SlideShare a Scribd company logo
1 of 47
HUSNA LATIFATUL KARIMAH/X MIPA C/13
KERAJAAN ISLAM DI PULAU JAWA
1.KERAJAAN DEMAK
2.KERAJAAN MATARAM ISLAM
3.KERAJAAN BANTEN
4.KERAJAAN CIREBON
5.KERAJAAN PAJANG
6.KERAJAAN SURAKARTA HADININGRAT
7.KERAJAAN TUBAN
8.KERAJAAN PATI
9.KERAJAAN PAKUALAM
10KERAJAAN KALINYAMAT
11.KERAJAAN GEBANG
12.KERAJAAN MADURA
13KERAJAAN NGAYOGYAKARTA HADININGRAT
14.KERAJAAN JIPANG
15.KERAJAAN GRESIK-GIRI
16KERAJAAN SURABAYA
17.KERAJAAN KARTASURA
1.KERAJAAN DEMAK
Sejarah Kerajaan Demak
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di
Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Patah ini
pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah
atau Bintoro yang berada di bawah kekuasaan Majapahit.
Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15.
Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak untuk
berkembang menjadi kota besardan pusat perdagangan.
Dengan bantuan para ulama Wali Sanga, Demak berkembang
menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah
timur Nusantara.
Demak didirikan oleh Raden Patah (1500-1518) yang
setelah naik takhta bergelar Sultan Alam Akbar al Fatah.
Menurut Babad Tanah Jawa, Raden Patah adalah putra Brawijaya V (Raja Majapahit terakhir) dengan putri dari
Campa Pada masa pemerintahannya, Demak berkembang pesat. Raden Patah memperkuat armada lautnya
sehingga Demak berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Demak mencoba
menyerang Portugis yang pada saat itu menguasai Malaka. Demak membantu Malaka karena kepentingannya turut
terganggu dengan hadirnya Portugis di Malaka. Namun, serangan itu gagal. Di bidang keagamaan, Raden Patah
dibantu Wali Sanga, menampilkan Demak sebagai pusat penyebaran Islam. Raden Patah kemudian membangun
sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Agung Demak.
Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521) Adipati Unus meninggal tanpa
meningalkan putra sehingga seharusnya digantikan oleh adiknya, Pangeran Sekar Seda Lepen. Namun, Pangeran
ini dibunuh oleh utusan kemenakannya yang lain, yaitu Raden Mukmin (nama kecil Sunan Prawoto) anak Pangeran
Trenggana, Akibatnya yang menggantikan takhta Demak adalah adik Adipati Unus, yakni Pangeran Trenggana. la
setelah naik takhta bergelar Sultan Trenggana. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai puncak
kejayaannya. Wilayah kekuasaannya sangat luas, meliputi Jawa Barat (Banten, Jayakarta, dan Cirebon), Jawa
Tengah, dan sebagian Jawa Timur.
Sepeninggal Sultan Trenggana, Demak mengalami kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan Arya
Penangsang anak Pangeran Sekar Sedo Lepen dengan Sunan Prawoto, putra sulung Sultan Trenggana. Sunan
Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya Penangsang. Namun, Arya Penangsang kemudian berhasil juga dibunuh
oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggana yang menjadi Adipati Pajang. Joko Tingki yang kemudian bergelar
Sultan Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang.
Raja-Raja Kerajaan Demak
1. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Raden Patah ( 1500 – 1518 )
Raden Patah pada masa sebelum mendirikan Kerajaan Demak
terkenal dengan nama Pangeran Jimbun, dan setelah menjadi pendiri
kerajaan Demak raja bergelar Sultan Alam Akbar al Fatah. kerajaan Demak
menjadi kerajaan besar dan menjadi pusat penyebaran agama Islam yang
penting Pada masa pemerintahan Raden Patah, dan Raden Patah juga
membangun Masjid Agung Demak yang letaknya ditengah kota Alun-alun
Demak.
Kedudukan Demak semakin penting peranannya sebagai pusat
penyebaran agama Islam setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis.
Namun, walaupun begitu hal itu suatu saat juga menjadi ancaman bagi kekuasaan Demak. Karena itu pada tahun
1513, Raden Patah mengutus putranya sendiri yaitu Pati Unus dan para armadanya diutus untuk menyerang
Portugis di Malaka. Walau Serangan ke Malaka sudah dibantu oleh Aceh dan Palembang tetapi gagal dikarenakan
kualitas persenjataan yang kurang memadai dibanding Portugis di Malaka.
2. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Pati Unus ( 1518 – 1521 )
Pada tahun 1518 ketika Raden Patah sudah wafat kemudian pemerintahan Kerajaan Demak digantikan
putranya sendiri yaitu Pati Unus. Pati Unus sangat terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan pernah
memimpin perlawanan terhadap Portugis yang telah menguasai Malaka. dan karena keberaniannya itu Pati Unus
mendapatkan julukan Pangeran Sabrang lor. Ia juga mengirim Katir untuk mengadakan blokade terhadap Portugis
di Malaka, hal itu mengakibatkan Portugis kekurangan bahan makanan.
3. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Sultan Trenggono ( 1521 – 1546 )
Ketika Pati Unus wafat, pati unus tidak memiliki putra.jadi tahta kerajaan digantikan oleh adiknya yang
bernama Raden Trenggono. dan di bawah pemerintahan Sultan Trenggono inilah pemerintahan Demak mencapai
masa kejayaannya. Raden Trenggono dikenal sebagai raja yang sangat bijaksana dan gagah berani. dan berhasil
memperlebar wilayah kekuasaannya yang meliputi dari Jawa Timur dan Jawa Barat. Pada turun-temurun berdirinya
demak sampai masa pemerintahan Raden Trenggono Musuh utama Demak adalah Portugis yang mulai
memperluas pengaruhnya ke jawa Barat dan alhasil pihak portugis bisa mendirikan benteng Sunda Kelapa di jawa
barat.
Pada tahun 1522 Sultan Trenggono mengirim tentaranya ke Sunda kelapa dibawah pimpinan Fatahillah
yang bertujuan untuk mengusir bangsa Portugis dari sunda kelapa. Tahun 1527 Fatahillah dan para pengikutnya
berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Dan Sejak saat itulah Sunda Kelapa diganti namanya menjadi
Jayakarta yang artinya kemenangan yang sempurna danampai saat ini dikenal dengan nama Jakarta.
Sultan Trenggono yang berencana menyatukan pulau Jawa di bawah kekuasaan Demak dan untuk
mewujudkan cita-cita itu Sultan Trenggono mengambil langkah cerdas sebagai berikut :
menyerang daerah Pasuruan di Jawa Timur ( kerajaan Hindu Supit Urang ) dipimpin Sultan Trenggono
sendiri, serangan ke Pasuruan tidak membawa hasilkarena Sultan Trenggono meninggal
menyerang Jawa Barat ( Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon ) dipimpin Fatahillah
mengadakan perkawinan politik.
Misalnya :
-Pangeran Hadiri dijodohkan dengan puterinya ( adipati Jepara )
-Fatahillah dijodohkan dengan adiknya
-Pangeran Pasarehan dijodohkan dengan puterinya ( menjadi Raja Cirebon )
-Joko Tingkir dijodohkan dengan puterinya ( adipati Pajang )
Peninggalan Kerajaan Demak
Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1475. Bukti sejarah yang mengabarkan tentang keberadaan kerajaan
ini di masa lalu sudah cukup banyak didapatkan. Adapun beberapa bukti lain yang berupa peninggalan bersejarah
seperti bangunan atau benda-benda tertentu juga masih terpelihara hingga sekarang. Beberapa bangunan atau
benda peninggalan kerajaan Demak yaitu sebagai berikut :
1. Masjid Agung Demak
Peninggalan Kerajaan Demak yang paling dikenal tentu
adalah Masjid Agung Demak. Bangunan yang didirikan oleh
Walisongo pada tahun 1479 ini masih berdiri kokoh hingga saat
ini meski sudah mengalami beberapa renovasi. Bangunan ini juga
menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan Demak pada masa silam
telah menjadi pusat pengajaran dan penyebaran Islam di Jawa.
Jika Anda tertarik untuk melihat keunikan arsitektur dan nilai-nilai
filosofisnya , datanglah ke masjid ini. Letaknya berada di Desa
Kauman, Demak – Jawa Tengah.
2. Pintu Bledek
Dalam bahasa Indonesia, Bledek berarti petir, oleh
karena itu, pintu bledek bisa diartikan sebagai pintu petir. Pintu
ini dibuat oleh Ki Ageng Selo pada tahun 1466 dan menjadi pintu
utama dari Masjid Agung Demak. Berdasarkan cerita yang
beredar, pintu ini dinamai pintu bledek tak lain karena Ki Ageng
Selo memang membuatnya dari petir yang menyambar. Saat ini,
pintu bledek sudah tak lagi digunakan sebagai pintu masjid. Pintu
bledek dimuseumkan karena sudah mulai lapuk dan tua. Ia
menjadi koleksi peninggalan Kerajaan Demak dan kini disimpan
di dalam Masjid Agung Demak.
3.Soko Tatal dan Soko Guru
Soko Guru adalah tiang berdiameter mencapai 1 meter
yang berfungsi sebagai penyangga tegak kokohnya bangunan
Masjid Demak. Ada 4 buah soko guru yang digunakan masjid ini,
dan berdasarkan cerita semua soko guru tersebut dibuat oleh
Kanjeng Sunan Kalijaga. Sang Sunan mendapat tugas untuk
membuat semua tiang tersebut sendiri, hanya saja saat ia baru
membuat 3 buah tiang setelah masjid siap berdiri. Sunan Kalijaga
dengan sangat terpaksa kemudian menyambungkan semua tatal
atau potongan-potongan kayu sisa pembuatan 3 soko guru dengan kekuatan spiritualnya dan mengubahnya menjadi
soko tatal alias soko guru yang terbuat dari tatal.
4. Bedug dan Kentongan
Bedug dan kentongan yang terdapat di Masjid Agung Demak juga merupakan peninggalan Kerajaan Demak
yang bersejarah dan tak boleh dilupakan. Kedua alat ini digunakan pada masa silam sebagai alat untuk memanggil
masyarakat sekitar mesjid agar segera datang melaksanakan sholat 5 waktu setelah adzan dikumandangkan.
Kentongan berbentuk menyerupai tapal kuda memiliki filosofi bahwa jika kentongan tersebut dipukul, maka warga
sekitar harus segera datang untuk melaksanakan sholat 5 waktu secepat orang naik kuda.
5. Situs Kolam Wudlu
Situs kolam wudlu dibuat seiring berdirinya bangunan
Masjid Demak. Situs ini dahulunya digunakan sebagai tempat
berwudlu para santri atau musyafir yang berkunjung ke Masjid untuk
melaksanakan sholat. Namun, saat ini situs tersebut sudah tidak
digunakan lagi untuk berwudlu dan hanya boleh dilihat sebagai
benda peninggalan sejarah.
6. Maksurah
Maksurah adalah dinding berukir kaligrafi tulisan Arab yang
menghiasi bangunan Masjid Demak. Maksurah tersebut dibuat
sekitar tahun 1866 Masehi, tepatnya pada saat Aryo Purbaningrat
menjabat sebagai Adipati Demak. Adapun tulisan dalam kaligrafi
tersebut bermakna tentang ke-Esa-an Alloh.
7. Dampar Kencana
Dampar kencana adalah singgasana para Sultan yang
kemudian dialih fungsikan sebagai mimbar khutbah di Masjid Agung
Demak. Peninggalan Kerajaan Demak yang satu ini hingga kini
masih terawat rapi di dalam tempat penyimpanannya di Masjid
Demak.
8. Piring Campa
Piring Camapa adalah piring pemberian seorang putri dari
Campa yang tak lain adalah ibu dari Raden Patah. Piring ini
jumlahnya ada 65 buah. Sebagian dipasang sebagai hiasan di
dinding masjid, sedangkan sebagian lain dipasang di tempat imam.
Kehidupan Politik Kerajaan Demak
Raja pertama dari Kerajaan Demak ialah Raden Patah yang
bergelar Senapati Jumbung Ngabdurrahman Panembahan
Palembang Sayidin Panatagama.
Pada tahun 1507, Raden Patah turun tahta dan digantikan oleh seorang putranya yang bernama Pati Unus.
Sebelum diangkat menjadi Raja, Pati Unus sebelumnya sudah pernah memimpin armada laut kerajaan Demak untuk
menyerang Portugis yang berada di Selat Malaka.
Sayangnya, usaha Pati Unus tersebut masih mengalami kegagalan. Namun karena keberaniannya dalam
menyerang Portugis yang ada di Malaka tersebut, akhirnya Pati unus mendapat julukan sebagai Pangeran Sabrang
Lor.
Lalu pada tahun 1521, Pati Unus wafat dan tahtanya digantikan oleh adiknya yang bernama Trenggana.
Pada masa inilah kerajaan Demak mencapai pusak kejayaannya.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak
Kerajaan Demak telah menjadi salah satu pelabuhan terbesar yang ada di Nusantara, Demak memegang
peran yang sangat penting dalam aktivitas perekonomian antarpulau.
Demak memiliki peran yang penting karena memiliki daerah pertanian yang lumayan luas dan menjadi
penghasil bahan makanan seperti beras. Selain itu, perdagangannya juga semakin meningkat. Barang yang banyak
diekspor yaitu Lilin, Madu dan Beras.
Barang-barang tersebut lalu diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Aktivitas perdagangan Maritim
tersebut telah menyebabkan kerajaan demak mendapat keuntungan sangat besar. Banyak kapal yang melewati
kawasan laut jawa dalam memasarkan barang dagangan tersebut.
Kehidupan Sosial Dan Budaya
Dalam kehidupan sosial dan budaya, rakyat kerajaan Demak sudah hidup dengan teratur. Roda kehidupan
budaya dan sosial masyarakat Kerajaan Demak sudah diatur dengan hukum Islam sebab pada dasarnya Demak
ialah tempat berkumpulnya para Wali Sanga yang menyebarkan islam di pulau Jawa.
Adapun sisa peradaban dari kerajaan Demak yang berhubungan dengan Islam dan sampai saat ini masih
dapat kita lihat ialah Masjid Agung Demak. Masjid tersebut merupakan lambang kebesaran kerajaan Demak yang
menjadi kerajaan Islam Indonesia di masa lalu.
Selain memiliki banyak ukiran islam (kaligrafi), Masjid Agung Demak juga memiliki keistimewan, yaitu salah
satu tiangnya terbuat dari sisa sisa kayu bekas pembangunan masjid yang disatukan.
Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga adalah yang mempelopori dasar-dasar perayaan Sekaten yang
ada dimasa Kerajaan Demak. Perayaan tersebut diadakan oleh Sunan Kalijaga dalam untuk menarik minat
masyarakat agar tertarik untuk memeluk Islam.
Perayaan Sekaten tersebut lalu menjadi sebuah tradisi atau kebudayaan terus menerus dipelihara sampai
saat ini, terutama yang berada didaerah Cirebon, Yogyakarta dan Surakarta.
Kejayaan Kerajaan Demak
Pada awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di Pulau Jawa, tidak satu pun
kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi usaha kerajaan ini dalam memperluas kekuasaannya dengan
menundukan beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di nusantara.
Di bawah Pimpinan Pati Unus( Pangeran sabrang Lor )
Demak di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan
Demak sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan
pendudukan Portugis di Malaka. Kemudian beberapa kali ia mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis
di Malaka.
Di bawah Pimpinan Sultan Trenggana
Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawahnya, Demak mulai
menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara
Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang
(1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Trenggana meninggal
pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan
Prawoto. Salah seorang panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang
juga menjadi menantu raja Trenggana. Sementara Maulana Hasanuddin putera Sunan Gunung Jati diperintah oleh
Trenggana untuk menundukkan Banten Girang. Kemudian hari keturunan Maulana Hasanudin menjadikan Banten
sebagai kerajaan mandiri. Sedangkan Sunan Kudus merupakan imam di Masjid Demak juga pemimpin utama dalam
penaklukan Majapahit sebelum pindah ke Kudus.
Runtuhnya Kerajaan Demak
Setelah sultan trenggono wafat, terjadi konflik perebutan kekuasaan di antara anggota kerajaan. Penggnti
sultan trenggono adalah Pangeran sedo lepen yang adalah saudara dari sultan trenggono, Ia di bunuh oleh anak
dari sultan trenggono yaitu Pangeran Prawoto. Perebutan tahta terus berlanjut dan berkembang menjadi perang
suadara. Putra dari pangeran sedo lepen yang bernama arya penangsang membunuh pangeran prawoto, dan
mengambil alih tampuk kekuasaan.
Kemudian Joko tingkir (hadiwijaya) yang saat itu menjabat adipati pajang dan ki ageng pemanahan dan ki
penjawi , arya penangsang berhasil dikalahkan dan di bunuh oleh anak angkat joko tingkir yang bernama sutawijaya.
Setelah itu tahta kerajaan demak jatuh ketangan joko tingkir pada tahun 1568 M , Ia kemudian memindahkan ibukota
demak ke pajang. dengan ini bisa di bilang jika kesultanan demak telah berakhir.
Sumber : http://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-demak-sejarah-raja-dan-peninggalan-beserta-ma sa-
kejayaannya-secara-lengkap/
KERAJAAN DEMAK
Demak merupakan Kerajaan Islam di Jawa Tengah yang berdiritahun 1475 Masehi sesudah Kerajaan Hindu
Buddha di daerah Jawa dan ini merupakan Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang mempunyai peran penting
dalam penyebaran agama Islam di seluruh wilayah Indonesia dan dahulunya,Kerajaan ini bernama Glagah atau
Bintoro. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah yang mendapatkan dukungan dari wali songo. Pada mulanya,
Demak hanya sebuah Kadipaten bagian dari Kerajaan Majapahit. Akan tetapi saat Kerajaan Majapahit mulai
mengalami keruntuhan dan Islam mulai bertumbuh, maka Kdipaten ini juga berkembang menjadi sebuah Kerajaan
Islam paling besar. Kerajaan Demak ini ditandai dengan beberapa bukti peninggalan sejarah yang akan kami ulas
secara lengkap berikut ini lengkap dengan sejarah Kerajaan Demak selengkapnya.
Peninggalan Kerajaan Demak
1. Pintu Bledek
Pintu Bledek atau Pintu Petir merupakan pintu yang
dilengkapi dengan pahatan yang dibuat tahun 1466 oleh Ki Ageng
Selo. Dari cerita yang beredar, Pintu Bledek ini dibuat oleh Ki Ageng
Selo dengan petir yang tersambar memakai kekuatan supranatural
yang dimilikinya yang ia tangkap saat ada di tengah sawah.
Pintu tersebut lalu dibawa pulang dan dibawa ke Raden
Patah kemudian pintu ini dipakai untuk pintu masuk utama Masjid
Agung Demak yang keadaannya sudah mulai rusak sehingga di
simpan dalam Museum dalam Masjid Agung Demak tersebut.
2. Masjid Agung Demak
Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Masjid
Agung Demak. Masjid Agung Demak ini didirikan tahun 1479
Masehi yang kini sudah berumur sekitar 6 abad tetapi masih berdiri
dengan kokoh sebab sudah dilakukan renovasi sebanyak beberapa
kali. Masjid Agung Demak ini tidak hanya sebagai peninggalan
sejarah Kerajaan Demak saja, akan tetapi dulunya merupakan
pusat dari pengajaran serta syiar Islam.
Masjid ini dikatakan sebagai asal mula pemikiran dari
kehadiran Kerajaan Demak Bintoro. Secara geografis, Masjid
Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan Demak Kota, Kabupaten Demak Kota, Jawa Tengah. Arsitektur
masjid ini terlihat berbeda dari arsitektur masjid yang ada di jaman sekarang, Masjid Agung Demak mengguanakn
kombinasi gaya budata Jawa Tengah yang sangat kental dan ornamen yang terdapat di Masjid Agung Demak ini
juga melukiskan tentang hubungan antara Jawa dengan Islam.
Masjid Agung Demak ini memiliki ukuran luas sebesar 31 x 31 meter persegi yang di bagian sisi Masjid
Agung Demak ini juga terdapat serambi berukuran 31 x 15 meter persegi dengan panjang keliling 35 x 3 meter.
Serambi masjid ini terbuka dan bangunan masjid di topang dengan total 128 soko. 4 diantara soko ini adalah soko
guru sebagai penyangga utama, sementara tiang penyangga bangunan total ada 50 buah dan tiang penyangga
serambi berjumlah 28 serta tiang keliling sebanyak 16 buah. Bentuk Masjid Demak memakai material kayu dengan
bentuk bulat lengkap dengan beberapa lengkungan. Bagian interior masjid juga memakai material kayu lengkap
dengan ukiran yang juga terlihat sangat artistik dan cantik.
3. Soko Guru atau Soko Tatal
Soko Guru atau Soko Tatal merupakan tiang penyangga dari
Masjid Agung Demak yang terbuat dari material kayu dengan diameter
1 meter dan berjumlah sebanyak 4 buah. Semua Soko Guru ini dibuat
oleh Sunan Kalijogo dan menurut cerita Sunan Kalijogo baru
menyelesaikan 3 buah soko guru dan Masjid Agung Demak sudah
dibangun serta sudah mulai masuk dalam tahapan pemasangan atap.
Sehingga karena dikejar waktu, Sunan kalijogo kemudian
mengumpulkan tatal atau kulit kayu yang berasal dari sisa pahatan dari
3 soko guru untuk dibuat menjadi 1 soko guru baru memakai kekuatan spiritual yang dimiliki Sunan Kalijogo dan
inilah yang menyebabkan soko guru diberi istilah soko tatal.
4. Bedug dan Kentongan
Bedug dan juga kentongan, dulunya dipakai sebagai alat untuk mengumpulkan rakyat sekitar Masjid untuk
menandai masuknya waktu sholat. Kedua benda ini ditemukan dalam Masjid Agung Demak dengan bentuk seperti
tapal kuda dengan folosofi saat dibunyikan atau dipukul maka rakyat sekitar masjid harus datang untuk menunaikan
sholat. Bedug dan kentongan ini menjadi peninggalan sejarah Kerajaan
Demak yang juga masih bisa dilihat hingga sekarang.
5. Situs Kolam Wudhu
Kolam wudhu ada di halaman Masjid Agung Demak dan dulu di
pakai untuk tempat wudhu para musyafir dan juga santri yang akan
melaksanakan sholat, akan tetapi sekarang kolam wudhu ini tidak lagi
dipergunakan sebagai tempat berwudhu pada saat ingin melaksanakan
sholat.
6. Makam Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu dari 9 Sunan WaliSanga yang berdakwah di sekitar wilayah
Jawa. Sunan Kalijaga wafat tahun 1520 lalu dikebumikan di Desa Kadilangu berdekatan dengan Kota Demak.
Makam Sunan Kalijogo ini sekarang menjadi sebuah situs yang sering didatangi peziarah dan juga
wisatawan dari berbagai wilayah di tanah air dan juga menjadi salah satu peninggalan dari Kerajaan Demak.
Banyak orang yang berkunjung untuk tujuan berziarah dan juga berdoa, semoga diberikan kemudahan dan
juga keberkahan lewat berdoa ini. Situs ini sangat dijaga baik oleh pengelolanya, agar pengunjung atau peziarah
nyaman saat berdoa dan bersholawat.
7. Maksurah
Maksurah merupakan ukiran kaligrafi ayat Al quran yang digunakan sebagai interior dinding Masjid Agung
Demak. Maksurah merupakan ukiran kaligrafi ayat Al quran yang digunakan sebagai interior dinding Masjid Agung
Demak. Maksurah ini dibangun saat kekuasaan Aryo Purbaningrat yang merupakan adipati Demak tahun 1866 dan
kaligrafi ini menceritakan mengenai ke-Esaan Allah
Demak. Maksurah ini dibangun saat kekuasaan Aryo Purbaningrat yang merupakan adipati Demak tahun
1866 dan kaligrafi ini menceritakan mengenai ke-Esaan Allah.
8. Dampar Kencana
Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Dampar
Kencana. Dampar Kencana merupakan singgasana untuk para Sultan
Demak yang kemudian digunakan sebagai mimbar khotbah pada
Masjid Agung Demak. Mimbar ini akan tetapi tidak lagi digunakan dan
disimpan pada museum Masjid Agung Demak agar terhindar dari
kerusakan.
9. Piring Campa
Piring Campa merupakan piring porselen sebanyak 65 buah
yang saat ini dipasang pada interior dinding Masjid Agung Demak. Seperti namanya, piring ini merupakan hadiah
dari putri Campa yakni ibu dari Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak.
10. Serambi Majapahit
Serambi yang ada di Masjid Agung Demak ini terlihat sangat indah
dengan arsitektur unik dan antik yang memiliki arti sejarah didalamnya. Dari
sejarah Kerajaan Demak, serambi Majapahit ini memiliki 8 buah tiang
pendopo yang berasal dari Kerajaan Majapahit, akan tetapi saat Kerajaan
Majapahit runtuh, beberapa peninggalannya tidak lagi terawat sehingga
Adipati Unus membawa benda pusaka tersebut menuju Demak yang
sekarang ditempatkan di serambi Masjid Agung Demak dan masih bisa
dilihat sampai sekarang.
11. Mihrab
Mihrab yang merupakan pengimaman juga merupakan peninggalan dari Kerajaan Demak yang didalamnya
terdapat gambar hewan bulus prasasti Condro Sengkolo. Prasasti Condro Sengkolo ini mempunyai arti Sariro Sunyi
Kiblating Gusti tahun 1401 Saka atau 1479 Masehi. Ini membuat kesimpulan jika di masa Kerajaan Demak juga
sudah mengenal Mihrab atau pengimaman yang berlukiskan hiasan tertentu yang adalah akulturasi budaya Islam
dan juga Jawa.
12. Dampar Kencono
Jika dilihat dari sejarah, Dampar Kencono merupakan Peninggalan Kerajaan Majapahit, sebab Dampar
adalah hadiah yang diberikan Prabu Bhrawijaya ke V yakni Raden Kertabumi untuk Raden Patah yang merupakan
raja pertama Kerajaan Demak sehingga ahli sejarah mengatakan jika di masa akhir Kerajaan Majapahit, banyak
rakyat yang sudah memeluk agama Islam.
13. Pawestren
Dari sejarah Kerajaan Demak dikatakan jika faham Islam sudah
maju pada saat tersebut dan jamaah sholat laki-laki serta perempuan
sudah dipisahkan. Tempat sholat berjamaah perempuan ini dinamakan
pawestren.
Pawestern ini merupakan bangunan dengan 8 tiang penyangga
yang 4 tiang uatam di topang belandar balok bersusun tiga lengkap
dengan ukiran motif Majapahit. Motif maksurah tahun 1866 Masehi ini
diperkirakan dibuat pada masa Arya Purbaningrat.
14. Surya Majapahit
Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Surya Majapahit. Surya Majapahit merupakan gambar
dekorasi bentuk segi delapan yang sangat terkenal di era Majapahit. Beberapa sejarawan memperkirakan jika benda
tersebut merupakan lambang Kerajaan Majapahit, sementara Surya Majapahit yang terdapat di Masjid Agung
Demak tersebut dibuat tahun 1401 tahun saka atau 1479 Masehi.
Raja Kerajaan Demak
Pada pemerintahan Kerajaan Demak, terjadi beberapa kali pergantian Raja dan diantara raja-raja tersebut,
ada yang membuat masa kejayaan Kerajaan Demak memperoleh masa kejayaan terbesar sebelum akhirnya runtuh
saat raja terakhir naik tahta.
Raden Patah
Raden Patah memerintah dari tahun 1500 sampai dengan 1518 yang merupakan pendiri dari Kerajaan
Demak yang sebelum mendirikan Kerajaan Demak tersebut dikenal dengan nama Pangeran Jimbun. Sesudah
mendirikan Kerajaan Demak maka ia memiliki gelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Raden Patah lalu membangun
Masjid Agung Demak yang berada di pusat kota alun-alun Demak. Pada tahun 1513, ia mengutus putranya yakni
Pati Unus beserta armadanya menyerang Portugis di Malaka, Walau serangan tersebut sudah mendapat bantuan
dari Palembang dan Aceh, namun tetap saja tidak berhasil sebab persenjataan tidak bisa mengalahkan Portugis.
Pati Unus
Pati Unus memerintah dari tahun 1518 sampai dengan 1521 di saat Raden Patah menutup usia. Pati Unus
dikenal sebagai seorang panglima perang yang berani dan sempat memimpin perang melawan Portugis di Malaka.
Dengan keberaniannya tersebut, ia mendapatkan gelar Sabrang Lor dan ia juga mengutus Katir untuk memblokade
Portugis di Malaka dan menyebabkan Portugis mengalami krisis pangan.
Sultan Trenggono
Sultan Trenggono memerintah muali tahun 1521 smapai dengan 1546 menggantikan Pati Unus, sebab Pati
Unus tidak mempunyai anak sebagai pewaris tahta. Pada pemerintahan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak
mencapai puncak kejayaan dimana ia terkenal sebagai raja bijaksana serta berani sampai ia akhirnya berhasil
memperluas kekuasaan mencapai wilayah Jawa Timur dan juga Jawa Barat. Tahun 1522, Sultan Trenggono
mengutus tentaranya menuju Sunda Kelapa dipimpin oleh Fatahillah yang berhasil menyingkirkan Portugis keluar
dari Sunda Kelapa sehingga Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta dengan arti kemenangan sempurna sehingga
saat ini dinamai dengan Jakarta.
Pada pemerintahannya, Sultan Trenggono juga memiliki niat untuk menyatukan Pulau Jawa berada di bawah
kekuasaan Demak dan ia mengambil beberapa langkah untuk mewujudkan hal tersebut yakni menyerang Pasuruan
di Jawa Timur yaitu Kerajaan Hindu Supit Urang yang dipimpin dirinya sendiri, serangan ini tidak menghasilkan
sebab Sultan Trenggono wafat. Sebelumnya ia juga menyerang wilayah Cirebon serta Sunda Kelapa yang dipimpin
Fatahillah. Ia juga menggelar perkawinan politik seperti Pangeran Hadiri yang dijodohkan dengan putrinya yakni
adipati jepara dan Fatahillah dijodohkan dengan adiknya, sementara Pangeran Pasarehan dijodohnkan dengan
putrinya yang kemudian menjadi Raja di Cirebon dan Joko Tingkir dijodohkan dengan putrinya adipati Pajang.
Masa Kejayaan Kerajaan Demak
Abad ke-16 awal, Kerajaan Demak menjadi kerajaan kuat di Jawa dan tidak ada kerajaan yang bisa
mengalahkan Kerajaan Demak saat memperluas kekuasaan. Saat berada dibawah pimpinan Pati Unus, Demak
mempunyai keinginan besar untuk membuat wilayah Demak menjadi Kerajaan Maritim terbesar. Demak juga merasa
terancam oleh Portugis di Malaka sehingga beberapa kali mengutus armada laut untuk menyerang Portugis di
Malaka. Saat berada dibawah kepemimpinan Sultan trenggana, penyebaran agama Islam semakin luas sampai ke
Jawa Tengah dan Jawa Timur lalu membuahkan hasil dalam menyingkirkan Portugis di Sunda Kelapa pada tahun
1527, Tuban pada tahun 1517, Madiun pada tahun 1529, Surabaya dan Pasuruan di tahun 1527, Malang di tahun
1545 serta Blambangan yang merupakan Kerajaan Hindu terkhir di sebelah Timur Pulau Jawa tahun 1527-1546.
Trenggana lalu wafat pada tahun 1546 saat menaklukan Pasuruan yang lalu diganti oleh Sunan Prawoto.
Panglima perang Kerajaan Demak saat itu yang bernama Fatahillah yang merupakan seorang lelaki asal Pasai,
Sumatera menjadimenantu Sultan Trenggana. Sedangkan Maulana Hasanuddin, putra dari Sunan Gunung Jati
diutus Trenggana untuk menaklukan Banten Girang yang kemduian berhasil menaklukan Banten Girang tersebut.
Sementara Sunan Judus adalah seorang imam masjid Demak yang juga memimpin dala mengalahkan Majaphit
sebelum akhirnya ia pindah ke daerah Kudus.
Masa Keruntuhan Kerajaan Demak
Selepas wafatnya Sultan Trenggana, timbul konflik tentang perebutan kekuasaan antara beberapa anggota
dari Kerajaan Demak. Pangeran Sedo Lepen menggantikan Sultan Trenggana yang sudah wafat yang merupakan
saudara dari Sultan Trenggana. Pangeran Sedo Lepen lalu di bunuh oleh Pangeran Prawoto dan perebutan
kekuasaan terus berjalan sampai akhirnya timbul perang saudara dan Arya Penangsang yang adalah putra
Pangeran Sedo Lepen membunuh Pangeran Prawoto untuk mengambil alih kekuasaan Kerajaan Demak tersebut.
Sesudah itu, Joko Tingkir yang memiliki jabatan sebagai adipati pajang serta Ki Ageng Pemanahan serta Ki Penjawi
berhasil mengalahkan Arya Penangsang yang terbunuh oleh anak angkat dari Joko Tingkir tahun 1568 Masehi.
Sutawijaya lalu memindahkan tahta Kerajaan Demak ke Pajang sehingga akhirnya kekuasaan dari Kerajaan Demak
berakhir. Sesudah mengetahu sedikit mengenai sejarah Kerajaan Demak, berikut ini kami akan memberikan
beberapa bukti peninggalan sejarah Kerajaan Demak.
Demikian informasi mengenai peninggalan Kerajaan Demak lengkap beserta dengan sejarah Kerajaan
Demak, letak geografis, kehidupan sosial budaya, raja-raja Demak dan lain sebagainya yang kami harapkan bisa
memberikan informasi lebih mengenai sejarah Kerajaan Demak. Kerajaan Demak ini menjadi bukti dari
perkembangan Islam yang sangat pesat di tanah air dan menjadi Kerajaan Islam terbesar di Indonesia. Ini
merupakan peninggalan dari Kerajaan Demak yang menjadi bukti nyata dari Kerajaan Demak yang merupakan
kerajaan penting kegiatan syiar serta penyebaran agama Islam di Indonesia.
Sumber : http://sejarahlengkap.com/indonesia/kerajaan/peninggalan-kerajaan-demak
2.KERAJAAN MATARAM ISLAM
Sejarah Kerajaan Mataram Islam
Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik menjadi bupati di Mataram
sebagai imbalan atas keberhasilannya membantu menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng
Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575,
Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram.
Sutawijaya ternyata tidak puas menjadi bupati dan ingin menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa. Oleh
karena itu, Sutawijaya mulai memperkuat sistem pertahanan Mataram. Hal itu ternyata diketahui oleh Hadiwijaya
sehingga ia mengirim pasukan untuk menyerang Mataram. Peperangan sengit terjadi pada tahun 1582. Prajurit
Pajang menderita kekalahan. Keadaan Sultan Hadiwijaya sendiri pada saat itu sedang sakit. Beberapa waktu
kemudian Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu, terjadilah perebutan kekuasaan di antara para bangsawan
Pajang. Pangeran Pangiri (menantu Hadiwijaya yang menjabat Bupati Demak) datang menyerbu Pajang untuk
merebut takhta. Hal itu tentu saja ditentang keras oleh para bangsawan Pajang yang bekerja sama dengan
Sutawijaya, Bupati Mataram. Akhirnya, Pangeran Pangiri beserta pengikutnya dapat dikalahkan dan diusir dari
Pajang.
Setelah suasana aman, Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya
yang kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke Mataram pada tahun 1586. Sejak saat itu berdirilah
Kerajaan Mataram.
Raja-Raja Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam sempat dimpin oleh 6 orang raja, yaitu sebagai berikut :
1. Ki Ageng Pamanahan
Ki Ageng Pamanahan merupakan pendiri dari desa Mataram pada tahun 1556. Desa inilah yang nantinya
akan menjadi Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh anaknya, Sutawijaya.Tanah ini awalnya hutan lebat yang lalu
dibuka oleh masyarakat sekitar dan diberi nama Alas Mentaok. Lalu Ki Ageng Pamanahan menjadikan bekas hutan
ini sebagai sebuah desa yang diberinama Mataram. Ki Ageng Pamanahan wafat pada tahun 1584 dan dimakankan
di Kota Gede (Jogjakarta sekarang)
2. Panembahan Senapati
Setelah ki Ageng wafat pada tahun 1584, kekuasaan jatuh ke tangan anaknya yaitu Sutawijaya. Ia adalah
menantu dan anak angkat dari Sultan Pajang.Sutawijaya tadinya merupakan senapati dari kerajaan Pajang. Karena
itu ia diberi gelar “Panembahan Senapati” karena masih dianggap sebagai senapati utama Pajang dibawah Sultan
Pajang.
Kerajaan Mataram Islam mulai bangkit dibawah kepemimpinan Panembahan Senapati. Kerajaan ini lalu
memperluas wilayah kekuasaannya dari Pajang, Demak, Tuban, Madiun, Pasuruan dan sebagian besar wilayah
Surabaya. Panempahan Senapati wafat pada tahun 1523, lalu posisinya digantikan oleh anaknya yang bernama
Raden Mas Jolang.
3. Raden Mas Jolang
Raden Mas Jolang atau Panembahan Anyakrawati merupakan putra dari Panembahan Senapati dan putri
Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati. Raden Mas Jolang Merupakan pewaris kedua dari kerajaan Mataram Islam.
Beliau memerintah dari tahun 1606 – 1613 atau selama 12 tahun.
Pada masa pemerintahannya, banyak terjadi peperangan. Peperangan karena penaklukan wilayah ataupun
karena mempertahankan wilayah.Raden Mas Jolang wafat pada tahun 1613 di desa Krapyak. dimakamkan di
makam Pasar gede di bawah makan ayahnya.
4. Raden Mas Rangsang
Raden Mas Rangsang adalah raja ke 3 Kerajaan Mataram Islam dan merupakan putra dari Raden Mas
Jolang. Ia memerintah pada tahun 1613 – 1645. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai puncak
kejayaannya. Raden Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Senapati Ingalaga Ngabdurrachman. Pada masa ini,
Kerajaan Mataram berhasil menguasai hampir seluruh Tanah Jawa seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian
Jawa Barat.
Selain melakukan penaklukan wilayah dengan berperang melawan raja Jawa. Sultan Agung juga memerangi
VOC yang ingin merebut Jawa dan Batavia. Pada masa Sultan Ageng, Kerajaan Mataram berkembang menjadi
Kerajaan Agraris. Sultan Ageng wafat pada tahun 1645 dan di makanmkan di Imogiri.
5. Amangkurat I
Sultan Amangkurat merupakan anak dari Sultan Ageng. Ketika berkuasa, ia memindahkan pusat kerajinan
dari kota Gedhe ke kraton Plered pada tahun 1647. Sultan Amangkurat berkuasa dari tahun 1638 sampai tahun
1647. Pada masa inilah Kerajaan Mataram Islam terpecah. Ini dikarenakan sultan Amangkurat I menjadi teman dari
VOC. Sultan Amangkurat I meninggal pada tanggal 10 Juli 1677 dan dimakankan di Telagawangi, Tegal. Sebelum
meninggal, ia sempat menangkat Sunan Mataram atua Amangkurat II sebagai penerusnya.
6. Amangkurat II
Amangkurat II atau Raden Mas Rahmat merupakan pendiri dan raja pertama dari Kasunanan Kartasura.
Kasunanan Kartasura merupakan lanjutan dariKerajaan Mataram Islam. Raden Mas Rahmat memerintah dari tahun
1677 sampai tahun 1703. Beliau merupakan raja Jawa pertama yang menggunakan pakaian eropa sebagai pakaian
dinas. Karena itu rakyat menjulukinya Sunan Amral (Admiral).
Peninggalan Kerajaan Mataram Islam
Peninggalan kerajaan ini meninggalkan berbagai macam yaitu sebagai
berikut :
1.Sastra Ghending karya dari Sultan Agung,
2.Tahun Saka, Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan
tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam yang
berdasarkan perhitungan bulan
3.Kerajinan Perak,
4.Kalang Obong, yang merupakan tradisi kematian orang kalang, yakni dengan
membakar peninggalan orang yang meninggal.
5.Kue kipo yang merupakan makanan khas masyarakat kotagede, makanan ini telah
ada sejak jaman kerajaan.
6.Pertapaan Kembang Lampir yang merupakan tempat Ki Ageng Pemanahan
pernah bertapa untuk mendapatkan wahyu kerajaan Mataram
7.Segara Wana serta Syuh Brata yang merupakan meriam- meriam yang diberikan
oleh Belanda atas perjanjiannya dengan kerjaan Mataram saat kepemimpinan Sultan
Agung.
8.Puing – puing candi Hindu dan Budha di aliran Sungai Opak serta aliran sungai
Progo
9.Batu Datar yang berada di Lipura letaknya tidak jauh di
barat daya kota Yogyakarta
Pakaian Kiai Gundil atau yang lebih dikenal dengan Kiai
Antakusuma
10.Masjid Agung Negara yang dibangun pada tahun 1763
oleh PB III.
11.Masjid Jami Pakuncen yang didirikan oleh sunan
Amangkurat I
12.Gapura Makam Kota Gede, yag merupakan perpaduan
dari corak hindu dan islam.
13.Masjid yang berada di Makam Kota Gede.
14.Bangsal Duda
15.Rumah Kalang
16.Makam dari Raja- Raja Mataram yang berlokasi di
Imogiri
Kehidupan Politik Kerajaan Mataram Islam
Setelah berhasil dlm memindahkan pusat dr
kerajaan Pajang menuju Mataram, Sutawijaya kemudian dinobatkan untuk menjadi Raja Mataram. Ia kemudian
memiliki gelar sebagai Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama atau yg dikenal sebagai Panembahan
Senapati. Dia kemudian memerintah di Kerajaan Mataram yg dimulai pd tahun 1586. Di bawah kepemimpinannya,
ternyata banyak terjadi sebuah pemberontakan yg ada di pesisir pantai utara jawa. Terdapat beberapa daerah yg
menentang upaya Senapati didlm memperluas wilayah kekuasaannya. Hal tesebut disebabkan Panembahan
Senapati melaksanakan perluasan kekuasaannya sampai ke Surabaya, Madiun, Pasuruan, Ponorogo, Blambangan,
Panarukan, Galuh dan Cirebon. Meskipun dgn susah payahnya, Panembahan terus melakukan usaha dlm
menundukkan bupati-bupati yg selalu berniat untuk menentangnya. Kemudian pd tahun 1595, Daerah Galuh dan
Cirebon yg ada di Jawa Barat mampu dikalahkan oleh Kerajaan Mataram Islam. Sehingga pd akhir dr masa
kepemimpinan Panembahan Senapati, Mataram berhasil dlm meletakkan landasan kekuasaanya yg dimulai dr
Pasuruan yg ada di Jawa Timur sampai ke Galuh yg ada di Jawa Barat.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Mataram Islam
Letak kerajaan mataram Islam berada dlm pedlman Jawa, pd kehidupan perekonomian dr kerajaan Mataram
Islam itu banyak bertumpu dr adanya sektor pertanian. Adapun basis pertanian tersebut berada di Jawa bagian
tengah dgn memiliki komoditas utama yaitu beras. Di abad ke-17, Mataram ialah pengekspor beras yg terbesar yg
ada dinusantara. Selain untuk mengandalkan sektor pertanian, Kerajaan Mataram juga berhasil dlm menguasai
bidang perdagangan dgn memiliki komoditas yg utama palawija dan beras. Adapun ciri
kehidupan dr kerajaan Mataram islam ialah menganut sistem feodal yg berdasar atas
sistem agraris. Para bangsawan dan pejabat diberikan imbalan berupa tanah lungguh yg
dijadikan sebagai sumber ekonomi. Untuk selanjutnya, tanah lungguh tersebut kemudian
digarap oleh para penduduk yg berniat menyerahkan sebagian dr hasil pertaniannya untuk
penguasa sebagai sebuah imbalan. Adapun ikatan antara rakyat dan bangsawan disebut
sebagai sistem patron-klien
Kehidupan Sosial Dan Budaya Kerajaan Mataram Islam
Kehidupan Sosial Kerajaan Mataram Islam
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan
hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam,
Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang
keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan.
Di bidang pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk
menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi
oleh seluruh penduduk
Kehidupan Kebudayaan Kerajaan Mataram Islam
Berbeda halnya dgn kerajaan Islam yg memiliki corak maritim, Kerajaan Mataram Islam lebih pd corak
agraris denga mempunyai ciri feodal. Raja ialah pemiliki seluruh tanah yg ada di kerajaan beserta segala isinya.
Sultan juga memiliki peran dlm panatagama atau pengatur dlm kehidupan agama Islam untuk masyarakatnya. Pd
kehidupan budaya di masa Kerajaan Mataram kemudian berkembang sangat pesat baik dlm bidang seni sastra
maupun ukir, Lukis, dan bangunan. Pd masa kepemimpinan Sultan Agung telah terjadi perhitungan Jawa Hindu atau
Saka menjadi penanggalan Islam atau Hijriah. Pd perhitungan tahun Islam tersebut berdasar dr adanya peredaran
bulan dan telah dimulai sejak tahun 1633. Selain itu, Sultan Agung juga telah menyusun karya sastra yg sangat
terkenal disebut sebagai kitab sastra Gending dan menyusun adanya kitab undang-undang baru yg telah menjadi
panduan yg berasal dr hukum Islam dgn Hukum Adat Jawa yg dikenal sebagai Hukum Surya Alam.
Kejayaan Kerajaan Mataram Islam
Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada jaman Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1646).
Daerah kekuasaannya mencakup Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura, dan daerah Sukadana
di Kalimantan Barat. Pada waktu itu, Batavia dikuasai VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie )
Belanda.Kekuatan militer Mataram sangat besar. Sultan Agung yang sangat anti kolonialisme itumenyerang VOC di
Batavia sebanyak dua kali (1628 dan 1629). Menurut Moejanto sepertiyang dikutip oleh Purwadi (2007), Sultan
Agung memakai konsep politik keagungbinataran yang berarti bahwa kerajaan Mataram harus berupa ketunggalan ,
utuh, bulat, tidak tersaingi,dan tidak terbagi-bagi.
Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam
Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan menguasai seluruh
Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat
dikerahkan untuk berperang. Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika
Wangsa Isana berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang
menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan
oleh pihak Mpu Sindok
Sumber :http://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-mataram-islam-sejarah-raja-dan-peninggalan-beser ta-
kehidupan-politiknya-secara-lengkap/KERAJAAN MATARAM ISLAM
3.KERAJAAN BANTEN
Sejarah Kerajaan Banten
Pada awal abad ke-16, daerah pajajaran yang beragama hindu. pusat kerajaan ini berlokasi di pakuan (
sekarang bogor ). kerajaan pajajaran memiliki bandar-bandar penting seperti banten, sunda kelapa ( jakarta ) dan
cirebon.
Kerajaan pajajaran telah mengadakan kerja sama dengan portugis. oleh kerena itu, portugis diizinkan
mendirikan kantor dagang dan benteng pertahanan di sunda kelapa. untuk membendung pengaruh portugis di
pajajaran, sultan trenggono dari demak memrintahkan fatahilah selaku panglima perang demak untuk menaklukan
bandar-bandar pajajaran. pada tahun 1526, armada demak berhasil menguasai banten.
Pasukan fatahillah juga berhasil merebut pelabuhan sunda kelapa pada tanggal 22 juni 1527. sejak saat iru
nama “sunda kelapa” diubah menjadi “jayakarta” atau “jakarta” yang berarti kota kemenanggan. tanggal itu ( 22 juni
), kemudian dijadikan hari jadi kota jakarta.
Dalam waktu singkat. seluruh pantai utara jawa barat dapat dikuasai fatahillah,agama islam lambat laun
tersebar di jawa barat. fatahillah kemudian menjadi wali ( ulama besar ) dengan gelar sunan gunung jati dan
berkedudukan di cirebon. Pada tahun 1552, putra fatahillah yang bernama hasanudin diangkat menjadi penguasa
banten. putranya yang lain, pasarean diangkat menjadi penguasa di cirebon. fatahillah sendiri mendirikan pusat
kegiatan keagamaan di gunung jati, cirebon sampai beliau wafat pada tahun pada tahun 1568. jadi, pada awalnya
kerajaan banten merupakan wilayah kekuasaan kerajaan demak.
Raja-Raja Kerajaan Banten
1. Sultan hasanuddin
Ketika terjadi perebitan kekuasaan di kerajaan demak, daerah banten dan
cirebon berusaha melepaskan diri dari kekuasaan demak. akhirnya, banten dan
cirebn menjadi kerajaan yang berdaulat, lepas dri pengaruh demak. sultan
hasanuddin menjadi raja banten yang pertama. ia memerintah banten selama 18
tahun, yaitu tahun 1552 – 1570 M. di bawah pemerintahannya, banten berhasil
menguasai lampung ( di sumatra ) yang banyak menghasilkan rempah-rempah dan selat
sunda yang merupakan jalur lalu lintas perdagangan.
Selama pemerintahannya, sultan hasanuddin berhasil membangun
pelabuhan banten menjadi pelabuhan yang ramai dikunjungi para pedagang dari
berbagai bangsa.para pedagang dari persia, gujarat, dan venesia berusaha enghindari selat malaka yang dikuasai
potugis dan beralih ke selat sunda. banten kemudian berkembang menjdi bandar perdagangan maupun pusat
penyebaran agama islam. setelah sultan hasanuddin wafat pada tahun 1570 M, ia
digantikan oleh putranya yaitu maulana yusuf.
2. Maulana Yusuf
Maulana yusuf memerintah banten pada tahun 1570-1580 M. pada tahun
1579, maulana yusuf menaklukan kerajaan pajajaran di pakuan ( bogor ) dan
sekligus menyinggirkan rajanya yang bernama prabu sedah. akibatnya, banyk
rakyat pajajaran yang menyinggir ke pegunungan. mereka inilah yang sekarang
dikenal sebagai orang-orang baduy atau suku baduy di rangkasbitung banten.
3. Maulana muhammaSetelah sultan maulana yusuf wafat,putranya yang bernama
maulana muhammad naik tahta pada usia 9 tahun. karena maulana muhammad masih sangat muda, pemerintahan
dijalankan mengkubumi jayanegara sampai maulana muhammad dewasa ( 1580-1596 ). enam belas tahun
kemudian, sultan maulana muhammad menyerang kesultanan palembang yang di dirikan oleh ki gendeng sure,
seorang bangsawan demak. kerajaan banten yang juga keturunan demam merasa berhak atas daerah palembang.
akan tetapi, banten mengalami kekalahan. sultan maulana muhammad tewas dalam pertempuran itu.
4. Pangeran Ratu ( Abdul Mufakhir )
Pangeran ratu,yang berusia 5 bulan, menjadi sultan banten yang ke empat ( 1596-1651 ). sampai pangeran
,dewasa, pemerintahan dijalankan oleh mangkubumi ranamanggala. pada saat itulah untuk pertama kalinya bangsa
belanda yang di pimpin oleh cornelis de houtman, mendarat di banten pada tahun 22 juni 1596. pangeran ratu
mendapat gelar kanjeng ratu banten. ketika wafat, beliau digantikan oleh anaknya yang dikenal dengan nama sultan
ageng tirtaayasa.
5. Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan ageng tirtayasa memerintah banten paada tahun 1651-1682bM,
kerajaan banten pada masa beliau mencapai masa kejayaan. sultan ageng
tirtayasa berusaha memperluas wilayah kerajaannya ini pada tahun 1671 M,
sultan ageng tirtayasa mengangkat putranya menjadi raja pembantu dengan gelar
sultan abdul kahar atau sultan haji. sultan haji menjalin hubungan baik dengan
belanda. melihat hal itu, sultan ageng tirtayasa kecewa dan menarik kembali
jabatan raja pembantu bagi sultan haji, akan tetapi, sultan haji berusaha
mempertahankan dengan meminta bantuan kepada belanda. akibatnya terjadilah
perang saudara. sultan ageng tirtayasa tertangkap dan dipenjarakan di batavia
hingg beliau wafat pada tahun 1691 M
Peninggalan Kerajaan Banten
Selama berkuasa kurang lebih 3 abad tersebut, kerajaan Banten meninggalkan beberapa bukti bahwa
kerajaan ini pernah berjaya di pulau Jawa .Lantas, apa saja peninggalan kerajaan Banten yaitu sebagai berikut :
1. Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten adalah salah satu bukti
peninggalan kerajaan Banten sebagai salah satu kerajaan
Islam di Indonesia. Masjid yang berada di desa Banten Lama,
kecamatan Kasemen ini masih berdiri kokoh sampai sekarang.
Masjid Agung Banten dibangun pada tahun 1652, tepat
pada masa pemerintahan putra pertama Sunan Gunung Jati
yaitu Sultan Maulana Hasanudin. Selain itu, Masjid Agung
Banten juga merupakan salah satu dari 10 masjid tertua di
Indonesia yang masih berdiri sampai sekarang.
Keunikan masjid ini yaitu bentuk menaranya yang mirip
mercusuar dan atapnya mirip atap pagoda khas China. Selain
itu, dikiri kanannya bangunan masjid tersebut ada sebuah serambi
dan komplek pemakaman sultan Banten bersama keluarganya.
2. Istana Keraton Kaibon
Peninggalan kerajaan Banten yang selanjutnya yaitu
bangunan Istana Keraton Kaibon. Istana ini dulunya digunakan
sebagai tempat tinggal Bunda Ratu Aisyah yang merupakan ibu
dari Sultan Syaifudin.
Tapi kini bangunan ini sudah hancur dan tinggal sisa-sisa
runtuhannya saja, sebagai akibat dari bentrokan yang pernah
terjadi antara kerajaan Banten dengan pemerintahan Belanda di nusantara pada tahun 1832.
3. Istana Keraton Surosowan
Selain Istana Keraton Kaibon, ada satu lagi peninggalan
kerajaan Banten yang berupa Istana yaitu Istana Keraton
Surosowan. Istana ini digunakan sebagai tempat tinggal Sultan
Banten sekaligus menjadi tempat pusat pemerintahan.
Nasib istana yang dibangun pada 1552 ini juga kurang
lebih sama dengan Istana Keraton Kaibon, dimana saat ini
tinggal sisa-sisa runtuhan saja yang bisa kita lihat bersama
dengan sebuah kolam pemandian para putri kerajaan.
4. Benteng Speelwijk
Benteng Speelwijk adalah peninggalan kerajaan Banten
sebagai bentuk dalam membangun poros pertahanan maritim
kekuasaan kerajaan di masa lalu. Benteng setinggi 3 meter ini
dibangun pada tahun 1585.
Selain berfungsi sebagai pertahanan dari serangan laut,
benteng ini juga digunakan untuk mengawasi aktivitas pelayaran di
sekitar Selat Sunda. Benteng ini juga memiliki Mercusuar, dan
didalamnya juga ada beberapa meriam, serta sebuah terowongan
yang menghubungkan benteng tersebut dengan Istana Keraton
Surosowan.
5. Danau Tasikardi
Di sekitar Istana Keraton Kaibon, ada sebuah danau buatan
yaitu Danau Tasikardi yang dibuat pada tahun 1570 – 1580 pada masa
pemerintahan Sultan Maulana Yusuf. Danau ini dilapisi dengan ubin
dan batu bata.
Danau ini dulunya memiliki luas sekitar 5 hektar, tapi kini
luasnya menyusut karena dibagian pinggirnya sudah tertimbun tanah
sedimen yang dibawa oleh arus air hujan dan sungai di sekitar danau
tersebut.
Danau Tasikardi pada masa itu berfungsi sebagai sumber air
utama untuk keluarga kerajaan yang tinggal di Istana Keraton Kaibon dan sebagai saluran air irigasi persawahan di
sekitar Banten.
6. Vihara Avalokitesvara
Walaupun kerajaan Banten adalah kerajaan Islam, tapi toleransi antara warga biasa dengan pemimpinnya
dalam hal agama sangat tinggi. Buktinya adalah adanya peninggalan kerajaan Banten yang berupa bangunan
tempat ibadah agama Budha.
Tempat ibadah umat Budha tersebut yaitu Vihara
Avalokitesvara yang sampai sekarang masih berdiri kokoh. Yang unik
dari bangunan ini yaitu di dinding Vihara tersebut ada sebuah relief
yang mengisahkan tentang legenda siluman ular putih.
7. Meriam Ki Amuk
Seperti yang disebut sebelumnya, di dalam benteng Speelwijk
adalah beberapa meriam, dimana diantara meriam-meriam tersebut
ada meriam yang ukurannya paling besar dan diberi nama meriam ki
amuk.
Dinamakan seperti itu, karena konon katanya meriam ini
memiliki daya tembakan sangat jauh dan daya ledaknya sangat besar.
Meriam ini adalah hasil rampasan kerajaan Banten terhadap
pemerintah Belanda pada masa perang.
Kehidupan Politik Kerajaan Banten
Sultan pertama Kerajaan Banten ini adalah Sultan Hasanuddin
yang memerintah tahun 1522-1570. Ia adalah putra Fatahillah, seorang
panglima tentara Demak yang pernah diutus oleh Sultan Trenggana
menguasai bandarbandar di Jawa Barat. Pada waktu Kerajaan Demak berkuasa, daerah Banten merupakan bagian
dari Kerajaan Demak. Namun setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten akhirnya melepaskan diri
dari pengaruh kekuasaan Demak.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) membuat para pedagang muslim memindahkan jalur
pelayarannya melalui Selat Sunda. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Banten berkembang
menjadi pusat perdagangan. Hasanuddin memperluas kekuasaan Banten ke daerah penghasil lada, Lampung di
Sumatra Selatan yang sudah sejak lama mempunyai hubungan dengan Jawa Barat. Dengan demikian, ia telah
meletakkan dasar-dasar bagi kemakmuran Banten sebagai pelabuhan lada. Pada tahun 1570, Sultan Hasanuddin
wafat.
Penguasa Banten selanjutnya adalah Maulana Yusuf (1570-1580), putra Hasanuddin. Di bawah
kekuasaannya Kerajaan Banten pada tahun 1579 berhasil menaklukkan dan menguasai Kerajaan Pajajaran (Hindu).
Akibatnya pendukung setia Kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yaitu daerah Banten Selatan, mereka
dikenal dengan Suku Badui. Setelah Pajajaran ditaklukkan, konon kalangan elite Sunda memeluk agama Islam.
Maulana Yusuf digantikan oleh Maulana Muhammad (1580-1596). Pada akhir kekuasaannya, Maulana
Muhammad menyerang Kesultanan Palembang. Dalam usaha menaklukkan Palembang, Maulana Muhammad
tewas dan selanjutnya putra mahkotanya yang bernama Pangeran Ratu naik takhta. Ia bergelar Sultan Abul Mufakhir
Mahmud Abdul Kadir. Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa putra Pangeran Ratu yang bernama
Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Ia sangat menentang kekuasaan Belanda.Usaha untuk mengalahkan orang-
orang Belanda yang telah membentuk VOC serta menguasai pelabuhan Jayakarta yang dilakukan oleh Sultan
Ageng Tirtayasa mengalami kegagalan. Setelah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mulai dikuasai oleh
Belanda di bawah pemerintahan Sultan Haji.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Banten
Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat berkembang menjadi bandar perdagangan
dan pusat penyebaran agama Islam. Adapun faktor-faktornya ialah: (1) letaknya strategis dalam lalu lintas
perdagangan; (2) jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, sehingga para pedagang Islam tidak lagi singgah di Malaka
namun langsung menuju Banten; (3) Banten mempunyai bahan ekspor penting yakni lada.
Banten yang menjadi maju banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat, Persia, Turki, Cina
dan sebagainya. Di kota dagang Banten segera terbentuk perkampungan-perkampungan menurut asal bangsa itu,
seperti orang-orang Arab mendirikan Kampung Pakojan, orang Cina mendirikan Kampung Pacinan, orang-orang
Indonesia mendirikan Kampung Banda, Kampung Jawa dan sebagainya.
Kehidupan Sosial Dan Budaya Kerajaan Banten
Sejak Banten di-Islamkan oleh Fatahilah (Faletehan) tahun 1527, kehidupan sosial masyarakat secara
berangsur- angsur mulai berlandaskan ajaran-ajaran Islam. Setelah Banten berhasil mengalahkan Pajajaran,
pengaruh Islam makin kuat di daerah pedalaman. Pendukung kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yakni
ke daerah Banten Selatan, mereka dikenal sebagai Suku Badui. Kepercayaan mereka disebut Pasundan Kawitan
yang artinya Pasundan yang pertama. Mereka mempertahankan tradisi-tradisi lama dan menolak pengaruh Islam.
Kehidupan sosial masyarakat Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa cukup baik, karena sultan
memerhatikan kehidupan dan kesejahteran rakyatnya. Namun setelah Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, dan
adanya campur tangan Belanda dalam berbagai kehidupan sosial masyarakat berubah merosot tajam. Seni budaya
masyarakat ditemukan pada bangunan Masjid Agung Banten (tumpang lima), dan bangunan gapura-gapura di
Kaibon Banten. Di samping itu juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan Lukas Cardeel, orang Belanda,
pelarian dari Batavia yang telah menganut agama Islam. Susunan istananya menyerupai istana raja di Eropa.
Kejayaan Kerajaan Banten
Kerajaan Banten mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682).
Dimana, Banten membangun armada dengan contoh Eropa serta memberi upah kepada pekerja Eropa. Namun,
Sultan Ageng Tirtayasa sangat menentang Belanda yang terbentuk dalam VOC dan berusaha keluar dari tekanan
VOC yang telah memblokade kapal dagang menuju Banten. Selain itu, Banten juga melakukan monopoli Lada di
Lampung yang menjadi perantara perdagangan dengan negara-negara lain sehingga Banten menjadi wilayah yang
multi etnis dan perdagangannya berkembang dengan pesat.
Runtuhnya Kerajaan Banten
Kerajaan Banten mengalami kemunduruan berawal dari perselisihan antara Sultan Ageng dengan putranya,
Sultan Haji atas dasar perebutan kekuasaan. Situasi ini dimanfaatkan oleh VOC dengan memihak kepada Sultan
Haji. Kemudian Sultan Ageng bersama dua putranya yang lain bernama Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf
terpaksa mundur dan pergi ke arah pedalaman Sunda. Namun, pada 14 Maret 1683 Sultan Ageng berhasil ditangkap
dan ditahan di Batavia. Dilanjutkan pada 14 Desember 1683, Syekh Yusuf juga berhasil ditawan oleh VOC dan
Pangeran purbaya akhirnya menyerahkan diri.
Atas kemenangannya itu, Sultan Haji memberikan balasan kepada VOC berupa penyerahan Lampung pada
tahun 1682. Kemudian pada 22 Agustus 1682 terdapat surat perjanjian bahwa Hak monopoli perdagangan lada
Lampung jatuh ketangan VOC. Sultan Haji meninggal pada tahun 1687. Setelah itu, VOC menguasai Banten
sehingga pengangkatan Sultan Banten harus mendapat persetujuan Gubernur Jendral Hindian Belanda di Batavia.
Terpilihlah Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya sebagai pengganti Sultan Haji kemudian digantikan oleh
Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Aabidin. Pada tahun 1808-1810, Gubernur Hindia Jenderal Belanda
menyerang Banten pada masa pemerintahan Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin.
Penyerangan tersebut akibat Sultan menolak permintaan Hindia Belanda untuk memindahkan ibu kota
Banten ke Anyer. Pada akhirnya, tahun 1813 Banten telah runtuh ditangan Inggris.
Sumber : http://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-banten-sejarah-raja-dan-peninggalan-beserta-ma sa-
kejayaannya-secara-lengkap/
KERAJAAN BANTEN
4.KERAJAAN CIREBON
AWAL BERDIRINYA KERAJAAN CIREBON PADA MASA INDONESIA MADYA
1.Letak Kerajaan Cirebon
Semula Cirebon termasuk dalam daerah kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran, bahkan menjadi salah satu
kota pelabuhan kerajaan tersebut (Tim Penulis Nasional Sejarah Indonesia , 2010 : 59 ). Pelabuhan ini sudah ramai
dari perahu pedagang-pedagang luar negeri. Pedagang-pedagang itu antara lain dari arab, persi, malaka, cina, dll.
Letak Kerajaan Cirebon secara geografis di pesisir pantai pulau Jawa, merupakan mata rantai dalam jalan
perdagangan internasional pada waktu itu yang antara lain membentang dari kepulauan Maluku hingga teluk Parsi
(jagad pustaka : 2013). Pedagang yang datang dari berbagai pulau bahkan berbagai Negara. Tidak heran heran jika
pada wilayah ini menjadi jalur perdagangan yang ramai.
Melalui jalan perdagangan dapat mengalir pula arus kebudayaan dan keagamaan, dan konon menurut
cerita orang jalan perdagangan itupun memegang peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam di pulau
Jawa (jagad pustaka : 2013). Karena banyak pedagang yang datang, salah satunya dari Arab. Pedagang- pedagang
dari Arab itu selain datang untuk berdagang, mereka juga menyebarkan Agama Islam.
2.Awal Mula Berdirinya Kerajaan Cirebon
Pada tahun 1302 cirebon mempunyai 3 daerah otonom di bawah kekuasaan kerajaan Pajajaran yang
masing-masing di kuasai oleh seorang Mangkubumi (Sulendraningrat , 1978 : 16). 3 daerah otonom itu adalah
Singapura atau Mertasinga yang dikepalai oleh Mangkubumi Singapura. Daerah Pesambangan yang dikepalai oleh
Ki Ageng Jumajan Jati. Dan Daerah Japura yang dikepalai oleh Ki Ageng Japura.
Ketiga daerah otonom tersebut masing-masing mengirimkan upeti setiap tahunnya kepada kerajaan
Pajajaran (Sulendraningrat , 1978 : 16).
Semula Cirebon termasuk dalam daerah kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran, bahkan menjadi salah satu
kota pelabuhan kerajaan tersebut (Tim Penulis Nasional Sejarah Indonesia , 2010 : 59 ). Sekitar tahun 1513 cirebon
ini tidak lagi dibawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran, namun sudah di beritakan masuk ke dalam daerah jawa di
bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Saat itu Cirebon di kuasai oleh Lebe Usa.
Syarif Hidayatullah atau yang sering di kenal dengan Sunan Gunung Jati telah datang di Cirebon pada tahun
1470. Syarif Hidayatullah datang untuk mengajarka agama Islam. Syarif Hidayatullah mengajarkan agama Islam di
Gunung Sembung. Syarif Hidayatullah adalah putra dari wanita asal Galuh, Caruban. Wanita tersebut adalah
NhayLara Santang yaitu adik dari Pangeran Cakrabuana pemimpin Cirebon.
Syarih Hidayatullah Mengajarkan agama islam ditemanni dengan uaknya Haji Abdullah Iman dan pangeran
Cakrabumi atau pangeran Cakrabuana. Haji Abdullah Iman dan Pangeran Cakrabuana sudah lebih dahulu berada
atau tinggal di Cirebon.
Syarif Hidayatullah menikah dengan Pakung Wati. Pakung Wati adalah putri dari Uaknya. Syarif Hidayatullah
menggantikan mertuanya sebagai penguasa Cirebon pada tahun 1479. Setelah menikah dan menjadi penguasa
Cirebon, Syarif Hidayatullah membangun atau mendirikan sebuah kraton. Karaton itu diberi nama Kraton Pakung
Wati. Kraton Pakung Wati terletak disebalah timur Kraton Sultan Kesepuluhan sekarang ini.
Syarif Hidayatullah ini terkenak dengan Gelar Gusuhunan Jati atau sering dikenal dengan Sunan Gunungjati.
Syarif Hidayatullah menjadi saleh seorang dari Wali Sanga. Syarif Hidayatullah mendapat Julukan Pandita
Ratu sejak ia berfungsi sebagai penyebar Agama Islam di tanah Sunda dan Sebagai Kepala Pemerintahan (Tim
Penulis Nasional Sejarah Indonesia , 2010 : 59 ).
Semenjak Syarif Hidayatullah menjadi penguasa di Cirebon, Cirebon menghentikan upeti ke pusat Kerajaan
Pajajaran di pangkuan. Sejak saat itulah Cirebon menjadi Kerajaan yang dikepalai oleh Syarif Hidayatullah.
Masa Kejayaaan Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon berada pada puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah
putra wanita asal Galuh-Caruban yaitu Nhay Lara Santang adik dari Pangeran Cakrabuwana pemimpin Caruban
yang menikah dengan Mauana Sultan Muhammad.
Ketika Syarif Hidayat berusia duapuluh tahun, ia pergi ke Makkah berguru kepada Syeh Tajamudin Al ubri,
di sini ia tinggal selama dua tahun, setelah tamat dari Syeh Tajamudin kemudian Syarif Hidayat, meneruskan
pelajaran kepada Syeh Ataillah Syazalli, masih di Mekkah juga selama dua tahun (Sunardjo, 1983:51).
Ketika Cirebon mengalami kejayaan pada masa Syarif Hidayatullah sudah tidak diragukan lagi, karena
pengalaman ilmu yang didapat sangat luar biasa. Itu dapat kita lihat dari beliau mempunyai dua guru besar yang
ada di Mekkah. Syarif hidayatullah juga pernah belajar Tasawuf di Bagdad. Beliau di Bagdad beliau belajar tasawuf
selam dua tahun. Kemudian beliau kembali ke negerinya yaitu Oqnah Yutra.
Kemudain beliau memutuskan untuk pergi ke Jawa karena beliau ingin menjadi mubaligh di Jawa. Dalam
perjalanannya ke pulau Jawa Syarif Hidayatullah sempat singgah di Gujarat.
Setelah dariGujarat, Srarif Hidayat singgal dan tinngal pula di Samudera Pasai, sebuah tempat di Aceh yang
pada masa itu sudah merupakan Kerajaan Islam yang cukup besar karena sudah berdiri sejak 1296 (Sunardjo,
1983:52).
Mungkin saja ketika di Samudra Pasai Syarif Hidayatullah sedikit banyak belajar tentang pemerintahan
Islam. Karena beliau juga tinggal beberapa waktu di Samudera Pasai. Jadi tidak heran lagi ketika beliau menjadi
pemimpin di Cirebon dapat membawa pada kejayaan.
Kemudian Syarif Hidayatullah melanjutkan perjalannanya ke Banten, kemudian ke Ampel. Ada bebrapa versi
mengapa Syarif Hidayatullah pergi ke Ampel. Setelah dari Ampel, kemudain beliau mejunu Cirebon untuk
menyiarkan agama Islam atas perintah dari para wali.
Menurut Kitab Purwaka Caruban dalam bukunya R.H. Unang Sumardjo SH dijelaskan bahwa: Syarif
Hidayatullah mendirikan pesantren di Dukuh Sembung masuk wilayah Pasambangan juga mengajar agama Islam
di ampung Badaban (kurang lebih 3 Km arah Barat dari Pasambangan).
Dari keterangan diatas dapat dipastikan bahwa kehadiran Syarif Hidayatullah di Cirebon sudah dapat
diterima oleh pribumi Cirebon itu sendiri. Karena mustahil ketikan kedatangan Syarif Hidayatullah di Cirebon
kemudian mendirikan pesantren tidak mendapatkan persetujuan pribumi Cirebon. Disisi lain komunikasi yang
digunakan oleh Syarif Hidayatullah dapat diterima oleh pribumi Cirebon.
Disisi lain Syarif Hidayatullah merupakan keponakan dari Pangeran Cakrabuwana pemimpin Caruban. Jadi
kalau hanya mendirikan pesantren di Cirebon menjadi hal yang mudah bagi Syarif Hidayatullah.
Namun demikian, kemungkina Syarif Hidayatullah mengajukan usul agar dalam tahun-tahun pertamanya di
Cirebon diberi kesempatan untuk menjadi pendidik/guru dahulu sesuai keputusan para wali, sebagai pengganti Syeh
Datuk Kahfi (Sunardjo, 1983:55). Ini dilakaukan Syarif Hidayatullah supaya dapat mempelajari tentang masyarkat
Cirebon itu sendiri. Mengapa yang dipilih mendirikan pesantren, dikarenakan yang pertama adalh keinginan dari
Syarif Hidayatullah unuk menjadi mubaligh dipulau Jawa yang juga dipertegas dengan titah dari para wali untuk
mensyiarkan Islam di tanah Sunda. Selain itu, ketika Syarif hidayatullah menjadi pemimpin pesatren, beliau dapat
mempelajari tentang nilai-nilai ataupun pola kehidupan masyarakat Cirebon.
Diperkirakan pada suatu waktu ada beberapa orang dari Banten yang sengaja datang ke Pasambangan
menemui Syeh Jati (yang sudah dikenal di Banten karena pernah tinggal di sini beberapa waktu lamanya setibanya
dari Samudera Pasai), dan mengajukan permohonan kepada Syeh jati untuk memberikan pelajaran Agama Islam di
Banten (Sunardjo, 1983:57).
Kemungkinan juga sepak terjang dari Syarif Hidayatullah sundah tersebar luas kabarnya sampai ke Banten.
Karena pada waktu Syarif Hidayatullah berada di Banten setelah dari Samudera Pasai, beliau tinggal tidak lama.
Ketika berada di Banten, Syarif Hidayatullah diminta untuk segera kembali ke Cirebon oleh Pangeran
Cakrabuwana. Karena kehadiran dan tenaganya sangant dibutuhkan di Cirebon.
Ternyata Pangeran Cakranuwana sudah lama mempunyai rencana dan ingin cepat merealisasikan
rencananya itu untuk menobatkan Syarif Hidayatullah sebagai penguasa di nagari Caruban menggantikan dirinya
(Sunardjo, 1983:59). Yang menjadi pertanyaan adalah menganpa Pengeran Cakrabuwana memilih Syarif
Hidayatullah untuk menggantikan dirinya. Disini penulis sulit menemukan sumber yang relevan mengenai masalah
itu. Yang pasti bahwa alasan mengangkat Syarif Hidayatullah menjadi pengganti Pangeran Cakrabuwana tidak slah.
Karena sudah jelah mengenai track record dari Syarif Hidayatullah. Karena juga Syarif Hidayatullah merupaka
keponakan dari Pangeran Cakrabuwana.
Penobatan Syarif Hidayatullah menjadi Tumenggung di Cirebon merupakan era baru bagi Cirebon. Beliaulah
yang mengganti nama Cirebon yang dulunya adalah Caruban, dan diganti dengan Cerbon dan terus berkembang
menjadi Cirebon.
Masa kejayaan kerajaan Cirebon di awali dari perkembangan Islam. Pada masa Syarif hidayatullah Islam
berkembang dengan pesat. Sudah tidak kaget lagi ketika Islam mengalami perkembangan yang pesat. Memang
tujuan utama Syarif Hidayatullah ke pulau Jawa adalah menjadi mubaligh untuk menyiarkan Islam. Disisi lain gaya
komunikasi yang digunakan sehingga dapat membius pribumi Cirebon untuk masuk Islam. Silsilah dari Syarif
Hidayatullah juga yang dapat dengan mudah menjadi keyakinan pribumi beliau, yaitu cucu dari Prabu Siliwangi.
Kejayaan kerajaan Cirebon tidak lepas dari campur tangan Pangeran Cakrabuwana. Menurut perkiraan
beberapa waktu sebelum penobatan, syarif Hidayatullah dengan Pangeran Cakrabuwana telah membicarakan
tentang berbagai konsep pembangunan negara serta beberapa rencana operasional (Sunardjo, 1983:60).
Sudah pasti Syarif hidayatullah melaksanankan konsep-konsep yang telah dirancang bersama dengan
Pangeran Cakrabuwana. Berdasarkan perkiraan dengan memperhatikan temuan-temuan dilapangan dan uraian-
uraian dalam itab Purwaka Caruban Nagari yang tertulis dalam bukunya Unang Sunadjo menyebutkan bahwa: azaz
pemerintahandi wilayah Cirebon adalah berazaz desentralisasi. Sedangkan polanya yang utama adalah pola
pemerintahan kerajaan di pesisir, di mana pelabuhan menjadi bagian yang sangat penting dan pedalaman menjadi
penunjang yang sangat vital.
Dari uraian diatas dapat di ambil inti sari bahwa hubungan antara daerah pesisir yaitu pelabuhan, dengan
daerah pedalaman (sektor pertanian dan pemasaran) saling berkaitan. Komoditi-komoditi yang masuk dari
pelabuhan dibawa ke daerah pedalaman untuk dijual. Begitu juga ketika komoditi dari sektor pertanian akan di
ekspor melewati pelabuhan.
Pada masanya, bidang politik, keagamaan, dan perdagangan, makin maju. Pada masa itu terjadi
penyebaran Islam ke Banten (sekitar 1525-1526) dengan penempatan putra Syarif Hidayatullah , yaitu Maulana
Hasanuddin, setelah meruntuhkan pemerintahan Pucuk Unum, penguasa kadipaten dari kerajaan Sunda Pajajaran
yang berkedudukan di Banten Girang. Setelah Islam, pusat pemerintahan Maulana Hasanuddin terletak di Surowan
dekat muara Cibanten (Tjandarsasmita, 2009:164)
Sudah jelas bahwa Syarif Hidayatullah memperluas wilayah dengan penyerangan daerah-daerah kecil untuk
menyabarkan Islam. Ini penting untuk dilakukan supaya Islam dapat tersebar dengan cepat. Upaya ini juga untuk
mendapatkan pengaruh yang kuat dari wilayah-wilayah lain di Jawa bagian barat.
Pada suatu ketika Syarif Hidayatullah pergi ke Demak untuk membantu membangun masjid Demak. Syarif
Hidayatullah menyumbang tiang masjid yang sekarang dikenal dengan Saka Guru. Ketika merujuk dari sumbangsi
Syarif Hidayatullah dalam pembangunan masjid Demak, ini merupakan salah satu strategi dari Syarif Hidayatullah
dalam melakukan hubungan abatar kerajaan. Karena pada waktu itu di Demak juga berdiri kerajaan yang besar
dibawah pimpinan Raaden Patah. Hubungan ini dilakukan supaya eksistensi dari Cirebon dapat terjaga. Ketika
berada di Demak dan juga para wali berkumpul, mungkin Syarif Hidayatullah menyempatkan untuk membahas
maslah-masalah kerajaan-kerajaan yang masih belum terdapat agama Islam.
Setibanya di Cirebon, Syarif Hidayatullah mengadakan rapat yang menghasilkan kebijakan politik, sikap
politik kerajaan Cirebon terhadap kerajaan Pajajaran yaitu tidak bersedia lagi mengirim upeti (bulubhekti) kepada
Pajajaran yang disalurkan melalui Adipati Galuh (Sunardjo, 1983:67).
Sikap ini secara tidak langsung Cirebon menyatakan kemerdekaannya. Karena sudah melepaskan diri dari
Pajajaran dengan cara tidak lagi mengirim upeti. Ketika kita melihat kembali silsilah dari Syarif Hidayatullah,
penguasa Pajajran pada waktu itu adalah Prabu Siliwangi, yaitu kakeknya sendiri. Tindakan ini awalnya mendapat
respon keras dari Prabu Siliwangi, akan tetapi kemudian Prabu Siliwangi seakan-akan membiarkan keputusan yang
diambil oleh Syarif Hidayatullah. Karena Prabu Siliwangi menghindari perang saudara. Mungkin juga dikarenakan
hubungan antara Cirebon dengan Demak yang semakin erat. Sehingga Prabu Siliwangi tidak dapat mengambil sikap
keras.
Sejak Syarif Hidayatullah bandar Cirebon makin ramai baik untuk berhubungan laut antar Persi-Mesir dan
Arab, Cina, Campa dan lainnya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997:62). Keraimain di bandar Cirebon
sudah menjadi bukti nyata kebesaran Cirebon dikancah internasional. Terbukti dengan banyaknya pedagang dari
berbagai negara. Ketika bandar Cirebon pada puncak keramaiannya, pasti ada halangan. Mungkin dari bajak laut
ataupun yang lain.
Susuhunan Jati segera mengirim pasukan menumpas Bajak Laut ini dengan menyeran pangkalannya.
Pasukan Cirebon yang berkekuatan dua ribu tjuh ratu orang dipimpin oleh Dipati Keling (Sunardjo, 1983:68).
Tindakan ini sangat dibutuhkan untuk menjaga keamanan bandar Cirebon. Apabila Syarif Hidayatullah tidak
mengambil tindakan tegas, maka bandar Cirebon dalam bahaya yang berakibat bandar menjadi sepi.
Pada tahun 1527 pasukan Demak di bawah pimpina Faletehan dengan bantuan pasukan Cirebon, Dipati
eling, dan Dipati Cangkuang berhasil menaklukan Sunda Kelapa, sejak itu namanya diganti dengan Jayakarta dan
Faletehan diangkat sebagai kepala pemerintah yang pertama (Kosoh dkk. 1979:82). Ketika pemimpin suatu daerah
Islam, maka masyarakat yang berada di wilayah itu juga memeluk Islam. Begitu juga dengan Jayakarta, Faletehan
segera meng-Islamkan masyarakat Jayakarta. Sehingga masyarakat pesisir utara Jawa sudah memeluk Islam.
Dengan masuknya bandar-bandar kerajaan Pajajaran seperti Banten tahun 1526, Kalapa, tahun 1527 maka
seluruh utara Jawa Barat telah ada dalam kekeuasaan Islam (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997:63).
Akibat keadaan seperti ini maka bandar-bandar termasuk Cirebon menjadi tempat perdagangan internasinal.
Sebagai mana lazimnya pada masi itu, maka setelah dicarikan waktu yang tepat Susuhunan Jati
mengeluarkan keputusan untuk membangun sebuah mesjid yang besar sebagaimana halnya di Demak (Sunardjo,
1983:74).
Dengan demikian sudah jelas bahwa Cirebon dibawah kepemimpina Syrif Hidayatullah yang juga seorang
wali berhasil mempercepat perkembangan Cirebon sebagai syiar Islam dan juga perdagangan.
Seperti yang dijelaskan oleh RH Unang Sunardjo dalam bukunya yang menjelaskan:
1. Telah terpenuhinya prasarana dan sarana pisik essensial pemerintahan dan ekonomi dalam ukuran suatu
Kerajaan Pesisir.
2. Telah dikuasainya daerah-daerah belakang (hinterland) yang dapat diharapkan mensuplay bahan pangan
termasuk daerah penghasil garam, daerah yang cukup vital bagi income nagari pesisir dengan luas yang memadai.
3. Telah adanya sejumlah pasukan lasykar dengan semangat yang tinggi, yang dipimpin oleh para panglima
(dipati-dipati) yang cukup berwibawa dan bisa dipercaya loyalitasnya.
4. Adanya sejumlah penasehat-penasehat baik dibidang pemerintahan maupun agama.
5. Terjalinnya hubungan antar negara yang sangat erat antar Cirebon dengan Demak.
6. Mendapat dukungan penuh dari para wali.
7. Tidak terdapat indikasi tentang ancaman Prabu Siliwangi untuk menghancurkan eksistensi cirebon.
Dari uraian diatas dapat dijadikan acuan bahwa Cirebon pada masa Syarif Hidayatullah berada dalam
kejayaannya.
Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1568 dan dimakamkan di Bukit Sembung yang juga dikenal dengan
makam Gunung Jati (Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia. 2010:60). Kemudian digantikan oleh Panembahan
Ratu putra Pangeran Suwarga.
Keadaan Ekonomi dan Politik Kerajaan Cirebon
Keadaan Ekonomi Kerajaan Cirebon
Sebagai sebuah kesultanan yang terletak diwilayah pesisir pulau Jawa, Cirebon mengandalkan
perekonomiannya pada perdangangan jalur laut. Dimana terletak Bandar-bandar dagang yang berfungsi sebagai
tempat singgah para pedagang dari luar Cirebon. Juga memiliki fungsi sebagai tempat jual beli barang dagangan.
Dari artikel yang ditulis oleh Uka Tjandrasasmita, yang dibukukan dalam sebuah buku kumpulan artikel oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Jakarta. Dituliskan sebuah artikel yang berjudul “Bandar Cirebon dalam
Jaringan Pasar Dunia”, dalam artikelnya terbagi menjadi 3 periode, yaitu: Bandar Cirebon masa pra-islam,
Pada masa pra-islam Cirebon masih dalam kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran. Pada masa ini pula
terdapat Bandar dagang yang berada di Dukuh Pasambangan dengan bandar Muhara Jati. Kapal-kapal yang
berlabuh di bandar Muhara Jati antara lain berasal dari Cina, Arab, Tumasik, Paseh, Jawa Timur, Madura, dan
Palembang (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997:56).
Dikatakan bahwa sebelum Tome Pires (1513) Cirebon masih berkeyakinan Hindu-Buddha. Pada saat ini
Ciebon masih dibawah kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran. Menurut cerita tradisi Cirebon mulai memeluk agama
islam sekitar tahun 1337 M yang dibawa oleh Haji Purba. Pada abad 14 M perdagangan dan pelayaran sudah
banyak dilakukan oleh orang muslim.
Dari cerita Purwaka Caruban Nagari diperoleh informasi bahwa terjadi perpindahan Bandar perdagangan.
Bandar dagang yang dahulunya terlertak pada Bandar Muhara Jati di dukuh Pasambangan dipindah kearah selatan
yaitu ke Caruban. Alasan mengapa Bandar dagang dipindahkan, menurut cerita Bandar dagang di Muhara jati mulai
berkurang keramaiaannya. Caruban sendiri dibangun o0leh Walangsungsangatau Ki Samadullah atau Cakrabumi
sebagai kuwu dan seterusnya. Sejak Syarif Hidayatullah, Bandar-bandar di Cirebon makin ramai dan makin baik
untuk berhubungan dengan Parsi-Mesir, Arab, Cina, Campa, dan lainnya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1997:56).
Dengan kedatangan Belanda keadaan ekonomi di Cirebon dikuasai penuh oleh VOC. Dengan diadakannya
perjanjian antara Belanda dengan Cirebon 30 April 1981, Cirebon selalu akan memelihara kepercayaan terhadap
Belanda. Akan tetapi, seluruh komoditi perdagangan di Cirebon, dikuasai Belanda, hal ini hanya akan
menguntungkan pihak Belanda dan merugikan Cirebon. Belanda menerapkan monopoli perdagangan dan
pertanian, salah satu contohnya yaitu kebijakan menanam 10 pohon kopi tiap kepala keluarga di Priangan Timur.
Juga dengan surat perintah tanggal 1 Maret 1729.
Dari gambaran diatas kita kenali bahwa pihak kesultanan sendiri dalam menjalankan perekonomian
terutama terhadap komoditi-komoditi ekspor kurang, peranannya lebih banyak ditangan Belanda. Hal itu semuanya
jelas dampak negative pengaruh kolonialisme Belanda sejak perjanjian tahun 1981 dan seterusnya. Dengan
perjanjian-perjanjian tersebut Belanda sejak Kompeni menginginkan penguasaan atas daerah subur produksi kopi
dan lainnya dapat terlaksana, disamping rasa ketakutannya terhadap penguasaan daerah Priangan Timur itu
dikuasai oleh Banten dan juga Mataram (Departemen Pendiidikan dan Kebudayaan, 1997:67).
Selain yang telah dibahas diatas, keadaan ekonomi yang diterangkan oleh Uka Tjandrasasmita. Dapat dilihat
pula keadaan perekonomian dari sumber lainnya. Selain perdagangan dan pelayaran. Perekonomian Cirebon juga
ditunjang oleh kegiatan masyarakatnya yang menjadi nelayan. Cirebon juga dikenal sebagai kota udang, artinya
Cirebon juga memiliki satu komoditi dagang utama yaitu terasi, petis dan juga garam.
Dalam kehidupan ekonomi juga masih ada peran dariorang asing. Orang asing tersebut menjadi syahbandar
atau yang mengantur tentang ekspor impor perdagangan. Cirebon yang menjadi syahbandarnya yaitu orang-orang
Belanda. Alasan mengapa syahbandar diambil dari orang-orang asing, karena orang-orang asing dianggap lebih
mengetahui tentang cara-cara perdagangan. Di kota Cirebon juga terdapat pasa tertua yaitu pasar yang terletak di
timur laut alun-alun kraton Kasepuhan dan lainnya di sebelah utara alun-alun kanoman.
POLITIK
Perkembangan politik yang terjadi pada Cirebon berawal dari hubungan politiknya dengan Demak. Hal inilah
yang menyebabkan perkembangan Cirebon. Dikatakan oleh Tome Pires yang menjadi Dipati Cirebon adalah
seorang yang berasal dari Gresik. Kosoh, dkk (1979:94) Babad Cirebon menceritakan tentang adanya kekuasaan
kekuasaan Cakrabuana atau Haji Abdullah yang menyebarkan agama islam di kota tersebut sehingga upeti berupa
terasi ke pusat Pajajaran lambat laun dihentikan.
Selain hubungannya dengan Demak, kehidupan politik pada kala itu juga dipengaruhi oleh beberapa konflik.
Konflik yang terjadi ada konflik internal dan menjadi vassal VOC.
Pertama yang terjadi, dimulai dari keputusan Syarif Hidayatullah yang resmi melepaskan diri dari kerajaan
Sunda tahun 1482. Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1570, dan kepemimpinannya digantikan oleh anaknya yaitu
Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Pada masa kepemerintahannya, Panembahan Ratu menyaksikan
berdirinya karajaan Mataram dan datangnya VOC di Batavia.
Panembahan Ratu cenderung berperan sebagai ulama dari pada sebagai raja. Sementara di bidang politik,
Panembahan Ratu menjaga hubungan baik dengan Banten dan Mataram .Setelah wafat pada tahun 1650, dalam
usia 102 tahun, Panembahan Ratu digantikan oleh cucunya, yaitu Pangeran Karim yang dikenal dengan nama
Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II karena anaknya Pangeran Seda Ing Gayam telah wafat terlebih
dahulu (Nina: online).
Ketika terjadi pemberontakan Trunojoyo, Panembahan Senapati dijemput oleh utusan dari kesultanan
Banten ke Kediri. Dalam perjalanan kondisi Senapati yang sakit-sakitan menyebabkan dia meninggal dunia dan
akhirnya dimakamkan di bukit Giriliya. Sedangkan kedua anaknya dibawa ke Banten, yaitu: Pangeran Martawijaya
dan Pangeran Kartawijaya. Namun, kemudian mereka dikembalikan ke Cirebon, disana mereka membagi tiga
kekuasaan.
Ketiga penguasa Cirebon ini berusaha untuk menjadikan diri sebagai penguasa tunggal. Sultan Sepuh
merasa bahwa ia yang berhak atas kekuasaan tunggal karena ia anak tertua. Sementara Sultan Anom, juga
berkeinginan yang sama sehingga ia mencoba mencari dukungan kepada Sultan Banten. Di lain pihak, Pangeran
Wangsakerta , yang menjadi pengurus kerajaan saat kedua kakaknya dibawa ke Mataram, merasa berhak juga
menjadi penguasa tunggal. Sultan Sepuh mencoba mendapat dukungan VOC dengan menawarkan diri menjadi
vassal VOC. VOC sendiri tidak pernah mengakui gelar sultan pemberian Sultan Banten dan selalu menyebut mereka
panembahan (Nina: online).
Dengan surat perjanjian tanggal 7 Januari 1681, Cirebon resmi menjadi vassal VOC. Jadilah, urusan
perdagangan diserahkan kepada VOC, berbagai keputusan terkait Cirebon (termasuk pergantian sultan, penentuan
jumlah prajurit) harus sepersetujuan VOC di Batavia, ketika para Sultan akan bepergian harus atas ijin VOC dan
naik kapal mereka, dalam berbagai yupacara, pejabat VOC harus duduk sejajar dengan para Sultan (Nina: online).
Setelah kedatangan Belanda ke Cirebon membuat banyak perubahan, khususnya di bidang politik. Pada
tahun 1696, Sultan Anom II atas kehendak VOC menjadi Sultan. Pada Tahun 1768 kesultanan Cirebon dibuang ke
Maluku.
Kondisi Sosial dan Budaya Kerajaan Cirebon
A Kondisi Sosial Kerajaan Cirebon
Perkembangan Cirebon tidak lepas dari pelabuhan, karena pada mulanya Cirebon memang sebuah bandar
pelabuhan. Maka dari sini tidak mengherankan juga kondisi sosial di Kerajaan Cirebon juga terdiri dari beberapa
golongan. Diantara golongan yang ada antara lain, golongan raja beserta keluargana, golongan elite, golongan non
elite, dan golongan budak (Sartono Kartodirdjo, 1975:17).
1.Golongan Raja Kerajaan Cirebon
Para raja/Sultan yang tinggal di kraton melaksanakan ataupun mengatur pemerintahan dan kekuasaannya.
Pada mulanya gelar raja pada awal perkembangan Islam masih digunaka, tetapi kemudian diganti dengan gelar
Sultan akibat adanya pengaruh Islam. Kecuali gelar Sultan terdapat juga gelar lain seperti Adipati, Senapati,
Susuhunan, dan Panembahan (Kosoh dkk, 1979:96). Raja atau Sultan sebaai penguasa terinnggi dalam
pemerintahan memiliki hubungan erat dengan pejabat tinggi kerajaan seperti senapati, menteri, mangkubumi, kadi,
dan lain sebagainya. Pertemuan antara raja dengan pejabat ataupun langsung dengan rakyat tidak dilakukan setiap
hari. Kehadiran raja di muka umum kecuali pada waktu audiensi/pertemuan juga pada waktu acara penobatan
mahkota, pernikahan raja, dan putra raja (Sartono Kartodirdjo, 1975:17).
2 Golongan Elite
Golongan ini merupakan golongan yang mempunyai kedudukan di lapisan atas yang terdiri dari golongan
para bangsawan/priyayi, tentara, ulama, dan pedagang. Diantara para bangsawan dan pengusa tersebut, patih dan
syahbandar memiliki kedudukan kedudukan penting. Di Cirebon, pernah ada orang-orang asing yang dijadikan
syahbandar dan mereka memempati golongan elite. Hal ini dipertimbangkan atas suatu dasar bahwa mereka
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas tentang perdagangan dan hubungan internasional. Golongan
keagamaan yang terdiri dari ulama juga memiliki memiliki kedudukan yang tinggi, mereka umumnya berperan
sebagai penasehat raja (Kosoh dkk, 1979:99).
3 Golongan Non Elite
Golongan ini merupakan merupakan lapisan masyarakat yang besar jumlahnya dan terdiri dari masyarakat
kecil yang bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, tukang, nelayan, dan tentara bawahan dan lapisan
masyarakat kecil lainnya. Petani dan pedagang merupakan tulang punggung perekonomian, dan mereka
mempunyai peranan sendiri-sendiri dalam kehidupan perekonomian secara keseluruhan (Kosoh dkk, 1979:99).
4 Golongan Budak
Golongan ini terdiri dari orang-orang yang bekerja keras, menjual tenagai sampai melakukan pekerjaan yang
kasar. Adanya golonga buak tersebut disebabkan karena seseorang yang tidak bias membayar utang, akibat kalah
perang. Golongan budak menempati status sosial paling rendah, namun mereka juga diperlukan oleh golongan raja
maupun bangsawan untuk melayani keperluan mereka. Mereka dipekerjakan dalam membantu keperluannya
dengan menggunakan fisik yang kuat. Mereka harus taat pula dengan peraturan yang dibuat oleh majikannya.
Namun bagi mereka yang nasibnya baik dan bisa membuat majikan berkenan maka mereka bisa diangkat sebagai
tukang kayu, juru masak dan lain sebagainya (Kosoh dkk, 1979:100).
B Kondisi Budaya Kerajaan Cirebon
Agama Islam mengajarkan agar para pemeluknya agar melakukan kegiatan-kegiatan ritualistik. Yang
dimaksud kegiatan ritualistik adalah meliputi berbagai bentuk ibadah seagaimana yang tersimpun dari rukun Islam.
Bagi orang Jawa, hidup ini penuh dengan riyual/upacara. Secara luwes Islam memberikan warna baru dalam
upacara yang biasanya disebut kenduren atau selamatan (Darori, 1987:130-131). Membahas masalah budaya,
maka tak lepas pula dengan seni, Cirebon memiliki beberapa tradisi ataupun budaya dan kesenian yang hingga
sampai saat ini masih terus berjalan dan masih terus dlakukan oleh masyarakatnya. Salah satunya adalah upacara
tradisional Maulid Nabi Muhammad SAW yang tela ada sejak pemerintahan Pangeran Cakrabuana, dan juga
Upacara Pajang Jimat dan lain sebagainya.
1.Upacara Maulid Nabi
Upacara Maulid Nabi dilakukan setelah beliau wafat,± 700 tahun setelah beliau wafat (P.S. Sulendraningrat,
1978:85) upacara ini dilakukan sebagai rasa hormat dan sebagai peringatan hari kelahiran kepada junjungan besar
Nabi Muhammad SAW. Secara istilah, kata maulud berasal dari bahasa Arab “Maulid” yang memiliki sebuah arti
kelahiran. Upacara Maulid Nabi di Cirebon telah dilakkan sejak abad ke 15, sejak pemerintahan Sunan Gunung Jati
upacara ini dilakukan dengan besar-besaran. Berbeda dengan masa pemerintahan Pangeran Cakrabuana yang
hanya dilakukan dengan cara sederhana. Upacara Maulid Nabi di kraton Cirebon diadakan setiap tahun hingga
sekarang yang oleh masyarakat Cirebon bisebut sebagai upacara “IRING-IRINGAN PANJANG JIMAT” (P.S.
Sulendraningrat, 1978:86).
2 Upacara Pajang Jimat
Salah satu upacara yang dilakukan di Kerajaan Cirebon adalah Upacara Pajang Jimat. Pajang Jimat memiliki
beberapa pengertian, Pajang yang berarti terus menerus diadakan, yakni setiap tahun, dan Jimat yang berarti,
dipuja-puja (dipundi-pundi/dipusti-pusti) di dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (P.S.
Sulendraningrat, 1978:87). Pajang Jimat merupakn sebuah piring besar (berbentuk elips) yang terbuat dari kuningan.
Bagi Cirebon Pajang Jimat memiliki sejarah khusus, yakni benda pusaka Kraton Cirebon, yang merupakan
pemberian Hyang Bango kepada Pangeran Cakrabuana ketika mencari agama Nabi (Islam).
Upacara Pajang Jimat pada Kraton Cirebon dilakukan pada tanggal 12 Rabiul Awal, setelah Isya’, upacara
penurunan Pajang Jimat dilakukan oleh petugas dan ahli agama di lingkungan kraton. Turunnya Pajang Jimat
dimulai dari ruang Kaputren naik ke Prabayaksa dam selanjutnya diterima oleh petugas khusus yang telah diatur.
Adapun tatacara dan atribut dalam upacara Pajang Jimat, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.Beberapa lilin dipasang diatas standarnya.
2.Dua buah manggaran, dan buah nagan da dua buah jantungan.
3.Kembang goyak (kembang bentuuk sumping) 4 kaki.
4.Serbad dua guci dan duapuluh botl bir tengahan.
5.Boreh/parem.
6.Tumpeng.
7.Ancak sangar (panggung) 4 buah yang keluar dari pintu Pringgadani.
8.4 buah dongdang yang berisi makanan, menyusul belakangan, keluar dari pintu barat Bangsal Pringgandani,
keteras Jinem.
Upacara irig-iringan Pajang Jimat di Kraton Kasepuhan Cirebon ini sebagai gambaran peranan seorang dukun bayi
(bidan). Jam 24.00 Pajang Jimat kembali dari Langgar Keraton masukke Kraton dengan melalui pintu sebelah barat
menuju Kaputren, maka berakhirlah acara Upacara Maulid Nabi (P.S. sulendraningrat, 1978:87-94).
3 Seni Bangunan dan Seni Ukir
Seni bangunan dan seni ukir yang berkembang di kerajaan Cirebon tak lepas dari perkembngan seni pada
zaman sebelumnya. Ukiran-ukiran yang ada pada kraton banyak menunjukkan pola zaman sebelumnya. Ukiran
yang menunjukkan sifat khas pada Cirebon adalah ukiran pola awan yang digambarkan pada batu karang.
Penggunaan seni bangunan masjid tampak asli pada penggunaan lengkungan pada ambang-ambang pintu masjid.
Demikian pula dengan makam-makam yang strukturnya mengikuti zaman sebelumnya. Yakni berbentuk bertingkat
dan ditempatkan di atas bukit-bukit menyerupai meru (Kosoh dkk, 1979:100).
4 Seni Kasusasteran
Diantara seni bangunan dan seni tari, terdapat juga seni kasusasteran yang berkembang. Diantarnya adalah
seni tari, seni suara, dan drama yang mengandung unsur-unsur Islam. Seni kasusasteran yang berkembang ini juga
tak lepas dari zaman sebelumnya. Misalnya saja seni tari, yang diantaranya yang berkembang adalah seni ogel
namun mengandung unsur-unsur Islam (Kosoh dkk, 1979:100).
Masa Keruntuhan dan Peninggalan Kerajaan Cirebon
A.Runtuhnya Kerajaan Cirebon
Pada tahun 1649 Panembahan Ratu Pangeran Emas telah meninggal pada usia 102 tahun. Dengan
wafatnya Dipati Cerbon ke II, maka panembahan ratu menunjuk cucunya yaitu Pangeran Karim untuk membantunya
menjalankan roda pemerintahan Cerbon Menggantikan ayahnya yaitu Dipati Cerbon ke II. Pangeran Karim waktu
itu berusia 48 tahun menggantikannya sebagai Kepala Pemerintahan Cerbon yang ke III dengan gelar Panembahan
Ratu II.
Karena beliau wafat di Mataram sekitar tahun 1667 dan dimakamkan di pemakamn di bukit Girilaya, maka
disebutlah beliau oleh anak keturunannya dengan sebutan Panembahan Girilaya. Akhirnya nama Panembahan
Girilaya itulah yang disebut terus menerus dalamberbagai sumber sejarah, baik dalam Babad Cirebon, Sejarah
Cirebon, Kitab Negara Kertabumi, maupun Kitab Purwaka Caruban Nagari. Oleh Karena itu nama Panembahan
Girilaya lebih terkenal dari pada gelar resmi pada waktu penobatannya yaitu Panembahan Ratu ke II.
Pada saat Panembahan Ratu masih hidup beliau mengawinkan Panembahan Girilaya dengan Putri Sunan
Amangkurat ke 1 tapi, untuk masalah kapan diselenggarakannya pernikahan ini sendiri tidak jelas, karena saat itu
Sunan Amangkurat ke 1 baru naik tahta. Dan jika melihat pada literature lain itu adalah perkawinan kedua
Panembahan Girilaya. Padaperkawinannya yang pertama beliau dikaruniai 2 orang anak yang bernama
Panembahan Katimang dan Pangeran Gianti sedang pada perkawinan ke II mendapat 3 orang anak yaitu Pangeran
Martawijaya, Pangeran Kertawijaya, dan Pangeran Wangsakerta.
Pada masa pemerintahan Panembahan Ratu hubungan antara
Cirebon dan Mataram sangat Harmonis dan itu terjadi hamper selama
6 tahun. Tetapi setelah Cirebon dipimpin Panembahan Girilaya
hubungan yang tadinya harmonis berubah menjadi agak merenggang
karena perubahan sikap dari Amangkurat 1 yang beranggapan bahwa
Cirebon tak lebih baik atau tidak sederajat dengan Mataram. VOC yang
mengetahui kerenggangan hubungan antara Mataram- Cirebon
memanfaatkan benar peluang ini untuk mengadu domba mereka.
Dalam waktu yang singkat strategi politik “Adu Domba” VOC bisa membuat kesemrawutan dalam tubuh Kerajaan
Mataram.
Dalam kondisi yang serumit itu Sunan Amangkurat 1 diduga berusaha denga keras mengatasinya dengan
tindakan “pembersihan dan penertiban” yang pada nyatanya dilakukan dengan kejam dan kekerasan. Tindakan itu
memakan banyak korban sehingga Panglima Angkatan Perang Mataram yang diandalakan ayahnya sendiri yaitu
Dipati Anom yang sekaligus putra Mahkota mulai membenci dan meninggalkan Sunan Amangkurat 1.
Pada saat yang seperti itu Mataram mendapat kunjungan dari
Panembahan Girilaya beserta 2 orang anaknya Pangeran Martawijaya dan
Pangeran Kertawijaya serta pengawalnya yang diperkirakan pada
tahun 1666/1667. Namun alasan Panembahan Girilaya mengunjungi
Mataram dan sampai di sana (diperkirakan pada saat berumur 66
tahun) tidak ada penjelasan yang pasti. Setelah kejadian wafatnya
Panembahan Girilaya kedua anaknya yang ikut ke Mataram tadi
ditahan dan dibawa oleh Trunojoyo pada tahun 1678 dari Mataram ke
Kediri. Sejak wafatnya Panembahan Girilaya Cirebon telah terpecah
belah dan hancur sehingga tidak mempunyai wibawa lagi dan akhirnya menjadi mainan belanda, mataram dan
banten.
Tidak berhenti disini timbul masalah baru yakni para kerabat Kerajaan yang setia pada Panembahan Girilaya
yang tidak terima akan kemunduran Cirebon meminta bantuan dari
Sultan Ageng Tirtayasa Dari Banten. Dan untuk mengisi kekosongan
dengan cepat dan dengan pertimbangan yang matang Sultan Ageng
Tirtayasa menetapkan pejabat Kepala Negara Cirebon yaitu anak
ketiga Panembahan Girilaya yaitu adalah Pangeran Wangsakerta yang pada
waktu itu tidak ikut kedalam kunjungan ke Mataram dinobatkan sebagai
Sultan Cirebon oleh Sultan Banten.
Pada saat itu setelah Trunojoyo dapat memukul mundur
pasukan Cirebon dan dapat membuat ketakutan serta membuat lari
Sunan Amangkurat 1. Hilanglah kekuasaan Mataram yang Kejam dan Otoriter dan pada saat itu atas permintaan
Sultan Banten, Sultan Banten meminta Trunojoyo membawa dua putra mahkota pesakitan itu untuk dibawa ke Kediri
dan selanjutnya dibawa ke Banten. Selanjutnya karena kurangnya keterangan yang jelas proses kembalinya 2
pangeran itu ke Cirebon kurang jelas dan pula penobatannya Pangeran Martawijaya sebagai Sultan Sepuh dengan
gelar Raja Syamsudin dan Pangeran Kertawijaya sebagai Sultan Anom dengan gelar Sultan Mahmud Badridi.
Dengan adanya tiga sultan di Kerajaan Cirebon ini adalah titik darimasa akhir Kerajaan Cirebon. Pada masa
itu sudah ada usulan untuk membagi kerajaan menjadi 3 bagian tapi apa mau dikata ketidaksepahamlah yang
didapat , karena masing masing mempunyai minat yang sama untuk menjadi sultan Cirebon. Pada tahun 1681
tepatnya 23 Januari dilaksanakanperjanjian persahabatan antara Sultan-Sultan Cirebon dengan pihak VOC yang
diwakili oleh Van Dyck.
Dari penandatanganan itu mengandung arti besar, karena peristiwa itu menjadi akar dari konflik baru
dicirebon. Menurut keterangan P.S. Sulendranigrat dalam bukunya “Sejarah Cirebon” peristiwa penandatanganan
inimenimbulkan perpecahan dari para pembesar pemerintahan di Cirebon tentunya adalah pro dan kontra
diadakannya penandatangan perjanjian persahabatan tersebut. Dan setelah VOC bubar tahun 1800 maka Gubernur
Jenderal Daendles menetapkan langkah strategis dengan mengeluarkan Reglement op het beheer van de
Cheribonsche Landen pada 2 februari 1809 dan dengan keluarnya itu tadi maka Sultan-Sultan di Cerbon yaitu
Kasepuhan , Kanoman dan Kacirebonan tidak memiliki kekuasaan lagi karena dijadikan Pegawai Pemerintah
Kolonial Hindia Belanda. Pada saat akan keluar keputusan Pemerintah Kolonial Belanda , maka di Kesultanan
Kanoman terjadi peristiwa pemecahan diriKanoman menjadi Kanoman dan Kacerbonan. Dengan Fakta diatas dapat
kita ketahui faktor faktor penyebab runtuhnya kerajaan Cirebon.
B.Peninggalan-peninggalan Kerajaan Cirebon
Keraton Kasepuhan Cirebon
Sekarang terletak di Kecamatan Lemah Wungkuk Kotamadya Cirebon. Di keratin Kasepuhan ini akan kita
dapati bangunan-bangunan dengan arsitekturnya yang khas, benda kuno, kereta Singa Barong dan naskah kuno.
Kereta Singa Barong Kasepuhan
Kereta Singa Barong adalah hasil karya Panembahan Losari, cucu
Sunan Gunung Jati, yang dibuatnya pada 1549. Ukiran binatang pada
kereta Kereta Singa Barong ini berbelalai gajah yang melambangkan
persahabatan Kasultanan Cirebon dengan India, berkepala naga
sebagai lambang persahabatan dengan Cina, serta bersayap dan
berbadan Buroq yang melambangkan persahabatan dengan Mesir.
Keraton Kanoman
Keraton Kanoman didirikan oleh Sultan Kanoman I (Sultan
Badridin). Terletak sebelah utara (300 meter) dari keratin Kasepuhan Keraton ini berdiri sejak Panembahan Girilaya
Wafat.
Kereta Paksi Naga Lima
Kereta Paksi Naga Liman yang merupakan Kereta kebesaran Sunan Gunung Jati dan para Sultan Cirebon
ini dibuat pada tahun yang sama dengan Kereta Jempana, yaitu tahun Saka 1350 atau 1428, juga atas prakarsa
Pangeran Losari. Kereta Paksi Naga Liman menggabungkan bentuk paksi (burung), naga, dan liman (gajah) yang
belalainya memegang senjata trisula ganda. Keistimewaan Kereta Paksi Naga Liman yang disimpan di Keraton
Kanoman ini ada pada bagian sayapnya yang bisa mengepak saat kereta sedang berjalan.
Keraton Kacirebonan
Keraton Kacirebonan merupakan keraton yang paling kecil diantara keraton lain yang ad di daerah
cirebon.Sejarah Keraton Kacirebonan dimulai ketika Pangeran Raja Kanoman, pewaris takhta Kesultanan Keraton
Kanoman bergabung dengan rakyat Cirebon dalam menolak pajak yang diterapkan Belanda, yang memicu
pemberontakan di beberapa tempat. Pangeran Raja Kanoman kemudian tertangkap oleh Belanda dan dibuang ke
benteng Viktoria di Ambon, dilucuti gelarnya, serta dicabut haknya sebagai Sultan Keraton Kanoman. Namun karena
perlawanan rakyat Cirebon tidak juga reda, Belanda akhirnya membawa kembali Pangeran Raja Kanoman ke
Cirebon dalam upaya mengakhiri pemberontakan. Status kebangsawanan Pangeran Raja Kanoman pun
dikembalikan, namun haknya atas Kesultanan Keraton Kanoman tetap dicabut
Masjid Sang Cipta Rasa
Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun pada tahun 1498 M oleh
Wali Sanga atas prakarsa Sunan Gunung Jati. Pembangunannya dipimpin
oleh Sunan Kalijaga dengan arsitek Raden Sepat (dari Majapahit) bersama
dengan 200 orang pembantunya (tukang) yang berasal dari Demak. Mesjid ini
dinamai Sang Cipta Rasa karena merupakan pengejawantahan dari rasa dan
kepercayaan. Penduduk Cirebon pada masa itu menamai mesjid ini Mesjid
Pakungwati karena dulu terletak dalam komplek Keraton Pakungwati.
Sekarang mesjid ini terletak di depan komplek Keraton Kesepuhan. Menurut
cerita rakyat, pembangunan mesjid ini hanya dalam tempo satu malam; pada waktu subuh keesokan harinya telah
dipergunakan untuk shalat Subuh. Nama Masjid Sang Cipta Rasa sendiri mempunyai Makna Filosofi Sang berarti
Agung, Cipta berarti Bangunan sedang rasa berarti manfaat, sehingga arti kata Sang Cpta Rasa maksudnya berarti
Bangunan yang memilki Manfaat yang Agung/besar yang dikaitkan dengan kegiatan syiar agama islam dan agama
di tanah cirebon.Keunikan Masjid ini yaitu dengan diadakannya adzan Pitu (tujuh Muadzin) pada setiap sholat jum’at.
Masjid Agung Sang Ciptarasa (sebutan sehari-harinya masjid agung) ini merupakan salah satu bagian dari kraton
Kasepuhan. Masjid ini terletak di sebelah barat Alun-Alun Sangkalabuwana (Alun-Alun depan Keraton Kasepuhan).
Luas arealnya sekitar 4.750 meter persegi. Di dalamnya terdapat beberapa sakaguru yang berfungsi sebagai
penopang struktur bagian atas. Yang lebih menarik lagi adalah saka tatal-nya, yaitu sebuah tihang penopang yang
cukup kuat, walaupun hanya terbuat dari serpihan-serpihan kayu.
Makam Sunan Gunung Jati
Makam Sunan Gunung Jati Dihiasi dengan keramik buatan Cina dari
jaman Dinasti Ming. Di komplek makam ini di samping tempat
dimakamkannya Sunan Gunung Jati juga tempat dimakamkannya Fatahilah
panglima perang pembebasan Batavia. Lokasi ini merupakan komplek
pemakaman bagi keluarga Keraton Cirebon, terletak + 6 Km ke arah Utara
dari Kota Cirebon Jawa Barat dan makam ini selalu ramai di kunjungi orang
untuk berziarah,apalagi waktu malam jum’at.
Makam Sunan Gunung Jati yang berada di bukit Gunung Sembung
hanya boleh dimasuki oleh keluarga Kraton sebagai keturunannya selain petugas harian yang merawat sebagai Juru
Kunci-nya.
Selain dari orang-orang yang disebutkan itu tidak ada yang diperkenankan untuk memasuki makam Sunan
Gunung Jati. Alasannya antara lain adalah begitu banyaknya benda-benda berharga yang perlu dijaga seperti
keramik-keramik atau benda-benda porselen lainnya yang menempel ditembok-tembok dan guci-guci yang dipajang
sepanjang jalan makam.Keramik-keramik yang menempel ditembok bangunan makam konon dibawa oleh istri
Sunan Gunung Djati yang berasal dari Cina, yaitu Putri Ong Tien. Banyak keramik yang masih sangat baik
kondisinya, warna dan design-nya sangat menarik. Sehingga dikhawatirkan apabila pengunjung bebas keluar-
masuk seperti pada makam-makam wali lainnya maka barang-barang itu ada kemungkinan hilang atau rusak.
Patung Macan Putih
Dua buah Patung Macan Putih merupakan peninggalan
Kesultanan Cirebon dan Kasepuhan , dan patung ini berlokasi didepan
keraton-keraton yang terdapat di Cirebon terutama Keraton Kasepuhan.
Arti dari Patung Macan Putih tersebut yaitu melambangkan keluarga besar
Pajajaran yang merupakan keturunan Maharaja Prabu Siliwangi.
Masyarakat sekarang lebih menganggap 2 patung tersebut
sebagai penjaga suatu tempat yang berbau sacral atau mistis , akan tetapi
sebenarnya fungsi dari patung tersebut pada jaman dahulu hanya
digunakan sebagai lambang keluarga atau keturunan Prabu Siliwangi saja.
Alun-Alun Sangkala Buana atau Saptonan
Alun-Alun Sangkala Buana merupakan salah satu peninggalan Kesultanan Cirebon dimana tempat itu sering
dipakai untuk acara resmi Keraton , dan Sultan Cirebon biasanya menyaksikan dari tempat duduknya di Mande
Malang Semirang yang berada di kompleks Siti Inggil. Di sebelah barat Alun-alun adalah Masjid Agung Sang Cipta
rasa, sedangkan di sebelah Utara Alun-alun utara Keraton Kasepuhan terdapat sebuah penjara, dan ada pula
sebuah pasar di sebelah Timur , namun sekarang kedua tempat itu sudah tidak ada dikarenakan digunakan untuk
pembangunan tempat lainnya.
Saptonan sebutan dari tempat itu dikarenakan konon tempat itu digunakan sebagai tempat latihan
keprajuritan tiap hari Sabtu , serta sebagai tempat pelaksanaan
hukuman terhadap rakyat-rakyat yang telah melakukan kesalahan
atau menjalani hukuman , tempat itulah yang digunakan seperti
hokum cambuk.
Bangunan Mande Pengiring
Bangunan Mande Pengiri yaitu bangunan yang terdapat di
dalam keraton Kasepuhan yang dulunya juga dibangun oleh Sunan
Gunung Jati dan bangunan tersebut digunakan untuk tempat
bersantai atau duduk bagi pengiring sultan , maka dari itu kenapa
bangunan tersebut dipanggil dengan nama Mande Pengiring sesuai
dengan fungsi bangunan tersebut.
Bangunan ini merupakan salah satu bangunan dari 5 bangunan mande lainnya seperti Mande Malang
Semirang , Mande Pandawa Lima , Mande Semar Tinandu , Mande
Karesmen , Mande Pengiring itu sendiri. Mande – mande tersebut
digunakan kesultanan sesuai dengan kegunaannya masing –
masing untuk melambangkan bagaimana kasultanan itu berkuasa .
Bangunan Mande Karesmen
Peninggalan Kerajaan Cirebon selanjutnya adalah
Bangunan Mande Karesmen yang merupakan bangunan yang
terletak disebelah Mande Pengiring, tempat ini merupakan tempat
pengiring tetabuhan atau gamelan. Di bangunan inilah sampai
sekarang masih digunakan untuk membunyikan gamelan Sekaten
(Gong Sekati), gamelan ini biasanya hanya dibunyikan sebanyak 2
kali dalam setahun yaitu pada hari – hari tertentu seperti saat Idul
Fitri dan Idul Adha.
Disamping merupakan para pemain gamelan yang berada
di kompleks keraton Kasepuhan terlihat para Wiyaga (penabuh
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Jawa

More Related Content

What's hot

Powerpoint Sejarah Indonesia Kelas X "Ajaran Islam di Daerah Lombok"
Powerpoint Sejarah Indonesia Kelas X "Ajaran Islam di Daerah Lombok"Powerpoint Sejarah Indonesia Kelas X "Ajaran Islam di Daerah Lombok"
Powerpoint Sejarah Indonesia Kelas X "Ajaran Islam di Daerah Lombok"wisnuwms
 
Islamisasi dan silang budaya di nusantara sesi 1
Islamisasi dan silang budaya di nusantara sesi 1Islamisasi dan silang budaya di nusantara sesi 1
Islamisasi dan silang budaya di nusantara sesi 1yadilia
 
Masuknya islam di Indonesia dan jaringan perdagangan di Indonesia
Masuknya islam di Indonesia dan jaringan perdagangan di IndonesiaMasuknya islam di Indonesia dan jaringan perdagangan di Indonesia
Masuknya islam di Indonesia dan jaringan perdagangan di IndonesiaAfifah Zulianuriauwani
 
Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di IndonesiaPerkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesiakholifahifa
 
Islamisasi dan silang budaya di nusantara sesi 2
Islamisasi dan silang budaya di nusantara sesi 2Islamisasi dan silang budaya di nusantara sesi 2
Islamisasi dan silang budaya di nusantara sesi 2yadilia
 
Penyebaran Islam di Indonesia
Penyebaran Islam di IndonesiaPenyebaran Islam di Indonesia
Penyebaran Islam di IndonesiaHIA Class.
 
Ppt kerajaan demak
Ppt kerajaan demakPpt kerajaan demak
Ppt kerajaan demakDewi_Sejarah
 
Kerajaan kerajaan islam_di_indonesia
Kerajaan kerajaan islam_di_indonesiaKerajaan kerajaan islam_di_indonesia
Kerajaan kerajaan islam_di_indonesiaMahfuzah Hidayati
 
Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di IndonesiaPerkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di IndonesiaFernalia Halim
 
Ppt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranPpt media pembelajaran
Ppt media pembelajaransifaharifah
 
Proses Masuk dan Perkembangan Kebudayaan Islam di Indonesia
Proses Masuk dan Perkembangan Kebudayaan Islam di IndonesiaProses Masuk dan Perkembangan Kebudayaan Islam di Indonesia
Proses Masuk dan Perkembangan Kebudayaan Islam di Indonesiaulvamaria85
 
Perkembangan islam di indonesia kampus bit
Perkembangan islam di indonesia kampus bitPerkembangan islam di indonesia kampus bit
Perkembangan islam di indonesia kampus bitMuhammad sobri maulana
 
Bab 6-perkemb-masyarakat-keb-dan-pemerintahanislam-di-ind
Bab 6-perkemb-masyarakat-keb-dan-pemerintahanislam-di-indBab 6-perkemb-masyarakat-keb-dan-pemerintahanislam-di-ind
Bab 6-perkemb-masyarakat-keb-dan-pemerintahanislam-di-indnarisaputri74
 
Makalah spi kerajaan islam sebelum penjajahan belanda
Makalah spi kerajaan islam sebelum penjajahan belandaMakalah spi kerajaan islam sebelum penjajahan belanda
Makalah spi kerajaan islam sebelum penjajahan belandajuniska efendi
 

What's hot (20)

Powerpoint Sejarah Indonesia Kelas X "Ajaran Islam di Daerah Lombok"
Powerpoint Sejarah Indonesia Kelas X "Ajaran Islam di Daerah Lombok"Powerpoint Sejarah Indonesia Kelas X "Ajaran Islam di Daerah Lombok"
Powerpoint Sejarah Indonesia Kelas X "Ajaran Islam di Daerah Lombok"
 
Islamisasi dan silang budaya di nusantara sesi 1
Islamisasi dan silang budaya di nusantara sesi 1Islamisasi dan silang budaya di nusantara sesi 1
Islamisasi dan silang budaya di nusantara sesi 1
 
Masuknya islam di Indonesia dan jaringan perdagangan di Indonesia
Masuknya islam di Indonesia dan jaringan perdagangan di IndonesiaMasuknya islam di Indonesia dan jaringan perdagangan di Indonesia
Masuknya islam di Indonesia dan jaringan perdagangan di Indonesia
 
Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di IndonesiaPerkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia
 
Islamisasi dan silang budaya di nusantara sesi 2
Islamisasi dan silang budaya di nusantara sesi 2Islamisasi dan silang budaya di nusantara sesi 2
Islamisasi dan silang budaya di nusantara sesi 2
 
Penyebaran Islam di Indonesia
Penyebaran Islam di IndonesiaPenyebaran Islam di Indonesia
Penyebaran Islam di Indonesia
 
Sejarah - Materi Semester 1
Sejarah - Materi Semester 1Sejarah - Materi Semester 1
Sejarah - Materi Semester 1
 
Makalah bukti peninggalan kerajaan muna
Makalah bukti peninggalan kerajaan munaMakalah bukti peninggalan kerajaan muna
Makalah bukti peninggalan kerajaan muna
 
Ppt kerajaan demak
Ppt kerajaan demakPpt kerajaan demak
Ppt kerajaan demak
 
Kerajaan kerajaan islam_di_indonesia
Kerajaan kerajaan islam_di_indonesiaKerajaan kerajaan islam_di_indonesia
Kerajaan kerajaan islam_di_indonesia
 
Perkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di IndonesiaPerkembangan Islam di Indonesia
Perkembangan Islam di Indonesia
 
Ppt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranPpt media pembelajaran
Ppt media pembelajaran
 
Kerajaan Islam di Nusa Tenggara
Kerajaan Islam di Nusa TenggaraKerajaan Islam di Nusa Tenggara
Kerajaan Islam di Nusa Tenggara
 
Makalah Perkembangan Islam di Indonesia
Makalah Perkembangan Islam di IndonesiaMakalah Perkembangan Islam di Indonesia
Makalah Perkembangan Islam di Indonesia
 
Proses Masuk dan Perkembangan Kebudayaan Islam di Indonesia
Proses Masuk dan Perkembangan Kebudayaan Islam di IndonesiaProses Masuk dan Perkembangan Kebudayaan Islam di Indonesia
Proses Masuk dan Perkembangan Kebudayaan Islam di Indonesia
 
Perkembangan islam di indonesia kampus bit
Perkembangan islam di indonesia kampus bitPerkembangan islam di indonesia kampus bit
Perkembangan islam di indonesia kampus bit
 
Bab 6-perkemb-masyarakat-keb-dan-pemerintahanislam-di-ind
Bab 6-perkemb-masyarakat-keb-dan-pemerintahanislam-di-indBab 6-perkemb-masyarakat-keb-dan-pemerintahanislam-di-ind
Bab 6-perkemb-masyarakat-keb-dan-pemerintahanislam-di-ind
 
Pp
PpPp
Pp
 
Makalah perkembangan islam di muna
Makalah perkembangan islam di munaMakalah perkembangan islam di muna
Makalah perkembangan islam di muna
 
Makalah spi kerajaan islam sebelum penjajahan belanda
Makalah spi kerajaan islam sebelum penjajahan belandaMakalah spi kerajaan islam sebelum penjajahan belanda
Makalah spi kerajaan islam sebelum penjajahan belanda
 

Similar to Kerajaan Islam Jawa

SEJARAH KELAS 11 - KERAJAAN ISLAM DEMAK
SEJARAH KELAS 11 - KERAJAAN ISLAM DEMAKSEJARAH KELAS 11 - KERAJAAN ISLAM DEMAK
SEJARAH KELAS 11 - KERAJAAN ISLAM DEMAKmaghfiraputeri
 
sejarah indonesia, demak.pptx
sejarah indonesia, demak.pptxsejarah indonesia, demak.pptx
sejarah indonesia, demak.pptxMuriadi Suriyanto
 
power-point-sejarah-kerajaan-islam-di-demak-dan-mataram-islam.pdf
power-point-sejarah-kerajaan-islam-di-demak-dan-mataram-islam.pdfpower-point-sejarah-kerajaan-islam-di-demak-dan-mataram-islam.pdf
power-point-sejarah-kerajaan-islam-di-demak-dan-mataram-islam.pdflukmanchannel
 
Power point sejarah kerajaan islam di demak dan mataram islam
Power point sejarah kerajaan islam di demak dan mataram islamPower point sejarah kerajaan islam di demak dan mataram islam
Power point sejarah kerajaan islam di demak dan mataram islamSchool
 
Peran Kerajaan dalam Perkembangan Agama Islam di Indonesia
Peran Kerajaan dalam Perkembangan Agama Islam di IndonesiaPeran Kerajaan dalam Perkembangan Agama Islam di Indonesia
Peran Kerajaan dalam Perkembangan Agama Islam di IndonesiaEva Rahma Indriyani
 
Kerajaan Banten dan Kerajaan Demak
Kerajaan Banten dan Kerajaan DemakKerajaan Banten dan Kerajaan Demak
Kerajaan Banten dan Kerajaan DemakValencia Rizal
 
Demak-XRPLA-3
Demak-XRPLA-3Demak-XRPLA-3
Demak-XRPLA-3Herdiana
 
Kerajaan demak, sumber sejarah, letak geografis, politik,silsilah raja, ekonomi
Kerajaan demak, sumber sejarah, letak geografis, politik,silsilah raja, ekonomiKerajaan demak, sumber sejarah, letak geografis, politik,silsilah raja, ekonomi
Kerajaan demak, sumber sejarah, letak geografis, politik,silsilah raja, ekonomiFitriHastuti2
 
kerajaan demak
kerajaan demakkerajaan demak
kerajaan demakHerman MHS
 
Kerajaan islam di indonesia
Kerajaan islam di indonesiaKerajaan islam di indonesia
Kerajaan islam di indonesiaIswi Haniffah
 

Similar to Kerajaan Islam Jawa (20)

SEJARAH KELAS 11 - KERAJAAN ISLAM DEMAK
SEJARAH KELAS 11 - KERAJAAN ISLAM DEMAKSEJARAH KELAS 11 - KERAJAAN ISLAM DEMAK
SEJARAH KELAS 11 - KERAJAAN ISLAM DEMAK
 
sejarah indonesia, demak.pptx
sejarah indonesia, demak.pptxsejarah indonesia, demak.pptx
sejarah indonesia, demak.pptx
 
power-point-sejarah-kerajaan-islam-di-demak-dan-mataram-islam.pdf
power-point-sejarah-kerajaan-islam-di-demak-dan-mataram-islam.pdfpower-point-sejarah-kerajaan-islam-di-demak-dan-mataram-islam.pdf
power-point-sejarah-kerajaan-islam-di-demak-dan-mataram-islam.pdf
 
Power point sejarah kerajaan islam di demak dan mataram islam
Power point sejarah kerajaan islam di demak dan mataram islamPower point sejarah kerajaan islam di demak dan mataram islam
Power point sejarah kerajaan islam di demak dan mataram islam
 
Kerajaan Demak
Kerajaan DemakKerajaan Demak
Kerajaan Demak
 
Peran Kerajaan dalam Perkembangan Agama Islam di Indonesia
Peran Kerajaan dalam Perkembangan Agama Islam di IndonesiaPeran Kerajaan dalam Perkembangan Agama Islam di Indonesia
Peran Kerajaan dalam Perkembangan Agama Islam di Indonesia
 
Kerajaan Banten dan Kerajaan Demak
Kerajaan Banten dan Kerajaan DemakKerajaan Banten dan Kerajaan Demak
Kerajaan Banten dan Kerajaan Demak
 
Demak-XRPLA-3
Demak-XRPLA-3Demak-XRPLA-3
Demak-XRPLA-3
 
Kerajaan demak
Kerajaan demakKerajaan demak
Kerajaan demak
 
Presentasi demak
Presentasi demakPresentasi demak
Presentasi demak
 
Kerajaan demak kelompok 4
Kerajaan demak kelompok 4Kerajaan demak kelompok 4
Kerajaan demak kelompok 4
 
Sejarah kerajaan demak
Sejarah  kerajaan demak Sejarah  kerajaan demak
Sejarah kerajaan demak
 
Kerajaan demak
Kerajaan demakKerajaan demak
Kerajaan demak
 
Kerajaan demak, sumber sejarah, letak geografis, politik,silsilah raja, ekonomi
Kerajaan demak, sumber sejarah, letak geografis, politik,silsilah raja, ekonomiKerajaan demak, sumber sejarah, letak geografis, politik,silsilah raja, ekonomi
Kerajaan demak, sumber sejarah, letak geografis, politik,silsilah raja, ekonomi
 
Kerajaan Demak
Kerajaan DemakKerajaan Demak
Kerajaan Demak
 
Kerajaan Demak
Kerajaan DemakKerajaan Demak
Kerajaan Demak
 
Kerajaan demak
Kerajaan demakKerajaan demak
Kerajaan demak
 
Kerajaan islam di nusantara
Kerajaan islam di nusantaraKerajaan islam di nusantara
Kerajaan islam di nusantara
 
kerajaan demak
kerajaan demakkerajaan demak
kerajaan demak
 
Kerajaan islam di indonesia
Kerajaan islam di indonesiaKerajaan islam di indonesia
Kerajaan islam di indonesia
 

Recently uploaded

Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

Kerajaan Islam Jawa

  • 1. HUSNA LATIFATUL KARIMAH/X MIPA C/13 KERAJAAN ISLAM DI PULAU JAWA 1.KERAJAAN DEMAK 2.KERAJAAN MATARAM ISLAM 3.KERAJAAN BANTEN 4.KERAJAAN CIREBON 5.KERAJAAN PAJANG 6.KERAJAAN SURAKARTA HADININGRAT 7.KERAJAAN TUBAN 8.KERAJAAN PATI 9.KERAJAAN PAKUALAM 10KERAJAAN KALINYAMAT 11.KERAJAAN GEBANG 12.KERAJAAN MADURA 13KERAJAAN NGAYOGYAKARTA HADININGRAT 14.KERAJAAN JIPANG 15.KERAJAAN GRESIK-GIRI 16KERAJAAN SURABAYA 17.KERAJAAN KARTASURA 1.KERAJAAN DEMAK Sejarah Kerajaan Demak Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Patah ini pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15. Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besardan pusat perdagangan. Dengan bantuan para ulama Wali Sanga, Demak berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara. Demak didirikan oleh Raden Patah (1500-1518) yang setelah naik takhta bergelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Menurut Babad Tanah Jawa, Raden Patah adalah putra Brawijaya V (Raja Majapahit terakhir) dengan putri dari Campa Pada masa pemerintahannya, Demak berkembang pesat. Raden Patah memperkuat armada lautnya sehingga Demak berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Demak mencoba menyerang Portugis yang pada saat itu menguasai Malaka. Demak membantu Malaka karena kepentingannya turut terganggu dengan hadirnya Portugis di Malaka. Namun, serangan itu gagal. Di bidang keagamaan, Raden Patah dibantu Wali Sanga, menampilkan Demak sebagai pusat penyebaran Islam. Raden Patah kemudian membangun sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Agung Demak. Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521) Adipati Unus meninggal tanpa meningalkan putra sehingga seharusnya digantikan oleh adiknya, Pangeran Sekar Seda Lepen. Namun, Pangeran ini dibunuh oleh utusan kemenakannya yang lain, yaitu Raden Mukmin (nama kecil Sunan Prawoto) anak Pangeran Trenggana, Akibatnya yang menggantikan takhta Demak adalah adik Adipati Unus, yakni Pangeran Trenggana. la setelah naik takhta bergelar Sultan Trenggana. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaannya sangat luas, meliputi Jawa Barat (Banten, Jayakarta, dan Cirebon), Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur. Sepeninggal Sultan Trenggana, Demak mengalami kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan Arya Penangsang anak Pangeran Sekar Sedo Lepen dengan Sunan Prawoto, putra sulung Sultan Trenggana. Sunan Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya Penangsang. Namun, Arya Penangsang kemudian berhasil juga dibunuh oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggana yang menjadi Adipati Pajang. Joko Tingki yang kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang. Raja-Raja Kerajaan Demak 1. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Raden Patah ( 1500 – 1518 ) Raden Patah pada masa sebelum mendirikan Kerajaan Demak terkenal dengan nama Pangeran Jimbun, dan setelah menjadi pendiri kerajaan Demak raja bergelar Sultan Alam Akbar al Fatah. kerajaan Demak menjadi kerajaan besar dan menjadi pusat penyebaran agama Islam yang penting Pada masa pemerintahan Raden Patah, dan Raden Patah juga membangun Masjid Agung Demak yang letaknya ditengah kota Alun-alun Demak. Kedudukan Demak semakin penting peranannya sebagai pusat penyebaran agama Islam setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Namun, walaupun begitu hal itu suatu saat juga menjadi ancaman bagi kekuasaan Demak. Karena itu pada tahun 1513, Raden Patah mengutus putranya sendiri yaitu Pati Unus dan para armadanya diutus untuk menyerang Portugis di Malaka. Walau Serangan ke Malaka sudah dibantu oleh Aceh dan Palembang tetapi gagal dikarenakan kualitas persenjataan yang kurang memadai dibanding Portugis di Malaka. 2. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Pati Unus ( 1518 – 1521 ) Pada tahun 1518 ketika Raden Patah sudah wafat kemudian pemerintahan Kerajaan Demak digantikan putranya sendiri yaitu Pati Unus. Pati Unus sangat terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan pernah memimpin perlawanan terhadap Portugis yang telah menguasai Malaka. dan karena keberaniannya itu Pati Unus mendapatkan julukan Pangeran Sabrang lor. Ia juga mengirim Katir untuk mengadakan blokade terhadap Portugis di Malaka, hal itu mengakibatkan Portugis kekurangan bahan makanan. 3. Kerajaan Islam Demak masa pemerintahan Sultan Trenggono ( 1521 – 1546 ) Ketika Pati Unus wafat, pati unus tidak memiliki putra.jadi tahta kerajaan digantikan oleh adiknya yang bernama Raden Trenggono. dan di bawah pemerintahan Sultan Trenggono inilah pemerintahan Demak mencapai masa kejayaannya. Raden Trenggono dikenal sebagai raja yang sangat bijaksana dan gagah berani. dan berhasil memperlebar wilayah kekuasaannya yang meliputi dari Jawa Timur dan Jawa Barat. Pada turun-temurun berdirinya demak sampai masa pemerintahan Raden Trenggono Musuh utama Demak adalah Portugis yang mulai memperluas pengaruhnya ke jawa Barat dan alhasil pihak portugis bisa mendirikan benteng Sunda Kelapa di jawa barat. Pada tahun 1522 Sultan Trenggono mengirim tentaranya ke Sunda kelapa dibawah pimpinan Fatahillah yang bertujuan untuk mengusir bangsa Portugis dari sunda kelapa. Tahun 1527 Fatahillah dan para pengikutnya berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Dan Sejak saat itulah Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan yang sempurna danampai saat ini dikenal dengan nama Jakarta. Sultan Trenggono yang berencana menyatukan pulau Jawa di bawah kekuasaan Demak dan untuk mewujudkan cita-cita itu Sultan Trenggono mengambil langkah cerdas sebagai berikut :
  • 2. menyerang daerah Pasuruan di Jawa Timur ( kerajaan Hindu Supit Urang ) dipimpin Sultan Trenggono sendiri, serangan ke Pasuruan tidak membawa hasilkarena Sultan Trenggono meninggal menyerang Jawa Barat ( Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon ) dipimpin Fatahillah mengadakan perkawinan politik. Misalnya : -Pangeran Hadiri dijodohkan dengan puterinya ( adipati Jepara ) -Fatahillah dijodohkan dengan adiknya -Pangeran Pasarehan dijodohkan dengan puterinya ( menjadi Raja Cirebon ) -Joko Tingkir dijodohkan dengan puterinya ( adipati Pajang ) Peninggalan Kerajaan Demak Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1475. Bukti sejarah yang mengabarkan tentang keberadaan kerajaan ini di masa lalu sudah cukup banyak didapatkan. Adapun beberapa bukti lain yang berupa peninggalan bersejarah seperti bangunan atau benda-benda tertentu juga masih terpelihara hingga sekarang. Beberapa bangunan atau benda peninggalan kerajaan Demak yaitu sebagai berikut : 1. Masjid Agung Demak Peninggalan Kerajaan Demak yang paling dikenal tentu adalah Masjid Agung Demak. Bangunan yang didirikan oleh Walisongo pada tahun 1479 ini masih berdiri kokoh hingga saat ini meski sudah mengalami beberapa renovasi. Bangunan ini juga menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan Demak pada masa silam telah menjadi pusat pengajaran dan penyebaran Islam di Jawa. Jika Anda tertarik untuk melihat keunikan arsitektur dan nilai-nilai filosofisnya , datanglah ke masjid ini. Letaknya berada di Desa Kauman, Demak – Jawa Tengah. 2. Pintu Bledek Dalam bahasa Indonesia, Bledek berarti petir, oleh karena itu, pintu bledek bisa diartikan sebagai pintu petir. Pintu ini dibuat oleh Ki Ageng Selo pada tahun 1466 dan menjadi pintu utama dari Masjid Agung Demak. Berdasarkan cerita yang beredar, pintu ini dinamai pintu bledek tak lain karena Ki Ageng Selo memang membuatnya dari petir yang menyambar. Saat ini, pintu bledek sudah tak lagi digunakan sebagai pintu masjid. Pintu bledek dimuseumkan karena sudah mulai lapuk dan tua. Ia menjadi koleksi peninggalan Kerajaan Demak dan kini disimpan di dalam Masjid Agung Demak. 3.Soko Tatal dan Soko Guru Soko Guru adalah tiang berdiameter mencapai 1 meter yang berfungsi sebagai penyangga tegak kokohnya bangunan Masjid Demak. Ada 4 buah soko guru yang digunakan masjid ini, dan berdasarkan cerita semua soko guru tersebut dibuat oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Sang Sunan mendapat tugas untuk membuat semua tiang tersebut sendiri, hanya saja saat ia baru membuat 3 buah tiang setelah masjid siap berdiri. Sunan Kalijaga dengan sangat terpaksa kemudian menyambungkan semua tatal atau potongan-potongan kayu sisa pembuatan 3 soko guru dengan kekuatan spiritualnya dan mengubahnya menjadi soko tatal alias soko guru yang terbuat dari tatal. 4. Bedug dan Kentongan Bedug dan kentongan yang terdapat di Masjid Agung Demak juga merupakan peninggalan Kerajaan Demak yang bersejarah dan tak boleh dilupakan. Kedua alat ini digunakan pada masa silam sebagai alat untuk memanggil masyarakat sekitar mesjid agar segera datang melaksanakan sholat 5 waktu setelah adzan dikumandangkan. Kentongan berbentuk menyerupai tapal kuda memiliki filosofi bahwa jika kentongan tersebut dipukul, maka warga sekitar harus segera datang untuk melaksanakan sholat 5 waktu secepat orang naik kuda. 5. Situs Kolam Wudlu Situs kolam wudlu dibuat seiring berdirinya bangunan Masjid Demak. Situs ini dahulunya digunakan sebagai tempat berwudlu para santri atau musyafir yang berkunjung ke Masjid untuk melaksanakan sholat. Namun, saat ini situs tersebut sudah tidak digunakan lagi untuk berwudlu dan hanya boleh dilihat sebagai benda peninggalan sejarah. 6. Maksurah Maksurah adalah dinding berukir kaligrafi tulisan Arab yang menghiasi bangunan Masjid Demak. Maksurah tersebut dibuat sekitar tahun 1866 Masehi, tepatnya pada saat Aryo Purbaningrat menjabat sebagai Adipati Demak. Adapun tulisan dalam kaligrafi tersebut bermakna tentang ke-Esa-an Alloh. 7. Dampar Kencana Dampar kencana adalah singgasana para Sultan yang kemudian dialih fungsikan sebagai mimbar khutbah di Masjid Agung Demak. Peninggalan Kerajaan Demak yang satu ini hingga kini masih terawat rapi di dalam tempat penyimpanannya di Masjid Demak. 8. Piring Campa Piring Camapa adalah piring pemberian seorang putri dari Campa yang tak lain adalah ibu dari Raden Patah. Piring ini jumlahnya ada 65 buah. Sebagian dipasang sebagai hiasan di dinding masjid, sedangkan sebagian lain dipasang di tempat imam. Kehidupan Politik Kerajaan Demak Raja pertama dari Kerajaan Demak ialah Raden Patah yang bergelar Senapati Jumbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Pada tahun 1507, Raden Patah turun tahta dan digantikan oleh seorang putranya yang bernama Pati Unus. Sebelum diangkat menjadi Raja, Pati Unus sebelumnya sudah pernah memimpin armada laut kerajaan Demak untuk menyerang Portugis yang berada di Selat Malaka. Sayangnya, usaha Pati Unus tersebut masih mengalami kegagalan. Namun karena keberaniannya dalam menyerang Portugis yang ada di Malaka tersebut, akhirnya Pati unus mendapat julukan sebagai Pangeran Sabrang Lor. Lalu pada tahun 1521, Pati Unus wafat dan tahtanya digantikan oleh adiknya yang bernama Trenggana. Pada masa inilah kerajaan Demak mencapai pusak kejayaannya. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak
  • 3. Kerajaan Demak telah menjadi salah satu pelabuhan terbesar yang ada di Nusantara, Demak memegang peran yang sangat penting dalam aktivitas perekonomian antarpulau. Demak memiliki peran yang penting karena memiliki daerah pertanian yang lumayan luas dan menjadi penghasil bahan makanan seperti beras. Selain itu, perdagangannya juga semakin meningkat. Barang yang banyak diekspor yaitu Lilin, Madu dan Beras. Barang-barang tersebut lalu diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Aktivitas perdagangan Maritim tersebut telah menyebabkan kerajaan demak mendapat keuntungan sangat besar. Banyak kapal yang melewati kawasan laut jawa dalam memasarkan barang dagangan tersebut. Kehidupan Sosial Dan Budaya Dalam kehidupan sosial dan budaya, rakyat kerajaan Demak sudah hidup dengan teratur. Roda kehidupan budaya dan sosial masyarakat Kerajaan Demak sudah diatur dengan hukum Islam sebab pada dasarnya Demak ialah tempat berkumpulnya para Wali Sanga yang menyebarkan islam di pulau Jawa. Adapun sisa peradaban dari kerajaan Demak yang berhubungan dengan Islam dan sampai saat ini masih dapat kita lihat ialah Masjid Agung Demak. Masjid tersebut merupakan lambang kebesaran kerajaan Demak yang menjadi kerajaan Islam Indonesia di masa lalu. Selain memiliki banyak ukiran islam (kaligrafi), Masjid Agung Demak juga memiliki keistimewan, yaitu salah satu tiangnya terbuat dari sisa sisa kayu bekas pembangunan masjid yang disatukan. Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga adalah yang mempelopori dasar-dasar perayaan Sekaten yang ada dimasa Kerajaan Demak. Perayaan tersebut diadakan oleh Sunan Kalijaga dalam untuk menarik minat masyarakat agar tertarik untuk memeluk Islam. Perayaan Sekaten tersebut lalu menjadi sebuah tradisi atau kebudayaan terus menerus dipelihara sampai saat ini, terutama yang berada didaerah Cirebon, Yogyakarta dan Surakarta. Kejayaan Kerajaan Demak Pada awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di Pulau Jawa, tidak satu pun kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi usaha kerajaan ini dalam memperluas kekuasaannya dengan menundukan beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di nusantara. Di bawah Pimpinan Pati Unus( Pangeran sabrang Lor ) Demak di bawah Pati Unus adalah Demak yang berwawasan nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar. Pada masa kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Kemudian beberapa kali ia mengirimkan armada lautnya untuk menyerang Portugis di Malaka. Di bawah Pimpinan Sultan Trenggana Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawahnya, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto. Salah seorang panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang juga menjadi menantu raja Trenggana. Sementara Maulana Hasanuddin putera Sunan Gunung Jati diperintah oleh Trenggana untuk menundukkan Banten Girang. Kemudian hari keturunan Maulana Hasanudin menjadikan Banten sebagai kerajaan mandiri. Sedangkan Sunan Kudus merupakan imam di Masjid Demak juga pemimpin utama dalam penaklukan Majapahit sebelum pindah ke Kudus. Runtuhnya Kerajaan Demak Setelah sultan trenggono wafat, terjadi konflik perebutan kekuasaan di antara anggota kerajaan. Penggnti sultan trenggono adalah Pangeran sedo lepen yang adalah saudara dari sultan trenggono, Ia di bunuh oleh anak dari sultan trenggono yaitu Pangeran Prawoto. Perebutan tahta terus berlanjut dan berkembang menjadi perang suadara. Putra dari pangeran sedo lepen yang bernama arya penangsang membunuh pangeran prawoto, dan mengambil alih tampuk kekuasaan. Kemudian Joko tingkir (hadiwijaya) yang saat itu menjabat adipati pajang dan ki ageng pemanahan dan ki penjawi , arya penangsang berhasil dikalahkan dan di bunuh oleh anak angkat joko tingkir yang bernama sutawijaya. Setelah itu tahta kerajaan demak jatuh ketangan joko tingkir pada tahun 1568 M , Ia kemudian memindahkan ibukota demak ke pajang. dengan ini bisa di bilang jika kesultanan demak telah berakhir. Sumber : http://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-demak-sejarah-raja-dan-peninggalan-beserta-ma sa- kejayaannya-secara-lengkap/ KERAJAAN DEMAK Demak merupakan Kerajaan Islam di Jawa Tengah yang berdiritahun 1475 Masehi sesudah Kerajaan Hindu Buddha di daerah Jawa dan ini merupakan Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang mempunyai peran penting dalam penyebaran agama Islam di seluruh wilayah Indonesia dan dahulunya,Kerajaan ini bernama Glagah atau Bintoro. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah yang mendapatkan dukungan dari wali songo. Pada mulanya, Demak hanya sebuah Kadipaten bagian dari Kerajaan Majapahit. Akan tetapi saat Kerajaan Majapahit mulai mengalami keruntuhan dan Islam mulai bertumbuh, maka Kdipaten ini juga berkembang menjadi sebuah Kerajaan Islam paling besar. Kerajaan Demak ini ditandai dengan beberapa bukti peninggalan sejarah yang akan kami ulas secara lengkap berikut ini lengkap dengan sejarah Kerajaan Demak selengkapnya. Peninggalan Kerajaan Demak 1. Pintu Bledek Pintu Bledek atau Pintu Petir merupakan pintu yang dilengkapi dengan pahatan yang dibuat tahun 1466 oleh Ki Ageng Selo. Dari cerita yang beredar, Pintu Bledek ini dibuat oleh Ki Ageng Selo dengan petir yang tersambar memakai kekuatan supranatural yang dimilikinya yang ia tangkap saat ada di tengah sawah. Pintu tersebut lalu dibawa pulang dan dibawa ke Raden Patah kemudian pintu ini dipakai untuk pintu masuk utama Masjid Agung Demak yang keadaannya sudah mulai rusak sehingga di simpan dalam Museum dalam Masjid Agung Demak tersebut. 2. Masjid Agung Demak Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Masjid Agung Demak. Masjid Agung Demak ini didirikan tahun 1479 Masehi yang kini sudah berumur sekitar 6 abad tetapi masih berdiri dengan kokoh sebab sudah dilakukan renovasi sebanyak beberapa kali. Masjid Agung Demak ini tidak hanya sebagai peninggalan sejarah Kerajaan Demak saja, akan tetapi dulunya merupakan pusat dari pengajaran serta syiar Islam. Masjid ini dikatakan sebagai asal mula pemikiran dari kehadiran Kerajaan Demak Bintoro. Secara geografis, Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan Demak Kota, Kabupaten Demak Kota, Jawa Tengah. Arsitektur masjid ini terlihat berbeda dari arsitektur masjid yang ada di jaman sekarang, Masjid Agung Demak mengguanakn kombinasi gaya budata Jawa Tengah yang sangat kental dan ornamen yang terdapat di Masjid Agung Demak ini juga melukiskan tentang hubungan antara Jawa dengan Islam. Masjid Agung Demak ini memiliki ukuran luas sebesar 31 x 31 meter persegi yang di bagian sisi Masjid Agung Demak ini juga terdapat serambi berukuran 31 x 15 meter persegi dengan panjang keliling 35 x 3 meter.
  • 4. Serambi masjid ini terbuka dan bangunan masjid di topang dengan total 128 soko. 4 diantara soko ini adalah soko guru sebagai penyangga utama, sementara tiang penyangga bangunan total ada 50 buah dan tiang penyangga serambi berjumlah 28 serta tiang keliling sebanyak 16 buah. Bentuk Masjid Demak memakai material kayu dengan bentuk bulat lengkap dengan beberapa lengkungan. Bagian interior masjid juga memakai material kayu lengkap dengan ukiran yang juga terlihat sangat artistik dan cantik. 3. Soko Guru atau Soko Tatal Soko Guru atau Soko Tatal merupakan tiang penyangga dari Masjid Agung Demak yang terbuat dari material kayu dengan diameter 1 meter dan berjumlah sebanyak 4 buah. Semua Soko Guru ini dibuat oleh Sunan Kalijogo dan menurut cerita Sunan Kalijogo baru menyelesaikan 3 buah soko guru dan Masjid Agung Demak sudah dibangun serta sudah mulai masuk dalam tahapan pemasangan atap. Sehingga karena dikejar waktu, Sunan kalijogo kemudian mengumpulkan tatal atau kulit kayu yang berasal dari sisa pahatan dari 3 soko guru untuk dibuat menjadi 1 soko guru baru memakai kekuatan spiritual yang dimiliki Sunan Kalijogo dan inilah yang menyebabkan soko guru diberi istilah soko tatal. 4. Bedug dan Kentongan Bedug dan juga kentongan, dulunya dipakai sebagai alat untuk mengumpulkan rakyat sekitar Masjid untuk menandai masuknya waktu sholat. Kedua benda ini ditemukan dalam Masjid Agung Demak dengan bentuk seperti tapal kuda dengan folosofi saat dibunyikan atau dipukul maka rakyat sekitar masjid harus datang untuk menunaikan sholat. Bedug dan kentongan ini menjadi peninggalan sejarah Kerajaan Demak yang juga masih bisa dilihat hingga sekarang. 5. Situs Kolam Wudhu Kolam wudhu ada di halaman Masjid Agung Demak dan dulu di pakai untuk tempat wudhu para musyafir dan juga santri yang akan melaksanakan sholat, akan tetapi sekarang kolam wudhu ini tidak lagi dipergunakan sebagai tempat berwudhu pada saat ingin melaksanakan sholat. 6. Makam Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu dari 9 Sunan WaliSanga yang berdakwah di sekitar wilayah Jawa. Sunan Kalijaga wafat tahun 1520 lalu dikebumikan di Desa Kadilangu berdekatan dengan Kota Demak. Makam Sunan Kalijogo ini sekarang menjadi sebuah situs yang sering didatangi peziarah dan juga wisatawan dari berbagai wilayah di tanah air dan juga menjadi salah satu peninggalan dari Kerajaan Demak. Banyak orang yang berkunjung untuk tujuan berziarah dan juga berdoa, semoga diberikan kemudahan dan juga keberkahan lewat berdoa ini. Situs ini sangat dijaga baik oleh pengelolanya, agar pengunjung atau peziarah nyaman saat berdoa dan bersholawat. 7. Maksurah Maksurah merupakan ukiran kaligrafi ayat Al quran yang digunakan sebagai interior dinding Masjid Agung Demak. Maksurah merupakan ukiran kaligrafi ayat Al quran yang digunakan sebagai interior dinding Masjid Agung Demak. Maksurah ini dibangun saat kekuasaan Aryo Purbaningrat yang merupakan adipati Demak tahun 1866 dan kaligrafi ini menceritakan mengenai ke-Esaan Allah Demak. Maksurah ini dibangun saat kekuasaan Aryo Purbaningrat yang merupakan adipati Demak tahun 1866 dan kaligrafi ini menceritakan mengenai ke-Esaan Allah. 8. Dampar Kencana Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Dampar Kencana. Dampar Kencana merupakan singgasana untuk para Sultan Demak yang kemudian digunakan sebagai mimbar khotbah pada Masjid Agung Demak. Mimbar ini akan tetapi tidak lagi digunakan dan disimpan pada museum Masjid Agung Demak agar terhindar dari kerusakan. 9. Piring Campa Piring Campa merupakan piring porselen sebanyak 65 buah yang saat ini dipasang pada interior dinding Masjid Agung Demak. Seperti namanya, piring ini merupakan hadiah dari putri Campa yakni ibu dari Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak. 10. Serambi Majapahit Serambi yang ada di Masjid Agung Demak ini terlihat sangat indah dengan arsitektur unik dan antik yang memiliki arti sejarah didalamnya. Dari sejarah Kerajaan Demak, serambi Majapahit ini memiliki 8 buah tiang pendopo yang berasal dari Kerajaan Majapahit, akan tetapi saat Kerajaan Majapahit runtuh, beberapa peninggalannya tidak lagi terawat sehingga Adipati Unus membawa benda pusaka tersebut menuju Demak yang sekarang ditempatkan di serambi Masjid Agung Demak dan masih bisa dilihat sampai sekarang. 11. Mihrab Mihrab yang merupakan pengimaman juga merupakan peninggalan dari Kerajaan Demak yang didalamnya terdapat gambar hewan bulus prasasti Condro Sengkolo. Prasasti Condro Sengkolo ini mempunyai arti Sariro Sunyi Kiblating Gusti tahun 1401 Saka atau 1479 Masehi. Ini membuat kesimpulan jika di masa Kerajaan Demak juga sudah mengenal Mihrab atau pengimaman yang berlukiskan hiasan tertentu yang adalah akulturasi budaya Islam dan juga Jawa. 12. Dampar Kencono Jika dilihat dari sejarah, Dampar Kencono merupakan Peninggalan Kerajaan Majapahit, sebab Dampar adalah hadiah yang diberikan Prabu Bhrawijaya ke V yakni Raden Kertabumi untuk Raden Patah yang merupakan raja pertama Kerajaan Demak sehingga ahli sejarah mengatakan jika di masa akhir Kerajaan Majapahit, banyak rakyat yang sudah memeluk agama Islam. 13. Pawestren Dari sejarah Kerajaan Demak dikatakan jika faham Islam sudah maju pada saat tersebut dan jamaah sholat laki-laki serta perempuan sudah dipisahkan. Tempat sholat berjamaah perempuan ini dinamakan pawestren. Pawestern ini merupakan bangunan dengan 8 tiang penyangga yang 4 tiang uatam di topang belandar balok bersusun tiga lengkap dengan ukiran motif Majapahit. Motif maksurah tahun 1866 Masehi ini diperkirakan dibuat pada masa Arya Purbaningrat. 14. Surya Majapahit Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Surya Majapahit. Surya Majapahit merupakan gambar dekorasi bentuk segi delapan yang sangat terkenal di era Majapahit. Beberapa sejarawan memperkirakan jika benda tersebut merupakan lambang Kerajaan Majapahit, sementara Surya Majapahit yang terdapat di Masjid Agung Demak tersebut dibuat tahun 1401 tahun saka atau 1479 Masehi.
  • 5. Raja Kerajaan Demak Pada pemerintahan Kerajaan Demak, terjadi beberapa kali pergantian Raja dan diantara raja-raja tersebut, ada yang membuat masa kejayaan Kerajaan Demak memperoleh masa kejayaan terbesar sebelum akhirnya runtuh saat raja terakhir naik tahta. Raden Patah Raden Patah memerintah dari tahun 1500 sampai dengan 1518 yang merupakan pendiri dari Kerajaan Demak yang sebelum mendirikan Kerajaan Demak tersebut dikenal dengan nama Pangeran Jimbun. Sesudah mendirikan Kerajaan Demak maka ia memiliki gelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Raden Patah lalu membangun Masjid Agung Demak yang berada di pusat kota alun-alun Demak. Pada tahun 1513, ia mengutus putranya yakni Pati Unus beserta armadanya menyerang Portugis di Malaka, Walau serangan tersebut sudah mendapat bantuan dari Palembang dan Aceh, namun tetap saja tidak berhasil sebab persenjataan tidak bisa mengalahkan Portugis. Pati Unus Pati Unus memerintah dari tahun 1518 sampai dengan 1521 di saat Raden Patah menutup usia. Pati Unus dikenal sebagai seorang panglima perang yang berani dan sempat memimpin perang melawan Portugis di Malaka. Dengan keberaniannya tersebut, ia mendapatkan gelar Sabrang Lor dan ia juga mengutus Katir untuk memblokade Portugis di Malaka dan menyebabkan Portugis mengalami krisis pangan. Sultan Trenggono Sultan Trenggono memerintah muali tahun 1521 smapai dengan 1546 menggantikan Pati Unus, sebab Pati Unus tidak mempunyai anak sebagai pewaris tahta. Pada pemerintahan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan dimana ia terkenal sebagai raja bijaksana serta berani sampai ia akhirnya berhasil memperluas kekuasaan mencapai wilayah Jawa Timur dan juga Jawa Barat. Tahun 1522, Sultan Trenggono mengutus tentaranya menuju Sunda Kelapa dipimpin oleh Fatahillah yang berhasil menyingkirkan Portugis keluar dari Sunda Kelapa sehingga Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta dengan arti kemenangan sempurna sehingga saat ini dinamai dengan Jakarta. Pada pemerintahannya, Sultan Trenggono juga memiliki niat untuk menyatukan Pulau Jawa berada di bawah kekuasaan Demak dan ia mengambil beberapa langkah untuk mewujudkan hal tersebut yakni menyerang Pasuruan di Jawa Timur yaitu Kerajaan Hindu Supit Urang yang dipimpin dirinya sendiri, serangan ini tidak menghasilkan sebab Sultan Trenggono wafat. Sebelumnya ia juga menyerang wilayah Cirebon serta Sunda Kelapa yang dipimpin Fatahillah. Ia juga menggelar perkawinan politik seperti Pangeran Hadiri yang dijodohkan dengan putrinya yakni adipati jepara dan Fatahillah dijodohkan dengan adiknya, sementara Pangeran Pasarehan dijodohnkan dengan putrinya yang kemudian menjadi Raja di Cirebon dan Joko Tingkir dijodohkan dengan putrinya adipati Pajang. Masa Kejayaan Kerajaan Demak Abad ke-16 awal, Kerajaan Demak menjadi kerajaan kuat di Jawa dan tidak ada kerajaan yang bisa mengalahkan Kerajaan Demak saat memperluas kekuasaan. Saat berada dibawah pimpinan Pati Unus, Demak mempunyai keinginan besar untuk membuat wilayah Demak menjadi Kerajaan Maritim terbesar. Demak juga merasa terancam oleh Portugis di Malaka sehingga beberapa kali mengutus armada laut untuk menyerang Portugis di Malaka. Saat berada dibawah kepemimpinan Sultan trenggana, penyebaran agama Islam semakin luas sampai ke Jawa Tengah dan Jawa Timur lalu membuahkan hasil dalam menyingkirkan Portugis di Sunda Kelapa pada tahun 1527, Tuban pada tahun 1517, Madiun pada tahun 1529, Surabaya dan Pasuruan di tahun 1527, Malang di tahun 1545 serta Blambangan yang merupakan Kerajaan Hindu terkhir di sebelah Timur Pulau Jawa tahun 1527-1546. Trenggana lalu wafat pada tahun 1546 saat menaklukan Pasuruan yang lalu diganti oleh Sunan Prawoto. Panglima perang Kerajaan Demak saat itu yang bernama Fatahillah yang merupakan seorang lelaki asal Pasai, Sumatera menjadimenantu Sultan Trenggana. Sedangkan Maulana Hasanuddin, putra dari Sunan Gunung Jati diutus Trenggana untuk menaklukan Banten Girang yang kemduian berhasil menaklukan Banten Girang tersebut. Sementara Sunan Judus adalah seorang imam masjid Demak yang juga memimpin dala mengalahkan Majaphit sebelum akhirnya ia pindah ke daerah Kudus. Masa Keruntuhan Kerajaan Demak Selepas wafatnya Sultan Trenggana, timbul konflik tentang perebutan kekuasaan antara beberapa anggota dari Kerajaan Demak. Pangeran Sedo Lepen menggantikan Sultan Trenggana yang sudah wafat yang merupakan saudara dari Sultan Trenggana. Pangeran Sedo Lepen lalu di bunuh oleh Pangeran Prawoto dan perebutan kekuasaan terus berjalan sampai akhirnya timbul perang saudara dan Arya Penangsang yang adalah putra Pangeran Sedo Lepen membunuh Pangeran Prawoto untuk mengambil alih kekuasaan Kerajaan Demak tersebut. Sesudah itu, Joko Tingkir yang memiliki jabatan sebagai adipati pajang serta Ki Ageng Pemanahan serta Ki Penjawi berhasil mengalahkan Arya Penangsang yang terbunuh oleh anak angkat dari Joko Tingkir tahun 1568 Masehi. Sutawijaya lalu memindahkan tahta Kerajaan Demak ke Pajang sehingga akhirnya kekuasaan dari Kerajaan Demak berakhir. Sesudah mengetahu sedikit mengenai sejarah Kerajaan Demak, berikut ini kami akan memberikan beberapa bukti peninggalan sejarah Kerajaan Demak. Demikian informasi mengenai peninggalan Kerajaan Demak lengkap beserta dengan sejarah Kerajaan Demak, letak geografis, kehidupan sosial budaya, raja-raja Demak dan lain sebagainya yang kami harapkan bisa memberikan informasi lebih mengenai sejarah Kerajaan Demak. Kerajaan Demak ini menjadi bukti dari perkembangan Islam yang sangat pesat di tanah air dan menjadi Kerajaan Islam terbesar di Indonesia. Ini merupakan peninggalan dari Kerajaan Demak yang menjadi bukti nyata dari Kerajaan Demak yang merupakan kerajaan penting kegiatan syiar serta penyebaran agama Islam di Indonesia. Sumber : http://sejarahlengkap.com/indonesia/kerajaan/peninggalan-kerajaan-demak 2.KERAJAAN MATARAM ISLAM Sejarah Kerajaan Mataram Islam Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik menjadi bupati di Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya membantu menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram. Sutawijaya ternyata tidak puas menjadi bupati dan ingin menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa. Oleh karena itu, Sutawijaya mulai memperkuat sistem pertahanan Mataram. Hal itu ternyata diketahui oleh Hadiwijaya sehingga ia mengirim pasukan untuk menyerang Mataram. Peperangan sengit terjadi pada tahun 1582. Prajurit Pajang menderita kekalahan. Keadaan Sultan Hadiwijaya sendiri pada saat itu sedang sakit. Beberapa waktu kemudian Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu, terjadilah perebutan kekuasaan di antara para bangsawan Pajang. Pangeran Pangiri (menantu Hadiwijaya yang menjabat Bupati Demak) datang menyerbu Pajang untuk merebut takhta. Hal itu tentu saja ditentang keras oleh para bangsawan Pajang yang bekerja sama dengan Sutawijaya, Bupati Mataram. Akhirnya, Pangeran Pangiri beserta pengikutnya dapat dikalahkan dan diusir dari Pajang. Setelah suasana aman, Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke Mataram pada tahun 1586. Sejak saat itu berdirilah Kerajaan Mataram. Raja-Raja Kerajaan Mataram Islam Kerajaan Mataram Islam sempat dimpin oleh 6 orang raja, yaitu sebagai berikut : 1. Ki Ageng Pamanahan Ki Ageng Pamanahan merupakan pendiri dari desa Mataram pada tahun 1556. Desa inilah yang nantinya akan menjadi Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh anaknya, Sutawijaya.Tanah ini awalnya hutan lebat yang lalu dibuka oleh masyarakat sekitar dan diberi nama Alas Mentaok. Lalu Ki Ageng Pamanahan menjadikan bekas hutan
  • 6. ini sebagai sebuah desa yang diberinama Mataram. Ki Ageng Pamanahan wafat pada tahun 1584 dan dimakankan di Kota Gede (Jogjakarta sekarang) 2. Panembahan Senapati Setelah ki Ageng wafat pada tahun 1584, kekuasaan jatuh ke tangan anaknya yaitu Sutawijaya. Ia adalah menantu dan anak angkat dari Sultan Pajang.Sutawijaya tadinya merupakan senapati dari kerajaan Pajang. Karena itu ia diberi gelar “Panembahan Senapati” karena masih dianggap sebagai senapati utama Pajang dibawah Sultan Pajang. Kerajaan Mataram Islam mulai bangkit dibawah kepemimpinan Panembahan Senapati. Kerajaan ini lalu memperluas wilayah kekuasaannya dari Pajang, Demak, Tuban, Madiun, Pasuruan dan sebagian besar wilayah Surabaya. Panempahan Senapati wafat pada tahun 1523, lalu posisinya digantikan oleh anaknya yang bernama Raden Mas Jolang. 3. Raden Mas Jolang Raden Mas Jolang atau Panembahan Anyakrawati merupakan putra dari Panembahan Senapati dan putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati. Raden Mas Jolang Merupakan pewaris kedua dari kerajaan Mataram Islam. Beliau memerintah dari tahun 1606 – 1613 atau selama 12 tahun. Pada masa pemerintahannya, banyak terjadi peperangan. Peperangan karena penaklukan wilayah ataupun karena mempertahankan wilayah.Raden Mas Jolang wafat pada tahun 1613 di desa Krapyak. dimakamkan di makam Pasar gede di bawah makan ayahnya. 4. Raden Mas Rangsang Raden Mas Rangsang adalah raja ke 3 Kerajaan Mataram Islam dan merupakan putra dari Raden Mas Jolang. Ia memerintah pada tahun 1613 – 1645. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaannya. Raden Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Senapati Ingalaga Ngabdurrachman. Pada masa ini, Kerajaan Mataram berhasil menguasai hampir seluruh Tanah Jawa seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat. Selain melakukan penaklukan wilayah dengan berperang melawan raja Jawa. Sultan Agung juga memerangi VOC yang ingin merebut Jawa dan Batavia. Pada masa Sultan Ageng, Kerajaan Mataram berkembang menjadi Kerajaan Agraris. Sultan Ageng wafat pada tahun 1645 dan di makanmkan di Imogiri. 5. Amangkurat I Sultan Amangkurat merupakan anak dari Sultan Ageng. Ketika berkuasa, ia memindahkan pusat kerajinan dari kota Gedhe ke kraton Plered pada tahun 1647. Sultan Amangkurat berkuasa dari tahun 1638 sampai tahun 1647. Pada masa inilah Kerajaan Mataram Islam terpecah. Ini dikarenakan sultan Amangkurat I menjadi teman dari VOC. Sultan Amangkurat I meninggal pada tanggal 10 Juli 1677 dan dimakankan di Telagawangi, Tegal. Sebelum meninggal, ia sempat menangkat Sunan Mataram atua Amangkurat II sebagai penerusnya. 6. Amangkurat II Amangkurat II atau Raden Mas Rahmat merupakan pendiri dan raja pertama dari Kasunanan Kartasura. Kasunanan Kartasura merupakan lanjutan dariKerajaan Mataram Islam. Raden Mas Rahmat memerintah dari tahun 1677 sampai tahun 1703. Beliau merupakan raja Jawa pertama yang menggunakan pakaian eropa sebagai pakaian dinas. Karena itu rakyat menjulukinya Sunan Amral (Admiral). Peninggalan Kerajaan Mataram Islam Peninggalan kerajaan ini meninggalkan berbagai macam yaitu sebagai berikut : 1.Sastra Ghending karya dari Sultan Agung, 2.Tahun Saka, Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan 3.Kerajinan Perak, 4.Kalang Obong, yang merupakan tradisi kematian orang kalang, yakni dengan membakar peninggalan orang yang meninggal. 5.Kue kipo yang merupakan makanan khas masyarakat kotagede, makanan ini telah ada sejak jaman kerajaan. 6.Pertapaan Kembang Lampir yang merupakan tempat Ki Ageng Pemanahan pernah bertapa untuk mendapatkan wahyu kerajaan Mataram 7.Segara Wana serta Syuh Brata yang merupakan meriam- meriam yang diberikan oleh Belanda atas perjanjiannya dengan kerjaan Mataram saat kepemimpinan Sultan Agung. 8.Puing – puing candi Hindu dan Budha di aliran Sungai Opak serta aliran sungai Progo 9.Batu Datar yang berada di Lipura letaknya tidak jauh di barat daya kota Yogyakarta Pakaian Kiai Gundil atau yang lebih dikenal dengan Kiai Antakusuma 10.Masjid Agung Negara yang dibangun pada tahun 1763 oleh PB III. 11.Masjid Jami Pakuncen yang didirikan oleh sunan Amangkurat I 12.Gapura Makam Kota Gede, yag merupakan perpaduan dari corak hindu dan islam. 13.Masjid yang berada di Makam Kota Gede. 14.Bangsal Duda 15.Rumah Kalang 16.Makam dari Raja- Raja Mataram yang berlokasi di Imogiri Kehidupan Politik Kerajaan Mataram Islam Setelah berhasil dlm memindahkan pusat dr kerajaan Pajang menuju Mataram, Sutawijaya kemudian dinobatkan untuk menjadi Raja Mataram. Ia kemudian memiliki gelar sebagai Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama atau yg dikenal sebagai Panembahan Senapati. Dia kemudian memerintah di Kerajaan Mataram yg dimulai pd tahun 1586. Di bawah kepemimpinannya, ternyata banyak terjadi sebuah pemberontakan yg ada di pesisir pantai utara jawa. Terdapat beberapa daerah yg menentang upaya Senapati didlm memperluas wilayah kekuasaannya. Hal tesebut disebabkan Panembahan Senapati melaksanakan perluasan kekuasaannya sampai ke Surabaya, Madiun, Pasuruan, Ponorogo, Blambangan, Panarukan, Galuh dan Cirebon. Meskipun dgn susah payahnya, Panembahan terus melakukan usaha dlm menundukkan bupati-bupati yg selalu berniat untuk menentangnya. Kemudian pd tahun 1595, Daerah Galuh dan Cirebon yg ada di Jawa Barat mampu dikalahkan oleh Kerajaan Mataram Islam. Sehingga pd akhir dr masa kepemimpinan Panembahan Senapati, Mataram berhasil dlm meletakkan landasan kekuasaanya yg dimulai dr Pasuruan yg ada di Jawa Timur sampai ke Galuh yg ada di Jawa Barat. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Mataram Islam Letak kerajaan mataram Islam berada dlm pedlman Jawa, pd kehidupan perekonomian dr kerajaan Mataram Islam itu banyak bertumpu dr adanya sektor pertanian. Adapun basis pertanian tersebut berada di Jawa bagian tengah dgn memiliki komoditas utama yaitu beras. Di abad ke-17, Mataram ialah pengekspor beras yg terbesar yg ada dinusantara. Selain untuk mengandalkan sektor pertanian, Kerajaan Mataram juga berhasil dlm menguasai
  • 7. bidang perdagangan dgn memiliki komoditas yg utama palawija dan beras. Adapun ciri kehidupan dr kerajaan Mataram islam ialah menganut sistem feodal yg berdasar atas sistem agraris. Para bangsawan dan pejabat diberikan imbalan berupa tanah lungguh yg dijadikan sebagai sumber ekonomi. Untuk selanjutnya, tanah lungguh tersebut kemudian digarap oleh para penduduk yg berniat menyerahkan sebagian dr hasil pertaniannya untuk penguasa sebagai sebuah imbalan. Adapun ikatan antara rakyat dan bangsawan disebut sebagai sistem patron-klien Kehidupan Sosial Dan Budaya Kerajaan Mataram Islam Kehidupan Sosial Kerajaan Mataram Islam Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk Kehidupan Kebudayaan Kerajaan Mataram Islam Berbeda halnya dgn kerajaan Islam yg memiliki corak maritim, Kerajaan Mataram Islam lebih pd corak agraris denga mempunyai ciri feodal. Raja ialah pemiliki seluruh tanah yg ada di kerajaan beserta segala isinya. Sultan juga memiliki peran dlm panatagama atau pengatur dlm kehidupan agama Islam untuk masyarakatnya. Pd kehidupan budaya di masa Kerajaan Mataram kemudian berkembang sangat pesat baik dlm bidang seni sastra maupun ukir, Lukis, dan bangunan. Pd masa kepemimpinan Sultan Agung telah terjadi perhitungan Jawa Hindu atau Saka menjadi penanggalan Islam atau Hijriah. Pd perhitungan tahun Islam tersebut berdasar dr adanya peredaran bulan dan telah dimulai sejak tahun 1633. Selain itu, Sultan Agung juga telah menyusun karya sastra yg sangat terkenal disebut sebagai kitab sastra Gending dan menyusun adanya kitab undang-undang baru yg telah menjadi panduan yg berasal dr hukum Islam dgn Hukum Adat Jawa yg dikenal sebagai Hukum Surya Alam. Kejayaan Kerajaan Mataram Islam Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada jaman Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1646). Daerah kekuasaannya mencakup Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura, dan daerah Sukadana di Kalimantan Barat. Pada waktu itu, Batavia dikuasai VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie ) Belanda.Kekuatan militer Mataram sangat besar. Sultan Agung yang sangat anti kolonialisme itumenyerang VOC di Batavia sebanyak dua kali (1628 dan 1629). Menurut Moejanto sepertiyang dikutip oleh Purwadi (2007), Sultan Agung memakai konsep politik keagungbinataran yang berarti bahwa kerajaan Mataram harus berupa ketunggalan , utuh, bulat, tidak tersaingi,dan tidak terbagi-bagi. Runtuhnya Kerajaan Mataram Islam Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang. Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok Sumber :http://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-mataram-islam-sejarah-raja-dan-peninggalan-beser ta- kehidupan-politiknya-secara-lengkap/KERAJAAN MATARAM ISLAM 3.KERAJAAN BANTEN Sejarah Kerajaan Banten Pada awal abad ke-16, daerah pajajaran yang beragama hindu. pusat kerajaan ini berlokasi di pakuan ( sekarang bogor ). kerajaan pajajaran memiliki bandar-bandar penting seperti banten, sunda kelapa ( jakarta ) dan cirebon. Kerajaan pajajaran telah mengadakan kerja sama dengan portugis. oleh kerena itu, portugis diizinkan mendirikan kantor dagang dan benteng pertahanan di sunda kelapa. untuk membendung pengaruh portugis di pajajaran, sultan trenggono dari demak memrintahkan fatahilah selaku panglima perang demak untuk menaklukan bandar-bandar pajajaran. pada tahun 1526, armada demak berhasil menguasai banten. Pasukan fatahillah juga berhasil merebut pelabuhan sunda kelapa pada tanggal 22 juni 1527. sejak saat iru nama “sunda kelapa” diubah menjadi “jayakarta” atau “jakarta” yang berarti kota kemenanggan. tanggal itu ( 22 juni ), kemudian dijadikan hari jadi kota jakarta. Dalam waktu singkat. seluruh pantai utara jawa barat dapat dikuasai fatahillah,agama islam lambat laun tersebar di jawa barat. fatahillah kemudian menjadi wali ( ulama besar ) dengan gelar sunan gunung jati dan berkedudukan di cirebon. Pada tahun 1552, putra fatahillah yang bernama hasanudin diangkat menjadi penguasa banten. putranya yang lain, pasarean diangkat menjadi penguasa di cirebon. fatahillah sendiri mendirikan pusat kegiatan keagamaan di gunung jati, cirebon sampai beliau wafat pada tahun pada tahun 1568. jadi, pada awalnya kerajaan banten merupakan wilayah kekuasaan kerajaan demak. Raja-Raja Kerajaan Banten 1. Sultan hasanuddin Ketika terjadi perebitan kekuasaan di kerajaan demak, daerah banten dan cirebon berusaha melepaskan diri dari kekuasaan demak. akhirnya, banten dan cirebn menjadi kerajaan yang berdaulat, lepas dri pengaruh demak. sultan hasanuddin menjadi raja banten yang pertama. ia memerintah banten selama 18 tahun, yaitu tahun 1552 – 1570 M. di bawah pemerintahannya, banten berhasil menguasai lampung ( di sumatra ) yang banyak menghasilkan rempah-rempah dan selat sunda yang merupakan jalur lalu lintas perdagangan. Selama pemerintahannya, sultan hasanuddin berhasil membangun pelabuhan banten menjadi pelabuhan yang ramai dikunjungi para pedagang dari berbagai bangsa.para pedagang dari persia, gujarat, dan venesia berusaha enghindari selat malaka yang dikuasai potugis dan beralih ke selat sunda. banten kemudian berkembang menjdi bandar perdagangan maupun pusat penyebaran agama islam. setelah sultan hasanuddin wafat pada tahun 1570 M, ia digantikan oleh putranya yaitu maulana yusuf. 2. Maulana Yusuf Maulana yusuf memerintah banten pada tahun 1570-1580 M. pada tahun 1579, maulana yusuf menaklukan kerajaan pajajaran di pakuan ( bogor ) dan sekligus menyinggirkan rajanya yang bernama prabu sedah. akibatnya, banyk rakyat pajajaran yang menyinggir ke pegunungan. mereka inilah yang sekarang dikenal sebagai orang-orang baduy atau suku baduy di rangkasbitung banten. 3. Maulana muhammaSetelah sultan maulana yusuf wafat,putranya yang bernama maulana muhammad naik tahta pada usia 9 tahun. karena maulana muhammad masih sangat muda, pemerintahan dijalankan mengkubumi jayanegara sampai maulana muhammad dewasa ( 1580-1596 ). enam belas tahun kemudian, sultan maulana muhammad menyerang kesultanan palembang yang di dirikan oleh ki gendeng sure, seorang bangsawan demak. kerajaan banten yang juga keturunan demam merasa berhak atas daerah palembang. akan tetapi, banten mengalami kekalahan. sultan maulana muhammad tewas dalam pertempuran itu. 4. Pangeran Ratu ( Abdul Mufakhir )
  • 8. Pangeran ratu,yang berusia 5 bulan, menjadi sultan banten yang ke empat ( 1596-1651 ). sampai pangeran ,dewasa, pemerintahan dijalankan oleh mangkubumi ranamanggala. pada saat itulah untuk pertama kalinya bangsa belanda yang di pimpin oleh cornelis de houtman, mendarat di banten pada tahun 22 juni 1596. pangeran ratu mendapat gelar kanjeng ratu banten. ketika wafat, beliau digantikan oleh anaknya yang dikenal dengan nama sultan ageng tirtaayasa. 5. Sultan Ageng Tirtayasa Sultan ageng tirtayasa memerintah banten paada tahun 1651-1682bM, kerajaan banten pada masa beliau mencapai masa kejayaan. sultan ageng tirtayasa berusaha memperluas wilayah kerajaannya ini pada tahun 1671 M, sultan ageng tirtayasa mengangkat putranya menjadi raja pembantu dengan gelar sultan abdul kahar atau sultan haji. sultan haji menjalin hubungan baik dengan belanda. melihat hal itu, sultan ageng tirtayasa kecewa dan menarik kembali jabatan raja pembantu bagi sultan haji, akan tetapi, sultan haji berusaha mempertahankan dengan meminta bantuan kepada belanda. akibatnya terjadilah perang saudara. sultan ageng tirtayasa tertangkap dan dipenjarakan di batavia hingg beliau wafat pada tahun 1691 M Peninggalan Kerajaan Banten Selama berkuasa kurang lebih 3 abad tersebut, kerajaan Banten meninggalkan beberapa bukti bahwa kerajaan ini pernah berjaya di pulau Jawa .Lantas, apa saja peninggalan kerajaan Banten yaitu sebagai berikut : 1. Masjid Agung Banten Masjid Agung Banten adalah salah satu bukti peninggalan kerajaan Banten sebagai salah satu kerajaan Islam di Indonesia. Masjid yang berada di desa Banten Lama, kecamatan Kasemen ini masih berdiri kokoh sampai sekarang. Masjid Agung Banten dibangun pada tahun 1652, tepat pada masa pemerintahan putra pertama Sunan Gunung Jati yaitu Sultan Maulana Hasanudin. Selain itu, Masjid Agung Banten juga merupakan salah satu dari 10 masjid tertua di Indonesia yang masih berdiri sampai sekarang. Keunikan masjid ini yaitu bentuk menaranya yang mirip mercusuar dan atapnya mirip atap pagoda khas China. Selain itu, dikiri kanannya bangunan masjid tersebut ada sebuah serambi dan komplek pemakaman sultan Banten bersama keluarganya. 2. Istana Keraton Kaibon Peninggalan kerajaan Banten yang selanjutnya yaitu bangunan Istana Keraton Kaibon. Istana ini dulunya digunakan sebagai tempat tinggal Bunda Ratu Aisyah yang merupakan ibu dari Sultan Syaifudin. Tapi kini bangunan ini sudah hancur dan tinggal sisa-sisa runtuhannya saja, sebagai akibat dari bentrokan yang pernah terjadi antara kerajaan Banten dengan pemerintahan Belanda di nusantara pada tahun 1832. 3. Istana Keraton Surosowan Selain Istana Keraton Kaibon, ada satu lagi peninggalan kerajaan Banten yang berupa Istana yaitu Istana Keraton Surosowan. Istana ini digunakan sebagai tempat tinggal Sultan Banten sekaligus menjadi tempat pusat pemerintahan. Nasib istana yang dibangun pada 1552 ini juga kurang lebih sama dengan Istana Keraton Kaibon, dimana saat ini tinggal sisa-sisa runtuhan saja yang bisa kita lihat bersama dengan sebuah kolam pemandian para putri kerajaan. 4. Benteng Speelwijk Benteng Speelwijk adalah peninggalan kerajaan Banten sebagai bentuk dalam membangun poros pertahanan maritim kekuasaan kerajaan di masa lalu. Benteng setinggi 3 meter ini dibangun pada tahun 1585. Selain berfungsi sebagai pertahanan dari serangan laut, benteng ini juga digunakan untuk mengawasi aktivitas pelayaran di sekitar Selat Sunda. Benteng ini juga memiliki Mercusuar, dan didalamnya juga ada beberapa meriam, serta sebuah terowongan yang menghubungkan benteng tersebut dengan Istana Keraton Surosowan. 5. Danau Tasikardi Di sekitar Istana Keraton Kaibon, ada sebuah danau buatan yaitu Danau Tasikardi yang dibuat pada tahun 1570 – 1580 pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf. Danau ini dilapisi dengan ubin dan batu bata. Danau ini dulunya memiliki luas sekitar 5 hektar, tapi kini luasnya menyusut karena dibagian pinggirnya sudah tertimbun tanah sedimen yang dibawa oleh arus air hujan dan sungai di sekitar danau tersebut. Danau Tasikardi pada masa itu berfungsi sebagai sumber air utama untuk keluarga kerajaan yang tinggal di Istana Keraton Kaibon dan sebagai saluran air irigasi persawahan di sekitar Banten. 6. Vihara Avalokitesvara Walaupun kerajaan Banten adalah kerajaan Islam, tapi toleransi antara warga biasa dengan pemimpinnya dalam hal agama sangat tinggi. Buktinya adalah adanya peninggalan kerajaan Banten yang berupa bangunan tempat ibadah agama Budha. Tempat ibadah umat Budha tersebut yaitu Vihara Avalokitesvara yang sampai sekarang masih berdiri kokoh. Yang unik dari bangunan ini yaitu di dinding Vihara tersebut ada sebuah relief yang mengisahkan tentang legenda siluman ular putih. 7. Meriam Ki Amuk Seperti yang disebut sebelumnya, di dalam benteng Speelwijk adalah beberapa meriam, dimana diantara meriam-meriam tersebut ada meriam yang ukurannya paling besar dan diberi nama meriam ki amuk.
  • 9. Dinamakan seperti itu, karena konon katanya meriam ini memiliki daya tembakan sangat jauh dan daya ledaknya sangat besar. Meriam ini adalah hasil rampasan kerajaan Banten terhadap pemerintah Belanda pada masa perang. Kehidupan Politik Kerajaan Banten Sultan pertama Kerajaan Banten ini adalah Sultan Hasanuddin yang memerintah tahun 1522-1570. Ia adalah putra Fatahillah, seorang panglima tentara Demak yang pernah diutus oleh Sultan Trenggana menguasai bandarbandar di Jawa Barat. Pada waktu Kerajaan Demak berkuasa, daerah Banten merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Namun setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten akhirnya melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan Demak. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) membuat para pedagang muslim memindahkan jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan. Hasanuddin memperluas kekuasaan Banten ke daerah penghasil lada, Lampung di Sumatra Selatan yang sudah sejak lama mempunyai hubungan dengan Jawa Barat. Dengan demikian, ia telah meletakkan dasar-dasar bagi kemakmuran Banten sebagai pelabuhan lada. Pada tahun 1570, Sultan Hasanuddin wafat. Penguasa Banten selanjutnya adalah Maulana Yusuf (1570-1580), putra Hasanuddin. Di bawah kekuasaannya Kerajaan Banten pada tahun 1579 berhasil menaklukkan dan menguasai Kerajaan Pajajaran (Hindu). Akibatnya pendukung setia Kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yaitu daerah Banten Selatan, mereka dikenal dengan Suku Badui. Setelah Pajajaran ditaklukkan, konon kalangan elite Sunda memeluk agama Islam. Maulana Yusuf digantikan oleh Maulana Muhammad (1580-1596). Pada akhir kekuasaannya, Maulana Muhammad menyerang Kesultanan Palembang. Dalam usaha menaklukkan Palembang, Maulana Muhammad tewas dan selanjutnya putra mahkotanya yang bernama Pangeran Ratu naik takhta. Ia bergelar Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Kadir. Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa putra Pangeran Ratu yang bernama Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Ia sangat menentang kekuasaan Belanda.Usaha untuk mengalahkan orang- orang Belanda yang telah membentuk VOC serta menguasai pelabuhan Jayakarta yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa mengalami kegagalan. Setelah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mulai dikuasai oleh Belanda di bawah pemerintahan Sultan Haji. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Banten Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat berkembang menjadi bandar perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Adapun faktor-faktornya ialah: (1) letaknya strategis dalam lalu lintas perdagangan; (2) jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, sehingga para pedagang Islam tidak lagi singgah di Malaka namun langsung menuju Banten; (3) Banten mempunyai bahan ekspor penting yakni lada. Banten yang menjadi maju banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat, Persia, Turki, Cina dan sebagainya. Di kota dagang Banten segera terbentuk perkampungan-perkampungan menurut asal bangsa itu, seperti orang-orang Arab mendirikan Kampung Pakojan, orang Cina mendirikan Kampung Pacinan, orang-orang Indonesia mendirikan Kampung Banda, Kampung Jawa dan sebagainya. Kehidupan Sosial Dan Budaya Kerajaan Banten Sejak Banten di-Islamkan oleh Fatahilah (Faletehan) tahun 1527, kehidupan sosial masyarakat secara berangsur- angsur mulai berlandaskan ajaran-ajaran Islam. Setelah Banten berhasil mengalahkan Pajajaran, pengaruh Islam makin kuat di daerah pedalaman. Pendukung kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yakni ke daerah Banten Selatan, mereka dikenal sebagai Suku Badui. Kepercayaan mereka disebut Pasundan Kawitan yang artinya Pasundan yang pertama. Mereka mempertahankan tradisi-tradisi lama dan menolak pengaruh Islam. Kehidupan sosial masyarakat Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa cukup baik, karena sultan memerhatikan kehidupan dan kesejahteran rakyatnya. Namun setelah Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, dan adanya campur tangan Belanda dalam berbagai kehidupan sosial masyarakat berubah merosot tajam. Seni budaya masyarakat ditemukan pada bangunan Masjid Agung Banten (tumpang lima), dan bangunan gapura-gapura di Kaibon Banten. Di samping itu juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan Lukas Cardeel, orang Belanda, pelarian dari Batavia yang telah menganut agama Islam. Susunan istananya menyerupai istana raja di Eropa. Kejayaan Kerajaan Banten Kerajaan Banten mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Dimana, Banten membangun armada dengan contoh Eropa serta memberi upah kepada pekerja Eropa. Namun, Sultan Ageng Tirtayasa sangat menentang Belanda yang terbentuk dalam VOC dan berusaha keluar dari tekanan VOC yang telah memblokade kapal dagang menuju Banten. Selain itu, Banten juga melakukan monopoli Lada di Lampung yang menjadi perantara perdagangan dengan negara-negara lain sehingga Banten menjadi wilayah yang multi etnis dan perdagangannya berkembang dengan pesat. Runtuhnya Kerajaan Banten Kerajaan Banten mengalami kemunduruan berawal dari perselisihan antara Sultan Ageng dengan putranya, Sultan Haji atas dasar perebutan kekuasaan. Situasi ini dimanfaatkan oleh VOC dengan memihak kepada Sultan Haji. Kemudian Sultan Ageng bersama dua putranya yang lain bernama Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf terpaksa mundur dan pergi ke arah pedalaman Sunda. Namun, pada 14 Maret 1683 Sultan Ageng berhasil ditangkap dan ditahan di Batavia. Dilanjutkan pada 14 Desember 1683, Syekh Yusuf juga berhasil ditawan oleh VOC dan Pangeran purbaya akhirnya menyerahkan diri. Atas kemenangannya itu, Sultan Haji memberikan balasan kepada VOC berupa penyerahan Lampung pada tahun 1682. Kemudian pada 22 Agustus 1682 terdapat surat perjanjian bahwa Hak monopoli perdagangan lada Lampung jatuh ketangan VOC. Sultan Haji meninggal pada tahun 1687. Setelah itu, VOC menguasai Banten sehingga pengangkatan Sultan Banten harus mendapat persetujuan Gubernur Jendral Hindian Belanda di Batavia. Terpilihlah Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya sebagai pengganti Sultan Haji kemudian digantikan oleh Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Aabidin. Pada tahun 1808-1810, Gubernur Hindia Jenderal Belanda menyerang Banten pada masa pemerintahan Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin. Penyerangan tersebut akibat Sultan menolak permintaan Hindia Belanda untuk memindahkan ibu kota Banten ke Anyer. Pada akhirnya, tahun 1813 Banten telah runtuh ditangan Inggris. Sumber : http://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-banten-sejarah-raja-dan-peninggalan-beserta-ma sa- kejayaannya-secara-lengkap/ KERAJAAN BANTEN 4.KERAJAAN CIREBON AWAL BERDIRINYA KERAJAAN CIREBON PADA MASA INDONESIA MADYA 1.Letak Kerajaan Cirebon Semula Cirebon termasuk dalam daerah kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran, bahkan menjadi salah satu kota pelabuhan kerajaan tersebut (Tim Penulis Nasional Sejarah Indonesia , 2010 : 59 ). Pelabuhan ini sudah ramai dari perahu pedagang-pedagang luar negeri. Pedagang-pedagang itu antara lain dari arab, persi, malaka, cina, dll. Letak Kerajaan Cirebon secara geografis di pesisir pantai pulau Jawa, merupakan mata rantai dalam jalan perdagangan internasional pada waktu itu yang antara lain membentang dari kepulauan Maluku hingga teluk Parsi (jagad pustaka : 2013). Pedagang yang datang dari berbagai pulau bahkan berbagai Negara. Tidak heran heran jika pada wilayah ini menjadi jalur perdagangan yang ramai. Melalui jalan perdagangan dapat mengalir pula arus kebudayaan dan keagamaan, dan konon menurut cerita orang jalan perdagangan itupun memegang peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam di pulau
  • 10. Jawa (jagad pustaka : 2013). Karena banyak pedagang yang datang, salah satunya dari Arab. Pedagang- pedagang dari Arab itu selain datang untuk berdagang, mereka juga menyebarkan Agama Islam. 2.Awal Mula Berdirinya Kerajaan Cirebon Pada tahun 1302 cirebon mempunyai 3 daerah otonom di bawah kekuasaan kerajaan Pajajaran yang masing-masing di kuasai oleh seorang Mangkubumi (Sulendraningrat , 1978 : 16). 3 daerah otonom itu adalah Singapura atau Mertasinga yang dikepalai oleh Mangkubumi Singapura. Daerah Pesambangan yang dikepalai oleh Ki Ageng Jumajan Jati. Dan Daerah Japura yang dikepalai oleh Ki Ageng Japura. Ketiga daerah otonom tersebut masing-masing mengirimkan upeti setiap tahunnya kepada kerajaan Pajajaran (Sulendraningrat , 1978 : 16). Semula Cirebon termasuk dalam daerah kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran, bahkan menjadi salah satu kota pelabuhan kerajaan tersebut (Tim Penulis Nasional Sejarah Indonesia , 2010 : 59 ). Sekitar tahun 1513 cirebon ini tidak lagi dibawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran, namun sudah di beritakan masuk ke dalam daerah jawa di bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Saat itu Cirebon di kuasai oleh Lebe Usa. Syarif Hidayatullah atau yang sering di kenal dengan Sunan Gunung Jati telah datang di Cirebon pada tahun 1470. Syarif Hidayatullah datang untuk mengajarka agama Islam. Syarif Hidayatullah mengajarkan agama Islam di Gunung Sembung. Syarif Hidayatullah adalah putra dari wanita asal Galuh, Caruban. Wanita tersebut adalah NhayLara Santang yaitu adik dari Pangeran Cakrabuana pemimpin Cirebon. Syarih Hidayatullah Mengajarkan agama islam ditemanni dengan uaknya Haji Abdullah Iman dan pangeran Cakrabumi atau pangeran Cakrabuana. Haji Abdullah Iman dan Pangeran Cakrabuana sudah lebih dahulu berada atau tinggal di Cirebon. Syarif Hidayatullah menikah dengan Pakung Wati. Pakung Wati adalah putri dari Uaknya. Syarif Hidayatullah menggantikan mertuanya sebagai penguasa Cirebon pada tahun 1479. Setelah menikah dan menjadi penguasa Cirebon, Syarif Hidayatullah membangun atau mendirikan sebuah kraton. Karaton itu diberi nama Kraton Pakung Wati. Kraton Pakung Wati terletak disebalah timur Kraton Sultan Kesepuluhan sekarang ini. Syarif Hidayatullah ini terkenak dengan Gelar Gusuhunan Jati atau sering dikenal dengan Sunan Gunungjati. Syarif Hidayatullah menjadi saleh seorang dari Wali Sanga. Syarif Hidayatullah mendapat Julukan Pandita Ratu sejak ia berfungsi sebagai penyebar Agama Islam di tanah Sunda dan Sebagai Kepala Pemerintahan (Tim Penulis Nasional Sejarah Indonesia , 2010 : 59 ). Semenjak Syarif Hidayatullah menjadi penguasa di Cirebon, Cirebon menghentikan upeti ke pusat Kerajaan Pajajaran di pangkuan. Sejak saat itulah Cirebon menjadi Kerajaan yang dikepalai oleh Syarif Hidayatullah. Masa Kejayaaan Kerajaan Cirebon Kerajaan Cirebon berada pada puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah putra wanita asal Galuh-Caruban yaitu Nhay Lara Santang adik dari Pangeran Cakrabuwana pemimpin Caruban yang menikah dengan Mauana Sultan Muhammad. Ketika Syarif Hidayat berusia duapuluh tahun, ia pergi ke Makkah berguru kepada Syeh Tajamudin Al ubri, di sini ia tinggal selama dua tahun, setelah tamat dari Syeh Tajamudin kemudian Syarif Hidayat, meneruskan pelajaran kepada Syeh Ataillah Syazalli, masih di Mekkah juga selama dua tahun (Sunardjo, 1983:51). Ketika Cirebon mengalami kejayaan pada masa Syarif Hidayatullah sudah tidak diragukan lagi, karena pengalaman ilmu yang didapat sangat luar biasa. Itu dapat kita lihat dari beliau mempunyai dua guru besar yang ada di Mekkah. Syarif hidayatullah juga pernah belajar Tasawuf di Bagdad. Beliau di Bagdad beliau belajar tasawuf selam dua tahun. Kemudian beliau kembali ke negerinya yaitu Oqnah Yutra. Kemudain beliau memutuskan untuk pergi ke Jawa karena beliau ingin menjadi mubaligh di Jawa. Dalam perjalanannya ke pulau Jawa Syarif Hidayatullah sempat singgah di Gujarat. Setelah dariGujarat, Srarif Hidayat singgal dan tinngal pula di Samudera Pasai, sebuah tempat di Aceh yang pada masa itu sudah merupakan Kerajaan Islam yang cukup besar karena sudah berdiri sejak 1296 (Sunardjo, 1983:52). Mungkin saja ketika di Samudra Pasai Syarif Hidayatullah sedikit banyak belajar tentang pemerintahan Islam. Karena beliau juga tinggal beberapa waktu di Samudera Pasai. Jadi tidak heran lagi ketika beliau menjadi pemimpin di Cirebon dapat membawa pada kejayaan. Kemudian Syarif Hidayatullah melanjutkan perjalannanya ke Banten, kemudian ke Ampel. Ada bebrapa versi mengapa Syarif Hidayatullah pergi ke Ampel. Setelah dari Ampel, kemudain beliau mejunu Cirebon untuk menyiarkan agama Islam atas perintah dari para wali. Menurut Kitab Purwaka Caruban dalam bukunya R.H. Unang Sumardjo SH dijelaskan bahwa: Syarif Hidayatullah mendirikan pesantren di Dukuh Sembung masuk wilayah Pasambangan juga mengajar agama Islam di ampung Badaban (kurang lebih 3 Km arah Barat dari Pasambangan). Dari keterangan diatas dapat dipastikan bahwa kehadiran Syarif Hidayatullah di Cirebon sudah dapat diterima oleh pribumi Cirebon itu sendiri. Karena mustahil ketikan kedatangan Syarif Hidayatullah di Cirebon kemudian mendirikan pesantren tidak mendapatkan persetujuan pribumi Cirebon. Disisi lain komunikasi yang digunakan oleh Syarif Hidayatullah dapat diterima oleh pribumi Cirebon. Disisi lain Syarif Hidayatullah merupakan keponakan dari Pangeran Cakrabuwana pemimpin Caruban. Jadi kalau hanya mendirikan pesantren di Cirebon menjadi hal yang mudah bagi Syarif Hidayatullah. Namun demikian, kemungkina Syarif Hidayatullah mengajukan usul agar dalam tahun-tahun pertamanya di Cirebon diberi kesempatan untuk menjadi pendidik/guru dahulu sesuai keputusan para wali, sebagai pengganti Syeh Datuk Kahfi (Sunardjo, 1983:55). Ini dilakaukan Syarif Hidayatullah supaya dapat mempelajari tentang masyarkat Cirebon itu sendiri. Mengapa yang dipilih mendirikan pesantren, dikarenakan yang pertama adalh keinginan dari Syarif Hidayatullah unuk menjadi mubaligh dipulau Jawa yang juga dipertegas dengan titah dari para wali untuk mensyiarkan Islam di tanah Sunda. Selain itu, ketika Syarif hidayatullah menjadi pemimpin pesatren, beliau dapat mempelajari tentang nilai-nilai ataupun pola kehidupan masyarakat Cirebon. Diperkirakan pada suatu waktu ada beberapa orang dari Banten yang sengaja datang ke Pasambangan menemui Syeh Jati (yang sudah dikenal di Banten karena pernah tinggal di sini beberapa waktu lamanya setibanya dari Samudera Pasai), dan mengajukan permohonan kepada Syeh jati untuk memberikan pelajaran Agama Islam di Banten (Sunardjo, 1983:57). Kemungkinan juga sepak terjang dari Syarif Hidayatullah sundah tersebar luas kabarnya sampai ke Banten. Karena pada waktu Syarif Hidayatullah berada di Banten setelah dari Samudera Pasai, beliau tinggal tidak lama. Ketika berada di Banten, Syarif Hidayatullah diminta untuk segera kembali ke Cirebon oleh Pangeran Cakrabuwana. Karena kehadiran dan tenaganya sangant dibutuhkan di Cirebon. Ternyata Pangeran Cakranuwana sudah lama mempunyai rencana dan ingin cepat merealisasikan rencananya itu untuk menobatkan Syarif Hidayatullah sebagai penguasa di nagari Caruban menggantikan dirinya (Sunardjo, 1983:59). Yang menjadi pertanyaan adalah menganpa Pengeran Cakrabuwana memilih Syarif Hidayatullah untuk menggantikan dirinya. Disini penulis sulit menemukan sumber yang relevan mengenai masalah itu. Yang pasti bahwa alasan mengangkat Syarif Hidayatullah menjadi pengganti Pangeran Cakrabuwana tidak slah. Karena sudah jelah mengenai track record dari Syarif Hidayatullah. Karena juga Syarif Hidayatullah merupaka keponakan dari Pangeran Cakrabuwana. Penobatan Syarif Hidayatullah menjadi Tumenggung di Cirebon merupakan era baru bagi Cirebon. Beliaulah yang mengganti nama Cirebon yang dulunya adalah Caruban, dan diganti dengan Cerbon dan terus berkembang menjadi Cirebon. Masa kejayaan kerajaan Cirebon di awali dari perkembangan Islam. Pada masa Syarif hidayatullah Islam berkembang dengan pesat. Sudah tidak kaget lagi ketika Islam mengalami perkembangan yang pesat. Memang
  • 11. tujuan utama Syarif Hidayatullah ke pulau Jawa adalah menjadi mubaligh untuk menyiarkan Islam. Disisi lain gaya komunikasi yang digunakan sehingga dapat membius pribumi Cirebon untuk masuk Islam. Silsilah dari Syarif Hidayatullah juga yang dapat dengan mudah menjadi keyakinan pribumi beliau, yaitu cucu dari Prabu Siliwangi. Kejayaan kerajaan Cirebon tidak lepas dari campur tangan Pangeran Cakrabuwana. Menurut perkiraan beberapa waktu sebelum penobatan, syarif Hidayatullah dengan Pangeran Cakrabuwana telah membicarakan tentang berbagai konsep pembangunan negara serta beberapa rencana operasional (Sunardjo, 1983:60). Sudah pasti Syarif hidayatullah melaksanankan konsep-konsep yang telah dirancang bersama dengan Pangeran Cakrabuwana. Berdasarkan perkiraan dengan memperhatikan temuan-temuan dilapangan dan uraian- uraian dalam itab Purwaka Caruban Nagari yang tertulis dalam bukunya Unang Sunadjo menyebutkan bahwa: azaz pemerintahandi wilayah Cirebon adalah berazaz desentralisasi. Sedangkan polanya yang utama adalah pola pemerintahan kerajaan di pesisir, di mana pelabuhan menjadi bagian yang sangat penting dan pedalaman menjadi penunjang yang sangat vital. Dari uraian diatas dapat di ambil inti sari bahwa hubungan antara daerah pesisir yaitu pelabuhan, dengan daerah pedalaman (sektor pertanian dan pemasaran) saling berkaitan. Komoditi-komoditi yang masuk dari pelabuhan dibawa ke daerah pedalaman untuk dijual. Begitu juga ketika komoditi dari sektor pertanian akan di ekspor melewati pelabuhan. Pada masanya, bidang politik, keagamaan, dan perdagangan, makin maju. Pada masa itu terjadi penyebaran Islam ke Banten (sekitar 1525-1526) dengan penempatan putra Syarif Hidayatullah , yaitu Maulana Hasanuddin, setelah meruntuhkan pemerintahan Pucuk Unum, penguasa kadipaten dari kerajaan Sunda Pajajaran yang berkedudukan di Banten Girang. Setelah Islam, pusat pemerintahan Maulana Hasanuddin terletak di Surowan dekat muara Cibanten (Tjandarsasmita, 2009:164) Sudah jelas bahwa Syarif Hidayatullah memperluas wilayah dengan penyerangan daerah-daerah kecil untuk menyabarkan Islam. Ini penting untuk dilakukan supaya Islam dapat tersebar dengan cepat. Upaya ini juga untuk mendapatkan pengaruh yang kuat dari wilayah-wilayah lain di Jawa bagian barat. Pada suatu ketika Syarif Hidayatullah pergi ke Demak untuk membantu membangun masjid Demak. Syarif Hidayatullah menyumbang tiang masjid yang sekarang dikenal dengan Saka Guru. Ketika merujuk dari sumbangsi Syarif Hidayatullah dalam pembangunan masjid Demak, ini merupakan salah satu strategi dari Syarif Hidayatullah dalam melakukan hubungan abatar kerajaan. Karena pada waktu itu di Demak juga berdiri kerajaan yang besar dibawah pimpinan Raaden Patah. Hubungan ini dilakukan supaya eksistensi dari Cirebon dapat terjaga. Ketika berada di Demak dan juga para wali berkumpul, mungkin Syarif Hidayatullah menyempatkan untuk membahas maslah-masalah kerajaan-kerajaan yang masih belum terdapat agama Islam. Setibanya di Cirebon, Syarif Hidayatullah mengadakan rapat yang menghasilkan kebijakan politik, sikap politik kerajaan Cirebon terhadap kerajaan Pajajaran yaitu tidak bersedia lagi mengirim upeti (bulubhekti) kepada Pajajaran yang disalurkan melalui Adipati Galuh (Sunardjo, 1983:67). Sikap ini secara tidak langsung Cirebon menyatakan kemerdekaannya. Karena sudah melepaskan diri dari Pajajaran dengan cara tidak lagi mengirim upeti. Ketika kita melihat kembali silsilah dari Syarif Hidayatullah, penguasa Pajajran pada waktu itu adalah Prabu Siliwangi, yaitu kakeknya sendiri. Tindakan ini awalnya mendapat respon keras dari Prabu Siliwangi, akan tetapi kemudian Prabu Siliwangi seakan-akan membiarkan keputusan yang diambil oleh Syarif Hidayatullah. Karena Prabu Siliwangi menghindari perang saudara. Mungkin juga dikarenakan hubungan antara Cirebon dengan Demak yang semakin erat. Sehingga Prabu Siliwangi tidak dapat mengambil sikap keras. Sejak Syarif Hidayatullah bandar Cirebon makin ramai baik untuk berhubungan laut antar Persi-Mesir dan Arab, Cina, Campa dan lainnya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997:62). Keraimain di bandar Cirebon sudah menjadi bukti nyata kebesaran Cirebon dikancah internasional. Terbukti dengan banyaknya pedagang dari berbagai negara. Ketika bandar Cirebon pada puncak keramaiannya, pasti ada halangan. Mungkin dari bajak laut ataupun yang lain. Susuhunan Jati segera mengirim pasukan menumpas Bajak Laut ini dengan menyeran pangkalannya. Pasukan Cirebon yang berkekuatan dua ribu tjuh ratu orang dipimpin oleh Dipati Keling (Sunardjo, 1983:68). Tindakan ini sangat dibutuhkan untuk menjaga keamanan bandar Cirebon. Apabila Syarif Hidayatullah tidak mengambil tindakan tegas, maka bandar Cirebon dalam bahaya yang berakibat bandar menjadi sepi. Pada tahun 1527 pasukan Demak di bawah pimpina Faletehan dengan bantuan pasukan Cirebon, Dipati eling, dan Dipati Cangkuang berhasil menaklukan Sunda Kelapa, sejak itu namanya diganti dengan Jayakarta dan Faletehan diangkat sebagai kepala pemerintah yang pertama (Kosoh dkk. 1979:82). Ketika pemimpin suatu daerah Islam, maka masyarakat yang berada di wilayah itu juga memeluk Islam. Begitu juga dengan Jayakarta, Faletehan segera meng-Islamkan masyarakat Jayakarta. Sehingga masyarakat pesisir utara Jawa sudah memeluk Islam. Dengan masuknya bandar-bandar kerajaan Pajajaran seperti Banten tahun 1526, Kalapa, tahun 1527 maka seluruh utara Jawa Barat telah ada dalam kekeuasaan Islam (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997:63). Akibat keadaan seperti ini maka bandar-bandar termasuk Cirebon menjadi tempat perdagangan internasinal. Sebagai mana lazimnya pada masi itu, maka setelah dicarikan waktu yang tepat Susuhunan Jati mengeluarkan keputusan untuk membangun sebuah mesjid yang besar sebagaimana halnya di Demak (Sunardjo, 1983:74). Dengan demikian sudah jelas bahwa Cirebon dibawah kepemimpina Syrif Hidayatullah yang juga seorang wali berhasil mempercepat perkembangan Cirebon sebagai syiar Islam dan juga perdagangan. Seperti yang dijelaskan oleh RH Unang Sunardjo dalam bukunya yang menjelaskan: 1. Telah terpenuhinya prasarana dan sarana pisik essensial pemerintahan dan ekonomi dalam ukuran suatu Kerajaan Pesisir. 2. Telah dikuasainya daerah-daerah belakang (hinterland) yang dapat diharapkan mensuplay bahan pangan termasuk daerah penghasil garam, daerah yang cukup vital bagi income nagari pesisir dengan luas yang memadai. 3. Telah adanya sejumlah pasukan lasykar dengan semangat yang tinggi, yang dipimpin oleh para panglima (dipati-dipati) yang cukup berwibawa dan bisa dipercaya loyalitasnya. 4. Adanya sejumlah penasehat-penasehat baik dibidang pemerintahan maupun agama. 5. Terjalinnya hubungan antar negara yang sangat erat antar Cirebon dengan Demak. 6. Mendapat dukungan penuh dari para wali. 7. Tidak terdapat indikasi tentang ancaman Prabu Siliwangi untuk menghancurkan eksistensi cirebon. Dari uraian diatas dapat dijadikan acuan bahwa Cirebon pada masa Syarif Hidayatullah berada dalam kejayaannya. Sunan Gunung Jati wafat pada tahun 1568 dan dimakamkan di Bukit Sembung yang juga dikenal dengan makam Gunung Jati (Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia. 2010:60). Kemudian digantikan oleh Panembahan Ratu putra Pangeran Suwarga. Keadaan Ekonomi dan Politik Kerajaan Cirebon Keadaan Ekonomi Kerajaan Cirebon Sebagai sebuah kesultanan yang terletak diwilayah pesisir pulau Jawa, Cirebon mengandalkan perekonomiannya pada perdangangan jalur laut. Dimana terletak Bandar-bandar dagang yang berfungsi sebagai tempat singgah para pedagang dari luar Cirebon. Juga memiliki fungsi sebagai tempat jual beli barang dagangan. Dari artikel yang ditulis oleh Uka Tjandrasasmita, yang dibukukan dalam sebuah buku kumpulan artikel oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Jakarta. Dituliskan sebuah artikel yang berjudul “Bandar Cirebon dalam Jaringan Pasar Dunia”, dalam artikelnya terbagi menjadi 3 periode, yaitu: Bandar Cirebon masa pra-islam, Pada masa pra-islam Cirebon masih dalam kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran. Pada masa ini pula terdapat Bandar dagang yang berada di Dukuh Pasambangan dengan bandar Muhara Jati. Kapal-kapal yang
  • 12. berlabuh di bandar Muhara Jati antara lain berasal dari Cina, Arab, Tumasik, Paseh, Jawa Timur, Madura, dan Palembang (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997:56). Dikatakan bahwa sebelum Tome Pires (1513) Cirebon masih berkeyakinan Hindu-Buddha. Pada saat ini Ciebon masih dibawah kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran. Menurut cerita tradisi Cirebon mulai memeluk agama islam sekitar tahun 1337 M yang dibawa oleh Haji Purba. Pada abad 14 M perdagangan dan pelayaran sudah banyak dilakukan oleh orang muslim. Dari cerita Purwaka Caruban Nagari diperoleh informasi bahwa terjadi perpindahan Bandar perdagangan. Bandar dagang yang dahulunya terlertak pada Bandar Muhara Jati di dukuh Pasambangan dipindah kearah selatan yaitu ke Caruban. Alasan mengapa Bandar dagang dipindahkan, menurut cerita Bandar dagang di Muhara jati mulai berkurang keramaiaannya. Caruban sendiri dibangun o0leh Walangsungsangatau Ki Samadullah atau Cakrabumi sebagai kuwu dan seterusnya. Sejak Syarif Hidayatullah, Bandar-bandar di Cirebon makin ramai dan makin baik untuk berhubungan dengan Parsi-Mesir, Arab, Cina, Campa, dan lainnya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997:56). Dengan kedatangan Belanda keadaan ekonomi di Cirebon dikuasai penuh oleh VOC. Dengan diadakannya perjanjian antara Belanda dengan Cirebon 30 April 1981, Cirebon selalu akan memelihara kepercayaan terhadap Belanda. Akan tetapi, seluruh komoditi perdagangan di Cirebon, dikuasai Belanda, hal ini hanya akan menguntungkan pihak Belanda dan merugikan Cirebon. Belanda menerapkan monopoli perdagangan dan pertanian, salah satu contohnya yaitu kebijakan menanam 10 pohon kopi tiap kepala keluarga di Priangan Timur. Juga dengan surat perintah tanggal 1 Maret 1729. Dari gambaran diatas kita kenali bahwa pihak kesultanan sendiri dalam menjalankan perekonomian terutama terhadap komoditi-komoditi ekspor kurang, peranannya lebih banyak ditangan Belanda. Hal itu semuanya jelas dampak negative pengaruh kolonialisme Belanda sejak perjanjian tahun 1981 dan seterusnya. Dengan perjanjian-perjanjian tersebut Belanda sejak Kompeni menginginkan penguasaan atas daerah subur produksi kopi dan lainnya dapat terlaksana, disamping rasa ketakutannya terhadap penguasaan daerah Priangan Timur itu dikuasai oleh Banten dan juga Mataram (Departemen Pendiidikan dan Kebudayaan, 1997:67). Selain yang telah dibahas diatas, keadaan ekonomi yang diterangkan oleh Uka Tjandrasasmita. Dapat dilihat pula keadaan perekonomian dari sumber lainnya. Selain perdagangan dan pelayaran. Perekonomian Cirebon juga ditunjang oleh kegiatan masyarakatnya yang menjadi nelayan. Cirebon juga dikenal sebagai kota udang, artinya Cirebon juga memiliki satu komoditi dagang utama yaitu terasi, petis dan juga garam. Dalam kehidupan ekonomi juga masih ada peran dariorang asing. Orang asing tersebut menjadi syahbandar atau yang mengantur tentang ekspor impor perdagangan. Cirebon yang menjadi syahbandarnya yaitu orang-orang Belanda. Alasan mengapa syahbandar diambil dari orang-orang asing, karena orang-orang asing dianggap lebih mengetahui tentang cara-cara perdagangan. Di kota Cirebon juga terdapat pasa tertua yaitu pasar yang terletak di timur laut alun-alun kraton Kasepuhan dan lainnya di sebelah utara alun-alun kanoman. POLITIK Perkembangan politik yang terjadi pada Cirebon berawal dari hubungan politiknya dengan Demak. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan Cirebon. Dikatakan oleh Tome Pires yang menjadi Dipati Cirebon adalah seorang yang berasal dari Gresik. Kosoh, dkk (1979:94) Babad Cirebon menceritakan tentang adanya kekuasaan kekuasaan Cakrabuana atau Haji Abdullah yang menyebarkan agama islam di kota tersebut sehingga upeti berupa terasi ke pusat Pajajaran lambat laun dihentikan. Selain hubungannya dengan Demak, kehidupan politik pada kala itu juga dipengaruhi oleh beberapa konflik. Konflik yang terjadi ada konflik internal dan menjadi vassal VOC. Pertama yang terjadi, dimulai dari keputusan Syarif Hidayatullah yang resmi melepaskan diri dari kerajaan Sunda tahun 1482. Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1570, dan kepemimpinannya digantikan oleh anaknya yaitu Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Pada masa kepemerintahannya, Panembahan Ratu menyaksikan berdirinya karajaan Mataram dan datangnya VOC di Batavia. Panembahan Ratu cenderung berperan sebagai ulama dari pada sebagai raja. Sementara di bidang politik, Panembahan Ratu menjaga hubungan baik dengan Banten dan Mataram .Setelah wafat pada tahun 1650, dalam usia 102 tahun, Panembahan Ratu digantikan oleh cucunya, yaitu Pangeran Karim yang dikenal dengan nama Panembahan Girilaya atau Panembahan Ratu II karena anaknya Pangeran Seda Ing Gayam telah wafat terlebih dahulu (Nina: online). Ketika terjadi pemberontakan Trunojoyo, Panembahan Senapati dijemput oleh utusan dari kesultanan Banten ke Kediri. Dalam perjalanan kondisi Senapati yang sakit-sakitan menyebabkan dia meninggal dunia dan akhirnya dimakamkan di bukit Giriliya. Sedangkan kedua anaknya dibawa ke Banten, yaitu: Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kartawijaya. Namun, kemudian mereka dikembalikan ke Cirebon, disana mereka membagi tiga kekuasaan. Ketiga penguasa Cirebon ini berusaha untuk menjadikan diri sebagai penguasa tunggal. Sultan Sepuh merasa bahwa ia yang berhak atas kekuasaan tunggal karena ia anak tertua. Sementara Sultan Anom, juga berkeinginan yang sama sehingga ia mencoba mencari dukungan kepada Sultan Banten. Di lain pihak, Pangeran Wangsakerta , yang menjadi pengurus kerajaan saat kedua kakaknya dibawa ke Mataram, merasa berhak juga menjadi penguasa tunggal. Sultan Sepuh mencoba mendapat dukungan VOC dengan menawarkan diri menjadi vassal VOC. VOC sendiri tidak pernah mengakui gelar sultan pemberian Sultan Banten dan selalu menyebut mereka panembahan (Nina: online). Dengan surat perjanjian tanggal 7 Januari 1681, Cirebon resmi menjadi vassal VOC. Jadilah, urusan perdagangan diserahkan kepada VOC, berbagai keputusan terkait Cirebon (termasuk pergantian sultan, penentuan jumlah prajurit) harus sepersetujuan VOC di Batavia, ketika para Sultan akan bepergian harus atas ijin VOC dan naik kapal mereka, dalam berbagai yupacara, pejabat VOC harus duduk sejajar dengan para Sultan (Nina: online). Setelah kedatangan Belanda ke Cirebon membuat banyak perubahan, khususnya di bidang politik. Pada tahun 1696, Sultan Anom II atas kehendak VOC menjadi Sultan. Pada Tahun 1768 kesultanan Cirebon dibuang ke Maluku. Kondisi Sosial dan Budaya Kerajaan Cirebon A Kondisi Sosial Kerajaan Cirebon Perkembangan Cirebon tidak lepas dari pelabuhan, karena pada mulanya Cirebon memang sebuah bandar pelabuhan. Maka dari sini tidak mengherankan juga kondisi sosial di Kerajaan Cirebon juga terdiri dari beberapa golongan. Diantara golongan yang ada antara lain, golongan raja beserta keluargana, golongan elite, golongan non elite, dan golongan budak (Sartono Kartodirdjo, 1975:17). 1.Golongan Raja Kerajaan Cirebon Para raja/Sultan yang tinggal di kraton melaksanakan ataupun mengatur pemerintahan dan kekuasaannya. Pada mulanya gelar raja pada awal perkembangan Islam masih digunaka, tetapi kemudian diganti dengan gelar Sultan akibat adanya pengaruh Islam. Kecuali gelar Sultan terdapat juga gelar lain seperti Adipati, Senapati, Susuhunan, dan Panembahan (Kosoh dkk, 1979:96). Raja atau Sultan sebaai penguasa terinnggi dalam pemerintahan memiliki hubungan erat dengan pejabat tinggi kerajaan seperti senapati, menteri, mangkubumi, kadi, dan lain sebagainya. Pertemuan antara raja dengan pejabat ataupun langsung dengan rakyat tidak dilakukan setiap hari. Kehadiran raja di muka umum kecuali pada waktu audiensi/pertemuan juga pada waktu acara penobatan mahkota, pernikahan raja, dan putra raja (Sartono Kartodirdjo, 1975:17). 2 Golongan Elite Golongan ini merupakan golongan yang mempunyai kedudukan di lapisan atas yang terdiri dari golongan para bangsawan/priyayi, tentara, ulama, dan pedagang. Diantara para bangsawan dan pengusa tersebut, patih dan syahbandar memiliki kedudukan kedudukan penting. Di Cirebon, pernah ada orang-orang asing yang dijadikan
  • 13. syahbandar dan mereka memempati golongan elite. Hal ini dipertimbangkan atas suatu dasar bahwa mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas tentang perdagangan dan hubungan internasional. Golongan keagamaan yang terdiri dari ulama juga memiliki memiliki kedudukan yang tinggi, mereka umumnya berperan sebagai penasehat raja (Kosoh dkk, 1979:99). 3 Golongan Non Elite Golongan ini merupakan merupakan lapisan masyarakat yang besar jumlahnya dan terdiri dari masyarakat kecil yang bermata pencaharian sebagai petani, pedagang, tukang, nelayan, dan tentara bawahan dan lapisan masyarakat kecil lainnya. Petani dan pedagang merupakan tulang punggung perekonomian, dan mereka mempunyai peranan sendiri-sendiri dalam kehidupan perekonomian secara keseluruhan (Kosoh dkk, 1979:99). 4 Golongan Budak Golongan ini terdiri dari orang-orang yang bekerja keras, menjual tenagai sampai melakukan pekerjaan yang kasar. Adanya golonga buak tersebut disebabkan karena seseorang yang tidak bias membayar utang, akibat kalah perang. Golongan budak menempati status sosial paling rendah, namun mereka juga diperlukan oleh golongan raja maupun bangsawan untuk melayani keperluan mereka. Mereka dipekerjakan dalam membantu keperluannya dengan menggunakan fisik yang kuat. Mereka harus taat pula dengan peraturan yang dibuat oleh majikannya. Namun bagi mereka yang nasibnya baik dan bisa membuat majikan berkenan maka mereka bisa diangkat sebagai tukang kayu, juru masak dan lain sebagainya (Kosoh dkk, 1979:100). B Kondisi Budaya Kerajaan Cirebon Agama Islam mengajarkan agar para pemeluknya agar melakukan kegiatan-kegiatan ritualistik. Yang dimaksud kegiatan ritualistik adalah meliputi berbagai bentuk ibadah seagaimana yang tersimpun dari rukun Islam. Bagi orang Jawa, hidup ini penuh dengan riyual/upacara. Secara luwes Islam memberikan warna baru dalam upacara yang biasanya disebut kenduren atau selamatan (Darori, 1987:130-131). Membahas masalah budaya, maka tak lepas pula dengan seni, Cirebon memiliki beberapa tradisi ataupun budaya dan kesenian yang hingga sampai saat ini masih terus berjalan dan masih terus dlakukan oleh masyarakatnya. Salah satunya adalah upacara tradisional Maulid Nabi Muhammad SAW yang tela ada sejak pemerintahan Pangeran Cakrabuana, dan juga Upacara Pajang Jimat dan lain sebagainya. 1.Upacara Maulid Nabi Upacara Maulid Nabi dilakukan setelah beliau wafat,± 700 tahun setelah beliau wafat (P.S. Sulendraningrat, 1978:85) upacara ini dilakukan sebagai rasa hormat dan sebagai peringatan hari kelahiran kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Secara istilah, kata maulud berasal dari bahasa Arab “Maulid” yang memiliki sebuah arti kelahiran. Upacara Maulid Nabi di Cirebon telah dilakkan sejak abad ke 15, sejak pemerintahan Sunan Gunung Jati upacara ini dilakukan dengan besar-besaran. Berbeda dengan masa pemerintahan Pangeran Cakrabuana yang hanya dilakukan dengan cara sederhana. Upacara Maulid Nabi di kraton Cirebon diadakan setiap tahun hingga sekarang yang oleh masyarakat Cirebon bisebut sebagai upacara “IRING-IRINGAN PANJANG JIMAT” (P.S. Sulendraningrat, 1978:86). 2 Upacara Pajang Jimat Salah satu upacara yang dilakukan di Kerajaan Cirebon adalah Upacara Pajang Jimat. Pajang Jimat memiliki beberapa pengertian, Pajang yang berarti terus menerus diadakan, yakni setiap tahun, dan Jimat yang berarti, dipuja-puja (dipundi-pundi/dipusti-pusti) di dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (P.S. Sulendraningrat, 1978:87). Pajang Jimat merupakn sebuah piring besar (berbentuk elips) yang terbuat dari kuningan. Bagi Cirebon Pajang Jimat memiliki sejarah khusus, yakni benda pusaka Kraton Cirebon, yang merupakan pemberian Hyang Bango kepada Pangeran Cakrabuana ketika mencari agama Nabi (Islam). Upacara Pajang Jimat pada Kraton Cirebon dilakukan pada tanggal 12 Rabiul Awal, setelah Isya’, upacara penurunan Pajang Jimat dilakukan oleh petugas dan ahli agama di lingkungan kraton. Turunnya Pajang Jimat dimulai dari ruang Kaputren naik ke Prabayaksa dam selanjutnya diterima oleh petugas khusus yang telah diatur. Adapun tatacara dan atribut dalam upacara Pajang Jimat, diantaranya adalah sebagai berikut: 1.Beberapa lilin dipasang diatas standarnya. 2.Dua buah manggaran, dan buah nagan da dua buah jantungan. 3.Kembang goyak (kembang bentuuk sumping) 4 kaki. 4.Serbad dua guci dan duapuluh botl bir tengahan. 5.Boreh/parem. 6.Tumpeng. 7.Ancak sangar (panggung) 4 buah yang keluar dari pintu Pringgadani. 8.4 buah dongdang yang berisi makanan, menyusul belakangan, keluar dari pintu barat Bangsal Pringgandani, keteras Jinem. Upacara irig-iringan Pajang Jimat di Kraton Kasepuhan Cirebon ini sebagai gambaran peranan seorang dukun bayi (bidan). Jam 24.00 Pajang Jimat kembali dari Langgar Keraton masukke Kraton dengan melalui pintu sebelah barat menuju Kaputren, maka berakhirlah acara Upacara Maulid Nabi (P.S. sulendraningrat, 1978:87-94). 3 Seni Bangunan dan Seni Ukir Seni bangunan dan seni ukir yang berkembang di kerajaan Cirebon tak lepas dari perkembngan seni pada zaman sebelumnya. Ukiran-ukiran yang ada pada kraton banyak menunjukkan pola zaman sebelumnya. Ukiran yang menunjukkan sifat khas pada Cirebon adalah ukiran pola awan yang digambarkan pada batu karang. Penggunaan seni bangunan masjid tampak asli pada penggunaan lengkungan pada ambang-ambang pintu masjid. Demikian pula dengan makam-makam yang strukturnya mengikuti zaman sebelumnya. Yakni berbentuk bertingkat dan ditempatkan di atas bukit-bukit menyerupai meru (Kosoh dkk, 1979:100). 4 Seni Kasusasteran Diantara seni bangunan dan seni tari, terdapat juga seni kasusasteran yang berkembang. Diantarnya adalah seni tari, seni suara, dan drama yang mengandung unsur-unsur Islam. Seni kasusasteran yang berkembang ini juga tak lepas dari zaman sebelumnya. Misalnya saja seni tari, yang diantaranya yang berkembang adalah seni ogel namun mengandung unsur-unsur Islam (Kosoh dkk, 1979:100). Masa Keruntuhan dan Peninggalan Kerajaan Cirebon A.Runtuhnya Kerajaan Cirebon Pada tahun 1649 Panembahan Ratu Pangeran Emas telah meninggal pada usia 102 tahun. Dengan wafatnya Dipati Cerbon ke II, maka panembahan ratu menunjuk cucunya yaitu Pangeran Karim untuk membantunya menjalankan roda pemerintahan Cerbon Menggantikan ayahnya yaitu Dipati Cerbon ke II. Pangeran Karim waktu itu berusia 48 tahun menggantikannya sebagai Kepala Pemerintahan Cerbon yang ke III dengan gelar Panembahan Ratu II. Karena beliau wafat di Mataram sekitar tahun 1667 dan dimakamkan di pemakamn di bukit Girilaya, maka disebutlah beliau oleh anak keturunannya dengan sebutan Panembahan Girilaya. Akhirnya nama Panembahan Girilaya itulah yang disebut terus menerus dalamberbagai sumber sejarah, baik dalam Babad Cirebon, Sejarah Cirebon, Kitab Negara Kertabumi, maupun Kitab Purwaka Caruban Nagari. Oleh Karena itu nama Panembahan Girilaya lebih terkenal dari pada gelar resmi pada waktu penobatannya yaitu Panembahan Ratu ke II. Pada saat Panembahan Ratu masih hidup beliau mengawinkan Panembahan Girilaya dengan Putri Sunan Amangkurat ke 1 tapi, untuk masalah kapan diselenggarakannya pernikahan ini sendiri tidak jelas, karena saat itu Sunan Amangkurat ke 1 baru naik tahta. Dan jika melihat pada literature lain itu adalah perkawinan kedua Panembahan Girilaya. Padaperkawinannya yang pertama beliau dikaruniai 2 orang anak yang bernama Panembahan Katimang dan Pangeran Gianti sedang pada perkawinan ke II mendapat 3 orang anak yaitu Pangeran Martawijaya, Pangeran Kertawijaya, dan Pangeran Wangsakerta.
  • 14. Pada masa pemerintahan Panembahan Ratu hubungan antara Cirebon dan Mataram sangat Harmonis dan itu terjadi hamper selama 6 tahun. Tetapi setelah Cirebon dipimpin Panembahan Girilaya hubungan yang tadinya harmonis berubah menjadi agak merenggang karena perubahan sikap dari Amangkurat 1 yang beranggapan bahwa Cirebon tak lebih baik atau tidak sederajat dengan Mataram. VOC yang mengetahui kerenggangan hubungan antara Mataram- Cirebon memanfaatkan benar peluang ini untuk mengadu domba mereka. Dalam waktu yang singkat strategi politik “Adu Domba” VOC bisa membuat kesemrawutan dalam tubuh Kerajaan Mataram. Dalam kondisi yang serumit itu Sunan Amangkurat 1 diduga berusaha denga keras mengatasinya dengan tindakan “pembersihan dan penertiban” yang pada nyatanya dilakukan dengan kejam dan kekerasan. Tindakan itu memakan banyak korban sehingga Panglima Angkatan Perang Mataram yang diandalakan ayahnya sendiri yaitu Dipati Anom yang sekaligus putra Mahkota mulai membenci dan meninggalkan Sunan Amangkurat 1. Pada saat yang seperti itu Mataram mendapat kunjungan dari Panembahan Girilaya beserta 2 orang anaknya Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kertawijaya serta pengawalnya yang diperkirakan pada tahun 1666/1667. Namun alasan Panembahan Girilaya mengunjungi Mataram dan sampai di sana (diperkirakan pada saat berumur 66 tahun) tidak ada penjelasan yang pasti. Setelah kejadian wafatnya Panembahan Girilaya kedua anaknya yang ikut ke Mataram tadi ditahan dan dibawa oleh Trunojoyo pada tahun 1678 dari Mataram ke Kediri. Sejak wafatnya Panembahan Girilaya Cirebon telah terpecah belah dan hancur sehingga tidak mempunyai wibawa lagi dan akhirnya menjadi mainan belanda, mataram dan banten. Tidak berhenti disini timbul masalah baru yakni para kerabat Kerajaan yang setia pada Panembahan Girilaya yang tidak terima akan kemunduran Cirebon meminta bantuan dari Sultan Ageng Tirtayasa Dari Banten. Dan untuk mengisi kekosongan dengan cepat dan dengan pertimbangan yang matang Sultan Ageng Tirtayasa menetapkan pejabat Kepala Negara Cirebon yaitu anak ketiga Panembahan Girilaya yaitu adalah Pangeran Wangsakerta yang pada waktu itu tidak ikut kedalam kunjungan ke Mataram dinobatkan sebagai Sultan Cirebon oleh Sultan Banten. Pada saat itu setelah Trunojoyo dapat memukul mundur pasukan Cirebon dan dapat membuat ketakutan serta membuat lari Sunan Amangkurat 1. Hilanglah kekuasaan Mataram yang Kejam dan Otoriter dan pada saat itu atas permintaan Sultan Banten, Sultan Banten meminta Trunojoyo membawa dua putra mahkota pesakitan itu untuk dibawa ke Kediri dan selanjutnya dibawa ke Banten. Selanjutnya karena kurangnya keterangan yang jelas proses kembalinya 2 pangeran itu ke Cirebon kurang jelas dan pula penobatannya Pangeran Martawijaya sebagai Sultan Sepuh dengan gelar Raja Syamsudin dan Pangeran Kertawijaya sebagai Sultan Anom dengan gelar Sultan Mahmud Badridi. Dengan adanya tiga sultan di Kerajaan Cirebon ini adalah titik darimasa akhir Kerajaan Cirebon. Pada masa itu sudah ada usulan untuk membagi kerajaan menjadi 3 bagian tapi apa mau dikata ketidaksepahamlah yang didapat , karena masing masing mempunyai minat yang sama untuk menjadi sultan Cirebon. Pada tahun 1681 tepatnya 23 Januari dilaksanakanperjanjian persahabatan antara Sultan-Sultan Cirebon dengan pihak VOC yang diwakili oleh Van Dyck. Dari penandatanganan itu mengandung arti besar, karena peristiwa itu menjadi akar dari konflik baru dicirebon. Menurut keterangan P.S. Sulendranigrat dalam bukunya “Sejarah Cirebon” peristiwa penandatanganan inimenimbulkan perpecahan dari para pembesar pemerintahan di Cirebon tentunya adalah pro dan kontra diadakannya penandatangan perjanjian persahabatan tersebut. Dan setelah VOC bubar tahun 1800 maka Gubernur Jenderal Daendles menetapkan langkah strategis dengan mengeluarkan Reglement op het beheer van de Cheribonsche Landen pada 2 februari 1809 dan dengan keluarnya itu tadi maka Sultan-Sultan di Cerbon yaitu Kasepuhan , Kanoman dan Kacirebonan tidak memiliki kekuasaan lagi karena dijadikan Pegawai Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Pada saat akan keluar keputusan Pemerintah Kolonial Belanda , maka di Kesultanan Kanoman terjadi peristiwa pemecahan diriKanoman menjadi Kanoman dan Kacerbonan. Dengan Fakta diatas dapat kita ketahui faktor faktor penyebab runtuhnya kerajaan Cirebon. B.Peninggalan-peninggalan Kerajaan Cirebon Keraton Kasepuhan Cirebon Sekarang terletak di Kecamatan Lemah Wungkuk Kotamadya Cirebon. Di keratin Kasepuhan ini akan kita dapati bangunan-bangunan dengan arsitekturnya yang khas, benda kuno, kereta Singa Barong dan naskah kuno. Kereta Singa Barong Kasepuhan Kereta Singa Barong adalah hasil karya Panembahan Losari, cucu Sunan Gunung Jati, yang dibuatnya pada 1549. Ukiran binatang pada kereta Kereta Singa Barong ini berbelalai gajah yang melambangkan persahabatan Kasultanan Cirebon dengan India, berkepala naga sebagai lambang persahabatan dengan Cina, serta bersayap dan berbadan Buroq yang melambangkan persahabatan dengan Mesir. Keraton Kanoman Keraton Kanoman didirikan oleh Sultan Kanoman I (Sultan Badridin). Terletak sebelah utara (300 meter) dari keratin Kasepuhan Keraton ini berdiri sejak Panembahan Girilaya Wafat. Kereta Paksi Naga Lima Kereta Paksi Naga Liman yang merupakan Kereta kebesaran Sunan Gunung Jati dan para Sultan Cirebon ini dibuat pada tahun yang sama dengan Kereta Jempana, yaitu tahun Saka 1350 atau 1428, juga atas prakarsa Pangeran Losari. Kereta Paksi Naga Liman menggabungkan bentuk paksi (burung), naga, dan liman (gajah) yang belalainya memegang senjata trisula ganda. Keistimewaan Kereta Paksi Naga Liman yang disimpan di Keraton Kanoman ini ada pada bagian sayapnya yang bisa mengepak saat kereta sedang berjalan. Keraton Kacirebonan Keraton Kacirebonan merupakan keraton yang paling kecil diantara keraton lain yang ad di daerah cirebon.Sejarah Keraton Kacirebonan dimulai ketika Pangeran Raja Kanoman, pewaris takhta Kesultanan Keraton Kanoman bergabung dengan rakyat Cirebon dalam menolak pajak yang diterapkan Belanda, yang memicu pemberontakan di beberapa tempat. Pangeran Raja Kanoman kemudian tertangkap oleh Belanda dan dibuang ke benteng Viktoria di Ambon, dilucuti gelarnya, serta dicabut haknya sebagai Sultan Keraton Kanoman. Namun karena perlawanan rakyat Cirebon tidak juga reda, Belanda akhirnya membawa kembali Pangeran Raja Kanoman ke Cirebon dalam upaya mengakhiri pemberontakan. Status kebangsawanan Pangeran Raja Kanoman pun dikembalikan, namun haknya atas Kesultanan Keraton Kanoman tetap dicabut
  • 15. Masjid Sang Cipta Rasa Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun pada tahun 1498 M oleh Wali Sanga atas prakarsa Sunan Gunung Jati. Pembangunannya dipimpin oleh Sunan Kalijaga dengan arsitek Raden Sepat (dari Majapahit) bersama dengan 200 orang pembantunya (tukang) yang berasal dari Demak. Mesjid ini dinamai Sang Cipta Rasa karena merupakan pengejawantahan dari rasa dan kepercayaan. Penduduk Cirebon pada masa itu menamai mesjid ini Mesjid Pakungwati karena dulu terletak dalam komplek Keraton Pakungwati. Sekarang mesjid ini terletak di depan komplek Keraton Kesepuhan. Menurut cerita rakyat, pembangunan mesjid ini hanya dalam tempo satu malam; pada waktu subuh keesokan harinya telah dipergunakan untuk shalat Subuh. Nama Masjid Sang Cipta Rasa sendiri mempunyai Makna Filosofi Sang berarti Agung, Cipta berarti Bangunan sedang rasa berarti manfaat, sehingga arti kata Sang Cpta Rasa maksudnya berarti Bangunan yang memilki Manfaat yang Agung/besar yang dikaitkan dengan kegiatan syiar agama islam dan agama di tanah cirebon.Keunikan Masjid ini yaitu dengan diadakannya adzan Pitu (tujuh Muadzin) pada setiap sholat jum’at. Masjid Agung Sang Ciptarasa (sebutan sehari-harinya masjid agung) ini merupakan salah satu bagian dari kraton Kasepuhan. Masjid ini terletak di sebelah barat Alun-Alun Sangkalabuwana (Alun-Alun depan Keraton Kasepuhan). Luas arealnya sekitar 4.750 meter persegi. Di dalamnya terdapat beberapa sakaguru yang berfungsi sebagai penopang struktur bagian atas. Yang lebih menarik lagi adalah saka tatal-nya, yaitu sebuah tihang penopang yang cukup kuat, walaupun hanya terbuat dari serpihan-serpihan kayu. Makam Sunan Gunung Jati Makam Sunan Gunung Jati Dihiasi dengan keramik buatan Cina dari jaman Dinasti Ming. Di komplek makam ini di samping tempat dimakamkannya Sunan Gunung Jati juga tempat dimakamkannya Fatahilah panglima perang pembebasan Batavia. Lokasi ini merupakan komplek pemakaman bagi keluarga Keraton Cirebon, terletak + 6 Km ke arah Utara dari Kota Cirebon Jawa Barat dan makam ini selalu ramai di kunjungi orang untuk berziarah,apalagi waktu malam jum’at. Makam Sunan Gunung Jati yang berada di bukit Gunung Sembung hanya boleh dimasuki oleh keluarga Kraton sebagai keturunannya selain petugas harian yang merawat sebagai Juru Kunci-nya. Selain dari orang-orang yang disebutkan itu tidak ada yang diperkenankan untuk memasuki makam Sunan Gunung Jati. Alasannya antara lain adalah begitu banyaknya benda-benda berharga yang perlu dijaga seperti keramik-keramik atau benda-benda porselen lainnya yang menempel ditembok-tembok dan guci-guci yang dipajang sepanjang jalan makam.Keramik-keramik yang menempel ditembok bangunan makam konon dibawa oleh istri Sunan Gunung Djati yang berasal dari Cina, yaitu Putri Ong Tien. Banyak keramik yang masih sangat baik kondisinya, warna dan design-nya sangat menarik. Sehingga dikhawatirkan apabila pengunjung bebas keluar- masuk seperti pada makam-makam wali lainnya maka barang-barang itu ada kemungkinan hilang atau rusak. Patung Macan Putih Dua buah Patung Macan Putih merupakan peninggalan Kesultanan Cirebon dan Kasepuhan , dan patung ini berlokasi didepan keraton-keraton yang terdapat di Cirebon terutama Keraton Kasepuhan. Arti dari Patung Macan Putih tersebut yaitu melambangkan keluarga besar Pajajaran yang merupakan keturunan Maharaja Prabu Siliwangi. Masyarakat sekarang lebih menganggap 2 patung tersebut sebagai penjaga suatu tempat yang berbau sacral atau mistis , akan tetapi sebenarnya fungsi dari patung tersebut pada jaman dahulu hanya digunakan sebagai lambang keluarga atau keturunan Prabu Siliwangi saja. Alun-Alun Sangkala Buana atau Saptonan Alun-Alun Sangkala Buana merupakan salah satu peninggalan Kesultanan Cirebon dimana tempat itu sering dipakai untuk acara resmi Keraton , dan Sultan Cirebon biasanya menyaksikan dari tempat duduknya di Mande Malang Semirang yang berada di kompleks Siti Inggil. Di sebelah barat Alun-alun adalah Masjid Agung Sang Cipta rasa, sedangkan di sebelah Utara Alun-alun utara Keraton Kasepuhan terdapat sebuah penjara, dan ada pula sebuah pasar di sebelah Timur , namun sekarang kedua tempat itu sudah tidak ada dikarenakan digunakan untuk pembangunan tempat lainnya. Saptonan sebutan dari tempat itu dikarenakan konon tempat itu digunakan sebagai tempat latihan keprajuritan tiap hari Sabtu , serta sebagai tempat pelaksanaan hukuman terhadap rakyat-rakyat yang telah melakukan kesalahan atau menjalani hukuman , tempat itulah yang digunakan seperti hokum cambuk. Bangunan Mande Pengiring Bangunan Mande Pengiri yaitu bangunan yang terdapat di dalam keraton Kasepuhan yang dulunya juga dibangun oleh Sunan Gunung Jati dan bangunan tersebut digunakan untuk tempat bersantai atau duduk bagi pengiring sultan , maka dari itu kenapa bangunan tersebut dipanggil dengan nama Mande Pengiring sesuai dengan fungsi bangunan tersebut. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan dari 5 bangunan mande lainnya seperti Mande Malang Semirang , Mande Pandawa Lima , Mande Semar Tinandu , Mande Karesmen , Mande Pengiring itu sendiri. Mande – mande tersebut digunakan kesultanan sesuai dengan kegunaannya masing – masing untuk melambangkan bagaimana kasultanan itu berkuasa . Bangunan Mande Karesmen Peninggalan Kerajaan Cirebon selanjutnya adalah Bangunan Mande Karesmen yang merupakan bangunan yang terletak disebelah Mande Pengiring, tempat ini merupakan tempat pengiring tetabuhan atau gamelan. Di bangunan inilah sampai sekarang masih digunakan untuk membunyikan gamelan Sekaten (Gong Sekati), gamelan ini biasanya hanya dibunyikan sebanyak 2 kali dalam setahun yaitu pada hari – hari tertentu seperti saat Idul Fitri dan Idul Adha. Disamping merupakan para pemain gamelan yang berada di kompleks keraton Kasepuhan terlihat para Wiyaga (penabuh