Karya tulis ini membahas identifikasi kejadian risiko tinggi pada ibu hamil di Puskesmas Katobu, Kabupaten Muna periode Januari-Juni 2016. Kehamilan risiko tinggi dapat menyebabkan komplikasi pada ibu dan janin. Data menunjukkan angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis dan frekuensi risiko tinggi pada ibu hamil di puskesmas tersebut. Hasilnya akan dig
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
IDENTIFIKASI KEJADIAN RISIKO TINGGI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KATOBU KABUPATEN MUNA PERIODE JANUARI S.D JUNI TAHUN 2016
1. IDENTIFIKASI KEJADIAN RISIKO TINGGI PADA IBU HAMIL
DI PUSKESMAS KATOBU KABUPATEN MUNA
PERIODE JANUARI S.D JUNI
TAHUN 2016
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh :
Hardianti
PSW.1B.2013.0066
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2016
2.
3.
4. RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS
Nama : Hardianti
NIM : PSW.B.2013.IB.0066
Tempat dan tanggal lahir : Raha, 14 Mei 1996
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / Kebangsaan : Bugis / Indonesia
Alamat : jln S. Sukowati
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 3 Katobu : Tamat Tahun 2007
2. SMP Negeri 1 Raha : Tamat Tahun 2010
3. SMA Negeri 2 Raha : Tamat Tahun 2013
4. Sejak Tahun 2013 Mengikuti Pendidikan DIII Kebidanan Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna sampai sekarang.
5. v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat, Taufik serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Identifikasi Kejadian Risiko Tinggi
pada Ibu Hamil di Puskesmas Katobu Periode Januari s.d Juni Tahun 2016”
Dalam pembuatan karya tulis ini tidak lepas dari kesulitan dan hambatan,
namun berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya
karya tulis ilmiah ini selesai pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat Rosminah Mansyarif,
S.Si.T.,M.kes selaku pembimbing I dan Fitria Ningsih, S.ST selaku
pembimbing II atas kesediannya baik berupa waktu, bimbingan motivasi,
petunjuk, pengarahan dan dorongan yang begitu sangat berharga sehingga
tersusunlah Karya Tulis Ilmiah ini.
Demikian pula penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada :
1. La ode Muhlisi, AM,Kep, M.Kes Selaku ketua Yayasan Pendidikan Sowite
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.
2. Sutriawati, SKM., M.Kes Selaku penguji yang memberikan masukan pada
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis ini.
3. Seluruh dosen dan staf di Lingkungan Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna yang telah banyak memberikan masukan, informasi, dan
pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan.
4. Dr. Fil Hayah Fitri Selaku Kepala Puskesmas Katobu yang telah memberikan
izin untuk meneliti di Puskesmas Katobu
5. Hartini, SST Selaku Bikor Puskesmas Katobu yang telah membantu dalam
melakukan penelitian ini.
6. vi
6. Orang tua saya yang tercinta yaitu Ayahanda Abu Bakar dan Ibunda Bahira,
yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi, dukungan baik moril
maupun material dalam menempuh pendidikan DIII Kebidanan di Akademi
Kebidanan Paramata Raha Kabupaten, serta adik- adikku yang tercinta yaitu
faikatunnisa dan ghefira agnia ramadhani, yang turut mendoakan dan selalu
memberikan dukungan kepada saya dalam penulisan karya tulis ini.
7. Teman- teman saya yaitu Fatki Nurani, Munawira Fadlyawati, Sitti Andriyani,
yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini.
8. Ka Sitti Zahria, yang sangat membantu dalam menyelesaikan Karya tulis ini
Penulis menyadari bahwa karya tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saran yang sifatnya membangun dari pembaca
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Tulis ini.
Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini berguna bagi pembaca
umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.
Walaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
Raha, Juli 2016
Penulis
7. vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Lembar Persetujuan.......................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ......................................................................................... iii
Riwayat Hidup ................................................................................................ iv
Kata Pengantar ................................................................................................ v
Daftar Isi .......................................................................................................... vii
Daftar Tabel ..................................................................................................... ix
Intisari ............................................................................................................. x
Bab I Pendahuluan ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4
Bab II Tinjauan Pustaka........................................................................... 6
A. Telaah Pustaka
1. Kehamilan ........................................................................ 6
2. Faktor risiko pada ibu hamil ................................................. 14
3. Kehamilan risiko tinggi ........................................................ 22
B. Landasan Teori…………………………………………………. 27
C. Kerangka Konsep ……………………………………………. 29
D. Pertanyaan Penelitian…………………………………………… 30
Bab III Metode Penelitian ........................................................................... 31
A. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................. 31
B. Subjek Penelitian ........................................................................ 31
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 31
D. Identifikasi Variabel Penelitian................................................. 32
E. Definisi Operasional ................................................................... 32
F. Instrumen Penelitian ................................................................... 32
G. Pengolahan dan Cara Analisis Data ........................................... 33
H. Jalannya Penelitian ..................................................................... 34
8. vii
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ………………......................... 35
A. Hasil Penelitian ……………………………………………….... 35
B. Pembahasan ……………………………………………………. 38
BAB V Kesimpulan dan Saran…………………………………………….. 42
A. Kesimpulan …………………………………………………….. 42
B. Saran ……………………………………………………………. 42
Daftar Pustaka................................................................................................ 43
Lampiran
11. ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi frekuensi ..................................................................... 33
Tabel 2. Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015 ………………………….. 36
12. x
INTISARI
Hardianti,PSW.B.2013.0066, “Identifikasi Kejadian Risiko Tinggi pada Ibu
Hamil di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna periode Januari s.d Juni Tahun
2016” di bawah bimbingan Rosminah Mansyarif dan Fitria Ningsih.
Latar Belakang : Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun
terhadap janin yang akan dikandungnnya selama masa kehamilan, melahirkan
ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal.
Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Muna jumlah ibu hamil Tahun 2016
periode Januari-Juli 2.477 orang dan yang mengalami risiko tinggi yaitu 523
orang.dan jumlah ibu hamil di Puskesmas Katobu yaitu 417 orang dan jumlah ibu
hamil yang berisiko 88 orang.
Metode Penelitian : Yang digunakan adalah deskriptif dengan teknik pengambilan
sampel dengan cara total sampling.
Hasil Penelitian : Frekuensi kejadian risiko tinggi pada ibu hamil berdasarkan
kategori APGO (Ada Potensi Gawat Obstetrik) sebesar 80 kasus (60,6%), dimana
kategori APGO terdiri dari umur ibu < 2 tahun yaitu sebesar 6 kasus (27,2%), umur
ibu >35 tahun yaitu sebesar 19 kasus (23,7%), jarak kelahiran < 2 tahun yaitu sebesar
8 kasus (10%), jarak kelahiran > 4 tahun yaitu sebesar 20 kasus (25%),grandemulti
sebesar 4 kasus (5%), tinggi badan < 145 cm yaitu sebesar 5 kasus (6,2%) dan
riwayat obstetrik jelek sebesar 18 kasus (22,5%) sedangkan frekuensi kategori AGO
(Ada Gawat Obstetrik) 36 orang (27,2%) terdiri dari penyakit ibu seperti anemia yaitu
sebesar 27 kasus (75%) dan diabetes militus yaitu sebesar 2 kasus (5,5%), hamil
kembar yaitu sebesar 0%, letak sungsang yaitu sebesar 3 kasus (8,5%), letak lintang
sebesar 2 kasus (5,5%) dan preeklamsia ringan sebesar 2 kasus, sedangkan frekuensi
kategori AGDO (Ada Gawat Darurat Obstetrik) 0 % atau tidak ada, dimana kategori
AGDO ini terdiri dari perdarahan antepartum dan preeklamsia berat atau eklamsia.
Kesimpulan : Kategori APGO (Ada Potensi Gawat Obstetrik) di Puskesmas Katobu
periode Januari-Juni tahun 2016 yaitu sebesar 72,7 %, kategori AGO (Ada Gawat
Obstetrik) yaitu sebesar 22,7% dan kategori AGDO (Ada Gawat Obstetrik yaitu
sebesar 0%.
Kata Kunci : Risiko Tinggi, dan Ibu hamil
Daftar Pustaka : 15 Literatur (2008-2015)
13. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut defenisi World Health Organization (WHO) dalam Sitompul.M.R
(2012) kematian ibu adalah kematian seorang wanita terjadi saat hamil, bersalin,
42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau
tidak langsung terhadap persalinan. WHO memperkirakan 800 perempuan
meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran. Hampir
semua kasus kematian ini sebenarnya dapat dicegah. Sekitar 99% dari seluruh
kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal
merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan
setelah persalinan.
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun
terhadap janin yang akan dikandungnnya selama masa kehamilan, melahirkan
ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal
(Syafruddin,dkk, 2011).
Menurut laporan WHO Tahun 2010 dalam Sitompul.R.M,dkk (2012) ,
Angka kematian Ibu (AKI) di Amerika Serikat yaitu 17 per 100.000 kelahiran
hidup, Afrika Utara 92 per 100.000, Asia Barat 68 per 100.000. Angka kematian
ibu di negara-negara ASEAN masih jauh lebih tinggi,yaitu Indonesia 214 per
100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160
per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000.
14. 2
Dalam Ummah.F (2015) Lebih dari 90% kematian ibu disebabkan oleh
komplikasi obstetrik pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Komplikasi
akan cenderung meningkat pada ibu hamil yang memiliki fakor risiko,
diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami keadaan risiko tinggi dan
komplikasi obstetrik yang dapat membahayakan ibu maupun janin apabila tidak
ditangani dengan memadai.
Menurut WHO Tahun 2012 dalam Sitompul.R.M (2012) penyebab utama
kematian ibu adalah perdarahan berat (25%), infeksi (13%), aborsi yang tidak
aman (13%), partus (8%) dan penyebab tidak langsung tentang masalah kesehatan
ibu adalah pendidikan. Masih banyaknya ibu yang beranggapan bahwa kehamilan
dan persalinan merupakan sesuatu yang alami yang berarti tidak memerlukan
pemeriksaan dan perawatan, serta tanpa mereka sadari bahwa ibu hamil termasuk
kelompok resiko tinggi. Ibu hamil memiliki risiko 50% dapat mengakibatkan
kematian.
Namun, pada Tahun 2012 SDKI kembali mencatat kenaikan AKI yang
signifikan, yakni dari 228 menjadi 359 kematian ibu per 100.00 kelahiran hidup.
Oleh karena itu, pada Tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program
Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan
angka kematian ibu dan nonatal sebesar 25%. (Kemenkes RI Tahun 2014).
Jumlah kematian ibu menurut kabupaten atau kota di Sulawesi Tenggara
Tahun 2014 bahwa kematian ibu tertinggi terdapat di Kabupaten Muna sebanyak
13 kasus, kemudian Konawe Selatan dan Buton masing-masing 8 dan 7 kasus,
kematian ibu terendah (0 kasus atau tidak ada kematian ibu) dilaporkan oleh
15. 3
Buton Utara. Tingginya jumlah kematian ibu di Kabupaten Muna, Konsel dan
Buton disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keterlambatan pada kasus
komplikasi, rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk
memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan dan tersedia dan lebih memilih ke
dukun ketika melahirkan (Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014).
Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Muna Tahun 2013 jumlah ibu
hamil 6.631orang, sedangkan jumlah ibu hamil dengan risiko tinggi 1.009 orang,
sedangkan Tahun 2014 jumlah ibu hamil 6.651 orang dan ibu hamil yang
mengalami risiko tinggi adalah 1.347 orang, sedangkan Tahun 2015 jumlah ibu
hamil yaitu 4.958 orang dan jumlah ibu hamil yang mengalami risiko tinggi yaitu
874 orang, sedangkan jumlah ibu hamil Tahun 2016 periode Januari-Juli 2.477
orang dan yang mengalami risiko tinggi Tahun 2016 periode bulan Januari - Juli
yaitu 523 orang.
Menurut data awal yang diperoleh dari Puskesmas Katobu, Tahun 2016
periode Januari- Juni jumlah ibu hamil yang ada yaitu 417 orang dan jumlah ibu
hamil yang berisiko 88 0rang. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Identifikasi Kejadian Risiko Tinggi
pada Ibu Hamil di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Periode Januari-Juni
Tahun 2016”
16. 4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis menetapkan rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Identifikasi Kejadian Risiko
Tinggi pada Ibu Hamil di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Periode Januari-
Juni Tahun 2016 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penelitian ini yaitu mengidentifikasi kejadian risiko
tinggi pada ibu hamil di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Tahun periode
Januari-Juni Tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut
a. Mengidentifikasi kejadian risiko tinggi pada Ibu hamil berdasarkan Ada
Potensi Gawat Darurat (APGO) di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna
periode Januari-Juni Tahun 2016.
b. Mengidentifikasi kejadian risiko tinggi pada Ibu Hamil berdasarkan Ada
Gawat Obstetrik (AGO) Puskesmas Katobu Kabupaten Muna periode
Januari-Juni Tahun 2016.
c. Mengidentifikasi kejadian risiko tinggi Pada Ibu Hamil berdasarkan Ada
Gawat Darurat Obstetrik (AGDO) di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna
periode Januari-Juni Tahun 2016.
17. 5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara spesifik identifikasi
kejadian risiko tinggi pada ibu hamil.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan bahan acuan dalam Penulisan karya tulis Ilmiah
Selanjutnya.
b. Bagi tempat penelitian
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil khususnya konseling tentang deteksi
dini risiko tinggi pada kehamilan.
c. Bagi peneliti
Diharapkan sebagai salah satu syarat penyelesaian pendidikan Diploma III
pada Yayasan Pendidikan Sowite Akademi Kebidanan Paramata Raha
Kabupaten Muna dan menambah wawasan baru tentang deteksi dini
kehamilan risiko tinggi.
18. 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan merupakan suatu proses pembuahan dalam rangka
melanjutkan keturunan,yang terjadi selama, menghasilkan janin yang
tumbuh dalam rahim ibu. Lamanya hamil adalah 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT).
(Syafrudin,dkk, 2011).
Menurut Federasi Obstetric Ginekologi Internasional, kehamilan
didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Saifuddin.A.B,
2011).
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan
sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal :
1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu).
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28).
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga ( antara minggu 28-36 dan
sesudah minggu ke 36). (Saifuddin.A.B, 2010).
19. 7
b. Adaptasi Ibu pada Kehamilan
1) Saluran genital
a) Uterus
Selama kehamilan, uterus berubah menjadi organ berotot yang
berdinding relatif tipis dan mempunyai kapasitas memadai untuk
menampung janin, plasenta, dan cairan amnion.
b) Serviks
Selama kehamilan, terjadi pelunakan dan sianosis yang mencolok
di serviks, dan kelenjar-kelenjar serviks mengalami poliferasi
hebat.
c) Ovarium
Biasanya hanya satu korpus luteum kehamilan yang dapat
ditemukan di ovarium wanita hamil. Korpues luteum ini
kemungkinan besar berfungsi maksimal selama 6 hingga 7 minggu
pertama kehamilan ( 4 sampai 5 minggu pasca ovulasi) dan setelah
itu, tidak banyak berperan dalam pembentukan progesteron.
d) Vagina dan Perineum
Selama kehamilan, di kulit dan otot perineum dan vulva terjadi
peningkatan vaskularitas dan hyperemia, serta terjadi pelunakkan
jaringan ikat yang secara normal berlimpah jumlahnya. Sekresi
yang banyak dan warna ungu khas pada vagina selama kehamilan
(tanda Chadwick) terjadi akibat hyperemia.
20. 8
2) Kulit
Pada bulan-bulan akhir kehamilan, sering terbentuk garis-garis (striae)
kemerahan yang cekung di kulit abdomen dan kadang-kadang di kulit
payudara dan paha.Pada banyak wanita, garis tengah kulit abdomen
menjadi sangat berpigmen, berubah warna menjadi hitam kecoklatan
untuk membentuk linea nigra. Kadang-kadang timbul bercak –bercak
kecoklatan ileguler di wajah dan leher, yang disebut kloasma atau
melasme gravidarum.
3) Payudara
Pada beberapa minggu pertama kehamilan, wanita sering mengalami
nyeri tekan dan perasaan geli di payudara mereka.Setelah bulan kedua,
ukuran payudara membesar dan vena- vena halus mulai terlihat di
bawah kulit. Setelah beberapa bulan pertama, sering keluar suatu cairan
kental kekuningan, kolostrum dari putting (Yudha.K.E,dkk, 2009).
c. Perubahan anatomi fisiologi Kehamilan
Perubahan anatomi dan fisiologi pada kehamilan sebagian besar
sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama
kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respons terhadap janin.
Satu hal yang menajubkan adalah hampir semua perubahan ini akan
kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan
menyusui selesai.
21. 9
1) Sistim reproduksi
a) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima
dan melindungi hasil konsepsi (janin,plasenta, amniaon) sampai
persalinan. Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi
terutama oleh hormon estrogen dan sedikit oleh progesteron. Hal
ini dapat dilihat dengan perubahan uterus pada awal kehamilan
mirip dengan kehamilan ektopik. Akan tetapi, setelah kehamilan 12
minggu lebih penambahan ukuran uterus didominasi dari desakan
dari hasil konsepsi. Pada awal kehamilan tuba fallopii, ovarium,
dan ligamentum rotundum berada sedikit ditengah uterus. Posisi
plasenta juga mempengaruhi penebalan sel –sel otot uterus yang
mengelilingi tempat implementasi plasenta akan bertambah besar
lebih cepat dibandingkan dengan yang lainnya sehingga akan
menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini dikenal dengan tanda
piscaseck. (Saifuddin.A.B, 2011).
Sejak trimester pertama kehamilan uterus akan mengalami
kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai nyeri.
Pada trimester kedua kontraksi ini dapat dideteksi dengan
pemeriksaan bimanual. Fenomena ini pertama kali diperkenalkan
oleh Braxton Hicks pada Tahun 1872 sehingga disebut dengan
kontraksi Braxton Hicks. (Saifuddin.A.B, 2011).
22. 10
b) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan
kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi
dan terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan
terjadinya hipertrofi dan hyperplasia pada kelenjar-kelenjar
serviks.
c) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan
folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat
ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama
6-7 minggu kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai
penghasil progesterone dalam jumlah yang relatif minimal.
d) Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia
terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva,
sehingga pada vagina akan terlihat warna keunguan yang dikenal
dengan tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa
dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dan sel-sel otot
polos.
e) Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna
menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan
mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan
23. 11
nama striae gravidarum. Pada multipara selai striae . kemerahan itu
seringkali ditemukan garis berwarna perak berkilau yang
merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.
Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya
(linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut
linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran ytang
bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan cloasma atau
melasme gravidarum. Selain itu, pada areola dan daerah genital
juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi yang
berlebihan itu biasanya akan hilang atau sangat jauh berkurang
setelah melahirkan.
f) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya
menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah
ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat.
Putting payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah
bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut
kolusrum dapat keluar.
g) Perubahan metabolik
Sebagian penambahan barat badan selama kehamilan berasal dari
uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan
ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan
bertambah 12,5 kg.
24. 12
h) Sistem kardiovaskular
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan
perubahan ini terjadi untuk mengurangi resitensi vascular sistemik.
Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu
ke -10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga
terjadi peningkatan preload (Saifuddin.A.B, 2011).
Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan
menekan vena kava inferior dan aorta bawah ketika dalam berada
dalam posisi terlentang. Penekanan vena kava inferior ini akan
mengurangi darah balik vena ke jantung. Akibatnya terjadinya
penurunan preload dan cardiac output sehingga akan menyebabkan
terjadinya hipotensi arterial yang dikenal dengan sindrom hipotensi
supine dan pada keadaan cukup berat akan mengakibatkan ibu
kehilangan kesadaraan. Penekanan pada aorta ini juga akan
mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Selama trimester
terakhir posisi terlentang akan membuat fungsi ginjal menurun jika
dibandingkan dengan posisi miring. Karena alasan inilah tidak
dianjurkan ibu hamil dalam posisi terlentang pada akhir kehamilan.
(Saifuddin.A.B, 2011).
i) Traktus digestivus
Seiring makin besarnya uterus, lambung dan usus akan bergeser.
Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang akan
bergeser kearah atas dan lateral. Perubahan yang nyata akan terjadi
25. 13
pada penurunan mortalitas otot polos pada traktus digestivus dan
penurunan sekresi asam hidrokloriod dan peptin di lambung
sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn)
yang disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus bawah
sebagai akibat perubahan posisi lambung dan perubahan akibat
menurunnya tonus otot sfingter esofagus bagian bawah. Mual
terjadi akibat penurunan asam hidrokloroid dan penurunan
motilitas, serta konstipasi sebagai akibat penurunan motilitas usus
besar.hemorrhoid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi
sebagai akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada
bagian bawah karena pembesaran uterus.
j) Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan
oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering
berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya
kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir
kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas
panggul, keluhan itu akan timbul kembali.
k) Sistim endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ±
135%. Akan tetapi kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting
dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi
persalinan dapat perjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan
26. 14
makin 10 x lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya, setelah
persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal ini juga
ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui.
l) Sistem muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi
anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang kea rah
dua tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan
meningkat mobilitasnya yang diperkirakan karena pengaruh
hormonal (Saifuddin.A.B, 2011).
d. Faktor Risiko pada Ibu Hamil
1) Pengertian Risiko
Risiko adalah suatu ukuran stastistik epidemiologik dari
kemungkinan terjadinya suatu keadaan gawat darurat obstetrik yang
tidak diinginkan pada masa mendatang yaitu prakiraan atau prediksi
akan terjadinya komplikasi dalam persalinan dengan dampak kematian
atau kesakitan pada ibu dan bayi (Saifuddin.A.B,2011).
2) Pengertian Faktor Risiko
Suatu keadaan atau ciri tertentu ada seorang atau sekelompok ibu
hamil yang dapat menyebabkan risiko atau bahaya kemungkinan
terjadinya komplikasi kehamilan persalinan.
27. 15
3) Kelompok Faktor Risiko
Kelompok faktor risiko berdasarkan kapan ditemukan, cara
pengenalan, dan sifat resikonya, faktor risiko dikelompokkan dalam 3
kelompok FR. I, II, dan III dengan berturut-turut ada 10, 8, dan 2.
a) Kelompok Faktor risiko I : Ada-Potensi-Gawat-Obstetrik/APGO
dengan 7 Terlalu dan 3 Pernah. Tujuh terlalu adalah primi muda,
primi tua, primi tua sekunder, umur >35 Tahun, grande multi, anak
terkecil umur < 2 Tahun, tinggi badan rendah < 145 cm) dan 3 pernah
adalah riwayat obsetetri jelek, persalinan lalu mengalami perdarahan
pasca persalinan dengan infus/tranfusi, uri manual, tindakan
pervaginam, bekas operasi sesar. FR ini mudah ditemukan pada
kontak I – hamil muda oleh siapapun ibu sendiri, suami, keluarga,
tenaga kesehatan dan PKK, dukun, melalui tanya jawab dan periksa
pandang. Ibu risiko tinggi dengan kelompok FR I ini selama hamil
sehat, membutuhkan KIE pada tiap kontak berulang kali mengenai
kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Contoh kasus ibu
dengan tinggi badan < 145 cm, ada dugaan disproporsi kepala
panggul, terjadi persalinan sulit, atau partus macet.
b) Kelompok FR II : Ada Gawat Obstetrik/AGO- penyakit ibu,
preeklamsia ringan, hamil kembar, hidramnion, hamil serotinus,
IUFD, letak sungsang, dan letak lintang. Ibu AGO dengan FR yang
kebanyakan timbul pada umur kehamilan lebih lanjut, resiko terjadi
komplikasi persalinan lebih besar, menimbulkan KIE berulang kali
28. 16
agar peduli pengaruh risiko sepakat melakukan rujukan terncana ke
pusat rujukan.
c) Kelompok FR III Ada Gawat Darurat Obstetrik/AGDO : perdarahan
antepartum dan preeklampsia berat atau eklampsia. Ibu AGDO dalam
kondisi yang langsung dapat mengancam nyawa ibu atau janin, harus
segera dirujuk tepat waktu (RTW) ke RS dalam upaya
menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir (Saifuddin.A.B, 2011).
4) Klasifikasi kelompok faktor risiko
a) Ada potensi gawat obstetri (faktor risiko kelompok 1), Umur ibu
hamil kurang dari 20 tahun dimana pada usia ini kemungkinan akan
mengalami persalinan lama atau macet karena rahim dan panggul
belum mencapai ukuran dewasa. Umur ibu lebih dari 35 Tahun yaitu
pada usia ini keadaan kesehatan fisik ibu menurun, akibatnya akan
mempengaruhi kehamilan dan persalinan kemungkinan akan lebih
besar (Agustini.S, 2012).
Grande multigravida memiliki risiko komplikasi baik pada
kehamilan dan persalinan, diantaranya pada saat hamil ibu memiliki
risiko abortus, plasenta previa, dan juga perdarahan pada saat
persalinan karena elastisitas otot-otot uterus yang berkurang
(Pratiwi.C.S, 2013). Jumlah kehamilan sebelumnya merupakan
keterangan penting. Sampai anak ke 5, terdapat peningkatan
kemungkinan keberhasilan kehamilan. Namun setelah anak ke 5,
29. 17
risiko terjadinya inersia uteri, perdarahan postpartum, plasenta previa
dan solusio plasenta mulai meningkat (Primarianti. dkk, 2008).
Jarak kehamilan terlalu dekat (< 2 Tahun) . Jarak kehamilan
dengan kelahiran sebelumnya kurang dari 2 tahun yang pendek
kesehatan ibu belum pulih dengan baik, sehingga kehamilan dalam
kondisi ini mempunyai kemungkinan terjadi gangguan
pertumbuhan janin, persalinan yang lama dan perdarahan
(Agustini.S, 2012).
Secara umum tinggi badan sama atau kurang dari 145 cm
pada ibu hamil dikategorikan memiliki risiko tinggi untuk
mengalami penyulit pada saat persalinan dikarenakan panggul
sempit. Ibu dengan tinggi badan dengan memiliki kemungkinan 2,4
kali mengalami CPD (cephalopelvic disproportion) atau
disproporsi antara kepala bayi dengan panggul yang berisiko
menyebabkan kesulitan bila dilakukan persalinan normal
(Pratiwi.C.S, 2013).
Seorang ibu hamil yang pernah memiliki riwayat abortus
pada kehamilan sebelumnya dikategorikan memiliki faktor risiko
terjadinya komplikasi pada kehamilan dan persalinan (Pratiwi.C.S,
2013).
Kehamilan dan persalinan dengan riwayat seksio sesarea
sebelumnya akan mendapat risiko terjadinya morbiditas dan
mortalitas yang meningkat terutama berhubungan dengan parut
30. 18
uterus. Selain itu berdasarkan penelitian epidemiologik baik di
rumah sakit rujukan RSU dr.sutomo didapatkan berbagai macam
masalah kesehatan ibu hamil yang tercakup ke dalam dua puluh
faktor risiko yang menggolongkan kehamilan dengan kehamilan
bekas seksio sesarea ke dalam kelompok faktor risiko I atau ibu
dengan risiko tinggi sehingga persalinannya harus dilakukan di
rumah sakit dengan fasilitas yang memadai dan ibu dengan bekas
seksio sesarea rujukan dini berencana (Afriani.A,dkk, 2013).
b) Ada gawat obstetri (faktor risiko kelompok II), meliputi: Penyakit
pada ibu hamil terdiri dari anemia, malaria, TBC paru, penyakit
jantung, Diabetes militus, infeksi menular seksual pada kehamilan.
Anemia yang terjadi pada ibu hamil dapat menyebabkan
berbagai komplikasi ,yaitu meningkatkan risiko mortalitas perinatal,
preeklamsia khususnya pada ibu primigravida, meningkatkan risiko
kejadian berat bayi lahir rendah, prematuritas dan rasio berat
plasenta terhadap berat badan bayi tinggi yang merupakan predictor
hipertensi pada dewasa pada janin (Pratiwi.C.S,2013).
Pengaruh malaria terhadap kehamilan yaitu : pemecahan sel
darah merah menyebabkan anemia dan mengganggu penyaluran dan
pertukaran nutrisi ke arah janin, infeksi plasenta dapat menghalangi
pertukaran dan menyaluran nutrisi ke janin, demam tinggi
merangsang kontraksi rahim. Sebagai akibat gangguan tersebut
dapat terjadi keguguran, persalinan prematur, persalinan
31. 19
dismaturisasi, kematian neonatus yang tinggi (Manuaba.I.A.C,dkk,
2010).
Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu
mempengaruhi kehamilan karena memberatkan penyakit jantung
dan penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Jantung yang normal dapat
menyesuaikan diri terhadap segala perubahan sistem jantung dan
pembuluh darah yang disebabkan oleh kehamilan, yaitu dorongan
diafragma oleh besarnya hamil sehingga dapat mengubah posisi
jantung dan pembuluh darah (Metaria.E, 2013).
Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan
dapat ante, intra, dan postpartum. Dari gejala- gejala klinik
preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan
preeklamsia berat. Preeklamsia ringan merupakan suatu sindroma
sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ
yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivitas
endotel. Diagnosa preeklamsia ringan ditegakkan berdasar atas
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan udema setelah
kehamilan 20 minggu. hipertensi ; sistolik/diastolik ≥140/90
mmHg, proteinuria >300 mg/24 jam atau >1+ disptik, udema pada
lengan ,muka, dan perut (Saifuddin.A.B, 2011).
Kesakitan dan kematian ibu jauh lebih tinggi pada kehamilan
multipel dibanding kehamilan tunggal. Terdapat peningkatan
32. 20
frekuensi dan anemia, peningkatan kejadian saluran kemih, lebih
banyak pre-eklamsia, hidramnion, dan inersia uteri (overdistensi)
dan kemungkinan perdarahan yang lebih besar (sebelum, selama
dan setelah pelahiran). Angka kematian perinatal pada bayi kembar
adalah 3-4 kali lebih besar dibanding bayi tunggal,akibat
prematuritas dan kesulitan- kesulitan yang menyertai. Pertumbuhan
janin terhambat (IUGR) lebih umum terjadi pada semua kehamilan
multiple (dibandingkan dengan kehamilan tunggal). Risiko perinatal
pada kehamilan multipel lainnya meliputipresentasi dan posisi
abnormal, hidramnion, hipoksia karena prolapses tali pusat (kira-
kira 4%, 5 kali lebih sering pada kehamilan multipel).
(Primarianti.S.S,Resmisari.T, 2008).
Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus adalah
kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu atau lebih, dihitung
dari haid pertama haid terakhir menurut rumus Naegel dengan haid
rata-rata 28 hari. Kehamilan posterm mempunyai risiko risiko lebih
tinggi daripada kehamilan aterm, terutama terjadi kematian perinatal
(antepartum, intrapartum, dan post partum) berkaitan dengan
aspirasi mekonium dan asfiksia (Saifuddin.A.B, 2011).
Kehamilan dengan letak yaitu letak lintang dan letak
sungsang. Letak lintang merupakan sumbu panjang janin yang tegak
lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu. Pada letak lintang, bahu
berada diatas pintu panggul sedangkan kepala terletak di salah satu
33. 21
fossa iliaka dan pantat berada fosa iliaka yang lain. Penyebab utama
letak lintang adalah relaksasi berlebihan dinding abdomen, cairan
amnion berlebih, panggul sempit. Letak sungsang yaitu janin
terletak memanjang dengan posisi kepala di fundus uteri dengan
presentasi pantat, penyebabnya adalah prematuritas, multiparitas,
plasenta previa, gemelli dan lain-lain (Manuaba.I.A.C,dkk, 2010).
c) Ada gawat darurat obstetri (faktor risiko kelompok III), meliputi :
perdarahan antepartum dan preeklamsia berat atau eklamsia.
Perdarahan pada kehamilan terdiri dari plasenta previa dan
solusio plasenta. Perdarahan antepartum adalah perdarahan
pervaginam pada kehamilan diatas 28 minggu atau lebih. Kelompok
perdarahan antepartum yaitu solusio plasenta dan plasenta previa.
Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi plasenta di
segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh ostium ueri internum. faktor-faktor yang meningkatkan
kejadian plasenta previa yaitu umur penderita dimana pada umur
muda keadaan endometrium masih belum sempurna , umur diatas
35 tahun karena tumbuh endometrium yang belum sempurna,
paritas dan endometrium yang cacat akibat bekas persalinan
berulang dengan jarak pendek, bekas operasi, perubahan
endometrium pada mioma uteri. Penyulit pada ibu denga plasenta
previa dapat menimbulkan anemia sampai syok sedangkan pada
janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin. Solusio
34. 22
plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan
implantasi normal pada kehamilan trimester 3. Factor predisposisi
terjadinya solusio plasenta adalah hamil pada usi tua, mempunyai
tekanan darah tinggi, bersamaan dengan pre-eklamsia atau
eklamsia, tekanan vena kava inferior yang tinggi, atau kekurangan
asam folat. Komplikasi yang terjadi pada ibu yaitu perdarahan dan
gangguan pembekuan darah , sedangkan pada janin yaitu asfiksia
ringan sampai berat dan kematian dalam rahim
(Manuaba.I.A.C,dkk, 2010).
Preeklamsia berat ialah preeklamsia dengan tekanan darah
sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah sistolik >110 mmHg
disertai proteinuria lebih 5 g/24. Eklamsia adalah kasus akut pada
penderita preeklamsia yang disertai kejang menyuluruh dan koma.
(Saifuddin.A.B, 2011).
3. Kehamilan Risiko Tinggi
a. Pengertian
Kehamilan risiko tinggi adalah suatu kehamilan dimana jiwa dan
kesehatan ibu dan bayi dapat terancam. Kehamilan risiko tinggi adalah
kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang
lebih besar baik terhadap ibu maupun janin yang di kandungannya selama
kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan
persalinan dan nifas normal.
35. 23
b. Kriteria Kehamilan Dengan Risiko Tinggi
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumnya
dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menilai keaadaan gizi dan
kesehatan ibu, tingkat pelayanan kesehatan ibu pada waktu
hamil,melahirkan dan masa nifas, serta kondisi kesehatan lingkungan.
Sebagian besar kematian ibu tersebut yaitu sekitar 67% ternyata terjadi pada
masa kehamilan 7 bulan ke atas, masa bersalin, atau masa nifas.
Untuk menekan angka kematian ibu tersebut salah satu caranya
adalah dengan mendeteksi adanya kehamilan dengan risiko tinggi. Yang
termasuk dalam kriteria kehamilan dengan risiko tinggi adalah
1) Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm
Seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,5 meter, lebih
mungkin memiliki panggul sempit. Selain itu wanita tersebut juga
memili resiko yang lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur
dan melahirkan bayi yang sangat kecil.
2) Bentuk panggul ibu yang tidak normal
3) Badan ibu kurus pucat
Seorang wanita yang pada saat tidak hamil memiliki berat badan
kurang dari 50 kg, lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari
usia kehamilan (KMK, kecil untuk masa kehamilan). Jika kenaikan
berat badan selama kehamilan kurang dari 7,5 kg, masa resikonya
meningkat sampai 30%.
36. 24
4) Umur ibu kurang dari 20 Tahun atau lebih dari 35 Tahun
Menurut penelitian telah diketahui bahwa umur reproduksi sehat pada
seorang wanita berkisar antara 20-30 Tahun. Kehamilan dengan usia
ibu yang kurang dari 20 dapat beresiko terhadap berat badan lahir bayi
dan sistem reproduksi ibu yang belum sempurna. Dalam 20 Tahun ini
kecenderungan kehamilan pada wanita di atas usia 35 Tahun meningkat
tajam, terutama di kota-kota besar,padahal memiliki anak di atas usia
tersebut sangat beresiko terhadap ibu dan janin yang dikandungnnya.
Clare Brown, kepala jaringan perawatan kemandulan di Inggris
mengatakan, “berkurangnya kesuburan wanita diatas usia 35 Tahun
umumnya diperburuk dengan penyumbatan pada saluran tertentu atau
hitungan sperma yang rendah pada pria.
5) Jumlah anak lebih dari 4 orang
Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan lebih dari 4 kali itu
dapat menyebabkan otot rahim melemah. Hal ini mengakibatkan
kontraksi yang lemah dan pendarahan setelah persalinan. Selain itu
telah dibuktikan bahwa kelahiran keempat dan seterusnya akan
meningkatkan kematian ibu dan janin.
6) Jarak kelahiran anak kurang dari 2 Tahun.
7) Riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang baik
(contoh: riwayat keguguran, perdarahan pasca kelahiran, lahir mati)
37. 25
8) Tekanan darah yang meninggi dan sakit kepala hebat dan adanya
bengkak pada tungkai.
Tekanan darah yang tinggi dan adanya bengkak dapat mengakibatkan
adanya preeklamsi pada ibu. Namun hal ini tidak selamanya bisa
menjadi tanda adanya preeklamsi. Harus dilakukan pemeriksaan urine
untuk mengetahui lebih lanjut.
9) Pendarahan pada waktu hamil
Penyebab pendarahan yang paling sering adalah kelainan letak plasenta,
pelepasan plasenta sebelum waktunya atau adanya infeksi. Perdarahan
ini memiliki resiko terjadinya kematian bayi, perdarahan hebat dan
kematian ibu pada saat persalinan.
10) Keluar air ketuban pada waktu hamil.
c. Komplikasi yang akan terjadi pada ibu hamil dengan risiko tinggi.
Risiko tinggi terhadap kehamilan merupakan keaadaan
penyimpangan dari normal, yang dapat ditimbulkan yang secara langsung
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Bahaya-bahaya yang
dapat ditimbulkan dari kehamilan dan dengan resiko tinggi adalah :
1) Bayi lahir belum cukup bulan.
2) Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
3) Keguguran (abortus).
4) Persalinan tidak lancar atau macet.
5) Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
6) Janin mati dalam kandungan.
38. 26
7) Ibu hamil/ bersalin meninggal dunia.
8) Keracunan kehamilan atau kejang-kejang.
d. Pencegahan Kehamilan dengan Risiko Tinggi
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dan diatasi dengan baik bila
gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan
perbaikinya, dan kenyatannya banyak dari faktor risiko ini sudah dapat
diketahui sejak sebelum konsepsi terjadi. Jadi semakin dini masalah
dideteksi, semakin baik untuk memberikan penanganan kesehatan bagi ibu
hamil maupun bayi. Juga harus diperhatikan bahwa pada beberapa
kehamilan dapat mulai dengan normal, tetapi mendapatkan masalah
kemudian. Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dengan cara :
1) Memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke posyandu,
puskesmas, Rumah sakit, paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
2) Istirahat yang cukup.
3) Mendapat imunisasi TT 2X.
4) Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan
lebih intensif.
5) Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi di jalan lahir.
6) Makan makanan yag bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
Selain dapat mencegah kehamilan dengan risiko tinggi, hal ini dapat
juga dihindari dengan cara mengenalkan tanda-tanda kehamilan dengan
risiko tinggi. Ibu dapat segera ke posyandu, puskesmas atau rumah sakit
39. 27
terdekat bila ditemukan tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi
(Syafruddin,dkk 2011).
B. Landasan Teori
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan
terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun
janin yang di kandungannya selama kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila
dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal.
Kelompok Faktor Resiko I : Ada Potensi Gawat Obstetrik atau APGO
dengan 7 Terlalu dan 3 Pernah. Tujuh terlalu adalah primi muda, umur > 35
Tahun, grande multi, anak terkecil umur < 2 Tsssahun, tinggi badan rendah < 145
cm) dan 3 pernah adalah riwayat obsetetri jelek, persalinan lalu mengalami
perdarahan pasca persalinan dengan infus atau tranfusi, uri manual, tindakan
pervaginam, bekas operasi sesar.
Kehamilan dengan usia ibu yang kurang dari 20 dapat beresiko terhadap
berat badan lahir bayi dan sistem reproduksi ibu yang belum sempurna. Ibu hamil
pada usia ≥ 35 Tahun memilki risiko tinggi mengalami penyakit obsestris serta
mortalitas dan morbiditas perinatal. Seorang wanita yang telah mengalami
kehamilan lebih dari 4 kali itu dapat menyebabkan otot rahim melemah. Hal ini
mengakibatkan kontraksi yang lemah dan pendarahan setelah persalinan. Selain
itu telah dibuktikan bahwa kelahiran keempat dan seterusnya akan meningkatkan
kematian ibu dan janin. Jarak kehamilan yang pendek (< 2 Tahun) akan
mengakibatkan belum pulihya kondisi tubuh ibu setelah melahirkan. Sehingga
meningkatkan risiko kelemahan dan kematian ibu. Seorang wanita yang memiliki
40. 28
tinggi badan kurang dari 1,5 meter, lebih mungkin memiliki panggul sempit.
Selain itu wanita tersebut juga memilki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami
persalinan prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil. Wanita yang memiliki
riwayat seksio sesarea pasti memiliki jaringan parut. Jaringan parut merupakan
kontraindikasi untuk melahirkan karena akan terjadinya ruptur uteri.
Kelompok FR II : Ada Gawat Obstetrik atau AGO penyakit ibu,
preeklamsia ringan, hamil kembar, hidramnion, hamil serotinus, IUFD, letak
sungsang, dan letak lintang. Kehamilan yang disertai dengan penyakit ibu seperti
anemia, malaria, TBC paru, penyakit jantung, diabetes Melitus dan infeksi
menular seksual akan mengakibatkan komplikasi dalam kehamilan. Ibu yang
mengalami riwayat preeklamsia meningkatka risiko melakukan persalinan dengan
seksio sesarea.
Kehamilan ganda atau kembar cenderung mengalami partus prematur,
karena disebabkan oleh frekuensi hidroamnioan kira-kira sepuluh kali lebih besar
dari kehamilan tunggal. Kehamilan dengan hidramnion dapat menyebabkan
komplikasi maternal seperti kelainan kongenital dan persalinan prematur.
Kehamilan serotinus akan menyebakan komplikasi dalam kehamilan maupun
persalinan maka persalinan yang dianjurkan adalah induksi dan seksio sesaria.
Bahaya yang dapat ditimbulkan dari kematian janin dalam rahim yaitu : gangguan
pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati yang masuk
kedalam darah ibu. Kelainan letak dalam kehamilan seperti letak lintang maupun
letak sungsang akan mengancam keselamatan ibu maupun janinnya maka indikasi
persalinan yang harus dilakukan adalah seksio sesarea.
41. 29
Kelompok FR III Ada Gawat Darurat Obstetrik atau AGDO : perdarahan
antepartum dan preeklampsia berat atau eklampsia. Perdarahan dalam kehamilan
yang disebabkan karena solusio plasenta dan plasenta previa dapat mengancam
kesehatan ibu dan janin. Preeklamsia dan eklamsia merupakan indikasi dari
persalinan tindakan seksio sesaria, karena sangat berisiko untuk ibu bila harus
mengejan, baik persalinan normal ataupun tindakan pervaginam.
C. Kerangka konsep
Gambar 1. Kerangka Konsep Identifikasi kejadian risiko tinggi pada ibu hamil
Keterangan :
: Variabel Independent
: Variabel : Variabel Dependent
: Hubungan antar variabel
APGO (Ada Potensi Gawat
Obstetrik)
AGO (Ada Gawat
Obstetrik)
Ibu hamil
berisiko
AGDO (Ada Gawat Darurat
Obstetrik)
42. 30
D. Pertanyaan Penelitian
1. Berapakah frekuensi kejadian risiko tinggi pada ibu hamil berdasarkan
APGO (Ada Potensi Gawat Obstetrik) di Puskesmas Katobu Kabupaten
Muna periode Januari- Juni Tahun 2016 ?
2. Berapakah frekuensi kejadian risiko tinggi pada ibu hamil berdasarkan AGO
(Ada Gawat Obstetrik) di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna periode
Januari-Juni Tahun 2016 ?
3. Berapakah frekuensi Kejadian risiko tinggi pada ibu hamil berdasarkan
AGDO (Ada Gawat Darurat Obstetrik) di Puskesmas Katobu Kabupaten
Muna periode Januari-Juni Tahun 2016 ?
43. 31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan rancangan penelitian
Jenis dan rancangan penelitian ini adalah deskriptif, yaitu mengidentifikasi
kejadian Risiko Tinggi pada Ibu Hamil di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna
periode Januari - Juni Tahun 2016. Jenis penelitian deskriptif yaitu suatu
penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang suatu
keadaan secara obyektif.
B. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami
risiko tinggi periode januari-juni Tahun 2016 adalah 88 orang
2. Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 88 orang. Teknik
pengumpulan sampel yang digunakan adalah total sampling.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Juli -14 Juli Tahun 2016
44. 32
D. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel bebas yaitu ibu hamil berisiko, sedangkan variabel terikat yaitu APGO,
AGO, dan AGDO.
E. Defenisi Operasional
1. Kategori Ibu hamil yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ibu hamil
yang tercatat di buku register yang berada di Puskesmas Katobu
2. Faktor risiko yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
a. Kelompok APGO (Ada Potensi Gawat Darurat) yang terdiri dari primi
muda, umur ≥ 35 Tahun, grande multi, anak terkecil < 2 Tahun, tinggi
badan rendah < 145 cm dan riwayat obstetrik jelek.
b. Kelompok AGO (Ada Gawat Obstetrik) yang terdiri dari penyakit ibu,
preeklamsi ringan, hamil kembar, letak lintang dan sungsang.
c. Kelompok AGDO (Ada Gawat Darurat Obstetrik) yang terdiri dari
perdarahan antepartum dan preeklamsia berat atau eklamsia.
C. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari buku
register dan kohort ibu hamil yang berada di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna
Tahun 2016. Dengan demikian instrumen yang digunakan hanya berupa ceklist
yang memuat variabel -variabel yang diteliti.
45. 33
D. Pengolahan dan Cara analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan diolah secara manual dengan
menggunakan kalkulator kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi disertai penjelasan-penjelasan.
Rumus yang digunakan adalah :
%100x
n
f
P
Keterangan :
P = Persentase hasil yang dicapai
f = Frekuensi tiap kategori.
n = Jumlah sampel (Ariani.P.A,2014).
Setelah ditemukan hasil masing-masing kategori, selanjutnya disajikan
dalam tabel distribusi frekuensi sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Tabel Distribusi
No Kategori Jumlah Persentase (%)
1. APGO
2. AGO
3. ADGO
Jumlah 100 %
46. 34
E. Jalannya Penelitian
1. Tahap persiapan
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mempersiapkan / mengurus izin
penelitian kepada instansi dan melapor kepada Kepala Kesbang dan Linmas
Kabupaten Muna sebelum melakukan kegiatan pengumpulan data di
Puskesmas Katobu Kabupaten Muna.
2. Tahap pelaksanaan
Dimulai dengan mengisi lembar ceklist yang dipersiapkan berdasarkan yang
ada dalam buku register di Poli KIA Puskesmas Katobu.
3. Tahap Pengolahan dan analisis data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel.
4. Tahap penulisan laporan
Pada tahap ini disusun suatu laporan sebagai tahap akhir dari penelitian ini.
47. 35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografi
Secara astronomis, Puskesmas Katobu terletak di bagian Selatan
Pulau Muna. Secara geografis, Katobu terletak dibagian Selatan garis
khatulistiwa, memanjang dari Utara ke Selatan diantara 4.490
– 4500
lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122.420
– 122.430 bujur Timur. Puskesmas Katobu merupakan Pusat Pelayanan
Kesehatan masyarakat di Kecamatan Katobu.
b. Letak teritorial
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batalaiworu.
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Buton.
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Duruka.
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kontunaga.
c. Wilayah Kerja
Wilayah kerja Puskesmas meliputi Kelurahan Raha I, Kelurahan
Laende, Kelurahan Raha II, Kelurahan Mangga Kuning, Kelurahan
Butung-butung, Kelurahan Watonea, Kelurahan Wamponiki, dan
Kelurahan Raha III dengan luas daratan 12,88 km2.
48. 36
d. Demografis
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Katobu Tahun 2015
sebanyak 7.771 jiwa, terdiri dari 14.299 jiwa laki-laki, dan 15.735 jiwa
perempuan. Tersebar masing-masing di 7 Kelurahan yaitu :
Tabel 2.
Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015
No Kelurahan Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. Kel. Raha I 1.308 1.414 2.722
2. Kel. Laende 1.697 1.635 3.332
3. Kel. Raha II 2.625 2.900 5.525
4. Kel. Mangga Kuning 1.364 1.666 3.030
5. Kel. Butung-butung 1.143 1.290 2.433
6 Kel. Watonea 1.647 1.882 3.529
7. Kel. Wamponiki 2.143 2.375 4.518
8. Kel. Raha III 2.372 2.573 4.945
Jumlah 14.299 15.735 30.034
Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Katobu, 2015
49. 37
2. Kategori Faktor Risiko Responden
Hasil penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Katobu Kabupaten
Muna mengenai identifikasi kejadian risiko tinggi pada ibu hamil sebesar 88
responden. Dari 88 responden terdapat 116 kasus risiko tinggi pada ibu
hamil yang terdiri dari kategori APGO, AGO, AGDO.
Kategori APGO berjumlah 80 kasus yang terdiri dari umur <20 tahun
yaitu sebesar 6 kasus (7,5%), umur >35 tahun yaitu sebesar 19 kasus
(23,7%), jarak kelahiran < 2 tahun sebesar 8 kasus (10%), jarak kelahiran >
4 tahun sebesar 20 kasus (25%), grandemulti sebesar 4 kasus, kategori
tinggi badan <145cm sebesar 5 kasus (6.2%), riwayat obstetrik jelek yaitu
18 kasus (22,5%). Namun dari kategori APGO ini, ditemukan 1 responden
memiliki 2-3 kasus seperti kasus jarak kelahiran < 2 tahun dan memiliki
riwayat obstetrik jelek, atau kasus umur >35 tahun, memiliki jarak
kelahiran >4 tahun dan termasuk kasus grandemulti.
Kategori AGO berjumlah 36 kasus terdiri dari anemia yaitu sebesar
27 kasus (75%), dan diabetes militus yaitu sebesar 2 kasus (5,5%)
sedangkan letak sungsang yaitu sebesar 3 kasus (8,3%), letak lintang yaitu
sebesar 2 kasus, dan preeklamsia ringan yaitu sebesar 2 kasus (5,5%).
Namun pada kelompok AGO ini, ditemukan juga 1 responden memiliki 1-2
kasus yaitu pada kasus anemia dan letak lintang atau pada kasus anemia dan
preeklamsia ringan.
50. 38
Kategori AGDO berjumlah 0 kasus yang terdiri dari perdarahan
antepartum yaitu sebesar 0% dan preeklamsia berat atau eklamsia sebesar
0%.
Dari uraian tersebut, penulis mencoba menjabarkan lebih lanjut bahwa
dari 88 responden yang termasuk kategori APGO tanpa terdapat kategori
yang lain pada kategori ini yaitu sebesar 64 kasus (72,7%), sedangkan
kategori AGO tanpa kategori yang lain yaitu sebesar 20 kasus (22,7%) dan
kategori AGDO yaitu 0% atau tidak ada kasus, namun dalam ketiga kategori
tersebut, terdapat dua kategori yaitu APGO dan AGO yaitu sebesar 16
kasus (18,1%
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian yang
dilakukan di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna periode Januari-Juni Tahun
2016 mengenai Identifikasi kejadian risiko tinggi pada ibu hamil.
jumlah responden yaitu sebesar 88 orang. Variabel yang diteliti dalam
penelitian ini adalah APGO (Ada Potensi Gawat Obstetrik), AGO (Ada Gawat
Obstetrik), dan AGDO (Ada Gawat Darurat Obstetrik). Peneliti akan
membahas tentang Identifikasi Kejadian Risiko Tinggi Pada ibu hamil di
Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Periode Januari s.d Juni Tahun 2016.
1. APGO
Kelompok faktor risikoI : Ada-Potensi-Gawat-Obstetrik/APGO dengan
7 terlalu dan 3 pernah. 7 terlalu adalah primi muda, primi tua, primi tua
sekunder, umur >35 Tahun, grande multi, anak terkecil umur < 2 Tahun,
51. 39
tinggi badan rendah < 145 cm) dan 3 pernah adalah riwayat obsetetri jelek,
persalinan lalu mengalami perdarahan pasca persalinan dengan
infus/tranfusi, uri manual, tindakan pervaginam, bekas operasi sesar
(Saifuddin.A.B, 2011).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dari 88 responden. yang
termasuk kategori APGO (Ada Potensi Gawat Obstetrik ) di Puskesmas
Katobu sebanyak 80 kasus terdiri dari umur ibu < 20 tahun yaitu 6 kasus
(7,5%) , umur ibu > 35 tahun yaitu 19 kasus (23,7%), grandemulti yaitu 4
kasus (5%), jarak kelahiran < 2 tahun yaitu 8 kasus (10%),
jarak kelahiran > 4 tahun yaitu 20 kasus (25%), tinggi badan <145 cm yaitu
5 kasus (6,2%) dan riwayat obstetrik jelek sebanyak 18 kasus (22,5%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh
Saifuddin.A.B kelompok Faktor risiko I : APGO (Ada Potensi Gawat
Obstetrik) yaitu 7 terlalu dan 3 pernah. 7 terlalu adalah primi muda, primi
tua, primi tua sekunder, umur >35 Tahun, grande multi, anak terkecil umur
< 2 Tahun, tinggi badan rendah < 145 cm) dan 3 pernah adalah riwayat
obsetetri jelek, persalinan lalu mengalami perdarahan pasca persalinan
dengan infus/tranfusi, uri manual, tindakan pervaginam, bekas operasi sesar
Dari hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Cesa Septiana Pratiwi Prodi DIII Kebidanan Stikes Aisyiyah
Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di kota Yogyakarta. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa sebanyak 249 responden,terdata sebanyak 15% ibu
hamil yang memiliki faktor risiko usia, dengan 2% terlalu muda (dibawah
52. 40
20 tahun) dan 13% terlalu tua (diatas 35 tahun), dan sejumlah 12 ibu hamil
(5%) memiliki tinggi badan kurang atau sama dengan 145 cm, dari 24 ibu
(9,6%) memiliki faktor risiko yang meliputi grandemulti gravida.
2. AGO (Ada Gawat Obstetrik)
Kelompok FR II : Ada Gawat Obstetrik/AGO- penyakit ibu,
preeklamsia ringan, hamil kembar, hidramnion, hamil serotinus, IUFD, letak
sungsang, dan letak lintang (Saifuddin.A.B, 2011).
Dari hasil penelitian, yang termasuk kategori kelompok AGO (Ada
Gawat Obstetrik) berjumlah 36 kasus (40,9%) yang terdiri dari penyakit ibu
termasuk anemia 27 kasus dan diabetes militus yaitu 2 kasus, preeklamsia
ringan sebanyak 2 kasus, letak sungsng yaitu 3 kasus dan letak lintang 2
kasus.
Dari hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang ada dimana
menurut Saifuddin.A.B (2009) kelompok faktor risiko II : Ada Gawat
Obstetrik terdiri dari penyakit ibu, preeklamsia ringan, hamil
kembar,hidramnion, serotinus, IUFD,letak lintang , letak sungsang.
Hasil penelitian ini tidak didukung oleh penelitian orang lain.
3. AGDO (Ada Gawat Darurat Obstetrik)
Kelompok FR III, Ada Gawat Darurat Obstetrik/AGDO : perdarahan
antepartum dan preeklampsia berat atau eklampsia (Saifuddin.A.B, 2011).
Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa kategori AGDO (Ada
Gawat Obstetrik) yang terdiri dari perdarahan antepartum frekuensinya
53. 41
sebesar 0% atau tidak ada, sedangkan preeklamsia berat atau eklamsia
frekuensinya sebesar 0%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh
Saifuddin.A.B (2009) bahwa kelompok FR III, Ada Gawat Darurat
Obstetrik yaitu perdarahan antepartum dan preeklamsia berat.
Hasil penelitian ini tidak didukung oleh penelitian orang lain.
54. 42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Katobu
Kabupaten Muna maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Frekuensi kejadian risiko tinggi pada ibu hamil berdasarkan APGO (Ada
Potensi Gawat Obstetrik) di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna periode
Januari- Juni Tahun 2016 yaitu sebesar 72,7%.
2. Frekuensi kejadian risiko tinggi pada ibu hamil berdasarkan AGO (Ada
Gawat Obstetrik) di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna periode Januari-
Juni Tahun 2016 yaitu sebesar 22,7%.
3. Frekuensi Kejadian risiko tinggi pada ibu hamil berdasarkan AGDO (Ada
Gawat Darurat Obstetrik) di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna periode
Januari-Juni Tahun 2016 yaitu 0 atau tidak ada.
B. Saran
Diharapkan bagi petugas kesehatan khususnya bidan untuk memberikan
KIE tentang tanda – tanda bahaya kehamilan serta meningkatkan pengetahuan
serta deteksi dini dan penanganan komplikasi pada ibu hamil.
Diharapkan penelitian ini juga dapat menambah wawasan dan referensi
bagi mahasiswa
56. 49
DAFTAR PUSTAKA
Afriani.A, Desmiwarti,Kadri.H (2013) Kasus Persalinan Dengan Bekas Seksio
Sesarea Menurut Keadaan Waktu Masuk di Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUP Dr.M.Djamil Padang. Available at http://jurnal.fk.unand.ac.id diakses
tanggal 2 Juli 2016.
Ariani,P.A (2014) Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan
Reproduksi. Jakarta : Nuha Medika.
Agustini.S (2012) Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan
di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cimandala Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Bogor Tahun 2012. Available at http://Digital_20314706-S-sri_Agustini.pdf.
Diakses tanggal 2 Juli 2016.
Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara (2014) Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara
Tahun 2014.
Kemenkes RI (2014) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014.
Manuaba.I.A.C, Manuaba.I.B.G.F, Manuaba.I.B.G (2010) Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan ,dan Kb Untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : EGC.
Metaria.E (2013) Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan Risiko Tinggi
di Puskesmas Miri Sragen Tahun 2013. Available at http://01-gdl-ernametaria-
437-1-ktierna-9.pdf. Diakses tanggal 2 juli 2016.
Pratiwi.C.S (2013) Faktor Risiko Pada Ibu Hamil di Kota Yogyakarta Tahun 2013.
Available at http://ejournal.undip.ac.id. Diakses tanggal 2 Juli 2016.
Primarianti.S.S, Resmisari.T (2008) Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9.(E.d)
Jakarta : EGC.
Saifuddin,A.B (2010) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Saifuddin,A.B (2011) Ilmu Kebidanan edisi keempat. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo.
Syafrudin, Karningsing, Mardiana (2011) Untaian Materi Penyuluhan KIA. Jakarta:
Trans info Medika.
57. 49
Sitompul,R.M, Santoso.H, Mutiara (2012) Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil dan
Pengetahuan Terhadap Sikap Ibu Tentang Kehamilan Risiko Tinggi di Wilayah
Kerja Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat
Tahun2012.Available at http://jurnal.usu.ac.id /index.php/gkre/ article/viewFile
//778/591. Diakses tanggal 2 juli 2016.
Ummah,F (2015) Kontribusi Faktor Risiko I Terhadap Komplikasi Kehamilan, di
Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya. Available at
http://stikesmuhla.ac.id/wpcontent/upload/jurnalsurya/jurnalvol.07%20April20
15. Diakses tanggal 2 Juli 2016.
Yudha.E.K, dan Subekti,N.B (2009) Obstetri Wiliams Panduan Ringkas. (E.d )
Jakarta : EGC.
58. MASTER TABEL
IDENTIFIKASI KEJADIAN RISIKO TINGGI PADA IBU HAMIL
DI PUSKESMAS KATOBU KABUPATEN MUNA
PERIODE JANUARI S.D JUNI TAHUN 2016
No Nama APGO AGO ADGO
Umur Jarak kelahiran Grandemul
ti
Ada
riwayat
obstetrik
jelek
Tinggi
badab
< 145 cm
Penyakit
ibu
(Anemia
dan DM)
Preeklamsi
a ringan
Kelainan
letak
(sungsan
g dan
lintang)
Perdarahan
antepartum
(solusio
plasenta dan
plasenta
previa)
Preeklamsi
a berat
<
20
tahu
n
20-35
tahun
> 35
tahun
< 2
tahun
2-4
tahun
> 4
tahun
1 Ny s √ √ √
2 Ny i √ √
3 Ny f √ √ √ √
4 Ny a √ √ √
5 Ny k √ √ √
6 Ny a √ √
7 Ny a √ √ √
8 Ny r √ √
9 Ny h √ √ √
10 Ny
nh
√
11 Ny i √ √
12 Ny a √
13 Ny t √ √ √
59. 14 Ny s √ √ √
15 Ny j √ √
16 Ny y √ √
17 Ny f √
18 Ny m √ √
19 Ny m √ √ √
20 Ny m √ √
21 Ny d √ √
22 Ny s √ √
23 Ny s √ √
24 Ny i √
25 Ny n √ √ √
26 Ny a √ √ √
27 Ny h √
28 Ny s √ √ √ √
29 Ny d √ √
30 Ny h √ √ √
31 Ny h √ √
32 Ny l √
33 Ny a √ √
34 Ny s √ √
35 Ny k √
36 Ny m √
37 Ny f √
38 Ny r √ √
39 Ny h √ √
40 Ny l √ √
41 Ny d √ √
42 Ny r √ √
43 Ny e √ √
60. 44 Ny h √ √ √
45 Ny h √ √
46 Ny u √ √
47 Ny g √ √
48 Ny a √ √
49 Ny s √
50 Ny n √ √
51 Ny s √ √
52 Ny a √
53 Ny i √ √
54 Ny s √
55 Ny h √
56 Ny y √ √
57 Ny r √ √
58 Ny r √
59 Ny n √
60 Ny h √
61 Ny s √ √
62 Ny f √ √ √
63 Ny w √
64 Ny i √ √
65 Ny s √
67 Ny a √ √ √
68 Ny h √ √ √
69 Ny f √ √ √
70 Ny w √ √ √
71 Ny r √ √
72 Ny i √ √ √
61. 73 Ny k √ √ √
74 Ny h √ √
75 Ny s √ √
76 Ny m √ √
77 Ny r √ √ √
78 Ny n √
79 Ny h √ √
80 Ny a √
81 Ny m √ √
82 Ny s √ √ √
83 Ny e √
84 Ny m √
85 Ny n √
86 Ny d √ √
87 Ny y √ √ √
88 Ny n √