11. Ada A dan B (Anda dan Teman Anda).
Sobeklah secarik kertas kecil, tuliskan benda atau sesuatu yang sangat
berharga untuk anda. Letakan salah satu tangan anda dan genggam
benda/sesuatu tersebut dengan segala daya. Buatlah sebuah kepalan.
Teman Anda (B) akan mencoba sekuat tenaga, dengan berbagai cara
untuk meminta anda memberikan benda tersebut, B bisa membujuk,
mengancam, menghardik, merayu, menyuap, apa saja agar dapat
membuka kepalan tangan anda.
Apa yang terjadi?
12. Kemungkinan yang terjadi :
• Bersedia membuka
• Tetap bertahan dengan genggaman
Choise Theory dari Dr. William Glasser, meluruskan miskonsepsi tentang
makna kontrol.
Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau
murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya kita
sedang mengontrol perilaku murid tersebut, hal ini karena murid tersebut
sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru menjadi
kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa
semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai.
13. Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala
usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku
tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam
jangka waktu tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya
dan mencoba untuk menolak bujukan kita, atau bisa jadi murid tersebut
menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha.
14. Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju
pada identitas gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri
mereka. Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala
sulit bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka melakukan
perilaku ini, karena seringkali guru cukup menggunakan suara halus
untuk menyampaikan pesan negatif.
15. Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung
jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun
yang dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan
berdasarkan sebuah pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang
dewasa akan menyadari bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif
untuk jangka waktu panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan
terbentuk.
17. Jawabannya:
Tentu saja kita sendiri yang memegang kontrol atas
kepalan tangan kita, apakah kita mau membuka atau
menutup kepalan tangan kita itu bergantung pada diri
kita masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dasar
kita saat itu.
26. HUKUMAN
• Tidak terencana
• Murid tidak tahu apa yang akan terjadi
• Murid tidak dilibatkan
• Bersifat satu arah
• Berupa fisik maupun psikis (disakiti dengan perbuatan atau kata-
kata)
KONSEKUENSI
• Terencana dan sudah disepakati
• Dibuat guru dan murid sudah tahu sebelumnya serta konsekuensinya
• Diberikan berdasarkan data yang diukur (berapa kali pelanggaran)
• Guru selalu memonitor murid
• Murid tetap dibuat tidak nyaman
27. DIHUKUM OLEH PENGHARGAAN
• Efektif untuk pengaruh jangka pendek tidak untuk
jangka panjang (ketergantungan, tidak menyadari
tindakan baik)
• Merusak hubungan (timbul rasa iri dan berhenti
mencoba)
• Mengurangi ketepatan (lebih banyak membuat
kesalahan)
• Menurunkan kualitas (berhenti berkembang)
• Mematikan kreatifitas
• Menghukum (tidak mendapat pengkargaan)
• Merusak motivasi dari dalam diri (intrinsik)
28. Baik penghargaan maupun hukuman, adalah
cara - cara mengontrol perilaku seseorang
yang menghancurkan potensi untuk
pembelajaran yang sesungguhnya. Tindakan
memberikan penghargaan nilainya sama
dengan menghukum seseorang.
Restitusi menjadi sebuah pendekatan untuk
menciptakan disiplin positif.
29. Bentuk Program Kebajikan (Apresiasinya)
Dalam memberikan apresiasi (pengakuan) perlu
diingat beberapa hal:
• Beri pengakuan secara khusus
• Beri pengakuan secara pribadi
• Beri pengakuan kepada semua murid
(bergantian)
• Beri pengakuan secara konsisten
• Fokus pada proses
30.
31. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki
kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka,
dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004)
Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari
solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa
yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain
(Chelsom Gossen, 1996).
RESTITUSI
• Sebuah pilihan
• Bukan menebus kesalahan tapi belajar dari kesalahan
• Memperbaiki hubungan untuk mengevaluasi tindakan terhadap orang lain
• Tawaran bukan paksaan, menciptakan kondisi bagi murid untuk
menyelesaikan masalah dan berbuat lebih baik lagi
• Menuntun untuk melihat adanya ketidakselarasan antara tindakan dan
keyakinan yang diinginkan
• Mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan
32. • Menguatkan karena bisa belajar dari kesalahan
• Fokus pada karakter sehingga murid menyadari akan menjadi orang seperti
apa.
• Fokus pada solusi, tidak mencari siapa yang salah
• Mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya
33. Keyakinan yaitu nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati secara tersirat dan
tersurat, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama.
Guru berperan dalam mewujudkan terbentuknya keyakinan kelas/ sekolah
dengan cara membuat kesepakatan antara guru dengan murid.
Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas:
• Berupa pernyataan universal yang bersifat positif
• Tidak terlalu banyak agar mudah diingat dan dipahami
• Dapat diterapkan di lingkungan sekolah.
• Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan
keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
• Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu
34. Prosedur Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas:
• Mempersilakan warga sekolah atau murid-murid di sekolah/kelas untuk
bercurah pendapat tentang peraturan yang perlu disepakati di
sekolah/kelas.
• Mencatat semua masukan-masukan para murid/warga sekolah
• Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan Keyakinan
Sekolah/Kelas’, Gantilah kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi
positif. Contohnya Jangan berlari di kelas atau koridor menjadi Berjalanlah di
kelas atau koridor.
• Tinjau kembali daftar curah pendapat yang sudah dicatat.
• Proses persetujuan dan penandatanganan
• Publikasi
35.
36.
37. Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu.
Semua yang kita lakukan adalah usaha terbaik kita untuk
mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita
mendapatkan apa yang kita inginkan, sebetulnya saat itu
kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu
kebutuhan dasar kita. Ketika seorang murid melakukan
suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai
kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya
dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar
mereka.
38.
39. • Penghukum: Seorang penghukum bisa menggunakan
hukuman fisik maupun verbal. “Patuhi aturan saya,
atau awas!” “Kamu selalu saja salah!” “Selalu, pasti
selalu yang terakhir selesai”
• Pembuat rasa bersalah: Biasanya guru akan bersuara
lebih lembut. “Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu”
“Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?”
• Teman: Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti
murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid
melalui persuasi. “Ayo bantulah, demi bapak ya?”
“Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?”
40. 4. Pemantau: Memantau berarti mengawasi. Posisi pemantau
berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi.
“Peraturannya apa?” “Apa yang telah kamu lakukan?” “Sanksi
atau konsekuensinya apa?”
5. Manager
posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid,
mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya,
mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas
permasalahannya sendiri. “Apa yang kita yakini?” (kembali ke
keyakinan kelas)“Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal
ini?”
41. Bapak/ibu guru hebat, silahkan tulis
posisi kontrol apa yang selama ini
bapak/ibu selama ini?
42. Posisi Ideal Seorang Guru
Posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid,
mempersilahkan murid mempertanggungjawabkan perilakunya,
mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas
permasalahannya sendiri.
Posisi manager mengacu pada restitusi yang dapat menjadikan
murid sebagai manager bagi dirinya sendiri, sehingga tercipta
identitas positif / berhasil pada diri murid.
46. • Menstabilkan Identitas (Stabilize the
Identity) :
• Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah
identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan
kesalahan menjadi orang yang sukses.
• Tidak ada manusia yang sempurna
• Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu
• Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi
Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari permasalahan ini.
47. 2. Validasi Tindakan yang Salah (Validate the
Misbehavior) :
• Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan,
yaitu memenuhi kebutuhan dasar.
• “Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini
ya?”
• “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
48. 3. Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief)
• Anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai
yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang
dia inginkan.
• Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
• Keyakinan keelas apa yang telah kita sepakati?
• Kamu mau jadi orang yang seperti apa?
51. • Budaya positif akan menimbulkan rasa aman dan
nyaman pada murid dalam proses pembelajaran.
• Budaya positif juga mampu mendorong murid
untuk mampu berpikir, bertindak dan mencipta
sebagai proses memerdekakan dirinya sehingga
murid menjadi lebih mandiri serta bertanggung
jawab.