SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
Diagnosis dan Tatalaksana
Frambusia
Dr. Ermadi Satriyo Sudibyo, M.Sc, Sp.KK, FINSDV, FAADV
RSUD Banyumas/Perdoski Cabang Purwokerto
Refreshing Penyakit Frambusia untuk Fasyankes Kab. Banyumas, 22 November 2023
Curriculum Vitae
Nama : Ermadi Satriyo Sudibyo
Tempat/tanggal lahir : Temanggung/15 Oktober 1976
Agama : Islam
Alamat : Jl. Raya Beji Karangsalam No. 37 Purwokerto 53152
Telepon/HP : (62) 08122668430
Email : satriyo.sudibyo@gmail.com
Pendidikan
 S1-Profesi FK Universitas Islam Sultan Agung Semarang lulus 2001
 S2-PPDS FK-KMK Universitas Gajah Mada Yogyakarta lulus tahun 2012
Organisasi
 Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
 Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Perdoski)
Pekerjaan
 Ketua KSM Dermatologi Venereologi dan Estetika RSUD Banyumas
 Ketua Komite Farmasi dan Terapi RSUD Banyumas
 Dokter Pendidik Klinis FK-KMK UGM dan FK Unsoed
 Anggota Satuan Pengawas Internal (SPI) RSUD Banyumas
OUTLINE
A. PENDAHULUAN
B. SEJARAH
C. DEFINISI OPERASIONAL
D. EPIDEMIOLOGI
E. ETIOLOGI
F. PATOGENESIS
G. MANIFESTASI KLINIS
H. KRITERIA DIAGNOSIS
I. FLOW CART PENATALAKSANAN
J. DIAGNOSIS BANDING
K. TERAPI
L. KEBERHASILAN TERAPI
Merupakan penyakit tropis terabaikan
(Neglected Tropical Diseases).
A. PENDAHULUAN
Nama lain: yaya (Caribbean), yaw (Afrika); patek,
puru, buba, pian, parangi, ambalo (Indonesia).
Penyakit menular langsung antar manusia yang
disebabkan oleh infeksi kronis Treponema Pertenue,
pada umumnya terlihat sebagai lesi kulit serta dapat
menyebabkan cacat pada tulang.
Frambusia masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia sehingga perlu dilakukan
penyelenggaraan penanggulangan secara terus
menerus, efektif, dan efisien.
B. SEJARAH
 Pada abad ke-17, dokter Willen Piso (Belanda) untuk
pertama kalinya menggunakan istilah Frambusia
(Yaws) untuk mendeskripsikan penyakit yang
ditemuinya di Amerika Selatan.
 Pada tahun 1679, dokter Thomas Sydenham
(Inggris) mendeskripsikan lesi frambusia klasik yang
ditemukan pada budak Afrika dan berpikir itu adalah
penyakit yang sama sebagai sifilis.
 Pada tahun 1905, Aldo Castellani (Italia) seorang ahli
mikrobiologi menemukan spirochaeta di ulkus
pasien frambusia dari Ceylon (Sri Lanka).
C. EPIDEMIOLOGI
Tahun 2014, dilaporkan adanya 1.521 kasus Frambusia di Indonesia, yaitu di Banten,
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua, dan Papua Barat.
Survei serologi tahun 2012 di beberapa kabupaten/kota di Indonesia, menunjukkan
prevalensi Frambusia: 20–120 per 100.000 penduduk usia 1–15 tahun.
Systematic review (2015) menyebutkan dari kurun waktu 2010 – 2013 ditemukan
256.343 kasus dilaporkan ke WHO yang berasal dari 13 negara endemik. Prevalensi
penyakit aktif di daerah endemik tersebut 0,31% - 14%, dan prevalensi penyakit
laten 2,4% - 31%. Hampir 84% dari kasus yang dilaporkan berasal dari tiga negara:
Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Ghana.
A
B
C
D. DEFINISI OPERASIONAL
Suspek adalah seseorang yang menunjukkan satu atau lebih gejala/tanda klinis
selama > 2 minggu, sebagai berikut:
• Papul atau papilloma
• Ulkus fambusia (tidak sakit)
• Makula papula
• Hiperkeratosis di telapak tangan atau kaki (early)
• Perubahan pada tulang dan sendi (early)
Probable adalah kasus suspek yang memiliki kontak erat dengan kasus frambusia
• Kontak lebih dari 20 jam per minggu
• Waktu kontak antara 9-90 hari sebelum munculnya lesi Frambusia
Konfirmasi adalah kasus suspek atau kasus probable frambusia dengan hasil positif
pada uji serologi (Rapid Diagnostic Test/RDT). Jika hasil tes tersebut meragukan,
dapat dilakukan pemeriksaan Rapid Plasma Reagen (RPR) atas rekomendasi pakar.
Kasus suspek/probable RDT (-) yang kemudian disebut kasus RDT (-) adalah kasus
suspek atau kasus probable dengan hasil pengujian RDT negatif (-).
Definisi operasional…
Papul
• Peninggian kulit ukuran/diameter < 1 cm
Papiloma
• Papul bertangkai
Makula
• Perubahan warna kulit (hiperpigmentasi/hipopigmentasi/eritem
dengan ukuran/diameter < 1 cm)
Patch
• Perubahan warna kulit (hiperpigmentasi/hipopigmentasi/eritem
dengan ukuran/diameter > 1 cm)
Plak
• Peninggian kulit dengan ukuran/diameter > 1 cm
Erosi
• Diskontinuitas jaringan tidak sampai menembus stratum basalis
Ulkus
• Diskontinuitas jaringan sampai menembus stratum basalis
Fisura
• Celah linear dengan kedalaman dapat mencapai dermis
E. ETIOLOGI
 Treponema pallidum adalah bakteri termasuk dalam famili Spirochaetaceae
yang berbentuk spiral, bersifat gram negatif. T. pallidum memiliki 3 subspecies
yang secara morfologis dan serologis identik, yaitu
 T. pallidum ssp pallidum yang menyebabkan sifilis
 T. pallidum ssp endemicum yang menyebabkan endemik sifilis/bejel
 T. pallidum ssp pertenue yang menyebabkan penyakit frambusia/yaws
 Secara genetik, T. pallidum ssp. pertenue 99,8% identik dengan T. pallidum ssp.
pallidum. Perbedaannya terdapat pada satu pasang basa pada gen tpp15, satu
perbedaan nukleotida pada gen gpd, pasangan basa delesi pada gen tpr, variasi
urutan pada gen arp, dan variasi urutan spacer intergenic IGR19.
 Ukuran panjangnya 10 - 15 μm
dan diameter 0,2 μm
 Permukaan bakteri dikelilingi
oleh membran luar sitoplasma
yang longgar. Protein membran
luar berperan pada aktivitas
opsonik dalam fagositosis.
Etiologi…
 Motilitasnya menyerupai
pembuka gabus (corkscrew),
mampu bergerak cepat pada
media menyerupai gel, seperti
jaringan ikat.
 Hanya dapat dilihat dengan
mikroskop medan
gelap/fluoresensi.
 Replikasinya sangat lambat, yaitu
1 bakteri setiap 30-33 jam.
 Tidak tumbuh pada media kultur
tetapi bisa diisolasi dan
direproduksi pada hewan
percobaan, seperti seperti kelinci
dan hamster.
 Tes invitro menunjukkan bahwa T.
pallidum ssp. pertenue sensitif
terhadap penisilin, tetrasiklin,
eritromisin.
F. PATOGENESIS
 Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui lecet kecil di kulit (port d’ entrée),
setelah menembus epidermis, menuju matriks ekstraseluler dan menempel
pada fibronektin.
 Setelah beberapa menit, spirochetes akan mencapai kelenjar getah bening
dan menyebar luas dalam hitungan jam. Kelenjar getah bening dapat
membesar dan penuh dengan treponema selama beberapa minggu.
 Setelah berhasil masuk ke dalam kulit, pada reaksi awal akan terjadi
inflamasi neutrofilik diikuti oleh sel-sel plasma.
 Dengan pewarnaan imunohistokimia T. pertenue banyak ditemukan di
epidermis atas dalam susunan cluster ekstraseluler .
 Respon imun terhadap T. pertenue berupa respon imun humoral dan seluler.
 Sebagai mikroorganisme tingkat rendah dengan tingkat metabolisme yang
rendah, T. pertenue mampu mempertahankan infeksi hanya dengan
beberapa sel hidup, sehingga dalam keadaan laten dapat menghindari
stimulasi sistem kekebalan tubuh.
G. MANIFESTASI KLINIS
 Manusia adalah satu-satunya sumber penularan, melalui kontak langsung
dengan luka atau cairan serum.
 Masa inkubasi antara 10-90 hari (rata-rata 21 hari).
 Masa penularan bervariasi dan dapat berlangsung lama, dimana lesi dapat
muncul pada kulit penderita secara intermiten selama beberapa tahun.
 Lesi stadium 1 (primer) merupakan lesi yang sangat menular karena cairan
(getah, eksudat) yang keluar mengandung banyak bakteri.
 Bakteri tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi masuk melalui luka lecet
(port d’ entry), goresan atau luka infeksi kulit lainnya. Bakteri yang telah
masuk ke dalam tubuh akan berkembang biak dan dapat menyebar melalui
peredaran darah.
 Lesi awal akan menghilang, tetapi kemudian muncul lesi-lesi baru. Apabila
lesi tidak mendapat perawatan, dapat menimbulkan kerusakan jaringan kulit
lebih luas, bahkan dapat menimbulkan kerusakan pada tulang.
 Manifestasi klinis Frambusia terbagi dalam beberapa stadium yang sesuai
dengan perubahan bentuk lesinya yaitu stadium primer, stadium sekunder,
dan stadium tersier. Antara lesi primer dengan lesi sekunder terdapat
periode laten 1 (2-5 tahun), sedangkan antara lesi sekunder dengan lesi
tersier terdapat periode laten 2 (5-10 tahun).
Manifestasi klinis…
STADIUM 1 (PRIMER)
 Sekitar 65%-85% lesi primer timbul pada tungkai
dan kaki, sebagian kecil dapat juga timbul di wajah.
Stadium primer diawali dengan timbulnya papul
pada tempat masuknya bakteri. Papul eritem
(berwarna kemerahan), tidak nyeri (tidak sakit
ketika ditekan), kadang gatal. Papul timbul antara 9-
90 hari (rata-rata 3 minggu) sejak terinfeksi.
 Papul berkembang menjadi papiloma. Permukaan
papiloma menonjol atau sering disebut bertangkai,
basah (serum), mudah berdarah, kemerahan dan
berbenjol-benjol kecil seperti bunga kol atau
raspberry. Serum mengandung banyak bakteri
Frambusia. Serum dapat mengering di atas papul
atau papiloma membentuk keropeng atau krusta
yang menutup papiloma. Lesi ini disebut krusta
papiloma.
Manifestasi klinis…
STADIUM 1 (PRIMER)…
 Beberapa papul dan papiloma dapat bergabung
membentuk plak dan dapat menjadi ulkus
(chancre of yaws, frambesioma). Ulkus dapat
mencapai lapisan subkutan, dengan dasar
granulasi berbenjol-benjol seperti permukaan
buah raspberry, dengan tepi ulkus meninggi dan
keras. Satelit-satelit papul juga bisa
bermunculan di sekitar ulkus. Kadang-kadang
pada stadium ini bisa terjadi demam atau sendi-
sendi ngilu disertai pembesaran kelenjar getah
bening regional (lipat ketiak, leher, lipat paha).
 Setelah 3-6 bulan sejak timbulnya lesi primer,
semua lesi dapat sembuh sendiri dengan
meninggalkan bekas berupa atropi kulit (kulit
menipis dan mengkilat), hipopigmentasi (bercak
keputihan seperti panu), atau seperti jaringan
parut. Keadaan ini disebut stadium laten 1 dan
dapat berkembang menjadi stadium sekunder.
Manifestasi klinis…
LESI PRIMER
Infect Dis Poverty. 2020 Jan 30;9(1):1
papul krusta papiloma
Manifestasi klinis…
LESI PRIMER
krusta papiloma
Infect Dis Poverty. 2020 Jan 30;9(1):1
Manifestasi klinis…
LESI PRIMER
Infect Dis Poverty. 2020 Jan 30;9(1):1
papiloma dengan permukaan basah
Manifestasi klinis…
Lesi primer
PLoS Neglected Tropical Diseases 8(9):e3016
plak ulseratif
makula/patch
hiperpigmentasi
skar atrofi dengan
hipopigmentasi
Manifestasi klinis…
Lesi primer
Image by Brian Cassey. Papua New Guinea, 2018
ulkus dengan tepi meninggi dan keras, dasar
berupa jaringan granulasi menyerupai raspberry
Manifestasi klinis…
Lesi primer
Lancet. 2018 Apr 21;391(10130):1599-1607
ulkus ulsero papilloma/
plak ulseratif
Manifestasi klinis…
Lesi primer
Infect Dis Poverty. 2020 Jan 30;9(1):1
skar atrofi dengan hipopigmentasi dan hiperpigmentasi
Manifestasi klinis…
STADIUM 2 (SEKUNDER)
 Stadium sekunder adalah munculnya kembali lesi baru karena adanya
penyebaran bakteri ke dalam peredaran darah dan jaringan getah bening.
Lesi ini muncul setelah 2 tahun sejak lesi primer sembuh, terutama di
wajah, lengan, tungkai dan pantat, dengan bentuk lesi sama dengan
stadium primer.
 Pada stadium ini, getah bening mengalami peradangan, membesar dan
sakit. Dapat disertai nyeri sendi (arthralgia). Lesi dapat terjadi di telapak
kaki, permukaan kaki mengalami penebalan (hiperkeratosis), pecah-pecah
(fisura) dan nyeri, sehingga penderita berjalan dengan posisi aneh
(terpaksa), ini disebut “crab yaws”. Lesi dapat juga mengenai tulang muka,
rahang dan tungkai bagian bawah berupa peradangan tulang
(osteoperiostatis).
 Lesi yang terjadi pada stadium ini dapat hilang dengan sendirinya, dan
sebagian penderita (10%) masuk ke stadium laten 2 yang dapat
berlangsung selama 5-10 tahun.
Manifestasi klinis…
Lesi sekunder
Infect Dis Poverty. 2020 Jan 30;9(1):1
Pantat: multiple papul, plak
sewarna kulit dengan
permukaan kering dan sedikit
skuama
Paha: makula dan patch
hipopigmentasi
Manifestasi klinis…
Lesi sekunder
Infect Dis Poverty. 2020 Jan 30;9(1):1
Plantar pedis dextra: multipel ulkus dangkal
Manifestasi klinis…
Lesi sekunder
Fitzpatrick’s Dermatologi in General medicine. 2019
Keratoderma plantaris dengan fisura
Manifestasi klinis…
Yaws. Wikipedia
Dactylitis dan periostitis X-ray: periostitis
Lesi sekunder
Manifestasi klinis…
STADIUM 3 (TERSIER)
 Dalam stadium ini, tulang, sendi dan jaringan yang terserang bakteri
Frambusia dapat mengalami kerusakan (destruktif) menjadi cacat, dan
dapat terbentuk gumma/gangosa/gondou, juxta articular nodes.
Gumma adalah benjolan menahun, mengalami perlunakan, ulserasi,
destruktif terhadap jaringan di bawahnya. Dapat timbul di kulit maupun
tulang dan sendi.
Lancet 2002 Oct 12;360(9340):1168-70
Manifestasi klinis…
Stadium 3 (tersier)
Courtessy Larry M. Bush , MD, FACP, Charles E. Schmidt College of Medicine, Florida Atlantic University
gangosa di wajah
Manifestasi klinis…
STADIUM LATEN (LATEN YAWS)
 Stadium Laten merupakan fase tanpa gejala klinis, tetapi bakteri
Frambusia masih aktif dan hasil uji serologi positif. Stadium ini terjadi
ketika penderita dengan lesi Frambusia dapat sembuh tanpa pengobatan.
 Adanya stadium laten inilah yang akan menyulitkan upaya memutus mata
rantai penularan Frambusia, karena penderita akan terus menjadi sumber
penularan baru tanpa diketahui sumbernya.
 Bakteri Frambusia dapat bertahan sampai 5 tahun dalam tubuh seseorang
dan di tengah-tengah masyarakat.
Manifestasi klinis Frambusia
Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3
a. Papul :
 Tunggal (mother yaws)
 Lebih dari 1 (multiple
yaws)
b. Papiloma
c. Nodul
d. Ulkus
e. Krusta papiloma
Dapat sembuh sendiri dan
masuk dalam stadium laten 1
(2-5 tahun)
Lesi di kulit dalam bentuk sama
dengan Stadium I, tetapi
tersebar di beberapa tempat,
terutama muka, lengan, tungkai,
dan pantat.
Lesi dapat terjadi pada tempat
khusus :
a. Telapak tangan/ telapak kaki:
 penebalan
(hiperkeratotik),
 pecah-pecah (fisurasi)
 nyeri
b. Kelainan tulang: peradangan
tulang (osteoperiostitis) jari-
jari kaki/tangan, bengkak,
nyeri
c. Kelainan kuku
Dapat sembuh sendiri dan
masuk dalam stadium laten 2
(5-10 tahun)
a. Mengalami perlunakan dan
merusak sehingga menjadi
cacat)
b. Gangosa (hidung keropos)
c. Juxta articular nodes
(benjolan pada sendi) bisa
menjadi bengkok, kelainan
tulang seperti pedang
d. Gondou: benjolan di tulang
e. Telapak tangan/ telapak kaki:
 hiperkeratotik
 fisurasi
 nyeri
Early (dini) Late (lanjut)
Sangat menular Tidak/kurang menular
H. Kriteria diagnosis
Diagnosis Frambusia (yaws) dapat ditegakkan dengan melalui
a. Pemeriksaan klinis
Diagnosis diutamakan berdasarkan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan dilakukan
di tempat dengan pencahayaan yang baik dan terang, dengan memperhatikan
etika di mana pemeriksaan laki-laki dan perempuan dilakukan terpisah.
Beberapa kondisi di bawah ini dapat membantu menetapkan diagnosis klinis
frambusia:
1) Umur penderita (banyak terjadi pada anak berumur kurang dari 15 tahun).
2) Gejala klinis berupa lesi pada kulit/tulang sesuai dengan stadium
perkembangan frambusia.
3) Ciri dan lokasi lesi terjadi di tungkai, kaki, pergelangan kaki, atau di lengan
dan wajah.
Berdasarkan pemeriksaan klinis dapat ditetapkan kasus:
 suspek
 probabel/atau
 bukan kasus frambusia
Kasus suspek dan probabel perlu dilakukan pemeriksaan serologis (Rapid
Diagnostic Test/RDT) untuk kepastian diagnosis.
Kriteria diagnosis…
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan serologis frambusia menggunakan pemeriksaan yang sama
dengan pemeriksaan sifilis yaitu dengan TPHA-RDT dan dievaluasi dengan
RPR/VDRL.
Manfaat pemeriksaan serologis adalah:
 mengkonfirmasi kasus frambusia yang meragukan (suspek dan probabel)
 menemukan penderitaa dalam masa laten yang tidak menunjukkan gejala
klinis tetapi ternyata seropositif. Penderita seperti ini adalah sumber
penularan frambusia tersembunyi.
Sampai sekarang, belum ada pemeriksaan serologi spesifik untuk Frambusia.
Pemeriksaan serologi yang ada, biasanya digunakan untuk pemeriksaan
serologi sifilis, hasil pemeriksaan ini tidak bisa membedakan T. pallidum
(sifilis) dan T. pertenue (frambusia).
Terdapat 2 metode pemeriksaan yang umumnya dilakukan, yaitu
 Treponemal Test: Treponema pallidum hemagglutination Assay (TPHA)
 Non Treponemal Test: Rapid Plasma Reagen (RPR) atau Veneral Disease
Research Laboratories (VDRL)
Kriteria diagnosis…
Rapid Diagnostic Treponemal test (RDT test)
 Memiliki sensitivitas 85-98% dan spesifisitasnya 93-98% dibandingkan
pemeriksaan TPHA atau pemeriksaan (Treponema pallidum Particle
Agglutination) TPPA. Pemeriksaan RDT ini praktis digunakan di lapangan
dengan sampel darah jari sewaktu dan hasilnya dapat dibaca dalam waktu
20 menit.
 Pemeriksaan RDT ini tidak dapat membedakan antara kasus frambusia
dengan infeksi aktif dan yang sudah mendapat pengobatan. Oleh karena itu,
kasus frambusia yang pernah diobati dan sembuh, bisa saja dinyatakan
positif dengan pemeriksaan RDT.
 Dalam kegiatan penemuan kasus, jika ditemukan tanda klinis yang khas,
cukup dilakukan pemeriksaan RDT.
 Namun untuk survei serologis, apabila didapatkan hasil RDT positif,
sebaiknya diuji kembali dengan pemeriksaan TPHA/VDRL untuk
membuktikan apakah penularan masih terus berlangsung.
I. FLOW CART PENATALAKSANAAN
Pasien datang dengan keluhan kulit berupa:
Papul eritem/plak/krusta papilloma/
plak ulseratif/ulkus
1) Umur penderita < 15 tahun
2) Lesi di kulit/tulang sesuai dengan
stadium perkembangan frambusia
3) Lokasi lesi di tungkai, kaki, pergelangan
kaki, atau di lengan dan wajah
Pemeriksaan RDT
Suspek/probable frambusia
Obati sebagai frambusia
Positif TPHA/VDRL
Survey serologis
Confirmed frambusia
Diagnosis banding
Bukan
frambusia
Terapi yang sesuai
J. DIAGNOSIS BANDING
STADIUM 1 (PRIMER)
papul papiloma/krusta papiloma
Insect bite (SKDI 4A) Folikulitis (SKDI 4A) Veruka vulgaris (SKDI 4A) Moluskum
kontagiosum
(SKDI 4A)
Diagnosis
banding
J. Diagnosis banding…
Stadium 1 (primer)
ulkus
ulsero papiloma
Diagnosis
banding
ektima (SKDI 4A) ulkus chancre
(SKDI 4A)
lepra (SKDI 4A)
J. Diagnosis banding…
STADIUM 2 (SEKUNDER)
Veruka vulgaris (SKDI 4A) Ulkus lepra (SKDI 4A)
plantar keratoderma
dengan fisura
Diagnosis
banding
J. Diagnosis banding…
Stadium 2 (Sekunder)
Tinea korporis/kruris (SKDI 4A) Skabies (SKDI 4A)
Diagnosis
banding
Pantat: multiple papul,
plak sewarna kulit
dengan permukaan
kering dan sedikit
skuama
Paha: makula dan
patch hipopigmentasi
K. TERAPI
Regimen terapi frambusia
First line Benzatin benzilpenisilin
(Penisilin G)
umur > 10 tahun dosis 1,2 juta IU/IM SD
umur < 10 tahun dosis 0,6 juta IU/IM SD
Second line Azitromisin Dosisi 30 mg/kgBB SD (maksimal 2 gr)
Umur 2-5 th 500 mg SD
Umur 6-9 th 1000 mg SD
Umur 10-15 th 1500 mg SD
Umur 16-69 th 2000 mg SD
Alternatif
dewasa
Tetrasiklin, doksisiklin, eritromisin
Alternatif
anak
Eritromisin
L. TERAPI
Keberhasilan terapi ditunjukkan dengan:
 Lesi frambusia menjadi tidak menular dalam 24 jam
 Nyeri sendi hilang dalam waktu 24-48 jam
 Semua lesi klinis, kecuali lesi-lesi tersier, sembuh dalam waktu 2-4 minggu
 Titer TPHA/VDRL menurun hingga minimum dalam 6-12 bulan dan
negative atau titer tetap rendah hingga 2 tahun
Frambusia Diagnosis dan Tatalaksana

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Lembar kuesioner
Lembar kuesionerLembar kuesioner
Lembar kuesioner
 
Asi eksklusif
Asi eksklusifAsi eksklusif
Asi eksklusif
 
Dbd
DbdDbd
Dbd
 
Referat dhf
Referat dhfReferat dhf
Referat dhf
 
Penyakit tidak menular
Penyakit tidak menularPenyakit tidak menular
Penyakit tidak menular
 
Nusantara sehat 2021 p2 tb
Nusantara sehat 2021 p2 tbNusantara sehat 2021 p2 tb
Nusantara sehat 2021 p2 tb
 
Kespro bagi catin
Kespro bagi catinKespro bagi catin
Kespro bagi catin
 
Pedoman yankes usekrem pandemi
Pedoman yankes usekrem pandemiPedoman yankes usekrem pandemi
Pedoman yankes usekrem pandemi
 
Pp cara Mengisi KMS.ppt
Pp cara Mengisi KMS.pptPp cara Mengisi KMS.ppt
Pp cara Mengisi KMS.ppt
 
Program ispa di puskesmas
Program ispa di puskesmasProgram ispa di puskesmas
Program ispa di puskesmas
 
Preeklampsia berat
Preeklampsia beratPreeklampsia berat
Preeklampsia berat
 
Materi pelatihan kader posyandu 2016
Materi pelatihan kader posyandu 2016Materi pelatihan kader posyandu 2016
Materi pelatihan kader posyandu 2016
 
MATERI_P4K.pptx
MATERI_P4K.pptxMATERI_P4K.pptx
MATERI_P4K.pptx
 
Diare - Power Point
Diare - Power PointDiare - Power Point
Diare - Power Point
 
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdfCetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024.pdf
 
Penyuluhan PHBS
Penyuluhan PHBSPenyuluhan PHBS
Penyuluhan PHBS
 
3M Plus
3M Plus3M Plus
3M Plus
 
Advokasi Kesehatan
Advokasi KesehatanAdvokasi Kesehatan
Advokasi Kesehatan
 
Leaflet ispa akper muna.14
Leaflet ispa akper muna.14Leaflet ispa akper muna.14
Leaflet ispa akper muna.14
 
Form TB 04.doc
Form TB 04.docForm TB 04.doc
Form TB 04.doc
 

Similar to Frambusia Diagnosis dan Tatalaksana

Similar to Frambusia Diagnosis dan Tatalaksana (20)

Promosi & Kawalan - Sexual Transmitted Diseases
Promosi & Kawalan - Sexual Transmitted DiseasesPromosi & Kawalan - Sexual Transmitted Diseases
Promosi & Kawalan - Sexual Transmitted Diseases
 
Frambusia PPT.pptx
Frambusia PPT.pptxFrambusia PPT.pptx
Frambusia PPT.pptx
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo Bullosa
 
Diagnosis & tatalaksana Frambusia YI.pptx
Diagnosis & tatalaksana Frambusia YI.pptxDiagnosis & tatalaksana Frambusia YI.pptx
Diagnosis & tatalaksana Frambusia YI.pptx
 
Diagnosis Frambusia YI.pdf
Diagnosis Frambusia YI.pdfDiagnosis Frambusia YI.pdf
Diagnosis Frambusia YI.pdf
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Tobasa-Frambusia (5).pptx
Tobasa-Frambusia (5).pptxTobasa-Frambusia (5).pptx
Tobasa-Frambusia (5).pptx
 
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 
Tinea korporis ( infeksi jamur)
Tinea korporis ( infeksi jamur)Tinea korporis ( infeksi jamur)
Tinea korporis ( infeksi jamur)
 
Refreshing
RefreshingRefreshing
Refreshing
 
Exo 2
Exo 2Exo 2
Exo 2
 
Makalah frambusia akper pemkab muna
Makalah frambusia akper pemkab munaMakalah frambusia akper pemkab muna
Makalah frambusia akper pemkab muna
 
Makalah frambusia 2
Makalah frambusia 2Makalah frambusia 2
Makalah frambusia 2
 
Case report session difteri
Case report session   difteriCase report session   difteri
Case report session difteri
 
Atopic dermatitis
Atopic dermatitisAtopic dermatitis
Atopic dermatitis
 
Pioderma Non Kokus
Pioderma Non KokusPioderma Non Kokus
Pioderma Non Kokus
 
REFERAT TORCH
REFERAT TORCHREFERAT TORCH
REFERAT TORCH
 
FRAMBUSIA-1.pdf
FRAMBUSIA-1.pdfFRAMBUSIA-1.pdf
FRAMBUSIA-1.pdf
 
Makalah salmonela
Makalah salmonelaMakalah salmonela
Makalah salmonela
 

Recently uploaded

PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxDesiNatalia68
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 

Recently uploaded (20)

PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 

Frambusia Diagnosis dan Tatalaksana

  • 1. Diagnosis dan Tatalaksana Frambusia Dr. Ermadi Satriyo Sudibyo, M.Sc, Sp.KK, FINSDV, FAADV RSUD Banyumas/Perdoski Cabang Purwokerto Refreshing Penyakit Frambusia untuk Fasyankes Kab. Banyumas, 22 November 2023
  • 2. Curriculum Vitae Nama : Ermadi Satriyo Sudibyo Tempat/tanggal lahir : Temanggung/15 Oktober 1976 Agama : Islam Alamat : Jl. Raya Beji Karangsalam No. 37 Purwokerto 53152 Telepon/HP : (62) 08122668430 Email : satriyo.sudibyo@gmail.com Pendidikan  S1-Profesi FK Universitas Islam Sultan Agung Semarang lulus 2001  S2-PPDS FK-KMK Universitas Gajah Mada Yogyakarta lulus tahun 2012 Organisasi  Ikatan Dokter Indonesia (IDI)  Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Perdoski) Pekerjaan  Ketua KSM Dermatologi Venereologi dan Estetika RSUD Banyumas  Ketua Komite Farmasi dan Terapi RSUD Banyumas  Dokter Pendidik Klinis FK-KMK UGM dan FK Unsoed  Anggota Satuan Pengawas Internal (SPI) RSUD Banyumas
  • 3. OUTLINE A. PENDAHULUAN B. SEJARAH C. DEFINISI OPERASIONAL D. EPIDEMIOLOGI E. ETIOLOGI F. PATOGENESIS G. MANIFESTASI KLINIS H. KRITERIA DIAGNOSIS I. FLOW CART PENATALAKSANAN J. DIAGNOSIS BANDING K. TERAPI L. KEBERHASILAN TERAPI
  • 4. Merupakan penyakit tropis terabaikan (Neglected Tropical Diseases). A. PENDAHULUAN Nama lain: yaya (Caribbean), yaw (Afrika); patek, puru, buba, pian, parangi, ambalo (Indonesia). Penyakit menular langsung antar manusia yang disebabkan oleh infeksi kronis Treponema Pertenue, pada umumnya terlihat sebagai lesi kulit serta dapat menyebabkan cacat pada tulang. Frambusia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan penanggulangan secara terus menerus, efektif, dan efisien.
  • 5. B. SEJARAH  Pada abad ke-17, dokter Willen Piso (Belanda) untuk pertama kalinya menggunakan istilah Frambusia (Yaws) untuk mendeskripsikan penyakit yang ditemuinya di Amerika Selatan.  Pada tahun 1679, dokter Thomas Sydenham (Inggris) mendeskripsikan lesi frambusia klasik yang ditemukan pada budak Afrika dan berpikir itu adalah penyakit yang sama sebagai sifilis.  Pada tahun 1905, Aldo Castellani (Italia) seorang ahli mikrobiologi menemukan spirochaeta di ulkus pasien frambusia dari Ceylon (Sri Lanka).
  • 6. C. EPIDEMIOLOGI Tahun 2014, dilaporkan adanya 1.521 kasus Frambusia di Indonesia, yaitu di Banten, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua, dan Papua Barat. Survei serologi tahun 2012 di beberapa kabupaten/kota di Indonesia, menunjukkan prevalensi Frambusia: 20–120 per 100.000 penduduk usia 1–15 tahun. Systematic review (2015) menyebutkan dari kurun waktu 2010 – 2013 ditemukan 256.343 kasus dilaporkan ke WHO yang berasal dari 13 negara endemik. Prevalensi penyakit aktif di daerah endemik tersebut 0,31% - 14%, dan prevalensi penyakit laten 2,4% - 31%. Hampir 84% dari kasus yang dilaporkan berasal dari tiga negara: Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Ghana. A B C
  • 7. D. DEFINISI OPERASIONAL Suspek adalah seseorang yang menunjukkan satu atau lebih gejala/tanda klinis selama > 2 minggu, sebagai berikut: • Papul atau papilloma • Ulkus fambusia (tidak sakit) • Makula papula • Hiperkeratosis di telapak tangan atau kaki (early) • Perubahan pada tulang dan sendi (early) Probable adalah kasus suspek yang memiliki kontak erat dengan kasus frambusia • Kontak lebih dari 20 jam per minggu • Waktu kontak antara 9-90 hari sebelum munculnya lesi Frambusia Konfirmasi adalah kasus suspek atau kasus probable frambusia dengan hasil positif pada uji serologi (Rapid Diagnostic Test/RDT). Jika hasil tes tersebut meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan Rapid Plasma Reagen (RPR) atas rekomendasi pakar. Kasus suspek/probable RDT (-) yang kemudian disebut kasus RDT (-) adalah kasus suspek atau kasus probable dengan hasil pengujian RDT negatif (-).
  • 8. Definisi operasional… Papul • Peninggian kulit ukuran/diameter < 1 cm Papiloma • Papul bertangkai Makula • Perubahan warna kulit (hiperpigmentasi/hipopigmentasi/eritem dengan ukuran/diameter < 1 cm) Patch • Perubahan warna kulit (hiperpigmentasi/hipopigmentasi/eritem dengan ukuran/diameter > 1 cm) Plak • Peninggian kulit dengan ukuran/diameter > 1 cm Erosi • Diskontinuitas jaringan tidak sampai menembus stratum basalis Ulkus • Diskontinuitas jaringan sampai menembus stratum basalis Fisura • Celah linear dengan kedalaman dapat mencapai dermis
  • 9. E. ETIOLOGI  Treponema pallidum adalah bakteri termasuk dalam famili Spirochaetaceae yang berbentuk spiral, bersifat gram negatif. T. pallidum memiliki 3 subspecies yang secara morfologis dan serologis identik, yaitu  T. pallidum ssp pallidum yang menyebabkan sifilis  T. pallidum ssp endemicum yang menyebabkan endemik sifilis/bejel  T. pallidum ssp pertenue yang menyebabkan penyakit frambusia/yaws  Secara genetik, T. pallidum ssp. pertenue 99,8% identik dengan T. pallidum ssp. pallidum. Perbedaannya terdapat pada satu pasang basa pada gen tpp15, satu perbedaan nukleotida pada gen gpd, pasangan basa delesi pada gen tpr, variasi urutan pada gen arp, dan variasi urutan spacer intergenic IGR19.  Ukuran panjangnya 10 - 15 μm dan diameter 0,2 μm  Permukaan bakteri dikelilingi oleh membran luar sitoplasma yang longgar. Protein membran luar berperan pada aktivitas opsonik dalam fagositosis.
  • 10. Etiologi…  Motilitasnya menyerupai pembuka gabus (corkscrew), mampu bergerak cepat pada media menyerupai gel, seperti jaringan ikat.  Hanya dapat dilihat dengan mikroskop medan gelap/fluoresensi.  Replikasinya sangat lambat, yaitu 1 bakteri setiap 30-33 jam.  Tidak tumbuh pada media kultur tetapi bisa diisolasi dan direproduksi pada hewan percobaan, seperti seperti kelinci dan hamster.  Tes invitro menunjukkan bahwa T. pallidum ssp. pertenue sensitif terhadap penisilin, tetrasiklin, eritromisin.
  • 11. F. PATOGENESIS  Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui lecet kecil di kulit (port d’ entrée), setelah menembus epidermis, menuju matriks ekstraseluler dan menempel pada fibronektin.  Setelah beberapa menit, spirochetes akan mencapai kelenjar getah bening dan menyebar luas dalam hitungan jam. Kelenjar getah bening dapat membesar dan penuh dengan treponema selama beberapa minggu.  Setelah berhasil masuk ke dalam kulit, pada reaksi awal akan terjadi inflamasi neutrofilik diikuti oleh sel-sel plasma.  Dengan pewarnaan imunohistokimia T. pertenue banyak ditemukan di epidermis atas dalam susunan cluster ekstraseluler .  Respon imun terhadap T. pertenue berupa respon imun humoral dan seluler.  Sebagai mikroorganisme tingkat rendah dengan tingkat metabolisme yang rendah, T. pertenue mampu mempertahankan infeksi hanya dengan beberapa sel hidup, sehingga dalam keadaan laten dapat menghindari stimulasi sistem kekebalan tubuh.
  • 12. G. MANIFESTASI KLINIS  Manusia adalah satu-satunya sumber penularan, melalui kontak langsung dengan luka atau cairan serum.  Masa inkubasi antara 10-90 hari (rata-rata 21 hari).  Masa penularan bervariasi dan dapat berlangsung lama, dimana lesi dapat muncul pada kulit penderita secara intermiten selama beberapa tahun.  Lesi stadium 1 (primer) merupakan lesi yang sangat menular karena cairan (getah, eksudat) yang keluar mengandung banyak bakteri.  Bakteri tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi masuk melalui luka lecet (port d’ entry), goresan atau luka infeksi kulit lainnya. Bakteri yang telah masuk ke dalam tubuh akan berkembang biak dan dapat menyebar melalui peredaran darah.  Lesi awal akan menghilang, tetapi kemudian muncul lesi-lesi baru. Apabila lesi tidak mendapat perawatan, dapat menimbulkan kerusakan jaringan kulit lebih luas, bahkan dapat menimbulkan kerusakan pada tulang.  Manifestasi klinis Frambusia terbagi dalam beberapa stadium yang sesuai dengan perubahan bentuk lesinya yaitu stadium primer, stadium sekunder, dan stadium tersier. Antara lesi primer dengan lesi sekunder terdapat periode laten 1 (2-5 tahun), sedangkan antara lesi sekunder dengan lesi tersier terdapat periode laten 2 (5-10 tahun).
  • 13. Manifestasi klinis… STADIUM 1 (PRIMER)  Sekitar 65%-85% lesi primer timbul pada tungkai dan kaki, sebagian kecil dapat juga timbul di wajah. Stadium primer diawali dengan timbulnya papul pada tempat masuknya bakteri. Papul eritem (berwarna kemerahan), tidak nyeri (tidak sakit ketika ditekan), kadang gatal. Papul timbul antara 9- 90 hari (rata-rata 3 minggu) sejak terinfeksi.  Papul berkembang menjadi papiloma. Permukaan papiloma menonjol atau sering disebut bertangkai, basah (serum), mudah berdarah, kemerahan dan berbenjol-benjol kecil seperti bunga kol atau raspberry. Serum mengandung banyak bakteri Frambusia. Serum dapat mengering di atas papul atau papiloma membentuk keropeng atau krusta yang menutup papiloma. Lesi ini disebut krusta papiloma.
  • 14. Manifestasi klinis… STADIUM 1 (PRIMER)…  Beberapa papul dan papiloma dapat bergabung membentuk plak dan dapat menjadi ulkus (chancre of yaws, frambesioma). Ulkus dapat mencapai lapisan subkutan, dengan dasar granulasi berbenjol-benjol seperti permukaan buah raspberry, dengan tepi ulkus meninggi dan keras. Satelit-satelit papul juga bisa bermunculan di sekitar ulkus. Kadang-kadang pada stadium ini bisa terjadi demam atau sendi- sendi ngilu disertai pembesaran kelenjar getah bening regional (lipat ketiak, leher, lipat paha).  Setelah 3-6 bulan sejak timbulnya lesi primer, semua lesi dapat sembuh sendiri dengan meninggalkan bekas berupa atropi kulit (kulit menipis dan mengkilat), hipopigmentasi (bercak keputihan seperti panu), atau seperti jaringan parut. Keadaan ini disebut stadium laten 1 dan dapat berkembang menjadi stadium sekunder.
  • 15. Manifestasi klinis… LESI PRIMER Infect Dis Poverty. 2020 Jan 30;9(1):1 papul krusta papiloma
  • 16. Manifestasi klinis… LESI PRIMER krusta papiloma Infect Dis Poverty. 2020 Jan 30;9(1):1
  • 17. Manifestasi klinis… LESI PRIMER Infect Dis Poverty. 2020 Jan 30;9(1):1 papiloma dengan permukaan basah
  • 18. Manifestasi klinis… Lesi primer PLoS Neglected Tropical Diseases 8(9):e3016 plak ulseratif makula/patch hiperpigmentasi skar atrofi dengan hipopigmentasi
  • 19. Manifestasi klinis… Lesi primer Image by Brian Cassey. Papua New Guinea, 2018 ulkus dengan tepi meninggi dan keras, dasar berupa jaringan granulasi menyerupai raspberry
  • 20. Manifestasi klinis… Lesi primer Lancet. 2018 Apr 21;391(10130):1599-1607 ulkus ulsero papilloma/ plak ulseratif
  • 21. Manifestasi klinis… Lesi primer Infect Dis Poverty. 2020 Jan 30;9(1):1 skar atrofi dengan hipopigmentasi dan hiperpigmentasi
  • 22. Manifestasi klinis… STADIUM 2 (SEKUNDER)  Stadium sekunder adalah munculnya kembali lesi baru karena adanya penyebaran bakteri ke dalam peredaran darah dan jaringan getah bening. Lesi ini muncul setelah 2 tahun sejak lesi primer sembuh, terutama di wajah, lengan, tungkai dan pantat, dengan bentuk lesi sama dengan stadium primer.  Pada stadium ini, getah bening mengalami peradangan, membesar dan sakit. Dapat disertai nyeri sendi (arthralgia). Lesi dapat terjadi di telapak kaki, permukaan kaki mengalami penebalan (hiperkeratosis), pecah-pecah (fisura) dan nyeri, sehingga penderita berjalan dengan posisi aneh (terpaksa), ini disebut “crab yaws”. Lesi dapat juga mengenai tulang muka, rahang dan tungkai bagian bawah berupa peradangan tulang (osteoperiostatis).  Lesi yang terjadi pada stadium ini dapat hilang dengan sendirinya, dan sebagian penderita (10%) masuk ke stadium laten 2 yang dapat berlangsung selama 5-10 tahun.
  • 23. Manifestasi klinis… Lesi sekunder Infect Dis Poverty. 2020 Jan 30;9(1):1 Pantat: multiple papul, plak sewarna kulit dengan permukaan kering dan sedikit skuama Paha: makula dan patch hipopigmentasi
  • 24. Manifestasi klinis… Lesi sekunder Infect Dis Poverty. 2020 Jan 30;9(1):1 Plantar pedis dextra: multipel ulkus dangkal
  • 25. Manifestasi klinis… Lesi sekunder Fitzpatrick’s Dermatologi in General medicine. 2019 Keratoderma plantaris dengan fisura
  • 26. Manifestasi klinis… Yaws. Wikipedia Dactylitis dan periostitis X-ray: periostitis Lesi sekunder
  • 27. Manifestasi klinis… STADIUM 3 (TERSIER)  Dalam stadium ini, tulang, sendi dan jaringan yang terserang bakteri Frambusia dapat mengalami kerusakan (destruktif) menjadi cacat, dan dapat terbentuk gumma/gangosa/gondou, juxta articular nodes. Gumma adalah benjolan menahun, mengalami perlunakan, ulserasi, destruktif terhadap jaringan di bawahnya. Dapat timbul di kulit maupun tulang dan sendi. Lancet 2002 Oct 12;360(9340):1168-70
  • 28. Manifestasi klinis… Stadium 3 (tersier) Courtessy Larry M. Bush , MD, FACP, Charles E. Schmidt College of Medicine, Florida Atlantic University gangosa di wajah
  • 29. Manifestasi klinis… STADIUM LATEN (LATEN YAWS)  Stadium Laten merupakan fase tanpa gejala klinis, tetapi bakteri Frambusia masih aktif dan hasil uji serologi positif. Stadium ini terjadi ketika penderita dengan lesi Frambusia dapat sembuh tanpa pengobatan.  Adanya stadium laten inilah yang akan menyulitkan upaya memutus mata rantai penularan Frambusia, karena penderita akan terus menjadi sumber penularan baru tanpa diketahui sumbernya.  Bakteri Frambusia dapat bertahan sampai 5 tahun dalam tubuh seseorang dan di tengah-tengah masyarakat.
  • 30. Manifestasi klinis Frambusia Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 a. Papul :  Tunggal (mother yaws)  Lebih dari 1 (multiple yaws) b. Papiloma c. Nodul d. Ulkus e. Krusta papiloma Dapat sembuh sendiri dan masuk dalam stadium laten 1 (2-5 tahun) Lesi di kulit dalam bentuk sama dengan Stadium I, tetapi tersebar di beberapa tempat, terutama muka, lengan, tungkai, dan pantat. Lesi dapat terjadi pada tempat khusus : a. Telapak tangan/ telapak kaki:  penebalan (hiperkeratotik),  pecah-pecah (fisurasi)  nyeri b. Kelainan tulang: peradangan tulang (osteoperiostitis) jari- jari kaki/tangan, bengkak, nyeri c. Kelainan kuku Dapat sembuh sendiri dan masuk dalam stadium laten 2 (5-10 tahun) a. Mengalami perlunakan dan merusak sehingga menjadi cacat) b. Gangosa (hidung keropos) c. Juxta articular nodes (benjolan pada sendi) bisa menjadi bengkok, kelainan tulang seperti pedang d. Gondou: benjolan di tulang e. Telapak tangan/ telapak kaki:  hiperkeratotik  fisurasi  nyeri Early (dini) Late (lanjut) Sangat menular Tidak/kurang menular
  • 31. H. Kriteria diagnosis Diagnosis Frambusia (yaws) dapat ditegakkan dengan melalui a. Pemeriksaan klinis Diagnosis diutamakan berdasarkan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan dilakukan di tempat dengan pencahayaan yang baik dan terang, dengan memperhatikan etika di mana pemeriksaan laki-laki dan perempuan dilakukan terpisah. Beberapa kondisi di bawah ini dapat membantu menetapkan diagnosis klinis frambusia: 1) Umur penderita (banyak terjadi pada anak berumur kurang dari 15 tahun). 2) Gejala klinis berupa lesi pada kulit/tulang sesuai dengan stadium perkembangan frambusia. 3) Ciri dan lokasi lesi terjadi di tungkai, kaki, pergelangan kaki, atau di lengan dan wajah. Berdasarkan pemeriksaan klinis dapat ditetapkan kasus:  suspek  probabel/atau  bukan kasus frambusia Kasus suspek dan probabel perlu dilakukan pemeriksaan serologis (Rapid Diagnostic Test/RDT) untuk kepastian diagnosis.
  • 32. Kriteria diagnosis… b. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan serologis frambusia menggunakan pemeriksaan yang sama dengan pemeriksaan sifilis yaitu dengan TPHA-RDT dan dievaluasi dengan RPR/VDRL. Manfaat pemeriksaan serologis adalah:  mengkonfirmasi kasus frambusia yang meragukan (suspek dan probabel)  menemukan penderitaa dalam masa laten yang tidak menunjukkan gejala klinis tetapi ternyata seropositif. Penderita seperti ini adalah sumber penularan frambusia tersembunyi. Sampai sekarang, belum ada pemeriksaan serologi spesifik untuk Frambusia. Pemeriksaan serologi yang ada, biasanya digunakan untuk pemeriksaan serologi sifilis, hasil pemeriksaan ini tidak bisa membedakan T. pallidum (sifilis) dan T. pertenue (frambusia). Terdapat 2 metode pemeriksaan yang umumnya dilakukan, yaitu  Treponemal Test: Treponema pallidum hemagglutination Assay (TPHA)  Non Treponemal Test: Rapid Plasma Reagen (RPR) atau Veneral Disease Research Laboratories (VDRL)
  • 33. Kriteria diagnosis… Rapid Diagnostic Treponemal test (RDT test)  Memiliki sensitivitas 85-98% dan spesifisitasnya 93-98% dibandingkan pemeriksaan TPHA atau pemeriksaan (Treponema pallidum Particle Agglutination) TPPA. Pemeriksaan RDT ini praktis digunakan di lapangan dengan sampel darah jari sewaktu dan hasilnya dapat dibaca dalam waktu 20 menit.  Pemeriksaan RDT ini tidak dapat membedakan antara kasus frambusia dengan infeksi aktif dan yang sudah mendapat pengobatan. Oleh karena itu, kasus frambusia yang pernah diobati dan sembuh, bisa saja dinyatakan positif dengan pemeriksaan RDT.  Dalam kegiatan penemuan kasus, jika ditemukan tanda klinis yang khas, cukup dilakukan pemeriksaan RDT.  Namun untuk survei serologis, apabila didapatkan hasil RDT positif, sebaiknya diuji kembali dengan pemeriksaan TPHA/VDRL untuk membuktikan apakah penularan masih terus berlangsung.
  • 34. I. FLOW CART PENATALAKSANAAN Pasien datang dengan keluhan kulit berupa: Papul eritem/plak/krusta papilloma/ plak ulseratif/ulkus 1) Umur penderita < 15 tahun 2) Lesi di kulit/tulang sesuai dengan stadium perkembangan frambusia 3) Lokasi lesi di tungkai, kaki, pergelangan kaki, atau di lengan dan wajah Pemeriksaan RDT Suspek/probable frambusia Obati sebagai frambusia Positif TPHA/VDRL Survey serologis Confirmed frambusia Diagnosis banding Bukan frambusia Terapi yang sesuai
  • 35. J. DIAGNOSIS BANDING STADIUM 1 (PRIMER) papul papiloma/krusta papiloma Insect bite (SKDI 4A) Folikulitis (SKDI 4A) Veruka vulgaris (SKDI 4A) Moluskum kontagiosum (SKDI 4A) Diagnosis banding
  • 36. J. Diagnosis banding… Stadium 1 (primer) ulkus ulsero papiloma Diagnosis banding ektima (SKDI 4A) ulkus chancre (SKDI 4A) lepra (SKDI 4A)
  • 37. J. Diagnosis banding… STADIUM 2 (SEKUNDER) Veruka vulgaris (SKDI 4A) Ulkus lepra (SKDI 4A) plantar keratoderma dengan fisura Diagnosis banding
  • 38. J. Diagnosis banding… Stadium 2 (Sekunder) Tinea korporis/kruris (SKDI 4A) Skabies (SKDI 4A) Diagnosis banding Pantat: multiple papul, plak sewarna kulit dengan permukaan kering dan sedikit skuama Paha: makula dan patch hipopigmentasi
  • 39. K. TERAPI Regimen terapi frambusia First line Benzatin benzilpenisilin (Penisilin G) umur > 10 tahun dosis 1,2 juta IU/IM SD umur < 10 tahun dosis 0,6 juta IU/IM SD Second line Azitromisin Dosisi 30 mg/kgBB SD (maksimal 2 gr) Umur 2-5 th 500 mg SD Umur 6-9 th 1000 mg SD Umur 10-15 th 1500 mg SD Umur 16-69 th 2000 mg SD Alternatif dewasa Tetrasiklin, doksisiklin, eritromisin Alternatif anak Eritromisin
  • 40. L. TERAPI Keberhasilan terapi ditunjukkan dengan:  Lesi frambusia menjadi tidak menular dalam 24 jam  Nyeri sendi hilang dalam waktu 24-48 jam  Semua lesi klinis, kecuali lesi-lesi tersier, sembuh dalam waktu 2-4 minggu  Titer TPHA/VDRL menurun hingga minimum dalam 6-12 bulan dan negative atau titer tetap rendah hingga 2 tahun