1. Buku saku ini membahas penyakit frambusia yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum subspesies pertenue dan menular melalui kontak langsung dengan luka terbuka. Penyakit ini memiliki tiga stadium perkembangan yaitu stadium primer, sekunder, dan tersier yang ditandai dengan perubahan klinis pada kulit dan jaringan.
1. 1
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
BAB I
PENYAKIT FRAMBUSIA
Frambusia adalah penyakit kulit menular kronis. Penanganan yang kurang tepat pada penyakit ini, dapat menyebabkan deformitas
yang menetap pada tulang kaki dan hidung.
1. Penyebab Penyakit
Penyakit Frambusia disebabkan oleh kuman Treponema pallidum subspesies pertenue.
2. Sumber dan Cara Penularan
Manusia satu-satunya sumber penularan dengan kontak langsung luka terbuka dengan lesi frambusia. Cairan (getah, eksudat)
yang keluar dari lesi frambusia stadium 1 mengandung banyak bakteri frambusia yang sangat menular. Bakteri frambusia tidak
dapat menembus kulit utuh, tetapi masuk melalui luka lecet, goresan atau luka infeksi kulit lainnya. Lesi frambusia yang sudah
lama sudah tidak menular.
3. Masa Inkubasi dan Masa Penularan
Masa inkubasi frambusia antara 9-90 hari, rata-rata 21 hari. Masa penularan bervariasi dan dapat berlangsung lama. Lesi
frambusia muncul pada kulit penderita secara intermiten selama beberapa tahun. Pada lesi destruktif stadium akhir, bakteri
frambusia sebagai penyebab infeksi awal biasanya sudah tidak ditemukan.
3. 3
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Stadium 1 (Stadium Primer)
Diawali dengan timbulnya papul pada tempat masuknya bakteri. Papul dalam bentuk nodul kecil berwarna kemerahan, tidak nyeri,
kadang gatal (Gambar 2). Papul timbul antara 9-90 hari (rata-rata 3 minggu) sejak terinfeksi bakteri frambusia. Papul berkembang
menjadi papiloma (Gambar 3). Permukaan papiloma menonjol atau bertangkai, basah (getah), mudah berdarah, kemerahan dan
berbenjol-benjol kecil seperti bunga kol atau rashberry. Getah mengandung banyak bakteri.
Lesi primer yang sering disebut mother yaws (Gambar 4), dapat tunggal atau banyak (multiple yaws). Getah dapat mengering diatas
papul atau papiloma membentuk keropeng atau krusta yang menutup papiloma. Lesi ini disebut krusta papilomata. 65%-85% lesi
primer timbul pada tungkai dan kaki, sebagian yang lain dapat juga timbul di muka.
Gambar 2. Papul Gambar 3. Papiloma
5. 5
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Setelah 3-6 bulan sejak timbulnya lesi, semua lesi dapat sembuh sendiri dengan sisa berupa atropi kulit (kulit menipis dan mengkilat),
hipopigmentasi (bercak keputihan seperti panu), atau seperti parut. Keadaan ini disebut stadium laten. Frambusia stadium laten
dapat berkembang dan masuk Stadium Sekunder).
Stadium 2 (Stadium Sekunder)
Lesi sekunder adalah munculnya kembali lesi baru karena adanya penyebaran bakteri ke dalam peredaran darah dan jaringan
getah bening. Lesi ini muncul setelah 2 tahun sejak lesi primer, terutama di muka, lengan, tungkai dan pantat, dengan bentuk lesi
sama dengan stadium primer. Pada stadium ini, getah bening mengalami peradangan, membesar dan sakit. Timbul rasa nyeri sendi
(arthralgia) dan lesu yang merupakan gejala tidak spesifik pada stadium sekunder.
Gambar 7. sikatriks atrofi dengan
hipopigmentasi sentral
Gambar 6. chancre of yaws,
frambesioma
7. 7
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Cacat ini mengakibatkan anak-anak tidak mau ke sekolah dan orang dewasa akan sulit mencari pekerjaan, frambusia dapat
mengakibatkan dampak sosial ekonomi dan masalah kemanusiaan.
Frambusia Laten (Latent yaws)
Stadium Laten merupakan fase tanpa gejala klinis, tetapi bakteri frambusia masih aktif dan hasil uji serologi positif . Stadium ini
terjadi ketika penderita dengan lesi frambusia dapat sembuh tanpa pengobatan.
Adanya Stadium Laten inilah yang akan menyulitkan upaya memutus mata rantai penularan frambusia, karena penderita akan
terus menjadi sumber penularan baru tanpa diketahui sumbernya. Bakteri frambusia dapat bertahan sampai 5 tahun dalam
tubuh seseorang, dan ditengah-tengah masyarakat, setiap terdapat satu kasus klinis frambusia, diperkirakan terdapat lebih dari 2
Gambar 9. Cacat pada tulang, sendi dan jaringan yang terserang frambusia
13. 13
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Secara skematis, penetapan diagnosis frambusia adalah sebagai berikut :
8. Tatacara Penetapan Diagnosis Frambusia
Penetapan diagnosis dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :
a. Pemeriksaan klinik
Diagnosis klinis berdasarkan temuan lesi frambusia (lihat lampiran). Pemeriksaan dilakukan ditempat tertutup dengan
pencahayaan yang baik dan terang, dengan memperhatikan etika dimana pemeriksaan laki-laki dan perempuan dilakukan
terpisah.
Gambar 11. Diagnosis Pemeriksaan Frambusia
15. 15
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Cara Penggunaan Rapid Treponemal Test (RDT)
Banyak RDT di pasaran dengan cara pemeriksaan berbeda, tetapi pada umumnya terdapat langkah :
1. Buka alat dari bungkusnya, letakkan ditempat datar, misal meja
2. Tuliskan terlebih dahulu pada alat : nomor dan nama orang yang diperiksa serta waktu kapan hasil dibaca. Misal darah
dan buffer diteteeskan pada jam 8.20, maka tuliskan pada alat jam 8.40 (tambahkan 20 menit yang merupajan batas
waktu hasil boleh dibaca terakhir
3. Teteskan sampel (darah, plasma, serum) ke dalam tempatnya (S). Volume darah tepat dan penetesan sekaligus satu tetes
Pengambilan darah sidik jari :
a. Sidik jari dibersihkan dan diberikan alkohol
b. Setelah kering, tusuk sidik jari dengan lanset
c. Sedikit ditekan agar darah keluar.
d. Setelah darah cukup, hisapkan darah kedalam mni-tabung sampai batas, jangan kurang dan jangan lebih
Jangan mengambil dan meneteskan darah sedikit-dikit, harus sekali ambil dan sekali tetesan.
4. Tambahkan cairan buffer ke dalam tempat tersebut (S). Volume tepat 4 tetes, karena dalam satu box RDT hanya tersedia
buffer terbatas.
5. Baca hasilnya sesuai waktu ditentukan (15-20 menit). Jangan dibaca lagi setelah 20 menit, karena hasilnya sudah tidak
tepat.
Hasil dapat dilihat pada control line (C) dan test line (T)
17. 17
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
BAB II
SURVEILANS FRAMBUSIA
Surveilans Frambusia adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus-menerus terhadap data dan informasi tentang
kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau
masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan
secara efektif dan efisien untuk melaksanakan program eradikasi frambusia.
Surveilans Frambusia merupakan titik kritis penyelenggaraan upaya eradikasi frambusia, terutama saat menentukan tidak ada lagi
penularan di suatu wilayah. Surveilans frambusia harus dilakukan di seluruh wilayah di Indonesia baik di wilayah bebas maupun di
wilayah endemis. Pada wilayah endemis, surveilans dilakukan sebelum dan setelah kegiatan Pemberian Obat Pencegahan Massal
(POPM). Skema pelaksanaan kegiatan Surveilans Frambusia digambarkan pada Gambar 13.
Surveilans frambusia terdiri dari beberapa kegiatan pokok yang secara garis besar dijelaskan pada tabel 2.
19. 19
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Tabel 2
Jenis Penyelenggaraan Surveilans dalam Upaya Eradikasi Frambusia
Jenis Surveilans
Kab/ Kota
Bebas
Kab/Kota Endemis (Tahap)
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
1. Penemuan Kasus Frambusia
a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Puskesmas, rumah sakit) + + + + +
b. Kegiatan Puskesmas Keliling + + + + +
c. Kegiatan Pemeriksaan Sekolah + + + + +
d. Kasus frambusia pada kegiatan POPM + + + +
2. Penetapan Endemisitas dan Risiko Penularan Frambusia
a. Kabupaten/Kota + +
b. Desa +
3. Monitoring dan Evaluasi POPM Frambusia + +
4. Survei Serologi + +
5. Penetapan Kab/Kota Bebas Frambusia + +
1. Penemuan, pengolahan, analisis dan pelaporan kasus frambusia (surveilans kasus frambusia puskesmas dan rumah sakit).
Sebagai upaya mengetahui adanya kasus frambusia, maka dilakukan upaya penemuan kasus frambusia melalui berbagai
kegiatan sebagai berikut:
21. 21
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
atau ke puskesmas keliling diperlukan kampanye frambusia kepada pemangku kepentingan, tokoh masyarakat, guru dan
masyarakat luas. Untuk memperoleh penyelenggaraan surveilans yang baik diperlukan penguatan kemampuan petugas,
sarana pendukung dan manajemen pendataan yang baik. Upaya-upaya penemuan kasus frambusia tersebut di atas
dibahas pada bahasan tersendiri.
Secara teknis pelaksanaan surveilans kasus frambusia adalah melaksanakan perekaman, pengolahan data frambusia, analisis
dan pelaporan.
a. Perekaman dan Pengolahan Data Kasus Frambusia
Masing-masing sumber data kasus frambusia yang menemukan kasus frambusia akan merekam data frambusia sesuai
format masing-masing format di sumber data. Data kasus frambusia kemudian dipindahkan/digabung dalam daftar kasus
frambusia dalam hal ini adalah Register Frambusia Puskesmas (Lampiran 2).
Data dalam Register Frambusia inilah menjadi sumber data yang akan dianalisis dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan data nasional di Kementerian Kesehatan
Kasus-kasus frambusia yang ditemukan di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pos
Kesehatan Desa), ditemukan pada kegiatan Puskesmas Keliling, melalui kegiatan Pemeriksaan Sekolah, atau hasil
kegiatan POPM dan lain sebagainya, dipindahkan atau digabung ke dalam Register Frambusia Puskesmas, sebagai data
individu.
23. 23
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
3) Penetapan bebas frambusia suatu kabupaten/kota
Bentuk analisis dapat dipelajari pada bahasan terkait.
c. Pelaporan (laporan Bulanan Register Frambusia dan SP2TP)
1) Format Laporan
Puskesmas menghimpun data kasus frambusia Puskesmas dan dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota
dalam Format Laporan Bulanan Frambusia Puskesmas/Rumah Sakit (Lampiran 1) dan Format Register Frambusia
Puskesmas/Rumah Sakit (Lampiran 2) dengan lampirannya. Lampiran Laporan Bulanan dan Register Frambusia
Puskesmas antara lain:
a) Distribusi Kasus Frambusia Menurut Desa di Puskesmas (Lampiran 3)
b) Monitor Kegiatan Puskesmas Keliling dalam 12 Bulan Terakhir oleh Puskesmas (Lampiran 4)
c) Monitor Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah dalam 12 Bulan Terakhir oleh Puskesmas (Lampiran 5)
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menghimpun kasus-kasus frambusia dari semua Laporan Bulanan Frambusia
Puskesmas/Rumah Sakit dan Register Frambusia Puskesmas/Rumah sakit tersebut kemudian dilaporkan ke
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan dalam format Laporan Bulanan Frambusia Kabupaten/
Kota (Lampiran 6) dan Register Frambusia Kabupaten/Kota (Lampiran 7) beserta lampirannya. Lampiran Laporan
Bulanan Frambusia Kabupaten/Kota dan Register Frambusia Kabupaten/Kota antara lain:
a) Distribusi Kasus Frambusia Menurut Puskesmas (Lampiran 8)
b) Monitor Puskesmas Keliling Dalam 12 Bulan Terakhir oleh Kabupaten/Kota, khusus Kabupaten/Kota Endemis
Frambusia (Lampiran 9)
25. 25
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
d) Analisis Absensi Laporan Bulanan dan Register Frambusia
Kelengkapan laporan Laporan Bulanan Register Frambusia wajib dimonitor di setiap tingkatan pelaporan.
Tanda “X” pada laporan Distribusi Kasus Frambusia Menurut Puskesmas bulan tertentu, menunjukkan Puskesmas belum
membuat laporan. Kelengkapan laporan Register Frambusia Puskesmas dan Rumah Sakit di monitor dari banyaknya
jumlah tanda “X” tersebut (Lampiran 8)
Gambar 15. Alur Laporan Bulanan dan Register Frambusia Frambusia
27. 27
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
5) Kasus Suspek, Kasus Probable dan Kasus Konfirmasi direkam dalam Register Frambusia masing-masing pelayanan
kesehatan.
6) Menggabungkan data kasus frambusia yang diperoleh di setiap fasilitas pelayanan kesehatan (direkam dalam
Regiter Frambusia di Fasilitas Pelayanan Kesehatan) ke dalam Register Frambusia Puskesmas/Rumah Sakit (lihat
pada bahasan Penemuan, Pengolahan dan Analisis Data Kasus Frambusia Puskesmas dan Rumah Sakit).
7) Setiap temuan Kasus Konfirmasi segera diikuti POPM.
b. Upaya penemuan kasus frambusia melalui kegiatan Puskesmas Keliling
Puskesmas Keliling merupakan salah satu kegiatan Puskesmas dalam upaya memperluas jangkauan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Pada Kabupaten/Kota Endemis Frambusia perlu melakukan intensifikasi kegiatan
Puskesmas Keliling, baik frekuensi kegiatannya, maupun sasaran desa terpencil, desa berisiko penularan dan desa
dengan perilaku masyarakat berisiko penularan frambusia.
Prioritas desa/dusun sasaran
Setiap desa wajib dikunjungi dalam rangka pelaksanaan kegiatan Puskesmas Keliling, kecuali yang dekat dengan fasilitas
pelayanan kesehatan, tetapi beberapa desa prioritas perlu mendapatkan kunjungan Puskesmas Keliling lebih sering.
Desa prioritas antara lain:
1) Desa yang ditemukan kasus frambusia (probable/konfirmasi) dalam setahun terakhir dan desa-desa sekitarnya
(wajib dikunjungi setiap bulan).
2) Desa dan atau dusun terisolir (warga jarang berobat ke Puskesmas).
29. 29
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Kader/relawan yang menemukan kasus frambusia, dapat dirujuk saat kegiatan Puskesmas Keliling ini.
7) Setiap awal bulan berikutnya, hasil kegiatan Puskesmas Keliling dihimpun dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Analisis
1) Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan analisis atau monitor Puskesmas Keliling setiap
bulan.
2) Model analisis dimaksud yang dapat dilaksanakan Puskesmas adalah membuat tabel analisis Monitor Puskesmas
Keliling dalam 12 Bulan Terakhir oleh Puskesmas (Lampiran 4).
3) Model analisis dimaksud yang dapat dilaksanakan Dinas Kesehatan adalah membuat tabel analisis Monitor
Puskesmas Keliling dalam 12 Bulan Terakhir oleh Kabupaten/Kota (Lampiran 9).
4) Desa yang tidak ada kegiatan Puskesmas Keliling pada bulan tertentu bertanda “x” (silang).
5) Setiap Desa wajib dilaksanakan kegiatan Puskesmas Keliling selambat-lambatnya 3 bulan sekali, tetapi Desa
terdapat kasus frambusia dalam setahun terakhir, sebaiknya dilaksanakan kegiatan Puskesmas Keliling setiap bulan,
agar upaya menghentikan penularan frambusia efektif.
6) JumlahdatakorengperaktivitasPuskesmasKelilingmenunjukkantingginyaminatmasyarakatberobatdiPuskesmas
Keliling dan menunjukkan tingkat kepekaan upaya penemuan kasus frambusia di desa tersebut.
Pelaporan
1) Puskesmas melaporkan data Monitor Puskesmas Keliling Dalam 12 Bulan Terakhir oleh Puskesmas (Lampiran 4)
ke Dinas Kesehatan kabupaten/Kota setiap bulan, sebagai lampiran Laporan Bulanan Frambusia Puskesmas dan
31. 31
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Tatalaksana Kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah:
1) Pemberitahuan kepada sekolah tentang rencana pemeriksaan dan pengobatan frambusia di sekolah dengan Surat
Kepala Puskesmas kepada Kepala Sekolah bersangkutan.
2) Kepala sekolah bersangkutan menginformasikan kepada orang tua murid tentang adanya pemeriksaan dan
pengobatan frambusia.
3) Petugas membawa Surat Tugas
4) Petugas membawa peralatan yang diperlukan.
Satu paket alat terdiri atas:
o Alat pemeriksaan serologi.
o Obat.
o Kain untuk membuat kamar pemeriksaan.
o Sarana perekaman data terdiri atas 2 formulir : Register Pemeriksaan Frambusia di Sekolah (Lampiran 13)
dan Register Frambusia (Lampiran 2)
Jika diperlukan, siapkan satu paket Surat Keterangan Anak Sekolah Mendapat Pengobatan.
5) Di sekolah, petugas dan guru menyiapkan satu kamar pemeriksaan.
6) Apabila jumlah murid cukup banyak, maka diperlukan beberapa orang petugas dan kamar pemeriksaan sesuai
kondisi setiap wilayah. Perhitungan kebutuhan satu tim adalah sebagai berikut:
o 2 petugas: petugas pemeriksa (dokter/perawat/bidan) dan petugas yang mencatat.
o Setiap pemeriksaan anak murid membutuhkan waktu 3 - 5 menit, sehingga satu kelas (30 murid)
33. 33
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Apabila hasil pemeriksaan tidak menemukan lesi berikan tanda (-), jika ditemukan lesi berikan tanda (+),
jika tidak diperiksa berikan tanda (o). Hasil pemeriksaan murid dipisah antar kelas
Apabila ditemukan anak murid lesi (+) dan hasil pemeriksaan serologi (+), diberikan pengobatan standar
(lihat Pengobatan Frambusia). Jangan lupa berikan Surat Keterangan Mendapat Pengobatan kepada
murid bersangkutan untuk disampaikan pada orang tua.
11) Perekaman Data sebagai berikut :
o Setiap Pemeriksaan Frambusia di Sekolah dibuat laporan dalam bentuk Register Pemeriksaan Frambusia di
Sekolah (Lampiran 13).
o Puskesmas menghimpun Register Pemeriksaan Frambusia di Sekolah dalam Kompilasi Pemeriksaan
Frambusia di Sekolah oleh Puskesmas setiap akhir bulan.
o Berdasarkan data Kompilasi Pemeriksaan Frambusia di Sekolah, Puskesmas tersebut dibuat tabel analisis
Monitor Pemeriksaan Frambusia di Sekolah Dalam 12 Bulan Terakhir oleh Puskesmas (Lampiran 5). Sekolah
yang tidak terlaksana kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah pada bulan tertentu diberikan tanda “X”
pada data kasus koreng direkam.
o Berdasarkan data Monitor Pemeriksaan Frambusia di Sekolah oleh Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota juga membuat analisis Monitor Pemeriksaan Frambusia di Sekolah Dalam 12 Bulan Terakhir oleh
Kabupaten/Kota (Lampiran 10).
o Data kasus frambusia yang ditemukan saat kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah direkam/digabung
dalam Register Frambusia Puskesmas.
35. 35
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
2) Model analisis dimaksud yang dapat dilaksanakan di Puskesmas adalah membuat tabel Kompilasi Pemeriksaan
Frambusia di Sekolah dan tabel Monitor Pemeriksaan Frambusia di Sekolah Dalam 12 Bulan Terakhir oleh
Puskesmas.
3) Jumlah data koreng per aktivitas Pemeriksaan Sekolah menunjukkan tingginya minat anak sekolah diperiksa dan
menunjukkan tingkat kepekaan penemuan kasus frambusia di sekolah tersebut.
Indikator
1) Proporsi Sekolah SD melaksanakan kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah 100% per tahun.
2) Proporsi Anak Murid kelas 3, 4, dan 5 diperiksa minimal 80 % dari total murid terdaftar di setiap sekolah yang
dilaksanakan kegiatan.
d. Upaya penemuan kasus frambusia pada kegiatan POPM
Desa-desa berisiko penularan frambusia perlu dilaksanakan POPM. POPM dilaksanakan serentak dalam satu wilayah
Kabupaten/Kota Endemis Frambusia. Pada saat dilaksanakan kegiatan POPM juga diidentifikasi adanya kasus frambusia
diantara penduduk yang mendapat obat. Kasus-kasus dimaksud direkam dalam Daftar Frambusia Pada Saat Kegiatan
POPM (lihat di Petunjuk Teknis POPM Frambusia).
Data kasus frambusia yang diperoleh pada saat kegiatan POPM ini juga digabung ke dalam Register Frambusia
Puskesmas (Lampiran 2). Perekaman data kasus frambusia yang diperoleh pada kegiatan POPM harus menghindari
kemungkinan duplikasi data.
37. 37
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
kasus frambusia konfirmasi baru dan penanggulangan gagal menghentikan penularan. Gagal melaksanakan upaya
penanggulangan adalah masih ditemukannya kasus frambusia lebih dari 6 bulan sejak kasus pertama (kasus indeks)
ditemukan berdasarkan surveilans kasus frambusia berkinerja baik.
Surveilans kasus frambusia berkinerja baik adalah melakukan kegiatan penemuan kasus frambusia lebih intensif, sebagai
berikut:
1) Melakukan kampanye frambusia bagi semua petugas pelayanan kesehatan, terutama di Puskesmas, Rumah Sakit,
dokter dan bidan praktek.
2) Meningkatkan upaya penemuan kasus frambusia di fasilitas pelayanan kesehatan (basis indikator) dan laporan
masyarakat (basis kejadian).
3) Membuat Laporan Bulanan Frambusia dan Register Frambusia. Apabila tidak ditemukan kasus frambusia,
Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tetap membuat laporan (zero reporting).
b. Penetapan endemisitas dan risiko penularan di desa
Setiap kabupaten/kota menetapkan endemisitas desa yaitu desa endemis frambusia dan desa non endemis frambusia.
Suatu desa menjadi desa endemis frambusia apabila memenuhi kriteria:
1) Desa dengan sekurang-kurangnya 1 (satu) kasus frambusia konfirmasi dalam setahun terakhir, dan/atau
2) Desa yang jauh dari fasilitas pelayanan rutin, dan tidak pernah ada kegiatan puskesmas keliling/kunjungan rumah
selama 12 bulan terakhir, dan/atau
3) Desa yang dikelilingi oleh desa endemis
Sedangkan desa non endemis frambusia bila tidak terdapat kasus frambusia di daerah tersebut.
39. 39
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
4. Monitoring dan evaluasi kegiatan POPM Frambusia
Kabupaten/Kota Endemis Frambusia melaksanakan upaya menghentikan penularan frambusia dengan melaksanakan
kegiatan POPM Frambusia. Setiap Kabupaten/Kota, terutama setelah melaksanakan POPM Frambusia, selalu diikuti dengan
surveilans kasus frambusia bersumber terhadap data kasus frambusia yang direkam dalam Register Frambusia Puskesmas:
1) Diharapkan setiap kasus frambusia yang terjadi pasca POPM Frambusia dapat terdeteksi dan diikuti dengan surveilans
kasus.
2) Jumlah kasus per bulan pasca POPM menunjukkan efektifitas upaya menghentikan penularan frambusia dengan cara
POPM frambusia tersebut.
3) Dengan kombinasi kegiatan surveilans dan POPM frambusia, diharapkan risiko penularan semakin kecil dan diharapkan
dalam waktu paling lama 6 bulan sejak upaya ini dilakukan, tidak lagi ditemukan kasus frambusia di semua desa
4) Apabila kasus frambusia tidak ditemukan lagi selama lebih dari satu tahun, maka Survei Serologi di Kabupaten/Kota
tersebut dapat dimulai.
Disamping melakukan monitor dan evaluasi berdasarkan perkembangan kasus frambusia dari waktu ke waktu, monitor dan
evaluasi dapat dilakukan dengan menyajikan distribusi kasus frambusia dalam Peta Spot kasus frambusia secara serial dari
bulan ke bulan. Analisis Sebaran Kasus Frambusia menurut desa, dapat mengetahui lokasi desa dan jumlah kasus yang
ditemukan, sehingga kegiatan POPM dapat segera dilakukan.
5 Survei serologi
Survei serologi adalah melakukan identifikasi adanya orang-orang terinfeksi frambusia diantara populasi anak 1-5 tahun di
wilayah Kabupaten/Kota tertentu yang dilaksanakan setelah wilayah tersebut tidak ditemukan kasus frambusia. Sasaran survei
41. 41
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
2) Puskesmas keliling < 3 bulan per Desa (100%) (kabupaten endemis)
3) Pemeriksaan sekolah < 1 tahun (100%) (kabupaten endemis)
4) Tingginya Kasus Koreng ditemukan
5) Tingginya Kasus Frambusia RDT negatif (suspek dengan RDT negatif), terutama dalam rangka penegakan diagnosis
frambusia di Puskesmas
b. Target:
1) Minimal 90% anak SD diperiksa
2) Ditemukan korengan sebesar 10% dari yang diperiksa
43. 43
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
tunggal (sekali minum) sebanyak 30 mg/kg berat badan atau sesuai golongan umur. Obat harus diminum di depan petugas (Lihat
pada bahasan obat). Kegiatan pada POPM :
a. Penetapan endemisitas setiap desa sekaligus penetapan metode POPM yang diterapkan pada masing-masing desa
b. Penyiapan tingkat kabupaten, mulai dari logistik, SDM, dan distribusi petunjuk teknis.
c. Penyiapan desa, khususnya desa endemis yang akan melaksanakan POPM total penduduk.
d. Pelaksanaan POPM Frambusia di desa-desa endemis.
e. Penyiapan dan pengelolaan Kejadian Ikutan Pemberian Obat Pencegahan Massal.
f. Surveilans Pasca POPM Frambusia
g. POPM Kasus dan Kontak
h. Review pada minggu ke-4 ke-8 pasca pelaksanaan POPM frambusia.
i. Pencatatan dan Pelaporan
Pada pelaksanaan di lapangan, pemberian obat Azitromisin dijelaskan pada tabel 3. Kasus < 2 tahun dan >69 tahun, wanita hamil,
warga sakit berat, atau alergi obat azitromisin, pengobatannya konsultasikan ke dokter.
45. 45
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Lampiran
1
Laporan
Bulanan
Eradikasi
Frambusia
Puskesmas
Nama/Kode
Puskesmas
Nama
Kabupaten/Kota
Tahun
dan
Bulan
Laporan
A.
Laporan
Kasus
Frambusia
(termasuk
kasus
pd
B.
Dan
C.)
1.
Jumlah
Kasus
Suspek
Frambusia
yang
ditemukan
2.
Jumlah
Kasus
Suspek
Frambusia
diperiksa
RDT
3.
Jumlah
kasus
Frambusia
RDT
(+)
B.
Pemeriksaan
Frambusia
di
Sekolah
Kode
Sekolah
Nama
Sekolah
Jumlah
Murid
Jumlah
Diperiksa
Jml
Kasus
Jml
Suspek
Jml
Kasus
RDT
(-)
Jml
Sekolah
diperiksa
tahun
ini
1
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Total
0
Semua
Sekolah
0
0
0
0
0
%
1
2
3
4
5
6
C.
Puskesmas
Keliling
dan
Kunjungan
Rumah
(PK&KR)
di
Desa
No
Kode
Desa
Nama
Desa
Jml
Pdd
Desa
Jml
Anak<15
th
berobat
Jml
Kasus
Jml
Suspek
Jml
Kasus
RDT
(-)
Jml
Desa
dilaksanakan
PK&KR
tahun
ini
1
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Total
0
Semua
Desa
0
0
0
0
0
%
1
2
3
4
5
6
47. 47
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Lampiran 3
Contoh pengisian:
Distribusi Kasus Frambusia Menurut Desa
Puskesmas
Kab/Kota
Tahun (bulan-bulan)
: ____________________
: ____________________
: ____________________
Nama
Desa
Jumlah
Kasus Probable/Konfirmasi
(Bulan)
Jumlah
Kasus
setahun
terakhir
Desa
Endemis
Probable
Konfirmasi
Total
Endemis
Non
Endemis
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Total
Distribusi Kasus Frambusia Menurut Desa
Puskesmas
Kab/Kota
Tahun (bulan-bulan)
: Raja Sehat ____________________
: Atas Angin ____________________
: Juli 2013- Juni 2014
Nama
Desa
Jumlah
Kasus Probable/Konfirmasi
(Bulan)
Jumlah
Kasus
setahun
terakhir
Desa
Probable
Konfirmasi
Total
Endemis
Non
Endemis
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
An 0 0 0 0 1 0 1 2 1 1 2 1 5 4 9 +
Ak 0 1 2 1 0 1 1 3 0 1 0 1 8 3 11 +
Bw 0 3 0 2 1 0 0 2 1 1 0 0 4 6 10 +
.........
Total 0 4 2 3 2 1 2 7 2 3 2 2 17 13 30 2 1
49. 49
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Lampiran
5
Contoh
Pengisian:
Nama
Puskesmas
Nama
Kab/Kota
Tahun
No
Urut
Nama
Sekolah
Jumlah
Siswa
(Kode
Sekolah)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Frekuensi
Aktif
Total
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
3
4
5
6
<---
semua
sekolah
terdaftar,
jika
ingin
menambah
baris
record,
lakukan
insert
Catatan
Jumlah
Anak
Diperiksa
Frambusia
Sekolah
Aktif
Monitor
ini
dibuat
oleh
Puskesmas
dan
digunakan
untuk
monitor
Sekolah
yang
sudah
atau
belum
melaksanakan
Pemeriksaan
Frambuisa
untuk
memastikan
ada
tidaknya
frambusia
Sumber
dam
Monitor
adalah
Register
Pemeriksaan
Frambusia
di
Sekolah.
Monitor
Kegiatan
Pemeriksaan
Frambusia
di
Sekolah
PUSKESMAS
Nama
Puskesmas
Nama
Kab/Kota
Tahun
No
Urut
Nama
Sekolah
Jumlah
Siswa
(Kode
Sekolah)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Frekuensi
Aktif
Total
6
610
0
0
0
170
110
0
140
0
0
0
0
0
5
4
1
SD
Neg
10
100
X
X
X
90
X
X
X
X
X
X
X
X
1
Y
2
SD
Cerdas
1
120
X
X
X
X
110
X
X
X
X
X
X
X
1
Y
3
SD
Cerdas
2
50
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
0
T
4
SD
Muh
2
160
X
X
X
80
X
X
60
X
X
X
X
X
2
Y
5
SD
Neg
2
60
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
0
T
6
SD
20
120
X
X
X
X
X
X
80
X
X
X
X
X
1
Y
<---
semua
sekolah
terdaftar,
jika
ingin
menambah
baris
record,
lakukan
insert
Catatan
Jumlah
Anak
Diperiksa
Frambusia
Sekolah
Aktif
Monitor
ini
dibuat
oleh
Puskesmas
dan
digunakan
untuk
monitor
Sekolah
yang
sudah
atau
belum
melaksanakan
Pemeriksaan
Frambuisa
untuk
memastikan
ada
tidaknya
frambusia
Sumber
dam
Monitor
adalah
Register
Pemeriksaan
Frambusia
di
Sekolah.
Monitor
Kegiatan
Pemeriksaan
Frambusia
di
Sekolah
PUSKESMAS
Parung
Atas
Angin
2014
51. 51
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Lampiran 7
Kabupaten/Kota
Tahun
Koreng
Bukan
Cedera
(Y/T)
Bentuk
Lesi
Lokasi
Lesi
Periksa
(Y/T)
Hasil
Periksa
(Y/T)
Hasil
Jenis
Obat
Tgl Mulai
Pengobatan
(dd/mm/yy)
Dosis 7 14 30
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Catatan
Hubungan dengan kasus indeks : Indeks/kasus yg pertama kali ditemukan (I), keluarga (K), tetangga (T), teman sepermainan (TS), teman kerja (TK)
Bentuk Lesi : papula (P), papiloma(PI), ulkus(U), makula(M), hiperkeratosis(K), lesi tulang(T)
Lokasi lesi : tangan(T), kaki(K), muka(M), badan(B)
Hasil Pemeriksaan : (+) / (-)
Diagnosis : Konfirmasi (K) = kasus suspek atau kasus probable frambusia dengan pengujian RDT (+)
RDT negatif (R) = kasus suspek atau kasus probable dengan pengujian RDT (-)
Probable (P) = kasus suspek yang tinggal di desa/kelurahan endemis frambusia atau kontak erat dengan penderita frambusia konfirmasi/probable
dg lokasi lesi pada tungkai, lutut atau kaki ATAU Usia <15 tahun
Suspek (S) = seseorang yang menunjukkan satu atau lebih gejala/tanda klinis frambusia (> 2 minggu)
Pengobatan : Benzathine penicillin (BP), Azitromisin (Azt), lainnya ditulis lengkap
Hasil Follow Up : Sembuh (S), Masih Sakit (MS)
Hasil Follow Up Hari
Ke-
Pengobatan
3
Klinis Frambusia RDT RPR
Register Frambusia
Kabupaten/Kota
No.
Nama Penderita/Kepala
Keluarga
Hubungan
dengan
Kasus
Indeks
Umur
(dlm
thn)
Jens
Kelamin
(L/P)
Tanggal
Penemuan
(dd/mm/yy)
Nama
Puskesmas/Kecamatan
Diagnosis
Desa/Alamat
53. 53
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Lampiran
9
Contoh
Pengisian
:
Nama
Kab/Kota
:
Tahun
:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jml
%
Jml
%/
12
bl
TOTAL
Catatan
Lap
Diterima
*
Monitor
ini
dibuat
oleh
Dinas
Kesehatan
Kab/Kota
dan
digunakan
untuk
monitor
%
desa-desa
yang
sudah
dan
belum
melaksakan
Puskesmas
Keliling
dan
Kunjungan
Rumah
untuk
memastikan
ada
tidaknya
frambusia.
Kolom
warna
dasar
biru
adalah
tempat
Anda
memasukkan
data
*
"X"
adalah
tidak
ada
laporan.
Kelengkapan
laporan
Puskesmas
se
Kab/Kota
minimal
90
%
per
tahun,
dan
setiap
Puskesmas
minimal
60
%
per
tahun
*
Sumber
data
Monitor
adalah
laporan
bulanan
Eradikasi
Frambusia
Puskesmas
*
Jika
ingin
menambah
record,
buat
insert
kemudian
copy
kan
formula
dari
kolom
yang
sama
Kode
Puskesmas
Nama
Puskesmas
Jml
Desa
Jml
Desa
Melaksanakan
Pusling
dan
Pemeriksaan
Rumah
Desa
Aktif
Frek
Kegiatan
Monitor
Kegiatan
Puskesmas
Keliling
dan
Kunjungan
Rumah
Penemuan
Frambusia
dan
Kelengkapan
Laporan
Puskesmas
KABUPATEN/KOTA
Jml
laporan
Puskesmas
per
bulan
>>
%
Laporan
Puskesmas/Bulan
>>
Nama
Kab/Kota
:
Atas
Angin
Tahun
:
2014
3
1
3
3
3
3
3
3
0
0
0
0
100.0
33.3
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
0.0
0.0
0.0
0.0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jml
%
Jml
%/
12
bl
TOTAL
3
26
3
2
1
4
0
4
6
6
0
0
0
0
9
34.6
26
22
61.1
123456789
Parung
14
2
x
0
1
0
4
4
2
4
28.6
13
7
58.3
123456788
Sawangan
8
1
x
1
2
0
0
1
3
3
37.5
8
7
58.3
123456787
Serdang
4
0
2
0
1
0
0
1
1
2
50.0
5
8
66.7
Catatan
%
Laporan
Puskesmas/Bulan
>>
Monitor
Kegiatan
Puskesmas
Keliling
dan
Kunjungan
Rumah
Penemuan
Frambusia
dan
Kelengkapan
Laporan
Puskesmas
KABUPATEN/KOTA
Jml
laporan
Puskesmas
per
bulan
>>
Lap
Diterima
*
Monitor
ini
dibuat
oleh
Dinas
Kesehatan
Kab/Kota
dan
digunakan
untuk
monitor
%
desa-desa
yang
sudah
dan
belum
melaksakan
Puskesmas
Keliling
dan
Kunjungan
Rumah
untuk
memastikan
ada
tidaknya
frambusia.
Kolom
warna
dasar
biru
adalah
tempat
Anda
memasukkan
data
*
"X"
adalah
tidak
ada
laporan.
Kelengkapan
laporan
Puskesmas
se
Kab/Kota
minimal
90
%
per
tahun,
dan
setiap
Puskesmas
minimal
60
%
per
tahun
*
Sumber
data
Monitor
adalah
laporan
bulanan
Eradikasi
Frambusia
Puskesmas
*
Jika
ingin
menambah
record,
buat
insert
kemudian
copy
kan
formula
dari
kolom
yang
sama
Kode
Puskesmas
Nama
Puskesmas
Jml
Desa
Jml
Desa
Melaksanakan
Pusling
dan
Pemeriksaan
Rumah
Desa
Aktif
Frek
Kegiatan
55. 55
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Lampiran
11
Kepada
Yth.
1.
Direktur
Jenderal
PP&PL,
Kementerian
Kesehatan
Provinsi
Periode
Laporan
(Tahun/Bulan)
TTTT-BB
1.
Kinerja
Pelaporan
a.
b.
c.
2.
Data
Kasus
Frambusia
a.
Jumlah
Kasus
Suspek
Frambusia
yang
ditemukan
b.
Jumlah
Kasus
Suspek
Frambusia
diperiksa
RDT
c.
Jumlah
kasus
Frambusia
RDT
(+)
3.
Pemeriksaan
Frambusia
di
Sekolah
a.
b.
c.
d.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
Mengetahui,
Kabid
/
Kadinkes
…………………..
NIP
Puskesmas
Keliling
dan
Kunjungan
Rumah
(PK&KR)
untuk
Laporan
Bulanan
Eradikasi
Frambusia
Dinas
Kesehatan
Provinsi
Jumlah
Puskesmas
Yang
Ada
Jml
Puskesmas
Melapor
Bulan
ini
Jml
Puskesmas
telah
kirim
>6
laporan
tahun
ini
*)
Jml
Sekolah
Dasar
dan
sederajat
Jml
SD/sederajat
diperiksa
frambusia
bulan
ini
Jml
SD/sederajat
diperiksa
frambusia
tahun
ini
*)
Jml
Puskesmas
telah
memeriksa
frambusia
di
semua
SD
tahun
ini
*)
Demikian
laporan
ini
dibuat
untuk
dimanfaatkan
sebagaimana
mestinya
Jml
Desa
Yang
Ada
Jml
Desa
dilaksanakan
PK&KR
bulan
ini
Jml
Desa
dilaksanakan
PK&KR
tahun
ini
*)
Jml
Desa
ditemukan
kasus
frambusia
tahun
ini
*)
Jml
Puskesmas
telah
melaksanakan
PK&KR
semua
desa
tahun
ini
*)
Januari
sampai
bulan
laporan
57. 57
BUKU SAKU PENGENDALIAN PENYAKIT FRAMBUSIA
Lampiran 13
Contoh Pengisian:
Kabupaten/Kota :
Puskesmas :
Nama Sekolah, Kelas :
Tgl/Bulan/Tahun :
Lesi
(Y/T)
Lama
Sakit
(hari)
Bentuk
Lesi
Lokasi
Lesi
Periksa
Hasil
Periksa
Hasil
1 2 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Rangkuman
1. Tahun/Bulan Kegiatan
2. Jumlah Murid
3. Jumlah Murid Diperiksa
4. Jml Kasus Konfirmasi/probbale
5. Jumlah Kasus Suspek
6. Jumlah Kasus RDT (-)
Catatan :
Register dibuat setiap kali melaksanakan kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah
Anak dengan diagnosis frambusia suspek, probable, konfirmasi, RDT (-) wajib dicatat
Rangkuman wajib diisi dengan lengkap dan benar
Register ini disimpan Puskesmas dan digunakan sebagai bahan laporan
*) Bentuk Lesi : papula (p), papiloma(pi), ulkus(u), makula(m), hiperkeratosis(k), lesi tulang(t)
*) Lokasi lesi : tangan(t), kaki(k), muka(m), badan(b)
**) Sehat, suspek, konfirmasi, probabel, suspek, RDT (+)/(-), RPR (+)/(-)
***) Obat : Azithromycin (Azt), Benzatin penisilin (BP), X tidak diobati
Register Pemeriksaan Frambusia di Sekolah
No Nama Murid
Umur
Jenis
Kelamin
(P/L)
Pemeriksaan
(Y/T)
Koreng
(Y/T)
Klinis Frambusia *) RDT RPR
Diagnosis
**)
Jenis
Obat
***)
Kabupaten/Kota : Atas Angin
Puskesmas : Raja Sehat
Nama Sekolah, Kelas :
Tgl/Bulan/Tahun : 12/09/2014
Lesi
(Y/T)
Lama
Sakit
(hari)
Bentuk
Lesi
Lokasi
Lesi
Periksa
Hasil
Periksa
Hasil
1 2 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Nadia 10 P Y T Y 30 U K Y P T - konfirmasi BP
2 Kaji 9 L Y Y T Sehat x
3 Dino 9 L Y T Y 30 U K Y P T - konfirmasi BP
4 Sairin 9 P Y T Y 20 U K T - T - suspek x
Rangkuman
1. Tahun/Bulan Kegiatan
2. Jumlah Murid
3. Jumlah Murid Diperiksa
4. Jml Kasus Konfirmasi/probbale
5. Jumlah Kasus Suspek
6. Jumlah Kasus RDT (-)
Catatan :
Register dibuat setiap kali melaksanakan kegiatan Pemeriksaan Frambusia di Sekolah
Anak dengan diagnosis frambusia suspek, probable, konfirmasi, RDT (-) wajib dicatat
Rangkuman wajib diisi dengan lengkap dan benar
Register ini disimpan Puskesmas dan digunakan sebagai bahan laporan
*) Bentuk Lesi : papula (p), papiloma(pi), ulkus(u), makula(m), hiperkeratosis(k), lesi tulang(t)
*) Lokasi lesi : tangan(t), kaki(k), muka(m), badan(b)
**) Sehat, suspek, konfirmasi, probabel, suspek, RDT (+)/(-), RPR (+)/(-)
***) Obat : Azithromycin (Azt), Benzatin penisilin (BP), X tidak diobati
Register Pemeriksaan Frambusia di Sekolah
SD Negegri 12, kelas IVA
No Nama Murid
Umur
Jenis
Kelamin
(P/L)
Pemeriksaan
(Y/T)
Koreng
(Y/T)
Klinis Frambusia *) RDT RPR
Diagnosis
**)
Jenis
Obat
***)