SlideShare a Scribd company logo
1 of 114
Download to read offline
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.Y
UMUR 37 TAHUN P3A0 6 JAM POST PARTUM
DI BPS DESY ANDRIANI, AMD.KEB
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
GETA ANGGAWA
201207149
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
9
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.Y
UMUR 37 TAHUN P3A0 6 JAM POST PARTUM
DI BPS DESY ANDRIANI, AMD.KEB
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Kebidanan
GETA ANGGAWA
201207149
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
10
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh TIM Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila Pada:
Hari : Jum’at
Tanggal : 10 juli 2015
Penguji I Penguji II :
Ninik Masturiyah, S,ST , M.Kes Kiki Purnamasari S,ST
NIK. 201501143 NIK. 31008027
Direktur Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung
Dr. Wasni Adila, MPH
NIK 2011041008
11
CURRICULUM VITAE
Nama : Geta Anggawa
Nim : 201207149
Tempat, tanggal lahir : Krui, 21 Maret 1994
Alamat : Jl. Kusuma no 54 Pasar Krui Pesisir Barat
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : ke 7 Tahun 2012
Biografi :
- SD N 1 Pasar Krui, Lampung Barat 2000 s/d 2006
- SMP N 2 Pesisir Tengah, Lampung Barat 2006 s/d 2009
- SMA N 1 Pesisir Tengah, Lampung Barat 2009 s/d 2012
- Saat ini , penulis sedang menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan
Adila Bandar Lampung 2012 s/d Sekarang
12
MOTTO
“Jika kita sudah berusaha dan berdo’a serahkan
semua hasilnya pada ALLAH SWT ”
(By: Geta Anggawa)
13
PERSEMBAHAN
Puji syukur aku panjatkan atas kehadirat–Mu Ya Allah, berkat limpahan Rahmat dan
Hidayah–Mu, Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Karya Tulis Ilmiah ini aku persembahkan untuk :
1. Kedua orang tua ku, terima kasih buat Ayah M.nur dan ibu Emalina atas kasih
sayang yang tak terhingga yang kalian berikan kepadaku, keikhlasan dan
ketulusan kalian dalam membesarkanku, Maafkan aku atas semua keikhlafanku
selama ini, Do’a dan senyum kalian adalah semangat bagiku. Semoga
persembahan ini akan menjadi awal buatku untuk memenuhi harapan kalian.
Aku sangat menyayangi kalian.
2. Kakak Amelia dan Adik Dayu Nurma dan Mawla Zakia yang kusayangi Terima
kasih atas support, Dukungan, Do’a, dan Kasih sayang yang kalian berikan
selama ini, aku sayang kalian semua dan semoga kita semua bisa
membahagiakan Ayah dan Mak.
3. Keluarga Besar Almamater ADILA, semua Dosen-Dosenku yang telah
memberikan bimbingan dan Ilmu Pengetahuan dan menjadi tempatku dalam
nenimba ilmu selama tiga tahun
4. Terimakasih untuk sahabatku di asrama dan teman kamar yang selalu menerima
semua kekuranganku dan semua teman- teman seperjuangan angkatan 2012 di
AKBID ADILA Bandar Lampung (yang tak bisa saya sebutkan satu per satu)
yang selalu membantu ku dalam hal apapun.
14
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dalam bentuk studi kasus
kebidanan yang judul “ Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap Ny.Y Umur
37 Tahun P3A0 6 jam Post Partum Di Bps Desy Andriani Bandar Lampung
Tahun 2015” penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan Karya Tulis Ilmiah
ini, dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Akbid Adila Bandar Lampung
2. Ninik Masturiyah, S.ST M.Kes selaku penguji I dan Kiki Purnama Sari S.ST
selaku Penguji II Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Bandar Lampung
3. Risa Aryantri M.Si selaku pembimbing I dan Margareta Rinjani, S.ST selaku
pembimbing II Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Bandar Lampung
4. Desy Andriani, Amd.Keb selaku pemilik BPS yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian di BPS Desy Andriani, Amd.Keb
5. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung.
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua
pihak. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
Bandar Lampung, Agustus 2015
Penulis
15
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN...........................................................................i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ii
LEMBARAN PENGESAHAN............................................................................iii
INTISARI.............................................................................................................iv
CURICULUM VITAE.........................................................................................v
MOTTO................................................................................................................vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................vii
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................3
1.4 Ruang Lingkup ................................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian ...........................................................................................5
1.6 Metodelogi dan Tehnik Memperoleh Data........................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis Nifas.......................................................................8
2.2 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan.............................................................45
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan..............................................................55
BAB III TINJAUAN KASUS
3. 1 Pengkajian Data ..............................................................................................59
3. 2 Matrik.............................................................................................................70
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ......................................................................................................80
4.2 Identifikasi Diagnosa Masalah dan Kebutuhan ................................................93
4.3 Antisipasi Masalah Potensial...........................................................................94
4.4 Tindakan Segera..............................................................................................95
4.5 Perencanaan....................................................................................................95
4.6 Pelaksanaan.....................................................................................................97
4.7 Evaluasi ..........................................................................................................99
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................................................100
5.2 Saran................................................................................................................101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Balasan Bidan
Lampiran 3 : Jadwal Penelitian
Lampiran 4 : Dokumentasi
Lampiran 5 : Lembar Konsul Penguji
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu. Wanita yang dimulai periode puerperium disebut puerpura.
Puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati
dan Wulandari, 2010;h.1).
Kunjungan masa nifas terdiri dari kunjungan pertama yaitu 6-8 jam setelah
persalinan yaitu mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas, mendeteksi dan
merawat penyebab lain perdarahan serta memberi rujukan bila perdarahan
berlanjut, memberikan konseling kepada ibu atau salah satu keluarga mengenai
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI
(air susu ibu) pada masa awal menjadi menjadi ibu, mengajarkan cara mempererat
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia. Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga
ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan
bayi dalam keadaan stabil.
Masa Nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi
setelah melahirkan dan hampir 50% dari masa nifas terjadi pada 24 jam pertama
setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas.
Selama ini pendarahan pascapersalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun
2
dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi
lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas.(Saleha, 2009;h.6,95).
Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu
setiap tahunnya di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan
pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Dalam waktu satu
jam setelah persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus
berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila
terjadi perdarahan berat, transfusi darah adalah satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan kehidupan ibu. Hal ini adalah salah satu penyebab terpenting
terjadinya kematian ibu di dunia yang melibatkan 150.000 kematian dalam satu
tahun, terutama terjadi di negara berkembang. Sebagian besar dari kematian ibu
(88%) terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan, menandakan bahwa ini adalah
kejadian yang berkaitan erat dengan persalinan kala III (Prawirohardjo,
2010;h.358).
Bila dilihat berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung tahun 2012
berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian ibu (kematian
pada saat ibu hamil, saat melahirkan dan nifas)seluruhnya sebanyak 179 kasus
dimana kasus kematian ibu terbesar (59,78%) terjadi pada saat persalinan dan
70,95% terjadi pada usia 20-34 tahun. Penyebab kasus kematian ibu yaitu
perdarahan, eklamsi, infeksi dan lain-lain. (Profil Kesehatan Provinsi Lampung,
2012)
Berdasarkan hasil pra survey di Bidan Praktek Swasta (BPS) Desy Andriani Teluk
Betung Selatan pada tanggal 18 April 2015 terdapat Ny. Y P3A0 umur 37 tahun 6
3
jam post partum, oleh itu perlu di beri penjelasan tentang pentingnya mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri, memberikan ASI awal, memberikan
konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga tentang bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri dan melakukan hubungan antara ibu dan
bayi. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil Studi
kasus dengan judul: Asuhan Kebidanan pada Ibu nifas terhadap Ny.Y umur 37
tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani, Amd. Keb Bandar Lampung
tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
“Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. Y umur 37 tahun
P3A0 6 jam post partum tanggal 18 April 2015 di BPS Desy Andriani, Amd.Keb
Bandar Lampung tahun 2015”?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. Y umur 37
tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani, Amd.Keb Bandar
Lampung.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Dapat melaksanakan pengkajian data dasar terhadap Ny. Y umur 37
tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani, Amd.Keb
Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.2 Dapat menentukan interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa
masalah serta kebutuhan terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam
4
post partum di BPS Desy Andriani, Amd.Keb Bandar Lampung
tahun 2015.
1.3.2.3 Dapat menentukan identifikasi masalah potensial dan mengantisipasi
penanganan pada asuhan kebidanan terhadap Ny. Y umur 37 tahun
P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani, Amd.Keb Bandar
Lampung tahun 2015.
1.3.2.4 Dapat melaksanakan tindakan segera pada asuhan kebidanan
terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy
Andriani, Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.5 Dapat menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada asuhan
kebidanan terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di
BPS Desy Andriani, Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.6 Dapat melaksanakan rencana asuhan yang efisien dan aman pada
asuhan terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di
BPS Desy Andriani, Amd,Keb Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.7 Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah di berikan pada
asuhan kebidanan terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post
partum di BPS Desy Andriani, Amd.Keb Bandar Lampung tahun
2015.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Objek penelitian dalam kasus ini adalah Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post
partum.
5
1.4.2 Tempat
Penelitian ini dilakukan di BPS Desi Andriani Amd,Keb Teluk Betung
Selatan Bandar Lampung
1.4.3 Waktu
Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 April 2015
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penulisan dalam karya tulis ini adalah :
1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi sumber bacaan untuk menambah informasi badan ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa serta acuan untuk penelitian selanjutnya.
1.5.2 Bagi Lahan Praktik
Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
tempat praktik terutama bagi bidan serta tenaga kesehatan yang berada di
masyarakat untuk melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan dan
memberikan pendidikan kesehatan atau Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE).
1.5.3 Bagi masyarakat
Dapat dijadikan masukan pada masyarakat agar lebih mengerti tentang
perawatan ibu selama masa nifas.
1.5.4 Bagi penulis
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan mengaplikasikan
pendidikan penulis khususnya tentang penatalaksanaan 6 jam postpartum
pada ibu nifas.
6
1.6 Metodologi Dan Teknik Memperoleh Data
1.6.1 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian deskriptif.
Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk
memecahkan atau menjawab permasalahan yang dihadapi pada situasi
sekarang. (Soekidjo Notoatmodjo, 2005;h.138)
1.6.1.1 Teknik Memperoleh Data
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data ada 2 cara, yaitu:
a. Data primer
a) Anamnesa
Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data
tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.
Dalam penulisan karya tulis ini anamnesa yang dilakukan
menggunakan cara auto anamnesa, yaitu anamnesa yang
dilakukan kepada pasien secara langsung. (Sulistyawati,
2009;h.111)
b) Pengkajian Fisik
Dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama
dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi,
beberapa pemeriksaan khusus mungkin diperlukan seperti tes
neulorogi. (Tambunan dan Kasim, 2012;h.3)
7
b. Data sekunder
a) Studi Pustuka
Penulis mencari, mengumpulkan dan mempelajari referensi
yang relevan berdasarkan kasus yang dibahas yakni Asuhan
masa nifas normal dari beberapa buku dan informasi dari
internet.
b) Studi Dokumentasi
Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun
yang tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab
instansi resmi, misalnya laporan, statistik, catatan-catatan
didalam kartu klinik (Notoatmodjo, 2005;h.63).
8
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Tinjauan Teori Medis
2.1.1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
(Dewi dan Sunarsih, 2013;h.1).
Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut
hitungan awam merupakan masa nifas. Masa ini penting sekaliuntuk
terus dipantau. Nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama halnya
seperti masa haid (Saleha, 2009;h.2).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang
melalui periode puerperium disebut puerpura. Puerperium (Nifas)
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal
(Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.1).
8
9
2.1.2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
2.1.2.1 Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas. Tujuan perawatan
masa nifas adalah untuk menghindarkan/ mendeteksi adanya
kemungkinan adanya perdarahan postpartum dan infeksi. Oleh
karena itu, penolong persalinan sebaiknya tetap waspada,
sekurang-kurangnya satu jam postpartum untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya
wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus
berlangsung lama.
2.1.2.2 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Menjaga kesehatan ibu
dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus di berikan
oleh penolong persalinan. Ibu dianjurkan untuk menjaga
kebersihan seluruh tubuh.
2.1.2.3 Melaksanakan skrining secara komprehensif. Melaksanakan
skirining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah,
mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya.
2.1.2.4 Memberikan pendidikan kesehatan diri. Memberikan
pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB,
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan
perawatan bayi sehat.
2.1.2.5 Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan
payudara
10
2.1.2.6 Konseling mengenai KB. Bidan memberikan konseling
mengenal KB.
(Dewi dan Sunarsih, 2013;h.3)
2.1.3. Tahapan Masa Nifas
2.1.3.1 Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal
ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam
agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.
2.1.3.2 Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan
menyeluruh alat-alat genitalia, yang lamanya sekitar 6-8
minggu.
2.1.3.3 Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu,
bulanan, bahkan tahunan. (Sulistyawati, 2009;h.5).
2.1.4. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali. Kunjungan
ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk
mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi.
11
Tabel: 2.1 Program Dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah
persalinan
1. Mencegah terjadi perdarahan pada
masa nifas.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan dan memberi rujukan
bila perdarahan berlanjut.
3. Memberi konseling kepada ibu atau
salah satu anggota keluarga mengenai
bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI pada masa awal
menjadi ibu.
5. Mengajarkan cara mempererat
hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia.
Jika bidan menolong persalinan, maka
bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk
2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai keadaan ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
2 Enam hari
setelah
persalinan
1. Memastikan involusi uteri berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus tidak ada
perdarahan abnormal, dan tidak ada
bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, atau kelainan pasca
melahirkan.
3. Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan, dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit.
5. Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat dan bagaimana
menjaga bayi agar tetap hangat.
3 Dua minggu
setelah
persalinan
Sama seperti di atas (enam hari setelah
persalinan).
4 Enam minggu
setelah
persalinan
1. Menanyakan pada ibu ttentang
penyulit-penyulit yang dialami atau
bayinya.
2. Memberikan konseling untuk KB
secara dini.
12
2.1.5. Proses Laktasi dan Menyusui
2.1.5.1 Proses Laktasi dan Menyusui
Proses ini dikenal juga dengan istilah inisiasi menyusu dini,
dimana ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta
lepas. Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin
(hormon plasenta) yang menghambat pembentukan ASI.
Setelah plasenta lepas, hormon plasenta tidak diproduksi lagi,
sehingga susu pun keluar. Umumnya ASI keluar 2-3 hari
setelah melahirkan. Namun, sebelumnyadi payudara sudah
terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk bayi, karena
mengandung zat gizi dan antibodi pembunuh kuman
(Saleha, 2009;h.11).
2.1.5.2 Struktur Payudara
Struktur makroskopis dari payudara adalah sebagai berikut :
a. Kauda aksilaris
Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah aksila
b. Areola
Adalah daerah lingkaran yang terdiri atas kulit yang
longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-
masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm.
Letaknya mengelilingi puting susu berwarna kegelapan
yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pada
kulitnya. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu
bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama
13
menyusui. Pada kalang payudara terdapat duktus laktiferus
yang merupakan tempat penampungan air susu. Sinus
laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar
melebar, akhirnya memusat kedalam puting dan bermuara
ke luar.
c. Papilla mammae(puting susu)
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya
variasi bentuk dan ukuran payudara, maka terletak akan
bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil
yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung
serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-
serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila
ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan
menyebabkan putung susu ereksi, sedangkan serat-serat
otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu
tersebut. Bentuk puting ada empat macam, yaitu bentuk
yang normal, pendek/datar, panjang, dan
terbenam(inverted).
Struktur mikroskopis dari payudara adalah sebagai berikut.
a. Alveoli
Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu.
Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel
plasma,sel otot polos dan pembuluh darah. Payudara
terdiri atas 15-25 lobus. Masing-masing lobus terdiri atas
14
20-40 lobulus. Selanjutnya masing-masing lobulus terdiri
atas 10-100 alveoli dan masing-masing dihubungkan
dengan saluran air susu ibu (sistem duktus) sehingga
menyerupai suatu pohon. ASI disalurkan dari alveolus
kedalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa
duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar
(duktus laktiferus).
b. Duktus laktiferus
Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus laktiferus.
c. Ampulla
Adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar,
merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak
dibawah areola.
d. Lanjutan setiap duktus laktiferus
Meluas dari ampula sampai muara papilla mammae.
(Dewi dan Sunarsih, 2013;h.9).
2.1.5.3 Hormon yang Terlibat dalam Proses Pembentukan ASI
a. Progesteron
Mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Kadar
progesteron dan esterogen menurun sesaat setelah
melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi ASI secara
besar-besaran.
15
b. Esterogen
Menstimlasikan sistem saluran ASI untuk membesar.
Kadar esterogen dalam tubuh menurun saat melahirkan
dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap
menyusui
c. Prolaktin
Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa
kehamilan
d. Oksitosin
Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya,seperti halnya juga dalam
organisme. Setelah melahirkan,oksitosin juga
mengencangkan otot halus disekitar alveoli untuk memeras
asi menuju saluran susu.
e. Human placental lactogen
Sejak bulan kedua kehamilan,plasenta mengeluarkan
banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara,
puting,dan aerola sebelum melahirkan.Pada bulan ke lima
dan bulan keenam kehamlan,dan payudara siap untuk
memproduksi ASI.
2.1.5.4 Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Insiasi menyusui dini (early initation) atau permulaan
menyusu dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera
setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini
16
dinamakan the breats crawlatau merangkak mencari
payudara.Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan
diletakkan pada perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan
tidak dapat dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam,semua
bayi akan melalui lima tahapan perilaku(Pre-Feeding
Behavior)sebelum ia berhasil menyusui.
Berikut ini tahapan prilaku bayi tersebut:
a. Dalam 30 menit pertama: stadium istirahat/diam dalam
keadaan siaga(rest/quite alert stage). Bayi diam tidak
bergerak, Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya.
Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian
peralihan dari keadaan dalam kandungan. Bonding
(hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar
pertumbuhan bayi dalam suasana aman.
b. Antara 30-40 menit: mengeluarkan suara, gerakan mulut
seperti ingin minum, mencium dan menjilat tangan. Bau
dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan
payudara dan puting susu ibu.
c. Mengeluarkan air liur: saat menyadari bahwa ada
makanan disekitarnya, bayi mengeluarkan air liurnya.
d. Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areolasebagai
sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat
kulit ibu,menghentakan kepala ke dada ibu,menoleh ke
17
kanan dan ke kiri, serta menyentuh meremas daerah
puting susu dan sekitarnya.
e. Menemukan, menjilat, mengulum, membuka mulut lebar
dan melekat dengan baik. (Saleha, 2009;h.13,31).
2.1.5.5 Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam
menunjang pemberian ASI.
a. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir
selam beberapa jam pertama
b. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu
untuk mencegah masalah umum yang timbul
c. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI
d. Menempatkan bayi di dekat ibu pada kamar yang sama
(rawat gabung)
Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan
di mana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan,
melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24
jam penuh.
Manfaat rawat gabung:
a. Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi
menyusui setiap saat dan tanpa terjadwal. Dengan
demikian, semakin sering bayi menyusu, maka ASI segera
keluar.
18
b. Aspek fisiologis
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih
sering disusui. Hal ini mengakibatkan bayi mendapat
nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleksoksitosin yang
ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu
involusio uteri dan produksi ASI akan dipicu oleh refleks
prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian menyatakan
bahwa dengan ASI ekslusif merupakan kepuasan
tersendiri.
c. Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu
dan bayi atau proses lekat (early infant mother bounding).
Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badaniah ibu dan
bayi. Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental
yang diperlukan bayi sehingga mengaruhi kelanjutan
perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat
memberikan ASI secara ekslusif merupakan kepuasan
tersendiri.
d. Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam
hal cara merawat bayi dan merawat dirinya sendiri
pascamelahirkan. Pada saat inilah, dorongan suami dan
keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu.
19
e. Aspek ekonomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu
maupun keluarga tetapi juga untuk rumah sakit maupun
pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam
pemberian susu buatandan peralatan lain yang
dibutuhkan.
f. Aspek medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya
infeksi nosokomial. Selain itu, ibu dapat melihat
perubahan fisik dan perilaku bayinya yang menyimpang
dengan cepat sehingga dapat segera menanyakan kepada
petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang dianggap
tidak wajar.
g. Memberi ASI pada bayi sesering mungkin
h. Memberikan kolostrum dan ASI aja
i. Menghindari susu dan botol “dot empeng”
(Dewi dan Sunarsih, 2013;h.16)
2.1.5.3 Manfaat Pemberian ASI
a. Manfaat bagi bayi
Pemberian ASI dapat membantu bayi memulai
kehidupannya dengan baik. Kolostrum, susu jolong, atau
susu pertama mengandung antibodi yang kuat untuk
mencegah infeksi dan membuat bayi menjadi kuat.
Penting bagi bayi sekali untuk segera minum ASI dalam
20
jam pertama sesudah lahir, kemudian setidaknya setiap 2-
3 jam. ASI mengandung campuran berbagai bahan
makanan yang tepat bagi bayi. ASI sudah dicerna oleh
bayinya. ASI saja tanpa tambahan makanan lain.
(Sulistyawati, 2009;h.17)
b. Manfaat bagi Ibu
a) Komposisi sesuai kebutuhan
b) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia
enam bulan
c) ASI mengandung zat pelindung
d) Perkembangan psikomotorik lebih cepat
e) Menunjang perkembangan kognitif
f) Menunjang perkembangan penglihatan
g) Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak
h) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat
i) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya
diri.
c. Manfaat bagi keluarga
a) Mudah dalam proses pemberianya
b) Mengurangi biaya rumah tangga
c) Bayi yang mendapat ASI jarang aktif, sehingga
menghemat biaya untuk berobat.
21
d. Manfaat bagi negara
a) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakain
obat-obatan
b) Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula
dan perlengkapan bayi
c) Mengurangi polusi
d) Mendapatkan SDM yang berkualitas.
(Saleha, 2009;h.33)
2.1.6. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
2.1.5.6 Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
Involusi atau pengurutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan
berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus
(Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.73)
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang
lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari
kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat.
Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam.Subinvolusi
adalah kegagalan uterus untuk kembali pada tidak hamil.
Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah
tertahannya fragmen plasenta dan infeksi
(Dewi dan Sunarsih, 2013;h.55)
22
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut.
a) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan serat
otot atrofi.
b) Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuri sendiri yang
terjadi didalam otot uterus. Enzim proteolitik akan
memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga panjangnya 10 kali dari semula dan
lebar lima kali dari semula selama kehamilan atau
dapat juga dikatakan sebagai perusakan secara
langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Hal ini
disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan
progesteron.
c) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah
ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi
situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan.
23
Tabel 2.2Involusi uterus
Involu
si
Tinggi Fundus
Uteri
Berat
Uterus
(gr)
Diameter
Bekas
Melekat
Plasenta
(cm)
Keadaan
Serviks
Bayi
lahir
Setinggi pusat 1000
Uri
lahir
2 jari di bawah
pusat
750 12,5 Lembek
Satu
minggu
Pertengahan pusat-
simpisis
500 7,5 Beberapa
hari setelah
postpartum
dapat dilalui
2 jari
Akhir
minggu
pertama
dapat
dimasuki 1
jari
Dua
minggu
Tak teraba di atas
simpisis
350 3-4
Enam
minggu
Bertambah kecil 50-60 1-2
Delapa
n
minggu
Sebesar normal 30
b. Bagian Bekas Implantasi Plasenta
Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir
seluas 12 x 5 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh
darah besar bermuara. Pada pembuluh darah terjandi
pembentukan thrombosis disamping pembuluh darah
tertutup karena kontraksi otot rahim. Bekas luka
implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu kedua
sebesar 6 – 8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm.
Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan
nekrosis bersama dengan lochea. Luka bekas implantasi
plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium
yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis
endometrium. Luka sembuh sempurna pada 6 – 8 miinggu
postpartum (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.76).
24
c. Perubahan Ligamen
Ligamen – ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin
lahir, berangsur – angsur menciut kembali seperti
sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi
kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi. Tidak jarang pula wanita mengeluh
“kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena
ligament, fasia, dan jaringan penunjang alat genetalia
menjadi agak kendur.
(Dewi dan Sunarsih, 2013;h.57)
d. Perubahan pada Serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks
akan menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir.
Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara
korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh
dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena
robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks
tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum
hamil.
25
Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua
yang nekrotik dan dalam uterus.
1. Lokhea rubra/merah (kruenta)
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4
masa post partum. Cairan yang keluar berwarna
merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa
plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut
bayi), dan mekonium.
2. Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kuning kecokelatan dan
berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai
hari ke-7 post partum.
3. Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau
laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari
ke-14.
4. Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel
epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan
yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama
2-6 minggu postpartum(Sulistyawati,2009;h.77)
26
Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk
yang disebut dengan lochea purulenta. Pengeluaran
lochea yang tidak lancer disebut dengan lochea statis
(Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.79).
e. Perubahan pada Vulva, Vagiana dan Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan
dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,
kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur vagina
dan pintu keluar vagina pada bagian pertama masa nifas
membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang
ukurannya secara perlahan-lahan mengecil tetapi jarang
kembali ke ukuran nulipara. Setelah minggu ketiga rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
kembali sementara labia jadi lebih menonjol.
(Rukiyah, et.all, 2011;h.61).
Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah
pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina. Kekeringan
lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus
(dispareunia)menetap sampai fungsi ovarium kembali
normal dan menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita
dianjurkan menggunakan pelumas larut air larut air saat
melakukan saat melakukan hubungan seksual untuk
mengurangi rasa nyeri.Pada awalnya, introitus mengalami
27
eritematosa dan edematosa, terutama pada daerah
episiotomi atau jahitan laserasi. Perbaikan yang cermat,
pencegahan atau pengobatan dini hematoma dan higiene
yang baik selama dua minggu pertama setelah melahirkan
biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dari
introitus pada wanita nulipara (Dewi dan Sunarsih,
2013;h.39).
f. Perubahan Tanda-Tanda Vital
a) Suhu Badan
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan
naik sedikit (37,50
-380
C) sebagai akibat kerja keras
suatu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan.
Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa.
Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena
adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak
dan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu
tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium (mastitis, tractus genitalis atau sistem
lain).
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80
kali per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan
biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang
28
melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan hal
ini menunjukan adanya kemungkinan infeksi.
c) Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan
tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah
tinggi pada saat post partum dapat menandakan
terjadinya pre eklamsi post partum.
d) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal
maka pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali
bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan.
2.1.5.7 Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan.
Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat
pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan dan makanan, serta
kurangnya aktivitas tubuh. Supaya buang air besar kembali
normal dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan
asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila tidak berhasil dalam 2-3
hari dapat diberikan obat laksansia.
29
2.1.5.8 Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk BAK dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab
dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema
leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi
(tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan berlangsung.
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam
postpartum. Kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air
akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut
disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam 6 minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemia,
kadang-kadang odem trigonum yang menimbulkan alostaksi
dari uretra sehingga menjadi retensio urine. Kandung kemih
dalam masa nifas menjadi kurang sensitive dan kapasitas
bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine
residual (normal kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine
dan trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan dapat
menyebabkan infeksi (Sulistyawati, 2009;h.78-81).
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum.
Jika dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih atau sekali
berkemih belum melebihi 100, maka dilakukan kateterisas.
30
Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu
menunggu 8 jam untukketeterisasi (Saleha, 2009;h.73).
2.1.5.9 Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh –
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus
akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan.
Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang
pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut
dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang
dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi
kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya
turun” setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan
penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi
yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu
hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk
sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-
jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut
dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan
tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat fisioterapi.
(Sulistyawati, 2009;h.79)
31
Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar. Jika
klien pada hari ketiga belum juga buang air besar maka
diberikan laksan supositoria dan air minum hangat.
2.1.5.10 Perubahan Sistem Kardiovaskular
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400cc.
Bila kelahiran melalui secsio cesaria kehilangan darah bisa dua kali
lipat. Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba.
Volume darah ibu relative akan bertambah.keadaan ini
menimbulkan beban pada jantung dan dapat menimbulkan
dekompensasi kodis pada penderita vitium cordis. Untuk keadaan
ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala.
Umunya hal ini terjadi pada hari ketiga sampai hari kelima post
partum (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.85,106).
2.1.7. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
2.1.8.1 Nutrisi
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang
serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan dan sangat mempengaruhi susunan air susu, diet
yang dibutuhkan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori,
tinggi protein dan banyak mengandung cairan.Ibu yang
menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
32
2. Makan dengan diet berimbang untuk mndapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup
3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
5. Minum kapsul vitamin 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
(Saleha, 2009;h.72)
2.1.8.2 Ambulasi
Pada masa lampau, perawatan puerperium sangat konservatif,
dimana puerperal harus tidur terlentang selama 40 hari. Kini
perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk
melakukan mobilisasi dini.
Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan, yaitu
sebagai berikut.
a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi
puerperium
b. Mempercepat involusi uterus
c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin
d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan
33
membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan. Pada
persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2
jam (ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah
adanya trombosit).
Keuntungan lain dari ambulasi dini adalah sebagai berikut.
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik
c. Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu
merawat/memelihara anaknya
d. Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal
e. Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau
luka di perut
f. Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio
Ambulasi dini dilakukan secara berangsur-angsur, maksudnya
bukan berarti ibu diharuskan langsung bekerja (mencuci,
memasak, dan sebagainya) setelah bangun.
(Dewi dan Sunarsih, 2013;h.73)
2.1.8.3 Eliminasi
b. Miksi
Miksi disebut normal bila ibu dapat BAK spontan tiap 3-4
jam.bila ibu tidak dapat BAK sendiri maka dilakukan
tindakan sebagai berikut:
a) Dirangsang dengan mengunakan air keran didekat klien
b) Mengompres dengan air hangat diatas simfisis
34
Bila tidak berhasil dengan cara diatas maka dilakukan
kateterisasi. Karena Karena prosedur katerisasi membuat
klien tidak nyaman dan resiko infeksi saluran kencing tinggi
untuk itu katerisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam
postpartum. Douwer kateter diganti setelah 48 jam.
c. Defekasi
Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar.
Jika pada hari ketiga belum juga buang air besar maka
diberikan laksan supositoria dan minum air hangat. Agar
dapat buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan
diit teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup
serat, olahraga (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.106).
d. Kebersihan Diri
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi
dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu
untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur
minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian alas tempat tidur
serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih,
segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik
menggunakan antiseptik (PK/Dethol) dan selalu diingat
bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang.
Untuk mencegah terjadi infeksi baik pada luka jahitan dan
maupun kulit, maka ibu harus menjaga kebersihan dini secara
keselurahan. (Sari dan Rimandini, 2014;h.157)
35
Mengganti pembalut setiap kali darah penuh atau minimal 2
kali dalam sehari. Kadang hal ini terlewat untuk disampaikan
kepada pasien (Sulistyawati, 2009;h.102).
Perawatan Payudara
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama
bagian puting susu.
b) Menggunakan BH yang menyokong payudara.
c) Apabila puting susu lecet, oleskan colostrum atau ASI
yang keluar disekitar puting setiap kali setiap selesai
menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting
susu yang tidak lecet.
d) Apabila lecet sangat berat dapat di istirahatkan selama 24
jam., ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.
e) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat di berikan
paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
f) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah
dan hangat selama 5 menit.
g) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara
sehingga puting susu menjadi lunak.
h) Susukan bayi 2-3 jam. Apabila bayi tidak dapat
menghisap seluruh ASI, sisanya keluarkan dengan
tangan.
i) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
2.1.8.4 Istirahat
36
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas
untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga
disaranan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk
beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi
menyusui bayinya nanti. (Sulistyawati, 2009;h,103)
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses
involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan
depresi, dan ketidak mampuan untuk merawat bayinya dan
dirinya sendiri (Rukiyah, et.all, 2011;h.78)
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan.Akan terasa
lebih lelah bila partus berlangsung agak lama. Seorang ibu baru
akan cemas apakah ia mampu merawat anaknya atau tidak
setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan
lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja
bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, atau
mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.
2.1.8.5 Hubungan Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan jika luka perineum telah
sembuh dan lokia berhenti. Sebaiknya hubungan seksual dapat
ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan
karena pada saat itu, bila senggama tidak mungkin menunggu
sampai hari ke-40, suami/istri perlu melakukan usaha untuk
37
mencegah kehamilan. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk
memberikan konseling tentang pelayanan KB.
2.1.8.6 Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah
melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali.
(Dewi dan Sunarsih, 2013;h.77,81)
Banyak diantara senam post partum sebenarnya sama dengan
senam antenatal. Hal yang paling penting bagi ibu adalah agar
senam-senam tersebut hendaknya dilakukan secara perlahan
dahulu lalu semakin lama semakin sering/kuat. Senam yang
pertama paling baik paling aman untuk memperkuat dasar
panggul adalah senam kegel. Segera lakukan senam kegel pada
hari pertama postpartum bila memungkinkan. Meskipun
kadang-kadang sulit untuk secara mudahnmengaktifkan oto-otot
dasar panggul ini selama hari pertama atau kedua, anjurkan ibu
tersebut tetap mencobanya. Senam kegel akan membantu
penyembuhan post partum dengan jalan membuat kontraksi dan
pelepasan secara bergantian pada otot-otot dasar panggul.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.109)
2.1.8. Respons Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
2.1.9.1 Bonding Attachment
Yang dimaksud dengan Bounding Attacment adalah sentuhan
awal atau kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit -menit
pertama sampai beberapa menit setelah kelahiran bayi. Pada
38
proses ini, terjadi penggabungan berdasarkan cinta dan
penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan
memberikan dukungan asuhan dalam perawatannya.
(Sulistyawati, 2009;h.59)
Tahap-tahap bonding attachment adalah sebagai berikut.
a.Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata,
menyentuh, berbicara dan mengeksplorasi segera setelah
mengenal bayinya.
b.Keterikatan (bonding).
c.Attachment, perasaan kasih sayang yang yang mengikat
individu dengan individu.
2.9.1.2 Respon Ayah dan Keluarga
Jika ibu sudah mengandung bayi selama sembilan bulan, ayah
benar-benar merasakan keersamaan denagn bayi saat bayi
lahir. Perkenalan ayah denagn bayi dimulai saat mereka saling
bertatapan. Seperti halnya ikatan ibu dengan bayi, kedekatan
ayah dengan bayi penting bagi tumbuh kembang bayi. Hasil
penelitian Robert A. Veneziano dalam The Importance of
Father Love menyebutkan kedekatan ayah dan bayi sangat
membantu mengmbangkan kemampuan sosial, kecerdasan
emosi, dan pekembangan kognitif bayi.
(Dewi dan Sunarsih, 2013;h.46,49)
2.1.9. Mempertahankan Suhu Tubuh BBL dan Mencegah Hipotermia
a. Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir
39
Kondisi bayi lahir dengan tubuh basah karena air ketuban atau aliran
udara melalui jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat
terjadinya penguapan yang akan mengakibatkan bayi lebih cepat
kehilangan suhu tubuh. Hal ini akan mengakibatkan serangan dingin
(cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermia. Bayi
kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh
karena kontrol suhunya belum sempurna.
b. Untuk mempercegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru lahir
harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering
kemudian diletakkan telungkup diatas dada ibu untuk mendapatkan
kehangatan dari dekapan ibu.
c. Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil
Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2.500 gram
dan menangis kuat bisa dimandikan ± 24 jam setelah kelahiran
dengan tetap menggunakan air hangat. Pada BBL beresiko yang
berat badannya kurang dari 2.500 gram atau keadaanya sangat
lemah sebaiknya jangan dimandikan sampai suhu tubuhnya stabil
dan mampu menghisap ASI dengan baik.
d. Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir
Ada empat cara yang membuat bayi kehilangan panas :
a.Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak
langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke
objek lain melalui kontak langsung). Sebagai contoh, konduksi bisa
40
terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang
bayi saat tangan dingin dan menggunakan stetoskop dingin untuk
pemeriksaan BBL
b. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang
bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan
suhu udara). Sebagai contoh, konveksi dapat terjadi ketika
membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela atau
membiarkan pat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBL
dekat jendela atau membiarkan BBL di ruangan yang terpasang
kipas angin.
c. Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang
lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai
suhu berbeda). Sebagai contoh, membiarkan BBL dalam ruangan
AC tanpa diberikan pemanas (radiant warmer) , membiarkan BBL
dalam keadaan telanjang atau menidurkan BBL berdekatan dengan
ruangan yang dingin (dekat tembok).
d. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada
kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara
mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini dipengaruhi oleh
jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara dan aliran
udara yang terlewati. Apabila BBL dibiarkan dalam suhu kamar
41
250
C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi,radiasi
dan evaporasi yang besarnya 200 kg/BB, sedangkan yang dibentuk
hanya sepersepuluhnya saja. Agar dapat mencegah terjadinya
kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal berikut
a) Keringkan bayi secara seksama
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan
hangat
c) Tutup bagian kepala bayi
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
f) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
(Dewi, 2010;h.3-14)
2.1.10. Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas
a.Infeksi Nifas
Infeksi nifas adalah peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman kedalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan
nifas.
a) Etiologi
Berdasarkan masuknya kuman kedalam alat kandungan
1. Ektogen (kuman datang dari luar)
2. Autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh)
3. Endogen (dari jalan lahir sendiri) berdasarkan kuman yang
sering menyebabkan infeksi.
42
b) Patofisiologi
Servik yang sering mengalami perlukaan pada persalinan,
demikian juga vulva, vagina, dan perineum yang merupakan
tempat masuknya kuman patogen.
c) Tanda dan gejala
Infeksi lokal
Yaitu pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan,
perubahan warna kulit, pengeluaran lochea bercampur nanah,
mobilitasi terbatas karena rasa nyeri, temperatur badan dapat
meningkat.
Infeksi umum
Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat, tekanan darah
menurun dan nadi meningkat, pernafasan dapat meningkat dan
terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan koma, terjadi
gangguan involusi uterus, lochea berbau dan bernanah serta kotor.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.124)
b.Perdarahan postpartum
a) Definisi
Perdarahan pervaginam adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
setelah bayi lahir. Menurut waktu terjadinya, perdarahan
postpartum dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut
1.Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrage)
yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
43
2.Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrage)
yang terjadi setelah 24 jam setelah anak lahir. Biasanya antara
hari ke-5 sampai hari ke-15 postpartum.
b) Etiologi
1. Atonia uteri, faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah
sebagai berikut.
a. Umur. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua
b. Paritas. Atoina uteri sering dijumpai pada multipara dan
grand multipara
c. Partus lama atau partus terlentar
d. Obstetri operatif dan narkosa
e. Uterus terlalu regang dan besar, misalnya pada gemelli,
hidramnion, atau janin besar
f. Kelainan pada uterus, seperti pada mioma uteri
g. Faktor sosio-ekonomi, yaitu malnutrisi
2. Retensio plasenta yaitu plasenta belum lahir dalam waktu satu
jam setelah bayi lahir. Penyebab terjadinya retensio plasenta
adalah sebagai berikut
a. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh
melekat lebih dalam. Menurut tingkat pelekatannya
plasenta, maka dibagi menjadi beberapa kelompok sebagai
berikut
1) Plasenta adhesiva yang melekat pada desidua
endometrium lebih dalam
44
2) Plasenta inkreta, vili korialis tumbuh lebih dalam dan
menembus desidua sampai ke miometrium
3) Plasenta akreta menembus lebih dalam ke dalam
miometrium tetapi belum menembus serosa
4) Plasenta perkreta yang menembus sampai serosa atau
peritoneum dinding rahim
b. Plasenta sudah lepas, tetapi belum keluar karena atonia
uteri yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak
atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim
akibat kesalahan penanganan kala III yang akan
menghalangi plasenta lahir (plasenta inkarserata).
3. Sisa plasenta atau selaput ketuban
4. Jalan lahir, yaitu robekan perineum, vagina, seviks, forniks
dan rahim
5. Penyakit darah. Kelainan pembekuan darah, misalnya
hipofibrinogenemia yang sering dijumpai pada:
a) Perdarahan yang banyak
b) Solusio plasenta
c) Kematian janin yang lama dalam kandungan
d) Pre-eklamsi dan eklamsi
e) Infeksi, hepatitis dan septik syok
(Aminin, 2013;h.2)
45
2.2 Tinjauan Toeri Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari
pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Langkah manajemen menurut helen varney:
2.2.1 Pengumpulan data dasar (Pengkajian)
Mengumpulkan semua data dasar yang di butuhkan untuk mengevaluasi
keadaan klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
2.2.1.1 Anamnesa
Anamnesa dilakukan untuk mendapatkan data anamnesa
terdiri dari beberapa kelompok penting sebagai berikut:
a. Data Subjektif
Identitas pasien
a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan.
b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat- alat reproduksi belum
matang, mental psikisnya belum siap. Sedangkan umur
lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas.
46
c) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dlam berdoa.
d) Suku
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari.
e) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya.
f) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut.
g) Alamat
Di tanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila di perlukan.
h) Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang
berkaitan dengan masa nifas,misalnya pasien merasa
mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada
perineum.
47
i) Riwayat Kesehatan
1. Sekarang
Data-data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang di derita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas
dan bayinya.
2. Yang Lalu
Data yang di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti Jantung, Diabetes Militus, Hipertensi,
Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
3. Keluarga
Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu bila
ada penyakit keluarga yang menyertainya
(Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.130-133)
j) Riwayat obstetri
1. Riwayat haid
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari
organ reproduksinya.
2. Menarche
Usia pertama kali mengalami menstruasi. Untuk
wanita Indonesia pada usia sekitar 12-16 tahun.
48
3. Siklus
Jarak antara menstruasi yang di alami dengan
menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, biasanya
sekitar 23-32 hari.
4. Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah
menstruasi yang di keluarkan.
5. Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang di
rasakan ketika mengalami menstruasi misalnya sakit
yang sangat, pening sampai pingsan,atau jumlah
darah yang banyak. (Sulistyawati, 2009;h.112).
k) Riwayat Persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan.
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses
persalinan mengalami kelainan atau tidak yang biasa
berpangaruh pada masa nifas saat ini
l) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB
dengan kontrasepsi jenis apa,berapa lama, adakah
keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana
KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi
apa.
49
m)Pola kebutuhan Sehari-hari
1. Nutrisi
Ibu masa nifas masalah diet perlu mendapatkan
perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik
dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan
harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi
protein dan banyak mengandung cairan.
(Saleha, 2009;h.71)
2. Eliminasi
Miksi disebut normal bila ibu dapat BAK spontan
tiap 3-4 jam.
Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air
besar (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.106,134).
3. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang
berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan
fisiknya. Keluarga disaranan untuk memberikan
kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup
sebagai persiapan untuk energi menyusui bayinya
nanti. (Sulistyawati, 2009;h,103)
4. Personal Hygine
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber
infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu.
50
Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan
cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari,
mengganti pakaian alas tempat tidur serta lingkungan
dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan
wangi.(Sari dan Rimandini, 2014;h.157)
5. Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari- hari.
Pada pola ini perlu di kaji pengaruh aktivitas
terhadap kesehatannya. Mobilisasi dini dapat
mempercepat proses pengembalian alat- alat
reproduksi. (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.137)
b. Data Objektif
Dalam menghadapi masa nifas dari seseorang klien,
seseorang bidan harus mengumpulkan data untuk
memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil.
Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian
data obyektif ini adalah:
2.2.1.2 Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut:
a. Keadaan umum
Data ini dapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan hasil pengamatan yang di laporkan kriterianya
baik atau lemah.
51
b. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang ke sadaran
pasien,kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran
pasien dari keadaan compos mentis sampai dengan koma.
(Sulistyawati, 2009;h.122)
Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam 2 pengobatan.
b) Nadi
Berkisar antara 60- 80x/menit denyut nadi di atas
100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di
akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena
,kehilangan darah yang berlebihan.
c) Pernafasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang
normal,yaitu sekitar 20-30 x/menit.
d) Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama
pada masa nifas pada umumnya di sebabkan oleh
dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada
52
waktu melahirkan, selain itu bisa juga di sebabkan
karena istirahat dan tidur yang di perpanjang selama
awal persalinan.
2.2.1.3 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki
Menjelaskan pemeriksaan fisik
1. Keadaan buah dada dan puting susu
a) Simetris / tidak
b) Konsistensi, ada pembengkakan/ tidak
c) Puting susu menonjol/tidak, lecet/tidak
2. Keadaan abdomen
a) Uterus : 2 jari dibawah pusat
Normal
1) Kokoh, berkontraksi baik
2) Tidak berada diatas ketinggian fundal saat masa
nifas segera
Abnormal
1) Lembek
2) Di atas ketinggian fundal saat masa post partum
segera
b) Kandung kemih : bisa buang air/ tak bisa buang air
3. Keadaan genitalia
a) Lochea : Rubra
Normal
53
1) Merah hitam (lochea rubra)
2) Bau biasa
3) Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku
(ukuran jeruk kecil)
4) Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya
perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam)
Abnormal
1) Merah terang
2) Bau busuk
3) Mengeluarkan darah beku
4) Perdarahan berat (memerlukan penggantian
pembalut setiap 0-2 jam)
b) Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka
episiotomi/robekan, hecting
c) Keadaan anus : hemoroid
d) Keadaan ekstremitas
1) Varises
2) Oedem
3) Refleks patella
2.2.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah, dan Kebutuhan
Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.Dalam
langkah ini data yang telah dikumpulkan di interpretasikan menjadi
diagnose kebidanan dan masalah.
54
a. Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus,
Anak hidup, umur ibu dsn keadaan nifas (Ambarwati dan
Wulandari, 2010;h.141)
Langkah awal dari perumusan diagnose atau masalah adalah
pengolahan data dan analisis dengan menghubungkan data satu
dengan data yang lainnya (Sulistyawati, 2009;h.177)
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.
Data dasar meliputii:
1. Data subjektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien.
2. Data objektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan.
2.2.3 Diagnosa Potensial
Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan
antisipasi, pencegahan bila memungkinkan menunggu mengamati
daan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi.
2.2.3 Antisipasi Masalah
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
55
2.2.4 Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi
wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.
2.2.5 Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan
pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana
asuhan secara efisien dan aman.
2.2.6 Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna untuk mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan
yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar
terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum
efektifitas merencanakan kembali yang belum terlaksana.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.143-147).
2.2 Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
No.1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
a. Kewenangan normal:
56
a) Pelayanan kesehatan ibu
b) Pelayanan kesehatan anak
c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarg
berencana.
b. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
c. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan. Kewenangan ini meliputi:
a) Pelayanan kesehatan ibu
Ruang lingkup:
1. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
2. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
3. Pelayanan persalinan normal
4. Pelayanan ibu nifas normal
5. Pelayanan ibu menyusui
6. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
Kewenangan:
1. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
2. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
3. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
4. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan
promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
57
5. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
6. Penyuluhan dan konseling
7. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
8. Pemberian surat keterangan kematian
9. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
b) Pelayanan kesehatan anak
Ruang lingkup
1. Pelayanan bayi baru lahir
2. Pelayanan bayi
3. Pelayanan anak balita
4. Pelayanan anak pra sekolah.
Kewenangan
1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi
vitamin K1
2. Perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
perawatan tali pusat.
3. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk
4. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
5. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
6. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah
58
7. Pemberian konseling dan penyuluhan
8. Pemberian surat keterangan kelahiran
9. Pemberian surat keterangan kematian
http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171
Standar Pelayanan Nifas
Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir
Bidan memeriksa dan memulai bayi baru lahir untuk
memastikan pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder,
menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk
sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau
menangani hipotermia
Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah
persalinanBidan melakukan pemantauan pada ibu dan bayi
terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah
persaalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di
samping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang
mempercepat pulihnya kesehatan ibu dan membantu ibu untuk
memulai pemberian ASI. (Soepardan, 2007;h.121)
59
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. Y UMUR 37 TAHUN P3A0
6 JAM POST PARTUM DIBPS DESY ANDRIANI, AMD.KEB
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
3.1 Pengkajian
Tanggal : 18 April 2015
Jam : 07.25 WIB
Tempat : BPS Desy Andriani, Amd.Keb
NamaMahasiswa : Geta Anggawa
NIM : 201207149
DATA SUBJEKTIF
I. IDENTITAS
1. Biodata
Istri Suami
Nama :Ny. Y Tn. N
Umur :37 tahun 37 tahun
Agama : Islam Islam
Suku : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan :SMP SMP
Pekerjaan :IRT Buruh
Alamat :Jl. Selamat Ryadi IV, Teluk Betung
Selatan Bandar Lampung
60
Keluhan Utama : Ibu mengatakan saat ini perutnya
terasa mulas
2. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
61
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
3. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Syah, 1 kali
Usia nikah pertama : 25 Tahun
Lamanya pernikahan :12tahun
4. Riwayat obstetri
a. Riwayat haid
1) Menarche : 14 Tahun
2) Siklus : 30 Hari
3) Lama : 7 Hari
4) Volume :2- 3 kali ganti pembalut/hari
5) Sifat : Encer dengan sedikit menggumpal
6) Disminorhea : Tidak ada
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
c. Riwayat persalinan sekarang
Jenias persalinan : Spontan
Tanggal : 18April 2015
Jam : 05.20WIB
62
Jenis kelamin : laki-laki
Panjang badan : 50 cm
Berat badan : 3600 gram
Keadaan bayi : Sehat tanpa cacat
d. Riwayat KB
5. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Nutrisi
Selama hamil : Ibu makan 3x sehari dengan
menu nasi, sayur dan lauk pauk, serta minum susu 1
gelas per hari
Selama nifas : Ibu baru makan 1 kali dari
setelah melahirkan, dengan
menu nasi putih , lauk pauk
1 potong ayam goreng dan
1 potong tempe goreng dan
menghabiskan 1 gelas air
putih
63
b. Pola eliminasi
Selama hamil
BAB : Ibu mengatakan BAB 1 kali
sehari dengan konsistensi
lunak dan bau khas.
BAK : Ibu mengatakan BAK 4-8
kali per hari, dengan warna jernih.
Selama nifas
BAB:Ibu mengatakan belum BAB
BAK: Ibu mengatakan sudah
BAKselama2 jam post
partum
c. Pola aktivitas
Selama hamil: Ibu mengerjakan pekerjaan
rumah tangga seperti memasak, menyapudan
mencuci.
Selama nifas: Ibu mengatakan sudah dapat
miring kanandan kiri serta duduk
d. Pola istirahat
Selama hamil : Ibu tidur malam selama7-8
jam dan tidur siang selama 1-2 jam
Selama nifas: Ibu mengatakan belum bisa
tidur selama 6 jam
64
postpartum karena perutnya
masih terasa mulas
e. Pola personal hygine
Selamahamil : Ibu mandi 2kali perhari,
keramas 4 kali seminggu, ganti pakaian
setiap mandi dan mengganti celana dalam 4x
sehari atau jika lembab.
Selama nifas : Ibu mengganti pembalut
1kali selama 2 jam post partum
f. Pola seksual
Selamahamil : Ibu jarang melakukan
hubungan seksual yaitu 2x seminggu.
Selama nifas :Ibu mengatakan belum
melakukan hubungan seksual
6. Psikososial
a) Tanggapan ibu terhadap dirinya : Ibu bahagia setelah ia
mampumelahirkan secara normal
b) Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya:Ibu tidak tau bahwa rasa
mules yang masih ia rasakan adalah hal yang
normal
c) Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : Keluargabahagia
dengan kelahiran bayi
Ny. Y
65
d) Pengambil keputusan :Pengambilan keputusan
dalam keluarga dilakukan
secara bermusyawarah
e) Lingkungan yang berpengaruh :Tidak ada
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Pernafasan : 20 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,50
c
2. Pemeriksaan fisik
Kepala
a) Wajah
Oedem : Tidak oedema
Pucat : Tidak pucat
b) Mata
Simetris : Ya kanan dan kiri
Kelopak mata : Tidak odema
Konjungtiva : Merah muda
66
Sklera : Putih
c) Hidung
Simetris : Ya kanan dan kiri
Polip : Tidak ada pembesaran
Kebersihan : Bersih, tidak ada secret
d) Mulut
Bibir : Tidak kering dan tidak
ada sariawan
Lidah : Bersih
Gusi : Tidak ada perdarahan
Gigi : Tidak ada caries dan
berlubang
e) Telinga
Simetris : Ya, kanan dan kiri
Lubang : Ada, kanan dan kiri
Gangguan pendengaran : Tidak ada
f) Leher
Tumor : Tidak ada
Pembesaran kelenjar tyroid: Tidak ada
Pembesaran vena jugularis: Tidak ada
g) Ketiak
Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada
h) Dada
Retraksi : Tidak ada
67
Bunyi mengi dan ronchi : Tidak ada
i) Payudara
Simetris : Ya antara kanan dan kiri
Pembesaran : Ada
Putting susu : Menonjol
Aerola mamae : Terdapat hiperpigmentasi
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran : Ada, kolostrum
Rasa Nyeri : Tidak ada
j) Abdomen : Bekas luka operasi : Tidak ada
Konsistensi : Keras
Benjolan : Tidak ada
Kandung Kemih : Kosong
Tinggi fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi : Baik
k) Anogenital
Pengeluaran Pervaginam : Lochea rubra
Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan
Anus : Tidak ada hemoroid
Perineum : Tidak terdapat ruptur
l) Ekstremitas
Atas
Oedema : Tidak oedema
68
Kemerahan : Tidak ada
Bawah
Oedema : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Reflek patela : (+) Kanan dan Kiri
3. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
4. Data penunjang
a. RiwayatPersalinansekarang
Ibu
TempatMelahirkan : BPS Desy Andriani Amd.Keb
Penolong : Bidan
JenisPersalinan :Spontan
TanggalPersalinan : 18 April 2015
Komplikasi : Tidakada
Lamanya Persalinan
Kala 1 : 7 Jam 20 Menit
Kala II : 25 Menit
Kala III : 10 Menit
Kala IV : 2 Jam +
Lama : 9 Jam 55 Menit
Ketubanpecahpukul :04.20WIB
Plasenta
69
Lahir secara : Spontan
Pukul : 05.25 WIB
Ukuran : Diameter 20 cm
Berat : ± 500 gram
Panjang Tali Pusat : ± 50 cm
Perineum : Tidak terdapat ruptur
Bayi
Lahir tanggal/pukul : 18 April 2015/05.20 WIB
Nilai APGAR : 9/10
Jenis kelamin :Laki-laki
Masa gestasi :39 minggu 2 hari
71
72
73
74
75
76
77
78
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian/Pengumpulan Data Dasar
Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua besar yang berkaitan dengan kondisi pasien.
Pada pengkajian yang dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang
keadaan pasien pada Ny. Y usia 37 tahun P3A0 6 jam post partum didapatkan
hasil yaitu sebagai berikut :
4.1.1 Data Subjektif
4.1.1.1 Umur
a. Tinjauan teori
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35
tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa
nifas.
Penyebab atonia uteri adalah umur yang terlalu muda atau
terlalu tua, atonia uteri sering dijumapai pada multipara dan
grand multipara.
b. Tinjauan kasus
Tinjauan dalam kasus ini Ny. Y berusia 37 tahun
80
c. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus terdapat kesenjangan
karena pada kasus ini Ny. Y berumur 37 tahun, dan
berdasarkan teori yang ada Ny. Y termasuk dalam katagori
umur yang beresiko tinggi untuk melahirkan, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi pada persalinan dan
masa nifas salah satunya adalah atonia uteri, namun pada
kasus ini ibu tidak mengalami atonia uteri hal ini
dikarenakan telaah dilakukan pencegahan dengan cara
massase uterus.
4.1.1.2 Suku
a. Tinjauan teori
Berpengaruh untuk mengetahui adat dan kebiasaan sehari-
hari yang berhubungan dengan masalah yang dialami.
b. Tinjauan kasus
Ibu bersuku jawa dan selama ini tidak memiliki kebiasaan-
kebiasaan yang berpengaruh terhadap kehamilan,
persalinan, dan nifas.
c. Pembahasan
Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan hasil pemeriksaan karena ibu tidak memiliki
kebiasaan adat istiadat yang berpengaruh terhadap
kehamilan, persalinan, dan nifas.
81
4.1.1.3 Pendidikan
a. Tinjauan teori
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikanya.
b. Tinjauan kasus
Dalam kasus ini pendidikan terakhir Ny.Y adalah SMP
c. Pembahasan
Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan karena Ny. Y
memiliki pendidikan SMP dimana ketika petugas
kesehetan memberikan penyuluhan atau konseling Ny. Y
cukup mudah dalam memahaminya
4.1.1.4 Pekerjaan
a. Tinjauan teori
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut.
b. Tinjauan kasus
Dalam kasus ini Ny. Y berkerja sebagai Ibu Rumah Tangga
dan suaminya berkerja sebagai buruh
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan meskipun Ny. Y hanya bekerja sebagai ibu
82
rumah tangga namun pemenuhan nutrisi dan kebutuhan
sehari-hari Ny. Y terpenuhi dikarenakan didukung oleh
penghasilan suami Ny. Y sebagai pekerja buruh
4.1.1.5 Keluhan utama
a. Tinjauan teori
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit
pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum.
b. Tinjauan kasus
Dalam kasus ini Ny. Y mengatakan keluhannya yaitu
perutnya masih terasa mulas.
c. Pembahasan
Dalam kasus ini Ny. Y 6 jam post partum dan ibu
mengatakan perutnya masih terasa mulas. Menurut teori hal
ini normal karena ini merupakan suatu proses kembalinya
rahim kebentuk semula seperti sebelum hamil, sehingga
tidak terjadi kesenjangan.
4.1.1.6 Riwayat kesehatan
a. Tinjauan teori
Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
83
b. Tinjauan kasus
Ny. Y tidak memiliki riwayat penyakit penyulit baik
penyakit keturunan seperti Diabetes, Hipertensi, jantung
dan asma.Ataupun penyakit menular seperti hepatitis,
PMS/HIV AIDS. Di keluarga ibu juga tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit menular ataupun keturunan.
c. Pembahasan
Berdasarkan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena Ny. Y tidak memiliki riwayat penyakit
baik dari ibu maupun dari keluarga.
4.1.1.7 Riwayat persalinan sekarang
a. Tinjauan teori
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal
ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
mengalami kelainan atau tidak yang biasa berpangaruh
pada masa nifas saat ini (Ambarwati dan Wulandari
,2010;h.135)
Atonia uteri sering dijumpai pada paritas multipara dan
grand multipara. Uterus yang lemah banyak melahirkan
anak cenderung bekerja tidak efisien dalam semua kala
persalinan. Atonia uteri pada ibu dengan paritas tinggi
terjadi kontraksi myometrium dan tonus ototnya sudah
84
tidak baik lagi sehingga menimbulkan kegagalan kompresi
pembuluh darah pada tempat implantasi plasenta
b. Tinjauan kasus
Dalam riwayat obstetri Ny.Y pada persalinan sekarang
Ny.Y melahirkan anak ke-3 pada tanggal 18 April 2015.
Jenis persalinan spontan, jenis kelamin anak laki-laki
dengan Berat badan 3600 gram, panjang badan 50 cm dan
ditolong oleh bidan
c. Pembahasan
Dalam hal ini antara tinjauan kasus dan tinjauan teori
terdapat kesenjangan dimana dikatakan atonia uteri sering
terjadi pada paritas yang multipara dan grand multipara,
pada kasus Ny. Y tidak terjadi atonia uteri karena telah
dilakukan pencegahan atonia uteri dengan cara melakukan
masase pada fundus ibu.
4.1.1.8 Pola Kebutuhan Sehari-hari
Nutrisi dan Cairan
a. Tinjauan teori
Ibu masa nifas masalah diet perlu mendapatkan perhatian
yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat
mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi
susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu,
bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak
mengandung cairan. (Saleha, 2009;h.71)
85
b. Tinjauan kasus
Selama 6 jam post partum ibu sudah makan dengan 1 porsi
nasi, 1 porsi lauk pauk dan 1 gelas air putih.
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ada
kesenjangan pada Ny. Y karena Ny. Y sudah makan-
makanan yang bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein,
dan banyak mengandung cairan karena ibu sudah makan
dengan menu nasi, 1 potong ayam, 1 potong tempe dan
menghabiskan 1 gelas air putih.
4.1.1.9 Pola Istirahat
a. Tinjauan teori
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang
berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.
Keluarga disaranan untuk memberikan kesempatan kepada
ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk
energi menyusui bayinya nanti (Sulistyawati, 2009;h.102).
b. Tinjauan kasus
Ny.Y mengatakan belum tidur selama 6 jam post partum,
karena perutnya masih terasa mulas.
c. Pembahasan
Dari pembahasan tersebut, ada kesenjangan antara tinjauan
teori dan tinjauan kasus karena berdasarkan tinjauan teori
ibu nifas istirahat sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam
86
pada siang harinya, sehingga terdapat kesenjangan karena
ibu belum istirahat.
4.1.2 Data objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Tinjauan teori
1) Keadaan umum
Data ini dapat dengan mengamati keadaan pasien secara
keseluruhan hasil pengamatan yang di laporkan kriterianya
baik atau lemah.
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang ke sadaran
pasien,kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran
pasien dari keadaan compos mentis sampai dengan koma.
(Sulistyawati, 2009;h.122)
b. Tinjauan kasus
Keadaan umum : Baik
Keadaan emosional : Stabil
Kesadaran : Compos mentis
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus
karna keadaan,dan kesadaran ibu dalam keadaan baik
Tanda –tanda vital
1) Tekanan darah
a.Tinjauan teori
87
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang
menyertainya dalam 2 pengobatan.
b.Tinjauan kasus
Tekanan darah : 110/70 mmHg
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karna pada tekanan darah ibu tidak
mengalami peningkatan atau penurunan tekanan darah.
2) Nadi
a.Tinjauan teori
Berkisar antara 60- 80x/menit denyut nadi di atas
100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di
akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena
kehilangan darah yang berlebihan.
b. Tinjauan kasus
Nadi : 80 kali/menit
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karena Ny. Y nadi dalam keadaan
normal
88
3) Pernafasan
a.Tinjauan teori
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,
yaitu sekitar 20-30 x/menit.
b. Tinjauan kasus
Pernafasan: 20 kali/menit
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karna Ny. Y nadi dalam keadaan
normal
4) Suhu
a. Tinjauan teori
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam
pertama pada masa nifas pada umumnya di sebabkan
oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan
pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga di
sebabkan karena istirahat dan tidur yang di perpanjang
selama awal persalinan. (Ambarwati dan Wulandari,
2010;h.138)
b. Tinjauan kasus
Suhu : 36,50
C
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus terdapat
kesenjangan karna tidak terjadi peningkatan pada suhu
89
tubuh setelah melahirkan. Hal ini dikarenakan asupan
cairan ibu terpenuhi.
2. Pemeriksaan fisik
1) Payudara
a. Tinjauan teori
Hormon estrogen dan progestron yang meningkat pada
kehamilan membantu maturasi alveoli, kadar estrogen dan
progestron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga
pasca persalinan. Sehingga terjadi sekresi ASI.
b. Tinjauan kasus
Bentuk payudara Ny.Y simetris kiri dan kanan, tidak
terdapat benjolan, pembesaran normal dan sudah ada
pengeluaran Colostrum
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat
kesenjangan karena pada payudara sudah mengeluarkan
Colostrum
2) Abdomen
a. Tinjauan teori
Involusi atau pengurutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan
berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus
(Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.73).
90
3.1 Tabel involusi uterus
Involusi
TFU
Berat
Uterus
(gr)
Diameter
bekas
melekat
Plasenta
Keadaan
Serviks
Bayi
Lahir
Setinggi Pusat 1000
Uri
Lahir
2 Jari di bawah
Pusat
750 12,5 Lembek
Satu
minggu
Pertengahan
pusat- sympisis
500 7,5 Beberapa hari
setelah post
partum dapat di
lalui 2 jari akhir
minggu
pertama dapat
di masuki 1 jari
Dua
minggu
Tak teraba di
atas sympisis
350 3-4
Enam
minggu
Bertabah Kecil 50-60 1-2
Delapan
minggu
Sebesar normal 30
(Dewi dan Sunarsih ,2013;h.57)
b. Tinjauan kasus
Pembesaran : Normal
Konsistensi : Keras
Kandung Kemih : Kosong
Uterus : 2 jari dibawah pusat
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena TFU Ny. Y teraba 2 jari di bawah pusat
pada 6 jam setelah persalinan
3) Anogenital
a. Tinjauan teori
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami
penekanan serta meregang, setelah beberapa hari persalinan
kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul
kembali pada minggu ketiga.
91
1. Lokhea rubra/merah (kruenta)
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena
terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding
rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium
2. Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kuning kecokelatan dan
berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7
post partumm.
3. Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi
plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
4. Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.
Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu
postpartum.(Sulistyawati, 2009;h.76).
b. Tinjauan kasus
Vulva : bersih
Perineum : tidak terdapat robekan perineum
Pengeluaran pervaginam : lokhea rubra
92
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus karena pengeluaran lochea normal pada 6 jam
post partum
4.2 Interpretasi Data
4.2.1 Diagnosa
a. Tinjauan teori
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus,
Anak hidup, umur ibu dsn keadaan nifas (Ambarwati dan
Wulandari, 2010;h.141)
b. Tinjauan kasus
Didapatkan diagnosa pada Ny. Y umur 37 tahun P3A0 2 jam post
partum.
DS:
1) ibu mengatakan ini kelahiran anak ketiganya, dua kali pernah
melahirkan dan belum pernah keguguran.
2) ibu mengatakan melahirkan pada pukul 05.20 WIB
3) ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas
DO :
TFU : 2 jari bawah pusat
Kontraksi : baik
Lokhea : rubra
Pengeluaran ASI : Colostrum
Plasenta lahir pukul 05.25 WIB.
93
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena antara kasus dan teori sama dimana diagnosa
ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian dan data-data lain.
4.2.2 Masalah
a. Tinjauan teori
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.
b. Tinjauan kasus
Selama 6 jam post partum Ny. Y mengeluh perutnya masih mulas
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori karena terjadi
kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi lahir sehingga ibu
merasa mulas pada perutnya.
Involusi atau pengurutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
4.3 Diagnosa potensial
a. Tinjauan teori
Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan
antisipasi, pencegahan bila memungkinkan menunggu mengamati daan
bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi.
b. Tinjauan kasus
Berdasarkan masalah atau diagnosis, tidak ada masalah potensial.
94
c. Pembahasan
Dalam kasus ini tidak ada data yang menunjang perlunya antisipasi
masalah potensial karena ibu tidak mempunyai masalah.
4.4 Tindakan segera
a. Tinjauan teori
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
b. Tinjauan kasus
Tidak ada tindakan segera yang dilakukan pada pasien.karena tidak ada
keadaan patologis yang memerlukan penanganan segera.
c. Pembahasaan
Tidak ada tindakan segera yang dilakukan pada pasien.karena tidak ada
keadaan patologis yang memerlukan penanganan segera.
4.5 Perencanaan
a. Tinjauan teori
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi
juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu
apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.73-143).
95
Asuhan yang di berikan pada 6 – 8 Jam post partum :
1. Mencegah terjadinya perdarahan
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi
rujukan bila perdarahan berlanjut
3. Memberi konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4. Pemberian ASI pada awal menjadi ibu
5. Mengajarkan cara memperat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
b. Tinjauan kasus
1) Beritahu hasil pemeriksaan
2) Jelaskan tentang keluhan yang dialami dan konseling pada keluarga
untuk mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
3) Beritahu ibu untuk pemberian ASI awal
4) Lakukan bounding attachment
5) Jaga bayi agar tidak hipotermi
6) Anjurkan ibu untuk mobilisasi
7) Beri ibu asupan nutrisi
8) Anjurkan ibu tentang kebutuhan isitirahat
9) Anjurkan pada ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri
10) Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang
c. Pembahasan
Menurut penulis tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus karena
penulis memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan pasien secara berkala
96
memberikan asuhan sesuai dengan tinjauan teori yang berisikan tentang
Asuhan yang diberikan pada 6 – 8 jam post partum yaitu
Asuhan yang di berikan pada 6 – 8 Jam post partum :
1. Mencegah terjadinya perdarahan
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi
rujukan bila perdarahan berlanjut
3. Memberi konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4. Pemberian ASI pada awal menjadi ibu
5. Mengajarkan cara memperat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
(Saleha, 2009;h.6)
4.6 Pelaksanaan
a. Tinjauan teori
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada
klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
secara efisien dan aman.
b. Tinjauan kasus
1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu dalam keadaan
baik. TD:110/70 mmHg, N: 80x/i, S: 36,50
c, RR: 20x/i.
2. Menjelaskan tentang keluhan yang dialami ibu bahwa rasa mulas yang
dialaminya merupakan hal yang normal, hal ini dikarenakan proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dan memberikan
konseling pada ibu dan keluarga untuk pencegahan perdarahan masa nifas
97
dengan cara selalu memasase perut ibu secara memutar agar tidak terjadi
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
3. Memberikan ibu untuk pemberian ASI awal pada bayinya sebagai zat
antibodi yang mudah dicerna bayi untuk mencegah infeksi dan
membuat bayi menjadi kuat
4. Melakukan bounding attachment yaitu sentuhan awal atau kontak
kulit antara ibu dan bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa
jam setelah kelahiran bayi agar adanya ikatan yang baik dan
sistematis berupa kedekatan orangtua dan anak
5. Menjaga bayi agar tidak hipotermi yaitu tidak memandikan bayi
kurang dari 6 jam, suhu ruangan tidak boleh kurang dari 250
c dan
memakaikan topi dan bedong pada bayi.
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini yaitu belajar
miring kiri, kanan dan belajar berdiri perlahan agar melancarkan
pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerpurium dan mempercepat
involusi uterus.
7. Memberikan ibu asupan nutrisi selama masa nifas ini, makanan yang
dikonsumsi ibu haruslah makanan yang memiliki nilai gizi tinggi seperti
karbohidrat pada nasi, jagung, kentang, protein pada tahu, tempe, telur,
ikan, daging, vitamin pada buah dan sayur serta mineral pada kacang-
kacangan, agar kondisi ibu cepat pulih.
8. Menganjurkan ibu untuk beristirahat minimal 1 jam pada siang hari
atau saat bayi tertidur, usahakan agar ibu dapat beristirahat semaksimal
mungkin, dan pada malam hari 7-8 jam, hal ini agar kondisi ibu tetap
98
terjaga selama masa nifas, produksi ASI dan mempercepat kepulihan
kondisi ibu supaya ibu dapat merawat bayinya dengan baik.
9. Mengajarkan kepada ibu untukselalu menjaga kebersihan diri.
10. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang dan apabila ada keluhan
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terjadi kesenjangan
pada kasus Ny. Y karena bidan melakukan tindakan sesuai asuhan masa
nifas dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada masa nifas selama bidan
melakukan tindakan.
4.7 Evaluasi
a. Tinjauan teori
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna untuk mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap
setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektifatau
merencanakan kembali yang belum terlaksana. (Ambarwati dan
Wulandari, 2010;h.147)
b. Tinjauan kasus
1. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaannya
2. Ibu mengerti tentang rasa mulas yang dialaminya dan keluarga
mengerti cara pencegahan perdarahan pada masa nifas
3. Ibu bersedia untuk memberikan ASI awal pada bayinya
4. Telah dilakukan boundn attachment
5. Pencegahan hipotermi telah dilakukan, suhu badan bayi 370
C
99
6. Ibu sudah miring ke kanan dan kiri
7. Ibu sudah makan nasi 1 porsi, 1 potong ayam, 1 potong tempe dan
menghabiskan 1 gelas air putih
8. Ibu mengerti tentang kebutuhn istirahat
9. Ibu mengerti tentang dan mau mengikuti anjurkan untuk selalu menjaga
kebersihan diri seperti mandi 2 kali sehari, membersihkan daerah kelamin
dengan air bersih dan mencuci dari arah depan kebelakang, lalu
keringkan dengan menggunakan tissu, mengganti pembalut minimal 2
kali sehari atau jika merasa penuh, menyarankan ibu untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah memegang alat kelamin
10.Ibu akan melakukan kunjungan ulang pada tanggal 23 April 2015 dan
apabila ada keluhan.
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena semua
perencanaan dan pelaksanaan telah di lakukan dengan baik dan
keadaan ibu dalam keadan sehat.
100
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas yaitu Ny. Y umur
37 tahun P3A0 6 jam post partum. Maka penulis mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Penulis mampu melaksanakan pengkajian Asuhan kebidanan pada
ibu nifas terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di
BPS Desy Andriani Bandar Lampung.
5.1.2 Penulis mampu menginterpretasikan data yan ada sehingga mampu
menyusun diagnosa kebidanan yakni Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6
jam post partum masalah tidak ada dan kebutuhan yang diberikan
pada ibu yaitu penjelasan tentang kondisi ibu serta melakukan
pemantauan agar tidak terjadi perdarahan.
5.1.3 Penulis mampu melaksanakan identifikasi diagnosa/masalah
potensial Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. Y umur 37
tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani Amd. Keb
Bandar Lampung.
5.1.4 Penulis mampu melaksanakan tindakan segera/kolaborasi Asuhan
kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam
post partum di BPS Desy Andriani Amd. Keb Bandar Lampung.
5.1.5 Penulis mampu merencanakan tindakan Asuhan kebidanan pada ibu
nifas terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS
Desy Andriani Amd. Keb Bandar Lampung.
101
5.1.6 Penulis mampu melaksanakan tindakan Asuhan kebidanan pada ibu
nifas terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS
Desy Andriani Amd. Keb Bandar Lampung.
5.1.7 Penulis mampu mengevaluasi Asuhan Kebidanan pada ibu nifas
dengan hasil ibu dalam keadaan sehat, rasa mulas pada perut ibu
tidak dirasakan lagi dan tidak ada penyulit yang berhubungan dengan
masa nifas terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di
BPS Desy Andriani Amd. Keb Bandar Lampung.
5.2 Saran
Saran yang penulis berikan di tujukan kepada :
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan disusunnya karya tulis ilmiah ini pihak institusi
lebih memfasilitasi sebagai salah satu bahan pembelajaran asuhan
kebidanan bagi ibu nifas khusunya asuhan 6 jam post partum.
5.2.2 Bagi Lahan Praktik
Diharapkan para bidan dapat meningkatkan mutu pelayanan secara
komprehensif berdasarkan kewenangan dalam memberikan pelayanan
pada ibu nifas dengan asuhan 6 jam post partum.
5.2.3Bagi masyarakat khususnya ibu nifas 6 jam post partum
Diharapkan lebih memperhatikan asuhan masa nifas khususnya 6 jam
post partum. Sehingga dapat melakukan perawatan asuhan 6 jam post
partum untuk mencegah terjadi perdarahan setelah persalinan.
Kti  geta anggawa
Kti  geta anggawa
Kti  geta anggawa
Kti  geta anggawa

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyAsuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti dwi fransiska
Kti dwi fransiskaKti dwi fransiska
Kti dwi fransiska
 
Kti yesi triyani safitri
Kti yesi triyani safitriKti yesi triyani safitri
Kti yesi triyani safitri
 
Kti endang satuni
Kti endang satuniKti endang satuni
Kti endang satuni
 
Kti tia desta andriani
Kti tia desta andrianiKti tia desta andriani
Kti tia desta andriani
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti eva seno safitri
Kti eva seno safitriKti eva seno safitri
Kti eva seno safitri
 
Kti sasi fitriani
Kti sasi fitrianiKti sasi fitriani
Kti sasi fitriani
 
Kti nailul khoiriyah
Kti nailul khoiriyahKti nailul khoiriyah
Kti nailul khoiriyah
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by nyAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
 
Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjung
 
Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjung
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Kti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasariKti ade kurnia puspitasari
Kti ade kurnia puspitasari
 
Komprehensif helyana r. simbolon
Komprehensif  helyana r. simbolonKomprehensif  helyana r. simbolon
Komprehensif helyana r. simbolon
 
Laporan tugas akhir Nengah Nilawati
Laporan tugas akhir Nengah NilawatiLaporan tugas akhir Nengah Nilawati
Laporan tugas akhir Nengah Nilawati
 
Kti dina rianti
Kti dina riantiKti dina rianti
Kti dina rianti
 
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUSASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
 
Komprehensif gita trisetiati
Komprehensif gita trisetiatiKomprehensif gita trisetiati
Komprehensif gita trisetiati
 

Similar to Kti geta anggawa (20)

Kti setiawati
Kti setiawatiKti setiawati
Kti setiawati
 
Kti istik analiza
Kti istik analizaKti istik analiza
Kti istik analiza
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
 
Kti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sariKti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sari
 
Anshella citra angelita
Anshella citra angelitaAnshella citra angelita
Anshella citra angelita
 
Kti popy
Kti popyKti popy
Kti popy
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
 
Kti iis
Kti iisKti iis
Kti iis
 
Kti bella citra andara
Kti bella citra andaraKti bella citra andara
Kti bella citra andara
 
Kti nova rianti
Kti nova riantiKti nova rianti
Kti nova rianti
 
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandariKti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
 
Kti mayasari
Kti mayasariKti mayasari
Kti mayasari
 
Kti rika agustina
Kti rika agustinaKti rika agustina
Kti rika agustina
 
Kti desty hery dyana
Kti desty hery dyanaKti desty hery dyana
Kti desty hery dyana
 
Kti habibah
Kti habibahKti habibah
Kti habibah
 
Kti wayan seli novela
Kti wayan seli novelaKti wayan seli novela
Kti wayan seli novela
 

Recently uploaded

Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945nrein671
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDsulistyaningsihcahyo
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMhanyakaryawan1
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptxfurqanridha
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxdedyfirgiawan
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxFitriaSarmida1
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASNursKitchen
 

Recently uploaded (20)

Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 

Kti geta anggawa

  • 1. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.Y UMUR 37 TAHUN P3A0 6 JAM POST PARTUM DI BPS DESY ANDRIANI, AMD.KEB BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH GETA ANGGAWA 201207149 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
  • 2. 9 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.Y UMUR 37 TAHUN P3A0 6 JAM POST PARTUM DI BPS DESY ANDRIANI, AMD.KEB BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan GETA ANGGAWA 201207149 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
  • 3. 10 LEMBAR PENGESAHAN Diterima dan disahkan oleh TIM Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila Pada: Hari : Jum’at Tanggal : 10 juli 2015 Penguji I Penguji II : Ninik Masturiyah, S,ST , M.Kes Kiki Purnamasari S,ST NIK. 201501143 NIK. 31008027 Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Dr. Wasni Adila, MPH NIK 2011041008
  • 4. 11 CURRICULUM VITAE Nama : Geta Anggawa Nim : 201207149 Tempat, tanggal lahir : Krui, 21 Maret 1994 Alamat : Jl. Kusuma no 54 Pasar Krui Pesisir Barat Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Angkatan : ke 7 Tahun 2012 Biografi : - SD N 1 Pasar Krui, Lampung Barat 2000 s/d 2006 - SMP N 2 Pesisir Tengah, Lampung Barat 2006 s/d 2009 - SMA N 1 Pesisir Tengah, Lampung Barat 2009 s/d 2012 - Saat ini , penulis sedang menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 2012 s/d Sekarang
  • 5. 12 MOTTO “Jika kita sudah berusaha dan berdo’a serahkan semua hasilnya pada ALLAH SWT ” (By: Geta Anggawa)
  • 6. 13 PERSEMBAHAN Puji syukur aku panjatkan atas kehadirat–Mu Ya Allah, berkat limpahan Rahmat dan Hidayah–Mu, Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Karya Tulis Ilmiah ini aku persembahkan untuk : 1. Kedua orang tua ku, terima kasih buat Ayah M.nur dan ibu Emalina atas kasih sayang yang tak terhingga yang kalian berikan kepadaku, keikhlasan dan ketulusan kalian dalam membesarkanku, Maafkan aku atas semua keikhlafanku selama ini, Do’a dan senyum kalian adalah semangat bagiku. Semoga persembahan ini akan menjadi awal buatku untuk memenuhi harapan kalian. Aku sangat menyayangi kalian. 2. Kakak Amelia dan Adik Dayu Nurma dan Mawla Zakia yang kusayangi Terima kasih atas support, Dukungan, Do’a, dan Kasih sayang yang kalian berikan selama ini, aku sayang kalian semua dan semoga kita semua bisa membahagiakan Ayah dan Mak. 3. Keluarga Besar Almamater ADILA, semua Dosen-Dosenku yang telah memberikan bimbingan dan Ilmu Pengetahuan dan menjadi tempatku dalam nenimba ilmu selama tiga tahun 4. Terimakasih untuk sahabatku di asrama dan teman kamar yang selalu menerima semua kekuranganku dan semua teman- teman seperjuangan angkatan 2012 di AKBID ADILA Bandar Lampung (yang tak bisa saya sebutkan satu per satu) yang selalu membantu ku dalam hal apapun.
  • 7. 14 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dalam bentuk studi kasus kebidanan yang judul “ Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap Ny.Y Umur 37 Tahun P3A0 6 jam Post Partum Di Bps Desy Andriani Bandar Lampung Tahun 2015” penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan Karya Tulis Ilmiah ini, dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Akbid Adila Bandar Lampung 2. Ninik Masturiyah, S.ST M.Kes selaku penguji I dan Kiki Purnama Sari S.ST selaku Penguji II Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Bandar Lampung 3. Risa Aryantri M.Si selaku pembimbing I dan Margareta Rinjani, S.ST selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Bandar Lampung 4. Desy Andriani, Amd.Keb selaku pemilik BPS yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di BPS Desy Andriani, Amd.Keb 5. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis
  • 8. 15 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN...........................................................................i HALAMAN JUDUL ............................................................................................ii LEMBARAN PENGESAHAN............................................................................iii INTISARI.............................................................................................................iv CURICULUM VITAE.........................................................................................v MOTTO................................................................................................................vi PERSEMBAHAN ................................................................................................vii KATA PENGANTAR..........................................................................................viii DAFTAR ISI .......................................................................................................ix DAFTAR TABEL ................................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................3 1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................3 1.4 Ruang Lingkup ................................................................................................5 1.5 Manfaat Penelitian ...........................................................................................5 1.6 Metodelogi dan Tehnik Memperoleh Data........................................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Medis Nifas.......................................................................8 2.2 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan.............................................................45 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan..............................................................55 BAB III TINJAUAN KASUS 3. 1 Pengkajian Data ..............................................................................................59 3. 2 Matrik.............................................................................................................70 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian ......................................................................................................80 4.2 Identifikasi Diagnosa Masalah dan Kebutuhan ................................................93 4.3 Antisipasi Masalah Potensial...........................................................................94 4.4 Tindakan Segera..............................................................................................95 4.5 Perencanaan....................................................................................................95 4.6 Pelaksanaan.....................................................................................................97 4.7 Evaluasi ..........................................................................................................99 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan......................................................................................................100 5.2 Saran................................................................................................................101 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 9. 16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Lampiran 2 : Surat Balasan Bidan Lampiran 3 : Jadwal Penelitian Lampiran 4 : Dokumentasi Lampiran 5 : Lembar Konsul Penguji
  • 10. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang dimulai periode puerperium disebut puerpura. Puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.1). Kunjungan masa nifas terdiri dari kunjungan pertama yaitu 6-8 jam setelah persalinan yaitu mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan serta memberi rujukan bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling kepada ibu atau salah satu keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI (air susu ibu) pada masa awal menjadi menjadi ibu, mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil. Masa Nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini pendarahan pascapersalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun
  • 11. 2 dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas.(Saleha, 2009;h.6,95). Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap tahunnya di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Dalam waktu satu jam setelah persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar. Bila terjadi perdarahan berat, transfusi darah adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan kehidupan ibu. Hal ini adalah salah satu penyebab terpenting terjadinya kematian ibu di dunia yang melibatkan 150.000 kematian dalam satu tahun, terutama terjadi di negara berkembang. Sebagian besar dari kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan, menandakan bahwa ini adalah kejadian yang berkaitan erat dengan persalinan kala III (Prawirohardjo, 2010;h.358). Bila dilihat berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian ibu (kematian pada saat ibu hamil, saat melahirkan dan nifas)seluruhnya sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar (59,78%) terjadi pada saat persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20-34 tahun. Penyebab kasus kematian ibu yaitu perdarahan, eklamsi, infeksi dan lain-lain. (Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2012) Berdasarkan hasil pra survey di Bidan Praktek Swasta (BPS) Desy Andriani Teluk Betung Selatan pada tanggal 18 April 2015 terdapat Ny. Y P3A0 umur 37 tahun 6
  • 12. 3 jam post partum, oleh itu perlu di beri penjelasan tentang pentingnya mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, memberikan ASI awal, memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga tentang bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri dan melakukan hubungan antara ibu dan bayi. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil Studi kasus dengan judul: Asuhan Kebidanan pada Ibu nifas terhadap Ny.Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani, Amd. Keb Bandar Lampung tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah “Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum tanggal 18 April 2015 di BPS Desy Andriani, Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015”? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani, Amd.Keb Bandar Lampung. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Dapat melaksanakan pengkajian data dasar terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani, Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.2 Dapat menentukan interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa masalah serta kebutuhan terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam
  • 13. 4 post partum di BPS Desy Andriani, Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.3 Dapat menentukan identifikasi masalah potensial dan mengantisipasi penanganan pada asuhan kebidanan terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani, Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.4 Dapat melaksanakan tindakan segera pada asuhan kebidanan terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani, Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.5 Dapat menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada asuhan kebidanan terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani, Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.6 Dapat melaksanakan rencana asuhan yang efisien dan aman pada asuhan terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani, Amd,Keb Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.7 Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah di berikan pada asuhan kebidanan terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani, Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015. 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Sasaran Objek penelitian dalam kasus ini adalah Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum.
  • 14. 5 1.4.2 Tempat Penelitian ini dilakukan di BPS Desi Andriani Amd,Keb Teluk Betung Selatan Bandar Lampung 1.4.3 Waktu Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 April 2015 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penulisan dalam karya tulis ini adalah : 1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan Dapat menjadi sumber bacaan untuk menambah informasi badan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa serta acuan untuk penelitian selanjutnya. 1.5.2 Bagi Lahan Praktik Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi tempat praktik terutama bagi bidan serta tenaga kesehatan yang berada di masyarakat untuk melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan atau Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE). 1.5.3 Bagi masyarakat Dapat dijadikan masukan pada masyarakat agar lebih mengerti tentang perawatan ibu selama masa nifas. 1.5.4 Bagi penulis Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan mengaplikasikan pendidikan penulis khususnya tentang penatalaksanaan 6 jam postpartum pada ibu nifas.
  • 15. 6 1.6 Metodologi Dan Teknik Memperoleh Data 1.6.1 Metodologi Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang dihadapi pada situasi sekarang. (Soekidjo Notoatmodjo, 2005;h.138) 1.6.1.1 Teknik Memperoleh Data Teknik yang digunakan untuk memperoleh data ada 2 cara, yaitu: a. Data primer a) Anamnesa Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Dalam penulisan karya tulis ini anamnesa yang dilakukan menggunakan cara auto anamnesa, yaitu anamnesa yang dilakukan kepada pasien secara langsung. (Sulistyawati, 2009;h.111) b) Pengkajian Fisik Dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, beberapa pemeriksaan khusus mungkin diperlukan seperti tes neulorogi. (Tambunan dan Kasim, 2012;h.3)
  • 16. 7 b. Data sekunder a) Studi Pustuka Penulis mencari, mengumpulkan dan mempelajari referensi yang relevan berdasarkan kasus yang dibahas yakni Asuhan masa nifas normal dari beberapa buku dan informasi dari internet. b) Studi Dokumentasi Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan, statistik, catatan-catatan didalam kartu klinik (Notoatmodjo, 2005;h.63).
  • 17. 8 BAB II TINJAUAN KASUS 2.1 Tinjauan Teori Medis 2.1.1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Dewi dan Sunarsih, 2013;h.1). Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut hitungan awam merupakan masa nifas. Masa ini penting sekaliuntuk terus dipantau. Nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama halnya seperti masa haid (Saleha, 2009;h.2). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura. Puerperium (Nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.1). 8
  • 18. 9 2.1.2. Tujuan Asuhan Masa Nifas 2.1.2.1 Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas. Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk menghindarkan/ mendeteksi adanya kemungkinan adanya perdarahan postpartum dan infeksi. Oleh karena itu, penolong persalinan sebaiknya tetap waspada, sekurang-kurangnya satu jam postpartum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus berlangsung lama. 2.1.2.2 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus di berikan oleh penolong persalinan. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh. 2.1.2.3 Melaksanakan skrining secara komprehensif. Melaksanakan skirining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. 2.1.2.4 Memberikan pendidikan kesehatan diri. Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat. 2.1.2.5 Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara
  • 19. 10 2.1.2.6 Konseling mengenai KB. Bidan memberikan konseling mengenal KB. (Dewi dan Sunarsih, 2013;h.3) 2.1.3. Tahapan Masa Nifas 2.1.3.1 Puerperium dini Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2.1.3.2 Puerperium intermedial Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu. 2.1.3.3 Remote puerperium Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan. (Sulistyawati, 2009;h.5). 2.1.4. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi.
  • 20. 11 Tabel: 2.1 Program Dan Kebijakan Teknis Masa Nifas Kunjungan Waktu Tujuan 1 6-8 jam setelah persalinan 1. Mencegah terjadi perdarahan pada masa nifas. 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi rujukan bila perdarahan berlanjut. 3. Memberi konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 4. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu. 5. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. 6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil. 2 Enam hari setelah persalinan 1. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau. 2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca melahirkan. 3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat. 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit. 5. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat. 3 Dua minggu setelah persalinan Sama seperti di atas (enam hari setelah persalinan). 4 Enam minggu setelah persalinan 1. Menanyakan pada ibu ttentang penyulit-penyulit yang dialami atau bayinya. 2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
  • 21. 12 2.1.5. Proses Laktasi dan Menyusui 2.1.5.1 Proses Laktasi dan Menyusui Proses ini dikenal juga dengan istilah inisiasi menyusu dini, dimana ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas, hormon plasenta tidak diproduksi lagi, sehingga susu pun keluar. Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun, sebelumnyadi payudara sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk bayi, karena mengandung zat gizi dan antibodi pembunuh kuman (Saleha, 2009;h.11). 2.1.5.2 Struktur Payudara Struktur makroskopis dari payudara adalah sebagai berikut : a. Kauda aksilaris Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah aksila b. Areola Adalah daerah lingkaran yang terdiri atas kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing- masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm. Letaknya mengelilingi puting susu berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pada kulitnya. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama
  • 22. 13 menyusui. Pada kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu. Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat kedalam puting dan bermuara ke luar. c. Papilla mammae(puting susu) Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka terletak akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat- serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putung susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut. Bentuk puting ada empat macam, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang, dan terbenam(inverted). Struktur mikroskopis dari payudara adalah sebagai berikut. a. Alveoli Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma,sel otot polos dan pembuluh darah. Payudara terdiri atas 15-25 lobus. Masing-masing lobus terdiri atas
  • 23. 14 20-40 lobulus. Selanjutnya masing-masing lobulus terdiri atas 10-100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu ibu (sistem duktus) sehingga menyerupai suatu pohon. ASI disalurkan dari alveolus kedalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus). b. Duktus laktiferus Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus laktiferus. c. Ampulla Adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar, merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah areola. d. Lanjutan setiap duktus laktiferus Meluas dari ampula sampai muara papilla mammae. (Dewi dan Sunarsih, 2013;h.9). 2.1.5.3 Hormon yang Terlibat dalam Proses Pembentukan ASI a. Progesteron Mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Kadar progesteron dan esterogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi ASI secara besar-besaran.
  • 24. 15 b. Esterogen Menstimlasikan sistem saluran ASI untuk membesar. Kadar esterogen dalam tubuh menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui c. Prolaktin Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan d. Oksitosin Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya,seperti halnya juga dalam organisme. Setelah melahirkan,oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar alveoli untuk memeras asi menuju saluran susu. e. Human placental lactogen Sejak bulan kedua kehamilan,plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting,dan aerola sebelum melahirkan.Pada bulan ke lima dan bulan keenam kehamlan,dan payudara siap untuk memproduksi ASI. 2.1.5.4 Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Insiasi menyusui dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini
  • 25. 16 dinamakan the breats crawlatau merangkak mencari payudara.Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan pada perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dapat dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam,semua bayi akan melalui lima tahapan perilaku(Pre-Feeding Behavior)sebelum ia berhasil menyusui. Berikut ini tahapan prilaku bayi tersebut: a. Dalam 30 menit pertama: stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga(rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak, Sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. b. Antara 30-40 menit: mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti ingin minum, mencium dan menjilat tangan. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu. c. Mengeluarkan air liur: saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi mengeluarkan air liurnya. d. Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areolasebagai sasaran, dengan kaki menekan perut ibu. Ia menjilat-jilat kulit ibu,menghentakan kepala ke dada ibu,menoleh ke
  • 26. 17 kanan dan ke kiri, serta menyentuh meremas daerah puting susu dan sekitarnya. e. Menemukan, menjilat, mengulum, membuka mulut lebar dan melekat dengan baik. (Saleha, 2009;h.13,31). 2.1.5.5 Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. a. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selam beberapa jam pertama b. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul c. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI d. Menempatkan bayi di dekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung) Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan di mana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung: a. Aspek fisik Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusui setiap saat dan tanpa terjadwal. Dengan demikian, semakin sering bayi menyusu, maka ASI segera keluar.
  • 27. 18 b. Aspek fisiologis Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi lebih sering disusui. Hal ini mengakibatkan bayi mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI. Refleksoksitosin yang ditimbulkan dari proses menyusui akan membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipicu oleh refleks prolaktin. Selain itu, berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan ASI ekslusif merupakan kepuasan tersendiri. c. Aspek psikologis Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau proses lekat (early infant mother bounding). Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi sehingga mengaruhi kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI secara ekslusif merupakan kepuasan tersendiri. d. Aspek edukatif Rawat gabung memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat dirinya sendiri pascamelahirkan. Pada saat inilah, dorongan suami dan keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu.
  • 28. 19 e. Aspek ekonomi Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam pemberian susu buatandan peralatan lain yang dibutuhkan. f. Aspek medis Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu dapat melihat perubahan fisik dan perilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat sehingga dapat segera menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang dianggap tidak wajar. g. Memberi ASI pada bayi sesering mungkin h. Memberikan kolostrum dan ASI aja i. Menghindari susu dan botol “dot empeng” (Dewi dan Sunarsih, 2013;h.16) 2.1.5.3 Manfaat Pemberian ASI a. Manfaat bagi bayi Pemberian ASI dapat membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik. Kolostrum, susu jolong, atau susu pertama mengandung antibodi yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat bayi menjadi kuat. Penting bagi bayi sekali untuk segera minum ASI dalam
  • 29. 20 jam pertama sesudah lahir, kemudian setidaknya setiap 2- 3 jam. ASI mengandung campuran berbagai bahan makanan yang tepat bagi bayi. ASI sudah dicerna oleh bayinya. ASI saja tanpa tambahan makanan lain. (Sulistyawati, 2009;h.17) b. Manfaat bagi Ibu a) Komposisi sesuai kebutuhan b) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan c) ASI mengandung zat pelindung d) Perkembangan psikomotorik lebih cepat e) Menunjang perkembangan kognitif f) Menunjang perkembangan penglihatan g) Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak h) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat i) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri. c. Manfaat bagi keluarga a) Mudah dalam proses pemberianya b) Mengurangi biaya rumah tangga c) Bayi yang mendapat ASI jarang aktif, sehingga menghemat biaya untuk berobat.
  • 30. 21 d. Manfaat bagi negara a) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakain obat-obatan b) Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan bayi c) Mengurangi polusi d) Mendapatkan SDM yang berkualitas. (Saleha, 2009;h.33) 2.1.6. Perubahan Fisiologis Masa Nifas 2.1.5.6 Perubahan Sistem Reproduksi a. Uterus Involusi atau pengurutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.73) Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam.Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada tidak hamil. Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi (Dewi dan Sunarsih, 2013;h.55)
  • 31. 22 Proses involusi uterus adalah sebagai berikut. a) Iskemia miometrium Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot atrofi. b) Autolisis Autolisis merupakan proses penghancuri sendiri yang terjadi didalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga panjangnya 10 kali dari semula dan lebar lima kali dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron. c) Efek oksitosin Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
  • 32. 23 Tabel 2.2Involusi uterus Involu si Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus (gr) Diameter Bekas Melekat Plasenta (cm) Keadaan Serviks Bayi lahir Setinggi pusat 1000 Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 12,5 Lembek Satu minggu Pertengahan pusat- simpisis 500 7,5 Beberapa hari setelah postpartum dapat dilalui 2 jari Akhir minggu pertama dapat dimasuki 1 jari Dua minggu Tak teraba di atas simpisis 350 3-4 Enam minggu Bertambah kecil 50-60 1-2 Delapa n minggu Sebesar normal 30 b. Bagian Bekas Implantasi Plasenta Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 5 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara. Pada pembuluh darah terjandi pembentukan thrombosis disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu kedua sebesar 6 – 8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lochea. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium. Luka sembuh sempurna pada 6 – 8 miinggu postpartum (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.76).
  • 33. 24 c. Perubahan Ligamen Ligamen – ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur – angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, dan jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendur. (Dewi dan Sunarsih, 2013;h.57) d. Perubahan pada Serviks Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks akan menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin. Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.
  • 34. 25 Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dan dalam uterus. 1. Lokhea rubra/merah (kruenta) Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium. 2. Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kuning kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum. 3. Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14. 4. Lokhea alba/putih Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu postpartum(Sulistyawati,2009;h.77)
  • 35. 26 Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan lochea purulenta. Pengeluaran lochea yang tidak lancer disebut dengan lochea statis (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.79). e. Perubahan pada Vulva, Vagiana dan Perineum Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur vagina dan pintu keluar vagina pada bagian pertama masa nifas membentuk lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan-lahan mengecil tetapi jarang kembali ke ukuran nulipara. Setelah minggu ketiga rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia jadi lebih menonjol. (Rukiyah, et.all, 2011;h.61). Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia)menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut air larut air saat melakukan saat melakukan hubungan seksual untuk mengurangi rasa nyeri.Pada awalnya, introitus mengalami
  • 36. 27 eritematosa dan edematosa, terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Perbaikan yang cermat, pencegahan atau pengobatan dini hematoma dan higiene yang baik selama dua minggu pertama setelah melahirkan biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dari introitus pada wanita nulipara (Dewi dan Sunarsih, 2013;h.39). f. Perubahan Tanda-Tanda Vital a) Suhu Badan Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,50 -380 C) sebagai akibat kerja keras suatu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium (mastitis, tractus genitalis atau sistem lain). b) Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang
  • 37. 28 melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan hal ini menunjukan adanya kemungkinan infeksi. c) Tekanan Darah Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat menandakan terjadinya pre eklamsi post partum. d) Pernapasan Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan. 2.1.5.7 Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh. Supaya buang air besar kembali normal dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila tidak berhasil dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.
  • 38. 29 2.1.5.8 Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk BAK dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam postpartum. Kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu. Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan hyperemia, kadang-kadang odem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi retensio urine. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitive dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine residual (normal kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi (Sulistyawati, 2009;h.78-81). Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum. Jika dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100, maka dilakukan kateterisas.
  • 39. 30 Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untukketeterisasi (Saleha, 2009;h.73). 2.1.5.9 Perubahan Sistem Muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh – pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastic kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan- jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat fisioterapi. (Sulistyawati, 2009;h.79)
  • 40. 31 Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari ketiga belum juga buang air besar maka diberikan laksan supositoria dan air minum hangat. 2.1.5.10 Perubahan Sistem Kardiovaskular Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400cc. Bila kelahiran melalui secsio cesaria kehilangan darah bisa dua kali lipat. Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative akan bertambah.keadaan ini menimbulkan beban pada jantung dan dapat menimbulkan dekompensasi kodis pada penderita vitium cordis. Untuk keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Umunya hal ini terjadi pada hari ketiga sampai hari kelima post partum (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.85,106). 2.1.7. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas 2.1.8.1 Nutrisi Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan dan sangat mempengaruhi susunan air susu, diet yang dibutuhkan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan.Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut: 1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
  • 41. 32 2. Makan dengan diet berimbang untuk mndapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup 3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari 4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca persalinan. 5. Minum kapsul vitamin 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI (Saleha, 2009;h.72) 2.1.8.2 Ambulasi Pada masa lampau, perawatan puerperium sangat konservatif, dimana puerperal harus tidur terlentang selama 40 hari. Kini perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini. Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan, yaitu sebagai berikut. a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium b. Mempercepat involusi uterus c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan
  • 42. 33 membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah adanya trombosit). Keuntungan lain dari ambulasi dini adalah sebagai berikut. a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik c. Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu merawat/memelihara anaknya d. Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal e. Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut f. Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio Ambulasi dini dilakukan secara berangsur-angsur, maksudnya bukan berarti ibu diharuskan langsung bekerja (mencuci, memasak, dan sebagainya) setelah bangun. (Dewi dan Sunarsih, 2013;h.73) 2.1.8.3 Eliminasi b. Miksi Miksi disebut normal bila ibu dapat BAK spontan tiap 3-4 jam.bila ibu tidak dapat BAK sendiri maka dilakukan tindakan sebagai berikut: a) Dirangsang dengan mengunakan air keran didekat klien b) Mengompres dengan air hangat diatas simfisis
  • 43. 34 Bila tidak berhasil dengan cara diatas maka dilakukan kateterisasi. Karena Karena prosedur katerisasi membuat klien tidak nyaman dan resiko infeksi saluran kencing tinggi untuk itu katerisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam postpartum. Douwer kateter diganti setelah 48 jam. c. Defekasi Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar. Jika pada hari ketiga belum juga buang air besar maka diberikan laksan supositoria dan minum air hangat. Agar dapat buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan diit teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat, olahraga (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.106). d. Kebersihan Diri Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik menggunakan antiseptik (PK/Dethol) dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang. Untuk mencegah terjadi infeksi baik pada luka jahitan dan maupun kulit, maka ibu harus menjaga kebersihan dini secara keselurahan. (Sari dan Rimandini, 2014;h.157)
  • 44. 35 Mengganti pembalut setiap kali darah penuh atau minimal 2 kali dalam sehari. Kadang hal ini terlewat untuk disampaikan kepada pasien (Sulistyawati, 2009;h.102). Perawatan Payudara a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian puting susu. b) Menggunakan BH yang menyokong payudara. c) Apabila puting susu lecet, oleskan colostrum atau ASI yang keluar disekitar puting setiap kali setiap selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet. d) Apabila lecet sangat berat dapat di istirahatkan selama 24 jam., ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok. e) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat di berikan paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam. f) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit. g) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak. h) Susukan bayi 2-3 jam. Apabila bayi tidak dapat menghisap seluruh ASI, sisanya keluarkan dengan tangan. i) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui. 2.1.8.4 Istirahat
  • 45. 36 Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disaranan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi menyusui bayinya nanti. (Sulistyawati, 2009;h,103) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal: mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi, dan ketidak mampuan untuk merawat bayinya dan dirinya sendiri (Rukiyah, et.all, 2011;h.78) Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan.Akan terasa lebih lelah bila partus berlangsung agak lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merawat anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. 2.1.8.5 Hubungan Seksual Hubungan seksual dapat dilakukan jika luka perineum telah sembuh dan lokia berhenti. Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan karena pada saat itu, bila senggama tidak mungkin menunggu sampai hari ke-40, suami/istri perlu melakukan usaha untuk
  • 46. 37 mencegah kehamilan. Pada saat inilah waktu yang tepat untuk memberikan konseling tentang pelayanan KB. 2.1.8.6 Senam Nifas Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. (Dewi dan Sunarsih, 2013;h.77,81) Banyak diantara senam post partum sebenarnya sama dengan senam antenatal. Hal yang paling penting bagi ibu adalah agar senam-senam tersebut hendaknya dilakukan secara perlahan dahulu lalu semakin lama semakin sering/kuat. Senam yang pertama paling baik paling aman untuk memperkuat dasar panggul adalah senam kegel. Segera lakukan senam kegel pada hari pertama postpartum bila memungkinkan. Meskipun kadang-kadang sulit untuk secara mudahnmengaktifkan oto-otot dasar panggul ini selama hari pertama atau kedua, anjurkan ibu tersebut tetap mencobanya. Senam kegel akan membantu penyembuhan post partum dengan jalan membuat kontraksi dan pelepasan secara bergantian pada otot-otot dasar panggul. (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.109) 2.1.8. Respons Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir 2.1.9.1 Bonding Attachment Yang dimaksud dengan Bounding Attacment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit -menit pertama sampai beberapa menit setelah kelahiran bayi. Pada
  • 47. 38 proses ini, terjadi penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam perawatannya. (Sulistyawati, 2009;h.59) Tahap-tahap bonding attachment adalah sebagai berikut. a.Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya. b.Keterikatan (bonding). c.Attachment, perasaan kasih sayang yang yang mengikat individu dengan individu. 2.9.1.2 Respon Ayah dan Keluarga Jika ibu sudah mengandung bayi selama sembilan bulan, ayah benar-benar merasakan keersamaan denagn bayi saat bayi lahir. Perkenalan ayah denagn bayi dimulai saat mereka saling bertatapan. Seperti halnya ikatan ibu dengan bayi, kedekatan ayah dengan bayi penting bagi tumbuh kembang bayi. Hasil penelitian Robert A. Veneziano dalam The Importance of Father Love menyebutkan kedekatan ayah dan bayi sangat membantu mengmbangkan kemampuan sosial, kecerdasan emosi, dan pekembangan kognitif bayi. (Dewi dan Sunarsih, 2013;h.46,49) 2.1.9. Mempertahankan Suhu Tubuh BBL dan Mencegah Hipotermia a. Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir
  • 48. 39 Kondisi bayi lahir dengan tubuh basah karena air ketuban atau aliran udara melalui jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan yang akan mengakibatkan bayi lebih cepat kehilangan suhu tubuh. Hal ini akan mengakibatkan serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya belum sempurna. b. Untuk mempercegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian diletakkan telungkup diatas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu. c. Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2.500 gram dan menangis kuat bisa dimandikan ± 24 jam setelah kelahiran dengan tetap menggunakan air hangat. Pada BBL beresiko yang berat badannya kurang dari 2.500 gram atau keadaanya sangat lemah sebaiknya jangan dimandikan sampai suhu tubuhnya stabil dan mampu menghisap ASI dengan baik. d. Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir Ada empat cara yang membuat bayi kehilangan panas : a.Konduksi Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Sebagai contoh, konduksi bisa
  • 49. 40 terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan dingin dan menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL b. Konveksi Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh, konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela atau membiarkan pat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela atau membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin. c. Radiasi Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda). Sebagai contoh, membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas (radiant warmer) , membiarkan BBL dalam keadaan telanjang atau menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat tembok). d. Evaporasi Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara dan aliran udara yang terlewati. Apabila BBL dibiarkan dalam suhu kamar
  • 50. 41 250 C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi,radiasi dan evaporasi yang besarnya 200 kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya sepersepuluhnya saja. Agar dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal berikut a) Keringkan bayi secara seksama b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan hangat c) Tutup bagian kepala bayi d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir f) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat (Dewi, 2010;h.3-14) 2.1.10. Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas a.Infeksi Nifas Infeksi nifas adalah peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas. a) Etiologi Berdasarkan masuknya kuman kedalam alat kandungan 1. Ektogen (kuman datang dari luar) 2. Autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) 3. Endogen (dari jalan lahir sendiri) berdasarkan kuman yang sering menyebabkan infeksi.
  • 51. 42 b) Patofisiologi Servik yang sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina, dan perineum yang merupakan tempat masuknya kuman patogen. c) Tanda dan gejala Infeksi lokal Yaitu pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit, pengeluaran lochea bercampur nanah, mobilitasi terbatas karena rasa nyeri, temperatur badan dapat meningkat. Infeksi umum Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat, tekanan darah menurun dan nadi meningkat, pernafasan dapat meningkat dan terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochea berbau dan bernanah serta kotor. (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.124) b.Perdarahan postpartum a) Definisi Perdarahan pervaginam adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml setelah bayi lahir. Menurut waktu terjadinya, perdarahan postpartum dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut 1.Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrage) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
  • 52. 43 2.Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrage) yang terjadi setelah 24 jam setelah anak lahir. Biasanya antara hari ke-5 sampai hari ke-15 postpartum. b) Etiologi 1. Atonia uteri, faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah sebagai berikut. a. Umur. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua b. Paritas. Atoina uteri sering dijumpai pada multipara dan grand multipara c. Partus lama atau partus terlentar d. Obstetri operatif dan narkosa e. Uterus terlalu regang dan besar, misalnya pada gemelli, hidramnion, atau janin besar f. Kelainan pada uterus, seperti pada mioma uteri g. Faktor sosio-ekonomi, yaitu malnutrisi 2. Retensio plasenta yaitu plasenta belum lahir dalam waktu satu jam setelah bayi lahir. Penyebab terjadinya retensio plasenta adalah sebagai berikut a. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat lebih dalam. Menurut tingkat pelekatannya plasenta, maka dibagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut 1) Plasenta adhesiva yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam
  • 53. 44 2) Plasenta inkreta, vili korialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua sampai ke miometrium 3) Plasenta akreta menembus lebih dalam ke dalam miometrium tetapi belum menembus serosa 4) Plasenta perkreta yang menembus sampai serosa atau peritoneum dinding rahim b. Plasenta sudah lepas, tetapi belum keluar karena atonia uteri yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim akibat kesalahan penanganan kala III yang akan menghalangi plasenta lahir (plasenta inkarserata). 3. Sisa plasenta atau selaput ketuban 4. Jalan lahir, yaitu robekan perineum, vagina, seviks, forniks dan rahim 5. Penyakit darah. Kelainan pembekuan darah, misalnya hipofibrinogenemia yang sering dijumpai pada: a) Perdarahan yang banyak b) Solusio plasenta c) Kematian janin yang lama dalam kandungan d) Pre-eklamsi dan eklamsi e) Infeksi, hepatitis dan septik syok (Aminin, 2013;h.2)
  • 54. 45 2.2 Tinjauan Toeri Asuhan Kebidanan Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Langkah manajemen menurut helen varney: 2.2.1 Pengumpulan data dasar (Pengkajian) Mengumpulkan semua data dasar yang di butuhkan untuk mengevaluasi keadaan klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara: 2.2.1.1 Anamnesa Anamnesa dilakukan untuk mendapatkan data anamnesa terdiri dari beberapa kelompok penting sebagai berikut: a. Data Subjektif Identitas pasien a) Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. b) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat- alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
  • 55. 46 c) Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dlam berdoa. d) Suku Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari. e) Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. f) Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. g) Alamat Di tanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila di perlukan. h) Keluhan Utama Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas,misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum.
  • 56. 47 i) Riwayat Kesehatan 1. Sekarang Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya. 2. Yang Lalu Data yang di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti Jantung, Diabetes Militus, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini. 3. Keluarga Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu bila ada penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.130-133) j) Riwayat obstetri 1. Riwayat haid Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya. 2. Menarche Usia pertama kali mengalami menstruasi. Untuk wanita Indonesia pada usia sekitar 12-16 tahun.
  • 57. 48 3. Siklus Jarak antara menstruasi yang di alami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23-32 hari. 4. Volume Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang di keluarkan. 5. Keluhan Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang di rasakan ketika mengalami menstruasi misalnya sakit yang sangat, pening sampai pingsan,atau jumlah darah yang banyak. (Sulistyawati, 2009;h.112). k) Riwayat Persalinan sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang biasa berpangaruh pada masa nifas saat ini l) Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
  • 58. 49 m)Pola kebutuhan Sehari-hari 1. Nutrisi Ibu masa nifas masalah diet perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan. (Saleha, 2009;h.71) 2. Eliminasi Miksi disebut normal bila ibu dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.106,134). 3. Istirahat Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disaranan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi menyusui bayinya nanti. (Sulistyawati, 2009;h,103) 4. Personal Hygine Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu.
  • 59. 50 Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi.(Sari dan Rimandini, 2014;h.157) 5. Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari- hari. Pada pola ini perlu di kaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi dini dapat mempercepat proses pengembalian alat- alat reproduksi. (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.137) b. Data Objektif Dalam menghadapi masa nifas dari seseorang klien, seseorang bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian data obyektif ini adalah: 2.2.1.2 Pemeriksaan Umum Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut: a. Keadaan umum Data ini dapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan hasil pengamatan yang di laporkan kriterianya baik atau lemah.
  • 60. 51 b. Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang ke sadaran pasien,kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan compos mentis sampai dengan koma. (Sulistyawati, 2009;h.122) Tanda-tanda vital a) Tekanan darah Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2 pengobatan. b) Nadi Berkisar antara 60- 80x/menit denyut nadi di atas 100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena ,kehilangan darah yang berlebihan. c) Pernafasan Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,yaitu sekitar 20-30 x/menit. d) Suhu Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama pada masa nifas pada umumnya di sebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada
  • 61. 52 waktu melahirkan, selain itu bisa juga di sebabkan karena istirahat dan tidur yang di perpanjang selama awal persalinan. 2.2.1.3 Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki Menjelaskan pemeriksaan fisik 1. Keadaan buah dada dan puting susu a) Simetris / tidak b) Konsistensi, ada pembengkakan/ tidak c) Puting susu menonjol/tidak, lecet/tidak 2. Keadaan abdomen a) Uterus : 2 jari dibawah pusat Normal 1) Kokoh, berkontraksi baik 2) Tidak berada diatas ketinggian fundal saat masa nifas segera Abnormal 1) Lembek 2) Di atas ketinggian fundal saat masa post partum segera b) Kandung kemih : bisa buang air/ tak bisa buang air 3. Keadaan genitalia a) Lochea : Rubra Normal
  • 62. 53 1) Merah hitam (lochea rubra) 2) Bau biasa 3) Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil) 4) Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam) Abnormal 1) Merah terang 2) Bau busuk 3) Mengeluarkan darah beku 4) Perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam) b) Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka episiotomi/robekan, hecting c) Keadaan anus : hemoroid d) Keadaan ekstremitas 1) Varises 2) Oedem 3) Refleks patella 2.2.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah, dan Kebutuhan Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan di interpretasikan menjadi diagnose kebidanan dan masalah.
  • 63. 54 a. Diagnosa Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus, Anak hidup, umur ibu dsn keadaan nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.141) Langkah awal dari perumusan diagnose atau masalah adalah pengolahan data dan analisis dengan menghubungkan data satu dengan data yang lainnya (Sulistyawati, 2009;h.177) b. Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. Data dasar meliputii: 1. Data subjektif Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien. 2. Data objektif Data yang didapat dari hasil pemeriksaan. 2.2.3 Diagnosa Potensial Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan bila memungkinkan menunggu mengamati daan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. 2.2.3 Antisipasi Masalah Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
  • 64. 55 2.2.4 Perencanaan Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya. 2.2.5 Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman. 2.2.6 Evaluasi Langkah ini merupakan langkah terakhir guna untuk mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektifitas merencanakan kembali yang belum terlaksana. (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.143-147). 2.2 Landasan Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: a. Kewenangan normal:
  • 65. 56 a) Pelayanan kesehatan ibu b) Pelayanan kesehatan anak c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarg berencana. b. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah c. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi: a) Pelayanan kesehatan ibu Ruang lingkup: 1. Pelayanan konseling pada masa pra hamil 2. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal 3. Pelayanan persalinan normal 4. Pelayanan ibu nifas normal 5. Pelayanan ibu menyusui 6. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan Kewenangan: 1. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II 2. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan 3. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil 4. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
  • 66. 57 5. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum 6. Penyuluhan dan konseling 7. Bimbingan pada kelompok ibu hamil 8. Pemberian surat keterangan kematian 9. Pemberian surat keterangan cuti bersalin b) Pelayanan kesehatan anak Ruang lingkup 1. Pelayanan bayi baru lahir 2. Pelayanan bayi 3. Pelayanan anak balita 4. Pelayanan anak pra sekolah. Kewenangan 1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K1 2. Perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat. 3. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk 4. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan 5. Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah 6. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
  • 67. 58 7. Pemberian konseling dan penyuluhan 8. Pemberian surat keterangan kelahiran 9. Pemberian surat keterangan kematian http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171 Standar Pelayanan Nifas Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir Bidan memeriksa dan memulai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinanBidan melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persaalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI. (Soepardan, 2007;h.121)
  • 68. 59 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. Y UMUR 37 TAHUN P3A0 6 JAM POST PARTUM DIBPS DESY ANDRIANI, AMD.KEB BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 3.1 Pengkajian Tanggal : 18 April 2015 Jam : 07.25 WIB Tempat : BPS Desy Andriani, Amd.Keb NamaMahasiswa : Geta Anggawa NIM : 201207149 DATA SUBJEKTIF I. IDENTITAS 1. Biodata Istri Suami Nama :Ny. Y Tn. N Umur :37 tahun 37 tahun Agama : Islam Islam Suku : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia Pendidikan :SMP SMP Pekerjaan :IRT Buruh Alamat :Jl. Selamat Ryadi IV, Teluk Betung Selatan Bandar Lampung
  • 69. 60 Keluhan Utama : Ibu mengatakan saat ini perutnya terasa mulas 2. Riwayat kesehatan : a. Riwayat kesehatan sekarang Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada b. Riwayat Kesehatan Dahulu Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada c. Riwayat Kesehatan Keluarga Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada
  • 70. 61 Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada 3. Riwayat Perkawinan Status perkawinan : Syah, 1 kali Usia nikah pertama : 25 Tahun Lamanya pernikahan :12tahun 4. Riwayat obstetri a. Riwayat haid 1) Menarche : 14 Tahun 2) Siklus : 30 Hari 3) Lama : 7 Hari 4) Volume :2- 3 kali ganti pembalut/hari 5) Sifat : Encer dengan sedikit menggumpal 6) Disminorhea : Tidak ada b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu. c. Riwayat persalinan sekarang Jenias persalinan : Spontan Tanggal : 18April 2015 Jam : 05.20WIB
  • 71. 62 Jenis kelamin : laki-laki Panjang badan : 50 cm Berat badan : 3600 gram Keadaan bayi : Sehat tanpa cacat d. Riwayat KB 5. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari a. Pola Nutrisi Selama hamil : Ibu makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur dan lauk pauk, serta minum susu 1 gelas per hari Selama nifas : Ibu baru makan 1 kali dari setelah melahirkan, dengan menu nasi putih , lauk pauk 1 potong ayam goreng dan 1 potong tempe goreng dan menghabiskan 1 gelas air putih
  • 72. 63 b. Pola eliminasi Selama hamil BAB : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak dan bau khas. BAK : Ibu mengatakan BAK 4-8 kali per hari, dengan warna jernih. Selama nifas BAB:Ibu mengatakan belum BAB BAK: Ibu mengatakan sudah BAKselama2 jam post partum c. Pola aktivitas Selama hamil: Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, menyapudan mencuci. Selama nifas: Ibu mengatakan sudah dapat miring kanandan kiri serta duduk d. Pola istirahat Selama hamil : Ibu tidur malam selama7-8 jam dan tidur siang selama 1-2 jam Selama nifas: Ibu mengatakan belum bisa tidur selama 6 jam
  • 73. 64 postpartum karena perutnya masih terasa mulas e. Pola personal hygine Selamahamil : Ibu mandi 2kali perhari, keramas 4 kali seminggu, ganti pakaian setiap mandi dan mengganti celana dalam 4x sehari atau jika lembab. Selama nifas : Ibu mengganti pembalut 1kali selama 2 jam post partum f. Pola seksual Selamahamil : Ibu jarang melakukan hubungan seksual yaitu 2x seminggu. Selama nifas :Ibu mengatakan belum melakukan hubungan seksual 6. Psikososial a) Tanggapan ibu terhadap dirinya : Ibu bahagia setelah ia mampumelahirkan secara normal b) Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya:Ibu tidak tau bahwa rasa mules yang masih ia rasakan adalah hal yang normal c) Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : Keluargabahagia dengan kelahiran bayi Ny. Y
  • 74. 65 d) Pengambil keputusan :Pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan secara bermusyawarah e) Lingkungan yang berpengaruh :Tidak ada DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Keadaan emosional : Stabil Tanda-tanda vital TD : 110/70 mmHg Pernafasan : 20 kali/menit Nadi : 80 kali/menit Suhu : 36,50 c 2. Pemeriksaan fisik Kepala a) Wajah Oedem : Tidak oedema Pucat : Tidak pucat b) Mata Simetris : Ya kanan dan kiri Kelopak mata : Tidak odema Konjungtiva : Merah muda
  • 75. 66 Sklera : Putih c) Hidung Simetris : Ya kanan dan kiri Polip : Tidak ada pembesaran Kebersihan : Bersih, tidak ada secret d) Mulut Bibir : Tidak kering dan tidak ada sariawan Lidah : Bersih Gusi : Tidak ada perdarahan Gigi : Tidak ada caries dan berlubang e) Telinga Simetris : Ya, kanan dan kiri Lubang : Ada, kanan dan kiri Gangguan pendengaran : Tidak ada f) Leher Tumor : Tidak ada Pembesaran kelenjar tyroid: Tidak ada Pembesaran vena jugularis: Tidak ada g) Ketiak Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada h) Dada Retraksi : Tidak ada
  • 76. 67 Bunyi mengi dan ronchi : Tidak ada i) Payudara Simetris : Ya antara kanan dan kiri Pembesaran : Ada Putting susu : Menonjol Aerola mamae : Terdapat hiperpigmentasi Benjolan : Tidak ada Pengeluaran : Ada, kolostrum Rasa Nyeri : Tidak ada j) Abdomen : Bekas luka operasi : Tidak ada Konsistensi : Keras Benjolan : Tidak ada Kandung Kemih : Kosong Tinggi fundus Uteri : 2 jari di bawah pusat Kontraksi : Baik k) Anogenital Pengeluaran Pervaginam : Lochea rubra Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembengkakan Anus : Tidak ada hemoroid Perineum : Tidak terdapat ruptur l) Ekstremitas Atas Oedema : Tidak oedema
  • 77. 68 Kemerahan : Tidak ada Bawah Oedema : Tidak ada Kemerahan : Tidak ada Varises : Tidak ada Reflek patela : (+) Kanan dan Kiri 3. Pemeriksaan penunjang Tidak dilakukan 4. Data penunjang a. RiwayatPersalinansekarang Ibu TempatMelahirkan : BPS Desy Andriani Amd.Keb Penolong : Bidan JenisPersalinan :Spontan TanggalPersalinan : 18 April 2015 Komplikasi : Tidakada Lamanya Persalinan Kala 1 : 7 Jam 20 Menit Kala II : 25 Menit Kala III : 10 Menit Kala IV : 2 Jam + Lama : 9 Jam 55 Menit Ketubanpecahpukul :04.20WIB Plasenta
  • 78. 69 Lahir secara : Spontan Pukul : 05.25 WIB Ukuran : Diameter 20 cm Berat : ± 500 gram Panjang Tali Pusat : ± 50 cm Perineum : Tidak terdapat ruptur Bayi Lahir tanggal/pukul : 18 April 2015/05.20 WIB Nilai APGAR : 9/10 Jenis kelamin :Laki-laki Masa gestasi :39 minggu 2 hari
  • 79.
  • 80. 71
  • 81. 72
  • 82. 73
  • 83. 74
  • 84. 75
  • 85. 76
  • 86. 77
  • 87. 78
  • 88. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian/Pengumpulan Data Dasar Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua besar yang berkaitan dengan kondisi pasien. Pada pengkajian yang dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang keadaan pasien pada Ny. Y usia 37 tahun P3A0 6 jam post partum didapatkan hasil yaitu sebagai berikut : 4.1.1 Data Subjektif 4.1.1.1 Umur a. Tinjauan teori Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. Penyebab atonia uteri adalah umur yang terlalu muda atau terlalu tua, atonia uteri sering dijumapai pada multipara dan grand multipara. b. Tinjauan kasus Tinjauan dalam kasus ini Ny. Y berusia 37 tahun
  • 89. 80 c. Pembahasan Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus terdapat kesenjangan karena pada kasus ini Ny. Y berumur 37 tahun, dan berdasarkan teori yang ada Ny. Y termasuk dalam katagori umur yang beresiko tinggi untuk melahirkan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada persalinan dan masa nifas salah satunya adalah atonia uteri, namun pada kasus ini ibu tidak mengalami atonia uteri hal ini dikarenakan telaah dilakukan pencegahan dengan cara massase uterus. 4.1.1.2 Suku a. Tinjauan teori Berpengaruh untuk mengetahui adat dan kebiasaan sehari- hari yang berhubungan dengan masalah yang dialami. b. Tinjauan kasus Ibu bersuku jawa dan selama ini tidak memiliki kebiasaan- kebiasaan yang berpengaruh terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas. c. Pembahasan Dari pembahasan diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori dan hasil pemeriksaan karena ibu tidak memiliki kebiasaan adat istiadat yang berpengaruh terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas.
  • 90. 81 4.1.1.3 Pendidikan a. Tinjauan teori Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikanya. b. Tinjauan kasus Dalam kasus ini pendidikan terakhir Ny.Y adalah SMP c. Pembahasan Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan karena Ny. Y memiliki pendidikan SMP dimana ketika petugas kesehetan memberikan penyuluhan atau konseling Ny. Y cukup mudah dalam memahaminya 4.1.1.4 Pekerjaan a. Tinjauan teori Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. b. Tinjauan kasus Dalam kasus ini Ny. Y berkerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan suaminya berkerja sebagai buruh c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan meskipun Ny. Y hanya bekerja sebagai ibu
  • 91. 82 rumah tangga namun pemenuhan nutrisi dan kebutuhan sehari-hari Ny. Y terpenuhi dikarenakan didukung oleh penghasilan suami Ny. Y sebagai pekerja buruh 4.1.1.5 Keluhan utama a. Tinjauan teori Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum. b. Tinjauan kasus Dalam kasus ini Ny. Y mengatakan keluhannya yaitu perutnya masih terasa mulas. c. Pembahasan Dalam kasus ini Ny. Y 6 jam post partum dan ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas. Menurut teori hal ini normal karena ini merupakan suatu proses kembalinya rahim kebentuk semula seperti sebelum hamil, sehingga tidak terjadi kesenjangan. 4.1.1.6 Riwayat kesehatan a. Tinjauan teori Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
  • 92. 83 b. Tinjauan kasus Ny. Y tidak memiliki riwayat penyakit penyulit baik penyakit keturunan seperti Diabetes, Hipertensi, jantung dan asma.Ataupun penyakit menular seperti hepatitis, PMS/HIV AIDS. Di keluarga ibu juga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular ataupun keturunan. c. Pembahasan Berdasarkan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena Ny. Y tidak memiliki riwayat penyakit baik dari ibu maupun dari keluarga. 4.1.1.7 Riwayat persalinan sekarang a. Tinjauan teori Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang biasa berpangaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati dan Wulandari ,2010;h.135) Atonia uteri sering dijumpai pada paritas multipara dan grand multipara. Uterus yang lemah banyak melahirkan anak cenderung bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan. Atonia uteri pada ibu dengan paritas tinggi terjadi kontraksi myometrium dan tonus ototnya sudah
  • 93. 84 tidak baik lagi sehingga menimbulkan kegagalan kompresi pembuluh darah pada tempat implantasi plasenta b. Tinjauan kasus Dalam riwayat obstetri Ny.Y pada persalinan sekarang Ny.Y melahirkan anak ke-3 pada tanggal 18 April 2015. Jenis persalinan spontan, jenis kelamin anak laki-laki dengan Berat badan 3600 gram, panjang badan 50 cm dan ditolong oleh bidan c. Pembahasan Dalam hal ini antara tinjauan kasus dan tinjauan teori terdapat kesenjangan dimana dikatakan atonia uteri sering terjadi pada paritas yang multipara dan grand multipara, pada kasus Ny. Y tidak terjadi atonia uteri karena telah dilakukan pencegahan atonia uteri dengan cara melakukan masase pada fundus ibu. 4.1.1.8 Pola Kebutuhan Sehari-hari Nutrisi dan Cairan a. Tinjauan teori Ibu masa nifas masalah diet perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan. (Saleha, 2009;h.71)
  • 94. 85 b. Tinjauan kasus Selama 6 jam post partum ibu sudah makan dengan 1 porsi nasi, 1 porsi lauk pauk dan 1 gelas air putih. c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan pada Ny. Y karena Ny. Y sudah makan- makanan yang bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan karena ibu sudah makan dengan menu nasi, 1 potong ayam, 1 potong tempe dan menghabiskan 1 gelas air putih. 4.1.1.9 Pola Istirahat a. Tinjauan teori Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disaranan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi menyusui bayinya nanti (Sulistyawati, 2009;h.102). b. Tinjauan kasus Ny.Y mengatakan belum tidur selama 6 jam post partum, karena perutnya masih terasa mulas. c. Pembahasan Dari pembahasan tersebut, ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena berdasarkan tinjauan teori ibu nifas istirahat sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam
  • 95. 86 pada siang harinya, sehingga terdapat kesenjangan karena ibu belum istirahat. 4.1.2 Data objektif 1. Pemeriksaan Umum a. Tinjauan teori 1) Keadaan umum Data ini dapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan hasil pengamatan yang di laporkan kriterianya baik atau lemah. 2) Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang ke sadaran pasien,kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan compos mentis sampai dengan koma. (Sulistyawati, 2009;h.122) b. Tinjauan kasus Keadaan umum : Baik Keadaan emosional : Stabil Kesadaran : Compos mentis c. Pembahasan Tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karna keadaan,dan kesadaran ibu dalam keadaan baik Tanda –tanda vital 1) Tekanan darah a.Tinjauan teori
  • 96. 87 Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2 pengobatan. b.Tinjauan kasus Tekanan darah : 110/70 mmHg c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karna pada tekanan darah ibu tidak mengalami peningkatan atau penurunan tekanan darah. 2) Nadi a.Tinjauan teori Berkisar antara 60- 80x/menit denyut nadi di atas 100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan. b. Tinjauan kasus Nadi : 80 kali/menit c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena Ny. Y nadi dalam keadaan normal
  • 97. 88 3) Pernafasan a.Tinjauan teori Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30 x/menit. b. Tinjauan kasus Pernafasan: 20 kali/menit c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karna Ny. Y nadi dalam keadaan normal 4) Suhu a. Tinjauan teori Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama pada masa nifas pada umumnya di sebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga di sebabkan karena istirahat dan tidur yang di perpanjang selama awal persalinan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.138) b. Tinjauan kasus Suhu : 36,50 C c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus terdapat kesenjangan karna tidak terjadi peningkatan pada suhu
  • 98. 89 tubuh setelah melahirkan. Hal ini dikarenakan asupan cairan ibu terpenuhi. 2. Pemeriksaan fisik 1) Payudara a. Tinjauan teori Hormon estrogen dan progestron yang meningkat pada kehamilan membantu maturasi alveoli, kadar estrogen dan progestron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan. Sehingga terjadi sekresi ASI. b. Tinjauan kasus Bentuk payudara Ny.Y simetris kiri dan kanan, tidak terdapat benjolan, pembesaran normal dan sudah ada pengeluaran Colostrum c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat kesenjangan karena pada payudara sudah mengeluarkan Colostrum 2) Abdomen a. Tinjauan teori Involusi atau pengurutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.73).
  • 99. 90 3.1 Tabel involusi uterus Involusi TFU Berat Uterus (gr) Diameter bekas melekat Plasenta Keadaan Serviks Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 Uri Lahir 2 Jari di bawah Pusat 750 12,5 Lembek Satu minggu Pertengahan pusat- sympisis 500 7,5 Beberapa hari setelah post partum dapat di lalui 2 jari akhir minggu pertama dapat di masuki 1 jari Dua minggu Tak teraba di atas sympisis 350 3-4 Enam minggu Bertabah Kecil 50-60 1-2 Delapan minggu Sebesar normal 30 (Dewi dan Sunarsih ,2013;h.57) b. Tinjauan kasus Pembesaran : Normal Konsistensi : Keras Kandung Kemih : Kosong Uterus : 2 jari dibawah pusat c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena TFU Ny. Y teraba 2 jari di bawah pusat pada 6 jam setelah persalinan 3) Anogenital a. Tinjauan teori Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta meregang, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ketiga.
  • 100. 91 1. Lokhea rubra/merah (kruenta) Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium 2. Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kuning kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partumm. 3. Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14. 4. Lokhea alba/putih Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu postpartum.(Sulistyawati, 2009;h.76). b. Tinjauan kasus Vulva : bersih Perineum : tidak terdapat robekan perineum Pengeluaran pervaginam : lokhea rubra
  • 101. 92 c. Pembahasan Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena pengeluaran lochea normal pada 6 jam post partum 4.2 Interpretasi Data 4.2.1 Diagnosa a. Tinjauan teori Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus, Anak hidup, umur ibu dsn keadaan nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.141) b. Tinjauan kasus Didapatkan diagnosa pada Ny. Y umur 37 tahun P3A0 2 jam post partum. DS: 1) ibu mengatakan ini kelahiran anak ketiganya, dua kali pernah melahirkan dan belum pernah keguguran. 2) ibu mengatakan melahirkan pada pukul 05.20 WIB 3) ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas DO : TFU : 2 jari bawah pusat Kontraksi : baik Lokhea : rubra Pengeluaran ASI : Colostrum Plasenta lahir pukul 05.25 WIB.
  • 102. 93 c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena antara kasus dan teori sama dimana diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian dan data-data lain. 4.2.2 Masalah a. Tinjauan teori Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. b. Tinjauan kasus Selama 6 jam post partum Ny. Y mengeluh perutnya masih mulas c. Pembahasan Tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori karena terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi lahir sehingga ibu merasa mulas pada perutnya. Involusi atau pengurutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. 4.3 Diagnosa potensial a. Tinjauan teori Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan bila memungkinkan menunggu mengamati daan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. b. Tinjauan kasus Berdasarkan masalah atau diagnosis, tidak ada masalah potensial.
  • 103. 94 c. Pembahasan Dalam kasus ini tidak ada data yang menunjang perlunya antisipasi masalah potensial karena ibu tidak mempunyai masalah. 4.4 Tindakan segera a. Tinjauan teori Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. b. Tinjauan kasus Tidak ada tindakan segera yang dilakukan pada pasien.karena tidak ada keadaan patologis yang memerlukan penanganan segera. c. Pembahasaan Tidak ada tindakan segera yang dilakukan pada pasien.karena tidak ada keadaan patologis yang memerlukan penanganan segera. 4.5 Perencanaan a. Tinjauan teori Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.73-143).
  • 104. 95 Asuhan yang di berikan pada 6 – 8 Jam post partum : 1. Mencegah terjadinya perdarahan 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi rujukan bila perdarahan berlanjut 3. Memberi konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 4. Pemberian ASI pada awal menjadi ibu 5. Mengajarkan cara memperat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. b. Tinjauan kasus 1) Beritahu hasil pemeriksaan 2) Jelaskan tentang keluhan yang dialami dan konseling pada keluarga untuk mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 3) Beritahu ibu untuk pemberian ASI awal 4) Lakukan bounding attachment 5) Jaga bayi agar tidak hipotermi 6) Anjurkan ibu untuk mobilisasi 7) Beri ibu asupan nutrisi 8) Anjurkan ibu tentang kebutuhan isitirahat 9) Anjurkan pada ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri 10) Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang c. Pembahasan Menurut penulis tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus karena penulis memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan pasien secara berkala
  • 105. 96 memberikan asuhan sesuai dengan tinjauan teori yang berisikan tentang Asuhan yang diberikan pada 6 – 8 jam post partum yaitu Asuhan yang di berikan pada 6 – 8 Jam post partum : 1. Mencegah terjadinya perdarahan 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi rujukan bila perdarahan berlanjut 3. Memberi konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 4. Pemberian ASI pada awal menjadi ibu 5. Mengajarkan cara memperat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. (Saleha, 2009;h.6) 4.6 Pelaksanaan a. Tinjauan teori Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman. b. Tinjauan kasus 1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu dalam keadaan baik. TD:110/70 mmHg, N: 80x/i, S: 36,50 c, RR: 20x/i. 2. Menjelaskan tentang keluhan yang dialami ibu bahwa rasa mulas yang dialaminya merupakan hal yang normal, hal ini dikarenakan proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dan memberikan konseling pada ibu dan keluarga untuk pencegahan perdarahan masa nifas
  • 106. 97 dengan cara selalu memasase perut ibu secara memutar agar tidak terjadi perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 3. Memberikan ibu untuk pemberian ASI awal pada bayinya sebagai zat antibodi yang mudah dicerna bayi untuk mencegah infeksi dan membuat bayi menjadi kuat 4. Melakukan bounding attachment yaitu sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu dan bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi agar adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orangtua dan anak 5. Menjaga bayi agar tidak hipotermi yaitu tidak memandikan bayi kurang dari 6 jam, suhu ruangan tidak boleh kurang dari 250 c dan memakaikan topi dan bedong pada bayi. 6. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini yaitu belajar miring kiri, kanan dan belajar berdiri perlahan agar melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerpurium dan mempercepat involusi uterus. 7. Memberikan ibu asupan nutrisi selama masa nifas ini, makanan yang dikonsumsi ibu haruslah makanan yang memiliki nilai gizi tinggi seperti karbohidrat pada nasi, jagung, kentang, protein pada tahu, tempe, telur, ikan, daging, vitamin pada buah dan sayur serta mineral pada kacang- kacangan, agar kondisi ibu cepat pulih. 8. Menganjurkan ibu untuk beristirahat minimal 1 jam pada siang hari atau saat bayi tertidur, usahakan agar ibu dapat beristirahat semaksimal mungkin, dan pada malam hari 7-8 jam, hal ini agar kondisi ibu tetap
  • 107. 98 terjaga selama masa nifas, produksi ASI dan mempercepat kepulihan kondisi ibu supaya ibu dapat merawat bayinya dengan baik. 9. Mengajarkan kepada ibu untukselalu menjaga kebersihan diri. 10. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang dan apabila ada keluhan c. Pembahasan Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terjadi kesenjangan pada kasus Ny. Y karena bidan melakukan tindakan sesuai asuhan masa nifas dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada masa nifas selama bidan melakukan tindakan. 4.7 Evaluasi a. Tinjauan teori Langkah ini merupakan langkah terakhir guna untuk mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektifatau merencanakan kembali yang belum terlaksana. (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.147) b. Tinjauan kasus 1. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaannya 2. Ibu mengerti tentang rasa mulas yang dialaminya dan keluarga mengerti cara pencegahan perdarahan pada masa nifas 3. Ibu bersedia untuk memberikan ASI awal pada bayinya 4. Telah dilakukan boundn attachment 5. Pencegahan hipotermi telah dilakukan, suhu badan bayi 370 C
  • 108. 99 6. Ibu sudah miring ke kanan dan kiri 7. Ibu sudah makan nasi 1 porsi, 1 potong ayam, 1 potong tempe dan menghabiskan 1 gelas air putih 8. Ibu mengerti tentang kebutuhn istirahat 9. Ibu mengerti tentang dan mau mengikuti anjurkan untuk selalu menjaga kebersihan diri seperti mandi 2 kali sehari, membersihkan daerah kelamin dengan air bersih dan mencuci dari arah depan kebelakang, lalu keringkan dengan menggunakan tissu, mengganti pembalut minimal 2 kali sehari atau jika merasa penuh, menyarankan ibu untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang alat kelamin 10.Ibu akan melakukan kunjungan ulang pada tanggal 23 April 2015 dan apabila ada keluhan. c. Pembahasan Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena semua perencanaan dan pelaksanaan telah di lakukan dengan baik dan keadaan ibu dalam keadan sehat.
  • 109. 100 BAB V PENUTUP Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas yaitu Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum. Maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Penulis mampu melaksanakan pengkajian Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani Bandar Lampung. 5.1.2 Penulis mampu menginterpretasikan data yan ada sehingga mampu menyusun diagnosa kebidanan yakni Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum masalah tidak ada dan kebutuhan yang diberikan pada ibu yaitu penjelasan tentang kondisi ibu serta melakukan pemantauan agar tidak terjadi perdarahan. 5.1.3 Penulis mampu melaksanakan identifikasi diagnosa/masalah potensial Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani Amd. Keb Bandar Lampung. 5.1.4 Penulis mampu melaksanakan tindakan segera/kolaborasi Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani Amd. Keb Bandar Lampung. 5.1.5 Penulis mampu merencanakan tindakan Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani Amd. Keb Bandar Lampung.
  • 110. 101 5.1.6 Penulis mampu melaksanakan tindakan Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani Amd. Keb Bandar Lampung. 5.1.7 Penulis mampu mengevaluasi Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan hasil ibu dalam keadaan sehat, rasa mulas pada perut ibu tidak dirasakan lagi dan tidak ada penyulit yang berhubungan dengan masa nifas terhadap Ny. Y umur 37 tahun P3A0 6 jam post partum di BPS Desy Andriani Amd. Keb Bandar Lampung. 5.2 Saran Saran yang penulis berikan di tujukan kepada : 5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dengan disusunnya karya tulis ilmiah ini pihak institusi lebih memfasilitasi sebagai salah satu bahan pembelajaran asuhan kebidanan bagi ibu nifas khusunya asuhan 6 jam post partum. 5.2.2 Bagi Lahan Praktik Diharapkan para bidan dapat meningkatkan mutu pelayanan secara komprehensif berdasarkan kewenangan dalam memberikan pelayanan pada ibu nifas dengan asuhan 6 jam post partum. 5.2.3Bagi masyarakat khususnya ibu nifas 6 jam post partum Diharapkan lebih memperhatikan asuhan masa nifas khususnya 6 jam post partum. Sehingga dapat melakukan perawatan asuhan 6 jam post partum untuk mencegah terjadi perdarahan setelah persalinan.