1. 1
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TERHADAP NY.M UMUR 26
TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 10 MINGGU 6 HARI DENGAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I DI BPM
NURHASANAH TELUK BETUNG SELATAN
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
NAMA : NURUL AMALIA
NIM : 201207173
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
JUNI 2015
2. 2
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TERHADAP NY.M UMUR 26
TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 10 MINGGU 6 HARI DENGAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I DI BPM
NURHASANAH TELUK BETUNG SELATAN
BANDAR LAMPUNG
TAHUNN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Kebidanan
NAMA: NURUL AMALIA
NIM : 201207173
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
JUNI 2015
i
3. 3
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 29 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Puspita Dewi, S.ST M.Kes Eka Ayu Septiana, S.ST
NIK. 2015021052 NIK.31008024
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH
NIK.2011041008
ii
4. 4
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TERHADAP NY.M UMUR 26
TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 10 MINGGU 6 HARI DENGAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I DI BPM
NURHASANAH TELUK BETUNG SELATAN
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Nurul Amalia, Puspita Dewi S.ST., M.Kes, Eka Ayu Septiana S.ST
INTISARI
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil. Hal
tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan
membaik pada usia kehamilan 20 minggu. Mual muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-
60% multigravida. 1 dari 1000 kehamilan, gejala-gejala ini lebih berat. Faktor psikologik memegang
peranan yang penting pada penyakit ini. Pada ibu yang mengalami hyperemesis gravidarum dapat
diberikan isolasi, pengobatan psikologis, pemberian cairan pengganti, pemberian obat dan konseling.
Berdasarkan hasil Pra Survey di BPM Nurhasanah Teluk Betung Selatan pada tanggal 04 April 2015
terdapat 1 orang ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum tingkat I yaitu Ny. M Umur 26 tahun
G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 6 hari.
Tujuan dilakukannya penelitian ini agar peneliti dapat melakukan asuhan sesuai
standard kebidanan. Metode penelitian deskriftif. Subjek penelitian ibu hamil. Objek penelitian
hiperemesis gravidarum. Tempat penelitian, BPM Nurhasanah Teluk Betung Selatan. Kesimpulan
hasil penelitian, penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil terhadap Ny. M umur 26
tahun G1P0A0 dengan hiperemesis gravidarum.
Saran utama, tenaga kesehatan hendaknya meningkatkan pelayanan yang berkualitas sesuai standar
tanpa merugikan pasien. Ibu hamil hendaknya dapat mengatasi masalah yang di alami.
Kata Kunci : Hiperemesis Gravidarum
Kepustakaan : 18
Jumlah halaman : 122
iii
5. 5
CURRICULUM VITAE
Nama : Nurul Amalia
NIM : 201207173
Tempat/Tanggal Lahir : Gedong Tataan, 28 November 1994
Alamat : Jln. Raya Penengahan No.439 Dusun Penengahan,
Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran,
Lampung
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : VII (Tujuh)
Biografi
1. TK PERTIWI Gedong Tataan, Tahun 1999-2000
2. SD N 2 Gedong Tataan, Tahun 2000-2006
3. SMP N 1 Gedong Tataan, Tahun 2006-2009
4. SMA N 1 Gedong Tataan, Tahun 2009-2012
5. Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung, Tahun 2012-sekarang
iv
6. 6
M O T T O
Memulai dengan penuh keyakinan
Menjalankan dengan penuh keikhlasan
Menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan
( Nurul Amalia )
v
7. 7
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, dan dibalik
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak lupa penulis memberikan persembahan
kepada orang-orang yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung
1. Terimakasih untuk keluarga besar tercinta yang selalu memberikan semangat,
do’a, serta kasih sayang yang selalu menjadi motivasi terbesar khususnya untuk
Ayahku Nurwawi dan mamaku Tatu Masyitoh. Terimakasih atas segala Do’a
yang tak henti-hentinya mengalir dalam diriku
2. Terimakasih untuk pembimbing Akademik yang selalu sabar dalam membimbing
3. Terimakasih untuk Almamaterku AKBID ADILA Bandar Lampung yang
menjadi tempatku dalam menimba ilmu selama tiga tahun ini
4. Serta teman-teman Angkatan ke-Tujuh AKBID ADILA,terimakasih untuk waktu
yang berarti selama ini yang selalu mengisi hari-hariku. Segala canda, tawa,
tangis serta cerita akan abadi dalam hati
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
partisipasi dan dukungan selama penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
vi
8. 8
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-NYA
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Hamil Terhadap Ny.M Umur 26 Tahun G1P0A0 Usia Kehamilan
10 Minggu 6 Hari Dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat I Di BPM Nurhasanah
Teluk Betung Selatan Bandar Lampung Tahun 2015”.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Wazni Adila, M.PH selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung
2. Ibu Hendrayani, S.ST., M.Kes selaku Pembimbing I Karya Tulis Ilmiah
3. Ibu Anggi Novita Dewi, S.ST selaku Pembimbing II Karya Tulis Ilmiah
4. Bidan Nurhasanah, Amd.Keb sebagai Pemilik BPM tempat penulis mengambil
penelitian
5. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak.
Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan bagi pembaca.
Wassalamualaikum.Wr. Wb
Bandar Lampung, Juni 2015
Penulis
vii
9. 9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................ ii
INTISARI........................................................................................... iii
CURRICULUM VITAE.................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................. v
PERSEMBAHAN .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR........................................................................ vii
DAFTAR ISI ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………… . x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1 LatarBelakang .......................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah .................................................................... 4
1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4
1.3.1 TujuanUmum................................................................. 4
1.3.2 TujuanKhusus................................................................ 4
1.3 RuangLingkup........................................................................ 6
1.4 ManfaatPenelitian................................................................... 6
1.6 Metodelogi Dan TehnikMemperoleh Data ............................. 7
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................. 10
2.1 TinjauanTeoriMedis ................................................................ 10
2.2 Teori ManajemenKebidananMenurut Varney .......................... 48
2.3 Teori Landasan Hukum ........................................................... 76
BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................... 79
3.1 Pengkajian............................................................................... 79
BAB IV PEMBAHASAN................................................................... 89
4.1 Pengkajian................................................................................ 89
4.2 Interpretasi Data Dasar............................................................. 104
4.3 Identifikasi DiagnosaMasalah Potensial.................................... 108
4.4 Tindakan Segera Atau Kolaborasi ............................................ 109
4.5 Perencanaan ............................................................................. 110
4.6 Pelaksanaan.............................................................................. 113
4.7 Evaluasi .................................................................................... 116
viii
10. 10
BAB V PENUTUP ............................................................................. 119
5.1 Kesimpulan.............................................................................. 119
5.2 Saran ....................................................................................... 122
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
12. 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1 : Surat Izin Permohonan Pengambilan Data dan Serta Melakukan
Asuhan
Lampiran 2 : Surat Balasan Pengambilan Data Serta Melakukan Asuhan
Lampiran 3 : Matriks
Lampiran 4 : Jadwal Penelitian
Lampiran 5 : SAP
Lampiran 6 : Leaflet
Lampiran 7 : Lembar Konsul
Lampiran 8 : Dokumentasi
xi
13. 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Proses kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah. Hal ini
perlu diyakini oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, sehingga ketika
memberikan asuhan kepada pasien, pendekatan yang dilakukan lebih cenderung
kepada bentuk pelayanan promotif. Realisasi yang paling mudah dilaksanakan
adalah pelaksanaan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien
dengan materi-materi mengenai pemantauan kesehatan ibu hamil dan
penatalaksanaan ketidaknyamanan selama hamil (Ari Sulistyawati, 2011;h.2).
Pembagian kehamilan dibagi dalam 3 trimester: trimester pertama,
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (1-12 minggu); trimester kedua dari bulan
keempat sampai 6 bulan (13-28 minggu); trimester ketiga dari bulan ketujuh
sampai 9 bulan (29-42 minggu) (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti,
2009;h.2).
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang
wajar dan sering muncul pada kehamilan trimester 1. Mual biasanya terjadi
pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul pada malam hari atau setiap saat.
Gejala-gejala seperti ini biasanya akan timbul kurang lebih 6 minggu setelah
hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
14. 2
Perasaan mual disebabkan karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan
HCG dalam serum. Pada umumnya seorang wanita hamil dapat menyesuaikan
dengan keadaan ini. Meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat
dapat berlangsung sampai 4 bulan dimana pekerjaan sehari-hari menjadi
terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut
dengan hiperemesis gravidarum (Ina Kuswanti, 2014;h.153).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan yang terjadi
pada wanita hamil. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai
kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik pada usia kehamilan 20
minggu (Nengah Runiari, 2010;h.8).
Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini,
rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi
tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran
hidup. Kurangnya penerimaan terhadap kehamilan dinilai memicu perasaan
mual dan muntah ini. Pada waktu hamil muda, kehamilan dinilai tidak
diharapkan, apakah karena kegagalan kontrasepsi ataupun karena hubungan
diluar nikah. Hal ini bisa memicu penolakan ibu terhadap kehamilannya
tersebut (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti, 2010;h.119).
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu
akan kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah
15. 3
dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumini aspirasi,
robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabkan peredaran
ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan
pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak
terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran
darah janin berkurang. Pada bayi, jika hipermemesis ini terjadi hanya di awal
kehamilan tidak berdampak selalu serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu
menderita hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami
BBLR, IUGR, prematur hingga terjadi abortus (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia
Yulianti, 2010;h.128).
Mual muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida. 1 dari 1000 kehamilan, gejala-gejala ini lebih berat. Perasaan
mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya hormon estrogen dan HCG
dalam serum. Pengaruh fisiologis kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin
karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang (Sarwono
Prawirohardjo, 2006;h.275).
Dari hasil pra survey di BPM Nurhasanah pada tanggal 4 april 2015
didapatkan pasien Ny. M usia 26 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 6
hari dengan hiperemesis gravidarum tingkat I.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
mengambil judul ”Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Terhadap Ny. M usia 26
tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 6 hari dengan hiperemesis gravidarum
16. 4
tingkat I di BPM Nurhasanah Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung Tahun
2015”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan latar belakang di atas maka rumusan masalah studi
kasus ini adalah ”Bagaimanakah penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu
hamil terhadap Ny. M usia 26 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 6 hari
dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di BPM Nurhasanah Teluk Betung
Selatan, Bandar Lampung tahun 2015?”.
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum tingkat I di BPM Nurhasanah sesuai dengan
standar yang berlaku dengan menggunakan pendekatan manajemen
varney.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Penulis mampu melaksanakan pengkajian data dasar terhadap
Ny. M umur 26 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 6 hari
dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di BPM Nurhasanah.
1.3.2.2 Penulis mampu menentukan interpretasi data untuk
mengidentifikasi diagnosa masalah serta kebutuhan terhadap Ny.
17. 5
M umur 26 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 6 hari
dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di BPM Nurhasanah.
1.3.2.3 Penulis mampu menentukan identifikasi masalah potensial dan
mengantisipasi penanganan pada asuhan kebidanan terhadap Ny.
M umur 26 tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 6 hari
dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di BPM Nurhasanah.
1.3.2.4 Penulis mampu melaksanakan tindakan segera pada asuhan
kebidanan terhadap Ny. M umur 26 tahun G1P0A0 usia
kehamilan 10 minggu 6 hari dengan hiperemesis gravidarum
tingkat I di BPM Nurhasanah.
1.3.2.5 Penulis mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
pada asuhan kebidanan terhadap Ny. M umur 26 tahun G1P0A0
usia kehamilan 10 minggu 6 hari dengan hiperemesis gravidarum
tingkat I di BPM Nurhasanah.
1.3.2.6 Penulis mampu melaksanakan rencana asuhan yang efisien dan
aman pada asuhan kebidanan terhadap Ny. M umur 26 tahun
G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 6 hari dengan hiperemesis
gravidarum tingkat I di BPM Nurhasanah.
1.3.2.7 Penulis mampu mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah
diberikan terhadap Ny. M umur 26 tahun G1P0A0 usia kehamilan
10 minggu 6 hari dengan hiperemesis gravidarum tingkat I di
BPM Nurhasanah.
18. 6
1.4 RUANG LINGKUP
1.4.1 Sasaran
Peneliti ini mengambil sasaran yaitu seorang ibu hamil yang mengalami
hiperemesis gravidarum tingkat I yaitu Ny. M pada tanggal 4 april 2015
di BPM Nurhasanah Teluk Betung.
1.4.2 Tempat
Penelitian dilakukan di BPM Nurhasanah dan dilanjutkan di kediaman
Ny. M di Gudang Lelang, Teluk Betung Selatan.
1.4.3 Waktu
Asuhan ini dilaksanakan selama 14 hari sejak tanggal 4 sampai dengan
17 April 2015.
1.5 MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat penulisan kasus diatas adalah :
1.5.1 Bagi Institusi
Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang
Diploma III Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dan sebagai
bahan acuan atau pedoman untuk penulisan Studi Kasus selanjutnya.
1.5.2 Bagi Lahan Praktik
Studi kasus ini di harapkan dapat dijadikan gambaran informasi serta
bahan untuk meningkatkan manajemen kebidanan yang diterapkan
dilahan praktik.
19. 7
1.5.3 Bagi Pasien
Diharapkan dengan asuhan kebidanan yang diberikan ibu dapat
mengatasi masalah yang ibu alami yaitu hiperemesis gravidarum.
1.6 METODOLOGI PENELITIAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1.6.1 Metode Penelitian
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode
penelitian deskriptif, dilakukan terhadap sekumpulan objek yang
biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk
kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Pada umumnya
survei deskriftif digunakan untuk membuat penelitian terhadap suatu
kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang,
kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan
program tersebut (Soekidjo Notoatmodjo, 2012;h.35).
1.6.2 Teknik Memperoleh Data
Data Primer
1.6.2.1 Anamnesa
Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data
tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.
20. 8
Anamnesis dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai
berikut:
a. Auto Anamnesa
Adalah anamnesa yang dilakukan kepada pasien langsung.
Jadi data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung
dari sumbernya.
b. Allo Anamnesa
Adalah anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien
untuk memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada
keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi
untuk memberikan data yang akurat (Ari Sulistyawati,
2011;h.166).
1.6.2.2 Pengkajian Fisik
Pemeriksaan fisik lengkap perlu dilakukan pada kunjungan awal
wanita hamil untuk memastikan apakah wanita hamil tersebut
mempunyai abnormalitas medis atau penyakit (Ummi Hani, et
All.2011;h.90).
Data Sekunder
1.6.2.3 Studi Pustaka
Bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam
menunjang latar belakang teoritis suatu penelitian. Telah kita
ketahui bersama bahwa didalam perpustakaan tersimpan
21. 9
berbagai disiplin ilmu. Dari buku-buku, laporan-laporan
penelitian, majalah ilmiah, jurnal, dan sebagainya kita dapat
memperoleh berbagai informasi, baik berupa teori-teori,
generalisasi, maupun konsep yang telah dikemukakan oleh
berbagai ahli(Soekidjo Notoatmodjo, 2005;h.63).
1.6.2.4 Studi Dokumentasi
Yang dimaksud dengan sumber informasi dokumenter pada
dasarnya adalah semua bentuk sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumen, baik dokumen-dokumen resmi
maupun tidak resmi. Dokumen resmi adalah semua bentuk
dokumen baik yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan, yang
ada dibawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan,
statistik, catatan-catatan di dalam kartu klinik, dan sebagainya.
Sedangkan dokumen tidak resmi ialah segala bentuk dokumen
yang berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang badan
atau instansi tidak resmi atau perorangan, seperti biografi,
catatan harian, dan semacamnya (Soekidjo Notoatmodjo,
2005;h.62).
22. 10
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori Medis
2.1.1 Kehamilan
2.1.1.1 Pengertian Kehamilan
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung
dan terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum,
konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,
pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm(Ida Ayu Chandranita Manuaba, et All 2010;h.75).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam kurun waktu 40 minggu atau 10
bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu
berlangsung dalm 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu
23. 11
(minggu ke-28 hingga ke-40) (Sarwono Prawiroharjo,
2010;h.213).
Proses terjadinya kehamilan :
a. Konsepsi
Konsepsi adalah pertemuan antara ovum matang dan sperma
sehat yang memungkinkan terjadinya kehamilan. Konsepsi ini
dapat terjadi jika terpenuhi beberapa kriteria, yaitu sebagai
berikut:
1. Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi
wanita yang tepat.
2. Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada
saat ovulasi.
3. Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan
sehat selama ejakulasi.
4. Tidak ada barrier atau hambatan yang mencegah sperma
mencapai, melakukan penetrasi, dan sampai akhirnya
membuahi ovum.
Agar terjadi kehamilan sebaiknya senggama dilakukan
sebelum tepat dihari wanita ovulasi karena sperma dapat hidup
sampai tiga hari di dalam vagina, sedangkan ovum hanya
bertahan 12-24 jam setelah dikeluarkan dari ovarium (ovulasi).
24. 12
Kapan wanita mengalami ovulasi dapat dikenali melalui
bentuk cairan vagina yang keluar. Jika terlihat bening, banyak
dan licin, maka kemungkinan besar wanita dalam keadaan
subur, cairan vagina secara bertahap akan menjadi kental dan
berwarna putih keruh setelah melewati masa ovulasi. Selain
mengamati karakter cairan vagina, ovulasi dapat juga
diprediksi melalui penghitungan siklus menstruasi. Wanita
mengalami ovulasi pada hari ke-12 sampai ke-14 siklus
menstruasi, namun cara ini kurang dapat digunakan pada
wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur.
Diperkirakan ada 300 juta sperma yang dikeluarkan saat
ejakulasi dan yang dapat ditampung oleh bagian belakang
vagina, namun dalam perjalanannya hanya beberapa ribu saja
yang dapat mencapai tuba falopii. Lingkungan vagina yang
asam dan adanya daya fagosit dari uterus membuat sebagian
besar sperma tidak mampu untuk bertahan hidup, yang
akhirnya dikeluarkan lagi melalui vagina.
b. Fertilisasi
Merupakan kelanjutan dari proses konsepsi, yaitu sperma
bertemu dengan ovum, terjadi penyatuan sperma dan ovum,
25. 13
sampai dengan terjadi perubahan fisik dan kimiawi ovum-
sperma hingga menjadi buah kehamilan.
Berikut ini adalah fase-fase dalam konsepsi sampai dengan
fertilisasi.
1. Sperma memasuki vagina
Sperma diejakulasikan di forniks vagina saat koitus, menuju
ke ampula tuba sebagai tempat fertilisasi.
2. Proses kapasitasi
Sperma mengalami perubahan biokimiawi agar lebih kuat
untuk mencapai ampula tuba .
3. Reaksi akromosom
Sperma mengadakan pengeluaran cairan hyaluronidase dan
tripsin agar bisa menembus lapisan oosit/ovum.
4. Sperma memasuki zona pellusida dan corona radiata
Zat yang dikeluarkan melalui reaksi akromosom akan
mengencerkan corona radiata dan zona pellusida.
5. Reaksi granula kortikal
Granula kortikol merupakan sel-sel granulose yang berada
disekitar oosit yang akan menutup setelah satu buah sperma
masuk kedalam oosit, sehingga mencegah sperma yang lain
untuk masuk.
26. 14
6. Fertilisasi
a) Kepala sperma membesar dan inti sel sperma
membentuk pronukleus pria.
b) Inti sel ovum membentuk pronukleus wanita.
c) Kedua pronukleus berfusi
Dalam proses ini akhirnya kedua pronukleus bersatu
dan membentuk zigot yang terdiri atas bahan genetik
dari wanita dan pria. Dalam beberapa jam setelah
konsepsi, mulailah terjadi proses pembelahan zigot.
Segera setelah pembelahan terjadi maka pembelahan-
pembelahan selanjutnya akan berjalan dengan lancar
dan akhirnya dalam waktu tiga hari terbentuk suatu
kelompok sel-sel yang sama besarnya, disebut morulla.
Proses selanjutnya adalah perubahan morrula menjadi
Blastula. Hasil konsepsi tiba di dalam kavum uteri pada
tingkat Blastula.
c. Implantasi (Nidasi)
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi
kedalam endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu simpai,
disebut trofoblast, yang mampu menghancurkan atau
mencairkan jaringan. Ketika Blastula mencapai rongga rahim,
jaringan endometrium berada dalam fase sekresi. Jaringan
27. 15
endometrium ini banyak mengandung nutrisi untuk buah
kehamilan.
Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner cell
mass) akan mudah masuk kedalam desidua, menyebabkan luka
kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi.
Itulah sebabnya kadang-kadang pada saat nidasi terjadi sedikit
perdarahan akibat luka desidua yang disebut dengan tanda
hartman. Umumnya nidasi terjadi pada dinding depan atau
belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri.
Bila nidasi telah terjadi, dimulailah diferensiasi sel-sel Blastula.
Sel-sel lebih kecil yang terletak dekat ruang exocoeloma
membentuk endoterm dan yolk sac, sedangkan sel-sel yang
lebih besar menjadi endoterm dan membentuk ruang amnion.
Terbentuklah suatu lempeng embrional diantara amnion dan
yolk sac.
Sel-sel trofoblast mesodermal yang tumbuh di sekitar mudigah
akan melapisi bagian dalam trofoblast, sehingga terbentuklah
sekat korionik yang kelak menjadi korion. Sel-sel trofoblast
tumbuh menjadi 2 lapisan, yaitu sititrofoblast(sebelah dalam)
dan sinsiotrofoblast(sebelah luar).
28. 16
Vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh
bercabang-cabang dan disebut sebagai korion frondosum,
sedangkan yang berhubungan dengan desidua kapsularis
(korion leave) kurang mendapatkan makanan sehingga akhirnya
menghilang. Dalam peringkat nidasi trofoblast dihasilkan
hormon human chorionic gonadotropin (HCG) (Ari
Sulistyawati, 2011;h.35-37).
2.1.1.2 Perubahan Anatomi Dan Fisiologi
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita
mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam
perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin,
esterogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada
bagian-bagian tubuh dibawah ini:
a. Sistem Reproduksi
1. Vulva dan Vagina
Akibat pengaruh hormon esterogen, vagina dan vulva
mengalami perubahan pula. Sampai minggu ke 8 terjadi
hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak
29. 17
lebih merah, agak kebiruan (lividae), tanda ini disebut tanda
chadwick. Warna portiopun tampak lividae.
2. Serviks Uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan
karena hormon esterogen. Jika korpus uteri mengandung
lebih banyak jaringan otot, maka servik ini banyak
mengandung kolagen. Akibat kadar esterogen dan dengan
adanya hipervaskularisasi serta meningkatnya suplai darah
maka konsistensi serviks menjadi lebih lunak yang disebut
tanda goodell.
3. Perubahan Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah
pengaruh hormon esterogen dan progesteron. Hipertrofi otot
polos uterus dan serabut-serabut kolagen yang adapun
menjadi higroskopik akibat meningkatnya hormon esterogen
sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin (Ina
Kuswanti, 2014;h.79-80).
30. 18
Tabel 2.1 TFU
Usia Kehamilan
(Minggu)
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
12 3 jari diatas simfisis
16 Pertengahan pusat-simfisis
20 3 jari di bawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari diatas pusat
32 Pertengahan pusat-processus xypoideus
36 3 jari dibawah processus xypoideus
40 Pertengahan pusat-processus xypoideus
(Ari Sulistyawati, 2011;h.60)
b. Sistem Endokrin
Selama siklus menstruasi normal, hipofisis anterior
memproduksi LH dan FSH. Follicle stimulating hormone (FSH)
merangsang folikel de graaf untuk menjadi matang dan
berpindah kepermukaan ovarium dimana ia di lepaskan.Folikel
yang kosong dikenal sebagai korpus luteum dirangsang oleh LH
untuk memproduksi progesteron. Progesteron dan esterogen
merangsang poliferasi dari desidua (lapisan dalam uterus) dalam
upaya mempersiapkan implantasi jika kehamilan terjadi.
Plasenta yang terbentuk secara sempurna dan berfungsi 10
minggu setelah pembuahan terjadi, akan mengambil alih tugas
korpus luteum untuk memproduksi esterogen dan progesteron
(Ari Sulistyawati, 2011;h.66).
31. 19
c. Sistem Perkemihan
Pada awal-awal kehamilan, kandung kencing tertekan sehingga
sering timbul kencing. Keadaan ini akan hilang dengan tuanya
kehamilan jika uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Laju
filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada
kehamilan. Ginjal wanita harus mengakomodasi tuntutan
metabolisme dan sirkulasi tubuh ibu yang meningkat dan juga
mengeksresi produk sampah janin. Fungsi ginjal berubah karena
adanya hormon kehamilan, peningkatan volume darah, postur
wanita, aktivitas fisik dan asupan makanan.
d. Sistem Pencernaan
Perubahan rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena adanya
perubahan lambung dan aliran balik asam lambung ke
esophagus bagian bawah. Produksi asam lambung menurun.
Sering terjadi mual dan muntah karena pengaruh HCG, tonus
otot-otot traktus digestivus menurun sehingga motilitas seluruh
traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada
dilambung dan apa yang dicerna lebih lama berada dalam usus.
Saliva atau pengeluaran air liur berlebihan daripada biasanya.
Hipersaliva sering terjadi sebagai kompensasi dari mual dan
muntah yang terjadi.
32. 20
e. Sistem Muskuloskeletal
Pada trimester I tidak banyak perubahan pada muskuloskeletal.
Akibat peningkatan hormon esterogen dan progesteron, terjadi
relaksasi dari jaringan ikat, kartilago dan ligamen dalam tubuh
yang menyebabkan peningkatan mobilitas dari sambungan atau
otot terutama otot pada pelvic.
Bersamaan dengan membesarnya ukuran uterus menyebabkan
perubahan yang drastis pada kurva tulang belakang. Perubahan
tersebut dapat meningkatan ketidaknyamanan dan rasa sakit
pada bagian belakang yang bertambah seiring dengan
penambahan umur kehamilan.
f. Sistem Kardiovaskular
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh sirkulasi
ke plasenta, uterus yang membesar pula, mamae dan alat lain
yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume
plasenta maternal mulai meningkat pada saat 10 minggu usia
kehamilan dan terus menerus meningkat sampai 30-34 minggu,
sampai ia mencapai titik maksimum.
Terjadi penurunan hematokrit selama kehamilan normal
sehingga disebut anemia fisiologis. Tekanan darah akan turun
selama 24 minggu pertama kehamilan akibat terjadi penurunan
33. 21
dalam perifer vaskuler resisten yang di sebabkan oleh
peregangan otot halus oleh progesteron. Tekanan sistolik akan
turun sekitar 5-10 mmHg dan diastolik pada 10-15 mmHg.
Selama kehamilam normal cardiac output meningkat sekitar 30-
50% dan mencapai level maksimumnya selama trimester
pertama atau kedua dan tetap tinggi selama persalinan.
g. Sistem Integumen
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat
tertentu, pigmentasi ini disebabkan pengaruh melanophore
stimulating hormone (MSH) yang meningkat. MSH ini adalah
salah satu hormon yang dikeluarkan oleh lobus anterior
hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi,
pipi, hidung, dikenal sebagai cloasma gravidarum. Didaerah
leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama juga diareola
mamae.
Linea alba pada kehamilan menjadi hitam dikenal sebagai linea
nigra. Linea nigra adalah garis pigmentasi dari simfisis pubis
sampai kebagian atas fundus digaris tengah tubuh. Kulit perut
juga tampak seolah-olah retak, warnanya berubah agak
hipermik dan kebiru-biruan disebut striae livide. Setelah partus,
striae livide ini berubah menjadi putih disebut dengan striae
albicans.
34. 22
h. Metabolisme
Sistem metabolisme adalah istilah untuk menunjukan
perubahan-perubahan kimiawi yang terjadi didalam tubuh untuk
pelaksanaan berbagai fungsi vitalnya. Denganterjadinya
kehamilan, metabolisme mengalami perubahan yang mendasar,
di mana perubahan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan
janin dan persiapan memberikan ASI.
i. Sistem Pernafasan
Wanita hamil sering mengeluh sesak nafas dan nafas pendek.
Hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan kearah diafragma
akibat pembesaran rahim, kapasitas vital paru meningkat sedikit
selama hamil. Seorang wanita hamil selalu menggunakan nafas
dada (Ina Kuswanti, 2014;h.84).
j. Payudara
Karena adanya peningkatan suplai darah dibawah pengaruh
aktivitas hormon, jaringan glandular dari payudara membesar
dan puting lebih efektif walaupun perubahan payudara dalam
bentuk yang membesar terjadi pada waktu menjelang
persalinan. Esterogen menyebabkan pertumbuhan tubulus
lactiferous dan ductus juga menyebabkan penyimpanan
lemak.Progesteron menyebabkan tumbuhnya lobus, alveoli
lebih tervaskularisasi dan mampu bersekresi. Hormon
35. 23
pertumbuhan dan glukokortikoid juga mempunyai peranan
penting dalam perkembangan ini. Prolaktin merangsang
produksi kolostrum dan air susu ibu (Nurul Jannah, 2012;h.90).
2.1.1.3 Kebutuhan Ibu Hamil
a. Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusia termasuk
ibu hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi saat hamil
sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen
pada ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang dikandung.
Posisi miring kiri dianjurkan untuk meningkatkan perfusi uterus
dan oksigenisasi fetoplasma dengan mengurangi tekanan pada
vena asenden.
b. Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengadung
nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang
mahal. Gizi waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori
perhari, ibu hamil seharusnya mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein, zat besi dan minum cukup cairan (menu
seimbang).
36. 24
1. Kalori
Di Indonesia kebutuhan kalori untuk orang yang tidak hamil
adalah 2000 Kkal, sedang untuk orang hamil dan menyususi
masing-masing adalah 2300 Kkal dan 2800 Kkal. Kalori
dipergunakan untuk produksi energi. Bila kurang energi
akan di ambil dari pembakaran protein yang mestinya
dipakai untuk pertumbuhan.
Asupan makanan ibu hamil pada triwulan I sering
mengalami penurunan karena menurunnya nafsu makan dan
sering timbul mual muntah, meskipun ibu hamil mengalami
hal tersebut tetapi asupan makanan harus tetap diberikan
seperti biasa.
2. Protein
Protein sangat dibutuhkan untuk perkembangan buah
kehamilan yaitu untuk pertumbuhan janin, uterus, plasenta,
selain itu untuk ibu penting untuk pertumbuhan payudara
dan kenaikan sirkulasi ibu. Bila wanita tidak hamil,
konsumsi protein yang ideal adalah 0,9gram/kg/BB/hari
tetapi selama kehamilan dibutuhkan tambahan protein
hingga 30gram/hari.
37. 25
Protein yang dianjurkan adalah protein hewani seperti
daging, susu, telur, keju dan ikan karena mereka
mengandung komposisi asam amino yang lengkap. Susu dan
produk susu disamping sebagai sumber protein adalah juga
kaya dengan kalsium.
3. Mineral
Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan
makan makanan sehari-hari yaitu buah-buahan, sayur-
sayuran dan susu. Hanya besi yang tidak bisa terpenuhi
dengan makanan sehari-hari. Kebutuhan akan besi pada
pertengahan kedua kehamilan kira-kira 17mg/hari.Untuk
memenuhi kebutuhan ini dibutuhkan suplemen besi 30mg
sebagai ferosus, ferofumarat atau feroglukonat perhari dan
pada kehamilan kembar atau pada wanita yang sedikit
anemis, dibutuhkan 60-100mg/hari. Kebutuhan kalsium
umumnya terpenuhi dengan minum susu. Satu liter susu sapi
mengandung kira-kira 0,9gram kalsium. Bila ibu hamil tidak
dapat minum susu, suplemen kalsium dapat diberikan
dengan dosis 1gram per hari.
4. Vitamin
Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur
dan buah-buahan, tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin.
38. 26
Pemberian asam folat terbukti mencegah kecacatan pada
bayi (Ina Kuswanti, 2014;h.117).
c. Personal Hygiene
Perawatan kebersihan selama kehamilan sebenarnya tidak
berbeda dari saat-saat yang lain. Akan tetapi, saat kehamilan
ibu hamil sangat rentan mengalami infeksi akibat penularan
bakteri maupun jamur. Tubuh ibu hamil sangatlah perlu dijaga
kebersihannya secara keseluruhan mulai dari ujung kaki sampai
rambut termasuk halnya pakaian ibu hamil senantiasa jaga
kebersihannya. Mengganti pakaian dalam sesering mungkin
sangatlah dianjurkan karena selama kehamilan keputihan pada
vagina meningkat dan jumlahnya bertambah disebabkan
kelenjar leher rahim bertambah jumlahnya (Nurul Jannah,
2012;h.150).
d. Kebutuhan Istirahat
Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satunya
beban berat pada perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh,
tidak jarang ibu akan mengalami kelelahan, oleh karena itu
istirahat dan tidur sanagt penting untuk ibu hamil. Pada
trimester akhir kehamilan sering diiringi dengan bertambahnya
ukuran janin, sehingga terkadang ibu kesulitan untuk
menentukan posisi yang paling nyaman dan baik untuk tidur.
39. 27
Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring kiri,
kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan
bantal, dan untuk mengurangi rasa nyeri pada perut, ganjal
dengan bantal pada perut bawah sebelah kiri (Ari Sulistyawati,
2011;h.117).
e. Pakaian
Meskipun pakaian bukan merupakan hal yang berakibat
langsung terhadap kesejahteraan ibu dan janin, namun perlu
kiranya jika tetap dipertimbangkan beberapa aspek kenyamanan
dalam berpakaian, pemakaian pakaian dan kelengkapannya
yang kurang tepat akan mengakibatkan beberapa
ketidaknyamanan yang akan mengganggu fisik dan psikologis
ibu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pakaian ibu
hamil adalah memenuhi kriteria berikut:
1. Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang
ketat pada daerah perut.
2. Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat.
3. Pakailah bra yang menyokong payudara.
4. Memakai sepatu yang berhak rendah.
5. Pakaian dalam yang selalu bersih (Ari Sulistyawati,
2011;h.117).
40. 28
f. Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan
eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kemih.
Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon progesteron
yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya
otot usus. Selain itu, desakan usus oleh pembesaran janin juga
menyebabkan bertambahnya konstipasi. Tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan adalah dengan mengkonsumsi makanan
tinggi serat dan banyak minum air putih, terutama ketika
lambung dalam keadaan kosong. Meminum air putih hangat
ketika perut dalam keadaan kosong dapat merangsang gerak
peristaltik usus. Jika ibu sudah mengalami dorongan, maka
segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi konstipasi.
Sering buang air kecil merupakan keluhan umum yang biasanya
dirasakan oleh ibu hamil, terutama pada trimester I dan III. Hal
tersebut adalah hal yang fisiologis. Ini terjadi karena pada awal
kehamilan terjadi pembesaran uterus yang mendesak kantong
kemih sehingga kapasitasnya berkurang. Sedangkan pada
trimester III terjadi pembesaran janin yang juga menyebabkan
desakan pada kantong kemih. Tindakan mengurangi asupan
cairan untuk mengurangi keluhan ini sangat tidak dianjurkan,
41. 29
karena akan menyebabkan dehidrasi (Ina Kuswanti,
2014;h.120).
2.1.1.4 Tanda-tanda Bahaya atau Komplikasi Ibu dan Janin masa
Kehamilan Muda
a. Perdarahan Per Vaginam
1. Abortus Imminens
Sering juga disebut dengan keguguran membakat dan akan
terjadi jika ditemukan perdarahan pada kehamilan muda,
namun pada tes kehamilan masih menunjukan hasil yang
positif. Dalam kasus ini keluarnya janin masih dapat dicegah
dengan memberikan terapi hormonal dan antispasmodik
serta istirahat. Jika setelah beberapa minggu ternyata
perdarahan masih ditemukan dan dalam dua kali tes
kehamilan menunjukan hasil yang negatif, maka harus
dilakukan kuretase karena hal tersebut menandakan abortus
sudah terjadi.
2. Abortus Insipiens (Keguguran sedang berlangsung)
Abortus insipiens terjadi apabila ditemukan adanya
perdarahan pada kehamilan muda di sertai dengan
membukanya ostium uteri dan terabanya selaput ketuban.
Penanganannya sama dengan abortus inkompletus.
42. 30
3. Abortus Habitualis (Keguguran Berulang)
Pasien termasuk dalam abortus tipe ini jika telah mengalami
keguguran berturut turut selama lebih dari tiga kali.
4. Abortus Inkompletus (Keguguran bersisa)
Tanda pasien dalam abortus tipe ini adalah jika terjadi
perdarahan pervagina disertai pengeluaran janin tanpa
pengeluaran desidua atau plasenta. Gejala yang menyertai
adalah amenore, sakit perut karena kontraksi, perdarahan
yang keluar bisa banyak atau sedikit. Pada pemeriksaan
dalam ditemukan ostium terbuka dan kadang masih teraba
jaringan, serta ukuran uterus yang lebih kecil dari
ukurannya.
5. Abortus Kompletus
Pada abortus jenis ini akan ditemukan pasien dengan
perdarahan pervagina disertai dengan pengeluaran seluruh
hasil konsepsi (janin dan desidua) sehingga rahim dalam
keadaan kosong.
6. Kehamilan mola
Disebut kehamilan anggur, yaitu adanya jonjot korion
(chorionic villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung-
gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai anggur atau mata ikan, ini merupakan bentuk
43. 31
neoplasma trofoblas yang jinak (benigna) (Ari Sulistyawati,
2011;h.149).
7. Kehamilan Ektopik Terganggu
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi
terjadi di luar uterus. Tuba fallopi merupakan tempat
tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik
(lebih besar dari 90%), tanda dan gejalanya sangatlah
bervariasi bergantung pada pecah atau tidaknya kehamilan
tersebut. Alat penting yang dapat di gunakan untuk
mendiagnosis kehamilan ektopik yang pecah adalah USG.
Jika diperoleh hasil darah yang tidak membeku, segera
lakukan penanganan (Ummi Hani,et All. 2011;h.112).
b. Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan
sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari bahkan
dapat membahayakan kehidupan.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan hiperemesis adalah
sebagai berikut:
1. Kemungkinan vili korialis masuk kedalam darah
2. Adanya faktor alergi
3. Adanya faktor predisposisi, seperti primigravida dan
overdistensi rahim
44. 32
4. Adanya faktor psikologis, seperti ketidakharmonisan dalam
rumah tangga, kehamilan yang tidak diinginkan, atau
ketidaksiapan untuk memiliki anak (takut untuk hamil)
Hiperemesis gravidarum memiliki gejala-gejala yang berbeda
sesuai dengan tingkatannya. Berikut adalah uraian mengenai
gejala hiperemesis gravidarum berdasarkan tingkat
keparahannya.
1. Tingkat I
a) Mual muntah terus menerus sehingga memengaruhi
keadaan umum, terjadi dehidrasi
b) Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dan
dapat disertai dengan naiknya suhu tubuh
c) Nyeri epigastrium
2. Tingkat II
a) Dehidrasi bertambah, yang ditandai dengan:
1) Turgor kulit makin berkurang
2) Lidah kering dan kotor
3) Berat badan menurun
4) Mata cekung
b) Gangguan sirkulasi darah, yang ditandai dengan:
1) Nadi cepat dan tekanan darah menurun
45. 33
2) Hemokonsentrasi
3) Oliguria
4) Obstipasi
c) Gangguan metabolisme, yang ditandai dengan:
1) Terjadi metabolisme anaerob dalam pemecahan
lemak yang menyebabkan adanya badan keton,
dijumpai dalam urine dan napas (bau keton)
2) Gangguan fungsi lever, terjadi ikterus
3. Tingkat III
a) Dehidrasi makin berat
b) Mual muntah berhenti
c) Terjadi perdarahan dari esofagus dan retina
d) Gangguan fungsi lever (ikterus) yang terus meningkat
e) Penurunan kesadaran, samnolen sampai koma
f) Gangguansaraf berupa ensefalopati wernickle, yang
ditandai dengan: nistagmus, diplopia, dan perubahan
mental.
Diagnosis hiperemesis gravidarum dapat dengan mudah
ditegakkan, yaitu melalui beberapa gambaran klinis berikut.
46. 34
1. Amenore
2. Mual muntah berlebihan sampai mengganggu aktivitas
sehari-hari
3. Nyeri perut bagian bawah (Ari Sulistyawati,2011;h.153).
c. Sakit Kepala yang Hebat dan Menetap
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, dan sering kali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.
Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah
sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat
tersebut, ibu mungkin mengalami pengelihatan yang kabur atau
berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah
gejala dari pre-eklampsia.
d. Perubahan Visual secara Tiba-tiba (pandangan kabur, rabun
senja)
Karena pengaruh hormonal dalam kehamilan, ketajaman visual
ibu dapat berubah. Perubahan yang kecil adalah normal.
Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang
mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak,
misalnya pandangan kabur atau berbayang dan berbintik-bintik.
Perubahan visual mungkin disertai dengan sakit kepala yang
47. 35
hebat. Perubahan visual mendadak mungkin merupakan suatu
tanda pre-eklampsia.
e. Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan
normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin
menunjukan masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah
yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal
ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, penyakit radang
pelvis, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu,
iritasi uterus, abrupsi plasenta, ISK, dan lain-lain.
f. Bengkak pada Muka atau Tangan
Hampir seluruh ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal
pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya
hilang setelah beristirahat atau meletakkannya lebih tinggi.
Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah yang serius jika
muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah
beristirahat, dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini
bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau pre-
eklampsia.
g. Bayi Kurang Bergerak seperti Biasa
Ibu mulai merasakan gerak bayinya selama bulan ke-5 atau ke-
6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal.
48. 36
Jika bayi tidur, gerakkannya akan melemah. Bayi harus
bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan
bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan
jika ibu makan dan minum dengan baik (Ummi Hani, et All.
2011;h.118-121).
2.1.2 Hiperemesis Gravidarum
2.1.2.1 Pengertian
Wiknjosastro (2005) mengatakan bahwa hiperemesis adalah
mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil, seorang ibu
menderita hiperemesis gravidarum jika seorang ibu
memuntahkan segala yang dimakan dan diminumnya sehingga
berat badan sangat turun, turgor kulit kurang diurese kurang
dan timbul aseton dalam air kencing (Ai Yeyeh Rukiyah dan
Lia Yulianti,2010;h.118).
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan yang
terjadi pada wanita hamil. Hal tersebut mulai terjadi pada
minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya
akan membaik pada usia kehamilan 20 minggu (Nengah
Runiari, 2010;h.8).
49. 37
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan
yang terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan kadar elektrolit, penuruanan
berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi,
ketosis, dan tidak normalnya kadar elektrolit (Nengah Runiari,
2010;h.2).
Insiden dari hiperemesis gravidarum adalah 0,5-10/1.000
kehamilan. Kemungkinan terjadinya penyakit ini adalah tinggi
pada orang kulit putih (16/1.000 kelahiran) dan rendah pada
orang kulit hitam (17/1.000 kelahiran). Penyakit ini rata-rata
muncul pada usia kehamilan 8-12 minggu(Fadlun dan Achmad
Feryanto,2012;h.39).
2.12.2 Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara
pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh
faktor toksik juga tidak ditemukan kelainan biokimia,
perubahan-perubahan anatomik yang terjadi pada otak, jantung,
hati, dan susunan syaraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin
serta zat-zat lain akibat kelemahan tubuh karena tidak makan
dan minum. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang
telah ditemukan oleh beberapa sebagai berikut:
50. 38
a. Faktor predisposisi yang sering ditemukan adalah primigravida,
mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi
pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan
dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan karena pada
kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin
dibentuk berlebihan.
b. Masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang
menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan
faktor organik.
c. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap
anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
d. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada
penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan,
takut akan kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung
jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang
dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak
sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup. Kurangnya penerimaan terhadap kehamilan
dinilai memicu perasaan mual dan muntah ini. Pada waktu
hamil muda, kehamilan dinilai tidak diharapkan, apakah karena
kegagalan kontrasepsi ataupun karena hubungan diluar nikah.
51. 39
Hal ini bisa memicu penolakan ibu terhadap kehamilannya
tersebut.
e. Faktor adaptasi dan hormonal, pada ibu hamil yang mengalami
kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum
dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah
wanita hamil dengan anemia. Wanita primigravida dan
overdistensi rahim pada hamil ganda dan hamil mola
hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan
menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum. Peningkatan
Hormon esterogen dan Hormon Chorionic Gonadotropin
(HCG). Pada kehamilan dinilai terjadi perubahan juga pada
sistem endokrinologi, terutama untuk hormon esterogen dan
HCG yang dinilai mengalami peningkatan. Sejalan dengan
yang diungkapkan pada poin pertama, bahwa pada kehamilan
molahidatidosa dan kehamilan ganda, memang terjadi
pembentukan hormon yang berlebihan (Ai Yeyeh Rukiyah dan
Lia Yulianti, 2010;h.118-119).
2.1.2.3 Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat
menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan
alkolosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini
52. 40
hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor
psikologik merupakan faktor utama, disamping pengaruh
hormonal. Yang jelas, wanita wanita yang sebelum kehamilan
sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka
makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang
lebih berat.
Hipermemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.
Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis
dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik
dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi,
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium
dan klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih.
Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga
aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan
jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang dan
tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalsium
sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak,
dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit
53. 41
dipatahkan. Disamping dehidrasi dan terganggunya
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput
lendir, esofagus dan lambung (Sindrom mallory-weiss), dengan
akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini
ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri jarang sampai
diperlukan tranfusi atau tindakan operatif (Ai Yeyeh Rukiyah
dan Lia Yulianti, 2010;h.120).
2.1.2.4 Tanda dan Gejala
Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih
fisiologik dengan hiperemesis gravidarum tidak jelas, akan
tetapi muntah yang menimbulkan gangguan kehidupan sehari-
hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil
telah memerlukan perawatan yang intensif.
Hiperemesis gravidarum berdasarkan berat ringannya gejala
dapat dibagi kedalam 3 tingkatan.
a. Tingkatan IRingan, ditandai dengan muntah terus menerus
yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun, dan
nyeri epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit,
tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang,
lidah mengering dan mata cekung.
54. 42
b. Tingkat II Sedang, penderita terlihat lebih lemah dan apatis,
turgor kulit lebih mengurang lidah mengering dan tampak
kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan
mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata cekung,
tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi.
Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena
mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan
dalam kencing.
c. Tingkat III berat, keadaan umum lebih parah, muntah
berhenti, kesadaran menurun dari samolen sampai koma,
nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal
dengan ensefalopati Wernicke, dengan gejala nistagmus,
diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat
sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B
komplek. Timbulnya ikterus menunjukan adanya payah hati
(Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti,2010;h.121).
2.1.2.5 Diagnosis
Umumnya tidak sukar untuk menegakan diagnosa hiperemesis
gravidarum. Harus ditentukan adanya kehamilan hamil muda
dengan mual dan muntah yang terus menerus, sehingga
berpengaruh terhadap keadaan umum dan juga dapat
55. 43
menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi
perkembangan janin sehingga pengobatan perlu segera
diperlukan. Juga bisa dilihat dari hasil pemeriksaan
laboratorium, yang menunjukan adanya benda keton dalam
urine. Namun harus difikirkan juga kemungkinan kehamilan
muda dengan penyakit pielonnefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli
dan tumorserebri yang bisa memberikan gejala muntah (Ai
Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti, 2010;h.122).
2.1.2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum
dimulai dengan:
a. Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu
dilaksanakan dengan jalan memberikan penerangan tentang
kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-
kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan bulan,
menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
56. 44
dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh
hangat.
Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya
dihindarkan. Makanan dan minuman seyogyanya disajikan
dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi yang
teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan
kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting,
oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak
mengandung gula.
b. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut diatas keluhan dan gejala tidak
mengurang maka diperlukan pengobatan. Sedativa yang
sering digunakan adalah phenobarbital, vitamin yang
dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B2 yang berfungsi untuk
mempertahankan kesehatan syaraf, jantung, otot serta
meningkatkan pertumbuhan dan perbaikan sel dan B6
berfungsi menurunkan keluhan atau gangguan mual dan
muntah bagi ibu hamil dan juga membantu dalam sintesa
lemak untuk pembentukan sel darah merah. Antihistaminika
juga dianjurkan pada keadaan lebih berat diberikan
antimimetik seperti disklomin hidrokhloride, avomin.
57. 45
c. Isolasi
Isolasi dilakukan dalam kamar yang tenang, cerah, dan
peredaran udara yang baik hanya dokter dan perawat yang
boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan
pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan
tidak diberikan makan dan minum selama 24 jam. Kadang-
kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau
hilang tanpa pengobatan.
d. Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,
kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik,
yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
Bantuan yang positif dalam mengatasi permaslahan
psikologis dan sosial dinilai cukup signifikan memberikan
kemajuan keadaan umum.
e. Diet
Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan karbohidrat
kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari
makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk
menekan rasa mual dan muntah, sebaiknya diberi jarak
dalam pemberian makan dan minum. Diet hiperemesis
58. 46
bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan
mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan
berenergi dan zat gizi yang cukup.
Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat,
diantaranya adalah karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari
kebutuhan energi total, lemak rendah yaitu <10% dari
kebutuhan energi total, protein sedang yaitu 10-15% dari
kebutuhan energi total, makanan diberikan dalam bentuk
kering, pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan
pasien, yaitu 7-10 gelas per hari, makanan mudah dicena,
tidak merangsang saluran pencernaan dan diberikan sering
dalam porsi kecil, bila makan pagi dan sulit diterima,
pemberian makanan dioptimalkan pada makan malam dan
selingan malam, makanan secara berangsur ditingkatkan
dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan gizi pasien.
Ada tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu:
1. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III,
makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan.
Cairan tidak diberikan bersama makan pagi tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Makanan ini kurang akan zat-zat gizi kecuali
59. 47
vitamin C karena itu hanya diberikan selama beberapa
hari.
2. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah
berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan
makanan yang bernilai gizi tinggi. Pemberian minuman
tidak dierikan bersama makanan. Makanan ini rendah
dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin C.
3. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan
hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita
minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan
ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.
4. Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II dan
III adalah roti panggang, biskuit, crakers, buah segar dan
sari buah, minuman botol ringan, sirup, kaldu tak
berlemak, teh dan kopi encer. Sedangkan makanan yang
tidak dianjurkan adalah makanan yang umumnya
merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam.
Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan
yang mengandung zat tambahan (pengawet, pewarna dan
penyedap rasa) juga tidak dianjurkan.
5. Diet pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis
terkadang melihat kondisi si ibu dan tingkatan
60. 48
hiperemesisnya, konsep saat ini yang dianjurkan pada ibu
adalah makanlah apa yang ibu suka, bukan makan
sedikit-sedikit tapi sering juga jangan paksakan ibu
memakan apa yang saat ini membuat mual karena diet
tersebut tidak akan berhasil malah akan memperparah
kondisinya (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia
Yulianti,2010;h.122-125).
2.1.2.7 Komplikasi
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin,
seperti ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehingga
keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula
mengakibatkan gangguan asam basa, pneumini aspirasi,
robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang
menyebabkan peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan
kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak
terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang
mengakibatkan peredaran darah janin berkurang. Pada bayi,
jika hipermemesis ini terjadi hanya di awal kehamilan tidak
berdampak selalu serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu
menderita hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan
61. 49
bayinya mengalami BBLR, IUGR, prematur hingga terjadi
abortus (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti,2010;h.128-129).
2.2 Teori Manajemen Kebidanan Menurut Varney
2.2.1 Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan
bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan,
agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi
asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam
rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
yang berfokus terhadap klien.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery,
edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan
kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis
dan siklik (Suryani Soepardan, 2007;h.96).
62. 50
2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney
2.2.2.1 Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
a. Auto anamnesa
Adalah anamnesa yang di lakukan kepada pasien langsung.
Jadi data yang di peroleh adalah data primer, karena
langsung dari sumbernya.
b. Allo anamnesa
Adalah anamnesa yang di lakukan kepada keluarga pasien
untuk memperoleh data tentang pasien. Ini di lakukan pada
keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi
untuk memberikan data yang akurat (Ari Sulistyawati,
2011;h.166).
Anamnesa dilakukan untuk mendapatkan data anamnesa
terdiri dari beberapa kelompok penting sebagai berikut:
63. 51
1. Data subjektif
a) Biodata
1) Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
2) Umur pasien dicatat dalam tahun untuk
mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20
tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental
dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih
dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas.
3) Agama pasien dikaji untuk mengetahui
keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan pasien untuk berdoa.
4) Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan
kebiasaan sehari–hari yang berhubungan dengan
masalah yang dialami.
5) Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya (Eny Ratna Ambarwati
dan Diah Wulandari, 2010;h.131).
64. 52
Pendidikan adalah derajat tertinggi jenjang
pendidikan yang diselesaikan berdasarkan ijazah
yang diterima dari sekolah formal terakhir
dengan sertifikat kelulusan.
Tingkat pendidikan dibagi dalam 3 kategori :
1) Rendah, bila responden tidak tamat SD/tamat
SD
2) Sedang, bila responden tamat SMP/tamat
SMA
3) Tinggi, bila responden tamat
Akademi/Perguruan Tinggi
6) Pekerjaan pasien dikaji untuk mengukur tingkat
sosial ekonomi pasien, karena ini juga
berpengaruh pada gizi pasien tersebut.
7) Alamat pasien ditanyakan untuk mempermudah
kunjungan rumah bila diperlukan (Eny Ratna
Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.132).
b) Riwayat pasien
1) Keluhan utama
Keluhan ditanyakan untuk mengetahui alasan
pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
65. 53
2) Riwayat kebidanan
Data ini penting diketahui oleh tenaga kesehatan
sebagai data acuan jika pasien mengalami
penyulit.
(a) Menstruasi
Data ini memang secara tidak langsung
berhubungan, namun dari data yang kita
peroleh kita akan mempunyai gambaran
tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya. Beberapa data yang harus
diperoleh dari riwayat menstruasi antar lain
sebagai berikut :
(1) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali
mengalami menstruasi. Wanita Indonesia
pada umumnya mengalami menarche
sekitar 12 sampai 16 tahun.
(2) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara
menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya, dalam hitungan
hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.
66. 54
(3) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak
darah menstruasi yang dikeluarkan.
Kadang kita akan kesulitan untuk
mendapatkan data yang valid. Sebagai
acuan biasanya kita gunakan kriteria
banyak, sedang, dan sedikit. Jawaban
yang diberikan oleh pasien biasanya
bersifat subjektif, namun kita dapat kaji
lebih dalam lagi dalam beberapa
pertanyaan pendukung, misalnya sampai
berapa kali mengganti pembalut dalam
sehari.
(4) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan
yang dirasakan ketika mengalami
menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit
kepala sampai pingsan, jumlah darah
yang banyak. Ada beberapa keluhan
yang disampaikan oleh pasien dapat
menunjuk pada diagnosis tetentu.
67. 55
(5) Gangguan kesehatan alat reproduksi
Beberapa data yang perlu kita kaji dari
pasien adalah apakah pasien pernah
mengalami gangguan seperti berikut ini:
keputihan, infeksi, gatal karena jamur
dan tumor.
3) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB
yang lalu.
4) Riwayat kesehatan
Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita
gunakan sebagai ”penanda” (warning) akan
adanya penyulit masa hamil. Adanya perubahan
fisik dan fisiologis pada masa hamil yang
melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan
mempengaruhi organ yang mengalami
gangguan. Beberapa data penting tentang
riwayat kesehatan pasien yang perlu kita ketahui
adalah apakah pasien pernah atau sedang
menderita penyakit, seperti jantung, diabetes
mellitus (DM), hipertensi/hipotensi, ginjal, dan
hepatitis.
68. 56
5) Status perkawinan
Ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita
akan mendapatkan gambaran mengenai suasana
rumah tangga pasangan.
6) Pola makan
Ini penting untuk diketahui supaya kita
mendapatkan gambaran bagaimana pasien
mencukupi asupan gizinya selama hamil. Kita
bisa menggali dari pasien tentang makanan yang
disukai dan yang tidak disukai, seberapa banyak
dan sering ia mengonsumsinya, sehingga jika
kita peroleh data yang tidak sesuai dengan
standar pemenuhan, maka kita dapat
memberikan klarifikasi dalam pemberian
pendidikan kesehatan mengenai gizi ibu hamil.
Beberapa hal yang perlu kita tanyakan adalah:
(a) Menu
Kita dapat menanyakan pada pasien tentang
apa saja yang ia makan dalam sehari (nasi,
sayur, lauk, buah, makanan selingan dan
lain-lain).
69. 57
(b) Frekuensi
Data ini member petunjuk bagi kita tentang
seberapa banyak asupan makanan yang
dikonsumsi ibu.
(c) Jumlah per hari
Data ini memberikan volume atau seberapa
banyak makanan yang ibu makan dalam
waktu satu kali makan.
(d) Pantangan
Ini juga penting untuk kita kaji karena ada
kemungkinan pasien berpantangan justru
pada makanan yang sangat mendukung
pemulihan fisiknya, misalnya daging, ikan
atau telur.
7) Pola minum
Kita juga harus dapat memperoleh data dari
kebiasaan pasien dalam memenuhi kebutuhan
cairannya. Apalagi dalam masa kehamilan
asupan cairan yang cukup sangat dibutuhkan.
70. 58
Hal-hal yang perlu ditanyakan :
(a) Frekuensi
Kita dapat tanyakan pada pasien berapa kali
ia minum dalam sehari dan dalam sekali
minum menghabiskan berapa gelas.
(b) Jumlah per hari
Frekuensi minum dikalikan seberapa banyak
ibu minum dalam sekali waktu minum akan
didapatkan jumlah asupan cairan dalam
sehari.
(c) Jenis minuman
Kadang pasien mengonsumsi minuman yang
sebenarnya kurang baik untuk kesehatannya
(d) Pola istirahat
Istirahat sangat diperlukan oleh ibu hamil.
Oleh karena itu, bidan perlu menggali
kebiasaan istirahat ibu supaya diketahui
hambatan yang mungkin muncul jika
didapatkan data yang senjang tentang
pemenuhan kebutuhan istirahat. Bidan dapat
menanyakan tentang berapa lama ia tidur
dimalam dan siang hari.
71. 59
(1) Istirahat malam hari
Rata–rata lama tidur malam yang normal
adalah 6-8 jam.
(2) Istirahat siang hari
Tidak semua wanita mempunyai
kebiasaan tidur siang. Oleh karena itu,
hal ini dapat kita sampaikan kepada ibu
bahwa tidur siang sangat penting unuk
menjaga kesehatan selama hamil.
(e) Aktifitas sehari-hari
Kita perlu mengkaji aktifitas sehari-hari
pasien karena data ini memberikan gambaran
tentang seberapa berat aktifitas yang biasa
dilakukan pasien dirumah. Jika kegiatan
pasien terlalu berat sampai dikhawatirkan
dapat menimbul-kan penyulit masa hamil,
maka kita dapat memberikan peringatan
sedini mungkin kepada pasien untuk
membatasi dulu aktifitasnya sampai ia sehat
dan pulih kembali. Aktifitas yang terlalu
berat dapat menyebabkan abortus dan
persalinan premature.
72. 60
(f) Personal hygiene
Data ini perlu kita kaji karena bagaimanapun
juga hal ini akan mempengaruhi kesehatan
pasien dan bayinya. Jika pasien mempunyai
kebiasaan yang kurang baik dalam
perawatan kebersihan dirinya, maka bidan
harus dapat memberikan bimbingan
mengenai cara perawatan kebersihan diri dan
bayinya sedini mungkin. Beberapa kebiasaan
yang dilakukan dalam perawatan kebersihan
diri diantaranya adalah sebagai berikut :
(1) Mandi
Kita dapat menanyakan pada pasien
berapa kali ia mandi dalam sehari dan
kapan waktunya (jam berapa pagi dan
sore).
(2) Keramas
Pada beberapa wanita ada yang kurang
peduli dengan kebersihan rambutnya
karena mereka beranggapan keramas
tidak begitu berpengaruh terhadap
kesehatan. Jika kita menemukan pasien
73. 61
yang seperti ini maka kita harus
memberikan pengertian kepadanya
bahwa keramas harus selalu dilakukan
ketika rambut kotor karena bagian kepala
yang kotor merupakan sumber infeksi.
(3) Ganti baju dan celana dalam
Ganti baju minimal sekali dalam sehari,
sedangkan celana dalam minimal dua
kali. Namun jika sewaktu-waktu baju
dan celana dalam sudah kotor, sebaiknya
diganti tanpa harus menunggu waktu
untuk ganti berikutnya.
(4) Kebersihan kuku
Kuku ibu hamil harus selalu dalam
keadaan pendek dan bersih. Kuku ini
selain sebagai tempat yang mudah untuk
bersarangnya kuman sumber infeksi,
juga dapat menyebabkan trauma pada
kulit bayi jika terlalu panjang. Kita dapat
menanyakan pada pasien setiap berapa
hari ia memotong kukunya, atau apakah
74. 62
ia selalu memanjangkan kukunya supaya
terlihat menarik.
(g) Aktifitas seksual
Walaupun ini dalah hal yang cukup privasi
bagi pasien, namun bidan harus menggali
data dari kebiasaan ini, karena terjadi
beberapa kasus keluhan dalam aktifitas
seksual yang cukup mengganggu pasien
namun ia tidak tahu kemana harus
berkonsultasi. Dengan teknik yang senyaman
mungkin bagi pasien.
Hal- hal yang ditanyakan:
(1) Frekuensi
Kita tanyakan berapa kali melakuakn
hubungan seksual dalam seminggu.
(2) Gangguan
Kita tanyakan apakah pasien mengalami
gangguan ketika melakukan hubungan
seksual.
(h) Respon keluarga terhadap kehamilan ini
Bagaimanapun juga hal ini sangat penting
untuk kenyamanan psikologis ibu. Adanya
75. 63
respon yang positif dari keluarga terhadap
kehamilan akan mempercepat proses
adaptasi ibu dalam menerima perannya.
(i) Respon ibu terhadap kelahiran bayinya
Dalam mengkaji data ini kita dapat
menanyakan langsung kepada pasien
mengenai bagaimana perasaannya terhadap
kehamilan ini.
(j) Respon ayah terhadap kehamilan ini
Untuk mengetahui bagaimana respon ayah
terhadap kehamilan ini kita dapat
menanyakan langsung pada suami pasien
atau pasien itu sendiri. Data mengenai
respon ayah ini sanagat penting karena dapat
kita jadikan sebagai salah satu acuan
mengenai bagaimana pola kita dalam
memberikan asuhan kepada pasien.
(k) Adat istiadat setempat yang berkaitan
dengan masa hamil
Untuk mendapatkan data ini bidan sangat
perlu melakukan pendekatan terhadap
keluarga pasien, terutama orang tua. Hal ini
76. 64
penting yang biasanya mereka anut berkaitan
dengan masa hamil adalah menu makan
untuk ibu hamil, misalnya ibu hamil pantang
makanan yang berasal dari daging, ikan
telur, dan gorengan karena dipercaya akan
menyebabkan kelainan pada janin. Adat ini
akan sangat merugikan pasien dan janin
karena hal tesebut justru akan membuat
pertumbuhan janin tidak optimal dan
pemulihan kesehatannya akan terhambat.
2. Data objektif
Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi
data kita dalam menegakkan diagnosis, maka kita harus
melakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
Langkah-langkah pemeriksaanya sebagai berikut :
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.
77. 65
Hasil pengamatan kita laporkan dengan criteria
sebagai berikut:
1) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara
fisik paien tidak mengalami ketergantungan
dalam berjalan.
2) Lemah
Pasien dimasukan dalam kriteria ini jika ia
kurang atau tidak memberikan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, dan pasien
sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri
(Ari Sulistyawati, 2011;h.167).
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat
kesadaran mulai dari keadaan :
1) Compos mentis
Sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
78. 66
2) Apatis
Sikap acuh tak acuh. Keadaan kesadaran yang
segan berhubungan dengan sekitarnya.
3) Somnolen
Kesadaran yang mau tidur saja. Dengan
diberikan rangsangan nyeri, klien dapat bangun,
namun setelahnya akan jatuh tertidur lagi.
4) Delirium
Keadaan motorik yang kacau, berteriak-teriak,
memberontak, dan tidak sadar terhadap orang
lain, tempat, dan waktu.
5) Sopor/semikoma
Keadaan kesadaran yang menyerupai koma,
reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan
rangsangan nyeri.
6) Koma
Keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan
tidak dapat dibangunkan dengan rangsangan
apapun (Eviana S. Tambunan dan Deswani
Kasim, 2011;h.8).
79. 67
c) Tanda tanda vital
1) Nadi
Nadi adalah gelombang yang diakibatkan oleh
adanya perubahan pelebaran (vasodilatasi) dan
penyempitan(vasokontriksi) dari pembuluh
darah arteri akibat kontraksi ventrikel melawan
dinding aorta. Frekuensi nadi normal remaja
sampai dewasa yaitu 60-100x/menit (Eviana S.
Tambunan dan Deswani Kasim, 2011;h.34).
2) Pernafasan
Dalam kondisi normal, pernafasan pada orang
dewasa yang sehat adalah 16-20x/menit.
Beberapa kondisi bisa menjadi predisposisi
untuk terjadinya pernafasan yang lambat seperti
penekanan intrakranial yang mendepresi pusat
pernafasan sehingga menghasilkan pernafasan
yang irreguler atau dangkal, pernafasan lambat
atau keduanya (Eviana S. Tambunan dan
Deswani Kasim, 2011;h.45).
3) Suhu
Dalam kondisi normal, pusat panas mengatur
suhu tubuh dalam rentang 35,9-37,40
C.
80. 68
Pengaturan suhu tubuh diatur dengan
menyeimbangkan antara panas yang diproduksi
dan panas yang hilang dengan tujuan untuk
mempertahankan homeostatis (Eviana S.
Tambunan dan Deswani Kasim, 2011;h.15).
4) Tekanan darah
Tekanan darah akan turun selama 24 minggu
pertama kehamilan akibat terjadi penurunan
dalam perifer vaskuler resisten yang disebabkan
oleh progesteron. Tekanan sistolik akan turun
sekitar 5-10mmHg dan diastolik pada 10-
15mmHg (Ina Kuswanti, 2014;h.).
5) Berat badan
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan
muntah berlebihan yang terjadi pada wanita
hamil sehingga menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan kadar elektrolit, penuruanan
berat badan (lebih dari 5% berat badan awal),
dehidrasi, ketosis, dan tidak normalnya kadar
elektrolit (Nengah Runiari, 2010;h.8).
81. 69
d) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik seyogyanya dilakukan berurutan
secara logis yakni bisa dilakukan menurut
pendekatan kepala ke kaki atau pendekatan sistem.
Pengkajian yang baik menurut penguasaan terhadap
teknik pemeriksaan, serta parameter-parameter
ukuran normal dari klien.
1) Kepala dan Leher
(a) Apakah ada edema pada wajah, addakah
cloasma gravidarum. Pada banyak
perempuan kulit di garis pertengahan
perutnya (linea alba) akan berubah menjadi
hitam kecokelatan yang disebut dengan
linea nigra. Kadang-kadang akan muncul
dalam ukuran yang bervariasi pada wajah
dan leher yang disebut chloasma
gravidarum. Adanya peningkatan kadar
serum melanocyte stimulating hormone
(MSH). Topeng kehamilan (cloasma
gravidarum) adalah bintik-bintik pigmen
kecoklatan yang tampak di kulit kening dan
pipi (Ari Sulistyawati,2009;h.192).
82. 70
(b) Pada mata adakah pucat pada kelopak mata
bawah, adakah kuning/ikterus pada sklera.
(c) Hidung: adakah pernafasan cuping hidung,
adakah pengeluaran secret.
(d) Apakah wajah pucat, keadaan lidah, adakah
gigi berlubang.
(e) Telinga: ketajaman pendengaran secara
umum, luka dan pengeluaran dari saluran
luar telinga (bentuk dan warna)
(f) Leher: adakah pembesaran kelenjar tiroid,
adakah pembesaran pembuluh limfe.
2) Payudara
(a) Memeriksa bentuk, ukuran, dan simetris
atau tidak.
(b) Puting payudara menonjol, datar, atau
masuk kedalam.
(c) Adakah kolostrum atau cairan lain dari
puting susu.
(d) Pada saat klien mengangkat tangan ke atas
kepala, periksa payudara untuk mengetahui
adanya retraksi atau dimpling.
83. 71
(e) Pada saat klien berbaring, lakukan palpasi
secara sistematis dari arah payudara dan
aksila, kemungkinan terdapat: massa atau
pembesaran pembuluh limfe.
3) Abdomen
(a) Bentuk pembesaran perut (perut membesar
ke depan atau ke samping, keadaan pusat,
tampakkah gerakan anak atau kontraksi
rahim.
(b) Adakah bekas operasi.
(c) Linea nigra, striae abdomen.
(d) Ukur TFU, hitung TBJ.
(e) Letak, presentasi, posisi, dan penurunan
kepala janin.
(f) DJJ dan gerakan janin.
4) Tangan dan kaki/ekstremitas
(a) Edema
Edema seharusnya tidak ada pada
pengkajian awal, tetapi dapat terjadi letika
kehamilan berlanjut. Edema fisiologis
terjadi setelah bangun pagi dan makin parah
pada siang hari.
84. 72
(b) Apakah kuku jari pucat.
(c) Varices
Varices ini umum terjadi pada kehamilan
dan merupakan predisposisi untuk
menyebabkan trombosis vena profunda. Ibu
harus ditanya adanya sakit pada kaki.
(d) Suhu/kehangatan
(e) Refleks patella
5) Genetalia Eksterna
(a) Lihat adanya tukak/luka, varices, cairan
(warna, konsistensi, jumlah, bau).
(b) Dengan mengurut uretra dan skene: adakah
cairan atau nanah.
(c) Kelenjar bartholini adakah: pemebngkakan,
massa atau kista, dan cairan (Ummi Hani, et
All. 2011;h.92).
2.2.2.2 Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal
dari perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan data
dan analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnya
85. 73
sehingga tergambar fakta. Dalam langkah kedua ini bidan
membagi interpretasi data dalam tiga bagian, yaitu sebagai
berikut:
a. Diagnosis kebidanan/ nomenklatur
Dalam bagian ini yang disimpulkan oleh bidan antara lain:
1. Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang
berkaitan dengan primigravida (hamil yang pertama
kali), dibedakan dengan multigravida (hamil yang
kedua atau lebih).
Contoh cara penulisan paritas dalam interpretasi data
aalah sebagai berikut:
a) Primigravida
1) G1(gravid 1) atau yang pertama kali
2) P0 (Partus nol) berarti belum pernah partus atau
melahirkan
3) A0(Abortus) berarti belum pernah mengalami
abortus
b) Multigravida
1) G3 (gravid 3) atau ini adalah kehamilan yang
ketiga
86. 74
2) P1 (Partus 1) atau sudah pernah mengalami
persalinan satu kali
3) A1 (abortus 1) atau sudah pernah mengalami
abortus satu kali
4) Usia kehamilan dalam minggu
5) Keadaan janin
6) Normal atau tidak normal
c) Masalah
Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah
”masalah” dan ”diagnosis”. Kedua istilah tersebut
dipakai karena beberapa masalah tidak dapat
didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap perlu
dipertimbangkan untuk membuat rencana yang
menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan
bagaimana wanita itu menngalami kenyataan
terhadap diagnosisnya.
d) Kebutuhan pasien
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan
pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya (Ari
Sulistyawati, 2011;h.177).
87. 75
2.2.2.3 Langkah III (Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial dan
Antisipasi Penangannya)
Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial
atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah
potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali
dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu
mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan
masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan
tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak
terjadi. Langkah ini bersifat antisipasi yang rasional atau logis
(Suryani Soepardan, 2007;h.99).
2.2.2.4 Langkah IV (Menetapkan Perlunya Konsultasi dan
Kolaborasi Segera dengan Tenaga Kesehatan Lain)
Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan
konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim
kesehatan lain dengan kondisi klien. Dalam kondisi tertentu,
seorang bidan mungkin juga perlu melakukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti
88. 76
pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi
baru lahir. Dalam hal ini, bidan harus mampu mengevaluasi
kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa sebaiknya
konsultasi dan kolaborasi dilakukan(Suryani Soepardan,
2007;h.100).
2.2.2.5 Langkah V ( Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh)
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang
ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah
ini merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah diagnosis
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini data
yang belum lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala
hal yang sudah teridenfikiasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisipasi ini
mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya,
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan
perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait social,
ekonomi, kultural, atau psikologis. Dengan kata lain, asuhan
terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang
berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan dan sudah
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien, agar
89. 77
dapat dilaksanakan secara efektif. Semua keputusan yang telah
disepakati dikembangkan dalam asuhan menyeluruh. Asuhan
ini harus bersifat rasional dan valid yang didasarkan pada
pengetahuan, teori terkini (up to date), dan sesuai dengan
asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien (Suryani
Soepardan, 2007;h.101).
Berikut ini perencanaan yang akan diberikan terhadap Ny.M:
a. Jelaskan penyebab terjadinya mual muntah
b. Beritahu cara mengatasi masalah yang dialami
c. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang disukai
d. Anjurkan untuk istirahat yang cukup
e. Berikan pendidikan kesehatan tentang personal hygiene
f. Kaji dan evaluasi frekuensi mual muntah
g. Evaluasi nutrisi ibu
h. Berikan konseling tentang kunjungan ulang
2.2.2.6 Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan
Efisien dan Aman)
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan
dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan yang lainnya. Walau bidan tidak
90. 78
melakukannya sendiri, namun ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
Dalam situasi ketika bidan berkonsultasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama
yang menyeluruh tersebut(Suryani Soepardan, 2007;h.102).
2.2.2.7 Langkah VII (Evaluasi)
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang
aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui factor mana
yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan yang
diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi
keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan: apakah benar-benar telah
terpenuhi sebagaimana diidentifikasi didalam masalh dan
diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksaannya(Suryani Soepardan,
2007;h.102).
2.3 Teori Landasan Hukum
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
2.3.1 Kewenangan normal:
91. 79
2.3.1.1 Pelayanan kesehatan ibu
2.3.1.2 Pelayanan kesehatan anak
2.3.1.3 Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
2.3.2 Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
2.3.3 Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter.
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan:
Kewenangan ini meliputi:
1. Pelayanan kesehatan ibu
a. Ruang lingkup:
1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
3) Pelayanan persalinan normal
4) Pelayanan ibu nifas normal
5) Pelayanan ibu menyusui
6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
(Permenkes, 2010).
92. 80
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TERHADAP NY.M UMUR 26
TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 10 MINGGU 6 HARI DENGAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM TINGKAT I DI BPM
NURHASANAHTELUK BETUNGSELATAN
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Oleh : Nurul Amalia
Tanggal : 04-04-2015
Pukul : 13.00 WIB
I. PENGKAJIAN
A. Identitas
Istri Suami
Nama :Ny.M Tn.W
Umur : 26 Tahun 28 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku Bangsa : Jawa Jawa
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan :IRT Buruh
Alamat : Jln. Ikan Bawal No. 56, Gudang Lelang, Teluk
Anamnesa
1. Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
93. 81
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mual muntah sebanyak 10-15 kali dalam sehari, tubuh
terasa lemas dan kepala terasa pusing, setiap kali makan ibu selalu
memutahkan makanan yang dimakannya.
3. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Volume : 3-4 x/hari ganti pembalut
Keluhan : Tidak ada
HPHT : 18-01-2015
TP : 25-10-2015
b. Gangguan Kesehatan Alat Reproduksi
Keputihan : Tidak ada keputihan
Infeksi : Tidak ada infeksi
Gatal karena jamur : Tidak ada gatal karena jamur
Tumor : Tidak ada tumor
c. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Anak
ke-
Kehamilan Persalinan Nifas KB
Usia Penyulit Penolong Tempat BB
Bayi
Penyulit Vit.A Tab.Fe Alkon Lama
1 Hamil ini usia kehamilan 10 minggu 6 hari
94. 82
d. Riwayat Kehamilan Sekarang
Kunjungan
Ke-
Usia
kehamilan
Keluhan TT Tindakan/
terapi
KIE Tempat
ANC
Keterangan
1 10 minggu 6
hari
Mual muntah
10-15 kali/hari
- B6 dan
konseling
Baik BPM Kurang baik
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Jantung : Tidak ada penyakit jantung
DM : Tidak ada penyakit DM
Ginjal : Tidak ada penyakit ginjal
Hipertensi : Tidak ada penyakit hipertensi
Asma : Tidak ada penyakit asma
Hepatitis : Tidak ada penyakit hepatitis
TBC : Tidak ada penyakit TBC
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Jantung : Tidak ada riwayat penyakit jantung
DM : Tidak ada riwayat penyakit DM
Ginjal : Tidak ada riwayat penyakit ginjal
Hipertensi : Tidak ada riwayat penyakit hipertensi
Asma : Tidak ada riwayat penyakit asma
Hepatitis : Tidak ada riwayat penyakit hepatitis
TBC : Tidak ada riwayat penyakit TBC
95. 83
c. Riwayat kesehatan keluarga
Jantung : Tidak ada riwayat penyakit jantung
DM : Tidak ada riwayat penyakit DM
Ginjal : Tidak ada riwayat penyakit ginjal
Hipertensi : Tidak ada riwayat penyakit hipertensi
Asma : Tidak ada riwayat penyakit asma
Hepatitis : Tidak ada riwayat penyakit hepatitis
TBC : Tidak ada riwayat penyakit TBC
5. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Syah, satu kali
Usia nikah pertama : 25 tahun
Lamanya pernikahan : 1 tahun
6. Riwayat Psikososial
a. Respon ibu terhadap kehamilan ini : Ibu merasakan khawatir
karena ini kehamilan pertama
b. Respon suami terhadap kehamilan ini : Baik
c. Respon keluarga terhadap kehamilan ini : Baik
d. Pengetahuan ibu tentang kehamilan : Kurang mengerti
e. Adat istiadat setempat yang berkaitan dengan kehamilan : Tidak ada
7. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a) Pola Makan
Menu : Nasi, sayur, lauk
96. 84
Frekuensi : 1 porsi kecil
Jumlah perhari : 2 x sehari dalam porsi kecil
Pantangan : Tidak ada pantangan
b) Pola Eliminasi
Sebelum Hamil
BAK : 3-4 x sehari, warna jernih, bau khas urine
BAB : 1 x sehari, konsistensi lunak
Saat Hamil
BAK : 4-5 x sehari, warna jernih, bau khas urine
BAB : 1 x sehari, konsistensi keras
c) Pola Istirahat
Istirahat malam hari : 6-7 jam/hari
Istirahat siang hari : 1-2 jam/hari
d) Aktivitas sehari-hari : selama hamil ibu lebih banyak istirahat
e) Personal hygiene
Mandi : 2 x sehari
Keramas : 1 x sehari
Ganti baju dan celana dalam : apabila basah dan setelah mandi
Kebersihan kuku : Bersih
f) Aktivitas Seksual
Frekuensi : 1 kali seminggu
Gangguan : Tidak ada gangguan
97. 85
B. PEMERIKSAAN UMUM
1. Keadaan umum : Lemah
2. Keadaan emosional : Stabil
3. Kesadaran : Composmentis
4. Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah : 90/70 mmHg
Nadi : 102 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7o
C
5. TB : 162 cm
6. BB : Sebelum hamil 59 kg
Saat hamil 57 kg
7. LILA : 24 cm
C. PEMERIKSAAN KHUSUS KEBIDANAN
1. Pemeriksaan Fisik/Inspeksi
a. Rambut
Kebersihan : Bersih
Mudah rontok/tidak : Tidak rontok
b. Muka
Cloasma gravidarum : Tidak ada cloasma
Oedema : Tidak ada oedema
c. Mata
Simetris : Simetris
98. 86
Kelopak Mata : Cekung
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
Kebersihan : Bersih
d. Hidung
Simetris : Simetris
Kebersihan : Bersih
Polip : Tidak ada polip
e. Telinga
Simetris : Simetris
Kebersihan : Bersih
Gangguan Pendengaran : Tidak ada gangguan pendengaran
f. Mulut
Bibir : Kering
Lidah : Kotor
Gigi : Tidak ada caries
Gusi : Tidak ada perdarahan
g. Leher
Pembesaran kel.tiroid : Tidak ada pembesaran
Pembesaran kel.limfe : Tidak ada pembesaran
h. Dada
Simetris : Simetris
99. 87
Gangguan pernafasan : Tidak ada gangguan
Payudara
Simetris : Simetris
Rasa nyeri : Tidak ada rasa nyeri
Benjolan : Tidak ada benjolan
Keadaan puting : Menonjol
Hiperpigmentasi : Ada disekitar areola
Kebersihan : Bersh
i. Abdomen
Bekas luka operasi : Tidak ada bekas luka operasi
Pembesaran : Ada sesuai kehamilan
Striae : Ada
Linea : Ada
Acites : Tidak ada acites
Tumor : Tidak ada tumor
Benjolan : Tidak ada benjolan
Uterus : Leopold tidak dilakukan
j. Ekstremitas
Atas
Bentuk : Normal
Oedema : Tidak ada oedema
Kuku jari : Bersih
100. 88
Bentuk : Simetris
Bawah
Bentuk : Normal
Oedema : Tidak ada oedema
Kuku jari : Bersih
Varices : Tidak ada varices
Reflek patella : Positif kanan dan kiri
Gangguan/kelainan : Tidak ada gangguan
k. Anogenital
Kebersihan : Bersih
Pengeluaran pervaginam : Tidak ada pengeluaran pervaginam
Tanda-tanda infeksi : Tidak ada tanda-tanda infeksi
Varices : Varices
Oedema : Tidak ada oedema
Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembesaraan
l. Anus
Hemoroid : Tidak ada haemoroid
Kebersihan : Bersih
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Hb : 11,2 gr%
b. Protein urine : Tidak dikaji
c. Glukosa urine : Tidak dikaji
101. 89
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data Dasar
Pada asuhan kebidanan yang telah dilakukan terhadap Ny.M umur 26 tahun
G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 6 hari dengan hiperemesis gravidarum
tingkat I terdapat satu kesenjangan antara teori dan asuhan yang dilakukan.
Pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang pasien, pada
kasus ini penulis melakukan pengkajian pada ibu hamil yaitu Ny.M umur 26
tahun G1P0A0 usia kehamilan 10 minggu 6 hari dengan hiperemesis gravidarum
tingkat I sebagai berikut.
4.1.1 Data Subjektif
4.1.1.1 Nama
a. Tinjauan teori
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Eny Retna
Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.131).
b. Tinjauan kasus
Dalam kasus ini nama ibu adalah Ny.M
102. 90
c. Pembahasan
Dalam kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus karena Ny.M memiliki nama jelas yang dapat
membedakan dengan klien yang lain.
4.1.1.2 Umur
a. Menurut tinjauan teori
Umur pasien dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya
resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur
lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam
masa nifas (Eny Retna Ambarwati dan Diah Wulandari,
2010;h.131).
b. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus ini Ny.M usia nya adalah 26 tahun.
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus ini tidak terjadi
kesenjangan pada usia ibu. Karena usia 26 tahun adalah
usiareproduksi, karena organ reproduksi ibu maupun psikis
masih berkembang dengan baik.
103. 91
4.1.1.3 Suku
a. Menurut tinjauan teori
Suku pasien dikaji untuk mengetahui adat dan kebiasaan
sehari–hari yang berhubungan dengan masalah yang dialami
(Eny Retna Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010;h.131).
b. Menurut tinjauan kasus
Ibu bersuku jawa dan selama ini ibu tidak memiliki kebiasaan
kebiasaan yang berpengaruh terhadap kehamilan, persalinan
dan nifas.
c. Pembahasan
Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan karena ibu tidak
memiliki kebiasaan adat istiadat yang berpengaruh terhadap
kehamilan.
4.1.1.4 Pendidikan
a. Menurut Tinjauan Teori
Pendidikan pasien dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya (Eny Retna Ambarwati dan Diah
Wulandari, 2010;h.131).
Pendidikan adalah derajat tertinggi jenjang pendidikan yang
diselesaikan berdasarkan ijazah yang diterima dari sekolah
formal terakhir dengan sertifikat kelulusan.
104. 92
Tingkat pendidikan dibagi dalam 3 kategori :
1. Rendah, bila responden tidak tamat SD/tamat SD
2. Sedang, bila responden tamat SMP/tamat SMA
3. Tinggi, bila responden tamat Akademi/Perguruan Tinggi
b. Menurut tinjauan kasus
Pendidikan terakhir Ny.M adalah SMA
c. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan, karena pendidikan terakhir Ny.M termasuk
kedalam kategori sedang untuk mendapatkan informasi dan
penjelasan dari Bidan.
4.1.1.5 Keluhan Utama
a. Menurut tinjauan teori
Keluhan ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan (Ari Sulistyawati, 2011;h.167).
Menurut Wiknjosatro Hiperemesis gravidarum adalah mual
muntah yang berlebihan pada ibu hamil, seorang ibu menderita
hiperemesis gravidarum jika seorang ibu memuntahkan segala
yang dimakan dan diminumnya hingga berat badan ibu sangat
turun, turgor kulit kurang dan timbul aseton dalam air kencing
(Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti, 2010;h.118).
105. 93
b. Menurut tinjauan kasus
Ny.M mengeluh mual-muntah terus menerus 10-15 kali dalam
sehari, ibu merasa lemah dan kepala terasa pusing, setiap kali
makan ibu selalu memutahkan makanan yang dimakannya.
c. Pembahasan
Berdasarkan pengkajian di atas penulis menyimpulkan bahwa
tidak terjadi kesenjangan antara teori yang di dapat dengan
hasil pengkajian terhadap Ny.M yang mengalami hiperemesis
gravidarum. Menurut hasil pengkajian, keluhan utama yang
biasanya dialami oleh ibu yaitu di tandai dengan muntah terus
menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita dan
setiap kali makan ibu selalu memutahkan makanan yang
dimakannya.Hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan oleh
Wiknjosastro dalam Rukiyah.
4.1.1.6 Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
a. Tinjauan teori
Pada kasus Hiperemesis gravidaraum adalah Mual (nausea)
dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering kedapatan pada kehamilan trimester I.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-
60% multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-
gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan ini disebabkan oleh
106. 94
karena meningkatnya kadar hormone esterogen dan HCG
dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum
jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan
lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat
menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala
mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan.
Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan
gejala dan perubahan fisiologi menentukan berat ringannya
penyakit (Sarwono Prawirohardjo, 2006;h.275).
b. Tinjauan kasus
Kehamilan yang sedang di alami Ny.M saat ini merupakan
kehamilannya pertamanya (Primigravida).
c. Pembahasan
Pada kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus, dikarenakan kehamilan Ny.M saat ini adalah
kehamilan yang pertama (Primigravida), hal ini sesuai dengan
teori yang dikatakan oleh SarwonoPrawirohardjo dalam
bukunya tahun 2006 yaitu mual dan muntah terjadi pada 60-
80% primigravida dan 40-60% multigravida. Satu diantara
seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat.
Perasaan ini disebabkan oleh karena meningkatnya
kadar hormone esterogen dan HCG dalam serum. Pengaruh
107. 95
fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena
sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang.
4.1.1.7 Riwayat Sosial
a. Tinjauan teori
Faktor psikologi memegang peranan yang penting pada
penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan,
takut akan kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung
jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang
dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak
sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup. Kurangnya penerimaan terhadap kehamilan
dinilai memicu perasaan mual dan muntah ini. Pada waktu
hamil muda, kehamilan dinilai tidak diharapkan, apakah karena
kegagalan kontrasepsi ataupun karena hubungan diluar nikah.
Hal ini bisa memicu penolakan ibu terhadap kehamilannya
tersebut (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti, 2010;h.119).
b. Tinjauan kasus
Ibu mengatakan takut akan kehamilannya saat ini, karena ini
adalah kehamilan pertamanya.
c. Pembahasan
Pada kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus. Karena salah satu faktor penyebab hiperemesis
108. 96
gravidarum adalah faktor psikologis yang salah satunya adalah
takut akan kehamilan dan tanggung jawab sebagai seorang ibu.
4.1.1.8 Pola Kebutuhan Nutrisi
a. Tinjauan teori
Menurut penelitian lain mengenai pengaruh budaya terhadap
Hiperemesis gravidarum dilakukan juga oleh Rabinerson, et.
All, hasil penelitiannya menemukan bahwa kejadian hiperemsis
gravidarum dapat meningkat pada wanita yang mengalami
pembatasan dalam intake nutrisi (Nengah Runiari, 2010;h.8).
b. Tinjauan kasus
Pada kehamilan ini pola asupan nutrisi Ny.M tidak adekuat
karena selama kehamilan ini Ny.M hanya makan roti kering
karena mual yang ibu alami saat ini nafsu makan berkurang.
Ibu telah mengerti nutrisi yang baik bagi ibu tetapi saat ini ibu
masih belum dapat mengkonsumsi makanan yang berbau tajam
dan mengandung banyak lemak karena faktor mual muntah
yang ibu rasakan saat ini.
c. Pembahasan
Pada kasus Ny.M pola nutrisi tidak ditemukan kesenjangan
karena menurut penelitian oleh Rabinerson, et. All, hasil
penelitiannya menemukan bahwa kejadian hiperemesis
gravidarum dapat meningkat pada wanita yang mengalami