SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
OTONOMI DAERAH DAN PERMASALAHANNYA 
D i s u s u n 
O 
L 
E 
H 
Kelompok 
FAKULTAS HUKUM 
UNIVERSITAS DWIJENDRA DENPASAR 
BALI
KATA PENGANTAR 
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan, karena berkat-Nya kami 
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Otonomi Daerah dan 
Permasalahannya”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah. 
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing, sehingga makalah 
ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari 
kesempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat 
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa 
memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu 
pengetahuan bagi sesama mahasiswa semua. 
Denpasar, 25 Desember 2014 
Kelompok Penyusun
DAFTAR ISI 
HALAMAN JUDUL 
KATA PENGANTAR 
DAFTAR ISI 
BAB I PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
1.2 Rumusan Masalah 
1.3 Maksud dan Tujuan 
BAB II PEMBAHASAN 
2.1 Pengertian Otonomi Daerah 
2.2 Latar Belakang Timbulnya Otonomi Daerah di Indonesia 
2.3 Permasalahan Yang Muncul dari Otonomi Daerah 
2.4 Kasus Penyalahgunaan Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah 
2.5 Antisipasi Problem Yang Terjadi Akibat Otonomi Daerah 
BAB III PENUTUP 
3.1 Kesimpulan 
3.2 Saran 
DAFTAR PUSTAKA
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1. LATAR BELAKANG 
Indonesia adalah negara demokrasi. Demokrasi adalah prinsip bangsa atau 
negara ini dalam menjalankan pemerintahannya. Semenjak awal bergulirnya era 
reformasi, demokrasi kian marak menjadi perbincangan seluruh lapisan bangsa 
ini. Demokrasi menjadi kosa kata umum yang digunakan masyarakat untuk 
mengemukakan pendapatnya. Hal ini didasarkan pada pengertian demokrasi 
menurut Abraham Lincoln. Demokrasi menurut Abraham Lincoln adalah 
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. 
Salah satu perwujudan dari sistem demokrasi di Indonesia adalah otonomi 
daerah. Otonomi daerah adalah hal, wewenang dan kewajiban daerah otonom 
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan 
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 
Dalam hal ini otonomi daerah diatur menurut UU No. 32 Tahun 2004, 
peraturan ini merupakan revisi dari peraturan sebelumnya tentang otonomi daerah. 
Dengan demikian, masyarakat suatu daerah memperoleh kebebasan dalam 
mengatur dan membangun daerahnya. Dengan adanya otonomi daerah, 
pemerintahan indonesia di era reformasi ini berbanding terbalik dengan orde baru. 
Jika orde baru menerapkan sistem pemerintahannya secara sentralisasi kepada 
pemerintah pusat, maka pada era reformasi ini dengan adanya otonomi daerah, 
sistem pemerintahannya menjadi desentralisasi. Tujuan diberlakukannya otonomi 
daerah secara umum yakni agar pembangunan dan pembagian kekayaan alam di
setiap daerah merata,kesenjangan sosial antar daerah tidak mencolok, dan tidak 
adanya ketimpangan sosial. 
Otonomi daerah dipandang perlu dalam menghadapi perkembangan keadaan, 
baik dalam dan luar negeri, serta tantangan persaingan global. Otonomi daerah 
memberikan kewenangan yang luas dan nyata, bertanggung jawab kepada daerah 
secara proposional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan 
kemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan 
daerah. Itu semua harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran 
masyarakat, pemerataan, keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah yang 
dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia 
Penyelenggaraan Otonomi di daerah didasarkan pada isi dan jiwa yang 
terkandung dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya. 
Menurut Hukum Tata Pemerintahan Negara atau Hukum Administrasi Negara 
Otonomi Daerah merupakan suatu kewenangan daerah untuk menjalankan 
pengaturan, penetapan, penyelenggaraan, pengawasan, pertanggungjawaban 
Hukum dan Moral dan Penegakan Hukum Administrasi di daerah untuk 
terciptanya pemerintahan yang taat hukum, jujur, bersih, dan berwibawa 
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Otonomi daerah sebagai 
suatu kebijakan Desentralisasi ini diberlakukan dikarenakan Otonomi Daerah 
diharapkan dapat menjadi solusi terhadap problema ketimpangan pusat dan 
daerah, disintegrasi nasional, serta minimnya penyaluran aspirasi masyarakat 
local. Otonomi merupakan solusi terpenting untuk menepis disintegrasi.
Otonomi untuk daerah propinsi diberikan secara terbatas yang meliputi 
kewenangan lintas kabupaten dan kota, dan kewenangan yang tidak atau belum 
dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan daerah kota, serta kewenangan bidang 
pemerintahan tertentu lainnya. Mengapa propinsi mendapat kedudukan sebagai 
daerah otonom dan sekaligus sebagai wilayah administrasi? Ada beberapa 
pertimbangan yang mendasarinya, yaitu: Pertama; Untuk memelihara hubungan 
yang serasi antara pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik 
Indonesia. Kedua; Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang bersifat lintas 
daerah kabupaten dan daerah kota serta melaksanakan kewenangan Otonomi 
Daerah yang belum dapat dilaksanakan untuk daerah kabupaten dan daerah kota. 
Ketiga; Untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan tertentu yang dilimpahkan 
dalam rangka pelaksanaan Asas Dekonsentrasi. 
Dari uraian diatas, saat ini yang menjadi permasalahannya adalah ; 
“Siapkah sumber daya manusia di daerah dalam menerima otonomi ?” 
1.2. RUMUSAN MASALAH 
Permasalahan yang akan kita bahas dalam makalah ini, meliputi beberapa hal: 
1. Penyebab timbulnya otonomi daerah 
2. Permasalahan-permasalahan yang timbul akibat otonomi daerah. 
3. Antisipasi terhadap problem yang terjadi akibat pemberlakuan Otoda. 
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN 
Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut: 
· Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai otonomi daerah 
· Membahas permasalahan-permasalahan yang timbul akibat otonomi daerah
BAB II 
PEMBAHASAN 
2.1. Pengertian Otonomi Daerah 
Istilah otonomi daerah berasal dari bahasa Yunani yaitu autos yang berarti 
berdiri sendiri, dan nomos yang berarti peraturan. Oleh karena itu secara harfiah 
otonomi berarti peraturan sendiri atau undang-undang sendiri yang selanjutnya 
berkembang menjadi pemerintahan sendiri. Otonomi Daerah adalah suatu 
pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam penyelenggaraan 
pemerintahan. Kewenangan tersebut diberikan secara proposional yang 
diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya 
nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai 
dengan ketetapan MPR-RI Nomor XV/MPR/1998. 
Menurut Wayong, “otonomi daerah sebenarnya merupakan bagian dari 
pendewasaan politik rakyat di tingkat lokal dan proses mensejahterakan 
rakyat”, Menurut UU No. 32/2004 Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan 
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan 
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan 
perundang-undangan. Terdapat dua komponen utama pengertian otonomi, yaitu 
pertama komponen wewenang menetapkan dan melaksanakan kebijakan sebagai 
komponen yang mengacu pada konsep “pemerintahan” yang terdapat dalam 
pengertian otonomi.
2.2. Latar Belakang Timbulnya Otonomi Daerah di Indonesia 
Otonomi daerah muncul sebagai bentuk veta comply terhadap sentralisasi 
yang sangat kuat di masa orde baru. Berpuluh tahun sentralisasi pada era orde 
baru tidak membawa perubahan dalam pengembangan kreativitas daerah, baik 
pemerintah maupun masyarakat daerah. Ketergantungan pemerintah daerah 
kepada pemerintah pusat sangat tinggi sehingga sama sekali tidak ada 
kemandirian perencanaan pemerintah daerah saat itu. Di masa orde baru 
semuanya bergantung ke Jakarta dan diharuskan semua meminta uang ke Jakarta. 
Tidak ada perencanaan murni dari daerah karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) 
tidak mencukupi. 
Ketika Indonesia dihantam krisis ekonomi tahun 1997 dan tidak bisa cepat 
bangkit, menunjukan sistem pemerintahan nasional Indonesia gagal dalam 
mengatasi berbagai persoalan yang ada. Ini dikarenakan aparat pemerintah pusat 
semua sibuk mengurusi daerah secara berlebih-lebihan. Semua pejabat Jakarta 
sibuk melakukan perjalanan dan mengurusi proyek di daerah. Dari proyek yang 
ada ketika itu, ada arus balik antara 10 sampai 20 persen uang kembali ke Jakarta 
dalam bentuk komisi, sogokan, penanganan proyek yang keuntungan itu dinikmati 
ke Jakarta lagi. Terjadi penggerogotan uang ke dalam dan diikuti dengan 
kebijakan untuk mengambil hutang secara terus menerus. Akibat perilaku buruk 
aparat pemerintah pusat ini, disinyalir terjadi kebocoran 20 sampai 30 persen dari 
APBN. 
Akibat lebih lanjut, adalah adanya ketergantungan daerah kepada pemerintah 
pusat yang sangat besar. Dan otonomi daerah adalah jawaban terhadap persoalan
sentralisasi yang terlalu kuat di masa orde baru. Caranya adalah mengalihkan 
kewenangan ke daerah. Ini berdasarkan paradigma, hakikatnya daerah sudah ada 
sebelum Republik Indonesia (RI) berdiri.Prinsipnya, daerah itu bukan bentukan 
pemerintah pusat, tapi sudah ada sebelum RI berdiri. Karena itu, pada dasarnya 
kewenangan pemerintahan itu ada pada daerah, kecuali yang dikuatkan oleh UUD 
menjadi kewenangan nasional. Semua yang bukan kewenangan pemerintah pusat, 
asumsinya menjadi kewenangan pemerintah daerah.Maka, tidak ada penyerahan 
kewenangan dalam konteks pemberlakuan kebijakan otonomi daerah. Tapi, 
pengakuan kewenangan. 
Tahun 1999 menjadi titik awal terpenting dari sejarah desentralisasi di 
Indonesia. Pada masa pemerintahan Presiden Habibie melalui kesepakatan para 
anggota Dewan Perwakilan Rakyat hasil Pemilu 1999 ditetapkan Undang-Undang 
Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 
25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah untuk mengoreksi UU 
No.5/1974 yang dianggap sudah tidak sesuai dengan prinsip penyelenggaraan 
pemerintahan dan perkembangan keadaan.Kedua Undang-Undang tersebut 
merupakan skema otonomi daerah yang diterapkan mulai tahun 2001. Undang-undang 
ini diciptakan untuk menciptakan pola hubungan yang demokratis antara 
pusat dan daerah,Secara khusus, pemerintahan daerah diatur dalam Undang- 
Undang Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah. Namun, karena dianggap 
tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan 
penyelenggaraan otonomi daerah, maka aturan baru pun dibentuk untuk 
menggantikannya. Pada 15 Oktober 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri
mengesahkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan 
Daerah. Diharapkan dengan adanya kewenangan di pemerintah daerah maka akan 
membuat proses pembangunan, pemberdayaan dan pelayanan yang signifikan. 
Prakarsa dan kreativitasnya terpacu karena telah diberikan kewenangan untuk 
mengurusi daerahnya. Sementara di sisi lain, pemerintah pusat tidak lagi terlalu 
sibuk dengan urusan-urusan domestik. Ini agar pusat bisa lebih berkonsentrasi 
pada perumusan kebijakan makro strategis serta lebih punya waktu untuk 
mempelajari, memahami, merespons, berbagai kecenderungan global dan 
mengambil manfaat darinya. 
2.3. Permasalahan Yang Muncul dari Otonomi Daerah 
Implementasi Otonomi daerah bukan tanpa masalah. Ia melahirkan banyak 
persoalan ketika diterjemahkan di lapangan. Banyaknya permasalahan yang 
muncul menunjukan implementasi kebijakan ini menemui kendala-kendala yang 
harus selalu dievakuasi dan selanjutnya disempurnakan agar tujuannya tercapai. 
Beberapa persoalan itu adalah: 
1. Kewenangan yang tumpang tindih 
Pelaksanaan otonomi daerah masih kental diwarnai oleh kewenangan 
yang tumpang tindih antar institusi pemerintahan dan aturan yang berlaku, baik 
antara aturan yang lebih tinggi atau aturan yang lebih rendah. Peletakan 
kewenangan juga masih menjadi pekerjaan rumah dalam kebijakan ini. Apakah 
kewenangan itu ada di kabupaten kota atau provinsi. Dengan pemberlakuan 
otonomi daerah yang mendadak mengejutkan pihak-pihak daerah yang tidak 
memiliki sumber daya manusia kualitatif.Terjadilah artikulasi otonomi daerah
kepada aspek-aspek finansial tanpa pemahaman substatife yang cukup terhadap 
hakekat otonomi itu sendiri. 
2. Anggaran 
Banyak terjadi keuangan daerah tidak mencukupi sehingga menghambat 
pembangunan. Sementara pemerintah daerah lemah dalam kebijakan menarik 
investasi di daerah. Di sisi yang lain juga banyak terjadi persoalan kurangnya 
transparansi dan akuntabilitas dalam penyusunan APBD yang merugikan 
rakyat. Dalam otonomi daerah, paradigma anggaran telah bergeser ke arah apa 
yang disebut dengan anggaran partisipatif. Tapi dalam prakteknya, keinginan 
masyarakat akan selalu bertabrakan dengan kepentingan elit sehingga dalam 
penetapan anggaran belanja daerah, lebih cenderung mencerminkan 
kepentingan elit daripada kepentingan masyarakat. 
3. Pelayanan Publik 
Masih rendahnya pelayanan publik kepada masyarakat. Ini disebabkan 
rendahnya kompetensi PNS daerah dan tidak jelasnya standar pelayanan yang 
diberikan. Belum lagi rendahnya akuntabilitas pelayanan yang membuat 
pelayanan tidak prima. Banyak terjadi juga Pemerintah daerah mengalami 
kelebihan PNS dengan kompetensi tidak memadai dan kekurangan PNS 
dengan kualifikasi terbaik. Di sisi yang lain tidak sedikit juga gejala 
mengedepankan ”Putra Asli Daerah” untuk menduduki jabatan strategis dan 
mengabaikan profesionalitas jabatan. 
4. Politik Identitas Diri
Menguatnya politik identitas diri selama pelaksanaan otonomi daerah 
yang mendorong satu daerah berusaha melepaskan diri dari induknya yang 
sebelumnya menyatu. Otonomi daerah dibayang-bayangi oleh potensi konflik 
horizontal yang bernuansa etnis. Atau dapat dikatakan Bangkitnya 
egiosemtrisme ditiap daerah. 
5. Orientasi Kekuasaan 
Otonomi daerah masih menjadi isu pergeseran kekuasaan di kalangan elit 
daripada isu untuk melayani masyarakat secara lebih efektif. Otonomi daerah 
diwarnai oleh kepentingan elit lokal yang mencoba memanfaatkan otonomi 
daerah sebagai momentum untuk mencapai kepentingan politiknya dengan cara 
memobilisasi massa dan mengembangkan sentimen kedaerahan seperti ”putra 
daerah” dalam pemilihan kepala daerah. 
6. Lembaga Perwakilan 
Meningkatnya kewenangan DPRD ternyata tidak diikuti dengan 
terserapnya aspirasi masyarakat oleh lembaga perwakilan rakyat. Ini 
disebabkan oleh kurangnya kompetensi anggota DPRD, termasuk kurangnya 
pemahaman terhadap peraturan perundangan. Akibatnya meski kewenangan itu 
ada, tidak berefek terhadap kebijakan yang hadir untuk menguntungkan publik. 
Persoalan lain juga adalah banyak terjadi campur tangan DPRD dalam 
penentuan karir pegawai di daerah. 
7. Pemekaran Wilayah 
Pemekaran wilayah menjadi masalah sebab ternyata ini tidak dilakukan 
dengan grand desain dari pemerintah pusat. Semestinya desain itu dengan
pertimbangan utama guna menjamin kepentingan nasional secara keseluruhan. 
Jadi prakarsa pemekaran itu harus muncul dari pusat. Tapi yang terjadi adalah 
prakarsa dan inisiatif pemekaran itu berasal dari masyarakat di daerah. Ini 
menimbulkan problem sebab pemekaran lebih didominasi oleh kepentingan elit 
daerah dan tidak mempertimbangkan kepentingan nasional secara 
keseluruhan. 
8. Pilkada Langsung 
Pemilihan kepala daerah secara langsung di daerah ternyata 
menimbulkan banyak persoalan. Pilkada langsung sebenarnya tidak diatur di 
UUD, sebab yang diatur untuk pemilihan langsung hanyalah presiden. Pilkada 
langsung menimbulkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk 
pelaksanaan suksesi kepemimpinan ini. Padahal kondisi sosial masyarakat 
masih terjebak kemiskinan. Disamping itu, pilkada langsung juga telah 
menimbulkan moral hazard yang luas di masyarakat akibat politik uang yang 
beredar. Tidak hanya itu pilkada langsung juga tidak menjamin hadirnya 
kepala daerah yang lebih bagus dari sebelumnya. 
2.4. Kasus Penyalahgunaan Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah 
Dalam kenyataannya, otonomi daerah yang dalam hakikatnya merupakan 
suatu tujuan yang sangat baik bagi kemajuan bangsa ini, justru banyak sekali 
terjadi penyalahgunaan dalam pelaksanaannya, tidak hanya di tingkat pemerintah 
pusat melainkan di tingkat pemerintah daerah hingga unsur pelaksana lainnya 
dalam pelaksanaan otonomi daerah ini. Walaupun pemerintah sering menyuarakan 
program otonomi daerah ini di setiap sudut wilayah negara, namun pada
kenyataannya pembangunan masih belum merata di setiap daerah di Indonesia. 
Berbagai cara dilakukan demi meratanya pembangunan dan kesejahteraan bangsa 
ini yang pada kenyataannya mendapatkan hasil yang kurang memuaskan bahkan 
nihil. Lalu, apakah ada yang salah dalam konteks otonomi daerah ini? 
Pelaksanaan otonomi daerah yang tidak pada mestinya mengakibatkan 
kekecewaan masyarakat daerah setempat karena adanya penyalahgunaan 
wewenang yang dilakukan oleh para Pejabat daerah, sehingga asas Otonomi 
daerah dengan tujuan agar daerah-daerah dapat mengelola secara mandiri segala 
sumberdaya, keuangan, maupun sumber-sumber lain sebagai pendapatan bagi 
daerah tidak berjalan sesuai dengan tujuan dan harapan masyarakat. 
Antusias yang tinggi “untuk meningkatkan kemajuan daerah” terlihat dari 
banyaknya daerah-daerah yang meminta dimekarkan sehingga terjadi pemekaran 
daerah besar-besaran di seluruh wilayah Indonesia. Yang menarik dari “proses 
mekarnya suatu daerah” ini adalah menjamurnya praktik korupsi yang dilakukan 
oleh oknum yang bernama pemimpin/petinggi di daerah. Banyak contoh kasus 
yang dapat memperlihatkan hal ini. 
Berbagai kasus korupsi dilakukan pejabat daerah memperlihatkan kepada kita 
bahwa korupsi benar-benar berada pada kawasan elit pemerintah. Jika fenomena 
tersebut dapat dibongkar secara lebih besar, tentu kita akan melihat kenyataan 
yang sangat mecengangkan. Hal ini diperkuat data Indonesia Coruption Watch, 
bahwa hingga akhir 2010 ada 148 mantan kepala daerah dan mantan wakil kepala 
daerah, serta kepala daerah yang masih aktif terjerat kasus korupsi. Namun kasus 
yang diizinkan disidik hanya 84 kasus, di luar 27 kasus yang ditangani Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Sedangkan sisanya belum diizinkan 
presiden.Sepertinya otonomi daerah dan tuntutan pemekaran daerah, hanya 
dijadikan kedok untuk mencari kekuasaan dan kekayaan.Tampak disini, perluasan 
kekuasaan dan kewenangan yang besar bukan dianggap amanah sesuai dengan 
cita-cita awal tetapi sebagai ajang untuk mencari kekayaan berlebih. 
2.5 Antisipasi Problem Yang Terjadi Akibat Otonomi Daerah 
Yang sebaiknya dilakukan agar otonomi daerah dapat berhasil mencapai 
tujuannya. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan adalah: 
1. Memperkuat fungsi kontrol terhadap pemda yang dilakukan oleh masyarakat 
dan lembaga legislatif daerah. 
2. Pemberdayaan politik warga masyarakat. 
3. Pemahaman terhadap asas-asas umum pemerintahan yang baik meliputi: 
1. Asas persamaan 
2. Asas Kepercayaan 
3. Asas Kepastian Hukum 
4. Asas Kecermatan 
5. Asas Pemberian Alasan 
6. Asas Larangan bertindak kesewenang-wenangan 
7. Dan lain-lain. 
4. Dan yang terakhir adalah meningkatkan mutu pendidikan sehingga 
memunculkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Terkait berbagai problematika otonomi daerah tersebut, menjadi sangat urgen 
bagi pemerintah untuk mengambil langkah-langkah tegas dan strategis. Beberapa 
upaya yang dapat dilakukan adalah: 
Pertama, segera merevisi UU 32/ 2004 tentang Pemerintahan Daerah, terutama 
masalah pembagian wewenang pemerintah pusat dan daerah dan terkait pasal 126 
yang memuat status kepala daerah yang terjerat kasus korupsi. Selama ini, dasar 
hukum tersebut memberi ketentuan bahwa sejauh belum menjadi terdakwa dan 
tuntutannya kurang dari lima tahun penjara, mereka bisa bebas dan tetap 
menempati jabatannya.Status sebagai pejabat negara juga kerap menyulitkan 
aparat penegak hukum ketika akan menahan dan memeriksa mereka. Undang-undang 
mengharuskan pemeriksaan terhadap kepala daerah atas izin presiden. 
Sedangkan izin tersebut juga harus melalui birokrasi yang panjang dan rumit. 
Dengan merevisi undang-undang tersebut, diharapkan gubernur, bupati/walikota 
yang tersangkut kasus korupsi akan dinon-aktifkan begitu menjadi tersangka. 
Jabatan dan hak mereka akan diberikan kembali jika penyidikan kasusnya 
dihentikan. 
Kedua, pemerintah juga dapat mengefektifkan peran Komisi Pemberantasan 
Korupsi (KPK) dalam upaya memerangi korupsi di daerah yang semakin 
menggurita. Argumentasi ini didasarkan pada kapasitas legal yang dimiliki KPK 
untuk untuk masuk ke semua lembaga negara dan melakukan evaluasi untuk 
pencegahan korupsi. Sebelum itu ditempuh, tentu langkah yang harus diambil 
adalah penguatan posisi KPK di daerah, yakni dengan pembentukan KPK di 
daerah.
Ketiga,penting untuk menerapkan asas pembuktian terbalik. Asas pembuktian 
terbalik merupakan aturan hukum yang mengharuskan seseorang untuk 
membuktikan kekayaan yang dimilikinya, sebelum menjabat dibandingkan setelah 
menjabat. Serta darimana sumber kekayaan itu berasal. Jika kekayaan melonjak 
drastis dan bersumber dari kas Negara atau sumber lain yang ilegal, tentu 
merupakan tindak pidana korupsi. Korupsi memang merupakan kejahatan luar 
biasa (extraordinary crime), maka harus ditangani secara luar biasa pula dan tentu 
dengan melibatkan semua pihak. Karena, langkah-langkah strategis tersebut tidak 
akan berarti tanpa kerja sama dari semua pihak, terutama aparat penegak hukum 
untuk menjunjung hukum seadil-adilnya. Ini diperlukan agar otonomi daerah 
benar-benar bernilai serta menjadi berkah bagi rakyat di daerah. 
BAB III 
PENUTUP 
3.1 KESIMPULAN 
Dari berbagai pembahasan diatas maka kami dapat menyimpulkan keadaan 
otonomi daerah saat ini di Negara Indonesia sebagai berikut: 
· Pemberian otonomi daerah yang mendadak mengakibatkan artikulasi otonomi 
daerah kepada aspek-aspek finansial tanpa pemahaman yang cukup terhadap 
hakekat otonomi itu sendiri. 
· Pemberlakuan otonomi daerah akibat kecenderungan pemerintah pusat yang 
tidak menguntungkan daerah.
· Di daerah sumber daya manusia yang berkualitas masih sedikit karena 
terdistribusi ke pusat.ap 
· Dengan otonomi maka daerah bebas melakukan apa saja. 
· Dengan otonomi daerah pusat akan melepaskan tanggung jawab untuk 
membantu dan membina daerah. 
Dengan demikian masalah Otonomi Daerah dalam pelaksanaannya perlu 
ditinjau kembali demi pemerataan kesejahteraan bangsa ini. Pemerintah pusat 
mampu memberikan wewenang sepenuhnya kepada pemerintah daerah, akan 
tetapi tidak lepas tanggung jawab sepenuhnya dan selalu memberikan 
pengawasan. Dan peran seluruh masyarakat Indonesia dalam pelaksanaan 
Otonomi Daerah yang benar sangat dibutuhkan. 
3.2 SARAN 
· Otonomi daerah sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di 
daerah melalui optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya 
manusia bisa terwujud dengan baik, maka perlu selalu dalam pengawasan, baik 
secara internal dari pemerintah melalui Kementrian Dalam Negeri juga partisipasi 
masyarakat di daerah. Dengan demikian sangat diharapkan peran masyarakat sipil 
di daerah seperti lembaga swadaya masyarakat, organisasi sosial keagamaan di 
daerah. 
DAFTAR PUSTAKA 
http://www.transparansi.or.id/tentang/otonomi-daerah/.html 
http://www.indopos.co.id/index.php/arsip-berita-politik/45-politika/11479- 
otonomi-daerah-mengecewakan.html

More Related Content

What's hot

Permasalahan Lingkungan Hidup Lokal, Nasional dan Global
Permasalahan Lingkungan Hidup Lokal, Nasional dan Global Permasalahan Lingkungan Hidup Lokal, Nasional dan Global
Permasalahan Lingkungan Hidup Lokal, Nasional dan Global Nico Prakasa
 
Konsep Otonomi Daerah
Konsep Otonomi DaerahKonsep Otonomi Daerah
Konsep Otonomi DaerahSiti Sahati
 
30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
30 Definisi Manajemen Menurut Para AhliChristian Lokas
 
ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEM
ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEMADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEM
ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEMSiti Sahati
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanMuhammad Fahri
 
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenSistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenMochammad Ridwan
 
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARASISTEM ADMINISTRASI NEGARA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARAPLUR
 
PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )
PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )
PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )Dheea Resta
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)Tri Widodo W. UTOMO
 
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIAESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIAYosi Larasati
 
Makalah pkn otonomi daerah
Makalah pkn otonomi daerahMakalah pkn otonomi daerah
Makalah pkn otonomi daerahkamal fauzee
 
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIATugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIAmeikaa
 
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerahPaper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerahfuji kurniawan
 
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)Vallen Hoven
 

What's hot (20)

Demokrasi
DemokrasiDemokrasi
Demokrasi
 
Permasalahan Lingkungan Hidup Lokal, Nasional dan Global
Permasalahan Lingkungan Hidup Lokal, Nasional dan Global Permasalahan Lingkungan Hidup Lokal, Nasional dan Global
Permasalahan Lingkungan Hidup Lokal, Nasional dan Global
 
Konsep Otonomi Daerah
Konsep Otonomi DaerahKonsep Otonomi Daerah
Konsep Otonomi Daerah
 
30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli
 
ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEM
ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEMADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEM
ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEM
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
 
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenSistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
 
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARASISTEM ADMINISTRASI NEGARA
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA
 
PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )
PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )
PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )
 
Makalah tentang demokrasi
Makalah tentang demokrasiMakalah tentang demokrasi
Makalah tentang demokrasi
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
 
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIAESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
 
Makalah pkn otonomi daerah
Makalah pkn otonomi daerahMakalah pkn otonomi daerah
Makalah pkn otonomi daerah
 
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIATugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
 
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerahPaper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
Paper dampak positif dan negatif dari otonomi daerah
 
Masalah Otonomi Daerah
Masalah Otonomi DaerahMasalah Otonomi Daerah
Masalah Otonomi Daerah
 
otonomi daerah
otonomi daerahotonomi daerah
otonomi daerah
 
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)
 
Partisipasi politik
Partisipasi politikPartisipasi politik
Partisipasi politik
 
Soal dan Jawaban - ISBD
Soal dan Jawaban - ISBDSoal dan Jawaban - ISBD
Soal dan Jawaban - ISBD
 

Viewers also liked

Viewers also liked (19)

index_result_eng8
index_result_eng8index_result_eng8
index_result_eng8
 
The drugs on the billboards top ten of 2010-2013
The drugs on the billboards top ten of 2010-2013The drugs on the billboards top ten of 2010-2013
The drugs on the billboards top ten of 2010-2013
 
המייל של השנה
המייל של השנההמייל של השנה
המייל של השנה
 
על האושר
על האושרעל האושר
על האושר
 
My father is engineer
My father is engineerMy father is engineer
My father is engineer
 
About my school
About my schoolAbout my school
About my school
 
Enerst
EnerstEnerst
Enerst
 
Final
FinalFinal
Final
 
THE UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS
THE UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTSTHE UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS
THE UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS
 
my fatherland
my fatherlandmy fatherland
my fatherland
 
20140323mikes
20140323mikes20140323mikes
20140323mikes
 
anucv
anucvanucv
anucv
 
Undang-Undang Kepolisian
Undang-Undang KepolisianUndang-Undang Kepolisian
Undang-Undang Kepolisian
 
Sooqy preview pesentation
Sooqy preview pesentationSooqy preview pesentation
Sooqy preview pesentation
 
սասունցի դավիթ
սասունցի դավիթսասունցի դավիթ
սասունցի դավիթ
 
IIM Ahmedabad Report - Google Docs - Copy
IIM Ahmedabad Report - Google Docs - CopyIIM Ahmedabad Report - Google Docs - Copy
IIM Ahmedabad Report - Google Docs - Copy
 
Keohane
KeohaneKeohane
Keohane
 
פרדוקס הזמן
פרדוקס הזמןפרדוקס הזמן
פרדוקס הזמן
 
Ask Questions, Get Answers, Find Information
Ask Questions, Get Answers, Find InformationAsk Questions, Get Answers, Find Information
Ask Questions, Get Answers, Find Information
 

Similar to Makalah

Makalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerahMakalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerahYadhi Muqsith
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangAulia Hamunta
 
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaKebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaSyaifOer
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahSilvia Ellen
 
PKN KELOMPOK 7.pptx
PKN KELOMPOK 7.pptxPKN KELOMPOK 7.pptx
PKN KELOMPOK 7.pptxFuriWigita3
 
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerahHarmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerahAmalia Tania
 
PKN KD.3.4 dan 4.4
PKN KD.3.4 dan 4.4PKN KD.3.4 dan 4.4
PKN KD.3.4 dan 4.4Andi Widya
 
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliNaskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliYohannes Halawa
 
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.ppt
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.pptBahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.ppt
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.pptSandyFatahPamungkas
 
Tugas system komunikasi indonesia
Tugas system komunikasi indonesiaTugas system komunikasi indonesia
Tugas system komunikasi indonesiaindraagus
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahsyabdan
 

Similar to Makalah (20)

Makalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerahMakalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerah
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
 
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerah
 
perkembangan otonomi daerah
perkembangan otonomi daerahperkembangan otonomi daerah
perkembangan otonomi daerah
 
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaKebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
 
Otonomi Daerah.docx
Otonomi Daerah.docxOtonomi Daerah.docx
Otonomi Daerah.docx
 
Otonomi Daerah.pdf
Otonomi Daerah.pdfOtonomi Daerah.pdf
Otonomi Daerah.pdf
 
2784873.ppt
2784873.ppt2784873.ppt
2784873.ppt
 
Makalah pkn
Makalah pknMakalah pkn
Makalah pkn
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
PKN KELOMPOK 7.pptx
PKN KELOMPOK 7.pptxPKN KELOMPOK 7.pptx
PKN KELOMPOK 7.pptx
 
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerahHarmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah
 
PKN KD.3.4 dan 4.4
PKN KD.3.4 dan 4.4PKN KD.3.4 dan 4.4
PKN KD.3.4 dan 4.4
 
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliNaskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
 
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.ppt
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.pptBahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.ppt
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.ppt
 
Tugas system komunikasi indonesia
Tugas system komunikasi indonesiaTugas system komunikasi indonesia
Tugas system komunikasi indonesia
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 

More from Norsel Maranden

More from Norsel Maranden (15)

Hukum Pidana Criminal Law
Hukum Pidana Criminal LawHukum Pidana Criminal Law
Hukum Pidana Criminal Law
 
Penelitian Amnesty
Penelitian AmnestyPenelitian Amnesty
Penelitian Amnesty
 
Pengertian pidana mati
Pengertian pidana matiPengertian pidana mati
Pengertian pidana mati
 
Amandemen IV UUD 1945
Amandemen IV UUD 1945Amandemen IV UUD 1945
Amandemen IV UUD 1945
 
RUU PPHMA versi AMAN
RUU PPHMA versi AMANRUU PPHMA versi AMAN
RUU PPHMA versi AMAN
 
Sejarah Unclos III
Sejarah Unclos IIISejarah Unclos III
Sejarah Unclos III
 
Makalah Hukum Laut
Makalah Hukum LautMakalah Hukum Laut
Makalah Hukum Laut
 
Makalah Pasar Modal
Makalah Pasar ModalMakalah Pasar Modal
Makalah Pasar Modal
 
Kalender Akademik
Kalender AkademikKalender Akademik
Kalender Akademik
 
Cara Membuat Makalah
Cara Membuat MakalahCara Membuat Makalah
Cara Membuat Makalah
 
Undang-Undang
Undang-UndangUndang-Undang
Undang-Undang
 
Undang-Undang
Undang-UndangUndang-Undang
Undang-Undang
 
Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 pemerintahan daerah
Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 pemerintahan daerahUndang-Undang nomor 23 tahun 2014 pemerintahan daerah
Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 pemerintahan daerah
 
Undang-Undang Republik Indonesia
Undang-Undang Republik IndonesiaUndang-Undang Republik Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia
 
Proposal Skripsi
Proposal Skripsi Proposal Skripsi
Proposal Skripsi
 

Recently uploaded

Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasiasaliaraudhatii
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfdrmdbriarren
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxrohiwanto
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxSusatyoTriwilopo
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 

Recently uploaded (16)

Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke IntegrasiPenyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
Penyesuaian AK Jabatan Fungsional Konvensional Ke Integrasi
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdfSalinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
Salinan Materi Sosialisasi PEKPPP 2022 - bukti dukung lebih rinci.pdf
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptxIPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
IPSKelas12BABSMANEGERI1 3 April 2024perikanan.pptx
 
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptxmars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
mars pkk yang selalu dinyanyikan saat kegiatan PKK.pptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 

Makalah

  • 1. OTONOMI DAERAH DAN PERMASALAHANNYA D i s u s u n O L E H Kelompok FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DWIJENDRA DENPASAR BALI
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan, karena berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Otonomi Daerah dan Permasalahannya”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing, sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari kesempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi sesama mahasiswa semua. Denpasar, 25 Desember 2014 Kelompok Penyusun
  • 3. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Maksud dan Tujuan BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Otonomi Daerah 2.2 Latar Belakang Timbulnya Otonomi Daerah di Indonesia 2.3 Permasalahan Yang Muncul dari Otonomi Daerah 2.4 Kasus Penyalahgunaan Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah 2.5 Antisipasi Problem Yang Terjadi Akibat Otonomi Daerah BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran DAFTAR PUSTAKA
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara demokrasi. Demokrasi adalah prinsip bangsa atau negara ini dalam menjalankan pemerintahannya. Semenjak awal bergulirnya era reformasi, demokrasi kian marak menjadi perbincangan seluruh lapisan bangsa ini. Demokrasi menjadi kosa kata umum yang digunakan masyarakat untuk mengemukakan pendapatnya. Hal ini didasarkan pada pengertian demokrasi menurut Abraham Lincoln. Demokrasi menurut Abraham Lincoln adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Salah satu perwujudan dari sistem demokrasi di Indonesia adalah otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hal, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini otonomi daerah diatur menurut UU No. 32 Tahun 2004, peraturan ini merupakan revisi dari peraturan sebelumnya tentang otonomi daerah. Dengan demikian, masyarakat suatu daerah memperoleh kebebasan dalam mengatur dan membangun daerahnya. Dengan adanya otonomi daerah, pemerintahan indonesia di era reformasi ini berbanding terbalik dengan orde baru. Jika orde baru menerapkan sistem pemerintahannya secara sentralisasi kepada pemerintah pusat, maka pada era reformasi ini dengan adanya otonomi daerah, sistem pemerintahannya menjadi desentralisasi. Tujuan diberlakukannya otonomi daerah secara umum yakni agar pembangunan dan pembagian kekayaan alam di
  • 5. setiap daerah merata,kesenjangan sosial antar daerah tidak mencolok, dan tidak adanya ketimpangan sosial. Otonomi daerah dipandang perlu dalam menghadapi perkembangan keadaan, baik dalam dan luar negeri, serta tantangan persaingan global. Otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas dan nyata, bertanggung jawab kepada daerah secara proposional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan kemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Itu semua harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran masyarakat, pemerataan, keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Penyelenggaraan Otonomi di daerah didasarkan pada isi dan jiwa yang terkandung dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya. Menurut Hukum Tata Pemerintahan Negara atau Hukum Administrasi Negara Otonomi Daerah merupakan suatu kewenangan daerah untuk menjalankan pengaturan, penetapan, penyelenggaraan, pengawasan, pertanggungjawaban Hukum dan Moral dan Penegakan Hukum Administrasi di daerah untuk terciptanya pemerintahan yang taat hukum, jujur, bersih, dan berwibawa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Otonomi daerah sebagai suatu kebijakan Desentralisasi ini diberlakukan dikarenakan Otonomi Daerah diharapkan dapat menjadi solusi terhadap problema ketimpangan pusat dan daerah, disintegrasi nasional, serta minimnya penyaluran aspirasi masyarakat local. Otonomi merupakan solusi terpenting untuk menepis disintegrasi.
  • 6. Otonomi untuk daerah propinsi diberikan secara terbatas yang meliputi kewenangan lintas kabupaten dan kota, dan kewenangan yang tidak atau belum dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan daerah kota, serta kewenangan bidang pemerintahan tertentu lainnya. Mengapa propinsi mendapat kedudukan sebagai daerah otonom dan sekaligus sebagai wilayah administrasi? Ada beberapa pertimbangan yang mendasarinya, yaitu: Pertama; Untuk memelihara hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedua; Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah yang bersifat lintas daerah kabupaten dan daerah kota serta melaksanakan kewenangan Otonomi Daerah yang belum dapat dilaksanakan untuk daerah kabupaten dan daerah kota. Ketiga; Untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan tertentu yang dilimpahkan dalam rangka pelaksanaan Asas Dekonsentrasi. Dari uraian diatas, saat ini yang menjadi permasalahannya adalah ; “Siapkah sumber daya manusia di daerah dalam menerima otonomi ?” 1.2. RUMUSAN MASALAH Permasalahan yang akan kita bahas dalam makalah ini, meliputi beberapa hal: 1. Penyebab timbulnya otonomi daerah 2. Permasalahan-permasalahan yang timbul akibat otonomi daerah. 3. Antisipasi terhadap problem yang terjadi akibat pemberlakuan Otoda. 1.3. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut: · Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai otonomi daerah · Membahas permasalahan-permasalahan yang timbul akibat otonomi daerah
  • 7. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Otonomi Daerah Istilah otonomi daerah berasal dari bahasa Yunani yaitu autos yang berarti berdiri sendiri, dan nomos yang berarti peraturan. Oleh karena itu secara harfiah otonomi berarti peraturan sendiri atau undang-undang sendiri yang selanjutnya berkembang menjadi pemerintahan sendiri. Otonomi Daerah adalah suatu pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kewenangan tersebut diberikan secara proposional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai dengan ketetapan MPR-RI Nomor XV/MPR/1998. Menurut Wayong, “otonomi daerah sebenarnya merupakan bagian dari pendewasaan politik rakyat di tingkat lokal dan proses mensejahterakan rakyat”, Menurut UU No. 32/2004 Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Terdapat dua komponen utama pengertian otonomi, yaitu pertama komponen wewenang menetapkan dan melaksanakan kebijakan sebagai komponen yang mengacu pada konsep “pemerintahan” yang terdapat dalam pengertian otonomi.
  • 8. 2.2. Latar Belakang Timbulnya Otonomi Daerah di Indonesia Otonomi daerah muncul sebagai bentuk veta comply terhadap sentralisasi yang sangat kuat di masa orde baru. Berpuluh tahun sentralisasi pada era orde baru tidak membawa perubahan dalam pengembangan kreativitas daerah, baik pemerintah maupun masyarakat daerah. Ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat sangat tinggi sehingga sama sekali tidak ada kemandirian perencanaan pemerintah daerah saat itu. Di masa orde baru semuanya bergantung ke Jakarta dan diharuskan semua meminta uang ke Jakarta. Tidak ada perencanaan murni dari daerah karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak mencukupi. Ketika Indonesia dihantam krisis ekonomi tahun 1997 dan tidak bisa cepat bangkit, menunjukan sistem pemerintahan nasional Indonesia gagal dalam mengatasi berbagai persoalan yang ada. Ini dikarenakan aparat pemerintah pusat semua sibuk mengurusi daerah secara berlebih-lebihan. Semua pejabat Jakarta sibuk melakukan perjalanan dan mengurusi proyek di daerah. Dari proyek yang ada ketika itu, ada arus balik antara 10 sampai 20 persen uang kembali ke Jakarta dalam bentuk komisi, sogokan, penanganan proyek yang keuntungan itu dinikmati ke Jakarta lagi. Terjadi penggerogotan uang ke dalam dan diikuti dengan kebijakan untuk mengambil hutang secara terus menerus. Akibat perilaku buruk aparat pemerintah pusat ini, disinyalir terjadi kebocoran 20 sampai 30 persen dari APBN. Akibat lebih lanjut, adalah adanya ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat yang sangat besar. Dan otonomi daerah adalah jawaban terhadap persoalan
  • 9. sentralisasi yang terlalu kuat di masa orde baru. Caranya adalah mengalihkan kewenangan ke daerah. Ini berdasarkan paradigma, hakikatnya daerah sudah ada sebelum Republik Indonesia (RI) berdiri.Prinsipnya, daerah itu bukan bentukan pemerintah pusat, tapi sudah ada sebelum RI berdiri. Karena itu, pada dasarnya kewenangan pemerintahan itu ada pada daerah, kecuali yang dikuatkan oleh UUD menjadi kewenangan nasional. Semua yang bukan kewenangan pemerintah pusat, asumsinya menjadi kewenangan pemerintah daerah.Maka, tidak ada penyerahan kewenangan dalam konteks pemberlakuan kebijakan otonomi daerah. Tapi, pengakuan kewenangan. Tahun 1999 menjadi titik awal terpenting dari sejarah desentralisasi di Indonesia. Pada masa pemerintahan Presiden Habibie melalui kesepakatan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat hasil Pemilu 1999 ditetapkan Undang-Undang Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah untuk mengoreksi UU No.5/1974 yang dianggap sudah tidak sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pemerintahan dan perkembangan keadaan.Kedua Undang-Undang tersebut merupakan skema otonomi daerah yang diterapkan mulai tahun 2001. Undang-undang ini diciptakan untuk menciptakan pola hubungan yang demokratis antara pusat dan daerah,Secara khusus, pemerintahan daerah diatur dalam Undang- Undang Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah. Namun, karena dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, maka aturan baru pun dibentuk untuk menggantikannya. Pada 15 Oktober 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri
  • 10. mengesahkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Diharapkan dengan adanya kewenangan di pemerintah daerah maka akan membuat proses pembangunan, pemberdayaan dan pelayanan yang signifikan. Prakarsa dan kreativitasnya terpacu karena telah diberikan kewenangan untuk mengurusi daerahnya. Sementara di sisi lain, pemerintah pusat tidak lagi terlalu sibuk dengan urusan-urusan domestik. Ini agar pusat bisa lebih berkonsentrasi pada perumusan kebijakan makro strategis serta lebih punya waktu untuk mempelajari, memahami, merespons, berbagai kecenderungan global dan mengambil manfaat darinya. 2.3. Permasalahan Yang Muncul dari Otonomi Daerah Implementasi Otonomi daerah bukan tanpa masalah. Ia melahirkan banyak persoalan ketika diterjemahkan di lapangan. Banyaknya permasalahan yang muncul menunjukan implementasi kebijakan ini menemui kendala-kendala yang harus selalu dievakuasi dan selanjutnya disempurnakan agar tujuannya tercapai. Beberapa persoalan itu adalah: 1. Kewenangan yang tumpang tindih Pelaksanaan otonomi daerah masih kental diwarnai oleh kewenangan yang tumpang tindih antar institusi pemerintahan dan aturan yang berlaku, baik antara aturan yang lebih tinggi atau aturan yang lebih rendah. Peletakan kewenangan juga masih menjadi pekerjaan rumah dalam kebijakan ini. Apakah kewenangan itu ada di kabupaten kota atau provinsi. Dengan pemberlakuan otonomi daerah yang mendadak mengejutkan pihak-pihak daerah yang tidak memiliki sumber daya manusia kualitatif.Terjadilah artikulasi otonomi daerah
  • 11. kepada aspek-aspek finansial tanpa pemahaman substatife yang cukup terhadap hakekat otonomi itu sendiri. 2. Anggaran Banyak terjadi keuangan daerah tidak mencukupi sehingga menghambat pembangunan. Sementara pemerintah daerah lemah dalam kebijakan menarik investasi di daerah. Di sisi yang lain juga banyak terjadi persoalan kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyusunan APBD yang merugikan rakyat. Dalam otonomi daerah, paradigma anggaran telah bergeser ke arah apa yang disebut dengan anggaran partisipatif. Tapi dalam prakteknya, keinginan masyarakat akan selalu bertabrakan dengan kepentingan elit sehingga dalam penetapan anggaran belanja daerah, lebih cenderung mencerminkan kepentingan elit daripada kepentingan masyarakat. 3. Pelayanan Publik Masih rendahnya pelayanan publik kepada masyarakat. Ini disebabkan rendahnya kompetensi PNS daerah dan tidak jelasnya standar pelayanan yang diberikan. Belum lagi rendahnya akuntabilitas pelayanan yang membuat pelayanan tidak prima. Banyak terjadi juga Pemerintah daerah mengalami kelebihan PNS dengan kompetensi tidak memadai dan kekurangan PNS dengan kualifikasi terbaik. Di sisi yang lain tidak sedikit juga gejala mengedepankan ”Putra Asli Daerah” untuk menduduki jabatan strategis dan mengabaikan profesionalitas jabatan. 4. Politik Identitas Diri
  • 12. Menguatnya politik identitas diri selama pelaksanaan otonomi daerah yang mendorong satu daerah berusaha melepaskan diri dari induknya yang sebelumnya menyatu. Otonomi daerah dibayang-bayangi oleh potensi konflik horizontal yang bernuansa etnis. Atau dapat dikatakan Bangkitnya egiosemtrisme ditiap daerah. 5. Orientasi Kekuasaan Otonomi daerah masih menjadi isu pergeseran kekuasaan di kalangan elit daripada isu untuk melayani masyarakat secara lebih efektif. Otonomi daerah diwarnai oleh kepentingan elit lokal yang mencoba memanfaatkan otonomi daerah sebagai momentum untuk mencapai kepentingan politiknya dengan cara memobilisasi massa dan mengembangkan sentimen kedaerahan seperti ”putra daerah” dalam pemilihan kepala daerah. 6. Lembaga Perwakilan Meningkatnya kewenangan DPRD ternyata tidak diikuti dengan terserapnya aspirasi masyarakat oleh lembaga perwakilan rakyat. Ini disebabkan oleh kurangnya kompetensi anggota DPRD, termasuk kurangnya pemahaman terhadap peraturan perundangan. Akibatnya meski kewenangan itu ada, tidak berefek terhadap kebijakan yang hadir untuk menguntungkan publik. Persoalan lain juga adalah banyak terjadi campur tangan DPRD dalam penentuan karir pegawai di daerah. 7. Pemekaran Wilayah Pemekaran wilayah menjadi masalah sebab ternyata ini tidak dilakukan dengan grand desain dari pemerintah pusat. Semestinya desain itu dengan
  • 13. pertimbangan utama guna menjamin kepentingan nasional secara keseluruhan. Jadi prakarsa pemekaran itu harus muncul dari pusat. Tapi yang terjadi adalah prakarsa dan inisiatif pemekaran itu berasal dari masyarakat di daerah. Ini menimbulkan problem sebab pemekaran lebih didominasi oleh kepentingan elit daerah dan tidak mempertimbangkan kepentingan nasional secara keseluruhan. 8. Pilkada Langsung Pemilihan kepala daerah secara langsung di daerah ternyata menimbulkan banyak persoalan. Pilkada langsung sebenarnya tidak diatur di UUD, sebab yang diatur untuk pemilihan langsung hanyalah presiden. Pilkada langsung menimbulkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pelaksanaan suksesi kepemimpinan ini. Padahal kondisi sosial masyarakat masih terjebak kemiskinan. Disamping itu, pilkada langsung juga telah menimbulkan moral hazard yang luas di masyarakat akibat politik uang yang beredar. Tidak hanya itu pilkada langsung juga tidak menjamin hadirnya kepala daerah yang lebih bagus dari sebelumnya. 2.4. Kasus Penyalahgunaan Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam kenyataannya, otonomi daerah yang dalam hakikatnya merupakan suatu tujuan yang sangat baik bagi kemajuan bangsa ini, justru banyak sekali terjadi penyalahgunaan dalam pelaksanaannya, tidak hanya di tingkat pemerintah pusat melainkan di tingkat pemerintah daerah hingga unsur pelaksana lainnya dalam pelaksanaan otonomi daerah ini. Walaupun pemerintah sering menyuarakan program otonomi daerah ini di setiap sudut wilayah negara, namun pada
  • 14. kenyataannya pembangunan masih belum merata di setiap daerah di Indonesia. Berbagai cara dilakukan demi meratanya pembangunan dan kesejahteraan bangsa ini yang pada kenyataannya mendapatkan hasil yang kurang memuaskan bahkan nihil. Lalu, apakah ada yang salah dalam konteks otonomi daerah ini? Pelaksanaan otonomi daerah yang tidak pada mestinya mengakibatkan kekecewaan masyarakat daerah setempat karena adanya penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh para Pejabat daerah, sehingga asas Otonomi daerah dengan tujuan agar daerah-daerah dapat mengelola secara mandiri segala sumberdaya, keuangan, maupun sumber-sumber lain sebagai pendapatan bagi daerah tidak berjalan sesuai dengan tujuan dan harapan masyarakat. Antusias yang tinggi “untuk meningkatkan kemajuan daerah” terlihat dari banyaknya daerah-daerah yang meminta dimekarkan sehingga terjadi pemekaran daerah besar-besaran di seluruh wilayah Indonesia. Yang menarik dari “proses mekarnya suatu daerah” ini adalah menjamurnya praktik korupsi yang dilakukan oleh oknum yang bernama pemimpin/petinggi di daerah. Banyak contoh kasus yang dapat memperlihatkan hal ini. Berbagai kasus korupsi dilakukan pejabat daerah memperlihatkan kepada kita bahwa korupsi benar-benar berada pada kawasan elit pemerintah. Jika fenomena tersebut dapat dibongkar secara lebih besar, tentu kita akan melihat kenyataan yang sangat mecengangkan. Hal ini diperkuat data Indonesia Coruption Watch, bahwa hingga akhir 2010 ada 148 mantan kepala daerah dan mantan wakil kepala daerah, serta kepala daerah yang masih aktif terjerat kasus korupsi. Namun kasus yang diizinkan disidik hanya 84 kasus, di luar 27 kasus yang ditangani Komisi
  • 15. Pemberantasan Korupsi (KPK). Sedangkan sisanya belum diizinkan presiden.Sepertinya otonomi daerah dan tuntutan pemekaran daerah, hanya dijadikan kedok untuk mencari kekuasaan dan kekayaan.Tampak disini, perluasan kekuasaan dan kewenangan yang besar bukan dianggap amanah sesuai dengan cita-cita awal tetapi sebagai ajang untuk mencari kekayaan berlebih. 2.5 Antisipasi Problem Yang Terjadi Akibat Otonomi Daerah Yang sebaiknya dilakukan agar otonomi daerah dapat berhasil mencapai tujuannya. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan adalah: 1. Memperkuat fungsi kontrol terhadap pemda yang dilakukan oleh masyarakat dan lembaga legislatif daerah. 2. Pemberdayaan politik warga masyarakat. 3. Pemahaman terhadap asas-asas umum pemerintahan yang baik meliputi: 1. Asas persamaan 2. Asas Kepercayaan 3. Asas Kepastian Hukum 4. Asas Kecermatan 5. Asas Pemberian Alasan 6. Asas Larangan bertindak kesewenang-wenangan 7. Dan lain-lain. 4. Dan yang terakhir adalah meningkatkan mutu pendidikan sehingga memunculkan sumber daya manusia yang berkualitas.
  • 16. Terkait berbagai problematika otonomi daerah tersebut, menjadi sangat urgen bagi pemerintah untuk mengambil langkah-langkah tegas dan strategis. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah: Pertama, segera merevisi UU 32/ 2004 tentang Pemerintahan Daerah, terutama masalah pembagian wewenang pemerintah pusat dan daerah dan terkait pasal 126 yang memuat status kepala daerah yang terjerat kasus korupsi. Selama ini, dasar hukum tersebut memberi ketentuan bahwa sejauh belum menjadi terdakwa dan tuntutannya kurang dari lima tahun penjara, mereka bisa bebas dan tetap menempati jabatannya.Status sebagai pejabat negara juga kerap menyulitkan aparat penegak hukum ketika akan menahan dan memeriksa mereka. Undang-undang mengharuskan pemeriksaan terhadap kepala daerah atas izin presiden. Sedangkan izin tersebut juga harus melalui birokrasi yang panjang dan rumit. Dengan merevisi undang-undang tersebut, diharapkan gubernur, bupati/walikota yang tersangkut kasus korupsi akan dinon-aktifkan begitu menjadi tersangka. Jabatan dan hak mereka akan diberikan kembali jika penyidikan kasusnya dihentikan. Kedua, pemerintah juga dapat mengefektifkan peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam upaya memerangi korupsi di daerah yang semakin menggurita. Argumentasi ini didasarkan pada kapasitas legal yang dimiliki KPK untuk untuk masuk ke semua lembaga negara dan melakukan evaluasi untuk pencegahan korupsi. Sebelum itu ditempuh, tentu langkah yang harus diambil adalah penguatan posisi KPK di daerah, yakni dengan pembentukan KPK di daerah.
  • 17. Ketiga,penting untuk menerapkan asas pembuktian terbalik. Asas pembuktian terbalik merupakan aturan hukum yang mengharuskan seseorang untuk membuktikan kekayaan yang dimilikinya, sebelum menjabat dibandingkan setelah menjabat. Serta darimana sumber kekayaan itu berasal. Jika kekayaan melonjak drastis dan bersumber dari kas Negara atau sumber lain yang ilegal, tentu merupakan tindak pidana korupsi. Korupsi memang merupakan kejahatan luar biasa (extraordinary crime), maka harus ditangani secara luar biasa pula dan tentu dengan melibatkan semua pihak. Karena, langkah-langkah strategis tersebut tidak akan berarti tanpa kerja sama dari semua pihak, terutama aparat penegak hukum untuk menjunjung hukum seadil-adilnya. Ini diperlukan agar otonomi daerah benar-benar bernilai serta menjadi berkah bagi rakyat di daerah. BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Dari berbagai pembahasan diatas maka kami dapat menyimpulkan keadaan otonomi daerah saat ini di Negara Indonesia sebagai berikut: · Pemberian otonomi daerah yang mendadak mengakibatkan artikulasi otonomi daerah kepada aspek-aspek finansial tanpa pemahaman yang cukup terhadap hakekat otonomi itu sendiri. · Pemberlakuan otonomi daerah akibat kecenderungan pemerintah pusat yang tidak menguntungkan daerah.
  • 18. · Di daerah sumber daya manusia yang berkualitas masih sedikit karena terdistribusi ke pusat.ap · Dengan otonomi maka daerah bebas melakukan apa saja. · Dengan otonomi daerah pusat akan melepaskan tanggung jawab untuk membantu dan membina daerah. Dengan demikian masalah Otonomi Daerah dalam pelaksanaannya perlu ditinjau kembali demi pemerataan kesejahteraan bangsa ini. Pemerintah pusat mampu memberikan wewenang sepenuhnya kepada pemerintah daerah, akan tetapi tidak lepas tanggung jawab sepenuhnya dan selalu memberikan pengawasan. Dan peran seluruh masyarakat Indonesia dalam pelaksanaan Otonomi Daerah yang benar sangat dibutuhkan. 3.2 SARAN · Otonomi daerah sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah melalui optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia bisa terwujud dengan baik, maka perlu selalu dalam pengawasan, baik secara internal dari pemerintah melalui Kementrian Dalam Negeri juga partisipasi masyarakat di daerah. Dengan demikian sangat diharapkan peran masyarakat sipil di daerah seperti lembaga swadaya masyarakat, organisasi sosial keagamaan di daerah. DAFTAR PUSTAKA http://www.transparansi.or.id/tentang/otonomi-daerah/.html http://www.indopos.co.id/index.php/arsip-berita-politik/45-politika/11479- otonomi-daerah-mengecewakan.html