Tiroidektomi adalah tindakan bedah untuk mengangkat seluruh atau sebagian kelenjar tiroid. Tiroidektomi dapat dilakukan untuk mengobati tirotoksikosis, tumor tiroid, atau tonjolan yang mengganggu. Teknik operasinya meliputi identifikasi struktur anatomi leher, ligasi pembuluh darah, dan pelepasan tiroid dari dasarnya dengan menjaga integritas kelenjar paratiroid dan saraf laringeus rekuren. Komplikasi pot
2. Pendahuluan
Kata tiroid berasal bahasa yunani thyreos perisai.
23.500 kasus kanker tiroid tiap tahun di Amerika
Serikat
3. DEFINISI
Tiroidektomi : tindakan bedah untuk mengangkat kelenjar
tiroid baik sebagian ataupun seluruhnya.
Tahun 1872 berhasil
menurunkan angka
kematian operasi tiroid dari
>75% menjadi < 13% dan
menjadi < 0.5% ditahun
1912 dengan manajemen
antiseptik dan tehnik
operasi baru (minimal
blood loss)
5. Terletak di anterior kartilago tiroidea di bawah
laring
Topografi mulai dari Vc 5 sampai Vt 1
Dua lobus : dekstra dan sinistra, yang
dihubungkan oleh isthmus. 33% memiliki lobus
piramidalis (ekstensi kelenjar yang meluas
hingga ke permukaan krikoid)
Beratnya ± 20-25 gram, uk tiap lobus ±
3x2x1.5 cm
Digantung oleh ligamentum berry ke os krikoid.
Dibungkus oleh 2 kapsul : true capsule dan false
capsule
7. Suplai arterial :
A. tiroidea superior cabang dari
A.carotis eksterna
A. tiroidea inferior cabang dari
trunkus tiroservikal A. subklavia
A. tiroidea ima (3-10%) cabang dari
arkus aorta atau A. brakiosefalika
Aa. tiroidea asesorius berasal dari
arteri disekitar trakea dan esofagus
8. • N. Laringeus rekuren adalah cabang dari
N.vagus yang berjalan mengitari
ligamentum arteriosum arkus aorta disisi
kiri dan mengitari A.subklavia disisi kanan.
• Titik anatomis : saraf ini berjalan di sulkus
trakeoesofagus berdekatan dengan
permukaan posteromedial kelenjar tiroid.
• N. Laringeus rekuren mensyarafi seluruh
otot (abduktor, adduktor) laring, kecuali
krikotiroid, dan juga sebagai serabut
sensorik dari laring dibawah plika vokalis.
12. • Terdiri dari 2 pasang kelenjar yang
berada dibagian posterior tiroid.
• Terletak pada daerah false
• Setiap kelenjar berbentuk lentiform
dengan uk.± 6 × 4 ×2 mm dan berat ±
50 mg
• Berwarana merah kecoklatan
• Suplai darah berasal dari A. tiroidea
inferior (80%) dan anastomosisnya.
15. INDIKASI TIROIDEKTOMI
Penderita tirotoksikosis yang tidak responsif
dengan terapi medikamentosa
Tumor jinak dan ganas tiroid
Gejala penekanan akibat tonjolan tumor
Tonjolan tiroid yang mengganggu penampilan
seseorang
Tonjolan tiroid yang menimbulkan kecemasan
seseorang
17. PERSIAPAN PREOPERATIF
Pemeriksaan laboratorium darah, Lab: T3, T4, TSH,
EKG.
Foto polos toraks, foto polos leher (kalau perlu)
FNAB, USG tiroid, USG abdomen
Koordinasi dengan tim PA (VC dan histopatologi),
tim bedah TKV (untuk kasus retrosternal)
Persiapan bila pasien dalam keadaan hipertiroid
(lugolisasi, obat anti tiroid)
Informed consent dan informed to consent
Tidak diperlukan pemberian antibiotika profilaksis
19. JENIS OPERASI TIROIDEKTOMI
Isthmektomi Mengambil bagian isthmus tiroid
Lobektomi subtotal Mengambil salah satu lobus lateral tiroid dan
isthmus dengan menyisakan sedikit jaringan lobus tersebut (5 gram)
Lobektomi total/hemitiroidektomi Mengambil salah satu lobus
lateral dan isthmus
Tiroidektomi near total Mengambil seluruh bagian tiroid dan
menyisakan sedikit jaringan (pada sisi kontralateral)
Tiroidektomi total Mengambil seluruh bagian tiroid
Completion tiroidektomi total Mengambil seluruh sisa jaringan
tiroid yang pernah dilakukan pembedahan sebelumnya.
20. Macam operasi struma
1. Subtotal lobektomi (a)
2. Total lobektomi / hemitiroidektomi (a+b)
3. Subtotal tiroidektomi (a+c)
4. Near total tiroidektomi (a+b+c)
5. Total tiroidektomi (a+b+c+d)
a
b
c
d
21. TEHNIK OPERASI
POSISI PASIEN
Posisi kepala penderita
hiperekstensi dengan bantal di
bawah pundak penderita.
Pasien berada dalam posisi
head up 15º mengurangi
kongesti vena leher dan
mengurangi oozing
22. TEHNIK OPERASI
DESINFEKSI
Desinfeksi dengan alkohol 70%, kemudian dipersempit
dengan linen steril.
Desinfeksi dilakukan pada daerah wajah, leher, hingga dada
sebatas puting susu.
23. TEHNIK OPERASI
INSISI
Insisi collar dua jari di
atas jugulum, diperdalam
memotong m. platisma
sampai foscia kolli
superfisialis
Insisi dengan skalpel no.15
Plane diseksi : fasia kolli superfisialis
24. TEHNIK OPERASI
MEMBUAT FLAP
Dibuat flap keatas sampai kartilago tiroid dan kebawah sampai
jugulum, kedua flap di teugel keatas dan kebawah pada linen.
25. TEHNIK OPERASI
MEMBUKA M.PRETRACHEALIS (STRAP
MUSCLE)
Fascia kolli superfisial hingga
profunda dibuka pada garis
tengah (midline/median
raphe) dari kartilago hioid
sampai jugulum secara
vertikal.
Strap muscles diretraksi
(sternohyoid dan omohyoid
dibagian luar; sternothyroid
dibagian luar).
Proxim
al
26. TEHNIK OPERASI
IDENTIFIKASI TIROID Kapsul tiroid dibebaskan
dari strap muscle.
Tiroid memiliki 2 kapsul :
•True capsule : yang langsung
bersinggungan dengan kelenjar
•False capsule : yang merupakan
lanjutan dari fascia pretrachealis Plane diseksi avaskular : antara
true capsule dan false capsule
27. TEHNIK OPERASI
LIGASI PEMBULUH DARAH
Tonjolan tiroid diluksir keluar dan
dievaluasi mengenai ukuran,
konsistensi, nodularitas dan
adanya lobus piramidalis.
Ligasi dan pemotongan v. tiroidea
media, dan a. tiroidea inferior
sedikit proksimal dari tempat
masuk ke tiroid, hati‑hati jangan
mengganggu vaskularisasi dari
kel. paratiroid.
28. TEHNIK OPERASI
LIGASI PEMBULUH DARAH
Kutub atas kel. tiroid
dibebaskan dari kartilago
tiroid mulai dari posterior
dengan identifikasi cabang
eksterna n. laringikus
superior dengan
memisahkannya dari a. & v.
tiroidea superior. Kedua
pembuluh darah tersebut
diligasi dan dipotong.
29. TEHNIK OPERASI
IDENTIFIKASI N.REKUREN
Identifikasi N. rekuren
pada sulkus
trakeoesofagikus. Syaraf
ini diikuti sampai
menghilang pada daerah
krikotiroid.
Identifikasi kel. paratiroid
pada permukaan
posterior kel. tiroid
berdekatan dengan
tempat a. tiroidea inferior
masuk ke tiroid.
30. TEHNIK OPERASI
BEBASKAN JARINGAN TIROID DARI DASAR
Kemudian lobus
tiroid dapat
dibebaskan dari
dasarnya dengan
meninggalkan intak
kelenjar paratiroid
beserta
vaskularisasinya dan
n. rekuren.
31. TEHNIK OPERASI
PASANG DRAIN
Prosedur yang sama
dilakukan juga pada
satu lobus tiroid
kontralateral.
Perdarahan yang
masih ada dirawat,
kemudian luka
pembedahan ditutup
lapis demi lapis
dengan
meninggalkan drain
Redon.
32. POST OPERATIF
Pascabedah penderita dirawat di ruangan selama 1‑2 hari,
diobservasi kemungkinan terjadinya komplikasi dini yang
membahayakan jiwa penderita seperti perdarahan dan
obstruksi jalan nafas.
Drain Redon dilepas setelah 24 jam dan produksi < 10
cc/24 jam, dan jahitan luka pembedahan diangkat pada
hari ke 7.
33. KOMPLIKASI OPERASI
TIROID
Perdarahan – Hematoma
Edema laring : Bila terjadi Trakeostomi
Trakeomalasia : Bila terjadi Trakeostomi
Cedera N. laringeus rekuren dan N. laringeus eksterna
superior
Hipoparatiroidisme
Hipotiroidisme
Seroma
Infeksi luka operasi
Keloid dan scar hipertrofik
Granuloma akibat benang jahit
36. LESI N.LARINGEUS
REKUREN
Dapat bersifat transien atau permanen
Pada lesi transien, perbaikan akan terjadi
dalam waktu antara 3 minggu sampai 3 bulan
Preoperatif perlu KIE pasien mengenai
kemungkinan terjadi lesi
Bila lesi/putusnya saraf teridentifikasi durante
operasi, saraf harus dijahit kembali dengan
jahitan menggunakan benang polipropilen 9.0
(primary neuroraphy)
37. LESI N.LARINGEUS
REKURENTipe Lesi
Palsi NLR bilateral Sangat berbahaya
Kombinasi palsi NLR dan
NLS
Berbahaya
Palsi NLR unilateral Tidak berbahaya
Kombinasi palsi unilateral Tidak berbahaya
• Palsi NLR unilateral menyebabkan posisi plika vokalis permanen dibagian
median atau paramedian karena semua otot laring pada sisi lesi mengalami
paralisis. Untuk mengeluarkan suara, plika vokalis kontralateral
mengkompensasi gerakan saat keadaan bersuara. Keadaan ini menyebabkan
perubahan suara menjadi parau Bila keadaan ini terjadi pasien diberikan
kortikosteroid dan dibutuhkan terapi wicara. Aspirasi dan obstruksi jalan
nafas tidak pernah terjadi dalam keadaan ini.
• Kombinasi palsi NLR dan NLS menyebabkan seluruh otot laring pada satu sisi
mengalami paralisis. Plika vokalis akan berada pada titik yang disebut
sebagai posisi kadaverik plika vokalis (3.5 mm dari midline). Keadaan ini
menyebabkan suara parau, glottis menjadi inefektif aspirasi, refleks
batuk yang inadekuat, dan kongesti saluran nafas Bila keadaan ini terjadi
diterapi dengan terapi wicara dan injeksi teflon, pemasangan implan otot
38. LESI N.LARINGEUS
REKUREN
Palsi NLR bilateral menyebabkan otot laring mengalami paralisis
kecuali otot krikotiroid pada kedua sisi, sehingga kedua plika
vokalis berada pada posisi median atau paramedian. Keadaan
ini menyebabkan perubahan suara, sesak yang berat, obstruksi
jalan nafas, hingga keadaan henti nafas Terapi : trakeostomi
emergency, lateralisasi plika dengan aritenoidektomi, koredektomi
plika, implantasi sternohyoid, maupun tiroplasti.
Kombinasi palsi NLR dan NLS menyebabkan paralisis total otot
intrinsik laring dan anestesia pada laring, afonia (suara hilang),
inkompetensi glottis yang menyebabkan aspirasi, refleks batuk
menghilang, retensi sputum yang menyebabkan distress nafas.
Terapi : trakeostomi emergency, menjahit epiglottis ke otot
aritenoid, plikasi plika vokalis, bahkan laringektomi.
39. HIPOPARATIROIDISME
Akibat cedera kelenjar paratiroid, terangkatnya kelenjar paratiroid, maupun cedera
vaskularisasi kelenjar paratiroid durante operasi.
Fungsi hormon paratiroid : meningkatkan kadar
kalsium serum melalui
•Resorpsi tulang
•Meningkatkan absorbsi kalsium ginjal
•Stimulasi sintesis bentuk aktif vitamin D (1, 25-
dihydroxy vitamin D) meningkatkan absorbsi
kalsium di intestin
•Meningkatkan ekskresii fosfat di ginjal
Hipoparatiroidisme dapat bersifat transien atau permanen
40. HIPOPARATIROIDISME
Iskemia reversibel terhadap kelenjar
paratiroid, hipotermia kelenjar, dan
pelepasan endotelin – 1 (mediator radang
fase akut yang menekan produksi HPT)
Pelepasan calcitonin oleh sel C tiroid
yang menghambat proses breakdown
tulang saat ekskresi kalsium di ginjal
(antagonis HPT)
Hipokalsemia
Hungry bone Syndrome
Saat preoperatif, pasien dengan hipertiroidisme mengalami peningkatan
breakdown tulang. Pasca operatif terjadi penurunan kadar hormon tiroid
serum. Terjadi keadaan “lapar” kalsium
41. HIPOPARATIROIDISME
Gejala :
Kesemutan
Parestesia/perasaan lemah
Perubahan status mental
Tetani
Spasme karpopedal
Tanda Chvostek’s (mengetuk daerah
N.fasialis, gnatum bergerak ke depan dan
terjadi kontraksi otok mimik)
Tanda Trousseau’s (spasme karpal ketika
dilakukan penekanan dengan manset
tensimeter pada lengan atas)
Laringospasme
Kejang
Pemanjangan gelombang QT pada EKG
Cardiac arrest
Bila timbul gejala klinis seperti parestesi, kram,
kejang, perlu diberi terapi dengan pemberian
pelan intravena kalsium glukonat 10 % sebanyak
10 ml, disertai kalsium per‑oral.
Terjadinya hipoparatiroidism permanen bila kel.
paratiroid terambil sebanyak 2 buah atau lebih,
atau terjadi kerusakan vaskularisasinya. Untuk
mencegah hal ini dianjurkan untuk melakukan
autotransplantasi kel. paratiroid pada m.
sternokleidomastoideus.
42. Bila darah di botol Redon > 300 ml per 1 jam, perlu
dilakukan re‑open. Jika perdarahan arterial, drain
Redon kurang cepat menampung perdarahan dan
darah mengumpul pada leher membentuk hematoma
dan menekan trakea sehingga penderita sesak napas.
Lakukan intubasi. Atau tusukkan Medicut no.12
perkutan menembus membran krikotiroid.
Luka operasi dibuka dan evakuasi bekuan darah
Penderita dibawa ke kamar pembedahan untuk dicari
sumber perdarahan dan dihentikan, dipasang drain
Redon.