Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan puting susu terbenam.
2. Puting susu terbenam adalah kondisi dimana puting susu tidak dapat menonjol dan cenderung masuk ke dalam, sehingga ASI sulit keluar dengan lancar.
3. Penulis tertarik untuk mengambil topik tersebut setelah melakukan survey di rumah bersalin dan men
1. 1
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. N
UMUR 20 TAHUN P1A0 3 HARI POST PARTUM DENGAN
PUTING SUSU TERBENAM DI BPS HANIFAH HANIM
LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Karya tulis dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
profesi ahli madya kebidanan pada prodi DIII kebidanan
akbid adila bandar lampung
DISUSUN OLEH :
NAMA : EVA SENO SAFITRI
NIM : 201207018
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
2015
2. 2
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh tim penguji ujian akhir program pendidikan diploma
III kebidanan ADILA pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 28 juli 2015
Penguji I penguji II
Ninik masturyah, SKM. M.Kes Nopa utari, S.ST
NIK.201501143 NIK. 11210043
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
dr.Wazni Adila,MPH
NIK:201041008
3. 3
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.N UMUR 20
TAHUN P1A0 3 HARI POST PARTUM DENGAN PUTING
SUSUTERBENAM DI BPS HANIFAH HANIM
LAMPUNG SELATAN TAHUN 2015
Eva seno safitri, Ninik masturiyah, SKM.M.Kes, Nopa utari, S.ST
INTISARI
Masa nifas ( puerpurium ) di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Puting susu terbenam adalah puting susu yang tidak dapat
menonjol dan cenderung masuk kedalam, sehingga asi tidak dapat keluar dengan lancar. WHO dan
UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan ASI eksklusif diberikan selama
6 bulan dengan menerapkan hal-hal seperti inisiasi menyusu dini selama 1 jam setelah kelahiran
bayi, ASI eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau
minuman.penulis melakukan survey di BPS Hanifah Hanim lampung selatan pada tanggal 28 april
2015,terdapat ibu nifas 3 hari post partum dengan puting susu terbenam.sehingga penulis tertarik
untuk mengambil judul “Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny.n umur 20 tahun p1A0 3
hari post partum dengan puting susu terbenam di BPS Hanifah hanim lampung selatan tahun 2015.
Dalam penyusunan studi kasus ini penulis menngunakan metode penulisan deskriftif, tehnik
memperoleh data primer dengan wawancara langsung dengan klien dan pemeriksaan fisik. Penulis
Dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada Ny. N umur 20 Tahun P1A0 3 Hari Post Partum
dengan Puting Susu Terbenam Di BPS Hanifah Hanim serbajadi Lampung Selatan Tahun 2015”
Objek penelitian ini adalah satu orang yaitu ibu nifas yang dilakukan pada Ny. N umur 20 tahun
P1A0 3 Hari Post Partum dengan Puting Susu Terbenam. Penulis dapat melakukan Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas terhadap Ny.N dengan puting susu terbenam menggunakan metode langkah
varney
Kata kunci :puting susu terbenam
Kepustakaan :2005-2012
4. 4
CURRICULUM VITAE
Nama : Eva Seno Safitri
NIM : 201207018
Tempat/Tanggal lahir : lampung, 14 april 1993
Agama : Islam
ALamat :SB.agung kecamatan belitang jaya kabupaten oku
timur SUMSEL
Institusi : Akademi Kebidanan Adila
Angkatan : Angkatan Ke-7 (2012-2015)
RIWAYAT PENDIDIKAN
SDN sumber agung,belitang jaya oku timur 2000-2006
SMP Negeri 1 belitang jaya oku timur 2006-2009
MA Diniyyah putri lampung, pesawaran 2009-2012
Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung 2012 Hingga sekarang
6. 6
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan study kasus ini, dan dibalik
penyelesaian tugas ini tidak lupa penulis memberikan persembahan kepada orang-
orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Terimakasih untuk kedua orang tuaku tercinta yang selalu
memberikan semangat dan doa setiapkegiatan apapun yang terbaik
buat penulis.
2. Adik-adik ku yang tersayang yang selalu memberikan semangat
kepada penulis
3. Teman-teman tercinta terimakasih untuk atas kebersamaan kita
selama ini
4. Rekan-rekanku tercinta Akbid ADILA khususnya angkatan VII yang
selalu mendukung hingga terselsaikan tugas akhir ini
5. Almamaterku tercinta Akademi kebidanan ADILA bandar lampung
sebagai tempat penulis menuntut ilmu selama 3 tahun
7. 7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala karunia-Nyalah penulis
dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap Ny N. Umur 20 Tahun P1 A0 3 Hari
Post Partum Dengan Puting Susu Tenggelam Di BPS Hanifa Hanim
Lampung Selatan “ dengan tepat waktu.
Dalam penulisan proposal ini penulis banyak sekali mendapatkan bantuan baik
dari keluarga, staf dosen, teman-temandan pihak lainnya. Oleh karena itu penulis
menyampaikkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Wazni Adila, M,PH selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung.
2. Ibu Ninik Masturiyah, S.ST.M.Kes selaku pembimbing I KTI.
3. Ibu Kiki Purnamasari, S,ST selaku pembimbing II KTI
4. BPS Hanifah hanim yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis
ilmiah ini.
5. Staf dosen yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih jauh
dari sempurna,boleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua
pihak. Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca.
Bandar Lampung, Juni 2015
Penulis
8. 8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………… ii
ABSTRAK …………………………………………………………………… iii
CURRICULUM VITAE ……………………………………………………. iv
MOTTO ……………………………………………………………………… v
PERSEMBAHAN …………………………………………………………… vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………........ viii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………........ x
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….... xi
BAB I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 4
1.3 Tujuan ……………………………………………………………. 4
1.4 Ruang lingkup penelitian …………………………………………. 6
1.5 Manfaat penelitian ………………………………………………... 6
1.6 Metodologi dan teknik memperoleh data ………………………… 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis …………………………………………... 10
2.2 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan .………………………... 59
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan ………………………… 73
BAB III. TINJAUAN KASUS
1.1 Data subjektif ………………………………………………….. 77
3.2 Data objektif ………………………………………………….... 81
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian .……………………………………………………..99
4.2 Data Objektif ……………………………………………............98
4.3 Identifikasi masalah, diagnosa dan kebutuhan ………………..116
4.5 Antisipasi masalah potensial …………………………………..118
9. 9
4.6 Tindakan segera ………………………………………………..119
4.7 Rencana asuhan ..........................................................................119
4.8 Pelaksanaan ...............................................................................120
4.9 Evaluasi .....................................................................................127
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan …………………………………………………… 131
5.2 Saran …………………………………………………………. 132
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
10. 10
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Asuhan masa nifas.........................................................................14
Tabel 2.2 tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi.............20
Tabel 2.3 penyimpanan ASI .............................................................................46
11. 11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat izin penelitian
Lampiran 2 : Surat balasan bidan
Lampiran 3 : jadwal penelitian
Lampiran 4 : Satuan acara penyuluhan
Lampiran 5 : leaflet
Lampiran 6 : Dokumentasi
Lampiran 7 : lembar konsul
12. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masa nifas ( puerpurium ) di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Dalam bahasa
latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak di sebut puerperium yaitu
dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi, puerperium
berarti masa setelah melahirkan bayi (Vivian nanny lia dewi dan tri
sunarsih,2011; h.1).
Masa nifas ini berlangsung selama kira – kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi
perubahan – perubahan fisiologis maupun psikologis untuk itu bidan dapat
memberikan asuhan masa nifas yang optimal yaitu meliputi fisik, dukungan
emosi Inisiasi Menyusui Dini, asi ekslusif, rawat gabung, perawatan
payudara, cara memerah Asi, nutrisi bagi ibu menyusui, senam nifas dan lain
– lain. Hal ini dapat di berikan selama perawatan baik di rumah maupun di
rumah bersalin untuk melanjutkan asuhan nifas terhadap diri ibu dan bayinya
(Anik Maryani,2009; h.6).
Menurut penelitian yang dilakukan di Dhaka pada 1.667 bayi selama 12
bulan mengatakan bahwa ASI eksklusif dapat menurunkan resiko kematian
akibat infeksi saluran nafas akut dan diare. WHO dan UNICEF
merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan ASI eksklusif
diberikan selama 6 bulan dengan menerapkan hal-hal seperti inisiasi menyusu
13. 2
dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi, ASI eksklusif diberikan pada bayi
hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau minuman, ASI diberikan secara
on-demand atau sesuai kebutuhan bayi setiap hari setiap malam, ASI
diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, maupun dot (Vivian nanny lia
dewi danTri Sunarsih, 2011; h.).
Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada tahun 2004
sebesar 40% dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 42%, sedangkan
cakupan pemberian susu botol pada bayi 0-6 bulan pada tahun 2004 sebesar
17%, sedangkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan pula sebesar 29%
( Depkes, 2014 ).
Menurut provinsi lampung, Berdasarkan pencatatan dan pelaporan dari
sarana kesehatan di provinsi Lampung, tampak bahwa cakupan pemberian
ASI ekslusif pada tahun 2008 sebesar 48,05% dengan target 60,5% dan
menurun pada tahun 2009 yaitu 30,06% dengan target 80% dari data tersebut
tampak bahwa cakupan ASI ekslusif di Provinsi Lampung belum mencapai
target yang ditetapkan (Dinkes Provinsi Lampung, 2012).
Sedangkan di kota Bandar Lampung, berdasarkan data pada tahun 2012
pencapaian ASI eksklusif adalah 69.04%. Hasil ini bila dibandingkan dengan
target Nasional masih dibawah dari target yang diinginkan (80%)
( Dinkes Kota Bandar Lampung, 2012).
14. 3
Kegagalan dalam proses menyusui sering di sebabkan karena timbulnya
beberapa masalah, baik masalah pada ibu seperti kurang atau salah informasi,
puting susu datar, puting susu lecet, puting susu tenggelam, payudara
bengkak, abses payudara, maupun pada bayi seperti bayi bingung puting, bayi
prematur, bayi kuning, bayi sakit, bayi sumbing dan bayi dengan lidah
pendek. Pada sebagian ibu yang tidak faham masalah ini kegagalan menyusui
di anggap masalah pada anaknya saja. faktor tersebut yang menjadi
penyumbang gagalnya program pemerintah dalam pemberian ASI ekslusif
(Vivian nanny lia dewi dan Tri sunarsih,2011; h.39).
Puting susu terbenam adalah puting susu yang tidak dapat menonjol dan
cenderung masuk kedalam, sehingga asi tidak dapat keluar dengan lancar.
Puting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu
menjadi masalah. Secara umum, ibu masih tetap dapat menyusui bayinya dan
upaya selama antenatal umumnya kurang berfaedah, seperti memanipulasi
puting dengan perasat hoffman, manarik narik puting, atau menggunakan
breast shield dan breast shel. Penyebab yang umum terjadinya puting susu
tenggelam adalah perubahan pada saluran ekstasia atau yang lebih
mengerikan karena adanya kanker payudara (Ari Sulistyawati, 2009; h.31).
Seorang ibu biasanya menghentikan proses menyusui atau tidak menyusui
karena puting susunya terbenam dan putingnya lecet dan sakit. Dan akhirnya
air susu yang tidak di keluarkan akan menyebabkan payudara bengkak, yang
15. 4
jika tidak di tangani akan menjadi bendungan ASI, dan akhirnya menjadi
mastitis (Ari Sulystiawati, 2009; h.39).
Dari hasil pra survey yang di dapatkan pada tanggal 28 April 2015, terdapat
salah seorang ibu nifas yang mengalami komplikasi seperti masalah laktasi,
mengenai puting susu terbenam karena kurang nya pengetahuan tentang hal
yang dialami olehnya. Dan kurang nya pengetahuan ibu tentang perawatan
payudara pada saat kehamilan. Berdasarkan data di atas tersebut penulis
tertarik untuk mengangkat kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Terhadap Ny. N umur 20 tahun P1A0 3 Hari Post Partum dengan Puting Susu
terbenam Di BPS Hanifah Hanim, S.ST, serbajadi Lampung Selatan tahun
2015”.
1.2 Rumusan masalah
Dengan memperhatikan latar belakang diatas maka rumusan masalah studi
kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Nifas terhadap Ny. N
umur 20 tahun P1A0 3 Hari Post Partum dengan Puting Susu Terbenam Di
BPS Hanifah Hanim serbajadi Lampung Selatan Tahun 2015”
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis Dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada Ny. N umur 20
Tahun P1A0 3 Hari Post Partum dengan Puting Susu Terbenam Di
BPS Hanifah Hanim serbajadi Lampung Selatan Tahun 2015”
16. 5
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Penulis dapat melakukan pengkajian kebidanan pada Ny. N
umur 20 tahun P1A0 3 Hari Post Partum dengan Puting Susu
Terbenam di BPS Hanifah Hanim serbajadi Lampung Selatan
tahun 2015
1.3.2.2 Penulis dapat menentukan interpretasi data untuk melakukan
diagnosa masalah serta kebutuhan pada Ny. N umur 20 tahun
P1A0 3 Hari Post Partum dengan Puting Susu Terbenam di
BPS Hanifah Hanim serbajadi Lampung Selatan tahun 2015
1.3.2.3 Penulis dapat menegakkan diagnosa dan masalah potensial
pada Ny. N umur 20 tahun P1A0 3 Hari Post Partum dengan
Puting Susu Terbenam di BPS Hanifah Hanim serbajadi
Lampung Selatan tahun 2015
1.3.2.4 Penulis dapat melakukan tindakan segera atau kolaborasi pada
Ny. N umur 20 tahun P1A0 3 Hari Post Partum dengan Puting
Susu Terbenam di BPS Hanifah Hanim serbajadi Lampung
Selatan tahun 2015
1.3.2.5 Penulis dapat merencanakan tindakan asuhan kebidanan yang
menyeluruh pada Ny. N umur 20 tahun P1A0 3 Hari Post
Partum dengan Puting Susu Terbenam di BPS Hanifah Hanim
serbajadi Lampung Selatan tahun 2015
1.3.2.6 Penulis dapat melakukan tindakan sesuai perencanaan asuhan
pada Ny. N umur 20 tahun P1A0 3 Hari Post Partum dengan
17. 6
Puting Susu Terbenam di BPS Hanifah Hanim serbajadi
Lampung Selatan tahun 2015
1.3.2.7 Penulis dapat mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah
dilakukan pada Ny. N umur 20 tahun P1A0 3 Hari Post Partum
dengan Puting Susu Terbenam di BPS Hanifah Hanim
serbajadi tahun 2015
1.4 Ruang lingkup
1.4.1 Sasaran
Objek penelitian ini adalah satu orang yaitu ibu nifas yang dilakukan
pada Ny. N umur 20 tahun P1A0 3 Hari Post Partum dengan Puting
Susu Terbenam
1.4.2 Tempat
Penelitian ini dilakukan di BPS Hanifah Hanim serbajadi Lampung
Selatan
1.4.3 Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01April – 31 mei 2015
1.5 Manfaat Penulisan
Diharapkan studi kasus ini dapat bermanfaat bagi :
1.5.1 Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi
bagi mahasiswa Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam
18. 7
menerapkan ilmu dan sebagai acuan penelitian berikutnya yang
berhubungan dengan ibu nifas dengan Puting susu Terbenam.
1.5.2 Lahan Praktek
Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai pedoman yang tepat
untuk meningkatkan kwalitas pelayanan dalam memberikan Asuhan
Kebidanan pada pasien
1.5.3 Pasien atau masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada
semua ibu nifas yang menyusui khususnya bagi ibu yang mengalami
puting susu terbenam
1.5.4 Penulis
Memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan di lakukanya
penelitian dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang telah di dapat.
1.6 Metodologi dan Teknik
1.6.1 Metodologi penelitian
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan
metode penelitian. Dimana metode penulisan yang digunakan yaitu
metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat.
Survey deskriptif di lakukan terhadap sekumpulan objek yang
19. 8
biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk
kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi dan di gunakan untuk
membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu
program di masa sekarang, kemudian hasilnya di gunakan untuk
menyusun perencanaan perbaikan program tersebut
(Soekidjo Notoatmodjo, 2012, h.35).
1.6.2 Teknik Memperoleh Data
1.6.2.1 Data primer
Data yang diperoleh untuk di kumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari sumber datanya. Untuk mendapatkan data
primer peneliti harus mengumpulkanya secara langsung.
Teknik yang dapat di gunakan peneliti untuk mengumpulkan
data primer anatara lain :
1. Wawancara
Suatu metode yang di pergunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendaptkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seorang sasaran penelitian
(responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan orang tersebut ( face to face ).
Gejala-gejala sosial yang tidak dapat terlihat atau
diperoleh melalui oservasi dapat di gali dengan
wawancara ( Soekidjo Notoatmodjo,2012,h.139).
20. 9
2. Observasi
Menurut Notoadmodjo (2012) dalam bukunya“Metodologi
Penelitian” observasi merupakan Suatu hasil perbuatan
jiwa secara aktif dan secara penuh perahtian untuk
menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari
luar mengenai indra, dan terjadilah pengindraan, kemudian
apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan di
lanjutkan dengan adanya pengamatan.
21. 10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis
2.1.1 Nifas
2.1.1.1 Pengertian
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil.Masa nifas atau puerperium dimulai
sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
(42 hari) setelah itu
(Vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011;h.1)
2.1.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas. Tujuan
perawatan masa nifas adalah untuk menghindarkan atau
mendeteksi adanya kemungkinan adanya perdarahan
postpartum dan infeksi. Oleh karena itu, penolong
persalinan sebaiknya tetap waspada, sekurang-kurangnya
satu jam post partum untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya komplikasi persalinan.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Menjaga kesehatan ibu
dan bayinya baik fisik maupun psikologi harus di berikan
22. 11
oleh penolong persalinan. ibu di anjurkan untuk menjaga
kebersihan seluruh tubuh.
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif.dengan
mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya.
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri. tentang perawatan
diri, nutrisi,KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya, dan perawatan bayi sehat. Ibu-ibu postpartum
harus di berikan pendidikan mengenai pentingnya gizi
antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui yaitu sebagai
berikut:
1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein,mineral dan vitamin yang cukup
3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu
untuk minum sebelum menyusui)
e. Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan
payudara yaitu sebagai berikut:
1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2. Menggunakan bra yang menyongkong payudara
3. Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI
yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali
menyusui
23. 12
4. Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya
bendungan ASI
f. Konseling mengenai kb
1. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurang nya
2 tahun sebelum ibu hamil kembali
2. Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya setelah persalinan
3. Sebelum menggunakan kb sebaiknya dijelaskan
efektifitasnya, efek samping, untung ruginya, serta kapan
metode tersebut dapat di gunakan.
4. Jika ibu dan pasangan telah memilih metode kb tertentu,
dalam 2 minggu ibu di anjurkan untuk kembali
(Vivian nanny dewi dan tri sunarsih, 2011; h.2-3).
2.1.1.3 Peran Dan Tanggung Jawab Bidan
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa
nifas sesuai dengan kebutuhan.
b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi
c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya
d. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang
berkaitan dengan menningkatkan rasa nyaman.
e. Mendetekasi komplikasi dan perlunya rujukan
f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya
24. 13
g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mencegah
perdarahan , mengenali tanda – tanda bahaya , menjaga gizi dan
lain – lain.
h. Memeberikan asuhan secara profesional.
( Damai yanti dan dian sundawati, 2011;h. 2 )
2.1.1.4 Program dan Kebijakan Masa Nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat
kali.Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru
lahir juga untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-
masalah yang terjadi.
25. 14
Tabel 2.1 Asuhan Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam
Setelah
Persalinan
1. Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan
dan memberi rujukan bila perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling kepada ibu atau sala satu
anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
5. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir.
6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi.
7. Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus
menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
2 6 hari
setelah
persalinan
1. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilikus tidak ada
perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
kelainan pascamelahirkan.
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan, dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
ada tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan konseling kepada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan
bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat.
3 2 minggu
setelah
persalinan
Memastikan rahim sudah kembali normal drngan mengukur
dan meraba bagian rahim.
4 6 minggu
setelah
persalinan
1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit
yang dialami atau bayinya.
2. Memberikan konseling KB secara dini.
Sumber: vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011;h.4-5
2.1.1.5 PROGRAM TINDAK LANJUT ASUHAN NIFAS DI RUMAH
1. Dua minggu post partum
Dalam kunjungan ini, bidan perlu mengevaluasi ibu dan
bayi.pengkajian terhadap ibu meliputi :
26. 15
a. Persepsinya tentang persalinan dan kelahiran, kemampuan
kopingnya yang sekarang, dan bagaimana ia merespon
terhadap bayi barunya.
b. Melihat ketidak nyamanan yang di alami oleh ibu seperti
masalah pada payudara
c. Asupan makanannya, baik kualitas maupun kuantitasnya
d. Nyeri, kram pada abdomen
e. Adanya kesulitan atau ketidak nyamanan dengan urinasi
f. Jumlah, warna, dan bau lokia
g. Nyeri, pembengkakan perenium dan jika ada jahitan
h. Adanya hemoroid dan tindakan kenyamanan yang di
gunakan
i. Adanya oedema pada ekstermitas
j. Apakah ibu mendapatkan istirahat yang cukup baik pada
siang hari atau malam hari
k. Tingkat aktivitas saat ini
l. Bagaimana keluarga menyesuaikan diri dengan adanya bayi
baru di rumah
m. Tingkat kepercayaan diri ibu saat ini dalam kemampuan
merawat bayi
n. Respon ibu terhadap bayi
o. Bagaimana kedudukan bayi dalam keluarga
27. 16
p. Fasilitas MCK, bagaimana suplai air, jendela, gorden,
perawatan bayi, dan lain-lain
2. Enam minggu post partum
a. Permulaan hubungan seksual
b. Metode KB yang di inginkan, riwayat KB yang lalu
c. Telepon ke bidan, dokter, dan RS mengenai masalah yang
ada
d. Adanya gejala demam, kedinginan, pilek dan sebagainya
e. Keadaan payudara
f. Fungsi perkemihan
g. Latihan pengencangan otot perut
h. Fungsi pencernaan, konstipasi, dan bagaimana
pennganannya
i. Resolusi lokea apakah haid sudah mulai lagi
j. Kram atau nyeri tungkai
(Ari sulistyawati, 2009; h.166).
2.1.1.6 ASUHAN 6 HARI DAN 2 MINGGU POST PARTUM
a) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
berkontraksi,fundus berada di umbilikus tidak ada perdarahan
abnormal, dan berbau.pada satu minggu post partum,TFU
teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat 500 garam.dan
pengeluaran lokea berwarna merah kekuningan dengan bau
28. 17
yang khas dan pada 2 minggu post partum TFU teraba di atas
simpisis dengan berat 350 gram pengeluaran lokea serosa
berwarna kuning kecoklatan (Ari sulistyawati,2009;h.74).
b) Menilai adanya tanda-tanda demam,infeksi atau kelainan pasca
melahirkan seperti infeksi pada vulva, vagina, dan
serviks,endometritis, septikemia, peritonitis (Ari sulistyawati,
2009;h.181).
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat yaitu:ibu membutuhkan tambahan protein diatas
normal sebesar 20 gram/hari.untuk ibu menyusui juga
dianjurkan makan makanan yang mengandung asam lemak
omega 3 yang banyak terdapat dalam ikan kakap, tongkol, dan
lemuru.dan kebutuha istirahat ibu minimal 8 jam sehari yang
dapat dipenuhi melalui istirahat siang dan malam
(Ari sulistyawati, 2009; h.97).
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-
tanda penyulit. Yaitu ASI diberikan pada bayi baru lahir
sampai umur 6 bulan tanpa makanan tambahan dan cara
menyusui bayi dengan benar yaitu keluarkan ASI sedikit untuk
membersihkan puting susu sebelum menyusui,pegang
payudara berbentuk huruf C, hidung bayi dan puting susu ibu
berhadapan, reflect rooting, tunggu sampai mulut terbuka
lebar, dekatkan bayi ke ibu dan arahkan keatas menyusuri
29. 18
langit mulut bayi areola masuk sampsi mulut bayi, posisi
mulut dengan perlekatan yang benar, jika bayi sudah kenyang
maka lepas isapan bayi dengan cara kemasukan jari kelingking
kedalam mulut dan sendawakan bayi agar tidak gumoh
(Ari sulistyawati, 2009; h.25).
e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada
bayi,cara merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar
tetap hangat (Ari sulistyawati, 2009; h.166).
2.1.1.7 Tahapan Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan,yaitu :
a. Puerpurium Dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu di perbolehkan untuk berdiri
dan berjalan – jalan.
b. Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ – organ reproduksi
selama kurang lebih 6 minggu.
c. Remote puerperium
Waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau
waktu persalinan mengalami komplikasi
(Damai yanti dan dian sundawati,2011; h.2).
30. 19
2.1.1.8 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Perubahan sistem Reproduksi
1. Uterus
a) pengerutan Rahim
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus
pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus
ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi neurotic (layu atau mati).
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU nya
(tinggi fundus uteri).
1) Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang
bersamaan, antara lain :
a) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri
sendiri yang terjadi didalam otot uteri. Enzim
proteolitik akan mendekatkan jaringan otot yang
telah sempat mengendur hingga 10 kali
panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya
dari sebelum hamil.
b) Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya
estrogen dalam jumlah besar, kemudian
31. 20
mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap
penghentian produksi estrogen yang menyertai
pelepasan plasenta.
c) Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara
bermakna segara setelah bayi lahir.Hal tersebut
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterine yang sangat besar. Horman
oksitosin yang dilepas dari kelenjar hypopisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengompresi pembuluh darah, dan membantu
proses homeostatis
(Ari Sulistyawati, 2009; h.74-75).
Tabel 2.2 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Sumber: vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011; h.5
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 2 jari di bawah
pusat
1000 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 750 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 500 gram
6 minggu Normal 50 gram
8 minggu Normal saat sebelum hamil 30 gram
32. 21
b. Lokhea
Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina selama masa nifas.Lokhea mengandung darah dan sisa
jaringan desi dua yang nekrotik dari dalam uterus.Lokhea
mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal. Lokhea di bedakan menjadi 4 jenis berdasarkan
warna dan waktu keluarnya .
a. Lokhea rubra/merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ketiga masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, sel-sel desidua, verniks
caseosa, lanugo dan mekonium .
b. Lokhea sanguilenta
Lokhea ini berwarna merah kuning dan berlandir,serta
berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.
c. Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta.Keluar pada
hari ke 8 sampai hari ke 14.
d. Lokhea alba/putih
Lokhea ini adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari hari ke-14
kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali
33. 22
berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya
seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit
dan sel-sel desidua (Sitti Saleha,2009; h.56 ).
c. Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak
menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini
disebabkan oleh corvus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan servik tidak berkontreaksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara corvus dan servik berbentuk semacam cincin. Muara
servik yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan
menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan
dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat
dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum, servik sudah
menutup kembali (Ari sulistyawati, 2009; h.57).
2.Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi.dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
barangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi
lebih menonjol.
34. 23
3. Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh takanan bayi yang bergerak maju, pada
postnatal hari ke 5 perenium sudah mendapatkan kembali sebagian
tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum
hamil.
d. Perubahan pada sistem pencernaan
Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan, hal ini
disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan
mengalami penekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya
asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktifitas tubuh. Supaya
buang air besar kembali normal,dapat di atasi dengan diet tinggi
serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal.Bila tidak
berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia. Selain
konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari
sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi,
serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu
makan.
e. Perubahan System Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan
penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasma sfingkter dan
35. 24
edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami
kompresi (tekanan ) antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan berlangsung. Urine dalam jumlah besar akan di hasilkan
dalam 12-36 jam postpartum. Kadar horman estrogen yang bersifat
menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan
tersebut disebut “diuresis” ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam 6 minggu.
f. Perubahan System Musculoskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus
akan terjepit, proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia
yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan putih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke
belakang dan manjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum
menjadi kendor.Sebagai akibat putusnya serat-serat elestik kulit
dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada
waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendoruntuk
sementara waktu.Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan
penunjang alat genetalia, serta otot –otot dinding perut dan dasar
panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu.
Pada 2 hari postpartum, sudah dapat fisioterapi
(Sulistyawati, 2009; h.77-79).
36. 25
g. Perubahan System Endokrin
1. Hormone plasenta
pengeluaran plasenta menyebabakan penurunan hormon yang di
produksi oleh plasenta. hormon plasenta menurun dengan cepat
pasca persalinan.penurunan hormon plasenta ( human placental
lactogen ) menyebabakan kadar gula darah menurun pada masa
nifas, human Chorionoc Gonadotropin ( HCG) menurun dengan
cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post
partum dan sebagai onset pmenuhan mamae pada hari ke 3 post
partum (Damai Yanti, Dian Sundawati, 2011; h.66).
2. Hormone pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang
tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH
dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu
ke 3) dan LH tetap lebih rendah hingga ovulasi terjadi.
3. Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga di pengaruhi
oleh factor menyusui. Seringkali meanstruasi pertama ini bersifat
anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron.
4 Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang
bermakna sehingga aktifitas prolaktin yang juga sedang
37. 26
meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam
menghasilkan ASI (Ari sulistyawati, 2009; h.80).
h. Perubahan Tanda Vital
1. Suhu badan
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,50
C -380
C)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan
dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa
lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena ada
pembentukan asi, buah dada menjadi bengkak, berwarnah merah
karena banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan adanya
infeksi pada endometrium, mastitis, traktus urogenitalis atau
system lain, kita anggap nifas terganggu kalau ada demam lebih
dari 38o
C pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari yang pertama
postpartum, kecuali hari pertama dan suhu harus diambil
sekurang-kurangnya 4x sehari
(Eny Retna Ambarwati dan Diah wulandari, 2009; h.84).
2. Nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan
dapat terjadi bradikardi, bila terdapat takikardi dan suhu tubuh
tidak panas mungkin ada persarahan berlebihan atau ada vitium
kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi
lebih dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan
38. 27
akan sedikit meningkat setelah partus kemudian seperti keadaan
semula (Sitti Saleha, 2009; h.61).
3. Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang di alami darah pada
pembuluh darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh
jantung ke seluruh anggota tubuh manusia.Tekanan darah normal
manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg, dan diastolic 60-80
mmHg.Pasca melahirkan pada kasus normal tekanan darah
biasanya tidak berubah.Perubahan tekanan darah menjadi lebih
rendah pasca melahirkan dapat di akibatkan oleh perdarahan,
sedangkan tekanan darah tinggi pada postpartum merupakan
tanda terjadinya preeklamsi postpartum. Namun demikian, hal
tersebut sangat jarang terjadi.
4 Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24
kali per menit.Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat
atau normal.Hal ini dikarenakan pemulihan atau dalam kondisi
istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut jantung (Aiyeyeh Rukiyah,et,all.2011; h.69).
i. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah
uterin meningkat selama kehamilan. diuresisterjadi karena adanya
penurunan hormon estrogen,yang dengan cepat mengurangi volume
39. 28
plasma menjadi normal kembali.meskipun kadar estrogen menurun
selamaa nifas, namun mengandung cairan sehingga daya koagulasi
meningkat( Damai Yanti,Dian Sundawati,2011; h.68 ).
j. Perubahan Sistem Hematologi
penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hemotokrit dan hemoglobin pada
hari ke 3-7 post parrtum dan akan normal dalam 4-5 minggu post
partum. jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang
lebih 200-500 ml,minggu pertama post partum berkisar 500 – 800 ml
dan selama masa nifas berkisar 500 ml
(Aiyeyeh Rukiyah et,all,2014; h.72).
2.1.1.9 Perubahan Psikologi Masa Nifas
Berdasarakan penelitian yang dilakukan oleh Reva Rubin mengenai
perubahan pada masa post partum, terdapat 3 tahap yaitu:
a.Fase Taking In
Masa ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu
terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu
cenderung pasif terhadap lingkungannya.
40. 29
b.Fase Taking Hold
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa
tanggungjawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan
yang sensitif sehingga mudah tersinggung dan mudah marah
sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi.
c.Fase Letting Go (berjalan sendiri di lingkungannya)
Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan.ibu sudah dapat
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan
dirinya sudah meningkat.
Post partum blues penyebabnya adalah kekecewaan emosional,
rasa sakit masa nifas, kecemasan pada kemampuan untuk
merawat bayinya dan rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi
suami. Ciri-ciriya yaitu ibu menjadi murung, mudah menangis,
tidak sabar karena suami tidak mencintainya lagi. Puncah dari
post partum blues ini 3-5 hari setelah melahirkan dan berlangsung
dari beberapa hari sampai 2 minggu. Oleh karena begitu umum,
maka diharapakan tidak dianggap suatu penyakit. Post partum
blues tidak menganggu kemampuan seorang wanita untuk
merawat bayinya sehingga ibu dengan post partum blues masih
bisa merawat bayinya
(Vivian Nanny lia dewi dan tri sunarsih,2011; h.65).
41. 30
2.1.1.10 Kebutuhan dasar ibu nifas
1. Nutrisi dan Cairan
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi
sebagai berikut:
a.Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hariMakan dengan
diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan
vitamin yang cukup.
b.Minum setidaknya 3 liter air setiap hari
c.Pil zat besi harus di minum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40hari pascapersalinan.
d.Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI
(Sitti Soleha,2009; h.71).
2. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation ) ialah kebijaksanaan agar
secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum dari
tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk
berjalan.
Keuntungan early ambulation :
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
2.Faal usus dan kandung kemih lebih baik
3. Memungkinkan kita untuk mengajarkan ibu cara merawat
anaknya selama ibu masih di rumah sakit.
42. 31
4. Tidak mempunyai pengaruh buruk, tidak menyebabkan
perdarahan yang abnormal,tidak memengaruhi peneymbuhan
luka episiotomy atau luka parut (Sitti saleha, 2009; h.72).
3. Eliminasi
a) BAK
Setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang pertama kali
melahirkan akan merasa pedih bila BAK. Keadaan ini
kemungkinana di sebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai
akibat persalinan sehingga penderitaan takut BAK
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Ibu
di usahakan mampu buang air kecil sendiri, bila tidak, maka
akan di lakukan tindakan berikut.
1. Dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat klien
2. Mengompres air hangat diatas simfisis
3. Berendam di air hangat lalu klien di suruh untuk BAK
b) BAB
Defekasi harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi
dan timbu koprostase hingga skibala ( fases yang mengeras )
tertimbun di rectum,mungkin akan terjadi fevris. Bila terjadi
hal demikian dapat di lakukan klisma atau di beri laksan per os
( melalui mulut )
Cara agar dapat BAB dengan lancar :
1. Diet teratur
43. 32
2. Ambulasi yang baik
3. Bila takut BAB karan ada luka episiotomy beri laksan
supstoria
(Vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih,2011; h.74).
4. Kebersihan diri / perineum
Pada ibu masa nifas sebaiknya anjurkan kebersihan seluruh
tubuh. mengajarkan pada ibu begaimana membersihkan
daerah kelamin dengan sabun dan air. pastikan bahwa ibu
mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih
dahulu,dari depan ke belakang anus. nasehatkan ibu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil dan
besar. sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari. kain dapat di gunakan
ulang jika telah di cuci dengan baik, dan dikeringkan
dibwah sinar matahari atau di setrika. sarankan ibu untuk
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
memebrsihkan daerah kelaminya. jika ibu mempunyai luka
episiotomi atau laserasi,sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka
(Aiyeyeh Rukiyah,et.all;.2013;h.77-78).
44. 33
5. Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua
jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. begitu darah merah
berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. keputusan
tergantung pada pasangan yang bersangkutan
(Aiyeyeh Rukiyah,dkk.2013; h.79).
6. Senam nifas
Cara untuk mengembalikan bentuk tubuh yang indah dan langsing
seperti semula adalah dengan melakukan latihan dan senam nifas:
1.latihan tahap I
a. Latihan kegel(latihan perineal)
b. Latihan pernafasan diafragma
2. latihan tahap II
a. Latihan mengangkat panggul
b. Latihan mengangkat kepala
c. Latihan meluncurkan kaki
3. latihan tahap III
a. Latihan mengencangkan otot perut
b. Latihan merapatkan otot perut
45. 34
c. Latihan mengencangkan otot panggul
d. Latihan merampingkan pinggang
e. Latihan meregangkan badan
f. Posisi duduk
g. Berlutut
h. Duduk dikursi, kaki lurus kedepan dan otot perut di
kencangkan
i. Duduk dikursi, letakan tangan dibawah kursi
j. Duduk dikursi, tekan kaki ketembok
k. Berdiri dan kencangkan otot perut ke dalam
(Aiyeyeh Rukiyah,et,all; 2013; h.81 ).
7. Istirahat dan tidur
1. Beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
2. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang tidak berat
Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal,
diantaranya :
1. Mengurangi jumlah ASI yang di produksi
2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri
(Vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih, 2011; h.76).
46. 35
2.1.1.11 Tanda – tanda bahaya pada masa nifas
Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas ini
adalah :
a. Demam tinggi hingga melebihi 380
C
b. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila
memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah
jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau
busuk
c. Nyeri perut hebat/rasa sakit di bagian bawah abdomen atau
punggung, serta nyeri ulu hati
d. Sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan masalah
penglihatan
e. Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan
f. Rasa sakit, merah, atau bengkak dibagian betis atau kaki
g. Putting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk
menyusui
h. Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan merasa sangat
letih atau nafas terengah-engah
i. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
j. Tidak bisa buang air besar selam tiga hari atau rasa sakit
waktu buang air kecil
47. 36
k. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya
atau diri sendiri
(Damai yanti dan dian sundawati,2011; h.98).
2.1.1.12 Proses Laktasi dan Menyusui
1. Anatomi payudara
Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder
dari seseorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah
dan menarik. Lebih dari itu, untuk mempertahankan kelangsungan
hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama dari
kehidupankarena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang
paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi.
Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit,
diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu
untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar
payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600
gram, dan saat menyusui 800 gram
(Vivian Nanny lia dewi dan tri Sunarsih, 2011; h.7).
a. Letak : setiap payudara terletak pada sternum dan meluas
setinggi costa kedua dan keenam. Payudara ini terletak pada
fascia superficialis dinding rongga dada yang disangga oleh
ligamentum suspensorium.
48. 37
b. Bentuk : masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah
bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas
ke ketiak atau aksila.
c. Ukuran : ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga
tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak
jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar
daripada yang lainnya
(Vivian nanny lia dewi dan tri Sunarsih,2011,hal.7-9).
a. Struktur makroskopis
Struktur makroskopis dari payudara adalah sebagai berikut:
1.Cauda aksilaris
Adalah jaringan payudara yang meluas kearah aksila.
2.Areola
Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar
dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing
payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm. letaknya
mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang
disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada
kulitnya.
3.Papilla mammae
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya
variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan
bervariasi. Pada tempat ini terdapat, lubang-lubang kecil yang
49. 38
merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat
saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening serat-serat
otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada
kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan
putting susu ereksi sedangkan otot-otot yang longitudinal
akan menarik kembali putting susu tersebut. Bentuk putting
ada 4 macam yaitu bentuk yang normal, pendek/datar,
panjang dan terbenam.
b. Struktur mikroskopis
1. Alveoli
Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu.
Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel
plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah.
2. Duktus laktiferus
Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus laktiferus.
3. Ampulla
Adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar,
merupakan tempat menyimpan air susu.Ampulla terletak
dibawah areola.
4. Lanjutan setiap duktus laktiferus
Meluas dari ampulla sampai muara pailla mammae
(Vivian nanny lia dewi dan Tri sunarsih, 2011; h.9).
50. 39
2. Fisiologi Laktasi
Selama kehamilan,hormon estrogen dan progesterone menginduksi
perkembangan alveoli dan duktus laktiferus di dalam payudara,serta
merangsang produksi kolostrum. Produksi ASI tidak berlangsung
sampai masa sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone estrogen
menurun. Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan naiknya
kadar prolaktin dan produksi ASI. Produksi prolaktin yang
berkesinambungan disebabkan oleh menyusunya bayi pada payudara
lain.
Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuro-endokrin. Rangasngan
sentuhan pada payudara ( bayi menghisap ) akan merangsang
produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel- sel myoepitel .
proses ini di sebut sebagai “ reflek oksitosin “ yang membuat ASI
tersedia bagi bayi.
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui
duktus ke sinus lactiferous.Hisapan merangasnag produksi oksitosin
oleh kelenjar hypofisis posterior. Oksitosin memasuki darah yang
menyebabkan kontraksi sel – sel khusus
(sel myoepitel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus
lactiferous.
Hal – hal yang dapat meningkatkan oksitosin,antara lain :
a. Ibu dalam keadaan tenang
b. Mencium dan mendengarkan celotehan bayi dan tangisanya
51. 40
c. Melihat dan memikirkan bayinya
d. Ayah menggendong bayi dan di berikan kepada ibu saat akan
menyusui dan menyendawakan bayi
e. Ayah menggantikan popok dan memandikanya
f. Ayah bermain, menggendong, mendengarkan nyanyian, dan
membantu pekerjaan rumah tangga
g. Ayah memijat bayi (Ari Sulystiawati, 2009;h.10)
3. Manfaat pemberian ASI
a.Bagi bayi
1) Komposisi sesuai kebutuhan
2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam
bulan
3) ASI mengandung zat pelindung
4) Perkembangan psikomotorik lebih cepat
5) Menunjang perkembangan kognitif
6) Menunjang perkembangan penglihatan
7) Memperkuat ikatan bati antara ibu dan anak
8) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat
9) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri
b. Bagi ibu
1) Mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat
kembalinya rahim ke bentuk semula
2) Mencegah anemia defisiensi zat besi
52. 41
3) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil
4) Menunda kesuburan
5) Menimbulakan perasaan dibutuhkan
6) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium
c.Bagi keluarga
1) Mudah dalam proses pemberiannya
2) Mengurangi biaya rumah tangga
3) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat
menghemat biaya yang berobat
d.Bagi Negara
1) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat –
obatan
2) Pengematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan
perlengkapan menyusui
3) Mengurangi polusi
4) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
(Sitti saleha, 2013 hal :31-33)
4. Komposisi ASI
Komposisi gizi dalam ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.ASI khusus dibuat
untuk bayi manusia.Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan
sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi
(Vivian nanny lia dewi dan Tri sunarsih, 2011 hal :19)
53. 42
a.Protein
Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio
protein whey:kasein =60:40, dibandingkan dengan air susu
sapi yang rasionya =20:80. ASI mengandung alfa-laktabumin,
sedangkan air susu sapi mengandung beta-laktoglobulin dan
bovine serum albumin. ASI mengandung asam amino esensial
taurin yang tinggi. Kadar metiolin dalam ASI lebih rendah
daripada susu sapi, sedangkan sisitin lebih tinggi. Kadar
tirosindan fenilalanin pada ASI rendah. Kadar poliamin dan
nukleotid yang penting untuk sisitesis protein pada ASI lebih
tinggi dibandingkan air susu sapi.
b.Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air susu sapi
(6,5-7 gram). Karbohidrat yang utama adalah laktosa.
c.Lemak
Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam
ASI 7-8 kali lebih besar dari susu sapi. Asam lemak rantai
panjang berperan dalam perkembangan otak.Kolestrol yang
diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan
diperkirakan juga berfungsi dalam perkembangan
pembentukan ensim.
54. 43
d.Mineral
ASI mengandungmengandung mineral lengkap. Total
mineral selama laktasi adalah konstan. Fa dan Ca paling
stabil, tidak terpengaruh diet ibu.Garam organic yang
terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium, dan natrium
dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki kalsium, fosfor,
sodium potassium, dalam tingkat yang lebih rendah
dibandingkan dengan susu sapi. Bayi yang diberi ASI tidak
akan menerima pemasukan suatu muatan garam yang
berlebihan sehingga tidak memerlukan air tambahan di
bawah kondisi-kondisi umum.
e. Air
Kira-kira 88% ASI terdiri atas air yang berguna melarutkan
zat-zat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat
meredakan rangsangan haus dari bayi.
f. Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D,
dan C cukup.Sementara itu, golongan vitamin B kecuali
riboflavin dan sam penthotenik lebih kurang.
1.Vitamin A : air susu manusia sudah masak (dewasa
mengandung 280 IU) vitamin A dan kolustrum
mengandung sejumlah dua kali itu. Susu sapi hanya
mengandung 18 IU.
55. 44
2.Vitamin D : vitamin D larut dalam air dan lemak,
terdalam air susu manusia.
3.Vitamin E : kolustrum manusia kaya akan vitamin E,
fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia,
akan tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan
retina dari cedera akibat oxide.
4.Vitamin K : diperlukan untuk sintesis faktor-faktor
pembekuan darah, bayi yang mendapatkan ASI mendapat
vitamin K lebih banyak.
5.Vitamin B kompleks : semua vitamin B ada pada tingkat
yang diyakini memberikan kebutuhan harian yang
diperlukan.
6.Vitamin C : vitamin C sangat penting dalam sintesis
kolagen, ASI mengandung 43 mg/100 ml vitamin C
dibandingkan dengan susu sapi (Vivian nanny lia dewi dan
tri sunarsih, 2011;h.19-20)
5.Tanda Bayi Cukup ASI
a) Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal
mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama
b) kotoran berwarna kuning dengan frekuansi sering dan warna
menjadi lebih muda pada hari kelima
c) Bayi akan buang air kecil (BAK)paling tidak 6-8 kali sehari
d) Ibu akan mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
56. 45
e) warna bayi merah tidak kuning
f) pertumbuhan BB dan TB sesuai dengan grafik pertumbuhan
g) perkembangan motorik baik
h) bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar akan bangun
dan tidur dengan cukup
i) bayi menyusu dengan kuat
(Vivian nanny lia dewi dan TriSunarsih, 2011; h.24).
2.1.1.13 Stadium ASI
1.ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu sebagai berikut:
a.Kolustrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah
kolustrum, yang mengandung kaya akan protein, mineral,
dan antibody daripada ASI yang telah matang. ASI mulai
ada kira-kira pada hari ke-3 atau hari ke-4.Kolustrum
berubah menjadi ASI yang matang kira-kira 15 hari
sesudah bayi lahir.Kolustrum merupakan cairan dengan
viskositas kental, lengket, dan berwarna kekuningan.
b.ASI transisi/peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolustrum
sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai
hari ke-10. Selama dua minggu, volume air susu
bertambah banyak dan berubah warna, serta
57. 46
komposisinya. Kadar immunoglobulin dan protein
menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
c.ASI matrur
ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya.ASI
matur tampak berwarna putih.Kandungan ASI matur
relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air
susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit
pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta
mempunyai kandungan rendah lemak, tinggi laktosa, gula,
protein, mineral dan air
(Vivian nanny lia dewi dan TriSunarsih, 2011; h.20-21).
2. Penyimpanan Asi
Tabel 2.3 penyimpanan ASI
ASI Suhu Ruangan Lemari es Freezer
Setelah di peras 6-8 jam ±
260
C
3-5 hr (±
40
C)
2Mgu freezer jadi 1 dg
refrigator,3bln dg ptu
sendiri,6-12bln (±-
180
C)
Dari
freezer,disimpan di
lemari es ((tdk
dihangatkan)
4 jam/kurang
(minum
berikutnya)
24 jam Jangan di bekukan
ulang
ASI Suhu ruang Lemari es Freezer
Di keluarkan dari
emari es
Langusng di
berikan
4 jam/
minum
berikutnya
Jangan di bekukan
ulang
Sisa minum
bayi
Minum
berikutya
Buang Buang
Sumber: Yanti,dan sundawati, 2011; h.29
58. 47
3. Masalah Dalam Pemeberian ASI
a) Kurang/Salah informasi
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula sama baiknya
atau bahka lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah
susu formula bila merasa behwa ASI kurang, Banyak
petugas kesehatan yang tidak mengetahui hal- hal berikut :
1. Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer
dan sering sehingga di katakana bayi menderita diare
dan sering kali petugas kesehatan meminta untuk
menghentikan menyusui.
2. ASI belum keluar pada hai pertama sehinggabayi di
anggap perlu di berikan minuman lain.
3. Payudra berukuran kecil di anggap kurang mampu
menghasilkan ASI
(Vivian nanny lia dewi dan tri sunarsih,2011; h.38).
b) Puting Susu Yang Tidak Menonjol atau Datar
Definisi puting susu terbenam adalah puting susu yang tidak
dapat menonjol dan cenderung masuk kedalam, sehingga
ASI tidak dapat keluar dengan lancar.
c) Puting susu lecet
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat
menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan
59. 48
pembentukan celah-celah. Retakan pada putting susu dapat
sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.
Beberapa penyebab puting susu lecet adalah sebagai berikut
1. Teknik menyusui yang tidak benar
2. Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun
zat iritan lain saat ibu membersihkan puting susu
3. Monilisasi pada mulut bayi yang menular pada puting
susu ibu
4.Bayi dengan tali lidah pendek
5. Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat
d) Bendungan ASI
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3
ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan
di sebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar,
karena bayi tidak cukup sering menyususi, produksi
meningkat,terlambat menyusukan,hubungan dengan bayi
yang kurang baik, dan dapat pula terjadi akibat
pembatasana waktu menyusui.
Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan
duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula
bila ibu memiliki kelainan putting susu
(Prawihardjo, 2010; h.652).
60. 49
e)Abses payudara ( Mastitis )
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Ada dua jenis
mastitis yaitu non-infective mastitis ( hanya karena
pembendungan ASI/ milk stasis ) dan infective mastitis
( telah terinfeksi bakteri ). Lecet pada puting dan trauma
pada kulit juga dapat mengundang infeksi bakteri. Gejala
yang ditemukan adalah payudara menjadikan merah,
bengkak, kadang disertai rasa nyeri dan panas, serta suhu
tubu meningkat. Dibagian dalam terasa ada massa padat
dan dibagian luarnya, kulit menjadi merah. Kejadian ini
terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan
diakibatkan oleh sumbatan saluran ASI yang berlanjut
(Ari Sulistyawati,2009; h.34).
2.1.2 Puting Susu Terbenam atau Datar
2.1.2.1 Pengertian
puting susu terbenam adalah puting susu yang tidak dapat
menonjol dan cenderung masuk kedalam, sehingga ASI tidak
dapat keluar dengan lancar. Puting yang kurang
menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi
masalah. Secara umum, ibu tetap masih dapat menyusui
bayinya dan upaya selama antenatal umumnya kurang
berfaedah, seperti memanipulasi puting dengan perasat
61. 50
hoffman, menarik-narik puting, atau menggunakan breast
shield dan breast shel.
Tindakan yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini
adalah isapan langsung bayi yang kuat. Dalam hal ini,
sebaiknya ibu tidak melakukan apa-apa, tunggu saja sampai
bayi lahir. Segera setelah bayi lahir, ibu dapat melakukan:
1. Skin to skin contact dan biarkan bayi menghisap sedini
mungkin.
2. Biarkan bayi “mencari” puting susu, kemudian
menghisapnya. Bila perlu, coba berbagai posisi untuk
mendapatkan keadaan puting yang paling menguntungkan.
Rangsang puting biar dapat “keluar” sebelum bayi
“mengambilnya”.
3. Apabila puting benar-benar tidak muncul, dapat “ditarik”
dengan pompa puting susu (nipple puller) atau yang paling
sederhana dengan memodifikasi spuit injeksi 10 ml. Bagian
ujung dekat jarum dipotong dan kemudian pendorong
dimasukkan dari arah potongan tersebut. Cara penggunaan
pompa puting susu modifikasi ini adalah dengan
menempelkan ujung pompa (spuit modifikasi) pada
payudara sehingga puting berada didalam pompa, kemudian
tarik perlahan sehingga terasa ada tahanan dan
dipertahankan selama 30 detik sampai 1 menit. Bila terasa
62. 51
sakit, tarikan dikendorkan. Prosedur ini diulang terus hingga
beberapa kali dalam sehari.
4. Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap
disusui dengan sedikit penekana pada areola mamae dengan
jari hingga membentuk “dot” ketika memasukkan puting
susu kedalam mulut bayi.
5. Bila terlalu penuh, ASI dapat diperas terlebih dahulu dan
diberikan dengan sendok atau cangkir, atau teteskan
langsung ke mulut bayi. Bila perlu, lakukan ini hingga 1-2
minggu (Ari Sulistyawati, 2009; h.31).
Puting tenggelam atau tertarik kedalam terjadi karena
perubahan dalam struktur putting.Penyebab yang umum
dari terjadinnya puting tenggelam adalah penuaan,
perubahan pada saluran ekstasia atau yang lebih
mengerikankarena adanya kankerpayudara.Jika terdapat
puting susu tenggelam pada seorang ibu dalam proses
menyusui yang kesulitan dalam memberikan ASInya dapat
di keluarkan dengan cara berikut :
Keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tampung dalam
cangkir atau gelas yang bersih. Meskipun langkah ini
kelihatannya sederhana, namun tidak ada salahnya jika
bidan memberikan bimbingan teknik memerah ASI yang
tepat. Beberapa teknik memerah ASI:
63. 52
a. Memerah ASI dengan menggunakan tangan
Jika kita perhatikan cara memerah ASI dengan tangan,
tampaknya sulit dari yang dibayangkan. Dalam hal ini,
tangan harus lebih cepat dari mata sehingga banyak ibu
yang merasa bahwa memerah ASI dengan tangan
sangatlah sulit, meskipun ibu telah belajar dari bacaan atau
praktik langsung. Memang, ASI dapat diperah dengan
mudah tanpa teknik apa pun, namun satu hal yang sering
terlupakan adalah teknik yang tidak tepat akan merusak
jaringan lemak pada payudara, membuat payudara
menjadi lecet, bahkan kulit payudara dapat menjadi
memar atau kemerahan. Kunci sukses dari teknik ini
adalah kombinasi dari cara memerah ASI dan cara
memijat.
Jika teknik ini dilakukan dengan efektif dan tepat maka
seharusnya tidak akan terjadi lagi masalah dalam produksi
ASI atau cara mengeluarkan ASI. Teknik ini dapat dengan
mudah dipelajari sesuai instruksi. Tentu saja, semakin
sering ibu melatih memerah dengan teknik ini maka ibu
makin terbiasa dan tidak akan menemui kendala
(Ari Sulistyawati, 2009; h.38).
b .Memerah ASI dengan menggunakan pompa
Dalam hal ini, ada 2 macam pompa ASI:
64. 53
1. Pompa ASI manual
a) Tipe terompet
Tipe ini dapat disterilkan bagian bola
karetnya,tekanan negatif yang di hasilkan sukar di
kontrol dan tidak di anjurkan untuk memakai
pompa jenis ini
b) Tipe silinder atau piston
tipe ini semua bagian dapat di sterilkan dan
tekanan negatif yang di hasilkan dapat lebih di atur
2. pompa ASI listrik
Penunjuk pemakaian pompa ASI listrik:
a) cuci bersih kedua tangan
b) bersihkan payudara dengan kain yang lembab
c) duduk dengan nyaman dan santai
d) pijat payudara sebelum di pompa
e) keluarkan ASI yang menetes pertama dengan tangan
f) pegang corong pompa susu antara telunjuk dan jari
tengah, serta tekan dengan lembut, tetapi kuat di atas
puting
g) nyalakan pompa susu dan mulailah dengan tingkat
isapan yang paling minimum
h) coba dengan tingkat isapan yang berbeda-beda
(Ari sulistyawati, 2009; hal.45)
65. 54
cara mengeluarkan ASI menurut Anik Maryunani
(2009),penegeluaran ASI dapat di lakukan pada
situasi berikut ini :
1. Apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar,
maka sebelumnya ASI di keluarkan terlebih
dahulu,untuk menghindari bayi tersedak atau enggan
menyusui
2. Pada ibu bekerja yang akan meninggalkan ASI bagi
bayinya dirumah
3. ASI merembes karena payudara penuh
4. Pada bayi yang mempunyai masalah mengisap
(BBLR)
5. Untuk menghilangkan bendungan ASI saat ibu
sedang sakit dan tidak dapat langsung
menyusui.berikut adalah langkah – langkahnnya :
1. Tahapan persiapan memerah ASI
a. Cuci tangan kedua tangan ibu dengan benar dan
menggunakan sabun
b. Usahkan agar ibu rileks dan pilih tempat atau
ruangan untuk memilih tempat atau ruangan
untuk meemarh ASI yang tenang dan nyaman
c. Kompres payudara denga air hangat selama 2
menit kemudian kompres kembali dwengan air
66. 55
dingin selam 1 menit ( lakukan secara bergantian
sebanyak lima kali) ,gunakan handuk
kecil,waslap atau kain lembut lainya.
2. Tahapan menstimulasi reflex oksitosin sebelum ASI di
a. Pakaian bagian atas pasien di buka
b. Pasien duduk di kursi lalu tengkurap dimeja dengan
kedua tangan sebagai alas
c. Lakukan pemijatan pada samping kanan dan kiri
ruas-ruas tulang belakang kearaha atas dan bawah
dengan tangan selama ± 5-10 menit
3. Tahapan memerah ASI dengan tangan
a. Letakan ibu jari dan dua jari lainnya sekitar 1-1.5
cm dari areola
b. Dorong kea rah dada.Hindari meregangkan jari
bagi ibu yang payudaranya besar, angkat dan
dorong kearah dada.
c. Gulung menggunakan ibu jari dan jari lainnya
secara bersamaan.
d. Gerakan ibu jari dan jari lainnya hingga menekan
gudang ASI hingga kosong. Jika dilakukan
dengan rapat maka ibu tidak akan kesakitan pada
saat memerah,
67. 56
e. Putar ibu jari dan jari-jari lainnya ke titik gudang
ASI lainnya.Demikian juga saat memerah
payudara lainnya, gunakan kedua tangan
(Ari sulistyawati, 2009; h.39).
2.1.2.2 Teknik Menyusui Yang Baik Dan Benar
a) Sebelum menyusui, ASI di keluarkan sedikit kemudian di
oleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. cara ini
mempunyai manffat sebagai desinfektan dan menjaga
kelembaban puting susu.
b) Bayi di letakan menghadap perut ibu / payudara
c) Ibu duduk atau berbaring santai.
d) Bayi dapat di pegang dengan satu lengan,kepala bayi terletak
pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan.
kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi
terletak pada lengan. kepala bayi tidak boleh tertengadah dan
bokong bayi di tahan telapak tangan ibu.
e) bayi menempel pada ibu, kepala bayi menghadap payudara
( tidak hanya membelokan kepala bayi )
f) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
g) ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang
68. 57
h) Payudara di pegang dengan ibu jari di atas dan jari lain
menopang di bawah . jangan menekan puting susu dan
areolanya saja.
i) Bayi diberi rangasangan untuk membuka mulut (rooting refleks)
j) Setelah bayi membula mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan kepayudara ibu dengan puting serta areola di
masukan ke dalam mulut bayi
k) Usahakan sebagian besar areola dapat di masukan ke dalam
mulut bayi,sehingga puting susu berada di bawah langit – langit
dan lidah bayi akan menekan ASI keluar
l) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu di pegang
atau di sangga lagi.
2.1.2.3. Melepas isapan bayi
Setelah menyususi pada satu payudara sampai terasa kosong,
sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas
isapan bayi:
a) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut
mulut atau
b) Dagu bayi ditekan kebawah
c) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum
terkosongkan
69. 58
d) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
oleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering
dengan sendirinya.
2.1.2.4. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh jawa) setelah menyusu.
Adapun caranya yaitu:
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
b) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, lalu
usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa
(Anik maryani, 2009; h.76-78).
2.2 Teori Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengertian
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai
dari pengkajian, analisa data, diagnose kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Proses manajemen merupakan proses
pemecahan masalah yang memperkenalkan sebuah metode pemikiran
dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan
komprehensif dan aman dapat tercapai
(Eny retna ambarwati dan diah wulandari;2010; h.130).
70. 59
2.2.1.1 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney
I. Pengkajian (Pengumpulan data dasar)
Pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data
yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.
Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi pasien.
Semua data dikumpulkan dari semua sumber yang berhubungan
dengan kondisi pasien:
A. Data subjektif
1. Biodata
Yang mencakup identitas pasien :
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalampemberian
penanganan.
b. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya
resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental psikisnya belum
siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan
sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
71. 60
c. Agama
Untuk menetahui keyakinan pasien untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam doa.
d. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya.
e. Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari.
f. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut
g. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan masa nifas
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti :
72. 61
jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat
mempengaruhi pada masa nifas ini.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu
apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
4. Riwayat obstetric
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu Berapa kali ibu hamil, apakah pernah
abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu,
penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
b. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis
kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB,
penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami
kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada
masa nifas saat ini.
73. 62
5. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah
keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa.
6. Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan
emosi/psikologi selama masa nifas sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a.Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan
pantangan
(Eny retna ambarwati dan diah wulandari;2010,
hal: 131-136).
b.Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu
kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi,
jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang
air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. Buang
74. 63
air besar harus dilakukan 3-4 hari pascapersalinan
(Sitti Saleha, 2008, hal: 88).
c.Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,
berapa jam pasien tidur. Istirahat sangat penting bagi
ibu nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat
mempecepat penyembuhan (Eny retna ambarwati
dan diah wulandari;2010, hal: 136).
d.Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu
menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah
genetalia, karena pada masa nifas masih
mengeluarkan lochea (Eny retna ambarwati dan
diah wulandari; 2010, hal: 137).
e.Aktivitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-
hari.Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas
terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin
dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat
reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi,
seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan
atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan
75. 64
ambulasi (Eny retna ambarwati dan diah
wulandari; 2010, hal: 137).
B. Data obyektif
Untuk melengkapidata dalam menegakkan diagnos, bidan
harus melakukan pengkajian data objektif melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi yang bidan
lakukan secara berurutan.
Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan ini
akan bidan laporkan dengan kriteria: baik atau lemah
(Ari sulistyawati, 2009, hal : 122).
A. Vital sign
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang dialaminya.
a. Temperatur/suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama
masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi,
yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu
melahirkan, selain itu juga bisa disebabkan karena
istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal
76. 65
persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post
partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu
yang mencapai > 380
C adalah mengarah ketanda-tanda
infeksi.
b. Nadi dan pernafasan
1) Nadi berkisar antara 60-80x/m. denyut nadi diatas
100x/m pada masa nifas adalah mengindikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa
diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena
kehilangan darah yang berlebihan.
2) Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan
disebabkan karena adanya vitium kordis.
3) Beberapa ibu post partum kadang-kadang
mengalami bradikardi puerperal, yang denyut
nadinya mencapai serendah rendahnya 40 sampai
50x/m, beberapa alas an telah diberikan sebagai
penyebab yang mungkin, tetapi belum ada
penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah
suatu kelainan.
4) Pernafasan harus berada dalam rentang yang
normal, yaitu sekitar 20-30x/m.
77. 66
c. Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain
yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan
(Eny retna ambarwati dan diah wulandari;2010; h.137-
139).
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : Tujuan pengkajian kepala dilakukan untuk
mengetahui keadaan rambut, massa,
pembengkakan, nyeri tekan, dan kulit
kepala.
wajah : Pada daerah muka/wajah dilihat keadaan
normalnya kesimetrisan antara kanan dan
kiri dan tidak ada edema.
Mata : Tujuan pengkajian mata adalah untuk
mengetahui bentuk dan fungsi mata dilihat
kelopak mata (edema/tidak), konjungtiva
(pucat/tidak), sklera kuning/tidak dan
apakah dalam keadaan normal.
Hidung : Hidung dikaji untuk mengetahui bentuk
dan fungsi hidung apakah dalam keadaan
normal (simetris kanan dan kiri, tidak ada
78. 67
pembesaran polip). Dimulai dari bagian luar
hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinus.
Mulut : Pemeriksaan mulut dilakukan dengan
pencahayaan yang baik sehingga dapat
melihat semua bagian dalam mulut. Tujuan
dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
bentuk dan kelainan pada mulut yang dapat
diketahui inspeksi yaitu mengkaji bagian
bibir, gigi, gusi, dan lidah.
Telinga : Untuk mengetahui keadaan telinga luar,
saluran telinga, gendang telinga/membrane
timpani, dan pendengaran. Teknik yang
digunakan adalah inspeksi dan palapasi.
Leher : Tujuan pengkajian leher adalah untuk
mengetahui bentuk leher, pemeriksaan
palpasi ditujukan untuk melihat apakah ada
masa yang teraba pada kelenjar limfe dan
kelenjar tiroid
(Eviana s.Tambunan dan deswani kasim,
2011, h:67,66-67,79,81,73,83).
Dada : Menjelaskan pemeriksaan fisik, buah dada
dan keadaan putting.
a. Simetris/tidak
79. 68
b. Konsistensi, ada pembengkakan/tidak
c. Putting menonjol/tidak,lecet/tidak
d. Pengeluaran ada/tidak
(Eny retna ambarwati dan diah wulandari;
2010, hal :139).
Abdomen :
Uterus :normal
Kokoh,berkontraksi baik
Tidak berada di atas ketinggian fundal saat
masa nifas segera
(Eny retna Ambarwati dan diah wulandari,
2010; h.139)
Genetalia : Mengkaji kebersihan, pengeluaran, massa,
bau
(a) Lochea
Normal ( Merah hitam (lochea rubra),
berbau biasa, tidak ada bekuan darah
atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk
kecil, jumlah perdarahan yang ringan
atau sedikit (hanya perlu mengganti
pembalut setiap 3-5 jam)
80. 69
Abnormal ( Merah terang, berbau busuk,
mengeluarkan darah beku, dan
perdarahan berat)
(b) Keadaan perineum : oedema, hematoma,
bekas luka episiotomy/robekan, hecting.
(c) Keadaan anus : hemoroid
(Eny retna ambarwati dan diah
wulandari; 2010, h: 140-141).
Langkah II: interpretasi data
Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan
intepretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan
menjadi diagnose kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan
karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnose tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan
dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan
dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan
(Eny retna ambarwati dan diah wulandari;2010; h.141).
(1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosis dapat di tegakkan berkaitan dengan
para,abortus,anak hidup,umur ibu,dan keadaan nifas
81. 70
a. Data subyektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah
pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang
umur, keterangan ibu tentang keluhannya.
b. Data obyektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi,
hasil pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam,
hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
(Eny retna ambarwati dan diah wulandari;
2010;hal.142).
(2) Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
(Eny retna ambarwati dan diah wulandari;,2010 h.141).
(3) Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya
(Sulistyawati, 2009; hal.180).
Langkah III: Diagnosa potensial
Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial yang mungkin
akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau
diagnose potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose,
hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan. Bila
memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila
82. 71
hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman
penting sekali dalam hal ini
(Eny retna ambarwati dan diah wulandari; 2010; h.14).
Langkah IV: Antisipasi masalah/tindakan segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan atau dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
dengan kondisi pasien
(Eny retna ambarwati dan diah wulandari;.2010;h.143)
Langkah V : Perencanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah
yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman
antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang terjadi berikutnya
(Eny retna ambarwati dan diah wulandari;2010, hal:143).
Langkah VI: Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan
pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan
rencana asuhan secara efisien dan aman
(Eny retna ambarwati dan diah wulandari; 2010, hal: 145).
83. 72
Langkah VII: evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari
asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen
dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah
dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali
yang belum terlaksana (Eny retna ambarwati dan diah
wulandari; 2010, hal:147).
2.3. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Peyelenggaraan Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
2.3.1 Kewenangan normal:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan kelurga berencana
2.3.2 Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
2.3.3 Kewenangan bidan yang menjalankan praktik didaerah yang tidak
memiliki dokter.
2.3.4 Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan. 2.3.5 Kewenangan ini meliputi:
2.3.5.1 Pelayanan kesehatan ibu
a. Ruang lingkup
84. 73
1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
3) Pelayanan persalinan normal
4) Pelayanan ibu nifas normal
5) Pelayanan ibu menyusui
6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
b. Kewenangan:
1) Episiotomi
2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
c. Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air
susu ibu (ASI) eksklusif
d. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post
partum
1) Penyuluhan dan konseling
2) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
3) Pemberian surat keterangan kematian
4) Pemberian surat keterangan cuti bersama
85. 74
2.3.5.2 Pelayanan kesehatan anak
a. Ruang lingkup:
1) Pelayanan bayi baru lahir
2) Pelayanan bayi
3) Pelayanan anak balita
4) Pelayanan anak pra sekolah
b. Kewenangan:
1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini
(IMD), injeksi vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada
masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat
2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk
3) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak
pra sekolah
6) Pemberian konseling dan penyuluhan
7) Pemberian surat keterangan kelahiran
8) Pemberian surat keterangan kematian
(http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/71)
86. 75
Berdasarkan standar profesi kebidanan terdapat standar pelayanan nifas yaitu
standar 15: Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah
pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu keenam setelah persalinan untuk
membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang
benar, penemuan dini, penanganan atau perujukan komplikasi yang mungkin
terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara
umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir,
pemberian ASI, imunisasi, dan KB (Suryani Soepardan, 2007, hal:121).
87. 76
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.N UMUR 20
TAHUN P1A0 3 HARI POST PARTUM DENGAN PUTTING
SUSU TERBENAM DI BPS HANIFAH HANIM
LAMPUNG SELATAN TAHUN 2015
Anamnesa Oleh : Eva seno safitri
Tanggal : 28 April 2015
Pukul : 11.30 wib
I. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. N Tn. A
Umur : 20 tahun 27 tahun
Agama : Islam Islam
Suku : Jawa Lampung
Pendidikan : SMP SMK
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat : Jln. Serbajadi Desa Pemanggilan,
Lampung Selatan
88. 77
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan puting susu terbenam sehingga tidak dapat menyusui
bayinya dengan baik.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
b. Riwayat kesehatan dahulu
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
c. Riwayat kesehatan keluarga
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
89. 78
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
4. Riwayat Perkawinan
Status pernikahan : Syah, menikah
Usia nikah pertama : 19 tahun
Lamanya pernikahan : 1 tahun
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 5 – 6 hari
Sifat : encer disertai gumpalan
Dismenorhea : Tidak
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
N
o
Tanggal
persalinan
Tempat
persalinan
Umur
Kehamilan
Jenis
persal
inan
Penolong Penyulit Keadaan Ket
Nifas Anak
1. 25-04-
2015
BPS
Hanifah
39 minggu
5 hari
Norm
al
Bidan Tidak
ada
Baik Baik -
90. 79
c. Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : Spontan
Tanggal : 25 – 4 – 2015
Jam : 04.00 wib
Jenis Kelamin : laki-laki
Panjang Badan : 50 cm
Berat Badan : 3500 gram
Keadaan Bayi : Sehat
d. Riwayat KB : Belum pernah ber KB
e. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Pola Nutrisi
Selama hamil : Makan 3 kali sehari dan minum 5-6 gelas/hari
Selama nifas : Makan 3 kali sehari dengan menu nasi, ayam
goreng, tahu, tempe, sayur-sayuran dan setiap
harinya ibu makan dengan menu yang berbeda
dan tidak ada pantangan dalam makanan dan
minum 8-9 gelas/hari
Pola Eliminasi
Selama hamil : Ibu BAB 2 x sehari, BAK 6-7 x sehari
Selama nifas : Ibu BAB 1x sehari, BAK 2-3 x sehari
Pola Istirahat
Selama hamil : Ibu tidur siang 1-2jam, malam 6-7 jam
Selama nifas : Ibu tidur siang 1 jam, malam7 jam
91. 80
Personal Hygiene
Selama hamil : Ibu ganti celana dalam 2 -4x sehari
Selama nifas : Frekuensi Ibu ganti celana dalam 3-5 x sehari
Mandi 2x sehari, keramas 1x sehari
Pola Sexual
Selama hamil : Tidak dikaji
Selama nifas : Ibu mengatakan belum pernah melakukan
f. Psikososial
Tanggapan ibu terhadap dirinya :
Ibu senang akan kelahiran bayinya
Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya : Cukup
Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi :
Keluarga senang akan kelahiran bayinya
Pengambil keputusan : Suami
Lingkungan yang berpengaruh : Keluarga
DATA OBJEKTIF
Tgl. 28 – 4 – 2015, Pukul 11.30 wib
1. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosional : Stabil
Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
92. 81
Pernapasan : 80 x
/menit
Nadi : 20 x
/menit
Suhu : 36,5 o
C
2. Pemeriksaan fisik
Kepala
a. Wajah
Pucat : Tidak
Oedema : Tidak ada
b. Mata
Simetris : Ya, antara kiri dan kanan
Konjungtiva : Merah Muda
Kelopak mata : Tidak oedema
Sklera : Putih
c. Hidung
Simetris : Ya, antara kiri dan kanan
Polip : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
d. Mulut
Bibir : Tidak pecah-pecah
Lidah : Bersih
Gusi : Tidak ada perdarahan
Gigi : Tidak caries
e. Telinga
93. 82
Simetris : Ya, antara kiri dan kanan
Gangguan pendengaran : Tidak ada
f. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada pembesaran
g. Ketiak, Pembesaran kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
h. Dada
Retraksi : Tidak ada
Bunyi mengi dan ronchi : Tidak ada
Payudara
Simetris : kanan dan kiri
Pembesaran : tidak ada
Putting susu : Terbenam kanan dan kiri
Benjolan : Tidak Ada, terdapat nyeri
tekan
Pengeluaran : Ada, kolostrum
i. Punggung dan pinggang
Simetris : Ya, antara kiri dan kanan
Nyeri ketuk : Tidak ada
j. Abdomen
Benjolan : Tidak ada
Konsistensi : Keras
Kandung kemih : Kosong
94. 83
Uterus
TFU : 3 jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
k. Anogenital
Labia mayora / minora : Ada, normal, tidak oedema
Kelenjar Bartholini : Normal
Pengeluaran vagina
Jenis Lochea : Lochea Rubra
Warna : merah segar dan kehitaman
Bau : Khas, anyir
Perineum : Ada luka jahitan
Anus : Tidak ada hemoroid
l. Ekstremitas bawah
Oedema : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varices : Tidak ada
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
HB : Tidak dilakukan
Golongan darah : Tidak dilakukan
b. Urine
Protein : Tidak dilakukan
95. 84
Glukosa : Tidak dilakukan
4. Data Penunjang
Riwayat persalinan sekarang
a. Ibu
Tempat melahirkan : BPS HANIFAH HANIM,S.ST
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Lama persalinan :
Catatan waktu
Kala I : 10 jam 0 menit
Kala II : 30 menit
Kala III : 10 menit
Kala IV : 2 jam 0 menit
Ketuban pecah pukul : 03.00 WIB
Placenta
Lahir secara : Spontan
Perineum : Terdapat luka jahitan
b. Bayi
Lahir tanggal/pukul : 25-4-2015 /04.00 wib
Jenis Kelamin : laki-laki
Cacat bawaan : tidak ada
Masa gestasi : Aterm
96. 84
TABEL 3.1
MATRIKS
TGL/
JAM
PENGKAJIAN
INTERPRETASI
DATA ( DIAGNOSA,
MASALAH,
KEBUTUHAN )
DX
POTENSIAL/
MASALAH
POTENSIAL
ANTISIPASI
TINDAKAN
SEGERA
INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
selasa,
28 april
2015
jam:13.
30
Ds:
- Ibu mengatakan puting
susu terbenam
sehingga tidak dapat
menyusui bayinya
dengan baik
- ibu mengatakan ini
persalinan pertama dan
tidak pernah keguguran
Do:
- TD : 110/80mmHg
- N : 80 kali/menit
- RR : 20 kali/menit
- T : 36,5ºC
- Payudara :
Simetris : kanan dan kiri
Putting susu: Terbenam
Hiperpigmentasi areola
mamae : Ada
Benjolan: Tidak ada
Konsistensi: Lunak
Pengeluaran: ada
Dx :
Ny.N umur 20 tahun
P1A0 3 hari postpartum
dengan puting susu
tenggelam
Dasar :
- ibu mengatakan ini
persalinan pertama
dan tidak pernah
keguguran
- ibu mengatakan telah
melahirkan anak
pertamanya pada
tanggal 25 april 2015
- Ibu mengatakan
puting susu terbenam
sehingga tidak dapat
menyusui bayinya
dengan baik
Masalah :
- kesulitan pada saat
menyusui karena
puting susu
Bendungan ASI perasat houffman dan
Tehnik pengeluaran
ASI
1.Beritahu keadaan
ibu saat ini
2. Jelaskan tentang
keluhan yang di
alami ibu
3.Ajarkan ibu
melakukan Perasat
1. Memberitahu keadaan ibu
saat in bahwa dalam
keadaan baik
Ttv :TD :110/80mmHg
N :80x/menit
T :36,5˚C
RR :20x/menit
Payudara: terbenam
2.Menjelaskan tentang
keluhan yang di alami ibu
yaitu Puting susu
tenggelam adalah puting
susu yang tidak dapat
menonjol dan cenderung
masuk kedalam, sehingga
ASI tidak dapat keluar
dengan lancar. penyebab
umum dari terjadinya
puting susu tenggelam
adalah penuaan,
perubahan pada saluran
ektesia atau yang lebih
mengerikan karena adanya
kanker payudara
3.mengajarkan ibu melakukan
perasat hoffman dengan
1. Ibu mengerti
tentang
keadaanya
saat ini
2.Ibu sudah
mengerti tentang
puting susu
tenggelam
3. Ibu mengerti
cara
97. 85
- Abdomen
TFU 3 jari dibawah
pusat
Kontraksi : baik
Lokhea : rubra
perinium : terdapat
luka jahitan
tenggelam
Kebutuhan :
Penanganan puting susu
tenggelam
hoffman
4.Ajarkan ibu tentang
perawatan payudara
5.Ajarkan ibu teknik
menyusui yang
benar
cara menarik – narik puitng
dengan sedikit penekanan
paad aerola mamae dengan
jari hingga terbektuk “ dot “
ketika memasukan puting ke
mulut bayi. atau yang paling
sederhana dengan
menggunakan spuit injeksi
10 ml. bagian ujung dekat
jarum di pototng dan
kemudian pendorong di
masukan dari arah potongan
tersebut.
4 Mengajarkan ibu tentang
perawatan payudara yaitu:
a. Cuci tangan
b. Usahakan ibu rileks
dan pilih ruangan
yang tenang dan
nyaman
c. Kompres payudara
dengan air hangat
selama 2 menit
kemudian kompres
kembali dengan air
dingin selama 1
menit lakukan secara
bargantian sebanyak
lima kali.
5. Mengajarkan ibu cara
teknik menyusui yang
benar
a. Duduk dengan posisi
santai dan tegak
b. Sebelum menyusui,
ASI dikeluarkan
sedikit kemudian
melakukan
perasat
houffmen dan
menggunakan
spuit Injeksi
4. ibu sudah
mengerti tentang
perawatan
payudara yang
telah di ajarkan
5.Teknik
menyusui sudah
di lakukan oleh
ibu dan ibu
sedikit mengerti
tentang teknik
menyusui yang
benar dan bayi
98. 86
dioleskan pada putting
susu dan areola
sekitarnya
c. Bayi dipegang dengan
satu lengan, kepala
bayi diletakkan pada
lengkung siku ibu dan
bokong bayi
diletakkan pada
lengan. Kepala bayi
tidak boleh
tertengadah atau
bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan
ibu
d. Satu tangan bayi
diletakkan dibelakang
badan ibu dan yang
satu didepan
e. Perut bayi menempel
badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara
f. Telinga dan lengan
bayi terletak pada satu
garis lurus
g. Ibu menatap bayi
dengan kasih sayang
h. Tangan kanan
menyangga payudara
kiri dan keempat jari
dan ibu jari menekan
payudara bagian atas
areola
i. Bayi diberi rangsangan
untuk membuka mulut
(rooting reflek) dengan
cara menyentuh pipi
dengan putting susu
atau menyentuh sisi
mulut bayi
mau menyusu
99. 87
j. Setelah bayi membuka
mulut, dengan cepat
kepala bayi didekatkan
ke payudara ibu
dengan putting serta
areola dimasukkan ke
mulut bayi. Usahakan
sebagian besar areola
dapat masuk ke dalam
mulut bayi. Tangan
kanan dilepaskan.
k. Setelah menyusui pada
satu payudara sampai
terasa kosong,
sebaiknya diganti
menyusui pada
payudara yang lain
l. Melepaskan isapan
bayi dengan cara Jari
kelingking ibu
dimasukkan kemulut
bayi melalui sudut
mulut dan dagu bayi
ditekan kebawah
m. Setelah selesai
menyusui, ASI
dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan
pada putting susu dan
areola sekitarnya.
Biarkan kering dengan
sendirinya
Menyendawakan bayi
dengan cara :
a. Bayi di gendong
tegak dengan
bersandar pada bahu
ibu kemudian
punggungnya di tepuk
perlahan –lahan
100. 88
6. Ajarkan pada ibu
cara pijat oksitosin
7. Ajarkan ibu cara
pengeluaran ASI
b. Menelungkupkan
bayi di atas pangkuan
ibu, lalu usap – usap
punggung bayi sampai
bayi sendawa.
6. mengajarkan pada ibu cara
pijat oksitosin yang di
bantu oleh keluarga
dengan cara :
ibu menyussui
duduk,bersandar
kedepan,melipat lengan di
atas meja di depanya dan
letakan kepalanya di ata
lenganya, payudara
tergantung lepas,tanpa
pakaian, handuk di
bentangkan diatas
pangkuan. meminta tolong
orang lain untuk
menggosok kedua sisi
tulang belakang dan kedua
tangan serta ibu jari
menghadap ke arah atas
atau depan membentuk
gerakan lingkaran kecil.
perawat kemudian
menggosok kearah bawah
kedua sisi tulang belaang
kanan,kiri bersamaan,dari
leher kearah tulang belikat
segaris dengan payudara.
dilakukan selama 2-3
menit.
7. Mengajarkan ibu cara
pengeluaran ASI dengan cara :
a.Letakan ibu jari dan dua
6. Ibu sudah
mengerti cara pijat
oksitosin
7. Ibu mengatakan
Sudah mengerti
cara melakukan
101. 89
8.beritahu ibu
tentang tanda bahaya
pada masa nifas
jari lainnya sekitar 1-1,5
cm dari areola
b. Dorong kearah dada,
hindari meregangkan jari
bagi ibu yang
payudaranya besar,
angkat dan dorong
kearah dada
c.Gulung dengan
menggunakan ibu jari
dan jari lainnya secara
bersamaan
d. Gerakkan ibu jari dan
jari lainnya hingga
menekan gudang ASI
hingga kosong. Jika
dilakukan dengan rapat
maka ibu tidak akan
kesakitan pada saat
memerah
e.Putar ibu jari dan jari-
jari lainnya ke titik
gudang ASI lainnya.
Demikian juga saat
memerah payudara
lainnya, gunakan kedua
tangan
8. memberitahu pada ibu
tentang tanda bahaya masa
nifas yaitu: demam tinggi,
perdarahan vagina,nyeri
perut hebat, sakit kepala
parah, pembengkakan pada
wajah,jari dan tangan, betis
terasa sakit dan bengkak,
puting payudara berdarah,
tubuh lemas, kehilangan
nafsu makan, tidak BAB
pengeluaran ASI
8. Ibu sudah
mengerti tentang
tanda bahaya masa
nifas
102. 90
9.Beritahu ibu
tentang pola
nutrisi
10.Beritahu ibu
tentang pola istirahat
yang baik pada ibu
selama 3 hari dan sakit pada
saat buang air kecil, dan
merasa sangat sedih
9. Memberitahu ibu tentang
pola nutrisi Makan 3 kali
sehari dengan menu
nasi, ayam goreng, tahu,
tempe, sayur-sayuran
dan setiap harinya ibu
makan dengan menu
yang berbeda dan tidak
ada pantangan dalam
makanan. dan minum 8-
9 gelas/hari
10. Memberitahu ibu tentang
pola istirahat yang baik pada
ibu yaitu pada malam hari 6-7
jam dan siang hari 1-2 jam
9. ibu sudah
mengerti tentang
nutrisi yang baik
10. ibu sudah
mengerti tentang
pola istirahat yang
baik
103. 91
TGL/
JAM
PENGKAJIAN
INTERPRETASI DATA
DIAGNOSA, MASALAH,
KEBUTUHAN )
DX
POTENSIAL/
MASALAH
POTENSIAL
ANTISIPASI
TINDAKAN
SEGERA
INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
jumat,01
mei 2015/
11.30 wib
Ds:
- Ibu mengatakan
puting susu
terbenam sehingga
tidak dapat
menyusui bayinya
dengan baik
- Ibu mengatan ini
persalinan pertama
dan tidak pernah
keguguran
Do:
- TD :
110/80mmHg
- N : 80
kali/menit
- RR : 20
kali/menit
- T : 36ºC
- Payudara :
Simetris : kanan dan
kiri
Putting susu:
Tenggelam
Hiperpigmentasi
DX :
Ny.N umur 20 tahun
P1A0 6 hari postpartum
dengan puting susu tenggelam
Dasar :
- ibu mengatakan ini
persalinan pertama
dan tidak pernah
keguguran
- ibu mengatakan telah
melahirkan anak
pertamanya pada
tanggal 25 april 2015
- Ibu mengatakan
puting susunya tidak
menonjol
Masalah :
- kesulitan pada saat
menyusui karena puting
susu tenggelam
Kebutuhan :
- Penanganan puting susu
terbenam
Bendungan ASI Perasat houffman
dan tehnik
pengeluaran ASI
1. Beritahu
keadaan ibu saat
ini
2. Kaji ulang
tentang perasat
houffmen
3. Kaji ulang ibu
cara melakukan
perawatan payudara
4.Kaji ulang tentang
teknik menyusui
yang benar
5. Kaji keluarga
cara melakukan
pijat oksitosin
6.Kaji ulang ibu
1. Memberitahu keadaan
ibu saat ini dalam
keadaan baik namun
puting susu ibu masih
tenggelam
2. Mengkaji ulang tentang
perasat houffman
3. Mengkaji ulang ibu cara
melakukan perawatan
payudara
4. Mengkaji ulang tentang
teknik menyusui yang benar
5. Mengkaji ulang
keluarga tentang cara
melakukan pijat
oksitosin
6. Mengkaji ulang ibu
1. Ibu mengerti
tentang keadaanya
dalam keadaan baik
2. ibu sudah bisa
melakukan gerakan
hoffman dan puting
susu terlihat mulai
menonjol
3. ibu sudah mampu
melakukan
perawatan payudara
dengan benar
4. ibu melakukan
kembali teknik
menyusui yang
benar karena ibu
belum terlalu
mengerti, dan masih
ragu dalam
melakukannya
5. keluarga ibu sudah
bisa melakukan
pijat oksitosin
6.ibu sudah mampu
104. 92
areola mamae :
Ada
Benjolan: Tidak ada
Konsistensi: Lunak
- Abdomen
TFU pertengahan
pusat simpisis
Kontraksi : baik
Anogenital
Lokhea :
sanguinolenta
Luka perinium :
terdapat luka
jahitan
cara pengeluaran
ASI
7. Kaji ulang ibu
tentang menjaga
nutrisi ibu
8. Kaji ulang ibu
tentang pola
Istirahat
9. Kaji ulang ibu
tentang menjaga
personal hygienya
cara melakukan
pengeluaran ASI
7. Mengkaji ulang ibu
tentang menjaga nutrisi
ibu
8. Mengkaji ulang ibu
tentang menjaga pola
istirahat
9. Mengkaji ulang ibu
untuk menjaga personal
hygine dengan benar
cara mengeluarkan
ASI yang telah
diajarkan kepadanya.
7. ibu sudah mengerti
dan bersedia
menjaga
kebutuhan nurisi
dengan baik dan
sesuai,ibu makan
makanan yang
mengandung
sayur hijau dan
makan lauk seperi
tempe.tahu,ikan,a
yam dan daging
dan minum 8-9
gelas/hari
8. Ibu mengerti dan
bersedia menjaga pola
istirahatnya dengan
benar, istirahat siang 1
jam ,malam 7 jam
9. Ibu mengerti dan
bersedia menjaga
personal hygienya.
seperti mandi
2x/hari,sikat gigi
2x/hari,ganti celana
dalam 2-3x/hari,ganti
pembalut jika sudah
terasa penuh