SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Page | 1
O T O N O M I D A E R A H
MAKALAH 2015
11/14/2015
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7:
1. Amalia (20214926)
2. Andi Wijaya (21214061)
3. Fajar Ajibrata (23214847)
4. RobiSaputro (29214759)
5. Sarah Fauzia (2A214028)
DOSEN :
Sukestiningsih
MATA KULIAH:
PendidikanKewarganegaraan
2EB27
S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015
Kampus D
Jl. Margonda Raya No 100
Pondok Cina, Depok 16424
Jawa Barat - Indonesia
Telp (021)78881112
Page | 2
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................................................6
2.1 Pengertian Otonomi Daerah.......................................................................................................6
2.2 Aturan perundang-undangan Otonomi Daerah............................................................................8
2.3 Pelaksanaan Otonomi Daerah ....................................................................................................9
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Otonomi Daerah ..................................................................14
BAB 3 PENUTUP............................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 16
3.2 Saran ......................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................ 18
Page | 3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin dan
kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat kami rampungkan tepat pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai
Otonomi Daerah.
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini.
Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen mata kuliah kami yakni
Ibu Sukestiningsih yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami.
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini kami
sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan
disana-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih
maju di masa yang akan datang.
Harapan kami, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi kami
dalam mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang
lain yang membacanya.
Depok, November 2015
Penyusun
Page | 4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa waktu belakangan semenjak bergulirnya gelombang reformasi, otonomi
daerah menjadi salah satu topik sentral yang banyak dibicarakan. Otonomi Daerah menjadi
wacana dan bahankajiandari berbagai kalangan,baik pemerintah, lembaga perwakilan rakyat,
kalangan akademisi, pelaku ekonomi bahkan masayarakat awam. Semua pihak berbicara dan
memberikan komentar tentang “otonomi daerah” menurut pemahaman dan persepsinya
masing-masing.Perbedaanpemahamandanpersepsi dari berbagai kalangan terhadap otonomi
daerah sipengaruhi oleh perbedaan sudut pandang dan pendekatan yang digunakan.
Sebenarnya “otonomi daerah” bukanlah suatu hal yang baru karena semenjak
berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia , konsep otonomi daerah sudah digunakan
dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Bahkan pada masa pemerintahan kolonial
Belanda, prinsip-prinsip otonomi sebagian sudah diterapkan dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Sejakawal berdirinyaNegaraKesatuanRepublikIndonesiapara founding fathers
telah menjatuhkan pilihannya pada prinsip pemencaran kekuasaan (desentralisasi) dalam
penyelenggaraanpemerintahanNegara. Citadesentralisasi ini senantiasamenjadi bagian dalam
praktek pemerintahan Negara sejak berlakunya UUD 1945, era Konstitusi RIS, UUDS 1950
sampai pada erakembali ke UUD 1945 yang dikukuhkan lewat Dekrit Presiden 5 juli 1959. Garis
perkembangan sejarah tersebut membuktikan bahwa cita desentralisasi senantiasa dipegang
teguholehNegara Republik Indonesia, sekalipun dari satu periode ke periode lainnya terlihat
adanya perbedaan dalam intensitasnya.
Sebagai perwujudandari citadesentralisasi tersebut,maka langkah-langkah penting sudah
dilakukanolehpemerintah. Lahirnya berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang pemerintahan daerah membuktikan bahwa keinginan untuk mewujudkan cita-cita ini
terus berlanjut. Sekalipun demikia, kenyataan membuktikan bahwa cita tersebut masih jauh
dalamrealisasinya.Otonomi daerahmasihlebihsebagai harapan ketimbang sebagai kenyataan
yang telah terjadi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Otonomi Daerah belumlah
terwujudsebagaimanayangdiharapkan.Kitanampaknyabarumenujukea rah Otonomi Daerah
yang sebenarnya.
Page | 5
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, agar lebih jelas dan sesuai dengan sasaran fokus
pengamatan, Kami membatasi pembahasan makalah ini ke dalam beberapa pertanyaan
yang dituliskan dalam rumusan masalaha sebagai berikut :
a) Apa itu Otonomi Daerah?
b) Undang-undang apa saja yang mengatur jalannya Otonomi Daerah?
c) Bagaimana pelaksanaan Otonomi Daerah yang berlangsung di
Indonesia?
d) Apa saja yang menjadi keuntungan serta kelebihan diadakannya Otonomi
Daerah?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui:
Tujuan Umum Penulisan
Dengan adanya otonomi daerah diharapkan daerah tingkat I maupun Tingkat II
mampu mengelola daerah nya sendiri, serta memastikan pelaksanaannya sudah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tujuan Khusus Penulisan
a) Bahan diskusi mengenai otonomi daerah.
b) Peraturan undang-undang yang mengatur otonomi Daerah
c) Bukti nyata pelaksanaan Otonomi Daerah
d) Manfaat yang dirasakan dari pelaksanaan Otonomi Daerah
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang terkandung setelah membaca makalah ini adalah :
a) Mengetahui dan memahami Otonomi Daerah.
b) Mengetahun Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c) Memahami dampak dari pelaksanaan Otonomi Daerah.
d) Mengetahui keuntungan dan kelemahan sistem Otonomi Daerah.
Page | 6
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, auto yang berarti
sendiri dan nomous yang berarti hukum atau peraturan. Otonomi daerah pada
hakikatnya adalah hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah
otonom.Hak tersebut bersumber dari wewenang pangkal dan urusan-urusan
pemerintah (pusat) yang diserahkan kepada daerah. Inti keotonomian suatu daerah
adalah penetapan kebijaksanaan sendiri dan pelaksanaan sendiri, namun hak itu
dikembalikan kepada pihak yang memberi.
Berikut pengertian lengkap mengenai Otonomi Daerah :
a) Pengertian Otonomi Daerah Secara Etimologi
Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani yang berarti auto, dan nomous. Auto berarti
sendiri, dan nomous berarti hukum atau peraturan. jadi, pengertian otonomi daerah adalah
aturan yang mengatur daerahnya sendiri.
b) Menurut UU No. 32 Tahun 2004 : Pengertian otonomi daerah menurut UU No. 32
Tahun 2004 adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c) Menurut Kamus Hukum dan Glosarium Otonomi Daerah : Pengertian otonomi
daerah menurut kamus hukum dan glosarium otonomi daerah adalah kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
d) Menurut Encyclopedia of Social Scince : Pengertian otonomi daerah menurut
Encyclopedia of social scince adalah hak sebuah organisasi sosial untuk mencukupi diri
sendiri dan kebebasan aktualnya.
e) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : Pengertian otonomi daerah menurut kamus
besar bahasa indonesia adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Page | 7
f) Pengertian Otonomi Daerah Menurut Definisi Para Ahli `
Pengertian Otonomi Daerah menurut para pakar di Indonesia:
 Ateng Syarifuddin
“Otonomi mempunyai makna kebebasan atau kemandirian tetapi bukan
kemerdekaan melainkan kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu terwujud
pemberian kesempatan yang harus dapat dipertanggungjawabkan”
 F. Sugeng Istianto
“Hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah”
 Syarif Saleh
“Hak mengatur dan memerintah daerah sendiri dimana hak tersebut merupakan
hak yang diperoleh dari pemerintah pusat”
Pengertian Otonomi Daerah menurut para ahli lainnya:
 Benyamin Hoesein
“Pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu Negara
secara informal berada di luar pemerintah pusat”
 Mariun
“Kebebasan (kewenangan) yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang
memungkinkan meeka untuk membuat inisiatif sendiri dalam rangka mengelola
dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki oleh daerahnya sendiri. Otonomi
daerah merupakan kebebasan untuk dapat berbuat sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat”
 Philip Mahwood
.“Suatu pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sendiri dimana
keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh pemerintah guna
mengalokasikan sumber material yang bersifat substansial mengenai fungsi yang
berbeda”
 Vincent Lemius
“Kebebasan (kewenangan) untuk mengambil atau membuat suatu keputusan
politik maupun administasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Di
dalam otonomi daerah tedapat kebebasan yang dimiliki oleh pemerintah daerah
untuk menentukan apa yang menjadi kebutuhan daerah namun apa yang menjadi
kebutuhan daerah tersebut senantiasa harus disesuaikan dengan kepentingan
nasional sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi”
Page | 8
2.2 Aturan Perundang-undangan Otonomi Daerah
Beberapa aturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan pelaksanaan Otonomi Daerah:
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah
2. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah
3. Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah
4. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
5. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah
6. Perpu No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
7. Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839). Pada tahun 2004, Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dianggap tidak sesuai lagi dengan
perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah.
Sehingga digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437). Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah hingga saat ini telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir
kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844).
Page | 9
2.3 Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam rangka
memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh
pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing.
Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan
kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya
suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan yaitu
pemerintah daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka
membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan.
Pelaksanaan otonomi daerah masa orde baru
Sejak tahun 1966, pemerintah Orde Baru berhasil membangun suatu pemerintahan
nasional yang kuat dengan menempatkan stabilitas politik sebagai landasan untuk
mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia. Politik yang pada masa pemerintahan
Orde Lama dijadikan panglima, digantikan dengan ekonomi sebagai panglimanya, dan
mobilisasi massa atas dasar partai secara perlahan digeser oleh birokrasi dan politik
teknokratis. Banyak prestasi dan hasil yang telah dicapai oleh pemerintahan Orde Baru,
terutama keberhasilan di bidang ekonomi yang ditopang sepenuhnya oleh kontrol dan
inisiatif program-program pembangunan dari pusat.Dalam kerangka struktur sentralisasi
kekuasaan politik dan otoritas administrasi inilah, dibentuklah Undang-Undang No. 5
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Mengacu pada UU
ini, Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
Selanjutnya yang dimaksud dengan Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak,
berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
Page | 10
Undang-undang No. 5 Tahun 1974 ini juga meletakkan dasar-dasar sistem hubungan pusat-daerah yang
dirangkum dalam tiga prinsip:
1. Desentralisasi,penyerahan urusan pemerintah dari Pemerintah atau Daerah tingkat atasnya
kepada Daerah menjadi urusan rumah tangganya;
2. Dekonsentrasi,pelimpahan wewenang dari Pemerintah atau Kepala Wilayah atau Kepala Instansi
Vertikal tingkat atasnya kepada Pejabat-pejabat di daerah
3. Tugas Pembantuan (medebewind),tugas untuk turut serta dalam melaksanakan urusan
pemerintahan yang ditugaskan kepada Pemerintah Daerah oleh Pemerintah oleh Pemerintah
Daerah atau Pemerintah Daerah tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggungjawabkan
kepada yang menugaskannya
Dalam kaitannya dengan Kepala Daerah baik untuk Dati I (Provinsi) maupun Dati II
(Kabupaten/Kotamadya),dicalonkan dan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari sedikit-
dikitnya 3 (tiga) orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang calon yang telah dimusyawarahkan dan
disepakati bersama antara Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/Pimpinan Fraksi-fraksi dengan
Menteri Dalam Negeri, untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali
masa jabatan berikutnyadengan hak, wewenang dan kewajiban sebagai pimpinan pemerintah Daerah yang
berkewajiban memberikan keterangan pertanggungjawaban kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
sekurang-kurangnya sekali setahun, atau jika dipandang perlu olehnya, atau apabila diminta oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah,serta mewakili Daerahnya di dalam dan di luar Pengadilan
Berkaitan dengan susunan, fungsi dan kedudukan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,diatur
dalam Pasal27, 28, dan 29 dengan hak seperti hak yang dimiliki oleh anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (hak anggaran; mengajukan pertanyaan bagi masing-masing Anggota; meminta keterangan;
mengadakan perubahan; mengajukan pernyataan pendapat; prakarsa; dan penyelidikan), dan
kewajiban seperti a) mempertahankan, mengamankan serta mengamalkan PANCASILA dan UUD
1945; b)menjunjung tinggi dan melaksanakan secara konsekuen Garis-garis Besar Haluan Negara,
Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat serta mentaatisegala peraturan perundang-
undangan yang berlaku; c) bersama-sama Kepala Daerah menyusun Anggaran Pendapatan dan
Belanja daerah dan peraturan-peraturan Daerah untuk kepentingan Daerah dalam batas-batas
wewenang yang diserahkan kepada Daerah atau untuk melaksanakan peraturan perundangundangan
yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Daerah; dan d) memperhatikan aspirasi dan memajukan
tingkat kehidupan rakyat dengan berpegang pada program pembangunan Pemerintah
Dari dua bagian tersebut di atas,nampak bahwa meskipun harus diakui bahwa UU No. 5 Tahun 1974
adalah suatu komitmen politik, namun dalam prakteknya yang terjadi adalah sentralisasi (baca:
kontrol dari pusat) yang dominan dalam perencanaan maupun implementasi pembangunan Indonesia.
Salah satu fenomena paling menonjol dari pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1974 ini adalah
ketergantungan Pemda yang relatif tinggi terhadap pemerintah pusat.
Page | 11
Pelaksanaan otonomi daerah setelah masa orde baru
Upaya serius untuk melakukan desentralisasi di Indonesia pada masa reformasi dimulai di tengah-
tengah krisis yang melanda Asia dan bertepatan dengan proses pergantian rezim (dari rezim
otoritarian ke rezim yang lebih demokratis). Pemerintahan Habibie yang memerintah setelah
jatuhnya rezim Suharto harus menghadapi tantangan untuk mempertahankan integritas nasional dan
dihadapkan pada beberapa pilihan yaitu
1. melakukan pembagian kekuasaan dengan pemerintah daerah,yang berarti mengurangi peran
pemerintah pusat dan memberikan otonomi kepada daerah;
2. pembentukan negara federal; atau
3. membuat pemerintah provinsi sebagaiagen murni pemerintah pusat.
Pada masa ini, pemerintahan Habibie memberlakukan dasar hukum desentralisasi yang baru untuk
menggantikan Undang-Undang No. 5 Tahun 1974, yaitu dengan memberlakukan Undang-Undang No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Beberapa halyang mendasar mengenai otonomi daerah
dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang sangat berbeda dengan
prinsip undang-undang sebelumnya antara lain :
1. Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 pelaksanaan otonomi daerah lebih mengedepankan
otonomi daerah sebagaikewajiban daripada hak, sedang dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999 menekankan arti penting kewenangan daerah dalam mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat melalui prakarsanya sendiri.
2. Prinsip yang menekankan asas desentralisasi dilaksanakan bersama-sama dengan asas
dekonsentrasi seperti yang selama ini diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tidak
dipergunakan lagi, karena kepada daerah otonom diberikan otonomi yang luas, nyata dan
bertanggung jawab. Hal ini secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan
pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah. Di samping itu, otonomi daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi
yang juga memperhatikan keanekaragaman daerah.
3. Beberapa hal yang sangat mendasar dalam penyelenggaraan otonomi daerah dalam Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1999, adalah pentingnya pemberdayaan masyarakat,menumbuhkan
prakarsa dan kreativitas mereka secara aktif,serta meningkatkan peran dan fungsi Badan
Perwakilan Rakyat Daerah. Oleh karena itu, dalam Undang-undang ini otonomi daerah
diletakkan secara utuh pada daerah otonom yang lebih dekat dengan masyarakat,yaitu daerah
yang selama ini berkedudukan sebagaiDaerah Tingkat II, yang dalam Undang-undang ini
disebut Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
Page | 12
4. Sistem otonomi yang dianut dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 adalah otonomi yang
luas, nyata dan bertanggung jawab, dimana semua kewenangan pemerintah, kecuali bidang
politik luar negeri, hankam, peradilan, moneter dan fiskal serta agama dan bidang- bidang
tertentu diserahkan kepada daerah secara utuh,bulat dan menyeluruh, yang ditetapkan dengan
peraturan pemerintah.
5. Daerah otonom mempunyai kewenangan dan kebebasan untuk membentuk dan melaksanakan
kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat. Sedang yang selama ini disebut Daerah
Tingkat I atau yang setingkat, diganti menjadi daerah provinsi dengan kedudukan sebagai daerah
otonom yang sekaligus wilayah administrasi, yaitu wilayah kerja Gubernur dalam melaksanakan
fungsi-fungsi kewenangan pusat yang didelegasikan kepadanya.
6. Kabupaten dan Kota sepenuhnya menggunakan asas desentralisasi atau otonom. Dalam hubungan
ini, kecamatan tidak lagi berfungsi sebagai peringkat dekonsentrasi dan wilayah administrasi,
tetapi menjadi perangkat daerah kabupaten/kota. Mengenai asas tugas pembantuan dapat
diselenggarakan di daerah provinsi, kabupaten, kota dan desa. Pengaturan mengenai
penyelenggaraan pemerintahan desa sepenuhnya diserahkan pada daerah masing-masing dengan
mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah.
7. Wilayah Provinsi meliputi wilayah laut sepanjang 12 mil dihitung secara lurus dari garis pangkal
pantai, sedang wilayah Kabupaten/Kota yang berkenaan dengan wilayah laut sebatas 1/3 wilayah
laut provinsi.
8. Pemerintah Daerah terdiri dari Kepala Daerah dan perangkat daerah lainnya sedang DPRD bukan
unsur pemerintah daerah. DPRD mempunyai fungsi pengawasan, anggaran dan legislasi daerah.
Kepala daerah dipilih dan bertanggung jawab kepada DPRD. Gubernur selaku kepala wilayah
administratif bertanggung jawab kepada Presiden.
9. Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD sesuaipedoman
yang ditetapkan Pemerintah, dan tidak perlu disahkan oleh pejabat yang berwenang.
10. Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya,
sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah,dan pertimbangannya lain yang memungkinkan
terselenggaranya otonomi daerah,daerah, daerah yang tidak mampu menyelenggarakan otonomi
daerah dapat dihapus dan atau digabung dengan daerah lain. Daerah dapat dimekarkan menjadi
lebih dari satu daerah,yang ditetapkan dengan undang-undang.
11. Setiap daerah hanya dapat memiliki seorang wakil kepala daerah, dan dipilih bersama pemilihan
kepala daerah dalam satu paket pemilihan oleh DPRD.
12. Daerah diberi kewenangan untuk melakukan pengangkatan, pemindahan, pemberhentian,
penetapan pensiun, pendidikan dan pelatihan pegawai sesuaidengan kebutuhan dan kemampuan
daerah,berdasarkan nama, standar, prosedur yang ditetapkan pemerintah.
13. Kepada Kabupaten dan Kota diberikan otonomi yang luas, sedang pada provinsi otonomi yang
terbatas. Kewenangan yang ada pada provinsi adalah otonomi yang bersifat lintas Kabupaten dan
Page | 13
Kota, yakni serangkaian kewenangan yang tidak efektif dan efisien kalau diselenggarakan dengan
pola kerjasama antar Kabupaten atau Kota. Misalnya kewenangan di bidang perhubungan,
pekerjaan umum, kehutanan dan perkebunan dan kewenangan bidang pemerintahan tertentu
lainnya dalam skala provinsi termasuk berbagai kewenangan yang belum mampu ditangani
Kabupaten dan Kota.
14. Pengelolaan kawasan perkotaan di luar daerah kota dapat dilakukan dengan cara membentuk
badan pengelola tersendiri, baik secara intern oleh pemerintah Kabupaten sendiri maupun melalui
berkerjasama antar daerah atau dengan pihak ketiga. Selain DPRD,daerah juga memiliki
kelembagaan lingkup pemerintah daerah, yang terdiri dari Kepala Daerah,Sekretariat Daerah,
Dinas-Dinas Teknis Daerah,Lembaga Staf Teknis Daerah,seperti yang menangani perencanaan,
penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, pengawasan dan badan usaha milik
daerah. Besaran dan pembentukan lembaga-lembaga itu sepenuhnya diserahkan pada daerah.
Lembaga pembantu Gubernur, Pembantu Bupati/Walikota, Asisten Sekwilda, Kantor Wilayah
dan Kandep dihapus.
15. Kepala Daerah sepenuhnya bertanggung jawab kepada DPRD,dan DPRD dapat meminta Kepala
Daerahnya berhenti apabila pertanggungjawaban Kepala daerah setelah 2 (dua) kali tidak dapat
diterima oleh DPRD.
Page | 14
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Otonomi Daerah
Kelebihan Sistem Otonomi Daerah
a) Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.
b) Daerah tidak perlu menunggu intruksi dari Pemerintah pusat dalam menghadapi masalah
mendesak yang membutuhkan tindakan yang cepat.
c) Dalam sistem desentralisasi, dapat diadakan pembedaan (diferensial) dan pengkhususan
(spesialisasi) yang berguna bagi kepentingan tertentu. Khususnya desentralisasi teritorial,
dapat lebih muda menyesuaikan diri pada kebutuhan atau keperluan khusus daerah.
d) Dengan adanya desentralisasi territorial, daerah otonomi dapat merupakan semacam
laboratorium dalam hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan, yang dapat
bermanfaat bagi seluruh negara. Hal-hal yang ternyata baik, dapat diterapkan diseluruh
wilayah negara, sedangkan yang kurang baik dapat dibatasi pada suatu daerah tertentu
saja dan oleh karena itu dapat lebih muda untuk diadakan.
e) Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dariPemerintah Pusat.
f) Dari segi psikolagis, desentralisasi dapat lebih memberikan kewenangan memutuskan
yang lebuh beser kepada daerah.
g) Akan memperbaiki kualitas pelayanan karena dia lebih dekat dengan masyarakat yang
dilayani.
Dampak positif otonomi daerah adalah bahwa dengan otonomi daerah maka pemerintah daerah
akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan identitas local yang ada di masyarakat.
Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat mendapatkan respon tinggi dari
pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri. Bahkan dana
yang diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan melalui jalur birokrasi dari pemerintah
pusat. Dana tersebut memungkinkan pemerintah lokal mendorong pembangunan daerah serta
membangun program promosi kebudayaan dan juga pariwisata.
Page | 15
Kekurangan Sistem Otonomi Daerah
a) Karena besarnya organ-organ pemerintahan maka struktur pemerintahan bertambah
kompleks, yang mempersulit koordinasi.
b) Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam kepentingan dan daerah dapat
lebih mudah terganggu.
c) Khusus mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong timbulnya apa yang disebut
daerahisme atau provinsialisme.
d) Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena memerlukan perundingan
yang bertele-tele.
e) Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih banyak dan sulit
untuk memperoleh keseragaman atau uniformitas dan kesederhanaan.
Dampak negatif dari otonomi daerah adalah adanya kesempatan bagi oknum-oknum di
pemerintah daerah untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan Negara dan rakyat seperti
korupsi, kolusi dan nepotisme. Terkadang ada kebijakan-kebijakan daerah yang tidak sesuai
dengan konstitusi Negara yang dapat menimbulkan pertentangan antar daerah satu dengan
daerah tetangganya, atau bahkan daerah dengan Negara, seperti contoh pelaksanaan Undang-
undang Anti Pornografi ditingkat daerah. Hal tersebut dikarenakan dengan system otonomi
daerah maka pemerintah pusat akan lebih susah mengawasi jalannya pemerintahan di daerah,
selain itu karena memang dengan system otonomi daerah membuat peranan pemeritah pusat
tidak begitu berarti.
Beberapa modus pejabat nakal dalam melakukan korupsi dengan APBD :
a) Korupsi Pengadaan Barang
 Penggelembungan (mark up) nilai barang dan jasa dari harga pasar.
 Kolusi dengan kontraktor dalam proses tender.
b) Penghapusan barang inventaris dan aset negara (tanah) Modus :
 Memboyong inventaris kantor untuk kepentingan pribadi.
 Menjual inventaris kantor untuk kepentingan pribadi.
c) Pungli penerimaan pegawai, pembayaran gaji, keniakan
 pangkat, pengurusan pensiun dan sebagainya.
 Memungut biaya tambahan di luar ketentuan resmi.
d) Pemotongan uang bantuan sosial dan subsidi (sekolah, rumah
ibadah, panti asuhan dan jompo)
 Pemotongan dana bantuan sosial b. Biasanya dilakukan secara bertingkat
(setiap meja).
e) Bantuan fiktif
 Membuat surat permohonan fiktif seolah-olah ada bantuan dari pemerintah ke
pihak luar.
Page | 16
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat dipahami dengan adanya otonomi daerah, maka
setiap daerah akan diberi kebebasan dalam menyusun program dan mengajukannya kepada
pemerintahan pusat. Hal ini akan berdampak positif dan bisa memajukan daerah tersebut
apabila Orang atau badan yang menyusun memiliki kemampuan yang baik dalam
merencanan suatu program serta memiliki analisis mengenai hal-hal apa saja yang akan
terjadi dikemudian hari. Tetapi sebaliknya, akan berdampak kurang baik apabila orang atau
badan yang menyusun program tersebut kurang memahami atau kurang mengetahui
mengenai bagaimana cara menyusun perencanaan yang baik serta analisis dampak yang akan
terjadi.
3.2 Saran
Analisis Langkah-Langkah Yang Harus Diambil Pemerintah Dalam Mengontrol Otonomi
Daerah:
1. Merumuskan kerangka hukum yang memenuhi aspirasi untuk otonomi di tingkat
propinsi dan sejalan dengan strategi desentralisasi secara bertahap.
2. Menyusun sebuah rencana implementasi desentralisasi dengan memperhatikan faktor-
faktor yang menyangkut penjaminan kesinambungan pelayanan pada
masyarakat,perlakuan perimbangan antara daerah-daerah,dan menjamin kebijakan
fiskal yang berkelanjutan.
3. Untuk mempertahankan momentum desentralisasi,pemerintah pusat perlu
menjalankan segera langkah desentralisasi,akan tetapi terbatas pada sektor-sektor
yang jelas merupakan kewenangan Kabupaten dan Kota dan dapat segera diserahkan.
4. Proses otonomi tidak dapat dilihat sebagai semata-mata tugas dan tanggung jawab
dari menteri negara otonomi atau menteri dalam negeri,akan tetapi menuntut
koordinasi dan kerjasama dari seluruh bidang dalam kabinet (Ekuin,Kesra & Taskin,
dan Polkam).
Page | 17
Upaya Yang seharusnya dilakukan Pejabat Daerah Untuk Mengatasi Ketimpangan Yang
Terjadi :
1. Pejabat harus dapat melakukan kebijakan tertentu sehingga SDM yang berada di
pusat dapat terdistribusi ke daerah.
2. Pejabat harus melakukan pemberdayaan politik warga masyarakat dilakukan melalui
pendidikan politik dan keberadaan organisasi swadaya masyarakat, media massa dan
lainnya.
3. Pejabat daerah harus bisa bertanggung jawab dan jujur.
4. Adanya kerjasama antara pejabat dan masyarakat.
5. Dan yang paling penting pejabat harus tahu prinsip-prinsip otonomi.
Page | 18
DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, Strategi dan
Peluang. Jakarta: Penerbit Erlangga.
SYAUKANI, AFFAN GAFFAR, RYASS RASYID. 2002. OTONOMI DAERAH DALAM NEGARA
KESATUAN. YOGYAKARTA: PUSTAKA PELAJAR.
Deddy Supriady Bratakusumah & Dadang Solihin. 2004. Otonomi Penyelenggaran Pemerintahan
Daerah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
DEPDIKNAS. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional (Edisi
Keempat). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Hanif Nurcholis. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Jakarta : PT Grasindo
HAW. Widjaja. 2007. Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Indonesia.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah.
Yogyakarta : Andi Offset.
Rozali Abdullah. 2007. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara
Langsung. Jakarta : PT Raja Grasindo.
Priyanto, Sugeng. 2008 . Pendidikan Kewarganegaraan. Semarang: Aneka Ilmu.
Srijanti, dkk. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa. Jakarta: Graha Ilmu.
Ubaidillah, dkk. 2012. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN
Syarif Hidayatullah.
Page | 19
Tambahan
Masyarakat adalah sebuah kelompok individu yang diorganisasikan dan
mengikuti cara hidup dan peraturan yang harus dipatuhi dimana individu itu tinggal.
Sebuah kelompok masyarakat akan mengikuti peraturan yang sudah menjadi kebiasaan di
lingkungan mereka atau akan mematuhi sebuah aturan yang sudah lama berlaku di
lingkungan mereka. Semua manusia bersaudara dan kita semua sama. Yang membedakan
diri kita dengan individu lain atau orang lain adalah jalan pikiran kita.
Kelompok masyarakat yang tinggal disatu tempat yang jauh dari keramaian kota
tentu akan berbeda dengan kelompok masyarakat yang tinggal dikeramaian kota yang
penuh dengan kemajuan teknologi dan derasnya informasi yang masuk ke jalan pikiran
kelompok masyarakat tersebut. Hal ini sudah dibuktikan diberbagai negara belahan
dunia. Bukti yang sangat jelas adalah diberbagai negara pasti terdapat suku asli atau
penduduk asli yang tinggal di pedalaman yang masih memiliki kepercayaan kepada
leluhur mereka dan mereka masih memakai peraturan yang sudah lama mereka pakai
sejak nenek moyang mereka hingga sekarang. Hal ini disebabkan karena kehidupan
mereka jauh dari segala informasi tentang kemajuan jaman sehingga mereka tidak tahu
apa-apa tentang kehidupan diluar.
Indonesia adalah Negara berkembang di mana desa-desa masih mempunyai
peranan yang sangat penting bagi kehidupan di kota. Jadi keduanya menjadi daerah
pendorong berkembangnya Negara Indonesia. Kota dan desa mempunyai peran yang
sama. Namun desa dan kota mempunyai banyak perbedaan baik dari segi fisik maupun
dari segi sosial. Dari segi fisik misalnya bentuk dan tata ruang. Sedangkan dari segi sosial
misalnya sumber ekonomi keluarga, interaksi sosialnya, gaya hidup dan masih banyak
lagi yang lainnya.
Beberapa faktor-faktor yang menetukan prospek otonomi daerah, diantaranya, yaitu :
Faktor Pertama adalah faktor manusia sebagai subyek penggerak (faktor dinamis)
dalam peenyelenggaraan otonomi daerah. Faktor manusia ini haruslah baik, dalam pengertian
moral maupun kapasitasnya. Faktor ini mencakup unsur pemerintah daerah yang terdiri dari
Page | 20
Kepala Daerah dan DPRD, aparatur daerah maupun masyarakat daerah yang merupakan
lingkungan tempat aktivitas pemerintahan daerah tersebut.
Faktor kedua adalah faktor keuangan yang merupakan tulang punggung bagi
terselenggaranya aktivitas pemerintahan Daerah. Salah stu cirri daerah otonom adalah
terletak pada kemampuan self supportingnya / mandiri dalam bidang keuangan. Karena itu,
kemampuan keuangan ini akan sangat memberikan pengaruh terhadap penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Sumber keuangan daerah yang asli, misalnya pajak dan retribusi daerah, hasilm
perusahaan daerah dan dinas daerah, serta hasil daerah lainnya yang sah, haruslah mampu
memberikan kontribusinya bagi keuangan daerah.
Faktor ketiga adalah faktor peralatan yang merupakan sarana pendukung bagi
terselenggaranya aktivitas pemerintahan daerah. Peralatan yang ada haruslah cukup dari segi
jumlahnya, memadai dari segi kualitasnya dan praktis dari segi penggunaannya. Syarat-syarat
peralatan semacam inilah yang akan sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Faktor keempat adalah faktor organisasi dan manajemen. Tanpa kemampuan
organisasi dan manajemen yang memadai penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat
dilakukan dengan baik, efisien, dan efektif.oleh sebab itu perhatian yang sungguh-sunggguh
terhadap masalah ini dituntut dari para penyelenggara pemerintahan daerah.
Sejarah perkembangan Otonomi Daerah membuktikan bahwa keempat faktor tersebut
di atas masih jauh dari yang diharapkan. Karenanya Otonomi Daerah masih menunjukkan
sosoknya yang kurang menggembirakan.oleh sebab itu apabila kita berkeinginan untuk
merealisasi cita-cita Otonomi Daerah maka pembenahan dan perhatian yang sungguh-
sungguh perlu diberikan kepada empat faktor di atas.
Page | 21
3. Hakikat Otonomi Daerah - Berdasarkan pengertian-pengertian otonomi daerah tersebut
dapat disimpulkan bahwa hakikat otonomi daerah adalah sebagai berikut...
 Daerah memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga pemerintahan sendiri,
baik, jumlah, macam, maupun bentuk pelayanan masyarakat yang sesuai kebutuhan
daerah masing-masing.
 Daerah memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri,
baik kewenangan mengatur maupun mengurus rumah tangga pemerintahan sendiri sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku
Pemerintah Daerah itu meliputi Bupati atau Walikota, perangkat daerah seperti Lurah,Camat
serta Gubernur sebagai pemimpin pemerintahan daerah tertinggi.
DPRD adalah lembaga pemerintahan daerah di mana di dalam DPRD duduk para wakil rakyat
yang menjadi penyalur aspirasi rakyat.Selain itu DPRD adalah suatu unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
Otonomi daerah adalah wewenang,hak dan kewajiban suatu daerah otonom untuk mengurus dan
mengatur sendiri urusan pemerintahan dan mengurus berbagai kepentingan masyarakat yang
berada dan menetap di dalam daerah tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Daerah otonom adalah suatu kesatuan masyarakat yang berada di dalam batas-batas wilayah dan
wewenang dari pemerintahan daerah di mana prngaturan nya berdasarkan prakarsa sendiri
namum sesuai dengan sistem NKRI.
Di dalam otonomi daerah di jelaskan bahwa pemerintah pusat adalah Presiden Republik
Indonesia sebagaiman tertulis di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Berbicara otonomi daerah berarti berbicara tentang suatu spekrtum yang luas, karena hampir
semua bangsa di dunia ini menghendaki adanya otonomi, yaitu hak untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri tanpa adanya campur tangan dari intervensi pihak lain. Karena itu akan keperluan
otonomi bukan hanya sebatas pada pemerintah daerah saja, tetapi juga pemerintah negara. Keperluan
adanya otonomi dalam negara dilatarbelakangi oleh pengalaman masa lalu, karena keberadaan negara
hanya dianggap sebagai instrument belaka dari kaum kapitalitas.Kondisi ini kemudian melahirkan
konsepsi Marx tentang Instrumental State.Demikian halnya negara-negara social yang menghendaki
Page | 22
adanya otonomi dari pengaruh partai politik (partai komunis) yang cendrung mengintervensi kehidupan
negara.Dalam hubungan ini Negara menhendaki otonomi untuk memperkecil dan bahkan menghilangkan
pengruh-pengaruh maupun intervensi kaum kapitalis atau sosialis.
Berbeda halnya dengan keperluan otonomi dalam pemerintahan lokal, yaitu untuk
memperbesar kewengan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri.Karena itu keperluan
otonomi pada tingkat lokal pada hakikatnya adalah untuk memperkecil intervensi pemerintah pusat dalam
urusan rumah yangga daerah.Dalam negara kesatuan otonomi daerah itu diberikan oleh pemerintah
daerah pusat, sedangkan pemerintah daerah hanya menerima penyerahan dari pemerintah pusat.Berbeda
halnya dengan otonomi daerah di negara federal, yaitu otonomi daerah telah melekat pada negara-negara
bagian, sehingga urusan yang dimiliki oleh pemerintah federal pada hakikatnya adalah yang diserahkan
oleh negara bagian.
Konstelasi tersebut menunjukkan bahwa dalam negara kesatuan kecendrungan kewenangan
yang besar berada di central government, sedangkan dalam negara federal kecendrungan kewenangan
yang besar berada pada local government. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah dalam Negara
kesatuan seperti Indonesia lebih banyak menggantungkan otonominya pada political will pemerintah
pusat, yaitu sampai sejauhmana pemerintah pussat mempunyai niat baik untuk memperdayakan local
government.melalui pemberian wewenagn yang lebig besar.
Dengan demkian hubungan ini dikenal adanya otonomi daerah yang terbatas dan otonomi
daerah luas.Pada hakikatnya kedua bentuk otonomi tersebut hanya dibedakan oleh kewenangan yang
dimiliki, yaitu untuk daerah yang memiliki otonomi terbatas hanya memiliki kewenangan yang relatif
kecil, sedangkan daerah yang memiliki otonom yang laus cenderung memiliki kewenangan yang besar.
Otonomi daerah di Indonesia adalah hak, wewenang,dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuaidengan peraturan
perundang-undangan
Terdapat dua nilai dasar yang dikembangkan dalam UUD 1945 berkenaan dengan pelaksanaan
desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia, yaitu:
1. Nilai Unitaris, yang diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia tidak mempunyai kesatuan
pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat negara ("Eenheidstaat"), yang berarti kedaulatan
yang melekat pada rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia tidak akan terbagi di antara
kesatuan-kesatuan pemerintahan; dan
2. Nilai dasar Desentralisasi Teritorial,dariisi dan jiwa pasal 18 Undang-undang Dasar 1945
beserta penjelasannya sebagaimana tersebut di atas maka jelaslah bahwa Pemerintah diwajibkan
untuk melaksanakan politik desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang ketatanegaraan.
Page | 23
Dikaitkan dengan dua nilai dasar tersebut di atas,penyelenggaraan desentralisasi di Indonesia
berpusat pada pembentukan daerah-daerah otonom dan penyerahan/pelimpahan sebagian
kekuasaan dan kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mengatur dan
mengurus sebagian sebagian kekuasaan dan kewenangan tersebut. Adapun titik berat
pelaksanaan otonomi daerah adalah pada Daerah Tingkat II (Dati II)dengan beberapa dasar
pertimbangan
1. Dimensi Politik,DatiII dipandang kurang mempunyai fanatisme kedaerahan sehingga risiko
gerakan separatisme dan peluang berkembangnya aspirasi federalis relatif minim;
2. Dimensi Administratif,penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat relatif
dapat lebih efektif;
3. Dati II adalah daerah "ujung tombak" pelaksanaan pembangunan sehingga Dati II-lah yang lebih
tahu kebutuhan dan potensi rakyat di daerahnya.
Atas dasar itulah, prinsip otonomi yang dianut adalah:
1. Nyata,otonomi secara nyata diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi obyektif di daerah;
2. Bertanggung jawab,pemberian otonomi diselaraskan/diupayakan untuk memperlancar
pembangunan di seluruh pelosok tanah air; dan
3. Dinamis,pelaksanaan otonomi selalu menjadi sarana dan dorongan untuk lebih baik dan maju
Dalampenyelenggaraan negara yangbaik,maka kerjasama antara pemerintah pusat
dan daerah haruslah tetap terkonrol dan berjalan mulus baik secara kekuasaan maupun
relasi.Membahas mengenai relasi atau hubungan antara pemerintah pusatdengan
pemerintah daerah mengenai pelimpahan wewenang biasa kita dengar istilah
sentralisasi,desentralisasi,dan dekonsentrasi.Apa yangdimaksud sentralisasi,
desentralisasi,dan sekonsentrasi? Berikutulasan lengkapnya.Pengertian Sentralisasi,
Desentralisasi,dan Dekonsentrasi Pengertian Sentralisasi,Desentralisasi,dan
Dekonsentrasi Pengertian Sentralisasi,Desentralisasi,dan Dekonsentrasi Sentralisasi
Pengertian Sentralisasi Sentralisasi adalah penyerahan kekuasaan serta wewenang
pemerintahan sepenuhnya kepada pemerintah pusat.Pemerintah pusatdimaksud
adalah Presiden dan Dewan Kabinet.Kewenangan yang dimaksud adalah kewenangan
politik dan kewenangan administrasi.Kewenangan politik adalah kewenangan membuat
dan memutuskan kebijakan sedangkan kewenangan administrasi adalah kewenangan
melaksanakan kebijakan.Kelemahan SistemSentralisasi Kebijakan dan keputusan-
keputusan untuk daerah berada di pusat,sehingga butuh waktu yang lama untuk
melakukan itu. Selain itu,karena semua bentuk pemerintahan berada di pusat,maka
akan memberikan beban kerja yangtinggi karena pekerjaan rumah tangga yang akan
semakin menumpuk. Contoh Sistem Sentralisasi Lembaga keamanan negara yaitu TNI,
melaksanakan perlindungan terhadap Indonesia memalui tiga titik yaitu udara,darat
dan laut. Bank Indonesia yangmenjadi pusatpengaturan segala kebijakan moneter dan
Page | 24
fiskal.Desentralisasi Pengertian Desentralisasi Desentralisasi adalah penyerahan
wewenang dari pusatkepada daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri,namun
tidak untuk semua hal,kemananan,hukum dan kebijakan fiskal adalah beberapa hal
yang masih terpusat,namun ada pendelegasian kepada daerah. Menurut UU Nomor 5
Tahun 1974,desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari pusatkepada
daerah.Pelimpahan wewenang kepada Pemerintahan Daerah, semata- mata untuk
mencapai suatu pemerintahan yang efisien.Pelimpahan wewenang tersebut
menghasilkan otonomi.Otonomi itu sendiri adalah kebebasan masyarakatyangtinggal
di daerahnya itu sendiri untuk mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri.Secara
sederhana,pelimpahan wewenang pusatkepada daerah menjadi apa yang disebut
desentralisasi dan bentuk penerapannya adalah adanyaotonomi tersebut. Segala hal
yang telah pusatberikan, yaitu wewenang dan tanggung jawab yangdiserahkan menjadi
tanggung jawab daerah baik politik pelaksanaannya,rencana,pembiayaan,dan
pelaksanaan adalah wewenang dan tanggung jawab daerah itu sendiri.Contoh Sistem
Desentralisasi - Dinas Pendidikan yangmengatur bagaimana pola pendidikan.
Dekonsentrasi Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang administrasi dari
pemerintah pusatkepada pejabatdi daerah. Perlu digaris bawahi,pelimpahan
wewenang yang dimaksud adalah hanya sebatas wewenang administrasi,untuk
wewenang politik tetap dipegang oleh pemerintah pusat.Bisa dikatakan dekonsentrasi
adalah perpaduan antara sentralisasi dan desentralisasi.Contoh Sistem Dekonsentrasi
Kantor pelayanan pajak Ok,sangat sederhana bukan pengertian dari sentralisasi,
desentralisasi,dan dekonsentrasi.Semunya mengulas mengenai pelimpahan wewenang
antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat.Intinya adalah pelimpahan wewenang
baik itu politik maupun admisnistrasi.Sekian, semoga bermanfaat.
SIMPULAN
Sebenarnya “otonomi daerah” bukanlah suatu hal yang baru karena semenjak
berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia , konsep otonomi daerah sudah
digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Bahkan pada masa
pemerintahan kolonial Belanda, prinsip-prinsip otonomi sebagian sudah diterapkan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
Kota dan desa merupakan bagian dari fenomena bumi yang mempunyai banyak
perbedaan dan banyak diantaranya bertolak belakang. Perbedaan ini bisa di kategorikan
dalam dua bagian yaitu perbedaan secara fisik dan perbedaan secara sosial. Perbedaan-
perbedaan tersebut diantaranya yaitu:
a. Morfologi
Page | 25
b. Jumlah dan kepadatan penduduk;
c. Lingkungan hidup;
d. Mata pencaharian;
e. Corak kehidupan sosial;
f. Stratifikasi sosial;
g. Mobilitas sosial;
h. Pola interaksi sosial;
i. Solidaritas sosial; dan
j. Kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional.
Dari tentang analisis kebijakan tentang implementasi desentralisasi dan otonomi
daerah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah dapat dilihat dari dua
aspek, yaitu: aspek output dan aspek outcomes kebijakan. Kedua aspek tersebut
memiliki ukuran atau indikator yang berbeda dalam penilaian keberhasilan.
2. Output kebijakan desentralisasi dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain:
a. Peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat
b. Peningkatan kualitas pelayanan public
c. Fleksibilitas program pembangunan.
3. Outcomes kebijakan desentralisasi dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain: a)
Peningkatan partisipasi masyarakat, dan b) Efektivitas pelaksanaan koordinasi.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan desentralisasi dan
otonomi daerah di Kabupaten/Kota:
a) Aspek manajerial
b) Aspek SDM Organisasi
c) Aspek budaya birokrasi
d) Aspek politik lokal.
5. Dilihat dari aspek output kebijakan, maka implementasi kebijakan desentralisasi
dapat dikatakan relatif berhasil. Namun dilihat dari aspek outcomes kebijakan,
ternyata banyaknya urusan yang telah diterima (desentralisasi) oleh Kabupaten/Kota
justru menjadi beban berat bagi daerah. Harapan kebijaksanaan seperti memacu
Page | 26
pertumbuhan ekonomi masyarakat berbagai program pembangunan (proyek),
pelaksanaannya belum efektif.
Page | 27
Page | 28

More Related Content

What's hot

(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintahAbid Zamzami
 
Struktur politik dan budaya politik
Struktur politik dan budaya politikStruktur politik dan budaya politik
Struktur politik dan budaya politikbedhess
 
Pancasila sebagai jiwa bangsa indonesia Stpp - Malang
Pancasila sebagai jiwa bangsa indonesia Stpp - MalangPancasila sebagai jiwa bangsa indonesia Stpp - Malang
Pancasila sebagai jiwa bangsa indonesia Stpp - MalangNurdinmontacity din
 
Powerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan IndonesiaPowerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan IndonesiaDini Audi
 
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONALKONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONALDadang Solihin
 
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahanAsas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahanBayu Rizky Aditya
 
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnPengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnDella Mega Alfionita
 
Power Point PKN - Hakikat Bangsa dan Negara
Power Point PKN - Hakikat Bangsa dan NegaraPower Point PKN - Hakikat Bangsa dan Negara
Power Point PKN - Hakikat Bangsa dan NegaraChuun _
 
Budaya Politik Indonesia
Budaya Politik IndonesiaBudaya Politik Indonesia
Budaya Politik IndonesiaMuhamad Yogi
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalNuelnuel11
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Oswar Mungkasa
 
03a Tiga Tantangan Besar e-Government
03a   Tiga Tantangan Besar e-Government03a   Tiga Tantangan Besar e-Government
03a Tiga Tantangan Besar e-GovernmentLilis Rusliyawati
 
Politik dan Strategi Nasional
Politik dan Strategi NasionalPolitik dan Strategi Nasional
Politik dan Strategi NasionalGian Angelo
 
Pertumbuhan individu, fungsi keluarga, individu,
Pertumbuhan individu, fungsi keluarga, individu,Pertumbuhan individu, fungsi keluarga, individu,
Pertumbuhan individu, fungsi keluarga, individu,Reiza Putra
 
Lembaga-lembaga Negara Indonesia
Lembaga-lembaga Negara IndonesiaLembaga-lembaga Negara Indonesia
Lembaga-lembaga Negara Indonesiabulan purnama
 

What's hot (20)

(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
 
Struktur politik dan budaya politik
Struktur politik dan budaya politikStruktur politik dan budaya politik
Struktur politik dan budaya politik
 
Pancasila sebagai jiwa bangsa indonesia Stpp - Malang
Pancasila sebagai jiwa bangsa indonesia Stpp - MalangPancasila sebagai jiwa bangsa indonesia Stpp - Malang
Pancasila sebagai jiwa bangsa indonesia Stpp - Malang
 
Makalah konstitusional dan negara
Makalah konstitusional dan negaraMakalah konstitusional dan negara
Makalah konstitusional dan negara
 
Implementasi politik
Implementasi politikImplementasi politik
Implementasi politik
 
Powerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan IndonesiaPowerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
Powerpoint Sistem Pemerintahan Indonesia
 
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONALKONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
 
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahanAsas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahan
 
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnPengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
 
Power Point PKN - Hakikat Bangsa dan Negara
Power Point PKN - Hakikat Bangsa dan NegaraPower Point PKN - Hakikat Bangsa dan Negara
Power Point PKN - Hakikat Bangsa dan Negara
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara
 
Budaya Politik Indonesia
Budaya Politik IndonesiaBudaya Politik Indonesia
Budaya Politik Indonesia
 
Negara dan konstitusi
Negara dan konstitusiNegara dan konstitusi
Negara dan konstitusi
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
 
03a Tiga Tantangan Besar e-Government
03a   Tiga Tantangan Besar e-Government03a   Tiga Tantangan Besar e-Government
03a Tiga Tantangan Besar e-Government
 
Politik dan Strategi Nasional
Politik dan Strategi NasionalPolitik dan Strategi Nasional
Politik dan Strategi Nasional
 
Sistem hukum adat
Sistem hukum adatSistem hukum adat
Sistem hukum adat
 
Pertumbuhan individu, fungsi keluarga, individu,
Pertumbuhan individu, fungsi keluarga, individu,Pertumbuhan individu, fungsi keluarga, individu,
Pertumbuhan individu, fungsi keluarga, individu,
 
Lembaga-lembaga Negara Indonesia
Lembaga-lembaga Negara IndonesiaLembaga-lembaga Negara Indonesia
Lembaga-lembaga Negara Indonesia
 

Similar to Otonomi Daerah

Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangAulia Hamunta
 
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
Makalah Hak dan Kewajiban Warga NegaraMakalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
Makalah Hak dan Kewajiban Warga NegaraDewi Zulaeva
 
Makalah pkn otonomi daerah
Makalah pkn otonomi daerahMakalah pkn otonomi daerah
Makalah pkn otonomi daerahkamal fauzee
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahSilvia Ellen
 
Sistem Pemerintahan Indonesia
Sistem Pemerintahan IndonesiaSistem Pemerintahan Indonesia
Sistem Pemerintahan IndonesiaMukhrizal Effendi
 
desentralisasi dan strukturisasi
desentralisasi dan strukturisasidesentralisasi dan strukturisasi
desentralisasi dan strukturisasiMohammad Nawawi
 
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaKebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaSyaifOer
 
Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)
Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)
Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)Kiki Nurcahyo
 
Makalah Klmpk 2_Otonomi Daerah-1.docx
Makalah Klmpk 2_Otonomi Daerah-1.docxMakalah Klmpk 2_Otonomi Daerah-1.docx
Makalah Klmpk 2_Otonomi Daerah-1.docxLydiaDanira1
 
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliNaskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliYohannes Halawa
 
Prediksi materi soal berdasarkan kisi p kn
Prediksi materi soal berdasarkan kisi p knPrediksi materi soal berdasarkan kisi p kn
Prediksi materi soal berdasarkan kisi p knarif widyatma
 

Similar to Otonomi Daerah (20)

Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
 
otonomi daerah
otonomi daerahotonomi daerah
otonomi daerah
 
Otonomi Daerah.docx
Otonomi Daerah.docxOtonomi Daerah.docx
Otonomi Daerah.docx
 
Otonomi Daerah.pdf
Otonomi Daerah.pdfOtonomi Daerah.pdf
Otonomi Daerah.pdf
 
Makalah otonomi daerah 2
Makalah otonomi daerah 2Makalah otonomi daerah 2
Makalah otonomi daerah 2
 
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
Makalah Hak dan Kewajiban Warga NegaraMakalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
 
Makalah pkn
Makalah pknMakalah pkn
Makalah pkn
 
Makalah pkn otonomi daerah
Makalah pkn otonomi daerahMakalah pkn otonomi daerah
Makalah pkn otonomi daerah
 
Otonomi daerah uraian
Otonomi daerah   uraianOtonomi daerah   uraian
Otonomi daerah uraian
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Sistem Pemerintahan Indonesia
Sistem Pemerintahan IndonesiaSistem Pemerintahan Indonesia
Sistem Pemerintahan Indonesia
 
Namakunana 04_09_23 Fix.docx
Namakunana 04_09_23 Fix.docxNamakunana 04_09_23 Fix.docx
Namakunana 04_09_23 Fix.docx
 
desentralisasi dan strukturisasi
desentralisasi dan strukturisasidesentralisasi dan strukturisasi
desentralisasi dan strukturisasi
 
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaKebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
 
Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)
Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)
Laporan pp demokrasi pancasila (smk taruna mandiri)
 
Makalah Klmpk 2_Otonomi Daerah-1.docx
Makalah Klmpk 2_Otonomi Daerah-1.docxMakalah Klmpk 2_Otonomi Daerah-1.docx
Makalah Klmpk 2_Otonomi Daerah-1.docx
 
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliNaskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
 
Prediksi materi soal berdasarkan kisi p kn
Prediksi materi soal berdasarkan kisi p knPrediksi materi soal berdasarkan kisi p kn
Prediksi materi soal berdasarkan kisi p kn
 
perkembangan otonomi daerah
perkembangan otonomi daerahperkembangan otonomi daerah
perkembangan otonomi daerah
 

More from Amalia Dekata

Pengantar akuntansi 2
Pengantar akuntansi 2Pengantar akuntansi 2
Pengantar akuntansi 2Amalia Dekata
 
Jurus anti rugi trading forex
Jurus anti rugi trading forexJurus anti rugi trading forex
Jurus anti rugi trading forexAmalia Dekata
 
Cara investasi di bursa efek
Cara investasi di bursa efekCara investasi di bursa efek
Cara investasi di bursa efekAmalia Dekata
 
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso WeygantAkuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso WeygantAmalia Dekata
 
Waktu dan jam trading forex
Waktu dan jam trading forexWaktu dan jam trading forex
Waktu dan jam trading forexAmalia Dekata
 
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso WeygantAkuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso WeygantAmalia Dekata
 
Profile bank indonesia
Profile bank indonesiaProfile bank indonesia
Profile bank indonesiaAmalia Dekata
 
BELAJAR FOREX LENGKAP - INSTITUT CERDAS INVESTASI INDONESIA
BELAJAR FOREX LENGKAP - INSTITUT CERDAS INVESTASI INDONESIABELAJAR FOREX LENGKAP - INSTITUT CERDAS INVESTASI INDONESIA
BELAJAR FOREX LENGKAP - INSTITUT CERDAS INVESTASI INDONESIAAmalia Dekata
 
MODUL PENDALAMAN MATERI INVESTASI - INSTITUT CERDAS INVESTASI INDONESIA
MODUL PENDALAMAN MATERI INVESTASI - INSTITUT CERDAS INVESTASI INDONESIAMODUL PENDALAMAN MATERI INVESTASI - INSTITUT CERDAS INVESTASI INDONESIA
MODUL PENDALAMAN MATERI INVESTASI - INSTITUT CERDAS INVESTASI INDONESIAAmalia Dekata
 
JENIS-JENIS FOTOGRAFI
JENIS-JENIS FOTOGRAFIJENIS-JENIS FOTOGRAFI
JENIS-JENIS FOTOGRAFIAmalia Dekata
 

More from Amalia Dekata (13)

Pengantar akuntansi 2
Pengantar akuntansi 2Pengantar akuntansi 2
Pengantar akuntansi 2
 
Eknomika makro
Eknomika makroEknomika makro
Eknomika makro
 
Jurus anti rugi trading forex
Jurus anti rugi trading forexJurus anti rugi trading forex
Jurus anti rugi trading forex
 
Cara investasi di bursa efek
Cara investasi di bursa efekCara investasi di bursa efek
Cara investasi di bursa efek
 
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso WeygantAkuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
 
Waktu dan jam trading forex
Waktu dan jam trading forexWaktu dan jam trading forex
Waktu dan jam trading forex
 
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso WeygantAkuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
 
Profile bank indonesia
Profile bank indonesiaProfile bank indonesia
Profile bank indonesia
 
BELAJAR FOREX LENGKAP - INSTITUT CERDAS INVESTASI INDONESIA
BELAJAR FOREX LENGKAP - INSTITUT CERDAS INVESTASI INDONESIABELAJAR FOREX LENGKAP - INSTITUT CERDAS INVESTASI INDONESIA
BELAJAR FOREX LENGKAP - INSTITUT CERDAS INVESTASI INDONESIA
 
MODUL PENDALAMAN MATERI INVESTASI - INSTITUT CERDAS INVESTASI INDONESIA
MODUL PENDALAMAN MATERI INVESTASI - INSTITUT CERDAS INVESTASI INDONESIAMODUL PENDALAMAN MATERI INVESTASI - INSTITUT CERDAS INVESTASI INDONESIA
MODUL PENDALAMAN MATERI INVESTASI - INSTITUT CERDAS INVESTASI INDONESIA
 
JENIS-JENIS FOTOGRAFI
JENIS-JENIS FOTOGRAFIJENIS-JENIS FOTOGRAFI
JENIS-JENIS FOTOGRAFI
 
Pengantar ekonomi
Pengantar ekonomi Pengantar ekonomi
Pengantar ekonomi
 
Cityscape spot
Cityscape spotCityscape spot
Cityscape spot
 

Otonomi Daerah

  • 1. Page | 1 O T O N O M I D A E R A H MAKALAH 2015 11/14/2015 DISUSUN OLEH KELOMPOK 7: 1. Amalia (20214926) 2. Andi Wijaya (21214061) 3. Fajar Ajibrata (23214847) 4. RobiSaputro (29214759) 5. Sarah Fauzia (2A214028) DOSEN : Sukestiningsih MATA KULIAH: PendidikanKewarganegaraan 2EB27 S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 Kampus D Jl. Margonda Raya No 100 Pondok Cina, Depok 16424 Jawa Barat - Indonesia Telp (021)78881112
  • 2. Page | 2 DAFTAR ISI COVER...............................................................................................................................................1 DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2 KATA PENGANTAR.............................................................................................................................3 BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................................4 1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................................5 1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................5 BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................................................6 2.1 Pengertian Otonomi Daerah.......................................................................................................6 2.2 Aturan perundang-undangan Otonomi Daerah............................................................................8 2.3 Pelaksanaan Otonomi Daerah ....................................................................................................9 2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Otonomi Daerah ..................................................................14 BAB 3 PENUTUP............................................................................................................................... 16 3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 16 3.2 Saran ......................................................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................ 18
  • 3. Page | 3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat kami rampungkan tepat pada waktunya. Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai Otonomi Daerah. Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya kami berterima kasih kepada dosen mata kuliah kami yakni Ibu Sukestiningsih yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada kami. Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan disana-sini. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih maju di masa yang akan datang. Harapan kami, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi kami dalam mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya. Depok, November 2015 Penyusun
  • 4. Page | 4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa waktu belakangan semenjak bergulirnya gelombang reformasi, otonomi daerah menjadi salah satu topik sentral yang banyak dibicarakan. Otonomi Daerah menjadi wacana dan bahankajiandari berbagai kalangan,baik pemerintah, lembaga perwakilan rakyat, kalangan akademisi, pelaku ekonomi bahkan masayarakat awam. Semua pihak berbicara dan memberikan komentar tentang “otonomi daerah” menurut pemahaman dan persepsinya masing-masing.Perbedaanpemahamandanpersepsi dari berbagai kalangan terhadap otonomi daerah sipengaruhi oleh perbedaan sudut pandang dan pendekatan yang digunakan. Sebenarnya “otonomi daerah” bukanlah suatu hal yang baru karena semenjak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia , konsep otonomi daerah sudah digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Bahkan pada masa pemerintahan kolonial Belanda, prinsip-prinsip otonomi sebagian sudah diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sejakawal berdirinyaNegaraKesatuanRepublikIndonesiapara founding fathers telah menjatuhkan pilihannya pada prinsip pemencaran kekuasaan (desentralisasi) dalam penyelenggaraanpemerintahanNegara. Citadesentralisasi ini senantiasamenjadi bagian dalam praktek pemerintahan Negara sejak berlakunya UUD 1945, era Konstitusi RIS, UUDS 1950 sampai pada erakembali ke UUD 1945 yang dikukuhkan lewat Dekrit Presiden 5 juli 1959. Garis perkembangan sejarah tersebut membuktikan bahwa cita desentralisasi senantiasa dipegang teguholehNegara Republik Indonesia, sekalipun dari satu periode ke periode lainnya terlihat adanya perbedaan dalam intensitasnya. Sebagai perwujudandari citadesentralisasi tersebut,maka langkah-langkah penting sudah dilakukanolehpemerintah. Lahirnya berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintahan daerah membuktikan bahwa keinginan untuk mewujudkan cita-cita ini terus berlanjut. Sekalipun demikia, kenyataan membuktikan bahwa cita tersebut masih jauh dalamrealisasinya.Otonomi daerahmasihlebihsebagai harapan ketimbang sebagai kenyataan yang telah terjadi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Otonomi Daerah belumlah terwujudsebagaimanayangdiharapkan.Kitanampaknyabarumenujukea rah Otonomi Daerah yang sebenarnya.
  • 5. Page | 5 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, agar lebih jelas dan sesuai dengan sasaran fokus pengamatan, Kami membatasi pembahasan makalah ini ke dalam beberapa pertanyaan yang dituliskan dalam rumusan masalaha sebagai berikut : a) Apa itu Otonomi Daerah? b) Undang-undang apa saja yang mengatur jalannya Otonomi Daerah? c) Bagaimana pelaksanaan Otonomi Daerah yang berlangsung di Indonesia? d) Apa saja yang menjadi keuntungan serta kelebihan diadakannya Otonomi Daerah? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui: Tujuan Umum Penulisan Dengan adanya otonomi daerah diharapkan daerah tingkat I maupun Tingkat II mampu mengelola daerah nya sendiri, serta memastikan pelaksanaannya sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tujuan Khusus Penulisan a) Bahan diskusi mengenai otonomi daerah. b) Peraturan undang-undang yang mengatur otonomi Daerah c) Bukti nyata pelaksanaan Otonomi Daerah d) Manfaat yang dirasakan dari pelaksanaan Otonomi Daerah 1.4 Manfaat Penulisan Manfaat yang terkandung setelah membaca makalah ini adalah : a) Mengetahui dan memahami Otonomi Daerah. b) Mengetahun Peraturan perundang-undangan yang berlaku. c) Memahami dampak dari pelaksanaan Otonomi Daerah. d) Mengetahui keuntungan dan kelemahan sistem Otonomi Daerah.
  • 6. Page | 6 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Otonomi Daerah Otonomi atau autonomy berasal dari bahasa Yunani, auto yang berarti sendiri dan nomous yang berarti hukum atau peraturan. Otonomi daerah pada hakikatnya adalah hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom.Hak tersebut bersumber dari wewenang pangkal dan urusan-urusan pemerintah (pusat) yang diserahkan kepada daerah. Inti keotonomian suatu daerah adalah penetapan kebijaksanaan sendiri dan pelaksanaan sendiri, namun hak itu dikembalikan kepada pihak yang memberi. Berikut pengertian lengkap mengenai Otonomi Daerah : a) Pengertian Otonomi Daerah Secara Etimologi Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani yang berarti auto, dan nomous. Auto berarti sendiri, dan nomous berarti hukum atau peraturan. jadi, pengertian otonomi daerah adalah aturan yang mengatur daerahnya sendiri. b) Menurut UU No. 32 Tahun 2004 : Pengertian otonomi daerah menurut UU No. 32 Tahun 2004 adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c) Menurut Kamus Hukum dan Glosarium Otonomi Daerah : Pengertian otonomi daerah menurut kamus hukum dan glosarium otonomi daerah adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. d) Menurut Encyclopedia of Social Scince : Pengertian otonomi daerah menurut Encyclopedia of social scince adalah hak sebuah organisasi sosial untuk mencukupi diri sendiri dan kebebasan aktualnya. e) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : Pengertian otonomi daerah menurut kamus besar bahasa indonesia adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  • 7. Page | 7 f) Pengertian Otonomi Daerah Menurut Definisi Para Ahli ` Pengertian Otonomi Daerah menurut para pakar di Indonesia:  Ateng Syarifuddin “Otonomi mempunyai makna kebebasan atau kemandirian tetapi bukan kemerdekaan melainkan kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu terwujud pemberian kesempatan yang harus dapat dipertanggungjawabkan”  F. Sugeng Istianto “Hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah”  Syarif Saleh “Hak mengatur dan memerintah daerah sendiri dimana hak tersebut merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat” Pengertian Otonomi Daerah menurut para ahli lainnya:  Benyamin Hoesein “Pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu Negara secara informal berada di luar pemerintah pusat”  Mariun “Kebebasan (kewenangan) yang dimiliki oleh pemerintah daerah yang memungkinkan meeka untuk membuat inisiatif sendiri dalam rangka mengelola dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki oleh daerahnya sendiri. Otonomi daerah merupakan kebebasan untuk dapat berbuat sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat”  Philip Mahwood .“Suatu pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sendiri dimana keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh pemerintah guna mengalokasikan sumber material yang bersifat substansial mengenai fungsi yang berbeda”  Vincent Lemius “Kebebasan (kewenangan) untuk mengambil atau membuat suatu keputusan politik maupun administasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Di dalam otonomi daerah tedapat kebebasan yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk menentukan apa yang menjadi kebutuhan daerah namun apa yang menjadi kebutuhan daerah tersebut senantiasa harus disesuaikan dengan kepentingan nasional sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi”
  • 8. Page | 8 2.2 Aturan Perundang-undangan Otonomi Daerah Beberapa aturan perundang-undangan yang berhubungan dengan pelaksanaan Otonomi Daerah: 1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah 2. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah 3. Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah 4. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 5. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah 6. Perpu No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 7. Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839). Pada tahun 2004, Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah. Sehingga digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437). Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hingga saat ini telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844).
  • 9. Page | 9 2.3 Pelaksanaan Otonomi Daerah Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan. Pelaksanaan otonomi daerah masa orde baru Sejak tahun 1966, pemerintah Orde Baru berhasil membangun suatu pemerintahan nasional yang kuat dengan menempatkan stabilitas politik sebagai landasan untuk mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia. Politik yang pada masa pemerintahan Orde Lama dijadikan panglima, digantikan dengan ekonomi sebagai panglimanya, dan mobilisasi massa atas dasar partai secara perlahan digeser oleh birokrasi dan politik teknokratis. Banyak prestasi dan hasil yang telah dicapai oleh pemerintahan Orde Baru, terutama keberhasilan di bidang ekonomi yang ditopang sepenuhnya oleh kontrol dan inisiatif program-program pembangunan dari pusat.Dalam kerangka struktur sentralisasi kekuasaan politik dan otoritas administrasi inilah, dibentuklah Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Mengacu pada UU ini, Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Selanjutnya yang dimaksud dengan Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku
  • 10. Page | 10 Undang-undang No. 5 Tahun 1974 ini juga meletakkan dasar-dasar sistem hubungan pusat-daerah yang dirangkum dalam tiga prinsip: 1. Desentralisasi,penyerahan urusan pemerintah dari Pemerintah atau Daerah tingkat atasnya kepada Daerah menjadi urusan rumah tangganya; 2. Dekonsentrasi,pelimpahan wewenang dari Pemerintah atau Kepala Wilayah atau Kepala Instansi Vertikal tingkat atasnya kepada Pejabat-pejabat di daerah 3. Tugas Pembantuan (medebewind),tugas untuk turut serta dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada Pemerintah Daerah oleh Pemerintah oleh Pemerintah Daerah atau Pemerintah Daerah tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya Dalam kaitannya dengan Kepala Daerah baik untuk Dati I (Provinsi) maupun Dati II (Kabupaten/Kotamadya),dicalonkan dan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari sedikit- dikitnya 3 (tiga) orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang calon yang telah dimusyawarahkan dan disepakati bersama antara Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah/Pimpinan Fraksi-fraksi dengan Menteri Dalam Negeri, untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnyadengan hak, wewenang dan kewajiban sebagai pimpinan pemerintah Daerah yang berkewajiban memberikan keterangan pertanggungjawaban kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sekurang-kurangnya sekali setahun, atau jika dipandang perlu olehnya, atau apabila diminta oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,serta mewakili Daerahnya di dalam dan di luar Pengadilan Berkaitan dengan susunan, fungsi dan kedudukan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,diatur dalam Pasal27, 28, dan 29 dengan hak seperti hak yang dimiliki oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (hak anggaran; mengajukan pertanyaan bagi masing-masing Anggota; meminta keterangan; mengadakan perubahan; mengajukan pernyataan pendapat; prakarsa; dan penyelidikan), dan kewajiban seperti a) mempertahankan, mengamankan serta mengamalkan PANCASILA dan UUD 1945; b)menjunjung tinggi dan melaksanakan secara konsekuen Garis-garis Besar Haluan Negara, Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat serta mentaatisegala peraturan perundang- undangan yang berlaku; c) bersama-sama Kepala Daerah menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah dan peraturan-peraturan Daerah untuk kepentingan Daerah dalam batas-batas wewenang yang diserahkan kepada Daerah atau untuk melaksanakan peraturan perundangundangan yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Daerah; dan d) memperhatikan aspirasi dan memajukan tingkat kehidupan rakyat dengan berpegang pada program pembangunan Pemerintah Dari dua bagian tersebut di atas,nampak bahwa meskipun harus diakui bahwa UU No. 5 Tahun 1974 adalah suatu komitmen politik, namun dalam prakteknya yang terjadi adalah sentralisasi (baca: kontrol dari pusat) yang dominan dalam perencanaan maupun implementasi pembangunan Indonesia. Salah satu fenomena paling menonjol dari pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1974 ini adalah ketergantungan Pemda yang relatif tinggi terhadap pemerintah pusat.
  • 11. Page | 11 Pelaksanaan otonomi daerah setelah masa orde baru Upaya serius untuk melakukan desentralisasi di Indonesia pada masa reformasi dimulai di tengah- tengah krisis yang melanda Asia dan bertepatan dengan proses pergantian rezim (dari rezim otoritarian ke rezim yang lebih demokratis). Pemerintahan Habibie yang memerintah setelah jatuhnya rezim Suharto harus menghadapi tantangan untuk mempertahankan integritas nasional dan dihadapkan pada beberapa pilihan yaitu 1. melakukan pembagian kekuasaan dengan pemerintah daerah,yang berarti mengurangi peran pemerintah pusat dan memberikan otonomi kepada daerah; 2. pembentukan negara federal; atau 3. membuat pemerintah provinsi sebagaiagen murni pemerintah pusat. Pada masa ini, pemerintahan Habibie memberlakukan dasar hukum desentralisasi yang baru untuk menggantikan Undang-Undang No. 5 Tahun 1974, yaitu dengan memberlakukan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Beberapa halyang mendasar mengenai otonomi daerah dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang sangat berbeda dengan prinsip undang-undang sebelumnya antara lain : 1. Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 pelaksanaan otonomi daerah lebih mengedepankan otonomi daerah sebagaikewajiban daripada hak, sedang dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 menekankan arti penting kewenangan daerah dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat melalui prakarsanya sendiri. 2. Prinsip yang menekankan asas desentralisasi dilaksanakan bersama-sama dengan asas dekonsentrasi seperti yang selama ini diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tidak dipergunakan lagi, karena kepada daerah otonom diberikan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Hal ini secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Di samping itu, otonomi daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi yang juga memperhatikan keanekaragaman daerah. 3. Beberapa hal yang sangat mendasar dalam penyelenggaraan otonomi daerah dalam Undang- undang Nomor 22 Tahun 1999, adalah pentingnya pemberdayaan masyarakat,menumbuhkan prakarsa dan kreativitas mereka secara aktif,serta meningkatkan peran dan fungsi Badan Perwakilan Rakyat Daerah. Oleh karena itu, dalam Undang-undang ini otonomi daerah diletakkan secara utuh pada daerah otonom yang lebih dekat dengan masyarakat,yaitu daerah yang selama ini berkedudukan sebagaiDaerah Tingkat II, yang dalam Undang-undang ini disebut Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
  • 12. Page | 12 4. Sistem otonomi yang dianut dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 adalah otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab, dimana semua kewenangan pemerintah, kecuali bidang politik luar negeri, hankam, peradilan, moneter dan fiskal serta agama dan bidang- bidang tertentu diserahkan kepada daerah secara utuh,bulat dan menyeluruh, yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. 5. Daerah otonom mempunyai kewenangan dan kebebasan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat. Sedang yang selama ini disebut Daerah Tingkat I atau yang setingkat, diganti menjadi daerah provinsi dengan kedudukan sebagai daerah otonom yang sekaligus wilayah administrasi, yaitu wilayah kerja Gubernur dalam melaksanakan fungsi-fungsi kewenangan pusat yang didelegasikan kepadanya. 6. Kabupaten dan Kota sepenuhnya menggunakan asas desentralisasi atau otonom. Dalam hubungan ini, kecamatan tidak lagi berfungsi sebagai peringkat dekonsentrasi dan wilayah administrasi, tetapi menjadi perangkat daerah kabupaten/kota. Mengenai asas tugas pembantuan dapat diselenggarakan di daerah provinsi, kabupaten, kota dan desa. Pengaturan mengenai penyelenggaraan pemerintahan desa sepenuhnya diserahkan pada daerah masing-masing dengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah. 7. Wilayah Provinsi meliputi wilayah laut sepanjang 12 mil dihitung secara lurus dari garis pangkal pantai, sedang wilayah Kabupaten/Kota yang berkenaan dengan wilayah laut sebatas 1/3 wilayah laut provinsi. 8. Pemerintah Daerah terdiri dari Kepala Daerah dan perangkat daerah lainnya sedang DPRD bukan unsur pemerintah daerah. DPRD mempunyai fungsi pengawasan, anggaran dan legislasi daerah. Kepala daerah dipilih dan bertanggung jawab kepada DPRD. Gubernur selaku kepala wilayah administratif bertanggung jawab kepada Presiden. 9. Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD sesuaipedoman yang ditetapkan Pemerintah, dan tidak perlu disahkan oleh pejabat yang berwenang. 10. Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah,dan pertimbangannya lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah,daerah, daerah yang tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah dapat dihapus dan atau digabung dengan daerah lain. Daerah dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah,yang ditetapkan dengan undang-undang. 11. Setiap daerah hanya dapat memiliki seorang wakil kepala daerah, dan dipilih bersama pemilihan kepala daerah dalam satu paket pemilihan oleh DPRD. 12. Daerah diberi kewenangan untuk melakukan pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, pendidikan dan pelatihan pegawai sesuaidengan kebutuhan dan kemampuan daerah,berdasarkan nama, standar, prosedur yang ditetapkan pemerintah. 13. Kepada Kabupaten dan Kota diberikan otonomi yang luas, sedang pada provinsi otonomi yang terbatas. Kewenangan yang ada pada provinsi adalah otonomi yang bersifat lintas Kabupaten dan
  • 13. Page | 13 Kota, yakni serangkaian kewenangan yang tidak efektif dan efisien kalau diselenggarakan dengan pola kerjasama antar Kabupaten atau Kota. Misalnya kewenangan di bidang perhubungan, pekerjaan umum, kehutanan dan perkebunan dan kewenangan bidang pemerintahan tertentu lainnya dalam skala provinsi termasuk berbagai kewenangan yang belum mampu ditangani Kabupaten dan Kota. 14. Pengelolaan kawasan perkotaan di luar daerah kota dapat dilakukan dengan cara membentuk badan pengelola tersendiri, baik secara intern oleh pemerintah Kabupaten sendiri maupun melalui berkerjasama antar daerah atau dengan pihak ketiga. Selain DPRD,daerah juga memiliki kelembagaan lingkup pemerintah daerah, yang terdiri dari Kepala Daerah,Sekretariat Daerah, Dinas-Dinas Teknis Daerah,Lembaga Staf Teknis Daerah,seperti yang menangani perencanaan, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, pengawasan dan badan usaha milik daerah. Besaran dan pembentukan lembaga-lembaga itu sepenuhnya diserahkan pada daerah. Lembaga pembantu Gubernur, Pembantu Bupati/Walikota, Asisten Sekwilda, Kantor Wilayah dan Kandep dihapus. 15. Kepala Daerah sepenuhnya bertanggung jawab kepada DPRD,dan DPRD dapat meminta Kepala Daerahnya berhenti apabila pertanggungjawaban Kepala daerah setelah 2 (dua) kali tidak dapat diterima oleh DPRD.
  • 14. Page | 14 2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Otonomi Daerah Kelebihan Sistem Otonomi Daerah a) Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan. b) Daerah tidak perlu menunggu intruksi dari Pemerintah pusat dalam menghadapi masalah mendesak yang membutuhkan tindakan yang cepat. c) Dalam sistem desentralisasi, dapat diadakan pembedaan (diferensial) dan pengkhususan (spesialisasi) yang berguna bagi kepentingan tertentu. Khususnya desentralisasi teritorial, dapat lebih muda menyesuaikan diri pada kebutuhan atau keperluan khusus daerah. d) Dengan adanya desentralisasi territorial, daerah otonomi dapat merupakan semacam laboratorium dalam hal-hal yang berhubungan dengan pemerintahan, yang dapat bermanfaat bagi seluruh negara. Hal-hal yang ternyata baik, dapat diterapkan diseluruh wilayah negara, sedangkan yang kurang baik dapat dibatasi pada suatu daerah tertentu saja dan oleh karena itu dapat lebih muda untuk diadakan. e) Mengurangi kemungkinan kesewenang-wenangan dariPemerintah Pusat. f) Dari segi psikolagis, desentralisasi dapat lebih memberikan kewenangan memutuskan yang lebuh beser kepada daerah. g) Akan memperbaiki kualitas pelayanan karena dia lebih dekat dengan masyarakat yang dilayani. Dampak positif otonomi daerah adalah bahwa dengan otonomi daerah maka pemerintah daerah akan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan identitas local yang ada di masyarakat. Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat mendapatkan respon tinggi dari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri. Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan melalui jalur birokrasi dari pemerintah pusat. Dana tersebut memungkinkan pemerintah lokal mendorong pembangunan daerah serta membangun program promosi kebudayaan dan juga pariwisata.
  • 15. Page | 15 Kekurangan Sistem Otonomi Daerah a) Karena besarnya organ-organ pemerintahan maka struktur pemerintahan bertambah kompleks, yang mempersulit koordinasi. b) Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam kepentingan dan daerah dapat lebih mudah terganggu. c) Khusus mengenai desentralisasi teritorial, dapat mendorong timbulnya apa yang disebut daerahisme atau provinsialisme. d) Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena memerlukan perundingan yang bertele-tele. e) Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih banyak dan sulit untuk memperoleh keseragaman atau uniformitas dan kesederhanaan. Dampak negatif dari otonomi daerah adalah adanya kesempatan bagi oknum-oknum di pemerintah daerah untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan Negara dan rakyat seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Terkadang ada kebijakan-kebijakan daerah yang tidak sesuai dengan konstitusi Negara yang dapat menimbulkan pertentangan antar daerah satu dengan daerah tetangganya, atau bahkan daerah dengan Negara, seperti contoh pelaksanaan Undang- undang Anti Pornografi ditingkat daerah. Hal tersebut dikarenakan dengan system otonomi daerah maka pemerintah pusat akan lebih susah mengawasi jalannya pemerintahan di daerah, selain itu karena memang dengan system otonomi daerah membuat peranan pemeritah pusat tidak begitu berarti. Beberapa modus pejabat nakal dalam melakukan korupsi dengan APBD : a) Korupsi Pengadaan Barang  Penggelembungan (mark up) nilai barang dan jasa dari harga pasar.  Kolusi dengan kontraktor dalam proses tender. b) Penghapusan barang inventaris dan aset negara (tanah) Modus :  Memboyong inventaris kantor untuk kepentingan pribadi.  Menjual inventaris kantor untuk kepentingan pribadi. c) Pungli penerimaan pegawai, pembayaran gaji, keniakan  pangkat, pengurusan pensiun dan sebagainya.  Memungut biaya tambahan di luar ketentuan resmi. d) Pemotongan uang bantuan sosial dan subsidi (sekolah, rumah ibadah, panti asuhan dan jompo)  Pemotongan dana bantuan sosial b. Biasanya dilakukan secara bertingkat (setiap meja). e) Bantuan fiktif  Membuat surat permohonan fiktif seolah-olah ada bantuan dari pemerintah ke pihak luar.
  • 16. Page | 16 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas dapat dipahami dengan adanya otonomi daerah, maka setiap daerah akan diberi kebebasan dalam menyusun program dan mengajukannya kepada pemerintahan pusat. Hal ini akan berdampak positif dan bisa memajukan daerah tersebut apabila Orang atau badan yang menyusun memiliki kemampuan yang baik dalam merencanan suatu program serta memiliki analisis mengenai hal-hal apa saja yang akan terjadi dikemudian hari. Tetapi sebaliknya, akan berdampak kurang baik apabila orang atau badan yang menyusun program tersebut kurang memahami atau kurang mengetahui mengenai bagaimana cara menyusun perencanaan yang baik serta analisis dampak yang akan terjadi. 3.2 Saran Analisis Langkah-Langkah Yang Harus Diambil Pemerintah Dalam Mengontrol Otonomi Daerah: 1. Merumuskan kerangka hukum yang memenuhi aspirasi untuk otonomi di tingkat propinsi dan sejalan dengan strategi desentralisasi secara bertahap. 2. Menyusun sebuah rencana implementasi desentralisasi dengan memperhatikan faktor- faktor yang menyangkut penjaminan kesinambungan pelayanan pada masyarakat,perlakuan perimbangan antara daerah-daerah,dan menjamin kebijakan fiskal yang berkelanjutan. 3. Untuk mempertahankan momentum desentralisasi,pemerintah pusat perlu menjalankan segera langkah desentralisasi,akan tetapi terbatas pada sektor-sektor yang jelas merupakan kewenangan Kabupaten dan Kota dan dapat segera diserahkan. 4. Proses otonomi tidak dapat dilihat sebagai semata-mata tugas dan tanggung jawab dari menteri negara otonomi atau menteri dalam negeri,akan tetapi menuntut koordinasi dan kerjasama dari seluruh bidang dalam kabinet (Ekuin,Kesra & Taskin, dan Polkam).
  • 17. Page | 17 Upaya Yang seharusnya dilakukan Pejabat Daerah Untuk Mengatasi Ketimpangan Yang Terjadi : 1. Pejabat harus dapat melakukan kebijakan tertentu sehingga SDM yang berada di pusat dapat terdistribusi ke daerah. 2. Pejabat harus melakukan pemberdayaan politik warga masyarakat dilakukan melalui pendidikan politik dan keberadaan organisasi swadaya masyarakat, media massa dan lainnya. 3. Pejabat daerah harus bisa bertanggung jawab dan jujur. 4. Adanya kerjasama antara pejabat dan masyarakat. 5. Dan yang paling penting pejabat harus tahu prinsip-prinsip otonomi.
  • 18. Page | 18 DAFTAR PUSTAKA Kuncoro. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: Penerbit Erlangga. SYAUKANI, AFFAN GAFFAR, RYASS RASYID. 2002. OTONOMI DAERAH DALAM NEGARA KESATUAN. YOGYAKARTA: PUSTAKA PELAJAR. Deddy Supriady Bratakusumah & Dadang Solihin. 2004. Otonomi Penyelenggaran Pemerintahan Daerah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. DEPDIKNAS. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional (Edisi Keempat). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Hanif Nurcholis. 2007. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta : PT Grasindo HAW. Widjaja. 2007. Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : Andi Offset. Rozali Abdullah. 2007. Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung. Jakarta : PT Raja Grasindo. Priyanto, Sugeng. 2008 . Pendidikan Kewarganegaraan. Semarang: Aneka Ilmu. Srijanti, dkk. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa. Jakarta: Graha Ilmu. Ubaidillah, dkk. 2012. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah.
  • 19. Page | 19 Tambahan Masyarakat adalah sebuah kelompok individu yang diorganisasikan dan mengikuti cara hidup dan peraturan yang harus dipatuhi dimana individu itu tinggal. Sebuah kelompok masyarakat akan mengikuti peraturan yang sudah menjadi kebiasaan di lingkungan mereka atau akan mematuhi sebuah aturan yang sudah lama berlaku di lingkungan mereka. Semua manusia bersaudara dan kita semua sama. Yang membedakan diri kita dengan individu lain atau orang lain adalah jalan pikiran kita. Kelompok masyarakat yang tinggal disatu tempat yang jauh dari keramaian kota tentu akan berbeda dengan kelompok masyarakat yang tinggal dikeramaian kota yang penuh dengan kemajuan teknologi dan derasnya informasi yang masuk ke jalan pikiran kelompok masyarakat tersebut. Hal ini sudah dibuktikan diberbagai negara belahan dunia. Bukti yang sangat jelas adalah diberbagai negara pasti terdapat suku asli atau penduduk asli yang tinggal di pedalaman yang masih memiliki kepercayaan kepada leluhur mereka dan mereka masih memakai peraturan yang sudah lama mereka pakai sejak nenek moyang mereka hingga sekarang. Hal ini disebabkan karena kehidupan mereka jauh dari segala informasi tentang kemajuan jaman sehingga mereka tidak tahu apa-apa tentang kehidupan diluar. Indonesia adalah Negara berkembang di mana desa-desa masih mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan di kota. Jadi keduanya menjadi daerah pendorong berkembangnya Negara Indonesia. Kota dan desa mempunyai peran yang sama. Namun desa dan kota mempunyai banyak perbedaan baik dari segi fisik maupun dari segi sosial. Dari segi fisik misalnya bentuk dan tata ruang. Sedangkan dari segi sosial misalnya sumber ekonomi keluarga, interaksi sosialnya, gaya hidup dan masih banyak lagi yang lainnya. Beberapa faktor-faktor yang menetukan prospek otonomi daerah, diantaranya, yaitu : Faktor Pertama adalah faktor manusia sebagai subyek penggerak (faktor dinamis) dalam peenyelenggaraan otonomi daerah. Faktor manusia ini haruslah baik, dalam pengertian moral maupun kapasitasnya. Faktor ini mencakup unsur pemerintah daerah yang terdiri dari
  • 20. Page | 20 Kepala Daerah dan DPRD, aparatur daerah maupun masyarakat daerah yang merupakan lingkungan tempat aktivitas pemerintahan daerah tersebut. Faktor kedua adalah faktor keuangan yang merupakan tulang punggung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintahan Daerah. Salah stu cirri daerah otonom adalah terletak pada kemampuan self supportingnya / mandiri dalam bidang keuangan. Karena itu, kemampuan keuangan ini akan sangat memberikan pengaruh terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sumber keuangan daerah yang asli, misalnya pajak dan retribusi daerah, hasilm perusahaan daerah dan dinas daerah, serta hasil daerah lainnya yang sah, haruslah mampu memberikan kontribusinya bagi keuangan daerah. Faktor ketiga adalah faktor peralatan yang merupakan sarana pendukung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintahan daerah. Peralatan yang ada haruslah cukup dari segi jumlahnya, memadai dari segi kualitasnya dan praktis dari segi penggunaannya. Syarat-syarat peralatan semacam inilah yang akan sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Faktor keempat adalah faktor organisasi dan manajemen. Tanpa kemampuan organisasi dan manajemen yang memadai penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilakukan dengan baik, efisien, dan efektif.oleh sebab itu perhatian yang sungguh-sunggguh terhadap masalah ini dituntut dari para penyelenggara pemerintahan daerah. Sejarah perkembangan Otonomi Daerah membuktikan bahwa keempat faktor tersebut di atas masih jauh dari yang diharapkan. Karenanya Otonomi Daerah masih menunjukkan sosoknya yang kurang menggembirakan.oleh sebab itu apabila kita berkeinginan untuk merealisasi cita-cita Otonomi Daerah maka pembenahan dan perhatian yang sungguh- sungguh perlu diberikan kepada empat faktor di atas.
  • 21. Page | 21 3. Hakikat Otonomi Daerah - Berdasarkan pengertian-pengertian otonomi daerah tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat otonomi daerah adalah sebagai berikut...  Daerah memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga pemerintahan sendiri, baik, jumlah, macam, maupun bentuk pelayanan masyarakat yang sesuai kebutuhan daerah masing-masing.  Daerah memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, baik kewenangan mengatur maupun mengurus rumah tangga pemerintahan sendiri sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Pemerintah Daerah itu meliputi Bupati atau Walikota, perangkat daerah seperti Lurah,Camat serta Gubernur sebagai pemimpin pemerintahan daerah tertinggi. DPRD adalah lembaga pemerintahan daerah di mana di dalam DPRD duduk para wakil rakyat yang menjadi penyalur aspirasi rakyat.Selain itu DPRD adalah suatu unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Otonomi daerah adalah wewenang,hak dan kewajiban suatu daerah otonom untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan dan mengurus berbagai kepentingan masyarakat yang berada dan menetap di dalam daerah tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Daerah otonom adalah suatu kesatuan masyarakat yang berada di dalam batas-batas wilayah dan wewenang dari pemerintahan daerah di mana prngaturan nya berdasarkan prakarsa sendiri namum sesuai dengan sistem NKRI. Di dalam otonomi daerah di jelaskan bahwa pemerintah pusat adalah Presiden Republik Indonesia sebagaiman tertulis di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berbicara otonomi daerah berarti berbicara tentang suatu spekrtum yang luas, karena hampir semua bangsa di dunia ini menghendaki adanya otonomi, yaitu hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri tanpa adanya campur tangan dari intervensi pihak lain. Karena itu akan keperluan otonomi bukan hanya sebatas pada pemerintah daerah saja, tetapi juga pemerintah negara. Keperluan adanya otonomi dalam negara dilatarbelakangi oleh pengalaman masa lalu, karena keberadaan negara hanya dianggap sebagai instrument belaka dari kaum kapitalitas.Kondisi ini kemudian melahirkan konsepsi Marx tentang Instrumental State.Demikian halnya negara-negara social yang menghendaki
  • 22. Page | 22 adanya otonomi dari pengaruh partai politik (partai komunis) yang cendrung mengintervensi kehidupan negara.Dalam hubungan ini Negara menhendaki otonomi untuk memperkecil dan bahkan menghilangkan pengruh-pengaruh maupun intervensi kaum kapitalis atau sosialis. Berbeda halnya dengan keperluan otonomi dalam pemerintahan lokal, yaitu untuk memperbesar kewengan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri.Karena itu keperluan otonomi pada tingkat lokal pada hakikatnya adalah untuk memperkecil intervensi pemerintah pusat dalam urusan rumah yangga daerah.Dalam negara kesatuan otonomi daerah itu diberikan oleh pemerintah daerah pusat, sedangkan pemerintah daerah hanya menerima penyerahan dari pemerintah pusat.Berbeda halnya dengan otonomi daerah di negara federal, yaitu otonomi daerah telah melekat pada negara-negara bagian, sehingga urusan yang dimiliki oleh pemerintah federal pada hakikatnya adalah yang diserahkan oleh negara bagian. Konstelasi tersebut menunjukkan bahwa dalam negara kesatuan kecendrungan kewenangan yang besar berada di central government, sedangkan dalam negara federal kecendrungan kewenangan yang besar berada pada local government. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah dalam Negara kesatuan seperti Indonesia lebih banyak menggantungkan otonominya pada political will pemerintah pusat, yaitu sampai sejauhmana pemerintah pussat mempunyai niat baik untuk memperdayakan local government.melalui pemberian wewenagn yang lebig besar. Dengan demkian hubungan ini dikenal adanya otonomi daerah yang terbatas dan otonomi daerah luas.Pada hakikatnya kedua bentuk otonomi tersebut hanya dibedakan oleh kewenangan yang dimiliki, yaitu untuk daerah yang memiliki otonomi terbatas hanya memiliki kewenangan yang relatif kecil, sedangkan daerah yang memiliki otonom yang laus cenderung memiliki kewenangan yang besar. Otonomi daerah di Indonesia adalah hak, wewenang,dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuaidengan peraturan perundang-undangan Terdapat dua nilai dasar yang dikembangkan dalam UUD 1945 berkenaan dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia, yaitu: 1. Nilai Unitaris, yang diwujudkan dalam pandangan bahwa Indonesia tidak mempunyai kesatuan pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat negara ("Eenheidstaat"), yang berarti kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia tidak akan terbagi di antara kesatuan-kesatuan pemerintahan; dan 2. Nilai dasar Desentralisasi Teritorial,dariisi dan jiwa pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 beserta penjelasannya sebagaimana tersebut di atas maka jelaslah bahwa Pemerintah diwajibkan untuk melaksanakan politik desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang ketatanegaraan.
  • 23. Page | 23 Dikaitkan dengan dua nilai dasar tersebut di atas,penyelenggaraan desentralisasi di Indonesia berpusat pada pembentukan daerah-daerah otonom dan penyerahan/pelimpahan sebagian kekuasaan dan kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sebagian sebagian kekuasaan dan kewenangan tersebut. Adapun titik berat pelaksanaan otonomi daerah adalah pada Daerah Tingkat II (Dati II)dengan beberapa dasar pertimbangan 1. Dimensi Politik,DatiII dipandang kurang mempunyai fanatisme kedaerahan sehingga risiko gerakan separatisme dan peluang berkembangnya aspirasi federalis relatif minim; 2. Dimensi Administratif,penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat relatif dapat lebih efektif; 3. Dati II adalah daerah "ujung tombak" pelaksanaan pembangunan sehingga Dati II-lah yang lebih tahu kebutuhan dan potensi rakyat di daerahnya. Atas dasar itulah, prinsip otonomi yang dianut adalah: 1. Nyata,otonomi secara nyata diperlukan sesuai dengan situasi dan kondisi obyektif di daerah; 2. Bertanggung jawab,pemberian otonomi diselaraskan/diupayakan untuk memperlancar pembangunan di seluruh pelosok tanah air; dan 3. Dinamis,pelaksanaan otonomi selalu menjadi sarana dan dorongan untuk lebih baik dan maju Dalampenyelenggaraan negara yangbaik,maka kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah haruslah tetap terkonrol dan berjalan mulus baik secara kekuasaan maupun relasi.Membahas mengenai relasi atau hubungan antara pemerintah pusatdengan pemerintah daerah mengenai pelimpahan wewenang biasa kita dengar istilah sentralisasi,desentralisasi,dan dekonsentrasi.Apa yangdimaksud sentralisasi, desentralisasi,dan sekonsentrasi? Berikutulasan lengkapnya.Pengertian Sentralisasi, Desentralisasi,dan Dekonsentrasi Pengertian Sentralisasi,Desentralisasi,dan Dekonsentrasi Pengertian Sentralisasi,Desentralisasi,dan Dekonsentrasi Sentralisasi Pengertian Sentralisasi Sentralisasi adalah penyerahan kekuasaan serta wewenang pemerintahan sepenuhnya kepada pemerintah pusat.Pemerintah pusatdimaksud adalah Presiden dan Dewan Kabinet.Kewenangan yang dimaksud adalah kewenangan politik dan kewenangan administrasi.Kewenangan politik adalah kewenangan membuat dan memutuskan kebijakan sedangkan kewenangan administrasi adalah kewenangan melaksanakan kebijakan.Kelemahan SistemSentralisasi Kebijakan dan keputusan- keputusan untuk daerah berada di pusat,sehingga butuh waktu yang lama untuk melakukan itu. Selain itu,karena semua bentuk pemerintahan berada di pusat,maka akan memberikan beban kerja yangtinggi karena pekerjaan rumah tangga yang akan semakin menumpuk. Contoh Sistem Sentralisasi Lembaga keamanan negara yaitu TNI, melaksanakan perlindungan terhadap Indonesia memalui tiga titik yaitu udara,darat dan laut. Bank Indonesia yangmenjadi pusatpengaturan segala kebijakan moneter dan
  • 24. Page | 24 fiskal.Desentralisasi Pengertian Desentralisasi Desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari pusatkepada daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri,namun tidak untuk semua hal,kemananan,hukum dan kebijakan fiskal adalah beberapa hal yang masih terpusat,namun ada pendelegasian kepada daerah. Menurut UU Nomor 5 Tahun 1974,desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari pusatkepada daerah.Pelimpahan wewenang kepada Pemerintahan Daerah, semata- mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien.Pelimpahan wewenang tersebut menghasilkan otonomi.Otonomi itu sendiri adalah kebebasan masyarakatyangtinggal di daerahnya itu sendiri untuk mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri.Secara sederhana,pelimpahan wewenang pusatkepada daerah menjadi apa yang disebut desentralisasi dan bentuk penerapannya adalah adanyaotonomi tersebut. Segala hal yang telah pusatberikan, yaitu wewenang dan tanggung jawab yangdiserahkan menjadi tanggung jawab daerah baik politik pelaksanaannya,rencana,pembiayaan,dan pelaksanaan adalah wewenang dan tanggung jawab daerah itu sendiri.Contoh Sistem Desentralisasi - Dinas Pendidikan yangmengatur bagaimana pola pendidikan. Dekonsentrasi Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang administrasi dari pemerintah pusatkepada pejabatdi daerah. Perlu digaris bawahi,pelimpahan wewenang yang dimaksud adalah hanya sebatas wewenang administrasi,untuk wewenang politik tetap dipegang oleh pemerintah pusat.Bisa dikatakan dekonsentrasi adalah perpaduan antara sentralisasi dan desentralisasi.Contoh Sistem Dekonsentrasi Kantor pelayanan pajak Ok,sangat sederhana bukan pengertian dari sentralisasi, desentralisasi,dan dekonsentrasi.Semunya mengulas mengenai pelimpahan wewenang antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat.Intinya adalah pelimpahan wewenang baik itu politik maupun admisnistrasi.Sekian, semoga bermanfaat. SIMPULAN Sebenarnya “otonomi daerah” bukanlah suatu hal yang baru karena semenjak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia , konsep otonomi daerah sudah digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Bahkan pada masa pemerintahan kolonial Belanda, prinsip-prinsip otonomi sebagian sudah diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kota dan desa merupakan bagian dari fenomena bumi yang mempunyai banyak perbedaan dan banyak diantaranya bertolak belakang. Perbedaan ini bisa di kategorikan dalam dua bagian yaitu perbedaan secara fisik dan perbedaan secara sosial. Perbedaan- perbedaan tersebut diantaranya yaitu: a. Morfologi
  • 25. Page | 25 b. Jumlah dan kepadatan penduduk; c. Lingkungan hidup; d. Mata pencaharian; e. Corak kehidupan sosial; f. Stratifikasi sosial; g. Mobilitas sosial; h. Pola interaksi sosial; i. Solidaritas sosial; dan j. Kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional. Dari tentang analisis kebijakan tentang implementasi desentralisasi dan otonomi daerah Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: aspek output dan aspek outcomes kebijakan. Kedua aspek tersebut memiliki ukuran atau indikator yang berbeda dalam penilaian keberhasilan. 2. Output kebijakan desentralisasi dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain: a. Peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat b. Peningkatan kualitas pelayanan public c. Fleksibilitas program pembangunan. 3. Outcomes kebijakan desentralisasi dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain: a) Peningkatan partisipasi masyarakat, dan b) Efektivitas pelaksanaan koordinasi. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di Kabupaten/Kota: a) Aspek manajerial b) Aspek SDM Organisasi c) Aspek budaya birokrasi d) Aspek politik lokal. 5. Dilihat dari aspek output kebijakan, maka implementasi kebijakan desentralisasi dapat dikatakan relatif berhasil. Namun dilihat dari aspek outcomes kebijakan, ternyata banyaknya urusan yang telah diterima (desentralisasi) oleh Kabupaten/Kota justru menjadi beban berat bagi daerah. Harapan kebijaksanaan seperti memacu
  • 26. Page | 26 pertumbuhan ekonomi masyarakat berbagai program pembangunan (proyek), pelaksanaannya belum efektif.