makanan pada ibu nifas adalah untuk memulihkan tenaga ibu, memproduksi ASI 6. Ibu telah menyususi bayinya 3 kali selama 6 jam 7. Ibu dan bayi sudah berada dalam satu ruangan. 8. Bayi dalam keadaan baik dan telah di bedong menggunakkan pakaiian yang bersih dan kering. 9. Ibu sudah mengerti tentang kebutuhan nutrisi dan ibu sudah makan-
  • 83. 68 benjolan tidak ada, kandung kemih kosong, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik. - Keadaan anogenital pengeluaran vagina lochea rubra, warna merah kehitaman, bau anyir, tidak ada luka heating, tidak ada hemoroid DX : Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum DS : - Ibu mengatakan ini persalinan kedua, dan belum pernah keguguran. - Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 05 juni 2016 pukul 06.20 WIB DO : - Hasil 11. Pastikan ibu sudah mengerti dan memahami tentang tanda bahaya nifas. 10. Memberitahu ibu tentang atau cara personal hygiene yaitu : - Menjaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi. - Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Dengan memastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah anus. - Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali dalam sehari. - Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah kemaluan. - Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka 11. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya nifas yaitu : - Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba- tiba bertambah banyak makanan yang telah dianjurka 10. Ibu sudah mengerti tentang cara personal hygiene yang baik dan benar .
  • 84. 69 Pemeriksaan yaitu : Keadaan umum : Baik Keadaan emosional : Stabil. Kesadaran : compos mentis Tanda-tanda Vital TD : 110/70 mmHg N : 80x/menit T : 36,50 C. RR : 22x/menit Masalah : Tidak ada Kebutuhan : Tidak ada 12. Beritahu ibu untuk kembali melakukan kunjungan ulang. (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan ganti pembalut 2 kali salam setengah jam). - Pengeluran pervagina yang berbau menusuk (menyengat). - Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung. - Rasa sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrrik, atau masalah penglihatan - Pembengkkan diwajah atau di tangan. - Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau jika merasa tidak enak badan. - Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan sakit. - Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama. - Rasa sakit, warna merah, pembengkakan di kaki. 12. Memberitahu ibu untuk kembali melakukan kunjugan ulang 1 minggu kemudian. 11. Ibu sudah mengerti dan memahami tentang tanda bahaya pada masa nifas.
  • 85. 70 12. Ibu bersedia datang kembali untuk melakukan kunjungan sesuai dengan jadwal kunjungan yang telah ditentukan.
  • 86. 71 BAB IV PEMBAHASAN Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. N umur 24 tahun P2A0 6-8 jam post partum ditemukan kesamaan dan kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus yaitu : A. Pengkajian 1. Data Subjektif a. Nama 1) Tinjauan Teori Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agra tidak keliru dalam memberikan penanganan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131). 2) Tinjauan kasus Pada kasus diatas ibu bernama Ny. N 3) Pembahasan Dari pembahasaan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena ibu memberikan nama jelas yaitu Ny. N b. Umur 1) Tinjauan Teori Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental
  • 87. 72 dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131). 2) Tinjauuan Kasus Pada kasus ini Ny. N berumur 24 tahun 3) Pembahasaan Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antar tinjauan teori dengan kasus karena Ny. N berumur 24 tahun, dan pada umur 24 tahun alat-alat reproduksi sudah matang. Sehingga, tidak terjadi komplikasi pada masa nifas. c. Agama 1) Tinjauan Teori Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 132). 2) Tinjauan Kasus Pada kasus diatas agama Ny. N yaitu agama islam. 3) Pembahasaan Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena bidan dalam membimbing atau mengarahkan pasien sudah sesuai menurut agama dan kepercayaan Ny. N.
  • 88. 73 d. Suku/Bangsa 1) Tinjauan Teori Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebiasaan sehari-hari. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 132). 2) Tinjauan Kasus Pada kasus diatas suku Ny. N yaitu suku Jawa. 3) Pembahasan Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus karena adat jawa Ny. N tidak ada yang mempengaruhi kesehatan Ny. N pada masa nifas ini. e. Pendidikan 1) Tinjauan Teori Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektual, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 132). 2) Tinjauan Kasus Dalam kasus ini pendidikan terakhir Ny. N adalah SLTP 3) Pembahasan Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena Ny. N memiliki pendidikan SLTP sehingga bidan dalam memberikan konseling disesuaikan dengan pendidikannya.
  • 89. 74 f. Pekerjaan 1) Tinjauan Teori Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonomi, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 132). 2) Tinjauan Kasus Pada kasus diatas Ny. N bekerja sebagai ibu rumah tangga. 3) Pembahasan Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjuan teori dengan tinjauan kasus karena pekerjaan Ny. N sebagai ibu rumah tangga sehingga yang bekerja hanya suami untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. g. Alamat 1) Tinjauan Teori Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 132). 2) Tinjauan Kasus Pada kasus diatas Alamat Ny. N yaitu di Jln. Raden Imba Kusuma Ratu, Sukadana Palapa Bandar Lampung. 3) Pembahasan
  • 90. 75 Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus karena alamat yang diberikan Ny. N lengkap dan jelas. h. Keluhan Utama 1) Tinjauan Teori Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masalah nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perenium. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 132). Proses involusi uterus : a) Iskemia Miometrium Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot atrofi b) Autolisis Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterus. c) Efek Oksitosin Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. (Dewi dan Sunarsih, 2013; h. 55). 2) Tinjauan Kasus
  • 91. 76 Ny. N mengatakan masih merasakan mulas pada perutnya dan merasakan lelah setelah melahirkan. 3) Pembahasan Dari kasus diatas tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori Dengan tinjauan kasus karena rasa mulas yang dialami oleh ibu adalah dikarenakan adanya proses involusi uterus dan tidak adanya perdarahan karena atonia uteri hal ini termasuk normal dan fisiologis. i. Riwayat Kesehatan 1) Tinjauan Teori Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat antara penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM, Hipetensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 133). 2) Tinjauan Kasus Pada kasus diatas Ny. N tidak memiliki riwayat kesehatan sekarang, dahulu, dan keluarga karena pada saat dilakukan pengkajian Ny. N tidak memiliki riwayat penyakit seperti Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini. 3) Pembahasan
  • 92. 77 Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjuan teori dengan tinjauan kasus karena Ny. N tidak terdapat riwayat kesehatan sekarang, dahulu, dan keluarga. j. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu 1) Tinjauan Teori Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 133-134). 2) Tinjauan Kasus Pada kasus diatas ini merupakan persalinan yang kedua dan tidak pernah abortus. 3) Pembahasan Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan atara tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena Ny. N melahirkan anak kedua, tidak pernah abortus, persalinan yang lalu secara spontan, penolong persalinan bidan dan tidak ada keadaan nifas yang lalu tidak ada penyulit. k. Riwayat Persalinan Sekarang 1) Tinjauan Teori Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, kaadaan bayi meliputi panjang badan, berat badan, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
  • 93. 78 mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 134). 2) Tinjauan Kasus Pada kasus diatas Ny. N bersalin pada tangga tanggal 05 juni 2016 pukul 06.20 WIB, jenis persalinan spontan, jenis kelamin anak perempuan, keadaan bayi meliputi panjang badan 50 cm, berat badan 3.500 gram, dan penolong persalinan bidan. 3) Pembahasan Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena riwayat persalinan sekarang Ny. N normal dan tidak ada penyulit atau kelainan serta keadaan bayi sehat tanpa cacat. l. Riwayat KB 1) Tinjauan Teori Untuk mengetahui apakah pasien pernah mengikuti KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini beralih ke kontrasepsi apa. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 134). 2) Tinjauan Kasus Pada kasus diatas Ny. N sebelumnya menggunkan KB suntik 3 bulan.
  • 94. 79 3) Pembahasan Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antar tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena Ny. N saat mengunakan KB suntik 3 bulan tidak ada keluhan karena ingin mempunyai anak lagi. m. Pola Pemenuhan Sehari-hari 1) Nurisi a) Tinjauan Teori Menu seimbanga ibu nifas sesuai dengan kebutuhan makanan yang diperlukan oleh ibu nifas sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan selama tubuh supaya tubuh dalam keadaan sehat. Tujuan pemberian makanan ibu nifas adalah untuk memulihkan tenaga ibu, memproduksi ASI yang bernilai gizi tinggi, mempercepat penyembuhan luka, dan mempertahankan kesehatan. Hidangan bergizi yang dibutuhkan ibu menyususi terdiri atas zat tenaga (Hidrat arang, lemak, protein nabati seperti kacang-kacangan, tahu, tempe, kedelai dan hewani seperti telur, daging, ikan, dan sebagainya), zat pembangun (Protein, vitamin, mineral, air). Dan zat pengatur atau pelindung (vitamin, air, dan mineral). (Roito et.all, 2013 h. 83). b) Tinjauan Kasus
  • 95. 80 Ny. N sudah makan 2 kali setelah melahirkan, dengan ½ porsi sedang dengan nasi, dan 1 potong ikan, 1 buah jeruk, minum 4 gelas air putih. c) Pembahasan Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan hasil tinjauan kasus yang didapat karena Ny. N sudah memenuhi nutrisis sesuai dengan kebutuhan nutrisi ibu pada masa nifas. 2) Eliminasi a) Tinjauan Teori Dalam 6-8 jam post partum, pasien sudah dapat buang air kecil. Semakin lama urien tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi. Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air kecil karena semakin lama fases tertahan dalam usus maka akan semakin sulit baginya untuk buang air besar secara lancar. (Sulistyawati, 2009; h. 101). b) Tinjauan Kasus Saat pengkajian Ny. N sudah BAK berwarna kuning jernih 4 jam setelah persalinan, berbau khas dan belum BAB saat pengkajian. c) Pembahasan
  • 96. 81 Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan tinjauan kasus yang didapat karena 4 jam setelah persalinan Ny. N sudah berkemih tetapi belum BAB. 3) Pola Aktivitas a) Tinjauan Teori Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena terasa letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena. Tujuan dari ambulasi dini adalah untuk membantu mengeuatkan otot- otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah keseluruh tubuh. (Rukiyah et.all, 2011; h. 76). b) Tinjauan Kasus Pada kasus diatas Ny. N dapat berisitahat dengan cukup, dan beraktifitas secukupnya. c) Pembahasan Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena Ny. N sudah
  • 97. 82 melakukan aktifitas setelah melahirkan yaitu ibu sedang beristirahat dengan cukup, dan beraktifitas secukupnya. 4) Pola Istirahat a) Tinjauan Teori Mengambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 136). b) Tinjauan Kasus Ny. N belum tidur setelah melahirkan, namun istirahat siang mulai pukul 14.30 WIB sampai pukul 16.30 WIB c) Pembahasan Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan Kasus karena istirahat Ny. N sudah cukup terepenuhi yaitu saat pengkajian istirahat siang ibu 2 jam. 5) Personal Hyigiene a) Tinjauan Teori Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil, biasanya ibu post partum masih belum cukup kooperatif
  • 98. 83 untuk membersihkan dirinya. Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu post partum, antara lain : 1) Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau debu dapat menyebabkan kulit bayi alergi melalui sentuhan kulit ibu dan bayi. 2) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk mebersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah anus. 3) Menganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali dalam sehari. Kadang hal ini terlewat untuk disampaikan kepada pasien. Masih adanya luka terbuka didalam rahim dan vagina sebagai satu-satunya port de entre kuman penyebab infeksi rahim maka ibu harus senantiasa menjaga suasana keasaman dan kebersihan vagina dengan baik. 4) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah kemaluannya. 5) Jika mempunyai luka episiotomi, hindari untuk menyentuh luka. (Sulistyawati, 2009; h. 102). b) Tinjauan Kasus
  • 99. 84 Dari hasil pengkajian Ny. N, mengerti tentang cara personal hygiene yang baik, seperti ibu mencuci tangan sebelum dan sesudah BAK dan BAB, membersihkan genetalia dari depan kebelakang, dan membersihkan daerah genetalia sehabis BAK dan BAB menggunakan tissue atau kain bersih. c) Pembahasan Dari kasus diatas tidak terdapat kesenjangan antar tinjauan teori dan tinjauan kasus karena Ny. N sudah mengerti tentang mengenai personal hygien yang baik dan benar. 6) Pola Seksual a) Tinjauan Teori Secara fisik aman untuk melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri. (Dewi dan Sunarsih, 2013:h. 77). b) Tinjauan Kasus Pada kasus diatas Ny. N belum melakukan hubungan seksual. c) Pembahasan
  • 100. 85 Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena Ny. N baru saja melahirkan dan masih teras nyeri pascapersalinan. 7) Data Psikososial a) Tinjauan teori Menjelaskan pengkajian psikologinya : (1) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya (2) Respo ibu terhadap bayinya (3) Respon ibu terhadap dirinya (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 135). b) Tinjauan Kasus Pada kasus diatas respon ibu, suami dan keluarga baik . c) Pembahasan Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena respon Ny. N suami dan keluarga baik. 2. Data Objektif a. Keadaan Umum 1) Tinjauan Teori Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria : a) Baik
  • 101. 86 Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan. b) Lemah Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri. (Sulistyawati, 2009; h. 121-122). 2) Tinjauan Kasus Pada kasus diatas keadaan Ny. N baik. 3) Pembahasan Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antar teori dan tinjauan kasus keadaan Ny. N baik. Dilihat dari keadaan pasien yang memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan. b. Kesadaran 1) Tinjauan Teori Untuk mendapatkan gambaran dari keadaan pasien, bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar). (Sulistyawati, 2009; h. 122).
  • 102. 87 2) Tinjauan Kasus Pada kasus diatas kesadaran Ny. N yaitu Composmentis. 3) Pembahsaan Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena kesadran Ny. N normal yaitu composmentis dilihat dari hasil pengkajian Ny. N kesadaran maksimal. c. Tekanan Darah 1) Tinjauan Teori Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post partum dapat manandakan terjadinya pre eklampsi post partum. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 84). 2) Tinjauan Kasus Pada saat pengkajian yaitu 6-8 jam postpartum didapatkan tekanan darah Ny. N adalah 100/70 mmHg. 3) Pembahasan Dari hasil tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena tekanan darah Ny. N adalah normal yaitu 110/70 mmHg. d. Nadi 1) Tinjauan Teori
  • 103. 88 Denyut Nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 84) 2) Tinjauan Kasus Pada saat pengkajian 6-8 jam postpartum didapatkan hasil nadi Ny. N adalah 80x/menit. 3) Pembahasan Dari hasil pembahasan tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena frekuensi nadi Ny. N adalah normal yaitu 80 x/menit. e. Pernafasan 1) Tinjauan Teori Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 84). 2) Tinjauan kasus Pada saat pengkajian 6-8 jam postpartum didaptkan pernafasan Ny. N adalah 22x/menit. 3) Pembahasan Dari hasil pembahasan tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena frekuensi pernafasan Ny. N adalah normal yaitu 22x/menit.