2. 1. Istilah terjemahan Strafbaarfeit:
a. peristiwa pidana;
b. perbuatan pidana;
c. perbuatan yang dapat dihukum;
d. tindak pidana.
e. Delik
2. Pengertian dan Unsur Tindak Pidana:
a. Pengertian menurut pandangan
Monistis;
b. Pengertian menurut Dualistis.
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
TINDAK PIDANA (STRAFBAARFEIT)
3. 1. Menurut pandangan Monistis
Tokoh : Simons, van Hamel, Mezger, Karni,
Bauman, Wirjono Pradjodikoro.
Strafbaarfeit adalah :
perbuatan, yang diancam pidana, bersifat
melawan hukum, dilakukan dengan kesalahan
oleh orang yang mampu bertanggung jawab.
Pandangan monistis tidak memisahkan antara
perbuatan dan orang yang melakukan perbuatan
itu (pertanggungjawaban pidana)
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
4. 2. Menurut D Simons
a. Unsur Objektif dan Unsur Subjektif dari
strafbaarfeit, yaitu:
1) Perbuatan manusia (yang positif atau
negatif, atau membiarkan);
2) diancam dengan pidana;
3) Melawan hukum;’
4) dilakukan dengan kesalahan;
5) oleh orang yang mampu bertanggung jawab.
b. 1 s/d 3 adalah unsur objektif, 4-5 adalah unsur
subjektif.
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
5. 3. D. Hazewinkel-Suringa
Unsur Tindak Pidana, meliputi:
a. Tiap delik terdapat unsur tindak
seseorang;
b. Ada yang menyebut akibat;
c. Unsur psychis (dolus, culpa);
d. Keadaan objektif, keadaan subjektif;
e. Syarat tambahan;
f. Unsur sifat melawan hukum
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
6. 4. Unsur TP menurut RUU KUHP
Pasal 11 RUU:
(1) Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak
melakukan sesuatu yang oleh peraturan per-uu-an di-
nyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam
dengan pidana.
(2) Untuk dinyatakan sebagai tindak pidana selain perbuata
tersebut dilarang dan diancam pidana, harus juga ber-
bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan
kesadaran hukum masyarakat.
(3) Setiap tp selalu dipandang bersifat melawan
hukum, kecuali ada alasan pembenar.
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
7. 5. Pandangan Dualistis
Tokoh:Vos, Pompe, Moejatno,
Pengertian menurut Dualistis:
“ Perbuatan, yang memenuhi
rumusan undang-undang pidana,
dan bersifat melawan hukum.”
Pandangan dualistis, memisahkan
antara perbuatan dan orang yang
melakukan perbuatan itu.
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
8. 6. Pandangan Sudarto
Syarat Pemidanaan
Ada perbuatan:
1. Memenuhi rumusan
2. Bersifat melawan hukum
Ada orang yang
Melakukan perbuatan
1. Mampu bertanggung
Jawab
2. Bersifat dolus atau culpa
3. Tidak ada alasan
pemaaf
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
9. Rumusan Tindak Pidana
1. Rumusan tp penting karena sesuai dengan prinsip
kepastian, sehingga masyarakat tahu mana yang
dilarang.
2. Peristiwa yang terjadi secara nyata harus masuk
dalam rumusan, artinya perbuatan itu mencocoki
rumusan delik dalam undang-undang.
3. Agar peristiwa itu masuk dalam rumusan maka
perbuatan itu harus mempunyai sifat-sifat atau
ciri-ciri dari delik dalam uu.
4. Kalau semua unsur dalam rumusan itu terdapat
di dalam uu, maka berarti bahwa perbuatan itu
memenuhi atau mencocoki rumusan delik.
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
10. sambungan
5. Ada 3 macam perumusan norma dalam uu:
a. menyebutkan satu persatu unsur
perbuatan;
b. hanya menyebut kualifikasi dari delik.
c. penggabungan a dan b.
6. Cara penempatan norma dan sanksi:
a. penempatan norma dan sanksi sekaligus
b. penempatan terpisah;
c. sanksi dicantumkan lebih dulu, normanya
kemudian.
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
11. Jenis –jenis tindak pidana
1. Kejahatan – Pelanggaran (KUHP);
2. Delik formil – delik materiel;
3. Delik commissiones, delik omissiones;
4. Delik dolus, delik culpa;
5. Delik tunggal, delik berganda;
6. Delik aduan, delik bukan aduan:
7. Delik sederhana, delik ada pemberatannya;
8. Delik ekonomi
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
12. Jenis Delik (1)
Kejahatan
(misdrijf)
dlm. MvT : sebelum ada UU
sudah dianggap tidak baik (recht-
delicten)
Hazewinkel-Suringa : tidak ada
perbedaan kualitatif, hanya
perbedaan kuantitatif
a) Percobaan : dipidana
b) Membantu : dipidana
c) Daluwarsa : lebih panjang
d) Delik aduan : ada
e) Aturan ttg Gabungan berbeda
KUHP : Buku II
Pelanggaran
(overtreding)
dlm MvT : baru dianggap tidak
baik setelah ada UU (wet
delicten)
Perbedaan dg kejahatan:
a) Percobaan : tidak dipidana
b) Membantu : tidak dipidana
c) Daluwarsa : lebih pendek
d) Delik aduan : tidak ada
e) Aturan ttg Gabungan berbeda
KUHP : Buku III
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
13. Jenis Delik (2)
D. Materiil : Yang dirumuskan
akibatnya --> Ps 338, Ps 187,
dll
D. Komisi : melanggar
larangan dg perbuatan aktif
D. Dolus : delik dilakukan dg
sengaja, mis. Ps 338, Ps 351
D. Formil : yang dirumuskan
bentuk perbuatannya --> Ps
362, Ps 263, dll
D. Omisi : melakukan delik dg
perbuatan pasif
a) D. Omisi murni : melanggar
perintah dg tidak berbuat, mis.
Ps 164, Ps 224 KUHP
b) D. Omisi tak murni :
melanggar larangan dg tidak
berbuat, mis Ps 194 KUHP
D. Culpa : Delik dilakukan dg
kealpaan, mis. Ps 359, Ps 360
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
14. Jenis Delik (3)
D. Biasa :
penuntutannya
tidak memerlukan
pengaduan, mis.
Ps 340, Ps 285
D. Aduan :
penuntutannya
memerlukan
pengaduan, mis.
Ps 310, Ps 284
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
15. Tindak Pidana (5)
Subyek
Manusia (natuurlijk
personen)
a) syarat merumuskan :
“Barangsiapa ….”
b) hukuman : mati, penjara,
kurungan, dll (Ps 10
KUHP)
c) Hukum Pidana
disandarkan pada
kesalahan orang
Korporasi
UU TPE
UU Pemberantasan T.P.
Korupsi
Draft RUU KUHP
adanya kebutuhan untuk
memidana korporasi
Korporasi ?
Badan hukum ?
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
16. Tindak Pidana (6)
Cara Merumuskan Tindak Pidana
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
disebutkan unsur-unsurnya,
tidak disebut kualifikasinya -->
mis. Ps 106, Ps 167, Ps 209
Disebutkan unsur-unsurnya &
disebut kualifikasinya --> mis,
Ps 362 KUHP
disebutkan kualifikasinya
tanpa disebut unsur-
unsurnya --> mis. Ps 184, Ps
297, Ps 351
17. Tindak Pidana (6)
Unsur-unsur (van Bemmelen)
Di dalam perumusan (bagian)
dimuat dalam surat dakwaan
semua syarat yg dimuat dalam rumusan
delik merup-akan bagian-bagian,
sebanyak itu pula, yg apabila dipenuhi
membuat tingkah laku menjadi tindakan
yg melawan hukum
1. Tingkah laku yg dilarang
2. Bagian subyektif : kesalahan, maksud,
tujuan, niat, rencana, ketakutan
3. Bagian obyektif : secara melawan hukum,
kausalitas, bagian2 lain yg menentukan
dapat dikenakan pidana (syarat tambahan;
keadaan)
4. Bagian yg mempertinggi dapatnya
dikenakan pidana
Di luar
perumusan
(unsur) : syarat
dapat dipidana
1. Secara melawan
hukum
2. Dapat
dipersalahkan
3. Dapat
dipertanggungja
wabkan
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
18. Tindak Pidana (7)
Unsur-unsur (Prof. Moeljatno)
a. kelakuan dan akibat ( = perbuatan)
b. hal ikhwal atau keadaan yg menyertai perbuatan
c. keadaan tambahan yg memberatkan
d. unsur melawan hukum yg obyektif
e. unsur melawan hukum yg subyektif
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
19. Tindak pidana (8)
Unsur-unsur
Unsur2 dalam perumusan
A. Unsur Obyektif
- perbuatan (aktif/pasif)
- akibat
- melawan hukum
- syarat tambahan
- keadaan
B. Unsur Subyektif
- kesalahan :
(a) sengaja
(b) kealpaan
- keadaan
Unsur2 di luar
perumusan
- secara melawan hukum
- dapat dipersalahkan
- dapat dipertanggungjawab kan
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
20. Contoh unsur2 dalam rumusan tindak
pidana (1)
Pasal 362 KUHP
barangsiapa
mengambil
barang
- yg sebagian/ seluruhnya
kepunyaan orang lain
dengan maksud memiliki
secara melawan hukum
Pasal 338 KUHP
barangsiapa
dengan sengaja
menghilangkan nyawa
orang lain
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
21. Contoh unsur2 dalam rumusan tindak
pidana (2)
Pasal 285
barangsiapa
dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan
memaksa
seorang wanita
bersetubuh dengan dia
di luar perkawinan
Pasal 259
barangsiapa
karena kealpaannya
menyebabkan orang lain
mati
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
22. Tempus delicti penting diketahui
dalam hal2 :
Kaitannya dg Ps 1 KUHP
Kaitannya dg aturan tentang Daluwarsa
Kaitannya dg ketentuan mengenai pelaku tindak
pidana anak : Ps 45,46,47 KUHP atau UU Pengadilan
Anak
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
23. Teori2 Tempus Delicti
1. Teori Perbuatan fisik (de leer van de
lichamelijke daad)
2. Teori bekerjanya alat yg digunakan (de leer
van het instrumen)
3. Teori Akibat (de leer van het gevolg)
4. Teori waktu yg jamak (de leer van de
meervoudige tijd)
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
24. Teori2 Locus Delicti
1. Teori Perbuatan fisik (de leer van de
lichamelijke daad)
2. Teori bekerjanya alat yg digunakan (de leer van
het instrumen)
3. Teori Akibat (de leer van het gevolg)
4. Teori Tempat yg jamak (de leer van de
meervoudige tijd)
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
25. Locus delicti penting diketahui
dalam hal2 :
Hukum pidana mana yang akan diberlakukan
- H. Indonesia atau H. negara lain
Kompetensi relatif suatu pengadilan
- contoh : PN Jakarta Selatan atau PN Bogor
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
26. Teori mana yg dipilih ?
Van Hamel, Simons :
Bergantung sifat dan corak perkara konkret
yang hendak diselesaikan
Hazewinkel-Suringa, Zevenbergen, Noyon-
Langemejer :
Mempergunakan 3 teori sec teleologis
Periksa buku Utrecht hal 239
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
27. Contoh Kasus
B. Aceh Medan Padang
racun diminum mati
Edi Yuhermansyah. SHI, LL.M
Meervoudige locus delicti
•Hakim diberi kemerdekaan memilih diantara 3 locus delicti ini
•Lihat --> Keputusan Hoge Raad 2/1/1923 w.Nr.1108