Dokumen ini membahas tentang kerangka dasar akuntansi keuangan yang mendasari penyusunan laporan keuangan perusahaan. Kerangka dasar ini terdiri dari konsep-konsep dasar, asumsi-asumsi, tujuan, dan karakteristik kualitatif laporan keuangan yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaporan keuangan perusahaan.
1. BAB I
KERANGKA DASAR
AKUNTANSI
KEUANGAN
A. Pendahuluan
Laporan keuangan perusahaan umumnya disusun berdasarkan
prinsip prinsip akuntansi yang berterima umum untuk industri dimana
perusahaan itu dikategorikan. Prinsip prinsip akuntansi berterima umum
tersebut mencakup semua standar serta interpretasi yang dikeluarkan oleh
badan penyusun standar. Misalnya untuk perusahaan perbankan, laporan
keuangannya harus disusun sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi untuk
industri perbankan, untuk perusahaan tambang maka laporan keungannya
harus disusun sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi untuk industri
pertambangan. Penerapan prinsip prinsip ini harus dilakukan agar pemakai
laporan keuangan bisa membandingkan kondisi perusahaan satu sama
lainnya dalam industri yang sama sehingga dapat menilai kelebihan dan
kekurangan masing masing perusahaan. Jika demikian maka akan
memudahkan pemakai laporan keuangan dalam membuat keputusan.
Prinsip prinsip akuntansi yang berterima umum atau sering disebut
dengan standar akuntansi keuangan tadi disusun berdasarkan kerangka
pemikiran yang berisi tentang penjelasan penjelasan atau konsep konsep
dasar mengapa dan bagaimana seharusnya laporan keuangan dibuat
dengan menetapkan kriteria kriteria tertentu agar tujuan yang diinginkan
atas penyusunan laporan keuangan dapat tercapai.
B. Pengertian dan Manfaat Kerangka Dasar
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa prinsip prinsip akuntansi
yang berterima umum yang digunakan sebagai pedoman untuk
melakukan praktek pelaporan keuangan disusun berdasarkan kerangka
pemikiran berupa konsep konsep dasar yang berhubungan dengan
2. laporan keuangan tersebut. Kumpulan dari konsep-konsep dasar yang
melandasai penyusunan dan penyajian laporan keuangan ini diisebut
dengan istilah kerangka dasar akuntansi keuangan atau kerangka
konseptual akuntansi keuangan. Menurut Ikatan AkuntanIndonesia (IAI),
kerangka dasar ini disebut dengan istilah Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keungan yang didefinsikan sebagai konsep
konsep pemikiran yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan
keuangan bagi para pemakai eksternal. (IAI, 2004, hal. 1)
Kerangka dasar ini diperlukan mengingat manfaatnya yaitu:
1. Kerangka dasar akan memberikan definisi yang luas mengenai tujuan,
istilah serta konsep konsep yang terdapat dalam praktek penyusunan
dan penyajian laporan keuangan saat ini. Penentuan definisi, istilah,
tujuan dan konsep dasar maka kerangka dasar dapat memberikan
penjelasan mengenai batas batas akuntansi dan pelaporan keuangan.
Dengan demikian akan memberikan kesamaan pemahaman antara
penyusun maupun pemakai dalam menginterpretasikan laporan
keuangan.
2. Kerangka dasar berguna untuk pengembangan standar baru dan
peninjauan atas standar yang pernah ada. Hal ini disebabkan oleh
lingkungan usaha yang selalu berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan
lingkungan usaha secara otomotis akan menimbulkkan berbagai jenis
transaksi baru yang memerlukan pengaturan cara melaporkan dan
menyajikannya dalam laporan keuangan.
3. Kerangka dasar juga bermanfaat untuk memilih metode yang paling
tepat untuk pelaporan aktivitas perusahaan. Hal ini disebabkan standar
untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang ada
menyediakan lebih dari satu pilihan pelaporan untuk transaksi tertentu.
IAI (2007, hal. 1) menyatakan bahwa tujuan kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah untuk digunakan
sebagai acuan bagi:
1. Komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam pelakasanaan
tugasnya
2. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi
yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan
3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
4. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar
akuntansi keuangan
C. Tujuan Laporan Keuangan
3. Penetapan tujuan laporan keuangan merupakan hal yang sangat
penting sebelum laporan keuangan itu disusun dan disajikan untuk
kepentingan berbagai pihak yang membutuhkannya. Penetapan tujuan
laporan keuangan meliputi kegiatan kegiatan seperti mengidentifaksi
siapa pemakai laporan keuangan, mengidentifikasi keputusan apa saja
yang dilakukan oleh pemakai laporan keuangan dan kebutuhan
informasinya baik jenis maupun banyaknya. Dengan mengetahui tujuan
laporan keuangan akuntan dapat menentukan kriteria kriteria yang
diperlukan untuk menghasilkan cara-cara terbaik dalam melaporkan
informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan tersebut. Dengan
demikian laporan keuangan akan berdayaguna sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan pemakainya.
Terdapat berbagai rumusan tujuan laporan keuangan. Menurut
FASB (1979, 16-21) tujuan pelaporan keuangan adalah untuk
menyediakan informasi:
1. yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai
tentang aktivitas bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan
investasi, serta kredit
2. yang berguna untuk investor yang ada dan yang potensial, kreditur
yang ada dan yang potensial serta pemakai lainnya dalam menilai
jumlah, waktu dan ketidakpastian arus kas masa depan
3. yang menunjukkan tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap
sumber daya tersebut dan perubahan di dalamnya.
D. Asumsi Dasar
Asumsi dasar menggambarkan aspek lingkungan dimana akuntansi atau
laporan keuangan itu berada. Menurut FASB terdapat empat asumsi dasar
yang mendasari struktur akuntansi yaitu: 1) entitas ekonomi (economic
entity) , kelangsungan hidup (going concern), 3) unit moneter (monetery
unit/unit of measure), dan 4) periodisitas (periodicity).
1. Asumsi Entitas Ekonomi
Asumsi ini mengandung arti bahwa perusahaan dipandang sebagai
sebuah unit usaha yang berdiri sendiri terpisah dari pemiliknya dan dari
kesatuan usaha lainnya dimana akuntansi itu berada. Artinya akuntansi hanya
akan melaporkan aktivitas ekonomis yang dialami perusahaan itu sendiri bukan
melaporkan aktivitas ekonomi pemiliknya sehingga ada pemisahan yang jelas
antara perusahaan dengan pemilikyna. Demikian pula misalnya aktivitas dan
unsur unsur perusahaan X dapat dibedakan dengan aktivitas dan unsur unsur
perusahaan Y sehingga dimungkinkan untuk menilai atau membandingkan
kinerja kedua perusahaan tersebut untuk mengetahui mana yang mempunyai
kinerja yang lebih baik dikarenakan setiap perusahaan akan melaporakan aktivitas
usahanya sendiri sendiri.
4. Asumsi ini tidak hanya berlaku untuk memisahkan atau membedakan
aktivitas antar dua perusahaan, antar perusahaan dengan pemiliknya, antar
perusahaan dengan pemiliknya tetapi juga bisa digunakan untuk memisahkan
individu, sebuah departemen atau divisi atau sebuah industri secara
keseluruhan sebagai satu entitas tersendiri.
2. Asumsi Kelangsungan Hidup
Asumsi ini mengandung arti bahwa setiap perusahaan akan memiliki
umur yang panjang atau tidak akan dilikuidasi di masa yang akan datang untuk
memenuhi tujuan dan komitmen mereka, meskipun pada kenyataannya umur
perusahaan adalah tidak pasti berapa lama.
Asumsi ini berpengrauh terhadap prinsip penilaian atas pos pos laporan
keuangan misalnya aset dimana aset umumnya dinilai dengan menggunakan
prinsip biaya historis daripada menggunakan nilai likuidasi.
Asumsi ini tidak akan berlaku jika suatu entitas usaha didirikan dengan batasan
umur yang telah ditetapkan.
3. Asumsi Unit Moneter
Asumsi ini mengandung arti bahwa setiap transaksi yang terjadi
akan dicatat dengan menggunakan satuan uang (unit moneter) meskipun
dapat dicatat dengan menggunkan satuan ukuran yang lain. Misalnya jika
perusahaan membeli sebidang tanah, maka perusahaan sebetulnyan dapat
mencatat aset tersebut dengan menggunakan ukuran meter persegi
katakanlah 500 meter persegi. Tetapi perusahaan dapat pula mencatatnya
dengan menggunakan satuan ukuran yang lain yaitu dengan satuan uang,
katakanlah sebesar harga perolehannya Rp. 400 juta.
Penggunaan asumsi ini memungkinkan semua aset, kewajiban,
modal, pendapatan dan biaya untuk dicatat dengan satuan ukuran yang
sama atau seragam. Sedangkan satuan uang (unit moneter) yang
digunakan untuk pencatatan dan pelaporannya tergantung pada mata uang
negara dimana perusahaan itu berada. Misalnya kalau perusahaan itu di
Indonesia menggunakan rupiah, tetapi jika di Amerika menggunakan
dollar Amerika. (US dollar).
4. Asumsi Periodisitas
Asumsi ini menyatakan bahwa laporan keuangan harus disusun
dan disajikan secara periodik. Asumsi ini diterapkan karena perusahaan
dianggap beroperasi secara terus menerus dalam jangka waktu yang tidak
terbatas. Kalau ada pihak pihak yang membutuhkan informasi mengenai
posisi keuangan dan kinerja perusahaan, sebetulnya cara yang paling
akurat adalah dengan menghentikan aktivitas operasi perusahaan tersebut
dalam jangka waktu tertentu. Cara ini tentu saja tidak mungkin dilakukan,
mengingat pihak pihak yang membutuhkan informasi tadi harus segera
5. dipenuhi untuk membuat keputusan. Untuk itu aktivitas ekonomi sebuah
perusahaan harus dapat dipisahkan ke dalam periode waktu yang
ditetapkan batasannya, misalnya tahunan, semesteran atau bulanan. Oleh
karena itu akuntansi atau laporan keuangan dapat disusun dan disajikan
secara periodik untuk memberikan informasi baik posisi keuangan maupun
kinerja perusahaan.
Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan (IAI, 2004, hal.6) menetapkan dua asumsi dasar yaitu:
1. Dasar Akrual
Asumsi ini mengandung arti bahwa pengaruh transaksi dan
peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau
setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta
dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode bersangkutan
2. Kelangsungan Usaha
Asumsi ini memiliki arti bahwa perusahaan diasumsikan akan
beroperasi terus di masa depan tanpa batasan, tidak bermaksud atau
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.
Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan mungkin
harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus
diungkapkan.
E. Karakateristik Kualitatif Laporan Keuangan
Produk dari akuntansi adalah informasi kuantitaif yang bersifat
keuangan. Informasi akan mempunyai nilai kegunaan yang tinggi untuk
pengambilan keputusan jika memenuhi kriteria kualitas informasi yang
baik. Kualitas informasi akuntansi ini dikenal dengan istilah karakteristik
kualitatif laporan keuangan.
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat
informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat
(4) karaktristik kualitatif pokok yaitu, 1) dapat dipahami, 2) relevan, 3)
keandalan dan 4) dapat dibandingkan (IAI, 2004, hal.7)
1. Dapat Dipahami
Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan harus mudah
dipahami oleh pemakai. Untuk menunjang pemahaman pemakai atas
laporan keuangan, pemakai harus memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta
kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
6. 2. Relevan
Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau
mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.
3. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaianya
sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Agar lebih bermanfaat laporan keuangan perusahaan memiliki sifat
dapat diperbandingkan. Perbandingan dapat dilakukan antar periode
untuk mengetahui kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keungan
perusahaan. Perbandingan dapat pula dilakukan antar perusahaan
sejenis untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan secara relatif.
7. F. Unsur-unsur Laporan Keuangan
Informasi tentang posisi keuangan suatu perusahaan dapat dilihat
pada neraca sedangkan informasi tentang kinerja perusahaan dapat dilihat
pada laporan laba rugi. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan
posisi keuangan maupun kinerja perusahaan perlu diketahui terlebih
dahulu isi atau kandungan informasi apa saja yang ada pada kedua jenis
laporan keuangan tersebut. Isi atau kandungan informasi yang terdapat
dalam laporan keuangan tersebut akan disusun berdasarkan kriteria
tertentu sehingga membentuk kelompok kelompok. Setiap kelompok ini
disebut dengan unsur unsur laporan keuangan. Setiap kelompok diberi
istilah dan definisi. Istilah istilah ini merupakan bahasa bisnis atau jargon
akuntansi. Misalnya dalam neraca terdapat tiga kelompok besar yaitu aset,
kewajiban dan ekuitas. Sedangakn di dalam laporan laba rugi dikenal dua
kelompok besar yaitu penghasilan dan beban.
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan (IAI, 2004, hal.12-20) ditetapkan bahwa unsur yang berkaitan
secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset,
kewajiban dan ekuitas. Unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja
dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban.
1. Aset
Aset adalah sumberdaya yang dikuasai oleh perusahaan
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana ma
ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh perusahaan. menjadi aset lancar, aset tetap dan aset
lain-lain.
Aset tetap adalah aset dimiliki tidak untuk dijual kembali,
digunakan untuk operasi perusahaan dan mempunyai manfaat
ekonomis lebih dari satu tahun atau . siklus operasi normal
Aset lancar adalah kas dan aset lain yang diperkirakan dapat
dikonversi menjadi uang kas, dijual atau dikonsumsi baik dalam
jangka waktu satu tahun atau dalam siklus operasi, mana yang
lebih panjang. Aturan pada umumnya juga menyebutkan bahwa
jika suatu aset dapt diubah menjadi kas atau digunakan untuk
membayar kewajiban lancar dalam kangka waktu satu tahun atau
siklus operasi, mana yang lebih panjang maka aset itu diklasifikasi
sebagai lancar.
Aset lain-lain adalah aset yang tidak memenuhi sifat sebagai
aset lancar dan aset tetap.
2. Kewajiban
8. Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul
akibat dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomi. Kewajiban digolongkan menjadi
kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang dan
kewajiban lain-lain.
Kewajiban jangka pendek atau kewajiban lancar adalah
kewajiban yang diperkirakan dapat dilikuidasi atau dilunasi dalam jangka
waktu satu tahun atau kurang baik melalui penggunaan aset lancar ataupun
dengan penciptaan kewajiban lancar lain.
Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang diperkirakan
secara layak akan dilikuidasi atau dilunasi dalam jangka waktu lebih dari
satu tahun. Kewajiban lain lain adalah kewajiban yang tidak memenuhi
sifat baik sebagai kewajiban jangka pendek ataupun sebagai kewajiban
jangka panjang.
3. Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atas aset
perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban. Ekuitas biasanya disebut juga
dengan net assets (aset bersih). Untuk
perusahaan perorangan ekuitas mencerminkan
modal yang diinvestasikan oleh pemiliknya ke dalam perusahaan yang
dia dirikan. Ekuitas untuk perusahaan persekutuan terdiri dari modal
yang ditanamkan oleh sekutu sekutu yang mendirikan perusahaan.
Modal perseroan terdiri dari saham saham yang dimiliki oleh investor
perusahaan tersebut. Sedangkan untuk koperasi ekuitas terdiri dari
simpanan anggota.
4. Penghasilan (income)
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset
atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Penghasilan (income) meliputi:
a. Pendapatan (revenue) timbul dari pelaksanaan aktivitas perusahaan
yang
biasa dan dikenal dengan sebutana ntara lain penjualan,
penghasilan jasa (fees),
bunga, dividen, royalty dan sewa
9. b. Keuntungan (gains )timbul dan tidak timbul dari pelaksanaan
aktivitasperusahaan yang biasa.Keuntungan (gains )mencerminkan
kenaikan manfaat ekonomi.
Contoh pos yang timbul dalam penghasilan aset tak lancar akibat
penilaian embali atau pelepasan investasi.
5. Beban (expenses)
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset
atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang
tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
Beban mencakup:
a. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan
biasa meliputi misalnya beban pokok penjualan, gaji,
penyusutan. Beban ini berbentuk arus keluar atau berkurangnya
aset seperti kas dan setara kas, persediaan dan aset tetap.
b. Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi
beban yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari
aktivitas perusahaan yang biasa. Contoh misalnya kerugian
akibat kebakaran, bencana alam dan penurunan nilai aset
G. Pengakuan dan Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
Setiap transaksi yang terjadi akan dicatat dengan cara mendebit
atau mengkredit akun akun tertentu disertai dengan nilainya. Misalnya
jika perusahaan menjual barang dagangannya secara tunai senilai Rp.
200.000, maka akun yang didebit adalah kas dan akun yang dikredit
adalah penjualan dengan nilai masing masing Rp. 200.000. Akun kas
merupakan salah satu pos laporan keuangan yang masuk dalam
kelompok aset sedangkan akun penjualan merupakan salah satu pos
laporan keuangan yang masuk dalam kelompok penghasilan.
Untuk bisa menentukan akun apa yang harus didebit atau
dikredit perlu dianalisa terlebih dahulu dampak transaksi tersebut
apakah mempengaruhi unsur unsur laporan keuangan seperti aset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan atau modal. Tentu saja penetapan unsur
mana yang dipengaruhi oleh transaksi harus didasarkan pada definisi
dari masing masing unsur serta kriteria lainnya yang ditetapkan.
Proses pencatatan ini melibatkan dua kegiatan yaitu penentuan
pos pos laporan keuangan yang dipengaruhi oleh transaksi dan
penentuan nilai untuk setiap pos tersebut. Proses penentuan pos pos ini
10. dikenal dengan istilah pengakuan (recognation) sedangkan proses
penentuan nilainya dikenal dengan istilah pengukuran (measurement).
Definisi pengakuan dan pengukuran menurut Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
1. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan
a. Pengakuan Aset
Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
b. Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan
dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligasi) sekarang dan
jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
c. Pengakuan penghasilan
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan
manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan
aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan
andal.
d. Pengakuan Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat
ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau
peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.
Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan
langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan yang diperoleh.
Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan
(matching of cost with revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan
dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara
langsung atau bersama sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama.
2. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
Berikut adalah berbagai dasar pengukuran laporan keuangan
(IAI, 2004, hal. 24)
a. Biaya Historis
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang dibayar
atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh
aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang
diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation) atau dalam keadaan
tertentu (misal pajak penghasilan) dalam jumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
Contoh: Misalkan PT. Cendekia Purnama membeli mesin dengan
harga beli Rp. 25.000.000,-, sedangkan untuk mempersiapkan mesin agar
dapat dioperasikan perusahaan harus mengeluarkan biaya pemasangan Rp.
11. 2.000.000,-. Maka mesin sebagai aset perusahaan akan dicatat sebesar
biaya perolehannya atau biaya historis yang dikeluarkan pada saat
perolehannya yang mencerminkan seluruh pengeluaran kas yang dibayar
untuk memperoleh aset (mesin) tersebut yaitu Rp. 27.000.000,-.
b. Biaya Kini (Current Cost)
Aset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas seharusnya bila aset
yang sama atau setara aset diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan
dalam jumlah kas atau setara kas yang tidak didiskontokan (undiscounted)
yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban
(obligation) sekarang.
Contoh: Misalkan PT Kartika Jaya memiliki kendaraan berupa
mobil Panther yang diperoleh tahun 2003 dengan harga perolehan
historisnya Rp. 150.000.000,-. Berapa nilai mobil tersebut jika perusahaan
akan mencantumkannya dalam laporan keuangan untuk periode tahun
2007?
Jika menggunakan dasar biaya historis maka mobil akan
dilaporkan nilianya sebesar Rp. 150.000.000,-, tetapi jika menggunakan
biaya kini (current cost) nilai mobil yang dicantumkan dalam laporan
keuangan adalah sebesar kas yang seharusnya dikeluarkan saat ini untuk
mendapatkan mobil Panther yang sama kondisinya dengan mobil Panther
yang dimiliki oleh perusahaan, misalnya Rp. 105.000.000,-, maka nilai
mobil Panther PT Kartika Jaya adalah Rp. 105.000.000,-yang
mencerminkan biaya kini.
c. Nilai Realisasi / penyelesaian (realizable/settlement value)
Aset dinyatakan dalam jumlah kas (setara kas) yang dapat
diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly
disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian yaitu jumlah
kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
Contoh: Misalkan perusahaan Ceria Purnama mempunyai utang
dagang kepada pemasoknya yang akan jatuh tempo tiga bulan yang akan
datang sejak tanggal pembeliannya sebesar Rp. 250.000,-. Maka
kewajiban berupa utang dagang tersebut akan dicatat sebesar jumlah kas
yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan oleh
perusahaantiga bulan yang akan datang untuk menyelesiakan
kewajibannya yaitu sebesar Rp. 250.000,-.
d. Nilai Sekarang (Present Value)
Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang
didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat
memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban
dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih masa depan yang didiskontokan
ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
12. Contoh: perusahaan Indah Sari menerbitkan obligasi dengan nilai nominal
Rp. 1.000.000.000,- yang jatuh tempo 5 tahun. Utang obligasi ini akan
dicatat sebesar nilai sekarang atau present value dari pembayaran bunga
dan pokoknya misalnya setelah dilakukan penghitungan nilainya menjadi
Rp. 1.100.000.000,-. Maka utang obligasi akan dicatat sebesar Rp.
1.100.000.000,-Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan perusahaan
dalam penyusunan laporan kuangan adalah biaya historis dan dasar
pengukuran lain untuk pos pos terterntu seperti untuk persediaan, selain
biaya historis bisa menggunakan metode lower of cost or net realizable
value.
BAB II
Cash ( Kas )
Tujuan mempelajari bab ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian dan sifat kas
2. Menjelaskan komposisi kas
3. Menjelaskan manajemen dan pengendalian kas
4. Menjelaskan manajemen dan dana kas kecil
5. Menjelaskan rekonsiliasi laporan bank
13. A. Pendahuluan :
Kas merupakan jenis aset yang paling cepat dapat dikonversi menjadi
aset lainnya.
Kas merupakan aktiva yang paling lancar dalam perusahaan,
sehingga dalam neraca dicatat di tempat yang paling atas pada kelompok
aktiva lancar. Kas juga berguna untuk segera memenuhi kewajiban
perusahaan yang jatuh tempo. Sehingga ketersediaan kas dalam jumlah
yang cukup akan menentukan likuiditas perusahaan. Hampir semua
transaksi perusahaan baik secara langsung atau tidak akan menyangkut
akun Kas atau berakhir pada akun Kas. Adanya kesalahan dalam akun kas
sering dapat memberikan petunjuk adanya kesalahan kepada akun lain.
B. Pengertian Kas
Kas adalah suatu yang berupa uang atau bukan yang dapat
dijadikan alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya yang dapat
digunakan setiap saat. Dengan demikian yang berupa uang adalah uang
kertas dan uang logam, sedangkan yang tidak berupa uang adalah cek
( segala macam cek kecuali cek mundur ), dan wesel pos yang diterima
dari fihak lain, seta saldo di bank yang bebas untuk diambil ( giro dan
tabungan )
Kas akan memberikan dukungan makanan terhadap seluruh
operasional bagian tubuh perusahaan. Jika kas yang mengalir mengalami
gangguan, maka opersional perusahaanpun juga akan dapat terganggu.
Begitu pentingnya kas bagi sebuah perusahaan atau bisnis, maka kas
merupakan aset yang paling likuid diantara aset-aset lainnya, dan
senantiasa diletakkan di bagian yang paling atas di neraca perusahaan.
Yang termasuk dalam kas menurut pengertian akuntansi adalah
alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang dan dapat
diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar
nominalnya.
Termasuk dalam pengertian kas adalah simpanan dalam bank
dalam bentuk tabungan, deposito maupun giro atau tempat-tempat lain
yang dapat diambil sewaktu-waktu.
Kas terdiri dari :
1. uang kertas
2. uang logam
3. cek yang belum disetorkan
4. simpanan dalam bentuk giro atau bilyet
5. rekening tabungan
6. traveller’s checks
14. 7. cek kasir (cashier’s cheks)
8. wesel bank ( bank draft)
9. money order
10. kas kecil
11. uang kembalian
12. kas yang ada di cabang cabang tetap
Yang tidak termasuk kas meliputi:
1. Cek mundur (post dated checks). Cek mundur tetap dicatat sebagai
piutang sampai tanggal di mana cek tadi dapat diuangkan.
2. Bon utang Bon utang diperlakukan sebagai
piutang.
3. Uang muka perjalanan Uang muka perjalanan diperlakukan sebagai
piutang jika uang muka tersebut akan ditagih dari karyawan atau
dikurangkan dari gajinya.
4. Perangko pos Perangko pos diperlakukan sebagai persediaan
perlengkapan (supplies) kantor atau toko atau sebagai beban dibayar
dimuka.
5. Dana kas untuk tujuan khusus misalnya dana yang disisihkan untuk
pembayaran utang obligasi.
C. Sifat Kas
1. Materinya kecil
Tidak memerlukan tempat yang luas karena tidak banyak
menghabiskan tempat
2. Susah diidentifikasi
Tidak ada ciri kepemilikannya yang khusus sehingga kalau
uang itu hilang sukar ditemukan
3. Mudah ditukarkan
Mengingat sifatnya demikian maka kas sering disalah
gunakan / diselewengkan dalam penggunaanya, baik yang
disengaja maupun tidak. Oleh karena itu kas harus dikelola
sedemikian rupa sehingga kas yang tersedia tidak berlebihan
atau kekurangan
Salah satu cara untuk mengelola kas secara tepat
( menghindarkan kerugian karena kecurangan maupun salah
pengelolaan ) adalah adanya intenal control ( Pengendalian
Intern ) yang memadai.
D. Internal Control ( Pengendalian Intern ) Untuk Kas
Internal control meliputi sistem dan prosedur serta kebijaksanaan
15. Seperti telah diuraikan diatas bawa kas aktiva yang sangat lancar oleh
karena itu sangat mudah digunakan, dan mempunyai sifat memiliki daya
rangsang yang tinggi untuk diselewengkan / digelapkan karena tidak
menunjukkan pemiliknya sehingga kalau uang itu hilang sukar ditemukan
Prinsip internal control ( pengendalian internal ) terhadap kas
menetapkan bahwa harus ada pemisahan fungsi-fungsi yang berhubungan
dengan pengelolaan kas yaitu pemisahan antara fungsi penyimpanan,
pelaksana dan pencatatan. Jelasnya harus dipisahkan misalnya fungsi
penerimaan, pengeluaran, penyimpanan dan pencatatan (akuntansi) kas.
Mengapa pengendalian kas penting?
Internal control meliputi sistem dan prosedur serta kebijaksanaan
yang diterapkan oleh suatu badan usaha untuk membantu meyakinkan
bahwa transaksi-transaksi secara sah diotorisasikan serta dilaksanakan dan
dicatat secara logis yang bertujuan :
1. dapat megamankan harta perusahaan ( penerimaan kas dan
melindungi penyimpanannya )
2. mendorong ketepatan / dipercayainya data akuntansi
3. meningkatkan efisiensi (dapat mencegah terjadinya
pengeluaran kas tanpa otorisasi dari yang berwenang ).
4. mendorong ditaatinya kebijaksanaan manajemen ( dapat
meletakan pertanggung - jawaban pengurusan kas pada satu
orang ).
Untuk melaksanakan tujuan pokok pengawasan kas :
1. Harus ditetapkan terlebih dahulu prosedur pengurusan
keuangan, karena prosedur ini merupakan pedoman langkah –
langkah pengurusan keuangan dari awal sampai akhir yang
harus diikuti oleh para pelaksanya.
2. Harus diadakan pemisahan :
a. Antara fungsi – fungsi penerimaan, pencatatan dan
pengluaran uang;
b. Antara pemagang otorisasi pembayaran sengan pelaksana
pembayaran.
c. Antara pendeposito ( penyetor uang ke bank ) dengan
yang melakukan rekonsiliasi.
3. Harus diadakan pencatatan dengan segera, baik mengenai
penerimaan maupun pengeluaran uang dan distribusi
akuntansinya harus jelas
4. Semua uang tunai yang diterima harus segera dimasukan ke
tempat penyimpanan yang aman ( almari besi ) atau
disetorkan ke Bank.
16. 5. Harus diusahakan agar uang yang baru saja diterima jangan
langsung dikeluarkan sebagai pembayaran.
6. Semua pengeluaran kas dalam jumlah relatifp kecil sebaiknya
dengan check yang telah diotorisir oleh yang berwenang.
7. Semua pengeluaran kas dalam jumlah relatip kecil sebaiknya
dilaksanakan dengan melalui Kas – Kecil.
8. Harus kerapkali diadakan pemeriksaan kas, baik secara
periodik maupun secara tiba – tiba.
E. Petty Cash ( Kas Kecil )
Uang kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran
pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan frekwensi terjadinya
relatif sering sehingga tidak ekonomis bila dibayar dengan cek
Dana ini diserahkan kepada kasir petty cash yang bertanggung
jawab terhadap pembayaran – pembayaran. Jika jumlah petty cash
( kas kecil ) tinggal sedikit, kasir harus meminta pengisian dana
( reimbursement ). Hal ini dilakukan setiap periode tertentu
misalnya mingguan.
Ada 2 ( dua ) metode yang digunakan dalam petty cash yakni
1. imprest system dan
2. fluctuating system
Imprest system dana yang tersedia dalam Petty Cash selalu
permanen atau tetap yaitu sebesar cek yang pertama kali
diserahkan oleh kasir kepada pemegang Petty Cash
Fluctuating system pembentukan dana Petty cash sama dengan
imprest system, hanya perbedaannya terletak dalam saldo akun
Petty Cash tidaklah sama setiap pengisian kembali petty cash,
karena jumlahnya disesuaikan dengan rencana kebutuhan untuk
waktu yang akan datang
Imprest Fluctuating
1. Tanggung jawab tetap berubah-ubah
17. 2. Dana tetap sesuai kebutuhan
3. Pencatatan pada saat reimbursement setiap transaksi
4. Saat pembentukan Petty Cash xxx Petty Cash xxx
Cash xxx Cash xxx
5. Pengeluaran no entry Expenses xxx
Petty Cash xxx
6. Reimbursemnet Expenses xxx
Petty Cash xxx
Cash xxx
Cash xxx
7. Tutup Buku Expenes xxx
no entry
Petty Cash xxx
8. Penambahan dana Petty Cash xxx Petty
Cash xxx
Cash xxx Cash
xxx
9. Pengurangan dana Cash xxx Cash
xxx
Petty Cash xxx
Petty Cash xxx
Contoh :
Pada tanggal 1 Mei 1998 pimpinan PD. Djudjur memutuskan untuk
membentuk dana kas kecil dengan maksud untuk melakukan pembayaran
rutin perusahaan, untuk itu pada tanggal 1 Mei 1998 kas besar dibuka
pengeluaran Rp 500.000 untuk pembentukan dana kas kecil
18. Dari tanggal 2 Mei s/d 10 Mei pengeluaran kas kecil sebagai berikut :
O2 Mei Dibayar uang makan karyawan Rp 100.000
03 Mei Dibayar ongkos transport pegawai Rp 50.000
05 Mei Dibeli alat-alat tulis kantor Rp 80.000
07 Mei Dibeli meterai dan perangko Rp 100.000
08 Mei Dibeli gula, kopi untuk kantor Rp 50.000.
09 Mei Dibayar uang kebersihan Rp 25.000
10 Mei Pengisian kembali kas kecil sehingga mencapai Rp ..........
Pertanyaan :
a. Buatlah buku kas kecil
b. Buatlah ayat jurnal yang diperlukan jika :
1. Bila perusahaan menggunakan metode imprest
2. Bila perusahaan menggunakan metode fluktuasi
19. Jawab :
Tanggal Metode imprest metode fluctuasi
Mei
199
8
01
02
03
05
07
08
09
10
Kas Kecil
Kas
No entry
No entry
No entry
No entry
No entry
No entry
Biaya Jamuan 150.000
Ongkos Transport 50.000
Alat Tulis Kantor 80.000
Biaya Materai dan
perangko 100.000
Biaya Keamanan 25.000
Kas
405.000
Kas Kecil 500.000
Kas 500.000
Biaya Jamuan 100.000
Kas Kecil 100.000
Ongkos Transport 50.000
Kas Kecil 50.000
Alat Tulis Kantor 80.000
Kas Kecil 80.000
Biaya materi dan perangko 100.000
Kas Kecil 100.000
Biaya Jamuan 50.000
Kas kecil 50.000
Biaya Keamanan 25.000
Kas Kecil 25.000
Kas Kecil 405.000
Kas 405.000
F. Bank Reconciliatioan ( Rekonsiliasi Bank )
Yang dimaksud Rekonsiliasi Bank adalah pencocokan kas yang
dicatat oleh perusahaan dan yang dicatat oleh bank pada setiap
akhir bulan.
Unsur-unsur rekonsiliasi :
1. Deposit in transit ( Setoran dalam perjalanan )
20. Setoran akhir bulan telah dicatat oleh perusahaan tetapi belum
diterima oleh perusahaan
2. Outstanding Checks ( Cek yang masih beredar )
Cek yang ditarik menjelang akhir bulan, telah mengurangi
saldo kas perusahaan di bank, tetapi belum dibukukan oleh
bank
3. Charge for interest made by bank in error
4. Bank Service Charges
5. Non Sufficient Fund ( Cek tidak cukup dananya )
6. Draft Collected by bank ( pengumpulan tagihan oleh bank )
7. Kesalahan pencatatan
Faktor-faktor penyebab perbedaan saldo pembukuan perusahaan
dengan saldo menurut laporan bank :
No. Keterangan Pengaruh ke
saldo
Kas Bank
1. Deposit in transit (Setoran dalam perjalanan )
+
2. Out standing checque ( Cek yang beredar )
-
3 Hasil penagihan (inkaso) oleh bank +
4. Cek tidak cukup dana (NSF) -
5. Cek di tempat -
6. Ongkos (beban adm. Bank) -
7. Jasa giro / pendapatan bunga +
8. Kesalahan pencatatan :
a. Oleh pembukuan perusahaan :
1. Penerimaan dicatat terlalu besar -
21. 2. Penerimaan dicatat terlalu kecil +
3. Pengeluaran dicatat terlalu besar +
4. Pengeluaran dicatat terlalu kecil -
5 Oleh pembukuan Bank :
1. Penerimaan dicatat terlalu besat
-
2. Penerimaan dicatat terlalu kecil
+
3. Pengeluaran dicatat terlalu besar
-
4. Pengeluaran dicatat terlalu kecil
+
Untuk menyusun rekonsiliasi bank , perusahaan dapat memilih salah satu
cara berikut :
Jenis Rekonsiliasi Tujuan
1. Rekonsiliasi mencari saldo yang benar
atau rekonsiliasi dua kolom
2. Rekonsiliasi empat kolom
3. Rekonsiliasi delapan kolom
Mencari saldo kas yang tepat
Mencari saldo awal, penerimaan, saldo
pengeluaran satu periode dan saldo akhir
yang sesuai dengan catatan perusahaan
Mencari saldo awal, penerimaan, saldo
pengeluaran satu periode dan saldo akhir
yang benar
Disamping bentuk rekonsiliasi seperti dicontohkan di atas, terdapat
bentuk rekonsiliasi lain yang disebut rekonsiliasi empat kolom. Mengapa disebut
22. empat kolom? Karena dalam melakukan rekonsiliasi ada empat hal pokok yang
direkonsiliasi yaitu:
1. rekonsiliasi dari saldo kas periode awal per rekening koran terhadap saldo kas
per buku perusahaan (kolom pertama)
2. rekonsiliasi penerimaan kas periode berjalan per rekening koran terhadap
penerimaan yang dicatat dalam buku perusahaan (kolom kedua)
3. rekonsiliasi pengeluaran kas periode berjalan per rekening koran terhadap
pengeluaran yang dicatat dalam buku perusahaan (kolom ketiga)
4. rekonsliasi saldo kas periode akhir per rekening koran terhadap saldo kas per
buku perusahaan (kolom keempat)
Untuk memberikan contoh bagaimana menyusun rekonsiliasi empat kolom ini
kita masih menggunakan kasus PT Merapi tetapi perlu informasi tambahan,
yaitu:
1. Saldo kas per 30 Nopember 2009, per rekening koran (saldo awal Desember
2006) adalah Rp. 175.200.000,-.
2. Saldo kas per 30 Nopember 2009, per buku PT Merapi adalah sebesar Rp.
180.200.000,-.
3. Total penerimaan kas (deposito/ setoran) per rekening koran bulan
Desember 2006 adalah Rp. 964.500.000,-. Penerimaan ini mencakup
setoran dalam perjalanan sebesar Rp. 42.000.000,- pada tanggal 30
Nopember 2006.
4. Total penerimaan kas per buku PT Merapi selama bulan Desember
adalah Rp. 953.300.000,-.
5. Total pengeluaran kas per rekening koran untuk bulan Desember 2009
Rp. 917.800.000,-. Pengeluaran ini mencakup cek yang beredar
sebesar Rp. 37.000.000,- pada tanggal 30 Nopmeber 2009.
6. Total pengeluaran kas per buku selama bulan Desember 2006 adalah
Rp. 928.480.000,-.
Berdasarkan informasi tambahan tersebut dapat disusun
rekonsiliasi bank sebagai berikut:
PT Merapi
23. Rekonsliasi Bank
Bank BNI Bulan Desember 2009
(dalam rupiah)
SaCdo Desemder Soldo
30 9ifopem6er Penerimaan cpengeCuaran 31 Desemder
Per rekening koran 175.200.000 964.500.000 917.800.000 221.900.000
Setoran daCam perjalanan:
30!Nbpem6er 42.000.000 (4.200.000)
31 Desem6er 36.800.000 36.800.000
Cek^eekjieredar :
30!Nbpem6er (37.000.000) (37.000.000)
31 Desem6er 50.010.000 (50.010.000)
Kesalahan bank-cek yang dibebankan
(1.750.000) 1.750.000
tidak benar oleh bank
Jumlah yang benar 180200.000 959.300.000 929.060.000 210440.000
Per buku 180200.000 953.300.000 928480.000 205.020.000
Bunga yang ditagih bank 6.000.000 6.000000
%esa(afmn daCam peneatatan eel
(1.800.000) 1.800.000
no.7733
Beban jasa bank yang belum dicatat
pada 31 Desember
180.000 (180.000)
Cek kosong yang dikembalikan 2.200.000 (2.200.000)
Jumlah yang benar 180200.000 959.300.000 929.060.000 210440.000
24. Soal Latihan
Latihanl 1
Carbine Company is preparing its December 31 Bank A reconciliation (end of the annual accounting
period ), and its must determine the proper balance sheet classification of the items listed below. You
have been asked to complete the tabulation provided.
Item
Balance Sheet
Include in Cash
amount
Classification if
Not Cash
1. Coins and Currency, Rp 1.000.000
2. Check on hand received from Customer, Rp
12.000.000
3. Certificates of deposit (CDs), Rp 16.000.000
4. Petty cash fund Rp 800.000
5. Postage stamps Rp 120.000
6. Bank A, checking account balance, Rp 42.000.000
7. Postdated check, customer Rp 200.000
8. Money order, from customer Rp 300.000
9. Cash in savings account, Rp 20.000.000
10. Bank draft from customer , Rp 800.000
11. Cash advance received from customer, Rp 160.000
12. Utility deposit to the gas company, refundable, Rp
100.000
13. Certified check from 2.000.000
14. NSF check R. Roe, Rp 400.000
15. Cash advance to company executive, collectible upon
demand, Rp 40.000.000
16. Bank B, checking account, overdraft, Rp 4.000.000
17. IOUs from employees, Rp 240.000
Latihan 2
Tanggal 1 April 2009 PT. A di Bandung membentuk dana kas kecil dengan
memberikan cek kepada kasir Kas Kecil sebesar Rp 1.000.000,- . Selama bulan April
2001 terjadi transaksi yang berhubngan dengan kas kecil .
April 03 Pembayaran upah tukang kebun sebesar Rp 70.000
05 Pembayaran biaya keamanan daerah kerja Rp 20.000
07 Pembayaran listrik, air dan telepon sebesar Rp 260.000
08 Pembeyaran konsumsi rapat Rp 200.000
11 Pembelian alat tulis kantor Rp 150.000
15 Pembayaran transport pengantar sura Rp 15.000
17 Pembayaran sumbangan bencana alam Rp 100.000
20 Pembelian 4 buah bola listrik untuk penggantian
yang rusak @ Rp 15.000 Rp 60.000
24 Pembayaran upah tukang kebun Rp 75.000
27 Pembayaran biaya transport Rp 50.000
25. 30 Pengisian kembali dana kas kecil sebesar
pengeluaran dari dana kas kecil Rp ………..
Diminta :
Buatlah jurnal atas transaksi – transaksi tersebut di atas, jika :
a. Dilaksanakan metode dana tetap ( imperest fund method )
b. Dilaksanakan metode dana tidak tetap ( fluctuation fund method )
Latihan 3
Perusahaan Milenium memakai sistem imprest untuk dana kas kecil . Setiap hari
Sabtu dana kas kecil itu dipenuhi kembali menjadi Rp 3.000.000
Data pengeluaran kas kecil untuk seminggu yang berakhir pada tanggal 25 Desember
2009 dan 31 Januari 2000 sebagi berikut :
Pengeluaran
Seminggu yang
berrakhir
Tanggal 25
Des. 2009
Tanggal 31
Desember
Jumlah untuk
seminggu yang
berakhir
tanggal 8
Januari 2010
Biaya angkut
pemebelian
Beban reparasi
mesin
Rekening air
Perlengkapan kantor
Beban iklan
Rp
190.000
--
452.000
672.000
Rp
496.000
288.000
112.000
80.000
-
Rp
664.000
288.000
112.000
640.000
-
Untuk tahun 2009 pemenuhan kembali Kas Kecil yang terakhir dilakukan pada hari
sabtu tanggal 25 Desember 2009
Diminta :
a. Jurnal pemenuhan kembali Kas Kecil pada tanggal 29 Desember 2009
b. Jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember 2009 dan reversing entry tanggal 1
Januari 2000
c. Jurnal Pemenuhan kembali 8 Januari 2010
Latihan 4
PD. Makmur Jaya didirikan Tn. Ali pada tanggal 1 Mei 2009, transaksi-transaksi
yang terjadi selama bulan Mei 1997 sebagai berikut :
26. No. Tanggal Keterangan
T.01 01 Mei Diterima setoran modal Tn. Ali Rp 50.000.000
T.02 02 Mei Dibeli Peralatan toko dari PD. Murah secara tunai Rp
2.000.000
T.03 04 Mei Dibeli barang dagangan dengan tunai dari PD. Sejahtera
seharga Rp 10.000.000
T.04 06 Mei Dibeli barang dagangan drai PD. Makmur seharga Rp
20.000.000 dengan term of payment 2/10, n/30
T.05 08 Mei Dibeli tunai peralatan kantor dari toko Pandai Rp 50.000
T.06 10 Mei Dijual tunai barang dagangan Rp 1.500 .000
T.07 11 Mei Dibayar sewa toko selama 1 tahun terhitung mulai tanggal 1
Mei 1997 s/d 30 April 1998 Rp 6.000.000
T.08 12 Mei Dibayar tunai asuransi kebakaran toko periode 1 Mei 1990 s/d
30 April 1998 Rp 720.000
T.09 14 Mei Dijual barang dagangan ke toko Miranti Rp 8.000.000 dengan
term of payment 2/10, n/30
T.10 15 Mei Dibayar utang kepada PD. Makmur atas transaksi tanggal 06
Mei
T.11 16 Mei Dijual barang dagangan ke toko Amal Rp 10.000.000 dengan
term of payment 2/10, n/30
T.12 18 Mei Dijual tunai barang dagangan Rp 4.500 .000
T.13 20 Mei Dibeli barang dagangan dengan tunai dari PD. Sejahtera
seharga Rp 4..000.000
T.14 21 Mei Dibeli tunai perlengkapan toko dari toko Pandai Rp 35.000
T.15 23 Mei Dibeli tunai perangko dari pos dan giro Rp 25.000
T.16 24 Mei Diterima tagihan dari toko miranti (lihat transaksi tanggal 14
Mei )
T.17 24 Mei Dijual tunai barang dagangan Rp 2.500 .000
27. T.18 25 Mei Dibeli barang dagangan dari toko Baik Rp 10.000.000 dengan
term of payment 2/10, n/30
T.19 26 Mei Diterima pembayaran piutang dari tok Amal (transaksi tanggal
16 Mei )
T.20 28 Mei Dibayar utang kepada toko Baik ( transaksi tanggal 25 Mei )
T.21 31 Mei Dibayar per kas uang langganan koran Rp 40.000
T.22 31 Mei Dibayar gaji karyawan sebesar Rp 2.600.000,-
Diminta :
1. Catatlah transaksi di atas ke dalam buku kas yang dilakukan petugas kasir
2. Catatlah transaksi di atas ke dalam buku harian kas penerimaan dan buku harian
pengeluaran yang dilakukan bagian akuntansi.
Latihan 5
Berdasarkan catatan Perusahaan per 31 Desember 2009, saldo uang yang tersedia di
Bank Rp 8.310.000,- sedangkan menurut laporan dari Bank saldonya adalah Rp
7.670.000,-. Setelah diteliti ternyata perbedaan disebabkan oleh :
1. Kwitansi Tn. Waris yang diserahkan kepada Bank untuk ditagih sebesar Rp
520.000,- ternyata sudah diterima dan Bank memperhitungkan ongkos tagihnya
Rp 20.000,-. Kejadian ini oleh perusahaan belum dibukukan
2. Setoran kepada Bank sebesar Rp 4.520.000,- ternyata oleh Bank terbukukan
Rp 4.250.000,-
3. Pembayaran utang kepada PT. Murai via Bank sebesar Rp 2.320.000,- dan
ongkos transfernya Rp 30.000,- oleh Bank telah dibukukan ternyata perusahaan
belum membukukan
4. Pengambilan uang dengan cek no. AA 122 B sebesar Rp 1.450.000,- ternyata
oleh Bank dibukukan Rp 1.750.000,-
5. Sebuah giri bilyet yang diterima PT. Baik sebesar Rp 600.000,- sebagai
pelunasan utangnya, ternyata setelah disetorkan ke Bank tidak ada dananya.
28. 6. Hasil bersih penjualan Marketable Securities via Bank sebesar Rp 870.000,-
( termasuk bunga yang diperhitungkan Rp 20.000,0 ). Adapun harga pokok
Marketable Securities tersebut Rp 740.000,-. Kejadian ini oleh Bank sudah
dibukukan sedangkan oleh perusahaan belum
7. Cek – cek yang sedang beredar ( out standing check ) sebesar Rp 1.460.000,-
8. Bank telah mendebet rekening perusahaan Rp 40.000,- dan menkredit untuk
bunga Rp 90.000,- jumlah ini oleh perusahaan belum dibukukan.
Diminta :
1. Susunlah Bank Rekonsiliasi per 31 Desember 2009
2. Jurnal yang diperlukan sesuai dengan informasi tersebut di atas
Latihan 6
Foster company , as a matter of policy, deposit all cash receipts and make all
payment by check. The following were taken from cash records of the company :
May 31 June 30
Deposit in transit $ 2,200 $ 3,900
Checks out standing 1,400 800
June transaction :
Bank Books
Balance, June 1 $ 5,000 $ 5,800
June Deposits 10,600 12.300
June Checks 14,500 13,900
June note collected (including 10% interest) 2,200 -
June bank charges 10 -
Balance, June 30 3.290 4,200
Required :
1. Based on the above data only, show how to prove the deposits in transit and check
outstanding as of June 30
2. Reconcile the bank account as of June 30, using the bank and book balance to
correct cash format
3. Give any journal entries that should be made based on the June bank
reconciliation
29. Latihan 7
a. Firs Commerce Bank, any location, address and phone Customer Jones Company, address, June
30, 2009 :
Statement summary :
Balance June 1, 1999 Rp 2.300.000
Deposit and other credits 1.100.000
Checks and other debits ( 1.212.000 )
Interest earned on this statement 10.000 +
Ending Balance, June 30, 2009 Rp 2.258.000
Account transaction :
Deposit Check
6 – 1 Rp 200.000 6 – 2 # 61 Rp 100.000 6 – 17 # 65 Rp 40.000
6 – 8 300.000 6 – 7 # 63 200.000 6 – 23 # 60 110.000
6 – 17` 450.000 6 – 9 # 66 300.000 6 – 27 # 67 210.000
6 – 22` 210.000 + 6 – 14 # 64 142.000 6 – 28 # 59 110.000
Rp 1.160.000 Rp 121.200
b. Cash Account
Balance, June 1, 20099 Rp 239.000 Checks Rp 1.322.000
Deposit s 123.000 60 Rp 110.000 65 Rp 40.000
6 – 8 Rp 300.000 61 100.000 66 300.000
6 – 17 450.000 62 90.000 67 210.000
6 – 22 210.000 63 200.000 68 130.000
– 30 270.000 64 142.000
6 C.Bank reconciliation at May 31, 2009 :
Bank balance, Rp 2.300.000, add deposit outstanding, Rp 200.000
Deduct check # 59 outstanding, $ 110.000
Book balance, Rp 2.390.000
Required :
Prepare the June bank reconciliation and give any entries required. Use the bank and
bokk balance to correct cash balance format.
Latihan 8
Springer Company has asembled the data needed to prepare the September 30, 2009,
bank reconciliation. The following data are available :
a. August 31, 20099, bankreconciliation :
30. Bank Book
Ending cash balance, August 31 Rp 3.400.000 Rp 2.910.000
Cash on hand 10.000
Deposits in transit 100.000
Checks outstanding ( 70.000 )
Bank service charge ( 20.000 )
Note collected ( including interest, Rp 50.000 ) 550.000
Rp 3.440.000 Rp 3.440.000
b. Company cash account for September :
Balance, September 1, 20099 ( before reconciliation ) Rp 3.440.000
Deposits during September 4.000.000
Checks written during September ( 4.130.000 )
Balance, September 30 Rp 3.310.000 )
c. Bank statement for September :
Balance, Septemeber 1, 1999 Rp 3.400.000
Deposits recorded 3.750.000
Checks cleared ( 3.900.000 )
Bank service charge ( 30.000 )
NSF check (Person X ) ( 20.000 )
Deduction for union dues ( 10.000 )
Balance, September 30 Rp 3.190.000
d. Cash on hand, September 30, Rp 10.000
Required :
1. Prepare a comprehensive ( four – column ) bank reconciliation ( proof of cash )
2. Give the entries required by the September bank reconciliation.
31. BAB III
Temporary Investment
( Investasi Sementara )
Tujuan mempelajari bab ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian investasi dan tujuan investasi
2. Menjelaskan klasifikasi investasi
3. Menjelaskan pengukuran investasi lancar untuk saham
4. Menjelaskan penilaian investasi lancar untuk saham
5. Menjelaskan pengukuran investasi lancar untuk obligasi
6. Menjelaskan penilaian investasi lancar untuk obligasi
Kelebihan uang dalam suatu perusahaan akan menimbulkan masalah tersendiri bagi
perusahaan yang bersangkutan baik dalam pemamfaatan maupun pengamanannya.
Apabila kelebihan uang tetap dipertahankan ( disimpan ) dalam perusahaan akan
menimbulkan idle cash ( kas yang nganggur ) yang tidak akan menghasilkan
pendapatan. Dengan demikian bagi perusahaan yang memiliki pengendalian itern
yang baik akan mengatasi kelebihan uang tersebut diantaranya akan menanamkan
kelebihan uang tersebut di dalam Investasi Sementara.
Investasi sementara ialah investasi kedalam pembelian surat berharga ( marketable
securities ) dalam jangka pendek
Syarat surat berharga sebagai investasi sementara adalah :
- investasi tersebut dilakukan dalam bentuk surat berharga ( saham dan atau
obligasi )
- investasi dilakukan dalam rangka pemanfaatan dana yang tidak digunakan
- surat berharga tersebut mempunyai pasaran dan dapat diperjual belikan
dengan segera
- Dimaksudkan untuk dijual kembali dalam waktu dekat
- Tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan
Komposisi Investasi Sementara
1. Saham ( yang dipasarkan di bursa saham )
Contoh : Saham Semen Cibinong,
2. Sertifikat Deposito
Contoh : Setifikat Deposito BNI’46, Setifikat Deposito BRI
3. Obligasi
Contoh : Obligasi PT. Jasa Marga
4. Deposito Berjangka
32. Contoh : Deposito 1 bulan, Deposito 3 bulan, Deposito 6 bulan,
Pembukuan Investasi Sementara
1. Saham
a. Transaksi Pembelian
Pencatatan pertama dilakukan pada saat pembelian sebesar harga perolehan
( at Cost ) yaitu harga kurs ditambah biaya – biaya pembelian seperti : komisi,
provisi dan meterai.
Kurs beli = lbr X N. Nominal X nilai kurs = Rp
Provisi & Meterai Rp +
Dibayar per kas ( at cost ) Rp
Jurnal :
Dr. Surat Berharga Rp XX
Cr. Kas Rp XX
b. Transaksi penjualan
Pencatatan pada saat penjualan sebesar harga perolehan ( at cost )
Kurs jual = lbr X N. Nominal X nilai kurs= Rp
Provisi & Meterai Rp -
Diterima per kas Rp
Harga perolehan ( at cost ) Rp .-
Laba ( rugi ) Rp
Jurnal :
Dr. Kas Rp XX
Dr. Rugi Pejualan S.B. Rp XX
Cr. Surat Berharga Rp XX
Cr. Laba Penjualan SB Rp XX
Catatan :
Pada saat penjualan mungkin saja perusahaan memiliki saham – saham yang
sejenis tetapi harga perolehanya berbeda yang disebabkan karena pembelian
saham tersebut tidak bersamaan ( pembelian saham tersebut lebih dari satu kali )
maka untuk menentukan harga perolehan saham yang dijual dapt menggunakan
metode penilaian sebagai berikut :
- Metode identifikasi khusus
- Metode rata – rata
- Metode First In First Out ( FIFO )
- Metode Last In First Out ( LIFO )
33. Contoh :
1. Pada Tanggal 1 Juli 2000 PD. Laris membeli 100 lembar saham PT. Semen
Cibinong @ Rp 100.000,00 dengan kurs 125% Biaya provisi dan meterai Rp
250.000,00
Perhitungan
Kurs beli = 100 X Rp 100.000 X 125/100 = Rp 12.500.000,00
Provisi & Meterai Rp 250.000,00 +
Dibayar per kas ( at cost ) Rp 12.750.000,00
Jurnal :
Dr. Surat Berharga Rp 12.750.000,00
Cr. Kas Rp 12.750.000,00
2. Pada Tanggal 1 September 2000 PD. Laris membeli 100 lembar saham PT. Jasa
Marga @ Rp 80.000,00 dengan kurs 110% Biaya provisi dan meterai Rp
200.000,00
Perhitungan
Kurs beli = 100 X Rp 80.000 X 110/100 = Rp 8.800.000,00
Provisi & Meterai Rp 200.000,00 +
Dibayar per kas ( at cost ) Rp 9.000.000,00
Jurnal :
Dr. Surat Berharga Rp 9.000.000,00
Cr. Kas Rp 9.000.000,00
3. Pada Tanggal 1 Oktober 2000 PD. Laris membeli 60 lembar saham PT. Semen
Cibinong @ Rp 100.000,00 dengan kurs 120% Biaya provisi dan meterai Rp
200.000,00
Perhitungan
Kurs beli = 60 X Rp 100.000 X 120/100 = Rp 7.200.000,00
Provisi & Meterai Rp 200.000,00 +
Dibayar per kas ( at cost ) Rp 7.400.000,00
Jurnal :
Dr. Surat Berharga Rp 7.400.000,00
Cr. Kas Rp 7.400.000,00
4. Pada Tanggal 1 Oktober 2000 PD. Laris menjual 120 lembar saham PT. Semen
Cibinong @ Rp 100.000,00 dengan kurs 130% Biaya provisi dan meterai Rp
300.000,00
Perhitungan
- Metode identifikasi khusus
34. Dalam metode ini setiap saham yang dibeli dibeli tanda pengenal khusus
dalam contoh ini dimisalkan yang dijual teridiri : 90 dari pembelian
tanggal 1 Juli 2000 dan sisanya berasal dari pembelian tanggal 1 Oktober
2000
Kurs jual = 120 X Rp 100.000 X 130/100 = Rp 15.600.000,00
Provisi & Meterai Rp 300.000,00 -
Diterima per kas Rp 15.300.000,00
Harga perolehan ( at cost )
- 90/100 X Rp 12.750.000 = Rp 11.475.000,00
- 30/60 X Rp 7.400.000 = Rp 3.700.000,00 +
Rp 15.175.000,00 -
Laba Rp 125.000,00
Jurnal :
Dr. Kas Rp 15.300.000,00
Cr. Surat Berharga Rp 15.175.000,00
Cr. Laba Penjualan SB Rp 125.000,00
Metode rata – rata
Kurs jual = 120 X Rp 100.000 X 130/100 = Rp 15.600.000,00
Provisi & Meterai Rp 300.000,00 -
Diterima per kas Rp 15.300.000,00
Harga perolehan ( at cost )
120 X ( Rp 12.750.000 + Rp 7.400.000 ) / 160 = Rp 15.112.500,00 -
Laba = Rp 187.500,00
Jurnal :
Dr. Kas Rp 15.300.000,00
Cr.Surat Berharga Rp 15.112.500,00
Cr. Laba Penjualan SB Rp 187.500,00
Metode First In First Out ( FIFO )
Kurs jual = 120 X Rp 100.000 X 130/100 = Rp 15.600.000,00
Provisi & Meterai Rp 300.000,00 -
Diterima per kas Rp 15.300.000,00
Harga perolehan ( at cost )
- 100 lembar = Rp 12.750.000,00
- 20 lembar = 20/60 X Rp 7.400.000 = 2.466,666,67 +
Rp 15.216.666,67 -
Laba = Rp 83.333,33
Jurnal :
Dr. Kas Rp 15.300.000,00
Cr.Surat Berharga Rp 15.216.666,67
35. Cr. Laba Penjualan SB Rp 83.333,33
Metode Last In First Out ( LIFO )
Kurs jual = 120 X Rp 100.000 X 130/100 = Rp 15.600.000,00
Provisi & Meterai Rp 300.000,00 -
Diterima per kas Rp 15.300.000,00
Harga perolehan ( at cost )
- 60 lembar = Rp 7.400.000,00
- 60 lembar = 60/100 X Rp 12.750.000,00 = 7.650.000,00 +
Rp 15.050.000,00 -
Laba = Rp 250.000,00
Jurnal :
Dr. Kas Rp 15.300.000,00
Cr.Surat Berharga Rp 15.050.000,00
Cr. Laba Penjualan SB Rp 250.000,00
2. Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito ini biasanya dikeluarkan oleh suatu bank dengan nilai
nominal, tingkat bunga dan jangka waktu tertentu, dimana si pembeli
sertifikat hanya membayar sejumlah selisih nilai nominal dengan bunganya.
Contoh :
Dibeli sertifikat deposito BCA pada tanggal 1 Maret 2009 jatuh tempo 31 Mei
2009 ( 92 hari ), nominal Rp 10.000.000,00 Tingkat bunga per tahun 18%.
Jurnal :
Dr. Surat Berharga Rp 10.000.000,00
Cr. Kas Rp 9.540.000,00
Cr. Pendapatan Bunga Rp 460.000,00
Perhitungan :
Nilai Nominal Rp 10.000.000,00
Bunga = Rp 10.000.000 X 92 X 18 Rp 460.000,00 -
36 X 100
Jumlah yang harus dibayar Rp 9.540.000,00
3. Obligasi
Pencatatan obligasi pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan saham yaitu
dicatat sebesar harga perolehannya pada saat pembelian. Yang
membedakannya adalah obligasi memberikan bunga yang dibayarkan tiap
36. enam bulan sekali sehingga dapat mempengaruhi pencatatan apabila transaksi
dilakukan di antara tanggal pembayaran bunga.
Contoh :
Misalkan tanggal pembelian obligasi 1 Mei 2009, sedangkan bunga obligasi
dibayarkan tiap tanggal 1 Maret dan 1 September.
1Maret
1 Mei 2000
1 September
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa tanggal terakhir penerimaan bunga adalah
tanggal 1 Maret, apabila transaksi dilakukan tanggal 1 Mei maka bunga yang harus
diperhitungkan ( bunga berjalan ) pada tanggal terhitung dari tanggal 1 Maret 2009
sampai dengan 1 Mei 2009 yaitu selama 2 bulan.
Pencatatan bunga berjalan dapat dilakukan dalam 2 ( dua ) pendekatan yaitu :
a. Dicatat sebagai harta
Pencatatan pendapatan bunga pada waktu pembelian obligasi dicatat ke dalam
akun Piutang Bunga yang disebut Balance sheet approach
Dr. Surat Berharga Rp XX
Dr. Piutang Bunga XX
Cr. Kas Rp XX
Sedangkan pada waktu menerima pendapatan bunga :
Dr. Kas Rp XX
Cr. Piutang Bunga Rp XX
Cr. Pendapatan Bunga Rp xx
b. Dicatat sebagai pendapatan
Pencatatan pendapatan bunga pada waktu pembelian obligasi dicatat ke dalam
akun Pendapatan Bunga yang disebut Income Statement Approach
Dr. Surat Berharga Rp XX
Dr. Pendapatan Bunga Rp XX
Cr. Kas Rp XX
Sedangkan pada waktu menerima pendapatan bunga :
37. Dr. Kas Rp XX
Cr. Pendapatan Bunga Rp xx
Begitu juga apabila obligasi dijual akan di kredit sebesar harga perolehannya, maka
dengan demikian apabila ada selisih antara harga jual dengan harga perolehan akan
dicatat dalam akun Laba / Rugi Penjualan Surat Berharaga
Laba apabila harga jual > dari harga perolehan dan Rugi apabila harga jual < harga
perolehan.
Apabila laba jurnalnya adalah sbb :
Dr. Kas Rp XXX
Cr.Surat Berharga Rp XXX
Cr. Pendapatan Bunga Rp XXX
Cr. Laba Penjualan SB Rp XXX
Sedangkan apabila rugi jurnalnya dalah sbb :
Dr. Kas Rp XXX
Dr. Rugi Penjualan SB Rp XXX
Cr.Surat Berharga Rp XXX
Cr. Pendapatan Bunga Rp XXX
Contoh soal
1. Pada tanggal 1 Mei 2009 PD. Rindu Order membeli 100 lembar obligasi PT Jasa
Marga @ nominal Rp 100.000,00 dengan kurs 120%, bunga obligasi 18% setahun
yang dibayarkan tiap tanggal 1 Maret dan 1 September, biaya provisi dan meterai
Rp 400.000,00 .
Perhitungan
Kurs beli = 100 X Rp 100.000 X 120/100 = Rp 12.000.000,00
Provisi & Meterai Rp 400.000,00 +
Investasi sementara ( dalam surat berharga ) = Rp 12.400.000,00
Bunga berjalan 2 bulan ( 1 Maret s.d. 1 Mei )
Rp 10.000.000 X 2 X 18 = Rp 300.000,00 +
12 X 100
Dibayar per kas = Rp 12.700.000,00
Jurnal :
a. Dicatat sebagai harta ( 1 Mei 2009 )
Dr. Surat Berharga Rp 12.400.000,00
Dr. Piutang Bunga 300.000,00
Cr. Kas Rp 12.700.000,00
38. Sedangkan pada waktu menerima pendapatan bunga ( 1 September 2009 )
Dr. Kas Rp 900.000,00
Cr. Piutang Bunga Rp 300.000,00
Cr. Pendapatan Bunga Rp 600.000,00
b. Dicatat sebagai pendapatan ( 1 Mei 2009 )
Dr. Surat Berharga Rp 12.400.000,00
Dr. Pendapatan Bunga Rp 300.000,00
Cr. Kas Rp 12.700.000
Sedangkan pada waktu menerima pendapatan bunga ( 1 September 2000 )
Dr. Kas Rp 900.000,00
Cr. Pendapatan Bunga Rp 900.000,00
Apabila obligasi ini tidak dijual sampai dengan tanggal 31 Desember maka
jurnal yang harus dibuat adalah untuk mencatat pendapatan bunga yang
masih harus diterima terhitung 1 September sampai dengan 31 Desember ( 4
bulan )
Perhitungan :
Bunga = Rp 10.000.000,00 X 4 X 18 = Rp 600.000
12 X 100
Jurnal :
Dr. Piutang Bunga Rp 600.000
Cr. Pendapatan Bunga Rp 600.000
2. Apabila tanggal 1 Nopember 2009 obligasi yang dimiliki dijual sebanyak 40
lembar dengan kurs 125%, provisi dan meterai Rp 150.000
Kurs Jual = 40 X Rp 100.000 X 125% = Rp 5.000.000
Provisi dan meterai 150,000 ,(-)
Harga jual Rp 4.850.000 Rp 4.850.000
Bunga : terhitung 1 Sept s.d. 1Nop
Rp 4.000.000 X 2 X 18 Rp 120.000 +
12 x 100
Diterima per kas Rp4.970.000
Harga perolehan : 40/100 X Rp 12.400.000 = Rp 4.960.000 –
Rugi penjualan Rp 110.000
Jurnal :
39. Dr. Kas Rp 4.970.000
Dr. Rugi Penjualan SB 110.000
Cr. Surat Berharga Rp 4.960.000
Cr. Pendapatan Bunga Rp 120.000
Soal.
Dalam neraca perusahaan per 31 Desember 2008 terdapat persediaan marketable
securities sebagai berikut :
Marketable Securities Rp 21.480.000,-
Allowance For Decline in Value Rp 150.000,- Rp 21.330.000,-
Adapun perinciannya sebagai berikut :
Jenis Nominal at Cost at Market
180 Saham PT. Trio Rp 50.000,- Rp 9.720.000,- Rp 9.810.000,-
120 Oblg RI 12% 100.000,- 11.760.000,- 11.620.000,-
( Kupon 1/6 - 1/12 )
Selama tahun 2009 telah terjadi transaksi-transaksi sbb. :
1. Tanggal 1 April dijual 70 Obligasi RI 12% di atas dengan kurs 102, provisi dan materai
Rp 25.000,-
2. Tanggal 12 April dijual 40 lembar saham PT. Trio dengan kurs 114, provisi dan materai
Rp 20.000,-
3. Tanggal 1 Juni diterima bunga dari obligasi RI tersebut di atas untuk enam bulan pertama
4. Tanggal 20 Agustus dibeli 60 lembar saham PT. Madju Djaya @ Nominal Rp 100.000,
kurs 112, provisi dan materai Rp 30.000,-
5. Tanggal 1 September dibeli 50 Oblg Dana Reksa 18% @ Nominal Rp 200.000,- kurs
102, provisi dan meterai Rp 50.000,- dan kupon 1/4 - 1/10
6. Tanggal 1 Oktober dijual 30 obligasi PT. RI 12% dan 20 lembar saham PT. Madju Djaya
dengan hasil bersih Rp 3.760.000,- ( sudah termasuk perhitungan bunga di dalamnya )
7. Tanggal 1 Oktober diterima bunga tengah tahunan yang pertama dari Obligasi Dana
Reksa 18%.
8. Tanggal 1Desember diterima bunga obligasi RI 12% tersebut di atas untuk enam bulan
yang kedua.
9. Adapun perinciaan Marketable Securities per 31 Desember 2009 berdasarkan at Market
adalh sbb. :
· Saham PT. Trio @ Rp 55.000,-
· Obligasi RI 12% @ Rp 96.000,-
· Obligasi Dana Reksa 18 % @ Rp 198.000,-
· Saham PT. Madju Djaya @ Rp 115.000,-
Diminta :
1. Buatlah jurnal yang diperlukan selama tahun 2009
2. Jurnal penyesuaian atas penilaian Marketable Securities, dengan menggunakan metode
Lower of Cost or Market 31 Desember
40. BAB IV
RECEIVABLE ( TAGIHAN )
Tujuan mempelajari bab ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian dari piutang
2. Menjelaskan klasifikasi piutang
3. Menjelaskan pengakuan piutang
4. Menjelaskan penilaian piutang
5. Menjelaskan disposisi piutang
6. Menjelaskan pengakuan dan pengukuran piutang wesel
Pitang adalah semua tagihan perusahaan terhadap perusahaan lain ( pihak ketiga ) dalam
bentuk uang, barang jasa dan aktiva non kas.
Piutang dapat digolongkan menjadi 2 ( dua ) yaitu :
1. Trade receivable ( piutang dagang ) yaitu piutang yang berasal dari penjualan barang atau
jasa secara kredit ( dari aktivitas normal perusahaan )
Piutang yang tidak mempunyai bukti bukti tertulis secara langsung hanya ditunjang oleh
tanda terima , delivery, sales order sebagai buktinya.
2. Non trade receivable ( piutang bukan dagang ) yaitu piutang yang bukan dari aktivitas
normal ( dari hasil operasi ) perusahaan.
a. Penjualan securities / property selain barang atau jasa yang merupakan operasi
normal perusahaan
b. Advances ( uang muka ) yang diberikan pada pemegang saham, direksi, karyawan
atau perusahaan afiliasi
c. Purchase payment ( uang muka )
Pengakuan dan Pengukuran Piutang Dagang
Ada 2 metode pencatatan :
1. Dicatat secara kotor ( Gross Method )
2. Dicatat secara bersih ( Net Method )
Sebagai ilustrasi :
Tanggal 1 Agustus 2009 PT. Asasami menjual barang dagangan kepda PT. Kayasama
seharga Rp 1.000.000,- dengan syarat pembayaran 2/10, n/30
Tanggal 1 Agustus 1999 pencatatan penjualan :
1. Gross Method :
Account Receivable 1.000.000
Sales 1.000.000
41. 2. Net Method :
Account Receivable 980.000
Sales 980.000
Apabila tanggal 10 Agustus 2090 PT. Kayasama melakukan pembayaran:
1. Gross Method :
Cash 980.000
Sales Discount 20.000
Accout Receivable 1.000.000
2. Net Method :
Cash 980.000
Accout Receivable 980.000
Apabila pebayaran dilakukan tanggal 15 Agustus 1999
1. Gross Method :
Cash 1.000.000
Accout Receivable 1.000.000
2. Net Method :
Cash 1.000.000
Accout Receivable 980.000
Sales Discout forfeited 20.00
Pitang terjadi karena
42. Account
S a l e s Receivable Cash
5 2
Sales Discount
Sales Return
3
Notes Receivable
4
5 Allowance for Bad Debt
Estimating Bad Debt Expenses ( Taksiran Jumlah Kerugian Piutang )
Jumlah piutang yang disajikan dalam laporan keuangan hendaknya menunjukkan
jumlah bersih yang diperkirakan dapat direalisir (Net Realizable Value ) Unruk
menentukan jumlah piutang yang wajar harus ditentukan jumlah piutang yang
mungkin tidak dapat ditagih dengan cara menentukan besarnya Cadangan
Penghapusan Piutang ( Allowance for Bad debt. ). Ada dua pendekatan dalam
menentukan jumlah cadangan penghapusan piutang yang dapat digunakan yaitu :
1. Pendekatan Neraca ( Balance Sheet Approach ) yaitu besarnya cadangan
penghapusan piutang ditetapkan dari data neraca yakni saldo piutang
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Besarnya saldo “cadangan penghapusan piutang” sebelumnya ditambah
dengan sejumlah prosentase tertentu dari saldo piutang akhir periode yang
bersangkutan.
b. Besarnya saldo “cadangan penghapusan piutang” dijadikan sejumlah tertentu
yang menunjukkan prosentase tertentu dari saldo piutang akhir periode yang
besangkutan
c. Besarnya saldo “cadangan penghapusan piutang” ditetapkan berdasarkan hasil
dari analisa umur piutang (Aging of Account Receivable ).
43. Contoh :
Data berikut ini diperoleh dari catatan perusahaan selama tahun 2000 yang
berhubungan dengan saldo akun piutang :
Account receivable Rp 113.300.000
Allowance for bad debt ( credit ) 3.300.000
Diminta :
Jurnal untuk mencatat taksiran cadangan penghapusan piutang apabila :
1. Cadangan penghapusan piutang dtambah 3% dari saldo piutang
2. Cadangan penghapusan piutang dijadikan 3% dari saldo piutang
3. Besarnya cadangan penghapusan piutang ditetapberdasarkan hasil dari
analisa umur piutang
Jawab :
1. Cadangan penghapusan piutang dtambah 3% dari saldo piutang :
3% X Rp 101.300.000 =Rp 3.399.000
Jurnal :
Bad debt Rp 3.339.000
Allowance for bad debt Rp 3.339.000
2. Cadangan penghapusan piutang dijadikan 3% dari saldo piutang
Saldo Allowance for bad debt ( credit ) Rp 3.300.000
Saldo Allowance for bad debt akhir 3% X Rp 101.300.000 = Rp 3.339.000
Kekurangan Rp 39.000
Jurnal :
Bad debt Rp 39.000
Allowance for bad debt Rp 39.000
3. Besarnya cadangan penghapusan piutang ditetapberdasarkan hasil dari
analisa umur piutang
(1) Didasarkan pada Umur Piutang
Caranya hampir sama, namun saldo rekening piutang dianalisis
terhadap tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo, kemudian
dikelompokkan menurut umurnya. Kemudian saldo masing-masing
kelompok piutang dikalikan dengan prosentase yang telah ditetapkan
berdasarkan pengalaman. Cara menentukan umur piutang dapat dicari
(a) dari tanggal faktur ke 31 Desember atau (b) dari tanggal jatuh
tempo ke 31 Desember.
(a) Umur piutang dihitung dari tanggal jatuh tempo ke tanggal 31
Desember
44. Karena ada kemungkinan terdapat piutang yang belum jatuh tempo
maka biasanya pengelompokannya meliputi piutang yang belum
jatuh tempo dan yang sudah lewat waktu. Misalkan prosentase
kerugian ditaksir sebagai berikut:
Umur Piutang % Taksiran Kerugian Piutang
Belum jatuh tempo 10%
Lewat waktu s.d. 30 hari 15%
Lewat waktu lebih dari 30 hari 20%
Untuk mempermudah menentukan besarnya taksiran kerugian dibuat daftar umur
piutang sebagai berikut:
Nama Debitur Jumlah
Belum
Jatuh
Tempo
Lewat s.d
30 Hari
Lewat Waktu
> 30 Hari
PT P 2.000 2.000
PT Q 2.500 2.500
PT R 1.000 1.000
PT L 3.000 3.000
PT M 2.500 2.500
PT N 1.000 1.000
Jumlah 12.000 2.000 1.000 9.000
% Penyisihan 10% 15% 20%
Jumlah Penyisihan 2.150 200 150 1.800
(b) Umur piutang dihitung dari tanggal faktur ke tanggal 31
Desember
Karena umur piutang dihitung dari tanggal faktur, maka biasanya
pengelompokan umur piutang berdasarkan jumlah hari. Misalkan
prosentase kerugian ditaksir sebagai berikut:
Umur Piutang % Taksiran Kerugian Piutang
s.d. 30 hari 10%
31 s.d. 60 hari 15%
lebih dari 60 hari 20%
Untuk mempermudah menentukan besarnya taksiran kerugian
dibuat daftar umur piutang sebagai berikut:
Nama Debitur Jumlah
s.d. 30
hari
31 s.d. 60
hari
Lebih
dari 60
45. hari
PT P 2.000 2.000
PT Q 2.500 2.500
PT R 1.000 1.000
PT L 3.000 3.000
PT M 2.500 2.500
PT N 1.000 1.000
Jumlah 12.000 2.000 1.000 9.000
% Penyisihan 10% 15% 20%
Jumlah Penyisihan 2.150 200 150 1.800
2. Pendekatan Laba rugi ( Income Statement Approach ) yaitu besarnya
cadangan penghapusan ditetapkan dari data laporan laba rugi yakni saldo
penjualan
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Besarnya saldo “cadangan penghapusan piutang” ditetapkan dari total
penjualan ( Sales ) periode yang besangkutan
b. Besarnya saldo “cadangan penghapusan piutang” ditetapkan dari total
penjualan kredit bersih ( Net crdit sales )
Transaksi selama tahun 2000
Credit Sales Rp 500.000.000
Cash Sales 700.000.000
Collection on accounts receivable 420.000.000
Dst.
Metode Penghapusan Piutang
Ada dua metode penghapusan piutang
1. Direct write off method ( Metode penghapusan langsung )
Dalam metode ini tidak mengakui adanga cadangan penghapusan piutang,
pencatatan baru akan dilakukan apabila piutang benar-benar dinyatakan tidak dapt
ditagih.
2. Allowance method ( Metode penghapusan cadangan / tidak langsung )
Dalam metode ini mengakui adananya cadangan penghapusan piutang, pencatatan
cadangan penghapusan dilakukan akhir periode melalui jurnal penyesuaian.
Contoh :
1. Tanggal 31 Desember 1999 menunjukkan saldo akun Account Receivable Rp
75.000.000, dari saldo tersebut dipekirakan tidak akan dapat ditagih sebesar
Rp 3.750.000
Direct write off method
Tidak ada pencatatn
46. Allowance method
Bad Debt expense Rp 3.750.000
Allowance for bad debt Rp 3.750.000
2. Tanggal 1 Mei 2000 dari sejumlah Rp 3.750.000 tternyata benar-benar tidak
dapat ditagih sebesar Rp 1.450.000
Direct write off method
Bad debt Rp 1.450.000
Account Receivable Rp 1.450.000
Allowance method
Allowance for bad debt Rp 1.450.000
Account Receivable Rp 1.450.000
Use Account Receivable to obtain Immediate Cash ( Penggunaan Piutang
Sebagai Sumber Kas )
Perusahaan dapat mencairkan piutang sebelum jatuh tempo dengan
menggunakan 3 cara sebagai berikut :
1. Menjaminkan Piutang ( Assignment of Account Receivable )
2. Menggadaikan Piutang ( Pledge of Account Receivable )
3. Menjual Piutang ( Sale of Account receivable / Factoring )
1. Menjaminkan Piutang ( Assignment of Account Receivable )
Apabila piutang digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh tambahan
modal kerja maka harus ada jaminan bahwa piutang yang dijaminkan
tersebut tingkat collectibilitasnya harus dapat dipastikan..
Jurnal yang diperlukan pada saat menjaminkan piutang adalah sebagai
berikut :
Account Receivable Assigned XXXX
Account Receivable XXXX
Penagihan piutang tersebut dilakukan oleh perusahaan atau oleh pemberi pinjaman
dan dari hasil penagihan tersebut harus segera dibayarkan secara berangsur yang
meliputi pokok pinjaman dan bunga.
A / R A / R Ass. Cash Equity of Bank Cash
1 2 3 4
47. Interest Exp. Assign xp.
Contoh soal :
1. Pada tanggal 1 Mei 2009 PT. Ciwaruga menjaminkan piutang sebesar sebesar Rp
10.000.000 untuk memperoleh pimjaman dari Bank sebesar Rp 8.000.000, dengan
biaya provisi 1% dari total pinjaman, bunga 1,5 % per bulan
2. Pada tanggal 2 Juni 2009 diterima pembayaran piutang yang dijaminkan tersebut
di atas sebesar Rp 4.000.000, dan dari jumlah ini langsung dibayarkan kepada
bank dengan ditambah bunga
3. Pada tanggal 1 September 2009 diterima kembali pembayaran piutang yang
dijaminkan sebesar Rp 5.000.000 dan dari jumlah ini dilunasi pinjaman ke bank
beserta bunganya.
Jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut di atas adalah sbb. :
1. Tanggal 1 Mei 2009
Account Receivable Assigned Rp 10.000.000
Account Receivable Rp 10.000.000
Cash Rp 7.920.000
Assignment Expense Rp 80.000
Equity of Bank Rp 8.000.0000
2.. Tanggal 2 Juni 2009
Cash Rp 4.000.000
Account Receivable Assigned Rp 4.000.000
Equity of Bank Rp 4.000.000
Interest Expense 120.000
Cash Rp 4.120.000
3. Tanggal 1 Sepetember 2009
Cash Rp 5.000.000
Account Receivable Assigned Rp 5.000.000
Equity of Bank Rp 4.000.000
Interest Expense 180.000
48. Cash Rp 4.180.000
Account Receivable Rp 1.000.000
Account Receivable Assigned Rp 1.000.0000
3. Menjual Piutang ( Sale of Account receivable / Factoring )
Apabila piutang dijual ke bank atau lembaga keuangan, maka pemilikan atas
piutang tersebut berpindah dari kreditur ( penjual ) kepada pembeli. Dengan
demikian segala resiko yang mungkin terjadi dari piutang tersebut menjadi
tanggungan pembeli.
Dalam hal penjualan piutang ini debitur harus diberi tahu supaya pembayarannya
juga dilakukan kepada pembeli piutang yang bersangkutan.
Apabila piutang yang dijual tersebut berasal dari penjualan yang mendapat
discount , serta pennjualan dilakukan masih saat discount period maka
pembukuan tersebut diakuai dalam pembukuan penjual.
Contoh :
Pada tanggal 17 April 2009 PT. PERMATA menjual piutangnya sebesar Rp
20.000.000 dari hasil penjualan tersebut diperoleh uang tunai Rp 18.250.000 .
Dari piutang tersebut diantaranya sebesar Rp 5.000.000 berasal dari penjualan
tanggal 10 April dengan term of payment 2/10,n/30
Juranal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut di atas adalah sbb. :
Cash Rp 18.825.000
Sales Discount Rp 365.000
Factoring Expense` Rp 1.385.000
Account Receivable Rp 20.000.000
G. Piutang Wesel (Wesel Tagih)
Wesel adalah janji tertulis yang tidak bersyarat dari satu pihak kepada
pihak lain untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa
yang akan datang. Wesel dibedakan menjadi dua yaitu:
1. wesel berbunga adalah wesel yang mempunyai tingkat bunga yang ditetapkan
2. wesel tanpa bunga adalah wesel yang bunganya sudah termasuk didalam
jumlah nominalnya sehingga bunga tidak dinyatakan secara eksplisit.
Wesel wesel ini ada yang dapat dipindahtangankan atau dijual atau didiskonto
kepada pihak lain seperti bank, tetapi ada juga yang tidak bisa
dipindahtangankan. Pendiskontoan wesel akan dilakukan sebelum jatuh tempo.
49. Seperti dalam hal piutang usaha, maka piutang wesel juga bisa dibedakan menjadi
wesel dagang, wesel dari pegawai dan lain-lain. Pada umumnya piutang wesel dapat
kelompokkan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Piutang wesel tidak berbunga
2. Piutang wesel berbunga Piutang wesel berbunga adalah
piutang wesel dimana debitor akan dikenai sejumlah bunga tertentu seperti yang tertera
dalam lembar weselnya selama umur wesel. Sedangkan piutang wesel tidak berbunga
adalah piutang wesel yang tidak bersyarat pembayaran bunga, yang berarti debitor
tidak dikenai bunga wesel.
50. H. Pencatatan Piutang Wesel (Wesel Tagih)
Wesel tagih akan dicatat sebesar nilai sekarang (present value) dari
arus kas masa depan yang diharapkan diterima. Nilai sekarang wesel
jangka pendek umumnya tidak berbeda dengan nilai jatuh temponya (jika
ada selisih jumlahnya tidak material), sehingga untuk wesel jangka pendek
umumnya akan dicatat sebesar nilai nominalnya.
Wesel tagih jangka panjang dinilai sekarang atau lebih awal
dengan tingkat bunga pasar yang berlaku pada saat wesel diterbitkan. Jika
tingkat bunga yang ditetapkan untuk wesel tagih sama dengan tingkat
bunga pasar, maka wesel tersebut terjual sebesar nilai nominalnya. Tetapi
jika tingkat bunga wesel yang ditetapkan tidak sama dengan tingkat bunga
pasar maka wesel tagih tersebut akan terjual dengan nilai yang berbeda
dengan nilai nominalnya. Perbedaan antara nilai nominal dengan nilai
sekarang arus kas yang diterima disebut agio atau disagio.
Contoh, misalnya PT Mutiara memberi pinjaman kepada PT Trisna
Cenedikia sebesar Rp. 200.000.000,-, disertai dengan penerbitan wesel
tagih nominal Rp. 200.000.000,-, bunga 10% per tahun, jatuh tempo 3
tahun. Maka nilai sekarang dari wesel tagih tersebut adalah:
a) Jika tingkat bunga pasar 10%
Nilai nominal wesel tagih Rp.200.000.000,-
Nilai Sekarang (Present Value) dari nilai nominal
(Rp. 200.000.000,- x PVIF(n=3, i=10%) =
Rp. 200.000.000,- x 0,75132 = Rp.150.264.000,-
Nilai sekarang (Present Value) dari bunga
(Rp. 20.000.000,- x PVIFA(n=3, i=10%) =
Rp. 20.000.000,- x 2,48685) = Rp. 49.737.000,-
Rp.200.001.000,-
Perbedaan (diabaikan) Rp. 1.000,-
Karena selisihnya hanya Rp. 1.000, maka diabaikan, artinya nilai
sekarang sama dengan nilai nominalnya yaitu Rp. 200.000.000,-.
Jika tingkat bunga pasar 12%
Nilai nominal wesel tagih Rp. 200.000.000,-
Nilai Sekarang (Present Value) dari nilai nominal
(Rp. 200.000.000,- x PVIF(n=3, i=12%) =
Rp. 200.000.000,- x 0,71178 = Rp.142.356.000,-
Nilai sekarang (Present Value) dari bunga
(Rp. 20.000.000,- x PVIFA(n=3, i=12%) =
Rp. 20.000.000,- x 2,40183) = Rp. 48.036.600,-
Rp. 190.392.600,-
Perbedaan (Disagio wesel tagih) Rp.
9.607.600 ,-
51. Nilai sekarang wesel tagih lebih kecil daripada nilai nominalnya sebesar Rp.
9.607.600,-, selisih ini disebut dengan disagio wesel tagih.
b) Jika tingkat bunga pasar 8%
Nilai nominal wesel tagih Rp.200.000.000
Nilai Sekarang (Present Value) dari nilai nominal
(Rp. 200.000.000,- x PVIF(n=3, i=8%) =
Rp. 200.000.000,- x 0,79383 = Rp.158.766.000
Nilai sekarang (Present Value) dari bunga
(Rp. 20.000.000,- x PVIFA(n=3, i=8%) =
Rp. 20.000.000,- x 2,57710) Rp. 51.542.000
Rp. 210.308.000,-
Perbedaan (Agio wesel tagih) Rp. 10.308.000,-
Nilai sekarang wesel tagih lebih besar daripada nilai nominlanya sebesar Rp.
10.308.000,-, selisih ini disebut dengan agio wesel tagih
I. Penilaian Piutang Wesel (Wesel Tagih)
Wesel tagih jangka pendek dicatat dan dilaporkan pada nilai bersih yang
dapat direalisasi yakni jumlah nominalnya dikurangi semua penyisihan yang
diperlukan yaitu besarnya piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih.
Perhitungan dan estimasi yang terlibat dalam penilaian wesel tagih jangka
pendek sama seperti piutang, demikian pula untuk pencatatan beban piutang yang
tak tertagih sekaligus penyisihannya / cadangannya.
J. Mendiskontokan Wesel
Yang dimaksud dengan mendiskontokan wesel adalah meminjam uang ke
bank dengan menggunakan wesel sebagai jaminan. Bunga (diskonto) wesel
dihitung dengan cara sebagaimana dalam ilustrasi 4.2.
tempo dari sebuah wesel. Tanggal jatuh tempo bisa ditentukan berdasarkan
kesepakatan bersama, yakni kreditur menentukan dan debitur menyetujuinya
dan akan berjanji membayar pada tanggal yang sudah ditentukan kreditur. Selain
itu, tanggal jatuh tempo bisa didasarkan atas janji yang ditulis sendiri oleh
debitur, atau bisa juga pada akhir periode yang ditetapkannya.
Soal soal Latihan :
Latihan 1
Informasi di bawah ini diperoleh dari catatan pembukuan yang berkaitan dengan
tahun pertama kegiatan PD. MURAH yang disusun oleh Tn. Korup yang mendapat
gaji Rp 1.500.000,- per bulan dari perusahaan, baru saja membeli sebuah mobil
mewah. Anda memutuskan untuk menguji ketepatan saldo piutang dagang sebesar Rp
264.000.000 sebagaimana diperlihatkan di dalam buku besar :
1. Hasil penagihan dari pelanggan Rp 396.000.000
2. Barang dagang yang dibeli 720.000.000
3. Persediaan barang dagang akhir 180.000.000
4. Barang dagangan dijual 40% di atas harga pokoknya
5. Semua penjualan dilakukan secara kredit
52. Diminta :
Hitunglah saldo Piutag Usaha yang harus nampak dan tetapkan jumlah kekurangan
atau kelebihannya.
Latihan 2
Dari Neraca PT. ASASAMI per 31 Desember 2009 terdapat antara lain akun-akun
sebagai berikut :
Account Receivable Rp 66.400.000
Allowance for bad debt 6.400.000
Selama tahun 2010 telah terjadi transaksi – transaksi sebagai sebagi berikut :
1. Penjualan Rp 768.000.000 diantaranya sebesar Rp 88.000.000,- merupakan
penjualan tunai
2. Retur penjualan Rp 40.000.000,- diantaranya sebesar Rp 8.000.000,- merupakan
retur penjualan tunai
3. Penerimaan piutang Rp 578.000.000,- diantaranya sebesar sebesar Rp 68.000.000
diterima setelah discount period dari term of payment 2/10, n/30.
4. Piutang yang diterima berupa notes ( wesel ) Rp 20.000.000,-
5. Piutang yang dihapuskan karena tak tertagih Rp 7.200.000,-
6. Piutang yang dihapuskan pada tahun yang lalu, ternyata dapat diterima kembali
Rp 200.000,- ( jumlah ini tidak termasuk butir 3 di atas )
7. Besarnya kerugian piutang tak tertagih untuk tahun ini sebesar 5% dari piutang
pada 31 Desember 2010
Diminta :
1. Jurnal yang diperlukan selama tahun 2010
2. Susunlah kedua akun tersebut di atas
Latihan 3
Dari neraca CV Darlis per 31 Desember 2009 terdapat informasi sbb :
Account Receiveble Rp 6.240.000
Allowance for Bad Debt Rp 320.000
Berdasarkan pengalaman atas piutang yang telah jatuh tempo, maka ditetapkan untuk
tahun 2010 besarnya Cadangan Penyisihan Kerugian Piutang sebesar : Piutang yang
telah menunggak:
Kurang dari 2 bulan 10 %
2 – 6 bulan 30 %
6 – 12 bulan 70 %
lebih dari 1 tahun 100%
Selama tahun 2010 transaksi yang berhubungan dengan piutang telah diringkas sbb. :
Penjualan kredit Rp 42.600.000
Penerimaan dari piutang Rp 40.800.000
Retur penjualan Rp 400.000
53. Piutang yang dihapus Rp 290.000
Pada akhir periode, jumlah piutang yang telah jatuh tempo adalah :
Kurang dari 2 bulan Rp 650.000
2 – 6 bulan Rp 320.000
6 – 12 bulan Rp 180.000
lebih dari 1 tahun Rp 130.000
Diminta :
1. Jurnal yang diperlukan daritransaksi –transaksi di atas
2. Hitung cadangan penyisihan piutang untuk tahun 2010 dengan memperhitungkan
saldo terdahulu dan transaksi tahun berjalan
3. Berapa jumlah Account Rceivable dan Allowance for Bad Debt yang harus
ditampilkan pada neraca per 31 Desember 2010.
Latihan 4
Dalam neraca PT. SUKA SENANG per 31 Desember 2009 tergambar sebagai
berikut :
Account Receivable Rp 38.600.000
Allowance for doubtful account 3.200.000
Rp 35.400.000
Selama tahun 2010 telah terjadi transaksi-transaksi sebagai berikut :
1. Sales berjumlah Rp 182.900.000, diantaranya Rp 22.900.000 merupakan
penjualan tunai
2. Uang yang diterima dari langganan ( cash collection ) berjumlah Rp 123.200.000
diantaranya sejumlah Rp 58.200.000 memanfaatkan potongan (discount) dari
term of payment Rp 3/30 – n/50
3. Dijaminkan piutang dagang sebesar Rp 50.000.000 kepada Lembaga Keuangan
Sejahtera untuk mendapatkan pinjaman sejumlah Rp 35.000.000 dikurangi 0,8%
dari pinjaman
4. Piutang-piutang yang dinyatakan tidak tertagih berjumlah 2.800.000 di antaranya
sejumlah Rp 1.200.000 merupakan piutang dagang yang dijaminkan
5. Diterima piutang dagang yang dijaminkan tersebut di atas sejumlah Rp
25.000.000 dari hasil ini ditambah bunga 10% dari pinjaman dikirimkam kepada
Lembaga Keuangan
6. Dikirimkan nota kredit kepada langganan sebesar Rp 9.000.000 di antaranya Rp
5.000.000 merupakan piutang dagang yang dujaminkan
7. Diselesaikan utang piutang kami dengan TN. Polim sebagai berikut :
Utangnya Rp 3.800.000
Piutangnya 1.200.000
Rp2.600.000 diterima
pembayarannya Rp 2.000.00 sedangkan sisanya dihapuskan.
54. 8. Piutang dagang kepada Tn Robert sejumlah Rp 500.000 yang telah dihapuskan
pada tahun yang lalu ternyata dapat diterima kembali
9. Diterima piutang dagang yang dijaminkan tersebut di atas sejumlah Rp
17.000.000 dari hasil ini dilunasi pinjaman kepada Lembaga Keuangan ditambah
bunga 8% dari sisapinjaman
10. Dari piutang yang ada di taksir tidak dapat ditagih 15%
Diminta :
1. Jurnal yang diperlukan dari transaksi selama tahun 2010
2. Sajikan kedua akun tersebut di atas dalam Neraca per 31 Desmber 2010
Latihan 5
PT. Asasami mempunyai neraca akhir tertanggal 31 Desember 2008 yang antara lain
sebagai berikut :
Notes Receivable ………………………… Rp. 122.500.000,-
Less : Notes receivable discounted …….. Rp. 52.500.000,-
Rp 70.000.000
Accounts Receivable ……… Rp. 315.000.000,-
Less: allowance for doubtful account Rp. 35.000.000,-
Rp. 280.000.000
Selama tahun 2009 telah terjadi transaksi – transaksi sebagai berikut :
1. Sales Rp 2.425.000.000,- termasuk di dalamnya sebesar Rp 225.000.000,-
merupakan penjualan tunai / cash sales.
2. Nota kredit yang diberikan kepada langganan sejumlah Rp 80.000.000,-
diantaranya sejumlah Rp 22.500.000,- adalah penjualan tunai.
3. Penerimaan notes receivable dari piutang berjumlah Rp 197.500.000,-
4. Penerimaan uang dari langganan berjumlah Rp 156.500.000,- di antaranya
sejumlah Rp 144.000.000,- memperoleh sales discount berdasarkan termyn of
payment 4/20;n/50
5. Notes Receivable Dicounted tersebut di atas yang tertera pada neraca ahir
semuanya telah dibayar pada saat jatuh temponya, kecuali sebesar Rp 9.000.000,-
notes tersebut diterima kembali oleh perusahaan dari langganan, kemudian
perusahaan membayarnya ditambah protest fees sebesar Rp 150.000,-
6. Notes yang didiskontokan berjumlah Rp 185.000.000,- dengan nilai Rp
180.000.000,- kemudian dari jumlah ini sebesar Rp 31.250.000,- telah jatuh
tempo tanpa protest fees.
7. Piutang dinyatakan tak tertagih selama tahun 2003 berjumlah Rp 20.625.000,-
8. Uang yang diterima dari notes receivable yang telah jatuh tempo sebesar Rp
15.250.000,- di dalamnya termasuk bunga sebesar Rp 250.000,-
9. Perusahaan telah meminjam uang dari BRI sejumlah Rp 250.000.000,- dengan
menjaminkan piutang sejumlah Rp 312.500.000,- Bank memperhitungkan biaya
pinjaman sebesar Rp 1.250.000,- dari piutang yang dijaminkan tersebut telah
55. diterima sejumlah Rp 281.250.000,- ( jumlah ini tidak termasuk dalam point 4 di
atas ) dan dari penerimaan ini dibayarkan untuk melunasi pinjaman ke BRI
dengan tambahan bunga sejumlah 10% untuk selama 6 bulan.
10. Taksiran penyisihan penghapusan piutang / allowance for doubtful accounts atas
dasar pengalaman tahun – tahun yang lalu ditetapkan sebesar 2,5% dari net credit
sales.
Diminta :
1. Buatlah ayat-ayat jurnal dari transaksi selama tahun 2009 dengan memperhatikan
neraca ahir perusahaan.
2. Susunlah akun-akun tersebut dalam neraca per 31 Desember 2009.
56. BAB V
INVENTORY
Tujuan mempelajari bab ini adalah:
1. enjelaskan pengertian persediaan
2. Menjelaskan jenis-jenis persediaan
3. Menjelaskan pengukuran persediaan
4. Menjelaskan sistem pencatatan persediaan
5. Menjelaskan penentuan kuantitas persediaan
6. Menjelaskan penilaian persediaan
A. Pengertian
Salah satu aset lancar yang umumnya memiliki nilai yang besar diantara aset-aset
lancar lainnya adalah persediaan. Persediaan merupakan jenis aset produktif yang dimiliki
oleh perusahaan, karena persediaan ini merupakan aset yang mempunyai keterkaitan
langsung dengan pendapatan perusahaan. Jika tingkat perputaran aset persediaan lambat,
maka dapat dipastikan proses perolehan pendapatan perusahaan lambat pula dan sebaliknya
jika pertputarannya cepat proses perolehan pendapatan perusahaan juga cepat.
Persediaan (inventory) didefinisikan sebagai aset :
1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan atau
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
B. Jenis-jenis Persediaan
Bagaimana perusahaan mengklasifikasikan persediaannya sangat tergantung pada
jenis usaha yang dijalankan perusahaan yaitu apakah perusahaan perdagangan ataukah
perusahan manufaktur. Pada perusahaan perdagangan hanya ada satu klasifikasi persediaan
yaitu yang disebut dengan persediaan barang dagangan (merchandising inventory). Namun
demikian persediaan ini dapat terdiri dari banyak item. Misalnya untuk supermarket
perusahaan ini mempunyai persediaan berupa produk makanan, produk kebutuhan pokok dan
lain-lain. Item-item ini mempunyai dua karakteristik utama yaitu pertama, persediaan ini
dimiliki oleh perusahaan kedua, persediaan ini siap untuk dijual kembali kepada pelanggan.
C. Pengukuran Persediaan
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih dan
nilai yang lebih rendah antara biaya dengan nilai realisasi bersih. Biaya
persediaan harus meliputi biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang
timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual
57. atau dipakai. Biaya persediaan seringkali disebut dengan istilah harga pokok
persediaan.
Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, biaya masuk dan
pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh perusahaan
kepada kantor pajak), biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya yang
secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa.
Diskon dagang atau trade discont, rabat dan pos lain yang serupa di kurangkan
dalam menentukan biaya pembelian.
Contoh :
PT. Nabila adalah perusahaan dagang yang membeli barang dagangan dari
PT. Abadi sebanyak 10 unit dengan harga per unit Rp. 200.000,-. Perjanjiannya
adalah FOB Shipping Point dimana PT. Nabila harus membayar biaya angkut Rp.
100.000,- dan asuransi Rp. 50.000,- sedangkan PPn 10%, maka biaya persediaan
barang dagangan yang dibeli oleh PT. Nabila adalah:
Harga beli 10 x Rp. 200.000 = Rp. 2.000.000
PPn 10% x 2.000.000 = Rp. 200.000
Biaya angkut = Rp. 100.000
Biaya asuransi = Rp. 50.000
Biaya persediaan = Rp. 2.350.000
Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait
dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead tetap dan variabel yang
dialokasikan secara sistematis yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi
barang jadi.
Biaya lain-lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang
biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap
untuk dijual atau dipakai.
Nilai realisasi bersih adalah biaya persediaan dikurangi dengan taksiran
biaya untuk mendistribusikan persediaan.
D. Sistem Pencatatan Persediaan
Ada dua sistem pencatatan untuk persediaan yaitu:
a) Sistem pencatatan persediaan perpetual (Perpetual Inventory System)
b) Sistem Pencatatan Persediaan Periodik (Periodic Inventory System)
1. Sistem Perpetual
58. Sistem perpetual pencatatannya dilakukan secara kontinyu (perpetual) baik
untuk pencatatan jumlahnya maupun biayanya atau harga pokoknya. Dengan
demikian jumlah maupun biaya persediaan dapat diketahui setiap saat. Sistem ini
seringkali diterapkan oleh perusahaan yang menjual barang dagangan dengan harga
per unit relative mahal, jumlahnya relative sedikit dan mudah diidentifikasi. Contoh
perusahaan yang menerapkan misalnya perusahaan mobil, perusahaan pesawat
terbang, mebel, dan peralatan rumah tangga. Sistem perpetual ini juga bisa diterapkan
oleh perusahaan selain yang dicontohkan di atas dikarena penggunaan wide
spreadsheet yang disediakan oleh komputer dan penggunaan scanner
untuk mengidentifikasi setiap item persediaan.
Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan perpetual
adalah sebagai berikut:
a. Pembelian barang dagangan akan di debit pada akun persediaan
b. Beban angkut pembelian akan di debit pada akun persediaan
c. Retur pembelian akan di kredit ke akun persediaan
d. Potongan pembelian akan di kredit ke akun persediaan
e. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good
Sold) diakui bersamaan dengan pengakuan penjualan dan akun
persediaan akan di kredit
f. Akun persediaan adalah akun pengendali yang didukung dengan
buku besar pembantu untuk setiap jenis/item persediaan.
3. Sistem Periodik atau Fisik
Dalam sistem periodik setiap terjadi transaksi tidak langsung dicatat dalam akun
inventori atau persediaan sehingga untuk mengetahui kuantitas maupun biaya
persediaan melalui perhitungan fisik (stock opname) pada saat menyusun laporan
keuangan akhir periode.
Sistem periodik biasanya diterapkan oleh perusahaan yang menjual barang
dagangan dengan harga per unit relative murah, jumlahnya relative banyak dan
sulit diidentifikasi.
Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan periodik adalah
sebagai berikut:
a) Pembelian barang dagangan akan diDebit pada akun pembelian.
b) Tidak ada pencatatan pada akun persediaan.
c) Beban angkut pembelian akan didebit pada akun Beban Angkut Pembelian.
d) Retur dan potongan pembelian akan dikredit ke akun Retur dan Potongan
Pembelian.
e) Potongan tunai pembelian akun dikredit ke akun Potongan Tunai Pembelian.
f) f) Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold)
dihitung pada akhir periode setelah melakukan penghitungan fisik dan penilaian
persedian akhir.
59. Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic,
namun belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan, seperti
pembayaran ongkos angkut, penerimaan dan pemberian diskon.
Transaksi Sistem Periodek Sistem Perpetual
1. Membeli barang
dagangan secara
kredit Rp 10.000
Pembelian
Hutang
10.000
10.000
Persediaan Brg Dag
Hutang
10.000
10.000
2. Retur pembelian Rp
500
Hutang
Retur
Pembelian
500
500
Hutang
Persediaan Brg
Dag
500
500
3. Terdapat barang
yang dijual. Harga
jual Rp 4.000 dan
harga pokok barang
Rp 1.500
Piutang/Kas
Penjualan
4.000
4.000
Piutang/Kas
Penjualan
HPP
Persediaan Brg
Dag
4.000
1.500
4.000
1.500
4. Pada akhir tahun Mutlak harus dilakukan inventarisasi
fisik karena tanpa inventarisasi fisik
barang, tidak dapat diketahui
persediaan yang ada
Tanpa inventarisasi sudah dapat
diketahui persediaan, namun
inventarisasi perlu dilakukan
Misalkan menurut
perhitungan fisik
pada akhir tahun
saldo persediaan Rp
200 dan pada awal
tahun Rp 150.
Ikhtisar L/R
Persediaan B.D.
Persediaan B.D
Ikhtisar L/R
150
200
150
200
Jika hasil inventarisasi fisik tidak sama
dengan saldo rekening persediaan,
perusahaan perlu membuat jurnal, jika
sama tidak perlu membuat jurnal.
60. 2. Penentuan Kepemilikan Barang
a. Barang dalam perjalanan
Barang barang yang keberadaannya dalam perjalanan, perlu penetapan hak
kepemilikan barang tersebut. Kepemilikan barang ini sangat tergantung pada
perjanjian jual beli yang telah disepakati antara penjual dengan pembeli. Ada 2
macam perjanjian yaitu:
1. FOB Shipping Point
Dalam perjanjian ini hak kepemilikan barang berpindah dari penjual ke
pembeli pada saat barang telah sampai pada perusahaan jasa pengiriman.
Jadi barang yang berada dalam perjalanan merupakan milik pembeli sehingga
pembeli harus memasukkan barang tersebut dalam penghitungan fisik persediaan.
Sedangkan bagi penjual barang dalam perjalanan tersebut tidak dimasukkan
sebagai miliknya
3. FOB Destination
Dalam perjanjian ini hak kepemilikan barang berpindah dari penjual ke pembeli
pada saat barang sampai di gudang pembeli. Jadi barang dalam perjalanan
merupakan milik penjual, sehingga penjual harus memasukkan barang tersebut
dalam penghitungan fisik persediaan. Sebaliknya bagi pembeli barang dalam
perjalanan tersebut tidak dimasukkan sebagai miliknya,
Ilustrasi : Persayaratan Penyerahan
61. b. Barang Konsinyasi
Perusahaan perdagangan seringkali menjual barang yang bukan dibelinya
sendiri dari pemasoknya tetapi merupakan titipan dari pihak lain. Pihak yang
menitipkan barang ini (pemilik barang) disebut consignor sedangkan pihak yang
menerima titipan barang (pihak yang menjualkan) disebut dengan consignee.
Bagi consignor barang konsinyasi ini jika masih belum terjual maka harus
dimasukkan sebagai persediaan mereka.
A. MENENTUKAN NILAI DARI PERSEDIAAN AKHIR
Jika perusahaan sering membeli barang dan harga beli masing-masing pembelian
berbeda, maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam menentukan harga
pokok barang yang dipakai/dijual dan harga pokok barang yang masih ada di
gudang.
Sebagai contoh data persediaan barang dagangan untuk bulan Januari 2009
sebagai berikut:
Januari 1 Persediaan 200 unit @ Rp10 = Rp 2.000
12 Pembelian 400 unit @ Rp12 = Rp 4.800
26 Pembelian 300 unit @ Rp11 = Rp 3.300
62. 30 Pembelian 100 unit @ Rp13 = Rp 1.300
Setelah dilakukan inventarisasi fisik, jumlah pesediaan per 31 Januari 2009 adalah
300 unit. Tentukan:
a. Persediaan per 31 Januari 2009.
b. Harga pokok persediaan yang dijual dalam bulan Januari 2009.
Barang yang tersedian untuk dijual selama bulan Januari adalah 200 + 400 + 300
+ 100 = 1.000 unit, maka barang yang dijual adalah 1.000 – 300 = 700 unit.
Karena harga belinya berbeda-beda, maka perlu asumsi arus barang yang akan
digunakan sebagai dasar penentuan harga pokok barang yang dijual dan
persediaan akhir sebagai berikut:
a. FIFO (First In First Out), barang yang masuk terlebih dahulu dianggap yang
pertama kali dijual/keluar sehingga persediaan akhir akan berasal dari
pembelian yang termuda/terakhir.
b. LIFO (Last In First Out), barang yang terakhir masuk dianggap yang pertama
kali keluar, sehingga persediaan akhir terdiri dari pembelian yang paling awal.
c. Average, pengeluaran barang secara acak dan harga pokok barang yang sudah
digunakan maupun yang masih ada ditentukan dengan cara dicari rata-ratanya.
Penerapan asumsi ini berlaku baik dalam sistem periodik maupun dalam
sistem perpetual.
a. Jika perusahaan menggunakan Sisem Periodik
1) FIFO
Dengan metode ini jumlah barang yang digunakan sebanyak 700 unit
diasumsikan berasal dari barang yang pertama kali dibeli, yaitu:
200 unit @ Rp 10 = Rp 2.000
400 unit @ Rp 12 = Rp 4.800
100 unit @ Rp 11 = Rp 1.100
Harga pokok penjualan Rp 7.900
Selanjutnya persediaan yang 300 unit dianggap dari pembelian tanggal 26
dan 30 Januari 2006 dengan rincian sebagai berikut:
200 unit @ Rp 11 = Rp 2.200
100 unit @ Rp 13 = Rp 1.300
Persediaan akhir Rp 3.500
2) LIFO
Dengan metode ini jumlah barang yang dijual sebanyak 700 unit
diasumsikan berasal dari barang yang terakhir dibeli, yaitu:
100 unit @ Rp 13 = Rp 1.300
300 unit @ Rp 11 = Rp 3.300
300 unit @ Rp12 = Rp 3.600
Harga pokok penjualan Rp 8.200
Selanjut persediaan akhir 300 unit dianggap berasal dari pembelian
tanggal 1 dan 12 Januari 2006, yaitu:
63. 200 unit @ Rp 10 = Rp 2.000
100 unit @ Rp 12 = Rp 1.200
Persediaan akhir Rp 3.200
3). Metode Rata-rata
Untuk menghitung persediaan akhir dan harga pokok penjualan perlu
dibuat perhitungan sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Unit Harga per
Unit
Jumlah
Jan 1 Persediaan 200 Rp 10 Rp 2.000
12 Pembelian 400 Rp 12 Rp 4.800
26 Pembelian 300 Rp 11 Rp 3.300
30 Pembelian 100 Rp 13 Rp 1.300
Jumlah 1,000 Rp 11.400
Rata-rata = Rp11.400 : 1.000 Rp 11,4
Harga pokok penjualan = 700 x Rp 11,4 = Rp 7.980
Persediaan akhir = 300 x Rp11,4 = 3.240
b. Jika perusahaan menggunakan Sistem Perpetual
Jika perusahaan menggunakan sistem perpetual, penentuan harga pokok
barang yang dijual dan persediaan akhir dilakukan setiap perusahaan menjual
barang. Untuk mempermudah pekerjaan menentukan harga pokok ini
digunakan suatu kartu yang lazim disebut Kartu Persediaan. Satu jenis barang
disediakan satu Kartu. Dengan demikian sistem ini baru cocok untuk
persediaan yang nilainya tinggi.
Misalkan atas satu jenis barang diperoleh informasi sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Unit Harga Beli per Unit
Jan. 1 Persediaan 200 Rp 10
12 Pembelian 400 Rp 12
17 Dijual 300
26 Pembelian 300 Rp 11
27 Dijual 200
28 Dijual 300
30 Pembelian 100 Rp 13
64. Berikut ini hanya diberikan contoh metode FIFO:
Tgl Ket
Dibeli Dipakai Persediaan
Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah
Jan
1
Persediaan 200 10 2.000
12 Pembelian 400 12 4.800 200
400
10
12
2.000
4.800
17 Dijual 200
100
10
12
2.000
1.200
300 12 3.600
26 Pembelian 300 11 3.300 300
300
12
11
3.600
3.300
27 Dijual 200 12 2.400 100
300
12
11
1.200
3.300
28 Dijual 100
200
12
11
1.200
2.200
100 11 1.100
30 Pembelian 100 13 1.300 100
100
11
13
1.100
1.300
B. MENAKSIR NILAI PERSEDIAAN
Kadangkala situasi tidak memungkinkan dilakukan penghitungan fisik atau sistem
perpetual sangat mahal untuk diterapkan. Suatu supermarket dengan beribu
macam jenis persediaan mungkin akan terganggu operasionalnya jika setiap bulan
harus melakukan penghitungan fisik persediaan dalam rangka menyusun laporan
keuangan bulanan. Perusahaan asuransi dalam menentukan besarnya kerugian
atas persediaan yang terbakar tidak mungkin menghitung secara fisik barang yang
terbakar karena barangnya sudah rusak bahkan habis.
Keadaan di atas mendorong dilakukan penaksiran cost dari persediaan. Terdapat
dua metode yang sering digunakan yaitu metode harga eceran dan metode laba
kotor.
1. Metode Harga Eceran
Cost persediaan ditentukan dengan mengkonversi persediaan menurut harga
eceran menjadi cost dengan mengggunakan prosentase cost terhadap harga
eceran.
Contoh:
Harga Pokok (Cost) Harga Eceran
Persediaan 1 Januari 2005 Rp 60.000 Rp 100.000
Pembelian Januari 2005 Rp 540.000 Rp 900.000
Barang tersedia untuk dijual Rp 600.000 Rp 1.000.000
% Cost thd Harga Eceran= (600.000 : 1.000.000) x 100% = 60%
Penjualan Rp 700.000
Persediaan akhir Rp 300.000
Nilai cost persediaan akhir = 60% x Rp 300.000 = Rp 180.000