Kerajaan demak, sumber sejarah, letak geografis, politik,silsilah raja, ekonomi
1. APRILIA CAHYA RANI (07)
SEPTIANA CAHYA KHALIFAH (31)
X MIPA 3 – SMA N 2 KLATEN
2. SUMBER SEJARAH
Sebelum Demak menjadi pusat kerajaan, dulunya
demak merupakan kadipaten di bawah kekuasaan kerajaan
Majapahit. Dan sebelum berstatus kadipaten,Demak lebih
dikenal dengan nama “ Bintoro ”, yang menjadi wilayah
kadipaten jepara dan merupakan satu-satunya kadipaten yang
adipatinya memeluk agam islam.
Kerajaan Demak diperkirakan berdiri pada tahun 1478 M.
Hal ini didasarkan atas jatuhnya Kerajaan Majapahit yang
diberi tanda Candra Sengkala : “ Sirna Ilang Kertaning Bumi ”
yang berarti tahun saka 1400 atau 1478 M.
3. LETAK GEOGRAFIS
Secara geografis Kerajaan Demak terletak di Jawa
Tengah. Kerajaan Demak berkembang dari sebuah daerah
yang bernama Bintoro yang merupakan daerah bawahan
Majapahit.
4. POLITIK
Kerajaan Demak merupakan kerajaan teokrasi yaitu suatu
kerajaan yang memiliki sistem pemerintahan yang menjunjung dan
berpedoman pada Illahi. Kerajaan Demak berdiri kira-kira tahun 1478.
Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya Majapahit yang diperintah oleh
Prabu Kertabumi .Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden
Patah menjadi raja di Kerajaan Demak.Kerajaan Demak berkembang
menjadi kerajaan besar, di bawah kepemimpinan Raden Patah (1481-
1518). Negeri-negeri di pantai utara Jawa yang sudah menganut Islam
mengakui kedaulatan Demak. Kekuasaan Demak meluas ke Sukadana
(Kalimantan Selatan), Palembang, dan Jambi. Pada tahun 1512 dan 1513,
di bawah pimpinan putranya yang bernama Adipati Unus, Demak
dengan kekuatan 90 buah jung dan 12.000 tentara berusaha
membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis dan menguasai
perdagangan di Selat Malaka. Karena pernah menyerang ke Malaka
Adipati Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor (Pangeran yang pernah
menyeberang ke utara).
5. Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518 M, Kerajaan Demak dipimpin
oleh Adipati Unus (1518-1521). Kemudian ia digantikan oleh adiknya yang
bernama Sultan Trenggana (1521- 1546). Untuk memperluas daerah
kekuasaannya, Sultan Trenggana menikahkan putra-putrinya, antara lain
dinikahkan dengan Pangeran Hadiri dari Kalinyamat (Jepara) dan Pangeran
Adiwijaya dari Pajang. Sultan Trenggana berhasil meluaskan kekuasaannya ke
daerah pedalaman. Ia berhasil menaklukkan Daha (Kediri), Madiun, dan
Pasuruan.Pada masa Sultan Trenggana, wilayah kekuasaan Kerajaan Demak
sangat luas meliputi Banten, Jayakarta, Cirebon (Jawa Barat), Jawa Tengah,
dan sebagian Jawa Timur. Wafatnya Sultan Trenggana (1546) menyebabkan
kemunduran Kerajaan Demak. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran
Prawato (putra Sultan Trenggana) dengan Aria Panangsang . Dalam perebutan
kekuasaan itu, Aria Panangsang membunuh Pangeran Prawoto dan putranya,
Pangeran Hadiri. Ratu Kalinyamat dan Aria Pangiri memohon bantuan kepada
Adiwijaya di Pajang. Dalam pertempuran itu, Adiwijaya berhasil membunuh
Aria Panangsang. Setelah itu, Adiwijaya memindahkan ibu kota Kerajaan
Demak ke Pajang pada tahun 1568.
6. SILSILAH RAJA
1. Raden Patah (1481 – 1518)
2. Pati Unus (1518 – 1521)
3. Sultan Trenggono (1521 – 1546)
4. Sunan Prawoto
5. Arya Penangsang
6. Hadiwijaya
7. EKONOMI
Dilihat dari segi ekonomi, Demak sebagai kerajaan
maritim, menjalankan fungsinya sebagai penghubung atau
transit daerah penghasil rempah-rempah di bagian timur
dengan Malaka sebagai pasaran di bagian barat.
Perekonomian Demak dapat berkembang dengan pesat di
dunia maritim karena didukung oleh penghasil dalam
bidang agraris yang cukup besar. Perdagangannya juga
maju, komoditas yang diekspor antara lain : beras, madu,
dan lilin.
8. SOSIAL
Kehidupan sosial Demak diatur oleh hukum-hukum
Islam, namun juga masih menerima tradisi lama. Dengan
demikian, muncul sistem kehidupan sosial yang telah
mendapat pengaruh Islam.Namun norma – norma atau
tradisi lama tidak ditinggalkan begitu saja oleh masyarakat.
Contohnya seperti tradisi sekaten yang masih dipelihara
sampai sekarang, perayaan itu digunakan oleh Sunan
Kalijaga untuk menarik minat masyarakat agar masuk
islam.
9. BUDAYA
Di bidang budaya, terlihat jelas dengan adanya
pembangunan Masjid Agung Demak yang terkenal dengan
salah satu tiang utamanya terbuat dari kumpulan sisa-sisa
kayu yang dipakai untuk membuat masjid itu sendiri yang
disebut soko tatal. Di pendapa (serambi depan masjid)
itulah Sunan Kalijaga (pemimpin pembangunan masjid)
meletakkan dasar-dasar syahadatain (perayaan Sekaten).
Tujuannya ialah untuk memperoleh banyak pengikut agama
Islam. Tradisi Sekaten itu sampai sekarang masih
berlangsung di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon.