SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA
Oleh : DR. YUDI KRISMEN S.H M.H
Perbedaan mendasar dari pertentangan antara
monisme dan dualisme tentang delik terletak dalam
pembahasan mengenai perbuatan pidana dan
pertanggungjawaban pidana.
Kendati terdapat banyak perbedaan lainnya yang
mewarnai perdebatan antara monisme dan dualisme,
akar persoalan tersebut berasal dari :
1.unsur-unsur delik,
2.makna kelakuan (plegen),
3.kepembuatan (daderschap), dan
4.pertanggungjawaban pidana sehingga melahirkan
konsekuensi terhadap pandangan hukum pidana secara
keseluruhan.
Penganut Aliran Monisme
Jonkers, Simon, Van Hamel, Satochid
Kartanegara, dan Lamintang.
Beberapa tokoh monisme memberikan
definisi strafbaar feit yang menjadi
dasar perbedaan dengan pandangan
dualisme.
Strafbaar feit yang didefinisikan Pompe sebagai:
“suatu pelanggaran kaidah (penggangguan ketertiban hukum), terhadap
mana pelaku mempunyai kesalahan untuk mana pemidanaan adalah wajar
untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dan menjamin kesejahteraan
hukum”
mengisyaratkan adanya dua unsur dalam strafbaar feit;
1.Pertama, unsur obyektif yang meliputi kelakuan atau perbuatan yang
mengandung sifat melawan hukum dan dilarang oleh UU.
2.Kedua, unsur subyektif yang terdiri dari kesalahan dan kemampuan
bertanggung jawab pelaku.
Lamintang menyebutkan bahwa unsur subyektif adalah unsur-
unsur yang melekat pada diri pelaku atau yang berhubungan dengan diri
pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung
dalam hatinya. Sedangkan unsur-unsur obyektif adalah unsur-unsur
yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-
keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan.
Lamintang merinci unsur subyektif dan unsur obyektif dari perbuatan pidana
sebagai berikut:
a. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa);
b. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan seperti yang dimaksud dalam
Pasal 53 ayat 1 KUHP;
c. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya di
dalam kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain;
d. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti yang misalnya
terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP;
e. Perasaan takut atau vress seperti yang antara lain terdapat di dalam rumusan
tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP.
Adapun unsur-unsur obyektif dari perbuatan
pidana terdiri dari :
a. Sifat melanggar hukum;
b. Kualitas dari pelaku, misalnya “keadaan sebagai pegawai negeri” di
dalam kejahatan jabatan menurut Pasal 415 KUHP atau “keadaan sebagai
pengurus atau komisaris dari suatu perseroan terbatas” di dalam kejahatan
menurut Pasal 398 KUHP;
c. Kausalitas, yakni penyebab hubungan suatu tindakan sebagai penyebab
dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat. Dalam hal ini, Satochid
menegaskan adanya “akibat” dari perbuatan tertentu sebagai salah satu
unsur obyektif dari perbuatan pidana.
Unsur-unsur delik adalah:
1. Unsur Subjektif, yang merupakan unsur dari
pembuat/pelaku pidana, yaitu:
a. Adanya kesalahan pembuat, yang terdiri dari dolus dan culpa.
b. Adanya kemampuan bertanggung jawab (tidak ada alasan pemaaf).
2. Unsur Objektif, yang merupakan unsur perbuatan,
yaitu:
a. Perbuatan tersebut mencocoki rumusan delik dalam undang-undang
b. Perbuatan tersebut bersifat melawan hukum, baik secara formil maupun
materiil (tidak ada alasan pembenar).
Pandangan monisme memiliki akar historis yang berasal dari
ajaran finale handlungslehre yang dipopulerkan oleh Hans
Welzel pada tahun 1931.
Inti ajaran finale handlungslehre menyatakan bahwa
kesengajaan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan
dari perbuatan.
Eksistensi kesengajaan yang termasuk dalam perbuatan
disebabkan argumentasi utama finale handlungslehre,
bahwa setiap perbuatan pidana harus didasari intensionalitas
untuk mencapai tujuan tertentu sehingga perbuatan tersebut
dianggap sebagai perbuatan final (final-subyektif). Dalam
konteks ini, setiap bentuk perbuatan naturalistis yang
ditentukan berdasarkan hubungan kausal tidak termasuk
dalam perbuatan pidana. Karenanya, perbuatan pidana
hanya ditujukan kepada perbuatan dan akibat yang
ditimbulkan berdasarkan penetapan kesengajaan pelaku.
Tujuan utama finale handlungslehre adalah
menyatukan perbuatan pidana dan kesalahan,
serta melepaskan perbuatan pidana dari
konteks kausalitas. Dengan kata lain,
perbuatan adalah kelakuan yang dikendalikan
secara sadar oleh kehendak yang diarahkan
kepada akibat-akibat tertentu. Jadi kesadaran
atas tujuan, kehendak yang mengandalikan
kejadian-kejadian yang bersifat kausal itu
adalah suatu ”rugggeraat” dari suatu
perbuatan final.
Unsur Tindak Pidana Dalam Aliran
Dualisme
Dualisme tentang delik membedakan antara
perbuatan pidana dan pertanggungjawaban
pidana. Menurut pandangan ini, kesalahan
merupakan unsur subyektif yang menjadi unsur
pertanggungjawaban pidana. Karena itu,
kesalahan tidak mungkin dimasukkan dalam
perbuatan pidana yang hanya mengandung unsur
obyektif saja sehingga perbuatan pidana hanya
dapat dilarang (tidak dipidana)
Unsur-Unsur Tindak
Pidana di Indonesia
Unsur tindak pidana berdasarkan doktrin hokum
1. Unsur-unsur tindak pidana menurut Simons yaitu:
- Perbuatan manusia, baik manususia itu berbuat atau tidak berbuat ataupun
membiarkan.
- Ada ancaman pidana.
- Perbuatannya malawan hukum.
- Perbuatan dilakukan dengan kesalahan.
- Dan orang yang melakukan perbuatan mampu bertanggung jawab.
2. Oleh pakar hukum pidana Indonesia Moeljatno menjelaskan unsur-
unsur perbuatan pidana sebagai berikut:
- Perbuatan manusia (manusia)
- Memenuhi syarat formil yaitu rumusan dalam undang-undang (syarat formil)
- Memenuhi syarat materiil yaitu perbuatan tersebut tersifat melawan hukum
(syarat materiil)
UNSUR TP FORMIL; Misalnya Pasal 362 KUHP yaitu tentang
pencurian, SBB:
1.Perbuatan manusia. Perbuatan tersebut harus dipahami dalam arti luas, artinya
tidak berbuat juga termasuk perbuatan dan dilakukan oleh manusia.
2.Melanggar peraturan pidana. Hal ini terkait dengan asas legalitas, artinya
perbuatan manusia akan dihukum apabila sudah ada peraturan pidana
sebelumnya yang telah mengatur perbuatan tersebut, jadi hakim tidak dapat
menuduh suatu kejahatan yang telah dilakukan dengan jika belum diatur dalam
undang-undang.
3.Diancam dengan hukuman, hal ini bermaksud bahwa suatu perbuatan pidana
dilakukan dengan melanggar aturan pidana yang mempunyai sanksi pidana.
4.Dilakukan oleh orang yang bersalah, dimana suatu perbuatan manusia
memenuhi unsur-unsur kesalahan yaitu harus ada kehendak, keinginan atau
kemauan dari orang yang melakukan tindak pidana serta Orang tersebut berbuat
sesuatu dengan sengaja, mengetahui dan sadar sebelumnya terhadap akibat
perbuatannya. Kesalahan dalam arti sempit dapat diartikan kesalahan yang
disebabkan karena si pembuat kurang memperhatikan akibat yang tidak
dikehendaki oleh undang-undang.
5.Perbuatan tersebut dilakukan oleh manusia yang mampu bertanggung jawab.
Misalnya orang yang tidak sehat ingatannya tidak dapat diminta
pertanggungjawabannya. Dasar dari pertanggungjawaban seseorang terletak
dalam keadaan jiwanya.
UNSUR TINDAK PIDANA MATERIIL:
Contah dari unsur tindak pidana materil:
Perbuatan manusia, dimana perbuatan atau kelakuan manusia itu
ada yang aktif, misal membunuh (dalam Pasal 338 KUHP),
menganiaya (dalam Pasal 351 KUHP).
Jika dilihat dari perbuatan manusia terdapat unsur melawan hukum.
Jadi setiap perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana
oleh peraturan perundang-undangan hukum pidana itu harus bersifat
melawan hukum, meskipun unsur ini tidak dinyatakan dengan tegas
dalam perumusan.
Unsur tindak pidana lainnya yang menentukan sifat tindak pidana
itu sendiri
Disini terdapat beberapa tindakan yang untuk mendapat sifat tindak pidanya itu
memerlukan hal-hal objektif yang menyertai perbuatan tersebut, antara lain
melanggar kesusilaan (dalam Pasal 281 KUHP), penghasutan (dalam Pasal 160
KUHP), mengemis/ pengemisan (Pasal 504 KUHP), mabuk karena dengan
sengaja (dalam Pasal 561 KUHP). Perbuatan tindak pidana di atas harus
dilakukan di muka umum.
Unsur-unsur yang memberatkan tindak pidana
Hal ini terdapat dalam delik-delik yang dikualifikasikan oleh akibatnya, yaitu
karena timbulnya akibat tertentu, maka ancaman pidana diperberat, contohnya
1.PASAL 333 KUHP;
2.PASAL 123 KUHP;
3.PASAL 281 KUHP;
4.PASAL 33B KUHP;
5.PASAL 334 KUHP;
6.PASAL 359 KUHP
Niat (voornemen), dimana hal ini terdapat di dalam percobaan atau poging
(Pasal 53 KUHP)
Maksud (oogmerk), dimana hal ini terdapat dalam pencurian (Pasal 362 KUHP),
pemerasan (Pasal 368 KUHP), penipuan (Pasal 378 KUHP), dan lain-lain
Dengan rencana lebih dahulu (met voorbedachte rade), dimana hal ini terdapat
dalam membuang anak sendiri (Pasal 308 KUHP), membunuh anak sendiri
(Pasal 341 KUHP), membunuh anak sendiri dengan rencana (Pasal 342 KUHP).
Unsur Tindak Pidana Bedasarkan Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana
Dari rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP
itu dapat diketahui adanya 11 unsur tindak pidana yakni:
1.Unsur tingkah laku
2.Unsur melawan hUkum
3.Unsur kesalahan
4.Unsur akibat konstitutif
5.Unsur keadaan yang menyertai
6.Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana
7.Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana
8.Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana
9.Unsur objek hukum tindak pidana
10.Unsur kualitas subjek hukum tindak pidana
11.Unsur syarat tambahan untuk memperingan pidana.
Dari kesemua unsur itu berjumlah 11 unsur. 2 (dua) unsur
diantaranya yaitu unsur kesalahan dan melawan hukum
termasuk dalam unsur subjektif, sedangkan  9 (sembilan)
lebihnya berupa unsur objektif.
Menurut rumusan Delik yang terdapat dalam
KUHP, maka dapat diketahui ada dua unsur
delik yaitu:
1)    Unsur perbuatan (unsur obyektif), yaitu
a)    Mencocokan rumusan delik
b)    Melawan hukum (tidak ada alasan pembenar)
2)    Unsur pembuat (unsur subyektif), yaitu:
a)    Adanya kesalahan (terdiri dari dolus atau culpa);
b)    Dapat dipertanggungjawabkan )tidak ada alasan
pemaaf).
SEKIAN DAN TERIMAKASIHSEKIAN DAN TERIMAKASIH

More Related Content

What's hot

hubungan hukum pidana dengan ilmu lain
hubungan hukum pidana dengan ilmu lainhubungan hukum pidana dengan ilmu lain
hubungan hukum pidana dengan ilmu lainRatri nia
 
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...Idik Saeful Bahri
 
Analisa kasus kriminologi
Analisa kasus kriminologiAnalisa kasus kriminologi
Analisa kasus kriminologihudaaja
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Idik Saeful Bahri
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1villa kuta indah
 
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)Ayu Sulastri
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
P. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korbanP. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korbanyudikrismen1
 
P. 1 pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat viktimologi..
P. 1 pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat viktimologi..P. 1 pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat viktimologi..
P. 1 pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat viktimologi..yudikrismen1
 
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar MenukarHukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar MenukarEvi Rohmatul Aini
 
Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Rizki Gumilar
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANADian Oktavia
 

What's hot (20)

Perancangan kontrak
Perancangan kontrakPerancangan kontrak
Perancangan kontrak
 
hubungan hukum pidana dengan ilmu lain
hubungan hukum pidana dengan ilmu lainhubungan hukum pidana dengan ilmu lain
hubungan hukum pidana dengan ilmu lain
 
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
 
Analisa kasus kriminologi
Analisa kasus kriminologiAnalisa kasus kriminologi
Analisa kasus kriminologi
 
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
Hukum perdata internasional - Renvoi dan permasalahannya (Idik Saeful Bahri)
 
teori dan madzhab kriminologi
teori dan madzhab kriminologiteori dan madzhab kriminologi
teori dan madzhab kriminologi
 
Penologi
PenologiPenologi
Penologi
 
Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1Hukum perdata internasional 1
Hukum perdata internasional 1
 
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)
Kejahatan Terhadap Harta Benda (Hukum Pidana)
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
P. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korbanP. 6 tipologi korban
P. 6 tipologi korban
 
Hukum pidana khusus
Hukum pidana khususHukum pidana khusus
Hukum pidana khusus
 
P. 1 pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat viktimologi..
P. 1 pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat viktimologi..P. 1 pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat viktimologi..
P. 1 pengertian, tujuan, fungsi dan manfaat viktimologi..
 
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar MenukarHukum Perjanjian Tukar Menukar
Hukum Perjanjian Tukar Menukar
 
Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1Hukum perikatan powerpoint1
Hukum perikatan powerpoint1
 
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANAPPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
PPT MATERI KULIAH HUKUM ACARA PIDANA
 

Similar to Pertemuan 7 unsur unsur tindak pidana

Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.ppt
Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.pptDelik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.ppt
Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.pptFajarSaputra20091254
 
pertanggung jawaban pidana.ppt
pertanggung jawaban pidana.pptpertanggung jawaban pidana.ppt
pertanggung jawaban pidana.pptPoppieShalove
 
Penanganan Pertama Tindak Pidana Kehutanan
Penanganan Pertama Tindak Pidana KehutananPenanganan Pertama Tindak Pidana Kehutanan
Penanganan Pertama Tindak Pidana KehutananSudirman Sultan
 
Ajaran dan konsep perbuatan melawan hukum di dalam hukum pidana
Ajaran dan konsep perbuatan melawan hukum di dalam hukum pidanaAjaran dan konsep perbuatan melawan hukum di dalam hukum pidana
Ajaran dan konsep perbuatan melawan hukum di dalam hukum pidanaJoke Punuhsingon
 
main hakim sendiri. tugas filsafat hukum
main hakim sendiri. tugas filsafat hukummain hakim sendiri. tugas filsafat hukum
main hakim sendiri. tugas filsafat hukumnidaulhasanah9
 
467_Perumusan KetentuanPidana.pdf
467_Perumusan KetentuanPidana.pdf467_Perumusan KetentuanPidana.pdf
467_Perumusan KetentuanPidana.pdfOopickPick
 
Konsep Dasar (Pert 2).pptx
Konsep Dasar (Pert 2).pptxKonsep Dasar (Pert 2).pptx
Konsep Dasar (Pert 2).pptxAzisImamHidayat1
 
Asas Hukum Pidana
Asas Hukum PidanaAsas Hukum Pidana
Asas Hukum PidanaNakano
 
Contoh_Nota_Pembelaan_atau_pledoi kardo.docx
Contoh_Nota_Pembelaan_atau_pledoi kardo.docxContoh_Nota_Pembelaan_atau_pledoi kardo.docx
Contoh_Nota_Pembelaan_atau_pledoi kardo.docxssuserc73b281
 
467 perumusan ketentuan pidana
467 perumusan ketentuan pidana467 perumusan ketentuan pidana
467 perumusan ketentuan pidanaFrans Newtony
 
Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas q...
Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas q...Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas q...
Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas q...BetlehemKetarenR
 
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembangan
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembanganBahan kuliah asas asas hukum pidana perkembangan
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembanganmamat rahmat
 

Similar to Pertemuan 7 unsur unsur tindak pidana (20)

Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.ppt
Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.pptDelik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.ppt
Delik-delik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.ppt
 
pertanggung jawaban pidana.ppt
pertanggung jawaban pidana.pptpertanggung jawaban pidana.ppt
pertanggung jawaban pidana.ppt
 
Makalah pidana
Makalah pidanaMakalah pidana
Makalah pidana
 
Slide hukum pidana rose
Slide hukum pidana roseSlide hukum pidana rose
Slide hukum pidana rose
 
Tiindak pidana
Tiindak pidanaTiindak pidana
Tiindak pidana
 
Penanganan Pertama Tindak Pidana Kehutanan
Penanganan Pertama Tindak Pidana KehutananPenanganan Pertama Tindak Pidana Kehutanan
Penanganan Pertama Tindak Pidana Kehutanan
 
Ajaran dan konsep perbuatan melawan hukum di dalam hukum pidana
Ajaran dan konsep perbuatan melawan hukum di dalam hukum pidanaAjaran dan konsep perbuatan melawan hukum di dalam hukum pidana
Ajaran dan konsep perbuatan melawan hukum di dalam hukum pidana
 
main hakim sendiri. tugas filsafat hukum
main hakim sendiri. tugas filsafat hukummain hakim sendiri. tugas filsafat hukum
main hakim sendiri. tugas filsafat hukum
 
467_Perumusan KetentuanPidana.pdf
467_Perumusan KetentuanPidana.pdf467_Perumusan KetentuanPidana.pdf
467_Perumusan KetentuanPidana.pdf
 
Konsep Dasar (Pert 2).pptx
Konsep Dasar (Pert 2).pptxKonsep Dasar (Pert 2).pptx
Konsep Dasar (Pert 2).pptx
 
Asas Hukum Pidana
Asas Hukum PidanaAsas Hukum Pidana
Asas Hukum Pidana
 
Contoh_Nota_Pembelaan_atau_pledoi kardo.docx
Contoh_Nota_Pembelaan_atau_pledoi kardo.docxContoh_Nota_Pembelaan_atau_pledoi kardo.docx
Contoh_Nota_Pembelaan_atau_pledoi kardo.docx
 
Pidana peencurian
Pidana peencurianPidana peencurian
Pidana peencurian
 
Edi yuhermansyah
Edi yuhermansyah Edi yuhermansyah
Edi yuhermansyah
 
Fikih jinayah
Fikih jinayahFikih jinayah
Fikih jinayah
 
467 perumusan ketentuan pidana
467 perumusan ketentuan pidana467 perumusan ketentuan pidana
467 perumusan ketentuan pidana
 
Hk.pidana
Hk.pidanaHk.pidana
Hk.pidana
 
Viktimologi
ViktimologiViktimologi
Viktimologi
 
Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas q...
Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas q...Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas q...
Asas asas hukum pidana, betlehem ketaren, sh., kuliah 7 pthi di universitas q...
 
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembangan
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembanganBahan kuliah asas asas hukum pidana perkembangan
Bahan kuliah asas asas hukum pidana perkembangan
 

More from yudikrismen1

Uu Pers & KEJ (Kode Etik Jurnalistik
Uu Pers & KEJ (Kode Etik JurnalistikUu Pers & KEJ (Kode Etik Jurnalistik
Uu Pers & KEJ (Kode Etik Jurnalistikyudikrismen1
 
Pertemuan 19 hukum pidana peng
Pertemuan 19 hukum pidana pengPertemuan 19 hukum pidana peng
Pertemuan 19 hukum pidana pengyudikrismen1
 
Pertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidanaPertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidanayudikrismen1
 
Pertemuan 18 sifat hukum pidana
Pertemuan 18 sifat hukum pidanaPertemuan 18 sifat hukum pidana
Pertemuan 18 sifat hukum pidanayudikrismen1
 
Pertemuan 17 sifat hukum pidana, kedudukan
Pertemuan 17 sifat hukum pidana, kedudukanPertemuan 17 sifat hukum pidana, kedudukan
Pertemuan 17 sifat hukum pidana, kedudukanyudikrismen1
 
Pertemuan 16 sebab akibat
Pertemuan 16 sebab akibatPertemuan 16 sebab akibat
Pertemuan 16 sebab akibatyudikrismen1
 
Pertemuan 3 sejarah hpid
Pertemuan 3 sejarah hpidPertemuan 3 sejarah hpid
Pertemuan 3 sejarah hpidyudikrismen1
 
Pertemuan 2 hukum pidana sbg hukum publik
Pertemuan 2 hukum pidana sbg hukum publikPertemuan 2 hukum pidana sbg hukum publik
Pertemuan 2 hukum pidana sbg hukum publikyudikrismen1
 
Pertemuan 14 tujuan dan fungsi hukum pidana
Pertemuan 14 tujuan dan fungsi hukum pidanaPertemuan 14 tujuan dan fungsi hukum pidana
Pertemuan 14 tujuan dan fungsi hukum pidanayudikrismen1
 
Pertemuan 13 somenloop
Pertemuan 13 somenloopPertemuan 13 somenloop
Pertemuan 13 somenloopyudikrismen1
 
Pertemuan 12 kesalahan kesalahan
Pertemuan 12 kesalahan kesalahanPertemuan 12 kesalahan kesalahan
Pertemuan 12 kesalahan kesalahanyudikrismen1
 
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntut
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntutPertemuan 11 gugurnya hak menuntut
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntutyudikrismen1
 
Pertemuan 10 pidana
Pertemuan 10 pidanaPertemuan 10 pidana
Pertemuan 10 pidanayudikrismen1
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanayudikrismen1
 
Pertemuan 5 istilah istilah hukum pidana
Pertemuan 5 istilah istilah hukum pidanaPertemuan 5 istilah istilah hukum pidana
Pertemuan 5 istilah istilah hukum pidanayudikrismen1
 
Pertemuan 4 asas asas hpid-1
Pertemuan 4 asas asas hpid-1Pertemuan 4 asas asas hpid-1
Pertemuan 4 asas asas hpid-1yudikrismen1
 
Pertemuan 6 tindak pidana
Pertemuan 6 tindak pidanaPertemuan 6 tindak pidana
Pertemuan 6 tindak pidanayudikrismen1
 
Pertemuan 9 pert.pidana
Pertemuan 9 pert.pidanaPertemuan 9 pert.pidana
Pertemuan 9 pert.pidanayudikrismen1
 
Pertemuan 8 macam macam tindak pidana
Pertemuan 8 macam macam tindak pidanaPertemuan 8 macam macam tindak pidana
Pertemuan 8 macam macam tindak pidanayudikrismen1
 

More from yudikrismen1 (20)

Uu ite
Uu iteUu ite
Uu ite
 
Uu Pers & KEJ (Kode Etik Jurnalistik
Uu Pers & KEJ (Kode Etik JurnalistikUu Pers & KEJ (Kode Etik Jurnalistik
Uu Pers & KEJ (Kode Etik Jurnalistik
 
Pertemuan 19 hukum pidana peng
Pertemuan 19 hukum pidana pengPertemuan 19 hukum pidana peng
Pertemuan 19 hukum pidana peng
 
Pertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidanaPertemuan 20 hukumpidana
Pertemuan 20 hukumpidana
 
Pertemuan 18 sifat hukum pidana
Pertemuan 18 sifat hukum pidanaPertemuan 18 sifat hukum pidana
Pertemuan 18 sifat hukum pidana
 
Pertemuan 17 sifat hukum pidana, kedudukan
Pertemuan 17 sifat hukum pidana, kedudukanPertemuan 17 sifat hukum pidana, kedudukan
Pertemuan 17 sifat hukum pidana, kedudukan
 
Pertemuan 16 sebab akibat
Pertemuan 16 sebab akibatPertemuan 16 sebab akibat
Pertemuan 16 sebab akibat
 
Pertemuan 3 sejarah hpid
Pertemuan 3 sejarah hpidPertemuan 3 sejarah hpid
Pertemuan 3 sejarah hpid
 
Pertemuan 2 hukum pidana sbg hukum publik
Pertemuan 2 hukum pidana sbg hukum publikPertemuan 2 hukum pidana sbg hukum publik
Pertemuan 2 hukum pidana sbg hukum publik
 
Pertemuan 14 tujuan dan fungsi hukum pidana
Pertemuan 14 tujuan dan fungsi hukum pidanaPertemuan 14 tujuan dan fungsi hukum pidana
Pertemuan 14 tujuan dan fungsi hukum pidana
 
Pertemuan 13 somenloop
Pertemuan 13 somenloopPertemuan 13 somenloop
Pertemuan 13 somenloop
 
Pertemuan 12 kesalahan kesalahan
Pertemuan 12 kesalahan kesalahanPertemuan 12 kesalahan kesalahan
Pertemuan 12 kesalahan kesalahan
 
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntut
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntutPertemuan 11 gugurnya hak menuntut
Pertemuan 11 gugurnya hak menuntut
 
Pertemuan 10 pidana
Pertemuan 10 pidanaPertemuan 10 pidana
Pertemuan 10 pidana
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
 
Pertemuan 5 istilah istilah hukum pidana
Pertemuan 5 istilah istilah hukum pidanaPertemuan 5 istilah istilah hukum pidana
Pertemuan 5 istilah istilah hukum pidana
 
Pertemuan 4 asas asas hpid-1
Pertemuan 4 asas asas hpid-1Pertemuan 4 asas asas hpid-1
Pertemuan 4 asas asas hpid-1
 
Pertemuan 6 tindak pidana
Pertemuan 6 tindak pidanaPertemuan 6 tindak pidana
Pertemuan 6 tindak pidana
 
Pertemuan 9 pert.pidana
Pertemuan 9 pert.pidanaPertemuan 9 pert.pidana
Pertemuan 9 pert.pidana
 
Pertemuan 8 macam macam tindak pidana
Pertemuan 8 macam macam tindak pidanaPertemuan 8 macam macam tindak pidana
Pertemuan 8 macam macam tindak pidana
 

Pertemuan 7 unsur unsur tindak pidana

  • 1. UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA Oleh : DR. YUDI KRISMEN S.H M.H
  • 2.
  • 3. Perbedaan mendasar dari pertentangan antara monisme dan dualisme tentang delik terletak dalam pembahasan mengenai perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana. Kendati terdapat banyak perbedaan lainnya yang mewarnai perdebatan antara monisme dan dualisme, akar persoalan tersebut berasal dari : 1.unsur-unsur delik, 2.makna kelakuan (plegen), 3.kepembuatan (daderschap), dan 4.pertanggungjawaban pidana sehingga melahirkan konsekuensi terhadap pandangan hukum pidana secara keseluruhan.
  • 4. Penganut Aliran Monisme Jonkers, Simon, Van Hamel, Satochid Kartanegara, dan Lamintang. Beberapa tokoh monisme memberikan definisi strafbaar feit yang menjadi dasar perbedaan dengan pandangan dualisme.
  • 5. Strafbaar feit yang didefinisikan Pompe sebagai: “suatu pelanggaran kaidah (penggangguan ketertiban hukum), terhadap mana pelaku mempunyai kesalahan untuk mana pemidanaan adalah wajar untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dan menjamin kesejahteraan hukum” mengisyaratkan adanya dua unsur dalam strafbaar feit; 1.Pertama, unsur obyektif yang meliputi kelakuan atau perbuatan yang mengandung sifat melawan hukum dan dilarang oleh UU. 2.Kedua, unsur subyektif yang terdiri dari kesalahan dan kemampuan bertanggung jawab pelaku. Lamintang menyebutkan bahwa unsur subyektif adalah unsur- unsur yang melekat pada diri pelaku atau yang berhubungan dengan diri pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung dalam hatinya. Sedangkan unsur-unsur obyektif adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan- keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan.
  • 6. Lamintang merinci unsur subyektif dan unsur obyektif dari perbuatan pidana sebagai berikut: a. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa); b. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan seperti yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1 KUHP; c. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya di dalam kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain; d. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti yang misalnya terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP; e. Perasaan takut atau vress seperti yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP.
  • 7. Adapun unsur-unsur obyektif dari perbuatan pidana terdiri dari : a. Sifat melanggar hukum; b. Kualitas dari pelaku, misalnya “keadaan sebagai pegawai negeri” di dalam kejahatan jabatan menurut Pasal 415 KUHP atau “keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu perseroan terbatas” di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP; c. Kausalitas, yakni penyebab hubungan suatu tindakan sebagai penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat. Dalam hal ini, Satochid menegaskan adanya “akibat” dari perbuatan tertentu sebagai salah satu unsur obyektif dari perbuatan pidana.
  • 8. Unsur-unsur delik adalah: 1. Unsur Subjektif, yang merupakan unsur dari pembuat/pelaku pidana, yaitu: a. Adanya kesalahan pembuat, yang terdiri dari dolus dan culpa. b. Adanya kemampuan bertanggung jawab (tidak ada alasan pemaaf). 2. Unsur Objektif, yang merupakan unsur perbuatan, yaitu: a. Perbuatan tersebut mencocoki rumusan delik dalam undang-undang b. Perbuatan tersebut bersifat melawan hukum, baik secara formil maupun materiil (tidak ada alasan pembenar).
  • 9. Pandangan monisme memiliki akar historis yang berasal dari ajaran finale handlungslehre yang dipopulerkan oleh Hans Welzel pada tahun 1931. Inti ajaran finale handlungslehre menyatakan bahwa kesengajaan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dari perbuatan. Eksistensi kesengajaan yang termasuk dalam perbuatan disebabkan argumentasi utama finale handlungslehre, bahwa setiap perbuatan pidana harus didasari intensionalitas untuk mencapai tujuan tertentu sehingga perbuatan tersebut dianggap sebagai perbuatan final (final-subyektif). Dalam konteks ini, setiap bentuk perbuatan naturalistis yang ditentukan berdasarkan hubungan kausal tidak termasuk dalam perbuatan pidana. Karenanya, perbuatan pidana hanya ditujukan kepada perbuatan dan akibat yang ditimbulkan berdasarkan penetapan kesengajaan pelaku.
  • 10. Tujuan utama finale handlungslehre adalah menyatukan perbuatan pidana dan kesalahan, serta melepaskan perbuatan pidana dari konteks kausalitas. Dengan kata lain, perbuatan adalah kelakuan yang dikendalikan secara sadar oleh kehendak yang diarahkan kepada akibat-akibat tertentu. Jadi kesadaran atas tujuan, kehendak yang mengandalikan kejadian-kejadian yang bersifat kausal itu adalah suatu ”rugggeraat” dari suatu perbuatan final.
  • 11. Unsur Tindak Pidana Dalam Aliran Dualisme Dualisme tentang delik membedakan antara perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana. Menurut pandangan ini, kesalahan merupakan unsur subyektif yang menjadi unsur pertanggungjawaban pidana. Karena itu, kesalahan tidak mungkin dimasukkan dalam perbuatan pidana yang hanya mengandung unsur obyektif saja sehingga perbuatan pidana hanya dapat dilarang (tidak dipidana)
  • 12.
  • 13.
  • 14. Unsur-Unsur Tindak Pidana di Indonesia Unsur tindak pidana berdasarkan doktrin hokum 1. Unsur-unsur tindak pidana menurut Simons yaitu: - Perbuatan manusia, baik manususia itu berbuat atau tidak berbuat ataupun membiarkan. - Ada ancaman pidana. - Perbuatannya malawan hukum. - Perbuatan dilakukan dengan kesalahan. - Dan orang yang melakukan perbuatan mampu bertanggung jawab. 2. Oleh pakar hukum pidana Indonesia Moeljatno menjelaskan unsur- unsur perbuatan pidana sebagai berikut: - Perbuatan manusia (manusia) - Memenuhi syarat formil yaitu rumusan dalam undang-undang (syarat formil) - Memenuhi syarat materiil yaitu perbuatan tersebut tersifat melawan hukum (syarat materiil)
  • 15. UNSUR TP FORMIL; Misalnya Pasal 362 KUHP yaitu tentang pencurian, SBB: 1.Perbuatan manusia. Perbuatan tersebut harus dipahami dalam arti luas, artinya tidak berbuat juga termasuk perbuatan dan dilakukan oleh manusia. 2.Melanggar peraturan pidana. Hal ini terkait dengan asas legalitas, artinya perbuatan manusia akan dihukum apabila sudah ada peraturan pidana sebelumnya yang telah mengatur perbuatan tersebut, jadi hakim tidak dapat menuduh suatu kejahatan yang telah dilakukan dengan jika belum diatur dalam undang-undang. 3.Diancam dengan hukuman, hal ini bermaksud bahwa suatu perbuatan pidana dilakukan dengan melanggar aturan pidana yang mempunyai sanksi pidana. 4.Dilakukan oleh orang yang bersalah, dimana suatu perbuatan manusia memenuhi unsur-unsur kesalahan yaitu harus ada kehendak, keinginan atau kemauan dari orang yang melakukan tindak pidana serta Orang tersebut berbuat sesuatu dengan sengaja, mengetahui dan sadar sebelumnya terhadap akibat perbuatannya. Kesalahan dalam arti sempit dapat diartikan kesalahan yang disebabkan karena si pembuat kurang memperhatikan akibat yang tidak dikehendaki oleh undang-undang. 5.Perbuatan tersebut dilakukan oleh manusia yang mampu bertanggung jawab. Misalnya orang yang tidak sehat ingatannya tidak dapat diminta pertanggungjawabannya. Dasar dari pertanggungjawaban seseorang terletak dalam keadaan jiwanya.
  • 16. UNSUR TINDAK PIDANA MATERIIL: Contah dari unsur tindak pidana materil: Perbuatan manusia, dimana perbuatan atau kelakuan manusia itu ada yang aktif, misal membunuh (dalam Pasal 338 KUHP), menganiaya (dalam Pasal 351 KUHP). Jika dilihat dari perbuatan manusia terdapat unsur melawan hukum. Jadi setiap perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh peraturan perundang-undangan hukum pidana itu harus bersifat melawan hukum, meskipun unsur ini tidak dinyatakan dengan tegas dalam perumusan.
  • 17. Unsur tindak pidana lainnya yang menentukan sifat tindak pidana itu sendiri Disini terdapat beberapa tindakan yang untuk mendapat sifat tindak pidanya itu memerlukan hal-hal objektif yang menyertai perbuatan tersebut, antara lain melanggar kesusilaan (dalam Pasal 281 KUHP), penghasutan (dalam Pasal 160 KUHP), mengemis/ pengemisan (Pasal 504 KUHP), mabuk karena dengan sengaja (dalam Pasal 561 KUHP). Perbuatan tindak pidana di atas harus dilakukan di muka umum.
  • 18. Unsur-unsur yang memberatkan tindak pidana Hal ini terdapat dalam delik-delik yang dikualifikasikan oleh akibatnya, yaitu karena timbulnya akibat tertentu, maka ancaman pidana diperberat, contohnya 1.PASAL 333 KUHP; 2.PASAL 123 KUHP; 3.PASAL 281 KUHP; 4.PASAL 33B KUHP; 5.PASAL 334 KUHP; 6.PASAL 359 KUHP Niat (voornemen), dimana hal ini terdapat di dalam percobaan atau poging (Pasal 53 KUHP) Maksud (oogmerk), dimana hal ini terdapat dalam pencurian (Pasal 362 KUHP), pemerasan (Pasal 368 KUHP), penipuan (Pasal 378 KUHP), dan lain-lain Dengan rencana lebih dahulu (met voorbedachte rade), dimana hal ini terdapat dalam membuang anak sendiri (Pasal 308 KUHP), membunuh anak sendiri (Pasal 341 KUHP), membunuh anak sendiri dengan rencana (Pasal 342 KUHP).
  • 19. Unsur Tindak Pidana Bedasarkan Kitab Undang- Undang Hukum Pidana Dari rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP itu dapat diketahui adanya 11 unsur tindak pidana yakni: 1.Unsur tingkah laku 2.Unsur melawan hUkum 3.Unsur kesalahan 4.Unsur akibat konstitutif 5.Unsur keadaan yang menyertai 6.Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana 7.Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana 8.Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana 9.Unsur objek hukum tindak pidana 10.Unsur kualitas subjek hukum tindak pidana 11.Unsur syarat tambahan untuk memperingan pidana.
  • 20. Dari kesemua unsur itu berjumlah 11 unsur. 2 (dua) unsur diantaranya yaitu unsur kesalahan dan melawan hukum termasuk dalam unsur subjektif, sedangkan  9 (sembilan) lebihnya berupa unsur objektif. Menurut rumusan Delik yang terdapat dalam KUHP, maka dapat diketahui ada dua unsur delik yaitu: 1)    Unsur perbuatan (unsur obyektif), yaitu a)    Mencocokan rumusan delik b)    Melawan hukum (tidak ada alasan pembenar) 2)    Unsur pembuat (unsur subyektif), yaitu: a)    Adanya kesalahan (terdiri dari dolus atau culpa); b)    Dapat dipertanggungjawabkan )tidak ada alasan pemaaf).
  • 21. SEKIAN DAN TERIMAKASIHSEKIAN DAN TERIMAKASIH