BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
CSR DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
1. BUSINESS ETHICS AND GOOD
GOVERNANCE
TUGAS MINGGU KE-10
APRILIA SAFITRI
55118110131
DOSEN PENGAMPU:
Prof. Hapzi Ali, Ir. MM, CMA, MPM
Pasca Sarjana Studi Magister Manajemen
UNIVERSITAS MERUCUANA
2019
2. Jawablah soal Quiz ini dengan baik dan benar :
Apa yang dapat saudara resemukan tentang Corporate Social Responsibilities (CSR)
Jawabannya dapat di tambah dari sumber lain yang relevan
Selamat menjawab Quiz minggu ini.
Pendahuluan
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (selanjutnya
dalam artikel akan disingkat CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun
bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan,
pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.
CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi
bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya
tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga
harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka
panjang.
Corporate Social Responsibility adalah sebuah kewajiban yang dibebankan pada
Perseroan Terbatas melalui Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Pasal 74 ayat (1) UU 40 tahun 2007 ini menjelaskan “Perseroan yang menjalanjan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan. Dengan adanya Undang-Undang ini, industry atau korporasi-
korporasi wajib untuk melaksanakannya, namun kewajiban ini bukan merupakan suatu beban
yang memberatkan. Pembangunan suatu negara tidak hanya tanggung jawab pemerintah dan
industri saja. Diperlukan kerjasama dengan seluruh masyarakat untuk menciptakan kesejahteraan
sosial dan pengelolaan kualitas hidup masyarakat. Perusahaan berperan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan faktor lingkungan hidup. Saat ini
dunia usaha tidak hanya memperhatikan keuntungan yang didapatkan, namun juga harus
memperhitungkan aspek sosial, dan lingkungan. Ketiga elemen inilah yang kemudian bersinergi
membentuk konsep pembangunan berkelanjutan.
Corporate Social Responsibilities adalah sebuah wujud kepedulian perusahaan kepada
lingkungan sekitarnya. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau
dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggung jawab sosial. Pewajiban perusahaan untuk menyelenggarakan
Corporate Social Resposibilities tergolong baru, yaitu dengan diundangkannya UU No 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Sebenarnya bagaimanakah sejarah CSR terbentuk? Dan
bagaimanakah pelaksanaannya di Indonesia? Hal tersebut menarik perhatian penulis untuk
menuliskannya dalam makalah berjudul “Corporate Social Responsibility, Sebuah Kepedulian
Perusahaan terhadap Lingkungan di Sekitarnya”. Diharapkan melalui tulisan ini dapat
memperluas wawasan pembaca tentang Corporate Social Responsibilities.
3. Pengertian Corpotare Social Responsibilities (CSR)
CSR merupakan konsep yang terus berkembang. Ia belum memiliki sebuah definisi
standard maupun seperangkat kriteria spesifik yang diakui secara penuh oleh pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya. Secara konseptual, CSR juga bersinggungan dan bahkan sering dipertukarkan
dengan frasa lain, seperti corporate responsibility, corporate sustainability, corporate
accountability, corporate citizenship dan corporate stewardship.
Definisi CSR sangat menentukan pendekatan audit program CSR. Sayangnya, belum ada
definisi CSR yang secara universal diterima oleh berbagai lembaga. Beberapa definisi CSR di
bawah ini menunjukkan keragaman pengertian CSR menurut berbagai organisasi (lihat Majalah
Bisnis dan CSR, 2007; Wikipedia, 2008; Sukada dan Jalal, 2008).
Maka, dapat disimpulkan CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan
atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai
bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.
Contoh bentuk tanggungjawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk
anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk
desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya
masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Corporate Social Responsibility
(CSR) merupakan fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan dan
kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak era dimana kesadaran akan sustainability
perusahaan jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitability.
Mengapa sebuah perusahaan perlu mengembangkan CSR ?
1.Tanggung Jawab Ekonomi
Tanggung jawab ekonomi artinya bahwa tetap menguntungkan bagi pemegang saham,
menyediakan pekerjaan yang bagus bagi para pekerjanya, dan menghasilkan produk yang
berkualitas bagi pelanggannya.
2.Tanggung Jawab Hukum
Setiap tindakan perusahaan harus mengikuti hukum dan berlaku sesuai aturan permainan
3.Tanggung Jawab Etik
Menjalankan bisnis dengan moral, mengerjakan apa yang benar, apa yang dilakukan harus
fair dan tidak menimbulkan kerusakan
4.Tanggung Jawab Filantropis
4. Memberikan kontribusi secara sukarela kepada masyarakat, memberikan waktu, dan uang
untuk pekerjaan yang baik
Dari klasifikasi Caroll tersebut di atas, Lantos membuat klasifikasi yang berkaitan
dengannya yaitu:
1.Ethical CSR
Secara moral perusahaan memilih untuk memenuhi tanggung jawab perusahaan dari segi
ekonomi, hukum, dan etika.
2.Altruistic CSR
Memenuhi tanggung jawab filantropik perusahaan, melakukan pencegahan timbulnya
kerusakan, untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa memperhitungkan
apakah hal itu menguntugkan perusahaan atau tidak
3.Strategic CSR
Memenuhi tanggung jawab filantropik yang menguntungkan perusahaan melalui publikasi
positif dan goodwill. (Ati Harmoni: 2008)
Corporate Social Responbility adalah elemen penting dalam kerangka keberlanjutan usaha
suatu industri yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya. Definisi secara luas
yang ditulis sebuah organisasi dunia World Bisnis Council for sustainable Development (WBCD)
menyatakan bahwa CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk
bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas
setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya serta
seluruh keluarga. Sedangkan menurut Nuryana CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan
mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka
dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan
kemitraan.
CSR dapat dikatakan sebagai tabungan masa depan bagi perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan. Keuntungan yang diperoleh bukan hanya sekedar keuntungan secara financial namun
lebih pada kepercayaan dari masyarakat sekitar dan para stakeholders berdasarkan prinsip
kesukarelaan dan kemitraan. Penelitian yang dilakukan Sandra Waddock dan Samuel Graves
membuktikan bahwa perusahaan yang memperlakukan stakeholders mereka dengan baik akan
meningkatkan kelompok mereka sebagai suatu bentuk manajemen yang berkualitas.
Stakeholders bukan hanya masyarakat dalam arti sempit yaitu masyarakat yang tinggal di
sekitar lokasi perusahaan melainkan masyarakat dalam arti luas, misalnya pemerintah, investor,
elit politik, dan lain sebagainya. Bentuk kerjasama yang dibentuk antara perusahaan dan
stakeholders hendaknya juga merupakan kerjasama yang dapat saling memberikan kesempatan
untuk sama-sama maju dan berkembang. Program-program CSR yang dibuat untuk kesejahteraan
masyarakat dan pada akhirnya akan berbalik arah yaitu memberikan keuntungan kembali bagi
perusahaan tersebut. Diharapkan perusahaan dengan seluruh stakeholders dapat bersama-sama
bekerjasama mengembangkan CSR sehingga keberlanjutan perusahaan baik itu keuntungan
ekonomi (keuntungan financial) keuntungan sosial maupun keuntungan lingkungan dapat
terwujud.
5. CSR diterapkan kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam konteks ekonomi
global, nasional maupun lokal. Komitmen dan aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspek-
aspek perilaku perusahaan (firm’s behaviour), termasuk kebijakan dan program perusahaan yang
menyangkut dua elemen kunci:
1. Good corporate governance : etika bisnis, manajemen sumberdaya manusia, jaminan sosial bagi
pegawai, serta kesehatan dan keselamatan kerja;
2. Good corporate responsibility : pelestarian lingkungan, pengembangan masyarakat (community
development), perlindungan hak azasi manusia,perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok,
dan penghormatan terhadap hak-hak pemangku kepentingan lainnya.
Dengan demikian, perilaku atau cara perusahaan memerhatikan dan melibatkan
shareholder, pekerja, pelanggan, pemasok, pemerintah, LSM, lembaga internasional dan
stakeholder lainnya merupakan konsep utama CSR. Kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan
peraturan-peraturan yang menyangkut aspek ekonomi, lingkungan dan sosial bisa dijadikan
indikator atau perangkat formal dalam mengukur kinerja CSR suatu perusahaan. Namun, CSR
seringkali dimaknai sebagai komitmen dan kegiatan-kegiatan sektor swasta yang lebih dari sekadar
kepatuhan terhadap hukum.
Substansi keberadaan CSR adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri
dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut
dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat di sekitarnya. Ada enam
kecenderungan utama yang semakin menegaskan arti penting CSR, yaitu meningkatnya
kesenjangan antara kaya dan miskin, posisi negara yang semakin berjarak kepada rakyatnya,
semakin mengemukanya arti kesinambungan, semakin gencarnya sorotan kritis dan resistensi dari
publik yang terkadang bersifat anti-perusahaan, tren ke arah transparansi, harapan bagi
terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan manusiawi.
Pelaporan dan pemeriksaan
Untuk menunjukkan bahwa perusahaan adalah warga dunia bisnis yang baik maka
perusahaan dapat membuat pelaporan atas dilaksanakannya beberapa standar CSR termasuk dalam
hal:
1. Akuntabilitas atas standar AA1000 berdasarkan laporan sesuai standar John Elkington
yaitu laporan yang menggunakan dasar triple bottom line (3BL)
2. Global Reporting Initiative, yang mungkin merupakan acuan laporan berkelanjutan yang
paling banyak digunakan sebagai standar saat ini.
3. Verite, acuan pemantauan
4. Laporan berdasarkan standar akuntabilitas sosial internasional SA8000
5. Standar manajemen lingkungan berdasarkan ISO 14000
Di beberapa negara dibutuhkan laporan pelaksanaan CSR, walaupun sulit diperoleh
kesepakatan atas ukuran yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dalam aspek sosial.
Smentara aspek lingkungan--apalagi aspek ekonomi--memang jauh lebih mudah diukur. Banyak
perusahaan sekarang menggunakan audit eksternal guna memastikan kebenaran laporan tahunan
perseroan yang mencakup kontribusi perusahaan dalam pembangunan berkelanjutan, biasanya
diberi nama laporan CSR atau laporan keberlanjutan. Akan tetapi laporan tersebut sangat luas
6. formatnya, gayanya dan metodologi evaluasi yang digunakan (walaupun dalam suatu industri yang
sejenis).
Banyak kritik mengatakan bahwa laporan ini hanyalah sekadar "pemanis bibir" (suatu
basa-basi), misalnya saja pada kasus laporan tahunan CSR dari perusahaan Enron dan juga
perusahaan-perusahaan rokok. Namun, dengan semakin berkembangnya konsep CSR dan metode
verifikasi laporannya, kecenderungan yang sekarang terjadi adalah peningkatan kebenaran isi
laporan. Bagaimanapun, laporan CSR atau laporan keberlanjutan merupakan upaya untuk
meningkatkan akuntabilitas perusahaan di mata para pemangku kepentingannya.
Implementasi CSR di Indonesia
Salah satu bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan yang sering diterapkan di
Indonesia adalah community development. Perusahaan yang mengedepankan konsep ini akan
lebih menekankan pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas masyarakat sehingga akan
menggali potensi masyarakat lokal yang menjadi modal sosial perusahaan untuk maju dan
berkembang. Selain dapat menciptakan peluang- peluang sosial-ekonomi masyarakat, menyerap
tenaga kerja dengan kualifikasi yang diinginkan, cara ini juga dapat membangun citra sebagai
perusahaan yang ramah dan peduli lingkungan. Selain itu, akan tumbuh rasa percaya dari
masyarakat. Rasa memiliki perlahan-lahan muncul dari masyarakat sehingga masyarakat
merasakan bahwa kehadiran perusahaan di daerah mereka akan berguna dan bermanfaat.
Program yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam kaitannya dengan tanggung jawab
sosial di Indonesia dapat digolongkan dalam tiga bentuk, yaitu:
A. Public Relations
Usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada komunitas tentang kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan.
B. Strategi defensif
Usaha yang dilakukan perusahaan guna menangkis anggapan negatif komunitas yang
sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan, dan biasanya untuk melawan ’serangan’ negatif dari
anggapan komunitas. Usaha CSR yang dilakukan adalah untuk merubah anggapan yang
berkembang sebelumnya dengan menggantinya dengan yang baru yang bersifat positif.
C. Kegiatan yang berasal dari visi perusahaan
Melakukan program untuk kebutuhan komunitas sekitar perusahaan atau kegiatan
perusahaan yang berbeda dari hasil dari perusahaan itu sendiri.
Program pengembangan masyarakat di Indonesia dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu:
- Community Relation, Yaitu kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan
kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada para pihak yang terkait. Dalam
kategori ini, program lebih cenderung mengarah pada bentuk-bentuk kedermawanan
(charity) perusahaan.
7. - Community Services, Merupakan pelayanan perusahaan untuk memenuhi kepentingan
masyarakat atau kepentingan umum. Inti dari kategori ini adalah memberikan kebutuhan
yang ada di masyarakat dan pemecahan masalah dilakukan oleh masyarakat sendiri
sedangkan perusahaan hanyalah sebagai fasilitator dari pemecahan masalah tersebut.
- Community Empowering, Adalah program-program yang berkaitan dengan memberikan
akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya, seperti
pembentukan usaha industri kecil lainnya yang secara alami anggota masyarakat sudah
mempunyai pranata pendukungnya dan perusahaan memberikan akses kepada pranata
sosial yang ada tersebut agar dapat berlanjut. Dalam kategori ini, sasaran utama adalah
kemandirian komunitas.
Implementasi CSR di Indonesia saat ini belum menjadi perilaku umum karena CSR di
Indonesia menjadi hangat pada tahun 2001. Namun, seiring perkembangan teknologi dan
informasi di era globalisasi ini, maka CSR di Indonesia menjadi strategi bisnis untuk menjadi
keunggulan kompetitif yang sulit ditiru oleh pesaing.
Di Indonesia, Pelaksanaan CSR sangat tergantung pada pimpinan puncak korporasi.
Artinya, kebijakan CSR tidak selalu dijamin selaras dengan visi dan misi korporasi. Jika pimpinan
perusahaan memiliki kesadaran moral yang tinggi, besar kemungkinan korporasi tersebut
menerapkan kebijakan CSR yang benar. Sebaliknya, jika orientasi pimpinannya hanya berkiblat
pada kepentingan kepuasan pemegang saham (produktivitas tinggi, profit besar, nilai saham tinggi)
serta pencapaian prestasi pribadi, boleh jadi kebijakan CSR hanya sekadar kosmetik.
Model Corporate Social Responsibilities (CSR)
Sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di
Indonesia, yaitu:
1. Keterlibatan langsung
Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri
kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.Untuk menjalankan
tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya,seperti corporate
secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabatpublic relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini
merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju.
Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan
secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya
adalah Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan
Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund.
3. Bermitra dengan pihak lain
Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi
non-pemerintah (NGO/ LSM), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam
8. mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/Ornop
yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah
Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi
pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos); universitas
(UI, ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar).
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih
berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak
konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang
mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan
kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama (Saidi, 2004:64-65).
Manfaat Corporate Social Responsibilities (CSR)
1. Meningkatkan Citra Perusahaan
Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat lebih mengenal perusahaan sebagai
perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat.
2. Memperkuat “Brand” Perusahaan
Melalui kegiatan memberikan product knowledge kepada konsumen dengan cara membagikan
produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran konsumen akan keberadaan produk
perusahaan sehingga dapat meningkatkan posisi brand perusahaan
3. Mengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingan
Dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan tentunya tidak mampu mengerjakan sendiri,
jadi harus dibantu dengan para pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah, masyarakat,
dan universitas lokal. Maka perusahaan dapat membuka relasi yang baik dengan para pemangku
kepentingan tersebut.
4. Membedakan Perusahaan dengan Pesaingnya
Jika CSR dilakukan sendiri oleh perusahaan, perusahaan mempunyai kesempatan menonjolkan
keunggulan komparatifnya sehingga dapat membedakannya dengan pesaing yang menawarkan
produk atau jasa yang sama.
5. Menghasilkan Inovasi dan Pembelajaran untuk Meningkatkan Pengaruh Perusahaan
Memilih kegiatan CSR yang sesuai dengan kegiatan utama perusahaan memerlukan
kreativitas. Merencanakan CSR secara konsisten dan berkala dapat memicu inovasi dalam
perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis
global.
9. 6. Membuka Akses untuk Investasi dan Pembiayaan bagi Perusahaan
Para investor saat ini sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya berinvestasi pada
perusahaan yang telah melakukan CSR. Demikian juga penyedia dana, seperti perbankan, lebih
memprioritaskan pemberian bantuan dana pada perusahaan yang melakukan CSR.
7. Meningkatkan Harga Saham
Pada akhirnya jika perusahaan rutin melakukan CSR yang sesuai dengan bisnis utamanya dan
melakukannya dengan konsisten dan rutin, masyarakat bisnis (investor, kreditur,dll), pemerintah,
akademisi, maupun konsumen akan makin mengenal perusahaan. Maka permintaan terhadap
saham perusahaan akan naik dan otomatis harga saham perusahaan juga akan meningkat.
Apapun alasan atau motif perusahaan melakukan CSR, yang pasti CSR penting dilakukan.
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa CSR merupakan tabungan masa depan
bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh bukan sekedar
keuntungan ekonomi tapi, tetapi lebih dari itu yaitu keuntungan secara sosial dan lingkungan alam
bagi keberlanjutan perusahaan.
Perusahaan-perusahaan yang belum melakukan program CSR mungkin dapat mencontoh
perusahaan lain yang telah lebih dulu melakukan program CSR dan menikmati manfaat yang
ditimbulkan. Misalnya PT Unilever Indonesia telah melakukan program CSR melalui
pendampingan petani kedelai. PT Unilever telah berhasil membina petani yang menggarap lebih
dari 600 hektar kedelai hitam hingga mengkontribusikan sekitar 30 persen kebutuhan produksi
Kecap Bango. Program semacam ini tentu saja bermanfaat bagi petani dan perusahaan. Bagi petani
misalnya program ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas produksi dan juga menjamin
kelancaran distribusi, sedangkan bagi perusahaan dapat menjamin kelancaran pasokan bahan baku
untuk produk-produk yang menggunakan bahan dasar kedelai.
Contoh lain perusahaan yang telah melakukan kegiatan CSR adalah Sinar Mas Group melalui
Eka Tjipta Fondation. Organisasi ini merupakan organissi nirlaba yang didirikan untuk
Meningkatkan kualitas kehidupan, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat dalam aspek sosial,
ekonomi dan lingkungan hidup. Kegiatan yang dilakukan meliputi Bidang Sosial Kemasyarakatan
dan Budaya (melalui kegiatan pendidikan, seni budaya, olah raga, kesejahteraan sosial, keagamaan
dan kesehatan), bidang Pemberdayaan dan Pembinaan Ekonomi Masyarakat (melalui kegiatan
sosial kemitraan usaha kecil menengah serta pertanian terpadu), dan Bidang Pelestarian
Lingkungan Hidup (melalui kegiatan sosial pemberdayaan lingkungan hidup dan konservasi).
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan CSR yang dilakukan oleh Eka Tjipta Foundation telah
memberikan manfaat bagi perusahaan yaitu Sinar Mas sebagai berikut:
Meningkatkan citra perusahaan dimata stakeholder,Membina hubungan/interaksi yang
positif dengan komunitas lokal, pemerintah, dan kelompok-kelompok lainnya
Mendorong peningkatan reputasi dalam pengoperasian perusahaan dengan etika yang baik
Menunjukkan komitmen perusahaan, sehingga tercipta kepercayaan dan respek dari pihak
terkait
Membangun pengertian bersama dan kesetiakawanan antara dunia usaha dengan
masyarakat
Mempermudah akses masuk ke pasar atau pelanggan
Meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja, sehingga semangat loyalitas terhadap
perusahaan akan berkembang
Mengurangi resiko perusahaan yang mungkin dapat terjadi
10. Meningkatkan keberlanjutan usaha secara konsisten
Manfaat-manfaat tersebut hendaknya dapat juga dirasakan oleh perusahaan lain yang telah
melakukan program CSR. Melihat contoh diatas, dapat memberikan gambaran pada kita bahwa
implementasi program CSR bukan hanya untuk mengejar keuntungan ekonomi tapi juga dapat
menghindari terjadinya konflik dan menjaga keberlanjutan usaha secara konsisten. Apa yang telah
dilakukan oleh PT Unilever dan Sinar Mas juga membuktikan bahwa sudah saatnya bagi setiap
perusahaan maupun instansi untuk memperhatikan CSR karena banyak manfaat positif yang dapat
diperoleh dalam pengaplikasiannya.
Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan Corporate
Social Responsibilities (CSR)
Skala dan sifat keuntungan dari CSR untuk suatu organisasi dapat berbeda-beda tergantung
dari sifat perusahaan tersebut. Banyak pihak berpendapat bahwa amat sulit untuk mengukur kinerja
CSR, walaupun sesungguhnya cukup banyak literatur yang memuat tentang cara mengukurnya.
Literatur tersebut misalnya metode "Empat belas poin balanced scorecard oleh Deming. Literatur
lain misalnya Orlizty, Schmidt, dan Rynes yang menemukan suatu korelasi positif walaupun lemah
antara kinerja sosial dan lingkungan hidup dengan kinerja keuangan perusahaan. Kebanyakan
penelitian yang mengaitkan antara kinerja CSR (corporate social performance) dengan kinerja
finansial perusahaan (corporate financial performance) memang menunjukkan kecenderungan
positif, namun kesepakatan mengenai bagaimana CSR diukur belumlah lagi tercapai. Mungkin,
kesepakatan para pemangku kepentingan global yang mendefinisikan berbagai subjek inti (core
subject) dalam ISO 26000 Guidance on Social Responsibility--direncanakan terbit pada September
2010--akan lebih memudahkan perusahaan untuk menurunkan isu-isu di setiap subjek inti dalam
standar tersebut menjadi alat ukur keberhasilan CSR.
Hasil Survey "The Millenium Poll on CSR" (1999) yang dilakukan oleh Environics
International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business Leader
Forum (London) di antara 25.000 responden dari 23 negara menunjukkan bahwa dalam
membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktik terhadap
karyawan, dampak terhadap lingkungan, yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) akan paling berperan. Sedangkan bagi 40% lainnya, citra perusahaan & brand
image-lah yang akan paling memengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari opininya atas
faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan,strategi perusahaan,
atau manajemen.
Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak melakukan CSR
adalah ingin "menghukum" (40%) dan 50% tidak akan membeli produk dari perusahaan yang
bersangkutan dan/atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan tersebut.
Secara umum, alasan terkait bisnis untuk melaksanakan biasanya berkisar satu ataupun lebih
dari argumentasi di bawah ini:
1. Sumberdaya manusia
Program CSR dapat berwujud rekruitmen tenaga kerja dan memperjakan masyarakat sekitar.
Lebih jauh lagi CSR dapat dipergunakan untuk menarik perhatian para calon pelamar pekerjaan ,
terutama sekali dengan adanya persaingan kerja di antara para lulusan. Akan terjadi peningkatan
kemungkinan untuk ditanyakannya kebijakan CSR perusahaan, terutama pada saat perusahaan
11. merekruit tenaga kerja dari lulusan terbaik yang memiliki kesadaran sosial dan lingkungan.
Dengan memiliki suatu kebijakan komprehensif atas kinerja sosial dan lingkungan, perusahaan
akan bisa menarik calon-calon pekerja yang memiliki nilai-nilai progresif. CSR dapat juga
digunakan untuk membentuk suatu atmosfer kerja yang nyaman di antara para staf, terutama
apabila mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang mereka percayai bisa
mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas, baik itu bentuknya "penyisihan gaji", "penggalangan
dana" ataupun kesukarelawanan (volunteering) dalam bekerja untuk masyarakat.
2. Manajemen risiko
Manajemen risiko merupakan salah satu hal paling penting dari strategi perusahaan. Reputasi
yang dibentuk dengan susah payah selama bertahun-tahun dapat musnah dalam sekejap melalui
insiden seperti skandal korupsi atau tuduhan melakukan perusakan lingkungan hidup. Kejadian-
kejadian seperti itu dapat menarik perhatian yang tidak diinginkan dari penguasa, pengadilan,
pemerintah dan media massa. Membentuk suatu budaya kerja yang "mengerjakan sesuatu dengan
benar", baik itu terkait dengan aspek tata kelola perusahaan, sosial, maupun lingkungan--yang
semuanya merupakan komponen CSR-pada perusahaan dapat mengurangi risiko terjadinya hal-
hal negatif tersebut.
3. Membedakan merek
Di tengah hiruk pikuknya pasar maka perusahaan berupaya keras untuk membuat suatu cara
penjualan yang unik sehingga dapat membedakan produknya dari para pesaingnya di benak
konsumen. CSR dapat berperan untuk menciptakan loyalitas konsumen atas dasar nilai khusus dari
etika perusahaan yang juga merupakan nilai yang dianut masyarakat. Menurut Philip Kotler dan
Nancy Lee, setidaknya ada dua jenis kegiatan CSR yang bisa mendatangkan keuntungan terhadap
merek, yaitu corporate social marketing (CSM) dan cause related marketing (CRM). Pada CSM,
perusahaan memilih satu atau beberapa isu--biasanya yang terkait dengan produknya--yang bisa
disokong penyebarluasannya di masyarakat, misalnya melalui media campaign. Dengan terus
menerus mendukung isu tersebut, maka lama kelamaan konsumen akan mengenali perusahaan
tersebut sebagai perusahaan yang memiliki kepedulian pada isu itu.
Segmen tertentu dari masyarakat kemudian akan melakukan pembelian produk perusahaan itu
dengan pertimbangan kesamaan perhatian atas isu tersebut. CRM bersifat lebih langsung.
Perusahaan menyatakan akan menyumbangkan sejumlah dana tertentu untuk membantu
memecahkan masalah sosial atau lingkungan dengan mengaitkannya dengan hasil penjualan
produk tertentu atau keuntungan yang mereka peroleh. Biasanya berupa pernyataan rupiah per
produk terjual atau proporsi tertentu dari penjualan atau keuntungan. Dengan demikian, segmen
konsumen yang ingin menyumbang bagi pemecahan masalah sosial dan atau lingkungan,
kemudian tergerak membeli produk tersebut. Mereka merasa bisa berbelanja sekaligus
menyumbang. Perusahaan yang bisa mengkampanyekan CSM dan CRM-nya dengan baik akan
mendapati produknya lebih banyak dibeli orang, selain juga mendapatkan citra sebagai perusahaan
yang peduli pada isu tertentu.
4. Ijin usaha
Perusahaan selalu berupaya agar menghindari gangguan dalam usahanya melalui perpajakan
atau peraturan. Dengan melakukan sesuatu 'kebenaran" secara sukarela maka mereka akan dapat
meyakinkan pemerintah dan masyarakat luas bahwa mereka sangat serius dalam memperhatikan
masalah kesehatan dan keselamatan, diskriminasi atau lingkungan hidup maka dengan demikian
12. mereka dapat menghindari intervensi. Perusahaan yang membuka usaha diluar negara asalnya
dapat memastikan bahwa mereka diterima dengan baik selaku warga perusahaan yang baik dengan
memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja dan akibat terhadap lingkungan hidup, sehingga dengan
demikian keuntungan yang menyolok dan gaji dewan direksinya yang sangat tinggi tidak
dipersoalkan.
5. Motif perselisihan bisnis
Kritik atas CSR akan menyebabkan suatu alasan dimana akhirnya bisnis perusahaan
dipersalahkan. Contohnya, ada kepercayaan bahwa program CSR seringkali dilakukan sebagai
suatu upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat atas masalah etika dari bisnis utama
perseroan.
6. Membentangkan Akses Menuju Market
Investasi yang ditanamkan untuk program Corporate Social Responsibility ini dapat menjadi
tiket bagi perusahaan menuju peluang yang lebih besar. Termasuk di dalamnya memupuk loyalitas
konsumen dan menembus pangsa pasar baru.
7. Mereduksi Biaya
Banyak contoh penghematan biaya yang dapat dilakukan dengan melakukan Corporate Social
Responsibility. Misalnya: dengan mendaur ulang limbah pabrik ke dalam proses produksi. Selain
dapat menghemat biaya produksi, juga membantu agar limbah buangan ini menjadi lebih aman
bagi lingkungan.
8. Memperbaiki Hubungan dengan Stakehoder
Implementasi Corporate Social Responsibility akan membantu menambah frekuensi
komunikasi dengan stakeholder, dimana komunikasi ini akan semakin menambah trust
stakeholders kepada perusahaan.
9. Memperbaiki Hubungan dengan Regulator
Perusahaan yang melaksanakan Corporate Social Responsibility umumnya akan meringankan
beban pemerintah sebagai regulator yang sebenarnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
lingkungan dan masyarakat.
10. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan
Image perusahaan yang baik di mata stakeholders dan kontribusi positif yang diberikan
perusahaan kepada masyarakat serta lingkungan, akan menimbulkan kebanggan tersendiri bagi
karyawan yang bekerja dalam perusahaan mereka sehingga meningkatkan motivasi kerja mereka.
11. Peluang Mendapatkan Penghargaan
Banyaknya penghargaan atau reward yang diberikan kepada pelaku Corporate Social
Responsibility sekarang, akan menambah kans bagi perusahaan untuk mendapatkan award.
Kesimpulan
13. Corporate Social Responsibilities adalah sebuah konsep pembangunan berkelanjutan
dimana suatu perusahaan tidak hanya mengejar keuntungan semata namun juga harus
memperhatikan lingkungan dan juga kesejahteraan sosial masyarakat di sekitarnya. Meski di
Indonesia konsep ini baru diterapkan secara wajib dengan UU Nomor 40 tahun 2007, namun
sebenarnya konsep ini sudah ada jauh sebelum diundangkannya UU Nomor 40 tahun 2007.
Dalam undang-undang telah dikatakan bahwa perusahaan yang berstatus perseroan wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dalam UU PT, disebutkan pada Ayat 1
pasal 74 berbunyi ”Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumberdaya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Hal ini
merupakan salah satu dari representasi dari kegiatan CSR sebuah perusahaan. Kalimat dalam
undang-undang tersebut hanya merupakan salah satu dari sekian banyak dari definisi CSR.
Kalau bukan ditujukan untuk pembangunan berkelanjutan negara di mana perusahaan itu
berada, maka CSR tersebut merupakan sekadar kosmetik untuk perbaikan citra. Jadi, dengan
menggunakan pembangunan berkelanjutan sebagai konsep kunci, ada perbedaan yang tegas antara
CSR dan greenwash alias pengelabuan citra. CSR mengandung lima komponen penting, yaitu :
ekonomi, sosial, lingkungan, pemangku kepentingan, dan voluntarisme. Komponen ekonomi,
sosial dan lingkungan menekankan bahwa CSR dengan pembangunan berkelanjutan tidak dapat
dipisahkan.
Memang jika dilihat CSR hanya akan merepotkan dan membuat keuntungan perusahaan
menjadi berkurang. Namun anggapan tersebut adalah anggapan yang salah. Melalui CSR ini
perusahaan dapat menaikkan citranya di hadapan para stakeholder sehingga nama baik perusahaan
dapat terangkat. Memang tidak mudah untuk menjalankan CSR. Dibutuhkan kerjasama yang baik
antara perusahaan, masyarakat sekitar, maupun para stakeholder.
Daftar Pustaka
Berita CSR. 2012. Contoh kegiatan CSR untuk perusahaan kecil.
http://beritacsr.wordpress.com/2012/03/28/contoh-kegiatan-csr-untuk-perusahaan-kecil/ diakses
pada tanggal 22 may 2019.
Rahadian, Dimas. 2012. Contoh program csr.
http://romannurbawastore.wordpress.com/2012/05/01/contoh-program-csr-corporate-social-
responbility-di-perusahaan/ diakses pada tanggal 22 may 2019.
Daniri, Mas Achmad. 2008. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Jakarta.
Dian. 2011. “Memahami Corporate Social Responsibility sebagai Wujud Investasi Persahaan”.
www.keepandshare.com/doc/764997/csr-166k?da=y. Diunduh pada 23 Msy 2019.
14. Kotler, Philip dan Nancy Lee. 2005. Corporate Social Responsibility; Doing the Most Good you’re your
Company and Your Cause. NewJersey; JohnWiley& Sons,Inc.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Marketing Managemen. Ed.13
Visser, Wayne. Corporate Social Responsibily in Developing Countries