SlideShare a Scribd company logo
1 of 130
Download to read offline
1
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY.N UMUR 23 TAHUN
P2A0 3 HARI POST PARTUM DENGAN PAYUDARA PENUH
DI BPS MARZUNAH BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
DISUSUN OLEH :
MARLIGA SEPTIKA PUTRI
201207099
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
2
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY.N UMUR 23 TAHUN
P2A0 3 HARI POST PARTUM DENGAN PAYUDARA PENUH
DI BPS MARZUNAH BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
MARLIGA SEPTIKA PUTRI
201207099
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
2015
i
3
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP Ny.N UMUR 23 TAHUN P2A0 3 HARI
POST PARTUM DENGAN PAYUDARA PENUH DI BPS MARZUNAH
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
Marliga Septika Putri, Adesty Novita Xanda, S.ST.M.Kes, Vionita Gustianto, S.ST
INTISARI
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, kurang dari 40% ibu didunia yang
memberikan ASI eksklusif pada bayinnya hingga 6 bulan pertama seperti yang dianjurkan Word
Health Organization (WHO). Berdasarkan hasil prasurvey di BPS Marzunah Bandar Lampung
pada tanggal 10 April 2015 didapatkan 1 ibu nifas yang mengalami payudara penuh oleh karena
itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Pada Ny.N Umur 23 Tahun P2A0 3 Hari Post Partum Dengan Payudara Penuh di BPS
Marzunah Bandar Lampung Tahun 2015”. Tujuan dari penelitian ini untuk diperolehnya
pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.N umur 23 tahun P2A0 3 hari
post partum dengan payudara penuh dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
Tekhnik memperoleh data primer dan sekunder. Subyek penelitian, ibu nifas, obyek penelitian,
payudara penuh. Tempat penelitian, di BPS Marzunah. Kesimpulan hasil penelitian, penulis
mampu melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.N Umur 23 tahun P2A0 3 Hari Post
Partum Dengan Payudara Penuh. saran utama, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
menambah pengetahuan dan wawasan ibu nifas khususnya tentang perawatan payudara penuh.
Kata kunci : Nifas, Payudara Penuh
Kepustakaan : 16 referensi (2005-2014)
Jumlah Halaman :105 halaman
ii
4
CURRICULUM VITAE
Nama : Marliga septika putri
Nim : 201207099
Tempat/Tanggal lahir : Sidoasri / 23 september 1994
Alamat : Desa Sidoasri Dusun Wonosari Kec. Candipuro
Kalianda..Kab. Lampung Selatan
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : VII (tujuh)
Riwayat pendidikan :
1. SDN 1 sidoasri Tahun 2000 - 2006.
2. SMP N 1 candipuro Tahun 2006 - 2009
3. SMA N 1 sidomulyo Tahun 2009 - 2012
4. Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Tahun
2012 - Sekarang
iv
5
Motto
“Jadilah diri sendiri karena dengan begitu kita akan
Menemukan jati diri kita yang sebenarnya’’
By : Marliga septika putri
v
6
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kubersimpuh serta mengucap syukur
kepada ALLAH SWT karna ridho-Mu dan keyakinan yang kau berikan disetiap
hamba melangkah sehingga hamba dapat menyelesaikan karya kecilku ini.
1. Ku persembahkan karya tulis ini khususnya untuk kedua orang tua ku,
kakak dan adikku, yang tak pernah hentinya mendo”akanku dan
memotivasiku.
2. Untuk angkatan ke tujuh (VII) , yang selalu menemani ku di setiap hari
hariku, serta yang membantuku yang telah mengajarkan banyak hal
terimakasih atas semua motivasi yang telah kalian berikan.
3. Almamaterku tercinta Akademi kebidanan ADILA Bandar lampung
sebagai tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun. Mengemban ilmu
untuk menggapai cita-cita, Demi pengalaman yang berharga.
vi
7
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “ Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny.N
Umur 23 Tahun P2A0 3 Hari Post Partum Dengan Payudara Penuh di BPS
Marzunah Bandar Lampung Tahun 2015”. Penulis menyadari karena
keterbatasan pengetahuan Karya Tulis Ilmiah ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. dr.Wazni Adila, MPH selaku Direktur AKBID Adila Bandar Lampung.
2. Bidan Marzunah selaku pemilik BPS lahan praktek
3. Rosbiatul adawiyah,SKM.M.Kes selaku pembimbing lahan karya tulis ilmiah
4. Sustiana,amd.keb.SKM selaku pembimbing akademik Karya Tulis Ilmiah
5. Seluruh staf dosen Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Penulis menyadari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umum.
Bandar Lampung, Mei 2015
penulis
vii
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................ ii
INTISARI........................................................................................... iii
CURICULUM VITAE....................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................. v
PERSEMBAHAN .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR........................................................................ vii
DAFTAR ISI...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulis ..................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup .................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 5
1.6 Metodelogi Dan Tehnik Memperoleh Data........................... 6
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori Medis........................................................... 8
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan....................................... 44
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan.................................. 56
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian ........................................................................... 58
3.2 Matriks ................................................................................ 68
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ........................................................................... 78
4.2 Interpretasi Data................................................................... 96
4.3 Antisipasi Masalah Potensial................................................ 97
4.4 Tindakan Segera .................................................................. 98
4.5 Intervensi............................................................................. 99
4.6 Implementasi ....................................................................... 100
4.7 Evaluasi............................................................................... 100
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................... 102
5.2 Saran ................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
9
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Program Masa Nifas.............................................................10
Tabel 2.3 Involusi Uterus.....................................................................12
Tabel 3.1 Matriks.................................................................................68
ix
10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Dinas
Lampiran 3 :Lembar Konsultasi
Lampiran 4 :SAP dan leaflet
Lampiran 5 : Jadwal penelitian
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, ASI khusus dibuat
untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna.
(Vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011; h. 19).
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, air teh dan air putih, serta
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi,
dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI
(MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih. (Eni
retna ambarwati dan diah wulandari, 2010; h.30).
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation
Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO)
merekomndasikan sebaiknya anak hanya disusui Air Susu Ibu (ASI) selama
paling sedikit 6 bulan. Makanan padat seharusnya dibrikan sesudah anak
berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berumur 2
tahun (www.depkes.go.id>infodatin-asi).
Presentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada
tahun 2012 sebesar 48,6%. Presentase pemberian ASI esklusif tertinggi
terdapat di nusa tenggara barat sebesar 69,84% diikuti oleh gorontalo sebesar
67,01% dan bali sebesar 66,94% sedangkan presentase pemberian ASI
2
esklusif terendah terdapat diprovinsi papua barat sebesar 20,57% dan pada
Sumatra selatan sebesar 48,68%. ( www. Profil kesehatan Indonesia, 2013 ).
Pemberian Air Susu (ASI) pada bayi usia 0-1 tahun mempunyai arti sangat
penting, terutama menyangkut pemenuhan kebutuhan zat gizi dan zat lain
pembentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit. Pemberian ASI secara
eksklusif diusia 0-6 bulan dipandang sangat strategis, karena pada usia tersebut
kondisi bayi masih sangat labil dan rentan terhadap berbagai penyakit.
Cakupan bayi mendapatkan ASI Ekslusif di Provinsi Lampung tahun 2012
sebesar 29,24% dimana angka ini masih ada di bawah target yang diharapkan
yaitu 60% dan bandar lampung 21,46%. (Profil Prov Lampung, 2012).
Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada
payudara bengkak : payudara odema, sakit, puting susu kencang, kulit
mengkilat walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan
menjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan pada payudara penuh :
payudara terasa berat, panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada demam
(Vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011; h.40)
Berdasarkan hasil prasurvey diBPS Marzunah Bandar Lampung pada tanggal
10 april didapatkan 1 ibu nifas yang mengalami payudara penuh karena itu
penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap
Ny.N Usia 23 Tahun P2A0 3 hari Post Partum Dengan Payudara Penuh diBPS
Marzunah Bandar Lampung tahun 2015”.
3
1.2 Rumusan Masalah
“Bagaimanakah asuhan kebidanan ibu nifas terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0
3 hari Post Partum dengan payudara penuh diBPS Marzunah Bandar Lampung
tahun 2015”?
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan
kebidanan terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari Post Partum dengan
payudara penuh diBPS Marzunah Bandar Lampung dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian pada ibu nifas
khususnya terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari Post Partum
dengan payudara penuh di BPS Marzunah Bandar Lampung
1.3.2.2 Diharapkan penulis dapat menentukan interpretasi data pada ibu
nifas khususnya terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari Post
Partum dengan payudara penuh di BPS. Marzunah Bandar
Lampung.
1.3.2.3 Diharapkan penulis dapat menentukan diagnose potensial pada
ibu nifas khususnya terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari
Post Partum dengan payudara penuh di BPS Marzunah Bandar
Lampung
4
1.3.2.4 Diharapkan penulis dapat melakukan tindakan segera pada ibu
nifas khususnya terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari Post
Partum dengan payudara penuh di BPS Marzunah Bandar
Lampung
1.3.2.5 Diharapkan penulis dapat menentukan rencana asuhan pada ibu
nifas khususnya terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari Post
Partum dengan payudara penuh di BPS Marzunah Bandar
Lampung
1.3.2.6 Diharapkan penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada
ibu nifas khususnya terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari
Post Partum dengan payudara penuh di BPS Marzunah Bandar
Lampung.
1.3.2.7 Diharapkan penulis dapat melakukan evaluasi asuhan kebidanan
pada ibu nifas khususnya terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3
hari Post Partum dengan payudara penuh di BPS Marzunah
Bandar Lampung.
1.4 Ruang lingkup
1.4.1 Sasaran
Subyek yang diambil dalam Karya Tulis Ilmiah ini ialah satu orang ibu
nifas yaitu Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari Post Partum dengan
payudara penuh di BPS Marzunah Bandar Lampung.
1.4.2 Tempat
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengambil kasus di BPS
Marzunah Bandar Lampung
5
1.4.3 Waktu
Pelaksanaan asuhan kebidanan dalam Karya Tulis Ilmiah dilaksanakan
dari tanggal 10 april - 13 april 2015
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber bacaan bagi
mahasiswi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam
menerapkan ilmu dan sebagai acuan penelitian berikutnya.
1.5.2 Bagi lahan praktek
Sebagai bahan masukkan dan bahan informasi untuk meningkatkan
upaya pencegahan dan penanganan pada kasus payudara penuh pada
ibu nifas di BPS Marzunah Bandar Lampung.
1.5.3 Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang
penatalaksanaan pada ibu dengan payudara penuh
1.5.4 Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang ibu nifas dengan payudara penuh dan sebagai bahan
perbandingan antara teori yang diperoleh dibangku kuliah dengan
dilahan praktek.
6
1.6 Metodologi dan Tekhnik Memperoleh Data
1.6.1 Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini
adalah metode penelitian survey deskriptif. Menurut Notoatmodjo,
metode penelitian survey deskriptif yang dapat didefinisikan sebagai
suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarakan suatu fenomena yang terjadi dan untuk
menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait
dengan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam
komunitas tertentu.
1.6.2 Tekhnik memperoleh data
1.6.2.1 Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Untuk
mendapatkan data primer, penelitian harus mengumpulkan
secara langsung.
a. Wawancara
Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran
penelitian (responden) (Natoatmodjo soekidjo, 2005: h.102)
a) Auto anamnesa
7
Wawancara yang langsung dilakukan kepada klien
mengenai penyakitnya.
b) Allo anamnesa
Wawancara yang dilakukan kepada keluarga atau orang
lain mengenai penyakit klien (Ari sulistyawati, 2009; h.
111 ).
c) Pengkajian Fisik
Adalah suatu pengkajian yang dapat dipandang sebagai
bagian tahap pengkajian prinsipnya menggunakan cara–
cara yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran, yaitu
inspeksi, palpasi, dan auskultasi (Robert Prihardjo, 2006;
h.2-3).
1.6.2.2 Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai
tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai
sumber Biro Pusat Statistik (BPS), buku laporan, jurnal, dan lain-
lain.
a. Studi Pustaka
Penulis mencari, mengumpulkan, dan mempelajari referensi
yang relevan berdasarkan kasus yang dibahas.
b. Studi Dokumentasi.
8
Study dilkukan dengan mempelajari status klien bersumber
dari catatan dokter, bidan, dan sumber lain yang menunjang
seperti hasil pemeriksaan diagnostik. (Notoatmodjo
soekidjo, 2005 ; h.35)
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori Medis
2.1.1 Pengertian
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlansung selama kira-kira 6 minggu (Ari
Sulistyawati, 2009 ; h.1).
Masa nifas ( purpurium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-
hamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Ambarwati Retna Eny dan
Diah Wulandari, 2010 ; hal.1).
Masa Nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu (Siti Saleha, 2009; h.2).
2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
2.1.2.1 Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas.
2.1.2.2 Menjaga kesehatan ibu dan bayi.
2.1.2.3 Melaksanakan skrining secara komprehensif.
2.1.2.4 Memberikan pendidikan kesehatan diri.
10
2.1.2.5 Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan
payudara.
2.1.2.6 Konseling mengenai KB.
( Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011; h.2)
2.1.3 Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini, puerpurium
intermadial, dan remote puerperium. Dengan penjelasan sebagai
berikut:
2.1.3.1 Puerperium dini
Pueperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini
ibu tetap diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan. Dalam agam
islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2.1.3.2 Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh
alat- alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
2.1.3.3 Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna dapat berlansung selama berminggu - minggu,
bulanan, bahkan tahunan. (Ari Sulistyawati, 2009 ; h.5).
11
2.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Table 2.1 Program Masa Nifas
Kunjun
gan
Waktu Tujuan
1 6-8 jam
setelah
persalinan
1. Pencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk
jika perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah
hypotermi
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir selama 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayinya dalam
keadaan stabil.
2 6 hari setelah
persalinan
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cair, dan
istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat
bayi sehari-hari.
3 2 minggu
setelah
persalinan
Sama seperti diatas
4 6 minggu
setelah
persalinan
1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ia
atau bayinya alami.
2. Memberikan konseling Kb secara dini
(Ari Sulistyawati,2009;h.6)
2.1.5 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
2.1.5.1 Perubahan sisitem reproduksi
a.Uterus
a) Pengerutan rahim (involusi)
12
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada
kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar
dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi
neurotic (layu/ mati).
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan,
antara lain :
(a) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
didalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10
kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari
semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang
berlebihan akan tercerna sendiri sehingga tertinggal
jaringan fibro elastis dalam jumlah renik sebagai bukti
kehamilan.
(b) Atrofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen
dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai
reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang
menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi
pada otot – otot uterus, lapisan desidua akan mengalami
atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal
yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru.
(c) Efek oksitosin (kontraksi)
13
Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengompresi pembuluh darah dan membantu proses
hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterus akan
mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan
membantu mengurangi suplai darah ke uterus. (Ari
Sulistyawati, 2009 ; h.73-75).
Tabel 2.2 Involusi Uterus
Involusi Tinggi Fundus
Uteri
Berat
Uterus (gr)
Keadaan Serviks
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah
pusat
750 Lembek
Satu minggu Pertengahan pusat
dan simpisis
500 Beberapa hari
setelah post
partum dapat
dilalui 2 jari.
Akhir minggu
pertama dapat
dimasuki 1 jari.
Dua minggu Tak teraba diatas
simpisis
350
Enam minggu Bertambah kecil 50-60
Delapan
minggu
Sebesar normal 30
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011; h.57).
Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan
memeriksa fundus uteri dengan cara:
Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm
dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas
pusat dan menurun kira- kira 1 cm setiap hari. Pada hari
ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm
dibawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm
dibawah pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri
pertengahan antara pusat dan simpisis. Pada hari ke 10
14
tinggi fundus uteri tidak teraba. (Eni Retna Ambarwati
dan Diah Wulandari, 2010; h.77).
b. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus. (Ari Sulistyawati, 2009 ; h. 76).
Berikut Ini adalah beberapa jenis lochea yang terdapat pada
wanita pada masa nifas yaitu :
a) Lochea rubra (cruenta)
Lochea ini muncul pada hari ke 1-3 masa post partum.
Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah dan
mengandung darah dari perobekan / luka pada plasenta
dan serabut dari desidua dan chorion. Lokia ini terdiri atas
sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa
mekoneum, dan sisa darah. (Vivian Nanny Lia Dewi dan
Tri Sunarsih, 2011 ; h.58).
b) Lochea sanguilenta
Berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta
berlangsung, dari hari keempat dan hari ketujuh post
partum. (Ari Sulistyawati, 2009 ; h.76)
c) Lochea serosa
Lochea serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan
versi yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk
serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi
15
kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai
hari ke-14 pasca persalinan.
d) Lochea alba
Lochea alba adalah lochea yang terakhir. Dimulai dari hari
ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama
sekali berhenti sampai 1-2 minggu berikutnya. Bentuknya
seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas
leukosit dan sel-sel desidua. (Siti Saleha, 2009 ; h. 56).
e) Locheastatis
Pengeluaran lokhea tidak lancar. (Vivian Nanny Lia Dewi
dan Tri Sunarsih, 2011; h. 59).
c. Perineum.
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena
sebelumnya terenggang oleh tekanan bayi yang bergerak
maju. Pada post natal hari kelima, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap
kendur dari pada keadaan sebelum hamil (Ari Sulistyawati,
2009 ; h.77-78).
2.1.5.2 Perubahan Sistem Endokrin.
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan
dalam proses tersebut.
a. Oksitosin
16
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama
tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga
mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi
ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali
ke bentuk normal.
b. Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar
pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon
ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang
produksi susu.
c. Estrogen dan Progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan
bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon
antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Di samping itu,
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva, serta vagina. (Siti Saleha, 2009 ; h.
60).
2.1.5.3 Perubahan Tanda-Tanda Vital
a. Suhu
17
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama pada
masa nifas pada umumnya di sebabkan oleh dehidrasi, yang
disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain
itu bisa juga di sebabkan karena istirahat dan tidur yang di
perpanjang selama awal persalinan (Eni Retna Ambarwati dan
Diah Wulandari, 2010 ; h.138).
b. Nadi dan pernafasan
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit setelah
partus. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan
dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat
setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula (Siti
Saleha, 2009 ; h.61).
c. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinana tekanan
darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat
menandakan terjadinya pre-eklamsi postpartum (Vivian Nanny
Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011; h.60).
Tekanan darah normalnya adalah sistolik 90 – 120 dan diastolnya
60 – 80 mmHg. Tekanan darah menjadi lebih rendah pasca
melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan
tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda pre
eklampsia post partum (Ai Yeye Rukiyah.et.all, 2010; h. 69)
18
2.1.5.4 Perubahan Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologi,
yaitu produksi susu dan sekresi susu atau let down. Selama Sembilan
bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan
fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah
melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta lalu
mengeluarkan hormon prolaktin. Sampai hari ketiga setelah
melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan.
Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga
timbul rasa hangat, bengkak, dan sakit. Sel-sel acini yang
menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap
putting, refleks saraf merangsang untuk mengsekresi hormon
oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down (mengalirkan),
sehingga menyebabkan infeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara
ke duktus yang terdapat pada putting. Ketika ASI dialirkan karena
isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk
menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai
waktu yang cukup lama. (Siti saleha, 2009;h.58) .
2.1.6 Kebutuhan dasar ibu masa nifas
2.1.6.1 Nutrisi dan cairan
Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus
memenuhi jumlah kalori, protein, lemak dan vitamin serta
19
mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih
banyak kira-kira 8-12 gelas/hari (Eni Retna Ambarwati dan
Diah Wulandari, 2010; h. 27).
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang
khusus, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu yan sangat mempengaruhi susunan air susu.
Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup
kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi akan kebutuhan gizi
sebagai berikut:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya 40 hari pasca persalinan.
e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
membetikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
2.1.6.2 Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun
dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin
untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu post
20
partum terlentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah
melahirkan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari
tempat tidurnya dalam 24 - 48 jam post partum.
Keuntungan (early ambulation) adalah sebagai berikut:
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu
cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit.
Misalnya memandikan, mangganti pakaian dan memberi
makan.
d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia ( sosial ekonomis).
Menurut penalitian-penelitian yang seksama, early
ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak
menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak
memengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka
diperut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus
atau retrotexto uteri.
e. Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu
postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit
jantung, penyakit paru-paru, demam dan sebagainya.
Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus
berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah
bangun dibenarkan mencuci, memasak dan sebagainya.(Siti
Saleha, 2009 ; h.71-73)
21
2.1.6.3 Eliminasi
a. Buang air kecil
a) Dalam 6 jam ibu nifas harus sudah bisa BAK spontan,
kebanyakan ibu bisa berkemih spontan dalam waktu 8
jam.
b) Urine dalam jumlah yang banyak akan diproduksi dalam
waktu 12-36 jam setelah melahirkan.
c) ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu
6 minggu. Selama 48 jam pertama nifas (purpurium)
terjadi kenaikan dieresis sebagai akibat :
(a)pengurasan volume darah ibu.
(b)autolysis serabut otot uterus
b. buang air besar
a) buang air besar biasannya tertunda selama 2-3 hari
karena Edema persalinan, diit cairan, obat-obatan
analgetik, dan perineum yang sangat sakit.
b) Bila lebih dari 3 hari belum BAB bisa diberikan obat
laksantia.
c) Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam
regulasi BAB.
22
d) Asupan cairan yang adekuat dan diit tinggi serat sangat
dianjurkan ( Suherni et.all, 2009, h.117)
2.1.6.4 Istirahat dan tidur
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang
berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.
Kurangnya istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan
beberapa kerugian, misalnya :
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan.
c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.
Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga
bahwa untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga
harus dilakukan secara perlahan – lahan dan bertahap.
Pasien juga perlu diingatkan untuk selalu tidur siang atau
beristirahat selagi bayinya tidur. Kebutuhan istirahat bagi
ibu menyusui minimal 8 jam sehari yang dapat dipenuhi
melalui istirahat siang dan malam (Ari Sulistyawati, 2009 ;
h. 103).
Tidur menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,
berapa jam pasien tidur. Istirahat sangat penting bagi ibu
23
masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat
mempercepat penyembuhan. (Eni Retna Ambarwati dan
Diah Wulandari, 2010 ; h. 136).
2.1.6.5 Hubungan seks dan keluarga berencana
a. Hubungan seks
a) Aman setelah darah merah berhenti, dan ibu dapat
memasukan satu atau dua jari kedalam vagina tanpa rasa
nyeri.
b) Ada kepercayaan / budaya yang memperbolehkan
melakukan hubungan seks setelah 40 hari atau 6 minggu,
oleh karena itu perlu dikompromikan antara suami dan
istri.
b. Keluarga berencana
a) Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah
dua tahun
b) Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama
menyusui eksklusif atau penuh 6 bulan dan ibu belum
mendapatkan haid (metode amenore laktasi)
c) Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi
yang diperbolehkan selama menyusui yang meliputi :
(a) Cara penggunaan
(b) Efek samping
(c) Kelebihan dan kekurangan
24
(d) Indikasi dan kontraindikasi
(e) Efektifitas
d) Metode hormonal khusunya kombinasi oral ( estrogen-
progesteron ) bukanlah pilihan pertama bagi ibu
menyusui. oleh karena itu jangan menganjurkannya
kurang dari 6 minggu pasca persalinan (Suherni et.all,
2009, h.115-116).
2.1.7 Proses laktasi dan menyusui
2.1.7.1 Anatomi dan fisiologi Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak
dibawah kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah
memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai
sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200
gram, saat haml 600 gram, dan menyusui 800 gram.
Pada payudara terdapat 3 bagian utama, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian kehitaman ditengah.
3. Papilla atau putting, yaitu bagian yang menonjol dipucak
payudara (Maritalia Dewi, 2014 ; h.67)
2.1.7.2 Ukuran : ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga
tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak
jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada
yang lain.
a. Struktur Makroskopis
25
Struktur makroskopis payudara adalah sebagai berikut
1. Cauda Aksilaris
Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah aksila.
2. Areola
Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang
longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-
masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2.5 cm.
Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna
kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan
penimbunan pigmen pada kulitnya.
3. Papila Mamae
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya
variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan
bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil
yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-
ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah
bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara
sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan
memadat dan menyebabkan puting susu ereksi ,
sedangkan otot-otot yang Longitudinal akan menarik
kembali puting susu tersebut. Bentuk puting ada empat
macam yaitu bentuk yang normal, pendek atau datar,
26
panjang dan terbenam (Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri
Sunarsih, 2011; h. 7-9)
(b) Struktur Mikroskopis
1. Alveoli: Alveolus merupakan tempat air susu diproduksi.
2. Ductus lactifer : saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus lactiferus.
3. Ampulla : bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang
merupakan tempat menyimpan air susu. Letaknya di bawah areola.
4. Lanjutan setiap duktus laktiferus : meluas dari ampula sampai
muara papilla mammae (Vivian Nanny lia dewi dan tri sunarsih,
2011; h. 9)
a. Proses Laktasi
Proses ini timbul setelah plasenta lepas. Plasenta mengandung
hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang
menghambat pembentukan ASI setelah plasenta lepas, hormon
plasenta tersebut tak ada lagi, sehingga susu pun keluar.
Hormon hormon yang terlibat dalam pembentukan ASI adalah
sebagai berikut:
a) Progesterone
Mempengaruhi tumbuh dan ukuran alveoli. Kadar progesterone
dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini
27
menstimulus produksi ASI secara besar-besaran (Siti saleha,
2009; h. 11-13).
b) Estrogen menstimulus sistem saluran ASI agar membesar
sehingga dapat menampug ASI lebih banyak. Kadar estrogen
dalam tubuh menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk
beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu
menyusui menghindari kb hormonal berbasis hormone
estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
c) Follicle stimulating hormone (FSH).
d) Liteinizing hormone (LH).
e) Prolaktin
Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan.
f) Oksitosin
Berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme.
Selain itu, pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan
otot halus disekitar alveoli untuk memeras ASI menuju
saluaran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu
let-down/milk ejection reflex.
g) Human Placental Lactogen (HPL)
Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak
HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting dan
areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam
28
kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. (maritalia dewi,
2014 ; h.68).
b. Proses pembentukan laktogen
Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut :
1. Laktogenesis 1
Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobules-alveolus.
Terjadi pada fase terakhir kehamilan. Pada fase ini payudara
memproduksi kolostrum, yaitu cairan kental berwarna sedikit
kekuningan. Pengeluaran kolostrum pada saat hamil atau
sebelum bayi lahir tidak menjadikan masalah medis. Hal ini juga
bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI
pada saat menyusui nanti.
2. Laktogenesis II
Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan
menurunnya kadar hormon progesterone, esterogen, dan HPL.
Akan tetapi kadar hormone prolaktin tetap tinggi. Hal ini
menyebabkan terjadinnya produksi ASI secara besar-besaran.
Apabila payudara dirangsang oleh isapan bayi, kadar prolaktin
dalam darah akan meningkat, memuncak dalam periode 45
menit, dan kemudian kembali ke kadar sebelum rangsangan tiga
29
jam kemudian. Keluarnya hormone prolaktin menstimulasi sel
didalam alveoli untuk memproduksi ASI, hormon ini juga
terdapat didalam ASI itu sendiri. Penelitian membuktikan bahwa
kadar prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI
lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun
kadar prolaktin rendah saat payudara terasa penuh. Hormone
lainnya seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat
dalam proses ini, namun peran hormone tersebut belum
diketahui. Proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam
setelah melahirkan, tetapi biasannya para ibu baru merasakan
payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan.
Artinnya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung
keluar setelah melahirkan.
3. Laktogenesis III
System control homon endokrin mengetur produksi ASI selama
kehamilan dan hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi
ASI mulai stabil system control autokrin dimulai. Pada tahap ini
apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara juga akan
memproduksi ASI lebih banyak. Penelitian berkesimpulan
bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga
akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian,
produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan baik bayi
menghisap, dan jug seberapa sering payudara dikosongkan.
30
Berkurangnya produksi ASI pada ibu menyusui mungkin
disebabkan oleh :
a. Ibu kurang sering/jarang menyusui bayinnya sehingga
payudara selalu penuh.
b. Bayi tidak bis menghisap putting susu secara langsung akibat
kelainan bentuk mulut dan rahang atau teknik menyusui yang
salah (perlekatan yang tidak sempurna).
c. Kelainan endokrin, seperti kurangnya hormone prolaktin
pada ibu (hal ini jarang terjadi).
d. Jaringan payudara mengalami hipoplastik.
e. Kelainan metabolism atau pencernaan bayi, sehingga tidak
dapat mencerna ASI.
f. Ibu yang menderita gizi buruk (kurang gizi).
c. Fisiologi laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi
ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin).
a) produksi ASI (prolaktin)
selama kehamilan hormo prolaktin dari plasenta meningkat
tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormone estrogen
yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesterone akan
menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan,
sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua
reflek yang berperan, yaitu reflek prolaktin dan reflek aliran
31
yang timbul akibat perangsangan putting susu dikarenakan
hisapan bayi.
Akhir kehamilan hormone prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas
dikarenakan aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan
progesterone yang masih tinggi pasca persalinan, yaitu saat
lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka
estrogen dan progesterone juga berkurang. Hisapan bayi akan
merangsang putting susu dan kalang payudara, karena ujung-
ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla
spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran factor
penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang
pengeluaran factor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang
hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormone ini
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air
susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3
bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat
tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin. Walau ada
hisapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan
menjadi normal pada minggu ke 2-3.
32
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis
anterior, rangsangan yang berasal dari hisapan bayidilanjutkan
ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian
dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah hormone ini menuju
uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan
memeras air susu yang telah diproduksi keluar dari alveoli dan
masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui
duktus laktiferus masuk kemulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalh melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk
menyusui bayi. Faktor-faktor yang menghambat reflek let down
adalah stress, seperti keadaan bingung atau pikiran kacau, takut,
dan cemas.
Reflek yang penting dalam mekanisme hisapan bayi yaitu reflek
menagkap (rooting reflek), reflek menghisap (sucking reflek),
reflek menelan (swallowing reflek).
a) Reflek menagkap (rooting reflek)
Reflek ini timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinnya dan
bayi akan menoleh kearah sentuhan. Bila bbir bayi
dirangsang dengan papilla mamae atau jari, maka bayi akan
membuka mulut dan berusaha menagkap putting susu.
b) Reflek menghisap (sucking reflek)
Reflek ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh
oleh putting. Agar putting mencapai palatum, maka sebagian
33
besar areola masuk kedalam mulut bayi. Dengan demikian
sinus laktiferus yang berada dibawah areola, tertekan antara
gusi, lidah, dan paltum sehingga ASI keluar.
c) Reflek menelan (swallowing reflek)
Reflek ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia
akan menelannya.
d. Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula
pituitaria posterior, sehingga dikeluarkannya hormon oksitosin. Hal
ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula.
Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga
oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka
secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis (maritalia
dewi, 2014 ; h.71-73).
e. Manfaat menyusui
a). Manfaat bagi bayi
(a) Komposisi sesuai kebutuhan
(b) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6
bulan
(c) ASI mengandung zat pelindung
34
(d) Perkembangan psikomotorik lebih cepat
(e) Menunjang perkembangan kognitif
(f) Menunjang perkembangan penglihatan
(g) Memperkuat ikatan batin ibu dan anak
(h) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat dasar untuk
perkembangan kepribadian dan percaya diri.
b). Bagi ibu
(a) Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat
kembalinya rahim kebentuk semula
(b) Mencegah anemia defisiensi besi
(c) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil
(d) Menunda kesuburan
(e) Menimbulkan perasaan dibutuhkan
(f) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium
c). Manfaat bagi keluarga
(a) Mudah dalam proses pemberiannya
(b) Mengurangi biaya rumah tangga
(c) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat
menghemat biaya untuk berobat
d). Manfaat bagi negara
(a) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat
obatan
35
(b) Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan
perlengkapan menyusui
(c) Mengurangi populasi
(d) Mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas (Siti
saleha, 2009 ; h. 31-33).
f. Stadium ASI
ASI dibandingkan dalam 3 stadium yaitu sebagai berikut :
a) Kolostrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah
kolostrum yang mengandung campuran kaya akan protein,
mineral, antibodi daripada ASI yang telah matang. ASI dimulai
ada kira – kira pada hari ke 3 atau hari ke 4. Kolostrum
berubah menjadi ASI yang matang kira – kira 15 hari sesudah
bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan dengan viskosis
kental, lengket, dan berwarna kekuningan.
b) ASI transisi
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum
sampai ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10.
Selama 2 minggu, volume air susu bertambah banyak dan
berubah warna, serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan
protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
36
c) ASI matur
ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. ASI matur
tanpa warna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak
mengumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama
kali atau lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih
encer, serta mempunyai kandungan lemak rendah, tinggi
laktosa, gula, protein, mineral, dan air (vivian nanny lia dewi
dan tri sunarsih, 2011; h. 20-21).
g. Teknik Menyusui
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada
bayi dengan perleketan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
(vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011; h. 30).
Mengajarkan kepada ibu tentang tehnik menyusui yang benar
1) Duduk dengan posisi santai dan tegak
2) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada putting susu dan areola sekitarnya
3) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan.
Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan ibu
4) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang
satu didepan
5) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara
37
6) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
7) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
8) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan
ibu jari menekan payudara bagian atas areola
9) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek)
dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau
menyentuh sisi mulut bayi
10) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi
11) Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong,
sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang lain. Cara
melepas isapan bayi :
(a)Jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut
mulut
(b)Dagu bayi ditekan kebawah
12) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikitkemudian
dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan
kering dengan sendirinya (eni retna ambarwati dan diah
wulandari, 2010 ; h.38-40)
13) Mengajarkan kepada ibu tentang cara menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah menyusui.
38
Cara menyendawakan bayi :
(a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan
(b) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu,
lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa.
(eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010; h. 40).
h. Tanda Bayi Cukup ASI
a). Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal
mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama
b). Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna
menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir
c). Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali perhari
d). Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi mendengarkan ASI
e). Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah
habis
f). Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal
g). Pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) bayi
sesuai dengan grafik pertumbuhan
h). Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motorik sesuai
dengan rentang usianya)
i). Bayi kelihatan puas, sewaktu waktu saat lapar akan bangun dan
tidur dengan cukup
39
j). Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian melemah dan
tertidur puas. (vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011; h.
24)
i. Memerah dan menyimpan ASI
Cara memerah ASI adalah sebagai berikut :
a) Letakkan ibu jari dan dua jari lainnya sekitar 1-1,5 cm dari
areola. Tempatkan ibu jari di atas areola pada posisi jam 12 dan
jari lainnya pada posisi jam 6.
b) Dorong kearah dada, hindari meregangkan jari.
c) Gulung menggunakan ibu jari dan jari lainnya secara bersamaan
d) Gerakkan ibu jari dan jari lainnya hingga menekan gudang ASI
hingga kosong.
e) Gunakan kedua tangan saat memerah ASI.
(Ari sulistyawati, 2009; h. 39-41)
ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan
syarat sebagai berikut:
a) Di udara bebas / terbuka : 6-8 jam
b) Di lemari es ( 40
C ) : 24 jam
c) Di lemari pendingin / beku ( -180
C) : 6 bulan
Mencairkan ASI beku dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
(a) Siapkan air hangat suam kuku di dalam rantang atau panci kecil
(b) Taruhlah plastik berisi ASI beku dalam air hangat tersebut. ASI
akan mencair dalam waktu kurang dari 5 menit.
40
j. Masalah Dalam pemberian ASI
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena
timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada
bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan
menyusui sering diangap masalah pada anak saja. Dan hal ini
akanmenjadi masalah menyusui pada masa nifas dini yaitu sebagai
berikut:
a) Puting Susu Lecet
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui.
Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-
celah. beberapa penyebab puting susu lecet adalah :
(a) Teknik menyusui yang tidak benar
(b) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat
iritan lain saat ibu membersihkan puting susu
(c) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu
ibu
(d) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue)
(e) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi puting
susu lecet adalah:
(a) Cari penyebab puting lecet
(b) Selama puting susu distirahatkan, sebaiknya ASI tetap
dikeluarkan dengan tangan, dan tidak di anjurkan
41
menggunakan pompa karena nyeri atau bayi disusukan
lebih dulu pada putting susu yang normal atau lecetnya
sedikit.
(c) Olesi puting dengan ASI akhir (hind milk), tidak
menggunakan sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain
saat membersihkan payudara.
(d) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam)
(e) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk
sementara waktu 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh
sendiri dalam waaktu 2x24 jam.
(f) Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk
mengunakan sabun.
(g) Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai
kalang payudara dan susukan secara bergantian di antara
kedua payudara.
(h) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet
dan biarkan kering
(i) Pergunakan bra yang menyangga.
(j) Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa
sakit
(k) Jika penyebab monilia, diberi pengobatan dengan tablet
Nystatin (vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011; h.
39-40)
b) Puting melesak (masuk ke dalam)
42
Jika puting susu melesak diketahui sejak hamil, hendaknya
puting susu ditari-tarik dengan menggunakan minyak kelapa
setiap mandi 2-3 kali sehari. Jika puting susu melesak
diketahui setelah melahirkan, dapat dibantu dengan tudung
puting (nipple hoot). (vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih,
2011;h.40).
c) Payudara Bengkak
Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering
terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah
ke payudara bersamaan dengan ASI mulai di produksi dalam
jumlah banyak.
Penyebab bengkak :
(a) Posisi mulut bayi dan putting susu ibu salah
(b) Produksi ASI berlebihan
(c) Terlambat menyusui
(d) Pengeluaran ASI yang jarang
(e) Waktu menyusui yang terbatas
Cara mengatasinya hal di atas adalah :
(a) Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal
dan tanpa batas waktu
(b) Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan
tangan atau pompa ASI yang efektif
43
(c) Sebelum menyusui untuk merangsang refleks oksitosin
dapat dilakukan : kompres hangat untuk mengurangi rasa
sakit, massage payudara, massage leher dan punggung.
(d) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi
oedema.
d) Mastitis Atau Abses Payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi
merah, bengkak kadang kala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu
tubuh meningkat. Didalam terasa ada masa padat (lump), dan
diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa
nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan
saluran susu yang berlanjut. Tindakan yang dapat dilakukan :
(a) Kompres hangat/panas dan pemijatan.
(b) Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak
sakit yaitu stimulasi putting susu, pijat leher punggung, dll.
(c) Pemberian antibiotik : Flucloxacilin atau erythromycin
selama 7-10 hari.
(d) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk
penghilang rasa nyeri.
(e) Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena
mungkin perlu tindakan bedah (eni retna ambarwati dan
diah wulandari, 2010 ; h. 47-50)
e) Bendungan ASI
44
Adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan
payudara penuh dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.
Payudara penuh dapat terjadi karena adanya penyempitan
duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila
ibu memiliki kelainan puting susu ( misalnya puting susu
datar, terbenam dan cekung). (Siti saleha, 2009 ; h.11).
(a) penanganan bendungan ASI
1. Bila ibu meyusui bayinya:
1) Susukan sesering mungkin
2) Kedua payudara disusukan
3) Kompres hangat payudara sebelum disusukan
4) Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan
menyusui
5) Sangga payudara
6) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi
hasilnya
2. Bila ibu tidak menyusui:
1) Sangga payudara
2) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada
payudara (Prawiroharjo sarwono, 2010 ; h. 262)
f) Payudara penuh
Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara
penuh. Pada payudara bengkak : payudara odema, sakit,
45
puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan
ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24
jam. Sedangkan pada payudara penuh : payudara terasa berat,
panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada demam pada
ibu (Maritalia dewi, 2014 ; h.91)
ASI sering merembes dari payudara pada beberapa minggu
atau bulan pertama menyusui. Rembesan ini biasannya
menghilang sewaktu anda mulai menyelaraskan diri dan
belajar menentukan seberapa banyak ASI yang harus
dikeluarkan dan kapan mengeluarkannya. Rembesan diantara
waktu menyusui biasanya terjadi saat payudara dalam
keadaan sangat penuh, saat anda mendengar bayi menangis,
atau saat gairah seksual anda bangkit.
Berikut ini adalah beberapa saran untuk mengurangi
ketidaknyamanan anda :
1) Saat anda merasa bahwa ASI mulai keluar, tekan tangan
atau telapak tangan dengan kuat pada payudara anda
untuk memperlambat aliran ASI.
2) Tekan putting dengan ibu jari dan telunjuk untuk
menghentikan aliran ASI.
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengumpulan data dasar ( Pengkajian)
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
46
Anamnesa dilakukan untuk mendapatkan data anamnesa terdiri dari
beberapa kelompok penting sebagai berikut:
2.2.1.1 Identitas pasien
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-
hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
b. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih
dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam
masa nifas.
c. Agama
Agama pasien dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien
tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa.
d. Suku/bangsa
Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan
sehari- hari.
e. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
47
f. Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut.
g. Alamat
Untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
h. Keluhan utama
Dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang
berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa
mulas, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada
perineum.
2.2.1.2 Riwayat kesehatan
a. Sekarang
Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
b. Yang Lalu.
Data yang di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: Jantung,
DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada
masa nifas ini.
48
c. Keluarga.
Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
pasien dan bayinya, yaitu bila ada penyakit keluarga yang
menyertainya.
2.2.1.3 Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah
syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas
akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses nifas. (eni retna ambarwati dan diah
wulandari, 2010 ; h.131-133).
2.2.1.4 Riwayat obstetri
a. Riwayat haid
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya.
b. Menarche
Usia pertama kali mengalami menstruasi. Untuk wanita
Indonesia pada usia sekitar 12- 16 tahun.
c. Siklus
Jarak antara menstruasi yang di alami dengan menstruasi
berikutnya dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23-32 hari.
d. Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstrusi yang
di keluarkan.
49
e. Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang di rasakan
ketika mengalami menstruasi misalnya sakit yang sangat,
pening sampai pingsan,atau jumlah darah yang banyak.
a. Gangguan kesehatan alat reproduksi
Ada beberapa penyakit organ reproduksi yang berkaitan erat
dengan personal hygiene pasien atau kebiasaan lain yang
tidak mendukung kesehatan reproduksinya. (Ari
Sulistyawati, 2009; h. 112 – 113).
2.2.1.5 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa
kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas
yang lalu.
a. Riwayat Persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi JK, BB, penolong persalinan. Hal ini
perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpangaruh pada
masa nifas saat ini.
b. Riwayat KB.
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa
nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
50
2.2.1.6 Pola kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
b. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang
air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah. Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah
harus berkemih.
(a)Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa
jam pasien tidur. Istirahat sangat penting bagi ibu masa
nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat
mempercepat penyembuhan. (eni retna ambarwati dan
diah wulandari, 2010; h. 136).
Pasien juga perlu diingatkan untuk selalu tidur siang atau
istirahat selagi bayinya tidur. Kubutuhan istirahat bagi
ibu menyusui minimal 8 jam sehari yang dapat dipenuhi
melalui istirahat siang dan malam (Ari sulistyawati,
2009; h. 103).
(b)Personal Hygine
51
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena
pada masa nifas masih mengeluarkan lokia.
(c)Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari- hari. Pada
pola iniperlu di kaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya. Mobilisasi dini dapat mempercepat proses
pengembalian alat- alat reproduksi (eni retna ambarwati
dan diah wulandari, 2010 h.137).
2.2.1.7 Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
Untuk menilai sistem kardiovaskuler bersamaan dengan
pemeriksaan nadi, tekanan darah normalnya adalah sistolik
90 – 120 dan diastolnya 60 – 80 mmHg. Tekanan darah
menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan
oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post
partum merupakan tanda pre eklampsia post partum. (ai ye ye
rukiyah et.all, 2010; h. 69).
b. Nadi
Untuk menilai sistem kardiovaskuler, denyut nadi normal
pada orang dewasa adalah 60-80 kali permenit. Setiap denyut
nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan
hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
52
c. Suhu
Normalnya suhu tubuh ibu setelah melahirkan dalam 1 hari
(24 jam) postpartum akan naik sedikit (37,5° C -38°C). Jika
kenaikan suhu melebihi 380
C maka waspada terhadap infeksi
pospartum. (Ari sulistyawati, 2009; h. 80).
d. Pernafasan
Untuk mengetahui apakah ibu mengalami gangguan
pernapasan atau tidak pada masa nifas, normal frekuensi
pernapasan pada orang dewasa adalah 16 – 24 kali permenit,
pada ibu post partum umumnya pernapasan lambat atau
normal karna dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi
istirahat. Bila pernapasan pada masa post partum lebih cepa
kemungkinan adanya tanda – tanda syok. (ai ye ye rukiyah
et.all, 2010; h. 69).
2.2.1.8 Pemeriksaan fisik
sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,
meliputi : pemeriksaan khusus ( terdiri dari inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan penunjang yaitu
laboratorium dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya
( Soepardan suryani, 2008; h. 98).
a. Wajah
Untuk memeriksa adanya tanda eklampsia postpartum atau
tidak, hal yang perlu diperiksa pada wajah yaitu bentuk,
warna kulit, oedema pada muka atau tidak.
53
b. Mata
Untuk mengidentifikasi adanya tanda anemis dengan melihat
konjungtiva, oedema pada kelopak mata atau tidak, ada
kemerahan atau tidak.
c. Leher
Untuk mengidentifikasi adanya infeksi traktus pernapasan,
dengan melihat bentuk dan kesimetrisan, melakukan
perabaan ada nyeri tekan pada kelenjar limfe atau tidak.
d. Payudara
Untuk memeriksa apakah ada komplikasi postpartum atau
tidak dengan melihat bentuk, warna, putting, lakuakn palpasi
untuk mengetahui adanya pengeluaran dan ada atau tidak
nyeri tekan.
e. Abdominal
Untuk memeriksa kandung kemih, involusi uterus,
pemeriksaan bising usus, dan pemeriksaan TFU.
f. Genetalia
Untuk memeriksa perineum terhadap penyembuhan luka,
pengeluaran lochea dan bau pengeluarannya.
2.2.2 Interpretasi data dasar
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
54
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga
dapat dirumuskan masalah dan diagnosa yang spesifik. Baik rumusan
diagnosis maupun rumusan masalah keduanya harus ditangani,
meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus
mendapatkan penanganan (Soepardan suryani, 2008; h. 99) .
2.2.2.1 Diagnosa Kebidanan
Diagnosis dapat di tegakkan berkaitan dengan para, abortus,
anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas.
2.2.2.2 Masalah Kebutuhan
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien (eni
retna ambarwati dan diah wulandari, 2010 ; h.141-142).
2.2.3 Identifikasi diagnose / masalah potensial
Pada langkah ketiga ini mengidentifikasikan masalah potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan
(Soepardan, 2008; h.100) Masalah Payudara penuh jika tidak ditangani
dapat berpotensi terjadinya payudara bengkak (ai ye ye rukiyah et.all,
2010; h. 349).
2.2.4 Tindakan segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
55
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (eni retna
ambarwati dan diah wulandari, 2010; h. 143).
Tindakan segara untuk payudara penuh adalah perawatan payudara
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi rasa sakit pada payudara
dengan berikan kompres dingin dan hangat dengan handuk secara
bergantian kiri dan kanan. Lalu berikan kompres sebelum menyusui
bayi agar memudahkan bayi dalam menghisap dan menangkap putting
susu. Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah
bening dalam payudara lakukan pengurutan yang dimulai dari puting
kearah kopus mamae.Ibu harus rileks, dan dipijat leher dan punggung
belakang (ai ye ye rukiyah et.all,2010; h.347)
2.2.5 Merencanakan asuhan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyuluh ditentukan oleh
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
kebidanan terhadap diagnosa atau masalah yang telah didentifikasikan
atau di antisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap
dilengkapi (Soepardan suryani, 2008; h. 101)
2.2.5.1 perencanaan asuhan kebidanan ibu nifas dengan payudara penuh
yang dilakukan adalah :
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan keadaan ibu dan hasil
pemeriksaan fisik ibu
56
b. Berikan penjelasan kepada ibu tentang masalah bahwa ibu
mengalami payudara penuh
c. Lakukan penanganan pada ibu dengan payudara penuh
d. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus
berkontraksi, funus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau.
e. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal.
f. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
g. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
mmperlihatkan tanda tanda penyulit.
h. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi
sehari-hari (Ari sulistyawati, 2009; h. 6).
2.2.6 Pelaksanaan Asuhan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada
klien dan keluarga. Mengarahkan dan melaksanakan rencana asuhan
secara efesien dan aman (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010
; h.145)
2.2.6.1 Pelaksanaan asuhan kebidanan ibu nifas dengan payudara penuh
yang dilakukan adalah :
a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan keadaan ibu dan hasil
pemeriksaan fisik ibu
57
b. Berikan penjelasan kepada ibu tentang masalah bahwa ibu
mengalami payudara penuh
c. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
d. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal.
e. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
f. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
mmperlihatkan tanda tanda penyulit.
g. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi
sehari-hari (Ari sulistyawati, 2009; h. 6).
2.2.7 Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini, bidan mengevaluasi keefektivan dari asuhan
yang sudah diberikan. Meliputi pemenuhan kebutuhan apakah benar-
benar terpenuhi sesuai dengan masalah yang telah teridentifikasi
(Saminem , 2010;h. 44)
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
58
a. Kewenangan normal:
a) Pelayanan kesehatan ibu
b) Pelayanan kesehatan anak
c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
d) Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
e) Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.
Kewenangan ini meliputi:
a. Pelayanan kesehatan ibu
a) Ruang lingkup
(a) Pelayanan ibu nifas normal
(b) Pelayanan ibu menyusui
b) Kewenangan:
(a) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
(b) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi
air susu ibu (ASI) eksklusif
(http://www.kesehatanibu.depkes.go.id)
59
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY.N USIA 23 TAHUN
P2A0 3 HARI POST PARTUM DENGAN PAYUDARA PENUH
DI BPS MARZUNAH BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal / jam : 10 april 2015 / 15.00 WIB
Nama Mahasiswa : Marliga septika putri
Nim : 201207099
3.1.1 Data subjektif
Identitas pasien
Istri Suami
60
Nama : Ny. N Nama : Tn. A
Umur :23 Tahun Umur : 28 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku bangsa : Lampung Suku bangsa : Lampung
Pendidikan :SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : karyawan swasta Pekerjaan : pedagang
Alamat : Desa sukadanaham, tugu duren tanjung karang
barat Bandar Lampung.
3.1.2 Alasan Datang
Ibu P2A0 3 hari post partum datang ke BPS marzunah pada pukul
15.00 WIB, Ibu mengatakan ingin memeriksakan kesehatannya.
3.1.3 Keluhan utama
Ibu mengatakan payudaranya terasa penuh, berat, kencang, terasa
penuh serta ASI menetes terus-menerus.
3.1.4 Riwayat Obstetri
3.1.4.1 Riwayat haid
Menarche : 12 Tahun
Siklus : 28 Hari teratur
Lama : 7 hari
Volume : 3 kali ganti pembalut/hari
sifat : encer bercampur gumpalan
61
Dismenore : Ada
Bau : Khas
Flour albus : Ada sebelum menstruasi
3.1.4.2 Riwayat kehamilan sekarang
HPHT : 8 juli 2014
TP : 15 april 2015
Tanggal bersalin : 9 April 2015
Frekuensi ANC : 11 kali kunjungan
3.1.5 Riwayat kesehatan
3.1.1.1 Sekarang
Hipertensi : tidak ada
DM : tidak ada
Jantung : tidak ada
Asma : tidak ada
Ginjal : tidak ada
Hepatitis : tidak ada
TBC : tidak ada
HIV/AIDS : tidak ada
3.1.1.2 Yang lalu
Hipertensi : tidak ada
DM : tidak ada
62
Jantung : tidak ada
Asma : tidak ada
Ginjal : tidak ada
Hepatitis : tidak ada
TBC : tidak ada
HIV/AIDS : tidak ada
3.1.1.3 Keluarga
Hipertensi : tidak ada
DM : tidak ada
Jantung : tidak ada
Asma : tidak ada
Ginjal : tidak ada
Hepatitis : tidak ada
TBC : tidak ada
HIV/AIDS : tidak ada
3.1.6 Riwayat KB
No Jenis
kontrasepsi
Mulai memakai Berhenti/ganti cara
Tanggal Oleh Temp
at
Keluhan Tangg
al
Oleh Temp
at
Alasan
1 Kb suntik 3
bulan
Septem
ber
2013
Bidan Bps Menstrua
si tidak
lancar
Januari
2014
bidan Bps Menstrua
si tidak
lancar
3.1.7 Pola kebutuhan sehari-hari
3.1.7.1 Nutrisi
Makan
Selama nifas
63
a) Menu : Nasi dengan lauk pauk (tempe, tahu, telur),
sayuran (bayem, katu, daun singkong)
b) Frekuensi : 3 kali sehari secara teratur
c) Jumlah per hari : Sesuai kebutuhan, 1 porsi
d) Pantangan : Tidak ada
e) Minum : Air putih 8-9 gelas kecil sehari
f) Jenis : Air putih
3.1.7.2 Pola Eliminasi
Selama nifas :
BAB : ± 1 kali sehari, warna agak kecoklatan, dan
berbau khas feses.
BAK : ± 4-5 kali sehari, warna jernih, dan berbau
khas urine.
3.1.7.3 Pola Istirahat
Selama Hamil : Ibu tidur 1 jam pada siang hari dan 7-8 jam
pada malam hari.
Selama nifas : ibu tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 5-6
jam sehari.
3.1.7.4 Personal hygiene
Selama hamil : Ibu mandi : 2 kali sehari
gosok gigi : 2 kali sehari,
keramas : 1 kali sehari
ganti baju : 2-3 kali sehari
ganti pakaian dalam : 2-3 kali sehari.
64
Selama nifas : Ibu mandi : 2 kali sehari
gosok gigi : 2 kali sehari
keramas : 1 hari sekali
ganti baju : 2-3 kali sehari.
ganti pakaian dalam : 2-3 kali sehari.
3.1.7.5 Pola Seksual
Selama hamil : 1 kali dalam seminggu
Selama nifas : Ibu belum melakukan hubungan seksual.
3.1.7.6 Riwayat psikososial
Tanggapan ibu terhadap bayinnya : baik
Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinnya : baik
Pengambilan keputusan : suami
3.1.2 Data Objektif
3.1.2.1 Pemeriksaan umum
Keadaan umum :Baik
Kesadaran :Compos Mentis
Keadaan emosional :Stabil
TTV :
TD : 100/70 mmHg
Pernafasan : 22 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 37,7 0
C
3.1.2.2 Pemeriksaan fisik
a. Kepala:
65
Warna rambut : Hitam
Ketombe : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
b. Wajah
Cloasma : Tidak ada
Hiperpigmentasi : Tidak ada
Pucat : Tidak ada
Edema : Tidak ada
c. Mata
Simetris : simetris antara kanan dan
kiri
Kelopak mata : Tidak oedema
Konjungtiva : Tidak pucat
Sklera : Putih
d. Hidung
Simetris : Kanan dan kiri
Polip : Tidak ada pembengkakan
Kebersihan : Bersih
e. Mulut
Warna bibir : Merah muda
Stomatitis : Tidak Ada
Epulis : Tidak Ada
Gigi : Tidak berlubang
f. Telinga
66
Simetris : Simetris antara kanan .
dan kiri
Gangguan pendengaran : Tidak ada
g. Leher
Simetris : simetris antara kanan
dan kiri
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak Ada
Pembesaran vena juguralis : Tidak Ada
h. Ketiak
Pembesaran kelenjar limfe : Tidak Ada
i. Dada
Retraksi : Tidak ada
Bunyi mengi dan ronchi : Tidak Ada
j. Payudara
Simetris : Simetris antara kanan dan
kiri
Pembesaran : ada pada payudara kanan
dan kiri
Putting susu : Menonjol
Hiperpigmentasi areola mamae : Ada pada areola
Rasa nyeri : ada pada payudara kanan
dan kiri
Benjolan : Tidak Ada
67
Konsisitensi : Keras dan kencang
Pengeluaran : Ada, ASI transisi
k. Punggung dan pinggang
Simetris : simetris antara kanan dan
kiri
Nyeri ketuk : Tidak Ada
l. Abdomen
Pembesaran : Tidak Ada
Konsistensi : keras
Kandung kemih : Kosong
Uterus
TFU : 3 jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
m. Anogenital
Vulva : Tidak Ada hematoma
Perineum : Tidak ada luka jahitan
Pengeluaran vagina : Lochea rubra
Anus : Tidak Ada hemoroid
n. Ekstermitas bawah
Oedema : Tidak Ada
Kemerahan : Tidak Ada
Varices : Tidak Ada
Reflek patella : (+) Kanan dan kiri
3.1.2.3 Pemeriksaan Penunjang
68
Pemeriksaan Laboraturium : Tidak dilakukan
3.1.2.4 Data Penunjang
a. Riwayat persalinan sekarang
a) IBU
Tempat melahirkan : Di BPS marzunah
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Lama persalinan : Catatan waktu
Kala I : 8 jam 30 menit
Kala II : 0 jam 30 menit
Kala III : 0 jam 10 menit
Kala IV : 2 jam
Lama :11 jam 10 menit
Ketuban pecah : Spontan
Plasenta
Lahir secara Normal
Diameter : 18 cm
Berat : ±500 gram
Panjang tali pusat : 50 cm
Perineum : ada laserasi derajat 1
b) Bayi
Lahir tanggal/pukul : 8 april 2015/ 06.30 WIB
Berat badan : 4100 gram
Panjang badan : 50 cm
69
Nilai apgar : 9/10
Jenis kelamin : laki-laki
69
Tgl/
jam
Pengkajian Interpretasi
data
(diagnosa,
masalah,
kebutuhan)
Dx
potensial
/masalah
potensial
Antisipasi/
tindakan
segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
10-04-
2015 /
17.00
WIB
Ds:
1. Ibu
mengatak
an pernah
melahirka
n 2 kali
dan belum
pernah
keguguran
2. Ibu
mengatak
an
payudaran
ya terasa
penuh,nye
ri dan
kencang
Dx :
Ny.N umur 23
tahun P2A0 3
hari post
partum
Ds:
1 Ibu
mengatakan
pernah
melahirkan
2 kali dan
belum
pernah
keguguran
2.Ibu
mengatakan
payudaranya
Bendung
an ASI
Perawatan
payudara
1.Beritahu kondisi
ibu saat ini.
2.Beritahu ibu
tentang keluhan
yang di rasakan
ibu yaitu
payudaranya
terasa nyeri,
penuh.dan
kencang
3. Ajarkan ibu
penanganan
payudar a
1.Memberitahu kondisi ibu
saat ini berdasarkan hasil pemeriksaan
ibu mengalami payudara penuh
2.Memberitahu ibu tentang keluhan yang
dirasakan ibu yaitu payudara terasa
nyeri, penuh,dan kencang karena ibu
mengalami payudara penuh yang
disebabkan karena pengosongan
payudara yang tidak sempurna, faktor
hisapan bayi yang tidak aktif, faktor
menyusui yang tidak benar serta
pemberian susu formula.
3. Mengajarkan ibu penanganan
payudara yaitu dengan cara:
Pengobatan dengan jalan menyusui
1.Ibu mengerti
tentang
kondisinnya saat
ini.
2.Ibu mengerti
tentang keluhan
yang dialami.
3. Ibu mengerti
cara melakukan
penanganan
TABEL 3
MATRIKS
70
3. Ibu
mengatak
an
melahirka
n tanggal
09-04-
2015
pukul
06.30WIB
DO :
Keadaan
umum :Baik
Kesadaran
:Composme
ntis
TTV:
TD:100/70
mmhg,
S:37,8O
C,
N:80 x/i,
RR:22 x/i,
Payudara
teraba keras,
nyeri tekan,
dan teraba
terasa
penuh,
berat, panas
dan keras
3.Ibu
mengatakan
melahirkan
tanggal 09-
04-2015
pukul 06.30
WIB
DO :
Payudara
teraba keras,
nyeri tekan,
dan teraba
panas.
Masalah :
rasa nyeri saat
menyusui
penuh .
4.Lakukan dan
ajarkan ibu cara
yang sering, sehingga payudara tak
terlalu penuh yang menyebabkan
pancaran ASI keras. dapat pula
payudara dipijat sebelum memulai
menyusui agar pancaran keras yang
terjadi pada permulaan menyusui data
berkurang dahulu sebelum bayi
diperbolehkan mengisap. Bingung
puting pada bayi yang menyusui
diselang-seling dengan susu botol
sering mengalami kebingungan karena
anatomi putting susu dan dot sangat
lain. Pada saat menyusui bayi harus
mengisap dengan cukup kuat, pada dot
susu akan mengalir dengan isapan
yang ringan. Hal ini menyebabkan
bayi malas menyusu pada ibunnya.
Pada keadaan ini bayi tak berhasil
menangkap puting untuk diisap
sehingga tidak suka menyusu.
Pengobatan dapat dengan jalan
menghindari pemakaian dot botol. Bila
diperlukan pengganti ASI pakailah
sendok / pipet
4.Melakukan pengeluaran ASI
dan mengajarkan kepada ibu cara
payudara penuh
dan ia
mengatakan
akan
menghentikan
penggunaan
susu formula
serta menyusui
secara on
demand.
4. Telah
dilakukan
71
hangat
Pengeluaran
pervagina
Lochea
rubra
TFU 2 jari
dbawah
pusat
Kebutuhan :
Perawatan
payudara dan
Teknik
menyusui
pengeluaran ASI
5.Beritahu ibu
tentang cara
penyimpanan ASI
dan cara
Mencairkan ASI
pengeluaran ASI yaitu dengan cara:
a. Letakkan ibu jari dan dua jari
lainnya 1-1,5 cm dari areola.
Tempatkan ibu jari di atas areola
pada posisi jam 12 dan jari-jari lain
di posisi jam 6. Perhatikan bahwa
jari-jari tersebut terletak di atas
gudang ASI sehingga proses
pengeluaran ASI dapat optimal.
b. Dorong kearah dada, hindari
meregangkan jari.
c. Gulung menggunakan ibu jari dan
jari lainnya secara bersamaan.
d. Gerakkan ibu jari dan jari
lainnyahinggamenekangudangASI
hingga kosong.
e. Putar ibu jari-jari lainnya ke titik
gudang ASI lainnya. Saat
memerah ASI, jari-jari berputar
seiring jarum jam atau berlawanan
agar semua gudang ASI kosong.
5. mengajarkan kepada ibu cara
penyimpanan ASI dan cara
mencairkan ASI yang beku yang
benar yaitu dengan cara:
a. ASI yang dikeluarkan dapat
pengeluaran
ASI pada ibu
dan ibu
mengerti teknik
pengeluaran
ASI
5. Ibu mengerti
tentang cara
penyimpanan
ASI dan cara
Mencairkan ASI
72
yang beku
6. Ajarkan pada ibu
teknik menyusui
yang benar
disimpan untuk beberapa saat
dengan syarat sebagai berikut:
a) Di udara bebas / terbuka: 6-8
jam
b) Di lemari es ( 40
C ): 24 jam
c) Di lemari pendingin / beku ( -
180
C): 6 bulan
b. Mencairkan ASI beku dapat
dilakukan dengan cara
sebagaiberikut:
a) Siapkan air hangat suam kuku
di dalam rantang atau panci
kecil
b) Taruhlah plastik berisi ASI
beku dalam air hangat tersebut.
ASI akan mencair dalam waktu
kurang dari 5 menit.
6. Mengajarkan kepada ibu tehnik
menyusui yang benar yaitu dengan
cara:
a. Ibu duduk dengan posisi nyaman
dan rileks, dankaki tidak
menggantung, kemudian keluarkan
ASI sedikit dan oleskan pada areola
dan puting
b. Kemudian Bayi diletakkan
yang beku yang
benar
6. Ibu mengerti
tentang teknik
menyusui yang
benar dan ibu
telah
mempraktekkan
dengan benar.
73
menghadap ke ibu dengan posisi
menyangga seluruh badan bayi,
jangan hanya leher dan bahunya
saja, kepala
c. tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke
dada ibusehingga hidung bayi
berhadapan dengan putting susu
ibu.
d. Dekatkan tubuh bayi ke tubuh ibu,
menyentuhkan bibir bayi ke putting
susu ibu dan menunggu sampai
mulut bayi terbuka lebar.
e. Segera dekatkan bayi ke payudara
sedemikian rupa, sehingga bibir
bawah bayi terletak di bawah
putting susu ibu.
f. Cara melekatkan mulut bayi
dengan benar yaitu dagu menempel
pada payudara ibu, mulut bayi
terbuka lebar, dan bibir bawah bayi
terbuka lebar
g. Kemudian susui bayi sampai ibu
merasa payudara ibu sudah kosong,
kemudian pindahkan kepayudara
yang sebelah.
h. Kemudian jika sudah selesai
menyusui keluarkan ASI sedikit
74
7. Beritahu ibu
tentang kebutuhan
nutrisi
8. Anjurkan ibu
untuk menjaga
kebersihan diri
terutama alat
genetalia dan
payudarannya
dan oleskan pada areola dan putting
ibu dan diamkan jangan dikering
kan
i. Sendawakan bayi dengan
caradisandarkan di pundak ibu
kemudian tepuk secara lembut pada
punggun bayi.
7. Memberitahu ibu tentang kebutuhan
nutrisi yaitu makan dengan diet
berimbang yaitu protein, sumber
protein (telur, ikan ,tahu),
karbohidrat (nasi, jagung, roti),
mineral dan vitamin.
8. Menganjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan diri seperti mandi 2 kali
sehari, sikat gigi 2 kali sehari, keramas
1 kali sehari , terutama alat genetalianya
yaitu dengan cara Segera mengganti
pembalut jika terasa darah penuh,
Lakukan perawatan yang benar setiap
kali ibu buang air kecil atau saat mandi
dan bila mengganti pembalut,cebok
dengan air bersih dari depan kebelakang
dan keringkan dengan handuk
bersih/tissue,jaga kebersihan puting
7. Ibu bersedia untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisinya.
8. Ibu bersedia
untuk menjaga
kebersihan
dirinya terutama
daerah
genitalianya.
Pengeluaran
lokhea rubra
tidak ada tanda-
tanda infeki,
lokhea tidak
berbau.
75
susu dengan cara membersihkan puting
susu dengan menggunakan kapas yang
diberikan air hangat atau baby oil untuk
memudahkan pengangkatan kotoran
hindari penggunaan sabun atau bahan
kimia lainnya agar tidak terjadi iritasi
pada putting susu ( payudara )
Payudara ibu
tampak bersih
14-04-
2015 /
17.00
WIB
Ds:
1. Ibu
mengatka
n pernah
melahirka
n 2 kali
dan belum
pernah
keguguran
2. Ibu
mengatak
an nyeri
payudaran
ya sudah
hilang dan
payudaran
nya tidak
penuh
lagi.
Dx :
Ny.N 23 tahun
P2A0 6 hari
post partum
Ds:
1.Ibu
mengatakan
pernah
melahirkan
2 kali dan
belum
pernah
keguguran
2 .Ibu
mengatakan
nyeri
payudaranya
sudah hilang
Tidak
ada
Tidak ada 1. Beritahu tentang
kondisi ibu saat
ini
2. Tanyakan
kembali pada ibu
apakah ibu sudah
melakukan
perawatan
payudara
3. Tanyakan
kembali pada ibu
apakah ibu
melakukan
pengeluaran ASI
pada saat
payudarannya
1. Memberitahu kondisi ibu saat ini
dengan hasil pemeriksaan
Payudara sudah tidak mengalami
payudara penuh
2. Menanyakan kembali pada ibu apakah
ibu sudah melakukan perawatan
payudara.
3. Menanyakan kembali pada ibu apakah
ibu melakukan pengeluaran ASI pada
saat payudarannya masih terasa penuh
setelah menyusui bayinnya sampai
kenyang.
1. Kondisi ibu saat
ini baik dan ibu
sudah tidak
mengalami
payudara penuh.
2. Ibu sudah
melakukan
perawatan
payudara setiap
hari.
3.Ibu sudah
melakukan
pengeluaran ASI
pada saat
payudara masih
terasa penuh
setelah menyusui
76
3. Ibu menga
takan
melahirkan
tanggal 09-
04-2015
pukul
06.30 WIB
DO:
Keadaan
umum:Baik
Kesadaran:
Compos
mentis
TTV:
TD:100/70
mmhg,
T:36,6O
C,
N:80x/i,
RR:22 x/i,
Payudara
teraba
lembek
setelah ibu
menyusui
dan
payudarann
ya tidak
penuh lagi
3 Ibu
mengatakan
melahirkan
tanggal 09-
04-2015
pukul 06.30
WIB
DO:
Payudara
teraba lembek
setelah ibu
menyusui
bayinya
Masalah:
Tidak ada
masih terasa
penuh setelah
menyusui
bayinnya sampai
kenyang.
4. Tanyakan
kembali pada ibu
tentang cara
penyim panan
ASI dan cara
Mencairkan ASI
yang beku
5.Lihat posisi ibu
saat meyusui
6. Tanyakan
kembali pada ibu
apakah tetap
memberi ASI
pada bayinya
sesering mungkin
dan tanpa jadwal
dan apakah ibu
4. Menanyakan kembali pada ibu tentang
cara penyimpanan ASI dan cara
Mencairkan ASI yang beku
5. Melihat posisi ibu saat menyusui
bayinya.
6. Menanyakan kembali pada ibu apakah
ibu tetap memberi ASI pada bayinya
sesering mungkin tanpa jadwal dan
mengganti penggunaan dot dengan
sendok atau pipet agar bayi tidak
mengalami bingung puting
bayinnya sampai
kenyang dan
menyimpannya
dalam lemari es
4.Ibu dapat
menerapkan
penyimpanan ASI
yang benar dalam
kehidupan sehari-
hari.
5.Ibu sudah dapat
menyusui
bayinnya dengan
baik dan benar.
6. Ibu sudah
memberikan ASI
sesering mungkin
pada bayinnya
tanpa jadwal dan
sudah tidak
memberikan susu
77
bayinya
Pengeluaran
pervaginam
Lochea
sanguilenta
TFU :
Pertengahan
pusat dan
simpisis
Kebutuhan:
Tidak ada
masih
memberikan susu
formula atau
tidak pada
bayinnya.
7. Tanyakan
kembali pada ibu
tentang
pemenuhan
kebutuhan nutrisi.
8. Tanyakan
kembali pada ibu
tentang cara
menjaga
kebersihan
dirinya
9. Anjurkan ibu
untuk kunjungan
ulang.
7. Menanyakan kembali pada ibu tentang
pemenuhan kebutuhan nutrisi selama
masa nifas
8. Menanyakan kembali pada ibu tentang
cara menjaga kebersihan dirinya.
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan
kunjungan ulang 2 minggu yang akan
datang, sesuai jadwal yang telah
formula pada
bayinnya, ibu
mengatakan
memberikan ASI
pada bayi dengan
sendok atau pipet
pada saat ibu
sedang pergi.
7. Kebutuhan nutrisi
ibu sudah tecukupi
karena ibu tidak
mempunyai
pantangan
makanan apapun.
8. Genetalia ibu
tampak bersih
lokhea
sanguelenta, tidak
berbau dan tidak
ada tanda-tanda
infeksi.
9. Ibu bersedia
kunjungan ulang
sesuai dengan
78
10.Dokumentasikan
hasil pemeriksaan
ditentukan atau terdapat keluhan dan
memastikan involusi uterus berjalan
normal, menilai tanda – tanda demam ,
infeksi atau perdarahan abnormal,
memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan, dan istirahat,
memastikan ibu menyusui dengan baik
dan memberikan konseling mengenai
asuhan pada bayi.
10. Mendokumentasikan hasil
pemeriksaan dan asuhan yang di
berikan.
yang dianjurkan
10. Semua hasil
pemeriksaan dan
asuhan telah di
dokumentasikan
79
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny.N umur 23
Tahun P2A0 post partum hari ke 3 dengan payudara penuh di dapatkan hasil
sebagai berikut:
4.1 Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang keadaan
pasien. Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian pada ibu nifas pada
Ny.N Umur 23 Tahun P2A0 post partum hari ke 3 dengan payudara penuh.
4.1.1 Data Subjektif
4.1.1.1 Nama
a. Menurut tinjauan teori
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-
hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (eni
retna ambarwati dan diah wulandari, 2010 ; h. 131).
b. Menurut tinjauan kasus
Dalam study kasus ini nama ibu berinisial Ny.N
c. Pembahasan
Dalam kasus ini tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori
dan tinjauan kasus karena Ny.N memiliki nama jelas yang
dapat membedakan dengan klien yang lain sehingga terhindar
dari kekeliruan dalam memberikan penanganan.
80
4.1.1.2 Umur
a. Menurut Tinjauan Teori
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat - alat reproduksi belum matang,
mental psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35
tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa
nifas. (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010; h.131)
b. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus ini Ny.N berumur 23 tahun
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus ini tidak ada
kesenjangan karena pada kasus ini, Ny.N berumur 23 tahun
dan Ny.N dalam kategori usia reproduksi dan pada kasus ini
ibu tidak mengalami tanda-tanda bahaya masa nifas ibu
hanya mengalami payudara penuh yang diakibatkan karena
bayi malas menyusu dan ibu memberikan susu formula.
4.1.1.3 Agama
a. Tinjauan teori
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa (eni
retna ambarwati dan diah wulandari, 2010; h.132).
b. Tinjauan kasus
Ny.N menganut agama islam
81
c. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena pada kasus ini Ny.N menganut agama
islam sehingga dapat memudahkan untuk membimbing
pasien dalam berdoa.
4.1.1.4 Suku
a. Tinjauan teori
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (eni
retna ambarwati dan diah wulandari, 2010; h.132).
b. Tinjauan kasus
Ny.N bersuku bangsa lampung
c. Pembahasan
Dalam kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan
teori dan tinjauan kasus karena Ny.N tidak memiliki
kebiasaan adat istiadat yang berpengaruh terhadap masa
nifasnya seperti tidak boleh mengkonsumsi makanan yang
berbau amis (ikan, udang, telur, dll).
4.1.1.5 Pendidikan
a. Tinjauan Teori
Pengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. (eni
retna ambarwati dan diah wulandari, 2010; h.132).
82
b. Tinjauan Kasus
Pendidikan terakhir Ny.N adalah SMA
c. Pembahasan
Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus karena Ny.N berpendidikan terakhir SMA sehingga
pada saat penulis memberikan konseling kepada ibu, ibu
dapat mudah mengerti hal ini sejalan dengan teori, dimana
pendidikan SMA termasuk dalam kategori sedang sehingga
dalam menerima informasi ibu lebih mudah mengerti
4.1.1.6 Pekerjaan
a. Tinjauan Teori
Pengkajian pekerjaan dilakukan untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini berpengaruh
juga terhadap gizi pasien tersebut. (eni retna ambarwati dan
diah wulandari, 2010,;h.132)
b. Tinjauan kasus
Pekerjaan Ny.N sebagai karyawan swasta dan suami Ny.N
bekerja sebagai pedagang.
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan. Meskipun Ny.N hanya bekerja sebagai
karyawan swasta namun pemenuhan nutrisi dan kebutuhan
sehari-hari Ny.N terpenuhi di karenakan di dukung oleh
penghasilan suami Ny.N yang bekerja sebagai pedagang.
83
4.1.1.7 Alamat
a. Tinjauan teori
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010 ; h.
132).
b. Tinjauan kasus
Alamat rumah Ny.N adalah desa sukadanaham tugu duren
tanjung karang barat Bandar lampung.
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan
kasus karena Ny.N memiliki alamat rumah yang lengkap
untuk mempermudah dalam melakukan kunjungan rumah bila
diperlukan.
4.1.1.8 Keluhan Utama
a. Tinjauan Teori
Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara
penuh. Pada payudara bengkak : payudara
odem, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak
merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan
menjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan pada payudara
penuh : payudara terasa berat, panas dan keras. Bila ASI
dikeluarkan tidak ada demam (vivian nanny lia dewi dan tri
sunarsih, 2011; h.40)
84
b. Tinjauan Kasus
Pada kasus Ny.N mengatakan merasakan berat, panas, keras,
kencang,dan terasa penuh di payudaranya
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena sesuai dengan teori gejala dari payudara
penuh adalah payudara terasa penuh, teraba keras, dan berat.
4.1.1.9 Riwayat kesehatan
a. Tinjauan teori
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adannya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti :
jantung, DM, hipertensi, dan asma yang dapat
mempengaruhi masa nifas.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adannya pengaruh penyakit yang diderita pada saat ini
yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinnya.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adannya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
kesehatan pasien dan bayinnya, yaitu apabila ada penyakit
keluarga yang menyertainnya (eni retna ambarwati dan
diah wulandari, 2010;h.133).
85
b. Tinjauan kasus
Pada kasus ini Ny.N tidak mempunyai riwayat penyakit baik
itu pada masa lalu, saat ini, ataupun keturunan.
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan kteori dan
tinjauan kasus karena Ny.N tidak memiliki riwayat penyakit
yang berpengaruh terhadap masa nifas sehinnga memperkecil
kemungkinan adannya komplikasi pada masa nifas.
4.1.1.10 Riwayat obstertri
a. Tinjauan teori
a) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah
anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan,
keadaan nifas yang lalu.
b) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi : PB, BB, penolong persalinan. Hal
ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses
persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bias
berpengaruh pada masa nifas saat ini eni retna ambarwati
dan diah wulandari (, 2010;h.133)
b. Tinjauan kasus
Pada kasus ini riwayat persalinan dan nifas Ny.N melahirkan
pada tanggal 9 april 2015 pukul 06.30 WIB, jenis persalinan
86
spontan, PB : 50 cm, BB : 4100 gram, penolong persalinan
oleh bidan.
c. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan dimana Ny.N melahirkan pada tanggal 9 april
2015 pukul 06.30 WIB, jenis persalinan spontan, PB 50 cm,
BB 4100 gram, penolong persalinan bidan.
4.1.1.11 Riwayat KB
a. Tinjauan teori
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah mas nifas
ini dan beralih ke kontrasepsi apa (eni retna ambarwati dan
diah wulandari, 2010;h.134).
b. Tinjauan kasus
Ibu mengatakan sebelumnya menggunakan KB suntik 3
bulan.
c. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena Ny.N sebelumnya menggunakan KB
suntik 3 bulan dan berencana menggunakan KB suntik 3
bulan setelah masa nifas selesai.
87
4.1.1.12 Nutrisi
a. Tinjauan Teori
Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu
harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak dan vitamin
serta mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum
lebih banyak kira-kira 8-12 gelas/hari (eni retna ambarwati
dan diah wulandari, 2010;h.27).
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang
terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. (vivian nanny
lia dewi dan tri sunarsih, 2011 ; h.71).
b. Tinjauan Kasus
Ny.N makan 3 kali sehari dengan menu 1 porsi nasi, sayur
(sayur bayam dan katuk), lauk (ikan dan tempe), buah dan
susu
c. Pembahasan
Menurut tinjauan teori dan tinjauan kasus di atas tidak
terdapat kesenjangan karena Ny.N dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi dengan baik dan ibu tidak mempunyai
pantangan.
4.1.1.13 Eliminasi
a. Tinjauan Teori
Miksi normal bila dapat BAK spontan 3-4 jam. Kesulitan
BAK dapat disebabkan karena spingter uretra tertekan oleh
kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo spingter ani
88
selama persalinan atau dikarenakan odem kandung kemih
selama persalinan.
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum.
Apabila mengalami kesulitan BAB, lakukan diet teratur,
cukup cairan, konsumsi makanan berserat, olahraga, berikan
obat rangsangan per oral atau per rectal atau klisma bila mana
perlu (damai yanti dan dian sundawati, 2011; h. 83).
b. Tinjauan Kasus
Pola eliminasi Ny.N
BAB : ibu mengatakan belum BAB setelah 3 hari melahirkan
ibu BAB pada hari ketiga setelah melahirkan.
BAK : 4-5 x/hari,wana kuning jernih bau khas urine
c. Pembahasan
Menurut tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena pola eliminasi Ny.N tidak ada hambatan,
Meskipun Ny.N belum dapat BAB setelah 3 hari melahirkan
dan sesuai teori BAB di anggap normal setelah post partum
yaitu 3-4 hari. Hal ini disebabkan karena pada saat proses
persalinan terdapat penekanan pada colon.
4.1.1.14 Istirahat
a. Tinjauan Teori
Pasien juga perlu diingatkan untuk selalu tidur siang atau
istirahat selagi bayinya tidur. Kubutuhan istirahat bagi ibu
89
menyusui minimal 8 jam sehari yang dapat dipenuhi melalui
istirahat siang dan malam. (Ari sulistyawati, 2009; h. 103)
b. Tinjauan kasus
Ny.N tidur 6 sampai 8 jam pada malam hari dan 1-2 jam pada
siang hari.
c. Pembahasan
Menurut tinjauan teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena Ny.N tidur malam selama 6 sampai 8 jam dan siang
hari 1-2 jam, menurut teori istirahat tidur yang dibutuhkan
ibu nifas sekitar 8 jam perhari.
4.1.1.15 Personal hygiene
a. Tinjauan teori
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman, kebersihan diri meliputi
kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan
(damai yanti dan dian sundawati, 2011;h.83).
b. Tinjauan kasus
Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 1 hari sekali,
ganti baju 1x/hari, ganti pakaian dalam setiap kali terasa
kotor dan lembab.
c. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena Ny.N melakukan kebersihan diri dengan
baik.
90
4.1.1.16 Pola seksual
a. Tinjauan teori
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam
waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman untuk memulai
hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukan 1 atau 2 jari kedalam vagina tanpa rasa
nyeri, dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan maka aman
untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja
ibu siap (vivian nanny lia dewi dan tri sunarsihi, 2011; h.77)
b. Tinjauan kasus
Ibu mengatakan saat ini belum melakukan hubungan suami
istri.
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan
kasus karena Ny.N belum melakukan hubungan seksual
disebabkan dinding vagina kembali pada keadaan sebelum
hamil dalam waktu 6-8 minggu.
4.1.2 Data Objektif
4.1.2.1 Pemeriksaan tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah
a) Tinjauan Teori
Tekanan darah normalnya adalah sistolik 90 – 120 dan
diastolnya 60 – 80 mmHg. Tekanan darah menjadi
lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
91
perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post
partum merupakan tanda pre eklampsia post partum. (ai
ye ye rukiyah, 2011; h. 69)
b) Tinjauan Kasus
Pada kasus ini tekanan darah Ny.N normal yaitu 100/70
mmHg
c) Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karena Tekanan darah Ny.N
100/70 mmHg. Dan menurut teori tekanan darah
normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg
dan diastolik 60-80 mmHg dan tekanan darah Ny.N
dalam batas normal tidak mengalami peningkatan.
4.1.2.2 Nadi
a. Tinjauan teori
Berkisar antara 60 – 80 x/menit denyut nadi di atas
100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di
akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena
kehilangan darah yang berlebih. (eni retna ambarwati dan
diah wulandari, 2010; h.138)
Tinjauan Kasus
Pada kasus ini nadi Ny.N yaitu 80 kali/ menit
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putri

More Related Content

What's hot (17)

Kti desty hery dyana
Kti desty hery dyanaKti desty hery dyana
Kti desty hery dyana
 
Kati siti munarsih
Kati siti munarsihKati siti munarsih
Kati siti munarsih
 
Kti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sariKti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sari
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti popy
Kti popyKti popy
Kti popy
 
Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjung
 
Kti kadek juwita malasari
Kti kadek juwita malasariKti kadek juwita malasari
Kti kadek juwita malasari
 
Kti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sariKti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sari
 
Kti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sariKti dewi purnama sari
Kti dewi purnama sari
 
Kti tia desta andriani
Kti tia desta andrianiKti tia desta andriani
Kti tia desta andriani
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti eva seno safitri
Kti eva seno safitriKti eva seno safitri
Kti eva seno safitri
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti endang satuni
Kti endang satuniKti endang satuni
Kti endang satuni
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
 
Kti mayasari
Kti mayasariKti mayasari
Kti mayasari
 
Kti irnawati baco akbid paramata
Kti irnawati baco akbid paramataKti irnawati baco akbid paramata
Kti irnawati baco akbid paramata
 

Similar to Kti marliga septika putri (20)

Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti habibah
Kti habibahKti habibah
Kti habibah
 
Kti metta selani
Kti metta selaniKti metta selani
Kti metta selani
 
Kti lilis anggraini
Kti lilis anggrainiKti lilis anggraini
Kti lilis anggraini
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti risa yulia listyani
Kti risa yulia listyaniKti risa yulia listyani
Kti risa yulia listyani
 
Kti istik analiza
Kti istik analizaKti istik analiza
Kti istik analiza
 
Kti eti widia
Kti eti widiaKti eti widia
Kti eti widia
 
Kti dwi
Kti dwiKti dwi
Kti dwi
 
Kti ni made rika
Kti ni made rikaKti ni made rika
Kti ni made rika
 
Kti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyaniKti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyani
 
Kti wayan seli novela
Kti wayan seli novelaKti wayan seli novela
Kti wayan seli novela
 
Kti setiawati
Kti setiawatiKti setiawati
Kti setiawati
 
Kti dian eka putri
Kti  dian eka putriKti  dian eka putri
Kti dian eka putri
 
Kti geta anggawa
Kti  geta anggawaKti  geta anggawa
Kti geta anggawa
 
Kti intan widari
Kti intan widariKti intan widari
Kti intan widari
 
Kti endang satuni
Kti endang satuniKti endang satuni
Kti endang satuni
 
Kti iis
Kti iisKti iis
Kti iis
 

Recently uploaded

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 

Kti marliga septika putri

  • 1. 1 ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY.N UMUR 23 TAHUN P2A0 3 HARI POST PARTUM DENGAN PAYUDARA PENUH DI BPS MARZUNAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH DISUSUN OLEH : MARLIGA SEPTIKA PUTRI 201207099 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
  • 2. 2 ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY.N UMUR 23 TAHUN P2A0 3 HARI POST PARTUM DENGAN PAYUDARA PENUH DI BPS MARZUNAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Disusun Oleh : MARLIGA SEPTIKA PUTRI 201207099 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG 2015 i
  • 3. 3 ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP Ny.N UMUR 23 TAHUN P2A0 3 HARI POST PARTUM DENGAN PAYUDARA PENUH DI BPS MARZUNAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Marliga Septika Putri, Adesty Novita Xanda, S.ST.M.Kes, Vionita Gustianto, S.ST INTISARI Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, kurang dari 40% ibu didunia yang memberikan ASI eksklusif pada bayinnya hingga 6 bulan pertama seperti yang dianjurkan Word Health Organization (WHO). Berdasarkan hasil prasurvey di BPS Marzunah Bandar Lampung pada tanggal 10 April 2015 didapatkan 1 ibu nifas yang mengalami payudara penuh oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.N Umur 23 Tahun P2A0 3 Hari Post Partum Dengan Payudara Penuh di BPS Marzunah Bandar Lampung Tahun 2015”. Tujuan dari penelitian ini untuk diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.N umur 23 tahun P2A0 3 hari post partum dengan payudara penuh dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. Tekhnik memperoleh data primer dan sekunder. Subyek penelitian, ibu nifas, obyek penelitian, payudara penuh. Tempat penelitian, di BPS Marzunah. Kesimpulan hasil penelitian, penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.N Umur 23 tahun P2A0 3 Hari Post Partum Dengan Payudara Penuh. saran utama, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan ibu nifas khususnya tentang perawatan payudara penuh. Kata kunci : Nifas, Payudara Penuh Kepustakaan : 16 referensi (2005-2014) Jumlah Halaman :105 halaman ii
  • 4. 4 CURRICULUM VITAE Nama : Marliga septika putri Nim : 201207099 Tempat/Tanggal lahir : Sidoasri / 23 september 1994 Alamat : Desa Sidoasri Dusun Wonosari Kec. Candipuro Kalianda..Kab. Lampung Selatan Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Angkatan : VII (tujuh) Riwayat pendidikan : 1. SDN 1 sidoasri Tahun 2000 - 2006. 2. SMP N 1 candipuro Tahun 2006 - 2009 3. SMA N 1 sidomulyo Tahun 2009 - 2012 4. Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Tahun 2012 - Sekarang iv
  • 5. 5 Motto “Jadilah diri sendiri karena dengan begitu kita akan Menemukan jati diri kita yang sebenarnya’’ By : Marliga septika putri v
  • 6. 6 PERSEMBAHAN Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kubersimpuh serta mengucap syukur kepada ALLAH SWT karna ridho-Mu dan keyakinan yang kau berikan disetiap hamba melangkah sehingga hamba dapat menyelesaikan karya kecilku ini. 1. Ku persembahkan karya tulis ini khususnya untuk kedua orang tua ku, kakak dan adikku, yang tak pernah hentinya mendo”akanku dan memotivasiku. 2. Untuk angkatan ke tujuh (VII) , yang selalu menemani ku di setiap hari hariku, serta yang membantuku yang telah mengajarkan banyak hal terimakasih atas semua motivasi yang telah kalian berikan. 3. Almamaterku tercinta Akademi kebidanan ADILA Bandar lampung sebagai tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun. Mengemban ilmu untuk menggapai cita-cita, Demi pengalaman yang berharga. vi
  • 7. 7 KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny.N Umur 23 Tahun P2A0 3 Hari Post Partum Dengan Payudara Penuh di BPS Marzunah Bandar Lampung Tahun 2015”. Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan Karya Tulis Ilmiah ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr.Wazni Adila, MPH selaku Direktur AKBID Adila Bandar Lampung. 2. Bidan Marzunah selaku pemilik BPS lahan praktek 3. Rosbiatul adawiyah,SKM.M.Kes selaku pembimbing lahan karya tulis ilmiah 4. Sustiana,amd.keb.SKM selaku pembimbing akademik Karya Tulis Ilmiah 5. Seluruh staf dosen Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Penulis menyadari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umum. Bandar Lampung, Mei 2015 penulis vii
  • 8. 8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN................................................................ ii INTISARI........................................................................................... iii CURICULUM VITAE....................................................................... iv MOTTO ............................................................................................. v PERSEMBAHAN .............................................................................. vi KATA PENGANTAR........................................................................ vii DAFTAR ISI...................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah................................................................ 3 1.3 Tujuan Penulis ..................................................................... 3 1.4 Ruang Lingkup .................................................................... 4 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 5 1.6 Metodelogi Dan Tehnik Memperoleh Data........................... 6 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori Medis........................................................... 8 2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan....................................... 44 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan.................................. 56 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian ........................................................................... 58 3.2 Matriks ................................................................................ 68 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian ........................................................................... 78 4.2 Interpretasi Data................................................................... 96 4.3 Antisipasi Masalah Potensial................................................ 97 4.4 Tindakan Segera .................................................................. 98 4.5 Intervensi............................................................................. 99 4.6 Implementasi ....................................................................... 100 4.7 Evaluasi............................................................................... 100 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan.......................................................................... 102 5.2 Saran ................................................................................... 104 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii
  • 9. 9 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Program Masa Nifas.............................................................10 Tabel 2.3 Involusi Uterus.....................................................................12 Tabel 3.1 Matriks.................................................................................68 ix
  • 10. 10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Izin Dinas Lampiran 3 :Lembar Konsultasi Lampiran 4 :SAP dan leaflet Lampiran 5 : Jadwal penelitian x
  • 11. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, ASI khusus dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna. (Vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011; h. 19). ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, air teh dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih. (Eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010; h.30). Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomndasikan sebaiknya anak hanya disusui Air Susu Ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan. Makanan padat seharusnya dibrikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun (www.depkes.go.id>infodatin-asi). Presentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 48,6%. Presentase pemberian ASI esklusif tertinggi terdapat di nusa tenggara barat sebesar 69,84% diikuti oleh gorontalo sebesar 67,01% dan bali sebesar 66,94% sedangkan presentase pemberian ASI
  • 12. 2 esklusif terendah terdapat diprovinsi papua barat sebesar 20,57% dan pada Sumatra selatan sebesar 48,68%. ( www. Profil kesehatan Indonesia, 2013 ). Pemberian Air Susu (ASI) pada bayi usia 0-1 tahun mempunyai arti sangat penting, terutama menyangkut pemenuhan kebutuhan zat gizi dan zat lain pembentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit. Pemberian ASI secara eksklusif diusia 0-6 bulan dipandang sangat strategis, karena pada usia tersebut kondisi bayi masih sangat labil dan rentan terhadap berbagai penyakit. Cakupan bayi mendapatkan ASI Ekslusif di Provinsi Lampung tahun 2012 sebesar 29,24% dimana angka ini masih ada di bawah target yang diharapkan yaitu 60% dan bandar lampung 21,46%. (Profil Prov Lampung, 2012). Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada payudara bengkak : payudara odema, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan pada payudara penuh : payudara terasa berat, panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada demam (Vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011; h.40) Berdasarkan hasil prasurvey diBPS Marzunah Bandar Lampung pada tanggal 10 april didapatkan 1 ibu nifas yang mengalami payudara penuh karena itu penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny.N Usia 23 Tahun P2A0 3 hari Post Partum Dengan Payudara Penuh diBPS Marzunah Bandar Lampung tahun 2015”.
  • 13. 3 1.2 Rumusan Masalah “Bagaimanakah asuhan kebidanan ibu nifas terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari Post Partum dengan payudara penuh diBPS Marzunah Bandar Lampung tahun 2015”? 1.3 Tujuan penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari Post Partum dengan payudara penuh diBPS Marzunah Bandar Lampung dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian pada ibu nifas khususnya terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari Post Partum dengan payudara penuh di BPS Marzunah Bandar Lampung 1.3.2.2 Diharapkan penulis dapat menentukan interpretasi data pada ibu nifas khususnya terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari Post Partum dengan payudara penuh di BPS. Marzunah Bandar Lampung. 1.3.2.3 Diharapkan penulis dapat menentukan diagnose potensial pada ibu nifas khususnya terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari Post Partum dengan payudara penuh di BPS Marzunah Bandar Lampung
  • 14. 4 1.3.2.4 Diharapkan penulis dapat melakukan tindakan segera pada ibu nifas khususnya terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari Post Partum dengan payudara penuh di BPS Marzunah Bandar Lampung 1.3.2.5 Diharapkan penulis dapat menentukan rencana asuhan pada ibu nifas khususnya terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari Post Partum dengan payudara penuh di BPS Marzunah Bandar Lampung 1.3.2.6 Diharapkan penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas khususnya terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari Post Partum dengan payudara penuh di BPS Marzunah Bandar Lampung. 1.3.2.7 Diharapkan penulis dapat melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada ibu nifas khususnya terhadap Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari Post Partum dengan payudara penuh di BPS Marzunah Bandar Lampung. 1.4 Ruang lingkup 1.4.1 Sasaran Subyek yang diambil dalam Karya Tulis Ilmiah ini ialah satu orang ibu nifas yaitu Ny.N usia 23 tahun P2A0 3 hari Post Partum dengan payudara penuh di BPS Marzunah Bandar Lampung. 1.4.2 Tempat Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengambil kasus di BPS Marzunah Bandar Lampung
  • 15. 5 1.4.3 Waktu Pelaksanaan asuhan kebidanan dalam Karya Tulis Ilmiah dilaksanakan dari tanggal 10 april - 13 april 2015 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam menerapkan ilmu dan sebagai acuan penelitian berikutnya. 1.5.2 Bagi lahan praktek Sebagai bahan masukkan dan bahan informasi untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan pada kasus payudara penuh pada ibu nifas di BPS Marzunah Bandar Lampung. 1.5.3 Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang penatalaksanaan pada ibu dengan payudara penuh 1.5.4 Bagi Penulis Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang ibu nifas dengan payudara penuh dan sebagai bahan perbandingan antara teori yang diperoleh dibangku kuliah dengan dilahan praktek.
  • 16. 6 1.6 Metodologi dan Tekhnik Memperoleh Data 1.6.1 Metode Penulisan Metode yang digunakan penulis dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah metode penelitian survey deskriptif. Menurut Notoatmodjo, metode penelitian survey deskriptif yang dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarakan suatu fenomena yang terjadi dan untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu. 1.6.2 Tekhnik memperoleh data 1.6.2.1 Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti secara langsung dari sumber datanya. Untuk mendapatkan data primer, penelitian harus mengumpulkan secara langsung. a. Wawancara Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden) (Natoatmodjo soekidjo, 2005: h.102) a) Auto anamnesa
  • 17. 7 Wawancara yang langsung dilakukan kepada klien mengenai penyakitnya. b) Allo anamnesa Wawancara yang dilakukan kepada keluarga atau orang lain mengenai penyakit klien (Ari sulistyawati, 2009; h. 111 ). c) Pengkajian Fisik Adalah suatu pengkajian yang dapat dipandang sebagai bagian tahap pengkajian prinsipnya menggunakan cara– cara yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran, yaitu inspeksi, palpasi, dan auskultasi (Robert Prihardjo, 2006; h.2-3). 1.6.2.2 Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber Biro Pusat Statistik (BPS), buku laporan, jurnal, dan lain- lain. a. Studi Pustaka Penulis mencari, mengumpulkan, dan mempelajari referensi yang relevan berdasarkan kasus yang dibahas. b. Studi Dokumentasi.
  • 18. 8 Study dilkukan dengan mempelajari status klien bersumber dari catatan dokter, bidan, dan sumber lain yang menunjang seperti hasil pemeriksaan diagnostik. (Notoatmodjo soekidjo, 2005 ; h.35)
  • 19. 9 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori Medis 2.1.1 Pengertian Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlansung selama kira-kira 6 minggu (Ari Sulistyawati, 2009 ; h.1). Masa nifas ( purpurium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra- hamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Ambarwati Retna Eny dan Diah Wulandari, 2010 ; hal.1). Masa Nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Siti Saleha, 2009; h.2). 2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas 2.1.2.1 Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas. 2.1.2.2 Menjaga kesehatan ibu dan bayi. 2.1.2.3 Melaksanakan skrining secara komprehensif. 2.1.2.4 Memberikan pendidikan kesehatan diri.
  • 20. 10 2.1.2.5 Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara. 2.1.2.6 Konseling mengenai KB. ( Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011; h.2) 2.1.3 Tahapan Masa Nifas Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini, puerpurium intermadial, dan remote puerperium. Dengan penjelasan sebagai berikut: 2.1.3.1 Puerperium dini Pueperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu tetap diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan. Dalam agam islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2.1.3.2 Puerperium intermedial Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat- alat genetalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu. 2.1.3.3 Remote puerperium Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlansung selama berminggu - minggu, bulanan, bahkan tahunan. (Ari Sulistyawati, 2009 ; h.5).
  • 21. 11 2.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Table 2.1 Program Masa Nifas Kunjun gan Waktu Tujuan 1 6-8 jam setelah persalinan 1. Pencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk jika perdarahan berlanjut. 3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 4. Pemberian ASI awal 5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. 6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi 7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil. 2 6 hari setelah persalinan 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. 2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal. 3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cair, dan istirahat. 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda tanda penyulit. 5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari. 3 2 minggu setelah persalinan Sama seperti diatas 4 6 minggu setelah persalinan 1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ia atau bayinya alami. 2. Memberikan konseling Kb secara dini (Ari Sulistyawati,2009;h.6) 2.1.5 Perubahan Fisiologis Masa Nifas 2.1.5.1 Perubahan sisitem reproduksi a.Uterus a) Pengerutan rahim (involusi)
  • 22. 12 Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic (layu/ mati). Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain : (a) Autolysis Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastis dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan. (b) Atrofi jaringan Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot – otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru. (c) Efek oksitosin (kontraksi)
  • 23. 13 Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi suplai darah ke uterus. (Ari Sulistyawati, 2009 ; h.73-75). Tabel 2.2 Involusi Uterus Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus (gr) Keadaan Serviks Bayi lahir Setinggi pusat 1000 Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 Lembek Satu minggu Pertengahan pusat dan simpisis 500 Beberapa hari setelah post partum dapat dilalui 2 jari. Akhir minggu pertama dapat dimasuki 1 jari. Dua minggu Tak teraba diatas simpisis 350 Enam minggu Bertambah kecil 50-60 Delapan minggu Sebesar normal 30 (Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011; h.57). Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri dengan cara: Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira- kira 1 cm setiap hari. Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri pertengahan antara pusat dan simpisis. Pada hari ke 10
  • 24. 14 tinggi fundus uteri tidak teraba. (Eni Retna Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010; h.77). b. Lochea Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. (Ari Sulistyawati, 2009 ; h. 76). Berikut Ini adalah beberapa jenis lochea yang terdapat pada wanita pada masa nifas yaitu : a) Lochea rubra (cruenta) Lochea ini muncul pada hari ke 1-3 masa post partum. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari perobekan / luka pada plasenta dan serabut dari desidua dan chorion. Lokia ini terdiri atas sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum, dan sisa darah. (Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011 ; h.58). b) Lochea sanguilenta Berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung, dari hari keempat dan hari ketujuh post partum. (Ari Sulistyawati, 2009 ; h.76) c) Lochea serosa Lochea serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi
  • 25. 15 kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan. d) Lochea alba Lochea alba adalah lochea yang terakhir. Dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai 1-2 minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua. (Siti Saleha, 2009 ; h. 56). e) Locheastatis Pengeluaran lokhea tidak lancar. (Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011; h. 59). c. Perineum. Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya terenggang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari kelima, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap kendur dari pada keadaan sebelum hamil (Ari Sulistyawati, 2009 ; h.77-78). 2.1.5.2 Perubahan Sistem Endokrin. Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut. a. Oksitosin
  • 26. 16 Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal. b. Prolaktin Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. c. Estrogen dan Progesteron Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Di samping itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina. (Siti Saleha, 2009 ; h. 60). 2.1.5.3 Perubahan Tanda-Tanda Vital a. Suhu
  • 27. 17 Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama pada masa nifas pada umumnya di sebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga di sebabkan karena istirahat dan tidur yang di perpanjang selama awal persalinan (Eni Retna Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010 ; h.138). b. Nadi dan pernafasan Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit setelah partus. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula (Siti Saleha, 2009 ; h.61). c. Tekanan darah Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinana tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat menandakan terjadinya pre-eklamsi postpartum (Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011; h.60). Tekanan darah normalnya adalah sistolik 90 – 120 dan diastolnya 60 – 80 mmHg. Tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda pre eklampsia post partum (Ai Yeye Rukiyah.et.all, 2010; h. 69)
  • 28. 18 2.1.5.4 Perubahan Payudara Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologi, yaitu produksi susu dan sekresi susu atau let down. Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta lalu mengeluarkan hormon prolaktin. Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap putting, refleks saraf merangsang untuk mengsekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan infeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada putting. Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama. (Siti saleha, 2009;h.58) . 2.1.6 Kebutuhan dasar ibu masa nifas 2.1.6.1 Nutrisi dan cairan Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak dan vitamin serta
  • 29. 19 mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kira-kira 8-12 gelas/hari (Eni Retna Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010; h. 27). Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang khusus, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu yan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi akan kebutuhan gizi sebagai berikut: a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari. b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya 40 hari pasca persalinan. e. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat membetikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. 2.1.6.2 Ambulasi Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu post
  • 30. 20 partum terlentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya dalam 24 - 48 jam post partum. Keuntungan (early ambulation) adalah sebagai berikut: a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik. c. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya memandikan, mangganti pakaian dan memberi makan. d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia ( sosial ekonomis). Menurut penalitian-penelitian yang seksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka diperut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri. e. Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam dan sebagainya. Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak dan sebagainya.(Siti Saleha, 2009 ; h.71-73)
  • 31. 21 2.1.6.3 Eliminasi a. Buang air kecil a) Dalam 6 jam ibu nifas harus sudah bisa BAK spontan, kebanyakan ibu bisa berkemih spontan dalam waktu 8 jam. b) Urine dalam jumlah yang banyak akan diproduksi dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan. c) ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu. Selama 48 jam pertama nifas (purpurium) terjadi kenaikan dieresis sebagai akibat : (a)pengurasan volume darah ibu. (b)autolysis serabut otot uterus b. buang air besar a) buang air besar biasannya tertunda selama 2-3 hari karena Edema persalinan, diit cairan, obat-obatan analgetik, dan perineum yang sangat sakit. b) Bila lebih dari 3 hari belum BAB bisa diberikan obat laksantia. c) Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB.
  • 32. 22 d) Asupan cairan yang adekuat dan diit tinggi serat sangat dianjurkan ( Suherni et.all, 2009, h.117) 2.1.6.4 Istirahat dan tidur Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Kurangnya istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya : a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi. b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan. c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga harus dilakukan secara perlahan – lahan dan bertahap. Pasien juga perlu diingatkan untuk selalu tidur siang atau beristirahat selagi bayinya tidur. Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari yang dapat dipenuhi melalui istirahat siang dan malam (Ari Sulistyawati, 2009 ; h. 103). Tidur menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur. Istirahat sangat penting bagi ibu
  • 33. 23 masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan. (Eni Retna Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010 ; h. 136). 2.1.6.5 Hubungan seks dan keluarga berencana a. Hubungan seks a) Aman setelah darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukan satu atau dua jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri. b) Ada kepercayaan / budaya yang memperbolehkan melakukan hubungan seks setelah 40 hari atau 6 minggu, oleh karena itu perlu dikompromikan antara suami dan istri. b. Keluarga berencana a) Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah dua tahun b) Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui eksklusif atau penuh 6 bulan dan ibu belum mendapatkan haid (metode amenore laktasi) c) Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama menyusui yang meliputi : (a) Cara penggunaan (b) Efek samping (c) Kelebihan dan kekurangan
  • 34. 24 (d) Indikasi dan kontraindikasi (e) Efektifitas d) Metode hormonal khusunya kombinasi oral ( estrogen- progesteron ) bukanlah pilihan pertama bagi ibu menyusui. oleh karena itu jangan menganjurkannya kurang dari 6 minggu pasca persalinan (Suherni et.all, 2009, h.115-116). 2.1.7 Proses laktasi dan menyusui 2.1.7.1 Anatomi dan fisiologi Payudara Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat haml 600 gram, dan menyusui 800 gram. Pada payudara terdapat 3 bagian utama, yaitu : 1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar. 2. Areola, yaitu bagian kehitaman ditengah. 3. Papilla atau putting, yaitu bagian yang menonjol dipucak payudara (Maritalia Dewi, 2014 ; h.67) 2.1.7.2 Ukuran : ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada yang lain. a. Struktur Makroskopis
  • 35. 25 Struktur makroskopis payudara adalah sebagai berikut 1. Cauda Aksilaris Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah aksila. 2. Areola Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing- masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2.5 cm. Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. 3. Papila Mamae Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung- ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi , sedangkan otot-otot yang Longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut. Bentuk puting ada empat macam yaitu bentuk yang normal, pendek atau datar,
  • 36. 26 panjang dan terbenam (Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011; h. 7-9) (b) Struktur Mikroskopis 1. Alveoli: Alveolus merupakan tempat air susu diproduksi. 2. Ductus lactifer : saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactiferus. 3. Ampulla : bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat menyimpan air susu. Letaknya di bawah areola. 4. Lanjutan setiap duktus laktiferus : meluas dari ampula sampai muara papilla mammae (Vivian Nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011; h. 9) a. Proses Laktasi Proses ini timbul setelah plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat pembentukan ASI setelah plasenta lepas, hormon plasenta tersebut tak ada lagi, sehingga susu pun keluar. Hormon hormon yang terlibat dalam pembentukan ASI adalah sebagai berikut: a) Progesterone Mempengaruhi tumbuh dan ukuran alveoli. Kadar progesterone dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini
  • 37. 27 menstimulus produksi ASI secara besar-besaran (Siti saleha, 2009; h. 11-13). b) Estrogen menstimulus sistem saluran ASI agar membesar sehingga dapat menampug ASI lebih banyak. Kadar estrogen dalam tubuh menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui menghindari kb hormonal berbasis hormone estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI. c) Follicle stimulating hormone (FSH). d) Liteinizing hormone (LH). e) Prolaktin Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan. f) Oksitosin Berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain itu, pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluaran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down/milk ejection reflex. g) Human Placental Lactogen (HPL) Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam
  • 38. 28 kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. (maritalia dewi, 2014 ; h.68). b. Proses pembentukan laktogen Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut : 1. Laktogenesis 1 Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobules-alveolus. Terjadi pada fase terakhir kehamilan. Pada fase ini payudara memproduksi kolostrum, yaitu cairan kental berwarna sedikit kekuningan. Pengeluaran kolostrum pada saat hamil atau sebelum bayi lahir tidak menjadikan masalah medis. Hal ini juga bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI pada saat menyusui nanti. 2. Laktogenesis II Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan menurunnya kadar hormon progesterone, esterogen, dan HPL. Akan tetapi kadar hormone prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan terjadinnya produksi ASI secara besar-besaran. Apabila payudara dirangsang oleh isapan bayi, kadar prolaktin dalam darah akan meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke kadar sebelum rangsangan tiga
  • 39. 29 jam kemudian. Keluarnya hormone prolaktin menstimulasi sel didalam alveoli untuk memproduksi ASI, hormon ini juga terdapat didalam ASI itu sendiri. Penelitian membuktikan bahwa kadar prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun kadar prolaktin rendah saat payudara terasa penuh. Hormone lainnya seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormone tersebut belum diketahui. Proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasannya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinnya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung keluar setelah melahirkan. 3. Laktogenesis III System control homon endokrin mengetur produksi ASI selama kehamilan dan hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil system control autokrin dimulai. Pada tahap ini apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara juga akan memproduksi ASI lebih banyak. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan baik bayi menghisap, dan jug seberapa sering payudara dikosongkan.
  • 40. 30 Berkurangnya produksi ASI pada ibu menyusui mungkin disebabkan oleh : a. Ibu kurang sering/jarang menyusui bayinnya sehingga payudara selalu penuh. b. Bayi tidak bis menghisap putting susu secara langsung akibat kelainan bentuk mulut dan rahang atau teknik menyusui yang salah (perlekatan yang tidak sempurna). c. Kelainan endokrin, seperti kurangnya hormone prolaktin pada ibu (hal ini jarang terjadi). d. Jaringan payudara mengalami hipoplastik. e. Kelainan metabolism atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI. f. Ibu yang menderita gizi buruk (kurang gizi). c. Fisiologi laktasi Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin). a) produksi ASI (prolaktin) selama kehamilan hormo prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormone estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesterone akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu reflek prolaktin dan reflek aliran
  • 41. 31 yang timbul akibat perangsangan putting susu dikarenakan hisapan bayi. Akhir kehamilan hormone prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesterone yang masih tinggi pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesterone juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang putting susu dan kalang payudara, karena ujung- ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran factor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran factor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormone ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin. Walau ada hisapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3.
  • 42. 32 Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior, rangsangan yang berasal dari hisapan bayidilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah hormone ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah diproduksi keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk kemulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalh melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti keadaan bingung atau pikiran kacau, takut, dan cemas. Reflek yang penting dalam mekanisme hisapan bayi yaitu reflek menagkap (rooting reflek), reflek menghisap (sucking reflek), reflek menelan (swallowing reflek). a) Reflek menagkap (rooting reflek) Reflek ini timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinnya dan bayi akan menoleh kearah sentuhan. Bila bbir bayi dirangsang dengan papilla mamae atau jari, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menagkap putting susu. b) Reflek menghisap (sucking reflek) Reflek ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh putting. Agar putting mencapai palatum, maka sebagian
  • 43. 33 besar areola masuk kedalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada dibawah areola, tertekan antara gusi, lidah, dan paltum sehingga ASI keluar. c) Reflek menelan (swallowing reflek) Reflek ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya. d. Pengeluaran ASI (Oksitosin) Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga dikeluarkannya hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis (maritalia dewi, 2014 ; h.71-73). e. Manfaat menyusui a). Manfaat bagi bayi (a) Komposisi sesuai kebutuhan (b) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan (c) ASI mengandung zat pelindung
  • 44. 34 (d) Perkembangan psikomotorik lebih cepat (e) Menunjang perkembangan kognitif (f) Menunjang perkembangan penglihatan (g) Memperkuat ikatan batin ibu dan anak (h) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat dasar untuk perkembangan kepribadian dan percaya diri. b). Bagi ibu (a) Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat kembalinya rahim kebentuk semula (b) Mencegah anemia defisiensi besi (c) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil (d) Menunda kesuburan (e) Menimbulkan perasaan dibutuhkan (f) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium c). Manfaat bagi keluarga (a) Mudah dalam proses pemberiannya (b) Mengurangi biaya rumah tangga (c) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat d). Manfaat bagi negara (a) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat obatan
  • 45. 35 (b) Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan menyusui (c) Mengurangi populasi (d) Mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas (Siti saleha, 2009 ; h. 31-33). f. Stadium ASI ASI dibandingkan dalam 3 stadium yaitu sebagai berikut : a) Kolostrum Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah kolostrum yang mengandung campuran kaya akan protein, mineral, antibodi daripada ASI yang telah matang. ASI dimulai ada kira – kira pada hari ke 3 atau hari ke 4. Kolostrum berubah menjadi ASI yang matang kira – kira 15 hari sesudah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan dengan viskosis kental, lengket, dan berwarna kekuningan. b) ASI transisi ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Selama 2 minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
  • 46. 36 c) ASI matur ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. ASI matur tanpa warna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak mengumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan lemak rendah, tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air (vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011; h. 20-21). g. Teknik Menyusui Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perleketan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. (vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011; h. 30). Mengajarkan kepada ibu tentang tehnik menyusui yang benar 1) Duduk dengan posisi santai dan tegak 2) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya 3) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu 4) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan 5) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
  • 47. 37 6) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 7) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang 8) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola 9) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi 10) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke mulut bayi 11) Melepas isapan bayi Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi : (a)Jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut mulut (b)Dagu bayi ditekan kebawah 12) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikitkemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010 ; h.38-40) 13) Mengajarkan kepada ibu tentang cara menyendawakan bayi Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah menyusui.
  • 48. 38 Cara menyendawakan bayi : (a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan (b) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa. (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010; h. 40). h. Tanda Bayi Cukup ASI a). Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama b). Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir c). Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali perhari d). Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi mendengarkan ASI e). Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis f). Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal g). Pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan h). Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motorik sesuai dengan rentang usianya) i). Bayi kelihatan puas, sewaktu waktu saat lapar akan bangun dan tidur dengan cukup
  • 49. 39 j). Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian melemah dan tertidur puas. (vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011; h. 24) i. Memerah dan menyimpan ASI Cara memerah ASI adalah sebagai berikut : a) Letakkan ibu jari dan dua jari lainnya sekitar 1-1,5 cm dari areola. Tempatkan ibu jari di atas areola pada posisi jam 12 dan jari lainnya pada posisi jam 6. b) Dorong kearah dada, hindari meregangkan jari. c) Gulung menggunakan ibu jari dan jari lainnya secara bersamaan d) Gerakkan ibu jari dan jari lainnya hingga menekan gudang ASI hingga kosong. e) Gunakan kedua tangan saat memerah ASI. (Ari sulistyawati, 2009; h. 39-41) ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat sebagai berikut: a) Di udara bebas / terbuka : 6-8 jam b) Di lemari es ( 40 C ) : 24 jam c) Di lemari pendingin / beku ( -180 C) : 6 bulan Mencairkan ASI beku dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: (a) Siapkan air hangat suam kuku di dalam rantang atau panci kecil (b) Taruhlah plastik berisi ASI beku dalam air hangat tersebut. ASI akan mencair dalam waktu kurang dari 5 menit.
  • 50. 40 j. Masalah Dalam pemberian ASI Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering diangap masalah pada anak saja. Dan hal ini akanmenjadi masalah menyusui pada masa nifas dini yaitu sebagai berikut: a) Puting Susu Lecet Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah- celah. beberapa penyebab puting susu lecet adalah : (a) Teknik menyusui yang tidak benar (b) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting susu (c) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu (d) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue) (e) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi puting susu lecet adalah: (a) Cari penyebab puting lecet (b) Selama puting susu distirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak di anjurkan
  • 51. 41 menggunakan pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih dulu pada putting susu yang normal atau lecetnya sedikit. (c) Olesi puting dengan ASI akhir (hind milk), tidak menggunakan sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat membersihkan payudara. (d) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam) (e) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waaktu 2x24 jam. (f) Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk mengunakan sabun. (g) Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai kalang payudara dan susukan secara bergantian di antara kedua payudara. (h) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan kering (i) Pergunakan bra yang menyangga. (j) Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit (k) Jika penyebab monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin (vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011; h. 39-40) b) Puting melesak (masuk ke dalam)
  • 52. 42 Jika puting susu melesak diketahui sejak hamil, hendaknya puting susu ditari-tarik dengan menggunakan minyak kelapa setiap mandi 2-3 kali sehari. Jika puting susu melesak diketahui setelah melahirkan, dapat dibantu dengan tudung puting (nipple hoot). (vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011;h.40). c) Payudara Bengkak Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai di produksi dalam jumlah banyak. Penyebab bengkak : (a) Posisi mulut bayi dan putting susu ibu salah (b) Produksi ASI berlebihan (c) Terlambat menyusui (d) Pengeluaran ASI yang jarang (e) Waktu menyusui yang terbatas Cara mengatasinya hal di atas adalah : (a) Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas waktu (b) Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau pompa ASI yang efektif
  • 53. 43 (c) Sebelum menyusui untuk merangsang refleks oksitosin dapat dilakukan : kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, massage payudara, massage leher dan punggung. (d) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema. d) Mastitis Atau Abses Payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak kadang kala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Didalam terasa ada masa padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Tindakan yang dapat dilakukan : (a) Kompres hangat/panas dan pemijatan. (b) Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu stimulasi putting susu, pijat leher punggung, dll. (c) Pemberian antibiotik : Flucloxacilin atau erythromycin selama 7-10 hari. (d) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri. (e) Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin perlu tindakan bedah (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010 ; h. 47-50) e) Bendungan ASI
  • 54. 44 Adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan payudara penuh dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Payudara penuh dapat terjadi karena adanya penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila ibu memiliki kelainan puting susu ( misalnya puting susu datar, terbenam dan cekung). (Siti saleha, 2009 ; h.11). (a) penanganan bendungan ASI 1. Bila ibu meyusui bayinya: 1) Susukan sesering mungkin 2) Kedua payudara disusukan 3) Kompres hangat payudara sebelum disusukan 4) Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui 5) Sangga payudara 6) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya 2. Bila ibu tidak menyusui: 1) Sangga payudara 2) Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara (Prawiroharjo sarwono, 2010 ; h. 262) f) Payudara penuh Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada payudara bengkak : payudara odema, sakit,
  • 55. 45 puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan pada payudara penuh : payudara terasa berat, panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada demam pada ibu (Maritalia dewi, 2014 ; h.91) ASI sering merembes dari payudara pada beberapa minggu atau bulan pertama menyusui. Rembesan ini biasannya menghilang sewaktu anda mulai menyelaraskan diri dan belajar menentukan seberapa banyak ASI yang harus dikeluarkan dan kapan mengeluarkannya. Rembesan diantara waktu menyusui biasanya terjadi saat payudara dalam keadaan sangat penuh, saat anda mendengar bayi menangis, atau saat gairah seksual anda bangkit. Berikut ini adalah beberapa saran untuk mengurangi ketidaknyamanan anda : 1) Saat anda merasa bahwa ASI mulai keluar, tekan tangan atau telapak tangan dengan kuat pada payudara anda untuk memperlambat aliran ASI. 2) Tekan putting dengan ibu jari dan telunjuk untuk menghentikan aliran ASI. 2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan 2.2.1 Pengumpulan data dasar ( Pengkajian) Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
  • 56. 46 Anamnesa dilakukan untuk mendapatkan data anamnesa terdiri dari beberapa kelompok penting sebagai berikut: 2.2.1.1 Identitas pasien a. Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari- hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. b. Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. c. Agama Agama pasien dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. d. Suku/bangsa Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan sehari- hari. e. Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
  • 57. 47 f. Pekerjaan Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. g. Alamat Untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. h. Keluhan utama Dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum. 2.2.1.2 Riwayat kesehatan a. Sekarang Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya. b. Yang Lalu. Data yang di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
  • 58. 48 c. Keluarga. Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu bila ada penyakit keluarga yang menyertainya. 2.2.1.3 Riwayat Perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas. (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010 ; h.131-133). 2.2.1.4 Riwayat obstetri a. Riwayat haid Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya. b. Menarche Usia pertama kali mengalami menstruasi. Untuk wanita Indonesia pada usia sekitar 12- 16 tahun. c. Siklus Jarak antara menstruasi yang di alami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23-32 hari. d. Volume Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstrusi yang di keluarkan.
  • 59. 49 e. Keluhan Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang di rasakan ketika mengalami menstruasi misalnya sakit yang sangat, pening sampai pingsan,atau jumlah darah yang banyak. a. Gangguan kesehatan alat reproduksi Ada beberapa penyakit organ reproduksi yang berkaitan erat dengan personal hygiene pasien atau kebiasaan lain yang tidak mendukung kesehatan reproduksinya. (Ari Sulistyawati, 2009; h. 112 – 113). 2.2.1.5 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu. a. Riwayat Persalinan sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi JK, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpangaruh pada masa nifas saat ini. b. Riwayat KB. Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
  • 60. 50 2.2.1.6 Pola kebutuhan Sehari-hari a. Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan. b. Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus berkemih. (a)Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan. (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010; h. 136). Pasien juga perlu diingatkan untuk selalu tidur siang atau istirahat selagi bayinya tidur. Kubutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari yang dapat dipenuhi melalui istirahat siang dan malam (Ari sulistyawati, 2009; h. 103). (b)Personal Hygine
  • 61. 51 Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lokia. (c)Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari- hari. Pada pola iniperlu di kaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi dini dapat mempercepat proses pengembalian alat- alat reproduksi (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010 h.137). 2.2.1.7 Tanda-tanda vital a. Tekanan darah Untuk menilai sistem kardiovaskuler bersamaan dengan pemeriksaan nadi, tekanan darah normalnya adalah sistolik 90 – 120 dan diastolnya 60 – 80 mmHg. Tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda pre eklampsia post partum. (ai ye ye rukiyah et.all, 2010; h. 69). b. Nadi Untuk menilai sistem kardiovaskuler, denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali permenit. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi.
  • 62. 52 c. Suhu Normalnya suhu tubuh ibu setelah melahirkan dalam 1 hari (24 jam) postpartum akan naik sedikit (37,5° C -38°C). Jika kenaikan suhu melebihi 380 C maka waspada terhadap infeksi pospartum. (Ari sulistyawati, 2009; h. 80). d. Pernafasan Untuk mengetahui apakah ibu mengalami gangguan pernapasan atau tidak pada masa nifas, normal frekuensi pernapasan pada orang dewasa adalah 16 – 24 kali permenit, pada ibu post partum umumnya pernapasan lambat atau normal karna dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila pernapasan pada masa post partum lebih cepa kemungkinan adanya tanda – tanda syok. (ai ye ye rukiyah et.all, 2010; h. 69). 2.2.1.8 Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi : pemeriksaan khusus ( terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan penunjang yaitu laboratorium dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya ( Soepardan suryani, 2008; h. 98). a. Wajah Untuk memeriksa adanya tanda eklampsia postpartum atau tidak, hal yang perlu diperiksa pada wajah yaitu bentuk, warna kulit, oedema pada muka atau tidak.
  • 63. 53 b. Mata Untuk mengidentifikasi adanya tanda anemis dengan melihat konjungtiva, oedema pada kelopak mata atau tidak, ada kemerahan atau tidak. c. Leher Untuk mengidentifikasi adanya infeksi traktus pernapasan, dengan melihat bentuk dan kesimetrisan, melakukan perabaan ada nyeri tekan pada kelenjar limfe atau tidak. d. Payudara Untuk memeriksa apakah ada komplikasi postpartum atau tidak dengan melihat bentuk, warna, putting, lakuakn palpasi untuk mengetahui adanya pengeluaran dan ada atau tidak nyeri tekan. e. Abdominal Untuk memeriksa kandung kemih, involusi uterus, pemeriksaan bising usus, dan pemeriksaan TFU. f. Genetalia Untuk memeriksa perineum terhadap penyembuhan luka, pengeluaran lochea dan bau pengeluarannya. 2.2.2 Interpretasi data dasar Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
  • 64. 54 dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan masalah dan diagnosa yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun rumusan masalah keduanya harus ditangani, meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus mendapatkan penanganan (Soepardan suryani, 2008; h. 99) . 2.2.2.1 Diagnosa Kebidanan Diagnosis dapat di tegakkan berkaitan dengan para, abortus, anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas. 2.2.2.2 Masalah Kebutuhan Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010 ; h.141-142). 2.2.3 Identifikasi diagnose / masalah potensial Pada langkah ketiga ini mengidentifikasikan masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan (Soepardan, 2008; h.100) Masalah Payudara penuh jika tidak ditangani dapat berpotensi terjadinya payudara bengkak (ai ye ye rukiyah et.all, 2010; h. 349). 2.2.4 Tindakan segera Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
  • 65. 55 dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010; h. 143). Tindakan segara untuk payudara penuh adalah perawatan payudara dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi rasa sakit pada payudara dengan berikan kompres dingin dan hangat dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan. Lalu berikan kompres sebelum menyusui bayi agar memudahkan bayi dalam menghisap dan menangkap putting susu. Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara lakukan pengurutan yang dimulai dari puting kearah kopus mamae.Ibu harus rileks, dan dipijat leher dan punggung belakang (ai ye ye rukiyah et.all,2010; h.347) 2.2.5 Merencanakan asuhan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyuluh ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen kebidanan terhadap diagnosa atau masalah yang telah didentifikasikan atau di antisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dilengkapi (Soepardan suryani, 2008; h. 101) 2.2.5.1 perencanaan asuhan kebidanan ibu nifas dengan payudara penuh yang dilakukan adalah : a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan keadaan ibu dan hasil pemeriksaan fisik ibu
  • 66. 56 b. Berikan penjelasan kepada ibu tentang masalah bahwa ibu mengalami payudara penuh c. Lakukan penanganan pada ibu dengan payudara penuh d. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, funus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. e. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal. f. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat. g. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak mmperlihatkan tanda tanda penyulit. h. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari (Ari sulistyawati, 2009; h. 6). 2.2.6 Pelaksanaan Asuhan Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan dan melaksanakan rencana asuhan secara efesien dan aman (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010 ; h.145) 2.2.6.1 Pelaksanaan asuhan kebidanan ibu nifas dengan payudara penuh yang dilakukan adalah : a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan keadaan ibu dan hasil pemeriksaan fisik ibu
  • 67. 57 b. Berikan penjelasan kepada ibu tentang masalah bahwa ibu mengalami payudara penuh c. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. d. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal. e. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat. f. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak mmperlihatkan tanda tanda penyulit. g. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari (Ari sulistyawati, 2009; h. 6). 2.2.7 Evaluasi Pada langkah ketujuh ini, bidan mengevaluasi keefektivan dari asuhan yang sudah diberikan. Meliputi pemenuhan kebutuhan apakah benar- benar terpenuhi sesuai dengan masalah yang telah teridentifikasi (Saminem , 2010;h. 44) 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
  • 68. 58 a. Kewenangan normal: a) Pelayanan kesehatan ibu b) Pelayanan kesehatan anak c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana d) Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah e) Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi: a. Pelayanan kesehatan ibu a) Ruang lingkup (a) Pelayanan ibu nifas normal (b) Pelayanan ibu menyusui b) Kewenangan: (a) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas (b) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif (http://www.kesehatanibu.depkes.go.id)
  • 69. 59 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS TERHADAP NY.N USIA 23 TAHUN P2A0 3 HARI POST PARTUM DENGAN PAYUDARA PENUH DI BPS MARZUNAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 3.1 PENGKAJIAN Tanggal / jam : 10 april 2015 / 15.00 WIB Nama Mahasiswa : Marliga septika putri Nim : 201207099 3.1.1 Data subjektif Identitas pasien Istri Suami
  • 70. 60 Nama : Ny. N Nama : Tn. A Umur :23 Tahun Umur : 28 Tahun Agama : Islam Agama : Islam Suku bangsa : Lampung Suku bangsa : Lampung Pendidikan :SMA Pendidikan : SMA Pekerjaan : karyawan swasta Pekerjaan : pedagang Alamat : Desa sukadanaham, tugu duren tanjung karang barat Bandar Lampung. 3.1.2 Alasan Datang Ibu P2A0 3 hari post partum datang ke BPS marzunah pada pukul 15.00 WIB, Ibu mengatakan ingin memeriksakan kesehatannya. 3.1.3 Keluhan utama Ibu mengatakan payudaranya terasa penuh, berat, kencang, terasa penuh serta ASI menetes terus-menerus. 3.1.4 Riwayat Obstetri 3.1.4.1 Riwayat haid Menarche : 12 Tahun Siklus : 28 Hari teratur Lama : 7 hari Volume : 3 kali ganti pembalut/hari sifat : encer bercampur gumpalan
  • 71. 61 Dismenore : Ada Bau : Khas Flour albus : Ada sebelum menstruasi 3.1.4.2 Riwayat kehamilan sekarang HPHT : 8 juli 2014 TP : 15 april 2015 Tanggal bersalin : 9 April 2015 Frekuensi ANC : 11 kali kunjungan 3.1.5 Riwayat kesehatan 3.1.1.1 Sekarang Hipertensi : tidak ada DM : tidak ada Jantung : tidak ada Asma : tidak ada Ginjal : tidak ada Hepatitis : tidak ada TBC : tidak ada HIV/AIDS : tidak ada 3.1.1.2 Yang lalu Hipertensi : tidak ada DM : tidak ada
  • 72. 62 Jantung : tidak ada Asma : tidak ada Ginjal : tidak ada Hepatitis : tidak ada TBC : tidak ada HIV/AIDS : tidak ada 3.1.1.3 Keluarga Hipertensi : tidak ada DM : tidak ada Jantung : tidak ada Asma : tidak ada Ginjal : tidak ada Hepatitis : tidak ada TBC : tidak ada HIV/AIDS : tidak ada 3.1.6 Riwayat KB No Jenis kontrasepsi Mulai memakai Berhenti/ganti cara Tanggal Oleh Temp at Keluhan Tangg al Oleh Temp at Alasan 1 Kb suntik 3 bulan Septem ber 2013 Bidan Bps Menstrua si tidak lancar Januari 2014 bidan Bps Menstrua si tidak lancar 3.1.7 Pola kebutuhan sehari-hari 3.1.7.1 Nutrisi Makan Selama nifas
  • 73. 63 a) Menu : Nasi dengan lauk pauk (tempe, tahu, telur), sayuran (bayem, katu, daun singkong) b) Frekuensi : 3 kali sehari secara teratur c) Jumlah per hari : Sesuai kebutuhan, 1 porsi d) Pantangan : Tidak ada e) Minum : Air putih 8-9 gelas kecil sehari f) Jenis : Air putih 3.1.7.2 Pola Eliminasi Selama nifas : BAB : ± 1 kali sehari, warna agak kecoklatan, dan berbau khas feses. BAK : ± 4-5 kali sehari, warna jernih, dan berbau khas urine. 3.1.7.3 Pola Istirahat Selama Hamil : Ibu tidur 1 jam pada siang hari dan 7-8 jam pada malam hari. Selama nifas : ibu tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 5-6 jam sehari. 3.1.7.4 Personal hygiene Selama hamil : Ibu mandi : 2 kali sehari gosok gigi : 2 kali sehari, keramas : 1 kali sehari ganti baju : 2-3 kali sehari ganti pakaian dalam : 2-3 kali sehari.
  • 74. 64 Selama nifas : Ibu mandi : 2 kali sehari gosok gigi : 2 kali sehari keramas : 1 hari sekali ganti baju : 2-3 kali sehari. ganti pakaian dalam : 2-3 kali sehari. 3.1.7.5 Pola Seksual Selama hamil : 1 kali dalam seminggu Selama nifas : Ibu belum melakukan hubungan seksual. 3.1.7.6 Riwayat psikososial Tanggapan ibu terhadap bayinnya : baik Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinnya : baik Pengambilan keputusan : suami 3.1.2 Data Objektif 3.1.2.1 Pemeriksaan umum Keadaan umum :Baik Kesadaran :Compos Mentis Keadaan emosional :Stabil TTV : TD : 100/70 mmHg Pernafasan : 22 kali/menit Nadi : 80 kali/menit Suhu : 37,7 0 C 3.1.2.2 Pemeriksaan fisik a. Kepala:
  • 75. 65 Warna rambut : Hitam Ketombe : Tidak ada Benjolan : Tidak ada b. Wajah Cloasma : Tidak ada Hiperpigmentasi : Tidak ada Pucat : Tidak ada Edema : Tidak ada c. Mata Simetris : simetris antara kanan dan kiri Kelopak mata : Tidak oedema Konjungtiva : Tidak pucat Sklera : Putih d. Hidung Simetris : Kanan dan kiri Polip : Tidak ada pembengkakan Kebersihan : Bersih e. Mulut Warna bibir : Merah muda Stomatitis : Tidak Ada Epulis : Tidak Ada Gigi : Tidak berlubang f. Telinga
  • 76. 66 Simetris : Simetris antara kanan . dan kiri Gangguan pendengaran : Tidak ada g. Leher Simetris : simetris antara kanan dan kiri Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak Ada Pembesaran vena juguralis : Tidak Ada h. Ketiak Pembesaran kelenjar limfe : Tidak Ada i. Dada Retraksi : Tidak ada Bunyi mengi dan ronchi : Tidak Ada j. Payudara Simetris : Simetris antara kanan dan kiri Pembesaran : ada pada payudara kanan dan kiri Putting susu : Menonjol Hiperpigmentasi areola mamae : Ada pada areola Rasa nyeri : ada pada payudara kanan dan kiri Benjolan : Tidak Ada
  • 77. 67 Konsisitensi : Keras dan kencang Pengeluaran : Ada, ASI transisi k. Punggung dan pinggang Simetris : simetris antara kanan dan kiri Nyeri ketuk : Tidak Ada l. Abdomen Pembesaran : Tidak Ada Konsistensi : keras Kandung kemih : Kosong Uterus TFU : 3 jari dibawah pusat Kontraksi : Baik m. Anogenital Vulva : Tidak Ada hematoma Perineum : Tidak ada luka jahitan Pengeluaran vagina : Lochea rubra Anus : Tidak Ada hemoroid n. Ekstermitas bawah Oedema : Tidak Ada Kemerahan : Tidak Ada Varices : Tidak Ada Reflek patella : (+) Kanan dan kiri 3.1.2.3 Pemeriksaan Penunjang
  • 78. 68 Pemeriksaan Laboraturium : Tidak dilakukan 3.1.2.4 Data Penunjang a. Riwayat persalinan sekarang a) IBU Tempat melahirkan : Di BPS marzunah Penolong : Bidan Jenis persalinan : Spontan Lama persalinan : Catatan waktu Kala I : 8 jam 30 menit Kala II : 0 jam 30 menit Kala III : 0 jam 10 menit Kala IV : 2 jam Lama :11 jam 10 menit Ketuban pecah : Spontan Plasenta Lahir secara Normal Diameter : 18 cm Berat : ±500 gram Panjang tali pusat : 50 cm Perineum : ada laserasi derajat 1 b) Bayi Lahir tanggal/pukul : 8 april 2015/ 06.30 WIB Berat badan : 4100 gram Panjang badan : 50 cm
  • 79. 69 Nilai apgar : 9/10 Jenis kelamin : laki-laki
  • 80. 69 Tgl/ jam Pengkajian Interpretasi data (diagnosa, masalah, kebutuhan) Dx potensial /masalah potensial Antisipasi/ tindakan segera Intervensi Implementasi Evaluasi 10-04- 2015 / 17.00 WIB Ds: 1. Ibu mengatak an pernah melahirka n 2 kali dan belum pernah keguguran 2. Ibu mengatak an payudaran ya terasa penuh,nye ri dan kencang Dx : Ny.N umur 23 tahun P2A0 3 hari post partum Ds: 1 Ibu mengatakan pernah melahirkan 2 kali dan belum pernah keguguran 2.Ibu mengatakan payudaranya Bendung an ASI Perawatan payudara 1.Beritahu kondisi ibu saat ini. 2.Beritahu ibu tentang keluhan yang di rasakan ibu yaitu payudaranya terasa nyeri, penuh.dan kencang 3. Ajarkan ibu penanganan payudar a 1.Memberitahu kondisi ibu saat ini berdasarkan hasil pemeriksaan ibu mengalami payudara penuh 2.Memberitahu ibu tentang keluhan yang dirasakan ibu yaitu payudara terasa nyeri, penuh,dan kencang karena ibu mengalami payudara penuh yang disebabkan karena pengosongan payudara yang tidak sempurna, faktor hisapan bayi yang tidak aktif, faktor menyusui yang tidak benar serta pemberian susu formula. 3. Mengajarkan ibu penanganan payudara yaitu dengan cara: Pengobatan dengan jalan menyusui 1.Ibu mengerti tentang kondisinnya saat ini. 2.Ibu mengerti tentang keluhan yang dialami. 3. Ibu mengerti cara melakukan penanganan TABEL 3 MATRIKS
  • 81. 70 3. Ibu mengatak an melahirka n tanggal 09-04- 2015 pukul 06.30WIB DO : Keadaan umum :Baik Kesadaran :Composme ntis TTV: TD:100/70 mmhg, S:37,8O C, N:80 x/i, RR:22 x/i, Payudara teraba keras, nyeri tekan, dan teraba terasa penuh, berat, panas dan keras 3.Ibu mengatakan melahirkan tanggal 09- 04-2015 pukul 06.30 WIB DO : Payudara teraba keras, nyeri tekan, dan teraba panas. Masalah : rasa nyeri saat menyusui penuh . 4.Lakukan dan ajarkan ibu cara yang sering, sehingga payudara tak terlalu penuh yang menyebabkan pancaran ASI keras. dapat pula payudara dipijat sebelum memulai menyusui agar pancaran keras yang terjadi pada permulaan menyusui data berkurang dahulu sebelum bayi diperbolehkan mengisap. Bingung puting pada bayi yang menyusui diselang-seling dengan susu botol sering mengalami kebingungan karena anatomi putting susu dan dot sangat lain. Pada saat menyusui bayi harus mengisap dengan cukup kuat, pada dot susu akan mengalir dengan isapan yang ringan. Hal ini menyebabkan bayi malas menyusu pada ibunnya. Pada keadaan ini bayi tak berhasil menangkap puting untuk diisap sehingga tidak suka menyusu. Pengobatan dapat dengan jalan menghindari pemakaian dot botol. Bila diperlukan pengganti ASI pakailah sendok / pipet 4.Melakukan pengeluaran ASI dan mengajarkan kepada ibu cara payudara penuh dan ia mengatakan akan menghentikan penggunaan susu formula serta menyusui secara on demand. 4. Telah dilakukan
  • 82. 71 hangat Pengeluaran pervagina Lochea rubra TFU 2 jari dbawah pusat Kebutuhan : Perawatan payudara dan Teknik menyusui pengeluaran ASI 5.Beritahu ibu tentang cara penyimpanan ASI dan cara Mencairkan ASI pengeluaran ASI yaitu dengan cara: a. Letakkan ibu jari dan dua jari lainnya 1-1,5 cm dari areola. Tempatkan ibu jari di atas areola pada posisi jam 12 dan jari-jari lain di posisi jam 6. Perhatikan bahwa jari-jari tersebut terletak di atas gudang ASI sehingga proses pengeluaran ASI dapat optimal. b. Dorong kearah dada, hindari meregangkan jari. c. Gulung menggunakan ibu jari dan jari lainnya secara bersamaan. d. Gerakkan ibu jari dan jari lainnyahinggamenekangudangASI hingga kosong. e. Putar ibu jari-jari lainnya ke titik gudang ASI lainnya. Saat memerah ASI, jari-jari berputar seiring jarum jam atau berlawanan agar semua gudang ASI kosong. 5. mengajarkan kepada ibu cara penyimpanan ASI dan cara mencairkan ASI yang beku yang benar yaitu dengan cara: a. ASI yang dikeluarkan dapat pengeluaran ASI pada ibu dan ibu mengerti teknik pengeluaran ASI 5. Ibu mengerti tentang cara penyimpanan ASI dan cara Mencairkan ASI
  • 83. 72 yang beku 6. Ajarkan pada ibu teknik menyusui yang benar disimpan untuk beberapa saat dengan syarat sebagai berikut: a) Di udara bebas / terbuka: 6-8 jam b) Di lemari es ( 40 C ): 24 jam c) Di lemari pendingin / beku ( - 180 C): 6 bulan b. Mencairkan ASI beku dapat dilakukan dengan cara sebagaiberikut: a) Siapkan air hangat suam kuku di dalam rantang atau panci kecil b) Taruhlah plastik berisi ASI beku dalam air hangat tersebut. ASI akan mencair dalam waktu kurang dari 5 menit. 6. Mengajarkan kepada ibu tehnik menyusui yang benar yaitu dengan cara: a. Ibu duduk dengan posisi nyaman dan rileks, dankaki tidak menggantung, kemudian keluarkan ASI sedikit dan oleskan pada areola dan puting b. Kemudian Bayi diletakkan yang beku yang benar 6. Ibu mengerti tentang teknik menyusui yang benar dan ibu telah mempraktekkan dengan benar.
  • 84. 73 menghadap ke ibu dengan posisi menyangga seluruh badan bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala c. tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibusehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu ibu. d. Dekatkan tubuh bayi ke tubuh ibu, menyentuhkan bibir bayi ke putting susu ibu dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. e. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa, sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah putting susu ibu. f. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, dan bibir bawah bayi terbuka lebar g. Kemudian susui bayi sampai ibu merasa payudara ibu sudah kosong, kemudian pindahkan kepayudara yang sebelah. h. Kemudian jika sudah selesai menyusui keluarkan ASI sedikit
  • 85. 74 7. Beritahu ibu tentang kebutuhan nutrisi 8. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama alat genetalia dan payudarannya dan oleskan pada areola dan putting ibu dan diamkan jangan dikering kan i. Sendawakan bayi dengan caradisandarkan di pundak ibu kemudian tepuk secara lembut pada punggun bayi. 7. Memberitahu ibu tentang kebutuhan nutrisi yaitu makan dengan diet berimbang yaitu protein, sumber protein (telur, ikan ,tahu), karbohidrat (nasi, jagung, roti), mineral dan vitamin. 8. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri seperti mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari, keramas 1 kali sehari , terutama alat genetalianya yaitu dengan cara Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, Lakukan perawatan yang benar setiap kali ibu buang air kecil atau saat mandi dan bila mengganti pembalut,cebok dengan air bersih dari depan kebelakang dan keringkan dengan handuk bersih/tissue,jaga kebersihan puting 7. Ibu bersedia untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. 8. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan dirinya terutama daerah genitalianya. Pengeluaran lokhea rubra tidak ada tanda- tanda infeki, lokhea tidak berbau.
  • 86. 75 susu dengan cara membersihkan puting susu dengan menggunakan kapas yang diberikan air hangat atau baby oil untuk memudahkan pengangkatan kotoran hindari penggunaan sabun atau bahan kimia lainnya agar tidak terjadi iritasi pada putting susu ( payudara ) Payudara ibu tampak bersih 14-04- 2015 / 17.00 WIB Ds: 1. Ibu mengatka n pernah melahirka n 2 kali dan belum pernah keguguran 2. Ibu mengatak an nyeri payudaran ya sudah hilang dan payudaran nya tidak penuh lagi. Dx : Ny.N 23 tahun P2A0 6 hari post partum Ds: 1.Ibu mengatakan pernah melahirkan 2 kali dan belum pernah keguguran 2 .Ibu mengatakan nyeri payudaranya sudah hilang Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu tentang kondisi ibu saat ini 2. Tanyakan kembali pada ibu apakah ibu sudah melakukan perawatan payudara 3. Tanyakan kembali pada ibu apakah ibu melakukan pengeluaran ASI pada saat payudarannya 1. Memberitahu kondisi ibu saat ini dengan hasil pemeriksaan Payudara sudah tidak mengalami payudara penuh 2. Menanyakan kembali pada ibu apakah ibu sudah melakukan perawatan payudara. 3. Menanyakan kembali pada ibu apakah ibu melakukan pengeluaran ASI pada saat payudarannya masih terasa penuh setelah menyusui bayinnya sampai kenyang. 1. Kondisi ibu saat ini baik dan ibu sudah tidak mengalami payudara penuh. 2. Ibu sudah melakukan perawatan payudara setiap hari. 3.Ibu sudah melakukan pengeluaran ASI pada saat payudara masih terasa penuh setelah menyusui
  • 87. 76 3. Ibu menga takan melahirkan tanggal 09- 04-2015 pukul 06.30 WIB DO: Keadaan umum:Baik Kesadaran: Compos mentis TTV: TD:100/70 mmhg, T:36,6O C, N:80x/i, RR:22 x/i, Payudara teraba lembek setelah ibu menyusui dan payudarann ya tidak penuh lagi 3 Ibu mengatakan melahirkan tanggal 09- 04-2015 pukul 06.30 WIB DO: Payudara teraba lembek setelah ibu menyusui bayinya Masalah: Tidak ada masih terasa penuh setelah menyusui bayinnya sampai kenyang. 4. Tanyakan kembali pada ibu tentang cara penyim panan ASI dan cara Mencairkan ASI yang beku 5.Lihat posisi ibu saat meyusui 6. Tanyakan kembali pada ibu apakah tetap memberi ASI pada bayinya sesering mungkin dan tanpa jadwal dan apakah ibu 4. Menanyakan kembali pada ibu tentang cara penyimpanan ASI dan cara Mencairkan ASI yang beku 5. Melihat posisi ibu saat menyusui bayinya. 6. Menanyakan kembali pada ibu apakah ibu tetap memberi ASI pada bayinya sesering mungkin tanpa jadwal dan mengganti penggunaan dot dengan sendok atau pipet agar bayi tidak mengalami bingung puting bayinnya sampai kenyang dan menyimpannya dalam lemari es 4.Ibu dapat menerapkan penyimpanan ASI yang benar dalam kehidupan sehari- hari. 5.Ibu sudah dapat menyusui bayinnya dengan baik dan benar. 6. Ibu sudah memberikan ASI sesering mungkin pada bayinnya tanpa jadwal dan sudah tidak memberikan susu
  • 88. 77 bayinya Pengeluaran pervaginam Lochea sanguilenta TFU : Pertengahan pusat dan simpisis Kebutuhan: Tidak ada masih memberikan susu formula atau tidak pada bayinnya. 7. Tanyakan kembali pada ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi. 8. Tanyakan kembali pada ibu tentang cara menjaga kebersihan dirinya 9. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang. 7. Menanyakan kembali pada ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi selama masa nifas 8. Menanyakan kembali pada ibu tentang cara menjaga kebersihan dirinya. 9. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu yang akan datang, sesuai jadwal yang telah formula pada bayinnya, ibu mengatakan memberikan ASI pada bayi dengan sendok atau pipet pada saat ibu sedang pergi. 7. Kebutuhan nutrisi ibu sudah tecukupi karena ibu tidak mempunyai pantangan makanan apapun. 8. Genetalia ibu tampak bersih lokhea sanguelenta, tidak berbau dan tidak ada tanda-tanda infeksi. 9. Ibu bersedia kunjungan ulang sesuai dengan
  • 89. 78 10.Dokumentasikan hasil pemeriksaan ditentukan atau terdapat keluhan dan memastikan involusi uterus berjalan normal, menilai tanda – tanda demam , infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan memberikan konseling mengenai asuhan pada bayi. 10. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang di berikan. yang dianjurkan 10. Semua hasil pemeriksaan dan asuhan telah di dokumentasikan
  • 90. 79 BAB IV PEMBAHASAN Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny.N umur 23 Tahun P2A0 post partum hari ke 3 dengan payudara penuh di dapatkan hasil sebagai berikut: 4.1 Pengkajian Pada pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang keadaan pasien. Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian pada ibu nifas pada Ny.N Umur 23 Tahun P2A0 post partum hari ke 3 dengan payudara penuh. 4.1.1 Data Subjektif 4.1.1.1 Nama a. Menurut tinjauan teori Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari- hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010 ; h. 131). b. Menurut tinjauan kasus Dalam study kasus ini nama ibu berinisial Ny.N c. Pembahasan Dalam kasus ini tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena Ny.N memiliki nama jelas yang dapat membedakan dengan klien yang lain sehingga terhindar dari kekeliruan dalam memberikan penanganan.
  • 91. 80 4.1.1.2 Umur a. Menurut Tinjauan Teori Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat - alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010; h.131) b. Menurut tinjauan kasus Pada kasus ini Ny.N berumur 23 tahun c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus ini tidak ada kesenjangan karena pada kasus ini, Ny.N berumur 23 tahun dan Ny.N dalam kategori usia reproduksi dan pada kasus ini ibu tidak mengalami tanda-tanda bahaya masa nifas ibu hanya mengalami payudara penuh yang diakibatkan karena bayi malas menyusu dan ibu memberikan susu formula. 4.1.1.3 Agama a. Tinjauan teori Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010; h.132). b. Tinjauan kasus Ny.N menganut agama islam
  • 92. 81 c. Pembahasan Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena pada kasus ini Ny.N menganut agama islam sehingga dapat memudahkan untuk membimbing pasien dalam berdoa. 4.1.1.4 Suku a. Tinjauan teori Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010; h.132). b. Tinjauan kasus Ny.N bersuku bangsa lampung c. Pembahasan Dalam kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena Ny.N tidak memiliki kebiasaan adat istiadat yang berpengaruh terhadap masa nifasnya seperti tidak boleh mengkonsumsi makanan yang berbau amis (ikan, udang, telur, dll). 4.1.1.5 Pendidikan a. Tinjauan Teori Pengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010; h.132).
  • 93. 82 b. Tinjauan Kasus Pendidikan terakhir Ny.N adalah SMA c. Pembahasan Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena Ny.N berpendidikan terakhir SMA sehingga pada saat penulis memberikan konseling kepada ibu, ibu dapat mudah mengerti hal ini sejalan dengan teori, dimana pendidikan SMA termasuk dalam kategori sedang sehingga dalam menerima informasi ibu lebih mudah mengerti 4.1.1.6 Pekerjaan a. Tinjauan Teori Pengkajian pekerjaan dilakukan untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini berpengaruh juga terhadap gizi pasien tersebut. (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010,;h.132) b. Tinjauan kasus Pekerjaan Ny.N sebagai karyawan swasta dan suami Ny.N bekerja sebagai pedagang. c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan. Meskipun Ny.N hanya bekerja sebagai karyawan swasta namun pemenuhan nutrisi dan kebutuhan sehari-hari Ny.N terpenuhi di karenakan di dukung oleh penghasilan suami Ny.N yang bekerja sebagai pedagang.
  • 94. 83 4.1.1.7 Alamat a. Tinjauan teori Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010 ; h. 132). b. Tinjauan kasus Alamat rumah Ny.N adalah desa sukadanaham tugu duren tanjung karang barat Bandar lampung. c. Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena Ny.N memiliki alamat rumah yang lengkap untuk mempermudah dalam melakukan kunjungan rumah bila diperlukan. 4.1.1.8 Keluhan Utama a. Tinjauan Teori Perlu dibedakan antara payudara bengkak dengan payudara penuh. Pada payudara bengkak : payudara odem, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam. Sedangkan pada payudara penuh : payudara terasa berat, panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada demam (vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011; h.40)
  • 95. 84 b. Tinjauan Kasus Pada kasus Ny.N mengatakan merasakan berat, panas, keras, kencang,dan terasa penuh di payudaranya c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena sesuai dengan teori gejala dari payudara penuh adalah payudara terasa penuh, teraba keras, dan berat. 4.1.1.9 Riwayat kesehatan a. Tinjauan teori a) Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adannya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM, hipertensi, dan asma yang dapat mempengaruhi masa nifas. b) Riwayat kesehatan sekarang Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adannya pengaruh penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinnya. c) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adannya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinnya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainnya (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010;h.133).
  • 96. 85 b. Tinjauan kasus Pada kasus ini Ny.N tidak mempunyai riwayat penyakit baik itu pada masa lalu, saat ini, ataupun keturunan. c. Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan kteori dan tinjauan kasus karena Ny.N tidak memiliki riwayat penyakit yang berpengaruh terhadap masa nifas sehinnga memperkecil kemungkinan adannya komplikasi pada masa nifas. 4.1.1.10 Riwayat obstertri a. Tinjauan teori a) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu. b) Riwayat persalinan sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi : PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bias berpengaruh pada masa nifas saat ini eni retna ambarwati dan diah wulandari (, 2010;h.133) b. Tinjauan kasus Pada kasus ini riwayat persalinan dan nifas Ny.N melahirkan pada tanggal 9 april 2015 pukul 06.30 WIB, jenis persalinan
  • 97. 86 spontan, PB : 50 cm, BB : 4100 gram, penolong persalinan oleh bidan. c. Pembahasan Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan dimana Ny.N melahirkan pada tanggal 9 april 2015 pukul 06.30 WIB, jenis persalinan spontan, PB 50 cm, BB 4100 gram, penolong persalinan bidan. 4.1.1.11 Riwayat KB a. Tinjauan teori Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah mas nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010;h.134). b. Tinjauan kasus Ibu mengatakan sebelumnya menggunakan KB suntik 3 bulan. c. Pembahasan Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena Ny.N sebelumnya menggunakan KB suntik 3 bulan dan berencana menggunakan KB suntik 3 bulan setelah masa nifas selesai.
  • 98. 87 4.1.1.12 Nutrisi a. Tinjauan Teori Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak dan vitamin serta mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kira-kira 8-12 gelas/hari (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010;h.27). Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. (vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011 ; h.71). b. Tinjauan Kasus Ny.N makan 3 kali sehari dengan menu 1 porsi nasi, sayur (sayur bayam dan katuk), lauk (ikan dan tempe), buah dan susu c. Pembahasan Menurut tinjauan teori dan tinjauan kasus di atas tidak terdapat kesenjangan karena Ny.N dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dengan baik dan ibu tidak mempunyai pantangan. 4.1.1.13 Eliminasi a. Tinjauan Teori Miksi normal bila dapat BAK spontan 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena spingter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo spingter ani
  • 99. 88 selama persalinan atau dikarenakan odem kandung kemih selama persalinan. Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila mengalami kesulitan BAB, lakukan diet teratur, cukup cairan, konsumsi makanan berserat, olahraga, berikan obat rangsangan per oral atau per rectal atau klisma bila mana perlu (damai yanti dan dian sundawati, 2011; h. 83). b. Tinjauan Kasus Pola eliminasi Ny.N BAB : ibu mengatakan belum BAB setelah 3 hari melahirkan ibu BAB pada hari ketiga setelah melahirkan. BAK : 4-5 x/hari,wana kuning jernih bau khas urine c. Pembahasan Menurut tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena pola eliminasi Ny.N tidak ada hambatan, Meskipun Ny.N belum dapat BAB setelah 3 hari melahirkan dan sesuai teori BAB di anggap normal setelah post partum yaitu 3-4 hari. Hal ini disebabkan karena pada saat proses persalinan terdapat penekanan pada colon. 4.1.1.14 Istirahat a. Tinjauan Teori Pasien juga perlu diingatkan untuk selalu tidur siang atau istirahat selagi bayinya tidur. Kubutuhan istirahat bagi ibu
  • 100. 89 menyusui minimal 8 jam sehari yang dapat dipenuhi melalui istirahat siang dan malam. (Ari sulistyawati, 2009; h. 103) b. Tinjauan kasus Ny.N tidur 6 sampai 8 jam pada malam hari dan 1-2 jam pada siang hari. c. Pembahasan Menurut tinjauan teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan karena Ny.N tidur malam selama 6 sampai 8 jam dan siang hari 1-2 jam, menurut teori istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam perhari. 4.1.1.15 Personal hygiene a. Tinjauan teori Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman, kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan (damai yanti dan dian sundawati, 2011;h.83). b. Tinjauan kasus Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 1 hari sekali, ganti baju 1x/hari, ganti pakaian dalam setiap kali terasa kotor dan lembab. c. Pembahasan Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena Ny.N melakukan kebersihan diri dengan baik.
  • 101. 90 4.1.1.16 Pola seksual a. Tinjauan teori Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan 1 atau 2 jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri, dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan maka aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap (vivian nanny lia dewi dan tri sunarsihi, 2011; h.77) b. Tinjauan kasus Ibu mengatakan saat ini belum melakukan hubungan suami istri. c. Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena Ny.N belum melakukan hubungan seksual disebabkan dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu. 4.1.2 Data Objektif 4.1.2.1 Pemeriksaan tanda-tanda vital a. Tekanan Darah a) Tinjauan Teori Tekanan darah normalnya adalah sistolik 90 – 120 dan diastolnya 60 – 80 mmHg. Tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
  • 102. 91 perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda pre eklampsia post partum. (ai ye ye rukiyah, 2011; h. 69) b) Tinjauan Kasus Pada kasus ini tekanan darah Ny.N normal yaitu 100/70 mmHg c) Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena Tekanan darah Ny.N 100/70 mmHg. Dan menurut teori tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg dan tekanan darah Ny.N dalam batas normal tidak mengalami peningkatan. 4.1.2.2 Nadi a. Tinjauan teori Berkisar antara 60 – 80 x/menit denyut nadi di atas 100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebih. (eni retna ambarwati dan diah wulandari, 2010; h.138) Tinjauan Kasus Pada kasus ini nadi Ny.N yaitu 80 kali/ menit