2. SEJARAH
Albert Theodor Billroth (1829-1894)
• Selama 6 tahun awal, melakukan 20 kali operasi tiroidektomi
dengan mortalitas 40% yang disebakan oleh Perdarahan
intraoperative dan sepsis postoperative, kemudian memutuskan
menghentikan operasi hampir selama 1 dekade.
• Setelah penemuan Proses Antisepsis oleh Lister dan kemajuan
instrumentasi, berhasil menurunkan Mortalitas menjadi 8%.
3. Emil Theodor Kocher (1841-1917):
• Melakukan 5000 operasi tiroidektomi dgn preservasi
Paratiroid dan N. Laringeus Rekuren.
• Menurunkan mortalitas dari 12.6% menjadi kurang dari
0.2%.
• Teknik operasi Meticulously: “Collar Incision”,
preservasi strap muscle dan “Bloodless” dengan ligasi
A. Tiroidea Inferior
4. • William S. Halsted, berguru pada
Kocher.
• 1906: Menyembuhkan tetani pasca
tiroidektomi dengan suplemen
paratiroid sapi.
• 1908: tetani hubungan dengan
kalsium.
• 1920: Buku “The Operative Story of
Goiter”.
5. EMBRIOLOGI
Kelenjar tiroid adalah kelenjar
endokrin pertama kali tampak
pada fetus.
Tonjolan kelenjar ini berkembang
sejak minggu ke 3 – 4 dan
berasal dari penebalan
entoderm dasar faring
Kemudian berkembang
memanjang ke kaudal dan
disebut divertikulum tiroid.
6. Karena bertambah panjang
embrio dan pertumbuhan
lidah,divertikulum kemudian
mengalami desensus
sehingga berada di bagian
depan leher dan bakal faring.
Divertikulum ini dihubungkan
dg lidah oleh satu saluran yg
sempit yaitu duktus
tiroglosus yg muaranya pada
lidah disebut foramen
cecum.
8. Pada mgg ke-7
perkembangan embrional
kel.tiroid mencapai posisi
terakhir pada ventral dari
trakea yaitu setinggi
vertebra C5,6,7 dan Th1
dan secara bersamaan
duktus tiroglosus akan
hilang.
9. ANATOMI
Lokasi : anterior leher,
vertebra C5-T1
Berat :15-20 gr
Panjang :4-5 cm
Lebar :2 cm
Tebal tiroid :2-4 cm
Tebal isthmus :2-6 mm.
10. 10
Kelenjar tiroid terdiri dari:
a. lobus kiri
b. Lobus kanan
c. Isthmus
Dikelilingi 2 kapsul:
a. True capsule
b. False capsule
Pada sisi posterior melekat
erat pada trakea dan laring
(Lig.suspensorium dari
Berry
11. Batas Anterolateral
1. M. Sternothyroid
2. M. Omohyoid superior
3. M. Sternohyoid
4. Tepi anterior M.
sternocleidomastoideus
12. • Batas Posterolateral:
• 1. Vagina Carotica
• 2. A. Carotis Communis
• 3. V. Jugularis Interna
• 4. N. Vagus
• Batas Medial:
1. Laring
2. Trachea (cincin 2, 3 & 4)
3. M. Constrictor pharingeus Inferior
15. VASKULARISASI
ARTERI
A.Tiroidea superior : cabang dari
a.karotis eksterna dan memberi
darah sebesar 15-20%.
Sebelum mencapai kelenjar
tiroid, bercabang dua menjadi
ramus anterior dan ramus
posterior, yang akan
beranastomose dengan
cabang A. Tiroidea inferior
16. VASKULARISASI
ARTERI
A.Tiroidea inferior, lanjutan dari
Trunkus Tiroservikalis yang
berasal dari A. Subklavia, dan
memberikan darah paling banyak
yaitu 76-78%
Tepat pada kutub kaudal kelenjar
tiroid, arteri akan bercabang dua
yaitu ramus anterior dan ramus
posterior yg beranastomose dg
cabang A. Tiroidea superior
17. VASKULARISASI
ARTERI
A.Tiroidea ima, arteri ini berjalan
kearah isthmus, merupakan
percabangan dari arkus aorta atau
A Brakiosefalika dan memberi
darah 1-2%.
Arteri ini tidak selalu ada, kalau ada
kadang cukup besar sehingga bisa
membahayakan waktu trakeostomi.
18. VENA
Drainase vena dari kelenjar tiroid
berawal dari pleksus venosus yg
kemudian bergabung menjadi tiga
percabangan yaitu :
• V. Tiroidea superior yang menuju
ke vena jugularis interna atau vena
fasialis.
• V. Tiroidea media ke vena
jugularis interna.
• V. Tiroidea inferior ke vena
brakiosefalika.
19. PEMBULUH LIMFE • Tiroid mempunyai
saluran getah bening
menuju KGB di daerah
laring, diatas isthmus
(Delphian node), KGB
paratrakeal dekat N.
rekuren, KGB depan
trakea.
• Kelenjar tersebut
bergabung alirannya
diteruskan ke KGB
rantai jugular.
20. PERSYARAFAN :
Simpatis
Kelenjar tiroid mendapat inervasi
saraf simpatik yg berasal dari
ganglion servikalis yg berjalan
bersama dg arteri, saraf ini
berperan dalam mengatur aliran
darah sesuai kebutuhan produksi
hormon
21. PERSYARAFAN :
Parasimpatis
Nervus laringeus, dibelakang tiroid
menyusuri sulkus trakeo-esofagikus
sepanjang jugular chain, terdiri dari:
• Cabang eksterna laringeus
superior yg menginervasi
M.krikotiroid, yg akan
menegangkan korda vokalis dengan
mendorong bagian depan kartilago
tiroid.
• Cabang interna laringeus superior
yg masuk dan menginervasi
mukosa laring
24. Nervus laringeus inferior
N. Laringeus rekuren inferior
yang berjalan disebelah kanan
dan kiri berbeda;
kanan langsung menyilang dari
lateral ke medial
kiri turun dulu sampai arkus
aorta baru kemudian kembali ke
kranial melalui sulkus trakeo-
esofageal
25. KELENJAR PARATIROID
•Warna : kekuning-
kuningan mirip jaringan
lemak
•diameter 4-7 mm
•Jumlah 4 buah
•Letak :
2 dikutub atas tiroid
2 dikutub bawah
•Berat keseluruhan
120-140 mg
32. POSISI
Posisi penderita SUPINE,
kepala ekstensi dg ganjal
bantal dibawah pundak
penderita, posisi meja sedikit
“head up”, dg sudut 20-25o
Kepala diletakkan diatas
donut, yakinkan posisi
dagu sejajar dg long axis
tubuh pd garis median
34. DESINFEKSI
Desinfeksi lapangan operasi dg batas
Lateral : tepi depan M. trapezius
Cranial : bibir bawah
Caudal : kosta 3
Dibuat marker untuk insisi dg menggunakan spidol pd lipatan kulit leher ± 2 jari
diatas sternal notch (atau 1 cm dibawah kartilago krikoid), memanjang sampai ke
otot sternokleidomastoid
35. INSISI
• Insisi kulit, subkutis dan platysma
sekaligus menjadi satu flap, untuk
mencegah perdarahan, edema,
dan perlengketan pasca operasi
36. SUBPLATYSMAL FLAP
Diseksi dilakukan ke arah kaudal
(sampai jugular sterni) dan kranial
(sampai terlihat cartilago hyoid)
dan dibuat flap yg difiksasi ke kain
drapping
37. EXPOSED
Insisi fascia colli superficialis secara
vertikal pd garis tengah strap muscle
hingga batas bawah sampai level
sternal notch, batas atasnya sampai
cartilago thyroid
Dilakukan pemisahan kelenjar tiroid pd
cleavage plane (antara kel. tiroid dg
M. sternokleidomastoideus)
38. • Pada tumor yg besar
dapat dilakukan
pemotongan strap
muscle secara horizontal
di 1/3 proksimalnya
setelah sebelumnya V.
Jugularis anterior diligasi
39. Diseksi tumpul
pertengahan strap
muscles sampai fascia
colli profunda
Strap muscle (M.
sternohyoid dan M.
sternothyroid) diretraksi ke
kiri dan ke kanan
40. POOL ATAS
Identifikasi arteri dan vena tiroidea
superior pada pool atas tiroid, kemudian
dibuat 2 ligasi pd pembuluh darah tadi
dan dipotong diantaranya, yg diligasi
betul-betul hanya pembuluh darah saja
41. Dilakukan diseksi tumpul dan
tajam mulai dari tiroid di bagian
tengah dg mengidentifikasi V.
thyroid media
Vena tiroid media diligasi
dan dipotong Preservasi
dari N. laringeus rekuren
N laringeus
recuren
Zuckerkandl
tubercle
42. Diseksi dilanjutkan ke pool bawah
dg mengidentifikasi arteri dan vena
tiroidea inferior, juga harus
diidentifikasi dan preservasi N.
rekuren laringeus
43. Identifikasi A. tiroidea
inferior pd sisi lateral
pertengahan kelenjar tiroid,
lalu dibuat 2 ligasi dg benang
silk 2/0 sedekat mungkin pd
tiroid kemudian dipotong
diantaranya
Kel. Paratiroid inferior
diidentifikasi dan dipreservasi
47. Pasang drain yg
ditembuskan ke kulit
dibawah tepi sayatan,
kemudian difiksasi dg
silk 3/0
Kalau kelenjar paratiroid
terangkat, sebelum
menutup luka operasi
kelenjar paratiroid
ditanam (replantasi) di
SCM dg jahitan catgut
48. • Strap muscle direkatkan sedekat
mungkin, kemudian fascia colli ditutup dg
jahitan interrupted dg chromic 2/0
• Posisi leher dikembalikan dg mengambil
bantal dibawah pundak penderita
• Evaluasi ulang, rawat perdarahan
49. • Platysma didekatkan dan
dijahit interrupted dg chromic
3/0
• Kulit dijahit secara subkutikular
dgn benang sintetis 4/0
• Luka operasi ditutup dengan
kassa steril
51. Monitor jalan nafas dan vital signs
Posisi penderita elevasi kepala 30° bila telah sadar penuh
atau setengah dudukp
Pengukuran kadar kalsium dalam darah
Minta pasien minum dengan perlahan
Drain dilepas bila produksi < 20 cc/hari
Perawatan Pasca Operasi
52. Kriteria pasien dipulangkan dari
rumah sakit:
• Tidak ada kesulitan bernafas
• Tidak ada perdarahan post op atau
hematoma pada leher
• Pasien sudah mobilisasi
• Tanda vital baik
• Kadar kalsium serum > 2,0 mmol/L
Penderita kontrol pada hari ke 7-10
setelah operasi.
Perawatan Pasca Operasi
53. KOMPLIKA
SI
• Perdarahan
• Nerve injury (N. Laryngeus recurrens serak ;
cabang external dari N. laryngeus superior
tidak bisa bersuara high pitch)
• Obstruksi saluran nafas atas
Non metabolik:
• Terjadi sekitar 0,6-2,8%
• Klinis: Hipoestesi, baal ujung jari, gelisah
• Chvostek’s sign, Trousseau’s sign (carpopedal
spasm)
• Th/: 10 cc Calcium Gluconas IV dilanjutkan
pemberian kalsium oral 1,5-2 g per hari atau
Calcitriol (Rocatrol) 0,25 – 10 microgram, 2 kali
sehari
Metabolik: (hipoparatiroidisme)
54. KRISIS TIROID (THYROID
STORM)
Hyperthyroid crises precipitated by surgical stress or trauma (Current). Mortalitas
±75% jika tidak ditangani dgn baik.
Gejala
o Febris
o Delirium
o Kejang
o Diare
o Muntah
o Takikardia
o Congestive heart failure
o Berkeringat
Terapi
Hentikan operasi /
manipulasi tiroid
Oksigen
Bolus D 40% (large
dose)
Beta bloker
(propranolol) 40 –
60mg p.o. tiap 4 jam
atau 2 mg iv selama
4 jam
PTU 1200 – 1500
mg/ hari (200-250
mg/ 4 jam peroral)
Methimazole 120
mg/ hari (20 mg/ 4
jam peroral) atau
carbimazole 14-40
mg peroral
Lugolisasi (KI 5 gtt/ 6
jam)
Dexamethason 2 mg
/ 6 jam iv
Antipiretik
Koreksi elektrolit Cegah hipotermi
61. Referenc
es
Schwartz Principles of Surgery
Zollinger & Zollinger’s Atlas of Surgical
Operations
Thyroid Surgery-Principles and Practice by
Madan Laxman Kapre
Hubungan antara cabang eskterna nervus laringeus superior & arteri thyroidea superior
Nervus menyilang > 1 cm diatas lobus tiroid
Nervus menyilang < 1 cm dibawah lobus tiroid
Tipe 2a: diatas pole atas tiroid
Tipe 2b: dibawah pole atas tiroid
Permukaan paratiroid lembut karena merupakan sebuahorgan yang tidak berkapsul diantara leher.
Paratiroid Sebuah struktur kaya akan pembuluh darah (“vascular strip")