SlideShare a Scribd company logo
1 of 143
Download to read offline
1
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. E
UMUR 36 TAHUN P2A0 6-8 JAM POST PARTUM
DI BPS DUMARIA, Amd.Keb
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun oleh :
WAHYU ANDRIYANI
201308145
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
2
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. E
UMUR 36 TAHUN P2A0 6-8 JAM POST PARTUM
DI BPS DUMARIA, Amd.Keb
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
WAHYU ANDRIYANI
NIM : 201308145
AKADEMI KEBIDAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
3
LEMBAR PERSETUJUAN
Diterima dan disetujui untuk dianjurkan dan dipertahankan di depan
Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila
Hari :
Tanggal :
Pembimbing
ERVINA I HARIANJA.,S,SiT.
NIK 2009111020
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disarankan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III
Penguji I
(Deti Elice, S.Pd, M.Pd)
INDN. 0208127304
Direktur Akademi Kebidanan Adila
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disarankan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III
Kebidanan Adila pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji I Penguji II
(Deti Elice, S.Pd, M.Pd) (Andestyana, S.ST, M.Kes)
INDN. 0208127304 NIK. 2015301062
Direktur Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH
NIK. 2011041008
4
Diterima dan disarankan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III
Penguji II
(Andestyana, S.ST, M.Kes)
5
CURRICULUM VITAE
Nama : WAHYU ANDRIYANI
NIM : 201308145
Tempat/tanggal lahir : Tanjung Raja Giham, 02 Agustus 1995
Alamat :Jl. Lintas Tanjung Raja Giham Gg masjid No.17
RT 01/RW 01 Waykanan
Institusi : Akademi Kebidanan ADILA
Angkatan : VIII (2015/2016)
Biografi :
1. 2001-2007 SD Negeri 01 Tanjung Raja Giham, Waykanan
2. 2007-2010 SMP Negeri 02 Waytuba, Waykanan
3. 2010-2013 SMA Negeri 01 Blambangan Umpu, Waykanan
4. 2013 sampai saat ini menempuh pendidikan semester akhir di Akademi
Kebidanan ADILA Bandar Lampung
6
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.E
UMUR 36 TAHUN P2A0 6-8 JAM POST PARTUM
DI BPS DUMARIA, Amd.Keb
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
Oleh :
Wahyu Andriyani, Ervina I. Harianja.,S,SiT
INTISARI
Masa nifas atau puerpurium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan masa atau sejak bayi
dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, seperti enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan. Sekitar 60% kematian ibu setelah
melahirkan dan hampir 50% dari masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan.Tujuan
umum Karya Tulis Ilmiah diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan Tujuan khususnya penulis mampu
melaksanakan asuhan dari pengkajian sampai evaluasi dengan penjabaran 7 langkah varney. Metode
penelitian survey deskriptif Sasaran Penelitian yaitu Ny.E umur 36 tahun, Obyek penelitian yaitu
asuhan 6-8 jam post partum, tempat penelitian di BPS Dumaria, Amd.Keb Bandar Lampung, waktu
penelitian pada tanggal 03 Juni 2016. Hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan kesenjangan
terhadap kasus Ny.E yitu penulis menambahkan asuhan selain asuhan 6-8 jam postpartum.Simpulan
hasil penelitian ini adalah semua tindakan berhasil, ibu mengerti dengan kondisinya,ibu mengerti
pencegahan perdarahan pada masa nifas dan telah menyusui bayinya, telah dilakukan rooming in serta
pencegahan hipotermi pada bayi dan akan memperbaiki nutrisinya dengan mengonsumsi makanan
yang bergizi. Saran penelitian, pada Ny. E diharapkan dapat mengerti serta melaksanakan asuhan
yang telah diberikan oleh penulis, pada lahan praktik diharapkan dapat meningkatkan mutu
pelayanan secara komprehensif.
Kata Kunci : 6-8 jam postpartum
Kepustakaan : 22 Referensi
Jumlah Halaman : 129 halaman
7
MOTTO
Perjuangan itu bukan proses penderitaan
menuju tujuan, tapi proses memantaskan diri
untuk meraih tujuan
By Wahyu andriyani
8
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang telah
dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. E umur 36 tahun P2A0 6-8 jam post
partum di BPS Dumaria, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2016”. Karya Tulis Ilmiah
ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. dr . Wasni Adila, MPH., selaku Direktur Akedemi Kebidanan Adila Bandar Lampung
2. Ervina I Harianja.,S,SiT. Selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah Akedemi Kebidanan
Adila Bandar Lampung
3. Dumaria, Amd.Keb., selaku pemilik BPS
4. Seluruh Dosen dan staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
5. Teman-teman Angkatan VIII dan semua pihaak yang telah membantu dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini baik secara langsung maupun yang tidak langsung
yang tidak dapat ditulis satu persatu
Penulis menyadari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna perbaikan
pada masa yang akan dating. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan
pembaca umum.
Bandar Lampung, April 2016
Penulis
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................... ii
CURRICULUM VITAE .................................................................... iii
INTISARI........................................................................................... iv
MOTTO.............................................................................................. v
KATA PENGANTAR........................................................................ vi
DAFTAR ISI ...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... x
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian............................................................... 3
D. Ruang Lingkup .................................................................. 3
E. Manfaat Penelitian............................................................. 4
F. Metodelogi Penelitian dan Teknik Memproleh Data........... 4
Bab II Tinjauan Teori
A. Tinjauan Teori Medis......................................................... 7
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan..................................... 41
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan ............................... 67
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Data ................................................................ 71
B. Matriks.............................................................................. 82
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ....................................................................... 92
B. Interpretasi Data Dasar..................................................... 114
C. Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial ......................... 115
D. Tindakan Segera .............................................................. 116
E. Perencanaan..................................................................... 116
10
F. Pelaksanaan ..................................................................... 119
G. Evaluasi........................................................................... 125
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................... 128
B. Saran ............................................................................... 128
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
11
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1Perubahan Uterus MasaNifas……………………………………….12
2.2TabelPenyimpanan ASI……………………………………………. 37
2.3Perbedaanfase yang dilaluiantaraprimigravida& multigravida……..60
3.1 RiwayatKehamilan, Persalinan, danNifas Yang Lalu…………… ..73
3.2 Riwayat KB………………………………………………………... 74
3.3 Matriks……………………………………………………………….82
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 :Surat izin dinas
Lampiran 2 :Surat balasan bidan
Lampiran 3 :Jadwal penelitian
Lampiran 4 :Lembar konsul
Lampiran 5 :Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dan leaflet
Lampiran 6 :Dokumentasi
13
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Studi kasus ini, dan dibalik penyelesaian tugas ini tidak
lupa penulis memberikan persembahan kepada orang-orang yang telah membantu penulis
baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT yang maha kuasa sehingga dapat terselesaikan
KTI (Karya Tulis Ilmiah)
2. Terima kasih untuk keluarga kecil tercintaku terutama kedua orang tuaku Ayahanda
Nurpudin.S dan Ibunda Jamilah yang selalu mendoakan setiap langkah dan
kegiatanku, kepada kakakku Bintar Sastra,S.E, Mahisa Pawaka yang selalu tak henti-
hentinya memberiku semangat dan nasehat, dan terima kasih sudah memberikan
dukungan dan selalu mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis lakukan.
3. Kepada pembimbing KTI terima kasih atas bimbingannya selama ini yang selalu
sabar membimbing penulis yang penuh kekurangan hingga terselesaikan tugas akhir
ini
4. Teman-temanku tercinta Akbid Adila khususnya kamar SAKURA terima kasih atas
kegembiraan, canda tawa kalian selama ini yang selalu memberi semangat hingga
terselesaikan tugas akhir ini.
5. Almamaterku tercinta Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung sebagai tempat
penulis menuntut ilmu selama tiga tahun.
6. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas
partisipasi dan dukungannya selama penulis menyelesaikan tugas akhir diploma
kebidanan ini.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Massa nifas atau
puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42
hari). (Dewi, 2011; h.1)
Angka kematian ibu adalah perhitungan dalam waktu tertentu per 100.000
kelahiran hidup dalam kurun waktu yang sama. Maternal Mortality Ratio (MMR)
dianggap tinggi jika ≥ 300-4994 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan sangat
tinggi jika ≥ 1.000 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Dua Negara penyumbang
sepertiga dari semua kematian ibu global yaitu : India pada 17% (50.000) dan Nigeria
pada 14% (40.000). Jumlah kematian ibu berdasarkan perhitungan tahun 2013 yang
dikarenakan perdarahan yaitu mencapai 27%. (WHO Maternal Mortality Ratio, 2013).
Berdasarkan Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI
(yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas) sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan Negara-negara
tetangga di kawasan ASEAN. Pada tahun 2007, ketika AKI di Indonesia mencapai 228,
AKI di Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup. Brunei 33 per 100.000 kelahiran
hidup, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, serta Malaysia dan Vietnam sama-sama
mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Indonesia, 2014 :h.85).
1
2
Bila dilihat berdasarkan kasus kematian yang ada di Provensi Lampung tahun
2014 perdarahan 30 kasus eklamsi 25 kasus abortus 3 kasus infeksi 6 kasus dan lain-lain
36 kasus. penyebab kasus kematian ibu di provensi lampung tahun 2013 disebabkan oleh
perdarahan sebanyak 47 kasus, ekalamsi sebanyak 46 kasus, infeksi sebanyak 9 kasus,
partus lama sebanyak 1 kasus dn lain-lain sebanyak 54 kasus.(Profil Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung, 2012,hal 35)
Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari 150.000
kematian ibu setiap tahun di dunia hampir 4 orang dari 5 jiwa kematian karena
perdarahan pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Seorang ibu
dengan anemia pada saat hamil pada umumnya lebih tidak mampu untuk mengatasi
kehilangan darah yang terjadi jika dibandingkan dengan seorang ibu dengan kebutuhan
nutrisi cukup. Dalam waktu 1 jam setelah persalinan, penolong persalinan harus
memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam
jumlah besar. Bila terjadi perdarahan berat, transfuse darah adalah satu-satunya jalan
untuk menyelamatkan kehidupan ibu. Ini adalah salah satu penyebab terpenting
terjadinya kematian ibu di dunia yang melibatkan 150.000 kematian dalam satu tahun
terutama terjadi di Negara berkembang. Sebagaian besar kematian ibu (88%) terjadi
dalam waktu 4 jam setelah persalinan, menandakan bahwa ini adalah kejadian yang
berkaitan erat dengan persalinan kala III. (Prawirohardjo, 2010: h. 357-358).
Berdasarkan hasil prasurvey yang dilakukan pada tanggal 03 Juni 2016. Terdapat satu
orang ibu postpartum 6-8 jam. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny.E umur 36 tahun P2A0 6-8
jam post partum di BPS Dumaria, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2016”.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. E
umur 36 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Dumaria, Amd.Keb Bandar Lampung
Tahun 2016?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penulis memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas terhadap Ny.E umur 36 tahun
P2A0 6-8 jam post partum di BPS Dumaria, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2016
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam hal ini penulis diharapkan mampu melakukan
pengkajian data ,menentukan pengkajian data, menentukan masalah potensial,
melakukan tindakan segera,menetukan rencana tindakan yang akan dilaksanakan,
melaksanakan asuhan kebidanan,dan dapat melakukan evaluasi terhadap Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. E umur 36 tahun P2A0 6-8 jam post partum
di BPS Dumaria, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2016.
D. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Ny.E umur 36 tahun P2A0 6-8 jam post partum
2. Tempat
BPS Dumaria, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2016
3. Waktu
Dilaksanakan pada tanggal 03 Juni 2016
4
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapatkan menjadi referensi bacaan diperpustakaan dan juga sebagai bahan
dokumentasi dan bahan perbandingan untuk studi kasus selanjutnya serta dapat
menambah wawasan bagi pembaca khususnya mahasiswa di Institusi Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung.
2. Bagi Lahan Praktik
Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan sesuai standar asuhan kebidanan dan
untuk mengetahui perkembangan aplikasi secara nyata di lapangan dan sesuai teori
yang ada dan untuk menerapkan manajemen asuhan kebidanan pada Ibu Nifas sesuai
prosedur.
3. Bagi Penulis
Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti pembelajaran dan
untuk menambah pengetahuan wawasan dan pengelaman serta sebagai acuan bagi
mahasiswa bagaimana menerapkan manajemen asuhan kebidanan pada Ibu Nifas.
4. Bagi Pasien dan masyarakat
Pasien mendapat asuhan kebidanan masa nifas yang sesuai dan masyarakat juga
mendapatkan pengetahuan sesuai dengan standar asuhan kebidanan pada masa nifas.
F. Metodelogi Penelitian dan Teknik Memproleh Data
1. Metode Penelitian
survey deskriptif yang didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam
masyarakat. Dalam badan kesehatan masyarakat survey deskriptif digunakan untuk
menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan
kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu.
5
(Notoatmodjo, 2012; h. 35-36)
2. Teknik Memproleh Data
Untuk memproleh data, teknik yang digunakan sebagai berikut :
1. Data Primer
a. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data,
dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan
muka dengan orang tersebut (face to face). (Notoatmodjo, 2012; h. 139).
Wawancara ini dilakukan dengan cara:
Auto Anamnesa yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang
diperoleh adalah data primer, karena langsung dari sumbernya.
(Sulistyawati, 2009; h. 111)
b. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk
mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi,
menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien mengidentifikasi masalah
pasien menilai perubahan status pasien dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan
yang telah di berikan. (Uliyah dan Hidayat, 2009; h.140)
2. Data Skunder
a. Studi Kepustakaan
Menurut Sekaran (2006) dalam Hidayat (2014) dikatakan bahwa Studi
kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam
rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan penelitian. Selain itu studi
6
kepustakaan juga merupakan dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap
karya publikasi dan nonpublikasi. Sehingga peneliti bisa memastikan bahwa
tidak ada variebel penting di masa lalu yang ditemukan berulang kali
mempunyai pengaruh atas masalah yang terlewatkan Studi kepustakaan yang
baik akan menyediakan dasar untuk menyusun kerangka teoritis yang
komprehensif yakni hipofisis yang dibuat untuk diuji.
b. Studi Dokumentasi
Metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisi dokumen-
dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.
Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti
kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu
media tertulis dan dokumen lainnya yang tertulis atau dibuat langsung oleh
subjek yang bersangkutan. (Herdiansyah, 2012; h. 143)
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. TINJAUAN TEORI MEDIS
1. Konsep Dasar Masa Nifas
a. Definisi Masa Nifas
Masa nifas (postpartum) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil).Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Sulistyawati, 2009;h.
1)
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau
puerpuriumdimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari) setelah itu. Puerpurium adalah masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Sekitar
50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan
pasca-persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi. (Dewi dan Sunarsih 2011; h.1)
Masa nifas atau postpartum dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit
yang mungkin terjadi, serta penyedian pelayanan pemberian ASI,
7
8
cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
(Prawirohardjo, 2010;h. 356)
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi
2) Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi dini pada ibu
3) Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bila perlu
4) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu untuk
mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang
khusus
5) Imunisasi ibu terhadap tetanus
6) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak,
serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.
(Sulistyawati, 2009; h. 2-3).
c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu termasuk
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam
24 jam.Oleh karena itu, peran dan tanggung jawab bidan untuk memberikan
asuhan kebidanan ibu nifas dengan pemantauan mencegah beberapa kematian ini.
Peran bidan anatara lain sebagai berikut.
1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi, serta keluarga.
9
3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu dan
anak, serta mampu melakukan kegiatan administrasi.
5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktikkan kebersihan yang aman.
7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan
diagnosis dan rencana tindakan juga melaksankannya untuk mempercepat
proses pemulihan, serta mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan
ibu dan bayi selama periode nifas.
8) Memberikan asuhan secara professional.(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 3-4)
d. Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
1) Postpartum Dini
Merupakan masa kepulihan yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2) Postpartum Intermedial
Merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu
3) Remote Postpartum
Merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi
waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-
minggu, bulanan bahkan tahunan.
10
(Sulistyawati, 2009; h.5).
e. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
1. 6-8 jam setelah persalinan
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana cara mencegah perdarhan masa nifas karena atonia
uteri
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru lahir.
f) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi
g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu
dan bayinya dalam keadaan stabil.
2. 6 hari setelah persalinan
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperhatikan tanda-
tanda penyulit
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
11
3. 2 minggu setelah persalinan
Sama seperti 6 hari setelah persalinan
4. 6 minggu setelah persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ia atau bayinya
alami
b) Memberikan konseling KB secara dini.
(Sulistyawati, 2009; h. 6-7)
f. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1) Perubahan Sistem Reproduksi
a) Uterus
(1) Pengerutan rahim(Involusi Uterus)
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua
yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neorotic (layu atau
mati).
(Sulistyawati, 2009; h. 73)
12
Tabel 2.1Perubahan uterus masa nifas
Involusi Tinggi
Fundus Uteri
Berat
Uterus
(gr)
Diameter
bekas
melekat
plasenta
(cm)
Keadaan
serviks
Bayi
lahir
Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah
pusat
750 12,5 Lembek
Satu
minggu
Pertengahan
pusat-simfisis
500 7,5 Beberapa
hari setelah
postpartum
dapat dilalui
2 jari akhir
minggu
pertama
dapat di
masuki 1
jari
Dua
minggu
Tak teraba
diatas simfisis
350 3-4
Enam
minggu
Bertambah
kecil
50-60 1-2
Delapan
minggu
Sebesar
normal
30
( Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 57)
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain:
a. Autolysis
merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadidi dalam
otot uterus. Enzim peteolitik akan memendekan jaringan otot yang
telah sempat mengendur 10 kali panjangnya dari semula dan lima
13
kali lebarnya dari sebelum hamil. Sitoplasma sel yang berlebihan
tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam
jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
b. Atrofi Jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah
besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap
penghentian produksi esterogen yang menyertai pelepasan
plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan
desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan
lapisan basal yang akan bergenerasi menjadi endometrium yang
baru.
c. Efek Oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir.Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon
terhadapn penurunan volume intrauterine yang sangat besar.
Hormone oksitosin yang dilepas dari kelenjar hypofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi
pembuluh darah, dan membantu proses homeostatis. Kontraksi
dan retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus.
Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat
implantasi plasenta dan mengurangi perdarahan. Luka bekas
perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh
total .
(Sulistyawati, 2009; h. 74-75).
14
2) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan uterus selama masa nifas
(Maryunani dan Sukaryati, 2011; h. 19)
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas.Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus.Lochea mempunyai reaksi basa atau alkalis yang
dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada
kondisi asam yang ada pada vagina normal.Jenis-jenis lochea
berdasarkan warna dan waktu keluarnya.
(a) Lochea rubra
Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, inding rahim, lemak
bayi, lanugo( rambut bayi), dan mekonium
(b) Lochea sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
(c) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar
pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
(d) Locheaalba/putih
Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati
15
locheaalba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post
partum.
(e) Locheapurulenta
Lochea ini adalah bila terjadi infeksi, akan keluar cairan
seperti nanah dan berbau busuk
(f) Locheastatis
Lochea ini adalahpengeluaranlochea yang tidak lancar
a) Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak
menganga seperti corong.Segera setelah bayi lahir. Bentuk ini
disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara corpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Servik berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan
pembuluh darah.Konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat
laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi
selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi
ke keadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan
akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir
tangan dapat masuk kedalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya
dapat memasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 postpartum serviks
sudah menutup kembali.
16
b) Perubahan pada Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vaginaa kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi
lebih menonjol.
Pada masa nifas biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka
pada vagina umunya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara
perprimen (sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila terdapat
infeksi mungkin menyebabkan sllulitis yang menjalar sampai
terjadi sepsis.
c) Perineum
Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena
seebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.
Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian tonus-nya, sekalipun tetap lebih kendur dari pada
keadaan sebelum hamil.
d) Perubahan Sistem Perencanaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak.Hal
ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat perencanaan
mendapat tekanan yang menyebabkan calon menjadi kosong
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waaktu persalinan,
kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas
17
tubuh.Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi
dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi
awal.Bila usaha ini tidak berasal dalam waktu 2 atau 3 hari dapat
diberikan obat laksansia.
e) Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air keecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan
penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spesme sfinkter dan
edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami
kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selamam
persalinan berlangsung.
f) Perubahan Sistem Muskuloskletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berbeda diantara anyaman oto-otot uterus
akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pedarahan setelah
plasenta dilahirkan.
Ligamen-ligamen diafragma pelfis serta fasia yang meregang
pada waktu persalinan. Secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan
menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendur,
tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungan turun” setelah
melahirkan karena ligament, fasia jaringan penunjang alat
genetalia menjadi kendur. Stabilisasi secara sempurna terjadi
pada 6-8 minggu setelah persalinan.
18
Sebagia akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang
berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil
dinding abdomen masih agak lunak dan kendur untuk sementara
waktu.Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang
alat-alat genetalia serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul
dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari
post partum sudah dapat fisioterapi.
g) Perubahan Sistem Endokrin
(1) Hormon Plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan
HCG (Human Chorionic Gonadotropi) menurun dengan
cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam sehingga hari
ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada
hari ke-3 postpartum.
(2) Hormon Pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita
yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2
minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi
folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi
terjadi.
(3) Hypotalamik Pituitary Ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga
dipengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi
petama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar
esterogen dan progestron.
19
(4) Kadar Esterogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar esterogen yang
bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang
meningkat dapat
mempengaruhikelenjarmamaedalammenghasilkan ASI.
(Sulistyawati, 2009; h. 76-80).
h) Perubahan Tanda-Tanda Vital
(1) Suhu Badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat
celcius.
Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5
derajat celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini
akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan kehilangan cairan
maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum,
suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada
pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak,
maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis,
traktus genetalis atupun system lain. Apabila kenaikan suhu
diatas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post
partum.
(Rukiyah at. All 2011; h. 68)
(2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per
menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih
cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit
20
adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan infeksi. (Sulistyawati, 2009; h. 81)
(3) Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh
anggota tubuh manusia.Tekanan darah normal manusia
adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolic 60-80
mmHg.Pasca melahirkan pada kasus normal.Tekanan darah
tidak berubah.Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah
pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan.
Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan
tanda terjadinya pre eklamsia pos partum. Namun demikian
hal tersebut sangat jarang terjadi.(Rukiyah et.all. 2011;h.69)
(4) Pernapasan/Respirasi
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal,
mengapa demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi
cepat postpartum (≥30x/menit), mungkin karena adanya
ikutan tanda-tanda syok. (Suherni et.all, 2009;h. 84)
i) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat yang diperlukan oleh
plasenta dan pembuluh darah uteri.Penarikan kembali esterogen
menyebabkan dieresis yang terjadi secara cepat sehingga
mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal.Aliran
21
ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.Selama
masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine.
Hilangnya pengesteran membantu mengurangi retensi cairan
yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan
tersebut selama kehamilan bersama-sama deengan trauma masa
persalinan pada persalinan vagina kehilangan darah sekitar 200-
500 ml sedangkan pada persalinan dengan SC pengeluaran dua
kali lipatnya. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar Hmt
(haematokrit).
j) Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat
pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan
menurun, tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan
faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dengan
jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses
persalinan akan tetap tinggi dalam bebrapa hari post partum.
Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-
30.000 tanpa adanya kondisi patologi jika wanita tersebut
mengalami persalinan yang lama.(Sulistawati, 2009; h. 82)
g. Proses Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas
1) Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian
22
ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan
sering berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk
mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung.Hal ini membuat
ibu cendrung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kondisi
ibu perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik pada fase ini perlu
diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya.
Disamping nafsu makan ibu memang meningkat.
2) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.pada fase taking
hold, ibu merasa khawtir akan ketidakmapuannya dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaan-perasaan sangat sensitive
sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh
karena itu ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan
yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan
bayinya sehingga mudah tumbuh rasa percaya diri.
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelaah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya, keinginan untuk merawat diri dan bayinya
meningkat pada fase ini.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010;h. 88-89)
23
h. Kebutuhan Dasar Ibu pada Masa Nifas
1) Nutrisi
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama
kebutuhan protein dan karbohidrat. Kebutuhan kalori selama menyusui
proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi
selama menyusui dibandingkan selama hamil. Rata-rata kandungan kalori
ASI yang dihasilkan dengan nutrisi baik adalah 70 kal/ 100 ml dan kira-kira
85 kal yang diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata
ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510
kal/hari selama bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-
rata ibu harus mengonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui.Ibu
memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal ketika
menyusui.Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kal yang
dianjurkan.Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel
yang rusak atau mati.Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan
nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu, dan
keju. Sementara itu, protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe,
kacang-kacangan, dan lain-lain. Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi
adalah asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari
dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui). Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pascabersalinan. Ibu minum kapsul vitamin A
(200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24
jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASI.
24
(Dewi dan Sunarsih, 2012; h. 71-72)
Menu seimbang ibu nifas adalah susunan makanan yang diperlukan oleh ibu
nifas sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam tubuh supaya tubuh
dalam keadaan sehat.Tujuan pemberian makanan pada ibu nifas adalah untuk
memulihkan tenaga ibu, memproduksi ASI yang berniali gizi tinggi,
mempercepat penyembuhan luka, dan mempertahankan kesehatan. Hidangan
bergizi yang dibutuhkan ibu menyusui terdiri atas zat tenaga (hidrat arang,
lemak),zat pembangun (protein, vitamin, mineral, air), dan zat pengatur atau
pelindung ( vitamin, air, dan mineral).
(Roito et.all,2013;h. 83)
2) Ambulasi Dini (Early Ambulation)
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan.
Menurut penelitian ambulasi dini tidak mempunyai pengaruh yang buruk
tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal tidak memengaruhi
penyembuhan luka episiotomy dan tidak memperbesar kemungkinan
terjadinya prolaps uteri atauretrofleksi. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada
pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam,dan keadaan lain
yang masih membutuhkan keadaan istirahat. (Sulistyawati, 2009; h. 100)
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena terasa
letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur dalam 24 jam
pertama setelah kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat penting dalam
mencegah thrombosis vena.Tujuan ari ambulasi dini adalah untuk membantu
menguatkan otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh
25
yang baik mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah atau
memperbaiki sirkulasi darah keseluruhan tubuh.
(Rukiyah et.all. 2011; h.76)
3) Eliminasi
Buang air kecil (BAK) setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang
pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila BAK. Keadaan ini
kemungkinan disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan
sehingga penderita takut BAK. Bila kandung kemih penuh, maka haruss
diusahakan agar penderita dapat buang air kecil sehingga tidak memerlukan
penyadapan bagaimanapun kecilnya akan membawa bahaya infeksi.
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam ibu diusahakan
mampu buang air kecil sendiri, bila tidak maka dilakukan tindakan beriukt
ini.
(a) Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien
(b) Mengompres air hangat di atas simpisis
(c) Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK.
Bila tidak berhasil dengan cara diatas, maka dilakukan katerisasi. Hal ini
dapat membuat klien merasa tidak nyaman dan risiko infeksi saluran kemih
tinggi.Oleh sebab itu, kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat enam jam
post partum.
Buang Air Besar (BAB). Defakasi (buang air besar) harus ada dalam 3 hari
post partum. Bila ada konstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses
yang mengeras) tertimbun direktum mungkin akan terjadi fibris. Bila terjadi
hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui
mulut).Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga
26
dapat mempengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya bila penderita tidak
BAB sampai 2 hari sesudah persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit
gliserin/ diberikan obat-obatan. Biasanya 2-3 hari post partum masih susah
BAB, maka sebaiknya diberikan laksan dan paraffin (1-2 hari post partum),
atau pada hari ke-3 diberi laksan supositoria dan minum air hangat. Berikut
adalah cara agar dapat BAB dengan teratur.
(a) Diet teratur
(b) Pemberian cairan yang banyak
(c) Ambulasi yang baik
(d) Bila takut buang air besar secara episiotomy, maka diberikan laksan
supposotria.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 73-74)
4) Kebersihan diri
Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil, biasanya ibu post
partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya. Beberapa
langkah penting dalam perawatan kebersihan dirinya ibu post partum, antara
lain:
(a) Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit
pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau debu dapat
menyebabkan kulit bayi alergi melalui sentuhan kulit ibu dan bayi.
(b) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu
mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke
belakang, baru kemudian memberssihkan daerah anus.
(c) Mengganti pembalut setiap kali darah suda penuh atau minimal 2 kali
dalam sehari. Kadang hal ini terlewat untuk disampaikan kepada pasien.
27
Masih adanya luka terbuka didalam rahim dan vagina sebagai satu-
satunya port de eentre kuman penyebab infeksi rahim maka ibu harus
senantiasa menjaga suasana keasaman dan kebersihan vagina dengan
baik.
(d) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia selesai membersihkan
daerah kemaluannya.
(e) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka
ini yang kadang kurang diperhatikan oleh pasien dan tenaga kesehatan.
5) Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk
memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk
memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai
persiapan untuk energy menyusui bayinya nanti. Kurang istirahat pada ibu
postpartum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya:
(a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
(b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
(c) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk kembali
melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga harus dilakukan secara perlahan-
lahan dan bertahap.Selain itu pasien harus selalu diingatkan untuk selalu tidur
siang atau beristirahat selagi bayinya tidur. Kebutuhan istirahat bagi ibu
menyusui minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam
dan siang. (Sulistyawati 2009; h. 102-103).
28
Anjurkan ibu untuk:
(a) Istrahat cukup untuk mengurangi kelelahan
(b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur
(c) Kembali kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
(d) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk
istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam
6) Hubungan Seks dan Keluarga Berencana
(1) Hubungan Seks
a. Aman setelah darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan satu
atau dua jari kedalam vaginaa tanpa rasa nyeri.
b. Ada kepercayaan/budaya yang memperbolehkan melakukan hubungan
seks setelah 40 hari atau 6 minggu. Oleh karena itu perlu
dikompomikan antara suamidan istri.
(2) Keluarga Berencana
c. Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah dua tahun.
d. Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif
atau penuh enam bulan dan ibu belum mendapatakan haid (metode
amenorhe laktasi).
e. Meskipun setiap metode kontrasepsi berisiko, tetapi menggunakan
kontrasepsi jauh lebih aman.
f. Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang
diperbolehkan selama menyusui, yang meliputi cara penggunaan, efek
samping, kelebihan dan kekurangan, indikasi dan kontra indikasi, dan
efektifitas.
29
g. Metode hormonal, khususnya kombinasi oral (esterogen-progesteron)
bukanlah pilhan pertama bagi ibu yang menyusui. Oleh karena itu
jaganlah menganjurkan kurang dari 6 minggu pasca persalinan.
Umumnya bagi ibu menyusui tidak perlu melakukan sampai saat itu,
karena dapat mempersingkat lamanya pemberian ASI, akibatnya
hormone steroid dalam jumlah kecil ditemukan dalam ASI.
(Suherni et. All. 2009;h. 115-116)
7) Latihan/senam Nifas
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya latihan masa
nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan
dengan normal dan tidak ada penyulit post partum.( Sulistyawati, 2009; h
103-104).
i. Proses Laktasi dan Menyusui
1) Fisiologis Laktasi
Dalam pembentukan air susu ada dua refleks yang membantu dalam
pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu reflek prolaktin dan refleks let
down.
(a) Refleks Prolaktin : setelah persalinan kadar esterogen dan progesterone
menurun, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang
putting susu dan kalang payudara, kan merangsang ujung-ujung saraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini akan
dilanjutkan ke hipotalamus yang akan menekan pengeluaran faktor- faktor
penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya. Hormon ini merangsang sel-
sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu .
30
(b) RefleksLet Down : dengan dibentuknya hormon prolaktin rangsangan yang
berasal dari isapan bayi akan dilanjutkan ke neurohipofise yang kemudian
dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormone ini akan menuju
uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi
involusi pada organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan
mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi sel akan memeras air susu
yang telah terbuat keluar dari alvoli dan masuk ke sistem duktus yang
untuk selanjutnya akan mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut
bayi.
(Rukiyah et. All, 2011; h.13-14).
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah sebagai berikut.
1. Melihat bayi
2. Mendengarkan suara bayi
3. Mencium bayi
4. Memikirkan untuk menyusui bayi
Faktor-faktor yang menghambat refleks let down adalah steres, seperti
keadaan binggung/ pikiran kacau, takut, dan cemas.
2) Mekanisme menyusui
(a) Refleks mencari (Rooting reflex)
Payudara ibu yang menepel pada pipi atau daerah sekeliling mulut
merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi.
Keadaan ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu yang
menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian putting susu
ditarik masuk kedalam mulut.
31
(b) Reflek menghisap ( Sucking reflex)
Putting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah
ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara di belakang
putting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-langit keras.
Tekanan bibir dan gerakan rahang yang terjadi secara berirma membuat
gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus sehingga air susu
akan mengalir ke putting susu, selanjutnya bagian belakang lidah
menekan putting susu pada langit-langit yang mengakibatkan air susu
keluar dari putting susu.
(c) Refleks menelan
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan
menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi sehingga pengeluaran air
susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk
ke lambung.
j. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian
ASI.Peran bidan dalam menunjang pemberian ASI.Peran bidan dapat membantu
ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum
terjadi. Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan cara
sebagai berikut.
a) Memberikan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam
pertama.
Bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Hal ini disebut dengan
inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini .hal ini
merupakan peristiwa penting dimana bayi dapat melakukan kontak dini
32
langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain
itu dapat membangkitkan hubungan/ikatan anatara ibu dan bayi.Pemberian
ASI sedini mungkin adalah lebih baik jika memungkinkan paling sedikit 30
menit setelah lahir.
b) Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul. Tujuan dari perawatan payudara adalah untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran sususehingga
pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin
bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah
mulai dilakukan.
c) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting.
Semakin sering bayi menghisap putting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga
semakin lancar. Hal ini karena isapan bayi akan memberikan rangsangan pada
hipofisis untuk segera mengeluarkan hormone oksitosin yang bekerja
merangsang otot polos untuk memeras ASI
d) Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung). Rawat
gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang
baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam
ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi
dapat dilihat dari aspek fisik, fisiologis, psikologis, educative, ekonomi,
maupun medis.
33
(1) Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusui setiap
saat tanpa terjadwal. Dengan demikian semakin sering bayi menyusu
maka ASI segera keluar.
(2) Aspek fisiologis
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya makan bayi lebih sering disusui.Hal
ini mengakibatkan bayi mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI.
Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu
prosees involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks
prolaktin.
(3) Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau
proses lekat (early infant mother bouding). Hal ini disebabkan oleh
adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi kehangatan tubuh ibu memberikan
stimulasi mental yang diperlukan bayi sehingga mempengaruhi kelanjutan
perkembangan psikologis bayi.
(4) Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat
bayi dan merawat dirinya sendiri pasca-melahirkan.
(5) Aspek ekonomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun
keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini
merupakan suatu penghematan dalam pembelian susu buatan dan
peralatan lain yang dibutuhkan
34
(6) Aspek medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi
nosokomial.Selain itu ibu dapat melihat perubahan fisik atau perilaku
bayinya yang menyimpang dengan cepat sehingga dapat segera
menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang
dianggap tidak wajar.
e) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal bayi disusui
sesuai dengan keinginannya (on demand).Bayi dapat menentukan sendiri
kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan payudara sekitar 5-7
menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2 jam. Menyusui yang
dijadwalkan akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.
f) Memberikan kolustrum dan ASI saja
ASI dan kolostrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi kandungan
dan komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan
masing-masing.ASI dari ibu yang melahirkan premature sesuai dengan
kebutuhan premature dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan cukup
bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi yang cukup bulan juga.
g) Menghindari susu botol dan “dot empeng”.
Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi binggung
putting dan menolak menyusu atau isapan bayi yang kurang baik. Hal ini
disebabkan mekanisme menghisap dari puttingsusu ibu dengan botol jauh
berbeda.(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 13-17)
35
k. Manfaat Pemberian ASI
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera sampai berumur
sedikitnya dua tahun akan memberikan banyak manfaat, baik untuk bayi, ibu,
maupun masyarakat pada umumnya.
a) Manfaat bagi bayi
Kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbahan bayi dan perkembangan
kecerdasannya pertumbuhan sel otak secara optimal, mudah dicerna,
penyerapan lebih sempurana, mengandung zat anti diare, protein ASI adalah
spesifik spesies sehingga jarang menyebabkan alergi untuk manusia,
membantu pertumbuhan gigi, mengandung zat antibody mencegah infeksi,
meragsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh, dan mempererat ikatan batin
ibu dan bayi.
b) Bagi ibu
Manfaat untuk ibu yakni: mudah, murah, praktis tidak merepotkan dan selalu
tersedia kapan saja, mempercepat involusi uterus/memulihkan dari proses
persalinan dan dapat mengurangi perdarahan karena otot-otot dirahim
mengerut, mencegah kehamilan, meningkatkan rasa kasih sayang, mengurangi
penyakit kanker. (Rukiyah et. All, 2011; 17-18)
c) Bagi semua orang
(a) ASI selalu bersih dan bebas hama yang dapat menyebabkan infeksi.
(b) Pemberian ASI tidak memerlukan persiapan khusus.
(c) ASI selalu tersedia dan gratis
(d) Bila ibu memberikan ASI pada bayinya sewaktu-waktu ketika bayinya
meminta (on demand) maka kecil kemungkinannya bagi ibu untuk hamil
dalam 6 bulan pertama sesudah melahirkan.
36
(e) Ibu menyusui yang siklus menstruasinya belum pulang kembali akan
memperoleh perlindungan sepenuhnya dari kemungkinan hamil.
(Sulistyawati, 2009; h 18).
l. Komposisi gizi dalam ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.Asi khusus dibuat untuk bayi manusia.
Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan
kebutuhan tumbuh kembang bayi.
1) Protein
2) Karbohidrat
3) Lemak
4) Mineral
5) Air
6) Vitamin
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu sebagai berikut.
1) Kolostrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah kolostrum, yang
mengandung campuran kaya akan protein, mineral, dan antibody daripada ASI
yang telah matang. ASI mulai ada kira-kira pada hari ke-3 atau hari ke-4
kolostrum berubah menjadi ASI yang matang kira-kira 15 hari sesudah bayi
lahir. Bila ibu manyusui sesudah bayi lahir dan bayi sering menyusui, maka
proses adanya ASI meningkat.
2) ASI Transisi/Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolustrum sampai sebelum ASI
matang yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10 selama dua minggu, volume air
37
susu bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar
imunoglobin dan protein menurun sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
3) ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya ASI matur tampak
berwarna putih.Kandungan ASI matur relative konstan tidak mengumpul bila
dipanaskan.
Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut
foamilk foremilk lebih encer , serta mempunyai kandungan rendah lemak
tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air. Selanjutnya, air susu berubah
menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat
bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan membutuhkan
keduanya, baik foremilk maupun hindmilk.
( dewi dan sunarsih, 2011; h. 19-21)
Tabel 2.2 Penyimpanan ASI
ASI Suhu Ruang Lemari es Freezer
Setelah
diperas
6-8 jam ( kurang lebih 260
C) 3-5 hari (kurang
lebih 40
C)
2 minggu freezer
jadi 1 dengan
refrigator 3
bulan, dengan
pintu sendiri 6-
12 bulan
(±180
C)
Dari freezer,
disimpan di
lemari es
(tidak
dihangatkan)
4 jam atau kurang (minum
berikutnya)
24 jam Janagn
dibekukan ulang
Dikeluarkan
dari lemari es
(dihangatkan)
Langsung diberikan 4,jam/minum
berikutnya
Jangan
dibekukan ulang
Sisa minum
bayi
Minum berikutnya Buang Buang
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 28)
38
m. Tanda Bayi Cukup ASI
a) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih sampai
kuning muda
b) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji”
c) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidak cukup.
Bayi setidaknya menyusui 10-12 kali dalam 24 jam
d) Payudaara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui
e) Ibu dapat merasakan geli karena aliran asi, setiap kali bayi mulai menyusu
f) Bayi bertamabah berat badannya
n. ASI Ekslusif
Yang dimaksud dengan ASI Ekslusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan
minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula), yang dimulai sejak
bayi lahir sampai dengan usia 6 bulan
(Sulistyawati, 2009; 23-24)
o. Respon Orang Tua terhadap Bayi Baru Lahir
Bonding attachment
Kelahiran adalah sebuah momen yang dapat membentuk suatu ikatan antara ibu
dan bayinya. Pada saat bayi dilahirkan adalah saat yang sangat menakjubkan bagi
seorang ibu ketika ia dapat melihat, memegang, dan memberikan ASI pada
bayinya untuk pertama kali. Pada masa tenang setelah melahirkan, disaat ibu
merasa rileks, memberikan peluang ide untuk memulai pembentukan ikatan batin.
( Dewi dan Sunarsih 2011; h. 45)
Bounding attachment/ keterikatan awal/ikatan batin adalah suatu proses dimana
sebagai hasil dari suatu reaksi terus menerus anatara bayi dan orang tua yang
bersifat saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling
39
mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling
membutuhkan. Proses ikatan batin antara ibu dengan bayinya diawali dengan
kasih sayang terhadap bayi yang dikandung, dan dapat dimulai sejak kehamilan.
Ikatan batin antara bayi dan orang tuanya berkaitan erat dengan pertumbuhan
psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi.
(Rukiyah et. All 2011; h.38).
Tahap-tahap bounding attachment adalah sebagai berikut.
1) (acquaintance) Perkenalan, dengan melakukan kontak mata, menyentuh,
berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2) Bounding (keterikatan)
3) Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu dengan individu
yang lain.
Elemen-elemen bounding attachment meliputi hal-hal sebagai berikut
1) Sentuhan
Sentuhan atau indra praba dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan
pengasuh lain sebagai suatu sarang untuk mengenali bayi baru lahir dengan
cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
2) Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak
mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Beberapa itu mengatakan dengan melakukan kontak mata
mereka merasa lebih dekat dengan bayinya.
3) Suara
Saling mendengarkan dan merespon suara antara orang tua dan bayinya juga
penting.Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tenang. Bayi
40
akan menjadi tenang dan berpaling kearah orang tua mereka saat orang tua
mereka berbicara dengan suara bernada tinggi.
4) Aroma
Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi ialah respon terhadap
aroma/ bau masing-masing. Ibu mengetahui setiap anak memiliki aroma yang
unik. Bayi belajar dengan cepat untuk membedakan arom susu ibunya.
5) Entrainment
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicara orang
dewasa.Mereka menggoyang tangan mengangkat kepala menendang-nendang
kaki seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya.Entrainment
terjadi saat anak mulai berbicara.
6) Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat ritme alamiah ibunya untuk itu
salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal ( bioritme).
Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang
konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan prilaku
yang responsive. Hal ini dapat meningkatkan intraksi social dan kesempatan
bayi untuk belajar.
7) Kontak dini
Saat ini banyak bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini
setelah lahir merupakan hal yang penting dalam hubungan antara orang tua-
anak. Menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang
dapat diperoleh dari kontak dini, yaitu sebagai berikut.
(a) Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat
(b) Refleks menghisap dilakukan secara dini
41
(c) Pembentukan kekebalan aktif dimulai
(d) Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak.(Dewi dan Sunarsih,
2011;h. 46-47)
p. Tanda Bahaya Masa Nifas
1) Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih
dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan ganti pembalut 2 kali dalam
setengah jam).
2) Pengeluaran pervagina yang berbau menusuk ( menyengat)
3) Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung
4) Rasa sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau masalah
penglihatan.
5) Pembengkakan di wajah atau di tangan
6) Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau jika merasa tidak enak
badan
7) Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan sakit
8) Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama.
9) Rasa sakit, warna merah, pembengkakan di kaki.
(sulistyawati, 2009;h. 137)
B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen asuhan kebidanan
adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam
memberi asuhan kebidanan agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien
maupun pemberi asuhan.
42
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Manajemen kebidanan diadaptasikan dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh
Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997,
menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah
yang berutut secara sistematis dan siklik.
(Soerpardan, 2007; h. 96)
Menurut varney (1997) dalam Saminem (2010) dikatakan bahwa proses manajemen
merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat- bidan pada
awal 1970-an. proses ini. Memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian
pemikiran dan tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan, baik bagi
klien maupun bagi tenaga kesehatan, proses manajemen terdiri atas tujuh langkah
yang berurutan, dan setiap langkah disempurnakan secara berkala. Proses dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah
tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi
apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah
yang lebih detail dan ini bisa sesuai dengan kebutuhan klien.
2. Langkah dalam Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney
a. Pengkajian Data Asuhan Kebidanan
Dalam tahap ini data/fakta yang dikumpulkan data subjektif dan/atau data
objektif dari pasien.Bidan dapat mencatat hasil penemuan data dalam catatan
harian sebelum didokumentasikan.
(Wildan dan Hidayat, 2013; h. 34)
43
1) Anamnesa
Anamnesa dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut:
(a) Auto anamnesa
Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada pasien secara langsung.Jadi,
data yang diperoleh adalah data primer karena langsung dari sumbernya.
(b) Allo anamnesa
Allo anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan kepada keluarga
pasien untuk memperoleh data tentang pasien.Ini dilakukan pada keadaan
darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data
yang akurat.(Sulistyawati, 2009; h. 111).
2) Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data
yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131)
(a) Data Subjektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas keluhan yang diperoleh dari
hasil wawancara langsung kepada pasien/klien (anamnesis) atau dari
keluarga dan tenaga kesehatan (allo anamnesis). (Wildan dan Hidayat,
2013; h. 34)
Biodata yang mencakup identitas pasien
1. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar
tidak keliru dalam memberikan penanganan.
44
2. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari 20 tahun alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belum siap.Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk
terjadi perdarahan dalam masa nifas.
3. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa
4. Suku/ bangsa
Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebiasaan sehari-hari
5. Pendidikan
Berpengaruh pada tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya.
6. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya,
karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
7. Alamat
Ditanyankan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan
3. Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa
nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya
jahitan pada perineum.
45
4. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, DM, hipertensi, asma yang
dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan
masa nifas dan bayinya.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya
yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertai.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131-133)
5. Status Perkawinan
Hal ini penting untuk bidan kaji karena data inilah bidan akan mendapatkan
gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan.
(Sulistyawati, 2009; h. 114)
6. Riwayat Obseterik
a) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu berapa kali ibu
hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu,
penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
b) Riwayat Persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi
meliputi panjang badan, berat badan, penolong persalinan. Hal ini perlu
46
dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan
atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
7. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, beberapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa.
8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum frekuensi banyaknya
jenis makanan, makanan pantangan. (Ambarwati dan Wulandari.
2010;h.133- 136)
Menu seimbang ibu nifas adalah susunan makanan yang diperlukan oleh
ibu nifas sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam keadaan
sehat. Tujuan pemberian makanan pada ibu nifas adalah untuk
memulihkan tenaga ibu, memproduksi ASI yang bernilai gizi tinggi,
mempercepat penyembuhan luka, dan mempertahankan kesehatan.
Hidangan bergizi yang dibutuhkan ibu menyusui terdiri atas zat tenaga
(Hidrat arang, lemak, protein), zat pembangun (protein, vitamin,
mineral, air), dan zat pengatur atau pengatur atau pelindung ( vitamin,
air, dan mineral).
( Roito et. All, 2013; h. 83)
47
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi jumlah konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air
kecil meliputi frekuensi warna jumlah.
( Ambarwati dan Wulandari 2010; h. 136)
Buang air kecil (BAK) setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang
pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila BAK. Keadaan ini
kemungkinan disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat
persalinan sehingga penderita takut BAK. Bila kandung kemih penuh
maka harus diusahakan agar penderita dapat buang air kecil sehingga
tidak memerlukan penyadapan karena penyadapan bagaimana kecilnya
akan membawa bahaya infeksi.
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam ibu
diusahakan mampu buang air kecil sendiri, bila tidak maka dilakukan
tindakan berikut ini.
(1) Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien
(2) Mengompres air hangat di atas simpisis
(3) Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK
Bila tidak berhasil dengan cara di atas, maka dilakukan kateterisasi. Hal
ini dapat membuat klien merasa tidak nyaman dan resiko infeksi saluran
kemih tinggi. Oleh sebab itu kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat
enam jam post partum.
Buang Air Besar (BAB). Defekasi (buang air besar) harus ada dalam 3
hari post partum. Bila ada konstipasi dan timbul koprostase hingga
skibala (feses yang mengeras) tertimbun di rektum mungkin akan terjadi
48
fibris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi
laksan per os (melalui mulut).pengeluaran cairan lebih banyak pada
waktu persalinan sehingga dapat mempengaruhi terjadinya konstipasi.
Biasanya bila penderita tidak BAB sampai 2 hari sesudah persalinan,
akan ditolong dengan pemberian spuit gliserin/ diberikan obat-obatan.
Biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAB, maka sebaiknya
diberikan laksan dan paraffin (1-2 hari post partum), atau pada hari ke-3
diberi laksan supositoria dan minum air hangat. Berikut adalah cara agar
dapat BAB dengan teratur.
(1) Diet teratur
(2) Pemberian cairan yang banyak
(3) Ambulasi yang baik
(4) Bila takut buang air besar secara episiotomy, maka diberikan laksan
supposotria
(Dewi dan Sunarsih 2011;h. 73-74)
c) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari.Pada pola ini perlu
dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini
mungkin dapat mempercepat proses pengebalian alat-alat reproduksi.
Apakah ibu melakukan ambulasi seberapa sering apakah kesulitan
dengan bantuan atau sendiri apakah ibu pusing ketika melakukan
ambulasi.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 137)
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena
terasa letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur
49
dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam. Ambulasi dini
sanagt penting dalam mencegah thrombosis vena.Tujuan dari ambulasi
dini adalah untuk membantu menguatkan otot-otot perut dan demikian
mengahsilkan bentuk tubuh yang baik mengencangkan otot dasar
panggul sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah keseluruh
tubuh.
( rukiyah et. All 2011; h. 76)
d) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasein tidur,
kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik,
kebiasan mengonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan
waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan
istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.
( Ambarwati dan Wulandari, 2010;h. 136)
Anjurkan ibu untuk
a. Istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan
b. Tidur siang atau selagi bayi tidur
c. Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
d. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu
untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
( Suherni et all. 2009; h.104)
e) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih
mengeluarkan lochea.
50
( Ambarwati dan Wulandari, 2010;h. 137)
Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil biasanya ibu post
partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya.
Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu post
partum, antara lain:
(1) Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi
kulit pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau debu
dapat menyebabkan kulit bayi alergi melalui sentuhan kulit ibu dan
bayi.
(2) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan
bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih
dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan
daerah anus.
(3) Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2
kali dalam sehari. Kadang hal ini terlewat untuk disampaikan
kepada pasien. Masih adanya luka terbuka di dalam rahim dan
vagina sebagai satu-satunya port de entre kuman penyebab infeksi
rahim maka ibu harus senantiasa menjaga suasana keasaman dan
kebersihan vagina dengan baik.
(4) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia selesai
memebersihkan daerah kemaluannya.
(5) Jika mempunyai luka episiotomi hindari untuk menyentuh daerah
luka. Ini yang kadang kurang diperhatikan oleh pasien dan tenaga
kesehatan.
51
f) Aktivitas Seksual
Walaupun hal ini merupakan hal yang cukup privasi bagi pasien, namun
bidan harus menggali data dari kebiasaan ini karena penuh terjadi
beberapa kasus keluhan dalam aktivitas seksual yang cukup menggangu
pasien, namun ia tidak tahu harus berkonsultasi ke mana. Dengan teknik
komunikasi yang senyaman mungkin bagi pasien, bidan menyanyakan
hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas seksual, misalnya:
(1) Frekuensi
Bidan menanyakan kepada pasien berapa kali ia melakukan
hubungan seksual dalam seminggu.
(2) Gangguan
Bidan juga menanyakan apakah pasien mengalami gangguanketika
melakukan hubungan seksual seperti nyeri saat berhubungan adanya
ketidakpuasan terhadap suami kurangnya keinginan untuk
melukukan hubungan dan lain sebagainya. Jika bidan mendapatkan
data-data tersebut maka sebaiknya bidan membantu pasien untuk
mengatasi permasalahannya dengan konseling lebih intensif
mengenai hal ini.
(Sulistyawati 2009; h. 102-118).
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya
kedalam vagina tanpa rasa nyeri.Begitu darah merah berhenti dan
ibu tidak merasakan ketidaknyamanan aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
(Rukiyah et all. 2011; h.79)
52
9. Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita
banyak mengalami perubahan emosi/psikologis selama masa nifas
sementara ia menyusuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu
menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran.Depresi
tersebut sering disebut sebagai postpartum blues.Postpartum blues sebagian
besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh
wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi
diakibatkan oleh sejumlah faktor.
a) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang
dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
b) Rasa sakit masa nifas awal
c) Kelelahan selama kurang tidur selama persalinan dan post partum
d) Keceemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit
e) Rasa menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
Menjelaskan pengkajian psikologinya:
a) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya
b) Respon ibu terhadap bayinya
c) Respon ibu terhadap dirinya
(Ambarwati dan wulandari,2009;hal .134-135)
2. Data Objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik pemeriksaan khusus
kebidanan data penunjang : hasil laboratorium seperti VDRL, HIV,
pemeriksaan radiodiagnostik, ataupun USG yang dilakukan sesuai dengan
53
beratnya masalah data yang telah terkumpul diolah disesuaikan dengan
kebutuhan pasien kemudian dilakukan pengolahan data yaitu
menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan yang lainnya
sehingga menunjukkan fakta. Tujuan dari pengolahan data adalah untuk
menunjukkan fakta berdasarkan kumpulan data. Data yang telah diolah
dianalisis dan hasilnya didokumentasikan.
(Wildan dan hidayat, 2013;h. 34)
Untuk melengkapi data menegakkan diagnose bidan harus melakukan
pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi palpasi auskultasi
dan perkusi yang bidan lakukan secara berurutan.
Langkah-langkah pemeriksaannya sebagai berikut:
a. Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini bidan perlu mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan
kriteria
1) Baik
Paen dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien memperlihatkan
respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain serta secara
fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.
2) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain,
serta pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendir
54
a. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran dari keadaan pasien bidan
dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari
keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
coma (pasien tidak dalam keadaan sadar).
(Sulistyawati, 2009; h. 121-122)
b. Vital Sign
1) Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke
seluruh anggota tubuh manusia.Tekanan darah normal
manusia adalah sistolik 90-120 mmHg dan diastolic 60-80
mmHg.Pasca melahirkan pada kasus normal tekanan darah
biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi
lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
perdarahan sedangkan tekanan darah tinggi pada post
partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post
partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang
terjadi.
(Rukiyah et. All 2011;h. 69)
2) Nadi
Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi di atas
100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan
55
oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah
yang berlebihan.
3) Pernapasan
Pernapasan harus berada dalam rentan yang normal yaitu
sekitar 20-30x/menit
4) Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama
masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi,
yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu
melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena istirahat
dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan.
Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu
tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai
≥380
C adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 138-139)
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010;h. 139).
Menjelaskan pemeriksaan fisik
(1) Kepala
Pengkajian diawal dengan inspeksi lalu palpasi.Posisi klien
dapat duduk atau berdiri (tergantung kondisi klien).
Inpeksi dilakukan dengan memperhatikan bentuk kepala
yang abnormal dan ukuran kepala (bessar pada
hydrocephalus) pada daerah muka atau wajah diliat
56
kesimetrisan muka, apakah kulitnya normal, pucat,
siaonosis, atau ikterus.
(2) Mata
Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui bentuk
dan fungsi mata.Dalam setiap pengkajian selalu bandingkan
antara mata kanan dan kiri.Teknik yang digunakan adalah
inspeksi dan palpasi inspeksi merupakan teknik yang paling
penting dilakukan sebelum palpasi.
(3) Hidung
Hidung dikaji unuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi
hidung.Dimulai dari bagian luar hidung bagian dalam lalu
sinus-sinus.Bila memungkinkan selama pemeriksaan klien
dalam posisi duduk.
(4) Mulut dan faring
Pemeriksaan mulut dan faring harus dilakukan dengan
pencahayaan yang baik sehingga dapat melihat semua
bagian dalam mulut.Pengkajian mulut dan faring sebaiknya
dilakukan dengan posisi klien duduk. Pengkajian diawali
dengan mengkaji keadaan bibir, gigi, gusi, lidah, selaput
lendir, pipi bagian dalam platum/ langit-langit mulut, tonsil
kemudian faring. Umunya teknik yang digunakan dalam
mengkaji adalah inspeksi namun bila secara inspeksi belum
didapatkan data yang akurat maka dilakukan pengkajian
secara palpasi.Tujuan dilakukan palpasi adalah untuk
mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut yang dapat
57
diketahui dengan palpasi.Palpasi mulut meliputi pipi,
platum, dan lidah.
(5) Telinga
Telinga mempunyai fungsi sebagai alat pendengaran dan
menjaga keseimbangan. Pengkajian telinga seacara umum
bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar saluran
telinga gendang telinga/membrane timpani dan
pendengaran. Teknik pengkajian yang digunkan umumnya
adalah inspeksi dan palpasi.Pemeriksaan pendengaran
dilakukan untuk mengetahui fungsi telinga.
(6) Leher
Tujaun pengkajian lehe adalah untuk mengetahui bentuk
leher serta organ-organ penting yang berkaitan.Pengkajian
dimulai dengan inspeksi kemudian palpasi.Inspeksi
dilakukan untuk melihat apakah ada kelainan kulit termasuk
keadaan pucat ikterus, sianosis, dan ada tindaknya
pembengkakan. Pemeriksaan palpasi ditunjukkan untuk
melihat apakah ada massa yang teraba pada kelenjar limfe,
kelenjar tiroid, dan trakea.
(Tambunan dan Kasim, 2012;h. 66-83)
(7) Payudara
Pembesaran, putting susu (menonjol/mendatar, adakah
nyeri dan lecet pada putting), ASI/kolustrum sudah keluar,
adakah pembengkakan, radang atau benjolan abnormal.
(Suherni et. All, 2009; h.120)
58
(8) Abdomen
Uterus
Normal : kokoh, berkontraksi baik, tidak berada di atas
ketinggian fundal saat masa nifas segera.
Abnormal : lembek, tas ketinggian fundal saat masa post
partum
(Ambarwati dan Wulandari, 2009; h. 139-140)
Pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan pemeriksaan
payudara dilakukan terlebih dahulu periksaan payudara
dilakukan terlebih dahulu periksa pandang warna perut,
pembesaran pada perut, kemudian dilakukan pemeriksaan
raba (palpasi) yakni: periksa ada tidaknya rasa nyeri saat
diraba, periksa kontraksi uterus, kemudian raba tinngi
fundus.
(Rukiyahet. All 2011: h. 99)
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya
(Tinggi Fundus Uteri)
1. Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan
berat 1000 gram.
2. Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat.
3. Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan
pusat dan simfisis dengan berat 500 gram.
4. Pada 2 minggu pot partum, TFU teraba diatas simfisis
dengan berat 350 gram.
59
5. Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak
teraaba) dengan beerat 50 gram.(Sulistyawati, 2009; h
74)
(9) Keadaan genetalia
Lochea
Normal: merah hitam(lochea rubra),bau biasa,tidak ada
bekuan darah atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk
kecil), jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya
pelu mengamati pembalut setiap 3-5 jam).
Abnormal : merah terang, bau busuk, mengeluarkan darah
beku, perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut
setiap 0-2 jam)
(10) Keadaan perineum
Oedema hematoma, bekas luka episiotomi/robekan
heating.(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 140-141)
(11) Pengkajian anus
Tujuan pengkajian anus adalah untuk mendapatkan data
mengenai kondisi anus dan rektum.
(Tambunan dan Kasim, 2012;h.114)
(12) Keadaan ekstremitas
Varices oedema, dan refleks patella.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.141)
60
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium : Kadar HB, Hmt (Haematokrit), Kadar
Leukosit, dan Golongan darah.
(Sulistyawati, 2009;h. 125)
e. Riwayat Persalinan Sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi panjang badan berat badan, penolong
persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses
persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa
berpengaruh pada masa nifas saat ini.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010;h. 134)
Tabel 2.3 perbedaan fase yang dilalui anatra primigravida dan multigravida
Lama Persalinan
Primipara Multipara
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ¼ jam
Total 14 ½ jam 7 ¾ jam
(Rohani et. All, 2013; h.8)
b. Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data-data yang
dikumpulkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
61
sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik.Langkah awal
dari perumusan masalah atau diagnosis kebidanan analisis data, yaitu
menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan yang lainnya
sehingga menggambarkan suatu fakta.
(Nurhayati et. All 2013; h. 142)
Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam
langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi
diagnose kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
terhadap pasien masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita
yang diidentifikasikan oleh bidan.
1. Diagnosa kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para abortus,anak
hidup, umur ibu dan keadaan nifas. Data dasar meliputi:
a) Data Subjektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah
abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu
tentang keluhannya.
b) Data Objektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil
pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.141-142)
62
2. Masalah
Dalam asuhan kebidanan istilah “masalah” dan “diagnosis” dipakai
keduanya karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai
diagnosis, tetapi perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana
yang menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan bagaimana
wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010; h. 229)
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. Data
dasar meliputi:
a) Data subjektif
Data yang didapati dari hasil anamnesa pasien
b) Data objektif
Data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010;h. 141-142).
3. Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menetukan kebutuhan pasien berdasarkan
keadaan dan masalahnya. Contohnya kebutuhan untuk KIE,
bimbingan tentang control pernapasan, dan posisi untuk meneran.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010;h. 229)
c. Identifikasi Diagnose/ Masalah Potensial
Langkah ini memerlukan keseimbangan dari manajemen kebidanan,
identifikasi dan menetapkan perlunya tindakakn segera oleh bidan atau
dokter dan untuk di konsultasikan atau di tangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai denga kondisi pasien.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 143)
63
d. Tindakan Segera
Menurut Varney (1997) dalam Rukiyah (2011) dikatakan bahwa
mengidentifikasi perlunya penanganan segera oleh bidan atau dokter
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien, misalnya jika klien
mengalami kejang atau perdarahan
e. Merencanakan Asuhan
Pada langkah kelima direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen kebidanan untuk masalah atau diagnosis yang
telah di identifikasikan atau diantisipasi.Pada langkah ini informasi data
yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
(soepardan, 2007; h. 101)
Perencanaan Asuhan yang diberikan adalah:
6-8 jam post partum
1) Cegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Deteksi dan rawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan
berlanjut
3) Berikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
4) Pemberian ASI awal
5) Lakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6) Jaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
64
7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi yang baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran
atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 4-5)
f. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pasa
klien dan keluarga.Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuahan
secara efisien dan aman.
(Ambarwati dan Wulandari 2010; h. 145)
Pelaksanaan Asuhan yang dilakukan pada adalah:
6-8 jam post partum
1) Memberikan ibu atau keluarga cara mencegah perdarahan masa
nifas dengan cara melakukan observasi melekat pada kontraksi
uterus selama 4 jam pertama post partum dengan melakukan palpasi
uterus.
( Sulistyawati, 2009; h. 134)
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,jika uterus tetap
lembek dan tidak keras, lakukan penekanan untuk mengeluarkan
darahnya. rujuk bila perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu keluarga bagaimana
cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri dengan
cara massase uterus. Secara perlahan, tangan diletakkan diatas
fundus uteri dan massase dengan gerakan berputar sambil menekan
fundus selama 15 detik, raba kembali uterus setiap 1-2 menit, jika
lembek, ulangi masase.(Astuti et.all, 2015; h.42)
65
4) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI awal pada bayinya
sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwalkan,bayi disusui
sesuai dengan keinginannya (on demand). Bayi dapat menetukan
sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu
payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong
dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang
baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan
produksi berikutnya.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 16)
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi lahir atau bounding
attachment didalam satu ruangan dengan melakukan sentuhan
awal/kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit-menit pertama
sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi. Pada proses ini, terjadi
penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari
orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan
dalam perawatannya
(Sulistyawati, 2009; h.59)
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi yaitu:
(a) Keringkan bayi segera setelah bayi lahir untuk mencegah
terjadinya evaporasi dengan menggunakan handuk atau kain
(menyeka tubuh bayi juga termasuk rangsangan taktil untuk
mrmbantu memulai pernapasan).
(b) Selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat segera
setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat.
Sebelumnya ganti handuk atau kain yang telah digunakan untuk
66
mengeringkan tubuh bayi. Kain basah didekat bayi dapat
menyerap panas tubuh bayi melalui radiasi.
(c) Selimuti bagian kepala karena kepala merupakan permukaan
tubuh yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan
panas jika tidak ditutupi.
(d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Sebaiknya
pemberian ASI harus dalam waktu 1 jam pertama kelahiran
(e) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat, yang paling ideal
adalah bersama dengan ibunya agar menjaga kehangatan tubuh
bayi, mendorong ibu agar segera menyusui bayinya, dan
mencegah paparan infeksi pada bayi.
(f) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti
tubuh bayi dengan kain yang kering dan bersih. Berat badan bayi
dapat dinilai dari selisih berat bayi dikurangi dengan kain
selimut bayi yang digunakan. Bayi sebaiknya dimandikan
sedikitnya 6 jam setelah lahir .( Rukiyah dan Yulianti, 2012; h.
10)
7) Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
cukup cairan karena makanan yang dibutuhkan oleh ibu nifas sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan dalam tubuh supaya tubuh dalam
keadaan sehat. Tujuan pemberian makanan pada ibu nifas adalah
memulihkan tenaga ibu, memproduksi ASI yang bernilai gizi tinggi,
memepercepat penyembukan luka, dan mempertahankan kesehatan.
Hidangkan bergizi yang dibutuhkan ibu menyusui terdiri atas zat
67
tenaga (Hidrat arang, lemak, protein), zat pembangun (protein,
vitamin, mineral, air) dan zat pengatur atau pelindung (vitamin, air,
dan mineral).( Roito et.all, 2013; h. 83)
Catatan : Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi yang baru lahir selama 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 4-5)
g. Evaluasi
Menurut Varney (1997) dalam Rukiyah (2011) dikatakan bahwa
mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan ulangi lagi proses
manajemen dengan benar terhadap semua aspek asuhan yang telah
diberikan namun belum efektif dan merencanakan kembali yang belum
terencana.
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
1. Peraturan-peraturan, kompetensi bidan dan standar pelayanan kebidanan yang
berkaitan dengan kasus yang diambil.
a. Peraturan-peraturan
PERATURAN PEMERINTAH No.23 Tahun 1996
Pasal 1
1) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan untuk jenjang tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
68
2) Tenaga keperawatan meliputi perawatan dan bidan.
(Karwati et.all 2011; h.72)
b. Kompetensi Bidan
Berdasarkan Permenkes No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan serta memperhatikan kompetensi inti bidan
Indonesia yang mengacu kepada kompetensi inti yang telah disusun oleh ICM,
juni 2011, maka kompetensi bidan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Bidan memberikan asuhan ada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi
terhadap budaya setempat
( Aticeh et.all, 2014; h. 70-71)
c. Standar Pelayanan Kebidanan pada Ibu Masa Nifas
1) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Pernyataan standar :
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan
spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah
atau menangani hipotermi.
2) Standar 14 : Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan
Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi
dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.
Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai
pemberian ASI.
69
3) Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas
Pernyataan standar:
Bidan memberikan pelayanan pada masa nifas melalui kunjungan rumah pada
hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk
membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang
benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin
terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan
secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru
lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
(karyawaati at.all,2011;hal.80)
2. Undang-undang Wewenang Bidan
Dalam menjalankan praktiknya bidan berwenang dalam memberikan pelayanan yang
meliputi pelayanan kebidanan pelayanan keluarga berencana dan pelayanan
kesehatan masyarakat sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010.
Pelayanan kebidanan
Beberapa pelayanan kebidanan yang diberikan adalah sebagai berikut
1) Pelayanan kebidanan kepada ibu
Pelayanan yang diberikan kepada ibu umumnya pada masa pranikah, prahamil,
kehamilan, persalinan, nifas, menyusui, serta masa interval. Jenis pelayanan yang
diberikan antara lain:
(a) Penyuluhan dan konseling.
(b) Pemeriksaan fisik.
(c) Pelayanan ibu nifas normal
70
(d) Pelayanan ibu nifas yang abnormal yang mencakup retensio plasenta,
renjatan, dan infeksi ringan.
(Aticeh et. All, 2014 ;h. 71)
71
BAB III
TINJAUN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.E
UMUR 36 TAHUN P2A0 6 - 8 JAM POST PARTUM
DI BPS DUMARIA, Amd.Keb
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
Oleh : Wahyu Andriyani
Waktu : 03 Juni 2016
Pukul : 19.00 WIB
A. Data Subjektif
1) IDENTITAS
Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. E : Tn. J
Umur : 36 tahun : 36 tahun
Agama : Kristen : Kristen
Suku/Bangsa : Batak/Indonesia : Batak/Indonesia
Pendidikan : SMA : SMA
Pekerjaan : IRT : Wiraswasta
Alamat : Jl. Tuliraya Kecamatan Tanjung Seneng No 160
Bandar Lampung
2) Keluhan Utama : Ibu mengatakan mules pada perutnya dan merasa
lemas
71
72
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
73
TBC : Tidak ada
4) Riwayat Perkawinan
Status Perkawinan : Syah
Lama pernikahan : 8 tahun
5) Riwayat obstetri
Riwayat haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : Teratur
Volume : 2-3 kali sehari ganti pembalut
Sifat : Encer
Disminore : Tidak ada
HPHT : 02 September 2015
6) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Tabel 3.1 Riwayat kehamilan
Hari/tanggal Tempat
persalinan
Usia
kehamilan
Jenis
persalinan
penolong Penyulit Keadaan Ket
Nifas Anak
Minggu 04-
11-2013
BPS
Dumaria
Aterm Spontan Bidan Tidak
ada
Baik Sehat Sehat
7) Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : spontan
Tanggal : 03 Juni 2016
Jam : 13.00 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Panjang badan : 50 cm
Berat badan : 3400 gram
Keadaan bayi : Sehat tanpa cacat
74
8) Riwayat KB
Tabel 3.2 Riwayat KB
No Jenis
kontrasepsi
Mulai Memakai Mulai Berhenti
Tgl Oleh Tempat Keluhan Oleh Tempat Alas
an
1 Kb suntik 3
bulan
- Bidan BPS Pusing Bidan BPS Ingin
punya
anak
9) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Saat hamil : Makan 3 kali/ hari, 3 porsi sedang dengan menu
bervariasi seperti 1 centong nasi, 1 potong daging, 1
mangkuk kecil sayur, 1 biji buah dan 1 gelas susu.
Minum air putih 7-8 gelas/ hari.
Saat Nifas : Makan baru 1 kali setelah melahirkan, 1 porsi sedang
dengan menu bervariasi seperti 1 centong nasi, 1
potong daging, 1 mangkuk kecil sayur, dan 1 biji buah
jeruk. Minum 5 gelas air putih.
b. Pola Eliminasi
Saat Hamil : BAK 7-8 kali/hari, BAB 1 kali/hari
Saat Nifas : Sudah BAK berwarna kuning jernih 4 jam setelah
persalinan, berbau khas dan belum BAB saat
pengkajian.
c. Pola Aktivitas
Saat Hamil : Berjalan-jalan, menyapu, dan memasak
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Kti meldawati
Kti meldawatiKti meldawati
Kti meldawati
 
Kti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasariKti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasari
 
Kti desi hatalia
Kti desi hataliaKti desi hatalia
Kti desi hatalia
 
Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjung
 
Kti eka nilawati
Kti eka nilawatiKti eka nilawati
Kti eka nilawati
 
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputriKti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
 
Kti dwi
Kti dwiKti dwi
Kti dwi
 
Kti propyta sedayu
Kti propyta sedayuKti propyta sedayu
Kti propyta sedayu
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Komprehensif gita trisetiati
Komprehensif gita trisetiatiKomprehensif gita trisetiati
Komprehensif gita trisetiati
 
Kti geta anggawa
Kti  geta anggawaKti  geta anggawa
Kti geta anggawa
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan antenatal patologi pada ny
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan antenatal patologi pada nyManajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan antenatal patologi pada ny
Manajemen dan pendokumentasian asuhan kebidanan antenatal patologi pada ny
 
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyAsuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
 
Kti la ode ili
Kti la ode iliKti la ode ili
Kti la ode ili
 
Kti qintan ozi fauzia
Kti qintan ozi fauziaKti qintan ozi fauzia
Kti qintan ozi fauzia
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti habibah
Kti habibahKti habibah
Kti habibah
 

Viewers also liked

LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN KARYA TULIS ILMIAH
LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN  KARYA TULIS ILMIAHLEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN  KARYA TULIS ILMIAH
LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN KARYA TULIS ILMIAHWarnet Raha
 
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...Warnet Raha
 
Cover dan lain lain
Cover dan lain lainCover dan lain lain
Cover dan lain lainWarnet Raha
 
Kti dina rianti
Kti dina riantiKti dina rianti
Kti dina riantiDINARIANTI
 
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...Warnet Raha
 
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...Warnet Raha
 
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...Warnet Raha
 

Viewers also liked (20)

Kti ida bagus
Kti ida bagusKti ida bagus
Kti ida bagus
 
Kti komariah
Kti komariahKti komariah
Kti komariah
 
Kti sarifa milawati AKBID YKN BAU BAU
Kti sarifa milawati AKBID YKN BAU BAUKti sarifa milawati AKBID YKN BAU BAU
Kti sarifa milawati AKBID YKN BAU BAU
 
LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN KARYA TULIS ILMIAH
LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN  KARYA TULIS ILMIAHLEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN  KARYA TULIS ILMIAH
LEMBAR KONSULTASI ASUHAN KEBIDANAN KARYA TULIS ILMIAH
 
Jurnal ilmiah 5235125319-jumat-3
Jurnal ilmiah 5235125319-jumat-3Jurnal ilmiah 5235125319-jumat-3
Jurnal ilmiah 5235125319-jumat-3
 
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
Kti fidartin akbid paramata AKBID PARAMATA RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...
MANAJEMENDANPENDOKUMENTASIANASUHANKEBIDANAN PADABAYINY.“L” DENGANASFIKSIASEDA...
 
Cover dan lain lain
Cover dan lain lainCover dan lain lain
Cover dan lain lain
 
makalah Keputihan
makalah Keputihanmakalah Keputihan
makalah Keputihan
 
Makalah leukorea akbid paramata
Makalah leukorea akbid paramataMakalah leukorea akbid paramata
Makalah leukorea akbid paramata
 
Keputihan
KeputihanKeputihan
Keputihan
 
Pengetahuan dan keputihan
Pengetahuan dan keputihanPengetahuan dan keputihan
Pengetahuan dan keputihan
 
Kti dina rianti
Kti dina riantiKti dina rianti
Kti dina rianti
 
Rahmaningsih
RahmaningsihRahmaningsih
Rahmaningsih
 
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT...
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
 
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...
 
Kti siti aisah akbid paramata
Kti siti aisah akbid paramataKti siti aisah akbid paramata
Kti siti aisah akbid paramata
 

Similar to Kti wahyu andriyani (20)

Kti iif sarifah
Kti iif sarifahKti iif sarifah
Kti iif sarifah
 
Kti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandariKti mila dwi wandari
Kti mila dwi wandari
 
Kti laila maharani
Kti laila maharaniKti laila maharani
Kti laila maharani
 
Kti devi mandasari
Kti devi mandasariKti devi mandasari
Kti devi mandasari
 
Kti febby laras pamella
Kti febby laras pamellaKti febby laras pamella
Kti febby laras pamella
 
Betha almyra grenada yudina
Betha almyra grenada yudinaBetha almyra grenada yudina
Betha almyra grenada yudina
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
KTI LINDA AGUSTINA
KTI LINDA AGUSTINAKTI LINDA AGUSTINA
KTI LINDA AGUSTINA
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Kti yesi katrinia
Kti yesi katriniaKti yesi katrinia
Kti yesi katrinia
 
Kti yesi katrinia
Kti yesi katriniaKti yesi katrinia
Kti yesi katrinia
 
Kti yesi katrinia
Kti yesi katriniaKti yesi katrinia
Kti yesi katrinia
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Kti reni yunila sari
Kti reni yunila sariKti reni yunila sari
Kti reni yunila sari
 
Kti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyaniKti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyani
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti dian sefrina
Kti dian sefrinaKti dian sefrina
Kti dian sefrina
 
Kti suci nala
Kti suci nalaKti suci nala
Kti suci nala
 
Kti hesti ulandari
Kti hesti ulandariKti hesti ulandari
Kti hesti ulandari
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 

Kti wahyu andriyani

  • 1. 1 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. E UMUR 36 TAHUN P2A0 6-8 JAM POST PARTUM DI BPS DUMARIA, Amd.Keb BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Disusun oleh : WAHYU ANDRIYANI 201308145 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016
  • 2. 2 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. E UMUR 36 TAHUN P2A0 6-8 JAM POST PARTUM DI BPS DUMARIA, Amd.Keb BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh : WAHYU ANDRIYANI NIM : 201308145 AKADEMI KEBIDAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016
  • 3. 3 LEMBAR PERSETUJUAN Diterima dan disetujui untuk dianjurkan dan dipertahankan di depan Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila Hari : Tanggal : Pembimbing ERVINA I HARIANJA.,S,SiT. NIK 2009111020
  • 4. LEMBAR PENGESAHAN Diterima dan disarankan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Penguji I (Deti Elice, S.Pd, M.Pd) INDN. 0208127304 Direktur Akademi Kebidanan Adila LEMBAR PENGESAHAN Diterima dan disarankan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila pada : Hari : Tanggal : Penguji I Penguji II (Deti Elice, S.Pd, M.Pd) (Andestyana, S.ST, M.Kes) INDN. 0208127304 NIK. 2015301062 Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dr. Wazni Adila, MPH NIK. 2011041008 4 Diterima dan disarankan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Penguji II (Andestyana, S.ST, M.Kes)
  • 5. 5 CURRICULUM VITAE Nama : WAHYU ANDRIYANI NIM : 201308145 Tempat/tanggal lahir : Tanjung Raja Giham, 02 Agustus 1995 Alamat :Jl. Lintas Tanjung Raja Giham Gg masjid No.17 RT 01/RW 01 Waykanan Institusi : Akademi Kebidanan ADILA Angkatan : VIII (2015/2016) Biografi : 1. 2001-2007 SD Negeri 01 Tanjung Raja Giham, Waykanan 2. 2007-2010 SMP Negeri 02 Waytuba, Waykanan 3. 2010-2013 SMA Negeri 01 Blambangan Umpu, Waykanan 4. 2013 sampai saat ini menempuh pendidikan semester akhir di Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung
  • 6. 6 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.E UMUR 36 TAHUN P2A0 6-8 JAM POST PARTUM DI BPS DUMARIA, Amd.Keb BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 Oleh : Wahyu Andriyani, Ervina I. Harianja.,S,SiT INTISARI Masa nifas atau puerpurium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan masa atau sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, seperti enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan. Sekitar 60% kematian ibu setelah melahirkan dan hampir 50% dari masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan.Tujuan umum Karya Tulis Ilmiah diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dan Tujuan khususnya penulis mampu melaksanakan asuhan dari pengkajian sampai evaluasi dengan penjabaran 7 langkah varney. Metode penelitian survey deskriptif Sasaran Penelitian yaitu Ny.E umur 36 tahun, Obyek penelitian yaitu asuhan 6-8 jam post partum, tempat penelitian di BPS Dumaria, Amd.Keb Bandar Lampung, waktu penelitian pada tanggal 03 Juni 2016. Hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan kesenjangan terhadap kasus Ny.E yitu penulis menambahkan asuhan selain asuhan 6-8 jam postpartum.Simpulan hasil penelitian ini adalah semua tindakan berhasil, ibu mengerti dengan kondisinya,ibu mengerti pencegahan perdarahan pada masa nifas dan telah menyusui bayinya, telah dilakukan rooming in serta pencegahan hipotermi pada bayi dan akan memperbaiki nutrisinya dengan mengonsumsi makanan yang bergizi. Saran penelitian, pada Ny. E diharapkan dapat mengerti serta melaksanakan asuhan yang telah diberikan oleh penulis, pada lahan praktik diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan secara komprehensif. Kata Kunci : 6-8 jam postpartum Kepustakaan : 22 Referensi Jumlah Halaman : 129 halaman
  • 7. 7 MOTTO Perjuangan itu bukan proses penderitaan menuju tujuan, tapi proses memantaskan diri untuk meraih tujuan By Wahyu andriyani
  • 8. 8 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. E umur 36 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Dumaria, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2016”. Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr . Wasni Adila, MPH., selaku Direktur Akedemi Kebidanan Adila Bandar Lampung 2. Ervina I Harianja.,S,SiT. Selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah Akedemi Kebidanan Adila Bandar Lampung 3. Dumaria, Amd.Keb., selaku pemilik BPS 4. Seluruh Dosen dan staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 5. Teman-teman Angkatan VIII dan semua pihaak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini baik secara langsung maupun yang tidak langsung yang tidak dapat ditulis satu persatu Penulis menyadari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna perbaikan pada masa yang akan dating. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca umum. Bandar Lampung, April 2016 Penulis
  • 9. 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN............................................................... ii CURRICULUM VITAE .................................................................... iii INTISARI........................................................................................... iv MOTTO.............................................................................................. v KATA PENGANTAR........................................................................ vi DAFTAR ISI ...................................................................................... vii DAFTAR TABEL .............................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... x Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.............................................................. 3 C. Tujuan Penelitian............................................................... 3 D. Ruang Lingkup .................................................................. 3 E. Manfaat Penelitian............................................................. 4 F. Metodelogi Penelitian dan Teknik Memproleh Data........... 4 Bab II Tinjauan Teori A. Tinjauan Teori Medis......................................................... 7 B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan..................................... 41 C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan ............................... 67 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Data ................................................................ 71 B. Matriks.............................................................................. 82 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian ....................................................................... 92 B. Interpretasi Data Dasar..................................................... 114 C. Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial ......................... 115 D. Tindakan Segera .............................................................. 116 E. Perencanaan..................................................................... 116
  • 10. 10 F. Pelaksanaan ..................................................................... 119 G. Evaluasi........................................................................... 125 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................... 128 B. Saran ............................................................................... 128 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 11. 11 DAFTAR TABEL Halaman 2.1Perubahan Uterus MasaNifas……………………………………….12 2.2TabelPenyimpanan ASI……………………………………………. 37 2.3Perbedaanfase yang dilaluiantaraprimigravida& multigravida……..60 3.1 RiwayatKehamilan, Persalinan, danNifas Yang Lalu…………… ..73 3.2 Riwayat KB………………………………………………………... 74 3.3 Matriks……………………………………………………………….82
  • 12. 12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 :Surat izin dinas Lampiran 2 :Surat balasan bidan Lampiran 3 :Jadwal penelitian Lampiran 4 :Lembar konsul Lampiran 5 :Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dan leaflet Lampiran 6 :Dokumentasi
  • 13. 13 PERSEMBAHAN Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Studi kasus ini, dan dibalik penyelesaian tugas ini tidak lupa penulis memberikan persembahan kepada orang-orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. 1. Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT yang maha kuasa sehingga dapat terselesaikan KTI (Karya Tulis Ilmiah) 2. Terima kasih untuk keluarga kecil tercintaku terutama kedua orang tuaku Ayahanda Nurpudin.S dan Ibunda Jamilah yang selalu mendoakan setiap langkah dan kegiatanku, kepada kakakku Bintar Sastra,S.E, Mahisa Pawaka yang selalu tak henti- hentinya memberiku semangat dan nasehat, dan terima kasih sudah memberikan dukungan dan selalu mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis lakukan. 3. Kepada pembimbing KTI terima kasih atas bimbingannya selama ini yang selalu sabar membimbing penulis yang penuh kekurangan hingga terselesaikan tugas akhir ini 4. Teman-temanku tercinta Akbid Adila khususnya kamar SAKURA terima kasih atas kegembiraan, canda tawa kalian selama ini yang selalu memberi semangat hingga terselesaikan tugas akhir ini. 5. Almamaterku tercinta Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung sebagai tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun. 6. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas partisipasi dan dukungannya selama penulis menyelesaikan tugas akhir diploma kebidanan ini.
  • 14. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Massa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari). (Dewi, 2011; h.1) Angka kematian ibu adalah perhitungan dalam waktu tertentu per 100.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu yang sama. Maternal Mortality Ratio (MMR) dianggap tinggi jika ≥ 300-4994 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan sangat tinggi jika ≥ 1.000 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Dua Negara penyumbang sepertiga dari semua kematian ibu global yaitu : India pada 17% (50.000) dan Nigeria pada 14% (40.000). Jumlah kematian ibu berdasarkan perhitungan tahun 2013 yang dikarenakan perdarahan yaitu mencapai 27%. (WHO Maternal Mortality Ratio, 2013). Berdasarkan Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan Negara-negara tetangga di kawasan ASEAN. Pada tahun 2007, ketika AKI di Indonesia mencapai 228, AKI di Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup. Brunei 33 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, serta Malaysia dan Vietnam sama-sama mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Indonesia, 2014 :h.85). 1
  • 15. 2 Bila dilihat berdasarkan kasus kematian yang ada di Provensi Lampung tahun 2014 perdarahan 30 kasus eklamsi 25 kasus abortus 3 kasus infeksi 6 kasus dan lain-lain 36 kasus. penyebab kasus kematian ibu di provensi lampung tahun 2013 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 47 kasus, ekalamsi sebanyak 46 kasus, infeksi sebanyak 9 kasus, partus lama sebanyak 1 kasus dn lain-lain sebanyak 54 kasus.(Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2012,hal 35) Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap tahun di dunia hampir 4 orang dari 5 jiwa kematian karena perdarahan pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Seorang ibu dengan anemia pada saat hamil pada umumnya lebih tidak mampu untuk mengatasi kehilangan darah yang terjadi jika dibandingkan dengan seorang ibu dengan kebutuhan nutrisi cukup. Dalam waktu 1 jam setelah persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila terjadi perdarahan berat, transfuse darah adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan kehidupan ibu. Ini adalah salah satu penyebab terpenting terjadinya kematian ibu di dunia yang melibatkan 150.000 kematian dalam satu tahun terutama terjadi di Negara berkembang. Sebagaian besar kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan, menandakan bahwa ini adalah kejadian yang berkaitan erat dengan persalinan kala III. (Prawirohardjo, 2010: h. 357-358). Berdasarkan hasil prasurvey yang dilakukan pada tanggal 03 Juni 2016. Terdapat satu orang ibu postpartum 6-8 jam. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny.E umur 36 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Dumaria, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2016”.
  • 16. 3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan pada latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. E umur 36 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Dumaria, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2016?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penulis memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu Nifas terhadap Ny.E umur 36 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Dumaria, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2016 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam hal ini penulis diharapkan mampu melakukan pengkajian data ,menentukan pengkajian data, menentukan masalah potensial, melakukan tindakan segera,menetukan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, melaksanakan asuhan kebidanan,dan dapat melakukan evaluasi terhadap Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas terhadap Ny. E umur 36 tahun P2A0 6-8 jam post partum di BPS Dumaria, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2016. D. Ruang Lingkup 1. Sasaran Ny.E umur 36 tahun P2A0 6-8 jam post partum 2. Tempat BPS Dumaria, Amd.Keb Bandar Lampung Tahun 2016 3. Waktu Dilaksanakan pada tanggal 03 Juni 2016
  • 17. 4 E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Dapatkan menjadi referensi bacaan diperpustakaan dan juga sebagai bahan dokumentasi dan bahan perbandingan untuk studi kasus selanjutnya serta dapat menambah wawasan bagi pembaca khususnya mahasiswa di Institusi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. 2. Bagi Lahan Praktik Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan sesuai standar asuhan kebidanan dan untuk mengetahui perkembangan aplikasi secara nyata di lapangan dan sesuai teori yang ada dan untuk menerapkan manajemen asuhan kebidanan pada Ibu Nifas sesuai prosedur. 3. Bagi Penulis Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti pembelajaran dan untuk menambah pengetahuan wawasan dan pengelaman serta sebagai acuan bagi mahasiswa bagaimana menerapkan manajemen asuhan kebidanan pada Ibu Nifas. 4. Bagi Pasien dan masyarakat Pasien mendapat asuhan kebidanan masa nifas yang sesuai dan masyarakat juga mendapatkan pengetahuan sesuai dengan standar asuhan kebidanan pada masa nifas. F. Metodelogi Penelitian dan Teknik Memproleh Data 1. Metode Penelitian survey deskriptif yang didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam badan kesehatan masyarakat survey deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu.
  • 18. 5 (Notoatmodjo, 2012; h. 35-36) 2. Teknik Memproleh Data Untuk memproleh data, teknik yang digunakan sebagai berikut : 1. Data Primer a. Wawancara (Interview) Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). (Notoatmodjo, 2012; h. 139). Wawancara ini dilakukan dengan cara: Auto Anamnesa yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung dari sumbernya. (Sulistyawati, 2009; h. 111) b. Pengkajian Fisik Pengkajian fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien mengidentifikasi masalah pasien menilai perubahan status pasien dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah di berikan. (Uliyah dan Hidayat, 2009; h.140) 2. Data Skunder a. Studi Kepustakaan Menurut Sekaran (2006) dalam Hidayat (2014) dikatakan bahwa Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan penelitian. Selain itu studi
  • 19. 6 kepustakaan juga merupakan dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap karya publikasi dan nonpublikasi. Sehingga peneliti bisa memastikan bahwa tidak ada variebel penting di masa lalu yang ditemukan berulang kali mempunyai pengaruh atas masalah yang terlewatkan Studi kepustakaan yang baik akan menyediakan dasar untuk menyusun kerangka teoritis yang komprehensif yakni hipofisis yang dibuat untuk diuji. b. Studi Dokumentasi Metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisi dokumen- dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang tertulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan. (Herdiansyah, 2012; h. 143)
  • 20. 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. Konsep Dasar Masa Nifas a. Definisi Masa Nifas Masa nifas (postpartum) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil).Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Sulistyawati, 2009;h. 1) Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpuriumdimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Puerpurium adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan pasca-persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi. (Dewi dan Sunarsih 2011; h.1) Masa nifas atau postpartum dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyedian pelayanan pemberian ASI, 7
  • 21. 8 cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu. (Prawirohardjo, 2010;h. 356) b. Tujuan Asuhan Masa Nifas 1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi 2) Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi dini pada ibu 3) Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bila perlu 4) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus 5) Imunisasi ibu terhadap tetanus 6) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak. (Sulistyawati, 2009; h. 2-3). c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu termasuk kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam.Oleh karena itu, peran dan tanggung jawab bidan untuk memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan pemantauan mencegah beberapa kematian ini. Peran bidan anatara lain sebagai berikut. 1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. 2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi, serta keluarga.
  • 22. 9 3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. 4) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak, serta mampu melakukan kegiatan administrasi. 5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. 6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikkan kebersihan yang aman. 7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga melaksankannya untuk mempercepat proses pemulihan, serta mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas. 8) Memberikan asuhan secara professional.(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 3-4) d. Tahapan Masa Nifas Tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: 1) Postpartum Dini Merupakan masa kepulihan yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. 2) Postpartum Intermedial Merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu 3) Remote Postpartum Merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu- minggu, bulanan bahkan tahunan.
  • 23. 10 (Sulistyawati, 2009; h.5). e. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas 1. 6-8 jam setelah persalinan a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana cara mencegah perdarhan masa nifas karena atonia uteri d) Pemberian ASI awal e) Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru lahir. f) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil. 2. 6 hari setelah persalinan a) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperhatikan tanda- tanda penyulit e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
  • 24. 11 3. 2 minggu setelah persalinan Sama seperti 6 hari setelah persalinan 4. 6 minggu setelah persalinan a) Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ia atau bayinya alami b) Memberikan konseling KB secara dini. (Sulistyawati, 2009; h. 6-7) f. Perubahan Fisiologis Masa Nifas 1) Perubahan Sistem Reproduksi a) Uterus (1) Pengerutan rahim(Involusi Uterus) Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neorotic (layu atau mati). (Sulistyawati, 2009; h. 73)
  • 25. 12 Tabel 2.1Perubahan uterus masa nifas Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus (gr) Diameter bekas melekat plasenta (cm) Keadaan serviks Bayi lahir Setinggi pusat 1000 Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 12,5 Lembek Satu minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 7,5 Beberapa hari setelah postpartum dapat dilalui 2 jari akhir minggu pertama dapat di masuki 1 jari Dua minggu Tak teraba diatas simfisis 350 3-4 Enam minggu Bertambah kecil 50-60 1-2 Delapan minggu Sebesar normal 30 ( Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 57) Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain: a. Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadidi dalam otot uterus. Enzim peteolitik akan memendekan jaringan otot yang telah sempat mengendur 10 kali panjangnya dari semula dan lima
  • 26. 13 kali lebarnya dari sebelum hamil. Sitoplasma sel yang berlebihan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan. b. Atrofi Jaringan Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi esterogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan bergenerasi menjadi endometrium yang baru. c. Efek Oksitosin (kontraksi) Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir.Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadapn penurunan volume intrauterine yang sangat besar. Hormone oksitosin yang dilepas dari kelenjar hypofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta dan mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total . (Sulistyawati, 2009; h. 74-75).
  • 27. 14 2) Lochea Lochea adalah ekskresi cairan uterus selama masa nifas (Maryunani dan Sukaryati, 2011; h. 19) Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas.Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.Lochea mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.Jenis-jenis lochea berdasarkan warna dan waktu keluarnya. (a) Lochea rubra Lochea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, inding rahim, lemak bayi, lanugo( rambut bayi), dan mekonium (b) Lochea sanguinolenta Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum. (c) Lochea serosa Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14. (d) Locheaalba/putih Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati
  • 28. 15 locheaalba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. (e) Locheapurulenta Lochea ini adalah bila terjadi infeksi, akan keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk (f) Locheastatis Lochea ini adalahpengeluaranlochea yang tidak lancar a) Perubahan pada serviks Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga seperti corong.Segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara corpus dan serviks berbentuk semacam cincin. Servik berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah.Konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil. Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir tangan dapat masuk kedalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat memasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 postpartum serviks sudah menutup kembali.
  • 29. 16 b) Perubahan pada Vulva dan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vaginaa kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol. Pada masa nifas biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada vagina umunya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perprimen (sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila terdapat infeksi mungkin menyebabkan sllulitis yang menjalar sampai terjadi sepsis. c) Perineum Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena seebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum hamil. d) Perubahan Sistem Perencanaan Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak.Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat perencanaan mendapat tekanan yang menyebabkan calon menjadi kosong pengeluaran cairan yang berlebihan pada waaktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas
  • 30. 17 tubuh.Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal.Bila usaha ini tidak berasal dalam waktu 2 atau 3 hari dapat diberikan obat laksansia. e) Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air keecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spesme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selamam persalinan berlangsung. f) Perubahan Sistem Muskuloskletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh- pembuluh darah yang berbeda diantara anyaman oto-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pedarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen diafragma pelfis serta fasia yang meregang pada waktu persalinan. Secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendur, tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungan turun” setelah melahirkan karena ligament, fasia jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendur. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
  • 31. 18 Sebagia akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil dinding abdomen masih agak lunak dan kendur untuk sementara waktu.Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat-alat genetalia serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum sudah dapat fisioterapi. g) Perubahan Sistem Endokrin (1) Hormon Plasenta Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan HCG (Human Chorionic Gonadotropi) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam sehingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum. (2) Hormon Pituitary Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi. (3) Hypotalamik Pituitary Ovarium Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi petama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar esterogen dan progestron.
  • 32. 19 (4) Kadar Esterogen Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar esterogen yang bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhikelenjarmamaedalammenghasilkan ASI. (Sulistyawati, 2009; h. 76-80). h) Perubahan Tanda-Tanda Vital (1) Suhu Badan Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis atupun system lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum. (Rukiyah at. All 2011; h. 68) (2) Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit
  • 33. 20 adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi. (Sulistyawati, 2009; h. 81) (3) Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh manusia.Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolic 60-80 mmHg.Pasca melahirkan pada kasus normal.Tekanan darah tidak berubah.Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia pos partum. Namun demikian hal tersebut sangat jarang terjadi.(Rukiyah et.all. 2011;h.69) (4) Pernapasan/Respirasi Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal, mengapa demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat postpartum (≥30x/menit), mungkin karena adanya ikutan tanda-tanda syok. (Suherni et.all, 2009;h. 84) i) Perubahan Sistem Kardiovaskuler Selama kehamilan volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri.Penarikan kembali esterogen menyebabkan dieresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal.Aliran
  • 34. 21 ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya pengesteran membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama deengan trauma masa persalinan pada persalinan vagina kehilangan darah sekitar 200- 500 ml sedangkan pada persalinan dengan SC pengeluaran dua kali lipatnya. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar Hmt (haematokrit). j) Perubahan Sistem Hematologi Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan menurun, tetapi darah akan mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam bebrapa hari post partum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000- 30.000 tanpa adanya kondisi patologi jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama.(Sulistawati, 2009; h. 82) g. Proses Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas 1) Fase Taking In Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian
  • 35. 22 ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung.Hal ini membuat ibu cendrung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ibu perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik pada fase ini perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya. Disamping nafsu makan ibu memang meningkat. 2) Fase Taking Hold Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.pada fase taking hold, ibu merasa khawtir akan ketidakmapuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaan-perasaan sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga mudah tumbuh rasa percaya diri. 3) Fase Letting Go Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelaah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini. (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h. 88-89)
  • 36. 23 h. Kebutuhan Dasar Ibu pada Masa Nifas 1) Nutrisi Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibandingkan selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan dengan nutrisi baik adalah 70 kal/ 100 ml dan kira-kira 85 kal yang diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata- rata ibu harus mengonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui.Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal ketika menyusui.Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kal yang dianjurkan.Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati.Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu, dan keju. Sementara itu, protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain. Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pascabersalinan. Ibu minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
  • 37. 24 (Dewi dan Sunarsih, 2012; h. 71-72) Menu seimbang ibu nifas adalah susunan makanan yang diperlukan oleh ibu nifas sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam tubuh supaya tubuh dalam keadaan sehat.Tujuan pemberian makanan pada ibu nifas adalah untuk memulihkan tenaga ibu, memproduksi ASI yang berniali gizi tinggi, mempercepat penyembuhan luka, dan mempertahankan kesehatan. Hidangan bergizi yang dibutuhkan ibu menyusui terdiri atas zat tenaga (hidrat arang, lemak),zat pembangun (protein, vitamin, mineral, air), dan zat pengatur atau pelindung ( vitamin, air, dan mineral). (Roito et.all,2013;h. 83) 2) Ambulasi Dini (Early Ambulation) Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan. Menurut penelitian ambulasi dini tidak mempunyai pengaruh yang buruk tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomy dan tidak memperbesar kemungkinan terjadinya prolaps uteri atauretrofleksi. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam,dan keadaan lain yang masih membutuhkan keadaan istirahat. (Sulistyawati, 2009; h. 100) Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena terasa letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat penting dalam mencegah thrombosis vena.Tujuan ari ambulasi dini adalah untuk membantu menguatkan otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh
  • 38. 25 yang baik mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah keseluruhan tubuh. (Rukiyah et.all. 2011; h.76) 3) Eliminasi Buang air kecil (BAK) setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila BAK. Keadaan ini kemungkinan disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan sehingga penderita takut BAK. Bila kandung kemih penuh, maka haruss diusahakan agar penderita dapat buang air kecil sehingga tidak memerlukan penyadapan bagaimanapun kecilnya akan membawa bahaya infeksi. Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam ibu diusahakan mampu buang air kecil sendiri, bila tidak maka dilakukan tindakan beriukt ini. (a) Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien (b) Mengompres air hangat di atas simpisis (c) Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK. Bila tidak berhasil dengan cara diatas, maka dilakukan katerisasi. Hal ini dapat membuat klien merasa tidak nyaman dan risiko infeksi saluran kemih tinggi.Oleh sebab itu, kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat enam jam post partum. Buang Air Besar (BAB). Defakasi (buang air besar) harus ada dalam 3 hari post partum. Bila ada konstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun direktum mungkin akan terjadi fibris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut).Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga
  • 39. 26 dapat mempengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya bila penderita tidak BAB sampai 2 hari sesudah persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit gliserin/ diberikan obat-obatan. Biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAB, maka sebaiknya diberikan laksan dan paraffin (1-2 hari post partum), atau pada hari ke-3 diberi laksan supositoria dan minum air hangat. Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur. (a) Diet teratur (b) Pemberian cairan yang banyak (c) Ambulasi yang baik (d) Bila takut buang air besar secara episiotomy, maka diberikan laksan supposotria. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 73-74) 4) Kebersihan diri Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil, biasanya ibu post partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya. Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan dirinya ibu post partum, antara lain: (a) Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau debu dapat menyebabkan kulit bayi alergi melalui sentuhan kulit ibu dan bayi. (b) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian memberssihkan daerah anus. (c) Mengganti pembalut setiap kali darah suda penuh atau minimal 2 kali dalam sehari. Kadang hal ini terlewat untuk disampaikan kepada pasien.
  • 40. 27 Masih adanya luka terbuka didalam rahim dan vagina sebagai satu- satunya port de eentre kuman penyebab infeksi rahim maka ibu harus senantiasa menjaga suasana keasaman dan kebersihan vagina dengan baik. (d) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia selesai membersihkan daerah kemaluannya. (e) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka ini yang kadang kurang diperhatikan oleh pasien dan tenaga kesehatan. 5) Istirahat Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energy menyusui bayinya nanti. Kurang istirahat pada ibu postpartum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya: (a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi (b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan (c) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga harus dilakukan secara perlahan- lahan dan bertahap.Selain itu pasien harus selalu diingatkan untuk selalu tidur siang atau beristirahat selagi bayinya tidur. Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam dan siang. (Sulistyawati 2009; h. 102-103).
  • 41. 28 Anjurkan ibu untuk: (a) Istrahat cukup untuk mengurangi kelelahan (b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur (c) Kembali kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan (d) Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam 6) Hubungan Seks dan Keluarga Berencana (1) Hubungan Seks a. Aman setelah darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari kedalam vaginaa tanpa rasa nyeri. b. Ada kepercayaan/budaya yang memperbolehkan melakukan hubungan seks setelah 40 hari atau 6 minggu. Oleh karena itu perlu dikompomikan antara suamidan istri. (2) Keluarga Berencana c. Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah dua tahun. d. Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif atau penuh enam bulan dan ibu belum mendapatakan haid (metode amenorhe laktasi). e. Meskipun setiap metode kontrasepsi berisiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman. f. Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama menyusui, yang meliputi cara penggunaan, efek samping, kelebihan dan kekurangan, indikasi dan kontra indikasi, dan efektifitas.
  • 42. 29 g. Metode hormonal, khususnya kombinasi oral (esterogen-progesteron) bukanlah pilhan pertama bagi ibu yang menyusui. Oleh karena itu jaganlah menganjurkan kurang dari 6 minggu pasca persalinan. Umumnya bagi ibu menyusui tidak perlu melakukan sampai saat itu, karena dapat mempersingkat lamanya pemberian ASI, akibatnya hormone steroid dalam jumlah kecil ditemukan dalam ASI. (Suherni et. All. 2009;h. 115-116) 7) Latihan/senam Nifas Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan dengan normal dan tidak ada penyulit post partum.( Sulistyawati, 2009; h 103-104). i. Proses Laktasi dan Menyusui 1) Fisiologis Laktasi Dalam pembentukan air susu ada dua refleks yang membantu dalam pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu reflek prolaktin dan refleks let down. (a) Refleks Prolaktin : setelah persalinan kadar esterogen dan progesterone menurun, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang putting susu dan kalang payudara, kan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini akan dilanjutkan ke hipotalamus yang akan menekan pengeluaran faktor- faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya. Hormon ini merangsang sel- sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu .
  • 43. 30 (b) RefleksLet Down : dengan dibentuknya hormon prolaktin rangsangan yang berasal dari isapan bayi akan dilanjutkan ke neurohipofise yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormone ini akan menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi pada organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alvoli dan masuk ke sistem duktus yang untuk selanjutnya akan mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. (Rukiyah et. All, 2011; h.13-14). Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah sebagai berikut. 1. Melihat bayi 2. Mendengarkan suara bayi 3. Mencium bayi 4. Memikirkan untuk menyusui bayi Faktor-faktor yang menghambat refleks let down adalah steres, seperti keadaan binggung/ pikiran kacau, takut, dan cemas. 2) Mekanisme menyusui (a) Refleks mencari (Rooting reflex) Payudara ibu yang menepel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi. Keadaan ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian putting susu ditarik masuk kedalam mulut.
  • 44. 31 (b) Reflek menghisap ( Sucking reflex) Putting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara di belakang putting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-langit keras. Tekanan bibir dan gerakan rahang yang terjadi secara berirma membuat gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus sehingga air susu akan mengalir ke putting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan putting susu pada langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting susu. (c) Refleks menelan Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung. j. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI.Peran bidan dalam menunjang pemberian ASI.Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi. Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan cara sebagai berikut. a) Memberikan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama. Bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Hal ini disebut dengan inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini .hal ini merupakan peristiwa penting dimana bayi dapat melakukan kontak dini
  • 45. 32 langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain itu dapat membangkitkan hubungan/ikatan anatara ibu dan bayi.Pemberian ASI sedini mungkin adalah lebih baik jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir. b) Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul. Tujuan dari perawatan payudara adalah untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran sususehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan. c) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting. Semakin sering bayi menghisap putting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini karena isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan hormone oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI d) Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung). Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari aspek fisik, fisiologis, psikologis, educative, ekonomi, maupun medis.
  • 46. 33 (1) Aspek fisik Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusui setiap saat tanpa terjadwal. Dengan demikian semakin sering bayi menyusu maka ASI segera keluar. (2) Aspek fisiologis Bila ibu selalu dekat dengan bayinya makan bayi lebih sering disusui.Hal ini mengakibatkan bayi mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu prosees involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin. (3) Aspek psikologis Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau proses lekat (early infant mother bouding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi sehingga mempengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi. (4) Aspek edukatif Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat dirinya sendiri pasca-melahirkan. (5) Aspek ekonomi Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam pembelian susu buatan dan peralatan lain yang dibutuhkan
  • 47. 34 (6) Aspek medis Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial.Selain itu ibu dapat melihat perubahan fisik atau perilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang dianggap tidak wajar. e) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin. Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal bayi disusui sesuai dengan keinginannya (on demand).Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya. f) Memberikan kolustrum dan ASI saja ASI dan kolostrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi kandungan dan komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing.ASI dari ibu yang melahirkan premature sesuai dengan kebutuhan premature dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi yang cukup bulan juga. g) Menghindari susu botol dan “dot empeng”. Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi binggung putting dan menolak menyusu atau isapan bayi yang kurang baik. Hal ini disebabkan mekanisme menghisap dari puttingsusu ibu dengan botol jauh berbeda.(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 13-17)
  • 48. 35 k. Manfaat Pemberian ASI Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera sampai berumur sedikitnya dua tahun akan memberikan banyak manfaat, baik untuk bayi, ibu, maupun masyarakat pada umumnya. a) Manfaat bagi bayi Kandungan gizi paling sempurna untuk pertumbahan bayi dan perkembangan kecerdasannya pertumbuhan sel otak secara optimal, mudah dicerna, penyerapan lebih sempurana, mengandung zat anti diare, protein ASI adalah spesifik spesies sehingga jarang menyebabkan alergi untuk manusia, membantu pertumbuhan gigi, mengandung zat antibody mencegah infeksi, meragsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh, dan mempererat ikatan batin ibu dan bayi. b) Bagi ibu Manfaat untuk ibu yakni: mudah, murah, praktis tidak merepotkan dan selalu tersedia kapan saja, mempercepat involusi uterus/memulihkan dari proses persalinan dan dapat mengurangi perdarahan karena otot-otot dirahim mengerut, mencegah kehamilan, meningkatkan rasa kasih sayang, mengurangi penyakit kanker. (Rukiyah et. All, 2011; 17-18) c) Bagi semua orang (a) ASI selalu bersih dan bebas hama yang dapat menyebabkan infeksi. (b) Pemberian ASI tidak memerlukan persiapan khusus. (c) ASI selalu tersedia dan gratis (d) Bila ibu memberikan ASI pada bayinya sewaktu-waktu ketika bayinya meminta (on demand) maka kecil kemungkinannya bagi ibu untuk hamil dalam 6 bulan pertama sesudah melahirkan.
  • 49. 36 (e) Ibu menyusui yang siklus menstruasinya belum pulang kembali akan memperoleh perlindungan sepenuhnya dari kemungkinan hamil. (Sulistyawati, 2009; h 18). l. Komposisi gizi dalam ASI ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.Asi khusus dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. 1) Protein 2) Karbohidrat 3) Lemak 4) Mineral 5) Air 6) Vitamin ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu sebagai berikut. 1) Kolostrum Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah kolostrum, yang mengandung campuran kaya akan protein, mineral, dan antibody daripada ASI yang telah matang. ASI mulai ada kira-kira pada hari ke-3 atau hari ke-4 kolostrum berubah menjadi ASI yang matang kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu manyusui sesudah bayi lahir dan bayi sering menyusui, maka proses adanya ASI meningkat. 2) ASI Transisi/Peralihan ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolustrum sampai sebelum ASI matang yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10 selama dua minggu, volume air
  • 50. 37 susu bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar imunoglobin dan protein menurun sedangkan lemak dan laktosa meningkat. 3) ASI Matur ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya ASI matur tampak berwarna putih.Kandungan ASI matur relative konstan tidak mengumpul bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foamilk foremilk lebih encer , serta mempunyai kandungan rendah lemak tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air. Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik foremilk maupun hindmilk. ( dewi dan sunarsih, 2011; h. 19-21) Tabel 2.2 Penyimpanan ASI ASI Suhu Ruang Lemari es Freezer Setelah diperas 6-8 jam ( kurang lebih 260 C) 3-5 hari (kurang lebih 40 C) 2 minggu freezer jadi 1 dengan refrigator 3 bulan, dengan pintu sendiri 6- 12 bulan (±180 C) Dari freezer, disimpan di lemari es (tidak dihangatkan) 4 jam atau kurang (minum berikutnya) 24 jam Janagn dibekukan ulang Dikeluarkan dari lemari es (dihangatkan) Langsung diberikan 4,jam/minum berikutnya Jangan dibekukan ulang Sisa minum bayi Minum berikutnya Buang Buang (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 28)
  • 51. 38 m. Tanda Bayi Cukup ASI a) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih sampai kuning muda b) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji” c) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidak cukup. Bayi setidaknya menyusui 10-12 kali dalam 24 jam d) Payudaara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui e) Ibu dapat merasakan geli karena aliran asi, setiap kali bayi mulai menyusu f) Bayi bertamabah berat badannya n. ASI Ekslusif Yang dimaksud dengan ASI Ekslusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula), yang dimulai sejak bayi lahir sampai dengan usia 6 bulan (Sulistyawati, 2009; 23-24) o. Respon Orang Tua terhadap Bayi Baru Lahir Bonding attachment Kelahiran adalah sebuah momen yang dapat membentuk suatu ikatan antara ibu dan bayinya. Pada saat bayi dilahirkan adalah saat yang sangat menakjubkan bagi seorang ibu ketika ia dapat melihat, memegang, dan memberikan ASI pada bayinya untuk pertama kali. Pada masa tenang setelah melahirkan, disaat ibu merasa rileks, memberikan peluang ide untuk memulai pembentukan ikatan batin. ( Dewi dan Sunarsih 2011; h. 45) Bounding attachment/ keterikatan awal/ikatan batin adalah suatu proses dimana sebagai hasil dari suatu reaksi terus menerus anatara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling
  • 52. 39 mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. Proses ikatan batin antara ibu dengan bayinya diawali dengan kasih sayang terhadap bayi yang dikandung, dan dapat dimulai sejak kehamilan. Ikatan batin antara bayi dan orang tuanya berkaitan erat dengan pertumbuhan psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi. (Rukiyah et. All 2011; h.38). Tahap-tahap bounding attachment adalah sebagai berikut. 1) (acquaintance) Perkenalan, dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya. 2) Bounding (keterikatan) 3) Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu dengan individu yang lain. Elemen-elemen bounding attachment meliputi hal-hal sebagai berikut 1) Sentuhan Sentuhan atau indra praba dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarang untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. 2) Kontak mata Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa itu mengatakan dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya. 3) Suara Saling mendengarkan dan merespon suara antara orang tua dan bayinya juga penting.Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tenang. Bayi
  • 53. 40 akan menjadi tenang dan berpaling kearah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi. 4) Aroma Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi ialah respon terhadap aroma/ bau masing-masing. Ibu mengetahui setiap anak memiliki aroma yang unik. Bayi belajar dengan cepat untuk membedakan arom susu ibunya. 5) Entrainment Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicara orang dewasa.Mereka menggoyang tangan mengangkat kepala menendang-nendang kaki seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya.Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. 6) Bioritme Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat ritme alamiah ibunya untuk itu salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal ( bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan prilaku yang responsive. Hal ini dapat meningkatkan intraksi social dan kesempatan bayi untuk belajar. 7) Kontak dini Saat ini banyak bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting dalam hubungan antara orang tua- anak. Menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini, yaitu sebagai berikut. (a) Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat (b) Refleks menghisap dilakukan secara dini
  • 54. 41 (c) Pembentukan kekebalan aktif dimulai (d) Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak.(Dewi dan Sunarsih, 2011;h. 46-47) p. Tanda Bahaya Masa Nifas 1) Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan ganti pembalut 2 kali dalam setengah jam). 2) Pengeluaran pervagina yang berbau menusuk ( menyengat) 3) Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung 4) Rasa sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan. 5) Pembengkakan di wajah atau di tangan 6) Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau jika merasa tidak enak badan 7) Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan sakit 8) Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama. 9) Rasa sakit, warna merah, pembengkakan di kaki. (sulistyawati, 2009;h. 137) B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN 1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan.
  • 55. 42 Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen kebidanan diadaptasikan dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berutut secara sistematis dan siklik. (Soerpardan, 2007; h. 96) Menurut varney (1997) dalam Saminem (2010) dikatakan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat- bidan pada awal 1970-an. proses ini. Memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan, baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan, proses manajemen terdiri atas tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini bisa sesuai dengan kebutuhan klien. 2. Langkah dalam Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney a. Pengkajian Data Asuhan Kebidanan Dalam tahap ini data/fakta yang dikumpulkan data subjektif dan/atau data objektif dari pasien.Bidan dapat mencatat hasil penemuan data dalam catatan harian sebelum didokumentasikan. (Wildan dan Hidayat, 2013; h. 34)
  • 56. 43 1) Anamnesa Anamnesa dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut: (a) Auto anamnesa Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada pasien secara langsung.Jadi, data yang diperoleh adalah data primer karena langsung dari sumbernya. (b) Allo anamnesa Allo anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien.Ini dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang akurat.(Sulistyawati, 2009; h. 111). 2) Pengkajian Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131) (a) Data Subjektif Informasi yang dicatat mencakup identitas keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (allo anamnesis). (Wildan dan Hidayat, 2013; h. 34) Biodata yang mencakup identitas pasien 1. Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
  • 57. 44 2. Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. 3. Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa 4. Suku/ bangsa Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebiasaan sehari-hari 5. Pendidikan Berpengaruh pada tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. 6. Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. 7. Alamat Ditanyankan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan 3. Keluhan Utama Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum.
  • 58. 45 4. Riwayat Kesehatan a) Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini. b) Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya. c) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertai. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131-133) 5. Status Perkawinan Hal ini penting untuk bidan kaji karena data inilah bidan akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan. (Sulistyawati, 2009; h. 114) 6. Riwayat Obseterik a) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu. b) Riwayat Persalinan sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi panjang badan, berat badan, penolong persalinan. Hal ini perlu
  • 59. 46 dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini. 7. Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, beberapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa. 8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari a) Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum frekuensi banyaknya jenis makanan, makanan pantangan. (Ambarwati dan Wulandari. 2010;h.133- 136) Menu seimbang ibu nifas adalah susunan makanan yang diperlukan oleh ibu nifas sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam keadaan sehat. Tujuan pemberian makanan pada ibu nifas adalah untuk memulihkan tenaga ibu, memproduksi ASI yang bernilai gizi tinggi, mempercepat penyembuhan luka, dan mempertahankan kesehatan. Hidangan bergizi yang dibutuhkan ibu menyusui terdiri atas zat tenaga (Hidrat arang, lemak, protein), zat pembangun (protein, vitamin, mineral, air), dan zat pengatur atau pengatur atau pelindung ( vitamin, air, dan mineral). ( Roito et. All, 2013; h. 83)
  • 60. 47 b) Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi jumlah konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi warna jumlah. ( Ambarwati dan Wulandari 2010; h. 136) Buang air kecil (BAK) setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila BAK. Keadaan ini kemungkinan disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan sehingga penderita takut BAK. Bila kandung kemih penuh maka harus diusahakan agar penderita dapat buang air kecil sehingga tidak memerlukan penyadapan karena penyadapan bagaimana kecilnya akan membawa bahaya infeksi. Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam ibu diusahakan mampu buang air kecil sendiri, bila tidak maka dilakukan tindakan berikut ini. (1) Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat klien (2) Mengompres air hangat di atas simpisis (3) Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK Bila tidak berhasil dengan cara di atas, maka dilakukan kateterisasi. Hal ini dapat membuat klien merasa tidak nyaman dan resiko infeksi saluran kemih tinggi. Oleh sebab itu kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat enam jam post partum. Buang Air Besar (BAB). Defekasi (buang air besar) harus ada dalam 3 hari post partum. Bila ada konstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras) tertimbun di rektum mungkin akan terjadi
  • 61. 48 fibris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut).pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga dapat mempengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya bila penderita tidak BAB sampai 2 hari sesudah persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit gliserin/ diberikan obat-obatan. Biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAB, maka sebaiknya diberikan laksan dan paraffin (1-2 hari post partum), atau pada hari ke-3 diberi laksan supositoria dan minum air hangat. Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur. (1) Diet teratur (2) Pemberian cairan yang banyak (3) Ambulasi yang baik (4) Bila takut buang air besar secara episiotomy, maka diberikan laksan supposotria (Dewi dan Sunarsih 2011;h. 73-74) c) Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari.Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengebalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi seberapa sering apakah kesulitan dengan bantuan atau sendiri apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 137) Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena terasa letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur
  • 62. 49 dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sanagt penting dalam mencegah thrombosis vena.Tujuan dari ambulasi dini adalah untuk membantu menguatkan otot-otot perut dan demikian mengahsilkan bentuk tubuh yang baik mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah keseluruh tubuh. ( rukiyah et. All 2011; h. 76) d) Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasein tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasan mengonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan. ( Ambarwati dan Wulandari, 2010;h. 136) Anjurkan ibu untuk a. Istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan b. Tidur siang atau selagi bayi tidur c. Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan d. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. ( Suherni et all. 2009; h.104) e) Personal Hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.
  • 63. 50 ( Ambarwati dan Wulandari, 2010;h. 137) Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil biasanya ibu post partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya. Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu post partum, antara lain: (1) Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau debu dapat menyebabkan kulit bayi alergi melalui sentuhan kulit ibu dan bayi. (2) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah anus. (3) Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali dalam sehari. Kadang hal ini terlewat untuk disampaikan kepada pasien. Masih adanya luka terbuka di dalam rahim dan vagina sebagai satu-satunya port de entre kuman penyebab infeksi rahim maka ibu harus senantiasa menjaga suasana keasaman dan kebersihan vagina dengan baik. (4) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia selesai memebersihkan daerah kemaluannya. (5) Jika mempunyai luka episiotomi hindari untuk menyentuh daerah luka. Ini yang kadang kurang diperhatikan oleh pasien dan tenaga kesehatan.
  • 64. 51 f) Aktivitas Seksual Walaupun hal ini merupakan hal yang cukup privasi bagi pasien, namun bidan harus menggali data dari kebiasaan ini karena penuh terjadi beberapa kasus keluhan dalam aktivitas seksual yang cukup menggangu pasien, namun ia tidak tahu harus berkonsultasi ke mana. Dengan teknik komunikasi yang senyaman mungkin bagi pasien, bidan menyanyakan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas seksual, misalnya: (1) Frekuensi Bidan menanyakan kepada pasien berapa kali ia melakukan hubungan seksual dalam seminggu. (2) Gangguan Bidan juga menanyakan apakah pasien mengalami gangguanketika melakukan hubungan seksual seperti nyeri saat berhubungan adanya ketidakpuasan terhadap suami kurangnya keinginan untuk melukukan hubungan dan lain sebagainya. Jika bidan mendapatkan data-data tersebut maka sebaiknya bidan membantu pasien untuk mengatasi permasalahannya dengan konseling lebih intensif mengenai hal ini. (Sulistyawati 2009; h. 102-118). Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. (Rukiyah et all. 2011; h.79)
  • 65. 52 9. Data Psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita banyak mengalami perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyusuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran.Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blues.Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi diakibatkan oleh sejumlah faktor. a) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan. b) Rasa sakit masa nifas awal c) Kelelahan selama kurang tidur selama persalinan dan post partum d) Keceemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit e) Rasa menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya. Menjelaskan pengkajian psikologinya: a) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya b) Respon ibu terhadap bayinya c) Respon ibu terhadap dirinya (Ambarwati dan wulandari,2009;hal .134-135) 2. Data Objektif Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik pemeriksaan khusus kebidanan data penunjang : hasil laboratorium seperti VDRL, HIV, pemeriksaan radiodiagnostik, ataupun USG yang dilakukan sesuai dengan
  • 66. 53 beratnya masalah data yang telah terkumpul diolah disesuaikan dengan kebutuhan pasien kemudian dilakukan pengolahan data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan yang lainnya sehingga menunjukkan fakta. Tujuan dari pengolahan data adalah untuk menunjukkan fakta berdasarkan kumpulan data. Data yang telah diolah dianalisis dan hasilnya didokumentasikan. (Wildan dan hidayat, 2013;h. 34) Untuk melengkapi data menegakkan diagnose bidan harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi palpasi auskultasi dan perkusi yang bidan lakukan secara berurutan. Langkah-langkah pemeriksaannya sebagai berikut: a. Keadaan Umum Untuk mengetahui data ini bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria 1) Baik Paen dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan. 2) Lemah Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendir
  • 67. 54 a. Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran dari keadaan pasien bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar). (Sulistyawati, 2009; h. 121-122) b. Vital Sign 1) Tekanan darah Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia.Tekanan darah normal manusia adalah sistolik 90-120 mmHg dan diastolic 60-80 mmHg.Pasca melahirkan pada kasus normal tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi. (Rukiyah et. All 2011;h. 69) 2) Nadi Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi di atas 100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan
  • 68. 55 oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan. 3) Pernapasan Pernapasan harus berada dalam rentan yang normal yaitu sekitar 20-30x/menit 4) Suhu Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai ≥380 C adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 138-139) c. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h. 139). Menjelaskan pemeriksaan fisik (1) Kepala Pengkajian diawal dengan inspeksi lalu palpasi.Posisi klien dapat duduk atau berdiri (tergantung kondisi klien). Inpeksi dilakukan dengan memperhatikan bentuk kepala yang abnormal dan ukuran kepala (bessar pada hydrocephalus) pada daerah muka atau wajah diliat
  • 69. 56 kesimetrisan muka, apakah kulitnya normal, pucat, siaonosis, atau ikterus. (2) Mata Tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata.Dalam setiap pengkajian selalu bandingkan antara mata kanan dan kiri.Teknik yang digunakan adalah inspeksi dan palpasi inspeksi merupakan teknik yang paling penting dilakukan sebelum palpasi. (3) Hidung Hidung dikaji unuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung.Dimulai dari bagian luar hidung bagian dalam lalu sinus-sinus.Bila memungkinkan selama pemeriksaan klien dalam posisi duduk. (4) Mulut dan faring Pemeriksaan mulut dan faring harus dilakukan dengan pencahayaan yang baik sehingga dapat melihat semua bagian dalam mulut.Pengkajian mulut dan faring sebaiknya dilakukan dengan posisi klien duduk. Pengkajian diawali dengan mengkaji keadaan bibir, gigi, gusi, lidah, selaput lendir, pipi bagian dalam platum/ langit-langit mulut, tonsil kemudian faring. Umunya teknik yang digunakan dalam mengkaji adalah inspeksi namun bila secara inspeksi belum didapatkan data yang akurat maka dilakukan pengkajian secara palpasi.Tujuan dilakukan palpasi adalah untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut yang dapat
  • 70. 57 diketahui dengan palpasi.Palpasi mulut meliputi pipi, platum, dan lidah. (5) Telinga Telinga mempunyai fungsi sebagai alat pendengaran dan menjaga keseimbangan. Pengkajian telinga seacara umum bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar saluran telinga gendang telinga/membrane timpani dan pendengaran. Teknik pengkajian yang digunkan umumnya adalah inspeksi dan palpasi.Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk mengetahui fungsi telinga. (6) Leher Tujaun pengkajian lehe adalah untuk mengetahui bentuk leher serta organ-organ penting yang berkaitan.Pengkajian dimulai dengan inspeksi kemudian palpasi.Inspeksi dilakukan untuk melihat apakah ada kelainan kulit termasuk keadaan pucat ikterus, sianosis, dan ada tindaknya pembengkakan. Pemeriksaan palpasi ditunjukkan untuk melihat apakah ada massa yang teraba pada kelenjar limfe, kelenjar tiroid, dan trakea. (Tambunan dan Kasim, 2012;h. 66-83) (7) Payudara Pembesaran, putting susu (menonjol/mendatar, adakah nyeri dan lecet pada putting), ASI/kolustrum sudah keluar, adakah pembengkakan, radang atau benjolan abnormal. (Suherni et. All, 2009; h.120)
  • 71. 58 (8) Abdomen Uterus Normal : kokoh, berkontraksi baik, tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa nifas segera. Abnormal : lembek, tas ketinggian fundal saat masa post partum (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h. 139-140) Pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan pemeriksaan payudara dilakukan terlebih dahulu periksaan payudara dilakukan terlebih dahulu periksa pandang warna perut, pembesaran pada perut, kemudian dilakukan pemeriksaan raba (palpasi) yakni: periksa ada tidaknya rasa nyeri saat diraba, periksa kontraksi uterus, kemudian raba tinngi fundus. (Rukiyahet. All 2011: h. 99) Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (Tinggi Fundus Uteri) 1. Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram. 2. Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat. 3. Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat dan simfisis dengan berat 500 gram. 4. Pada 2 minggu pot partum, TFU teraba diatas simfisis dengan berat 350 gram.
  • 72. 59 5. Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak teraaba) dengan beerat 50 gram.(Sulistyawati, 2009; h 74) (9) Keadaan genetalia Lochea Normal: merah hitam(lochea rubra),bau biasa,tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil), jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya pelu mengamati pembalut setiap 3-5 jam). Abnormal : merah terang, bau busuk, mengeluarkan darah beku, perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam) (10) Keadaan perineum Oedema hematoma, bekas luka episiotomi/robekan heating.(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 140-141) (11) Pengkajian anus Tujuan pengkajian anus adalah untuk mendapatkan data mengenai kondisi anus dan rektum. (Tambunan dan Kasim, 2012;h.114) (12) Keadaan ekstremitas Varices oedema, dan refleks patella. (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.141)
  • 73. 60 d. Pemeriksaan Penunjang 1) Laboratorium : Kadar HB, Hmt (Haematokrit), Kadar Leukosit, dan Golongan darah. (Sulistyawati, 2009;h. 125) e. Riwayat Persalinan Sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi panjang badan berat badan, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini. (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h. 134) Tabel 2.3 perbedaan fase yang dilalui anatra primigravida dan multigravida Lama Persalinan Primipara Multipara Kala I 13 jam 7 jam Kala II 1 jam ½ jam Kala III ½ jam ¼ jam Total 14 ½ jam 7 ¾ jam (Rohani et. All, 2013; h.8) b. Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data-data yang dikumpulkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
  • 74. 61 sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik.Langkah awal dari perumusan masalah atau diagnosis kebidanan analisis data, yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan yang lainnya sehingga menggambarkan suatu fakta. (Nurhayati et. All 2013; h. 142) Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnose kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan. 1. Diagnosa kebidanan Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para abortus,anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas. Data dasar meliputi: a) Data Subjektif Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya. b) Data Objektif Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.141-142)
  • 75. 62 2. Masalah Dalam asuhan kebidanan istilah “masalah” dan “diagnosis” dipakai keduanya karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010; h. 229) Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. Data dasar meliputi: a) Data subjektif Data yang didapati dari hasil anamnesa pasien b) Data objektif Data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h. 141-142). 3. Kebutuhan Dalam bagian ini bidan menetukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya. Contohnya kebutuhan untuk KIE, bimbingan tentang control pernapasan, dan posisi untuk meneran. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010;h. 229) c. Identifikasi Diagnose/ Masalah Potensial Langkah ini memerlukan keseimbangan dari manajemen kebidanan, identifikasi dan menetapkan perlunya tindakakn segera oleh bidan atau dokter dan untuk di konsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai denga kondisi pasien. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 143)
  • 76. 63 d. Tindakan Segera Menurut Varney (1997) dalam Rukiyah (2011) dikatakan bahwa mengidentifikasi perlunya penanganan segera oleh bidan atau dokter atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien, misalnya jika klien mengalami kejang atau perdarahan e. Merencanakan Asuhan Pada langkah kelima direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen kebidanan untuk masalah atau diagnosis yang telah di identifikasikan atau diantisipasi.Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. (soepardan, 2007; h. 101) Perencanaan Asuhan yang diberikan adalah: 6-8 jam post partum 1) Cegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 2) Deteksi dan rawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut 3) Berikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 4) Pemberian ASI awal 5) Lakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 6) Jaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
  • 77. 64 7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi yang baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 4-5) f. Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pasa klien dan keluarga.Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuahan secara efisien dan aman. (Ambarwati dan Wulandari 2010; h. 145) Pelaksanaan Asuhan yang dilakukan pada adalah: 6-8 jam post partum 1) Memberikan ibu atau keluarga cara mencegah perdarahan masa nifas dengan cara melakukan observasi melekat pada kontraksi uterus selama 4 jam pertama post partum dengan melakukan palpasi uterus. ( Sulistyawati, 2009; h. 134) 2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,jika uterus tetap lembek dan tidak keras, lakukan penekanan untuk mengeluarkan darahnya. rujuk bila perdarahan berlanjut. 3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri dengan cara massase uterus. Secara perlahan, tangan diletakkan diatas fundus uteri dan massase dengan gerakan berputar sambil menekan fundus selama 15 detik, raba kembali uterus setiap 1-2 menit, jika lembek, ulangi masase.(Astuti et.all, 2015; h.42)
  • 78. 65 4) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI awal pada bayinya sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwalkan,bayi disusui sesuai dengan keinginannya (on demand). Bayi dapat menetukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 16) 5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi lahir atau bounding attachment didalam satu ruangan dengan melakukan sentuhan awal/kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi. Pada proses ini, terjadi penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam perawatannya (Sulistyawati, 2009; h.59) 6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi yaitu: (a) Keringkan bayi segera setelah bayi lahir untuk mencegah terjadinya evaporasi dengan menggunakan handuk atau kain (menyeka tubuh bayi juga termasuk rangsangan taktil untuk mrmbantu memulai pernapasan). (b) Selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat. Sebelumnya ganti handuk atau kain yang telah digunakan untuk
  • 79. 66 mengeringkan tubuh bayi. Kain basah didekat bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui radiasi. (c) Selimuti bagian kepala karena kepala merupakan permukaan tubuh yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika tidak ditutupi. (d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Sebaiknya pemberian ASI harus dalam waktu 1 jam pertama kelahiran (e) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat, yang paling ideal adalah bersama dengan ibunya agar menjaga kehangatan tubuh bayi, mendorong ibu agar segera menyusui bayinya, dan mencegah paparan infeksi pada bayi. (f) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. Sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti tubuh bayi dengan kain yang kering dan bersih. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi dikurangi dengan kain selimut bayi yang digunakan. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam setelah lahir .( Rukiyah dan Yulianti, 2012; h. 10) 7) Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan cukup cairan karena makanan yang dibutuhkan oleh ibu nifas sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam tubuh supaya tubuh dalam keadaan sehat. Tujuan pemberian makanan pada ibu nifas adalah memulihkan tenaga ibu, memproduksi ASI yang bernilai gizi tinggi, memepercepat penyembukan luka, dan mempertahankan kesehatan. Hidangkan bergizi yang dibutuhkan ibu menyusui terdiri atas zat
  • 80. 67 tenaga (Hidrat arang, lemak, protein), zat pembangun (protein, vitamin, mineral, air) dan zat pengatur atau pelindung (vitamin, air, dan mineral).( Roito et.all, 2013; h. 83) Catatan : Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi yang baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 4-5) g. Evaluasi Menurut Varney (1997) dalam Rukiyah (2011) dikatakan bahwa mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan ulangi lagi proses manajemen dengan benar terhadap semua aspek asuhan yang telah diberikan namun belum efektif dan merencanakan kembali yang belum terencana. C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan 1. Peraturan-peraturan, kompetensi bidan dan standar pelayanan kebidanan yang berkaitan dengan kasus yang diambil. a. Peraturan-peraturan PERATURAN PEMERINTAH No.23 Tahun 1996 Pasal 1 1) Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk jenjang tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
  • 81. 68 2) Tenaga keperawatan meliputi perawatan dan bidan. (Karwati et.all 2011; h.72) b. Kompetensi Bidan Berdasarkan Permenkes No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan serta memperhatikan kompetensi inti bidan Indonesia yang mengacu kepada kompetensi inti yang telah disusun oleh ICM, juni 2011, maka kompetensi bidan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Bidan memberikan asuhan ada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi terhadap budaya setempat ( Aticeh et.all, 2014; h. 70-71) c. Standar Pelayanan Kebidanan pada Ibu Masa Nifas 1) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir Pernyataan standar : Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi. 2) Standar 14 : Penanganan pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan Pernyataan standar : Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
  • 82. 69 3) Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas Pernyataan standar: Bidan memberikan pelayanan pada masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB. (karyawaati at.all,2011;hal.80) 2. Undang-undang Wewenang Bidan Dalam menjalankan praktiknya bidan berwenang dalam memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kebidanan pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan masyarakat sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010. Pelayanan kebidanan Beberapa pelayanan kebidanan yang diberikan adalah sebagai berikut 1) Pelayanan kebidanan kepada ibu Pelayanan yang diberikan kepada ibu umumnya pada masa pranikah, prahamil, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui, serta masa interval. Jenis pelayanan yang diberikan antara lain: (a) Penyuluhan dan konseling. (b) Pemeriksaan fisik. (c) Pelayanan ibu nifas normal
  • 83. 70 (d) Pelayanan ibu nifas yang abnormal yang mencakup retensio plasenta, renjatan, dan infeksi ringan. (Aticeh et. All, 2014 ;h. 71)
  • 84. 71 BAB III TINJAUN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.E UMUR 36 TAHUN P2A0 6 - 8 JAM POST PARTUM DI BPS DUMARIA, Amd.Keb BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 Oleh : Wahyu Andriyani Waktu : 03 Juni 2016 Pukul : 19.00 WIB A. Data Subjektif 1) IDENTITAS Biodata Istri Suami Nama : Ny. E : Tn. J Umur : 36 tahun : 36 tahun Agama : Kristen : Kristen Suku/Bangsa : Batak/Indonesia : Batak/Indonesia Pendidikan : SMA : SMA Pekerjaan : IRT : Wiraswasta Alamat : Jl. Tuliraya Kecamatan Tanjung Seneng No 160 Bandar Lampung 2) Keluhan Utama : Ibu mengatakan mules pada perutnya dan merasa lemas 71
  • 85. 72 3) Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada b. Riwayat Kesehatan Dahulu Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada c. Riwayat Kesehatan Keluarga Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada
  • 86. 73 TBC : Tidak ada 4) Riwayat Perkawinan Status Perkawinan : Syah Lama pernikahan : 8 tahun 5) Riwayat obstetri Riwayat haid Menarche : 13 tahun Siklus : Teratur Volume : 2-3 kali sehari ganti pembalut Sifat : Encer Disminore : Tidak ada HPHT : 02 September 2015 6) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Tabel 3.1 Riwayat kehamilan Hari/tanggal Tempat persalinan Usia kehamilan Jenis persalinan penolong Penyulit Keadaan Ket Nifas Anak Minggu 04- 11-2013 BPS Dumaria Aterm Spontan Bidan Tidak ada Baik Sehat Sehat 7) Riwayat persalinan sekarang Jenis persalinan : spontan Tanggal : 03 Juni 2016 Jam : 13.00 WIB Jenis kelamin : Laki-laki Panjang badan : 50 cm Berat badan : 3400 gram Keadaan bayi : Sehat tanpa cacat
  • 87. 74 8) Riwayat KB Tabel 3.2 Riwayat KB No Jenis kontrasepsi Mulai Memakai Mulai Berhenti Tgl Oleh Tempat Keluhan Oleh Tempat Alas an 1 Kb suntik 3 bulan - Bidan BPS Pusing Bidan BPS Ingin punya anak 9) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari a) Pola Nutrisi Saat hamil : Makan 3 kali/ hari, 3 porsi sedang dengan menu bervariasi seperti 1 centong nasi, 1 potong daging, 1 mangkuk kecil sayur, 1 biji buah dan 1 gelas susu. Minum air putih 7-8 gelas/ hari. Saat Nifas : Makan baru 1 kali setelah melahirkan, 1 porsi sedang dengan menu bervariasi seperti 1 centong nasi, 1 potong daging, 1 mangkuk kecil sayur, dan 1 biji buah jeruk. Minum 5 gelas air putih. b. Pola Eliminasi Saat Hamil : BAK 7-8 kali/hari, BAB 1 kali/hari Saat Nifas : Sudah BAK berwarna kuning jernih 4 jam setelah persalinan, berbau khas dan belum BAB saat pengkajian. c. Pola Aktivitas Saat Hamil : Berjalan-jalan, menyapu, dan memasak