2. End of Program Outcomes
Kepala sekolah, guru, dan
pengawas sekolah memiliki,
meyakini, dan menerapkan visi
atau nilai-nilai kebajikan yang
disepakati, sehingga tercipta
Disiplin positif dilingkungan
Sekolah.
4. Selanjutnya mari kita merefleksikan pengalaman
yang kita miliki dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut ini….
Sebagai guru/kepala sekolah/pengawas sekolah, bagaimana saya dapat
menciptakan lingkungan belajar yang positif bagi peserta didik?
Apa hubungan menciptakan lingkungan belajar yang positif dengan pembelajaran
yang berpihak pada murid?
5. Selanjutnya, marilah kita
menonton video pada
tautan berikut ini:
Video Inspirasi | Video Parenting - Mendidik Anak
dengan Disiplin Positif - Apa itu Disiplin Positif?
(kemdikbud.go.id)
6.
7.
8. makna kata ‘disiplin’ dimaknai
menjadi sesuatu yang dilakukan
seseorang pada orang lain
untuk mendapatkan kepatuhan
Apakah disiplin hanya dapat
dicapai dengan hukuman?
9. Lalu apa arti dari
DISIPLIN POSITIF
Mari kita lihat dari defenisi beberapa tokoh
10. MAKNA Kata DISPLIN
Ketika mendengar kata ‘disiplin’, apa yang terbayang di benak Anda?
Apa yang terlintas di pikiran Anda?
Kebanyakan orang akan menghubungkan kata “disiplin” dengan tata
tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan.
Kata ‘disiplin’ juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu
sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus
dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif
terakhir dan bila perlu tidak digunakan sama sekali.
11. Dalam budaya kita, makna kata
‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu
yang dilakukan seseorang pada
orang lain untuk mendapatkan
kepatuhan.
Kita cenderung menghubungkan kata
‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan.
12. Menurut Ki Hajar Dewantara (hal.470)
“Dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang
kuat”.
Sungguhpun disiplin itu bersifat ‘self discipline’ yaitu kita
sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi
itu sama saja;
Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana
yang merdeka.
13. Maka…. DISIPLIN POSITIF
Sebuah Tindakan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab, sebagai bentuk menghormati diri sendiri dan orang
lain disekitarnya.
Akibatnya Seseorang / peserta didik untuk memahami dan mengontrol
setiap perilakunya.
Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang
memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu
pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik.
19. 4 UNSUR KONSEKUENSI LOGIS
REASONABLE
03
● Harus seimbang atau sesuai dengan
prilaku, kadar dan usia anak / siswa
RESPECTFUL
02
● Tidak boleh melukai harga
diri anak / siswa
RELATED
01
● Harus sesuai / berhubungan
dengan kesalahan yang
dibuat
HAK
04
● Membantu untuk memperbaiki diri,
tidak memberikan efek samping,
sehingga memberikan solusi
20. PRINSIP Menyusun KONSEKUENSI LOGIS
1. Merusak - Perbaiki / Mengangganti (Break It)
2. Mengabaikan kewajiban - Kehilangan Hak
(Lost Previlled)
3. Menganggu terus menerus - Diberi jeda
(Positif Time Out)
23. “Saat kita berulang kali menjanjikan hadiah
kepada anak-anak agar berperilaku bertanggung jawab,
atau kepada seorang murid agar mempelajari sesuatu
yang baru,
kita sedang berasumsi mereka tidak dapat
melakukannya,
atau mereka tidak akan memilih untuk melakukannya.”
(Alfie Kohn)
24. 1. Penghargaan Tidak Efektif
2. Penghargaan Menurunkan Kualitas
3. Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka
Panjang
4. Penghargaan Merusak Hubungan
25. 5. Penghargaan Mengurangi Ketepatan
6. Penghargaan Menurunkan Kualitas
7. Penghargaan Mematikan Kreativitas
8. Penghargaan Menghukum
26. Alfie Kohn (Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual Conference,
Maret 1995) mengemukakan baik penghargaan maupun hukuman,
adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan potensi
untuk pembelajaran yang sesungguhnya.
29. RESTITUSI
Merupakan proses kolaboratif yang
mengajarkan murid untuk mencari
solusi untuk masalah mereka, dan
membantu murid berpikir tentang
orang seperti apa yang mereka
inginkan, dan bagaimana mereka harus
memperlakukan orang lain
(Gossen, 2004)
32. 3 Motivasi Perilaku Manusia
(Menurut Diane Gosen, 2001)
1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman.
2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari
orang lain.
3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka
percaya.
37. Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas:
●Keyakinan kelas bersifat bukan lebih ‘abstrak’
daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.
● Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan
universal.
● Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat
dalam bentuk positif.
38. ● Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga
mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
● Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat
diterapkan di lingkungan tersebut.
● Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi
dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah
pendapat.
● Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu
ke waktu.
39. Prosedur Pembuatan Keyakinan sekolah /
Kelas:
1. Mempersilakan warga sekolah atau murid-murid di
sekolah/kelas untuk bercurah pendapat tentang peraturan yang
perlu disepakati di sekolah/kelas.
2. Mencatat semua masukan-masukan para murid/warga sekolah
di papan tulis atau di kertas besar (kertas ukuran poster), di mana
semua anggota kelas/warga sekolah bisa melihat hasil curah
pendapat.
3. Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan
Keyakinan