SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
1
HAKIKAT OTONOMI DAERAH
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, kebijakan tentang Pemerintahan Daerah mengalami perubahan yang cukup mendasar.
Perubahan tersebut dilatarbelakangi oleh kehendak untuk menampung semangat otonomi
daerah dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat daerah. Sebelumnya, Pemerintah
Pusat sangat dominan (sentralistis) dalam mengatur dan mengendalikan daerah. Di era
sekarang, daerah diberi keleluasaan untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri secara
demokratis dan bertanggung jawab dalam NKRI. Pemerintah Daerah boleh mengatur dan
mengendalikan daerahnya selama tidak bertentangan dengan tata urutan Perundang-undangan
yang lebih tinggi dari peraturan daerah.1
B. RUMUSAN MASALAH
Kebanyakan orang menganggap bahwa Otonomi Daerah di Indonesia sudah sempurna,
sebenarnya masih banyak persoalan-persoalan yang belum terselesaikan, seperti contoh
lambatnya pengesahan Peraturan Daerah (Qanun) yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat.
Kemudian masih banyaknya Rancangan Peraturan Daerah yang bertentangan dengan
Peraturan Perundang-undangan yang kedudukannya lebih tinggi dari Peraturan Daerah,
sehingga peraturan tersebut dianulir oleh Kementerian Dalam Negeri. Selain itu,
Permasalahan lain dari adanya Otonomi Daerah yaitu merebaknya kasus korupsi di daerah.2
1 Tata urutan peraturan perundang-undangan berubah lagi pada tahun 2004 melalui UU. Nomor 10 tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,sehingga TAPMPR No. HI/MPR/2000 dinyatakan tidak
berlaku lagi. Dengan demikian, tata peraturan perundang-undangan yang baru menjadi :
a. UUD 1945
b. UU atau Peraturan Pemerintah PenggantiUU
c. Peraturan Pemerintah
d. Peraturan Presiden
e. Peraturan Daerah terdiri dari :
1) Perda Provinsi
2) Perda Kabupaten
3) Perda desa/peraturan setingkat
2 http://otonomidaerah.com/otonomi-daerah-dan-permasalahannya diakses pada 03 November 2014
2
C. TUJUAN
1. Apa pengertian dari Otonomi Daerah dan Hakikat otonomi daerah?
2. Apa yang anda anda ketahui dengan pemasalahan otonomi daerah ?
3. Apa Kewajiban, kewenangan dan hak Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah ?
4. Bagaimana Pelaksanaan Otonomi Daerah di daerah masing-masing ?
5. Apa landasan hukum Otonomi Daerah ?
6. Apa asas-asas dari Otonomi daerah ?
7. Siapa pelaksana Otonomi Daerah?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN HAKIKAT OTONOMI DAERAH
Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa
Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti
aturan atau undang-undang, sehingga dapat dikatakan sebagai kewenangan untuk mengatur
sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri.
Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.
Dengan demikian, disimpulkan bahwa Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.3 Ini
merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan
kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau
tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan
yaitu Pemerintah Daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka
membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan hukum yaitu
perundang-undangan.4
Menurut UU nomor 32 tahun 20014 tentang Pemerintah Daerah, otonomi daerah adalah
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan.
Menurut UU nomor 32 tahun 2004, terdapat beberapa istilah dalam pelaksanaan otonomi
daerah.5
Pemerintah Pusat adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri
dari Presiden beserta para menteri. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta
perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah. DPRD adalah Badan
legislatif daerah.
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah kepada
Daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3 http://komunitasgurupkn.blogspot.com/2011/09/otonomi-daerah.html diakses pada 03 November 2014
4http://wikipedia.org/otonomi_daerah diakses pada 12 November 2014
5 Muhammad Yusuf Husein, PENDIDIKAN KEWAARGANEGARAAN (CIVIL EDUCATION), (------------------,
2014) hlm. 97.
4
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah dan/atau perangkat pusat di daerah
Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah pusat kepada daerah dan desa
serta dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan,
sarana, prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya
dan mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan.
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah
tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Wilayah Administrasi adalah wilayah kerja Gubernur selaku wakil pemerintah.
Instansi vertikal adalah perangkat departemen dan/atau lembaga pemerintah non
departemen di daerah. Pejabat yang berwenang adalah pejabat pemerintah di tingkat pusat
dan/atau pejabat pemerintah di daerah provinsi yang berwenang membina dan mengawasi
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah kabupaten dan daerah
kota. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan/atau
daerah kota di bawah kecamatan dan Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan
berada di daerah kabupaten.
B. LANDASAN HUKUM OTONOMI DAERAH
Pada zaman Hindia Belanda, prinsip-prinsip otonomi daerah sudah diterapkan.
Sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) otonomi daerah sudah
diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia.
Hal tersebut bisa dilihat dari adanya berbagai macam peraturan perundang-
undangan mengenai otonomi daerah sejak kemerdekaan hingga sekarang.
5
Undang-undang mengenai otonomi daerah yang pernah berlaku di Indonesia
adalah :
a. UU Nomor 1/1945 (menganut sistem otonomi daerah rumah tangga formil).
b. UU Nomor 2/1948 (menganut otonomi dan mebedewind yang seluas-
luasnya).
c. UU Nomor 1/1957 (menganut otonomi rill yang seluas-luasnya)
d. UU Nomor 5/1974 (menganut otonomi daerah yang nyata dan bertanggung
jawab)
e. UU Nomr 22 /1999 (menganut otonomi daerah yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab)
f. UU Nomor 32/2004 (menganut otonomi daerah yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab).
C. TUJUAN OTONOMI DAERAH
Adapun tujuan utama dikeluarkannya atau diterapkannya otonomi daerah tahun
1999 adalah di satu pihak membebaskan pemerintah pusat dari beban-beban yang
tidak perlu dalam menangani urusan domestik, sehingga ia berkesempatan
mempelajari, memahami, merespon berbagai kecenderungan global dan mengambil
manfaat daripadanya.
Pada saat yang sama Pemerintah Pusat diharapkan lebih mampu berkonsentrasi
pada perumusan kebijakan makro (luas atau bersifat umum dan mendasar) yang
bersifat strategis. Di lain pihak, dengan desentralisasi daerah akan mengalami proses
pemberdayaan yang optimal.
Kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah akan terpacu, sehingga
kemampuan daerah dalam mengatasi berbagai masalah domestik atau daerah akan
semakin kuat.
Desentralisasi merupakan simbol atau tanda adanya kepercayaan pemerintah
pusat kepada daerah. Ini dengan sendirinya akan mengembalikan harga diri
pemerintah dan masyarakat daerah( Syaukani, Gaffar dan Rasyid , 2002 :172 ).
Adapun tujuan pemberian otonomi kepada daerah :
a. Peningkatan pelayanan dari kesejahteraan masyarakat yang semakin baik
b. Pengembangan kehidupan demokrasi
c. Keadilan
6
d. Pemerataan
e. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah serta antardaerah dalam rangka keutuhan NKRI.
f. Mendorong untuk memberdayakan masyarakat
g. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta
masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD.
Dengan diberlakukan Undang-Undang nomor 32 dan 33 tahun 2004, kewenangan
pemerintah pusat didesentralisasikan ke daerah, ini mengandung makna, pemerintah pusat
tidak lagi mengurus kepentingan rumah tangga daerah-daerah. Kewenangan mengurus,
mengatur dan mengatur rumah tangga daerah diserahkan kepada masyarakat di daerah. Jadi
dari uraian ini dapat disimpulkan, bahwa pemerintah pusat hanya berperan sebagai
supervisor, pemantau, pengawas dan penilai.
Menurut Syakauni dan kawan-kawan, (2002 : 173-184) visi otonomi daerah dapat
dirumuskan dalam tiga ruang lingkup interaksinya yang utama, yaitu : Politik, Ekonomi
serta Sosial dan Budaya.
Di bidang politik, karena otonomi adalah buah dari kebijakan desentralisasi dan
dekonsentrasi, maka pelaksanaan otonomi harus dipahami sebagai proses untuk membuka
ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis,
memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan yang responsif terhadap
kepentingan masyarakat luas, dan memelihara suatu mekanisme pengambilan keputusan yang
taat pada asas pertanggungjawaban publik.
Gejala yang muncul dewasa ini, khususnya dalam pemilihan Kepala Daerah, baik
provinsi, kabupaten maupun kota begitu besar partisipasi masyarakat. Ini bisa dibuktikan dari
membanjirnya calon-calon Kepala Daerah dalam setiap pemilihan, baik di tingkat provinsi
maupun kabupaten atau kota. Bahkan yang berminat dan mendaftarkan diri untuk menjadi
bakal calon Kepala Pemerintahan Daerah, bukan hanya datang dari lapisan masyarakat
tertentu saja, tetapi juga datang dari berbagai lapisan, mulai dari Partai Politik, Pegawai
Pemda, Pegawai dari kantor lainnya, pegawai swasta, wiraswasta, bahkan ada juga dari unsur
abang becak dan lain-lain. Ini menandakan, bahwa kehidupan demokrasi di negara kita sudah
semakin terbuka dan berkembang dengan pesat.6
6 http://komunitasgurupkn.blogspot.com/2011/09/otonomi-daerah.html diakses pada 03 November 2014
7
Di bidang ekonomi, otonomi daerah di satu pihak harus menjamin lancarnya
pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan di pihak lain terbukanya peluang bagi
pemerintah daerah mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk
mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya.
Dalam konteks ini, otonomi daerah akan memungkinkan lahirnya berbagai prakarsa
pemerintah daerah untuk menawarkan fasilitas investasi, memudahkan proses perizinan
usaha, dan membangun berbagai infrastruktur yang menunjang perputaran ekonomi di
daerahnya. Dengan demikian otonomi daerah akan membawa masyarakat ke tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi dari waktu ke waktu.
Di bidang sosial budaya, otonomi daerah harus dikelola sebaik mungkin demi
menciptakan harmoni sosial, dan pada saat yang sama, juga memelihara nilai-nilai lokal
yang dipandang kondusif7 terhadap kemampuan masyarakat dalam merespon dinamika
kehidupan di sekitarnya.
D. PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH
Otonomi daerah diselenggarakan dengan tujuan tertentu. Agar otonomi daerah dapat
mencapai tujuan tersebut, maka dalam penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah Pusat
menggunakan asas desentralisasi, tugas pembantuan dan dekonsentrasi. Sedangkan
Pemerintah Daerah menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan, sesuai dengan amanat
UUD pasal 18 ayat (2) ditegaskan bahwa “ Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten,
dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan”. Dengan demikian terdapat dua asas yang digunakan dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah yaitu asas otonomi dan tugas pembantuan.
Asas otonomi dalam ketentuan tersebut memiliki makna bahwa pelaksanaan urusan
pemerintahan oleh daerah dapat diselenggarakan secara langsung oleh pemerintahan daerah
itu sendiri. Sedangkan asas tugas pembantuan dimaksudkan bahwa pelaksanaan urusan
pemerintahan tersebut dapat dilaksanakan melalui penugasan oleh pemerintah provinsi ke
pemerintah kabupaten/kota dan desa atau penugasan dari pemerintah kabupaten/kota ke desa
(penjelasan UU RI No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah).
Berdasarkan uraian di atas, asas otonomi sering disebut asas desentralisasi. Apa yang
dimaksud desentralisasi? Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah (pusat) kepada Daerah Otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan
7 dukungan
8
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No.32 tahun 2004).
Perlu diingat bahwa sekalipun daerah diberi keleluasaan untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahannya sendiri, tetapi tetap berada dalam bingkai dan kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Artinya, pemerintah daerah berkewajiban untuk patuh dan
menghormati kewenangan yang dimiliki pemerintah pusat.
Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari pemerintah pusat
kepada Gubernur sebagai wakil pemerintahan dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah
tertentu. Asas yang kedua adalah tugas pembantuan yaitu penugasan dari Pemerintah (pusat)
kepada daerah dan/atau desa, dan dari pemerintah provinsi kepada kabupaten /kota dan/atau desa serta
dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Adapun prinsip Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut :
a. Digunakannya asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan;
b. Penyelenggaraan asas desntralisasi secara utuh dan bulat yang dilaksanakan di
Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, dan
c. Asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di Daerah Pprovinsi, Daerah
Kabupaten; Daerah Kota, dan Desa.
Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan
pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali
: kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan,
moneter8, dan fiskal9, agama serta kewenangan di bidang lainnya10 yang akan
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, termasuk kewenangan yang utuh
dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi.
Selain ketiga asas diatas, ada sembilan asas lain yang menjadi pedoman
penyelenggaraan pemerintahan. Kesembilan asas tersebut disebut asas umum
penyelenggaraan negara, yaitu :
1. Asas kepastian hukum, maksudnya adapun yang dilakukan pemerintah pemerintah
daerah haruslah berdasarkan hukum yang berlaku.
2. Asas tertib penyelenggaranan negara, maksudnya penyelenggaraan pemerintah daerah
harus dilaksanakan sesuai dengan tertib administrasi negara.
3. Asas kepentingan umum, maksudnya apapun yang dilakukan oleh pemerintah daerah
haruslah untuk kepentingan umum.
8 keuangan
9 Berkenaan tentang urusan pajak atau pendapatan negara
10 Contoh kewenangan dibidang lainnya sepertisekarang sedang populernya kenaikan harga BBM, kenaikan
gaji PNS, dan sebagainya.
9
4. Asas keterbukaan, maksudnya masyarakat harus tahu apa yang dilakukkan oleh
pemerintahnya dan tidak boleh ditutup-tutupi.
5. Asas proporsionalitas, maksudnya penyelenggaraan negara harus seimbang, tidak boleh
berat sebelah.
6. Asas profesionalitas, maksudnya penyelenggaraan pemerintah daerah harus dilakukan
oleh orang yang ahli dibidang masing-masing.
7. Asas akuntabilitas, maksudnya pemerintah harus bisa mempertanggung jawabkan
tindakannya kepada masyarakat.
8. Asas efisiensi, maksudnya penyelenggaraan pemerintah daerah harus bisa dijalankan
dengan baik tanpa menghabiskan waktu dan tenaga.
9. Asas efektivitas, maksudnya penyelenggaraan pemerintah daerah harus bekerja dengan
baik, sesuai dengan tujuan semula.
Dalam penyelenggaraan otonomi, daerah memiliki hak, yaitu :
a. Mengatur dn mengurus sendiri urusan pemerintahannya
b. Memilih pimpinan daerah
c. Mengelola aparatur daerah
d. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah
e. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya yang berada di daerah.
f. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah
Selain memiliki hak, daerah juga memiliki kewajiban, yaitu :
a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta
keutuhan NKRI.
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi
d. Mewujudkan keadilan dan pemerintahan
e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan
f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan
g. Menyediakan fasilitas umum sosial dan umum yang layak
h. Mengembangkan sistem jaminan sosial
i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah
j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah
10
k. Melestarikan lingkungan hidup
l. Mengelola admininstrasi penduduk
m. Melestarikan nilai sosial budaya
n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan
kewenangannya
o. Kewajiban lain yang di atur dalam peraturan perundang-undangan
Siapa yang melaksanakan otonomi daerah? Otonomi daerah dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakialan Rakyat Daerah (DPRD).
E. KEWENANGAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
Dikeluarkannya kebijakan tentang pelaksanaan otonomi daerah membawa dampak pada
terjadinya berbagai perubahan kewenangan sebagaimana diatur dalam pasal 13 dan 14
Undang-undang RI nomor 32 tahun 2004. Adapun uraian rinci mengenai berbagai
kewenangan provinsi diatur dalam pasal 13 yang dapat diuraikan sebagai berikut :
(1) Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan dalam
skala provinsi yang meliputi :
a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat
d. Penyediaan sarana dan prasarana umum
e. Penanganan bidang kesehatan
f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial
g. Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota
i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah termasuk lintas
kabupaten/kota
j. Pengendalian lingkungan hidup
k. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota
l. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil
m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan
n. Pelayanan administrasi penanaman modal, termasuk lintas kabupaten/kota
11
o. penyelenggraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh
kabupaten/kota, dan
p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan
(2) Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang
secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.
Sementara itu uraian rinci mengenai berbagai kewenangan kabupaten/kota diatur dalam
pasal 14 yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan
2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat
4. Penyediaan sarana dan prasarana umum
5. Penanganan bidang kesehatan
6. Penyelenggaraan pendidikan
7. Penanggulangan masalah sosial
8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan
9. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah
10. Pengendalian lingkungan hidup
11. Pelayanan pertanahan
12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil
13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan
14. Pelayanan administrasi penanaman modal,
15. Penyelenggraan pelayanan dasar lainnya dan
16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan
F. SUSUNAN PEMERINTAH DAERAH
1. DPRD
DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah merupakan wahana untuk
melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila. DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah
berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintah Daerah.
Dalam pasal 40 UU RI nomor 32 tahun 2004 dinyatakan, bahwa DPRD merupakan
lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan
12
pemerintahan daerah. Sementara itu dalam pasal 41 dinyatakan, bahwa DPRD memiliki
fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan.
DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam kedudukannya seperti itu, DPRD memiliki
fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.
Fungsi legislasi berkaitan dengan pembentukan peraturan daerah, yang meliputi
pembahasan dan memberikan persetujuan terhadap Rancangan Peraturan Daerah (Raperda),
serta hak anggota DPRD mengajukan Rapenda. Fungsi anggaran berkaitan dengan
kewenangannya dalam hal anggaran daerah (APBD). Sedangkan fungsi pengawasan
berkaitan dengan mengontrol pelaksanaan Perda dan peraturan lainnya serta kebijakan
pemerintah daerah.
1.1 Tugas dan Wewenang DPRD
a. Membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan
bersama;
b. Membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan Kepala
Daerah;
c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-
undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah
dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di
daerah;
d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Gubernur/Wakil kepala daerah/wakil
kepala daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD Provinsi
dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPR kabupaten/kota;
e. Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala
daerah;
f. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana
perjanjian internasional di daerah;
g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan
oleh pemerintah daerah;
h. Menerima laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah;
i. Membentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah;
13
j. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan
pemilihan kepala daerah;
k. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama antardaerah dan dengan pihak
ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.
1.2 Hak DPRD
DPRD juga mempunyai hak-hak sebagaimana diatur dalam Pasal 43 UU RI No. 32
Tahun 2004, yaitu hak interpelasi, angket dan hak menyatakan pendapat. Hak angket adalah
hak untuk melakukan penyelidikan yang dimiliki oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang
memutuskan bahwa pelaksanaan suatu undang-undang dalam kebijakan Pemerintah yang
berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, hak
interpelasi ialah hak anggota DPRD untuk anggota DPRD untuk meminta keterangan
keterangan atau pertanggungjawaban kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakannya
dalam suatu bidang.
2. Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah provinsi dipimpin oleh Gubernur, sedangkan pemerintah daerah
kabupaten/kota dipimpin oleh Bupati/Walikota. Gubernur/Bupati/Walikota yang biasa
disebut kepala daerah memiliki kedudukan yang sederajat dan seimbang dengan DPRD
masing-masing daerah.
2.1. Tugas dan Wewenang Pemerintah Daerah
a) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan
bersama DPRD;
b) Mengajukan rancangan Perda;
c) Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;
d) Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas
dan ditetapkan bersama;
e) Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah;
f) Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum
untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
g) Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
14
3. PERMASALAHAN OTONOMI DAERAH DI DAERAH
Perubahan regulasi yang terlalu sering dilakukan tersebut merupakan salah satu indikasi
bahwa konsepsi otonomi daerah yang dilaksanakan bukan hanya sedang mengikuti
perkembangan yang terjadi di masyarakat, melainkan pada dasarnya memang belum
komprehensif dan masih mencari bentuk yang paling tepat. Faktanya saat ini kita masih
membahas persoalan mekanisme pemilihan Gubernur yang rencananya akan dikembalikan
dari pemilihan langsung menjadi pemilihan tidak langsung atau melalui lembaga perwakilan
rakyat daerah. Artinya regulasi yang telah ditetapkan melalui undang-undang pemerintahan
daerah akan diubah kembali ke bentuk semula.11
Selain itu, terdapat permasalahan lain, yang dapat membuat pemerintah daerah bimbang
dalam membuat keputusan, yaitu lambatnya penetapan peraturan pelaksana atas undang-
undang. Salah satu contohnya adalah lambatnya penetapan peraturan pemerintah tentang
tanggung jawab sosial dan lingkungan perseroan terbatas. Peraturan pemerintah tersebut baru
disahkan pada tahun 2012 padahal Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas yang telah
memerintahkan pembentukan pemerintah tersebut telah disahkan sejak tahun 2007. Butuh
waktu sekitar 5 tahun untuk menyusun peraturan pemerintah yang semestinya dapat segera
ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah untuk menyusun peraturan daerah.
Peraturan serupa yang memiliki gejala yang hampir sama adalah Undang-Undang
tentang Kesehatan yang telah ditetapkan pada tahun 2009. Hingga saat ini pemerintah belum
menetapkan seluruh peraturan pelaksana yang telah diperintahkan oleh undang-undang
tersebut. Diantaranya adalah kewajiban bagi daerah untuk mengalokasikan anggaran minimal
sebesar 10% dari APBD untuk kesehatan
Selanjutnya adalah pelaksanaan otonomi daerah dan permasalahannya di daerah. Daerah
juga hingga saat ini dianggap belum siap dalam melaksanakan otonomi daerah. Salah satu
indikasinya adalah lemahnya kemampuan daerah dalam menyusun peraturan daerah yang
sesuai dengan ketentuan. Sejumlah peraturan daerah telah dianulir oleh Kementerian Dalam
Negeri karena dianggap tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan berpotensi
menghambat laju pertumbuhan ekonomi daerah.
Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah merebaknya kasus korupsi di daerah.
Masyarakat luas bisa melihat sendiri melalui media massa sejumlah kepala daerah dan
pejabatnya yang menjadi tersangka kasus korupsi. Ini membuktikan bahwa Otonomi daerah
masih menjadi ‘pekerjaan rumah’ bagi kita semua.
11 http://otonomidaerah.com/otonomi-daerah-dan-permasalahannya di akses pada 03 November 2014
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan :
1. Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Menurut UU nomor 32 tahun 2004, terdapat beberapa istilah dalam pelaksanaan
otonomi daerah, yaitu : Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, DPRD,
Desentralisas, Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan, Otonomi daerah, Daerah
otonom, Wilayah Administrasi, Instansi vertikal, Pejabat yang berwenang,
Kecamatan, Kelurahan, dan Desa.
3. Terdapat dua asas yang digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yaitu
asas otonomi dan tugas pembantuan.
4. Susunan pemerintah daerah terdiri atas DPRD dan Kepala Pemerintah Daerah.
5. Otonomi daerah masih memiliki banyak kekurangan, seperti lambatnya tanggapan
Pemerintah Pusat tentang UU Daerah (Qanun), banyaknya pejabat daerah yang
terlibat korupsi.
6. Tujuan dibentuknya Otonomi Daerah ialah untuk membebaskan pemerintah pusat dari
beban-beban yang tidak perlu dalam menangani urusan domestik, sehingga ia
berkesempatan mempelajari, memahami, merespon berbagai kecenderungan global
dan mengambil manfaat daripadanya.

More Related Content

What's hot

PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )
PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )
PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )Dheea Resta
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerahhoseapito
 
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah STIP WUNA
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah STIP WUNA Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah STIP WUNA
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah STIP WUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahfarid miftah
 
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahMeidina Silvia
 
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945Titania Intan Permatasari
 
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan DaerahPkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan DaerahLisa Tri Setiawati
 
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaKebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaSyaifOer
 
Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan  Pemerintah Pusat dan DaerahHubungan  Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan Pemerintah Pusat dan DaerahDadang Solihin
 
Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI
Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRIOtonomi Daerah dalam Kerangka NKRI
Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRImarwahmoniCha
 
Pelaksanaan kewenangan otonomi di daerah tingkat ii (uu no. 5 tahun 1974)
Pelaksanaan kewenangan otonomi di daerah tingkat ii (uu no. 5 tahun 1974)Pelaksanaan kewenangan otonomi di daerah tingkat ii (uu no. 5 tahun 1974)
Pelaksanaan kewenangan otonomi di daerah tingkat ii (uu no. 5 tahun 1974)ricky04
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangAulia Hamunta
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi DaerahAZA Zulfi
 

What's hot (20)

PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )
PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )
PPT Pemerintahan pusat dan daerah ( Pendidikan Kewarganegaraan / PKN Kelas 10 )
 
Makalah pelaksanaan otonomi daerah STIP WUNA
Makalah pelaksanaan otonomi daerah STIP WUNA Makalah pelaksanaan otonomi daerah STIP WUNA
Makalah pelaksanaan otonomi daerah STIP WUNA
 
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
MS. Power Point PKN (Otonomi Daerah)
 
Powerpoint
PowerpointPowerpoint
Powerpoint
 
06 otonomi daerah 1
06 otonomi daerah 106 otonomi daerah 1
06 otonomi daerah 1
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Pemerintah Pusat dan Daerah
Pemerintah Pusat dan DaerahPemerintah Pusat dan Daerah
Pemerintah Pusat dan Daerah
 
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah STIP WUNA
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah STIP WUNA Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah STIP WUNA
Peranan otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi daerah STIP WUNA
 
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerah
 
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerah
 
Otonomi daerah uraian
Otonomi daerah   uraianOtonomi daerah   uraian
Otonomi daerah uraian
 
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
Hubugan struktural dan fungsional pemerintah pusat dan daerah menurut UUD 1945
 
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan DaerahPkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
Pkn, Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah
 
Materi ppkn sma xii bab 3
Materi ppkn sma xii bab 3Materi ppkn sma xii bab 3
Materi ppkn sma xii bab 3
 
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaKebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
 
Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan  Pemerintah Pusat dan DaerahHubungan  Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
 
Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI
Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRIOtonomi Daerah dalam Kerangka NKRI
Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI
 
Pelaksanaan kewenangan otonomi di daerah tingkat ii (uu no. 5 tahun 1974)
Pelaksanaan kewenangan otonomi di daerah tingkat ii (uu no. 5 tahun 1974)Pelaksanaan kewenangan otonomi di daerah tingkat ii (uu no. 5 tahun 1974)
Pelaksanaan kewenangan otonomi di daerah tingkat ii (uu no. 5 tahun 1974)
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 

Viewers also liked

P7-1_MGSU_Michael_Eichner_WP2_Module_specifications
P7-1_MGSU_Michael_Eichner_WP2_Module_specificationsP7-1_MGSU_Michael_Eichner_WP2_Module_specifications
P7-1_MGSU_Michael_Eichner_WP2_Module_specificationsEskandar Alhaddad
 
Blind sepreration
Blind seprerationBlind sepreration
Blind seprerationMohan Raj
 
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaMakalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaRafi Mariska
 
Isp in-nepal-ntc-services
Isp in-nepal-ntc-servicesIsp in-nepal-ntc-services
Isp in-nepal-ntc-servicesSantosh Ban
 
An efficient denoising architecture for removing impulse noise
An efficient denoising architecture for removing impulse noiseAn efficient denoising architecture for removing impulse noise
An efficient denoising architecture for removing impulse noiseMohan Raj
 
Makalah bahasa indonesia tentang surat resmi
Makalah bahasa indonesia tentang surat resmiMakalah bahasa indonesia tentang surat resmi
Makalah bahasa indonesia tentang surat resmiRafi Mariska
 

Viewers also liked (15)

WiMAX
WiMAXWiMAX
WiMAX
 
P7-1_MGSU_Michael_Eichner_WP2_Module_specifications
P7-1_MGSU_Michael_Eichner_WP2_Module_specificationsP7-1_MGSU_Michael_Eichner_WP2_Module_specifications
P7-1_MGSU_Michael_Eichner_WP2_Module_specifications
 
Blind sepreration
Blind seprerationBlind sepreration
Blind sepreration
 
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaMakalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
 
International mba
International mbaInternational mba
International mba
 
International MBA
International MBAInternational MBA
International MBA
 
Isp in-nepal-ntc-services
Isp in-nepal-ntc-servicesIsp in-nepal-ntc-services
Isp in-nepal-ntc-services
 
Asean
AseanAsean
Asean
 
Osi layer
Osi layerOsi layer
Osi layer
 
An efficient denoising architecture for removing impulse noise
An efficient denoising architecture for removing impulse noiseAn efficient denoising architecture for removing impulse noise
An efficient denoising architecture for removing impulse noise
 
Makalah bahasa indonesia tentang surat resmi
Makalah bahasa indonesia tentang surat resmiMakalah bahasa indonesia tentang surat resmi
Makalah bahasa indonesia tentang surat resmi
 
2010 awardsbook preview
2010 awardsbook preview2010 awardsbook preview
2010 awardsbook preview
 
The American University, Girne
The American University, GirneThe American University, Girne
The American University, Girne
 
Tarjeta realidad aumentada
Tarjeta realidad aumentadaTarjeta realidad aumentada
Tarjeta realidad aumentada
 
Essence of sales 2.0
Essence of sales 2.0Essence of sales 2.0
Essence of sales 2.0
 

Similar to Makalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus

Similar to Makalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus (20)

Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerah
 
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
Makalah Hak dan Kewajiban Warga NegaraMakalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
Makalah Hak dan Kewajiban Warga Negara
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Otonomi Daerah
Otonomi DaerahOtonomi Daerah
Otonomi Daerah
 
Otonomi daerah dan demokrasi
Otonomi daerah dan demokrasiOtonomi daerah dan demokrasi
Otonomi daerah dan demokrasi
 
Otonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di IndonesiaOtonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di Indonesia
 
SOAL TWK OTONOMI DAERAH (1).pptx
SOAL TWK OTONOMI DAERAH (1).pptxSOAL TWK OTONOMI DAERAH (1).pptx
SOAL TWK OTONOMI DAERAH (1).pptx
 
2784873.ppt
2784873.ppt2784873.ppt
2784873.ppt
 
Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 
Hubunganstrukturaldanfungsionalantarapemerintahpusatdandaerah
HubunganstrukturaldanfungsionalantarapemerintahpusatdandaerahHubunganstrukturaldanfungsionalantarapemerintahpusatdandaerah
Hubunganstrukturaldanfungsionalantarapemerintahpusatdandaerah
 
Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 
12629167.ppt
12629167.ppt12629167.ppt
12629167.ppt
 
12629167.ppt
12629167.ppt12629167.ppt
12629167.ppt
 
Makalah pkn
Makalah pknMakalah pkn
Makalah pkn
 
presentasi PKN kel.Fatonah X Perawat
presentasi PKN kel.Fatonah X Perawatpresentasi PKN kel.Fatonah X Perawat
presentasi PKN kel.Fatonah X Perawat
 
Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat
Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat  Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat
Hubungan struktural dan fungsional pemerintah pusat
 
otonomi daerah [Autosaved].pptx
otonomi daerah [Autosaved].pptxotonomi daerah [Autosaved].pptx
otonomi daerah [Autosaved].pptx
 
Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 

Recently uploaded

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 

Recently uploaded (20)

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 

Makalah Hakikat Otonomi Daerah Bagus

  • 1. 1 HAKIKAT OTONOMI DAERAH BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, kebijakan tentang Pemerintahan Daerah mengalami perubahan yang cukup mendasar. Perubahan tersebut dilatarbelakangi oleh kehendak untuk menampung semangat otonomi daerah dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat daerah. Sebelumnya, Pemerintah Pusat sangat dominan (sentralistis) dalam mengatur dan mengendalikan daerah. Di era sekarang, daerah diberi keleluasaan untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri secara demokratis dan bertanggung jawab dalam NKRI. Pemerintah Daerah boleh mengatur dan mengendalikan daerahnya selama tidak bertentangan dengan tata urutan Perundang-undangan yang lebih tinggi dari peraturan daerah.1 B. RUMUSAN MASALAH Kebanyakan orang menganggap bahwa Otonomi Daerah di Indonesia sudah sempurna, sebenarnya masih banyak persoalan-persoalan yang belum terselesaikan, seperti contoh lambatnya pengesahan Peraturan Daerah (Qanun) yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat. Kemudian masih banyaknya Rancangan Peraturan Daerah yang bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang kedudukannya lebih tinggi dari Peraturan Daerah, sehingga peraturan tersebut dianulir oleh Kementerian Dalam Negeri. Selain itu, Permasalahan lain dari adanya Otonomi Daerah yaitu merebaknya kasus korupsi di daerah.2 1 Tata urutan peraturan perundang-undangan berubah lagi pada tahun 2004 melalui UU. Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,sehingga TAPMPR No. HI/MPR/2000 dinyatakan tidak berlaku lagi. Dengan demikian, tata peraturan perundang-undangan yang baru menjadi : a. UUD 1945 b. UU atau Peraturan Pemerintah PenggantiUU c. Peraturan Pemerintah d. Peraturan Presiden e. Peraturan Daerah terdiri dari : 1) Perda Provinsi 2) Perda Kabupaten 3) Perda desa/peraturan setingkat 2 http://otonomidaerah.com/otonomi-daerah-dan-permasalahannya diakses pada 03 November 2014
  • 2. 2 C. TUJUAN 1. Apa pengertian dari Otonomi Daerah dan Hakikat otonomi daerah? 2. Apa yang anda anda ketahui dengan pemasalahan otonomi daerah ? 3. Apa Kewajiban, kewenangan dan hak Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah ? 4. Bagaimana Pelaksanaan Otonomi Daerah di daerah masing-masing ? 5. Apa landasan hukum Otonomi Daerah ? 6. Apa asas-asas dari Otonomi daerah ? 7. Siapa pelaksana Otonomi Daerah?
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DAN HAKIKAT OTONOMI DAERAH Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat dikatakan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah. Dengan demikian, disimpulkan bahwa Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.3 Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan yaitu Pemerintah Daerah. Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan hukum yaitu perundang-undangan.4 Menurut UU nomor 32 tahun 20014 tentang Pemerintah Daerah, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan. Menurut UU nomor 32 tahun 2004, terdapat beberapa istilah dalam pelaksanaan otonomi daerah.5 Pemerintah Pusat adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta para menteri. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah. DPRD adalah Badan legislatif daerah. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah kepada Daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3 http://komunitasgurupkn.blogspot.com/2011/09/otonomi-daerah.html diakses pada 03 November 2014 4http://wikipedia.org/otonomi_daerah diakses pada 12 November 2014 5 Muhammad Yusuf Husein, PENDIDIKAN KEWAARGANEGARAAN (CIVIL EDUCATION), (------------------, 2014) hlm. 97.
  • 4. 4 Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dan/atau perangkat pusat di daerah Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah pusat kepada daerah dan desa serta dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana, prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah Administrasi adalah wilayah kerja Gubernur selaku wakil pemerintah. Instansi vertikal adalah perangkat departemen dan/atau lembaga pemerintah non departemen di daerah. Pejabat yang berwenang adalah pejabat pemerintah di tingkat pusat dan/atau pejabat pemerintah di daerah provinsi yang berwenang membina dan mengawasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah kabupaten dan daerah kota. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan/atau daerah kota di bawah kecamatan dan Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah kabupaten. B. LANDASAN HUKUM OTONOMI DAERAH Pada zaman Hindia Belanda, prinsip-prinsip otonomi daerah sudah diterapkan. Sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) otonomi daerah sudah diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia. Hal tersebut bisa dilihat dari adanya berbagai macam peraturan perundang- undangan mengenai otonomi daerah sejak kemerdekaan hingga sekarang.
  • 5. 5 Undang-undang mengenai otonomi daerah yang pernah berlaku di Indonesia adalah : a. UU Nomor 1/1945 (menganut sistem otonomi daerah rumah tangga formil). b. UU Nomor 2/1948 (menganut otonomi dan mebedewind yang seluas- luasnya). c. UU Nomor 1/1957 (menganut otonomi rill yang seluas-luasnya) d. UU Nomor 5/1974 (menganut otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab) e. UU Nomr 22 /1999 (menganut otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab) f. UU Nomor 32/2004 (menganut otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab). C. TUJUAN OTONOMI DAERAH Adapun tujuan utama dikeluarkannya atau diterapkannya otonomi daerah tahun 1999 adalah di satu pihak membebaskan pemerintah pusat dari beban-beban yang tidak perlu dalam menangani urusan domestik, sehingga ia berkesempatan mempelajari, memahami, merespon berbagai kecenderungan global dan mengambil manfaat daripadanya. Pada saat yang sama Pemerintah Pusat diharapkan lebih mampu berkonsentrasi pada perumusan kebijakan makro (luas atau bersifat umum dan mendasar) yang bersifat strategis. Di lain pihak, dengan desentralisasi daerah akan mengalami proses pemberdayaan yang optimal. Kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah akan terpacu, sehingga kemampuan daerah dalam mengatasi berbagai masalah domestik atau daerah akan semakin kuat. Desentralisasi merupakan simbol atau tanda adanya kepercayaan pemerintah pusat kepada daerah. Ini dengan sendirinya akan mengembalikan harga diri pemerintah dan masyarakat daerah( Syaukani, Gaffar dan Rasyid , 2002 :172 ). Adapun tujuan pemberian otonomi kepada daerah : a. Peningkatan pelayanan dari kesejahteraan masyarakat yang semakin baik b. Pengembangan kehidupan demokrasi c. Keadilan
  • 6. 6 d. Pemerataan e. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah serta antardaerah dalam rangka keutuhan NKRI. f. Mendorong untuk memberdayakan masyarakat g. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD. Dengan diberlakukan Undang-Undang nomor 32 dan 33 tahun 2004, kewenangan pemerintah pusat didesentralisasikan ke daerah, ini mengandung makna, pemerintah pusat tidak lagi mengurus kepentingan rumah tangga daerah-daerah. Kewenangan mengurus, mengatur dan mengatur rumah tangga daerah diserahkan kepada masyarakat di daerah. Jadi dari uraian ini dapat disimpulkan, bahwa pemerintah pusat hanya berperan sebagai supervisor, pemantau, pengawas dan penilai. Menurut Syakauni dan kawan-kawan, (2002 : 173-184) visi otonomi daerah dapat dirumuskan dalam tiga ruang lingkup interaksinya yang utama, yaitu : Politik, Ekonomi serta Sosial dan Budaya. Di bidang politik, karena otonomi adalah buah dari kebijakan desentralisasi dan dekonsentrasi, maka pelaksanaan otonomi harus dipahami sebagai proses untuk membuka ruang bagi lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis, memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan yang responsif terhadap kepentingan masyarakat luas, dan memelihara suatu mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada asas pertanggungjawaban publik. Gejala yang muncul dewasa ini, khususnya dalam pemilihan Kepala Daerah, baik provinsi, kabupaten maupun kota begitu besar partisipasi masyarakat. Ini bisa dibuktikan dari membanjirnya calon-calon Kepala Daerah dalam setiap pemilihan, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten atau kota. Bahkan yang berminat dan mendaftarkan diri untuk menjadi bakal calon Kepala Pemerintahan Daerah, bukan hanya datang dari lapisan masyarakat tertentu saja, tetapi juga datang dari berbagai lapisan, mulai dari Partai Politik, Pegawai Pemda, Pegawai dari kantor lainnya, pegawai swasta, wiraswasta, bahkan ada juga dari unsur abang becak dan lain-lain. Ini menandakan, bahwa kehidupan demokrasi di negara kita sudah semakin terbuka dan berkembang dengan pesat.6 6 http://komunitasgurupkn.blogspot.com/2011/09/otonomi-daerah.html diakses pada 03 November 2014
  • 7. 7 Di bidang ekonomi, otonomi daerah di satu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan di pihak lain terbukanya peluang bagi pemerintah daerah mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya. Dalam konteks ini, otonomi daerah akan memungkinkan lahirnya berbagai prakarsa pemerintah daerah untuk menawarkan fasilitas investasi, memudahkan proses perizinan usaha, dan membangun berbagai infrastruktur yang menunjang perputaran ekonomi di daerahnya. Dengan demikian otonomi daerah akan membawa masyarakat ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dari waktu ke waktu. Di bidang sosial budaya, otonomi daerah harus dikelola sebaik mungkin demi menciptakan harmoni sosial, dan pada saat yang sama, juga memelihara nilai-nilai lokal yang dipandang kondusif7 terhadap kemampuan masyarakat dalam merespon dinamika kehidupan di sekitarnya. D. PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH Otonomi daerah diselenggarakan dengan tujuan tertentu. Agar otonomi daerah dapat mencapai tujuan tersebut, maka dalam penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah Pusat menggunakan asas desentralisasi, tugas pembantuan dan dekonsentrasi. Sedangkan Pemerintah Daerah menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan, sesuai dengan amanat UUD pasal 18 ayat (2) ditegaskan bahwa “ Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”. Dengan demikian terdapat dua asas yang digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yaitu asas otonomi dan tugas pembantuan. Asas otonomi dalam ketentuan tersebut memiliki makna bahwa pelaksanaan urusan pemerintahan oleh daerah dapat diselenggarakan secara langsung oleh pemerintahan daerah itu sendiri. Sedangkan asas tugas pembantuan dimaksudkan bahwa pelaksanaan urusan pemerintahan tersebut dapat dilaksanakan melalui penugasan oleh pemerintah provinsi ke pemerintah kabupaten/kota dan desa atau penugasan dari pemerintah kabupaten/kota ke desa (penjelasan UU RI No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah). Berdasarkan uraian di atas, asas otonomi sering disebut asas desentralisasi. Apa yang dimaksud desentralisasi? Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah (pusat) kepada Daerah Otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan 7 dukungan
  • 8. 8 pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No.32 tahun 2004). Perlu diingat bahwa sekalipun daerah diberi keleluasaan untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri, tetapi tetap berada dalam bingkai dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artinya, pemerintah daerah berkewajiban untuk patuh dan menghormati kewenangan yang dimiliki pemerintah pusat. Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari pemerintah pusat kepada Gubernur sebagai wakil pemerintahan dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Asas yang kedua adalah tugas pembantuan yaitu penugasan dari Pemerintah (pusat) kepada daerah dan/atau desa, dan dari pemerintah provinsi kepada kabupaten /kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Adapun prinsip Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut : a. Digunakannya asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan; b. Penyelenggaraan asas desntralisasi secara utuh dan bulat yang dilaksanakan di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, dan c. Asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di Daerah Pprovinsi, Daerah Kabupaten; Daerah Kota, dan Desa. Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali : kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter8, dan fiskal9, agama serta kewenangan di bidang lainnya10 yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, termasuk kewenangan yang utuh dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Selain ketiga asas diatas, ada sembilan asas lain yang menjadi pedoman penyelenggaraan pemerintahan. Kesembilan asas tersebut disebut asas umum penyelenggaraan negara, yaitu : 1. Asas kepastian hukum, maksudnya adapun yang dilakukan pemerintah pemerintah daerah haruslah berdasarkan hukum yang berlaku. 2. Asas tertib penyelenggaranan negara, maksudnya penyelenggaraan pemerintah daerah harus dilaksanakan sesuai dengan tertib administrasi negara. 3. Asas kepentingan umum, maksudnya apapun yang dilakukan oleh pemerintah daerah haruslah untuk kepentingan umum. 8 keuangan 9 Berkenaan tentang urusan pajak atau pendapatan negara 10 Contoh kewenangan dibidang lainnya sepertisekarang sedang populernya kenaikan harga BBM, kenaikan gaji PNS, dan sebagainya.
  • 9. 9 4. Asas keterbukaan, maksudnya masyarakat harus tahu apa yang dilakukkan oleh pemerintahnya dan tidak boleh ditutup-tutupi. 5. Asas proporsionalitas, maksudnya penyelenggaraan negara harus seimbang, tidak boleh berat sebelah. 6. Asas profesionalitas, maksudnya penyelenggaraan pemerintah daerah harus dilakukan oleh orang yang ahli dibidang masing-masing. 7. Asas akuntabilitas, maksudnya pemerintah harus bisa mempertanggung jawabkan tindakannya kepada masyarakat. 8. Asas efisiensi, maksudnya penyelenggaraan pemerintah daerah harus bisa dijalankan dengan baik tanpa menghabiskan waktu dan tenaga. 9. Asas efektivitas, maksudnya penyelenggaraan pemerintah daerah harus bekerja dengan baik, sesuai dengan tujuan semula. Dalam penyelenggaraan otonomi, daerah memiliki hak, yaitu : a. Mengatur dn mengurus sendiri urusan pemerintahannya b. Memilih pimpinan daerah c. Mengelola aparatur daerah d. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah e. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah. f. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah Selain memiliki hak, daerah juga memiliki kewajiban, yaitu : a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan NKRI. b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. c. Mengembangkan kehidupan demokrasi d. Mewujudkan keadilan dan pemerintahan e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan g. Menyediakan fasilitas umum sosial dan umum yang layak h. Mengembangkan sistem jaminan sosial i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah
  • 10. 10 k. Melestarikan lingkungan hidup l. Mengelola admininstrasi penduduk m. Melestarikan nilai sosial budaya n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya o. Kewajiban lain yang di atur dalam peraturan perundang-undangan Siapa yang melaksanakan otonomi daerah? Otonomi daerah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakialan Rakyat Daerah (DPRD). E. KEWENANGAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH Dikeluarkannya kebijakan tentang pelaksanaan otonomi daerah membawa dampak pada terjadinya berbagai perubahan kewenangan sebagaimana diatur dalam pasal 13 dan 14 Undang-undang RI nomor 32 tahun 2004. Adapun uraian rinci mengenai berbagai kewenangan provinsi diatur dalam pasal 13 yang dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan dalam skala provinsi yang meliputi : a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang c. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat d. Penyediaan sarana dan prasarana umum e. Penanganan bidang kesehatan f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial g. Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota i. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota j. Pengendalian lingkungan hidup k. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota l. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil m. Pelayanan administrasi umum pemerintahan n. Pelayanan administrasi penanaman modal, termasuk lintas kabupaten/kota
  • 11. 11 o. penyelenggraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota, dan p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan (2) Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Sementara itu uraian rinci mengenai berbagai kewenangan kabupaten/kota diatur dalam pasal 14 yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan 2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang 3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat 4. Penyediaan sarana dan prasarana umum 5. Penanganan bidang kesehatan 6. Penyelenggaraan pendidikan 7. Penanggulangan masalah sosial 8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan 9. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah 10. Pengendalian lingkungan hidup 11. Pelayanan pertanahan 12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil 13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan 14. Pelayanan administrasi penanaman modal, 15. Penyelenggraan pelayanan dasar lainnya dan 16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan F. SUSUNAN PEMERINTAH DAERAH 1. DPRD DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila. DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintah Daerah. Dalam pasal 40 UU RI nomor 32 tahun 2004 dinyatakan, bahwa DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan
  • 12. 12 pemerintahan daerah. Sementara itu dalam pasal 41 dinyatakan, bahwa DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam kedudukannya seperti itu, DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Fungsi legislasi berkaitan dengan pembentukan peraturan daerah, yang meliputi pembahasan dan memberikan persetujuan terhadap Rancangan Peraturan Daerah (Raperda), serta hak anggota DPRD mengajukan Rapenda. Fungsi anggaran berkaitan dengan kewenangannya dalam hal anggaran daerah (APBD). Sedangkan fungsi pengawasan berkaitan dengan mengontrol pelaksanaan Perda dan peraturan lainnya serta kebijakan pemerintah daerah. 1.1 Tugas dan Wewenang DPRD a. Membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuan bersama; b. Membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama dengan Kepala Daerah; c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang- undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah; d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Gubernur/Wakil kepala daerah/wakil kepala daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi DPRD Provinsi dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPR kabupaten/kota; e. Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil kepala daerah; f. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah; g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah; h. Menerima laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; i. Membentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah;
  • 13. 13 j. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah; k. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama antardaerah dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah. 1.2 Hak DPRD DPRD juga mempunyai hak-hak sebagaimana diatur dalam Pasal 43 UU RI No. 32 Tahun 2004, yaitu hak interpelasi, angket dan hak menyatakan pendapat. Hak angket adalah hak untuk melakukan penyelidikan yang dimiliki oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang memutuskan bahwa pelaksanaan suatu undang-undang dalam kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, hak interpelasi ialah hak anggota DPRD untuk anggota DPRD untuk meminta keterangan keterangan atau pertanggungjawaban kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakannya dalam suatu bidang. 2. Pemerintah Daerah Pemerintah daerah provinsi dipimpin oleh Gubernur, sedangkan pemerintah daerah kabupaten/kota dipimpin oleh Bupati/Walikota. Gubernur/Bupati/Walikota yang biasa disebut kepala daerah memiliki kedudukan yang sederajat dan seimbang dengan DPRD masing-masing daerah. 2.1. Tugas dan Wewenang Pemerintah Daerah a) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD; b) Mengajukan rancangan Perda; c) Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD; d) Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama; e) Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah; f) Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan g) Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
  • 14. 14 3. PERMASALAHAN OTONOMI DAERAH DI DAERAH Perubahan regulasi yang terlalu sering dilakukan tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa konsepsi otonomi daerah yang dilaksanakan bukan hanya sedang mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat, melainkan pada dasarnya memang belum komprehensif dan masih mencari bentuk yang paling tepat. Faktanya saat ini kita masih membahas persoalan mekanisme pemilihan Gubernur yang rencananya akan dikembalikan dari pemilihan langsung menjadi pemilihan tidak langsung atau melalui lembaga perwakilan rakyat daerah. Artinya regulasi yang telah ditetapkan melalui undang-undang pemerintahan daerah akan diubah kembali ke bentuk semula.11 Selain itu, terdapat permasalahan lain, yang dapat membuat pemerintah daerah bimbang dalam membuat keputusan, yaitu lambatnya penetapan peraturan pelaksana atas undang- undang. Salah satu contohnya adalah lambatnya penetapan peraturan pemerintah tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perseroan terbatas. Peraturan pemerintah tersebut baru disahkan pada tahun 2012 padahal Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas yang telah memerintahkan pembentukan pemerintah tersebut telah disahkan sejak tahun 2007. Butuh waktu sekitar 5 tahun untuk menyusun peraturan pemerintah yang semestinya dapat segera ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah untuk menyusun peraturan daerah. Peraturan serupa yang memiliki gejala yang hampir sama adalah Undang-Undang tentang Kesehatan yang telah ditetapkan pada tahun 2009. Hingga saat ini pemerintah belum menetapkan seluruh peraturan pelaksana yang telah diperintahkan oleh undang-undang tersebut. Diantaranya adalah kewajiban bagi daerah untuk mengalokasikan anggaran minimal sebesar 10% dari APBD untuk kesehatan Selanjutnya adalah pelaksanaan otonomi daerah dan permasalahannya di daerah. Daerah juga hingga saat ini dianggap belum siap dalam melaksanakan otonomi daerah. Salah satu indikasinya adalah lemahnya kemampuan daerah dalam menyusun peraturan daerah yang sesuai dengan ketentuan. Sejumlah peraturan daerah telah dianulir oleh Kementerian Dalam Negeri karena dianggap tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan berpotensi menghambat laju pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah merebaknya kasus korupsi di daerah. Masyarakat luas bisa melihat sendiri melalui media massa sejumlah kepala daerah dan pejabatnya yang menjadi tersangka kasus korupsi. Ini membuktikan bahwa Otonomi daerah masih menjadi ‘pekerjaan rumah’ bagi kita semua. 11 http://otonomidaerah.com/otonomi-daerah-dan-permasalahannya di akses pada 03 November 2014
  • 15. 15 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan : 1. Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Menurut UU nomor 32 tahun 2004, terdapat beberapa istilah dalam pelaksanaan otonomi daerah, yaitu : Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, DPRD, Desentralisas, Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan, Otonomi daerah, Daerah otonom, Wilayah Administrasi, Instansi vertikal, Pejabat yang berwenang, Kecamatan, Kelurahan, dan Desa. 3. Terdapat dua asas yang digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yaitu asas otonomi dan tugas pembantuan. 4. Susunan pemerintah daerah terdiri atas DPRD dan Kepala Pemerintah Daerah. 5. Otonomi daerah masih memiliki banyak kekurangan, seperti lambatnya tanggapan Pemerintah Pusat tentang UU Daerah (Qanun), banyaknya pejabat daerah yang terlibat korupsi. 6. Tujuan dibentuknya Otonomi Daerah ialah untuk membebaskan pemerintah pusat dari beban-beban yang tidak perlu dalam menangani urusan domestik, sehingga ia berkesempatan mempelajari, memahami, merespon berbagai kecenderungan global dan mengambil manfaat daripadanya.