SlideShare a Scribd company logo
1 of 99
BAB I 
KERANGKA DASAR 
AKUNTANSI 
KEUANGAN 
A. Pendahuluan 
Laporan keuangan perusahaan umumnya disusun berdasarkan 
prinsip prinsip akuntansi yang berterima umum untuk industri dimana 
perusahaan itu dikategorikan. Prinsip prinsip akuntansi berterima umum 
tersebut mencakup semua standar serta interpretasi yang dikeluarkan oleh 
badan penyusun standar. Misalnya untuk perusahaan perbankan, laporan 
keuangannya harus disusun sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi untuk 
industri perbankan, untuk perusahaan tambang maka laporan keungannya 
harus disusun sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi untuk industri 
pertambangan. Penerapan prinsip prinsip ini harus dilakukan agar pemakai 
laporan keuangan bisa membandingkan kondisi perusahaan satu sama 
lainnya dalam industri yang sama sehingga dapat menilai kelebihan dan 
kekurangan masing masing perusahaan. Jika demikian maka akan 
memudahkan pemakai laporan keuangan dalam membuat keputusan. 
Prinsip prinsip akuntansi yang berterima umum atau sering disebut 
dengan standar akuntansi keuangan tadi disusun berdasarkan kerangka 
pemikiran yang berisi tentang penjelasan penjelasan atau konsep konsep 
dasar mengapa dan bagaimana seharusnya laporan keuangan dibuat 
dengan menetapkan kriteria kriteria tertentu agar tujuan yang diinginkan 
atas penyusunan laporan keuangan dapat tercapai. 
B. Pengertian dan Manfaat Kerangka Dasar 
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa prinsip prinsip akuntansi 
yang berterima umum yang digunakan sebagai pedoman untuk 
melakukan praktek pelaporan keuangan disusun berdasarkan kerangka 
pemikiran berupa konsep konsep dasar yang berhubungan dengan
laporan keuangan tersebut. Kumpulan dari konsep-konsep dasar yang 
melandasai penyusunan dan penyajian laporan keuangan ini diisebut 
dengan istilah kerangka dasar akuntansi keuangan atau kerangka 
konseptual akuntansi keuangan. Menurut Ikatan AkuntanIndonesia (IAI), 
kerangka dasar ini disebut dengan istilah Kerangka Dasar Penyusunan 
dan Penyajian Laporan Keungan yang didefinsikan sebagai konsep 
konsep pemikiran yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan 
keuangan bagi para pemakai eksternal. (IAI, 2004, hal. 1) 
Kerangka dasar ini diperlukan mengingat manfaatnya yaitu: 
1. Kerangka dasar akan memberikan definisi yang luas mengenai tujuan, 
istilah serta konsep konsep yang terdapat dalam praktek penyusunan 
dan penyajian laporan keuangan saat ini. Penentuan definisi, istilah, 
tujuan dan konsep dasar maka kerangka dasar dapat memberikan 
penjelasan mengenai batas batas akuntansi dan pelaporan keuangan. 
Dengan demikian akan memberikan kesamaan pemahaman antara 
penyusun maupun pemakai dalam menginterpretasikan laporan 
keuangan. 
2. Kerangka dasar berguna untuk pengembangan standar baru dan 
peninjauan atas standar yang pernah ada. Hal ini disebabkan oleh 
lingkungan usaha yang selalu berkembang seiring dengan 
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan 
lingkungan usaha secara otomotis akan menimbulkkan berbagai jenis 
transaksi baru yang memerlukan pengaturan cara melaporkan dan 
menyajikannya dalam laporan keuangan. 
3. Kerangka dasar juga bermanfaat untuk memilih metode yang paling 
tepat untuk pelaporan aktivitas perusahaan. Hal ini disebabkan standar 
untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang ada 
menyediakan lebih dari satu pilihan pelaporan untuk transaksi tertentu. 
IAI (2007, hal. 1) menyatakan bahwa tujuan kerangka dasar 
penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah untuk digunakan 
sebagai acuan bagi: 
1. Komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam pelakasanaan 
tugasnya 
2. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi 
yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan 
3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan 
keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum 
4. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang 
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar 
akuntansi keuangan 
C. Tujuan Laporan Keuangan
Penetapan tujuan laporan keuangan merupakan hal yang sangat 
penting sebelum laporan keuangan itu disusun dan disajikan untuk 
kepentingan berbagai pihak yang membutuhkannya. Penetapan tujuan 
laporan keuangan meliputi kegiatan kegiatan seperti mengidentifaksi 
siapa pemakai laporan keuangan, mengidentifikasi keputusan apa saja 
yang dilakukan oleh pemakai laporan keuangan dan kebutuhan 
informasinya baik jenis maupun banyaknya. Dengan mengetahui tujuan 
laporan keuangan akuntan dapat menentukan kriteria kriteria yang 
diperlukan untuk menghasilkan cara-cara terbaik dalam melaporkan 
informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan tersebut. Dengan 
demikian laporan keuangan akan berdayaguna sebagai dasar untuk 
pengambilan keputusan pemakainya. 
Terdapat berbagai rumusan tujuan laporan keuangan. Menurut 
FASB (1979, 16-21) tujuan pelaporan keuangan adalah untuk 
menyediakan informasi: 
1. yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai 
tentang aktivitas bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan 
investasi, serta kredit 
2. yang berguna untuk investor yang ada dan yang potensial, kreditur 
yang ada dan yang potensial serta pemakai lainnya dalam menilai 
jumlah, waktu dan ketidakpastian arus kas masa depan 
3. yang menunjukkan tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap 
sumber daya tersebut dan perubahan di dalamnya. 
D. Asumsi Dasar 
Asumsi dasar menggambarkan aspek lingkungan dimana akuntansi atau 
laporan keuangan itu berada. Menurut FASB terdapat empat asumsi dasar 
yang mendasari struktur akuntansi yaitu: 1) entitas ekonomi (economic 
entity) , kelangsungan hidup (going concern), 3) unit moneter (monetery 
unit/unit of measure), dan 4) periodisitas (periodicity). 
1. Asumsi Entitas Ekonomi 
Asumsi ini mengandung arti bahwa perusahaan dipandang sebagai 
sebuah unit usaha yang berdiri sendiri terpisah dari pemiliknya dan dari 
kesatuan usaha lainnya dimana akuntansi itu berada. Artinya akuntansi hanya 
akan melaporkan aktivitas ekonomis yang dialami perusahaan itu sendiri bukan 
melaporkan aktivitas ekonomi pemiliknya sehingga ada pemisahan yang jelas 
antara perusahaan dengan pemilikyna. Demikian pula misalnya aktivitas dan 
unsur unsur perusahaan X dapat dibedakan dengan aktivitas dan unsur unsur 
perusahaan Y sehingga dimungkinkan untuk menilai atau membandingkan 
kinerja kedua perusahaan tersebut untuk mengetahui mana yang mempunyai 
kinerja yang lebih baik dikarenakan setiap perusahaan akan melaporakan aktivitas 
usahanya sendiri sendiri.
Asumsi ini tidak hanya berlaku untuk memisahkan atau membedakan 
aktivitas antar dua perusahaan, antar perusahaan dengan pemiliknya, antar 
perusahaan dengan pemiliknya tetapi juga bisa digunakan untuk memisahkan 
individu, sebuah departemen atau divisi atau sebuah industri secara 
keseluruhan sebagai satu entitas tersendiri. 
2. Asumsi Kelangsungan Hidup 
Asumsi ini mengandung arti bahwa setiap perusahaan akan memiliki 
umur yang panjang atau tidak akan dilikuidasi di masa yang akan datang untuk 
memenuhi tujuan dan komitmen mereka, meskipun pada kenyataannya umur 
perusahaan adalah tidak pasti berapa lama. 
Asumsi ini berpengrauh terhadap prinsip penilaian atas pos pos laporan 
keuangan misalnya aset dimana aset umumnya dinilai dengan menggunakan 
prinsip biaya historis daripada menggunakan nilai likuidasi. 
Asumsi ini tidak akan berlaku jika suatu entitas usaha didirikan dengan batasan 
umur yang telah ditetapkan. 
3. Asumsi Unit Moneter 
Asumsi ini mengandung arti bahwa setiap transaksi yang terjadi 
akan dicatat dengan menggunakan satuan uang (unit moneter) meskipun 
dapat dicatat dengan menggunkan satuan ukuran yang lain. Misalnya jika 
perusahaan membeli sebidang tanah, maka perusahaan sebetulnyan dapat 
mencatat aset tersebut dengan menggunakan ukuran meter persegi 
katakanlah 500 meter persegi. Tetapi perusahaan dapat pula mencatatnya 
dengan menggunakan satuan ukuran yang lain yaitu dengan satuan uang, 
katakanlah sebesar harga perolehannya Rp. 400 juta. 
Penggunaan asumsi ini memungkinkan semua aset, kewajiban, 
modal, pendapatan dan biaya untuk dicatat dengan satuan ukuran yang 
sama atau seragam. Sedangkan satuan uang (unit moneter) yang 
digunakan untuk pencatatan dan pelaporannya tergantung pada mata uang 
negara dimana perusahaan itu berada. Misalnya kalau perusahaan itu di 
Indonesia menggunakan rupiah, tetapi jika di Amerika menggunakan 
dollar Amerika. (US dollar). 
4. Asumsi Periodisitas 
Asumsi ini menyatakan bahwa laporan keuangan harus disusun 
dan disajikan secara periodik. Asumsi ini diterapkan karena perusahaan 
dianggap beroperasi secara terus menerus dalam jangka waktu yang tidak 
terbatas. Kalau ada pihak pihak yang membutuhkan informasi mengenai 
posisi keuangan dan kinerja perusahaan, sebetulnya cara yang paling 
akurat adalah dengan menghentikan aktivitas operasi perusahaan tersebut 
dalam jangka waktu tertentu. Cara ini tentu saja tidak mungkin dilakukan, 
mengingat pihak pihak yang membutuhkan informasi tadi harus segera
dipenuhi untuk membuat keputusan. Untuk itu aktivitas ekonomi sebuah 
perusahaan harus dapat dipisahkan ke dalam periode waktu yang 
ditetapkan batasannya, misalnya tahunan, semesteran atau bulanan. Oleh 
karena itu akuntansi atau laporan keuangan dapat disusun dan disajikan 
secara periodik untuk memberikan informasi baik posisi keuangan maupun 
kinerja perusahaan. 
Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan 
Keuangan (IAI, 2004, hal.6) menetapkan dua asumsi dasar yaitu: 
1. Dasar Akrual 
Asumsi ini mengandung arti bahwa pengaruh transaksi dan 
peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau 
setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta 
dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode bersangkutan 
2. Kelangsungan Usaha 
Asumsi ini memiliki arti bahwa perusahaan diasumsikan akan 
beroperasi terus di masa depan tanpa batasan, tidak bermaksud atau 
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. 
Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan mungkin 
harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus 
diungkapkan. 
E. Karakateristik Kualitatif Laporan Keuangan 
Produk dari akuntansi adalah informasi kuantitaif yang bersifat 
keuangan. Informasi akan mempunyai nilai kegunaan yang tinggi untuk 
pengambilan keputusan jika memenuhi kriteria kualitas informasi yang 
baik. Kualitas informasi akuntansi ini dikenal dengan istilah karakteristik 
kualitatif laporan keuangan. 
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat 
informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat 
(4) karaktristik kualitatif pokok yaitu, 1) dapat dipahami, 2) relevan, 3) 
keandalan dan 4) dapat dibandingkan (IAI, 2004, hal.7) 
1. Dapat Dipahami 
Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan harus mudah 
dipahami oleh pemakai. Untuk menunjang pemahaman pemakai atas 
laporan keuangan, pemakai harus memiliki pengetahuan yang 
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta 
kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan 
Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi 
keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi 
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau 
mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. 
3. Keandalan 
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang 
menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaianya 
sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari 
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat 
disajikan. 
4. Dapat dibandingkan 
Agar lebih bermanfaat laporan keuangan perusahaan memiliki sifat 
dapat diperbandingkan. Perbandingan dapat dilakukan antar periode 
untuk mengetahui kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keungan 
perusahaan. Perbandingan dapat pula dilakukan antar perusahaan 
sejenis untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan 
posisi keuangan secara relatif.
F. Unsur-unsur Laporan Keuangan 
Informasi tentang posisi keuangan suatu perusahaan dapat dilihat 
pada neraca sedangkan informasi tentang kinerja perusahaan dapat dilihat 
pada laporan laba rugi. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan 
posisi keuangan maupun kinerja perusahaan perlu diketahui terlebih 
dahulu isi atau kandungan informasi apa saja yang ada pada kedua jenis 
laporan keuangan tersebut. Isi atau kandungan informasi yang terdapat 
dalam laporan keuangan tersebut akan disusun berdasarkan kriteria 
tertentu sehingga membentuk kelompok kelompok. Setiap kelompok ini 
disebut dengan unsur unsur laporan keuangan. Setiap kelompok diberi 
istilah dan definisi. Istilah istilah ini merupakan bahasa bisnis atau jargon 
akuntansi. Misalnya dalam neraca terdapat tiga kelompok besar yaitu aset, 
kewajiban dan ekuitas. Sedangakn di dalam laporan laba rugi dikenal dua 
kelompok besar yaitu penghasilan dan beban. 
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan 
Keuangan (IAI, 2004, hal.12-20) ditetapkan bahwa unsur yang berkaitan 
secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, 
kewajiban dan ekuitas. Unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja 
dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. 
1. Aset 
Aset adalah sumberdaya yang dikuasai oleh perusahaan 
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana ma 
ekonomi di masa depan diharapkan akan 
diperoleh perusahaan. menjadi aset lancar, aset tetap dan aset 
lain-lain. 
Aset tetap adalah aset dimiliki tidak untuk dijual kembali, 
digunakan untuk operasi perusahaan dan mempunyai manfaat 
ekonomis lebih dari satu tahun atau . siklus operasi normal 
Aset lancar adalah kas dan aset lain yang diperkirakan dapat 
dikonversi menjadi uang kas, dijual atau dikonsumsi baik dalam 
jangka waktu satu tahun atau dalam siklus operasi, mana yang 
lebih panjang. Aturan pada umumnya juga menyebutkan bahwa 
jika suatu aset dapt diubah menjadi kas atau digunakan untuk 
membayar kewajiban lancar dalam kangka waktu satu tahun atau 
siklus operasi, mana yang lebih panjang maka aset itu diklasifikasi 
sebagai lancar. 
Aset lain-lain adalah aset yang tidak memenuhi sifat sebagai 
aset lancar dan aset tetap. 
2. Kewajiban
Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul 
akibat dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan 
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang 
mengandung manfaat ekonomi. Kewajiban digolongkan menjadi 
kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang dan 
kewajiban lain-lain. 
Kewajiban jangka pendek atau kewajiban lancar adalah 
kewajiban yang diperkirakan dapat dilikuidasi atau dilunasi dalam jangka 
waktu satu tahun atau kurang baik melalui penggunaan aset lancar ataupun 
dengan penciptaan kewajiban lancar lain. 
Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang diperkirakan 
secara layak akan dilikuidasi atau dilunasi dalam jangka waktu lebih dari 
satu tahun. Kewajiban lain lain adalah kewajiban yang tidak memenuhi 
sifat baik sebagai kewajiban jangka pendek ataupun sebagai kewajiban 
jangka panjang. 
3. Ekuitas 
Ekuitas adalah hak residual atas aset 
perusahaan setelah dikurangi semua 
kewajiban. Ekuitas biasanya disebut juga 
dengan net assets (aset bersih). Untuk 
perusahaan perorangan ekuitas mencerminkan 
modal yang diinvestasikan oleh pemiliknya ke dalam perusahaan yang 
dia dirikan. Ekuitas untuk perusahaan persekutuan terdiri dari modal 
yang ditanamkan oleh sekutu sekutu yang mendirikan perusahaan. 
Modal perseroan terdiri dari saham saham yang dimiliki oleh investor 
perusahaan tersebut. Sedangkan untuk koperasi ekuitas terdiri dari 
simpanan anggota. 
4. Penghasilan (income) 
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu 
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset 
atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang 
tidak berasal dari kontribusi penanam modal. 
Penghasilan (income) meliputi: 
a. Pendapatan (revenue) timbul dari pelaksanaan aktivitas perusahaan 
yang 
biasa dan dikenal dengan sebutana ntara lain penjualan, 
penghasilan jasa (fees), 
bunga, dividen, royalty dan sewa
b. Keuntungan (gains )timbul dan tidak timbul dari pelaksanaan 
aktivitasperusahaan yang biasa.Keuntungan (gains )mencerminkan 
kenaikan manfaat ekonomi. 
Contoh pos yang timbul dalam penghasilan aset tak lancar akibat 
penilaian embali atau pelepasan investasi. 
5. Beban (expenses) 
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama 
suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset 
atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang 
tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. 
Beban mencakup: 
a. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan 
biasa meliputi misalnya beban pokok penjualan, gaji, 
penyusutan. Beban ini berbentuk arus keluar atau berkurangnya 
aset seperti kas dan setara kas, persediaan dan aset tetap. 
b. Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi 
beban yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari 
aktivitas perusahaan yang biasa. Contoh misalnya kerugian 
akibat kebakaran, bencana alam dan penurunan nilai aset 
G. Pengakuan dan Pengukuran Unsur Laporan Keuangan 
Setiap transaksi yang terjadi akan dicatat dengan cara mendebit 
atau mengkredit akun akun tertentu disertai dengan nilainya. Misalnya 
jika perusahaan menjual barang dagangannya secara tunai senilai Rp. 
200.000, maka akun yang didebit adalah kas dan akun yang dikredit 
adalah penjualan dengan nilai masing masing Rp. 200.000. Akun kas 
merupakan salah satu pos laporan keuangan yang masuk dalam 
kelompok aset sedangkan akun penjualan merupakan salah satu pos 
laporan keuangan yang masuk dalam kelompok penghasilan. 
Untuk bisa menentukan akun apa yang harus didebit atau 
dikredit perlu dianalisa terlebih dahulu dampak transaksi tersebut 
apakah mempengaruhi unsur unsur laporan keuangan seperti aset, 
kewajiban, ekuitas, pendapatan atau modal. Tentu saja penetapan unsur 
mana yang dipengaruhi oleh transaksi harus didasarkan pada definisi 
dari masing masing unsur serta kriteria lainnya yang ditetapkan. 
Proses pencatatan ini melibatkan dua kegiatan yaitu penentuan 
pos pos laporan keuangan yang dipengaruhi oleh transaksi dan 
penentuan nilai untuk setiap pos tersebut. Proses penentuan pos pos ini
dikenal dengan istilah pengakuan (recognation) sedangkan proses 
penentuan nilainya dikenal dengan istilah pengukuran (measurement). 
Definisi pengakuan dan pengukuran menurut Kerangka Dasar 
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut: 
1. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan 
a. Pengakuan Aset 
Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat 
ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut 
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. 
b. Pengakuan Kewajiban 
Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa 
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan 
dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligasi) sekarang dan 
jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. 
c. Pengakuan penghasilan 
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan 
manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan 
aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan 
andal. 
d. Pengakuan Beban 
Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat 
ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau 
peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. 
Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan 
langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan yang diperoleh. 
Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan 
(matching of cost with revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan 
dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara 
langsung atau bersama sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama. 
2. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan 
Berikut adalah berbagai dasar pengukuran laporan keuangan 
(IAI, 2004, hal. 24) 
a. Biaya Historis 
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang dibayar 
atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh 
aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang 
diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation) atau dalam keadaan 
tertentu (misal pajak penghasilan) dalam jumlah kas atau setara kas yang 
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal. 
Contoh: Misalkan PT. Cendekia Purnama membeli mesin dengan 
harga beli Rp. 25.000.000,-, sedangkan untuk mempersiapkan mesin agar 
dapat dioperasikan perusahaan harus mengeluarkan biaya pemasangan Rp.
2.000.000,-. Maka mesin sebagai aset perusahaan akan dicatat sebesar 
biaya perolehannya atau biaya historis yang dikeluarkan pada saat 
perolehannya yang mencerminkan seluruh pengeluaran kas yang dibayar 
untuk memperoleh aset (mesin) tersebut yaitu Rp. 27.000.000,-. 
b. Biaya Kini (Current Cost) 
Aset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas seharusnya bila aset 
yang sama atau setara aset diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan 
dalam jumlah kas atau setara kas yang tidak didiskontokan (undiscounted) 
yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban 
(obligation) sekarang. 
Contoh: Misalkan PT Kartika Jaya memiliki kendaraan berupa 
mobil Panther yang diperoleh tahun 2003 dengan harga perolehan 
historisnya Rp. 150.000.000,-. Berapa nilai mobil tersebut jika perusahaan 
akan mencantumkannya dalam laporan keuangan untuk periode tahun 
2007? 
Jika menggunakan dasar biaya historis maka mobil akan 
dilaporkan nilianya sebesar Rp. 150.000.000,-, tetapi jika menggunakan 
biaya kini (current cost) nilai mobil yang dicantumkan dalam laporan 
keuangan adalah sebesar kas yang seharusnya dikeluarkan saat ini untuk 
mendapatkan mobil Panther yang sama kondisinya dengan mobil Panther 
yang dimiliki oleh perusahaan, misalnya Rp. 105.000.000,-, maka nilai 
mobil Panther PT Kartika Jaya adalah Rp. 105.000.000,-yang 
mencerminkan biaya kini. 
c. Nilai Realisasi / penyelesaian (realizable/settlement value) 
Aset dinyatakan dalam jumlah kas (setara kas) yang dapat 
diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly 
disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian yaitu jumlah 
kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan 
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal. 
Contoh: Misalkan perusahaan Ceria Purnama mempunyai utang 
dagang kepada pemasoknya yang akan jatuh tempo tiga bulan yang akan 
datang sejak tanggal pembeliannya sebesar Rp. 250.000,-. Maka 
kewajiban berupa utang dagang tersebut akan dicatat sebesar jumlah kas 
yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan oleh 
perusahaantiga bulan yang akan datang untuk menyelesiakan 
kewajibannya yaitu sebesar Rp. 250.000,-. 
d. Nilai Sekarang (Present Value) 
Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang 
didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat 
memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban 
dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih masa depan yang didiskontokan 
ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan 
kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
Contoh: perusahaan Indah Sari menerbitkan obligasi dengan nilai nominal 
Rp. 1.000.000.000,- yang jatuh tempo 5 tahun. Utang obligasi ini akan 
dicatat sebesar nilai sekarang atau present value dari pembayaran bunga 
dan pokoknya misalnya setelah dilakukan penghitungan nilainya menjadi 
Rp. 1.100.000.000,-. Maka utang obligasi akan dicatat sebesar Rp. 
1.100.000.000,-Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan perusahaan 
dalam penyusunan laporan kuangan adalah biaya historis dan dasar 
pengukuran lain untuk pos pos terterntu seperti untuk persediaan, selain 
biaya historis bisa menggunakan metode lower of cost or net realizable 
value. 
BAB II 
Cash ( Kas ) 
Tujuan mempelajari bab ini adalah: 
1. Menjelaskan pengertian dan sifat kas 
2. Menjelaskan komposisi kas 
3. Menjelaskan manajemen dan pengendalian kas 
4. Menjelaskan manajemen dan dana kas kecil 
5. Menjelaskan rekonsiliasi laporan bank
A. Pendahuluan : 
Kas merupakan jenis aset yang paling cepat dapat dikonversi menjadi 
aset lainnya. 
Kas merupakan aktiva yang paling lancar dalam perusahaan, 
sehingga dalam neraca dicatat di tempat yang paling atas pada kelompok 
aktiva lancar. Kas juga berguna untuk segera memenuhi kewajiban 
perusahaan yang jatuh tempo. Sehingga ketersediaan kas dalam jumlah 
yang cukup akan menentukan likuiditas perusahaan. Hampir semua 
transaksi perusahaan baik secara langsung atau tidak akan menyangkut 
akun Kas atau berakhir pada akun Kas. Adanya kesalahan dalam akun kas 
sering dapat memberikan petunjuk adanya kesalahan kepada akun lain. 
B. Pengertian Kas 
Kas adalah suatu yang berupa uang atau bukan yang dapat 
dijadikan alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya yang dapat 
digunakan setiap saat. Dengan demikian yang berupa uang adalah uang 
kertas dan uang logam, sedangkan yang tidak berupa uang adalah cek 
( segala macam cek kecuali cek mundur ), dan wesel pos yang diterima 
dari fihak lain, seta saldo di bank yang bebas untuk diambil ( giro dan 
tabungan ) 
Kas akan memberikan dukungan makanan terhadap seluruh 
operasional bagian tubuh perusahaan. Jika kas yang mengalir mengalami 
gangguan, maka opersional perusahaanpun juga akan dapat terganggu. 
Begitu pentingnya kas bagi sebuah perusahaan atau bisnis, maka kas 
merupakan aset yang paling likuid diantara aset-aset lainnya, dan 
senantiasa diletakkan di bagian yang paling atas di neraca perusahaan. 
Yang termasuk dalam kas menurut pengertian akuntansi adalah 
alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang dan dapat 
diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar 
nominalnya. 
Termasuk dalam pengertian kas adalah simpanan dalam bank 
dalam bentuk tabungan, deposito maupun giro atau tempat-tempat lain 
yang dapat diambil sewaktu-waktu. 
Kas terdiri dari : 
1. uang kertas 
2. uang logam 
3. cek yang belum disetorkan 
4. simpanan dalam bentuk giro atau bilyet 
5. rekening tabungan 
6. traveller’s checks
7. cek kasir (cashier’s cheks) 
8. wesel bank ( bank draft) 
9. money order 
10. kas kecil 
11. uang kembalian 
12. kas yang ada di cabang cabang tetap 
Yang tidak termasuk kas meliputi: 
1. Cek mundur (post dated checks). Cek mundur tetap dicatat sebagai 
piutang sampai tanggal di mana cek tadi dapat diuangkan. 
2. Bon utang Bon utang diperlakukan sebagai 
piutang. 
3. Uang muka perjalanan Uang muka perjalanan diperlakukan sebagai 
piutang jika uang muka tersebut akan ditagih dari karyawan atau 
dikurangkan dari gajinya. 
4. Perangko pos Perangko pos diperlakukan sebagai persediaan 
perlengkapan (supplies) kantor atau toko atau sebagai beban dibayar 
dimuka. 
5. Dana kas untuk tujuan khusus misalnya dana yang disisihkan untuk 
pembayaran utang obligasi. 
C. Sifat Kas 
1. Materinya kecil 
Tidak memerlukan tempat yang luas karena tidak banyak 
menghabiskan tempat 
2. Susah diidentifikasi 
Tidak ada ciri kepemilikannya yang khusus sehingga kalau 
uang itu hilang sukar ditemukan 
3. Mudah ditukarkan 
Mengingat sifatnya demikian maka kas sering disalah 
gunakan / diselewengkan dalam penggunaanya, baik yang 
disengaja maupun tidak. Oleh karena itu kas harus dikelola 
sedemikian rupa sehingga kas yang tersedia tidak berlebihan 
atau kekurangan 
Salah satu cara untuk mengelola kas secara tepat 
( menghindarkan kerugian karena kecurangan maupun salah 
pengelolaan ) adalah adanya intenal control ( Pengendalian 
Intern ) yang memadai. 
D. Internal Control ( Pengendalian Intern ) Untuk Kas 
Internal control meliputi sistem dan prosedur serta kebijaksanaan
Seperti telah diuraikan diatas bawa kas aktiva yang sangat lancar oleh 
karena itu sangat mudah digunakan, dan mempunyai sifat memiliki daya 
rangsang yang tinggi untuk diselewengkan / digelapkan karena tidak 
menunjukkan pemiliknya sehingga kalau uang itu hilang sukar ditemukan 
Prinsip internal control ( pengendalian internal ) terhadap kas 
menetapkan bahwa harus ada pemisahan fungsi-fungsi yang berhubungan 
dengan pengelolaan kas yaitu pemisahan antara fungsi penyimpanan, 
pelaksana dan pencatatan. Jelasnya harus dipisahkan misalnya fungsi 
penerimaan, pengeluaran, penyimpanan dan pencatatan (akuntansi) kas. 
Mengapa pengendalian kas penting? 
Internal control meliputi sistem dan prosedur serta kebijaksanaan 
yang diterapkan oleh suatu badan usaha untuk membantu meyakinkan 
bahwa transaksi-transaksi secara sah diotorisasikan serta dilaksanakan dan 
dicatat secara logis yang bertujuan : 
1. dapat megamankan harta perusahaan ( penerimaan kas dan 
melindungi penyimpanannya ) 
2. mendorong ketepatan / dipercayainya data akuntansi 
3. meningkatkan efisiensi (dapat mencegah terjadinya 
pengeluaran kas tanpa otorisasi dari yang berwenang ). 
4. mendorong ditaatinya kebijaksanaan manajemen ( dapat 
meletakan pertanggung - jawaban pengurusan kas pada satu 
orang ). 
Untuk melaksanakan tujuan pokok pengawasan kas : 
1. Harus ditetapkan terlebih dahulu prosedur pengurusan 
keuangan, karena prosedur ini merupakan pedoman langkah – 
langkah pengurusan keuangan dari awal sampai akhir yang 
harus diikuti oleh para pelaksanya. 
2. Harus diadakan pemisahan : 
a. Antara fungsi – fungsi penerimaan, pencatatan dan 
pengluaran uang; 
b. Antara pemagang otorisasi pembayaran sengan pelaksana 
pembayaran. 
c. Antara pendeposito ( penyetor uang ke bank ) dengan 
yang melakukan rekonsiliasi. 
3. Harus diadakan pencatatan dengan segera, baik mengenai 
penerimaan maupun pengeluaran uang dan distribusi 
akuntansinya harus jelas 
4. Semua uang tunai yang diterima harus segera dimasukan ke 
tempat penyimpanan yang aman ( almari besi ) atau 
disetorkan ke Bank.
5. Harus diusahakan agar uang yang baru saja diterima jangan 
langsung dikeluarkan sebagai pembayaran. 
6. Semua pengeluaran kas dalam jumlah relatifp kecil sebaiknya 
dengan check yang telah diotorisir oleh yang berwenang. 
7. Semua pengeluaran kas dalam jumlah relatip kecil sebaiknya 
dilaksanakan dengan melalui Kas – Kecil. 
8. Harus kerapkali diadakan pemeriksaan kas, baik secara 
periodik maupun secara tiba – tiba. 
E. Petty Cash ( Kas Kecil ) 
Uang kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran 
pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan frekwensi terjadinya 
relatif sering sehingga tidak ekonomis bila dibayar dengan cek 
Dana ini diserahkan kepada kasir petty cash yang bertanggung 
jawab terhadap pembayaran – pembayaran. Jika jumlah petty cash 
( kas kecil ) tinggal sedikit, kasir harus meminta pengisian dana 
( reimbursement ). Hal ini dilakukan setiap periode tertentu 
misalnya mingguan. 
Ada 2 ( dua ) metode yang digunakan dalam petty cash yakni 
1. imprest system dan 
2. fluctuating system 
Imprest system dana yang tersedia dalam Petty Cash selalu 
permanen atau tetap yaitu sebesar cek yang pertama kali 
diserahkan oleh kasir kepada pemegang Petty Cash 
Fluctuating system pembentukan dana Petty cash sama dengan 
imprest system, hanya perbedaannya terletak dalam saldo akun 
Petty Cash tidaklah sama setiap pengisian kembali petty cash, 
karena jumlahnya disesuaikan dengan rencana kebutuhan untuk 
waktu yang akan datang 
Imprest Fluctuating 
1. Tanggung jawab tetap berubah-ubah
2. Dana tetap sesuai kebutuhan 
3. Pencatatan pada saat reimbursement setiap transaksi 
4. Saat pembentukan Petty Cash xxx Petty Cash xxx 
Cash xxx Cash xxx 
5. Pengeluaran no entry Expenses xxx 
Petty Cash xxx 
6. Reimbursemnet Expenses xxx 
Petty Cash xxx 
Cash xxx 
Cash xxx 
7. Tutup Buku Expenes xxx 
no entry 
Petty Cash xxx 
8. Penambahan dana Petty Cash xxx Petty 
Cash xxx 
Cash xxx Cash 
xxx 
9. Pengurangan dana Cash xxx Cash 
xxx 
Petty Cash xxx 
Petty Cash xxx 
Contoh : 
Pada tanggal 1 Mei 1998 pimpinan PD. Djudjur memutuskan untuk 
membentuk dana kas kecil dengan maksud untuk melakukan pembayaran 
rutin perusahaan, untuk itu pada tanggal 1 Mei 1998 kas besar dibuka 
pengeluaran Rp 500.000 untuk pembentukan dana kas kecil
Dari tanggal 2 Mei s/d 10 Mei pengeluaran kas kecil sebagai berikut : 
O2 Mei Dibayar uang makan karyawan Rp 100.000 
03 Mei Dibayar ongkos transport pegawai Rp 50.000 
05 Mei Dibeli alat-alat tulis kantor Rp 80.000 
07 Mei Dibeli meterai dan perangko Rp 100.000 
08 Mei Dibeli gula, kopi untuk kantor Rp 50.000. 
09 Mei Dibayar uang kebersihan Rp 25.000 
10 Mei Pengisian kembali kas kecil sehingga mencapai Rp .......... 
Pertanyaan : 
a. Buatlah buku kas kecil 
b. Buatlah ayat jurnal yang diperlukan jika : 
1. Bila perusahaan menggunakan metode imprest 
2. Bila perusahaan menggunakan metode fluktuasi
Jawab : 
Tanggal Metode imprest metode fluctuasi 
Mei 
199 
8 
01 
02 
03 
05 
07 
08 
09 
10 
Kas Kecil 
Kas 
No entry 
No entry 
No entry 
No entry 
No entry 
No entry 
Biaya Jamuan 150.000 
Ongkos Transport 50.000 
Alat Tulis Kantor 80.000 
Biaya Materai dan 
perangko 100.000 
Biaya Keamanan 25.000 
Kas 
405.000 
Kas Kecil 500.000 
Kas 500.000 
Biaya Jamuan 100.000 
Kas Kecil 100.000 
Ongkos Transport 50.000 
Kas Kecil 50.000 
Alat Tulis Kantor 80.000 
Kas Kecil 80.000 
Biaya materi dan perangko 100.000 
Kas Kecil 100.000 
Biaya Jamuan 50.000 
Kas kecil 50.000 
Biaya Keamanan 25.000 
Kas Kecil 25.000 
Kas Kecil 405.000 
Kas 405.000 
F. Bank Reconciliatioan ( Rekonsiliasi Bank ) 
Yang dimaksud Rekonsiliasi Bank adalah pencocokan kas yang 
dicatat oleh perusahaan dan yang dicatat oleh bank pada setiap 
akhir bulan. 
Unsur-unsur rekonsiliasi : 
1. Deposit in transit ( Setoran dalam perjalanan )
Setoran akhir bulan telah dicatat oleh perusahaan tetapi belum 
diterima oleh perusahaan 
2. Outstanding Checks ( Cek yang masih beredar ) 
Cek yang ditarik menjelang akhir bulan, telah mengurangi 
saldo kas perusahaan di bank, tetapi belum dibukukan oleh 
bank 
3. Charge for interest made by bank in error 
4. Bank Service Charges 
5. Non Sufficient Fund ( Cek tidak cukup dananya ) 
6. Draft Collected by bank ( pengumpulan tagihan oleh bank ) 
7. Kesalahan pencatatan 
Faktor-faktor penyebab perbedaan saldo pembukuan perusahaan 
dengan saldo menurut laporan bank : 
No. Keterangan Pengaruh ke 
saldo 
Kas Bank 
1. Deposit in transit (Setoran dalam perjalanan ) 
+ 
2. Out standing checque ( Cek yang beredar ) 
- 
3 Hasil penagihan (inkaso) oleh bank + 
4. Cek tidak cukup dana (NSF) - 
5. Cek di tempat - 
6. Ongkos (beban adm. Bank) - 
7. Jasa giro / pendapatan bunga + 
8. Kesalahan pencatatan : 
a. Oleh pembukuan perusahaan : 
1. Penerimaan dicatat terlalu besar -
2. Penerimaan dicatat terlalu kecil + 
3. Pengeluaran dicatat terlalu besar + 
4. Pengeluaran dicatat terlalu kecil - 
5 Oleh pembukuan Bank : 
1. Penerimaan dicatat terlalu besat 
- 
2. Penerimaan dicatat terlalu kecil 
+ 
3. Pengeluaran dicatat terlalu besar 
- 
4. Pengeluaran dicatat terlalu kecil 
+ 
Untuk menyusun rekonsiliasi bank , perusahaan dapat memilih salah satu 
cara berikut : 
Jenis Rekonsiliasi Tujuan 
1. Rekonsiliasi mencari saldo yang benar 
atau rekonsiliasi dua kolom 
2. Rekonsiliasi empat kolom 
3. Rekonsiliasi delapan kolom 
Mencari saldo kas yang tepat 
Mencari saldo awal, penerimaan, saldo 
pengeluaran satu periode dan saldo akhir 
yang sesuai dengan catatan perusahaan 
Mencari saldo awal, penerimaan, saldo 
pengeluaran satu periode dan saldo akhir 
yang benar 
Disamping bentuk rekonsiliasi seperti dicontohkan di atas, terdapat 
bentuk rekonsiliasi lain yang disebut rekonsiliasi empat kolom. Mengapa disebut
empat kolom? Karena dalam melakukan rekonsiliasi ada empat hal pokok yang 
direkonsiliasi yaitu: 
1. rekonsiliasi dari saldo kas periode awal per rekening koran terhadap saldo kas 
per buku perusahaan (kolom pertama) 
2. rekonsiliasi penerimaan kas periode berjalan per rekening koran terhadap 
penerimaan yang dicatat dalam buku perusahaan (kolom kedua) 
3. rekonsiliasi pengeluaran kas periode berjalan per rekening koran terhadap 
pengeluaran yang dicatat dalam buku perusahaan (kolom ketiga) 
4. rekonsliasi saldo kas periode akhir per rekening koran terhadap saldo kas per 
buku perusahaan (kolom keempat) 
Untuk memberikan contoh bagaimana menyusun rekonsiliasi empat kolom ini 
kita masih menggunakan kasus PT Merapi tetapi perlu informasi tambahan, 
yaitu: 
1. Saldo kas per 30 Nopember 2009, per rekening koran (saldo awal Desember 
2006) adalah Rp. 175.200.000,-. 
2. Saldo kas per 30 Nopember 2009, per buku PT Merapi adalah sebesar Rp. 
180.200.000,-. 
3. Total penerimaan kas (deposito/ setoran) per rekening koran bulan 
Desember 2006 adalah Rp. 964.500.000,-. Penerimaan ini mencakup 
setoran dalam perjalanan sebesar Rp. 42.000.000,- pada tanggal 30 
Nopember 2006. 
4. Total penerimaan kas per buku PT Merapi selama bulan Desember 
adalah Rp. 953.300.000,-. 
5. Total pengeluaran kas per rekening koran untuk bulan Desember 2009 
Rp. 917.800.000,-. Pengeluaran ini mencakup cek yang beredar 
sebesar Rp. 37.000.000,- pada tanggal 30 Nopmeber 2009. 
6. Total pengeluaran kas per buku selama bulan Desember 2006 adalah 
Rp. 928.480.000,-. 
Berdasarkan informasi tambahan tersebut dapat disusun 
rekonsiliasi bank sebagai berikut: 
PT Merapi
Rekonsliasi Bank 
Bank BNI Bulan Desember 2009 
(dalam rupiah) 
SaCdo Desemder Soldo 
30 9ifopem6er Penerimaan cpengeCuaran 31 Desemder 
Per rekening koran 175.200.000 964.500.000 917.800.000 221.900.000 
Setoran daCam perjalanan: 
30!Nbpem6er 42.000.000 (4.200.000) 
31 Desem6er 36.800.000 36.800.000 
Cek^eekjieredar : 
30!Nbpem6er (37.000.000) (37.000.000) 
31 Desem6er 50.010.000 (50.010.000) 
Kesalahan bank-cek yang dibebankan 
(1.750.000) 1.750.000 
tidak benar oleh bank 
Jumlah yang benar 180200.000 959.300.000 929.060.000 210440.000 
Per buku 180200.000 953.300.000 928480.000 205.020.000 
Bunga yang ditagih bank 6.000.000 6.000000 
%esa(afmn daCam peneatatan eel 
(1.800.000) 1.800.000 
no.7733 
Beban jasa bank yang belum dicatat 
pada 31 Desember 
180.000 (180.000) 
Cek kosong yang dikembalikan 2.200.000 (2.200.000) 
Jumlah yang benar 180200.000 959.300.000 929.060.000 210440.000
Soal Latihan 
Latihanl 1 
Carbine Company is preparing its December 31 Bank A reconciliation (end of the annual accounting 
period ), and its must determine the proper balance sheet classification of the items listed below. You 
have been asked to complete the tabulation provided. 
Item 
Balance Sheet 
Include in Cash 
amount 
Classification if 
Not Cash 
1. Coins and Currency, Rp 1.000.000 
2. Check on hand received from Customer, Rp 
12.000.000 
3. Certificates of deposit (CDs), Rp 16.000.000 
4. Petty cash fund Rp 800.000 
5. Postage stamps Rp 120.000 
6. Bank A, checking account balance, Rp 42.000.000 
7. Postdated check, customer Rp 200.000 
8. Money order, from customer Rp 300.000 
9. Cash in savings account, Rp 20.000.000 
10. Bank draft from customer , Rp 800.000 
11. Cash advance received from customer, Rp 160.000 
12. Utility deposit to the gas company, refundable, Rp 
100.000 
13. Certified check from 2.000.000 
14. NSF check R. Roe, Rp 400.000 
15. Cash advance to company executive, collectible upon 
demand, Rp 40.000.000 
16. Bank B, checking account, overdraft, Rp 4.000.000 
17. IOUs from employees, Rp 240.000 
Latihan 2 
Tanggal 1 April 2009 PT. A di Bandung membentuk dana kas kecil dengan 
memberikan cek kepada kasir Kas Kecil sebesar Rp 1.000.000,- . Selama bulan April 
2001 terjadi transaksi yang berhubngan dengan kas kecil . 
April 03 Pembayaran upah tukang kebun sebesar Rp 70.000 
05 Pembayaran biaya keamanan daerah kerja Rp 20.000 
07 Pembayaran listrik, air dan telepon sebesar Rp 260.000 
08 Pembeyaran konsumsi rapat Rp 200.000 
11 Pembelian alat tulis kantor Rp 150.000 
15 Pembayaran transport pengantar sura Rp 15.000 
17 Pembayaran sumbangan bencana alam Rp 100.000 
20 Pembelian 4 buah bola listrik untuk penggantian 
yang rusak @ Rp 15.000 Rp 60.000 
24 Pembayaran upah tukang kebun Rp 75.000 
27 Pembayaran biaya transport Rp 50.000
30 Pengisian kembali dana kas kecil sebesar 
pengeluaran dari dana kas kecil Rp ……….. 
Diminta : 
Buatlah jurnal atas transaksi – transaksi tersebut di atas, jika : 
a. Dilaksanakan metode dana tetap ( imperest fund method ) 
b. Dilaksanakan metode dana tidak tetap ( fluctuation fund method ) 
Latihan 3 
Perusahaan Milenium memakai sistem imprest untuk dana kas kecil . Setiap hari 
Sabtu dana kas kecil itu dipenuhi kembali menjadi Rp 3.000.000 
Data pengeluaran kas kecil untuk seminggu yang berakhir pada tanggal 25 Desember 
2009 dan 31 Januari 2000 sebagi berikut : 
Pengeluaran 
Seminggu yang 
berrakhir 
Tanggal 25 
Des. 2009 
Tanggal 31 
Desember 
Jumlah untuk 
seminggu yang 
berakhir 
tanggal 8 
Januari 2010 
Biaya angkut 
pemebelian 
Beban reparasi 
mesin 
Rekening air 
Perlengkapan kantor 
Beban iklan 
Rp 
190.000 
-- 
452.000 
672.000 
Rp 
496.000 
288.000 
112.000 
80.000 
- 
Rp 
664.000 
288.000 
112.000 
640.000 
- 
Untuk tahun 2009 pemenuhan kembali Kas Kecil yang terakhir dilakukan pada hari 
sabtu tanggal 25 Desember 2009 
Diminta : 
a. Jurnal pemenuhan kembali Kas Kecil pada tanggal 29 Desember 2009 
b. Jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember 2009 dan reversing entry tanggal 1 
Januari 2000 
c. Jurnal Pemenuhan kembali 8 Januari 2010 
Latihan 4 
PD. Makmur Jaya didirikan Tn. Ali pada tanggal 1 Mei 2009, transaksi-transaksi 
yang terjadi selama bulan Mei 1997 sebagai berikut :
No. Tanggal Keterangan 
T.01 01 Mei Diterima setoran modal Tn. Ali Rp 50.000.000 
T.02 02 Mei Dibeli Peralatan toko dari PD. Murah secara tunai Rp 
2.000.000 
T.03 04 Mei Dibeli barang dagangan dengan tunai dari PD. Sejahtera 
seharga Rp 10.000.000 
T.04 06 Mei Dibeli barang dagangan drai PD. Makmur seharga Rp 
20.000.000 dengan term of payment 2/10, n/30 
T.05 08 Mei Dibeli tunai peralatan kantor dari toko Pandai Rp 50.000 
T.06 10 Mei Dijual tunai barang dagangan Rp 1.500 .000 
T.07 11 Mei Dibayar sewa toko selama 1 tahun terhitung mulai tanggal 1 
Mei 1997 s/d 30 April 1998 Rp 6.000.000 
T.08 12 Mei Dibayar tunai asuransi kebakaran toko periode 1 Mei 1990 s/d 
30 April 1998 Rp 720.000 
T.09 14 Mei Dijual barang dagangan ke toko Miranti Rp 8.000.000 dengan 
term of payment 2/10, n/30 
T.10 15 Mei Dibayar utang kepada PD. Makmur atas transaksi tanggal 06 
Mei 
T.11 16 Mei Dijual barang dagangan ke toko Amal Rp 10.000.000 dengan 
term of payment 2/10, n/30 
T.12 18 Mei Dijual tunai barang dagangan Rp 4.500 .000 
T.13 20 Mei Dibeli barang dagangan dengan tunai dari PD. Sejahtera 
seharga Rp 4..000.000 
T.14 21 Mei Dibeli tunai perlengkapan toko dari toko Pandai Rp 35.000 
T.15 23 Mei Dibeli tunai perangko dari pos dan giro Rp 25.000 
T.16 24 Mei Diterima tagihan dari toko miranti (lihat transaksi tanggal 14 
Mei ) 
T.17 24 Mei Dijual tunai barang dagangan Rp 2.500 .000
T.18 25 Mei Dibeli barang dagangan dari toko Baik Rp 10.000.000 dengan 
term of payment 2/10, n/30 
T.19 26 Mei Diterima pembayaran piutang dari tok Amal (transaksi tanggal 
16 Mei ) 
T.20 28 Mei Dibayar utang kepada toko Baik ( transaksi tanggal 25 Mei ) 
T.21 31 Mei Dibayar per kas uang langganan koran Rp 40.000 
T.22 31 Mei Dibayar gaji karyawan sebesar Rp 2.600.000,- 
Diminta : 
1. Catatlah transaksi di atas ke dalam buku kas yang dilakukan petugas kasir 
2. Catatlah transaksi di atas ke dalam buku harian kas penerimaan dan buku harian 
pengeluaran yang dilakukan bagian akuntansi. 
Latihan 5 
Berdasarkan catatan Perusahaan per 31 Desember 2009, saldo uang yang tersedia di 
Bank Rp 8.310.000,- sedangkan menurut laporan dari Bank saldonya adalah Rp 
7.670.000,-. Setelah diteliti ternyata perbedaan disebabkan oleh : 
1. Kwitansi Tn. Waris yang diserahkan kepada Bank untuk ditagih sebesar Rp 
520.000,- ternyata sudah diterima dan Bank memperhitungkan ongkos tagihnya 
Rp 20.000,-. Kejadian ini oleh perusahaan belum dibukukan 
2. Setoran kepada Bank sebesar Rp 4.520.000,- ternyata oleh Bank terbukukan 
Rp 4.250.000,- 
3. Pembayaran utang kepada PT. Murai via Bank sebesar Rp 2.320.000,- dan 
ongkos transfernya Rp 30.000,- oleh Bank telah dibukukan ternyata perusahaan 
belum membukukan 
4. Pengambilan uang dengan cek no. AA 122 B sebesar Rp 1.450.000,- ternyata 
oleh Bank dibukukan Rp 1.750.000,- 
5. Sebuah giri bilyet yang diterima PT. Baik sebesar Rp 600.000,- sebagai 
pelunasan utangnya, ternyata setelah disetorkan ke Bank tidak ada dananya.
6. Hasil bersih penjualan Marketable Securities via Bank sebesar Rp 870.000,- 
( termasuk bunga yang diperhitungkan Rp 20.000,0 ). Adapun harga pokok 
Marketable Securities tersebut Rp 740.000,-. Kejadian ini oleh Bank sudah 
dibukukan sedangkan oleh perusahaan belum 
7. Cek – cek yang sedang beredar ( out standing check ) sebesar Rp 1.460.000,- 
8. Bank telah mendebet rekening perusahaan Rp 40.000,- dan menkredit untuk 
bunga Rp 90.000,- jumlah ini oleh perusahaan belum dibukukan. 
Diminta : 
1. Susunlah Bank Rekonsiliasi per 31 Desember 2009 
2. Jurnal yang diperlukan sesuai dengan informasi tersebut di atas 
Latihan 6 
Foster company , as a matter of policy, deposit all cash receipts and make all 
payment by check. The following were taken from cash records of the company : 
May 31 June 30 
Deposit in transit $ 2,200 $ 3,900 
Checks out standing 1,400 800 
June transaction : 
Bank Books 
Balance, June 1 $ 5,000 $ 5,800 
June Deposits 10,600 12.300 
June Checks 14,500 13,900 
June note collected (including 10% interest) 2,200 - 
June bank charges 10 - 
Balance, June 30 3.290 4,200 
Required : 
1. Based on the above data only, show how to prove the deposits in transit and check 
outstanding as of June 30 
2. Reconcile the bank account as of June 30, using the bank and book balance to 
correct cash format 
3. Give any journal entries that should be made based on the June bank 
reconciliation
Latihan 7 
a. Firs Commerce Bank, any location, address and phone Customer Jones Company, address, June 
30, 2009 : 
Statement summary : 
Balance June 1, 1999 Rp 2.300.000 
Deposit and other credits 1.100.000 
Checks and other debits ( 1.212.000 ) 
Interest earned on this statement 10.000 + 
Ending Balance, June 30, 2009 Rp 2.258.000 
Account transaction : 
Deposit Check 
6 – 1 Rp 200.000 6 – 2 # 61 Rp 100.000 6 – 17 # 65 Rp 40.000 
6 – 8 300.000 6 – 7 # 63 200.000 6 – 23 # 60 110.000 
6 – 17` 450.000 6 – 9 # 66 300.000 6 – 27 # 67 210.000 
6 – 22` 210.000 + 6 – 14 # 64 142.000 6 – 28 # 59 110.000 
Rp 1.160.000 Rp 121.200 
b. Cash Account 
Balance, June 1, 20099 Rp 239.000 Checks Rp 1.322.000 
Deposit s 123.000 60 Rp 110.000 65 Rp 40.000 
6 – 8 Rp 300.000 61 100.000 66 300.000 
6 – 17 450.000 62 90.000 67 210.000 
6 – 22 210.000 63 200.000 68 130.000 
– 30 270.000 64 142.000 
6 C.Bank reconciliation at May 31, 2009 : 
Bank balance, Rp 2.300.000, add deposit outstanding, Rp 200.000 
Deduct check # 59 outstanding, $ 110.000 
Book balance, Rp 2.390.000 
Required : 
Prepare the June bank reconciliation and give any entries required. Use the bank and 
bokk balance to correct cash balance format. 
Latihan 8 
Springer Company has asembled the data needed to prepare the September 30, 2009, 
bank reconciliation. The following data are available : 
a. August 31, 20099, bankreconciliation :
Bank Book 
Ending cash balance, August 31 Rp 3.400.000 Rp 2.910.000 
Cash on hand 10.000 
Deposits in transit 100.000 
Checks outstanding ( 70.000 ) 
Bank service charge ( 20.000 ) 
Note collected ( including interest, Rp 50.000 ) 550.000 
Rp 3.440.000 Rp 3.440.000 
b. Company cash account for September : 
Balance, September 1, 20099 ( before reconciliation ) Rp 3.440.000 
Deposits during September 4.000.000 
Checks written during September ( 4.130.000 ) 
Balance, September 30 Rp 3.310.000 ) 
c. Bank statement for September : 
Balance, Septemeber 1, 1999 Rp 3.400.000 
Deposits recorded 3.750.000 
Checks cleared ( 3.900.000 ) 
Bank service charge ( 30.000 ) 
NSF check (Person X ) ( 20.000 ) 
Deduction for union dues ( 10.000 ) 
Balance, September 30 Rp 3.190.000 
d. Cash on hand, September 30, Rp 10.000 
Required : 
1. Prepare a comprehensive ( four – column ) bank reconciliation ( proof of cash ) 
2. Give the entries required by the September bank reconciliation.
BAB III 
Temporary Investment 
( Investasi Sementara ) 
Tujuan mempelajari bab ini adalah: 
1. Menjelaskan pengertian investasi dan tujuan investasi 
2. Menjelaskan klasifikasi investasi 
3. Menjelaskan pengukuran investasi lancar untuk saham 
4. Menjelaskan penilaian investasi lancar untuk saham 
5. Menjelaskan pengukuran investasi lancar untuk obligasi 
6. Menjelaskan penilaian investasi lancar untuk obligasi 
Kelebihan uang dalam suatu perusahaan akan menimbulkan masalah tersendiri bagi 
perusahaan yang bersangkutan baik dalam pemamfaatan maupun pengamanannya. 
Apabila kelebihan uang tetap dipertahankan ( disimpan ) dalam perusahaan akan 
menimbulkan idle cash ( kas yang nganggur ) yang tidak akan menghasilkan 
pendapatan. Dengan demikian bagi perusahaan yang memiliki pengendalian itern 
yang baik akan mengatasi kelebihan uang tersebut diantaranya akan menanamkan 
kelebihan uang tersebut di dalam Investasi Sementara. 
Investasi sementara ialah investasi kedalam pembelian surat berharga ( marketable 
securities ) dalam jangka pendek 
Syarat surat berharga sebagai investasi sementara adalah : 
- investasi tersebut dilakukan dalam bentuk surat berharga ( saham dan atau 
obligasi ) 
- investasi dilakukan dalam rangka pemanfaatan dana yang tidak digunakan 
- surat berharga tersebut mempunyai pasaran dan dapat diperjual belikan 
dengan segera 
- Dimaksudkan untuk dijual kembali dalam waktu dekat 
- Tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan 
Komposisi Investasi Sementara 
1. Saham ( yang dipasarkan di bursa saham ) 
Contoh : Saham Semen Cibinong, 
2. Sertifikat Deposito 
Contoh : Setifikat Deposito BNI’46, Setifikat Deposito BRI 
3. Obligasi 
Contoh : Obligasi PT. Jasa Marga 
4. Deposito Berjangka
Contoh : Deposito 1 bulan, Deposito 3 bulan, Deposito 6 bulan, 
Pembukuan Investasi Sementara 
1. Saham 
a. Transaksi Pembelian 
Pencatatan pertama dilakukan pada saat pembelian sebesar harga perolehan 
( at Cost ) yaitu harga kurs ditambah biaya – biaya pembelian seperti : komisi, 
provisi dan meterai. 
Kurs beli = lbr X N. Nominal X nilai kurs = Rp 
Provisi & Meterai Rp + 
Dibayar per kas ( at cost ) Rp 
Jurnal : 
Dr. Surat Berharga Rp XX 
Cr. Kas Rp XX 
b. Transaksi penjualan 
Pencatatan pada saat penjualan sebesar harga perolehan ( at cost ) 
Kurs jual = lbr X N. Nominal X nilai kurs= Rp 
Provisi & Meterai Rp - 
Diterima per kas Rp 
Harga perolehan ( at cost ) Rp .- 
Laba ( rugi ) Rp 
Jurnal : 
Dr. Kas Rp XX 
Dr. Rugi Pejualan S.B. Rp XX 
Cr. Surat Berharga Rp XX 
Cr. Laba Penjualan SB Rp XX 
Catatan : 
Pada saat penjualan mungkin saja perusahaan memiliki saham – saham yang 
sejenis tetapi harga perolehanya berbeda yang disebabkan karena pembelian 
saham tersebut tidak bersamaan ( pembelian saham tersebut lebih dari satu kali ) 
maka untuk menentukan harga perolehan saham yang dijual dapt menggunakan 
metode penilaian sebagai berikut : 
- Metode identifikasi khusus 
- Metode rata – rata 
- Metode First In First Out ( FIFO ) 
- Metode Last In First Out ( LIFO )
Contoh : 
1. Pada Tanggal 1 Juli 2000 PD. Laris membeli 100 lembar saham PT. Semen 
Cibinong @ Rp 100.000,00 dengan kurs 125% Biaya provisi dan meterai Rp 
250.000,00 
Perhitungan 
Kurs beli = 100 X Rp 100.000 X 125/100 = Rp 12.500.000,00 
Provisi & Meterai Rp 250.000,00 + 
Dibayar per kas ( at cost ) Rp 12.750.000,00 
Jurnal : 
Dr. Surat Berharga Rp 12.750.000,00 
Cr. Kas Rp 12.750.000,00 
2. Pada Tanggal 1 September 2000 PD. Laris membeli 100 lembar saham PT. Jasa 
Marga @ Rp 80.000,00 dengan kurs 110% Biaya provisi dan meterai Rp 
200.000,00 
Perhitungan 
Kurs beli = 100 X Rp 80.000 X 110/100 = Rp 8.800.000,00 
Provisi & Meterai Rp 200.000,00 + 
Dibayar per kas ( at cost ) Rp 9.000.000,00 
Jurnal : 
Dr. Surat Berharga Rp 9.000.000,00 
Cr. Kas Rp 9.000.000,00 
3. Pada Tanggal 1 Oktober 2000 PD. Laris membeli 60 lembar saham PT. Semen 
Cibinong @ Rp 100.000,00 dengan kurs 120% Biaya provisi dan meterai Rp 
200.000,00 
Perhitungan 
Kurs beli = 60 X Rp 100.000 X 120/100 = Rp 7.200.000,00 
Provisi & Meterai Rp 200.000,00 + 
Dibayar per kas ( at cost ) Rp 7.400.000,00 
Jurnal : 
Dr. Surat Berharga Rp 7.400.000,00 
Cr. Kas Rp 7.400.000,00 
4. Pada Tanggal 1 Oktober 2000 PD. Laris menjual 120 lembar saham PT. Semen 
Cibinong @ Rp 100.000,00 dengan kurs 130% Biaya provisi dan meterai Rp 
300.000,00 
Perhitungan 
- Metode identifikasi khusus
Dalam metode ini setiap saham yang dibeli dibeli tanda pengenal khusus 
dalam contoh ini dimisalkan yang dijual teridiri : 90 dari pembelian 
tanggal 1 Juli 2000 dan sisanya berasal dari pembelian tanggal 1 Oktober 
2000 
Kurs jual = 120 X Rp 100.000 X 130/100 = Rp 15.600.000,00 
Provisi & Meterai Rp 300.000,00 - 
Diterima per kas Rp 15.300.000,00 
Harga perolehan ( at cost ) 
- 90/100 X Rp 12.750.000 = Rp 11.475.000,00 
- 30/60 X Rp 7.400.000 = Rp 3.700.000,00 + 
Rp 15.175.000,00 - 
Laba Rp 125.000,00 
Jurnal : 
Dr. Kas Rp 15.300.000,00 
Cr. Surat Berharga Rp 15.175.000,00 
Cr. Laba Penjualan SB Rp 125.000,00 
Metode rata – rata 
Kurs jual = 120 X Rp 100.000 X 130/100 = Rp 15.600.000,00 
Provisi & Meterai Rp 300.000,00 - 
Diterima per kas Rp 15.300.000,00 
Harga perolehan ( at cost ) 
120 X ( Rp 12.750.000 + Rp 7.400.000 ) / 160 = Rp 15.112.500,00 - 
Laba = Rp 187.500,00 
Jurnal : 
Dr. Kas Rp 15.300.000,00 
Cr.Surat Berharga Rp 15.112.500,00 
Cr. Laba Penjualan SB Rp 187.500,00 
Metode First In First Out ( FIFO ) 
Kurs jual = 120 X Rp 100.000 X 130/100 = Rp 15.600.000,00 
Provisi & Meterai Rp 300.000,00 - 
Diterima per kas Rp 15.300.000,00 
Harga perolehan ( at cost ) 
- 100 lembar = Rp 12.750.000,00 
- 20 lembar = 20/60 X Rp 7.400.000 = 2.466,666,67 + 
Rp 15.216.666,67 - 
Laba = Rp 83.333,33 
Jurnal : 
Dr. Kas Rp 15.300.000,00 
Cr.Surat Berharga Rp 15.216.666,67
Cr. Laba Penjualan SB Rp 83.333,33 
Metode Last In First Out ( LIFO ) 
Kurs jual = 120 X Rp 100.000 X 130/100 = Rp 15.600.000,00 
Provisi & Meterai Rp 300.000,00 - 
Diterima per kas Rp 15.300.000,00 
Harga perolehan ( at cost ) 
- 60 lembar = Rp 7.400.000,00 
- 60 lembar = 60/100 X Rp 12.750.000,00 = 7.650.000,00 + 
Rp 15.050.000,00 - 
Laba = Rp 250.000,00 
Jurnal : 
Dr. Kas Rp 15.300.000,00 
Cr.Surat Berharga Rp 15.050.000,00 
Cr. Laba Penjualan SB Rp 250.000,00 
2. Sertifikat Deposito 
Sertifikat deposito ini biasanya dikeluarkan oleh suatu bank dengan nilai 
nominal, tingkat bunga dan jangka waktu tertentu, dimana si pembeli 
sertifikat hanya membayar sejumlah selisih nilai nominal dengan bunganya. 
Contoh : 
Dibeli sertifikat deposito BCA pada tanggal 1 Maret 2009 jatuh tempo 31 Mei 
2009 ( 92 hari ), nominal Rp 10.000.000,00 Tingkat bunga per tahun 18%. 
Jurnal : 
Dr. Surat Berharga Rp 10.000.000,00 
Cr. Kas Rp 9.540.000,00 
Cr. Pendapatan Bunga Rp 460.000,00 
Perhitungan : 
Nilai Nominal Rp 10.000.000,00 
Bunga = Rp 10.000.000 X 92 X 18 Rp 460.000,00 - 
36 X 100 
Jumlah yang harus dibayar Rp 9.540.000,00 
3. Obligasi 
Pencatatan obligasi pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan saham yaitu 
dicatat sebesar harga perolehannya pada saat pembelian. Yang 
membedakannya adalah obligasi memberikan bunga yang dibayarkan tiap
enam bulan sekali sehingga dapat mempengaruhi pencatatan apabila transaksi 
dilakukan di antara tanggal pembayaran bunga. 
Contoh : 
Misalkan tanggal pembelian obligasi 1 Mei 2009, sedangkan bunga obligasi 
dibayarkan tiap tanggal 1 Maret dan 1 September. 
1Maret 
1 Mei 2000 
1 September 
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa tanggal terakhir penerimaan bunga adalah 
tanggal 1 Maret, apabila transaksi dilakukan tanggal 1 Mei maka bunga yang harus 
diperhitungkan ( bunga berjalan ) pada tanggal terhitung dari tanggal 1 Maret 2009 
sampai dengan 1 Mei 2009 yaitu selama 2 bulan. 
Pencatatan bunga berjalan dapat dilakukan dalam 2 ( dua ) pendekatan yaitu : 
a. Dicatat sebagai harta 
Pencatatan pendapatan bunga pada waktu pembelian obligasi dicatat ke dalam 
akun Piutang Bunga yang disebut Balance sheet approach 
Dr. Surat Berharga Rp XX 
Dr. Piutang Bunga XX 
Cr. Kas Rp XX 
Sedangkan pada waktu menerima pendapatan bunga : 
Dr. Kas Rp XX 
Cr. Piutang Bunga Rp XX 
Cr. Pendapatan Bunga Rp xx 
b. Dicatat sebagai pendapatan 
Pencatatan pendapatan bunga pada waktu pembelian obligasi dicatat ke dalam 
akun Pendapatan Bunga yang disebut Income Statement Approach 
Dr. Surat Berharga Rp XX 
Dr. Pendapatan Bunga Rp XX 
Cr. Kas Rp XX 
Sedangkan pada waktu menerima pendapatan bunga :
Dr. Kas Rp XX 
Cr. Pendapatan Bunga Rp xx 
Begitu juga apabila obligasi dijual akan di kredit sebesar harga perolehannya, maka 
dengan demikian apabila ada selisih antara harga jual dengan harga perolehan akan 
dicatat dalam akun Laba / Rugi Penjualan Surat Berharaga 
Laba apabila harga jual > dari harga perolehan dan Rugi apabila harga jual < harga 
perolehan. 
Apabila laba jurnalnya adalah sbb : 
Dr. Kas Rp XXX 
Cr.Surat Berharga Rp XXX 
Cr. Pendapatan Bunga Rp XXX 
Cr. Laba Penjualan SB Rp XXX 
Sedangkan apabila rugi jurnalnya dalah sbb : 
Dr. Kas Rp XXX 
Dr. Rugi Penjualan SB Rp XXX 
Cr.Surat Berharga Rp XXX 
Cr. Pendapatan Bunga Rp XXX 
Contoh soal 
1. Pada tanggal 1 Mei 2009 PD. Rindu Order membeli 100 lembar obligasi PT Jasa 
Marga @ nominal Rp 100.000,00 dengan kurs 120%, bunga obligasi 18% setahun 
yang dibayarkan tiap tanggal 1 Maret dan 1 September, biaya provisi dan meterai 
Rp 400.000,00 . 
Perhitungan 
Kurs beli = 100 X Rp 100.000 X 120/100 = Rp 12.000.000,00 
Provisi & Meterai Rp 400.000,00 + 
Investasi sementara ( dalam surat berharga ) = Rp 12.400.000,00 
Bunga berjalan 2 bulan ( 1 Maret s.d. 1 Mei ) 
Rp 10.000.000 X 2 X 18 = Rp 300.000,00 + 
12 X 100 
Dibayar per kas = Rp 12.700.000,00 
Jurnal : 
a. Dicatat sebagai harta ( 1 Mei 2009 ) 
Dr. Surat Berharga Rp 12.400.000,00 
Dr. Piutang Bunga 300.000,00 
Cr. Kas Rp 12.700.000,00
Sedangkan pada waktu menerima pendapatan bunga ( 1 September 2009 ) 
Dr. Kas Rp 900.000,00 
Cr. Piutang Bunga Rp 300.000,00 
Cr. Pendapatan Bunga Rp 600.000,00 
b. Dicatat sebagai pendapatan ( 1 Mei 2009 ) 
Dr. Surat Berharga Rp 12.400.000,00 
Dr. Pendapatan Bunga Rp 300.000,00 
Cr. Kas Rp 12.700.000 
Sedangkan pada waktu menerima pendapatan bunga ( 1 September 2000 ) 
Dr. Kas Rp 900.000,00 
Cr. Pendapatan Bunga Rp 900.000,00 
Apabila obligasi ini tidak dijual sampai dengan tanggal 31 Desember maka 
jurnal yang harus dibuat adalah untuk mencatat pendapatan bunga yang 
masih harus diterima terhitung 1 September sampai dengan 31 Desember ( 4 
bulan ) 
Perhitungan : 
Bunga = Rp 10.000.000,00 X 4 X 18 = Rp 600.000 
12 X 100 
Jurnal : 
Dr. Piutang Bunga Rp 600.000 
Cr. Pendapatan Bunga Rp 600.000 
2. Apabila tanggal 1 Nopember 2009 obligasi yang dimiliki dijual sebanyak 40 
lembar dengan kurs 125%, provisi dan meterai Rp 150.000 
Kurs Jual = 40 X Rp 100.000 X 125% = Rp 5.000.000 
Provisi dan meterai 150,000 ,(-) 
Harga jual Rp 4.850.000 Rp 4.850.000 
Bunga : terhitung 1 Sept s.d. 1Nop 
Rp 4.000.000 X 2 X 18 Rp 120.000 + 
12 x 100 
Diterima per kas Rp4.970.000 
Harga perolehan : 40/100 X Rp 12.400.000 = Rp 4.960.000 – 
Rugi penjualan Rp 110.000 
Jurnal :
Dr. Kas Rp 4.970.000 
Dr. Rugi Penjualan SB 110.000 
Cr. Surat Berharga Rp 4.960.000 
Cr. Pendapatan Bunga Rp 120.000 
Soal. 
Dalam neraca perusahaan per 31 Desember 2008 terdapat persediaan marketable 
securities sebagai berikut : 
Marketable Securities Rp 21.480.000,- 
Allowance For Decline in Value Rp 150.000,- Rp 21.330.000,- 
Adapun perinciannya sebagai berikut : 
Jenis Nominal at Cost at Market 
180 Saham PT. Trio Rp 50.000,- Rp 9.720.000,- Rp 9.810.000,- 
120 Oblg RI 12% 100.000,- 11.760.000,- 11.620.000,- 
( Kupon 1/6 - 1/12 ) 
Selama tahun 2009 telah terjadi transaksi-transaksi sbb. : 
1. Tanggal 1 April dijual 70 Obligasi RI 12% di atas dengan kurs 102, provisi dan materai 
Rp 25.000,- 
2. Tanggal 12 April dijual 40 lembar saham PT. Trio dengan kurs 114, provisi dan materai 
Rp 20.000,- 
3. Tanggal 1 Juni diterima bunga dari obligasi RI tersebut di atas untuk enam bulan pertama 
4. Tanggal 20 Agustus dibeli 60 lembar saham PT. Madju Djaya @ Nominal Rp 100.000, 
kurs 112, provisi dan materai Rp 30.000,- 
5. Tanggal 1 September dibeli 50 Oblg Dana Reksa 18% @ Nominal Rp 200.000,- kurs 
102, provisi dan meterai Rp 50.000,- dan kupon 1/4 - 1/10 
6. Tanggal 1 Oktober dijual 30 obligasi PT. RI 12% dan 20 lembar saham PT. Madju Djaya 
dengan hasil bersih Rp 3.760.000,- ( sudah termasuk perhitungan bunga di dalamnya ) 
7. Tanggal 1 Oktober diterima bunga tengah tahunan yang pertama dari Obligasi Dana 
Reksa 18%. 
8. Tanggal 1Desember diterima bunga obligasi RI 12% tersebut di atas untuk enam bulan 
yang kedua. 
9. Adapun perinciaan Marketable Securities per 31 Desember 2009 berdasarkan at Market 
adalh sbb. : 
· Saham PT. Trio @ Rp 55.000,- 
· Obligasi RI 12% @ Rp 96.000,- 
· Obligasi Dana Reksa 18 % @ Rp 198.000,- 
· Saham PT. Madju Djaya @ Rp 115.000,- 
Diminta : 
1. Buatlah jurnal yang diperlukan selama tahun 2009 
2. Jurnal penyesuaian atas penilaian Marketable Securities, dengan menggunakan metode 
Lower of Cost or Market 31 Desember
BAB IV 
RECEIVABLE ( TAGIHAN ) 
Tujuan mempelajari bab ini adalah: 
1. Menjelaskan pengertian dari piutang 
2. Menjelaskan klasifikasi piutang 
3. Menjelaskan pengakuan piutang 
4. Menjelaskan penilaian piutang 
5. Menjelaskan disposisi piutang 
6. Menjelaskan pengakuan dan pengukuran piutang wesel 
Pitang adalah semua tagihan perusahaan terhadap perusahaan lain ( pihak ketiga ) dalam 
bentuk uang, barang jasa dan aktiva non kas. 
Piutang dapat digolongkan menjadi 2 ( dua ) yaitu : 
1. Trade receivable ( piutang dagang ) yaitu piutang yang berasal dari penjualan barang atau 
jasa secara kredit ( dari aktivitas normal perusahaan ) 
Piutang yang tidak mempunyai bukti bukti tertulis secara langsung hanya ditunjang oleh 
tanda terima , delivery, sales order sebagai buktinya. 
2. Non trade receivable ( piutang bukan dagang ) yaitu piutang yang bukan dari aktivitas 
normal ( dari hasil operasi ) perusahaan. 
a. Penjualan securities / property selain barang atau jasa yang merupakan operasi 
normal perusahaan 
b. Advances ( uang muka ) yang diberikan pada pemegang saham, direksi, karyawan 
atau perusahaan afiliasi 
c. Purchase payment ( uang muka ) 
Pengakuan dan Pengukuran Piutang Dagang 
Ada 2 metode pencatatan : 
1. Dicatat secara kotor ( Gross Method ) 
2. Dicatat secara bersih ( Net Method ) 
Sebagai ilustrasi : 
Tanggal 1 Agustus 2009 PT. Asasami menjual barang dagangan kepda PT. Kayasama 
seharga Rp 1.000.000,- dengan syarat pembayaran 2/10, n/30 
Tanggal 1 Agustus 1999 pencatatan penjualan : 
1. Gross Method : 
Account Receivable 1.000.000 
Sales 1.000.000
2. Net Method : 
Account Receivable 980.000 
Sales 980.000 
Apabila tanggal 10 Agustus 2090 PT. Kayasama melakukan pembayaran: 
1. Gross Method : 
Cash 980.000 
Sales Discount 20.000 
Accout Receivable 1.000.000 
2. Net Method : 
Cash 980.000 
Accout Receivable 980.000 
Apabila pebayaran dilakukan tanggal 15 Agustus 1999 
1. Gross Method : 
Cash 1.000.000 
Accout Receivable 1.000.000 
2. Net Method : 
Cash 1.000.000 
Accout Receivable 980.000 
Sales Discout forfeited 20.00 
Pitang terjadi karena
Account 
S a l e s Receivable Cash 
5 2 
Sales Discount 
Sales Return 
3 
Notes Receivable 
4 
5 Allowance for Bad Debt 
Estimating Bad Debt Expenses ( Taksiran Jumlah Kerugian Piutang ) 
Jumlah piutang yang disajikan dalam laporan keuangan hendaknya menunjukkan 
jumlah bersih yang diperkirakan dapat direalisir (Net Realizable Value ) Unruk 
menentukan jumlah piutang yang wajar harus ditentukan jumlah piutang yang 
mungkin tidak dapat ditagih dengan cara menentukan besarnya Cadangan 
Penghapusan Piutang ( Allowance for Bad debt. ). Ada dua pendekatan dalam 
menentukan jumlah cadangan penghapusan piutang yang dapat digunakan yaitu : 
1. Pendekatan Neraca ( Balance Sheet Approach ) yaitu besarnya cadangan 
penghapusan piutang ditetapkan dari data neraca yakni saldo piutang 
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan cara : 
a. Besarnya saldo “cadangan penghapusan piutang” sebelumnya ditambah 
dengan sejumlah prosentase tertentu dari saldo piutang akhir periode yang 
bersangkutan. 
b. Besarnya saldo “cadangan penghapusan piutang” dijadikan sejumlah tertentu 
yang menunjukkan prosentase tertentu dari saldo piutang akhir periode yang 
besangkutan 
c. Besarnya saldo “cadangan penghapusan piutang” ditetapkan berdasarkan hasil 
dari analisa umur piutang (Aging of Account Receivable ).
Contoh : 
Data berikut ini diperoleh dari catatan perusahaan selama tahun 2000 yang 
berhubungan dengan saldo akun piutang : 
Account receivable Rp 113.300.000 
Allowance for bad debt ( credit ) 3.300.000 
Diminta : 
Jurnal untuk mencatat taksiran cadangan penghapusan piutang apabila : 
1. Cadangan penghapusan piutang dtambah 3% dari saldo piutang 
2. Cadangan penghapusan piutang dijadikan 3% dari saldo piutang 
3. Besarnya cadangan penghapusan piutang ditetapberdasarkan hasil dari 
analisa umur piutang 
Jawab : 
1. Cadangan penghapusan piutang dtambah 3% dari saldo piutang : 
3% X Rp 101.300.000 =Rp 3.399.000 
Jurnal : 
Bad debt Rp 3.339.000 
Allowance for bad debt Rp 3.339.000 
2. Cadangan penghapusan piutang dijadikan 3% dari saldo piutang 
Saldo Allowance for bad debt ( credit ) Rp 3.300.000 
Saldo Allowance for bad debt akhir 3% X Rp 101.300.000 = Rp 3.339.000 
Kekurangan Rp 39.000 
Jurnal : 
Bad debt Rp 39.000 
Allowance for bad debt Rp 39.000 
3. Besarnya cadangan penghapusan piutang ditetapberdasarkan hasil dari 
analisa umur piutang 
(1) Didasarkan pada Umur Piutang 
Caranya hampir sama, namun saldo rekening piutang dianalisis 
terhadap tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo, kemudian 
dikelompokkan menurut umurnya. Kemudian saldo masing-masing 
kelompok piutang dikalikan dengan prosentase yang telah ditetapkan 
berdasarkan pengalaman. Cara menentukan umur piutang dapat dicari 
(a) dari tanggal faktur ke 31 Desember atau (b) dari tanggal jatuh 
tempo ke 31 Desember. 
(a) Umur piutang dihitung dari tanggal jatuh tempo ke tanggal 31 
Desember
Karena ada kemungkinan terdapat piutang yang belum jatuh tempo 
maka biasanya pengelompokannya meliputi piutang yang belum 
jatuh tempo dan yang sudah lewat waktu. Misalkan prosentase 
kerugian ditaksir sebagai berikut: 
Umur Piutang % Taksiran Kerugian Piutang 
Belum jatuh tempo 10% 
Lewat waktu s.d. 30 hari 15% 
Lewat waktu lebih dari 30 hari 20% 
Untuk mempermudah menentukan besarnya taksiran kerugian dibuat daftar umur 
piutang sebagai berikut: 
Nama Debitur Jumlah 
Belum 
Jatuh 
Tempo 
Lewat s.d 
30 Hari 
Lewat Waktu 
> 30 Hari 
PT P 2.000 2.000 
PT Q 2.500 2.500 
PT R 1.000 1.000 
PT L 3.000 3.000 
PT M 2.500 2.500 
PT N 1.000 1.000 
Jumlah 12.000 2.000 1.000 9.000 
% Penyisihan 10% 15% 20% 
Jumlah Penyisihan 2.150 200 150 1.800 
(b) Umur piutang dihitung dari tanggal faktur ke tanggal 31 
Desember 
Karena umur piutang dihitung dari tanggal faktur, maka biasanya 
pengelompokan umur piutang berdasarkan jumlah hari. Misalkan 
prosentase kerugian ditaksir sebagai berikut: 
Umur Piutang % Taksiran Kerugian Piutang 
s.d. 30 hari 10% 
31 s.d. 60 hari 15% 
lebih dari 60 hari 20% 
Untuk mempermudah menentukan besarnya taksiran kerugian 
dibuat daftar umur piutang sebagai berikut: 
Nama Debitur Jumlah 
s.d. 30 
hari 
31 s.d. 60 
hari 
Lebih 
dari 60
hari 
PT P 2.000 2.000 
PT Q 2.500 2.500 
PT R 1.000 1.000 
PT L 3.000 3.000 
PT M 2.500 2.500 
PT N 1.000 1.000 
Jumlah 12.000 2.000 1.000 9.000 
% Penyisihan 10% 15% 20% 
Jumlah Penyisihan 2.150 200 150 1.800 
2. Pendekatan Laba rugi ( Income Statement Approach ) yaitu besarnya 
cadangan penghapusan ditetapkan dari data laporan laba rugi yakni saldo 
penjualan 
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan cara : 
a. Besarnya saldo “cadangan penghapusan piutang” ditetapkan dari total 
penjualan ( Sales ) periode yang besangkutan 
b. Besarnya saldo “cadangan penghapusan piutang” ditetapkan dari total 
penjualan kredit bersih ( Net crdit sales ) 
Transaksi selama tahun 2000 
Credit Sales Rp 500.000.000 
Cash Sales 700.000.000 
Collection on accounts receivable 420.000.000 
Dst. 
Metode Penghapusan Piutang 
Ada dua metode penghapusan piutang 
1. Direct write off method ( Metode penghapusan langsung ) 
Dalam metode ini tidak mengakui adanga cadangan penghapusan piutang, 
pencatatan baru akan dilakukan apabila piutang benar-benar dinyatakan tidak dapt 
ditagih. 
2. Allowance method ( Metode penghapusan cadangan / tidak langsung ) 
Dalam metode ini mengakui adananya cadangan penghapusan piutang, pencatatan 
cadangan penghapusan dilakukan akhir periode melalui jurnal penyesuaian. 
Contoh : 
1. Tanggal 31 Desember 1999 menunjukkan saldo akun Account Receivable Rp 
75.000.000, dari saldo tersebut dipekirakan tidak akan dapat ditagih sebesar 
Rp 3.750.000 
Direct write off method 
Tidak ada pencatatn
Allowance method 
Bad Debt expense Rp 3.750.000 
Allowance for bad debt Rp 3.750.000 
2. Tanggal 1 Mei 2000 dari sejumlah Rp 3.750.000 tternyata benar-benar tidak 
dapat ditagih sebesar Rp 1.450.000 
Direct write off method 
Bad debt Rp 1.450.000 
Account Receivable Rp 1.450.000 
Allowance method 
Allowance for bad debt Rp 1.450.000 
Account Receivable Rp 1.450.000 
Use Account Receivable to obtain Immediate Cash ( Penggunaan Piutang 
Sebagai Sumber Kas ) 
Perusahaan dapat mencairkan piutang sebelum jatuh tempo dengan 
menggunakan 3 cara sebagai berikut : 
1. Menjaminkan Piutang ( Assignment of Account Receivable ) 
2. Menggadaikan Piutang ( Pledge of Account Receivable ) 
3. Menjual Piutang ( Sale of Account receivable / Factoring ) 
1. Menjaminkan Piutang ( Assignment of Account Receivable ) 
Apabila piutang digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh tambahan 
modal kerja maka harus ada jaminan bahwa piutang yang dijaminkan 
tersebut tingkat collectibilitasnya harus dapat dipastikan.. 
Jurnal yang diperlukan pada saat menjaminkan piutang adalah sebagai 
berikut : 
Account Receivable Assigned XXXX 
Account Receivable XXXX 
Penagihan piutang tersebut dilakukan oleh perusahaan atau oleh pemberi pinjaman 
dan dari hasil penagihan tersebut harus segera dibayarkan secara berangsur yang 
meliputi pokok pinjaman dan bunga. 
A / R A / R Ass. Cash Equity of Bank Cash 
1 2 3 4
Interest Exp. Assign xp. 
Contoh soal : 
1. Pada tanggal 1 Mei 2009 PT. Ciwaruga menjaminkan piutang sebesar sebesar Rp 
10.000.000 untuk memperoleh pimjaman dari Bank sebesar Rp 8.000.000, dengan 
biaya provisi 1% dari total pinjaman, bunga 1,5 % per bulan 
2. Pada tanggal 2 Juni 2009 diterima pembayaran piutang yang dijaminkan tersebut 
di atas sebesar Rp 4.000.000, dan dari jumlah ini langsung dibayarkan kepada 
bank dengan ditambah bunga 
3. Pada tanggal 1 September 2009 diterima kembali pembayaran piutang yang 
dijaminkan sebesar Rp 5.000.000 dan dari jumlah ini dilunasi pinjaman ke bank 
beserta bunganya. 
Jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut di atas adalah sbb. : 
1. Tanggal 1 Mei 2009 
Account Receivable Assigned Rp 10.000.000 
Account Receivable Rp 10.000.000 
Cash Rp 7.920.000 
Assignment Expense Rp 80.000 
Equity of Bank Rp 8.000.0000 
2.. Tanggal 2 Juni 2009 
Cash Rp 4.000.000 
Account Receivable Assigned Rp 4.000.000 
Equity of Bank Rp 4.000.000 
Interest Expense 120.000 
Cash Rp 4.120.000 
3. Tanggal 1 Sepetember 2009 
Cash Rp 5.000.000 
Account Receivable Assigned Rp 5.000.000 
Equity of Bank Rp 4.000.000 
Interest Expense 180.000
Cash Rp 4.180.000 
Account Receivable Rp 1.000.000 
Account Receivable Assigned Rp 1.000.0000 
3. Menjual Piutang ( Sale of Account receivable / Factoring ) 
Apabila piutang dijual ke bank atau lembaga keuangan, maka pemilikan atas 
piutang tersebut berpindah dari kreditur ( penjual ) kepada pembeli. Dengan 
demikian segala resiko yang mungkin terjadi dari piutang tersebut menjadi 
tanggungan pembeli. 
Dalam hal penjualan piutang ini debitur harus diberi tahu supaya pembayarannya 
juga dilakukan kepada pembeli piutang yang bersangkutan. 
Apabila piutang yang dijual tersebut berasal dari penjualan yang mendapat 
discount , serta pennjualan dilakukan masih saat discount period maka 
pembukuan tersebut diakuai dalam pembukuan penjual. 
Contoh : 
Pada tanggal 17 April 2009 PT. PERMATA menjual piutangnya sebesar Rp 
20.000.000 dari hasil penjualan tersebut diperoleh uang tunai Rp 18.250.000 . 
Dari piutang tersebut diantaranya sebesar Rp 5.000.000 berasal dari penjualan 
tanggal 10 April dengan term of payment 2/10,n/30 
Juranal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut di atas adalah sbb. : 
Cash Rp 18.825.000 
Sales Discount Rp 365.000 
Factoring Expense` Rp 1.385.000 
Account Receivable Rp 20.000.000 
G. Piutang Wesel (Wesel Tagih) 
Wesel adalah janji tertulis yang tidak bersyarat dari satu pihak kepada 
pihak lain untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa 
yang akan datang. Wesel dibedakan menjadi dua yaitu: 
1. wesel berbunga adalah wesel yang mempunyai tingkat bunga yang ditetapkan 
2. wesel tanpa bunga adalah wesel yang bunganya sudah termasuk didalam 
jumlah nominalnya sehingga bunga tidak dinyatakan secara eksplisit. 
Wesel wesel ini ada yang dapat dipindahtangankan atau dijual atau didiskonto 
kepada pihak lain seperti bank, tetapi ada juga yang tidak bisa 
dipindahtangankan. Pendiskontoan wesel akan dilakukan sebelum jatuh tempo.
Seperti dalam hal piutang usaha, maka piutang wesel juga bisa dibedakan menjadi 
wesel dagang, wesel dari pegawai dan lain-lain. Pada umumnya piutang wesel dapat 
kelompokkan menjadi 2 macam, yaitu : 
1. Piutang wesel tidak berbunga 
2. Piutang wesel berbunga Piutang wesel berbunga adalah 
piutang wesel dimana debitor akan dikenai sejumlah bunga tertentu seperti yang tertera 
dalam lembar weselnya selama umur wesel. Sedangkan piutang wesel tidak berbunga 
adalah piutang wesel yang tidak bersyarat pembayaran bunga, yang berarti debitor 
tidak dikenai bunga wesel.
H. Pencatatan Piutang Wesel (Wesel Tagih) 
Wesel tagih akan dicatat sebesar nilai sekarang (present value) dari 
arus kas masa depan yang diharapkan diterima. Nilai sekarang wesel 
jangka pendek umumnya tidak berbeda dengan nilai jatuh temponya (jika 
ada selisih jumlahnya tidak material), sehingga untuk wesel jangka pendek 
umumnya akan dicatat sebesar nilai nominalnya. 
Wesel tagih jangka panjang dinilai sekarang atau lebih awal 
dengan tingkat bunga pasar yang berlaku pada saat wesel diterbitkan. Jika 
tingkat bunga yang ditetapkan untuk wesel tagih sama dengan tingkat 
bunga pasar, maka wesel tersebut terjual sebesar nilai nominalnya. Tetapi 
jika tingkat bunga wesel yang ditetapkan tidak sama dengan tingkat bunga 
pasar maka wesel tagih tersebut akan terjual dengan nilai yang berbeda 
dengan nilai nominalnya. Perbedaan antara nilai nominal dengan nilai 
sekarang arus kas yang diterima disebut agio atau disagio. 
Contoh, misalnya PT Mutiara memberi pinjaman kepada PT Trisna 
Cenedikia sebesar Rp. 200.000.000,-, disertai dengan penerbitan wesel 
tagih nominal Rp. 200.000.000,-, bunga 10% per tahun, jatuh tempo 3 
tahun. Maka nilai sekarang dari wesel tagih tersebut adalah: 
a) Jika tingkat bunga pasar 10% 
Nilai nominal wesel tagih Rp.200.000.000,- 
Nilai Sekarang (Present Value) dari nilai nominal 
(Rp. 200.000.000,- x PVIF(n=3, i=10%) = 
Rp. 200.000.000,- x 0,75132 = Rp.150.264.000,- 
Nilai sekarang (Present Value) dari bunga 
(Rp. 20.000.000,- x PVIFA(n=3, i=10%) = 
Rp. 20.000.000,- x 2,48685) = Rp. 49.737.000,- 
Rp.200.001.000,- 
Perbedaan (diabaikan) Rp. 1.000,- 
Karena selisihnya hanya Rp. 1.000, maka diabaikan, artinya nilai 
sekarang sama dengan nilai nominalnya yaitu Rp. 200.000.000,-. 
Jika tingkat bunga pasar 12% 
Nilai nominal wesel tagih Rp. 200.000.000,- 
Nilai Sekarang (Present Value) dari nilai nominal 
(Rp. 200.000.000,- x PVIF(n=3, i=12%) = 
Rp. 200.000.000,- x 0,71178 = Rp.142.356.000,- 
Nilai sekarang (Present Value) dari bunga 
(Rp. 20.000.000,- x PVIFA(n=3, i=12%) = 
Rp. 20.000.000,- x 2,40183) = Rp. 48.036.600,- 
Rp. 190.392.600,- 
Perbedaan (Disagio wesel tagih) Rp. 
9.607.600 ,-
Nilai sekarang wesel tagih lebih kecil daripada nilai nominalnya sebesar Rp. 
9.607.600,-, selisih ini disebut dengan disagio wesel tagih. 
b) Jika tingkat bunga pasar 8% 
Nilai nominal wesel tagih Rp.200.000.000 
Nilai Sekarang (Present Value) dari nilai nominal 
(Rp. 200.000.000,- x PVIF(n=3, i=8%) = 
Rp. 200.000.000,- x 0,79383 = Rp.158.766.000 
Nilai sekarang (Present Value) dari bunga 
(Rp. 20.000.000,- x PVIFA(n=3, i=8%) = 
Rp. 20.000.000,- x 2,57710) Rp. 51.542.000 
Rp. 210.308.000,- 
Perbedaan (Agio wesel tagih) Rp. 10.308.000,- 
Nilai sekarang wesel tagih lebih besar daripada nilai nominlanya sebesar Rp. 
10.308.000,-, selisih ini disebut dengan agio wesel tagih 
I. Penilaian Piutang Wesel (Wesel Tagih) 
Wesel tagih jangka pendek dicatat dan dilaporkan pada nilai bersih yang 
dapat direalisasi yakni jumlah nominalnya dikurangi semua penyisihan yang 
diperlukan yaitu besarnya piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih. 
Perhitungan dan estimasi yang terlibat dalam penilaian wesel tagih jangka 
pendek sama seperti piutang, demikian pula untuk pencatatan beban piutang yang 
tak tertagih sekaligus penyisihannya / cadangannya. 
J. Mendiskontokan Wesel 
Yang dimaksud dengan mendiskontokan wesel adalah meminjam uang ke 
bank dengan menggunakan wesel sebagai jaminan. Bunga (diskonto) wesel 
dihitung dengan cara sebagaimana dalam ilustrasi 4.2. 
tempo dari sebuah wesel. Tanggal jatuh tempo bisa ditentukan berdasarkan 
kesepakatan bersama, yakni kreditur menentukan dan debitur menyetujuinya 
dan akan berjanji membayar pada tanggal yang sudah ditentukan kreditur. Selain 
itu, tanggal jatuh tempo bisa didasarkan atas janji yang ditulis sendiri oleh 
debitur, atau bisa juga pada akhir periode yang ditetapkannya. 
Soal soal Latihan : 
Latihan 1 
Informasi di bawah ini diperoleh dari catatan pembukuan yang berkaitan dengan 
tahun pertama kegiatan PD. MURAH yang disusun oleh Tn. Korup yang mendapat 
gaji Rp 1.500.000,- per bulan dari perusahaan, baru saja membeli sebuah mobil 
mewah. Anda memutuskan untuk menguji ketepatan saldo piutang dagang sebesar Rp 
264.000.000 sebagaimana diperlihatkan di dalam buku besar : 
1. Hasil penagihan dari pelanggan Rp 396.000.000 
2. Barang dagang yang dibeli 720.000.000 
3. Persediaan barang dagang akhir 180.000.000 
4. Barang dagangan dijual 40% di atas harga pokoknya 
5. Semua penjualan dilakukan secara kredit
Diminta : 
Hitunglah saldo Piutag Usaha yang harus nampak dan tetapkan jumlah kekurangan 
atau kelebihannya. 
Latihan 2 
Dari Neraca PT. ASASAMI per 31 Desember 2009 terdapat antara lain akun-akun 
sebagai berikut : 
Account Receivable Rp 66.400.000 
Allowance for bad debt 6.400.000 
Selama tahun 2010 telah terjadi transaksi – transaksi sebagai sebagi berikut : 
1. Penjualan Rp 768.000.000 diantaranya sebesar Rp 88.000.000,- merupakan 
penjualan tunai 
2. Retur penjualan Rp 40.000.000,- diantaranya sebesar Rp 8.000.000,- merupakan 
retur penjualan tunai 
3. Penerimaan piutang Rp 578.000.000,- diantaranya sebesar sebesar Rp 68.000.000 
diterima setelah discount period dari term of payment 2/10, n/30. 
4. Piutang yang diterima berupa notes ( wesel ) Rp 20.000.000,- 
5. Piutang yang dihapuskan karena tak tertagih Rp 7.200.000,- 
6. Piutang yang dihapuskan pada tahun yang lalu, ternyata dapat diterima kembali 
Rp 200.000,- ( jumlah ini tidak termasuk butir 3 di atas ) 
7. Besarnya kerugian piutang tak tertagih untuk tahun ini sebesar 5% dari piutang 
pada 31 Desember 2010 
Diminta : 
1. Jurnal yang diperlukan selama tahun 2010 
2. Susunlah kedua akun tersebut di atas 
Latihan 3 
Dari neraca CV Darlis per 31 Desember 2009 terdapat informasi sbb : 
Account Receiveble Rp 6.240.000 
Allowance for Bad Debt Rp 320.000 
Berdasarkan pengalaman atas piutang yang telah jatuh tempo, maka ditetapkan untuk 
tahun 2010 besarnya Cadangan Penyisihan Kerugian Piutang sebesar : Piutang yang 
telah menunggak: 
Kurang dari 2 bulan 10 % 
2 – 6 bulan 30 % 
6 – 12 bulan 70 % 
lebih dari 1 tahun 100% 
Selama tahun 2010 transaksi yang berhubungan dengan piutang telah diringkas sbb. : 
Penjualan kredit Rp 42.600.000 
Penerimaan dari piutang Rp 40.800.000 
Retur penjualan Rp 400.000
Piutang yang dihapus Rp 290.000 
Pada akhir periode, jumlah piutang yang telah jatuh tempo adalah : 
Kurang dari 2 bulan Rp 650.000 
2 – 6 bulan Rp 320.000 
6 – 12 bulan Rp 180.000 
lebih dari 1 tahun Rp 130.000 
Diminta : 
1. Jurnal yang diperlukan daritransaksi –transaksi di atas 
2. Hitung cadangan penyisihan piutang untuk tahun 2010 dengan memperhitungkan 
saldo terdahulu dan transaksi tahun berjalan 
3. Berapa jumlah Account Rceivable dan Allowance for Bad Debt yang harus 
ditampilkan pada neraca per 31 Desember 2010. 
Latihan 4 
Dalam neraca PT. SUKA SENANG per 31 Desember 2009 tergambar sebagai 
berikut : 
Account Receivable Rp 38.600.000 
Allowance for doubtful account 3.200.000 
Rp 35.400.000 
Selama tahun 2010 telah terjadi transaksi-transaksi sebagai berikut : 
1. Sales berjumlah Rp 182.900.000, diantaranya Rp 22.900.000 merupakan 
penjualan tunai 
2. Uang yang diterima dari langganan ( cash collection ) berjumlah Rp 123.200.000 
diantaranya sejumlah Rp 58.200.000 memanfaatkan potongan (discount) dari 
term of payment Rp 3/30 – n/50 
3. Dijaminkan piutang dagang sebesar Rp 50.000.000 kepada Lembaga Keuangan 
Sejahtera untuk mendapatkan pinjaman sejumlah Rp 35.000.000 dikurangi 0,8% 
dari pinjaman 
4. Piutang-piutang yang dinyatakan tidak tertagih berjumlah 2.800.000 di antaranya 
sejumlah Rp 1.200.000 merupakan piutang dagang yang dijaminkan 
5. Diterima piutang dagang yang dijaminkan tersebut di atas sejumlah Rp 
25.000.000 dari hasil ini ditambah bunga 10% dari pinjaman dikirimkam kepada 
Lembaga Keuangan 
6. Dikirimkan nota kredit kepada langganan sebesar Rp 9.000.000 di antaranya Rp 
5.000.000 merupakan piutang dagang yang dujaminkan 
7. Diselesaikan utang piutang kami dengan TN. Polim sebagai berikut : 
Utangnya Rp 3.800.000 
Piutangnya 1.200.000 
Rp2.600.000 diterima 
pembayarannya Rp 2.000.00 sedangkan sisanya dihapuskan.
8. Piutang dagang kepada Tn Robert sejumlah Rp 500.000 yang telah dihapuskan 
pada tahun yang lalu ternyata dapat diterima kembali 
9. Diterima piutang dagang yang dijaminkan tersebut di atas sejumlah Rp 
17.000.000 dari hasil ini dilunasi pinjaman kepada Lembaga Keuangan ditambah 
bunga 8% dari sisapinjaman 
10. Dari piutang yang ada di taksir tidak dapat ditagih 15% 
Diminta : 
1. Jurnal yang diperlukan dari transaksi selama tahun 2010 
2. Sajikan kedua akun tersebut di atas dalam Neraca per 31 Desmber 2010 
Latihan 5 
PT. Asasami mempunyai neraca akhir tertanggal 31 Desember 2008 yang antara lain 
sebagai berikut : 
Notes Receivable ………………………… Rp. 122.500.000,- 
Less : Notes receivable discounted …….. Rp. 52.500.000,- 
Rp 70.000.000 
Accounts Receivable ……… Rp. 315.000.000,- 
Less: allowance for doubtful account Rp. 35.000.000,- 
Rp. 280.000.000 
Selama tahun 2009 telah terjadi transaksi – transaksi sebagai berikut : 
1. Sales Rp 2.425.000.000,- termasuk di dalamnya sebesar Rp 225.000.000,- 
merupakan penjualan tunai / cash sales. 
2. Nota kredit yang diberikan kepada langganan sejumlah Rp 80.000.000,- 
diantaranya sejumlah Rp 22.500.000,- adalah penjualan tunai. 
3. Penerimaan notes receivable dari piutang berjumlah Rp 197.500.000,- 
4. Penerimaan uang dari langganan berjumlah Rp 156.500.000,- di antaranya 
sejumlah Rp 144.000.000,- memperoleh sales discount berdasarkan termyn of 
payment 4/20;n/50 
5. Notes Receivable Dicounted tersebut di atas yang tertera pada neraca ahir 
semuanya telah dibayar pada saat jatuh temponya, kecuali sebesar Rp 9.000.000,- 
notes tersebut diterima kembali oleh perusahaan dari langganan, kemudian 
perusahaan membayarnya ditambah protest fees sebesar Rp 150.000,- 
6. Notes yang didiskontokan berjumlah Rp 185.000.000,- dengan nilai Rp 
180.000.000,- kemudian dari jumlah ini sebesar Rp 31.250.000,- telah jatuh 
tempo tanpa protest fees. 
7. Piutang dinyatakan tak tertagih selama tahun 2003 berjumlah Rp 20.625.000,- 
8. Uang yang diterima dari notes receivable yang telah jatuh tempo sebesar Rp 
15.250.000,- di dalamnya termasuk bunga sebesar Rp 250.000,- 
9. Perusahaan telah meminjam uang dari BRI sejumlah Rp 250.000.000,- dengan 
menjaminkan piutang sejumlah Rp 312.500.000,- Bank memperhitungkan biaya 
pinjaman sebesar Rp 1.250.000,- dari piutang yang dijaminkan tersebut telah
diterima sejumlah Rp 281.250.000,- ( jumlah ini tidak termasuk dalam point 4 di 
atas ) dan dari penerimaan ini dibayarkan untuk melunasi pinjaman ke BRI 
dengan tambahan bunga sejumlah 10% untuk selama 6 bulan. 
10. Taksiran penyisihan penghapusan piutang / allowance for doubtful accounts atas 
dasar pengalaman tahun – tahun yang lalu ditetapkan sebesar 2,5% dari net credit 
sales. 
Diminta : 
1. Buatlah ayat-ayat jurnal dari transaksi selama tahun 2009 dengan memperhatikan 
neraca ahir perusahaan. 
2. Susunlah akun-akun tersebut dalam neraca per 31 Desember 2009.
BAB V 
INVENTORY 
Tujuan mempelajari bab ini adalah: 
1. enjelaskan pengertian persediaan 
2. Menjelaskan jenis-jenis persediaan 
3. Menjelaskan pengukuran persediaan 
4. Menjelaskan sistem pencatatan persediaan 
5. Menjelaskan penentuan kuantitas persediaan 
6. Menjelaskan penilaian persediaan 
A. Pengertian 
Salah satu aset lancar yang umumnya memiliki nilai yang besar diantara aset-aset 
lancar lainnya adalah persediaan. Persediaan merupakan jenis aset produktif yang dimiliki 
oleh perusahaan, karena persediaan ini merupakan aset yang mempunyai keterkaitan 
langsung dengan pendapatan perusahaan. Jika tingkat perputaran aset persediaan lambat, 
maka dapat dipastikan proses perolehan pendapatan perusahaan lambat pula dan sebaliknya 
jika pertputarannya cepat proses perolehan pendapatan perusahaan juga cepat. 
Persediaan (inventory) didefinisikan sebagai aset : 
1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal 
2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan atau 
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses 
produksi atau pemberian jasa. 
B. Jenis-jenis Persediaan 
Bagaimana perusahaan mengklasifikasikan persediaannya sangat tergantung pada 
jenis usaha yang dijalankan perusahaan yaitu apakah perusahaan perdagangan ataukah 
perusahan manufaktur. Pada perusahaan perdagangan hanya ada satu klasifikasi persediaan 
yaitu yang disebut dengan persediaan barang dagangan (merchandising inventory). Namun 
demikian persediaan ini dapat terdiri dari banyak item. Misalnya untuk supermarket 
perusahaan ini mempunyai persediaan berupa produk makanan, produk kebutuhan pokok dan 
lain-lain. Item-item ini mempunyai dua karakteristik utama yaitu pertama, persediaan ini 
dimiliki oleh perusahaan kedua, persediaan ini siap untuk dijual kembali kepada pelanggan. 
C. Pengukuran Persediaan 
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih dan 
nilai yang lebih rendah antara biaya dengan nilai realisasi bersih. Biaya 
persediaan harus meliputi biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang 
timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual
atau dipakai. Biaya persediaan seringkali disebut dengan istilah harga pokok 
persediaan. 
Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, biaya masuk dan 
pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh perusahaan 
kepada kantor pajak), biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya yang 
secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. 
Diskon dagang atau trade discont, rabat dan pos lain yang serupa di kurangkan 
dalam menentukan biaya pembelian. 
Contoh : 
PT. Nabila adalah perusahaan dagang yang membeli barang dagangan dari 
PT. Abadi sebanyak 10 unit dengan harga per unit Rp. 200.000,-. Perjanjiannya 
adalah FOB Shipping Point dimana PT. Nabila harus membayar biaya angkut Rp. 
100.000,- dan asuransi Rp. 50.000,- sedangkan PPn 10%, maka biaya persediaan 
barang dagangan yang dibeli oleh PT. Nabila adalah: 
Harga beli 10 x Rp. 200.000 = Rp. 2.000.000 
PPn 10% x 2.000.000 = Rp. 200.000 
Biaya angkut = Rp. 100.000 
Biaya asuransi = Rp. 50.000 
Biaya persediaan = Rp. 2.350.000 
Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait 
dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead tetap dan variabel yang 
dialokasikan secara sistematis yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi 
barang jadi. 
Biaya lain-lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang 
biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap 
untuk dijual atau dipakai. 
Nilai realisasi bersih adalah biaya persediaan dikurangi dengan taksiran 
biaya untuk mendistribusikan persediaan. 
D. Sistem Pencatatan Persediaan 
Ada dua sistem pencatatan untuk persediaan yaitu: 
a) Sistem pencatatan persediaan perpetual (Perpetual Inventory System) 
b) Sistem Pencatatan Persediaan Periodik (Periodic Inventory System) 
1. Sistem Perpetual
Sistem perpetual pencatatannya dilakukan secara kontinyu (perpetual) baik 
untuk pencatatan jumlahnya maupun biayanya atau harga pokoknya. Dengan 
demikian jumlah maupun biaya persediaan dapat diketahui setiap saat. Sistem ini 
seringkali diterapkan oleh perusahaan yang menjual barang dagangan dengan harga 
per unit relative mahal, jumlahnya relative sedikit dan mudah diidentifikasi. Contoh 
perusahaan yang menerapkan misalnya perusahaan mobil, perusahaan pesawat 
terbang, mebel, dan peralatan rumah tangga. Sistem perpetual ini juga bisa diterapkan 
oleh perusahaan selain yang dicontohkan di atas dikarena penggunaan wide 
spreadsheet yang disediakan oleh komputer dan penggunaan scanner 
untuk mengidentifikasi setiap item persediaan. 
Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan perpetual 
adalah sebagai berikut: 
a. Pembelian barang dagangan akan di debit pada akun persediaan 
b. Beban angkut pembelian akan di debit pada akun persediaan 
c. Retur pembelian akan di kredit ke akun persediaan 
d. Potongan pembelian akan di kredit ke akun persediaan 
e. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good 
Sold) diakui bersamaan dengan pengakuan penjualan dan akun 
persediaan akan di kredit 
f. Akun persediaan adalah akun pengendali yang didukung dengan 
buku besar pembantu untuk setiap jenis/item persediaan. 
3. Sistem Periodik atau Fisik 
Dalam sistem periodik setiap terjadi transaksi tidak langsung dicatat dalam akun 
inventori atau persediaan sehingga untuk mengetahui kuantitas maupun biaya 
persediaan melalui perhitungan fisik (stock opname) pada saat menyusun laporan 
keuangan akhir periode. 
Sistem periodik biasanya diterapkan oleh perusahaan yang menjual barang 
dagangan dengan harga per unit relative murah, jumlahnya relative banyak dan 
sulit diidentifikasi. 
Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan periodik adalah 
sebagai berikut: 
a) Pembelian barang dagangan akan diDebit pada akun pembelian. 
b) Tidak ada pencatatan pada akun persediaan. 
c) Beban angkut pembelian akan didebit pada akun Beban Angkut Pembelian. 
d) Retur dan potongan pembelian akan dikredit ke akun Retur dan Potongan 
Pembelian. 
e) Potongan tunai pembelian akun dikredit ke akun Potongan Tunai Pembelian. 
f) f) Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold) 
dihitung pada akhir periode setelah melakukan penghitungan fisik dan penilaian 
persedian akhir.
Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic, 
namun belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan, seperti 
pembayaran ongkos angkut, penerimaan dan pemberian diskon. 
Transaksi Sistem Periodek Sistem Perpetual 
1. Membeli barang 
dagangan secara 
kredit Rp 10.000 
Pembelian 
Hutang 
10.000 
10.000 
Persediaan Brg Dag 
Hutang 
10.000 
10.000 
2. Retur pembelian Rp 
500 
Hutang 
Retur 
Pembelian 
500 
500 
Hutang 
Persediaan Brg 
Dag 
500 
500 
3. Terdapat barang 
yang dijual. Harga 
jual Rp 4.000 dan 
harga pokok barang 
Rp 1.500 
Piutang/Kas 
Penjualan 
4.000 
4.000 
Piutang/Kas 
Penjualan 
HPP 
Persediaan Brg 
Dag 
4.000 
1.500 
4.000 
1.500 
4. Pada akhir tahun Mutlak harus dilakukan inventarisasi 
fisik karena tanpa inventarisasi fisik 
barang, tidak dapat diketahui 
persediaan yang ada 
Tanpa inventarisasi sudah dapat 
diketahui persediaan, namun 
inventarisasi perlu dilakukan 
Misalkan menurut 
perhitungan fisik 
pada akhir tahun 
saldo persediaan Rp 
200 dan pada awal 
tahun Rp 150. 
Ikhtisar L/R 
Persediaan B.D. 
Persediaan B.D 
Ikhtisar L/R 
150 
200 
150 
200 
Jika hasil inventarisasi fisik tidak sama 
dengan saldo rekening persediaan, 
perusahaan perlu membuat jurnal, jika 
sama tidak perlu membuat jurnal.
2. Penentuan Kepemilikan Barang 
a. Barang dalam perjalanan 
Barang barang yang keberadaannya dalam perjalanan, perlu penetapan hak 
kepemilikan barang tersebut. Kepemilikan barang ini sangat tergantung pada 
perjanjian jual beli yang telah disepakati antara penjual dengan pembeli. Ada 2 
macam perjanjian yaitu: 
1. FOB Shipping Point 
Dalam perjanjian ini hak kepemilikan barang berpindah dari penjual ke 
pembeli pada saat barang telah sampai pada perusahaan jasa pengiriman. 
Jadi barang yang berada dalam perjalanan merupakan milik pembeli sehingga 
pembeli harus memasukkan barang tersebut dalam penghitungan fisik persediaan. 
Sedangkan bagi penjual barang dalam perjalanan tersebut tidak dimasukkan 
sebagai miliknya 
3. FOB Destination 
Dalam perjanjian ini hak kepemilikan barang berpindah dari penjual ke pembeli 
pada saat barang sampai di gudang pembeli. Jadi barang dalam perjalanan 
merupakan milik penjual, sehingga penjual harus memasukkan barang tersebut 
dalam penghitungan fisik persediaan. Sebaliknya bagi pembeli barang dalam 
perjalanan tersebut tidak dimasukkan sebagai miliknya, 
Ilustrasi : Persayaratan Penyerahan
b. Barang Konsinyasi 
Perusahaan perdagangan seringkali menjual barang yang bukan dibelinya 
sendiri dari pemasoknya tetapi merupakan titipan dari pihak lain. Pihak yang 
menitipkan barang ini (pemilik barang) disebut consignor sedangkan pihak yang 
menerima titipan barang (pihak yang menjualkan) disebut dengan consignee. 
Bagi consignor barang konsinyasi ini jika masih belum terjual maka harus 
dimasukkan sebagai persediaan mereka. 
A. MENENTUKAN NILAI DARI PERSEDIAAN AKHIR 
Jika perusahaan sering membeli barang dan harga beli masing-masing pembelian 
berbeda, maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam menentukan harga 
pokok barang yang dipakai/dijual dan harga pokok barang yang masih ada di 
gudang. 
Sebagai contoh data persediaan barang dagangan untuk bulan Januari 2009 
sebagai berikut: 
Januari 1 Persediaan 200 unit @ Rp10 = Rp 2.000 
12 Pembelian 400 unit @ Rp12 = Rp 4.800 
26 Pembelian 300 unit @ Rp11 = Rp 3.300
30 Pembelian 100 unit @ Rp13 = Rp 1.300 
Setelah dilakukan inventarisasi fisik, jumlah pesediaan per 31 Januari 2009 adalah 
300 unit. Tentukan: 
a. Persediaan per 31 Januari 2009. 
b. Harga pokok persediaan yang dijual dalam bulan Januari 2009. 
Barang yang tersedian untuk dijual selama bulan Januari adalah 200 + 400 + 300 
+ 100 = 1.000 unit, maka barang yang dijual adalah 1.000 – 300 = 700 unit. 
Karena harga belinya berbeda-beda, maka perlu asumsi arus barang yang akan 
digunakan sebagai dasar penentuan harga pokok barang yang dijual dan 
persediaan akhir sebagai berikut: 
a. FIFO (First In First Out), barang yang masuk terlebih dahulu dianggap yang 
pertama kali dijual/keluar sehingga persediaan akhir akan berasal dari 
pembelian yang termuda/terakhir. 
b. LIFO (Last In First Out), barang yang terakhir masuk dianggap yang pertama 
kali keluar, sehingga persediaan akhir terdiri dari pembelian yang paling awal. 
c. Average, pengeluaran barang secara acak dan harga pokok barang yang sudah 
digunakan maupun yang masih ada ditentukan dengan cara dicari rata-ratanya. 
Penerapan asumsi ini berlaku baik dalam sistem periodik maupun dalam 
sistem perpetual. 
a. Jika perusahaan menggunakan Sisem Periodik 
1) FIFO 
Dengan metode ini jumlah barang yang digunakan sebanyak 700 unit 
diasumsikan berasal dari barang yang pertama kali dibeli, yaitu: 
200 unit @ Rp 10 = Rp 2.000 
400 unit @ Rp 12 = Rp 4.800 
100 unit @ Rp 11 = Rp 1.100 
Harga pokok penjualan Rp 7.900 
Selanjutnya persediaan yang 300 unit dianggap dari pembelian tanggal 26 
dan 30 Januari 2006 dengan rincian sebagai berikut: 
200 unit @ Rp 11 = Rp 2.200 
100 unit @ Rp 13 = Rp 1.300 
Persediaan akhir Rp 3.500 
2) LIFO 
Dengan metode ini jumlah barang yang dijual sebanyak 700 unit 
diasumsikan berasal dari barang yang terakhir dibeli, yaitu: 
100 unit @ Rp 13 = Rp 1.300 
300 unit @ Rp 11 = Rp 3.300 
300 unit @ Rp12 = Rp 3.600 
Harga pokok penjualan Rp 8.200 
Selanjut persediaan akhir 300 unit dianggap berasal dari pembelian 
tanggal 1 dan 12 Januari 2006, yaitu:
200 unit @ Rp 10 = Rp 2.000 
100 unit @ Rp 12 = Rp 1.200 
Persediaan akhir Rp 3.200 
3). Metode Rata-rata 
Untuk menghitung persediaan akhir dan harga pokok penjualan perlu 
dibuat perhitungan sebagai berikut: 
Tanggal Keterangan Unit Harga per 
Unit 
Jumlah 
Jan 1 Persediaan 200 Rp 10 Rp 2.000 
12 Pembelian 400 Rp 12 Rp 4.800 
26 Pembelian 300 Rp 11 Rp 3.300 
30 Pembelian 100 Rp 13 Rp 1.300 
Jumlah 1,000 Rp 11.400 
Rata-rata = Rp11.400 : 1.000 Rp 11,4 
Harga pokok penjualan = 700 x Rp 11,4 = Rp 7.980 
Persediaan akhir = 300 x Rp11,4 = 3.240 
b. Jika perusahaan menggunakan Sistem Perpetual 
Jika perusahaan menggunakan sistem perpetual, penentuan harga pokok 
barang yang dijual dan persediaan akhir dilakukan setiap perusahaan menjual 
barang. Untuk mempermudah pekerjaan menentukan harga pokok ini 
digunakan suatu kartu yang lazim disebut Kartu Persediaan. Satu jenis barang 
disediakan satu Kartu. Dengan demikian sistem ini baru cocok untuk 
persediaan yang nilainya tinggi. 
Misalkan atas satu jenis barang diperoleh informasi sebagai berikut: 
Tanggal Keterangan Unit Harga Beli per Unit 
Jan. 1 Persediaan 200 Rp 10 
12 Pembelian 400 Rp 12 
17 Dijual 300 
26 Pembelian 300 Rp 11 
27 Dijual 200 
28 Dijual 300 
30 Pembelian 100 Rp 13
Berikut ini hanya diberikan contoh metode FIFO: 
Tgl Ket 
Dibeli Dipakai Persediaan 
Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah 
Jan 
1 
Persediaan 200 10 2.000 
12 Pembelian 400 12 4.800 200 
400 
10 
12 
2.000 
4.800 
17 Dijual 200 
100 
10 
12 
2.000 
1.200 
300 12 3.600 
26 Pembelian 300 11 3.300 300 
300 
12 
11 
3.600 
3.300 
27 Dijual 200 12 2.400 100 
300 
12 
11 
1.200 
3.300 
28 Dijual 100 
200 
12 
11 
1.200 
2.200 
100 11 1.100 
30 Pembelian 100 13 1.300 100 
100 
11 
13 
1.100 
1.300 
B. MENAKSIR NILAI PERSEDIAAN 
Kadangkala situasi tidak memungkinkan dilakukan penghitungan fisik atau sistem 
perpetual sangat mahal untuk diterapkan. Suatu supermarket dengan beribu 
macam jenis persediaan mungkin akan terganggu operasionalnya jika setiap bulan 
harus melakukan penghitungan fisik persediaan dalam rangka menyusun laporan 
keuangan bulanan. Perusahaan asuransi dalam menentukan besarnya kerugian 
atas persediaan yang terbakar tidak mungkin menghitung secara fisik barang yang 
terbakar karena barangnya sudah rusak bahkan habis. 
Keadaan di atas mendorong dilakukan penaksiran cost dari persediaan. Terdapat 
dua metode yang sering digunakan yaitu metode harga eceran dan metode laba 
kotor. 
1. Metode Harga Eceran 
Cost persediaan ditentukan dengan mengkonversi persediaan menurut harga 
eceran menjadi cost dengan mengggunakan prosentase cost terhadap harga 
eceran. 
Contoh: 
Harga Pokok (Cost) Harga Eceran 
Persediaan 1 Januari 2005 Rp 60.000 Rp 100.000 
Pembelian Januari 2005 Rp 540.000 Rp 900.000 
Barang tersedia untuk dijual Rp 600.000 Rp 1.000.000 
% Cost thd Harga Eceran= (600.000 : 1.000.000) x 100% = 60% 
Penjualan Rp 700.000 
Persediaan akhir Rp 300.000 
Nilai cost persediaan akhir = 60% x Rp 300.000 = Rp 180.000
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan
Modul akuntansi keuangan

More Related Content

What's hot

4. bab iv_kerangka_konseptual_oke
4. bab iv_kerangka_konseptual_oke4. bab iv_kerangka_konseptual_oke
4. bab iv_kerangka_konseptual_okeErviinn LiiNdry
 
Standar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikStandar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikJunianto Junianto
 
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaAudit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaNony Saraswati Gendis
 
KLASIFIKASI BIAYA
KLASIFIKASI BIAYAKLASIFIKASI BIAYA
KLASIFIKASI BIAYAAry Efendi
 
Makalah auditing i (sasaran, tujuan, dan bukti audit) kel. 3
Makalah auditing i (sasaran, tujuan, dan bukti audit) kel. 3Makalah auditing i (sasaran, tujuan, dan bukti audit) kel. 3
Makalah auditing i (sasaran, tujuan, dan bukti audit) kel. 3Jiantari Marthen
 
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori ProduksiKonsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori ProduksiEarly Ridho Kismawadi
 
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangMateri AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangRyan Gamof
 
Makalah Teori Akuntansi: Teori Positif
Makalah Teori Akuntansi: Teori PositifMakalah Teori Akuntansi: Teori Positif
Makalah Teori Akuntansi: Teori Positifghiyats dewantara
 
Sistem Biaya Taksirn
Sistem Biaya TaksirnSistem Biaya Taksirn
Sistem Biaya TaksirnAdi Jauhari
 
Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3Asep suryadi
 
Karakteristik laba
Karakteristik labaKarakteristik laba
Karakteristik labaAmy Cuex
 
Kode Etik Profesi Akuntan Publik ppt
Kode Etik Profesi Akuntan Publik pptKode Etik Profesi Akuntan Publik ppt
Kode Etik Profesi Akuntan Publik pptFuad Rahardi
 
Konsep Biaya dan perilaku Biaya
Konsep Biaya dan perilaku BiayaKonsep Biaya dan perilaku Biaya
Konsep Biaya dan perilaku BiayaFutmalia93
 
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingPengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingAsep suryadi
 
pembentukan teori akuntansi
pembentukan teori akuntansipembentukan teori akuntansi
pembentukan teori akuntansiNadia Amelia
 
Kecurangan, Pengendalian Internal, dan Kas
Kecurangan, Pengendalian Internal, dan KasKecurangan, Pengendalian Internal, dan Kas
Kecurangan, Pengendalian Internal, dan KasFair Nurfachrizi
 

What's hot (20)

4. bab iv_kerangka_konseptual_oke
4. bab iv_kerangka_konseptual_oke4. bab iv_kerangka_konseptual_oke
4. bab iv_kerangka_konseptual_oke
 
Standar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikStandar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publik
 
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaAudit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
 
Akuntansi komparatif
Akuntansi komparatifAkuntansi komparatif
Akuntansi komparatif
 
KLASIFIKASI BIAYA
KLASIFIKASI BIAYAKLASIFIKASI BIAYA
KLASIFIKASI BIAYA
 
Makalah auditing i (sasaran, tujuan, dan bukti audit) kel. 3
Makalah auditing i (sasaran, tujuan, dan bukti audit) kel. 3Makalah auditing i (sasaran, tujuan, dan bukti audit) kel. 3
Makalah auditing i (sasaran, tujuan, dan bukti audit) kel. 3
 
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori ProduksiKonsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
 
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka PanjangMateri AKM 2 Utang Jangka Panjang
Materi AKM 2 Utang Jangka Panjang
 
Makalah Teori Akuntansi: Teori Positif
Makalah Teori Akuntansi: Teori PositifMakalah Teori Akuntansi: Teori Positif
Makalah Teori Akuntansi: Teori Positif
 
Sistem Biaya Taksirn
Sistem Biaya TaksirnSistem Biaya Taksirn
Sistem Biaya Taksirn
 
Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3
 
Karakteristik laba
Karakteristik labaKarakteristik laba
Karakteristik laba
 
Makalah Sewa Guna Usaha
Makalah Sewa Guna UsahaMakalah Sewa Guna Usaha
Makalah Sewa Guna Usaha
 
Makalah sistem ekonomi
Makalah sistem ekonomiMakalah sistem ekonomi
Makalah sistem ekonomi
 
Kode Etik Profesi Akuntan Publik ppt
Kode Etik Profesi Akuntan Publik pptKode Etik Profesi Akuntan Publik ppt
Kode Etik Profesi Akuntan Publik ppt
 
Konsep Biaya dan perilaku Biaya
Konsep Biaya dan perilaku BiayaKonsep Biaya dan perilaku Biaya
Konsep Biaya dan perilaku Biaya
 
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingPengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
 
pembentukan teori akuntansi
pembentukan teori akuntansipembentukan teori akuntansi
pembentukan teori akuntansi
 
Kecurangan, Pengendalian Internal, dan Kas
Kecurangan, Pengendalian Internal, dan KasKecurangan, Pengendalian Internal, dan Kas
Kecurangan, Pengendalian Internal, dan Kas
 
Kel. 7
Kel. 7Kel. 7
Kel. 7
 

Viewers also liked

Penilaian surat berharga
Penilaian surat berhargaPenilaian surat berharga
Penilaian surat berhargaMastrynie Then
 
Pencatatan Surat Berharga
Pencatatan Surat BerhargaPencatatan Surat Berharga
Pencatatan Surat BerhargaYorim N. Lasboi
 
Silabus akuntansi perusahaan jasa dan dagang
Silabus akuntansi perusahaan jasa dan dagangSilabus akuntansi perusahaan jasa dan dagang
Silabus akuntansi perusahaan jasa dan dagangAngela Purwanti
 
RPP Mapel Akuntansi SMK
RPP Mapel Akuntansi SMKRPP Mapel Akuntansi SMK
RPP Mapel Akuntansi SMKRini Handayani
 
RPP SMK Pengantar Akuntansi Keuangan Kelas X
RPP SMK Pengantar Akuntansi Keuangan Kelas XRPP SMK Pengantar Akuntansi Keuangan Kelas X
RPP SMK Pengantar Akuntansi Keuangan Kelas XDiva Pendidikan
 

Viewers also liked (6)

Penilaian surat berharga
Penilaian surat berhargaPenilaian surat berharga
Penilaian surat berharga
 
Pencatatan Surat Berharga
Pencatatan Surat BerhargaPencatatan Surat Berharga
Pencatatan Surat Berharga
 
Silabus akuntansi keuangan
Silabus akuntansi keuanganSilabus akuntansi keuangan
Silabus akuntansi keuangan
 
Silabus akuntansi perusahaan jasa dan dagang
Silabus akuntansi perusahaan jasa dan dagangSilabus akuntansi perusahaan jasa dan dagang
Silabus akuntansi perusahaan jasa dan dagang
 
RPP Mapel Akuntansi SMK
RPP Mapel Akuntansi SMKRPP Mapel Akuntansi SMK
RPP Mapel Akuntansi SMK
 
RPP SMK Pengantar Akuntansi Keuangan Kelas X
RPP SMK Pengantar Akuntansi Keuangan Kelas XRPP SMK Pengantar Akuntansi Keuangan Kelas X
RPP SMK Pengantar Akuntansi Keuangan Kelas X
 

Similar to Modul akuntansi keuangan

Rangkuman akuntansi keuangan kuliah semster3
Rangkuman akuntansi keuangan kuliah semster3Rangkuman akuntansi keuangan kuliah semster3
Rangkuman akuntansi keuangan kuliah semster3Kartika Dwi Rachmawati
 
Bab 1 akuntansi sebagai sistem informasi
Bab 1 akuntansi sebagai sistem informasiBab 1 akuntansi sebagai sistem informasi
Bab 1 akuntansi sebagai sistem informasiSuardiLantong1
 
Bab 2 Asumsi dan Prinsip Dasar Akuntansi (Pengantar Akuntansi)
Bab 2 Asumsi dan Prinsip Dasar Akuntansi (Pengantar Akuntansi)Bab 2 Asumsi dan Prinsip Dasar Akuntansi (Pengantar Akuntansi)
Bab 2 Asumsi dan Prinsip Dasar Akuntansi (Pengantar Akuntansi)Fajar Sandy
 
POWER POINT AKUNTANSI SEMSESTER 3 YUGI TAHOLI HIDYAN
POWER POINT AKUNTANSI SEMSESTER 3 YUGI TAHOLI HIDYANPOWER POINT AKUNTANSI SEMSESTER 3 YUGI TAHOLI HIDYAN
POWER POINT AKUNTANSI SEMSESTER 3 YUGI TAHOLI HIDYANYugi Hidyan
 
Ppt Akuntansi Keuangan Menengah 1,Beatrix Yunarti Manehat
Ppt Akuntansi Keuangan Menengah 1,Beatrix Yunarti ManehatPpt Akuntansi Keuangan Menengah 1,Beatrix Yunarti Manehat
Ppt Akuntansi Keuangan Menengah 1,Beatrix Yunarti ManehatBeatrix Yunarti
 
Kerangka Kerja Konseptual Yang Mendasri Akuntansi Keuangan
Kerangka Kerja Konseptual Yang Mendasri Akuntansi KeuanganKerangka Kerja Konseptual Yang Mendasri Akuntansi Keuangan
Kerangka Kerja Konseptual Yang Mendasri Akuntansi KeuanganAmrul Rizal
 
Implementasi Conceptual Framawork dalam Pelaporan Akuntanasi pada PT Bank Cen...
Implementasi Conceptual Framawork dalam Pelaporan Akuntanasi pada PT Bank Cen...Implementasi Conceptual Framawork dalam Pelaporan Akuntanasi pada PT Bank Cen...
Implementasi Conceptual Framawork dalam Pelaporan Akuntanasi pada PT Bank Cen...RaihanAbid1
 
viktorius nong vides
viktorius nong videsviktorius nong vides
viktorius nong videsnongvides
 
Ppt Akuntansi Keuangan Menengah 1,Beatrix Yunarti Manehat
Ppt Akuntansi Keuangan Menengah 1,Beatrix Yunarti ManehatPpt Akuntansi Keuangan Menengah 1,Beatrix Yunarti Manehat
Ppt Akuntansi Keuangan Menengah 1,Beatrix Yunarti ManehatBeatrix Yunarti
 
1-PA Siklus Ak & LK (1).ppt
1-PA Siklus Ak & LK (1).ppt1-PA Siklus Ak & LK (1).ppt
1-PA Siklus Ak & LK (1).pptMNDani
 
Presentasi akuntansi keuangan
Presentasi akuntansi keuanganPresentasi akuntansi keuangan
Presentasi akuntansi keuangannitrixblog
 
Akuntansi dan-laporan-keuangan
Akuntansi dan-laporan-keuanganAkuntansi dan-laporan-keuangan
Akuntansi dan-laporan-keuanganIma Rosmiati
 
Makalah psak 1 kerangka konseptual
Makalah psak 1 kerangka konseptualMakalah psak 1 kerangka konseptual
Makalah psak 1 kerangka konseptualSeptaria Seri
 

Similar to Modul akuntansi keuangan (20)

Rangkuman akuntansi keuangan kuliah semster3
Rangkuman akuntansi keuangan kuliah semster3Rangkuman akuntansi keuangan kuliah semster3
Rangkuman akuntansi keuangan kuliah semster3
 
Bab 1 akuntansi sebagai sistem informasi
Bab 1 akuntansi sebagai sistem informasiBab 1 akuntansi sebagai sistem informasi
Bab 1 akuntansi sebagai sistem informasi
 
Bab 2-konsep-dasar
Bab 2-konsep-dasarBab 2-konsep-dasar
Bab 2-konsep-dasar
 
Bab 2 Asumsi dan Prinsip Dasar Akuntansi (Pengantar Akuntansi)
Bab 2 Asumsi dan Prinsip Dasar Akuntansi (Pengantar Akuntansi)Bab 2 Asumsi dan Prinsip Dasar Akuntansi (Pengantar Akuntansi)
Bab 2 Asumsi dan Prinsip Dasar Akuntansi (Pengantar Akuntansi)
 
Tujuan laporan keuangan
Tujuan laporan keuanganTujuan laporan keuangan
Tujuan laporan keuangan
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
POWER POINT AKUNTANSI SEMSESTER 3 YUGI TAHOLI HIDYAN
POWER POINT AKUNTANSI SEMSESTER 3 YUGI TAHOLI HIDYANPOWER POINT AKUNTANSI SEMSESTER 3 YUGI TAHOLI HIDYAN
POWER POINT AKUNTANSI SEMSESTER 3 YUGI TAHOLI HIDYAN
 
Tugas ujian teori akuntansi
Tugas ujian teori akuntansi Tugas ujian teori akuntansi
Tugas ujian teori akuntansi
 
Ppt Akuntansi Keuangan Menengah 1,Beatrix Yunarti Manehat
Ppt Akuntansi Keuangan Menengah 1,Beatrix Yunarti ManehatPpt Akuntansi Keuangan Menengah 1,Beatrix Yunarti Manehat
Ppt Akuntansi Keuangan Menengah 1,Beatrix Yunarti Manehat
 
Kerangka Kerja Konseptual Yang Mendasri Akuntansi Keuangan
Kerangka Kerja Konseptual Yang Mendasri Akuntansi KeuanganKerangka Kerja Konseptual Yang Mendasri Akuntansi Keuangan
Kerangka Kerja Konseptual Yang Mendasri Akuntansi Keuangan
 
Implementasi Conceptual Framawork dalam Pelaporan Akuntanasi pada PT Bank Cen...
Implementasi Conceptual Framawork dalam Pelaporan Akuntanasi pada PT Bank Cen...Implementasi Conceptual Framawork dalam Pelaporan Akuntanasi pada PT Bank Cen...
Implementasi Conceptual Framawork dalam Pelaporan Akuntanasi pada PT Bank Cen...
 
viktorius nong vides
viktorius nong videsviktorius nong vides
viktorius nong vides
 
Ppt Akuntansi Keuangan Menengah 1,Beatrix Yunarti Manehat
Ppt Akuntansi Keuangan Menengah 1,Beatrix Yunarti ManehatPpt Akuntansi Keuangan Menengah 1,Beatrix Yunarti Manehat
Ppt Akuntansi Keuangan Menengah 1,Beatrix Yunarti Manehat
 
Presentation2 laka buni
Presentation2 laka buniPresentation2 laka buni
Presentation2 laka buni
 
1-PA Siklus Ak & LK (1).ppt
1-PA Siklus Ak & LK (1).ppt1-PA Siklus Ak & LK (1).ppt
1-PA Siklus Ak & LK (1).ppt
 
Presentasi akuntansi keuangan
Presentasi akuntansi keuanganPresentasi akuntansi keuangan
Presentasi akuntansi keuangan
 
Filianus fery.akun
Filianus fery.akunFilianus fery.akun
Filianus fery.akun
 
Akuntansi dan-laporan-keuangan
Akuntansi dan-laporan-keuanganAkuntansi dan-laporan-keuangan
Akuntansi dan-laporan-keuangan
 
Makalah psak 1 kerangka konseptual
Makalah psak 1 kerangka konseptualMakalah psak 1 kerangka konseptual
Makalah psak 1 kerangka konseptual
 
tugas 4
tugas 4tugas 4
tugas 4
 

More from Shafira Nurul Firdausta (17)

Makalah turki
Makalah turkiMakalah turki
Makalah turki
 
Tata cara revisi anggaran tahun 2013 copy
Tata cara revisi anggaran tahun 2013   copyTata cara revisi anggaran tahun 2013   copy
Tata cara revisi anggaran tahun 2013 copy
 
Manpem
ManpemManpem
Manpem
 
Yang baru
Yang baruYang baru
Yang baru
 
Biografi calon menteri kabinet jokowi 2014
Biografi calon menteri kabinet jokowi 2014Biografi calon menteri kabinet jokowi 2014
Biografi calon menteri kabinet jokowi 2014
 
Ekonomi Publik
Ekonomi PublikEkonomi Publik
Ekonomi Publik
 
Dokumentasi sistem informasi akuntansi
Dokumentasi sistem informasi akuntansiDokumentasi sistem informasi akuntansi
Dokumentasi sistem informasi akuntansi
 
04.isi
04.isi04.isi
04.isi
 
Dokumentasi sistem informasi akuntansi
Dokumentasi sistem informasi akuntansiDokumentasi sistem informasi akuntansi
Dokumentasi sistem informasi akuntansi
 
Pajak pph pasal 22
Pajak pph pasal 22Pajak pph pasal 22
Pajak pph pasal 22
 
Contoh kasus pph pasal 22
Contoh kasus pph pasal 22Contoh kasus pph pasal 22
Contoh kasus pph pasal 22
 
Temporary investment
Temporary investmentTemporary investment
Temporary investment
 
Soal latihan aktiva tetap lanjutan
Soal latihan aktiva tetap lanjutanSoal latihan aktiva tetap lanjutan
Soal latihan aktiva tetap lanjutan
 
Investmen in stock jobsheet
Investmen in stock jobsheetInvestmen in stock jobsheet
Investmen in stock jobsheet
 
Adjustment pada penghapusan. jobsheet
Adjustment pada penghapusan. jobsheetAdjustment pada penghapusan. jobsheet
Adjustment pada penghapusan. jobsheet
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
PENGANTAR MANAJEMEN - PERBEDAAN BUDAYA
PENGANTAR MANAJEMEN - PERBEDAAN BUDAYAPENGANTAR MANAJEMEN - PERBEDAAN BUDAYA
PENGANTAR MANAJEMEN - PERBEDAAN BUDAYA
 

Modul akuntansi keuangan

  • 1. BAB I KERANGKA DASAR AKUNTANSI KEUANGAN A. Pendahuluan Laporan keuangan perusahaan umumnya disusun berdasarkan prinsip prinsip akuntansi yang berterima umum untuk industri dimana perusahaan itu dikategorikan. Prinsip prinsip akuntansi berterima umum tersebut mencakup semua standar serta interpretasi yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar. Misalnya untuk perusahaan perbankan, laporan keuangannya harus disusun sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi untuk industri perbankan, untuk perusahaan tambang maka laporan keungannya harus disusun sesuai dengan prinsip prinsip akuntansi untuk industri pertambangan. Penerapan prinsip prinsip ini harus dilakukan agar pemakai laporan keuangan bisa membandingkan kondisi perusahaan satu sama lainnya dalam industri yang sama sehingga dapat menilai kelebihan dan kekurangan masing masing perusahaan. Jika demikian maka akan memudahkan pemakai laporan keuangan dalam membuat keputusan. Prinsip prinsip akuntansi yang berterima umum atau sering disebut dengan standar akuntansi keuangan tadi disusun berdasarkan kerangka pemikiran yang berisi tentang penjelasan penjelasan atau konsep konsep dasar mengapa dan bagaimana seharusnya laporan keuangan dibuat dengan menetapkan kriteria kriteria tertentu agar tujuan yang diinginkan atas penyusunan laporan keuangan dapat tercapai. B. Pengertian dan Manfaat Kerangka Dasar Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa prinsip prinsip akuntansi yang berterima umum yang digunakan sebagai pedoman untuk melakukan praktek pelaporan keuangan disusun berdasarkan kerangka pemikiran berupa konsep konsep dasar yang berhubungan dengan
  • 2. laporan keuangan tersebut. Kumpulan dari konsep-konsep dasar yang melandasai penyusunan dan penyajian laporan keuangan ini diisebut dengan istilah kerangka dasar akuntansi keuangan atau kerangka konseptual akuntansi keuangan. Menurut Ikatan AkuntanIndonesia (IAI), kerangka dasar ini disebut dengan istilah Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keungan yang didefinsikan sebagai konsep konsep pemikiran yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. (IAI, 2004, hal. 1) Kerangka dasar ini diperlukan mengingat manfaatnya yaitu: 1. Kerangka dasar akan memberikan definisi yang luas mengenai tujuan, istilah serta konsep konsep yang terdapat dalam praktek penyusunan dan penyajian laporan keuangan saat ini. Penentuan definisi, istilah, tujuan dan konsep dasar maka kerangka dasar dapat memberikan penjelasan mengenai batas batas akuntansi dan pelaporan keuangan. Dengan demikian akan memberikan kesamaan pemahaman antara penyusun maupun pemakai dalam menginterpretasikan laporan keuangan. 2. Kerangka dasar berguna untuk pengembangan standar baru dan peninjauan atas standar yang pernah ada. Hal ini disebabkan oleh lingkungan usaha yang selalu berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan lingkungan usaha secara otomotis akan menimbulkkan berbagai jenis transaksi baru yang memerlukan pengaturan cara melaporkan dan menyajikannya dalam laporan keuangan. 3. Kerangka dasar juga bermanfaat untuk memilih metode yang paling tepat untuk pelaporan aktivitas perusahaan. Hal ini disebabkan standar untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang ada menyediakan lebih dari satu pilihan pelaporan untuk transaksi tertentu. IAI (2007, hal. 1) menyatakan bahwa tujuan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi: 1. Komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam pelakasanaan tugasnya 2. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan 3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum 4. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan C. Tujuan Laporan Keuangan
  • 3. Penetapan tujuan laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting sebelum laporan keuangan itu disusun dan disajikan untuk kepentingan berbagai pihak yang membutuhkannya. Penetapan tujuan laporan keuangan meliputi kegiatan kegiatan seperti mengidentifaksi siapa pemakai laporan keuangan, mengidentifikasi keputusan apa saja yang dilakukan oleh pemakai laporan keuangan dan kebutuhan informasinya baik jenis maupun banyaknya. Dengan mengetahui tujuan laporan keuangan akuntan dapat menentukan kriteria kriteria yang diperlukan untuk menghasilkan cara-cara terbaik dalam melaporkan informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan tersebut. Dengan demikian laporan keuangan akan berdayaguna sebagai dasar untuk pengambilan keputusan pemakainya. Terdapat berbagai rumusan tujuan laporan keuangan. Menurut FASB (1979, 16-21) tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi: 1. yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi, serta kredit 2. yang berguna untuk investor yang ada dan yang potensial, kreditur yang ada dan yang potensial serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian arus kas masa depan 3. yang menunjukkan tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut dan perubahan di dalamnya. D. Asumsi Dasar Asumsi dasar menggambarkan aspek lingkungan dimana akuntansi atau laporan keuangan itu berada. Menurut FASB terdapat empat asumsi dasar yang mendasari struktur akuntansi yaitu: 1) entitas ekonomi (economic entity) , kelangsungan hidup (going concern), 3) unit moneter (monetery unit/unit of measure), dan 4) periodisitas (periodicity). 1. Asumsi Entitas Ekonomi Asumsi ini mengandung arti bahwa perusahaan dipandang sebagai sebuah unit usaha yang berdiri sendiri terpisah dari pemiliknya dan dari kesatuan usaha lainnya dimana akuntansi itu berada. Artinya akuntansi hanya akan melaporkan aktivitas ekonomis yang dialami perusahaan itu sendiri bukan melaporkan aktivitas ekonomi pemiliknya sehingga ada pemisahan yang jelas antara perusahaan dengan pemilikyna. Demikian pula misalnya aktivitas dan unsur unsur perusahaan X dapat dibedakan dengan aktivitas dan unsur unsur perusahaan Y sehingga dimungkinkan untuk menilai atau membandingkan kinerja kedua perusahaan tersebut untuk mengetahui mana yang mempunyai kinerja yang lebih baik dikarenakan setiap perusahaan akan melaporakan aktivitas usahanya sendiri sendiri.
  • 4. Asumsi ini tidak hanya berlaku untuk memisahkan atau membedakan aktivitas antar dua perusahaan, antar perusahaan dengan pemiliknya, antar perusahaan dengan pemiliknya tetapi juga bisa digunakan untuk memisahkan individu, sebuah departemen atau divisi atau sebuah industri secara keseluruhan sebagai satu entitas tersendiri. 2. Asumsi Kelangsungan Hidup Asumsi ini mengandung arti bahwa setiap perusahaan akan memiliki umur yang panjang atau tidak akan dilikuidasi di masa yang akan datang untuk memenuhi tujuan dan komitmen mereka, meskipun pada kenyataannya umur perusahaan adalah tidak pasti berapa lama. Asumsi ini berpengrauh terhadap prinsip penilaian atas pos pos laporan keuangan misalnya aset dimana aset umumnya dinilai dengan menggunakan prinsip biaya historis daripada menggunakan nilai likuidasi. Asumsi ini tidak akan berlaku jika suatu entitas usaha didirikan dengan batasan umur yang telah ditetapkan. 3. Asumsi Unit Moneter Asumsi ini mengandung arti bahwa setiap transaksi yang terjadi akan dicatat dengan menggunakan satuan uang (unit moneter) meskipun dapat dicatat dengan menggunkan satuan ukuran yang lain. Misalnya jika perusahaan membeli sebidang tanah, maka perusahaan sebetulnyan dapat mencatat aset tersebut dengan menggunakan ukuran meter persegi katakanlah 500 meter persegi. Tetapi perusahaan dapat pula mencatatnya dengan menggunakan satuan ukuran yang lain yaitu dengan satuan uang, katakanlah sebesar harga perolehannya Rp. 400 juta. Penggunaan asumsi ini memungkinkan semua aset, kewajiban, modal, pendapatan dan biaya untuk dicatat dengan satuan ukuran yang sama atau seragam. Sedangkan satuan uang (unit moneter) yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporannya tergantung pada mata uang negara dimana perusahaan itu berada. Misalnya kalau perusahaan itu di Indonesia menggunakan rupiah, tetapi jika di Amerika menggunakan dollar Amerika. (US dollar). 4. Asumsi Periodisitas Asumsi ini menyatakan bahwa laporan keuangan harus disusun dan disajikan secara periodik. Asumsi ini diterapkan karena perusahaan dianggap beroperasi secara terus menerus dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Kalau ada pihak pihak yang membutuhkan informasi mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan, sebetulnya cara yang paling akurat adalah dengan menghentikan aktivitas operasi perusahaan tersebut dalam jangka waktu tertentu. Cara ini tentu saja tidak mungkin dilakukan, mengingat pihak pihak yang membutuhkan informasi tadi harus segera
  • 5. dipenuhi untuk membuat keputusan. Untuk itu aktivitas ekonomi sebuah perusahaan harus dapat dipisahkan ke dalam periode waktu yang ditetapkan batasannya, misalnya tahunan, semesteran atau bulanan. Oleh karena itu akuntansi atau laporan keuangan dapat disusun dan disajikan secara periodik untuk memberikan informasi baik posisi keuangan maupun kinerja perusahaan. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAI, 2004, hal.6) menetapkan dua asumsi dasar yaitu: 1. Dasar Akrual Asumsi ini mengandung arti bahwa pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode bersangkutan 2. Kelangsungan Usaha Asumsi ini memiliki arti bahwa perusahaan diasumsikan akan beroperasi terus di masa depan tanpa batasan, tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus diungkapkan. E. Karakateristik Kualitatif Laporan Keuangan Produk dari akuntansi adalah informasi kuantitaif yang bersifat keuangan. Informasi akan mempunyai nilai kegunaan yang tinggi untuk pengambilan keputusan jika memenuhi kriteria kualitas informasi yang baik. Kualitas informasi akuntansi ini dikenal dengan istilah karakteristik kualitatif laporan keuangan. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat (4) karaktristik kualitatif pokok yaitu, 1) dapat dipahami, 2) relevan, 3) keandalan dan 4) dapat dibandingkan (IAI, 2004, hal.7) 1. Dapat Dipahami Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan harus mudah dipahami oleh pemakai. Untuk menunjang pemahaman pemakai atas laporan keuangan, pemakai harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
  • 6. 2. Relevan Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. 3. Keandalan Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaianya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat dibandingkan Agar lebih bermanfaat laporan keuangan perusahaan memiliki sifat dapat diperbandingkan. Perbandingan dapat dilakukan antar periode untuk mengetahui kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keungan perusahaan. Perbandingan dapat pula dilakukan antar perusahaan sejenis untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
  • 7. F. Unsur-unsur Laporan Keuangan Informasi tentang posisi keuangan suatu perusahaan dapat dilihat pada neraca sedangkan informasi tentang kinerja perusahaan dapat dilihat pada laporan laba rugi. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan posisi keuangan maupun kinerja perusahaan perlu diketahui terlebih dahulu isi atau kandungan informasi apa saja yang ada pada kedua jenis laporan keuangan tersebut. Isi atau kandungan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut akan disusun berdasarkan kriteria tertentu sehingga membentuk kelompok kelompok. Setiap kelompok ini disebut dengan unsur unsur laporan keuangan. Setiap kelompok diberi istilah dan definisi. Istilah istilah ini merupakan bahasa bisnis atau jargon akuntansi. Misalnya dalam neraca terdapat tiga kelompok besar yaitu aset, kewajiban dan ekuitas. Sedangakn di dalam laporan laba rugi dikenal dua kelompok besar yaitu penghasilan dan beban. Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAI, 2004, hal.12-20) ditetapkan bahwa unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban dan ekuitas. Unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. 1. Aset Aset adalah sumberdaya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana ma ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. menjadi aset lancar, aset tetap dan aset lain-lain. Aset tetap adalah aset dimiliki tidak untuk dijual kembali, digunakan untuk operasi perusahaan dan mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun atau . siklus operasi normal Aset lancar adalah kas dan aset lain yang diperkirakan dapat dikonversi menjadi uang kas, dijual atau dikonsumsi baik dalam jangka waktu satu tahun atau dalam siklus operasi, mana yang lebih panjang. Aturan pada umumnya juga menyebutkan bahwa jika suatu aset dapt diubah menjadi kas atau digunakan untuk membayar kewajiban lancar dalam kangka waktu satu tahun atau siklus operasi, mana yang lebih panjang maka aset itu diklasifikasi sebagai lancar. Aset lain-lain adalah aset yang tidak memenuhi sifat sebagai aset lancar dan aset tetap. 2. Kewajiban
  • 8. Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul akibat dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Kewajiban digolongkan menjadi kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang dan kewajiban lain-lain. Kewajiban jangka pendek atau kewajiban lancar adalah kewajiban yang diperkirakan dapat dilikuidasi atau dilunasi dalam jangka waktu satu tahun atau kurang baik melalui penggunaan aset lancar ataupun dengan penciptaan kewajiban lancar lain. Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang diperkirakan secara layak akan dilikuidasi atau dilunasi dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Kewajiban lain lain adalah kewajiban yang tidak memenuhi sifat baik sebagai kewajiban jangka pendek ataupun sebagai kewajiban jangka panjang. 3. Ekuitas Ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Ekuitas biasanya disebut juga dengan net assets (aset bersih). Untuk perusahaan perorangan ekuitas mencerminkan modal yang diinvestasikan oleh pemiliknya ke dalam perusahaan yang dia dirikan. Ekuitas untuk perusahaan persekutuan terdiri dari modal yang ditanamkan oleh sekutu sekutu yang mendirikan perusahaan. Modal perseroan terdiri dari saham saham yang dimiliki oleh investor perusahaan tersebut. Sedangkan untuk koperasi ekuitas terdiri dari simpanan anggota. 4. Penghasilan (income) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan (income) meliputi: a. Pendapatan (revenue) timbul dari pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutana ntara lain penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalty dan sewa
  • 9. b. Keuntungan (gains )timbul dan tidak timbul dari pelaksanaan aktivitasperusahaan yang biasa.Keuntungan (gains )mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi. Contoh pos yang timbul dalam penghasilan aset tak lancar akibat penilaian embali atau pelepasan investasi. 5. Beban (expenses) Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Beban mencakup: a. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan biasa meliputi misalnya beban pokok penjualan, gaji, penyusutan. Beban ini berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset seperti kas dan setara kas, persediaan dan aset tetap. b. Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa. Contoh misalnya kerugian akibat kebakaran, bencana alam dan penurunan nilai aset G. Pengakuan dan Pengukuran Unsur Laporan Keuangan Setiap transaksi yang terjadi akan dicatat dengan cara mendebit atau mengkredit akun akun tertentu disertai dengan nilainya. Misalnya jika perusahaan menjual barang dagangannya secara tunai senilai Rp. 200.000, maka akun yang didebit adalah kas dan akun yang dikredit adalah penjualan dengan nilai masing masing Rp. 200.000. Akun kas merupakan salah satu pos laporan keuangan yang masuk dalam kelompok aset sedangkan akun penjualan merupakan salah satu pos laporan keuangan yang masuk dalam kelompok penghasilan. Untuk bisa menentukan akun apa yang harus didebit atau dikredit perlu dianalisa terlebih dahulu dampak transaksi tersebut apakah mempengaruhi unsur unsur laporan keuangan seperti aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan atau modal. Tentu saja penetapan unsur mana yang dipengaruhi oleh transaksi harus didasarkan pada definisi dari masing masing unsur serta kriteria lainnya yang ditetapkan. Proses pencatatan ini melibatkan dua kegiatan yaitu penentuan pos pos laporan keuangan yang dipengaruhi oleh transaksi dan penentuan nilai untuk setiap pos tersebut. Proses penentuan pos pos ini
  • 10. dikenal dengan istilah pengakuan (recognation) sedangkan proses penentuan nilainya dikenal dengan istilah pengukuran (measurement). Definisi pengakuan dan pengukuran menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut: 1. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan a. Pengakuan Aset Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. b. Pengakuan Kewajiban Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligasi) sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. c. Pengakuan penghasilan Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. d. Pengakuan Beban Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of cost with revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung atau bersama sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama. 2. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan Berikut adalah berbagai dasar pengukuran laporan keuangan (IAI, 2004, hal. 24) a. Biaya Historis Aset dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation) atau dalam keadaan tertentu (misal pajak penghasilan) dalam jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal. Contoh: Misalkan PT. Cendekia Purnama membeli mesin dengan harga beli Rp. 25.000.000,-, sedangkan untuk mempersiapkan mesin agar dapat dioperasikan perusahaan harus mengeluarkan biaya pemasangan Rp.
  • 11. 2.000.000,-. Maka mesin sebagai aset perusahaan akan dicatat sebesar biaya perolehannya atau biaya historis yang dikeluarkan pada saat perolehannya yang mencerminkan seluruh pengeluaran kas yang dibayar untuk memperoleh aset (mesin) tersebut yaitu Rp. 27.000.000,-. b. Biaya Kini (Current Cost) Aset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas seharusnya bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas atau setara kas yang tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang. Contoh: Misalkan PT Kartika Jaya memiliki kendaraan berupa mobil Panther yang diperoleh tahun 2003 dengan harga perolehan historisnya Rp. 150.000.000,-. Berapa nilai mobil tersebut jika perusahaan akan mencantumkannya dalam laporan keuangan untuk periode tahun 2007? Jika menggunakan dasar biaya historis maka mobil akan dilaporkan nilianya sebesar Rp. 150.000.000,-, tetapi jika menggunakan biaya kini (current cost) nilai mobil yang dicantumkan dalam laporan keuangan adalah sebesar kas yang seharusnya dikeluarkan saat ini untuk mendapatkan mobil Panther yang sama kondisinya dengan mobil Panther yang dimiliki oleh perusahaan, misalnya Rp. 105.000.000,-, maka nilai mobil Panther PT Kartika Jaya adalah Rp. 105.000.000,-yang mencerminkan biaya kini. c. Nilai Realisasi / penyelesaian (realizable/settlement value) Aset dinyatakan dalam jumlah kas (setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian yaitu jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal. Contoh: Misalkan perusahaan Ceria Purnama mempunyai utang dagang kepada pemasoknya yang akan jatuh tempo tiga bulan yang akan datang sejak tanggal pembeliannya sebesar Rp. 250.000,-. Maka kewajiban berupa utang dagang tersebut akan dicatat sebesar jumlah kas yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan oleh perusahaantiga bulan yang akan datang untuk menyelesiakan kewajibannya yaitu sebesar Rp. 250.000,-. d. Nilai Sekarang (Present Value) Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
  • 12. Contoh: perusahaan Indah Sari menerbitkan obligasi dengan nilai nominal Rp. 1.000.000.000,- yang jatuh tempo 5 tahun. Utang obligasi ini akan dicatat sebesar nilai sekarang atau present value dari pembayaran bunga dan pokoknya misalnya setelah dilakukan penghitungan nilainya menjadi Rp. 1.100.000.000,-. Maka utang obligasi akan dicatat sebesar Rp. 1.100.000.000,-Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan kuangan adalah biaya historis dan dasar pengukuran lain untuk pos pos terterntu seperti untuk persediaan, selain biaya historis bisa menggunakan metode lower of cost or net realizable value. BAB II Cash ( Kas ) Tujuan mempelajari bab ini adalah: 1. Menjelaskan pengertian dan sifat kas 2. Menjelaskan komposisi kas 3. Menjelaskan manajemen dan pengendalian kas 4. Menjelaskan manajemen dan dana kas kecil 5. Menjelaskan rekonsiliasi laporan bank
  • 13. A. Pendahuluan : Kas merupakan jenis aset yang paling cepat dapat dikonversi menjadi aset lainnya. Kas merupakan aktiva yang paling lancar dalam perusahaan, sehingga dalam neraca dicatat di tempat yang paling atas pada kelompok aktiva lancar. Kas juga berguna untuk segera memenuhi kewajiban perusahaan yang jatuh tempo. Sehingga ketersediaan kas dalam jumlah yang cukup akan menentukan likuiditas perusahaan. Hampir semua transaksi perusahaan baik secara langsung atau tidak akan menyangkut akun Kas atau berakhir pada akun Kas. Adanya kesalahan dalam akun kas sering dapat memberikan petunjuk adanya kesalahan kepada akun lain. B. Pengertian Kas Kas adalah suatu yang berupa uang atau bukan yang dapat dijadikan alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya yang dapat digunakan setiap saat. Dengan demikian yang berupa uang adalah uang kertas dan uang logam, sedangkan yang tidak berupa uang adalah cek ( segala macam cek kecuali cek mundur ), dan wesel pos yang diterima dari fihak lain, seta saldo di bank yang bebas untuk diambil ( giro dan tabungan ) Kas akan memberikan dukungan makanan terhadap seluruh operasional bagian tubuh perusahaan. Jika kas yang mengalir mengalami gangguan, maka opersional perusahaanpun juga akan dapat terganggu. Begitu pentingnya kas bagi sebuah perusahaan atau bisnis, maka kas merupakan aset yang paling likuid diantara aset-aset lainnya, dan senantiasa diletakkan di bagian yang paling atas di neraca perusahaan. Yang termasuk dalam kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya. Termasuk dalam pengertian kas adalah simpanan dalam bank dalam bentuk tabungan, deposito maupun giro atau tempat-tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu. Kas terdiri dari : 1. uang kertas 2. uang logam 3. cek yang belum disetorkan 4. simpanan dalam bentuk giro atau bilyet 5. rekening tabungan 6. traveller’s checks
  • 14. 7. cek kasir (cashier’s cheks) 8. wesel bank ( bank draft) 9. money order 10. kas kecil 11. uang kembalian 12. kas yang ada di cabang cabang tetap Yang tidak termasuk kas meliputi: 1. Cek mundur (post dated checks). Cek mundur tetap dicatat sebagai piutang sampai tanggal di mana cek tadi dapat diuangkan. 2. Bon utang Bon utang diperlakukan sebagai piutang. 3. Uang muka perjalanan Uang muka perjalanan diperlakukan sebagai piutang jika uang muka tersebut akan ditagih dari karyawan atau dikurangkan dari gajinya. 4. Perangko pos Perangko pos diperlakukan sebagai persediaan perlengkapan (supplies) kantor atau toko atau sebagai beban dibayar dimuka. 5. Dana kas untuk tujuan khusus misalnya dana yang disisihkan untuk pembayaran utang obligasi. C. Sifat Kas 1. Materinya kecil Tidak memerlukan tempat yang luas karena tidak banyak menghabiskan tempat 2. Susah diidentifikasi Tidak ada ciri kepemilikannya yang khusus sehingga kalau uang itu hilang sukar ditemukan 3. Mudah ditukarkan Mengingat sifatnya demikian maka kas sering disalah gunakan / diselewengkan dalam penggunaanya, baik yang disengaja maupun tidak. Oleh karena itu kas harus dikelola sedemikian rupa sehingga kas yang tersedia tidak berlebihan atau kekurangan Salah satu cara untuk mengelola kas secara tepat ( menghindarkan kerugian karena kecurangan maupun salah pengelolaan ) adalah adanya intenal control ( Pengendalian Intern ) yang memadai. D. Internal Control ( Pengendalian Intern ) Untuk Kas Internal control meliputi sistem dan prosedur serta kebijaksanaan
  • 15. Seperti telah diuraikan diatas bawa kas aktiva yang sangat lancar oleh karena itu sangat mudah digunakan, dan mempunyai sifat memiliki daya rangsang yang tinggi untuk diselewengkan / digelapkan karena tidak menunjukkan pemiliknya sehingga kalau uang itu hilang sukar ditemukan Prinsip internal control ( pengendalian internal ) terhadap kas menetapkan bahwa harus ada pemisahan fungsi-fungsi yang berhubungan dengan pengelolaan kas yaitu pemisahan antara fungsi penyimpanan, pelaksana dan pencatatan. Jelasnya harus dipisahkan misalnya fungsi penerimaan, pengeluaran, penyimpanan dan pencatatan (akuntansi) kas. Mengapa pengendalian kas penting? Internal control meliputi sistem dan prosedur serta kebijaksanaan yang diterapkan oleh suatu badan usaha untuk membantu meyakinkan bahwa transaksi-transaksi secara sah diotorisasikan serta dilaksanakan dan dicatat secara logis yang bertujuan : 1. dapat megamankan harta perusahaan ( penerimaan kas dan melindungi penyimpanannya ) 2. mendorong ketepatan / dipercayainya data akuntansi 3. meningkatkan efisiensi (dapat mencegah terjadinya pengeluaran kas tanpa otorisasi dari yang berwenang ). 4. mendorong ditaatinya kebijaksanaan manajemen ( dapat meletakan pertanggung - jawaban pengurusan kas pada satu orang ). Untuk melaksanakan tujuan pokok pengawasan kas : 1. Harus ditetapkan terlebih dahulu prosedur pengurusan keuangan, karena prosedur ini merupakan pedoman langkah – langkah pengurusan keuangan dari awal sampai akhir yang harus diikuti oleh para pelaksanya. 2. Harus diadakan pemisahan : a. Antara fungsi – fungsi penerimaan, pencatatan dan pengluaran uang; b. Antara pemagang otorisasi pembayaran sengan pelaksana pembayaran. c. Antara pendeposito ( penyetor uang ke bank ) dengan yang melakukan rekonsiliasi. 3. Harus diadakan pencatatan dengan segera, baik mengenai penerimaan maupun pengeluaran uang dan distribusi akuntansinya harus jelas 4. Semua uang tunai yang diterima harus segera dimasukan ke tempat penyimpanan yang aman ( almari besi ) atau disetorkan ke Bank.
  • 16. 5. Harus diusahakan agar uang yang baru saja diterima jangan langsung dikeluarkan sebagai pembayaran. 6. Semua pengeluaran kas dalam jumlah relatifp kecil sebaiknya dengan check yang telah diotorisir oleh yang berwenang. 7. Semua pengeluaran kas dalam jumlah relatip kecil sebaiknya dilaksanakan dengan melalui Kas – Kecil. 8. Harus kerapkali diadakan pemeriksaan kas, baik secara periodik maupun secara tiba – tiba. E. Petty Cash ( Kas Kecil ) Uang kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan frekwensi terjadinya relatif sering sehingga tidak ekonomis bila dibayar dengan cek Dana ini diserahkan kepada kasir petty cash yang bertanggung jawab terhadap pembayaran – pembayaran. Jika jumlah petty cash ( kas kecil ) tinggal sedikit, kasir harus meminta pengisian dana ( reimbursement ). Hal ini dilakukan setiap periode tertentu misalnya mingguan. Ada 2 ( dua ) metode yang digunakan dalam petty cash yakni 1. imprest system dan 2. fluctuating system Imprest system dana yang tersedia dalam Petty Cash selalu permanen atau tetap yaitu sebesar cek yang pertama kali diserahkan oleh kasir kepada pemegang Petty Cash Fluctuating system pembentukan dana Petty cash sama dengan imprest system, hanya perbedaannya terletak dalam saldo akun Petty Cash tidaklah sama setiap pengisian kembali petty cash, karena jumlahnya disesuaikan dengan rencana kebutuhan untuk waktu yang akan datang Imprest Fluctuating 1. Tanggung jawab tetap berubah-ubah
  • 17. 2. Dana tetap sesuai kebutuhan 3. Pencatatan pada saat reimbursement setiap transaksi 4. Saat pembentukan Petty Cash xxx Petty Cash xxx Cash xxx Cash xxx 5. Pengeluaran no entry Expenses xxx Petty Cash xxx 6. Reimbursemnet Expenses xxx Petty Cash xxx Cash xxx Cash xxx 7. Tutup Buku Expenes xxx no entry Petty Cash xxx 8. Penambahan dana Petty Cash xxx Petty Cash xxx Cash xxx Cash xxx 9. Pengurangan dana Cash xxx Cash xxx Petty Cash xxx Petty Cash xxx Contoh : Pada tanggal 1 Mei 1998 pimpinan PD. Djudjur memutuskan untuk membentuk dana kas kecil dengan maksud untuk melakukan pembayaran rutin perusahaan, untuk itu pada tanggal 1 Mei 1998 kas besar dibuka pengeluaran Rp 500.000 untuk pembentukan dana kas kecil
  • 18. Dari tanggal 2 Mei s/d 10 Mei pengeluaran kas kecil sebagai berikut : O2 Mei Dibayar uang makan karyawan Rp 100.000 03 Mei Dibayar ongkos transport pegawai Rp 50.000 05 Mei Dibeli alat-alat tulis kantor Rp 80.000 07 Mei Dibeli meterai dan perangko Rp 100.000 08 Mei Dibeli gula, kopi untuk kantor Rp 50.000. 09 Mei Dibayar uang kebersihan Rp 25.000 10 Mei Pengisian kembali kas kecil sehingga mencapai Rp .......... Pertanyaan : a. Buatlah buku kas kecil b. Buatlah ayat jurnal yang diperlukan jika : 1. Bila perusahaan menggunakan metode imprest 2. Bila perusahaan menggunakan metode fluktuasi
  • 19. Jawab : Tanggal Metode imprest metode fluctuasi Mei 199 8 01 02 03 05 07 08 09 10 Kas Kecil Kas No entry No entry No entry No entry No entry No entry Biaya Jamuan 150.000 Ongkos Transport 50.000 Alat Tulis Kantor 80.000 Biaya Materai dan perangko 100.000 Biaya Keamanan 25.000 Kas 405.000 Kas Kecil 500.000 Kas 500.000 Biaya Jamuan 100.000 Kas Kecil 100.000 Ongkos Transport 50.000 Kas Kecil 50.000 Alat Tulis Kantor 80.000 Kas Kecil 80.000 Biaya materi dan perangko 100.000 Kas Kecil 100.000 Biaya Jamuan 50.000 Kas kecil 50.000 Biaya Keamanan 25.000 Kas Kecil 25.000 Kas Kecil 405.000 Kas 405.000 F. Bank Reconciliatioan ( Rekonsiliasi Bank ) Yang dimaksud Rekonsiliasi Bank adalah pencocokan kas yang dicatat oleh perusahaan dan yang dicatat oleh bank pada setiap akhir bulan. Unsur-unsur rekonsiliasi : 1. Deposit in transit ( Setoran dalam perjalanan )
  • 20. Setoran akhir bulan telah dicatat oleh perusahaan tetapi belum diterima oleh perusahaan 2. Outstanding Checks ( Cek yang masih beredar ) Cek yang ditarik menjelang akhir bulan, telah mengurangi saldo kas perusahaan di bank, tetapi belum dibukukan oleh bank 3. Charge for interest made by bank in error 4. Bank Service Charges 5. Non Sufficient Fund ( Cek tidak cukup dananya ) 6. Draft Collected by bank ( pengumpulan tagihan oleh bank ) 7. Kesalahan pencatatan Faktor-faktor penyebab perbedaan saldo pembukuan perusahaan dengan saldo menurut laporan bank : No. Keterangan Pengaruh ke saldo Kas Bank 1. Deposit in transit (Setoran dalam perjalanan ) + 2. Out standing checque ( Cek yang beredar ) - 3 Hasil penagihan (inkaso) oleh bank + 4. Cek tidak cukup dana (NSF) - 5. Cek di tempat - 6. Ongkos (beban adm. Bank) - 7. Jasa giro / pendapatan bunga + 8. Kesalahan pencatatan : a. Oleh pembukuan perusahaan : 1. Penerimaan dicatat terlalu besar -
  • 21. 2. Penerimaan dicatat terlalu kecil + 3. Pengeluaran dicatat terlalu besar + 4. Pengeluaran dicatat terlalu kecil - 5 Oleh pembukuan Bank : 1. Penerimaan dicatat terlalu besat - 2. Penerimaan dicatat terlalu kecil + 3. Pengeluaran dicatat terlalu besar - 4. Pengeluaran dicatat terlalu kecil + Untuk menyusun rekonsiliasi bank , perusahaan dapat memilih salah satu cara berikut : Jenis Rekonsiliasi Tujuan 1. Rekonsiliasi mencari saldo yang benar atau rekonsiliasi dua kolom 2. Rekonsiliasi empat kolom 3. Rekonsiliasi delapan kolom Mencari saldo kas yang tepat Mencari saldo awal, penerimaan, saldo pengeluaran satu periode dan saldo akhir yang sesuai dengan catatan perusahaan Mencari saldo awal, penerimaan, saldo pengeluaran satu periode dan saldo akhir yang benar Disamping bentuk rekonsiliasi seperti dicontohkan di atas, terdapat bentuk rekonsiliasi lain yang disebut rekonsiliasi empat kolom. Mengapa disebut
  • 22. empat kolom? Karena dalam melakukan rekonsiliasi ada empat hal pokok yang direkonsiliasi yaitu: 1. rekonsiliasi dari saldo kas periode awal per rekening koran terhadap saldo kas per buku perusahaan (kolom pertama) 2. rekonsiliasi penerimaan kas periode berjalan per rekening koran terhadap penerimaan yang dicatat dalam buku perusahaan (kolom kedua) 3. rekonsiliasi pengeluaran kas periode berjalan per rekening koran terhadap pengeluaran yang dicatat dalam buku perusahaan (kolom ketiga) 4. rekonsliasi saldo kas periode akhir per rekening koran terhadap saldo kas per buku perusahaan (kolom keempat) Untuk memberikan contoh bagaimana menyusun rekonsiliasi empat kolom ini kita masih menggunakan kasus PT Merapi tetapi perlu informasi tambahan, yaitu: 1. Saldo kas per 30 Nopember 2009, per rekening koran (saldo awal Desember 2006) adalah Rp. 175.200.000,-. 2. Saldo kas per 30 Nopember 2009, per buku PT Merapi adalah sebesar Rp. 180.200.000,-. 3. Total penerimaan kas (deposito/ setoran) per rekening koran bulan Desember 2006 adalah Rp. 964.500.000,-. Penerimaan ini mencakup setoran dalam perjalanan sebesar Rp. 42.000.000,- pada tanggal 30 Nopember 2006. 4. Total penerimaan kas per buku PT Merapi selama bulan Desember adalah Rp. 953.300.000,-. 5. Total pengeluaran kas per rekening koran untuk bulan Desember 2009 Rp. 917.800.000,-. Pengeluaran ini mencakup cek yang beredar sebesar Rp. 37.000.000,- pada tanggal 30 Nopmeber 2009. 6. Total pengeluaran kas per buku selama bulan Desember 2006 adalah Rp. 928.480.000,-. Berdasarkan informasi tambahan tersebut dapat disusun rekonsiliasi bank sebagai berikut: PT Merapi
  • 23. Rekonsliasi Bank Bank BNI Bulan Desember 2009 (dalam rupiah) SaCdo Desemder Soldo 30 9ifopem6er Penerimaan cpengeCuaran 31 Desemder Per rekening koran 175.200.000 964.500.000 917.800.000 221.900.000 Setoran daCam perjalanan: 30!Nbpem6er 42.000.000 (4.200.000) 31 Desem6er 36.800.000 36.800.000 Cek^eekjieredar : 30!Nbpem6er (37.000.000) (37.000.000) 31 Desem6er 50.010.000 (50.010.000) Kesalahan bank-cek yang dibebankan (1.750.000) 1.750.000 tidak benar oleh bank Jumlah yang benar 180200.000 959.300.000 929.060.000 210440.000 Per buku 180200.000 953.300.000 928480.000 205.020.000 Bunga yang ditagih bank 6.000.000 6.000000 %esa(afmn daCam peneatatan eel (1.800.000) 1.800.000 no.7733 Beban jasa bank yang belum dicatat pada 31 Desember 180.000 (180.000) Cek kosong yang dikembalikan 2.200.000 (2.200.000) Jumlah yang benar 180200.000 959.300.000 929.060.000 210440.000
  • 24. Soal Latihan Latihanl 1 Carbine Company is preparing its December 31 Bank A reconciliation (end of the annual accounting period ), and its must determine the proper balance sheet classification of the items listed below. You have been asked to complete the tabulation provided. Item Balance Sheet Include in Cash amount Classification if Not Cash 1. Coins and Currency, Rp 1.000.000 2. Check on hand received from Customer, Rp 12.000.000 3. Certificates of deposit (CDs), Rp 16.000.000 4. Petty cash fund Rp 800.000 5. Postage stamps Rp 120.000 6. Bank A, checking account balance, Rp 42.000.000 7. Postdated check, customer Rp 200.000 8. Money order, from customer Rp 300.000 9. Cash in savings account, Rp 20.000.000 10. Bank draft from customer , Rp 800.000 11. Cash advance received from customer, Rp 160.000 12. Utility deposit to the gas company, refundable, Rp 100.000 13. Certified check from 2.000.000 14. NSF check R. Roe, Rp 400.000 15. Cash advance to company executive, collectible upon demand, Rp 40.000.000 16. Bank B, checking account, overdraft, Rp 4.000.000 17. IOUs from employees, Rp 240.000 Latihan 2 Tanggal 1 April 2009 PT. A di Bandung membentuk dana kas kecil dengan memberikan cek kepada kasir Kas Kecil sebesar Rp 1.000.000,- . Selama bulan April 2001 terjadi transaksi yang berhubngan dengan kas kecil . April 03 Pembayaran upah tukang kebun sebesar Rp 70.000 05 Pembayaran biaya keamanan daerah kerja Rp 20.000 07 Pembayaran listrik, air dan telepon sebesar Rp 260.000 08 Pembeyaran konsumsi rapat Rp 200.000 11 Pembelian alat tulis kantor Rp 150.000 15 Pembayaran transport pengantar sura Rp 15.000 17 Pembayaran sumbangan bencana alam Rp 100.000 20 Pembelian 4 buah bola listrik untuk penggantian yang rusak @ Rp 15.000 Rp 60.000 24 Pembayaran upah tukang kebun Rp 75.000 27 Pembayaran biaya transport Rp 50.000
  • 25. 30 Pengisian kembali dana kas kecil sebesar pengeluaran dari dana kas kecil Rp ……….. Diminta : Buatlah jurnal atas transaksi – transaksi tersebut di atas, jika : a. Dilaksanakan metode dana tetap ( imperest fund method ) b. Dilaksanakan metode dana tidak tetap ( fluctuation fund method ) Latihan 3 Perusahaan Milenium memakai sistem imprest untuk dana kas kecil . Setiap hari Sabtu dana kas kecil itu dipenuhi kembali menjadi Rp 3.000.000 Data pengeluaran kas kecil untuk seminggu yang berakhir pada tanggal 25 Desember 2009 dan 31 Januari 2000 sebagi berikut : Pengeluaran Seminggu yang berrakhir Tanggal 25 Des. 2009 Tanggal 31 Desember Jumlah untuk seminggu yang berakhir tanggal 8 Januari 2010 Biaya angkut pemebelian Beban reparasi mesin Rekening air Perlengkapan kantor Beban iklan Rp 190.000 -- 452.000 672.000 Rp 496.000 288.000 112.000 80.000 - Rp 664.000 288.000 112.000 640.000 - Untuk tahun 2009 pemenuhan kembali Kas Kecil yang terakhir dilakukan pada hari sabtu tanggal 25 Desember 2009 Diminta : a. Jurnal pemenuhan kembali Kas Kecil pada tanggal 29 Desember 2009 b. Jurnal penyesuaian tanggal 31 Desember 2009 dan reversing entry tanggal 1 Januari 2000 c. Jurnal Pemenuhan kembali 8 Januari 2010 Latihan 4 PD. Makmur Jaya didirikan Tn. Ali pada tanggal 1 Mei 2009, transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Mei 1997 sebagai berikut :
  • 26. No. Tanggal Keterangan T.01 01 Mei Diterima setoran modal Tn. Ali Rp 50.000.000 T.02 02 Mei Dibeli Peralatan toko dari PD. Murah secara tunai Rp 2.000.000 T.03 04 Mei Dibeli barang dagangan dengan tunai dari PD. Sejahtera seharga Rp 10.000.000 T.04 06 Mei Dibeli barang dagangan drai PD. Makmur seharga Rp 20.000.000 dengan term of payment 2/10, n/30 T.05 08 Mei Dibeli tunai peralatan kantor dari toko Pandai Rp 50.000 T.06 10 Mei Dijual tunai barang dagangan Rp 1.500 .000 T.07 11 Mei Dibayar sewa toko selama 1 tahun terhitung mulai tanggal 1 Mei 1997 s/d 30 April 1998 Rp 6.000.000 T.08 12 Mei Dibayar tunai asuransi kebakaran toko periode 1 Mei 1990 s/d 30 April 1998 Rp 720.000 T.09 14 Mei Dijual barang dagangan ke toko Miranti Rp 8.000.000 dengan term of payment 2/10, n/30 T.10 15 Mei Dibayar utang kepada PD. Makmur atas transaksi tanggal 06 Mei T.11 16 Mei Dijual barang dagangan ke toko Amal Rp 10.000.000 dengan term of payment 2/10, n/30 T.12 18 Mei Dijual tunai barang dagangan Rp 4.500 .000 T.13 20 Mei Dibeli barang dagangan dengan tunai dari PD. Sejahtera seharga Rp 4..000.000 T.14 21 Mei Dibeli tunai perlengkapan toko dari toko Pandai Rp 35.000 T.15 23 Mei Dibeli tunai perangko dari pos dan giro Rp 25.000 T.16 24 Mei Diterima tagihan dari toko miranti (lihat transaksi tanggal 14 Mei ) T.17 24 Mei Dijual tunai barang dagangan Rp 2.500 .000
  • 27. T.18 25 Mei Dibeli barang dagangan dari toko Baik Rp 10.000.000 dengan term of payment 2/10, n/30 T.19 26 Mei Diterima pembayaran piutang dari tok Amal (transaksi tanggal 16 Mei ) T.20 28 Mei Dibayar utang kepada toko Baik ( transaksi tanggal 25 Mei ) T.21 31 Mei Dibayar per kas uang langganan koran Rp 40.000 T.22 31 Mei Dibayar gaji karyawan sebesar Rp 2.600.000,- Diminta : 1. Catatlah transaksi di atas ke dalam buku kas yang dilakukan petugas kasir 2. Catatlah transaksi di atas ke dalam buku harian kas penerimaan dan buku harian pengeluaran yang dilakukan bagian akuntansi. Latihan 5 Berdasarkan catatan Perusahaan per 31 Desember 2009, saldo uang yang tersedia di Bank Rp 8.310.000,- sedangkan menurut laporan dari Bank saldonya adalah Rp 7.670.000,-. Setelah diteliti ternyata perbedaan disebabkan oleh : 1. Kwitansi Tn. Waris yang diserahkan kepada Bank untuk ditagih sebesar Rp 520.000,- ternyata sudah diterima dan Bank memperhitungkan ongkos tagihnya Rp 20.000,-. Kejadian ini oleh perusahaan belum dibukukan 2. Setoran kepada Bank sebesar Rp 4.520.000,- ternyata oleh Bank terbukukan Rp 4.250.000,- 3. Pembayaran utang kepada PT. Murai via Bank sebesar Rp 2.320.000,- dan ongkos transfernya Rp 30.000,- oleh Bank telah dibukukan ternyata perusahaan belum membukukan 4. Pengambilan uang dengan cek no. AA 122 B sebesar Rp 1.450.000,- ternyata oleh Bank dibukukan Rp 1.750.000,- 5. Sebuah giri bilyet yang diterima PT. Baik sebesar Rp 600.000,- sebagai pelunasan utangnya, ternyata setelah disetorkan ke Bank tidak ada dananya.
  • 28. 6. Hasil bersih penjualan Marketable Securities via Bank sebesar Rp 870.000,- ( termasuk bunga yang diperhitungkan Rp 20.000,0 ). Adapun harga pokok Marketable Securities tersebut Rp 740.000,-. Kejadian ini oleh Bank sudah dibukukan sedangkan oleh perusahaan belum 7. Cek – cek yang sedang beredar ( out standing check ) sebesar Rp 1.460.000,- 8. Bank telah mendebet rekening perusahaan Rp 40.000,- dan menkredit untuk bunga Rp 90.000,- jumlah ini oleh perusahaan belum dibukukan. Diminta : 1. Susunlah Bank Rekonsiliasi per 31 Desember 2009 2. Jurnal yang diperlukan sesuai dengan informasi tersebut di atas Latihan 6 Foster company , as a matter of policy, deposit all cash receipts and make all payment by check. The following were taken from cash records of the company : May 31 June 30 Deposit in transit $ 2,200 $ 3,900 Checks out standing 1,400 800 June transaction : Bank Books Balance, June 1 $ 5,000 $ 5,800 June Deposits 10,600 12.300 June Checks 14,500 13,900 June note collected (including 10% interest) 2,200 - June bank charges 10 - Balance, June 30 3.290 4,200 Required : 1. Based on the above data only, show how to prove the deposits in transit and check outstanding as of June 30 2. Reconcile the bank account as of June 30, using the bank and book balance to correct cash format 3. Give any journal entries that should be made based on the June bank reconciliation
  • 29. Latihan 7 a. Firs Commerce Bank, any location, address and phone Customer Jones Company, address, June 30, 2009 : Statement summary : Balance June 1, 1999 Rp 2.300.000 Deposit and other credits 1.100.000 Checks and other debits ( 1.212.000 ) Interest earned on this statement 10.000 + Ending Balance, June 30, 2009 Rp 2.258.000 Account transaction : Deposit Check 6 – 1 Rp 200.000 6 – 2 # 61 Rp 100.000 6 – 17 # 65 Rp 40.000 6 – 8 300.000 6 – 7 # 63 200.000 6 – 23 # 60 110.000 6 – 17` 450.000 6 – 9 # 66 300.000 6 – 27 # 67 210.000 6 – 22` 210.000 + 6 – 14 # 64 142.000 6 – 28 # 59 110.000 Rp 1.160.000 Rp 121.200 b. Cash Account Balance, June 1, 20099 Rp 239.000 Checks Rp 1.322.000 Deposit s 123.000 60 Rp 110.000 65 Rp 40.000 6 – 8 Rp 300.000 61 100.000 66 300.000 6 – 17 450.000 62 90.000 67 210.000 6 – 22 210.000 63 200.000 68 130.000 – 30 270.000 64 142.000 6 C.Bank reconciliation at May 31, 2009 : Bank balance, Rp 2.300.000, add deposit outstanding, Rp 200.000 Deduct check # 59 outstanding, $ 110.000 Book balance, Rp 2.390.000 Required : Prepare the June bank reconciliation and give any entries required. Use the bank and bokk balance to correct cash balance format. Latihan 8 Springer Company has asembled the data needed to prepare the September 30, 2009, bank reconciliation. The following data are available : a. August 31, 20099, bankreconciliation :
  • 30. Bank Book Ending cash balance, August 31 Rp 3.400.000 Rp 2.910.000 Cash on hand 10.000 Deposits in transit 100.000 Checks outstanding ( 70.000 ) Bank service charge ( 20.000 ) Note collected ( including interest, Rp 50.000 ) 550.000 Rp 3.440.000 Rp 3.440.000 b. Company cash account for September : Balance, September 1, 20099 ( before reconciliation ) Rp 3.440.000 Deposits during September 4.000.000 Checks written during September ( 4.130.000 ) Balance, September 30 Rp 3.310.000 ) c. Bank statement for September : Balance, Septemeber 1, 1999 Rp 3.400.000 Deposits recorded 3.750.000 Checks cleared ( 3.900.000 ) Bank service charge ( 30.000 ) NSF check (Person X ) ( 20.000 ) Deduction for union dues ( 10.000 ) Balance, September 30 Rp 3.190.000 d. Cash on hand, September 30, Rp 10.000 Required : 1. Prepare a comprehensive ( four – column ) bank reconciliation ( proof of cash ) 2. Give the entries required by the September bank reconciliation.
  • 31. BAB III Temporary Investment ( Investasi Sementara ) Tujuan mempelajari bab ini adalah: 1. Menjelaskan pengertian investasi dan tujuan investasi 2. Menjelaskan klasifikasi investasi 3. Menjelaskan pengukuran investasi lancar untuk saham 4. Menjelaskan penilaian investasi lancar untuk saham 5. Menjelaskan pengukuran investasi lancar untuk obligasi 6. Menjelaskan penilaian investasi lancar untuk obligasi Kelebihan uang dalam suatu perusahaan akan menimbulkan masalah tersendiri bagi perusahaan yang bersangkutan baik dalam pemamfaatan maupun pengamanannya. Apabila kelebihan uang tetap dipertahankan ( disimpan ) dalam perusahaan akan menimbulkan idle cash ( kas yang nganggur ) yang tidak akan menghasilkan pendapatan. Dengan demikian bagi perusahaan yang memiliki pengendalian itern yang baik akan mengatasi kelebihan uang tersebut diantaranya akan menanamkan kelebihan uang tersebut di dalam Investasi Sementara. Investasi sementara ialah investasi kedalam pembelian surat berharga ( marketable securities ) dalam jangka pendek Syarat surat berharga sebagai investasi sementara adalah : - investasi tersebut dilakukan dalam bentuk surat berharga ( saham dan atau obligasi ) - investasi dilakukan dalam rangka pemanfaatan dana yang tidak digunakan - surat berharga tersebut mempunyai pasaran dan dapat diperjual belikan dengan segera - Dimaksudkan untuk dijual kembali dalam waktu dekat - Tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan Komposisi Investasi Sementara 1. Saham ( yang dipasarkan di bursa saham ) Contoh : Saham Semen Cibinong, 2. Sertifikat Deposito Contoh : Setifikat Deposito BNI’46, Setifikat Deposito BRI 3. Obligasi Contoh : Obligasi PT. Jasa Marga 4. Deposito Berjangka
  • 32. Contoh : Deposito 1 bulan, Deposito 3 bulan, Deposito 6 bulan, Pembukuan Investasi Sementara 1. Saham a. Transaksi Pembelian Pencatatan pertama dilakukan pada saat pembelian sebesar harga perolehan ( at Cost ) yaitu harga kurs ditambah biaya – biaya pembelian seperti : komisi, provisi dan meterai. Kurs beli = lbr X N. Nominal X nilai kurs = Rp Provisi & Meterai Rp + Dibayar per kas ( at cost ) Rp Jurnal : Dr. Surat Berharga Rp XX Cr. Kas Rp XX b. Transaksi penjualan Pencatatan pada saat penjualan sebesar harga perolehan ( at cost ) Kurs jual = lbr X N. Nominal X nilai kurs= Rp Provisi & Meterai Rp - Diterima per kas Rp Harga perolehan ( at cost ) Rp .- Laba ( rugi ) Rp Jurnal : Dr. Kas Rp XX Dr. Rugi Pejualan S.B. Rp XX Cr. Surat Berharga Rp XX Cr. Laba Penjualan SB Rp XX Catatan : Pada saat penjualan mungkin saja perusahaan memiliki saham – saham yang sejenis tetapi harga perolehanya berbeda yang disebabkan karena pembelian saham tersebut tidak bersamaan ( pembelian saham tersebut lebih dari satu kali ) maka untuk menentukan harga perolehan saham yang dijual dapt menggunakan metode penilaian sebagai berikut : - Metode identifikasi khusus - Metode rata – rata - Metode First In First Out ( FIFO ) - Metode Last In First Out ( LIFO )
  • 33. Contoh : 1. Pada Tanggal 1 Juli 2000 PD. Laris membeli 100 lembar saham PT. Semen Cibinong @ Rp 100.000,00 dengan kurs 125% Biaya provisi dan meterai Rp 250.000,00 Perhitungan Kurs beli = 100 X Rp 100.000 X 125/100 = Rp 12.500.000,00 Provisi & Meterai Rp 250.000,00 + Dibayar per kas ( at cost ) Rp 12.750.000,00 Jurnal : Dr. Surat Berharga Rp 12.750.000,00 Cr. Kas Rp 12.750.000,00 2. Pada Tanggal 1 September 2000 PD. Laris membeli 100 lembar saham PT. Jasa Marga @ Rp 80.000,00 dengan kurs 110% Biaya provisi dan meterai Rp 200.000,00 Perhitungan Kurs beli = 100 X Rp 80.000 X 110/100 = Rp 8.800.000,00 Provisi & Meterai Rp 200.000,00 + Dibayar per kas ( at cost ) Rp 9.000.000,00 Jurnal : Dr. Surat Berharga Rp 9.000.000,00 Cr. Kas Rp 9.000.000,00 3. Pada Tanggal 1 Oktober 2000 PD. Laris membeli 60 lembar saham PT. Semen Cibinong @ Rp 100.000,00 dengan kurs 120% Biaya provisi dan meterai Rp 200.000,00 Perhitungan Kurs beli = 60 X Rp 100.000 X 120/100 = Rp 7.200.000,00 Provisi & Meterai Rp 200.000,00 + Dibayar per kas ( at cost ) Rp 7.400.000,00 Jurnal : Dr. Surat Berharga Rp 7.400.000,00 Cr. Kas Rp 7.400.000,00 4. Pada Tanggal 1 Oktober 2000 PD. Laris menjual 120 lembar saham PT. Semen Cibinong @ Rp 100.000,00 dengan kurs 130% Biaya provisi dan meterai Rp 300.000,00 Perhitungan - Metode identifikasi khusus
  • 34. Dalam metode ini setiap saham yang dibeli dibeli tanda pengenal khusus dalam contoh ini dimisalkan yang dijual teridiri : 90 dari pembelian tanggal 1 Juli 2000 dan sisanya berasal dari pembelian tanggal 1 Oktober 2000 Kurs jual = 120 X Rp 100.000 X 130/100 = Rp 15.600.000,00 Provisi & Meterai Rp 300.000,00 - Diterima per kas Rp 15.300.000,00 Harga perolehan ( at cost ) - 90/100 X Rp 12.750.000 = Rp 11.475.000,00 - 30/60 X Rp 7.400.000 = Rp 3.700.000,00 + Rp 15.175.000,00 - Laba Rp 125.000,00 Jurnal : Dr. Kas Rp 15.300.000,00 Cr. Surat Berharga Rp 15.175.000,00 Cr. Laba Penjualan SB Rp 125.000,00 Metode rata – rata Kurs jual = 120 X Rp 100.000 X 130/100 = Rp 15.600.000,00 Provisi & Meterai Rp 300.000,00 - Diterima per kas Rp 15.300.000,00 Harga perolehan ( at cost ) 120 X ( Rp 12.750.000 + Rp 7.400.000 ) / 160 = Rp 15.112.500,00 - Laba = Rp 187.500,00 Jurnal : Dr. Kas Rp 15.300.000,00 Cr.Surat Berharga Rp 15.112.500,00 Cr. Laba Penjualan SB Rp 187.500,00 Metode First In First Out ( FIFO ) Kurs jual = 120 X Rp 100.000 X 130/100 = Rp 15.600.000,00 Provisi & Meterai Rp 300.000,00 - Diterima per kas Rp 15.300.000,00 Harga perolehan ( at cost ) - 100 lembar = Rp 12.750.000,00 - 20 lembar = 20/60 X Rp 7.400.000 = 2.466,666,67 + Rp 15.216.666,67 - Laba = Rp 83.333,33 Jurnal : Dr. Kas Rp 15.300.000,00 Cr.Surat Berharga Rp 15.216.666,67
  • 35. Cr. Laba Penjualan SB Rp 83.333,33 Metode Last In First Out ( LIFO ) Kurs jual = 120 X Rp 100.000 X 130/100 = Rp 15.600.000,00 Provisi & Meterai Rp 300.000,00 - Diterima per kas Rp 15.300.000,00 Harga perolehan ( at cost ) - 60 lembar = Rp 7.400.000,00 - 60 lembar = 60/100 X Rp 12.750.000,00 = 7.650.000,00 + Rp 15.050.000,00 - Laba = Rp 250.000,00 Jurnal : Dr. Kas Rp 15.300.000,00 Cr.Surat Berharga Rp 15.050.000,00 Cr. Laba Penjualan SB Rp 250.000,00 2. Sertifikat Deposito Sertifikat deposito ini biasanya dikeluarkan oleh suatu bank dengan nilai nominal, tingkat bunga dan jangka waktu tertentu, dimana si pembeli sertifikat hanya membayar sejumlah selisih nilai nominal dengan bunganya. Contoh : Dibeli sertifikat deposito BCA pada tanggal 1 Maret 2009 jatuh tempo 31 Mei 2009 ( 92 hari ), nominal Rp 10.000.000,00 Tingkat bunga per tahun 18%. Jurnal : Dr. Surat Berharga Rp 10.000.000,00 Cr. Kas Rp 9.540.000,00 Cr. Pendapatan Bunga Rp 460.000,00 Perhitungan : Nilai Nominal Rp 10.000.000,00 Bunga = Rp 10.000.000 X 92 X 18 Rp 460.000,00 - 36 X 100 Jumlah yang harus dibayar Rp 9.540.000,00 3. Obligasi Pencatatan obligasi pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan saham yaitu dicatat sebesar harga perolehannya pada saat pembelian. Yang membedakannya adalah obligasi memberikan bunga yang dibayarkan tiap
  • 36. enam bulan sekali sehingga dapat mempengaruhi pencatatan apabila transaksi dilakukan di antara tanggal pembayaran bunga. Contoh : Misalkan tanggal pembelian obligasi 1 Mei 2009, sedangkan bunga obligasi dibayarkan tiap tanggal 1 Maret dan 1 September. 1Maret 1 Mei 2000 1 September Dari gambar di atas menunjukkan bahwa tanggal terakhir penerimaan bunga adalah tanggal 1 Maret, apabila transaksi dilakukan tanggal 1 Mei maka bunga yang harus diperhitungkan ( bunga berjalan ) pada tanggal terhitung dari tanggal 1 Maret 2009 sampai dengan 1 Mei 2009 yaitu selama 2 bulan. Pencatatan bunga berjalan dapat dilakukan dalam 2 ( dua ) pendekatan yaitu : a. Dicatat sebagai harta Pencatatan pendapatan bunga pada waktu pembelian obligasi dicatat ke dalam akun Piutang Bunga yang disebut Balance sheet approach Dr. Surat Berharga Rp XX Dr. Piutang Bunga XX Cr. Kas Rp XX Sedangkan pada waktu menerima pendapatan bunga : Dr. Kas Rp XX Cr. Piutang Bunga Rp XX Cr. Pendapatan Bunga Rp xx b. Dicatat sebagai pendapatan Pencatatan pendapatan bunga pada waktu pembelian obligasi dicatat ke dalam akun Pendapatan Bunga yang disebut Income Statement Approach Dr. Surat Berharga Rp XX Dr. Pendapatan Bunga Rp XX Cr. Kas Rp XX Sedangkan pada waktu menerima pendapatan bunga :
  • 37. Dr. Kas Rp XX Cr. Pendapatan Bunga Rp xx Begitu juga apabila obligasi dijual akan di kredit sebesar harga perolehannya, maka dengan demikian apabila ada selisih antara harga jual dengan harga perolehan akan dicatat dalam akun Laba / Rugi Penjualan Surat Berharaga Laba apabila harga jual > dari harga perolehan dan Rugi apabila harga jual < harga perolehan. Apabila laba jurnalnya adalah sbb : Dr. Kas Rp XXX Cr.Surat Berharga Rp XXX Cr. Pendapatan Bunga Rp XXX Cr. Laba Penjualan SB Rp XXX Sedangkan apabila rugi jurnalnya dalah sbb : Dr. Kas Rp XXX Dr. Rugi Penjualan SB Rp XXX Cr.Surat Berharga Rp XXX Cr. Pendapatan Bunga Rp XXX Contoh soal 1. Pada tanggal 1 Mei 2009 PD. Rindu Order membeli 100 lembar obligasi PT Jasa Marga @ nominal Rp 100.000,00 dengan kurs 120%, bunga obligasi 18% setahun yang dibayarkan tiap tanggal 1 Maret dan 1 September, biaya provisi dan meterai Rp 400.000,00 . Perhitungan Kurs beli = 100 X Rp 100.000 X 120/100 = Rp 12.000.000,00 Provisi & Meterai Rp 400.000,00 + Investasi sementara ( dalam surat berharga ) = Rp 12.400.000,00 Bunga berjalan 2 bulan ( 1 Maret s.d. 1 Mei ) Rp 10.000.000 X 2 X 18 = Rp 300.000,00 + 12 X 100 Dibayar per kas = Rp 12.700.000,00 Jurnal : a. Dicatat sebagai harta ( 1 Mei 2009 ) Dr. Surat Berharga Rp 12.400.000,00 Dr. Piutang Bunga 300.000,00 Cr. Kas Rp 12.700.000,00
  • 38. Sedangkan pada waktu menerima pendapatan bunga ( 1 September 2009 ) Dr. Kas Rp 900.000,00 Cr. Piutang Bunga Rp 300.000,00 Cr. Pendapatan Bunga Rp 600.000,00 b. Dicatat sebagai pendapatan ( 1 Mei 2009 ) Dr. Surat Berharga Rp 12.400.000,00 Dr. Pendapatan Bunga Rp 300.000,00 Cr. Kas Rp 12.700.000 Sedangkan pada waktu menerima pendapatan bunga ( 1 September 2000 ) Dr. Kas Rp 900.000,00 Cr. Pendapatan Bunga Rp 900.000,00 Apabila obligasi ini tidak dijual sampai dengan tanggal 31 Desember maka jurnal yang harus dibuat adalah untuk mencatat pendapatan bunga yang masih harus diterima terhitung 1 September sampai dengan 31 Desember ( 4 bulan ) Perhitungan : Bunga = Rp 10.000.000,00 X 4 X 18 = Rp 600.000 12 X 100 Jurnal : Dr. Piutang Bunga Rp 600.000 Cr. Pendapatan Bunga Rp 600.000 2. Apabila tanggal 1 Nopember 2009 obligasi yang dimiliki dijual sebanyak 40 lembar dengan kurs 125%, provisi dan meterai Rp 150.000 Kurs Jual = 40 X Rp 100.000 X 125% = Rp 5.000.000 Provisi dan meterai 150,000 ,(-) Harga jual Rp 4.850.000 Rp 4.850.000 Bunga : terhitung 1 Sept s.d. 1Nop Rp 4.000.000 X 2 X 18 Rp 120.000 + 12 x 100 Diterima per kas Rp4.970.000 Harga perolehan : 40/100 X Rp 12.400.000 = Rp 4.960.000 – Rugi penjualan Rp 110.000 Jurnal :
  • 39. Dr. Kas Rp 4.970.000 Dr. Rugi Penjualan SB 110.000 Cr. Surat Berharga Rp 4.960.000 Cr. Pendapatan Bunga Rp 120.000 Soal. Dalam neraca perusahaan per 31 Desember 2008 terdapat persediaan marketable securities sebagai berikut : Marketable Securities Rp 21.480.000,- Allowance For Decline in Value Rp 150.000,- Rp 21.330.000,- Adapun perinciannya sebagai berikut : Jenis Nominal at Cost at Market 180 Saham PT. Trio Rp 50.000,- Rp 9.720.000,- Rp 9.810.000,- 120 Oblg RI 12% 100.000,- 11.760.000,- 11.620.000,- ( Kupon 1/6 - 1/12 ) Selama tahun 2009 telah terjadi transaksi-transaksi sbb. : 1. Tanggal 1 April dijual 70 Obligasi RI 12% di atas dengan kurs 102, provisi dan materai Rp 25.000,- 2. Tanggal 12 April dijual 40 lembar saham PT. Trio dengan kurs 114, provisi dan materai Rp 20.000,- 3. Tanggal 1 Juni diterima bunga dari obligasi RI tersebut di atas untuk enam bulan pertama 4. Tanggal 20 Agustus dibeli 60 lembar saham PT. Madju Djaya @ Nominal Rp 100.000, kurs 112, provisi dan materai Rp 30.000,- 5. Tanggal 1 September dibeli 50 Oblg Dana Reksa 18% @ Nominal Rp 200.000,- kurs 102, provisi dan meterai Rp 50.000,- dan kupon 1/4 - 1/10 6. Tanggal 1 Oktober dijual 30 obligasi PT. RI 12% dan 20 lembar saham PT. Madju Djaya dengan hasil bersih Rp 3.760.000,- ( sudah termasuk perhitungan bunga di dalamnya ) 7. Tanggal 1 Oktober diterima bunga tengah tahunan yang pertama dari Obligasi Dana Reksa 18%. 8. Tanggal 1Desember diterima bunga obligasi RI 12% tersebut di atas untuk enam bulan yang kedua. 9. Adapun perinciaan Marketable Securities per 31 Desember 2009 berdasarkan at Market adalh sbb. : · Saham PT. Trio @ Rp 55.000,- · Obligasi RI 12% @ Rp 96.000,- · Obligasi Dana Reksa 18 % @ Rp 198.000,- · Saham PT. Madju Djaya @ Rp 115.000,- Diminta : 1. Buatlah jurnal yang diperlukan selama tahun 2009 2. Jurnal penyesuaian atas penilaian Marketable Securities, dengan menggunakan metode Lower of Cost or Market 31 Desember
  • 40. BAB IV RECEIVABLE ( TAGIHAN ) Tujuan mempelajari bab ini adalah: 1. Menjelaskan pengertian dari piutang 2. Menjelaskan klasifikasi piutang 3. Menjelaskan pengakuan piutang 4. Menjelaskan penilaian piutang 5. Menjelaskan disposisi piutang 6. Menjelaskan pengakuan dan pengukuran piutang wesel Pitang adalah semua tagihan perusahaan terhadap perusahaan lain ( pihak ketiga ) dalam bentuk uang, barang jasa dan aktiva non kas. Piutang dapat digolongkan menjadi 2 ( dua ) yaitu : 1. Trade receivable ( piutang dagang ) yaitu piutang yang berasal dari penjualan barang atau jasa secara kredit ( dari aktivitas normal perusahaan ) Piutang yang tidak mempunyai bukti bukti tertulis secara langsung hanya ditunjang oleh tanda terima , delivery, sales order sebagai buktinya. 2. Non trade receivable ( piutang bukan dagang ) yaitu piutang yang bukan dari aktivitas normal ( dari hasil operasi ) perusahaan. a. Penjualan securities / property selain barang atau jasa yang merupakan operasi normal perusahaan b. Advances ( uang muka ) yang diberikan pada pemegang saham, direksi, karyawan atau perusahaan afiliasi c. Purchase payment ( uang muka ) Pengakuan dan Pengukuran Piutang Dagang Ada 2 metode pencatatan : 1. Dicatat secara kotor ( Gross Method ) 2. Dicatat secara bersih ( Net Method ) Sebagai ilustrasi : Tanggal 1 Agustus 2009 PT. Asasami menjual barang dagangan kepda PT. Kayasama seharga Rp 1.000.000,- dengan syarat pembayaran 2/10, n/30 Tanggal 1 Agustus 1999 pencatatan penjualan : 1. Gross Method : Account Receivable 1.000.000 Sales 1.000.000
  • 41. 2. Net Method : Account Receivable 980.000 Sales 980.000 Apabila tanggal 10 Agustus 2090 PT. Kayasama melakukan pembayaran: 1. Gross Method : Cash 980.000 Sales Discount 20.000 Accout Receivable 1.000.000 2. Net Method : Cash 980.000 Accout Receivable 980.000 Apabila pebayaran dilakukan tanggal 15 Agustus 1999 1. Gross Method : Cash 1.000.000 Accout Receivable 1.000.000 2. Net Method : Cash 1.000.000 Accout Receivable 980.000 Sales Discout forfeited 20.00 Pitang terjadi karena
  • 42. Account S a l e s Receivable Cash 5 2 Sales Discount Sales Return 3 Notes Receivable 4 5 Allowance for Bad Debt Estimating Bad Debt Expenses ( Taksiran Jumlah Kerugian Piutang ) Jumlah piutang yang disajikan dalam laporan keuangan hendaknya menunjukkan jumlah bersih yang diperkirakan dapat direalisir (Net Realizable Value ) Unruk menentukan jumlah piutang yang wajar harus ditentukan jumlah piutang yang mungkin tidak dapat ditagih dengan cara menentukan besarnya Cadangan Penghapusan Piutang ( Allowance for Bad debt. ). Ada dua pendekatan dalam menentukan jumlah cadangan penghapusan piutang yang dapat digunakan yaitu : 1. Pendekatan Neraca ( Balance Sheet Approach ) yaitu besarnya cadangan penghapusan piutang ditetapkan dari data neraca yakni saldo piutang Pendekatan ini dapat dilakukan dengan cara : a. Besarnya saldo “cadangan penghapusan piutang” sebelumnya ditambah dengan sejumlah prosentase tertentu dari saldo piutang akhir periode yang bersangkutan. b. Besarnya saldo “cadangan penghapusan piutang” dijadikan sejumlah tertentu yang menunjukkan prosentase tertentu dari saldo piutang akhir periode yang besangkutan c. Besarnya saldo “cadangan penghapusan piutang” ditetapkan berdasarkan hasil dari analisa umur piutang (Aging of Account Receivable ).
  • 43. Contoh : Data berikut ini diperoleh dari catatan perusahaan selama tahun 2000 yang berhubungan dengan saldo akun piutang : Account receivable Rp 113.300.000 Allowance for bad debt ( credit ) 3.300.000 Diminta : Jurnal untuk mencatat taksiran cadangan penghapusan piutang apabila : 1. Cadangan penghapusan piutang dtambah 3% dari saldo piutang 2. Cadangan penghapusan piutang dijadikan 3% dari saldo piutang 3. Besarnya cadangan penghapusan piutang ditetapberdasarkan hasil dari analisa umur piutang Jawab : 1. Cadangan penghapusan piutang dtambah 3% dari saldo piutang : 3% X Rp 101.300.000 =Rp 3.399.000 Jurnal : Bad debt Rp 3.339.000 Allowance for bad debt Rp 3.339.000 2. Cadangan penghapusan piutang dijadikan 3% dari saldo piutang Saldo Allowance for bad debt ( credit ) Rp 3.300.000 Saldo Allowance for bad debt akhir 3% X Rp 101.300.000 = Rp 3.339.000 Kekurangan Rp 39.000 Jurnal : Bad debt Rp 39.000 Allowance for bad debt Rp 39.000 3. Besarnya cadangan penghapusan piutang ditetapberdasarkan hasil dari analisa umur piutang (1) Didasarkan pada Umur Piutang Caranya hampir sama, namun saldo rekening piutang dianalisis terhadap tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo, kemudian dikelompokkan menurut umurnya. Kemudian saldo masing-masing kelompok piutang dikalikan dengan prosentase yang telah ditetapkan berdasarkan pengalaman. Cara menentukan umur piutang dapat dicari (a) dari tanggal faktur ke 31 Desember atau (b) dari tanggal jatuh tempo ke 31 Desember. (a) Umur piutang dihitung dari tanggal jatuh tempo ke tanggal 31 Desember
  • 44. Karena ada kemungkinan terdapat piutang yang belum jatuh tempo maka biasanya pengelompokannya meliputi piutang yang belum jatuh tempo dan yang sudah lewat waktu. Misalkan prosentase kerugian ditaksir sebagai berikut: Umur Piutang % Taksiran Kerugian Piutang Belum jatuh tempo 10% Lewat waktu s.d. 30 hari 15% Lewat waktu lebih dari 30 hari 20% Untuk mempermudah menentukan besarnya taksiran kerugian dibuat daftar umur piutang sebagai berikut: Nama Debitur Jumlah Belum Jatuh Tempo Lewat s.d 30 Hari Lewat Waktu > 30 Hari PT P 2.000 2.000 PT Q 2.500 2.500 PT R 1.000 1.000 PT L 3.000 3.000 PT M 2.500 2.500 PT N 1.000 1.000 Jumlah 12.000 2.000 1.000 9.000 % Penyisihan 10% 15% 20% Jumlah Penyisihan 2.150 200 150 1.800 (b) Umur piutang dihitung dari tanggal faktur ke tanggal 31 Desember Karena umur piutang dihitung dari tanggal faktur, maka biasanya pengelompokan umur piutang berdasarkan jumlah hari. Misalkan prosentase kerugian ditaksir sebagai berikut: Umur Piutang % Taksiran Kerugian Piutang s.d. 30 hari 10% 31 s.d. 60 hari 15% lebih dari 60 hari 20% Untuk mempermudah menentukan besarnya taksiran kerugian dibuat daftar umur piutang sebagai berikut: Nama Debitur Jumlah s.d. 30 hari 31 s.d. 60 hari Lebih dari 60
  • 45. hari PT P 2.000 2.000 PT Q 2.500 2.500 PT R 1.000 1.000 PT L 3.000 3.000 PT M 2.500 2.500 PT N 1.000 1.000 Jumlah 12.000 2.000 1.000 9.000 % Penyisihan 10% 15% 20% Jumlah Penyisihan 2.150 200 150 1.800 2. Pendekatan Laba rugi ( Income Statement Approach ) yaitu besarnya cadangan penghapusan ditetapkan dari data laporan laba rugi yakni saldo penjualan Pendekatan ini dapat dilakukan dengan cara : a. Besarnya saldo “cadangan penghapusan piutang” ditetapkan dari total penjualan ( Sales ) periode yang besangkutan b. Besarnya saldo “cadangan penghapusan piutang” ditetapkan dari total penjualan kredit bersih ( Net crdit sales ) Transaksi selama tahun 2000 Credit Sales Rp 500.000.000 Cash Sales 700.000.000 Collection on accounts receivable 420.000.000 Dst. Metode Penghapusan Piutang Ada dua metode penghapusan piutang 1. Direct write off method ( Metode penghapusan langsung ) Dalam metode ini tidak mengakui adanga cadangan penghapusan piutang, pencatatan baru akan dilakukan apabila piutang benar-benar dinyatakan tidak dapt ditagih. 2. Allowance method ( Metode penghapusan cadangan / tidak langsung ) Dalam metode ini mengakui adananya cadangan penghapusan piutang, pencatatan cadangan penghapusan dilakukan akhir periode melalui jurnal penyesuaian. Contoh : 1. Tanggal 31 Desember 1999 menunjukkan saldo akun Account Receivable Rp 75.000.000, dari saldo tersebut dipekirakan tidak akan dapat ditagih sebesar Rp 3.750.000 Direct write off method Tidak ada pencatatn
  • 46. Allowance method Bad Debt expense Rp 3.750.000 Allowance for bad debt Rp 3.750.000 2. Tanggal 1 Mei 2000 dari sejumlah Rp 3.750.000 tternyata benar-benar tidak dapat ditagih sebesar Rp 1.450.000 Direct write off method Bad debt Rp 1.450.000 Account Receivable Rp 1.450.000 Allowance method Allowance for bad debt Rp 1.450.000 Account Receivable Rp 1.450.000 Use Account Receivable to obtain Immediate Cash ( Penggunaan Piutang Sebagai Sumber Kas ) Perusahaan dapat mencairkan piutang sebelum jatuh tempo dengan menggunakan 3 cara sebagai berikut : 1. Menjaminkan Piutang ( Assignment of Account Receivable ) 2. Menggadaikan Piutang ( Pledge of Account Receivable ) 3. Menjual Piutang ( Sale of Account receivable / Factoring ) 1. Menjaminkan Piutang ( Assignment of Account Receivable ) Apabila piutang digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh tambahan modal kerja maka harus ada jaminan bahwa piutang yang dijaminkan tersebut tingkat collectibilitasnya harus dapat dipastikan.. Jurnal yang diperlukan pada saat menjaminkan piutang adalah sebagai berikut : Account Receivable Assigned XXXX Account Receivable XXXX Penagihan piutang tersebut dilakukan oleh perusahaan atau oleh pemberi pinjaman dan dari hasil penagihan tersebut harus segera dibayarkan secara berangsur yang meliputi pokok pinjaman dan bunga. A / R A / R Ass. Cash Equity of Bank Cash 1 2 3 4
  • 47. Interest Exp. Assign xp. Contoh soal : 1. Pada tanggal 1 Mei 2009 PT. Ciwaruga menjaminkan piutang sebesar sebesar Rp 10.000.000 untuk memperoleh pimjaman dari Bank sebesar Rp 8.000.000, dengan biaya provisi 1% dari total pinjaman, bunga 1,5 % per bulan 2. Pada tanggal 2 Juni 2009 diterima pembayaran piutang yang dijaminkan tersebut di atas sebesar Rp 4.000.000, dan dari jumlah ini langsung dibayarkan kepada bank dengan ditambah bunga 3. Pada tanggal 1 September 2009 diterima kembali pembayaran piutang yang dijaminkan sebesar Rp 5.000.000 dan dari jumlah ini dilunasi pinjaman ke bank beserta bunganya. Jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut di atas adalah sbb. : 1. Tanggal 1 Mei 2009 Account Receivable Assigned Rp 10.000.000 Account Receivable Rp 10.000.000 Cash Rp 7.920.000 Assignment Expense Rp 80.000 Equity of Bank Rp 8.000.0000 2.. Tanggal 2 Juni 2009 Cash Rp 4.000.000 Account Receivable Assigned Rp 4.000.000 Equity of Bank Rp 4.000.000 Interest Expense 120.000 Cash Rp 4.120.000 3. Tanggal 1 Sepetember 2009 Cash Rp 5.000.000 Account Receivable Assigned Rp 5.000.000 Equity of Bank Rp 4.000.000 Interest Expense 180.000
  • 48. Cash Rp 4.180.000 Account Receivable Rp 1.000.000 Account Receivable Assigned Rp 1.000.0000 3. Menjual Piutang ( Sale of Account receivable / Factoring ) Apabila piutang dijual ke bank atau lembaga keuangan, maka pemilikan atas piutang tersebut berpindah dari kreditur ( penjual ) kepada pembeli. Dengan demikian segala resiko yang mungkin terjadi dari piutang tersebut menjadi tanggungan pembeli. Dalam hal penjualan piutang ini debitur harus diberi tahu supaya pembayarannya juga dilakukan kepada pembeli piutang yang bersangkutan. Apabila piutang yang dijual tersebut berasal dari penjualan yang mendapat discount , serta pennjualan dilakukan masih saat discount period maka pembukuan tersebut diakuai dalam pembukuan penjual. Contoh : Pada tanggal 17 April 2009 PT. PERMATA menjual piutangnya sebesar Rp 20.000.000 dari hasil penjualan tersebut diperoleh uang tunai Rp 18.250.000 . Dari piutang tersebut diantaranya sebesar Rp 5.000.000 berasal dari penjualan tanggal 10 April dengan term of payment 2/10,n/30 Juranal yang diperlukan untuk mencatat transaksi tersebut di atas adalah sbb. : Cash Rp 18.825.000 Sales Discount Rp 365.000 Factoring Expense` Rp 1.385.000 Account Receivable Rp 20.000.000 G. Piutang Wesel (Wesel Tagih) Wesel adalah janji tertulis yang tidak bersyarat dari satu pihak kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Wesel dibedakan menjadi dua yaitu: 1. wesel berbunga adalah wesel yang mempunyai tingkat bunga yang ditetapkan 2. wesel tanpa bunga adalah wesel yang bunganya sudah termasuk didalam jumlah nominalnya sehingga bunga tidak dinyatakan secara eksplisit. Wesel wesel ini ada yang dapat dipindahtangankan atau dijual atau didiskonto kepada pihak lain seperti bank, tetapi ada juga yang tidak bisa dipindahtangankan. Pendiskontoan wesel akan dilakukan sebelum jatuh tempo.
  • 49. Seperti dalam hal piutang usaha, maka piutang wesel juga bisa dibedakan menjadi wesel dagang, wesel dari pegawai dan lain-lain. Pada umumnya piutang wesel dapat kelompokkan menjadi 2 macam, yaitu : 1. Piutang wesel tidak berbunga 2. Piutang wesel berbunga Piutang wesel berbunga adalah piutang wesel dimana debitor akan dikenai sejumlah bunga tertentu seperti yang tertera dalam lembar weselnya selama umur wesel. Sedangkan piutang wesel tidak berbunga adalah piutang wesel yang tidak bersyarat pembayaran bunga, yang berarti debitor tidak dikenai bunga wesel.
  • 50. H. Pencatatan Piutang Wesel (Wesel Tagih) Wesel tagih akan dicatat sebesar nilai sekarang (present value) dari arus kas masa depan yang diharapkan diterima. Nilai sekarang wesel jangka pendek umumnya tidak berbeda dengan nilai jatuh temponya (jika ada selisih jumlahnya tidak material), sehingga untuk wesel jangka pendek umumnya akan dicatat sebesar nilai nominalnya. Wesel tagih jangka panjang dinilai sekarang atau lebih awal dengan tingkat bunga pasar yang berlaku pada saat wesel diterbitkan. Jika tingkat bunga yang ditetapkan untuk wesel tagih sama dengan tingkat bunga pasar, maka wesel tersebut terjual sebesar nilai nominalnya. Tetapi jika tingkat bunga wesel yang ditetapkan tidak sama dengan tingkat bunga pasar maka wesel tagih tersebut akan terjual dengan nilai yang berbeda dengan nilai nominalnya. Perbedaan antara nilai nominal dengan nilai sekarang arus kas yang diterima disebut agio atau disagio. Contoh, misalnya PT Mutiara memberi pinjaman kepada PT Trisna Cenedikia sebesar Rp. 200.000.000,-, disertai dengan penerbitan wesel tagih nominal Rp. 200.000.000,-, bunga 10% per tahun, jatuh tempo 3 tahun. Maka nilai sekarang dari wesel tagih tersebut adalah: a) Jika tingkat bunga pasar 10% Nilai nominal wesel tagih Rp.200.000.000,- Nilai Sekarang (Present Value) dari nilai nominal (Rp. 200.000.000,- x PVIF(n=3, i=10%) = Rp. 200.000.000,- x 0,75132 = Rp.150.264.000,- Nilai sekarang (Present Value) dari bunga (Rp. 20.000.000,- x PVIFA(n=3, i=10%) = Rp. 20.000.000,- x 2,48685) = Rp. 49.737.000,- Rp.200.001.000,- Perbedaan (diabaikan) Rp. 1.000,- Karena selisihnya hanya Rp. 1.000, maka diabaikan, artinya nilai sekarang sama dengan nilai nominalnya yaitu Rp. 200.000.000,-. Jika tingkat bunga pasar 12% Nilai nominal wesel tagih Rp. 200.000.000,- Nilai Sekarang (Present Value) dari nilai nominal (Rp. 200.000.000,- x PVIF(n=3, i=12%) = Rp. 200.000.000,- x 0,71178 = Rp.142.356.000,- Nilai sekarang (Present Value) dari bunga (Rp. 20.000.000,- x PVIFA(n=3, i=12%) = Rp. 20.000.000,- x 2,40183) = Rp. 48.036.600,- Rp. 190.392.600,- Perbedaan (Disagio wesel tagih) Rp. 9.607.600 ,-
  • 51. Nilai sekarang wesel tagih lebih kecil daripada nilai nominalnya sebesar Rp. 9.607.600,-, selisih ini disebut dengan disagio wesel tagih. b) Jika tingkat bunga pasar 8% Nilai nominal wesel tagih Rp.200.000.000 Nilai Sekarang (Present Value) dari nilai nominal (Rp. 200.000.000,- x PVIF(n=3, i=8%) = Rp. 200.000.000,- x 0,79383 = Rp.158.766.000 Nilai sekarang (Present Value) dari bunga (Rp. 20.000.000,- x PVIFA(n=3, i=8%) = Rp. 20.000.000,- x 2,57710) Rp. 51.542.000 Rp. 210.308.000,- Perbedaan (Agio wesel tagih) Rp. 10.308.000,- Nilai sekarang wesel tagih lebih besar daripada nilai nominlanya sebesar Rp. 10.308.000,-, selisih ini disebut dengan agio wesel tagih I. Penilaian Piutang Wesel (Wesel Tagih) Wesel tagih jangka pendek dicatat dan dilaporkan pada nilai bersih yang dapat direalisasi yakni jumlah nominalnya dikurangi semua penyisihan yang diperlukan yaitu besarnya piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Perhitungan dan estimasi yang terlibat dalam penilaian wesel tagih jangka pendek sama seperti piutang, demikian pula untuk pencatatan beban piutang yang tak tertagih sekaligus penyisihannya / cadangannya. J. Mendiskontokan Wesel Yang dimaksud dengan mendiskontokan wesel adalah meminjam uang ke bank dengan menggunakan wesel sebagai jaminan. Bunga (diskonto) wesel dihitung dengan cara sebagaimana dalam ilustrasi 4.2. tempo dari sebuah wesel. Tanggal jatuh tempo bisa ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama, yakni kreditur menentukan dan debitur menyetujuinya dan akan berjanji membayar pada tanggal yang sudah ditentukan kreditur. Selain itu, tanggal jatuh tempo bisa didasarkan atas janji yang ditulis sendiri oleh debitur, atau bisa juga pada akhir periode yang ditetapkannya. Soal soal Latihan : Latihan 1 Informasi di bawah ini diperoleh dari catatan pembukuan yang berkaitan dengan tahun pertama kegiatan PD. MURAH yang disusun oleh Tn. Korup yang mendapat gaji Rp 1.500.000,- per bulan dari perusahaan, baru saja membeli sebuah mobil mewah. Anda memutuskan untuk menguji ketepatan saldo piutang dagang sebesar Rp 264.000.000 sebagaimana diperlihatkan di dalam buku besar : 1. Hasil penagihan dari pelanggan Rp 396.000.000 2. Barang dagang yang dibeli 720.000.000 3. Persediaan barang dagang akhir 180.000.000 4. Barang dagangan dijual 40% di atas harga pokoknya 5. Semua penjualan dilakukan secara kredit
  • 52. Diminta : Hitunglah saldo Piutag Usaha yang harus nampak dan tetapkan jumlah kekurangan atau kelebihannya. Latihan 2 Dari Neraca PT. ASASAMI per 31 Desember 2009 terdapat antara lain akun-akun sebagai berikut : Account Receivable Rp 66.400.000 Allowance for bad debt 6.400.000 Selama tahun 2010 telah terjadi transaksi – transaksi sebagai sebagi berikut : 1. Penjualan Rp 768.000.000 diantaranya sebesar Rp 88.000.000,- merupakan penjualan tunai 2. Retur penjualan Rp 40.000.000,- diantaranya sebesar Rp 8.000.000,- merupakan retur penjualan tunai 3. Penerimaan piutang Rp 578.000.000,- diantaranya sebesar sebesar Rp 68.000.000 diterima setelah discount period dari term of payment 2/10, n/30. 4. Piutang yang diterima berupa notes ( wesel ) Rp 20.000.000,- 5. Piutang yang dihapuskan karena tak tertagih Rp 7.200.000,- 6. Piutang yang dihapuskan pada tahun yang lalu, ternyata dapat diterima kembali Rp 200.000,- ( jumlah ini tidak termasuk butir 3 di atas ) 7. Besarnya kerugian piutang tak tertagih untuk tahun ini sebesar 5% dari piutang pada 31 Desember 2010 Diminta : 1. Jurnal yang diperlukan selama tahun 2010 2. Susunlah kedua akun tersebut di atas Latihan 3 Dari neraca CV Darlis per 31 Desember 2009 terdapat informasi sbb : Account Receiveble Rp 6.240.000 Allowance for Bad Debt Rp 320.000 Berdasarkan pengalaman atas piutang yang telah jatuh tempo, maka ditetapkan untuk tahun 2010 besarnya Cadangan Penyisihan Kerugian Piutang sebesar : Piutang yang telah menunggak: Kurang dari 2 bulan 10 % 2 – 6 bulan 30 % 6 – 12 bulan 70 % lebih dari 1 tahun 100% Selama tahun 2010 transaksi yang berhubungan dengan piutang telah diringkas sbb. : Penjualan kredit Rp 42.600.000 Penerimaan dari piutang Rp 40.800.000 Retur penjualan Rp 400.000
  • 53. Piutang yang dihapus Rp 290.000 Pada akhir periode, jumlah piutang yang telah jatuh tempo adalah : Kurang dari 2 bulan Rp 650.000 2 – 6 bulan Rp 320.000 6 – 12 bulan Rp 180.000 lebih dari 1 tahun Rp 130.000 Diminta : 1. Jurnal yang diperlukan daritransaksi –transaksi di atas 2. Hitung cadangan penyisihan piutang untuk tahun 2010 dengan memperhitungkan saldo terdahulu dan transaksi tahun berjalan 3. Berapa jumlah Account Rceivable dan Allowance for Bad Debt yang harus ditampilkan pada neraca per 31 Desember 2010. Latihan 4 Dalam neraca PT. SUKA SENANG per 31 Desember 2009 tergambar sebagai berikut : Account Receivable Rp 38.600.000 Allowance for doubtful account 3.200.000 Rp 35.400.000 Selama tahun 2010 telah terjadi transaksi-transaksi sebagai berikut : 1. Sales berjumlah Rp 182.900.000, diantaranya Rp 22.900.000 merupakan penjualan tunai 2. Uang yang diterima dari langganan ( cash collection ) berjumlah Rp 123.200.000 diantaranya sejumlah Rp 58.200.000 memanfaatkan potongan (discount) dari term of payment Rp 3/30 – n/50 3. Dijaminkan piutang dagang sebesar Rp 50.000.000 kepada Lembaga Keuangan Sejahtera untuk mendapatkan pinjaman sejumlah Rp 35.000.000 dikurangi 0,8% dari pinjaman 4. Piutang-piutang yang dinyatakan tidak tertagih berjumlah 2.800.000 di antaranya sejumlah Rp 1.200.000 merupakan piutang dagang yang dijaminkan 5. Diterima piutang dagang yang dijaminkan tersebut di atas sejumlah Rp 25.000.000 dari hasil ini ditambah bunga 10% dari pinjaman dikirimkam kepada Lembaga Keuangan 6. Dikirimkan nota kredit kepada langganan sebesar Rp 9.000.000 di antaranya Rp 5.000.000 merupakan piutang dagang yang dujaminkan 7. Diselesaikan utang piutang kami dengan TN. Polim sebagai berikut : Utangnya Rp 3.800.000 Piutangnya 1.200.000 Rp2.600.000 diterima pembayarannya Rp 2.000.00 sedangkan sisanya dihapuskan.
  • 54. 8. Piutang dagang kepada Tn Robert sejumlah Rp 500.000 yang telah dihapuskan pada tahun yang lalu ternyata dapat diterima kembali 9. Diterima piutang dagang yang dijaminkan tersebut di atas sejumlah Rp 17.000.000 dari hasil ini dilunasi pinjaman kepada Lembaga Keuangan ditambah bunga 8% dari sisapinjaman 10. Dari piutang yang ada di taksir tidak dapat ditagih 15% Diminta : 1. Jurnal yang diperlukan dari transaksi selama tahun 2010 2. Sajikan kedua akun tersebut di atas dalam Neraca per 31 Desmber 2010 Latihan 5 PT. Asasami mempunyai neraca akhir tertanggal 31 Desember 2008 yang antara lain sebagai berikut : Notes Receivable ………………………… Rp. 122.500.000,- Less : Notes receivable discounted …….. Rp. 52.500.000,- Rp 70.000.000 Accounts Receivable ……… Rp. 315.000.000,- Less: allowance for doubtful account Rp. 35.000.000,- Rp. 280.000.000 Selama tahun 2009 telah terjadi transaksi – transaksi sebagai berikut : 1. Sales Rp 2.425.000.000,- termasuk di dalamnya sebesar Rp 225.000.000,- merupakan penjualan tunai / cash sales. 2. Nota kredit yang diberikan kepada langganan sejumlah Rp 80.000.000,- diantaranya sejumlah Rp 22.500.000,- adalah penjualan tunai. 3. Penerimaan notes receivable dari piutang berjumlah Rp 197.500.000,- 4. Penerimaan uang dari langganan berjumlah Rp 156.500.000,- di antaranya sejumlah Rp 144.000.000,- memperoleh sales discount berdasarkan termyn of payment 4/20;n/50 5. Notes Receivable Dicounted tersebut di atas yang tertera pada neraca ahir semuanya telah dibayar pada saat jatuh temponya, kecuali sebesar Rp 9.000.000,- notes tersebut diterima kembali oleh perusahaan dari langganan, kemudian perusahaan membayarnya ditambah protest fees sebesar Rp 150.000,- 6. Notes yang didiskontokan berjumlah Rp 185.000.000,- dengan nilai Rp 180.000.000,- kemudian dari jumlah ini sebesar Rp 31.250.000,- telah jatuh tempo tanpa protest fees. 7. Piutang dinyatakan tak tertagih selama tahun 2003 berjumlah Rp 20.625.000,- 8. Uang yang diterima dari notes receivable yang telah jatuh tempo sebesar Rp 15.250.000,- di dalamnya termasuk bunga sebesar Rp 250.000,- 9. Perusahaan telah meminjam uang dari BRI sejumlah Rp 250.000.000,- dengan menjaminkan piutang sejumlah Rp 312.500.000,- Bank memperhitungkan biaya pinjaman sebesar Rp 1.250.000,- dari piutang yang dijaminkan tersebut telah
  • 55. diterima sejumlah Rp 281.250.000,- ( jumlah ini tidak termasuk dalam point 4 di atas ) dan dari penerimaan ini dibayarkan untuk melunasi pinjaman ke BRI dengan tambahan bunga sejumlah 10% untuk selama 6 bulan. 10. Taksiran penyisihan penghapusan piutang / allowance for doubtful accounts atas dasar pengalaman tahun – tahun yang lalu ditetapkan sebesar 2,5% dari net credit sales. Diminta : 1. Buatlah ayat-ayat jurnal dari transaksi selama tahun 2009 dengan memperhatikan neraca ahir perusahaan. 2. Susunlah akun-akun tersebut dalam neraca per 31 Desember 2009.
  • 56. BAB V INVENTORY Tujuan mempelajari bab ini adalah: 1. enjelaskan pengertian persediaan 2. Menjelaskan jenis-jenis persediaan 3. Menjelaskan pengukuran persediaan 4. Menjelaskan sistem pencatatan persediaan 5. Menjelaskan penentuan kuantitas persediaan 6. Menjelaskan penilaian persediaan A. Pengertian Salah satu aset lancar yang umumnya memiliki nilai yang besar diantara aset-aset lancar lainnya adalah persediaan. Persediaan merupakan jenis aset produktif yang dimiliki oleh perusahaan, karena persediaan ini merupakan aset yang mempunyai keterkaitan langsung dengan pendapatan perusahaan. Jika tingkat perputaran aset persediaan lambat, maka dapat dipastikan proses perolehan pendapatan perusahaan lambat pula dan sebaliknya jika pertputarannya cepat proses perolehan pendapatan perusahaan juga cepat. Persediaan (inventory) didefinisikan sebagai aset : 1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal 2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan atau 3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. B. Jenis-jenis Persediaan Bagaimana perusahaan mengklasifikasikan persediaannya sangat tergantung pada jenis usaha yang dijalankan perusahaan yaitu apakah perusahaan perdagangan ataukah perusahan manufaktur. Pada perusahaan perdagangan hanya ada satu klasifikasi persediaan yaitu yang disebut dengan persediaan barang dagangan (merchandising inventory). Namun demikian persediaan ini dapat terdiri dari banyak item. Misalnya untuk supermarket perusahaan ini mempunyai persediaan berupa produk makanan, produk kebutuhan pokok dan lain-lain. Item-item ini mempunyai dua karakteristik utama yaitu pertama, persediaan ini dimiliki oleh perusahaan kedua, persediaan ini siap untuk dijual kembali kepada pelanggan. C. Pengukuran Persediaan Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih dan nilai yang lebih rendah antara biaya dengan nilai realisasi bersih. Biaya persediaan harus meliputi biaya pembelian, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual
  • 57. atau dipakai. Biaya persediaan seringkali disebut dengan istilah harga pokok persediaan. Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, biaya masuk dan pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh perusahaan kepada kantor pajak), biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang atau trade discont, rabat dan pos lain yang serupa di kurangkan dalam menentukan biaya pembelian. Contoh : PT. Nabila adalah perusahaan dagang yang membeli barang dagangan dari PT. Abadi sebanyak 10 unit dengan harga per unit Rp. 200.000,-. Perjanjiannya adalah FOB Shipping Point dimana PT. Nabila harus membayar biaya angkut Rp. 100.000,- dan asuransi Rp. 50.000,- sedangkan PPn 10%, maka biaya persediaan barang dagangan yang dibeli oleh PT. Nabila adalah: Harga beli 10 x Rp. 200.000 = Rp. 2.000.000 PPn 10% x 2.000.000 = Rp. 200.000 Biaya angkut = Rp. 100.000 Biaya asuransi = Rp. 50.000 Biaya persediaan = Rp. 2.350.000 Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead tetap dan variabel yang dialokasikan secara sistematis yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi barang jadi. Biaya lain-lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. Nilai realisasi bersih adalah biaya persediaan dikurangi dengan taksiran biaya untuk mendistribusikan persediaan. D. Sistem Pencatatan Persediaan Ada dua sistem pencatatan untuk persediaan yaitu: a) Sistem pencatatan persediaan perpetual (Perpetual Inventory System) b) Sistem Pencatatan Persediaan Periodik (Periodic Inventory System) 1. Sistem Perpetual
  • 58. Sistem perpetual pencatatannya dilakukan secara kontinyu (perpetual) baik untuk pencatatan jumlahnya maupun biayanya atau harga pokoknya. Dengan demikian jumlah maupun biaya persediaan dapat diketahui setiap saat. Sistem ini seringkali diterapkan oleh perusahaan yang menjual barang dagangan dengan harga per unit relative mahal, jumlahnya relative sedikit dan mudah diidentifikasi. Contoh perusahaan yang menerapkan misalnya perusahaan mobil, perusahaan pesawat terbang, mebel, dan peralatan rumah tangga. Sistem perpetual ini juga bisa diterapkan oleh perusahaan selain yang dicontohkan di atas dikarena penggunaan wide spreadsheet yang disediakan oleh komputer dan penggunaan scanner untuk mengidentifikasi setiap item persediaan. Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan perpetual adalah sebagai berikut: a. Pembelian barang dagangan akan di debit pada akun persediaan b. Beban angkut pembelian akan di debit pada akun persediaan c. Retur pembelian akan di kredit ke akun persediaan d. Potongan pembelian akan di kredit ke akun persediaan e. Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold) diakui bersamaan dengan pengakuan penjualan dan akun persediaan akan di kredit f. Akun persediaan adalah akun pengendali yang didukung dengan buku besar pembantu untuk setiap jenis/item persediaan. 3. Sistem Periodik atau Fisik Dalam sistem periodik setiap terjadi transaksi tidak langsung dicatat dalam akun inventori atau persediaan sehingga untuk mengetahui kuantitas maupun biaya persediaan melalui perhitungan fisik (stock opname) pada saat menyusun laporan keuangan akhir periode. Sistem periodik biasanya diterapkan oleh perusahaan yang menjual barang dagangan dengan harga per unit relative murah, jumlahnya relative banyak dan sulit diidentifikasi. Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan periodik adalah sebagai berikut: a) Pembelian barang dagangan akan diDebit pada akun pembelian. b) Tidak ada pencatatan pada akun persediaan. c) Beban angkut pembelian akan didebit pada akun Beban Angkut Pembelian. d) Retur dan potongan pembelian akan dikredit ke akun Retur dan Potongan Pembelian. e) Potongan tunai pembelian akun dikredit ke akun Potongan Tunai Pembelian. f) f) Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold) dihitung pada akhir periode setelah melakukan penghitungan fisik dan penilaian persedian akhir.
  • 59. Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic, namun belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan, seperti pembayaran ongkos angkut, penerimaan dan pemberian diskon. Transaksi Sistem Periodek Sistem Perpetual 1. Membeli barang dagangan secara kredit Rp 10.000 Pembelian Hutang 10.000 10.000 Persediaan Brg Dag Hutang 10.000 10.000 2. Retur pembelian Rp 500 Hutang Retur Pembelian 500 500 Hutang Persediaan Brg Dag 500 500 3. Terdapat barang yang dijual. Harga jual Rp 4.000 dan harga pokok barang Rp 1.500 Piutang/Kas Penjualan 4.000 4.000 Piutang/Kas Penjualan HPP Persediaan Brg Dag 4.000 1.500 4.000 1.500 4. Pada akhir tahun Mutlak harus dilakukan inventarisasi fisik karena tanpa inventarisasi fisik barang, tidak dapat diketahui persediaan yang ada Tanpa inventarisasi sudah dapat diketahui persediaan, namun inventarisasi perlu dilakukan Misalkan menurut perhitungan fisik pada akhir tahun saldo persediaan Rp 200 dan pada awal tahun Rp 150. Ikhtisar L/R Persediaan B.D. Persediaan B.D Ikhtisar L/R 150 200 150 200 Jika hasil inventarisasi fisik tidak sama dengan saldo rekening persediaan, perusahaan perlu membuat jurnal, jika sama tidak perlu membuat jurnal.
  • 60. 2. Penentuan Kepemilikan Barang a. Barang dalam perjalanan Barang barang yang keberadaannya dalam perjalanan, perlu penetapan hak kepemilikan barang tersebut. Kepemilikan barang ini sangat tergantung pada perjanjian jual beli yang telah disepakati antara penjual dengan pembeli. Ada 2 macam perjanjian yaitu: 1. FOB Shipping Point Dalam perjanjian ini hak kepemilikan barang berpindah dari penjual ke pembeli pada saat barang telah sampai pada perusahaan jasa pengiriman. Jadi barang yang berada dalam perjalanan merupakan milik pembeli sehingga pembeli harus memasukkan barang tersebut dalam penghitungan fisik persediaan. Sedangkan bagi penjual barang dalam perjalanan tersebut tidak dimasukkan sebagai miliknya 3. FOB Destination Dalam perjanjian ini hak kepemilikan barang berpindah dari penjual ke pembeli pada saat barang sampai di gudang pembeli. Jadi barang dalam perjalanan merupakan milik penjual, sehingga penjual harus memasukkan barang tersebut dalam penghitungan fisik persediaan. Sebaliknya bagi pembeli barang dalam perjalanan tersebut tidak dimasukkan sebagai miliknya, Ilustrasi : Persayaratan Penyerahan
  • 61. b. Barang Konsinyasi Perusahaan perdagangan seringkali menjual barang yang bukan dibelinya sendiri dari pemasoknya tetapi merupakan titipan dari pihak lain. Pihak yang menitipkan barang ini (pemilik barang) disebut consignor sedangkan pihak yang menerima titipan barang (pihak yang menjualkan) disebut dengan consignee. Bagi consignor barang konsinyasi ini jika masih belum terjual maka harus dimasukkan sebagai persediaan mereka. A. MENENTUKAN NILAI DARI PERSEDIAAN AKHIR Jika perusahaan sering membeli barang dan harga beli masing-masing pembelian berbeda, maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam menentukan harga pokok barang yang dipakai/dijual dan harga pokok barang yang masih ada di gudang. Sebagai contoh data persediaan barang dagangan untuk bulan Januari 2009 sebagai berikut: Januari 1 Persediaan 200 unit @ Rp10 = Rp 2.000 12 Pembelian 400 unit @ Rp12 = Rp 4.800 26 Pembelian 300 unit @ Rp11 = Rp 3.300
  • 62. 30 Pembelian 100 unit @ Rp13 = Rp 1.300 Setelah dilakukan inventarisasi fisik, jumlah pesediaan per 31 Januari 2009 adalah 300 unit. Tentukan: a. Persediaan per 31 Januari 2009. b. Harga pokok persediaan yang dijual dalam bulan Januari 2009. Barang yang tersedian untuk dijual selama bulan Januari adalah 200 + 400 + 300 + 100 = 1.000 unit, maka barang yang dijual adalah 1.000 – 300 = 700 unit. Karena harga belinya berbeda-beda, maka perlu asumsi arus barang yang akan digunakan sebagai dasar penentuan harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir sebagai berikut: a. FIFO (First In First Out), barang yang masuk terlebih dahulu dianggap yang pertama kali dijual/keluar sehingga persediaan akhir akan berasal dari pembelian yang termuda/terakhir. b. LIFO (Last In First Out), barang yang terakhir masuk dianggap yang pertama kali keluar, sehingga persediaan akhir terdiri dari pembelian yang paling awal. c. Average, pengeluaran barang secara acak dan harga pokok barang yang sudah digunakan maupun yang masih ada ditentukan dengan cara dicari rata-ratanya. Penerapan asumsi ini berlaku baik dalam sistem periodik maupun dalam sistem perpetual. a. Jika perusahaan menggunakan Sisem Periodik 1) FIFO Dengan metode ini jumlah barang yang digunakan sebanyak 700 unit diasumsikan berasal dari barang yang pertama kali dibeli, yaitu: 200 unit @ Rp 10 = Rp 2.000 400 unit @ Rp 12 = Rp 4.800 100 unit @ Rp 11 = Rp 1.100 Harga pokok penjualan Rp 7.900 Selanjutnya persediaan yang 300 unit dianggap dari pembelian tanggal 26 dan 30 Januari 2006 dengan rincian sebagai berikut: 200 unit @ Rp 11 = Rp 2.200 100 unit @ Rp 13 = Rp 1.300 Persediaan akhir Rp 3.500 2) LIFO Dengan metode ini jumlah barang yang dijual sebanyak 700 unit diasumsikan berasal dari barang yang terakhir dibeli, yaitu: 100 unit @ Rp 13 = Rp 1.300 300 unit @ Rp 11 = Rp 3.300 300 unit @ Rp12 = Rp 3.600 Harga pokok penjualan Rp 8.200 Selanjut persediaan akhir 300 unit dianggap berasal dari pembelian tanggal 1 dan 12 Januari 2006, yaitu:
  • 63. 200 unit @ Rp 10 = Rp 2.000 100 unit @ Rp 12 = Rp 1.200 Persediaan akhir Rp 3.200 3). Metode Rata-rata Untuk menghitung persediaan akhir dan harga pokok penjualan perlu dibuat perhitungan sebagai berikut: Tanggal Keterangan Unit Harga per Unit Jumlah Jan 1 Persediaan 200 Rp 10 Rp 2.000 12 Pembelian 400 Rp 12 Rp 4.800 26 Pembelian 300 Rp 11 Rp 3.300 30 Pembelian 100 Rp 13 Rp 1.300 Jumlah 1,000 Rp 11.400 Rata-rata = Rp11.400 : 1.000 Rp 11,4 Harga pokok penjualan = 700 x Rp 11,4 = Rp 7.980 Persediaan akhir = 300 x Rp11,4 = 3.240 b. Jika perusahaan menggunakan Sistem Perpetual Jika perusahaan menggunakan sistem perpetual, penentuan harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir dilakukan setiap perusahaan menjual barang. Untuk mempermudah pekerjaan menentukan harga pokok ini digunakan suatu kartu yang lazim disebut Kartu Persediaan. Satu jenis barang disediakan satu Kartu. Dengan demikian sistem ini baru cocok untuk persediaan yang nilainya tinggi. Misalkan atas satu jenis barang diperoleh informasi sebagai berikut: Tanggal Keterangan Unit Harga Beli per Unit Jan. 1 Persediaan 200 Rp 10 12 Pembelian 400 Rp 12 17 Dijual 300 26 Pembelian 300 Rp 11 27 Dijual 200 28 Dijual 300 30 Pembelian 100 Rp 13
  • 64. Berikut ini hanya diberikan contoh metode FIFO: Tgl Ket Dibeli Dipakai Persediaan Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Jan 1 Persediaan 200 10 2.000 12 Pembelian 400 12 4.800 200 400 10 12 2.000 4.800 17 Dijual 200 100 10 12 2.000 1.200 300 12 3.600 26 Pembelian 300 11 3.300 300 300 12 11 3.600 3.300 27 Dijual 200 12 2.400 100 300 12 11 1.200 3.300 28 Dijual 100 200 12 11 1.200 2.200 100 11 1.100 30 Pembelian 100 13 1.300 100 100 11 13 1.100 1.300 B. MENAKSIR NILAI PERSEDIAAN Kadangkala situasi tidak memungkinkan dilakukan penghitungan fisik atau sistem perpetual sangat mahal untuk diterapkan. Suatu supermarket dengan beribu macam jenis persediaan mungkin akan terganggu operasionalnya jika setiap bulan harus melakukan penghitungan fisik persediaan dalam rangka menyusun laporan keuangan bulanan. Perusahaan asuransi dalam menentukan besarnya kerugian atas persediaan yang terbakar tidak mungkin menghitung secara fisik barang yang terbakar karena barangnya sudah rusak bahkan habis. Keadaan di atas mendorong dilakukan penaksiran cost dari persediaan. Terdapat dua metode yang sering digunakan yaitu metode harga eceran dan metode laba kotor. 1. Metode Harga Eceran Cost persediaan ditentukan dengan mengkonversi persediaan menurut harga eceran menjadi cost dengan mengggunakan prosentase cost terhadap harga eceran. Contoh: Harga Pokok (Cost) Harga Eceran Persediaan 1 Januari 2005 Rp 60.000 Rp 100.000 Pembelian Januari 2005 Rp 540.000 Rp 900.000 Barang tersedia untuk dijual Rp 600.000 Rp 1.000.000 % Cost thd Harga Eceran= (600.000 : 1.000.000) x 100% = 60% Penjualan Rp 700.000 Persediaan akhir Rp 300.000 Nilai cost persediaan akhir = 60% x Rp 300.000 = Rp 180.000