SlideShare a Scribd company logo
1 of 163
Download to read offline
1
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.N UMUR 19 TAHUN
P1A0 6 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTTING
SUSU LECET DI BPS AIDAWATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
DISUSUN OLEH
ENDANG SATUNI
201207143
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
2015
i
2
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.N UMUR 19 TAHUN
P1A0 6 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTTING
SUSU LECET DI BPS AIDAWATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeperolehgelar
Ahli Madya Kebidanan
DISUSUN OLEH
ENDANG SATUNI
201207143
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
2015
ii
Diterima dan disyahkan oleh Tim penguji ujian akhir program pendidikan
Diplomat III Kebidanan Adila pada :
Penguji I
Ahmad Dahro, S.Sos.,M.I.P
NIK :2006071016
PENGESAHAN
Diterima dan disyahkan oleh Tim penguji ujian akhir program pendidikan
Diplomat III Kebidanan Adila pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 04 Juli 201
Penguji II
Ahmad Dahro, S.Sos.,M.I.P Tri Riwayati Ningsih, S.ST
NIK :11011031
Direktur Akademi Kebidanan
Adila Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH
NIK :2011041008
iii
3
Diterima dan disyahkan oleh Tim penguji ujian akhir program pendidikan
i Ningsih, S.ST
4
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. N UMUR 19 TAHUN
P1A0 6 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTTING
SUSU LECET DI BPS AIDAWATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Endang Satuni, Ahmad Dahro, S.Sos.,M.I.P, Tri Riwayati Ningsih, S.ST
INTISARI
Study kasus ini terdiri dari 123 halaman 2 table dan lampiran.
Diperkirakan 60% kematian ibu terhadap kehamilan terjadi setelah persalinan dan
50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama,tujuan dari penelitian ini
adalah agar penulis mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas
terutama dengan putting susu lecet, dalam penulisan study kasus ini penulis
menggunakan metode penulisan deskriptif.
Masalah dalam menyusui itu salah satunya adalah putting susu lecet yang
disebabkan karena teknik menyusui yang salah, adanya moniniliasis pada mulut
bayi , penggunaan sabun, alcohol ,krim, dan bias juga karena tali lidah bayi yang
pendek, dan putting susu lecet itu dapat dicegah dengan cara menyusui bayi
dengan benar, serta tidak membersihkan putting dengan sabun, alcohol ,krim.
Dari asuhan yang telah diberikan hasilnya menunjukan ibu dapat melaksanankan
asuhan yang telah diberikan. Dan dengan adanya study kasus ini diharapkan
dapat menambah pengetahuan ibu dan ibu dapat menyusui bayinya dengan teknik
yang benar
Kata Kunci : Puting Susu Lecet
Kepustakaan : 18 Referensi (2005-2014)
Jumlah halaman : 137 halaman
iv
5
CURICULUM VITAE
Nama : ENDANG SATUNI
Nim : 201207143
Tempat/tanggallahir : Banjarrejo, 02 April 1993
Alamat : Belitang Sumatra Selatan OKU Timur
Institusi : Akademi kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : Ke VII
Biografi : Anak terakhir
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD N Belitang pada tahun 2006
2. SMP N 1 Belitang Jaya pada tahun 2009
3. SMA Adiguna Bandar Lampung pada tahun 2012
4. Saat ini penulissedang menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan
ADILA Bandar Lampung.
v
6
MOTTO
Kunci kesuksesan itu adalah sabar dan berusaha.
Belajar dari kegagalan Untuk menemukan dan
belajar membangun kesempatan untuk keberberhasil.
By. ^-^ Endang Satuni ^-^
vi
7
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan karya kecilku ini
untuk
 Bapak, Ibu, yang selalu memberikan ku semangat tanpa batas dan selalu
mendoakan ku disetiap sujudnya, orang selalu ada untuk ku di saat suka
maupun duka, dan juga selalu menemaniku tanpa mengenal waktu dan
lelah
 Terimakasih untuk kk ku yang telah menemani dan memberikanku
semngat dan motivasi sehingga aku bisa bangkit dan bisa menyelesaikan
kuliahku sampai selesai
 Pembimbingku Terimakasih atas Pembimbingnya atas kesediaannya untuk
meluangkan waktu membimbing dan berbagi ilmu serta berdiskusi
denganku , banyak hal yang bisa saya ambil dari ini semua
 Terimakasih untuk seluruh staf dan dan Dosen-dosen Akbid Adila yang
telah menuntun dan memberikan kami ilmu sampai kami dapat
menyelesaikan pendidikan hingga selesai.
 Almamaterku tercinta Akademi kebidanan ADILA Bandar Lampung
sebagai tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun. Mengemban ilmu
untuk menggapai cita-cita, Demi pengalaman yang berharga
vii
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-NYA
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiyah dalam bentuk Study
kasus kebidanan yang berjudul ” Asuhan Kebidanan Pada Ny.N Umum 19
Tahun P1A0 6 Hari Postpartum dengan puting susu lecet di Bps Aidawati
Bandar Lampung Tahun 2015 ” Penulis menyadari karena keterbatasan
pengetahuan karya tulis ilmiah ini, dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Akademik Kebidanan Adila Bandar
Lampung.
2. Ninik Masturiyah, SST, M.Kes selaku pembimbing satu dan Elsinta Apriyani
S.ST selaku pembimbing kedua karya tulis ilmiah Akademik Kebidanan Adila
Bandar Lampung
3. Ahmad dahro S.sos.M.I.P selaku penguji satu dan Tria Riwayati Ningsih S.ST
selaku penguji kedua karya tulis ilmiah Akademik Kebidanan Adila Bandar
Lampung
4. Aidawti Amd.Keb selaku pemilik lahan praktik yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian di Bps Aidawati Amd.Keb Bandar Lampung
5. Seluruh Staf dan Dosen Akademik Kebidanan Adila Bandar Lampung.
Penulis menyadari dalam penyusuna karya tulis ilmiah ini masih jauh
darisempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari
semua pihak. Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca.
Bandar Lampung, Juli 2015
Penulis
viii
9
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................... i
HALAMAN JUDUL.......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................ iii
INTISARI........................................................................................... iv
CURRICULUM VITAE.................................................................... vi
MOTTO ............................................................................................. vii
PERSEMBAHAN .............................................................................. viii
KATA PENGANTAR........................................................................ ix
DAFTAR ISI...................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
1.4 Fokus penelitian....................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................... 4
1.6 Metodelogi dan Teknik Memperoleh Data................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan konsep medis .............................................................. 7
2.2 Tinjauan konsep asuhan kebidanan............................................ 18
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian................................................................................. 33
3.2 Matriks...................................................................................... 42
ix
10
BAB IV PEMBAHASA
4.1 Pengkajian................................................................................ 43
4.2 Interprestasi data ...................................................................... 57
4.3 Diagnosa potensial ................................................................... 58
4.4 Tindakan Segera ...................................................................... 58
4.5 Perencanaan ............................................................................. 59
4.6 Pelaksanaan ............................................................................. 61
4.7 Evaluasi .................................................................................. 66
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................. 67
5.2 Saran........................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kunjungan Masa Nifas......................................................... 11
Table 2.2 Involusi Uteri ....................................................................... 12
Table 3.1 Matriks ................................................................................ 89
xi
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Dinas
Lampiran 2 : Surat balasan
Lampiran 3 : Jadwal Penelitian Study Kasusu
Lampiran 4 : SAP dan Liflet Teknik Menyusui
Lampiran 5 : Dokumentasi
Lampiran 6 : Lembar Konsul
xii
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 2.1Struktur payudara .............................................................26
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu setelah itu, periode pascapersalinan meliputi
masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan kelurganya secara fisiologis,
emosional dan sosial. Baik di Negara maju dan Negara berkembang,
perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa
kehamilan dan persalinan, sementara keadaan sebenarnya justru
merupakan kebalikan nya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu
dan bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan, sebenarnya
kedadaan yank sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena
kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca
persalinan (Prawiroharjo, 2014;hal.356).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu terhadap
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama (Ambarwati, 2009;hal.2).
Masalah dalam pemberian ASI yang biasanya terjadi adalah puting susu
lecet, sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita
kelecetan pada puting, yang biasanya terjadi akibat tekhnik menyusui yang
salah (Saleha, 2009;hal102).
1
2
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu,
dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah, retakan pada puting
susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.
Cara mengatasi Puting Susu Lecet salah satunya yaitu : dengan mencari
penyebabnya terlebih dahulu kemudian selama puting susu diistirahatkan,
sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, tidak menggunakan
sabun, krim, alcohol, ataupun zat iritan lain saat membersikan payudara,
(Sunarsih, 2011;hal.39).
Pemberian Air Susu (ASI) pada bayi usia 0-1 tahun mempunyai arti sangat
penting, terutama menyangkut pemenuhan kebutuhan zat gizi dan zat lain
pembentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit. Pemberian ASI secara
eksklusif diusia 0-6 bulan dipandang sangat strategis, karena pada usia
tersebut kondisi bayi masih sangat labil dan rentan terhadap berbagai
penyakit. Cakupan bayi mendapatkan ASI Ekslusif di Provinsi Lampung
tahun 2012 sebesar 29,24% dimana angka ini masih ada di bawah target
yang diharapkan yaitu 60% (Profil kesehatan Provinsi Lampung, 2012).
Pencapaian ASI ekslusif di Kota Bandar Lampung dari tahun ke tahun
menunjukkan hasil yang fluktuatif. Pada tahun 2011 tercatat pencapaian
ASI eksklusif di Kota Bandar Lampung sebesar 65,1% dan di tahun
berikutnya, 2012 terjadi peningkatan pencapaian ASI eksklusif di Kota
Bandar Lampung yaitu sebesar 67,93% namun di tahun 2013 sampai bulan
Agustus pencapaian pemberian ASI eksklusif mengalami penurunan yaitu
hanya sebesar 64,55%. Angka ini bila dibandingkan dengan target
3
Nasional masih dibawah dari target yang di inginkan (80%) (Dinas
Kesehatan. Kota Bandar Lampung, 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas dan juga pengalaman penulis selama
menjalani praktik klinik lapangan banyak sekali ditemukan ibu nifas yang
tidak mengetahui tekhnik menyusui yang baik benar, sehingga banyak
sekali ibu-ibu yang mengalami putting susu lecet. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk menyusun study kasus ini dengan judul Asuhan Kebidanan
Pada Ny.N Umur 19 Tahun P1A0 Dengan puting susu lecet di BPS Aida
Wati Bandar Lampung Tahun 2015.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah study kasus ini
sebagai berikut “Bagaimanaka Asuhan Kebidanan pada Ny N umur 19
tahun P1A0 6 hari postpartum dengan Puting susu lecet di Bps. Aida Wati
Bandar Lampung Tahun 2015 ?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Penulis mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada Ny N umur
19 tahun P1A0 6 hari postpartum dengan Puting susu lecet di Bps.
Aida Wati Bandar Lampung tahun 2015 dengan menggunakan
pendekatan manajemen varney.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Diharapkan penulis mampu melakukan pengkajian data
dasar pada Ny N umur 19 tahun P1A0 6 hari postpartum
4
dengan Puting susu lecet di Bps Aidawati Bandar
Lampung tahun 2015 dengan menggunakan metode tujuh
langkah varney
1.3.2.2 Diharapkan penulis mampu melakukan interpretasi data
dasar pada Asuhan Kebidanan pada Ny N umur 19 tahun
P1A0 6 hari postpartum dengan Puting susu lecet di Bps
Aidawati Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.3 Diharapkan penulis mampu menentukan diagnosa atau
masalah potensial pada Ny.N umur 19 tahun P1A0 6 hari
postpartum dengan Puting susu lecet di Bps Aida Wati
Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.4 Diharapkan penulis mampu mengantisipasi masalah
potensial Asuhan Kebidanan pada Ny N umur 19 tahun
P1A0 6 hari postpartum dengan Putting susu lecet di Bps
Aidawati Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.5 Diharapkan penulis mampu menentukan rencana tindakan
terhadap Ny N umur 19 tahun P1AO 6 hari postpartum
dengan Puting susu lecet di Bps. Aidawati Bandar
Lampung tahun 2015.
1.3.2.6 Diharapkan penulis mampu melaksanakan Asuhan
Kebidanan pada Ny N umur 19 tahun P1A0 6 hari
postpartum dengan Puting susu lecet di Bps Aidawati
Bandar Lampung tahun 2015.
5
1.3.2.7 Diharapkan mampu mengevaluasi Asuhan Kebidanan
yang telah dilakukan pada Ny N umur 19 tahun P1A0 umu
6 hari postpartum dengan Puting susu lecet di Bps
Aidawati Bandar Lampung tahun 2015.
1.4 Ruang lingkup
1.4.1 Sasaran
Sasaran obyek penulisan dalam study kasus ini adalah pada Ny
N umur 19 tahun P1A0 6 hari postpartum dengan puting susu
lecet.
1.4.2 Tempat
Dilaksanakan Di Jln. Wr Supratman Gg Sanuba Depan
Kelurahan Talang Teluk Betung Utara Bandar Lampung
1.4.3 Waktu
Pada tanggal 9 april sampai tanggal 15 april tahun 2015.
1.5 Manfaat penulisan
1.5.1 Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah informasi atau menjadi salah satu bahan referensi
dalam pengajaran di Akbid ADILA Bandar Lampung, terutama
yang berhubungan dengan masalah pada ibu nifas dengan puting
susu lecet.
6
1.5.2 Bagi lahan praktek
Dapat dijadikan sebagai masukan dan gambaran informasi untuk
meningkatkan manajemen asuhan kebidanan yang diterapkan
terhadap klien dalam memberikan asuhan tentang puting susu lecet.
1.5.3 Bagi masyarakat /ibu nifas
Diharapkan dengan dilakukan asuhan secara komprehensif pada
ibu nifas yang mengalami putting susu lecet ini, ibu bisa menyusui
bayinya dengan tekhnik menyusui yang baik dan benar.
1.5.4 Bagi penulis
Dapat melakukan asuhan pada ibu nifas sesuai dengan Standar
Asuhan Kebidanan dan dapat menambah wawasan mahasiswa
dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas terutama
yang mengalami puting susu lecet.
1.6 Metode dan tekhnik memperoleh data
Metode yang digunakan dalam penulisan study kasus ini adalah:
menggunakan metode penulisan deskriptif. Metode penulisan deskriptif
adalah suatu metode penulisan yang dilakukan untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat.
Metode penulisan deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau
memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan
sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tersebut
(Notoatmodjo, 2012;hal.35-36).
7
1.7 Teknik memperoleh data
Untuk memperoleh data tehnik yang digunakan sebagaiberikut:
1.7.1 Data primer
1.7.1.1 Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang
sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
berhadapan langsung muka dengan muka dengan orang
tersebut (face to face) ( Notoamodjo,2005;hal102).
a. Auto anamnesa
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada Paien
langsung. jadi, data yang diperoleh adalah data
primer karena langsung dari sumbernya.
b. Allo anamnesa
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada keluarga
pasien untuk memperoleh data tentang pasien, Ini
dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak
memungkinkan lagi untuk memberikan data yang
akurat (Sulistyawati,2009;hal.120).
8
1.7.1.2 Pengkajian fisik
Pengkajian fisik dapat dipandang sebagai bagian tahap
pengkajian pada proses keperawatan atau tahap
pengkajian atau pemeriksaan klinis dari sistem
pelayanan, pengkajian fisik keperawatan pada
prinsipnya menggunakan cara-cara yang sama dengan
pengkajian fisik kedokteran, yaitu inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi (Priharjo, 2006;hal.2-3).
1.7.1 Data sekunder
1.7.2.1 Study Pustaka
Merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang
latar belakang teoritis dalam suatu penelitian. Telah kita
ketahui bersama bahwa didalam perpustakaan tersimpan
berbagai bahan bacaan dan informasi dari berbagai
disiplin ilmu. Dari buku-buku, laporan penelitian,
majalah ilmiah, jurnal, dan sebagainya (Notoatmodjo,
2005;hal.63 ).
1.7.2.2 Study documenter
Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan, yang ada dibawah
instansi resmi misalnya laporan, statistic, catatan-catatan
didalam kartu klinik (Notoatmdjo,2005.hal.62).
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis
2.1.1Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa (kira-kira 6 minggu ) setelah kelahiran bayi,
selama tubuh ibu beradaptasi kekeadaan sebelum hamil disebut juga
puerpurium (Bahiyatun,2009;hal.122).
Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42hari) setelah itu (Prawirohardjo
,2014;hal.356).
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium di mulai sejak 2 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah
itu.
2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari asuhan masa nifas diantaranya yaitu :
2.1.2.1 Mendeteksi Adanya perdarahan masa nifas.
2.1.2.2 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya.
2.1.2.3 Melaksanakan skrining secara komprehensif.
2.1.2.4 Memberikan pendidikan kesehatan diri.
2.1.2.5 Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan
payudara
2.1.2.6 Memberikan konseling mengenai KB.
10
2.1.3 Tahapan Masa Nifas
Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut:
2.1.3.1 Puerpurium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal
lainnya.
2.1.3.2 Puerpurium intermediate
Yaitu suatu kepulihan secara menyeluruh alat – alat genetalia
yang lamanya 6 – 8 minggu.
2.1.3.3 Purerpurium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan
mempunyai komplikasi (Sunarsih,2011;hal.1-4).
2.1.4 Program dan kebijakan teknis masa nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali. Kunjungan
ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk
Mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi
11
Tabel 2.1 Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah
persalinan
1. Mencegah terjadinya perdarahan masa nifas
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan
dan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian asi pada masa awal menjadi ibu.
5. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir
6. Mengajarkan bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi, jika bidan menolong maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi
dalam keadaan stabil
3 Enam hari
setelah persalinan
1. Memastikan involusi uteri berjalan normal , uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus tidak ada
perdarahan abnormal dan tidak ada bau
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
kelainan pasca persalinan
3. Memastikan ibu mendapat cukupa makanan, cairan
dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik
5. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan
pada bayi
4 Dua minggu
setelah persalinan
Sama seperti di atas (enam hari setelah persalinan)
5 Enam minggu
Setelah persalinan
1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang di
alaminya atau bayinya
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini
Sumber (Saleha, 2009; hal.6-7)
2.1.5 Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun ekterna berangsur-angsur
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat
genitalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan
penting lainnya. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain senagat
berikut :
12
2.1.5.1 Perubahan Sistem Reproduksi
1. Uterus
Segera setelah plasenta lahir pada uterus yang berkontraksi
posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara
umbilicus dan simpisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari
kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut,
sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam
rongga pelvis dan tidak dapat di raba lagi dari luar. Involusi
uterus melibatkan pengguguran desidua serta pengelupasan
situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan
pengurangan dalam ukuran dan berat serta oleh warna dan
banyaknya lokia, banyaknya lokia kecepatan involusi tidak
akan terpengaruh oleh pemberian sejumlah preparat
metergin dan lainnya dalam proses persalinan. Involusi
tersebut dapat dipercepat prosesnya bila ibu menyusui
bayinya.
Table 2.2 Involusi Uteri
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 300 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Normal saat sebelum hamil 30 gram
(Saleha, 2009;hal.53-55)
13
a. Pengerutan rahim
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari
desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic
(layu/mati).
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara
lain :
1) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi didalam otot uteri. Enzim proteolitik akan
mendekatkan jaringan otot yang telah sempat mengendur
hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali
lebarnya dari sebelum hamil.
2) Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam
jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi
terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai
plepasan plasenta.
3) Efek oksitosin (kontraksi)
intrauterine yang sangat besar. Horman oksitosin yang
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segara setelah bayi lahir. Hal tersebut diduga terjadi sebagai
respon terhadap penurunan volume dilepas dari kelenjar
hypopisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
14
mengompresi pembuluh darah, dan membantu proses
homeostatis (Sulistyawati, 2009;hal.73-75).
b. Lokia
Lokia adalah akskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lokia mengandung darah dan sisa jaringan desi dua yang
nekrotik dari dalam uterus. Lokia mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang
lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina
normal. Lokia di bedakan menjadi 4 jenis berdasarkan
warna dan waktu keluarnya :
1) Lokia rubra/merah
Lokia ini keluar pada hari pertama sampai hari ke 3
masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah
karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan
mekonium.
2) Lokia sanguilenta
Lokia ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir
serta berlangsung dari hari ke 3 sampai hari ke 7
postpartum.
3) Lokia serosa
Lokia ini berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi
plasenta. Keluar pada hari ke 7 sampai hari ke 14.
15
4) Lokia alba/putih
Lokia ini mengandung leukosit, sel desidua,sel epitel
selaput landir servik, dan serabut jaringan yang mati.
Lokia alba ini dapat berlangsung setelah hari 14 atau
selama 2-6 minggu postpartum (Sunarsih,2011;hal.58-
59).
2.1.5.2 Perubahan Pada Serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak
mengangga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini
disebabkan oleh corvus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan servik tidak berkontreaksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara corvus dan servik berbentuk semacam cincin.
Servik berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan
pembuluh darah konsistensinya lunak. Muara servik yang
berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup
secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat
masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat
dimasukin 2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum, servik sudah
menutup kembali.
a. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi.dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ
ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan
16
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara barangsur-angsur akan muncul kembali,
sementara labia menjadi lebih menonjol.
b. Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh takanan bayi yang bergerak maju,
pada postnatal hari ke 5 perenium sudah mendapatkan
kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur dari
pada keadaan sebelum hamil (Sulistiyawati,2009.hal.77-78).
2.1.5.3 Perubahan Sistem pencernaan
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanan dua
jam setelah persalinan, pada ibu nifas lama dan terlantar mudah
terjadi nileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak
adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dada
dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak
peristaltik usus, serta bisa juga terjadi karena pengaruh psikis takut
BAB karena ada luka perineum.
2.1.5.4 Sistem perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama
kehamilaan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah
melahirkan. Disamping itu, kandung kemih pada puerpurium
mempunyai kapasitas yang meningkat secara relatif. Oleh karena itu
distensi yang berlebihan, urine residual yang berlebihan.Ureter dan
pelvis renalis yang mengalami distensi akan kembali normal pada
17
dua minggu sampai delapan minggu setelah persalinan
(Saleha,2011.hal.58-59).
2.1.5.5 Perubahan Sistem Muskuluskeletal
Perubahan sistem muskuluskeletal terjadi pada saat umur khamilan
semakin bertambah. Adaptasi muskuluskeletal ini mencakup
peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran
rahim relaksasi dan mobilitas. Namun demikian pada saat post
partum sistem muskuluskletal akan berangsur-angsur pulih kembali.
Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan untuk membantu
mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri.
Adaptasi sistem muskuluskeletal pada masa nifas, meliputi :
a. Dinding perut dan peritonium
b. Kulit abdomen
c. Perubahan ligament
d. Simpisis pubis
(Damayanti, 2011;hal.62 ).
2.1.5.6 Perubahan Sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan pada sistem endokrin
terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses
tersebut.
a. Oksitosin
Oksitosin disekresikandan kelenjar otak bagian belakang
selama persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta dan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan
18
bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, hal
tersebut membantu uterus kembali kebentuk semula.
b. Prolaktin
Menurunnya kadar esterogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitary, bagian belakang untuk mengluarkan
prolaktin horrmon ini berperan dalam pembesaran payudara
dan produksi ASI.
c. Esterogen Dan Progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanisme nya secara penuh belum dimengerti Diperkirakan
bahwa tingkan esterogen yang tinggi memperbesar hormon
anti diuretik yang meningkatkan volume darah. Dan
progesteron mempengaruhi otot-otot halus yang
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dasar panggul,
peruneum dan vulva (Saleha,2011.hal.59-60).
2.1.5.7 Perubahan Tanda –Tanda Vital
a. Suhu badan
Satu hari (24 jam) postpartum shu badan akan naik sedikit (37,50
c-
380
c) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan
cairan dan kelelahan, pabila keadaan normal suhu badan menjadi
biasa, biasanya hari ke tiga suhu badan naik lagi karena ada
pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak berwarna merah
karena banyaknya ASI, jika suhu badan tidak turun kemungkinan
19
ada infeksi endometrium, mastitis, traktus genetalis atau system
lainnya (Sunarsih, 2011;hal.60).
b. Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit –
penyakit lain yang menyertai dalam ½ bulan tanpa pengobatan
(Salehah, 2009; hal. 61).
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah
setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi
pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia
postpartum (Sunarsih, 2011; hal.60).
c. Nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas 100x/menit
pada masa nifas adalah mengidentifikasikan adanya suatu infeksi,
hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit
atau karena kehilangan darah yang berlebihan. Pernafasan harus
berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-3x/menit
(Ambarwati, 2009;hal.138-39).
2.1.5.8. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
a. Volume darah
Perubahan volume drah bergantung pada beberapa faktor,
misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi,
serta pengeluaran cairan ekstra vaskuler kehilangan darah
merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat
20
tetapi terbatas tetapi terjadi perpindahan cairan tubuh yang
menyebabkan cairan darah menurun dengan lambat. Pada
minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume darah sebelum
hamil. Pada persalinan pervaginam, ibu kehilangan darah
sekitar 300-400 cc. bila persalinan secra sc maka kehilangan
darah bisa 2 kali lipat .
b. Curah jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dari curah jantung
meningkat sepanjang masa hamil, segera setelah wanita
melahirkan. Keadaan ini meningkat bahkan lebih tinggi selama
30-60 menit karena darah yang biasanya melintas sirkulasi
uteroplasenta tiba-tiba kembali kesirkulasi umum. Nilai ini
meningkat pada semua jenis kelahiran (Sunarsih,2011;hal. 60-
61)
2.1.5.9 Eliminasi
a. BAK
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum.
Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali
berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi.
Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu
menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
21
b. BAB
Ibu postpartum diharapkan buang air besar (defekasi) setelah
hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka
perlu diberi obat pencahar peroral atau per rectal. Jika setelah
pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka
dilakukan klisma ( huknah ) ( Saleha,2009;hal.73).
2.1.5.10 Kebersihan Diri
Mandi ditempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri
dikamar mandi, yang terutama dibersihkan adalah puting susu dan
mamae dilanjutkan perawatan perineum apabila telah buang air besar
atau buang air kecil perineum dibersihkan secara rutin. Caranya
dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari. Biasanya
ibu merasa takut pada kemungkinan jahitannya akan lepas, juga merasa
sakit sehingga perineum tidak dibersihkan atau dicuci. Cairan sabun
atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah buang air kecil atau buang air
besar cara membersihkannya dari depan kearah belakang
(Sunarsih,2011;hal.74-75).
2.1.5.11 Nutrisi dan Cairan
Gizi ibu menyusui dibutuhkan untuk produksi ASI dan pemulihan
kesehatan ibu, kebutuhan gizi yang perlu dipertahankan yaitu :
1. Makanan dianjurkan seimbang antara jumlah dan mutunya
2. Banyak minum, setiap hari harus minum lebih dari 6 gelas
3. Makan makanan yang tidak merangsang, baik secara termis,
mekanis, atau kimia untuk menjaga pencernaan
22
4. Batasi makanan yang berbau keras
5. Gunakan makanan yang dapat merangsang produksi ASI,
misalnya sayuran hijau (Bahiyatun; 2009.hal.68).
2.1.5.12 Pola Istirahat
Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas
untuk memulihkan kembali kondisi fisiknya. Kurang istirahat pada
ibu postpartum dapat mengakibatkan beberapa kerugian :
Mengurangi jumlah produksi ASI, memperlambat proses involusi
uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi, dan
ketidaknyamanan dalam merawat anaknya. Kebutuhan istirahat
bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi
melalui istirahat siang dan malam (Sulistyawati,2009;hal.103).
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang di
butuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada
siang hari (Damayanti, 2009;hal.84).
2.1.5.13 Pola Seksual
Secara fisik, aman untuk melaksukan hubungan seksual begitu
darah merah berhenti dan ibudapat memasukkan satu atau dua
jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama
yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa
waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran.
Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan
(Sulistyawati,2009;hal.103).
23
2.1.6 Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas
Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres
pascapersalinan, terutama pada ibu primipara. Periodeini
diekspresikan oleh revarubin yang terjadi pada tiga tahapan yaitu
sebagai berikut :
2.1.6.1 Taking in
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu masih pasif
dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian
terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman-
pengalaman melahirkan dan persalinan yang dalaminya serta
kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat
2.1.6.2 Taking Hold
Periode ini berlangsung pada hari 3-4 post partum, ibu lebih
berkonsentrasi terhadap kemampuanya dalam menerima
tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada
masa ini ibu merasa sangat sensitif, sehingga membutuhkan
bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan
yang dialami ibu.
2.1.6.3 Letting Go
Dialami setelah tiba ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara
penuh menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu dan
menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada
dirinya (Saleha, 2011; hal. 63-64).
24
2.1.7 Respon orang tua terhadap bayi baru lahir
Bounding Attacment
Yang dimaksud dengan Bounding Attacment adalah sentuhan awal
atau kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit –menit pertama
sampai beberapa menit setelah kelahiran bayi. Pada proses ini,
terjadi penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus
dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan
dalam perawatannya (Sulistyawati,2009;hal.59).
2.1.8 Proses laktasi dan menyusui
2.1.8.1 Anatomi Payudara
Payudara yang matang adalah salah satu tanda pertumbuhan
sekunder dari seorang perempuan dan salah satu organ yang
indah dan menarik. Lebih dari itu, untuk mempertahankan
Kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi
sumber utama kehidupan, karena Air Susu Ibu (ASI) adalah
makanan bayi yang paling penting, terutama pada bulan-bulan
pertama kehidupan bayi. Payudara menjadi besar saat hamil
dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopouse.
pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma
jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak. Payudara
adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada.
Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi
bayi. Manusia yang mempunyai sepasang kelenjar payudara,
25
yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram,
dan saat menyusui 800 gram.
a. Letak :setiap payudara terletak pada sternum yang meluas
setinggi kosta kedua dan keenam. Payudara ini terletak
pada fascia superficialis dinding rongga dada yang
disanggah oleh ligamentum sosprnosrium
b. Bentuk:bentuk masing-masing payudara berbentuk tonjolan
setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari
jaringan yang meluas keketiak atau aksila
c. Ukuran : ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga
tergantung pada stadium perkembangan dan umur
Tidak jarang salah satu payudara agak lebih besar
ukurannya agak lebih besar dari pada yang lainya
2.1.8.2 Struktur Makroskopis
Struktur makroskopis payudara adalah sebagai berikut :
a. Cauda Aksilaris
Adalah jaringan payudara yang meluas kearah aksila
b. Areola
Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan
mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing payudara
memiliki garis tengah kira-kira 2.5 cm. letaknya mengelilingi
puting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh
penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya.
c. Papila Mamae
26
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi
bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan bervariasi.
Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan
muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh
darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang
tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus
laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi ,
sedangkan otot-otot yang longitudinal akan menarik kembali
puting susu tersebut. Bentuk puting ada 4 macam yaitu bentuk
yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam.
2.1.8.3 Struktur Mikroskopis
Gambar. 2.1Struktur payudara
Struktur mikroskopis payudara adalah sebagai berikut
a. Alveoli
Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu
payudara terdiri dari 15-25 lobus masing-masing lobus terdiri
27
dari 20-40 lobulus dan masing-masing lobulus terdiri dari
10-100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan
saluran susu sehingga menyerupai suatu pohon.
b. Tubulus laktiferus
saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
c. Ductus lactiferus
saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus
lactiferus
d. Ampulla
bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan
tempat penyimpanan air susu letaknya di bawah areola meluas
sampai muara papila mamae (Sunarsih,2011.hal:7-9).
2.1.9 Fisiologi Laktasi
Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi.
Bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat
ASI mengalir dalam alveoli, melalui saluran susu (ductus lactiferus)
melalui reservoir susu yang berlokasi dibelakang areola, lalu kedalam
mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga
kehamilan, dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang
menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara. ASI Eksklusif
adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa tambahan
apapun sejak dari lahir dengan kata lain pemberian susu formula, air
28
matang, air gula dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan (
Saleha,2009;hal.10).
2.1.9.1 Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas
dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen
dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu
saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus
luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang.
Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalangan
payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi
sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan
menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin
dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu
sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memicu sekresi
prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar
prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu
menyusui akan menjadi normal bulan setelah melahirkan
sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan
ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun
pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang
tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada
29
minggu ke 2 ± 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin
akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh
psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu
(Sunarsih, 2011;hal.11-13).
2.1.9.2 Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang
berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat
pada glandula pituitary posterior, sehingga keluar hormon
oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar
alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam
pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi
oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada
duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris
oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis. Air susu ibu (ASI)
merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena
mengandung kebutuhan energy dan zat yang dibutuhkan
selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Namun, adakalanya
seorang ibu mengalami masalah dalam pemberian ASI.
Kendala yang utama adalah karena produksi ASI tidak lancar
2.1.10 Manfaat pemberian ASI
2.1.10.1 Bagi bayi
a. Komposisi sesuai kebutuhan
30
b. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6
bulan
c. ASI mengandung zat pelindung
d. Perkembangan psikomotorik lebih cepat
e. Menunjang perkembangan kognitif
f. Menunjang perkembangan penglihatan
g. Memperkuat ikatan batin ibu dan anak
h. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat dasar
untuk perkembangan kepribadian dan percaya diri
2.1.10.2 Bagi ibu
a. Mencegah perdarahan persalinan dan mempercepat
kembalinya rahim kebentuk semula
b. Mencegah anemia defisiensi besi
c. Mempercepat ibu kembali keberat badan sebelum hamil
d. Menunda kesuburan
e. Menimbulkan perasaan dibutuhkan
f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium
(Saleha,2009;hal.11-32).
2.1.11 Komposisi ASI
Komposisi gizi dalam ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI khusus dibuat untuk
bayi manusia. Kandungan gizi dai ASI sangat khusus dan sempurna,
serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.
31
2.1.11.1 Protein
Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio protein
whey : kasein = 60 : 40, dibanding dengan susu sapi yang
rasionya 20 : 80. ASI mengandung alfa – laktabumin, sedangkan
air susu sapi mengandung beta – laktoglobulin dan bovine serum
albumin. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang
tinggi. Kadar metiolin dalam ASI lebih rendah dari pada susu
sapi, sedangakan sisten lebih tinggi. Kadar tirosin dan fenalanin
pada asi rendah. Kadar poliamin dan nukleotid yang untuk
sintesis protein pada asi lebih tinggi dibandingkan air susu sapi.
2.1.11.2 Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air susu sapi (6,5 –
7 gram). Karbohidrat yang pertama adalah laktosa
2.1.11.3 Lemak
Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam
ASI 7-8 kali lebih besar dari air susu sapi. Asam lemak rantai
panjang berperan dalam perkembangan otak. Kolesterol yang
diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan
diperkirakan juga berfungsi dalam perkembangan pembentukan
enzim.
2.1.11.4 Mineral
ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi
adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet
ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama kalsium,
32
kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki
kalsium, fosfor, sodium potasium, dalam tingkat yang lebih
rendah dibendingkan dengan susu sapi. Bayi yang diberikan ASI
tidak akan menerima pemasukan suatu muatan garam yang
berlebihan sehingga tidak memrlukan air tambahan dibawah
kondisi – kondisi umum.
2.1.11.5 Air
Kira–kira 88% ASI terdiri atas air yang berguna melarutkan zat
– zat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat meredakan
rangsangan haus dari bayi.
2.1.11.6 Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D, C
cukup. Sementara itu golongan vitamin B kecuali ribofin dan
asam penthothenik lebih kurang.
a. Vitamin A
air susu manusia yang sudah masak (dewasa mengandung 280
IU) vitamin A dan kolostrum mengandung sejumlah dua kali
itu. Susu sapi hanya mengandung 18 IU
b. Vitamin D
vitamin D larut dalam air dan lemak, terdalam air susu
manusia
33
c. Vitamin E
kolostrum manusia kaya vitamin E, fungsinya adalah untuk
mencegah hemolitik anemia, akan tetapi juga membantu
melindungi paru – paru dan retina dari akibat oxide
d. Vitamin K
diperlukan untuk sintesis faktor – faktor pembekuan darah,
bayi yang mendapatkan ASI mendapatkan vitamin Klebih
banyak .
e. Vitamin B komplek
semua vitamin B ada pada tingkat yang di yakinkan
memberikan kebutuhan harian yang diperlukan
f. Vitamin C
vitamin C sangat penting dalam sintesis kolagen, ASI
mengandung 43 mg/100 ml vitamin C dibanding dengan susu
sapi (Sunarsih, 2011;hal.19-20).
2.1.12 Stadium ASI
ASI dibandingkan dalam 3 stadium yaitu sebagai berikut :
2.1.12.1 Kolostrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah
kolostrum yang mengandung campuran kaya akan protein,
mineral, antibodi daripada ASI yang telah matang. ASI
dimulai ada kira – kira pada hari ke 3 atau hari ke 4.
Kolostrum berunah menjadi ASI yang matang kira – kira 15
34
hari sesudah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan dengan
viskosis kental, lengket, dan berwarna kekuningan.
2.1.12.2 ASI transisi
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum
sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai
hari ke 10. Selama 2 minggu, volume air susu bertambah
banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar
imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan
laktosa meningkat
2.1.12.3 ASI matur
ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. ASI
matur tanpa warna putih. Kandungan ASI matur relatif
konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang
mengalir pertama kali atau lima menit pertama disebut
foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan
lemak rendah, tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air
(Sunarsih, 2011:hal, 20-21).
2.1.13 Proses laktasi
Proses ini timbul setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta
mengandung hormon penghambat prolaktin (hormone plasenta) yang
menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas.
Hormon hormon yang terlibat dalam pembentukan ASI adalah
sebagai berikut :
35
2.1.13.1 Progesterone
Mempengaruhi tumbuh dan ukuran alveoli. Kadar
progesterone dan estrogen menurun sesaat setelah
melahirkan. Hal ini menstimulus produksi ASI secara besar-
besaran.
2.1.13.2 Estrogen
Menstimulus system saluan ASI untuk membesar. Kadar
estrogen dalam tubuh menurun saat melahirkan dan tetap
rendah untuk beberapa ulan selama tetap menyusui.
2.1.13.3 Prolaktin
Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa
kehamilan.
2.1.13.4 Oksitosin
Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam
organisme. Setelah melahirkan, oksitosin juga
mengencangkan otot halus disekitar alveoli untuk memeras
ASI menuju saluaran susu. Oksitosin berperan dalam proses
turunnya susu (let-down/milk ejection reflex).
2.1.13.5 Human Placental Lactogen (HPL)
Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan
banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara,
36
putting dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima
dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI.
Namun, ASI juga bisa diproduksi tanpa kehamilan (induced
lactation) (Saleha, 2009;hal.13).
2.1.14 Tanda-tanda Bahaya dan Komplikasi Pada Masa Nifas
2.1.14.1 Tanda-tanda bahaya pada masa nifas
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan. Oleh karena itu, penting bagi
bidan/perawat untuk memberikan informasi dan bimbingan
pada ibu untuk dapat mengenali tanda-tanda bahaya pada
masa nifas yang harus diperhatikan.
Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas
ini adalah:
a. Demam tinggi hingga melebihi 38o
C
b. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila
memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah
jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau
busuk.
c. Nyeri perut hebat/rasa sakit di bagian bawah abdomen atau
punggung, serta nyeri ulu hati
d. Sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan
kabur/masalah penglihata
37
e. Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan
f. Rasa sakit, merah, atau bengkak di bagian betis atau kaki
g. Puting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit
untuk menyusui
h. Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan merasa sangat
letih atau nafas terengah-engah
i. kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
j. tidak bisa buang air besar selam tiga hari atau rasa sakit
waktu buang air kecil
k. merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya
atau diri sendiri (Maryunani,2009:h.139-140).
2.1.15 Komplikasi yang Mungkin Terjadi Pada Masa Nifas
2.1.15.1 Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah
bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca
persalinan.Penilaian resiko pada saat antenatal tidak
dapat memperkirakan terjadinya perdarahan
pascapersalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya
dilakukan pada semua wanita yang bersalin. Hal ini
dapat menurunkan insiden perdarahan pascapersalinan
akibat atonia uteri. Semua ibu pasca persalin harus
dipantau dengan ketat untuk kemungkinan perdarah
fase persalinan.
38
2.1.15.2 Infeksi Masa Nifas
Beberapa bekteri dapat menybabkan infeksi pasca
persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan
merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas
kesaluran urinari payudara dan pembedahan
merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi.
2.1.15.3 Sakit Kepala, Nyeri Epigastrum, dan Penglihatan Kabur
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit
kepala hebat atau penglihatan kabur. Penanganan
terhadap gangguan ini meliputi:
a. Jika ibu sadar, periksa nadi, tekanan darah, dan
perdarahan.
b. Jika ibu tidak bernafas, periksa dan lakukan ventilasi
dengan masker dan balon.
c. Jika pasien tidak sadar/koma, bebaskan jalan nafas,
beringkan miring ukur suhu periksa apakah tengkuk.
2.1.15.4 Pembengkakan wajah atau ektermitas
Bila terjadi gejala ini, periksa adanya varises, periksa
kemerahan pada betis, dan periksa apakah tulang kering,
pergelangan kaki, atau kaki mengalami edema
(perhatikan adanya edema putting, jika ada)
39
2.1.15.5 Nyeri berkemih
Pada masa nifas dini, sensitifitas kandung kemih
terhadap tegangan air kemih didalam vesika sering
menurun akibat trauma persalinan atau analgesia
epidural atau spinal.
2.1.15.6 Payudara bengkak
Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat
dapat menyebabkan payudara menjadi merah, panas
terasa sakit, dan akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet
akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya
payudara bengkak.
2.1.15.7. Kehilangan nafsu makan
Sesudah bayi lahir, ibu akan merasa lelah dan mungkin
juga lemas dan karena kehabisan tenaga. Hendaknya ibu
lekas diberi minuman hangat, susu, atau teh yang
bergula. Apabila ibu menghandaki makanan, berikan
makanan yang sifatnya ringan.
2.1.15.8. Thrombus Vena
Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus pada vena-
vena yang terdapat di pelvis yang mengalami dilatasi.
2.1.15.9 Perasaan sedih ibu nifas
Faktor penyebab keadaan ini meliputi:
a. Kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang
dialami oleh kebanyakan wanita.
40
b. Rasa nyeri pada awal masa nifas.
c. Kelahiran akibat kurang tidur selama persalinan.
d. Kecemasan tentang kemampuannya untuk merawat
bayi setelah meninggalkan rumah sakit.
e. Ketakutan untuk tidak menarik lagi
(Bahiyatun,2013;hal.115-119).
2.1.16 Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas
a. Nutrisi Dan Cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian
yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat
mempercepat penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi
susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu,
bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak
mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi
sebagai berikut.
1. Mengonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein,
mineral, dan vitamin yang cukup.
3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
4. Pil zat besi harus dmiinum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.
41
5. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
(Saleha, 2009;h.71-72).
b. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum
bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat
mungkin untuk berjalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu post partum
telentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah
melahirkan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun
dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum (Saleha,
2009;h.72).
c. Eliminasi
Buang air kecil (BAK) setelah melahirkan terutama bagi ibu
yang pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila BAK
keadaan ini diakibatkan oleh iritasi pada uretra sebagai
akibat persalinan sehingga penderita takut BAK. Pada saat 3
hari postpartum ibu BAK 2-3 kali sehari, dan pada saat 6
42
hari postpartum ibu sudah BAK 4-5 kali sehari berwarna
kuning berbau khas.
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam
ibu diusahakan mampu buang air kecil sendiri, bila tidak
maka dilakukan tindakkan berikut ini.
1. Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien
2. Mengompres air hangat di atas simpisis
3. Saat site bath ( berendam air hangat) klien disuruh BAK.
Kateterisari pada tidak dilakukan sebelum lewat enam jam
post partum BAB (buang air besar) defekasi (buang air
besar) harus dalam 3 hari post partum. Bila ada konstipasi
dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras)
tertimbun di rectum mungkin akan terjadi fibris,
pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan
sehingga dapat mempengaruhi terjadinya konstipasi. Bila
penderita selama 2 hari sesudah persalianan akan di tolong
dengan pemberian spuit, gliserin/ obat-obatan dan biasanya
2-3 hari post partum masih susah BAB, maka sebaiknya
diberikan laksan dan paraffin (1-2 hari post partum) atau
pada hari ke-3 diberi laksan supositoria dan minum air
hangat Pada saat 3 hari post partum ibu sudah BAB 1 kali
sehari, dan pada saat 6 hari post partum ibu BAB 1 kali
sehari dengan konsistensi lunak.
(Sunarsih, 2011;h.73).
43
d. Personal hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting
untuk mencegah tejadinya infeksi. Kebersihan tubuh,
pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk
tetap dijaga (Saleha, 2009;h.73).
1) Menganjurkan ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air.
2) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari.
3) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya
4) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi
sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
daerah luka.(Saleha 2009;h.73-74)
Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri
ibu post partum, antara lain :
1. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi
dan alergi kulit pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena
keringat atau debu dan menyebabkan kulit bayi
mengalami alergi melalui sentuhan kulit ibu dan bayi.
2. Membersihan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan
44
daerah vulva terlabih dahulu, dari depan kebelakang,
baru kemudian membersihkan daerah anus.
3. Mengganti pembalut setiap kali darah masih penuhatau
minimal 2 kali dalam sehari. Kadang hal ini terlwat
untuk disampaikan kepada pasien.masih adanya luka
terbuka didalam rahim dan vagina sebagai satu-satunya
port de enter kuman penyebab infeksi rahim maka ibu
harus senantiasa menjaga suasana keasaman dan
kebersihan vagina dengan baik.
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia
selesai membersihkan daerah kemaluannya.
5. Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk
menyentuh daerah luka. Ini yang kadang kurang
diperhatikan oleh pasien dan tenaga kesehatan. Karena
rasa ingin tahunya, tidak jarang pasien berusaha untuk
menyentuh luka bekas jahitan di perineum tanpa
memerhatikan efek yang dapat ditimbulkan dari
tindakanya ini. Apalagi pasien kurang memerhatikan
kebersihan tangannya sehingga tidak jarang terjadi
infeksi sekunder.
e. Istirahat dan tidur
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat ysng
berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.
45
Dan selain itu pasien harus selalu di ingatkan untuk selalu
tidur siang atau beristirahat selagi bayinya tidur.
Kebutuhan istirahat untuk ibu post partum minimal 8 jam
sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam 8 jam
dan siang 1 jam (Sulistyawati 2009;h103).
f. Aktifitas seksual
Aktifitas seksual yang dapat dilakukan ibu oleh ibu masa
nifas harus memenuhi syarat yaitu, secara fisik aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua
jari kedalam vagina tanpa adanya rasa nyeri, maka ibu aman
untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja
ibu siap. Dan banyak budaya yang mempunyai tradisi
menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu,
misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah melahirkan,
keputusan ini tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
g. Latihan senam nifas
Setelah melahirkan terjadi involusi pada hampir seluruh
organ tubuh wanita. Involusi ini jelas sangat terlihat pada
46
alat-alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan dinding
perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae
gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat
terganggu. Oleh karena itu, mereka akan selalu berusaha
untuk memulihkan dan mengencangkan keadaan dinding
perut yang sudah tidak indah lagi. Cara untuk
mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing
seperti semula adalah dengan melakukan latihan dn senam
nifas (Saleha, 2009 h;75)
2.1.17 Masalah Dalam Hal Menyusui
Masalah yang terjadi adalah masalah-masalah yang biasanya terjadi
dalam pemberian ASI.
2.1.17.1 Puting susu datar atau terbenam
Untuk mengetahui apakah puting susu datar/terbenam yaitu
dengan cara menjepit areola antara ibu jari telunjuk
dibelakang puting susu. Bila puting susu menonjol berarti
puting tersebut normal, namun bila putting tidak menonjol
berarti puting susu datar/terbenam.
Cara mengatasinya :
Dengan menggunakan pompa puting. Puting susu yang datar
dan terbenam dapat dibantu agar menonjol dan dapat dihisap
oleh mulut bayi. Upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 3
47
dan biasanya hanya perlu dibantu hingga bayi berusia 5-7
hari. Puting juga bisa ditarik keluar secara teratur hingga
puting akan sedikit menonjol dan dapat diisapkan kemulut
bayi, puting akan lebih menonjol lagi (Maryunani, 2009; hal
.91).
2.1.17.2 Payudara bengkak
Pada payudara bengkak tampak payudara udem, sakit, puting
kencang, kulit mengkilap walau tidak merah, dan bila
diperiksa/dihisap ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah 24
jam, Hal ini terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan.
Penyebab bengkak :
a. Menyusui yang tidak kontinu
b. Perlekatan saat menyusui kurang baik
c. Waktu menyusui yang terbatas
d. Terlambat menyusui
1. Cara mengatasinya :
a. Menyusui segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan
yang benar.
b. Menyusui bayi tanpa jadwal (nir-jadwal dan on demand).
c. Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi
kebutuhan bayi.
d. Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudara
dengan lap bersih atau dengan daun pepaya basah.
48
e. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan
dingin (Sunarsih, 2011; hal.40).
2.1.17.3 Saluran susu tersumbat
Berikut ini akan dijelaskan mengenai penyebab,
gejala, penatalaksanaannya, dan pencegahan saluran susu yang
tersumbat.
1. Penyebab :
Hal-hal yang menjadi penyebab saluran susu tersumbat adalah
sebagai berikut :
a. Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu menyusui
b. Pemakaian bra yang terlalu ketat
c. Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak
segera dikeluarkan, sehingga terbentuklah sumbatan
d. Gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut :
e. Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas
dan lunak pada perabaan
f. Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan
terasa nyeri dan bengkak yang terlokalisir
2. Penatalaksanaan :
Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat, sehingga benar-
benar sembuh, untuk menghindari terjadinya radang payudara
(mastitis).
49
a. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat
dilakukan masase serta kompres panas dan dingin secara
bergantian
b. Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk
mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa
setiap kali selesai menyusui
c. Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI
(Saleha, 2009 ;hal.107).
2.1.17.4 Mastitis/radang payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara bagian yang terkena
menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Ibu bisa mengalami
demam bahkan disertai menggigil. Mastitis biasanya terjadi pada
masa 1-3 minggu setelah melahirkan akibat saluran susu tersumbat
dan tidak segera diatasi (Maryunani, 2009; hal.95).
Cara mengatasinya :
a. Kompres hangat/panas dan pemijatan
b. Rangsang oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit,
yaitu stimulasi puting, pijat leher-punggung, dan lain-lain
c. Pemberian antibiotic, flucloxacilin atau erythromycin selama 7-
10 hari
d. Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang
rasa nyeri
e. Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak
boleh disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah
50
(Sunarsih, 2011; hal.41).
2.1.17.5 Abses payudara
Abses payudara dapat terjadi akibat mastitis yang terlambat
diobati. Ibu tampak kesakitan, payudara merah mengkilap dan
benjolan yang teraba mengandung cairan berupa nanah.
Cara mengatasinya :
a. Jika susu terjadi abses, payudara yang sakit tidak boleh
disusukan, mungkin perlu tindakan bedah. Tapi payudara yang
sehat harus tetap digunakan untuk menyusui dengan perawatan
dan kebersihan yang sebaik mungkin
b. Rujuk ibu ke dokter bedah untuk dilakukan insisi dan drainase
pus/nanah
c. Pemberian antibiotic dosis tinggi dan obat analgesic/antipiretik
oleh dokter
d. Ibu harus cukup istirahat (Maryunani, 2009; hal.96).
2.1.17.6 Puting susu lecet
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui.
Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-
celah. Retakan pada puting susu dapat sembuh sendiri dalam
waktu 48 jam (Sunarsih, 2011; hal.39).
Kebanyakan puting nyeri/lecet disebabkan oleh kesalahan
dalam teknik menyusui, yaitu bayi tidak mengisap puting
sampai ke areola payudara. Bila bayi menyusu hanya pada
51
puting, bayi akan mendapat ASI sedikit karena gusi bayi
tidak menekan pada daerah sinus laktiferus. Hal ini dapat
menyebabkan nyeri atau lecet pada puting ibu. Puting lecet
dapat juga disebabkan oleh moniliasis pada mulut bayi yang
menular pada puting susu ibu, pemakaian sabun, alcohol,
krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu
(Bahiyatun,2013;hal.30).
Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu
saat menyusui, selain itu dapat pula terjadi retak dan
pembentukan celah-celah. Retakan pada puting susu bisa
sembuh sendiri dalam waktu 48 jam
(Damaiyanti,2011;hal.107).
Puting susu lecet ini sering terjadi saat minggu pertama setelah bayi
lahir.
1. Penyebab puting lecet
a. Kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu bayi hanya menyusu
pada puting susu saja tidak sampai ke areola.
b. Adanya moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting
susu ibu.
c. Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim atau zat iritan
lainnya untuk mencuci puting.
d. Bayi dengan tali lidah yang pendek, menyebabkan bayi hanya
dapat mengisap sampai puting susu ibu saja.
52
e. Ibu menghentikan menyusu kurang hati-hati
2. Cara mengatasinya
a. Oleskan puting susu dengan ASI setiap kali hendak dan
setelah menyusui. Hal ini untuk mempercepat sembuhnya
lecet dan menghilangkan rasa nyeri/perih.
b. Perhatikan teknik menyusui termasuk posisi menyusui yang
baik dan benar.
c. Bila ditemukan gejala moniliasis pada bayi, segera berikan
anti jamur (sesuai petunjuk).
d. Jangan membersihkan puting susu dan areola dengan sabun,
alcohol dan zat iritan lainnya.
e. Lepaskan isapan bayi setelah menyusui dengan cara benar.
f. Jangan mengenakan BH yang terlalu kuat.
g. Jika rasa nyeri atau lecet tidak terlalu berat, ibu dapat terus
menyusui dengan memulai pada daerah yang tidak nyeri
terlebih dahulu untuk mengurangi rasa sakit.
h. Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau lecet makin berat,
puting susu yang sakit diistirahatkan selama 24 jam.
Bersamaan dengan itu, ASI tetap dikeluarkan dengan tangan
(diperah) dan dapat diberikan pada bayi dengan sendok
(Maryunani, 2009; hal.92).
3. Pencegahan
a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alcohol,
krim.
53
b. Sebaiknya biarkan bayi melepaskan sendiri puting susu dari
isapannya bukan memaksanya dengan menarik puting. Hal
ini dapat dilakukan dengan merangsang bayi dengan
menekan dagunya atau memasukan jari kelingking yang
bersih kemulutnya.
c. Posisi menyusui harus benar, yaitu bayi harus menyusu
sampai ke areola payudara dan menggunakan kedua payudara
(Bahiyatun,2013;hal.31).
4. Langkah-langkah menyusui yang benar
a. Cuci tangan yang bersih dengan menggunakan sabun, perah
sedikit ASI dan oleskan disekitar puting, duduk atau berbaring
dengan santai
b. Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak
ditempat tidur/kursi
c. Lengan ibu menopang lengan, leher, dan seluruh badan bayi
(kepala dantubuh berada pada garis lurus)
d. Ibu mendekatkan bayi ketubuhnya (muka bayi menghadap
kepayudara ibu). Dan mengamati bayi yang siap menyusu:
membuka mulu, bergerak mencari, dan menoleh, bayi harus
berada dekat dengan payudara ibu.
e. Ibu menyentuhkan puting susunya kebibir bayi, menunggu
hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut
bayi keputing susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap
puting susu ibunya.
54
f. Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk kedalam mulut
bayi
g. Bayi deletakkan ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh
bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, hadapkan bayi
kedada ibu sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting
dengan puting susu, dekatkan badan bayi kebadan ibu
menyentuh bibi bayi keputting susunya dan menunggu sampai
mulut bayi dibuka lebar.
h. Jika bayi sudah selesai menyusu, ibu mengeluarkan puting dari
mulut bayi dengan cara memasukkan jari klingking ibu diantara
mulut dan payudara.
i. Menyendawakan bayi dengan menyendarkan bayi di pundak
atau menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-
nepuk punggung bayi (Sunarsih,2011;hal.33-34).
5. Cara melepas isapan bayi, yaitu :
1. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut
mulut.
2. Dagu bawah bayi ditekan.
3. Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum
terkosongkan (yang dihisap terakhir).
4. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian
dioleskan pada putting susu dan areolanya sekitarnya, biarkan
kering dengan sendirinya.
55
5. Setelah selesai menyusui, bayi disendawakan dengan tujuan
untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak
muntah (Maryunani, 2009; hal.77-78).
6. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
a. Bayi tampak tenang.
b. Badan bayi menempel pada perut ibu,
c. Mulut bayi terbuka lebar
d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
e. Sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi, areola
bagian bawah lebih banyak yang masuk.
f. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh
payudara ibu.
g. Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya
putingh saja), lingkar areola atas terlihat lebih banyak bila
dibandingkan dengan lingkar areola bawah.
h. Lidah bayi menopang puting dan areola bagian bawah
i. Bibir bawah bayi melengkung keluar.
j. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
k. Puting susu ibu tidak terasa nyeri.
l. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
m. Kepala agak menengadah.
n. Bayi mengisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang
disertai dengan berhenti sesaat.
56
7. Tanda bayi cukup ASI
1. Bayi minum ASI tiap 2-3jam atau dalam 24 jam minimal
mendapat ASI 8 kali pada 2 sampai 3 minggu pertama
2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna
menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir
3. Bayi akan BAK paling tidak 6-8 kali/hari
4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
5. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI telah
habis
6. Warna bayi merah dan kulit terasa kenyal
7. Pertumbuhan berat badan BB dan tinggi badan TB bayi sesuai
dengan grafik pertumbuhan
8. Perkembangan motorik bayi (bayi aktif dan motoriknya sesuai
dengan rentan usianya)
9. Bayi keliahatan puas sewaktu-waktu akan lapar akan bangun
dan tidur dengan cukup
10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian mengantuk dan
tertidur pulas (Sunarsih,2011; hal.24)
8. Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya tindakan menyusui bayi dilakuakan di setiap saat bayi
membutuhkan karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu
harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena penyebab
lain (BAK, kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu
sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat
57
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak
memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola
terrtentu setelah 1-2 minggu kemudian (Sunarsih,2011;hal.35-36).
9. Cara merawat payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian puting
susu
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila puting susu lecet, oleskan colostrom atau air susu yang
keluar disekitar puting setiap kali selesai menyusui. Menyususi tetap
dilakukan mulai dari putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat, dapat diistirahatkan selama 24 jam ASI
dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum parasetamol 1 tablet
setiap 4-6 jam.
f. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI maka ibu dapat
melakukan :
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat sela 5 menit
2) Urut payudara dari arah pangkal ke puting atau gunakan sisir
untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting
3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
puting susu menjadi lunak
58
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila bayi tidak dapat menghisap
seluruh ASI, sisanya keluarkan dengan tangan
5) Letakkan air dingin pada payudara setelah menyusui
(Sulistyawati,2009;hal.24-25).
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan
bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan
kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klient
maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan
proses pemecahan masalah yang digunakan sebgaai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang
logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus terhadap
klien. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s
Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses
manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah
yang berturut secara sistematis dan siklik (Soepardan, 2008; hal.
96)
59
2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney
2.2.2.1 Pengumpulan data dasar
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian
melalui proses pengumpulan data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap seperti
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, sesuai dengan
kebutuhan peninjauan catatan terbaru atau catatan
sebelumnya data laboratorium dan membandingkannya
dengan hasil study. Semua data dikumpulkan dari semua
yang berhubungan dengan kondisi pasien.
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap
diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan.Data
tersebut di interpretasikan sehingga dapat dirumuskan
diagnosis dan masalah yang spesifik (Soepardan,
2008;hal.99)
a. Data Subyektif
Biodata yang mencakup identitas pasien.
1) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
Memberikan penanganan
60
2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya
resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental psikisnya
belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam
masa nifas (Ambarwati, 2009;hal.131).
3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut
untuk membimbing atau mengarahkan
pasiendalam berdoa (Damayanti, 2009;hal.128).
4) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingakat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikanya (
Ambarwati, 2009;hal.132)
5) Suku/ Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari hari
6) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingat
social ekonominya, karena ini jugamempengaruhi
61
dalam gizi pasien tersebut (Damayanti,
2009;hal.128).
7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan
rumah bila diperlukan (Ambarwati,
2009;hal.132).
8) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang
berkaitan dengan masa nifas (Maryunani,
2009;hal.169)
Ketika menyusui terasa nyeri. Puting susu lecet
tersebut terjadi salah teknik menyusui, monoliasis
pada mulut bayi yang menular pada putting susu
ibu, akibat pemakaian sabun , alcohol, krim tau
zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu, bayi
dengan lidah pendek (Saleha,2009 ;hal. 102-103)
9) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu.
Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit
akut, kronis seperti: jantung, DM, hipertensi,
Asma yang dapat mempengaruhi pada masa
nifas ini
62
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya penyakit
yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas dan
bayinya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui
Kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gagguan kesehatan pasien
dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit
keluarga yang menyertainya.
10) Riwayat persalinan
Tanggal persalinan, jenis persalinan ,jenis kelamin
anak , keadaan bayi meliputi, BB, PB, penolong
persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui
apakah proses persalinan mengalami kelaianan
atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas
saat ini
11) Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah,
status menikah syah atau tidak, karena bila
melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan
63
dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses kehamilanya.
12) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama,
adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi
serta rencana KB setelah masa nifas ini dan
beralih ke kontrasepsi apa ( Ambarwati, 2009;hal.
133-169).
13) Kehidupan Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang
menganut adat istiadat yang akan menguntungkan
atau merugikan pasien khususnya pada masa
nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan
14) Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga
terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak
perubahan emosi/psikologis selama masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang
ibu (Damayanti, 2009;hal.130).
15) Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu
tentang perawatan setelah melahirkan sehingga
akan menguntungkan selama masa nifas.
64
16) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Gizi ibu menyusui dibutuhkan untuk
produksi ASI dan pemulihan kesehatan ibu,
kebutuhan gizi yang perlu dipertahankan
yaitu :
1. Makanan dianjurkan seimbang antara
jumlah dan mutunya
2. Banyak minum, setiap hari harus minum
lebih dari 6 gelas
3. Makan makanan yang tidak merangsang,
baik secara termis, mekanis, atau kimia
untuk menjaga pencernaan
4. Batasi makanan yang berbau keras
5. Gunakan makanan yang dapat
merangsang produksi ASI, misalnya
sayuran hijau (Bahiyatun; 2009.hal.68).
17) Eliminasi
Ibu diminta untuk buang air kecil minimal 6 jam
post partum, apabila setelah 8 jam post partum
ibu belum dapat berkemih maka ibu hendaknya
dilakukan kateterisasi. Untuk pola buang air
besar, setelah 2 hari ibu diharapkan sudah dapat
buang air besar, jika pada hari ke 3 ibu belum
65
dapat buang air besar maka ibu diberi obat
peroral atau perektal (saleha, 2009;hal.73).
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah
melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena
pada waktu melahirkan alat pecernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan colon menjadi
kosong. Supaya buang air besar kembali teratur
dapat diberikan diit atau makanan yang
mengandung serat dan pemberian cairan yang
cukup (Ambarwati, 2009;hal.80)
Usus besar cenderung seret/tidak lancar setelah
melahirkan karena masih adanya efek
progesteron yang tertinggal dan penurunan
tonus otot abdomen (Maryunani, 2010;hal.20).
18) Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat
yang berkualitas untuk memulihkan kembali
kondisi fisiknya. Kurang istirahat pada ibu post
partum dapat mengakibatkan beberapa kerugian :
Mengurangi jumlah produksi ASI, memperlancar
proses involusi uterus, menyebabkan depresi,dan
ketidaknyamanan dalam merawat anaknya
66
kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8
jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat
siang dan malam (Sulistyawati,2009;hal.103).
19) Personal hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan
terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri
sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur,
dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga
(Saleha, 2009;hal.73).
20) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari.
Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas
terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini
mungkin dapat mempercepat proses
pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu
melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah
kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah
ibu pusing ketika melakukan ambulasi
(Damayanti, 2009;hal.130).
21) Hubungan Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan
seksual begitu darah merah berhenti dan ibudapat
memasukkan satu atau dua jarinya kedalam
67
vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan
agama yang melarang untuk melakukan
hubungan seksual sampai masa waktu tertentu,
misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran.
Keputusan bergantung pada pasangan yang
bersangkutan (Sulistyawati,2009;hal.103).
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum
hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik
aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan
1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak
merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri kapan
saja ibu siap (Sunarsih; 2011; hal. 77).
b. Data Objektif
Komponen-komponen pengkajian data objektif ini adalah
1. Tanda-tanda vital:
a). Suhu badan
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam
pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh
dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan
pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga
disebabkan karena istirahat dan tidur yang
68
diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada
umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh
kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai
>38°C adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi (
Sunarsih, 2011;hal.60).
b). Nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas
100x/menit pada masa nifas adalah
mengidentifikasikan adanya suatu infeksi, hal ini
salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan
sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan.
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,
yaitu sekitar 20-30x/menit (Ambarwati,
2009;hal.138).
c). Tekanan darah
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat
mengalami hipotensi orthostatik (penurunan 20
mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing segera
setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam
pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya
tetap stabil setelah melahirkan. Penurunan tekanan
darah bisa mengindikasikan penyesuaian fisiologi
terhadap penurunana tekanan intrapeutik atau adanya
Hipovolemia sekunder yang berkaitan dengan
69
hemorhagi uterus. Peningkatan tekanan sistolik 15
mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan
gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu
mengalami preeklamsi dan ibu perlu dievaluasi lebih
lanjut (Maryunani,2009;h.26)
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki
a). Payudara
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar
akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan
dan kadang-kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet
dapat disebabkan oleh :
1) Tekhnik menyusui yang tidak benar
2) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol,
ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting
ibu.
3) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada
puting susu ibu
4) Bayi dengan tali lidah pendek
5) Cara menghentikan menyusui yang tidak tepat
(Ambarwati, 2008; hal. 46-47).
b). Keadaan payudara dan puting susu
a. Simetris/tidak
b. Konsistensi, ada pembengkakan/tidak
70
c. Puting menonjol/tidak, lecet/tidak
d. Keadaan abdomen
Proses involusi adalah proses kembalinya uterus
ke dalam keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus.
c). Abdomen
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU
(tinggi fundus uteri) nya
1) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat
dengan berat 1000 gram.
2) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari di bawah
pusat.
3) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba
pertengahan pusat simpisis dengan berat 500
gram.
4) Pada 2 minggu postpartum, TFU teraba di atas
simpisis dengan berat 350 gram.
5) Pada 6 minggu postpartum, fundus uteri
mengecil (tak teraba) dengan berat 50 gram
(Sulistyawati, 2009;hal.73).
71
Keadaan genetalia
a. Lokia :
Lockia adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas
dan mempunyai reaksi/ alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi
asam yang ada pada vagina normal. Lokia rubra muncul
pada hari 1 sampai hari ke 4 masa postpartum
(Ambarwati, 2009; hal. 78).
Perineum : oedema, hematoma, bekas luka
episiotomy/robekan, hecting
b. Keadaan anus : hemorroid
c. Keadaan ekstermitas
d. Varices
e. Oedema
f. Reflex patella
2.2.2.2 Interprestasi data
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan.Data tersebut di interpretasikan sehingga dapat
dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik (Soepardan,
2008;hal.99).
72
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan, Abortus, anak
hidup, umur ibu, dan keadaan nifas.
Data dasar meliputi :
1. Data subjektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah
abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan
ibu tentang keluhannya
2. Data objektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil
pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
a. Data subjektif
Data yang didapat dari anamnesa pasien
b. Data objektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan (Soepardan,
2008;hal.99).
2.2.2.3 Identifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah di
identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan (Soepardan, 2008;hal.100).
73
2.2.2.4 Identifikasi dan penerapan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi
atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lainya sesuai
dengan kondisi klien, melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter atau tim kesehatan lainya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau
seorang ahli perawat klinis (Soepardan, 2008;hal.100).
2.2.2.5 Perencanaan asuhan secara menyeluruh
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi
bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.
(Ambarwati,2009;hal. 143)
Asuhan kebidanan yang diberikan ibu pada Puting Susu Lecet
adalah:
1) Cara mengatasi Puting Susu lecet
2) Cari penyebab puting susu lecet
3) Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan sabun.
4) Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai kekalang
payudara dan susukan secara bergantian diantara kedua
payudara.
5) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke putting yang lecet dan
biarkan kering (Sunarsih,2011;hal.35-36)
74
6) Melaksanakan skirining yang komprehensif dengan mendeteksi
masalah, mengobati ,dan merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayinya. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
dari perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut
7) Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya,
dan perawatan bayi sehat. Ibu-ibu postpartum harus di berikan
pendidikan mengenai pentingnya gizi antara lain kebutuhan gizi
ibu menyusui (Saleha, 2011;hal.4).
2.2.2.6 Pelaksanaan perencanaan
Efesien dan aman, Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainya (Soepardan, 2008;hal.102)
a. Kebersihan diri
1) Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia
2) Mengganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali
selesai BAK atau BAB Pada masa postpartum, seorang ibu
sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri
sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan
tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting
untuk tetap dijaga (Saleha, 2009;hal.7).
b. Istirahat
1) Memberi saran pada ibu untuk cukup tidur siang agartidak
terlalu lelah
75
2) Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat
menyebabkan produksi ASI berkurang, proses involusi
berjalan lambat sehingga dapat menyebabkan perdarahan
3) Mengajarkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan
sehari-hari.
umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Akan terasa
lebih lelah bila partus berlangsung agak lama. Seorang ibu
baru akan cemas apakah ia mampu merasa anaknya atau tidak
setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan
lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja
bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, atau
mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.
(Sunarsih, 2011;hal.76)
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang di
butuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam
pada siang hari (Damayanti, 2009;h.84).
c. Gizi
1) Mengkonsumsi 2300-2700 kal ketika menyusui ( Sunarsih,
2011; hal. 71).
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitaminyang cukup
3) Minum 3 liter air setiap hari
4) Minum tablet Fe / zat besi selama 40 hari pasca persalina
76
5) Minum vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI ( Salehah,
2009;hal.71-72)
d. Perawatan payudara
1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian
puting susu
2. Menggunakan BH yang menyokong payudara
3. Apabila puting susu lecet, oleskan colostrom atau air susu
yang keluar disekitar puting setiap kali selesai menyusui.
Menyususi tetap dilakukan mulai dari putting susu yang tidak
lecet.
4. Apabila lecet sangat berat, dapat diistirahatkan selama 24 jam
ASI dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok.
5. Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum parasetamol 1
tablet setiap 4-6 jam (Sulistyawati,2009;hal.24-25).
1. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang bidan
berikan kepada pasien. Bidan mengacu pada beberapa pertimbangan
antara lain:
a. Tujuan asuhan kebidanan
b. Efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah
c. Hasil asuhan (sulistyawati,2009;hal.146-147).
77
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
1. Kewenangan normal:
a. Pelayanan kesehatan ibu
a. Pelayanan kesehatan anak
b. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.
Kewenangan ini meliputi:
1. Pelayanan kesehatan ibu
1. Ruang lingkup:
a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
2. Kewenangan:
a. Episiotomi
78
b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi
air susu ibu (ASI) eksklusif
g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
h. Penyuluhan dan konseling
i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j. Pemberian surat keterangan kematian
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
2. Pelayanan kesehatan anak
1. Ruang lingkup:
a. Pelayanan bayi baru lahir
b. Pelayanan bayi
c. Pelayanan anak balita
d. Pelayanan anak pra sekolah
2. Kewenangan:
a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi
vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28
hari), dan perawatan tali pusat
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
79
c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah
f. Pemberian konseling dan penyuluhan
g. Pemberian surat keterangan kelahiran
h. Pemberian surat keterangan kematian (DEPKES RI. Kesehatan
Ibu.2011).
80
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.N UMUR 19 TAHUN
P1A0 6 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTTING
SUSU LECET DI BPS AIDAWATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
3.1 Pengkajian
Tanggal : 09 April 2015
Nama Mahasiswa : Endang Satuni
Nim : 201207143
Data subjektif
a. Identitas pasien Penanggung jawab
Nama : Ny N Nama : Tn S
Umur : 19 tahun Umur : 21 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Sukubangsa : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : STM
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Jln. WR Supratman Gg. Sanuba Depan Kelurahan
Talang Teluk Betung Utara Bandar Lampung
81
b. Keluhan utama
Ibu mengatakan putingnya terasa nyeri dan lecet
c. Riwayat kesehatan
1) Sekarang
Ibu tidak sedang menderita penyakit apapun baik penyakit menular
rmaupun penyakit keturunan
2) Yang lalu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular maupun penyakit
menurun
3) Keluarga
Dalam keluarganya tidak ada/tidak pernah menderita penyakit seperti
penyakit menular maupun keturunan
4) Riwayat obstetric
1. Riwayat haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Teratur/tidak : teratur
Lama : 5-7 hari
Volume : 100cc
Warna : Merah kental
Dismenorhea : Tidak ada
Bau : Amis
Flour albus : Tidak ada
82
2. Riwayat kehamilan sekarang (data didapatdari KMS)
1) HPHT : 21-06-2014
2) Taksiran persalinan : 28-03-2015
3) Tanggal bersalin : 04-04-2015
4) Frekuensi ANC : 7 kali selama kehamilan
5) Suntik TT : 2 kali
6) Penyuluhan yang sudah didapatkan : gizi, KB,
tanda-tanda persalinan, tanda bahaya kehamilan, ASI eksklusif,
inisiasi menyusui dini.
3. Riwayat persalinan sekarang
1) IBU
Tempat melahirkan :BPS AIDAWATI,Amd.Keb
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Lama persalinan : 12 jam 50menit
Catatan waktu
Kala I : 10 jam 10 menit
Kala II : 0 jam 35 menit
Kala III : 0 jam 5 menit
Kala IV : 2 jam
Jumlah : 12 jam 50 menit
Ketuban pecah pukul 04.15 wib, spontan.
Plasenta
Lahir secara : Spontan, lengkap
83
Berat : 500 gram
Panjang tali pusat : 45 cm
Perineum : Terdapat luka perineum
2) Bayi
Lahir tanggal/pukul :04-04-2015/13.30 wib
Berat badan : 2800 gram
Panjang badan : 48 cm
Nilai apgar : 9/10
Jenis kelamin : Perempuan
Cacat bawaan : Tidak ada
Masa gestasi : 40 minggu 1 hari
Riwayat KB
Ibu belum pernah menggunakan kontrasepsi
3) Pola kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
1) Selama hamil
Ibu makan dengan 1 piring nasi,1 potong ikan,1 potong
tempe, dan 1 mangkuk sayur tumis dengan porsi sedang
3x/hari.
Ibu minum 7-8 gelas setiap harinya
2) Selama nifas
Ibu makan dengan nasi, ayam goreng, tahu bacem, sayur
daun katuk dengan porsi 1 piring 3x/hari, setiap harinya ibu
84
makan dengan menu yang berbeda dan tidak ada pantangan
dalam makanan.
Ibu minum 6-7 gelas setiap harinya
b. Pola eliminasi
1) Selama hamil
Ibu BAK 7-8 kali/ hari bau khas,warna kuning jernih,
BAB 1-2 kali/hari konsistensi lunak warna kuning
kecoklatan.
2) Selama nifas
Ibu BAK 3-4 kali/ hari bau khas warna kuning jernih, BAB
1 kali/hari konsistensi lunak warna kekuning kecoklatan
c. Pola istirahat
Selama hamil : Ibu tidur malam 7-8 jam, siang jarang tidur.
Selamanifas : Ibu tidur malam ±4-5 jam, siang 5 sampai
10 menit
d. Personal hygienes
Selama hamil :Ibu ganti celana dalam 2-3 kali/hari.
Selama nifas : Ibu ganti pembalut 3-4 kali/hari.
e. Pola seksual
Selama hamil : Ibu melakukannya 2 kali/minggu.
Selama nifas :Ibu belum melakukannya
4) Riwayat psikososial
a. Status perkawinan : Syah
b. Usia saat menikah : 17 Tahun
85
c. Lama pernikahan : 2 Tahun
d. Keadaan emosional : Stabil
5) Riwayat spiritual
a. Selama hamil : Tidak ada
b. Selama nifas : Tidak ada
Data obyektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Keadaan emosional : Stabil
d. Tanda vital
1) TD : 100/70 Mmhg
2) Pernafasan : 20x/i
3) Nadi : 78x/i
4) Suhu : 37,8ºc
1. Pemeriksaan fisik
a. Kepala :
Warna rambut : Hitam
Ketombe : Bersih, tidak ada ketombe
Benjolan : Tidak ada
b. Wajah :
Hiperpigmentasi : Tidak ada
Pucat : Tidak pucat
Edema : Tidak oedema
86
c. Mata :
Simetris : Ya, kanan dan kiri
Kelopak mata : Tidak ada pembengkakan
Konjungtiva : Merah muda
Sclera : Putih
d. Hidung :
Simetris : Ya, kanan dan kiri
Polip : Tidak ada pembesaran
Kebersihan : Bersih
e. Mulut :
Bibir : Simetris atas dan bawah
Sariawan : Tidak ada
Gusi : Tidak ada pembengkakan
Gigi : Bersih, tidak ada karies
f. Telinga :
Simetris : Ya, kanan dan kiri
Gangguan pendengaran :Tidak ada
g. Leher :
Simetris : Ya, kanan dan kiri
Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
h. Ketiak :
Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
87
i. Dada :
Retraksi :Tidak ada
Bunyi mengi dan ronchi : Tidak ada
j. Payudara :
Simetris : Ya, kanan dan kiri
Pembesaran : Ada, payudara kanan dan kiri
Puting susu : Lecet pada bagian kanan dan
kiri
Hiperpigmentasi areola mamae : Ada
Benjolan : Tidak ada
Konsistensi : Keras
Pengeluaran : ASI transisi
k. Punggung dan pinggang:
punggung : Lordosis
Nyeri ketuk : Tidak ada
l. Abdomen
Pembesaran : Ada
Konsistensi : Keras
Kandung kemih : Kosong
Uterus : TFU : Pertengahan pusat simfisis
Kontraksi : Baik
m. Anogenital
Vulva : Warna merah muda
Perineum : Luka jahitan sudah kering
88
Pengeluaran pervaginam : Lokia sanguelenta
Anus : Tidak ada hemoroid
n. Ekstremitas bawah
Oedema : Tidak oedema
Kemerahan : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Reflex patella : Positif, kanan dan kiri
o. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboraturium
HB : Tidak dilakukan pemeriksaan
Protein urine : Tidak dilakukan pemeriksaan
Glukosa urine : Tidak dilakukan pemeriksaan
Lingkar panggul : 86 Cm
Distansia kristarum : 29 Cm
Distansia spinarum : 25 Cm
Boudenloque : 19 Cm
89
Tabel 3.2 MATRIKS
TGL/
JAM
PENGKAJIAN INTERPRETASI
DATA (GIAGNOSA,
MASALAH,
KEBUTUHAN)
DX
POTENSIAL
/MASALAH
POTENSIAL
ANTISIPASI/
TINDAKAN
SEGERA
INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
09 April
2015/
12:00 wib
Ds:
1. Ibu mengatakan
ini pesalinan
pertama belum
pernah
keguguran
2. Ibu mengatakan
bayi lahir
tanggal 04 April
2015
3. ibu mengatakan
puting susu
terasa nyeri dan
lecet.
Do:
- Keadaan umum
: baik
- Keadaan
emosional
: stabil
- Kesadaran
: composmentis
- TTV
Tekanan Darah
:100/70 mmHg.
Nadi
:78kali/menit
Pernapasan
:20kali/menit
Suhu
:37, 8o
c
DX : Ny N umur 19
tahun P1A0 6 hari post
partum dengan puting
susu lecet.
Masalah : puting susu
lecet
Kebutuhan : teknik
menyusui yang benar
- Bendungan
ASI
- perawatan
payudara
1. Jelaskan pada ibu
semua hasil
pemeriksaan
2. Kaji penyebab
puting susu lecet
1. Menjelaskan pada ibu semua
hasil pemeriksaan bahwa
keadaan ibu baik TTV:
Tekanan darah 100/70 mmhg,
nadi ; 78 kali/menit,
pernafasan;20 kali/menitSuhu;
37,80
c
Pada pemeriksaan payudara
puting susu terdapat lecet
sedikit
2. Mengkaji penyebab puting susu
lecet, puting susu lecet biasanya
disebabkan oleh :
a. Kesalahan dalam tekhnik
menyusui, yaitu bayi hanya
menyusu pada puting susu
saja tidak sampai ke areola.
b. Adanya monilisir pada
mulut bayi yang menular
pada puting susu ibu
c. Akibat dari pemakaian
sabun, alcohol, krim atau zat
iritan lainyya untuk mencuci
puting
d. bayi dengan tali lidah
pendek yang menyebabkan
bayi hanya dapat menghisap
sampai puting puting susu
saja
e. ibu menghentikan menyusu
kurang hati-hati
1. Ibu mengetahui semua
hasil pemeriksaanya
bahwa keadaanya saat ini
baik hanya terdapat sdikit
lecet pada bagian puting
susunya
2. Ibu mengatahui tentang
penyebeb puting susu
lecet
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni
Kti endang satuni

More Related Content

What's hot (19)

Kti eka wahyuni
Kti eka wahyuniKti eka wahyuni
Kti eka wahyuni
 
Kti linda wati
Kti linda watiKti linda wati
Kti linda wati
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by nyAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
 
Kti putri arum
Kti putri arumKti putri arum
Kti putri arum
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Karya tulis ilmiah wa hara
Karya tulis  ilmiah wa haraKarya tulis  ilmiah wa hara
Karya tulis ilmiah wa hara
 
Resti fiks fdf
Resti fiks fdfResti fiks fdf
Resti fiks fdf
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti viona martin
Kti viona martinKti viona martin
Kti viona martin
 
Karya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiahKarya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah
 
Kti nelsa
Kti nelsaKti nelsa
Kti nelsa
 
Kti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sariKti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sari
 
Kti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sariKti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sari
 
Kti fertika
Kti fertikaKti fertika
Kti fertika
 
Ikke pdf
Ikke pdfIkke pdf
Ikke pdf
 
Kti iis
Kti iisKti iis
Kti iis
 
Kti nailul khoiriyah
Kti nailul khoiriyahKti nailul khoiriyah
Kti nailul khoiriyah
 

Viewers also liked (6)

Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata rahaKti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha
 
Kti saraswati akbid paramata
Kti saraswati akbid paramataKti saraswati akbid paramata
Kti saraswati akbid paramata
 
Kti italia
Kti italiaKti italia
Kti italia
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Materi Nifas
Materi NifasMateri Nifas
Materi Nifas
 
Laporan kasus sc kpd
Laporan kasus sc kpdLaporan kasus sc kpd
Laporan kasus sc kpd
 

Similar to Kti endang satuni

Similar to Kti endang satuni (20)

Kti endang satuni
Kti endang satuniKti endang satuni
Kti endang satuni
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti merisya
Kti merisyaKti merisya
Kti merisya
 
Kti eti widia
Kti eti widiaKti eti widia
Kti eti widia
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti yesi kartika
Kti yesi kartikaKti yesi kartika
Kti yesi kartika
 
Kti tia desta andriani
Kti tia desta andrianiKti tia desta andriani
Kti tia desta andriani
 
Kti intan widari
Kti intan widariKti intan widari
Kti intan widari
 
Kti reni yunila sari
Kti reni yunila sariKti reni yunila sari
Kti reni yunila sari
 
Kti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyaniKti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyani
 
Kti desak gede apna
Kti desak gede apnaKti desak gede apna
Kti desak gede apna
 
Kti metta selani
Kti metta selaniKti metta selani
Kti metta selani
 
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputriKti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
 
Kti propyta sedayu
Kti propyta sedayuKti propyta sedayu
Kti propyta sedayu
 
Kti ni made rika
Kti ni made rikaKti ni made rika
Kti ni made rika
 
Kti lilis anggraini
Kti lilis anggrainiKti lilis anggraini
Kti lilis anggraini
 
Kti laila maharani
Kti laila maharaniKti laila maharani
Kti laila maharani
 
Kti tuty agustiya bayusman
Kti tuty agustiya bayusmanKti tuty agustiya bayusman
Kti tuty agustiya bayusman
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 

Kti endang satuni

  • 1. 1 ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.N UMUR 19 TAHUN P1A0 6 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTTING SUSU LECET DI BPS AIDAWATI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH DISUSUN OLEH ENDANG SATUNI 201207143 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG 2015 i
  • 2. 2 ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.N UMUR 19 TAHUN P1A0 6 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTTING SUSU LECET DI BPS AIDAWATI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memeperolehgelar Ahli Madya Kebidanan DISUSUN OLEH ENDANG SATUNI 201207143 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG 2015 ii
  • 3. Diterima dan disyahkan oleh Tim penguji ujian akhir program pendidikan Diplomat III Kebidanan Adila pada : Penguji I Ahmad Dahro, S.Sos.,M.I.P NIK :2006071016 PENGESAHAN Diterima dan disyahkan oleh Tim penguji ujian akhir program pendidikan Diplomat III Kebidanan Adila pada : Hari : Sabtu Tanggal : 04 Juli 201 Penguji II Ahmad Dahro, S.Sos.,M.I.P Tri Riwayati Ningsih, S.ST NIK :11011031 Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dr. Wazni Adila, MPH NIK :2011041008 iii 3 Diterima dan disyahkan oleh Tim penguji ujian akhir program pendidikan i Ningsih, S.ST
  • 4. 4 ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. N UMUR 19 TAHUN P1A0 6 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTTING SUSU LECET DI BPS AIDAWATI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Endang Satuni, Ahmad Dahro, S.Sos.,M.I.P, Tri Riwayati Ningsih, S.ST INTISARI Study kasus ini terdiri dari 123 halaman 2 table dan lampiran. Diperkirakan 60% kematian ibu terhadap kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama,tujuan dari penelitian ini adalah agar penulis mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas terutama dengan putting susu lecet, dalam penulisan study kasus ini penulis menggunakan metode penulisan deskriptif. Masalah dalam menyusui itu salah satunya adalah putting susu lecet yang disebabkan karena teknik menyusui yang salah, adanya moniniliasis pada mulut bayi , penggunaan sabun, alcohol ,krim, dan bias juga karena tali lidah bayi yang pendek, dan putting susu lecet itu dapat dicegah dengan cara menyusui bayi dengan benar, serta tidak membersihkan putting dengan sabun, alcohol ,krim. Dari asuhan yang telah diberikan hasilnya menunjukan ibu dapat melaksanankan asuhan yang telah diberikan. Dan dengan adanya study kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu dan ibu dapat menyusui bayinya dengan teknik yang benar Kata Kunci : Puting Susu Lecet Kepustakaan : 18 Referensi (2005-2014) Jumlah halaman : 137 halaman iv
  • 5. 5 CURICULUM VITAE Nama : ENDANG SATUNI Nim : 201207143 Tempat/tanggallahir : Banjarrejo, 02 April 1993 Alamat : Belitang Sumatra Selatan OKU Timur Institusi : Akademi kebidanan Adila Bandar Lampung Angkatan : Ke VII Biografi : Anak terakhir RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SD N Belitang pada tahun 2006 2. SMP N 1 Belitang Jaya pada tahun 2009 3. SMA Adiguna Bandar Lampung pada tahun 2012 4. Saat ini penulissedang menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung. v
  • 6. 6 MOTTO Kunci kesuksesan itu adalah sabar dan berusaha. Belajar dari kegagalan Untuk menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk keberberhasil. By. ^-^ Endang Satuni ^-^ vi
  • 7. 7 PERSEMBAHAN Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan karya kecilku ini untuk  Bapak, Ibu, yang selalu memberikan ku semangat tanpa batas dan selalu mendoakan ku disetiap sujudnya, orang selalu ada untuk ku di saat suka maupun duka, dan juga selalu menemaniku tanpa mengenal waktu dan lelah  Terimakasih untuk kk ku yang telah menemani dan memberikanku semngat dan motivasi sehingga aku bisa bangkit dan bisa menyelesaikan kuliahku sampai selesai  Pembimbingku Terimakasih atas Pembimbingnya atas kesediaannya untuk meluangkan waktu membimbing dan berbagi ilmu serta berdiskusi denganku , banyak hal yang bisa saya ambil dari ini semua  Terimakasih untuk seluruh staf dan dan Dosen-dosen Akbid Adila yang telah menuntun dan memberikan kami ilmu sampai kami dapat menyelesaikan pendidikan hingga selesai.  Almamaterku tercinta Akademi kebidanan ADILA Bandar Lampung sebagai tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun. Mengemban ilmu untuk menggapai cita-cita, Demi pengalaman yang berharga vii
  • 8. 8 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Alloh SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiyah dalam bentuk Study kasus kebidanan yang berjudul ” Asuhan Kebidanan Pada Ny.N Umum 19 Tahun P1A0 6 Hari Postpartum dengan puting susu lecet di Bps Aidawati Bandar Lampung Tahun 2015 ” Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan karya tulis ilmiah ini, dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Akademik Kebidanan Adila Bandar Lampung. 2. Ninik Masturiyah, SST, M.Kes selaku pembimbing satu dan Elsinta Apriyani S.ST selaku pembimbing kedua karya tulis ilmiah Akademik Kebidanan Adila Bandar Lampung 3. Ahmad dahro S.sos.M.I.P selaku penguji satu dan Tria Riwayati Ningsih S.ST selaku penguji kedua karya tulis ilmiah Akademik Kebidanan Adila Bandar Lampung 4. Aidawti Amd.Keb selaku pemilik lahan praktik yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Bps Aidawati Amd.Keb Bandar Lampung 5. Seluruh Staf dan Dosen Akademik Kebidanan Adila Bandar Lampung. Penulis menyadari dalam penyusuna karya tulis ilmiah ini masih jauh darisempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis viii
  • 9. 9 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL....................................................................... i HALAMAN JUDUL.......................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN................................................................ iii INTISARI........................................................................................... iv CURRICULUM VITAE.................................................................... vi MOTTO ............................................................................................. vii PERSEMBAHAN .............................................................................. viii KATA PENGANTAR........................................................................ ix DAFTAR ISI...................................................................................... x DAFTAR TABEL .............................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR.......................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 3 1.4 Fokus penelitian....................................................................... 4 1.5 Manfaat Penelitian.................................................................... 4 1.6 Metodelogi dan Teknik Memperoleh Data................................ 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan konsep medis .............................................................. 7 2.2 Tinjauan konsep asuhan kebidanan............................................ 18 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian................................................................................. 33 3.2 Matriks...................................................................................... 42 ix
  • 10. 10 BAB IV PEMBAHASA 4.1 Pengkajian................................................................................ 43 4.2 Interprestasi data ...................................................................... 57 4.3 Diagnosa potensial ................................................................... 58 4.4 Tindakan Segera ...................................................................... 58 4.5 Perencanaan ............................................................................. 59 4.6 Pelaksanaan ............................................................................. 61 4.7 Evaluasi .................................................................................. 66 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan.............................................................................. 67 5.2 Saran........................................................................................ 67 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x
  • 11. 11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kunjungan Masa Nifas......................................................... 11 Table 2.2 Involusi Uteri ....................................................................... 12 Table 3.1 Matriks ................................................................................ 89 xi
  • 12. 12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Izin Dinas Lampiran 2 : Surat balasan Lampiran 3 : Jadwal Penelitian Study Kasusu Lampiran 4 : SAP dan Liflet Teknik Menyusui Lampiran 5 : Dokumentasi Lampiran 6 : Lembar Konsul xii
  • 13. 13 DAFTAR GAMBAR Gambar. 2.1Struktur payudara .............................................................26 xii
  • 14. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu setelah itu, periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan kelurganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di Negara maju dan Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan sebenarnya justru merupakan kebalikan nya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan, sebenarnya kedadaan yank sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan (Prawiroharjo, 2014;hal.356). Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu terhadap kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Ambarwati, 2009;hal.2). Masalah dalam pemberian ASI yang biasanya terjadi adalah puting susu lecet, sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada puting, yang biasanya terjadi akibat tekhnik menyusui yang salah (Saleha, 2009;hal102). 1
  • 15. 2 Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah, retakan pada puting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Cara mengatasi Puting Susu Lecet salah satunya yaitu : dengan mencari penyebabnya terlebih dahulu kemudian selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, tidak menggunakan sabun, krim, alcohol, ataupun zat iritan lain saat membersikan payudara, (Sunarsih, 2011;hal.39). Pemberian Air Susu (ASI) pada bayi usia 0-1 tahun mempunyai arti sangat penting, terutama menyangkut pemenuhan kebutuhan zat gizi dan zat lain pembentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit. Pemberian ASI secara eksklusif diusia 0-6 bulan dipandang sangat strategis, karena pada usia tersebut kondisi bayi masih sangat labil dan rentan terhadap berbagai penyakit. Cakupan bayi mendapatkan ASI Ekslusif di Provinsi Lampung tahun 2012 sebesar 29,24% dimana angka ini masih ada di bawah target yang diharapkan yaitu 60% (Profil kesehatan Provinsi Lampung, 2012). Pencapaian ASI ekslusif di Kota Bandar Lampung dari tahun ke tahun menunjukkan hasil yang fluktuatif. Pada tahun 2011 tercatat pencapaian ASI eksklusif di Kota Bandar Lampung sebesar 65,1% dan di tahun berikutnya, 2012 terjadi peningkatan pencapaian ASI eksklusif di Kota Bandar Lampung yaitu sebesar 67,93% namun di tahun 2013 sampai bulan Agustus pencapaian pemberian ASI eksklusif mengalami penurunan yaitu hanya sebesar 64,55%. Angka ini bila dibandingkan dengan target
  • 16. 3 Nasional masih dibawah dari target yang di inginkan (80%) (Dinas Kesehatan. Kota Bandar Lampung, 2013). Berdasarkan latar belakang diatas dan juga pengalaman penulis selama menjalani praktik klinik lapangan banyak sekali ditemukan ibu nifas yang tidak mengetahui tekhnik menyusui yang baik benar, sehingga banyak sekali ibu-ibu yang mengalami putting susu lecet. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menyusun study kasus ini dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Ny.N Umur 19 Tahun P1A0 Dengan puting susu lecet di BPS Aida Wati Bandar Lampung Tahun 2015. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah study kasus ini sebagai berikut “Bagaimanaka Asuhan Kebidanan pada Ny N umur 19 tahun P1A0 6 hari postpartum dengan Puting susu lecet di Bps. Aida Wati Bandar Lampung Tahun 2015 ? 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Penulis mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada Ny N umur 19 tahun P1A0 6 hari postpartum dengan Puting susu lecet di Bps. Aida Wati Bandar Lampung tahun 2015 dengan menggunakan pendekatan manajemen varney. 1.3.2 Tujuan khusus 1.3.2.1 Diharapkan penulis mampu melakukan pengkajian data dasar pada Ny N umur 19 tahun P1A0 6 hari postpartum
  • 17. 4 dengan Puting susu lecet di Bps Aidawati Bandar Lampung tahun 2015 dengan menggunakan metode tujuh langkah varney 1.3.2.2 Diharapkan penulis mampu melakukan interpretasi data dasar pada Asuhan Kebidanan pada Ny N umur 19 tahun P1A0 6 hari postpartum dengan Puting susu lecet di Bps Aidawati Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.3 Diharapkan penulis mampu menentukan diagnosa atau masalah potensial pada Ny.N umur 19 tahun P1A0 6 hari postpartum dengan Puting susu lecet di Bps Aida Wati Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.4 Diharapkan penulis mampu mengantisipasi masalah potensial Asuhan Kebidanan pada Ny N umur 19 tahun P1A0 6 hari postpartum dengan Putting susu lecet di Bps Aidawati Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.5 Diharapkan penulis mampu menentukan rencana tindakan terhadap Ny N umur 19 tahun P1AO 6 hari postpartum dengan Puting susu lecet di Bps. Aidawati Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.6 Diharapkan penulis mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ny N umur 19 tahun P1A0 6 hari postpartum dengan Puting susu lecet di Bps Aidawati Bandar Lampung tahun 2015.
  • 18. 5 1.3.2.7 Diharapkan mampu mengevaluasi Asuhan Kebidanan yang telah dilakukan pada Ny N umur 19 tahun P1A0 umu 6 hari postpartum dengan Puting susu lecet di Bps Aidawati Bandar Lampung tahun 2015. 1.4 Ruang lingkup 1.4.1 Sasaran Sasaran obyek penulisan dalam study kasus ini adalah pada Ny N umur 19 tahun P1A0 6 hari postpartum dengan puting susu lecet. 1.4.2 Tempat Dilaksanakan Di Jln. Wr Supratman Gg Sanuba Depan Kelurahan Talang Teluk Betung Utara Bandar Lampung 1.4.3 Waktu Pada tanggal 9 april sampai tanggal 15 april tahun 2015. 1.5 Manfaat penulisan 1.5.1 Bagi institusi pendidikan Dapat menambah informasi atau menjadi salah satu bahan referensi dalam pengajaran di Akbid ADILA Bandar Lampung, terutama yang berhubungan dengan masalah pada ibu nifas dengan puting susu lecet.
  • 19. 6 1.5.2 Bagi lahan praktek Dapat dijadikan sebagai masukan dan gambaran informasi untuk meningkatkan manajemen asuhan kebidanan yang diterapkan terhadap klien dalam memberikan asuhan tentang puting susu lecet. 1.5.3 Bagi masyarakat /ibu nifas Diharapkan dengan dilakukan asuhan secara komprehensif pada ibu nifas yang mengalami putting susu lecet ini, ibu bisa menyusui bayinya dengan tekhnik menyusui yang baik dan benar. 1.5.4 Bagi penulis Dapat melakukan asuhan pada ibu nifas sesuai dengan Standar Asuhan Kebidanan dan dapat menambah wawasan mahasiswa dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas terutama yang mengalami puting susu lecet. 1.6 Metode dan tekhnik memperoleh data Metode yang digunakan dalam penulisan study kasus ini adalah: menggunakan metode penulisan deskriptif. Metode penulisan deskriptif adalah suatu metode penulisan yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Metode penulisan deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tersebut (Notoatmodjo, 2012;hal.35-36).
  • 20. 7 1.7 Teknik memperoleh data Untuk memperoleh data tehnik yang digunakan sebagaiberikut: 1.7.1 Data primer 1.7.1.1 Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk menggumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan langsung muka dengan muka dengan orang tersebut (face to face) ( Notoamodjo,2005;hal102). a. Auto anamnesa Adalah anamnesis yang dilakukan kepada Paien langsung. jadi, data yang diperoleh adalah data primer karena langsung dari sumbernya. b. Allo anamnesa Adalah anamnesis yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien, Ini dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang akurat (Sulistyawati,2009;hal.120).
  • 21. 8 1.7.1.2 Pengkajian fisik Pengkajian fisik dapat dipandang sebagai bagian tahap pengkajian pada proses keperawatan atau tahap pengkajian atau pemeriksaan klinis dari sistem pelayanan, pengkajian fisik keperawatan pada prinsipnya menggunakan cara-cara yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (Priharjo, 2006;hal.2-3). 1.7.1 Data sekunder 1.7.2.1 Study Pustaka Merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang latar belakang teoritis dalam suatu penelitian. Telah kita ketahui bersama bahwa didalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dari berbagai disiplin ilmu. Dari buku-buku, laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005;hal.63 ). 1.7.2.2 Study documenter Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan, yang ada dibawah instansi resmi misalnya laporan, statistic, catatan-catatan didalam kartu klinik (Notoatmdjo,2005.hal.62).
  • 22. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Medis 2.1.1Pengertian Masa Nifas Masa nifas adalah masa (kira-kira 6 minggu ) setelah kelahiran bayi, selama tubuh ibu beradaptasi kekeadaan sebelum hamil disebut juga puerpurium (Bahiyatun,2009;hal.122). Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42hari) setelah itu (Prawirohardjo ,2014;hal.356). Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium di mulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. 2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas Tujuan dari asuhan masa nifas diantaranya yaitu : 2.1.2.1 Mendeteksi Adanya perdarahan masa nifas. 2.1.2.2 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya. 2.1.2.3 Melaksanakan skrining secara komprehensif. 2.1.2.4 Memberikan pendidikan kesehatan diri. 2.1.2.5 Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara 2.1.2.6 Memberikan konseling mengenai KB.
  • 23. 10 2.1.3 Tahapan Masa Nifas Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut: 2.1.3.1 Puerpurium dini Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya. 2.1.3.2 Puerpurium intermediate Yaitu suatu kepulihan secara menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu. 2.1.3.3 Purerpurium remote Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Sunarsih,2011;hal.1-4). 2.1.4 Program dan kebijakan teknis masa nifas Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk Mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi
  • 24. 11 Tabel 2.1 Kunjungan Masa Nifas Kunjungan Waktu Tujuan 1 6-8 jam setelah persalinan 1. Mencegah terjadinya perdarahan masa nifas 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut 3. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 4. Pemberian asi pada masa awal menjadi ibu. 5. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 6. Mengajarkan bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi, jika bidan menolong maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil 3 Enam hari setelah persalinan 1. Memastikan involusi uteri berjalan normal , uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau 2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca persalinan 3. Memastikan ibu mendapat cukupa makanan, cairan dan istirahat 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik 5. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi 4 Dua minggu setelah persalinan Sama seperti di atas (enam hari setelah persalinan) 5 Enam minggu Setelah persalinan 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang di alaminya atau bayinya 2. Memberikan konseling untuk KB secara dini Sumber (Saleha, 2009; hal.6-7) 2.1.5 Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas Selama masa nifas, alat-alat interna maupun ekterna berangsur-angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat genitalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain senagat berikut :
  • 25. 12 2.1.5.1 Perubahan Sistem Reproduksi 1. Uterus Segera setelah plasenta lahir pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus dan simpisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat di raba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan pengguguran desidua serta pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran dan berat serta oleh warna dan banyaknya lokia, banyaknya lokia kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh pemberian sejumlah preparat metergin dan lainnya dalam proses persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat prosesnya bila ibu menyusui bayinya. Table 2.2 Involusi Uteri Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi Involusi TFU Berat Uterus Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram 1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram 2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 300 gram 6 minggu Bertambah kecil 50 gram 8 minggu Normal saat sebelum hamil 30 gram (Saleha, 2009;hal.53-55)
  • 26. 13 a. Pengerutan rahim Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati). Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain : 1) Autolysis Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uteri. Enzim proteolitik akan mendekatkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya dari sebelum hamil. 2) Atrofi jaringan Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai plepasan plasenta. 3) Efek oksitosin (kontraksi) intrauterine yang sangat besar. Horman oksitosin yang Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segara setelah bayi lahir. Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume dilepas dari kelenjar hypopisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
  • 27. 14 mengompresi pembuluh darah, dan membantu proses homeostatis (Sulistyawati, 2009;hal.73-75). b. Lokia Lokia adalah akskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokia mengandung darah dan sisa jaringan desi dua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokia mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia di bedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya : 1) Lokia rubra/merah Lokia ini keluar pada hari pertama sampai hari ke 3 masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium. 2) Lokia sanguilenta Lokia ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir serta berlangsung dari hari ke 3 sampai hari ke 7 postpartum. 3) Lokia serosa Lokia ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke 7 sampai hari ke 14.
  • 28. 15 4) Lokia alba/putih Lokia ini mengandung leukosit, sel desidua,sel epitel selaput landir servik, dan serabut jaringan yang mati. Lokia alba ini dapat berlangsung setelah hari 14 atau selama 2-6 minggu postpartum (Sunarsih,2011;hal.58- 59). 2.1.5.2 Perubahan Pada Serviks Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak mengangga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corvus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontreaksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara corvus dan servik berbentuk semacam cincin. Servik berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah konsistensinya lunak. Muara servik yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasukin 2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum, servik sudah menutup kembali. a. Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi.dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan
  • 29. 16 vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara barangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol. b. Perenium Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh takanan bayi yang bergerak maju, pada postnatal hari ke 5 perenium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum hamil (Sulistiyawati,2009.hal.77-78). 2.1.5.3 Perubahan Sistem pencernaan Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanan dua jam setelah persalinan, pada ibu nifas lama dan terlantar mudah terjadi nileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltik usus, serta bisa juga terjadi karena pengaruh psikis takut BAB karena ada luka perineum. 2.1.5.4 Sistem perkemihan Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilaan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. Disamping itu, kandung kemih pada puerpurium mempunyai kapasitas yang meningkat secara relatif. Oleh karena itu distensi yang berlebihan, urine residual yang berlebihan.Ureter dan pelvis renalis yang mengalami distensi akan kembali normal pada
  • 30. 17 dua minggu sampai delapan minggu setelah persalinan (Saleha,2011.hal.58-59). 2.1.5.5 Perubahan Sistem Muskuluskeletal Perubahan sistem muskuluskeletal terjadi pada saat umur khamilan semakin bertambah. Adaptasi muskuluskeletal ini mencakup peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim relaksasi dan mobilitas. Namun demikian pada saat post partum sistem muskuluskletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri. Adaptasi sistem muskuluskeletal pada masa nifas, meliputi : a. Dinding perut dan peritonium b. Kulit abdomen c. Perubahan ligament d. Simpisis pubis (Damayanti, 2011;hal.62 ). 2.1.5.6 Perubahan Sistem endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan pada sistem endokrin terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut. a. Oksitosin Oksitosin disekresikandan kelenjar otak bagian belakang selama persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan
  • 31. 18 bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, hal tersebut membantu uterus kembali kebentuk semula. b. Prolaktin Menurunnya kadar esterogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitary, bagian belakang untuk mengluarkan prolaktin horrmon ini berperan dalam pembesaran payudara dan produksi ASI. c. Esterogen Dan Progesteron Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanisme nya secara penuh belum dimengerti Diperkirakan bahwa tingkan esterogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang meningkatkan volume darah. Dan progesteron mempengaruhi otot-otot halus yang mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dasar panggul, peruneum dan vulva (Saleha,2011.hal.59-60). 2.1.5.7 Perubahan Tanda –Tanda Vital a. Suhu badan Satu hari (24 jam) postpartum shu badan akan naik sedikit (37,50 c- 380 c) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, pabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa, biasanya hari ke tiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak berwarna merah karena banyaknya ASI, jika suhu badan tidak turun kemungkinan
  • 32. 19 ada infeksi endometrium, mastitis, traktus genetalis atau system lainnya (Sunarsih, 2011;hal.60). b. Tekanan darah Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit – penyakit lain yang menyertai dalam ½ bulan tanpa pengobatan (Salehah, 2009; hal. 61). Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum (Sunarsih, 2011; hal.60). c. Nadi dan pernafasan Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas 100x/menit pada masa nifas adalah mengidentifikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan. Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-3x/menit (Ambarwati, 2009;hal.138-39). 2.1.5.8. Perubahan Sistem Kardiovaskuler a. Volume darah Perubahan volume drah bergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi, serta pengeluaran cairan ekstra vaskuler kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat
  • 33. 20 tetapi terbatas tetapi terjadi perpindahan cairan tubuh yang menyebabkan cairan darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume darah sebelum hamil. Pada persalinan pervaginam, ibu kehilangan darah sekitar 300-400 cc. bila persalinan secra sc maka kehilangan darah bisa 2 kali lipat . b. Curah jantung Denyut jantung, volume sekuncup, dari curah jantung meningkat sepanjang masa hamil, segera setelah wanita melahirkan. Keadaan ini meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintas sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba kembali kesirkulasi umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran (Sunarsih,2011;hal. 60- 61) 2.1.5.9 Eliminasi a. BAK Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
  • 34. 21 b. BAB Ibu postpartum diharapkan buang air besar (defekasi) setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar peroral atau per rectal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma ( huknah ) ( Saleha,2009;hal.73). 2.1.5.10 Kebersihan Diri Mandi ditempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri dikamar mandi, yang terutama dibersihkan adalah puting susu dan mamae dilanjutkan perawatan perineum apabila telah buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari. Biasanya ibu merasa takut pada kemungkinan jahitannya akan lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan atau dicuci. Cairan sabun atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah buang air kecil atau buang air besar cara membersihkannya dari depan kearah belakang (Sunarsih,2011;hal.74-75). 2.1.5.11 Nutrisi dan Cairan Gizi ibu menyusui dibutuhkan untuk produksi ASI dan pemulihan kesehatan ibu, kebutuhan gizi yang perlu dipertahankan yaitu : 1. Makanan dianjurkan seimbang antara jumlah dan mutunya 2. Banyak minum, setiap hari harus minum lebih dari 6 gelas 3. Makan makanan yang tidak merangsang, baik secara termis, mekanis, atau kimia untuk menjaga pencernaan
  • 35. 22 4. Batasi makanan yang berbau keras 5. Gunakan makanan yang dapat merangsang produksi ASI, misalnya sayuran hijau (Bahiyatun; 2009.hal.68). 2.1.5.12 Pola Istirahat Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali kondisi fisiknya. Kurang istirahat pada ibu postpartum dapat mengakibatkan beberapa kerugian : Mengurangi jumlah produksi ASI, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi, dan ketidaknyamanan dalam merawat anaknya. Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat siang dan malam (Sulistyawati,2009;hal.103). Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang di butuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari (Damayanti, 2009;hal.84). 2.1.5.13 Pola Seksual Secara fisik, aman untuk melaksukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibudapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan (Sulistyawati,2009;hal.103).
  • 36. 23 2.1.6 Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres pascapersalinan, terutama pada ibu primipara. Periodeini diekspresikan oleh revarubin yang terjadi pada tiga tahapan yaitu sebagai berikut : 2.1.6.1 Taking in Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman- pengalaman melahirkan dan persalinan yang dalaminya serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat 2.1.6.2 Taking Hold Periode ini berlangsung pada hari 3-4 post partum, ibu lebih berkonsentrasi terhadap kemampuanya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu merasa sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu. 2.1.6.3 Letting Go Dialami setelah tiba ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya (Saleha, 2011; hal. 63-64).
  • 37. 24 2.1.7 Respon orang tua terhadap bayi baru lahir Bounding Attacment Yang dimaksud dengan Bounding Attacment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit –menit pertama sampai beberapa menit setelah kelahiran bayi. Pada proses ini, terjadi penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam perawatannya (Sulistyawati,2009;hal.59). 2.1.8 Proses laktasi dan menyusui 2.1.8.1 Anatomi Payudara Payudara yang matang adalah salah satu tanda pertumbuhan sekunder dari seorang perempuan dan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu, untuk mempertahankan Kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama kehidupan, karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting, terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopouse. pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak. Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia yang mempunyai sepasang kelenjar payudara,
  • 38. 25 yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram. a. Letak :setiap payudara terletak pada sternum yang meluas setinggi kosta kedua dan keenam. Payudara ini terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada yang disanggah oleh ligamentum sosprnosrium b. Bentuk:bentuk masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas keketiak atau aksila c. Ukuran : ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga tergantung pada stadium perkembangan dan umur Tidak jarang salah satu payudara agak lebih besar ukurannya agak lebih besar dari pada yang lainya 2.1.8.2 Struktur Makroskopis Struktur makroskopis payudara adalah sebagai berikut : a. Cauda Aksilaris Adalah jaringan payudara yang meluas kearah aksila b. Areola Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2.5 cm. letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. c. Papila Mamae
  • 39. 26 Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi , sedangkan otot-otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut. Bentuk puting ada 4 macam yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam. 2.1.8.3 Struktur Mikroskopis Gambar. 2.1Struktur payudara Struktur mikroskopis payudara adalah sebagai berikut a. Alveoli Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu payudara terdiri dari 15-25 lobus masing-masing lobus terdiri
  • 40. 27 dari 20-40 lobulus dan masing-masing lobulus terdiri dari 10-100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran susu sehingga menyerupai suatu pohon. b. Tubulus laktiferus saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli. c. Ductus lactiferus saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactiferus d. Ampulla bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat penyimpanan air susu letaknya di bawah areola meluas sampai muara papila mamae (Sunarsih,2011.hal:7-9). 2.1.9 Fisiologi Laktasi Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi. Bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir dalam alveoli, melalui saluran susu (ductus lactiferus) melalui reservoir susu yang berlokasi dibelakang areola, lalu kedalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan, dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa tambahan apapun sejak dari lahir dengan kata lain pemberian susu formula, air
  • 41. 28 matang, air gula dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan ( Saleha,2009;hal.10). 2.1.9.1 Refleks Prolaktin Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalangan payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memicu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada
  • 42. 29 minggu ke 2 ± 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu (Sunarsih, 2011;hal.11-13). 2.1.9.2 Pengeluaran ASI (Oksitosin) Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitary posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis. Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energy dan zat yang dibutuhkan selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Namun, adakalanya seorang ibu mengalami masalah dalam pemberian ASI. Kendala yang utama adalah karena produksi ASI tidak lancar 2.1.10 Manfaat pemberian ASI 2.1.10.1 Bagi bayi a. Komposisi sesuai kebutuhan
  • 43. 30 b. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan c. ASI mengandung zat pelindung d. Perkembangan psikomotorik lebih cepat e. Menunjang perkembangan kognitif f. Menunjang perkembangan penglihatan g. Memperkuat ikatan batin ibu dan anak h. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat dasar untuk perkembangan kepribadian dan percaya diri 2.1.10.2 Bagi ibu a. Mencegah perdarahan persalinan dan mempercepat kembalinya rahim kebentuk semula b. Mencegah anemia defisiensi besi c. Mempercepat ibu kembali keberat badan sebelum hamil d. Menunda kesuburan e. Menimbulkan perasaan dibutuhkan f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium (Saleha,2009;hal.11-32). 2.1.11 Komposisi ASI Komposisi gizi dalam ASI ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI khusus dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dai ASI sangat khusus dan sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.
  • 44. 31 2.1.11.1 Protein Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio protein whey : kasein = 60 : 40, dibanding dengan susu sapi yang rasionya 20 : 80. ASI mengandung alfa – laktabumin, sedangkan air susu sapi mengandung beta – laktoglobulin dan bovine serum albumin. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi. Kadar metiolin dalam ASI lebih rendah dari pada susu sapi, sedangakan sisten lebih tinggi. Kadar tirosin dan fenalanin pada asi rendah. Kadar poliamin dan nukleotid yang untuk sintesis protein pada asi lebih tinggi dibandingkan air susu sapi. 2.1.11.2 Karbohidrat ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air susu sapi (6,5 – 7 gram). Karbohidrat yang pertama adalah laktosa 2.1.11.3 Lemak Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih besar dari air susu sapi. Asam lemak rantai panjang berperan dalam perkembangan otak. Kolesterol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan diperkirakan juga berfungsi dalam perkembangan pembentukan enzim. 2.1.11.4 Mineral ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama kalsium,
  • 45. 32 kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki kalsium, fosfor, sodium potasium, dalam tingkat yang lebih rendah dibendingkan dengan susu sapi. Bayi yang diberikan ASI tidak akan menerima pemasukan suatu muatan garam yang berlebihan sehingga tidak memrlukan air tambahan dibawah kondisi – kondisi umum. 2.1.11.5 Air Kira–kira 88% ASI terdiri atas air yang berguna melarutkan zat – zat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus dari bayi. 2.1.11.6 Vitamin Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D, C cukup. Sementara itu golongan vitamin B kecuali ribofin dan asam penthothenik lebih kurang. a. Vitamin A air susu manusia yang sudah masak (dewasa mengandung 280 IU) vitamin A dan kolostrum mengandung sejumlah dua kali itu. Susu sapi hanya mengandung 18 IU b. Vitamin D vitamin D larut dalam air dan lemak, terdalam air susu manusia
  • 46. 33 c. Vitamin E kolostrum manusia kaya vitamin E, fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia, akan tetapi juga membantu melindungi paru – paru dan retina dari akibat oxide d. Vitamin K diperlukan untuk sintesis faktor – faktor pembekuan darah, bayi yang mendapatkan ASI mendapatkan vitamin Klebih banyak . e. Vitamin B komplek semua vitamin B ada pada tingkat yang di yakinkan memberikan kebutuhan harian yang diperlukan f. Vitamin C vitamin C sangat penting dalam sintesis kolagen, ASI mengandung 43 mg/100 ml vitamin C dibanding dengan susu sapi (Sunarsih, 2011;hal.19-20). 2.1.12 Stadium ASI ASI dibandingkan dalam 3 stadium yaitu sebagai berikut : 2.1.12.1 Kolostrum Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah kolostrum yang mengandung campuran kaya akan protein, mineral, antibodi daripada ASI yang telah matang. ASI dimulai ada kira – kira pada hari ke 3 atau hari ke 4. Kolostrum berunah menjadi ASI yang matang kira – kira 15
  • 47. 34 hari sesudah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan dengan viskosis kental, lengket, dan berwarna kekuningan. 2.1.12.2 ASI transisi ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Selama 2 minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat 2.1.12.3 ASI matur ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. ASI matur tanpa warna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan lemak rendah, tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air (Sunarsih, 2011:hal, 20-21). 2.1.13 Proses laktasi Proses ini timbul setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin (hormone plasenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas. Hormon hormon yang terlibat dalam pembentukan ASI adalah sebagai berikut :
  • 48. 35 2.1.13.1 Progesterone Mempengaruhi tumbuh dan ukuran alveoli. Kadar progesterone dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulus produksi ASI secara besar- besaran. 2.1.13.2 Estrogen Menstimulus system saluan ASI untuk membesar. Kadar estrogen dalam tubuh menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa ulan selama tetap menyusui. 2.1.13.3 Prolaktin Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan. 2.1.13.4 Oksitosin Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam organisme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluaran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu (let-down/milk ejection reflex). 2.1.13.5 Human Placental Lactogen (HPL) Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara,
  • 49. 36 putting dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI juga bisa diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation) (Saleha, 2009;hal.13). 2.1.14 Tanda-tanda Bahaya dan Komplikasi Pada Masa Nifas 2.1.14.1 Tanda-tanda bahaya pada masa nifas Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan. Oleh karena itu, penting bagi bidan/perawat untuk memberikan informasi dan bimbingan pada ibu untuk dapat mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas yang harus diperhatikan. Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas ini adalah: a. Demam tinggi hingga melebihi 38o C b. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk. c. Nyeri perut hebat/rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung, serta nyeri ulu hati d. Sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan kabur/masalah penglihata
  • 50. 37 e. Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan f. Rasa sakit, merah, atau bengkak di bagian betis atau kaki g. Puting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk menyusui h. Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan merasa sangat letih atau nafas terengah-engah i. kehilangan nafsu makan dalam waktu lama j. tidak bisa buang air besar selam tiga hari atau rasa sakit waktu buang air kecil k. merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau diri sendiri (Maryunani,2009:h.139-140). 2.1.15 Komplikasi yang Mungkin Terjadi Pada Masa Nifas 2.1.15.1 Perdarahan Pervaginam Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan.Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan terjadinya perdarahan pascapersalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin. Hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pascapersalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca persalin harus dipantau dengan ketat untuk kemungkinan perdarah fase persalinan.
  • 51. 38 2.1.15.2 Infeksi Masa Nifas Beberapa bekteri dapat menybabkan infeksi pasca persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinari payudara dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. 2.1.15.3 Sakit Kepala, Nyeri Epigastrum, dan Penglihatan Kabur Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan kabur. Penanganan terhadap gangguan ini meliputi: a. Jika ibu sadar, periksa nadi, tekanan darah, dan perdarahan. b. Jika ibu tidak bernafas, periksa dan lakukan ventilasi dengan masker dan balon. c. Jika pasien tidak sadar/koma, bebaskan jalan nafas, beringkan miring ukur suhu periksa apakah tengkuk. 2.1.15.4 Pembengkakan wajah atau ektermitas Bila terjadi gejala ini, periksa adanya varises, periksa kemerahan pada betis, dan periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, atau kaki mengalami edema (perhatikan adanya edema putting, jika ada)
  • 52. 39 2.1.15.5 Nyeri berkemih Pada masa nifas dini, sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih didalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan atau analgesia epidural atau spinal. 2.1.15.6 Payudara bengkak Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat dapat menyebabkan payudara menjadi merah, panas terasa sakit, dan akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. 2.1.15.7. Kehilangan nafsu makan Sesudah bayi lahir, ibu akan merasa lelah dan mungkin juga lemas dan karena kehabisan tenaga. Hendaknya ibu lekas diberi minuman hangat, susu, atau teh yang bergula. Apabila ibu menghandaki makanan, berikan makanan yang sifatnya ringan. 2.1.15.8. Thrombus Vena Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus pada vena- vena yang terdapat di pelvis yang mengalami dilatasi. 2.1.15.9 Perasaan sedih ibu nifas Faktor penyebab keadaan ini meliputi: a. Kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang dialami oleh kebanyakan wanita.
  • 53. 40 b. Rasa nyeri pada awal masa nifas. c. Kelahiran akibat kurang tidur selama persalinan. d. Kecemasan tentang kemampuannya untuk merawat bayi setelah meninggalkan rumah sakit. e. Ketakutan untuk tidak menarik lagi (Bahiyatun,2013;hal.115-119). 2.1.16 Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas a. Nutrisi Dan Cairan Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut. 1. Mengonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari. 2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. 3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. 4. Pil zat besi harus dmiinum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pascapersalinan.
  • 54. 41 5. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI (Saleha, 2009;h.71-72). b. Ambulasi Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu post partum telentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum (Saleha, 2009;h.72). c. Eliminasi Buang air kecil (BAK) setelah melahirkan terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila BAK keadaan ini diakibatkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan sehingga penderita takut BAK. Pada saat 3 hari postpartum ibu BAK 2-3 kali sehari, dan pada saat 6
  • 55. 42 hari postpartum ibu sudah BAK 4-5 kali sehari berwarna kuning berbau khas. Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam ibu diusahakan mampu buang air kecil sendiri, bila tidak maka dilakukan tindakkan berikut ini. 1. Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien 2. Mengompres air hangat di atas simpisis 3. Saat site bath ( berendam air hangat) klien disuruh BAK. Kateterisari pada tidak dilakukan sebelum lewat enam jam post partum BAB (buang air besar) defekasi (buang air besar) harus dalam 3 hari post partum. Bila ada konstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun di rectum mungkin akan terjadi fibris, pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga dapat mempengaruhi terjadinya konstipasi. Bila penderita selama 2 hari sesudah persalianan akan di tolong dengan pemberian spuit, gliserin/ obat-obatan dan biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAB, maka sebaiknya diberikan laksan dan paraffin (1-2 hari post partum) atau pada hari ke-3 diberi laksan supositoria dan minum air hangat Pada saat 3 hari post partum ibu sudah BAB 1 kali sehari, dan pada saat 6 hari post partum ibu BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak. (Sunarsih, 2011;h.73).
  • 56. 43 d. Personal hygiene Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah tejadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009;h.73). 1) Menganjurkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. 2) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. 3) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya 4) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.(Saleha 2009;h.73-74) Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu post partum, antara lain : 1. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau debu dan menyebabkan kulit bayi mengalami alergi melalui sentuhan kulit ibu dan bayi. 2. Membersihan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan
  • 57. 44 daerah vulva terlabih dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah anus. 3. Mengganti pembalut setiap kali darah masih penuhatau minimal 2 kali dalam sehari. Kadang hal ini terlwat untuk disampaikan kepada pasien.masih adanya luka terbuka didalam rahim dan vagina sebagai satu-satunya port de enter kuman penyebab infeksi rahim maka ibu harus senantiasa menjaga suasana keasaman dan kebersihan vagina dengan baik. 4. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia selesai membersihkan daerah kemaluannya. 5. Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka. Ini yang kadang kurang diperhatikan oleh pasien dan tenaga kesehatan. Karena rasa ingin tahunya, tidak jarang pasien berusaha untuk menyentuh luka bekas jahitan di perineum tanpa memerhatikan efek yang dapat ditimbulkan dari tindakanya ini. Apalagi pasien kurang memerhatikan kebersihan tangannya sehingga tidak jarang terjadi infeksi sekunder. e. Istirahat dan tidur Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat ysng berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.
  • 58. 45 Dan selain itu pasien harus selalu di ingatkan untuk selalu tidur siang atau beristirahat selagi bayinya tidur. Kebutuhan istirahat untuk ibu post partum minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam 8 jam dan siang 1 jam (Sulistyawati 2009;h103). f. Aktifitas seksual Aktifitas seksual yang dapat dilakukan ibu oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat yaitu, secara fisik aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari kedalam vagina tanpa adanya rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Dan banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah melahirkan, keputusan ini tergantung pada pasangan yang bersangkutan. g. Latihan senam nifas Setelah melahirkan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita. Involusi ini jelas sangat terlihat pada
  • 59. 46 alat-alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu. Oleh karena itu, mereka akan selalu berusaha untuk memulihkan dan mengencangkan keadaan dinding perut yang sudah tidak indah lagi. Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti semula adalah dengan melakukan latihan dn senam nifas (Saleha, 2009 h;75) 2.1.17 Masalah Dalam Hal Menyusui Masalah yang terjadi adalah masalah-masalah yang biasanya terjadi dalam pemberian ASI. 2.1.17.1 Puting susu datar atau terbenam Untuk mengetahui apakah puting susu datar/terbenam yaitu dengan cara menjepit areola antara ibu jari telunjuk dibelakang puting susu. Bila puting susu menonjol berarti puting tersebut normal, namun bila putting tidak menonjol berarti puting susu datar/terbenam. Cara mengatasinya : Dengan menggunakan pompa puting. Puting susu yang datar dan terbenam dapat dibantu agar menonjol dan dapat dihisap oleh mulut bayi. Upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 3
  • 60. 47 dan biasanya hanya perlu dibantu hingga bayi berusia 5-7 hari. Puting juga bisa ditarik keluar secara teratur hingga puting akan sedikit menonjol dan dapat diisapkan kemulut bayi, puting akan lebih menonjol lagi (Maryunani, 2009; hal .91). 2.1.17.2 Payudara bengkak Pada payudara bengkak tampak payudara udem, sakit, puting kencang, kulit mengkilap walau tidak merah, dan bila diperiksa/dihisap ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah 24 jam, Hal ini terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan. Penyebab bengkak : a. Menyusui yang tidak kontinu b. Perlekatan saat menyusui kurang baik c. Waktu menyusui yang terbatas d. Terlambat menyusui 1. Cara mengatasinya : a. Menyusui segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar. b. Menyusui bayi tanpa jadwal (nir-jadwal dan on demand). c. Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi. d. Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudara dengan lap bersih atau dengan daun pepaya basah.
  • 61. 48 e. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan dingin (Sunarsih, 2011; hal.40). 2.1.17.3 Saluran susu tersumbat Berikut ini akan dijelaskan mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaannya, dan pencegahan saluran susu yang tersumbat. 1. Penyebab : Hal-hal yang menjadi penyebab saluran susu tersumbat adalah sebagai berikut : a. Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu menyusui b. Pemakaian bra yang terlalu ketat c. Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga terbentuklah sumbatan d. Gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut : e. Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak pada perabaan f. Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang terlokalisir 2. Penatalaksanaan : Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat, sehingga benar- benar sembuh, untuk menghindari terjadinya radang payudara (mastitis).
  • 62. 49 a. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan masase serta kompres panas dan dingin secara bergantian b. Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap kali selesai menyusui c. Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI (Saleha, 2009 ;hal.107). 2.1.17.4 Mastitis/radang payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Ibu bisa mengalami demam bahkan disertai menggigil. Mastitis biasanya terjadi pada masa 1-3 minggu setelah melahirkan akibat saluran susu tersumbat dan tidak segera diatasi (Maryunani, 2009; hal.95). Cara mengatasinya : a. Kompres hangat/panas dan pemijatan b. Rangsang oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu stimulasi puting, pijat leher-punggung, dan lain-lain c. Pemberian antibiotic, flucloxacilin atau erythromycin selama 7- 10 hari d. Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri e. Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah
  • 63. 50 (Sunarsih, 2011; hal.41). 2.1.17.5 Abses payudara Abses payudara dapat terjadi akibat mastitis yang terlambat diobati. Ibu tampak kesakitan, payudara merah mengkilap dan benjolan yang teraba mengandung cairan berupa nanah. Cara mengatasinya : a. Jika susu terjadi abses, payudara yang sakit tidak boleh disusukan, mungkin perlu tindakan bedah. Tapi payudara yang sehat harus tetap digunakan untuk menyusui dengan perawatan dan kebersihan yang sebaik mungkin b. Rujuk ibu ke dokter bedah untuk dilakukan insisi dan drainase pus/nanah c. Pemberian antibiotic dosis tinggi dan obat analgesic/antipiretik oleh dokter d. Ibu harus cukup istirahat (Maryunani, 2009; hal.96). 2.1.17.6 Puting susu lecet Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah- celah. Retakan pada puting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam (Sunarsih, 2011; hal.39). Kebanyakan puting nyeri/lecet disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu bayi tidak mengisap puting sampai ke areola payudara. Bila bayi menyusu hanya pada
  • 64. 51 puting, bayi akan mendapat ASI sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus. Hal ini dapat menyebabkan nyeri atau lecet pada puting ibu. Puting lecet dapat juga disebabkan oleh moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu, pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu (Bahiyatun,2013;hal.30). Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui, selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada puting susu bisa sembuh sendiri dalam waktu 48 jam (Damaiyanti,2011;hal.107). Puting susu lecet ini sering terjadi saat minggu pertama setelah bayi lahir. 1. Penyebab puting lecet a. Kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu bayi hanya menyusu pada puting susu saja tidak sampai ke areola. b. Adanya moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu. c. Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting. d. Bayi dengan tali lidah yang pendek, menyebabkan bayi hanya dapat mengisap sampai puting susu ibu saja.
  • 65. 52 e. Ibu menghentikan menyusu kurang hati-hati 2. Cara mengatasinya a. Oleskan puting susu dengan ASI setiap kali hendak dan setelah menyusui. Hal ini untuk mempercepat sembuhnya lecet dan menghilangkan rasa nyeri/perih. b. Perhatikan teknik menyusui termasuk posisi menyusui yang baik dan benar. c. Bila ditemukan gejala moniliasis pada bayi, segera berikan anti jamur (sesuai petunjuk). d. Jangan membersihkan puting susu dan areola dengan sabun, alcohol dan zat iritan lainnya. e. Lepaskan isapan bayi setelah menyusui dengan cara benar. f. Jangan mengenakan BH yang terlalu kuat. g. Jika rasa nyeri atau lecet tidak terlalu berat, ibu dapat terus menyusui dengan memulai pada daerah yang tidak nyeri terlebih dahulu untuk mengurangi rasa sakit. h. Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau lecet makin berat, puting susu yang sakit diistirahatkan selama 24 jam. Bersamaan dengan itu, ASI tetap dikeluarkan dengan tangan (diperah) dan dapat diberikan pada bayi dengan sendok (Maryunani, 2009; hal.92). 3. Pencegahan a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alcohol, krim.
  • 66. 53 b. Sebaiknya biarkan bayi melepaskan sendiri puting susu dari isapannya bukan memaksanya dengan menarik puting. Hal ini dapat dilakukan dengan merangsang bayi dengan menekan dagunya atau memasukan jari kelingking yang bersih kemulutnya. c. Posisi menyusui harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke areola payudara dan menggunakan kedua payudara (Bahiyatun,2013;hal.31). 4. Langkah-langkah menyusui yang benar a. Cuci tangan yang bersih dengan menggunakan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar puting, duduk atau berbaring dengan santai b. Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak ditempat tidur/kursi c. Lengan ibu menopang lengan, leher, dan seluruh badan bayi (kepala dantubuh berada pada garis lurus) d. Ibu mendekatkan bayi ketubuhnya (muka bayi menghadap kepayudara ibu). Dan mengamati bayi yang siap menyusu: membuka mulu, bergerak mencari, dan menoleh, bayi harus berada dekat dengan payudara ibu. e. Ibu menyentuhkan puting susunya kebibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi keputing susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap puting susu ibunya.
  • 67. 54 f. Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi g. Bayi deletakkan ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, hadapkan bayi kedada ibu sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting dengan puting susu, dekatkan badan bayi kebadan ibu menyentuh bibi bayi keputting susunya dan menunggu sampai mulut bayi dibuka lebar. h. Jika bayi sudah selesai menyusu, ibu mengeluarkan puting dari mulut bayi dengan cara memasukkan jari klingking ibu diantara mulut dan payudara. i. Menyendawakan bayi dengan menyendarkan bayi di pundak atau menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk- nepuk punggung bayi (Sunarsih,2011;hal.33-34). 5. Cara melepas isapan bayi, yaitu : 1. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut. 2. Dagu bawah bayi ditekan. 3. Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terakhir). 4. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting susu dan areolanya sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya.
  • 68. 55 5. Setelah selesai menyusui, bayi disendawakan dengan tujuan untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (Maryunani, 2009; hal.77-78). 6. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar a. Bayi tampak tenang. b. Badan bayi menempel pada perut ibu, c. Mulut bayi terbuka lebar d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu. e. Sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi, areola bagian bawah lebih banyak yang masuk. f. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu. g. Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya putingh saja), lingkar areola atas terlihat lebih banyak bila dibandingkan dengan lingkar areola bawah. h. Lidah bayi menopang puting dan areola bagian bawah i. Bibir bawah bayi melengkung keluar. j. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan. k. Puting susu ibu tidak terasa nyeri. l. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. m. Kepala agak menengadah. n. Bayi mengisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang disertai dengan berhenti sesaat.
  • 69. 56 7. Tanda bayi cukup ASI 1. Bayi minum ASI tiap 2-3jam atau dalam 24 jam minimal mendapat ASI 8 kali pada 2 sampai 3 minggu pertama 2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir 3. Bayi akan BAK paling tidak 6-8 kali/hari 4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI 5. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI telah habis 6. Warna bayi merah dan kulit terasa kenyal 7. Pertumbuhan berat badan BB dan tinggi badan TB bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan 8. Perkembangan motorik bayi (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentan usianya) 9. Bayi keliahatan puas sewaktu-waktu akan lapar akan bangun dan tidur dengan cukup 10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian mengantuk dan tertidur pulas (Sunarsih,2011; hal.24) 8. Lama dan frekuensi menyusui Sebaiknya tindakan menyusui bayi dilakuakan di setiap saat bayi membutuhkan karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena penyebab lain (BAK, kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat
  • 70. 57 mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola terrtentu setelah 1-2 minggu kemudian (Sunarsih,2011;hal.35-36). 9. Cara merawat payudara a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian puting susu b. Menggunakan BH yang menyokong payudara c. Apabila puting susu lecet, oleskan colostrom atau air susu yang keluar disekitar puting setiap kali selesai menyusui. Menyususi tetap dilakukan mulai dari putting susu yang tidak lecet. d. Apabila lecet sangat berat, dapat diistirahatkan selama 24 jam ASI dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok. e. Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam. f. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI maka ibu dapat melakukan : 1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat sela 5 menit 2) Urut payudara dari arah pangkal ke puting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting 3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak
  • 71. 58 4) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila bayi tidak dapat menghisap seluruh ASI, sisanya keluarkan dengan tangan 5) Letakkan air dingin pada payudara setelah menyusui (Sulistyawati,2009;hal.24-25). 2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan 2.2.1 Pengertian Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klient maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebgaai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus terhadap klien. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik (Soepardan, 2008; hal. 96)
  • 72. 59 2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney 2.2.2.1 Pengumpulan data dasar Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, sesuai dengan kebutuhan peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil study. Semua data dikumpulkan dari semua yang berhubungan dengan kondisi pasien. Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.Data tersebut di interpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik (Soepardan, 2008;hal.99) a. Data Subyektif Biodata yang mencakup identitas pasien. 1) Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam Memberikan penanganan
  • 73. 60 2) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas (Ambarwati, 2009;hal.131). 3) Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasiendalam berdoa (Damayanti, 2009;hal.128). 4) Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingakat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikanya ( Ambarwati, 2009;hal.132) 5) Suku/ Bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari hari 6) Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingat social ekonominya, karena ini jugamempengaruhi
  • 74. 61 dalam gizi pasien tersebut (Damayanti, 2009;hal.128). 7) Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan (Ambarwati, 2009;hal.132). 8) Keluhan utama Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas (Maryunani, 2009;hal.169) Ketika menyusui terasa nyeri. Puting susu lecet tersebut terjadi salah teknik menyusui, monoliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu, akibat pemakaian sabun , alcohol, krim tau zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu, bayi dengan lidah pendek (Saleha,2009 ;hal. 102-103) 9) Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan yang lalu. Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, DM, hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini
  • 75. 62 b. Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya. c. Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui Kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gagguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya. 10) Riwayat persalinan Tanggal persalinan, jenis persalinan ,jenis kelamin anak , keadaan bayi meliputi, BB, PB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelaianan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini 11) Riwayat perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan
  • 76. 63 dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses kehamilanya. 12) Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa ( Ambarwati, 2009;hal. 133-169). 13) Kehidupan Sosial Budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan 14) Data psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu (Damayanti, 2009;hal.130). 15) Data pengetahuan Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.
  • 77. 64 16) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari a. Nutrisi Gizi ibu menyusui dibutuhkan untuk produksi ASI dan pemulihan kesehatan ibu, kebutuhan gizi yang perlu dipertahankan yaitu : 1. Makanan dianjurkan seimbang antara jumlah dan mutunya 2. Banyak minum, setiap hari harus minum lebih dari 6 gelas 3. Makan makanan yang tidak merangsang, baik secara termis, mekanis, atau kimia untuk menjaga pencernaan 4. Batasi makanan yang berbau keras 5. Gunakan makanan yang dapat merangsang produksi ASI, misalnya sayuran hijau (Bahiyatun; 2009.hal.68). 17) Eliminasi Ibu diminta untuk buang air kecil minimal 6 jam post partum, apabila setelah 8 jam post partum ibu belum dapat berkemih maka ibu hendaknya dilakukan kateterisasi. Untuk pola buang air besar, setelah 2 hari ibu diharapkan sudah dapat buang air besar, jika pada hari ke 3 ibu belum
  • 78. 65 dapat buang air besar maka ibu diberi obat peroral atau perektal (saleha, 2009;hal.73). Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pecernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup (Ambarwati, 2009;hal.80) Usus besar cenderung seret/tidak lancar setelah melahirkan karena masih adanya efek progesteron yang tertinggal dan penurunan tonus otot abdomen (Maryunani, 2010;hal.20). 18) Istirahat Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali kondisi fisiknya. Kurang istirahat pada ibu post partum dapat mengakibatkan beberapa kerugian : Mengurangi jumlah produksi ASI, memperlancar proses involusi uterus, menyebabkan depresi,dan ketidaknyamanan dalam merawat anaknya
  • 79. 66 kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat siang dan malam (Sulistyawati,2009;hal.103). 19) Personal hygiene Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009;hal.73). 20) Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi (Damayanti, 2009;hal.130). 21) Hubungan Seksual Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibudapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam
  • 80. 67 vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan (Sulistyawati,2009;hal.103). Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap (Sunarsih; 2011; hal. 77). b. Data Objektif Komponen-komponen pengkajian data objektif ini adalah 1. Tanda-tanda vital: a). Suhu badan Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena istirahat dan tidur yang
  • 81. 68 diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai >38°C adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi ( Sunarsih, 2011;hal.60). b). Nadi dan pernafasan Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas 100x/menit pada masa nifas adalah mengidentifikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan. Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30x/menit (Ambarwati, 2009;hal.138). c). Tekanan darah Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan. Penurunan tekanan darah bisa mengindikasikan penyesuaian fisiologi terhadap penurunana tekanan intrapeutik atau adanya Hipovolemia sekunder yang berkaitan dengan
  • 82. 69 hemorhagi uterus. Peningkatan tekanan sistolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsi dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut (Maryunani,2009;h.26) 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki a). Payudara Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh : 1) Tekhnik menyusui yang tidak benar 2) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting ibu. 3) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu 4) Bayi dengan tali lidah pendek 5) Cara menghentikan menyusui yang tidak tepat (Ambarwati, 2008; hal. 46-47). b). Keadaan payudara dan puting susu a. Simetris/tidak b. Konsistensi, ada pembengkakan/tidak
  • 83. 70 c. Puting menonjol/tidak, lecet/tidak d. Keadaan abdomen Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. c). Abdomen Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU (tinggi fundus uteri) nya 1) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram. 2) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari di bawah pusat. 3) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat 500 gram. 4) Pada 2 minggu postpartum, TFU teraba di atas simpisis dengan berat 350 gram. 5) Pada 6 minggu postpartum, fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan berat 50 gram (Sulistyawati, 2009;hal.73).
  • 84. 71 Keadaan genetalia a. Lokia : Lockia adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi/ alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia rubra muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa postpartum (Ambarwati, 2009; hal. 78). Perineum : oedema, hematoma, bekas luka episiotomy/robekan, hecting b. Keadaan anus : hemorroid c. Keadaan ekstermitas d. Varices e. Oedema f. Reflex patella 2.2.2.2 Interprestasi data Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.Data tersebut di interpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik (Soepardan, 2008;hal.99).
  • 85. 72 a. Diagnosa Kebidanan Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan, Abortus, anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas. Data dasar meliputi : 1. Data subjektif Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya 2. Data objektif Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital b. Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien a. Data subjektif Data yang didapat dari anamnesa pasien b. Data objektif Data yang didapat dari hasil pemeriksaan (Soepardan, 2008;hal.99). 2.2.2.3 Identifikasi diagnosis atau masalah potensial Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Soepardan, 2008;hal.100).
  • 86. 73 2.2.2.4 Identifikasi dan penerapan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lainya sesuai dengan kondisi klien, melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawat klinis (Soepardan, 2008;hal.100). 2.2.2.5 Perencanaan asuhan secara menyeluruh Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya. (Ambarwati,2009;hal. 143) Asuhan kebidanan yang diberikan ibu pada Puting Susu Lecet adalah: 1) Cara mengatasi Puting Susu lecet 2) Cari penyebab puting susu lecet 3) Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun. 4) Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai kekalang payudara dan susukan secara bergantian diantara kedua payudara. 5) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke putting yang lecet dan biarkan kering (Sunarsih,2011;hal.35-36)
  • 87. 74 6) Melaksanakan skirining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati ,dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Mendeteksi dan merawat penyebab lain dari perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut 7) Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat. Ibu-ibu postpartum harus di berikan pendidikan mengenai pentingnya gizi antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui (Saleha, 2011;hal.4). 2.2.2.6 Pelaksanaan perencanaan Efesien dan aman, Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainya (Soepardan, 2008;hal.102) a. Kebersihan diri 1) Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia 2) Mengganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK atau BAB Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009;hal.7). b. Istirahat 1) Memberi saran pada ibu untuk cukup tidur siang agartidak terlalu lelah
  • 88. 75 2) Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat menyebabkan produksi ASI berkurang, proses involusi berjalan lambat sehingga dapat menyebabkan perdarahan 3) Mengajarkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan sehari-hari. umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Akan terasa lebih lelah bila partus berlangsung agak lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merasa anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. (Sunarsih, 2011;hal.76) Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang di butuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari (Damayanti, 2009;h.84). c. Gizi 1) Mengkonsumsi 2300-2700 kal ketika menyusui ( Sunarsih, 2011; hal. 71). 2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitaminyang cukup 3) Minum 3 liter air setiap hari 4) Minum tablet Fe / zat besi selama 40 hari pasca persalina
  • 89. 76 5) Minum vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI ( Salehah, 2009;hal.71-72) d. Perawatan payudara 1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian puting susu 2. Menggunakan BH yang menyokong payudara 3. Apabila puting susu lecet, oleskan colostrom atau air susu yang keluar disekitar puting setiap kali selesai menyusui. Menyususi tetap dilakukan mulai dari putting susu yang tidak lecet. 4. Apabila lecet sangat berat, dapat diistirahatkan selama 24 jam ASI dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok. 5. Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam (Sulistyawati,2009;hal.24-25). 1. Evaluasi Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang bidan berikan kepada pasien. Bidan mengacu pada beberapa pertimbangan antara lain: a. Tujuan asuhan kebidanan b. Efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah c. Hasil asuhan (sulistyawati,2009;hal.146-147).
  • 90. 77 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: 1. Kewenangan normal: a. Pelayanan kesehatan ibu a. Pelayanan kesehatan anak b. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah 3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi: 1. Pelayanan kesehatan ibu 1. Ruang lingkup: a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal c. Pelayanan persalinan normal d. Pelayanan ibu nifas normal e. Pelayanan ibu menyusui f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan 2. Kewenangan: a. Episiotomi
  • 91. 78 b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II c. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum h. Penyuluhan dan konseling i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil j. Pemberian surat keterangan kematian k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin 2. Pelayanan kesehatan anak 1. Ruang lingkup: a. Pelayanan bayi baru lahir b. Pelayanan bayi c. Pelayanan anak balita d. Pelayanan anak pra sekolah 2. Kewenangan: a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
  • 92. 79 c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah f. Pemberian konseling dan penyuluhan g. Pemberian surat keterangan kelahiran h. Pemberian surat keterangan kematian (DEPKES RI. Kesehatan Ibu.2011).
  • 93. 80 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.N UMUR 19 TAHUN P1A0 6 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTTING SUSU LECET DI BPS AIDAWATI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 3.1 Pengkajian Tanggal : 09 April 2015 Nama Mahasiswa : Endang Satuni Nim : 201207143 Data subjektif a. Identitas pasien Penanggung jawab Nama : Ny N Nama : Tn S Umur : 19 tahun Umur : 21 tahun Agama : Islam Agama : Islam Sukubangsa : Jawa Suku : Jawa Pendidikan : SMA Pendidikan : STM Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wirausaha Alamat : Jln. WR Supratman Gg. Sanuba Depan Kelurahan Talang Teluk Betung Utara Bandar Lampung
  • 94. 81 b. Keluhan utama Ibu mengatakan putingnya terasa nyeri dan lecet c. Riwayat kesehatan 1) Sekarang Ibu tidak sedang menderita penyakit apapun baik penyakit menular rmaupun penyakit keturunan 2) Yang lalu Ibu tidak pernah menderita penyakit menular maupun penyakit menurun 3) Keluarga Dalam keluarganya tidak ada/tidak pernah menderita penyakit seperti penyakit menular maupun keturunan 4) Riwayat obstetric 1. Riwayat haid Menarche : 13 tahun Siklus : 28 hari Teratur/tidak : teratur Lama : 5-7 hari Volume : 100cc Warna : Merah kental Dismenorhea : Tidak ada Bau : Amis Flour albus : Tidak ada
  • 95. 82 2. Riwayat kehamilan sekarang (data didapatdari KMS) 1) HPHT : 21-06-2014 2) Taksiran persalinan : 28-03-2015 3) Tanggal bersalin : 04-04-2015 4) Frekuensi ANC : 7 kali selama kehamilan 5) Suntik TT : 2 kali 6) Penyuluhan yang sudah didapatkan : gizi, KB, tanda-tanda persalinan, tanda bahaya kehamilan, ASI eksklusif, inisiasi menyusui dini. 3. Riwayat persalinan sekarang 1) IBU Tempat melahirkan :BPS AIDAWATI,Amd.Keb Penolong : Bidan Jenis persalinan : Spontan Lama persalinan : 12 jam 50menit Catatan waktu Kala I : 10 jam 10 menit Kala II : 0 jam 35 menit Kala III : 0 jam 5 menit Kala IV : 2 jam Jumlah : 12 jam 50 menit Ketuban pecah pukul 04.15 wib, spontan. Plasenta Lahir secara : Spontan, lengkap
  • 96. 83 Berat : 500 gram Panjang tali pusat : 45 cm Perineum : Terdapat luka perineum 2) Bayi Lahir tanggal/pukul :04-04-2015/13.30 wib Berat badan : 2800 gram Panjang badan : 48 cm Nilai apgar : 9/10 Jenis kelamin : Perempuan Cacat bawaan : Tidak ada Masa gestasi : 40 minggu 1 hari Riwayat KB Ibu belum pernah menggunakan kontrasepsi 3) Pola kebutuhan sehari-hari a. Nutrisi 1) Selama hamil Ibu makan dengan 1 piring nasi,1 potong ikan,1 potong tempe, dan 1 mangkuk sayur tumis dengan porsi sedang 3x/hari. Ibu minum 7-8 gelas setiap harinya 2) Selama nifas Ibu makan dengan nasi, ayam goreng, tahu bacem, sayur daun katuk dengan porsi 1 piring 3x/hari, setiap harinya ibu
  • 97. 84 makan dengan menu yang berbeda dan tidak ada pantangan dalam makanan. Ibu minum 6-7 gelas setiap harinya b. Pola eliminasi 1) Selama hamil Ibu BAK 7-8 kali/ hari bau khas,warna kuning jernih, BAB 1-2 kali/hari konsistensi lunak warna kuning kecoklatan. 2) Selama nifas Ibu BAK 3-4 kali/ hari bau khas warna kuning jernih, BAB 1 kali/hari konsistensi lunak warna kekuning kecoklatan c. Pola istirahat Selama hamil : Ibu tidur malam 7-8 jam, siang jarang tidur. Selamanifas : Ibu tidur malam ±4-5 jam, siang 5 sampai 10 menit d. Personal hygienes Selama hamil :Ibu ganti celana dalam 2-3 kali/hari. Selama nifas : Ibu ganti pembalut 3-4 kali/hari. e. Pola seksual Selama hamil : Ibu melakukannya 2 kali/minggu. Selama nifas :Ibu belum melakukannya 4) Riwayat psikososial a. Status perkawinan : Syah b. Usia saat menikah : 17 Tahun
  • 98. 85 c. Lama pernikahan : 2 Tahun d. Keadaan emosional : Stabil 5) Riwayat spiritual a. Selama hamil : Tidak ada b. Selama nifas : Tidak ada Data obyektif a. Keadaan umum : Baik b. Kesadaran : Compos mentis c. Keadaan emosional : Stabil d. Tanda vital 1) TD : 100/70 Mmhg 2) Pernafasan : 20x/i 3) Nadi : 78x/i 4) Suhu : 37,8ºc 1. Pemeriksaan fisik a. Kepala : Warna rambut : Hitam Ketombe : Bersih, tidak ada ketombe Benjolan : Tidak ada b. Wajah : Hiperpigmentasi : Tidak ada Pucat : Tidak pucat Edema : Tidak oedema
  • 99. 86 c. Mata : Simetris : Ya, kanan dan kiri Kelopak mata : Tidak ada pembengkakan Konjungtiva : Merah muda Sclera : Putih d. Hidung : Simetris : Ya, kanan dan kiri Polip : Tidak ada pembesaran Kebersihan : Bersih e. Mulut : Bibir : Simetris atas dan bawah Sariawan : Tidak ada Gusi : Tidak ada pembengkakan Gigi : Bersih, tidak ada karies f. Telinga : Simetris : Ya, kanan dan kiri Gangguan pendengaran :Tidak ada g. Leher : Simetris : Ya, kanan dan kiri Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada Pembesaran vena jugularis : Tidak ada h. Ketiak : Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
  • 100. 87 i. Dada : Retraksi :Tidak ada Bunyi mengi dan ronchi : Tidak ada j. Payudara : Simetris : Ya, kanan dan kiri Pembesaran : Ada, payudara kanan dan kiri Puting susu : Lecet pada bagian kanan dan kiri Hiperpigmentasi areola mamae : Ada Benjolan : Tidak ada Konsistensi : Keras Pengeluaran : ASI transisi k. Punggung dan pinggang: punggung : Lordosis Nyeri ketuk : Tidak ada l. Abdomen Pembesaran : Ada Konsistensi : Keras Kandung kemih : Kosong Uterus : TFU : Pertengahan pusat simfisis Kontraksi : Baik m. Anogenital Vulva : Warna merah muda Perineum : Luka jahitan sudah kering
  • 101. 88 Pengeluaran pervaginam : Lokia sanguelenta Anus : Tidak ada hemoroid n. Ekstremitas bawah Oedema : Tidak oedema Kemerahan : Tidak ada Varices : Tidak ada Reflex patella : Positif, kanan dan kiri o. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboraturium HB : Tidak dilakukan pemeriksaan Protein urine : Tidak dilakukan pemeriksaan Glukosa urine : Tidak dilakukan pemeriksaan Lingkar panggul : 86 Cm Distansia kristarum : 29 Cm Distansia spinarum : 25 Cm Boudenloque : 19 Cm
  • 102. 89 Tabel 3.2 MATRIKS TGL/ JAM PENGKAJIAN INTERPRETASI DATA (GIAGNOSA, MASALAH, KEBUTUHAN) DX POTENSIAL /MASALAH POTENSIAL ANTISIPASI/ TINDAKAN SEGERA INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI 09 April 2015/ 12:00 wib Ds: 1. Ibu mengatakan ini pesalinan pertama belum pernah keguguran 2. Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 04 April 2015 3. ibu mengatakan puting susu terasa nyeri dan lecet. Do: - Keadaan umum : baik - Keadaan emosional : stabil - Kesadaran : composmentis - TTV Tekanan Darah :100/70 mmHg. Nadi :78kali/menit Pernapasan :20kali/menit Suhu :37, 8o c DX : Ny N umur 19 tahun P1A0 6 hari post partum dengan puting susu lecet. Masalah : puting susu lecet Kebutuhan : teknik menyusui yang benar - Bendungan ASI - perawatan payudara 1. Jelaskan pada ibu semua hasil pemeriksaan 2. Kaji penyebab puting susu lecet 1. Menjelaskan pada ibu semua hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik TTV: Tekanan darah 100/70 mmhg, nadi ; 78 kali/menit, pernafasan;20 kali/menitSuhu; 37,80 c Pada pemeriksaan payudara puting susu terdapat lecet sedikit 2. Mengkaji penyebab puting susu lecet, puting susu lecet biasanya disebabkan oleh : a. Kesalahan dalam tekhnik menyusui, yaitu bayi hanya menyusu pada puting susu saja tidak sampai ke areola. b. Adanya monilisir pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu c. Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim atau zat iritan lainyya untuk mencuci puting d. bayi dengan tali lidah pendek yang menyebabkan bayi hanya dapat menghisap sampai puting puting susu saja e. ibu menghentikan menyusu kurang hati-hati 1. Ibu mengetahui semua hasil pemeriksaanya bahwa keadaanya saat ini baik hanya terdapat sdikit lecet pada bagian puting susunya 2. Ibu mengatahui tentang penyebeb puting susu lecet