SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
MAKALAH 
OTONOMI DAERAH 
(Dosen Pengampu : Drs. M. Taufik, MH.) 
Di Susun oleh : 
Kelompok 1/1B 
1. Ayunda Dewi (141540134020005) 
2. Devilia Megasari (141540134080011) 
3. Fika Wardiyanti (141540134280031) 
4. Husnul Hotimah (141540134320035) 
5. Munika Setiyana (141540134460049) 
6. Retno Syafitri (141540134550058) 
7. Wahyu Andani (141540134740077) 
8. Yulista Hanndika Putri (141540134790082) 
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN 
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA 
PURWOKERTO 
2014/2015 
i
KATA PENGANTAR 
ii 
Assalamualaikum Wr.Wb 
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena 
atas hikmah dan hidayahnya penyusun bisa menyelesaikan makalah ini dengan 
lancar dan tanpa suatu halangan apapun. Makalah ini dibuat untuk memenuhi 
tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan tentang Otonomi Daerah. 
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. M. Taufik, MH, dosen-dosen 
pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan kelas 1B DIII 
Kebidanan,serta teman- teman kelas 1B DIII Kebidanan ,sehingga makalah selesai 
tepat pada waktunya. 
Wassalamu’alaikum Wr.Wb. 
Purwokerto, 13 November 2014 
Penyusun
DAFTAR ISI 
Cover ....................................................................................................... i 
Kata Pengantar .................................................................................................. ii 
Daftar Isi ....................................................................................................... iii 
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 
A. Latar Belakang ............................................................................... 1 
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2 
C. Tujuan.............................................................................................. 2 
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN................................................................... 4 
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 16 
A. Kesimpulan ...................................................................................... 16 
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 
iii
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
A. LATAR BELAKANG 
Otonomi daerah menjadi sesuatu yang disakralkan pasca Reformasi 
1998, banyaknya perdebatan seputar otonomi daerah sebagai manifestasi dari 
desentralisasi kekuasaan pemerintahan mendorong Pemerintah untuk secara 
sungguh‐sungguh merealisasikan konsep otonomi daerah secara jujur, penuh 
kerelaan dan konsekuen mengingat wacana dan konsep otonomi daerah 
memiliki sejarah yang sangat panjang seiring berdirinya Republik ini. 
Menurut aspek yuridis formal, sejak pertama kali muncul dalam UU No. 1 
tahun 1945 sampai dengan UU No. 5 tahun 1974, semangat otonomi daerah 
sudah kelihatan dan menjadi dasar hukum pelaksanaan pemerintahan di 
daerah. Hanya saja semangat para penyelenggara pemerintahan masih jauh 
dari idealisme konsep otonomi daerah itu sendiri. 
Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik yang 
terdiri dari provinsi-provinsi dan kabupaten/kota yang merupakan daerah 
otonom dan memiliki hak otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang- 
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Hak otonomi 
bukan berarti untuk memecah daerah-daerah yang ada di Indonesia melainkan 
untuk lebih memajukan daerah dengan melibatkan peran aktif masyarakat 
daerah, peran aktif masyarakat di daerah dapat dilakukan dengan cara 
pemberian otonomi tersebut. 
Sejak tahun 1945 sampai era Orde Baru, pemerintahan bersifat sentral 
dan di era Reformasi ini diganti dengan asas desentralisasi atau otonomi yang 
pertama kali diturunkan berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang 
Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan 
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang kemudian dilanjutkan 
dengan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.33 
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan 
Daerah. Pemerintah pusat memberikan keleluasaan kepada masyarakatnya
untuk mengelola dan memanajemen potensi yang dimiliki masing-masing 
daerah yang diwadahi oleh pemerintah daerah. Bagian Penjelasan Umum 
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa: 
Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas- luasnya 
dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua 
urusan Pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan 
dalam undang-undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan 
daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan 
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan 
rakyat. 
Hal tersebut telah jelas bahwa pemberian otonomi kepada daerah pada 
intinya adalah untuk memberikan keleluasaan daerah dalam 
menyelenggarakan urusan Pemerintahan yang tumbuh, hidup, dan 
berkembang di daerah demi terciptanya peningkatan pelayanan dan 
kesejahteraan masyarakat, pegembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan 
pemerataan serta keserasian hubungan antara pusat dan daerah sesuai dengan 
prakarsa dan aspirasi masyarakat di daerah. 
2 
B. RUMUSAN MASALAH 
1. Apa pengertian hakekat otonomi daerah? 
2. Apa saja asas-asas penyelenggara pemerintah daerah? 
3. Jelaskan landasan otonomi daerah? 
4. Bagaimana implikasi kebijakan otonomi daerah di bidang politik, 
ekonomi dan pendidikan? 
5. Apa permasalahan dan upaya mengatasi masalah yang terjadi dalam 
otonomi daerah pada masa reformasi? 
C. TUJUAN 
1. Untuk mengetahui pengertian hakekat otonomi daerah? 
2. Untuk mengetahui asas-asas penyelenggara pemerintah daerah? 
3. Untuk mengetahui landasan otonomi daerah?
4. Untuk mengetahui implikasi kebijakan otonomi daerah di bidang politik, 
3 
ekonomi dan pendidikan? 
5. Untuk mengetahui permasalahan dan upaya mengatasi masalah yang 
terjadi dalam otonomi daerah pada masa reformasi?
BAB II 
ISI DAN PEMBAHASAN 
4 
A. HAKIKAT OTONOMI DAERAH 
Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, autos yang berarti 
sendiri dan nomous yang berarti hukum atau peraturan. Dengan demikian, 
otonomi pada dasarnya memuat makna kebebasan dan kemandirian. Otonomi 
daerah berarti kebebasan dan kemandirian daerah dalam menentukan langkah-langkah 
sendiri (Widarta, 2001:2). 
Sarundajang (1999:35) menyatakan bahwa otonomi daerah pada 
hakekatnya adalah: 
1. Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom. Hak 
tersebut bersumber dari wewenang pangkal dan urusan-urusan Pemerintah 
(pusat) yang diserahkan kepada daerah. Istilah sendiri dalam hak mengatur 
dan mengurus rumah tangga merupakan inti keotonomian suatu daerah; 
2. Dalam kebebasan menjalankan hak mengurus dan mengatur rumah tangga 
sendiri, daerah tidak dapat menjalankan hak dan wewenang otonominya 
itu diluar batas-batas wilayah daerahnya; 
3. Daerah tidak boleh mencampuri hak mengatur dan mengurus rumah 
tangga daerah lain sesuai dengan wewenang pangkal dan urusan yang 
diserahkan kepadanya; 
4. Otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain, hak mengatur dan 
mengurus rumah tangga sendiri tidak merupakan hak mengatur dan 
mengurus rumah tangga daerah lain. 
Dalam menyelenggarakan Pemerintahannnya dianut tiga asas yaitu: 
1. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang Pemerintahan oleh 
Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan 
Pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 
2. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang Pemerintahan oleh 
Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada 
instansi vertikal di wilayah tertentu.
3. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah 
dan/atau desa dari Pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau 
desa serta dari Pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk 
melaksanakan tugas tertentu menurut Muslimin bahwa otonomi diartikan 
sebagai Pemerintahan sendiri. 
Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom 
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan dan kepentingan 
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, 
sedangkan daerah otonom selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan 
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang 
mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat 
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam 
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 
5 
1 
B. ASAS-ASAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH 
Dalam pelaksanaan otonomi, dikenal tiga bentuk asas dalam 
penyelenggaraan Pemerintahan daerah yakni : 
1. Asas Desentralisasi 
a. Menurut Rondinelli, desentralisasi merupakan sebagai transfer tanggng 
jawab dalam perencanaan, manajemen dan alokasi sumber-sumber dari 
Pemerintah pusat dan agen-agennya kepada unit kementerian 
Pemerintah pusat, unit yang ada di bawah level Pemerintah, otoritas 
atau korporasi publik semi otonom, otoritas regional atau fungsional 
dalam wilayah yang luas, atau lembaga privat non Pemerintah dan 
organisasi nirlaba (Rosyada, 2005:150). 
b. Menurut M. Turner dan D. Hulme berpandangan bahwa yang 
dimaksud dengan desentralisasi adalah transfer kewenangan untuk 
menyelenggarakan beberapa pelayanan kepada publik dari seseorang 
1 Widarta. (2001). Cara Mudah Memahami Otonomi Daerah. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.
atau agen Pemerintah pustaa kepada beberapa individu atau agen lain 
yang lebih dekat ke publik yang dilayani (Rosyada, 2005:151). 
6 
2. Asas Dekonsentrasi 
Menurut Laica Marzuki, dekonsentrasi merupakan ambtelijke 
decentralisastie atau delegatie van bevoegdheid, yakni pelimpahan 
kewenangan dari alat perlengkapan Negara di pusat kepada instansi 
bawahan, guna melaksanakan pekerjaan tertentu dalam penyelenggaraan 
Pemerintahan. Pemerintah pusat tidak kehilangan kewenangannya karena 
instansi bawahan melaksanakan tugas atas nama Pemerintah pusat. 
Sedangkan menurut Bagir Manan, dekonsentrasi hanya 
bersangkutan dengan penyelenggaraan administrasi negara, karena itu 
bersifat kepegawaian (ambtelijk). Kehadiran dekonsentarsi semata-mata 
untuk ”melancarkan” penyelenggaraan Pemerintahan sentral di daerah. 
3. Asas Tugas Pembantuan 
Daerah otonom selain melaksanakan asas desentralisasi juga dapat 
diserahi kewenangan untuk melaksanakan tugas pembantuan 
(medebewind). Tugas pembantuan dalam Pemerintahan daerah adalah 
tugas untuk ikut melaksanakan peraturan perundang-undangan bukan saja 
yang ditetapkan oleh Pemerintah pusat akan tetapi juga yang ditetapkan 
oleh Pemerintah daerah tingkat atasnya. 
Menurut Irawan Soejito (1981: 117), tugas pembantuan itu dapat 
berupa tindakan mengatur (tugas legislatif) atau dapat pula berupa tugas 
eksekutif (beschikken). Daerah yang mendapat tugas pembantuan 
diwajibkan untuk mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskan. 
Amrah Muslim menafsirkan tugas pembantuan (medebewind) adalah 
kewenangan Pemerintah daerah menjalankan sendiri aturan-aturan dari 
Pemerintah pusat atau Pemerintah daerah yang lebih tinggi tingkatannya. 
Daerah terikat melaksanakan peraturan perundang-undangan termasuk 
yang diperintahkan atau diminta (vorderen) dalam rangka tugas
pembantuan. Tugas pembantuan dalam hal-hal tertentu dapat dijadikan 
semacam “terminal” menuju penyerahan penuh suatu urusan kepada 
daerah atau tugas pembantuan merupakan tahap awal sebagai persiapan 
menuju kepada penyerahan penuh.2 
C. LANDASAN OTONOMI DAERAH 
Dari sisi sejarah perkembangan penyelenggaraan Pemerintahan di 
Daerah telah dihadirkan berbagai Peraturan Perundangan yang mengatur 
penyelengaraan mengenai Pemerintahan Daerah antara lain: 
1. UU No. 1 tahun 1945. Kebijakan Otonomi daerah pada masa ini lebih 
menitikberatkan pada dekonsentrasi. Kepala daerah hanyalah 
kepanjangan tangan Pemerintahan Pusat. 
2. UU No. 22 tahun 1948. Mulai tahun ini Kebijakan otonomi daerah lebih 
menitikberatkan pada desentralisasi. Tetapi masih ada dualisme peran di 
kepala daerah, di satu sisi ia punya peran besar untuk daerah, tapi juga 
masih menjadi alat Pemerintah pusat. 
3. UU No. 1 tahun 1957. Kebijakan otonomi daerah pada masa ini masih 
bersifat dualisme, di mana kepala daerah bertanggung jawab penuh pada 
DPRD, tetapi juga masih alat Pemerintah pusat. 
4. Penetapan Presiden No.6 tahun 1959. Pada masa ini kebijakan otonomi 
daerah lebih menekankan dekonsentrasi. Melalui penpres ini kepala 
daerah diangkat oleh Pemerintah pusat terutama dari kalangan pamong 
praja. 
5. UU No. 18 tahun 1965. Kebijakan otonomi daerah menitikberatkan pada 
desentralisasi dengan memberikan otonomi yang seluas- luasnya bagi 
daerah, sedangkan dekonsentrasi diterapkan hanya sebagai pelengkap 
saja. 
6. UU No. 5 tahun 1974. Setelah terjadinya G.30.S PKI pada dasarnya telah 
terjadi kevakuman dalam pengaturan penyelenggaraan Pemerintahan di 
2 Davey, K.J. (1988). Pembiayaan Pemerintah Daerah. Jakarta: UI Press. 
7
daerah sampai dengan dikeluarkanya UU NO. 5 tahun 1974 yaitu 
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas perbantuan. 
7. UU No. 22 tahun 1999. Pemerintah daerah sebagai titik sentral dalam 
penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan dengan 
mengedepankan otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab. 
Seiring dengan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia 
Tahun 1945, kebijakan tentang Pemerintahan Daerah mengalami perubahan 
yang cukup mendasar. Perubahan dilatarbelakangi oleh kehendak untuk 
menampung semangat otonomi daerah dalam memperjuangkan kesejahteraan 
masyarakat daerah. Otonomi daerah memberi keleluasaan kepada daerah 
mengurus urusan rumah tangganya sendiri secara demokratis dan bertanggung 
jawab dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada masa 
reformasi diberlakukannya UU no. 22 dan 29 tahun 1999 tentang otonomi 
daerah. Dengan berbagai macam perubahan dan kebutuhan, UU tersebut 
akhirnya direvisi menjadi UU no. 32 dan 33 tahun 2004 Pemerintah daerah 
diberikan wewenang untuk mengatur segala urusan rumah tangganya masing-masing. 
Tuntutan bagi Pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi 
yang dimiliki dengan menjalankan roda Pemerintahan yang efektif dan efisien 
sesuai dengan kemampuan masing-masing daerah. 
D. Implikasi Kebijakan Otonomi Daerah di bidang Politik, Ekonomi dan 
8 
Pendidikan 
3 Implementasi otonomi daerah telah memasuki era baru setelah 
Pemerintah dan DPR sepakat untuk mengesahkan UU Nomor 32 Tahun 2004 
tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang 
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sejalan dengan 
diberlakukannya undang-undang otonomi tersebut memberikan kewenangan 
penyelenggaraan Pemerintah daerah yang lebih luas, nyata dan bertanggung 
jawab. Adanya perimbangan tugas fungsi dan peran antara Pemerintah pusat 
3 Prof.Drs. HAW. Widjaja, , 2005, penyelenggaraan otonomi daerah di indonesia, Palembang : 
Rajawali Pers.
dan Pemerintah daerah tersebut menyebabkan masing-masing daerah harus 
memiliki penghasilan yang cukup, daerah harus memiliki sumber pembiayaan 
yang memadai untuk memikul tanggung jawab penyelenggaraan 
Pemerintahan daerah. Dengan demikian diharapkan masing-masing daerah 
akan dapat lebih maju, mandiri, sejahtera dan kompetitif di dalam pelaksanaan 
Pemerintahan maupun pembangunan daerahnya masing-masing. Adapun 
implikasi otonomi daerah dalam beberapa bidang yaitu sebagai berikut : 
1. Bidang Politik 
Kebijaksanaan otonomi daerah yang baru membawa implikasi yang 
luas diantaranya terhadap pembinaan birokrasi di daerah, sekalipun segala 
sesuatu yang menyangkut masalah kepegawaian masih tetap menggunakan 
peraturan perundangan yang sudah ada, yaitu Undang-Undang Pokok 
Kepegawaian. Hal ini dinyatakan dengan tegas dalam pasal 75 UU no.22 
tahun 1999 yang menyatakan “ Norma, standar dan prosedur mengenai 
pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji, 
tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban, serta kedudukan hukum 
pegawai negeri sipil daerah, ditetapkan dengan perundang-undangan. 
Akan tetapi daerah mempunyai wewenang yang luas, khususnya 
propinsi, kabupaten, dan kota untuk membuat perencanaan kepegawaian 
yang sesuai dengan kebutuhan pada waktu tertentu. Demikian pula daerah 
mempunyai kewenangan untuk melakukan pembinaan, pendidikan dan 
latihan bagi aparat penyelenggara pemerintah daerah. Hal itu dinyatakan 
dengan tegas pula dalam pasal 76 UU no.22 tahun 1999, yaitu “daerah 
mempunyai wewenang untuk melakukan pengangkatan, pemberhentian, 
penetapan pensiun, gaji tunjangan, dan kesejahteraan pegawai serta 
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan peraturan daerah berdasarkan 
perundang-undangan. 
9 
2. Bidang Ekonomi 
Sektor perekonomian sangat sensitif apabila dihubungkan dengan 
proses otonomi daerah. Pembangunan ekonomi suatu daerah seharusnya
lebih baik apabila diselenggarakan dengan konsep desentralisasi. 
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana suatu masyarakat 
menciptakan suatu lingkungan yang mempengaruhi hasil-hasil indikator 
ekonomi seperti kenaikan kesempatan kerja. Lingkungan yang dimaksud 
sebagai sumber daya perencanaan meliputi lingkungan fisik, peraturan dan 
perilaku (Blakley, 1989) 
Dalam proses pengembangan ekonomi lokal, Pemerintah daerah 
bersama dengan organisasi berbasis masyarakat mendorong dan 
merangsang kegiatan yang dapat meningkatkan aktivitas usaha serta 
penciptaan lapangan pekerjaan. Dalam pelaksanaan otonomoi daerah, 
pembangunan ekonomi lokal (PEL) memiliki pengaruh besar terhadap 
suatu daerah. Hal ini tidak lain adalah untuk penguatan daya saing 
ekonomi lokal untuk pengembangan ekonomi daerah. Kemandirian dalam 
melakukan kegitan ekonomi dapat menambah pendapatan asli daerah 
(PAD), selain itu tingkat pemberdayaan masyarakat kecil juga dapat 
terlaksana. 
Ciri utama suatu daerah yang mampu menjalankan otonomi daerah 
dapat dilihat dari kemampuan daerah untuk membiayai pembangunan di 
daerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada Pemerintah pusat 
dengan proporsi yang sangat kecil. Artinya kemandirian keuangan adalah 
hal yang paling diutamakan dalam terwujudnya otonomi daerah. Dengan 
adanya kemandirian tersebut, suatu daerah diharapkan mampu dalam 
pengumpulan PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang menjadi bagian 
terbesar dalam mobilisasi dana penyelenggaraan Pemerintahan daerah dan 
sudah sewajarnya PAD dijadikan tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi 
daerah. Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari 
sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil 
pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain- lain pendapatan 
asli daerah yang sah.4 
4 Mubyarto, 2000, Pemulihan Ekonomi Rakyat Menuju Kemandirian Masyarakat Desa, 
Yogyakarta : Aditya Media. 
10
11 
3. Bidang Pendidikan 
Pada otonomi daerah banyak Undang-undang yang mengatur 
khusus mengenai pendidikan salah satu undang-undang yang 
diimplementasikan dalam pendidikan yaitu UU Nomor 2 tahun 2003 
tentang sistem pendidikan nasional, UU No.32 tahun 2004 tentang 
Pemerintahan daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan 
Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah yang 
mengatur konsep, sistem dan pola pendidikan juga kewenangan di sektor 
pendidikan yang digariskan bagi pusat maupun daerah. 
Kebijakan otonomi daerah dalam pendidikan memberikan dampak 
baik positif maupun negatif. Daerah yang dapat memanfaatkan kondisi 
yang ada tentu saja akan memberikan dampak positif dari otonomi daerah 
tersebut. Fenomena muncul raja-raja kecil didaerah diakibatkan ketika 
kontrol Pemerintah pusat tidak lagi berperan dalam pengambilan keputusan 
dan pengawasan hal ini menjadi dampak negatif jika Pemerintah belum 
siap dalam desentralisasi. 5Kebijakan desentralisasi ini kemungkinan akan 
menimbulkan jurang pemisah antara daerah yang maju dan tidak. 
Pemerataan yang tidak berhasil terlihat jelas dari kualitas pendidikan yang 
dihasilkan tiap daerah. Kemungkinan yang terjadi karena tidak meratanya 
pendistribusian tenaga guru. Daerah yang kaya akan jauh lebih banyak 
menyedot tenaga guru yang berkualitas. Akhirnya daerah-daerah tertentu di 
Indonesia akan kelebihan guru dan daerah yang lainnya kekurangan tenaga 
guru.6 
5 Nugroho D., Riant, 2000, Otonomi Daerah Desentralisasi Tanpa Revolusi : Kajian dan Kritik 
atas Kebijakan Desentralisasi di Indonesia.Jakarta : PT Elex Media Kompetindo 
6 Sam, C. dkk. (2008). Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta: Raja Grafindo 
Persada.
E. Permasalahan Dan Upaya Mengatasi Masalah Yang Terjadi Dalam 
Otonomi Daerah Pada Masa Reformasi 
1. Permasalahan Yang Timbul Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah 
Dalam UU No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian otonomi 
daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk 
mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintah dan kepentingan 
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Setelah 
berlakunya peraturan tersebut, daerah diberi berbagai kewenangan untuk 
mengatur urusan rumah tangganya, hal ini menimbulkan berbagai masalah 
timbul akibat kewenangan tersebut. Permasalahan yang timbul antara lain: 
a. Kondisi SDM aparatur pemerintahan yang belum menunjang 
sepenuhnya pelaksanaan otonomi daerah. 
Penyelenggaraan otonomi daerah yang baik haruslah didukung 
oleh kondisi SDM aparatur pemerintah yang memiliki kualitas yang 
cakap sehingga dapat menjalankan berbagai kewenangan pemerintah 
daerah. Namun sayangnya hal ini cukup sulit untuk diwujudkan. 
Pentingnya posisi manusia karena manusia merupakan unsur dinamis 
dalam organisasi yang bertindak/berfungsi sebagai subjek penggerak 
roda organisasi Pemerintahan. Oleh sebab itu kualitas mentalitas dan 
kapasitas manusia yang kurang memadai dengan sendirinya melahirkan 
impikasi yang kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan otonomi 
daerah. 
7 Para aparatur Pemerintah daerah pada umumnya memiliki 
kualitas yang belum memadai, hal ini juga disebabkan oleh kurangnya 
kemampuan daerah dalam merekrut pegawai baru yang berada di luar 
struktur Pemerintahan sebelumnya. Menurut Widjaja (2003:37) Daerah 
mempunyai kewenangan untuk mengangkat perangkat daerah, namun 
belum cukup jelas kewenangannya untuk merekrut perangkat daerah 
7 Syahrir. dkk. (2001). Pemulihan Ekonomi dan Otonomi Daerah(refleksi pemikiran partai golkar. 
12 
Jakarta: LASPI.
baru yang berada di luar struktur Pemerintahan sebelumnya, misalnya 
merekrut dari kalangan LSM, Perguruan Tinggi, kalangan Swasta 
Profesional dan lain- lain. Hal ini menyebabkan daerah sulit untuk 
mendapatkan calon-calon pegawai yang cakap. 
b. Bergesernya Korupsi Dari Pusat Ke Daerah 
Korupsi yang awalnya terjadi pada Pemerintah pusat bergeser ke 
daerah karena daerah diberikan wewenang sendiri dalam mengatur 
keuangannya. Banyak pejabat daerah yang masih mempunyai kebiasaan 
menghambur-hamburkan uang rakyat untuk ke luar Negeri dengan 
alasan studi banding. Otonomi daerah memberikan kewenangan yang 
sangat penting bagi kepala daerah. Hal ini juga menyebabkan adanya 
kedekatan pribadi antara kepala daerah dan pengusaha yang ingin 
berinvestasi di daerah. Dengan begitu maka akan terjadi pemerasan dan 
penyuapan. 
c. Eksploitasi Pendapatan Daerah 
Salah satu konsekuensi otonomi adalah kewenangan daerah yang 
lebih besar dalam pengelolaan keuangannya, mulai dari proses 
pengumpulan pendapatan sampai pada alokasi pemanfaatan pendapatan 
daerah tersebut. Upaya ini didorong oleh kenyataan bahwa daerah harus 
mempunyai dana yang cukup untuk melakukan kegiatan, baik itu rutin 
maupun pembangunan. Daerah harus membayar seluruh gaji seluruh 
pegawai daerah, pegawai pusat yang statusnya dialihkan menjadi 
pegawai daerah, dan anggota legislatif daerah. Di samping itu daerah 
juga dituntut untuk tetap menyelenggarakan jasa-jasa publik dan 
kegiatan pembangunan yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. 
Dengan alasan di atas, biasanya Pemerintah daerah kemudian berusaha 
mencari pendapatan daerah sebanyak mungkin, seperti melalui 
pemungutan pajak, retribusi, hingga eksploitasi daerah yang maksimal. 
13
d. Kurangnya Pemahaman Terhadap Konsep Desentralisasi Dan Otonomi 
14 
Daerah 
Pasal 18 UUD 1945 menyebutkan bahwa Indonesia adalah 
Negara Kesatuan yang terdesentralisasi. Pada kenyataan pemahaman 
terhadap desentralisasi dan otonomi daerah masih kurang. Pemerintah 
pusat dan Pemerintah daerah masih belum memaksimalkan perannya 
dalam Pemerintahan. Mentalitas dari aparat Pemerintah baik pusat 
maupun daerah masih belum mengalami perubahan yang mendasar. Hal 
ini terjadi karena perubahan sistem tidak dibarengi penguatan kualitas 
sumber daya manusia yang menunjang sistem Pemerintahan yang baru. 
Pelayanan publik yang diharapkan, yaitu birokrasi yang sepenuhnya 
mendedikasikan diri untuk untuk memenuhi kebutuhan rakyat sebagai 
pengguna 8 jasa adalah pelayanan publik yang ideal. Untuk 
merealisasikan bentuk pelayanan publik yang sesuai dengan asas 
desentralisasi diperlukan perubahan paradigma secara radikal dari aparat 
birokrasi sebagai unsur utama dalam pencapaian tata Pemerintahan 
lokal. 
e. Potensi Munculnya Konflik Antar Daerah 
Dengan pelaksanaan otonomi daerah muncul gejala etno-sentrisme 
atau fenomena primordial kedaerahan semakin kuat. Indikasi 
etno-sentrisme ini terlihat dalam beberapa kebijakan di daerah yang 
menyangkut pemekaran daerah, pemilihan kepala daerah, rekruitmen 
birokrasi lokal dan pembuatan kebijakan lainnya. Selain itu, ancaman 
disintegrasi juga dapat memicu sebuah konflik. Dengan adanya 
pelimpahan pelimpahan wewenang kepada daerah menyebabkan daerah 
menjadi terbagi-bagi dan muncul kesenjangan yakni ketimpangan 
8Soejito, I. (1981). Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Jakarta: Bina Aksara. 
8 Marbun, B. (2005). Otonomi Daerah 1945‐2005 Proses dan Realita Perkembangan Otda Sejak 
Zaman Kolonial sampai Saat Ini. Jakarta: Pustaka Sinar harapan.
pembangunan antara daerah yang sumber dayanya kaya dengan daerah 
yang hanya memiliki sumber daya alam yang sedikit. 
dua-tiga provinsi, satu kabupaten pecah menjadi dua-tiga 
kabupaten, dan seterusnya, semakin berkeping-keping NKRI semakin 
mudah separatisme dan perpecahan terjadi. 
2. Upaya Mengatasi Masalah Yang Terjadi Dalam Otonomi Daerah Pada 
15 
Masa Reformasi 
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi 
permasalahan dalam otonomi daerah adalah sebagai berikut : 
a. Pemerintah pusat harus melaksanakan otonomi daerah dengan penuh 
keikhlasan agar daerah dapat memperoleh hak untuk mengolah sumber 
daya di daerah secara optimal. 
b. Bahwa tujuan dan semangat yang melandasi otonomi daerah adalah 
hasrat untuk menggali sendiri pendapatan daerahnya serta kewenangan 
untuk meningkatkan PAD masing-masing daerah menuju peningkatan 
kesejahteraan masing-masing daerah menuju peningkatan masyarakat 
daerah. 
c. Untuk menopang pelaksanaan otonomi daerah perlu dikembangkan 
ekonomi kerakyatan secara sistematis, mensinergikan kegiatan 
lembaga/institusiriset pada PTN/PTS di daerah dengan industri kecil 
menengah dan tradisional. 
d. Merekomendasikan kepada pemerintah untuk memperbaiki dasar-dasar 
ekonomi yang sudah rapuh, dengan mengembangkan usaha 
kecil/menengah dan koperasi menjadi lebih produktif serta berupaya 
terus untuk memberantas kemiskinan structural. 
e. Memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam dengan baik agar 
supaya sumber kekayaan yang tersebut dapat dimanfaatkan secara 
optimal dan secara lestari.
BAB III 
PENUTUP 
16 
A. KESIMPULAN 
Otonomi daerah adalah suatu keadaan yang memungkinkan daerah 
dapat mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang dimilikinya secara 
optimal. Pemberian otonomi daerah adalah mempercepat terwujudnya 
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan 
peran masyarakat serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan 
prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu 
daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga pada 
hakikatnya tujuan otonomi daerah adalah untuk memberdayakan daerah dan 
mensejahterakan rakyat. 
Implementasi otonomi daerah telah memasuki era baru setelah 
Pemerintah dan DPR sepakat untuk mengesahkan UU Nomor 32 Tahun 2004 
tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang 
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sejalan dengan 
diberlakukannya undang-undang otonomi tersebut memberikan kewenangan 
penyelenggaraan Pemerintah daerah yang lebih luas. Hal ini dapat terlihat dari 
beberapa aspek, diantaranya adalah aspek politik, ekonomi dan pendidikan.. 
Desentralisasi juga memberikan apresiasi terhadap perbedaan kemampuan dan 
keberanekaragaman kondisi daerah dan rakyatnya. Dalam bidang ekonomi 
diharapkan munculnya kemandirian dalam mengelola keuangan daerah. 
Sejalan dengan itu, Pemerintah Daerah harus dapat mendayagunakan 
potensi sumber daya daerah secara optimal. Dengan semakin berkurangnya 
tingkat ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap Pemerintah Pusat, Daerah 
dituntut mampu meningkatkan profesionalisme aparatur Pemerintah Daerah, 
melaksanakan reformasi akuntansi keuangan daerah dan manajemen keuangan 
daerah, melaksanakan perencanaan strategik secara benar, sehingga akan 
memacu terwujudnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan 
bertanggung jawab.
Adapun dampak negatif dari otonomi daerah adalah munculnya 
kesempatan bagi oknum-oknum di tingkat daerah untuk melakukan berbagai 
pelanggaran, munculnya pertentangan antara pemerintah daerah dengan pusat, 
serta timbulnya kesenjangan antara daerah yang pendapatannya tinggi dengan 
daerah yang masih berkembang. Bisa dilihat bahwa masih banyak 
permasalahan yang mengiringi berjalannya otonomi daerah di Indonesia. 
Permasalahan-permasalahan itu tentu harus dicari penyelesaiannya agar tujuan 
awal dari otonomi daerah dapat tercapai dengan baik. 
17

More Related Content

What's hot

Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahSilvia Ellen
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanMuhammad Fahri
 
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaKebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaSyaifOer
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahAhmad Tien
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahsyabdan
 
Otonomi Daerah - Makalah
Otonomi Daerah - MakalahOtonomi Daerah - Makalah
Otonomi Daerah - MakalahAmalia Dekata
 
Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan  Pemerintah Pusat dan DaerahHubungan  Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan Pemerintah Pusat dan DaerahDadang Solihin
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangAulia Hamunta
 
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerah
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerahPkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerah
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerahScout Dan
 
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )Muna Muna
 
Kumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomiKumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomiArya D Ningrat
 
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945Titania Intan Permatasari
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahFahmy Metala
 
presentasi PKN kel.Fatonah X Perawat
presentasi PKN kel.Fatonah X Perawatpresentasi PKN kel.Fatonah X Perawat
presentasi PKN kel.Fatonah X Perawatapotek agam farma
 

What's hot (20)

Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
 
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaKebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Makalah otonomi daerah lengkap
Makalah otonomi daerah lengkapMakalah otonomi daerah lengkap
Makalah otonomi daerah lengkap
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Otonomi Daerah - Makalah
Otonomi Daerah - MakalahOtonomi Daerah - Makalah
Otonomi Daerah - Makalah
 
Materi ppkn sma xii bab 3
Materi ppkn sma xii bab 3Materi ppkn sma xii bab 3
Materi ppkn sma xii bab 3
 
Powerpoint
PowerpointPowerpoint
Powerpoint
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 
Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan  Pemerintah Pusat dan DaerahHubungan  Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
 
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerah
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerahPkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerah
Pkn bab 4 a b harmonisasi pemerintah usat dan daerah
 
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )
 
Perbandingan UU Pemda
Perbandingan UU PemdaPerbandingan UU Pemda
Perbandingan UU Pemda
 
Kumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomiKumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomi
 
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
presentasi PKN kel.Fatonah X Perawat
presentasi PKN kel.Fatonah X Perawatpresentasi PKN kel.Fatonah X Perawat
presentasi PKN kel.Fatonah X Perawat
 

Similar to Makalah pkn

Makalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus
Makalah Hakikat Otonomi Daerah BagusMakalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus
Makalah Hakikat Otonomi Daerah BagusRafi Mariska
 
MATERI PKN KELAS X.pptx
MATERI PKN KELAS X.pptxMATERI PKN KELAS X.pptx
MATERI PKN KELAS X.pptxSwadikapNgap
 
Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat
Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat  Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat
Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat apotek agam farma
 
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerahHarmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerahAmalia Tania
 
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.ppt
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.pptBahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.ppt
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.pptSandyFatahPamungkas
 
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
Makalah Hak dan Kewajiban Warga NegaraMakalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
Makalah Hak dan Kewajiban Warga NegaraDewi Zulaeva
 
Otonomi daerah dan demokrasi
Otonomi daerah dan demokrasiOtonomi daerah dan demokrasi
Otonomi daerah dan demokrasimaneicon22
 
OTONOMI DAERAH.pptx
OTONOMI DAERAH.pptxOTONOMI DAERAH.pptx
OTONOMI DAERAH.pptxGhinaSyifa3
 
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerahPaper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerahfuji kurniawan
 
Otonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di IndonesiaOtonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di IndonesiaHIA Class.
 
Dengan menggunakan pendekatan dari segi bahasa terhadap kata
Dengan menggunakan pendekatan dari segi bahasa terhadap kataDengan menggunakan pendekatan dari segi bahasa terhadap kata
Dengan menggunakan pendekatan dari segi bahasa terhadap kataIntan Saputri
 

Similar to Makalah pkn (20)

Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerah
 
Makalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus
Makalah Hakikat Otonomi Daerah BagusMakalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus
Makalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus
 
MATERI PKN KELAS X.pptx
MATERI PKN KELAS X.pptxMATERI PKN KELAS X.pptx
MATERI PKN KELAS X.pptx
 
Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat
Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat  Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat
Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat
 
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerahHarmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah
 
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.ppt
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.pptBahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.ppt
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.ppt
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Otonomi daerah uraian
Otonomi daerah   uraianOtonomi daerah   uraian
Otonomi daerah uraian
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 
Makalah sistem pemerintahan 2
Makalah sistem pemerintahan 2Makalah sistem pemerintahan 2
Makalah sistem pemerintahan 2
 
Makalah sistem pemerintahan 2
Makalah sistem pemerintahan 2Makalah sistem pemerintahan 2
Makalah sistem pemerintahan 2
 
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
Makalah Hak dan Kewajiban Warga NegaraMakalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
 
Otonomi daerah dan demokrasi
Otonomi daerah dan demokrasiOtonomi daerah dan demokrasi
Otonomi daerah dan demokrasi
 
OTONOMI DAERAH.pptx
OTONOMI DAERAH.pptxOTONOMI DAERAH.pptx
OTONOMI DAERAH.pptx
 
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerahPaper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
 
Otonomi Daerah.pdf
Otonomi Daerah.pdfOtonomi Daerah.pdf
Otonomi Daerah.pdf
 
Otonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di IndonesiaOtonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di Indonesia
 
Otonomi Daerah.docx
Otonomi Daerah.docxOtonomi Daerah.docx
Otonomi Daerah.docx
 
Dengan menggunakan pendekatan dari segi bahasa terhadap kata
Dengan menggunakan pendekatan dari segi bahasa terhadap kataDengan menggunakan pendekatan dari segi bahasa terhadap kata
Dengan menggunakan pendekatan dari segi bahasa terhadap kata
 

More from Sentra Komputer dan Foto Copy

Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasionalMakalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasionalSentra Komputer dan Foto Copy
 
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmMakalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmSentra Komputer dan Foto Copy
 

More from Sentra Komputer dan Foto Copy (20)

Makalah solusio plasenta
Makalah solusio plasentaMakalah solusio plasenta
Makalah solusio plasenta
 
Makalah study bpm kebidanan dasar
Makalah study bpm  kebidanan dasar Makalah study bpm  kebidanan dasar
Makalah study bpm kebidanan dasar
 
Makalah deteksi patologi persalinan
Makalah deteksi patologi persalinanMakalah deteksi patologi persalinan
Makalah deteksi patologi persalinan
 
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
Makalah deteksi patologi persalinan kala 1 “inersia uteri”
 
Makalah agama tentang dzikir dan doa
Makalah agama tentang dzikir dan doaMakalah agama tentang dzikir dan doa
Makalah agama tentang dzikir dan doa
 
Makalah hak & kewajiban warga negara
Makalah hak & kewajiban warga negaraMakalah hak & kewajiban warga negara
Makalah hak & kewajiban warga negara
 
Makalah konseling
Makalah konselingMakalah konseling
Makalah konseling
 
Makalalah demokrasi pancasila
Makalalah  demokrasi pancasilaMakalalah  demokrasi pancasila
Makalalah demokrasi pancasila
 
Makalah aborsi dan menstrual regulation
Makalah aborsi dan menstrual regulationMakalah aborsi dan menstrual regulation
Makalah aborsi dan menstrual regulation
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
 
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasionalMakalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
Makalah kewarganegaraan konsep dasar pembangunan nasional
 
Makalah kd1 embem
Makalah kd1 embemMakalah kd1 embem
Makalah kd1 embem
 
Makalah kode genetika kd 1
Makalah kode genetika kd 1Makalah kode genetika kd 1
Makalah kode genetika kd 1
 
Makalah kode genetika dr. tami
Makalah kode genetika dr. tamiMakalah kode genetika dr. tami
Makalah kode genetika dr. tami
 
Makalah kd1 kode genetik
Makalah kd1 kode genetikMakalah kd1 kode genetik
Makalah kd1 kode genetik
 
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatanMakalah sterilasasi alat alat kesehatan
Makalah sterilasasi alat alat kesehatan
 
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpmMakalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
Makalah laporan hasil wawancara dan observasi study bpm
 
Makalah sterilisasi alat kesehatan di bpm
Makalah sterilisasi alat kesehatan di bpmMakalah sterilisasi alat kesehatan di bpm
Makalah sterilisasi alat kesehatan di bpm
 
Makalah psikologi
Makalah psikologiMakalah psikologi
Makalah psikologi
 
Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)Makalah konsep mikrobiologi (print)
Makalah konsep mikrobiologi (print)
 

Recently uploaded

Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 

Recently uploaded (20)

Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 

Makalah pkn

  • 1. MAKALAH OTONOMI DAERAH (Dosen Pengampu : Drs. M. Taufik, MH.) Di Susun oleh : Kelompok 1/1B 1. Ayunda Dewi (141540134020005) 2. Devilia Megasari (141540134080011) 3. Fika Wardiyanti (141540134280031) 4. Husnul Hotimah (141540134320035) 5. Munika Setiyana (141540134460049) 6. Retno Syafitri (141540134550058) 7. Wahyu Andani (141540134740077) 8. Yulista Hanndika Putri (141540134790082) PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA PURWOKERTO 2014/2015 i
  • 2. KATA PENGANTAR ii Assalamualaikum Wr.Wb Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas hikmah dan hidayahnya penyusun bisa menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tanpa suatu halangan apapun. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan tentang Otonomi Daerah. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. M. Taufik, MH, dosen-dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan kelas 1B DIII Kebidanan,serta teman- teman kelas 1B DIII Kebidanan ,sehingga makalah selesai tepat pada waktunya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Purwokerto, 13 November 2014 Penyusun
  • 3. DAFTAR ISI Cover ....................................................................................................... i Kata Pengantar .................................................................................................. ii Daftar Isi ....................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2 C. Tujuan.............................................................................................. 2 BAB II ISI DAN PEMBAHASAN................................................................... 4 BAB III PENUTUP .......................................................................................... 16 A. Kesimpulan ...................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... iii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG Otonomi daerah menjadi sesuatu yang disakralkan pasca Reformasi 1998, banyaknya perdebatan seputar otonomi daerah sebagai manifestasi dari desentralisasi kekuasaan pemerintahan mendorong Pemerintah untuk secara sungguh‐sungguh merealisasikan konsep otonomi daerah secara jujur, penuh kerelaan dan konsekuen mengingat wacana dan konsep otonomi daerah memiliki sejarah yang sangat panjang seiring berdirinya Republik ini. Menurut aspek yuridis formal, sejak pertama kali muncul dalam UU No. 1 tahun 1945 sampai dengan UU No. 5 tahun 1974, semangat otonomi daerah sudah kelihatan dan menjadi dasar hukum pelaksanaan pemerintahan di daerah. Hanya saja semangat para penyelenggara pemerintahan masih jauh dari idealisme konsep otonomi daerah itu sendiri. Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik yang terdiri dari provinsi-provinsi dan kabupaten/kota yang merupakan daerah otonom dan memiliki hak otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Hak otonomi bukan berarti untuk memecah daerah-daerah yang ada di Indonesia melainkan untuk lebih memajukan daerah dengan melibatkan peran aktif masyarakat daerah, peran aktif masyarakat di daerah dapat dilakukan dengan cara pemberian otonomi tersebut. Sejak tahun 1945 sampai era Orde Baru, pemerintahan bersifat sentral dan di era Reformasi ini diganti dengan asas desentralisasi atau otonomi yang pertama kali diturunkan berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang kemudian dilanjutkan dengan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pemerintah pusat memberikan keleluasaan kepada masyarakatnya
  • 5. untuk mengelola dan memanajemen potensi yang dimiliki masing-masing daerah yang diwadahi oleh pemerintah daerah. Bagian Penjelasan Umum Undang-undang No. 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa: Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas- luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan Pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam undang-undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal tersebut telah jelas bahwa pemberian otonomi kepada daerah pada intinya adalah untuk memberikan keleluasaan daerah dalam menyelenggarakan urusan Pemerintahan yang tumbuh, hidup, dan berkembang di daerah demi terciptanya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, pegembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta keserasian hubungan antara pusat dan daerah sesuai dengan prakarsa dan aspirasi masyarakat di daerah. 2 B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian hakekat otonomi daerah? 2. Apa saja asas-asas penyelenggara pemerintah daerah? 3. Jelaskan landasan otonomi daerah? 4. Bagaimana implikasi kebijakan otonomi daerah di bidang politik, ekonomi dan pendidikan? 5. Apa permasalahan dan upaya mengatasi masalah yang terjadi dalam otonomi daerah pada masa reformasi? C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian hakekat otonomi daerah? 2. Untuk mengetahui asas-asas penyelenggara pemerintah daerah? 3. Untuk mengetahui landasan otonomi daerah?
  • 6. 4. Untuk mengetahui implikasi kebijakan otonomi daerah di bidang politik, 3 ekonomi dan pendidikan? 5. Untuk mengetahui permasalahan dan upaya mengatasi masalah yang terjadi dalam otonomi daerah pada masa reformasi?
  • 7. BAB II ISI DAN PEMBAHASAN 4 A. HAKIKAT OTONOMI DAERAH Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, autos yang berarti sendiri dan nomous yang berarti hukum atau peraturan. Dengan demikian, otonomi pada dasarnya memuat makna kebebasan dan kemandirian. Otonomi daerah berarti kebebasan dan kemandirian daerah dalam menentukan langkah-langkah sendiri (Widarta, 2001:2). Sarundajang (1999:35) menyatakan bahwa otonomi daerah pada hakekatnya adalah: 1. Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom. Hak tersebut bersumber dari wewenang pangkal dan urusan-urusan Pemerintah (pusat) yang diserahkan kepada daerah. Istilah sendiri dalam hak mengatur dan mengurus rumah tangga merupakan inti keotonomian suatu daerah; 2. Dalam kebebasan menjalankan hak mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri, daerah tidak dapat menjalankan hak dan wewenang otonominya itu diluar batas-batas wilayah daerahnya; 3. Daerah tidak boleh mencampuri hak mengatur dan mengurus rumah tangga daerah lain sesuai dengan wewenang pangkal dan urusan yang diserahkan kepadanya; 4. Otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain, hak mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri tidak merupakan hak mengatur dan mengurus rumah tangga daerah lain. Dalam menyelenggarakan Pemerintahannnya dianut tiga asas yaitu: 1. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang Pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang Pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
  • 8. 3. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari Pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari Pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu menurut Muslimin bahwa otonomi diartikan sebagai Pemerintahan sendiri. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sedangkan daerah otonom selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 5 1 B. ASAS-ASAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Dalam pelaksanaan otonomi, dikenal tiga bentuk asas dalam penyelenggaraan Pemerintahan daerah yakni : 1. Asas Desentralisasi a. Menurut Rondinelli, desentralisasi merupakan sebagai transfer tanggng jawab dalam perencanaan, manajemen dan alokasi sumber-sumber dari Pemerintah pusat dan agen-agennya kepada unit kementerian Pemerintah pusat, unit yang ada di bawah level Pemerintah, otoritas atau korporasi publik semi otonom, otoritas regional atau fungsional dalam wilayah yang luas, atau lembaga privat non Pemerintah dan organisasi nirlaba (Rosyada, 2005:150). b. Menurut M. Turner dan D. Hulme berpandangan bahwa yang dimaksud dengan desentralisasi adalah transfer kewenangan untuk menyelenggarakan beberapa pelayanan kepada publik dari seseorang 1 Widarta. (2001). Cara Mudah Memahami Otonomi Daerah. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.
  • 9. atau agen Pemerintah pustaa kepada beberapa individu atau agen lain yang lebih dekat ke publik yang dilayani (Rosyada, 2005:151). 6 2. Asas Dekonsentrasi Menurut Laica Marzuki, dekonsentrasi merupakan ambtelijke decentralisastie atau delegatie van bevoegdheid, yakni pelimpahan kewenangan dari alat perlengkapan Negara di pusat kepada instansi bawahan, guna melaksanakan pekerjaan tertentu dalam penyelenggaraan Pemerintahan. Pemerintah pusat tidak kehilangan kewenangannya karena instansi bawahan melaksanakan tugas atas nama Pemerintah pusat. Sedangkan menurut Bagir Manan, dekonsentrasi hanya bersangkutan dengan penyelenggaraan administrasi negara, karena itu bersifat kepegawaian (ambtelijk). Kehadiran dekonsentarsi semata-mata untuk ”melancarkan” penyelenggaraan Pemerintahan sentral di daerah. 3. Asas Tugas Pembantuan Daerah otonom selain melaksanakan asas desentralisasi juga dapat diserahi kewenangan untuk melaksanakan tugas pembantuan (medebewind). Tugas pembantuan dalam Pemerintahan daerah adalah tugas untuk ikut melaksanakan peraturan perundang-undangan bukan saja yang ditetapkan oleh Pemerintah pusat akan tetapi juga yang ditetapkan oleh Pemerintah daerah tingkat atasnya. Menurut Irawan Soejito (1981: 117), tugas pembantuan itu dapat berupa tindakan mengatur (tugas legislatif) atau dapat pula berupa tugas eksekutif (beschikken). Daerah yang mendapat tugas pembantuan diwajibkan untuk mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskan. Amrah Muslim menafsirkan tugas pembantuan (medebewind) adalah kewenangan Pemerintah daerah menjalankan sendiri aturan-aturan dari Pemerintah pusat atau Pemerintah daerah yang lebih tinggi tingkatannya. Daerah terikat melaksanakan peraturan perundang-undangan termasuk yang diperintahkan atau diminta (vorderen) dalam rangka tugas
  • 10. pembantuan. Tugas pembantuan dalam hal-hal tertentu dapat dijadikan semacam “terminal” menuju penyerahan penuh suatu urusan kepada daerah atau tugas pembantuan merupakan tahap awal sebagai persiapan menuju kepada penyerahan penuh.2 C. LANDASAN OTONOMI DAERAH Dari sisi sejarah perkembangan penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah telah dihadirkan berbagai Peraturan Perundangan yang mengatur penyelengaraan mengenai Pemerintahan Daerah antara lain: 1. UU No. 1 tahun 1945. Kebijakan Otonomi daerah pada masa ini lebih menitikberatkan pada dekonsentrasi. Kepala daerah hanyalah kepanjangan tangan Pemerintahan Pusat. 2. UU No. 22 tahun 1948. Mulai tahun ini Kebijakan otonomi daerah lebih menitikberatkan pada desentralisasi. Tetapi masih ada dualisme peran di kepala daerah, di satu sisi ia punya peran besar untuk daerah, tapi juga masih menjadi alat Pemerintah pusat. 3. UU No. 1 tahun 1957. Kebijakan otonomi daerah pada masa ini masih bersifat dualisme, di mana kepala daerah bertanggung jawab penuh pada DPRD, tetapi juga masih alat Pemerintah pusat. 4. Penetapan Presiden No.6 tahun 1959. Pada masa ini kebijakan otonomi daerah lebih menekankan dekonsentrasi. Melalui penpres ini kepala daerah diangkat oleh Pemerintah pusat terutama dari kalangan pamong praja. 5. UU No. 18 tahun 1965. Kebijakan otonomi daerah menitikberatkan pada desentralisasi dengan memberikan otonomi yang seluas- luasnya bagi daerah, sedangkan dekonsentrasi diterapkan hanya sebagai pelengkap saja. 6. UU No. 5 tahun 1974. Setelah terjadinya G.30.S PKI pada dasarnya telah terjadi kevakuman dalam pengaturan penyelenggaraan Pemerintahan di 2 Davey, K.J. (1988). Pembiayaan Pemerintah Daerah. Jakarta: UI Press. 7
  • 11. daerah sampai dengan dikeluarkanya UU NO. 5 tahun 1974 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas perbantuan. 7. UU No. 22 tahun 1999. Pemerintah daerah sebagai titik sentral dalam penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan dengan mengedepankan otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab. Seiring dengan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945, kebijakan tentang Pemerintahan Daerah mengalami perubahan yang cukup mendasar. Perubahan dilatarbelakangi oleh kehendak untuk menampung semangat otonomi daerah dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat daerah. Otonomi daerah memberi keleluasaan kepada daerah mengurus urusan rumah tangganya sendiri secara demokratis dan bertanggung jawab dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada masa reformasi diberlakukannya UU no. 22 dan 29 tahun 1999 tentang otonomi daerah. Dengan berbagai macam perubahan dan kebutuhan, UU tersebut akhirnya direvisi menjadi UU no. 32 dan 33 tahun 2004 Pemerintah daerah diberikan wewenang untuk mengatur segala urusan rumah tangganya masing-masing. Tuntutan bagi Pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dengan menjalankan roda Pemerintahan yang efektif dan efisien sesuai dengan kemampuan masing-masing daerah. D. Implikasi Kebijakan Otonomi Daerah di bidang Politik, Ekonomi dan 8 Pendidikan 3 Implementasi otonomi daerah telah memasuki era baru setelah Pemerintah dan DPR sepakat untuk mengesahkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sejalan dengan diberlakukannya undang-undang otonomi tersebut memberikan kewenangan penyelenggaraan Pemerintah daerah yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab. Adanya perimbangan tugas fungsi dan peran antara Pemerintah pusat 3 Prof.Drs. HAW. Widjaja, , 2005, penyelenggaraan otonomi daerah di indonesia, Palembang : Rajawali Pers.
  • 12. dan Pemerintah daerah tersebut menyebabkan masing-masing daerah harus memiliki penghasilan yang cukup, daerah harus memiliki sumber pembiayaan yang memadai untuk memikul tanggung jawab penyelenggaraan Pemerintahan daerah. Dengan demikian diharapkan masing-masing daerah akan dapat lebih maju, mandiri, sejahtera dan kompetitif di dalam pelaksanaan Pemerintahan maupun pembangunan daerahnya masing-masing. Adapun implikasi otonomi daerah dalam beberapa bidang yaitu sebagai berikut : 1. Bidang Politik Kebijaksanaan otonomi daerah yang baru membawa implikasi yang luas diantaranya terhadap pembinaan birokrasi di daerah, sekalipun segala sesuatu yang menyangkut masalah kepegawaian masih tetap menggunakan peraturan perundangan yang sudah ada, yaitu Undang-Undang Pokok Kepegawaian. Hal ini dinyatakan dengan tegas dalam pasal 75 UU no.22 tahun 1999 yang menyatakan “ Norma, standar dan prosedur mengenai pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban, serta kedudukan hukum pegawai negeri sipil daerah, ditetapkan dengan perundang-undangan. Akan tetapi daerah mempunyai wewenang yang luas, khususnya propinsi, kabupaten, dan kota untuk membuat perencanaan kepegawaian yang sesuai dengan kebutuhan pada waktu tertentu. Demikian pula daerah mempunyai kewenangan untuk melakukan pembinaan, pendidikan dan latihan bagi aparat penyelenggara pemerintah daerah. Hal itu dinyatakan dengan tegas pula dalam pasal 76 UU no.22 tahun 1999, yaitu “daerah mempunyai wewenang untuk melakukan pengangkatan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji tunjangan, dan kesejahteraan pegawai serta pendidikan dan pelatihan sesuai dengan peraturan daerah berdasarkan perundang-undangan. 9 2. Bidang Ekonomi Sektor perekonomian sangat sensitif apabila dihubungkan dengan proses otonomi daerah. Pembangunan ekonomi suatu daerah seharusnya
  • 13. lebih baik apabila diselenggarakan dengan konsep desentralisasi. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana suatu masyarakat menciptakan suatu lingkungan yang mempengaruhi hasil-hasil indikator ekonomi seperti kenaikan kesempatan kerja. Lingkungan yang dimaksud sebagai sumber daya perencanaan meliputi lingkungan fisik, peraturan dan perilaku (Blakley, 1989) Dalam proses pengembangan ekonomi lokal, Pemerintah daerah bersama dengan organisasi berbasis masyarakat mendorong dan merangsang kegiatan yang dapat meningkatkan aktivitas usaha serta penciptaan lapangan pekerjaan. Dalam pelaksanaan otonomoi daerah, pembangunan ekonomi lokal (PEL) memiliki pengaruh besar terhadap suatu daerah. Hal ini tidak lain adalah untuk penguatan daya saing ekonomi lokal untuk pengembangan ekonomi daerah. Kemandirian dalam melakukan kegitan ekonomi dapat menambah pendapatan asli daerah (PAD), selain itu tingkat pemberdayaan masyarakat kecil juga dapat terlaksana. Ciri utama suatu daerah yang mampu menjalankan otonomi daerah dapat dilihat dari kemampuan daerah untuk membiayai pembangunan di daerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada Pemerintah pusat dengan proporsi yang sangat kecil. Artinya kemandirian keuangan adalah hal yang paling diutamakan dalam terwujudnya otonomi daerah. Dengan adanya kemandirian tersebut, suatu daerah diharapkan mampu dalam pengumpulan PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang menjadi bagian terbesar dalam mobilisasi dana penyelenggaraan Pemerintahan daerah dan sudah sewajarnya PAD dijadikan tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah. Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain- lain pendapatan asli daerah yang sah.4 4 Mubyarto, 2000, Pemulihan Ekonomi Rakyat Menuju Kemandirian Masyarakat Desa, Yogyakarta : Aditya Media. 10
  • 14. 11 3. Bidang Pendidikan Pada otonomi daerah banyak Undang-undang yang mengatur khusus mengenai pendidikan salah satu undang-undang yang diimplementasikan dalam pendidikan yaitu UU Nomor 2 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah yang mengatur konsep, sistem dan pola pendidikan juga kewenangan di sektor pendidikan yang digariskan bagi pusat maupun daerah. Kebijakan otonomi daerah dalam pendidikan memberikan dampak baik positif maupun negatif. Daerah yang dapat memanfaatkan kondisi yang ada tentu saja akan memberikan dampak positif dari otonomi daerah tersebut. Fenomena muncul raja-raja kecil didaerah diakibatkan ketika kontrol Pemerintah pusat tidak lagi berperan dalam pengambilan keputusan dan pengawasan hal ini menjadi dampak negatif jika Pemerintah belum siap dalam desentralisasi. 5Kebijakan desentralisasi ini kemungkinan akan menimbulkan jurang pemisah antara daerah yang maju dan tidak. Pemerataan yang tidak berhasil terlihat jelas dari kualitas pendidikan yang dihasilkan tiap daerah. Kemungkinan yang terjadi karena tidak meratanya pendistribusian tenaga guru. Daerah yang kaya akan jauh lebih banyak menyedot tenaga guru yang berkualitas. Akhirnya daerah-daerah tertentu di Indonesia akan kelebihan guru dan daerah yang lainnya kekurangan tenaga guru.6 5 Nugroho D., Riant, 2000, Otonomi Daerah Desentralisasi Tanpa Revolusi : Kajian dan Kritik atas Kebijakan Desentralisasi di Indonesia.Jakarta : PT Elex Media Kompetindo 6 Sam, C. dkk. (2008). Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • 15. E. Permasalahan Dan Upaya Mengatasi Masalah Yang Terjadi Dalam Otonomi Daerah Pada Masa Reformasi 1. Permasalahan Yang Timbul Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam UU No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Setelah berlakunya peraturan tersebut, daerah diberi berbagai kewenangan untuk mengatur urusan rumah tangganya, hal ini menimbulkan berbagai masalah timbul akibat kewenangan tersebut. Permasalahan yang timbul antara lain: a. Kondisi SDM aparatur pemerintahan yang belum menunjang sepenuhnya pelaksanaan otonomi daerah. Penyelenggaraan otonomi daerah yang baik haruslah didukung oleh kondisi SDM aparatur pemerintah yang memiliki kualitas yang cakap sehingga dapat menjalankan berbagai kewenangan pemerintah daerah. Namun sayangnya hal ini cukup sulit untuk diwujudkan. Pentingnya posisi manusia karena manusia merupakan unsur dinamis dalam organisasi yang bertindak/berfungsi sebagai subjek penggerak roda organisasi Pemerintahan. Oleh sebab itu kualitas mentalitas dan kapasitas manusia yang kurang memadai dengan sendirinya melahirkan impikasi yang kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan otonomi daerah. 7 Para aparatur Pemerintah daerah pada umumnya memiliki kualitas yang belum memadai, hal ini juga disebabkan oleh kurangnya kemampuan daerah dalam merekrut pegawai baru yang berada di luar struktur Pemerintahan sebelumnya. Menurut Widjaja (2003:37) Daerah mempunyai kewenangan untuk mengangkat perangkat daerah, namun belum cukup jelas kewenangannya untuk merekrut perangkat daerah 7 Syahrir. dkk. (2001). Pemulihan Ekonomi dan Otonomi Daerah(refleksi pemikiran partai golkar. 12 Jakarta: LASPI.
  • 16. baru yang berada di luar struktur Pemerintahan sebelumnya, misalnya merekrut dari kalangan LSM, Perguruan Tinggi, kalangan Swasta Profesional dan lain- lain. Hal ini menyebabkan daerah sulit untuk mendapatkan calon-calon pegawai yang cakap. b. Bergesernya Korupsi Dari Pusat Ke Daerah Korupsi yang awalnya terjadi pada Pemerintah pusat bergeser ke daerah karena daerah diberikan wewenang sendiri dalam mengatur keuangannya. Banyak pejabat daerah yang masih mempunyai kebiasaan menghambur-hamburkan uang rakyat untuk ke luar Negeri dengan alasan studi banding. Otonomi daerah memberikan kewenangan yang sangat penting bagi kepala daerah. Hal ini juga menyebabkan adanya kedekatan pribadi antara kepala daerah dan pengusaha yang ingin berinvestasi di daerah. Dengan begitu maka akan terjadi pemerasan dan penyuapan. c. Eksploitasi Pendapatan Daerah Salah satu konsekuensi otonomi adalah kewenangan daerah yang lebih besar dalam pengelolaan keuangannya, mulai dari proses pengumpulan pendapatan sampai pada alokasi pemanfaatan pendapatan daerah tersebut. Upaya ini didorong oleh kenyataan bahwa daerah harus mempunyai dana yang cukup untuk melakukan kegiatan, baik itu rutin maupun pembangunan. Daerah harus membayar seluruh gaji seluruh pegawai daerah, pegawai pusat yang statusnya dialihkan menjadi pegawai daerah, dan anggota legislatif daerah. Di samping itu daerah juga dituntut untuk tetap menyelenggarakan jasa-jasa publik dan kegiatan pembangunan yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dengan alasan di atas, biasanya Pemerintah daerah kemudian berusaha mencari pendapatan daerah sebanyak mungkin, seperti melalui pemungutan pajak, retribusi, hingga eksploitasi daerah yang maksimal. 13
  • 17. d. Kurangnya Pemahaman Terhadap Konsep Desentralisasi Dan Otonomi 14 Daerah Pasal 18 UUD 1945 menyebutkan bahwa Indonesia adalah Negara Kesatuan yang terdesentralisasi. Pada kenyataan pemahaman terhadap desentralisasi dan otonomi daerah masih kurang. Pemerintah pusat dan Pemerintah daerah masih belum memaksimalkan perannya dalam Pemerintahan. Mentalitas dari aparat Pemerintah baik pusat maupun daerah masih belum mengalami perubahan yang mendasar. Hal ini terjadi karena perubahan sistem tidak dibarengi penguatan kualitas sumber daya manusia yang menunjang sistem Pemerintahan yang baru. Pelayanan publik yang diharapkan, yaitu birokrasi yang sepenuhnya mendedikasikan diri untuk untuk memenuhi kebutuhan rakyat sebagai pengguna 8 jasa adalah pelayanan publik yang ideal. Untuk merealisasikan bentuk pelayanan publik yang sesuai dengan asas desentralisasi diperlukan perubahan paradigma secara radikal dari aparat birokrasi sebagai unsur utama dalam pencapaian tata Pemerintahan lokal. e. Potensi Munculnya Konflik Antar Daerah Dengan pelaksanaan otonomi daerah muncul gejala etno-sentrisme atau fenomena primordial kedaerahan semakin kuat. Indikasi etno-sentrisme ini terlihat dalam beberapa kebijakan di daerah yang menyangkut pemekaran daerah, pemilihan kepala daerah, rekruitmen birokrasi lokal dan pembuatan kebijakan lainnya. Selain itu, ancaman disintegrasi juga dapat memicu sebuah konflik. Dengan adanya pelimpahan pelimpahan wewenang kepada daerah menyebabkan daerah menjadi terbagi-bagi dan muncul kesenjangan yakni ketimpangan 8Soejito, I. (1981). Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Jakarta: Bina Aksara. 8 Marbun, B. (2005). Otonomi Daerah 1945‐2005 Proses dan Realita Perkembangan Otda Sejak Zaman Kolonial sampai Saat Ini. Jakarta: Pustaka Sinar harapan.
  • 18. pembangunan antara daerah yang sumber dayanya kaya dengan daerah yang hanya memiliki sumber daya alam yang sedikit. dua-tiga provinsi, satu kabupaten pecah menjadi dua-tiga kabupaten, dan seterusnya, semakin berkeping-keping NKRI semakin mudah separatisme dan perpecahan terjadi. 2. Upaya Mengatasi Masalah Yang Terjadi Dalam Otonomi Daerah Pada 15 Masa Reformasi Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam otonomi daerah adalah sebagai berikut : a. Pemerintah pusat harus melaksanakan otonomi daerah dengan penuh keikhlasan agar daerah dapat memperoleh hak untuk mengolah sumber daya di daerah secara optimal. b. Bahwa tujuan dan semangat yang melandasi otonomi daerah adalah hasrat untuk menggali sendiri pendapatan daerahnya serta kewenangan untuk meningkatkan PAD masing-masing daerah menuju peningkatan kesejahteraan masing-masing daerah menuju peningkatan masyarakat daerah. c. Untuk menopang pelaksanaan otonomi daerah perlu dikembangkan ekonomi kerakyatan secara sistematis, mensinergikan kegiatan lembaga/institusiriset pada PTN/PTS di daerah dengan industri kecil menengah dan tradisional. d. Merekomendasikan kepada pemerintah untuk memperbaiki dasar-dasar ekonomi yang sudah rapuh, dengan mengembangkan usaha kecil/menengah dan koperasi menjadi lebih produktif serta berupaya terus untuk memberantas kemiskinan structural. e. Memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam dengan baik agar supaya sumber kekayaan yang tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dan secara lestari.
  • 19. BAB III PENUTUP 16 A. KESIMPULAN Otonomi daerah adalah suatu keadaan yang memungkinkan daerah dapat mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang dimilikinya secara optimal. Pemberian otonomi daerah adalah mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran masyarakat serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga pada hakikatnya tujuan otonomi daerah adalah untuk memberdayakan daerah dan mensejahterakan rakyat. Implementasi otonomi daerah telah memasuki era baru setelah Pemerintah dan DPR sepakat untuk mengesahkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sejalan dengan diberlakukannya undang-undang otonomi tersebut memberikan kewenangan penyelenggaraan Pemerintah daerah yang lebih luas. Hal ini dapat terlihat dari beberapa aspek, diantaranya adalah aspek politik, ekonomi dan pendidikan.. Desentralisasi juga memberikan apresiasi terhadap perbedaan kemampuan dan keberanekaragaman kondisi daerah dan rakyatnya. Dalam bidang ekonomi diharapkan munculnya kemandirian dalam mengelola keuangan daerah. Sejalan dengan itu, Pemerintah Daerah harus dapat mendayagunakan potensi sumber daya daerah secara optimal. Dengan semakin berkurangnya tingkat ketergantungan Pemerintah Daerah terhadap Pemerintah Pusat, Daerah dituntut mampu meningkatkan profesionalisme aparatur Pemerintah Daerah, melaksanakan reformasi akuntansi keuangan daerah dan manajemen keuangan daerah, melaksanakan perencanaan strategik secara benar, sehingga akan memacu terwujudnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab.
  • 20. Adapun dampak negatif dari otonomi daerah adalah munculnya kesempatan bagi oknum-oknum di tingkat daerah untuk melakukan berbagai pelanggaran, munculnya pertentangan antara pemerintah daerah dengan pusat, serta timbulnya kesenjangan antara daerah yang pendapatannya tinggi dengan daerah yang masih berkembang. Bisa dilihat bahwa masih banyak permasalahan yang mengiringi berjalannya otonomi daerah di Indonesia. Permasalahan-permasalahan itu tentu harus dicari penyelesaiannya agar tujuan awal dari otonomi daerah dapat tercapai dengan baik. 17