PSAK 22 (revisi 2010) mendefinisikan kombinasi bisnis sebagai transaksi dimana pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas satu atau lebih bisnis. Dokumen ini membahas perbedaan antara metode pembelian dan penyatuan kepentingan dalam akuntansi kombinasi bisnis, serta perubahan yang dibawa oleh IFRS 3 (revisi 2008) seperti pengukuran aset dan liabilitas pada nilai wajar dan pengakuan biaya akuisisi
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
KOM-BIS-PSAK22
1. www.futurumcorfinan.com
Page 1
PSAK 22 (revisi 2010) tentang Kombinasi
Bisnis (adopsi International Financial
Reporting Standard 3 “Business
Combinations” (revisi 2008):
Beberapa Implikasi terhadap Perpajakan – BAGIAN 1
BAB 1
PENGANTAR
Kombinasi Bisnis diberi definisi oleh International Accounting Standard Board (IASB)
sebagai
“suatu transaksi atau peristiwa lain dimana pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian
atas satu atau lebih bisnis”,
dan Bisnis sendiri didefinisikan sebagai
“suatu rangkaian terpadu dari kegiatan dan aset yang mampu diadakan dan dikelola
dengan tujuan memberikan hasil dalam bentuk dividen, biaya yang lebih rendah, atau
Sukarnen
DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,
ATAU MENDISTRIBUSIKAN
SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN
INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS
DARI PENULIS
Untuk pertanyaan atau komentar bisa
diposting melalui website
www.futurumcorfinan.com
2. www.futurumcorfinan.com
Page 2
manfaat ekonomi lainnya secara langsung kepada investor atau pemilik, anggota, atau
peserta lainnya” [PSAK 22 (revisi 2010) Lampiran A tentang Istilah]
Sejak lama, kombinasi bisnis telah didefinisikan dengan berbagai cara [contoh_______],
namun apapun definisi yang diberikan, dapat diperhatikan bahwa kombinasi bisnis tidak
hanya terjadi ketika status suatu entitas berubah menjadi entitas anak dari suatu entitas
induk, tetapi juga terjadi dimana suatu entitas memperoleh pengendalian atas suatu
rangkaian terpadu dari kegiatan dan aset-aset yang membentuk suatu bisnis.
Dari perjalanan akuntansi untuk mencatat dan melaporkan dampak dari suatu kombinasi
bisnis, terdapat 2 (dua) metode yang paling dikenal dan diterima oleh para akuntan dan
komunitas bisnis:
Metode pembelian (purchase method of accounting) atau disebut juga sebagai
metode akuisisi (acquisition method of accounting).
Metode penyatuan kepentingan (pooling-of-interests atau uniting-of-interests
method) atau metode penggabungan usaha (merger accounting).
Kedua metode akuntansi ini melihat suatu kombinasi bisnis dari sudut pandang yang sangat
berbeda.
Suatu akuisisi dipandang sebagai suatu penyerapan (absorption) atas entitas target oleh
pihak pengakuisisi, dimana terdapat kelanjutan usaha hanya pada pihak pengakuisisi.
Sebagai konsekuensi, hanya hasil usaha paska-akuisisi dari entitas target yang dilaporan
sebagai laba dari pihak pengakuisisi dan angka-angka komparatif dalam laporan keuangan
pihak pengakuisisi hanya yang terkait dengan angka-angka laporan keuangan milik pihak
pengakuisisi.
Metode penyatuan kepentingan atau penggabungan usaha lebih dipahami sebagai
menggabungkan (pooling) bersama-sama dua kelompok pemegang saham yang
sebelumnya berbeda. Keberlangsungan atau kelanjutan usaha dari kedua pemegang
saham atau perusahaan tersebut dilakukan melalui penyajian kembali retroaktif
(retrospective restatement) laporan keuangan periode-periode sebelumnya yang
menunjukkan entitas hasil penggabungan yang lebih besar seakan-akan penggabungan
tersebut sudah terjadi sebelumnya, dimana telah terjadi penggabungan hasil usaha dari
kedua entitas pra-akuisisi dan paska-akuisisi dan juga penyajian kembali laporan keuangan
periode-periode sebelumnya (sebagai komparatif).
Sekalipun hanya terdapat 2 (dua) metode akuntansi, namun para penyusun standar
akuntansi tetap mengalami kesulitan terkait bagaimana menterjemahkan kedua metode
yang berbeda tersebut secara prinsip kedalam kriteria yang akan menentukan transaksi-
3. www.futurumcorfinan.com
Page 3
transaksi tertentu mana yang akan dikategorikan dalam salah satu metode pembukuan dan
pelaporan tersebut. Namun demikian, sejak tahun ____, para penyusun standar akuntansi,
termasuk IASB, cenderung tidak memilih metode penyatuan kepentingan, dimana mereka
menganggap bahwa hampir seluruh kombinasi bisnis merupakan transaksi akuisisi. Dengan
demikian, metode pembelian telah menjadi metode yang dipilih untuk membukukan
transaksi kombinasi bisnis. Sekalipun demikian, metode penyatuan kepentingan masih
kadangkala digunakan untuk membukukan transaksi kombinasi bisnis yang melibatkan
entitas atau bisnis sepengendali dimana transaksi tersebut dikeluarkan dari ruang lingkup
standar tentang kombinasi bisnis1
.
Isu utama lainnya yang dihadapi oleh para akuntan dan penyusun standar akuntansi adalah
mengenai bagaimana membukukan suatu transaksi akuisisi. Secara umum, pada tanggal
akuisisi, entitas pengakuisisi wajib menentukan nilai wajar dari aset teridentifikasi yang
diperoleh, dan liabilitas yang diambil-alih dari pihak yang diakuisisi. Tergantung pada item-
item apa yang ada dalam proses alokasi ini (purchase price allocation – prinsip pengakuan
dan pengukuran) dan nilai yang diberikan ke masing-masing item, dapat terjadi selisih
dengan besarnya pembayaran atau imbalan yang dialihkan. Ketika jumlah-jumlah yang
dialokasikan ke item-item aset yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih, totalnya lebih
rendah daripada imbalan secara keseluruhan yang dialihkan, selisih tersebut akan
dibukukan sebagai goodwill. Pendekatan umum terhadap goodwill adalah memperlakukan
goodwill seakan-akan sebagai suatu aset2
yang tidak diamortisasi sama sekali, tetapi wajib
dilakukan uji penurunan nilai (impairment test). Namun demikian, beberapa standar
akuntansi negara-negara tertentu masih memperbolehkan amortisasi goodwill, contohnya:
___________. Akan tetapi kalau jumlah pembayaran atau imbalan yang dialihkan lebih
rendah daripada nilai agregat yang dialokasikan ke aset teridentifikasi yang diperoleh dan
liabilitas yang diambil-alih, maka apakah ia merupakan suatu pembelian dengan diskon, dan
apakah keuntungan yang terjadi kapan diakui di laporan laba rugi.
Pada tanggal 10 Januari 2008, the International Accounting Standards Board (IASB)
menerbitkan IFRS 3 tentang Business Combinations (2008), menggantikan IFRS 3 yang
diterbitkan pada tahun 2004, bersamaan dengan perubahan terhadap IAS 27 tentang
Consolidated and Separate Financial Statements (2008).
1
[Lampiran B Panduan Aplikasi Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali (Penerapan Paragraf 2(c)
PSAK 22 (revisi 2010)]
B01. Pernyataan ini tidak diterapkan untuk kombinasi bisnis dari entitas atau bisnis sepengendali.
Kombinasi bisnis yang melibatkan entitas atau bisnis sepengendali adalah kombinasi bisnis yang
semua entitas atau bisnis yang bergabung, pada akhirnya dikendalikan oleh pihak yang sama (baik
sebelum maupun sesudah kombinasi bisnis) dan pengendaliannya tidak bersifat sementara.
2
Goodwill adalah suatu aset yang mencerminkan manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari
aset lainnya yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak dapat diidentifikasi secara individual
dan diakui secara terpisah. [PSAK 22 (revisi 2010) Lampiran A: Istilah]
4. www.futurumcorfinan.com
Page 4
IFRS 3 (2008) merupakan hasil dari fase kedua proyek kombinasi bisnis yang dilakukan
bersama-sama antara IASB dan U.S. Financial Accounting Standards Board (FASB). Fase
pertama menghasilkan diterbitkannya IFRS 3 tentang Business Combinations pada tahun
2004 dan SFAS 141 tentang Business Combinations pada tahun 2001. Fase kedua
mempertimbangkan kembali penerapan akuntansi akuisisi atas kombinasi bisnis.
Pada bulan Januari 2008, IASB menerbitkan versi revisi baik IFRS 3 tentang Kombinasi
Bisnis (Business Combinations) dan IAS 27 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian dan
Laporan Keuangan Tersendiri (Consolidated and Separate Financial Statements). Sejak
tahun ____, IASB dan FASB memutuskan bahwa peningkatan signifikan dapat dilakukan
atas pelaporan keuangan jika mereka memiliki standar untuk akuntansi kombinasi bisnis
yang mirip (similar). Dengan demikian, revisi terhadap IFRS 3 dilakukan sebagai bagian dari
usaha bersama dengan tujuan untuk mencapai kesimpulan yang sama [IFRS 3.IN2].
Sekalipun demikian, usaha bersama ini tetap memunculkan perbedaan kesimpulan atas
beberapa hal antara IASB dan FASB. Perbedaan substantive antara IFRS 3 (revisi 2008)
dan US GAAP dituangkan dalam IFRS 3 [IFRS 3, Comparison of IFRS 3 (as revised in
2008) and SFAS 141(R) (atau dikodifikasikan sekarang dalam FASB ASC 805)).
Akuntansi kombinasi bisnis berdasarkan versi sebelumnya IFRS 3 adalah pendekatan
berdasarkan biaya (cost-based approach), dimana biaya (cost) dari entitas yang diakuisisi
dialokasikan ke aset yang diperoleh dan liabilitas (serta liabilitas kontinjensi) yang diambil-
alih. Contoh:
Sebaliknya, versi revisi IFRS 3 mengadopsi suatu pendekatan dimana berbagai komponen
dari suatu kombinasi bisnis diukur pada nilai wajar tanggal akuisisi, dengan sejumlah
pengecualian, termasuk yang terkait dengan pengukuran kepentingan nonpengendali.
Perubahan-perubahan utama yang ada dalam IFRS 3 revisi 2008 adalah sebagai berikut
[IFRS 3, Table of Corcondance]:
Ruang lingkup diperluas mencakup kombinasi bisnis melibatkan mutual entities dan
kombinasi bisnis yang dicapai dengan menggunakan kontrak saja;
Definisi suatu bisnis dan suatu kombinasi bisnis mengalami perubahan dan panduan
aplikasi ditambahkan guna identifikasi kapan suatu kelompok aset merupakan suatu
bisnis.
Untuk setiap kombinasi bisnis, pihak pengakuisisi dapat mengukur kepentingan
nonpengendali pada pihak yang diakuisisi baik menggunakan nilai wajar ataupun
menggunakan proporsi kepemilikan kepentingan nonpengendali atas aset neto
teridentifikasi dari pihak yang diakuisisi. Dalam versi sebelumnya IFRS 3, hanya
prinsip pengukuran yang terakhir yang diperbolehkan.
5. www.futurumcorfinan.com
Page 5
Ketentuan mengenai bagaimana pihak pengakuisisi melakukan klasifikasi, pengakuan
atau review atas aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih
dalam suatu kombinasi bisnis mengalami klarifikasi.
Periode dimana perubahan atas manfaat pajak tangguhan yang diperoleh dalam suatu
kombinasi bisnis dapat disesuaikan terhadap goodwill, telah dibatasi ke periode
pengukuran melalui perubahan lanjutan atas IAS 12 tentang Pajak Penghasilan
(Income Taxes).
Pihak pengakuisisi tidak diperbolehkan lagi untuk mengakui kontinjensi yang diperoleh
dalam suatu kombinasi bisnis yang tidak memenuhi definisi suatu liabilitas.
Biaya-biaya dikeluarkan oleh pihak pengakuisisi terkait dengan kombinasi bisnis wajib
dibukukan secara terpisah dari kombinasi bisnis itu sendiri, dimana ini akan berarti
bahwa biaya-biaya tersebut akan dibebankan ke laporan laba rugi, dan bukannya
dimasukkan menjadi bagian dari goodwill.
Imbalan yang dialihkan oleh pihak pengakuisisi, termasuk imbalan kontinjensi, wajib
diukur dan diakui pada nilai wajar pada tanggal akuisisi. Perubahan selanjutnya yang
terjadi pada nilai wajar imbalan kontinjensi yang diklasifikasikan sebagai liabilitas akan
diakui sesuai dengan IAS 39 tentang Financial Instruments: Recognition and
Measurement, IAS 37 tentang Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
– atau IFRS lainnya yang sesuai, dan bukannya dengan melakukan penyesuaian
(adjustment) atas goodwill. Pengungkapan yang diwajibkan terkait dengan imbalan
kontinjensi ditingkatkan.
Panduan aplikasi ditambahkan terkait dengan kapan pihak pengakuisisi diwajibkan
untuk mengganti hadiah pembayaran berbasis-saham (share-based payment awards);
mengukur aset indemnifikasi; hak-hak yang dijual sebelumnya yang diperoleh kembali
dalam suatu kombinasi bisnis; sewa operasi (operating lease); dan penyisihan
penilaian terkait aset keuangan seperti piutang dan pinjaman yang diberikan.
Untuk kombinasi bisnis bertahap, penentuan tanggal akuisisi sebagai tanggal
pengukuran satu-satunya diperluas mencakup pengukuran goodwill. Pihak
pengakuisisi wajib mengukur kembali kepentingan ekuitas yang dimilikinya atas pihak
yang diakuisisi sesaat sebelum diperolehnya pengendalian, yang diukur pada nilai
wajar tanggal-akuisisi dan mengakui keuntungan atau kerugian (gain or loss) yang
terjadi, jika ada, sebagai laba atau rugi periode berjalan.
Dalam buku ini, akan difokuskan hanya pada area-area dalam ketentuan PSAK 22 (revisi
2010) atau IFRS 3 (as revised and amended) yang kemungkinan memiliki implikasi terhadap
pembukuan dan pelaporan perpajakan. Area-area tersebut adalah sebagai berikut:
6. www.futurumcorfinan.com
Page 6
1. Biaya yang terkait dengan perolehan akuisisi (acquisition costs)
2. Liabilitas kontinjen (contingent liability)
3. Pengukuran kepentingan non-pengendali yang menentukan nilai goodwill
4. Penurunan nilai goodwill vs amortisasi goodwill
5. Goodwill negative – Pembelian dengan Diskon
Diakui sebagai keuntungan periode berjalan
6. Akuisisi bertahap
Mengukur kembali (remeasure) kepemilikan sebelumnya pada nilai wajar tanggal
akuisisi. Selisih antara hasil pengukuran kembali tersebut dengan nilai tercatat
sebelumnya diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi.
7. Transaksi dengan kepentingan non-pengendali
8. Akuisisi Terbalik (Reverse Acquisition)
9. Penilaian bisnis sesuai dengan IFRS, bukan hanya berdasarkan laporan appraisal
10. Transaksi yang dikecualikan dari IFRS 3
11. Akuisisi aset
12. Membedakan bisnis dari aset atau suatu kelompok aset
13. Kombinasi bisnis yang dilakukan tanpa pengalihan imbalan
~~~~~~ ####### ~~~~~~