SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
2014
ASPEK HUKUM DAN BISNIS

Andrean Wilianoto (2012100063)
Desita Ega (2012100065)
Indri Purwaningsih (2012100057)
Muhammad Hafidz (2012100054)
Ollie Marcella (2012100076)
ASPEK HUKUM DAN BISNIS

Kata Pengantar

Puji Syukur kepada Tuhan yang maha Esa karena dengan
rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang kami terima ini
sebagai penutup dari serangkaian perkuliahan Aspek Hukum yang
berlangsung pada semester 3 ini. Dan terima kasih juga kepada Bapak
Febriansyah selaku dosen Aspek Hukum dan Bisnis, yang telah
membantu

kami

pembelajaran

para

yang

mahasiswa

kami

dan

dapatkan

mahasiswi

selama

dalam

kegiatan

proses

perkuliahan,

khususnya kelompok 4 dalam proses pengerjaan dan intruksi yang telah
diberikan.
Dalam penulisan makalah kami mendapatkan tugas Ekonomi yang
masuk dalam bidang mata kuliah Aspek Hukum dan Bisnis yang bertopik,
tentang pidana, sistem hukum dan prosedur hukum dalam kasus korupsi /
KPK

dalam

negara

Indonesia.

Juga

menemukan

proses

dan

pembentukan hukum untuk suatu kasus KPK. Di dalam makalah ini
penulis akan menginformasikan dan menjelaskan juga menganalisis
tentang faktor beserta teori yang mengarah pada kekuatan hukum serta
konsistensitas perlakuan hukum di negara Indonesia.
Makalah ini juga memiliki tujuan yaitu dengan menjabarkan
pengertian serta kasus yang sudah resmi berkaitan dengan judul supaya
dapat dibaca dan dimengerti dengan baik oleh pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Atas segala
kekurangan dan kelebihan dari makalah, harap memaklumi segala
kekuraangannya, dan Selamat membaca.
Bekasi, 6 Oktober 2013

Penulis

PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 2

January 1,
2014
ASPEK HUKUM DAN BISNIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang memliki banyak sumber daya
alam yang melimpah serta memiliki penduduk yang

terbesar diantara

negara lainnya. Namun di dalam kelebihannya itu banyak hal yang
menjadikan Indonesia sebagai negara terburuk juga dalam perekonomian.
Mengapa? akibat adanya kesenjangan antara elit politisi dan masyarakat
biasa akan mengantarkan keterpurukan kesejahteraan keluarga dan
tingkat kemakmuran masyarakat indonesia, Salah satu tindakan kriminal
yang memiliki dampak internasional adalah korupsi.
Kekurangan di Indonesia menjadikan salah satu icon terburuk
untuk negara yang memiliki banyak kelebihan ini. Sama hal nya seperti
pedang bermata dua, memiliki dua sisi yang berbeda, di balik ketajaman
dua sisi mata pedang tersebut, namun manusia yang menggunakannya
juga akan merasakan impact dari dua sisi mata pedang tersebut, sama hal
nya dengan Negara ini memiliki banyak kelebihan namun potensi untuk
mengolah sumber daya tersebut sangatlah kurang dan minim sekali
sumber daya manusia yang benar – benar mampu untuk mengolah dan
mengangkat tingkat kemakmuran masyarakat indonesia oleh karena itu
mengakibatkan banyak tindakan kriminal terjadi di Negara ini.
Sebagai survei bahwa tindakan korupsi memiliki peringkat tertinggi
dalam tindakan kriminal,Korupsi diIndonesia berkembang secara sistemik.
Bagi banyak orang korupsi bukan lagi merupakan suatu pelanggaran
hukum melainkan sekedar

suatu kebiasaan. Dalam seluruh penelitian

perbandingan korupsi antar negara,Indonesia selalu menempati posisi
paling rendah. Perkembangan korupsi diIndonesia juga mendorong
pemberantasan korupsi di Indonesia. Namun hingga kini pemberantasan
korupsi di Indonesia belum menunjukkan titik terang melihat peringkat
PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 3

January 1,
2014
ASPEK HUKUM DAN BISNIS

Indonesia dalam perbandingan korupsi antar negara yang tetap rendah.
Hal ini juga ditunjukkan dari banyaknya kasus-kasus korupsi di Indonesia
Pemberantasan korupsi di Indonesia dapat dibagi dalam 3 periode,
yaitu pada masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi.
Orde Lama
Dasar Hukum: KUHP (awal), UU 24 tahun 1960
Antara 1951 - 1956 isu korupsi mulai diangkat oleh koran lokal
seperti Indonesia Raya yang dipandu Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar.
Pemberitaan dugaan korupsi Ruslan Abdulgani menyebabkan koran
tersebut kemudian di bredel. Kasus 14 Agustus 1956 ini adalah peristiwa
kegagalan pemberantasan korupsi yang pertama di Indonesia, dimana
atas intervensi PM Ali Sastroamidjoyo, Ruslan Abdulgani, sang menteri
luar negeri, gagal ditangkap oleh Polisi Militer. Sebelumnya Lie Hok
Thay mengaku memberikan satu setengah juta rupiah kepada Ruslan
Abdulgani, yang diperoleh dari ongkos cetak kartu suara pemilu. Dalam
kasus

tersebut

mantan

Menteri

Penerangan

kabinet Burhanuddin

Harahap (kabinet sebelumnya), Syamsudin Sutan Makmur, dan Direktur
Percetakan Negara, Pieter de Queljoe berhasil ditangkap.
Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar justru kemudian dipenjara tahun 1961
karena dianggap sebagai lawan politik Sukarno.
Nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda dan asing di
Indonesia tahun 1958 dipandang sebagai titik awal berkembangnya
korupsi di Indonesia. Upaya Jenderal AH Nasution mencegah kekacauan
dengan menempatkan perusahaan-perusahaan hasil nasionalisasi di
bawah Penguasa Darurat Militer justru melahirkan korupsi di tubuh TNI.
Jenderal Nasution sempat memimpin tim pemberantasan korupsi pada
masa ini, namun kurang berhasil.
Pertamina adalah suatu organisasi yang merupakan lahan korupsi
paling subur. Kolonel Soeharto, panglima Diponegoro saat itu, yang
diduga terlibat dalam kasus korupsi gula, diperiksa oleh

PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 4

January 1,
2014
ASPEK HUKUM DAN BISNIS

Mayjen Suprapto, S Parman, MT Haryono, dan Sutoyo dari Markas Besar
Angkatan Darat. Sebagai hasilnya, jabatan panglima Diponegoro diganti
oleh Letkol Pranoto, Kepala Staffnya. Proses hukum Suharto saat itu
dihentikan oleh Mayjen Gatot Subroto, yang kemudian mengirim Suharto
ke Seskoal Bandung. Kasus ini membuat DI Panjaitan menolak
pencalonan Suharto menjadi ketua Senat seskoal.

Orde Baru
Dasar Hukum: UU 3 tahun 1971
Korupsi orde baru dimulai dari penguasaan tentara atas bisnis-bisnis
strategis.
Reformasi
Dasar Hukum:
UU 31 tahun 1999, UU 20 tahun 2001

Pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini dilakukan oleh beberapa
institusi:
1. Tim Tastipikor (Tindak Pidana Korupsi)
2. Komisi Pemberantasan Korupsi
3. Kepolisian
4. Kejaksaan
5. BPKP
6. Lembaga non-pemerintah: Media massa Organisasi massa (mis: ICW)

B. DASAR TEORI
Undang-undang di Indonesia yang mengatur mengenai tindak
pidana korupsi adalah UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 5

January 1,
2014
ASPEK HUKUM DAN BISNIS

Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20
Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (“UU Tipikor”).
Orang yang membantu pelaku tindak pidana korupsi dikenakan
ancaman pidana yang sama dengan yang dikenakan kepada pelaku
korupsi (lihatPasal 15 UU Tipikor). Ketentuan ini juga berlaku untuk setiap
orang yang berada di luar wilayah Indonesia yang membantu pelaku
tindak pidana korupsi (Pasal 16 UU Tipikor).
Kemudian, mengenai ancaman pidana untuk orang yang turut serta
melakukan tindak pidana korupsi, kita perlu perlu merujuk pada ketentuan
umum hukum pidana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (“KUHP”). Berdasarkan Pasal 55 ayat (1) KUHP, orang yang turut
serta melakukan perbuatan pidana, dipidana sebagai pelaku tindak
pidana. Jadi, berdasarkan Pasal 55 ayat (1) KUHP orang yang turut serta
melakukan tindak pidana korupsi juga dipidana dengan ancaman pidana
yang sama dengan pelaku tindak pidana korupsi.
Sebagai contoh, dalam artikel Rekanan Kemenpora Terbukti
Menyuap,seorang pengurus rekanan Kemenpora divonis bersalah dalam
kasus pembangunan wisma atlet di Palembang dengan dakwaan yang
didasarkan selain ketentuan UU Tipikor, juga didasarkan dengan Pasal 55
ayat (1) KUHP. Contoh lainnya dapat dilihat pada Putusan MA No.
2389K/Pid.Sus/2011 tanggal 22 Februari 2012 yang memvonis terdakwa
bersalah melakukan turut serta korupsi secara bersama-sama.
Jadi, orang yang turut serta melakukan korupsi maupun orang yang
membantu melakukan korupsi keduanya diancam dengan pidana yang
sama dengan orang yang melakukan korupsi.

PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 6

January 1,
2014
ASPEK HUKUM DAN BISNIS

Dasar hukum:
1.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(Wetboek van Strafrecht)Staatsblad Nomor 732 Tahun 1915

2.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang

Nomor

20

Tahun

2001

tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Putusan:
Putusan Mahkamah Agung Nomor 2389K/Pid.Sus/2011 tanggal 22
Februari 2012

C. CARA PENGERJAAN

1. Carilah data sekunder dengan jenis data jurnal resmi
2. Maksimal 3 jurnal yang di tentukan melalui topik tertentu
3. Buat dalam makalah
4. Makalah dibuat berdasarkan prosedur dan syarat yang ditentukan
oleh dosen
5. Analisa dan bandingkan antara jurnal satu dengan yang lainnya

D. RUMUSAN MASALAH
1. Jabarkan data melalui 3 jurnal yang di dapat?
2. Bagaimana proses penetapan tersangka?
3. Analisa dan bandingkan proses hukum, melalui pasal-pasal atau
hukum vonis yang diberikan?

PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 7

January 1,
2014
ASPEK HUKUM DAN BISNIS

BAB II
PEMBAHASAN

A. ISI MASING-MASING JURNAL

JURNALPERTAMA : EFEKTIFITAS JAKSA SEBAGAI PENYIDIK TINDAK
PIDANA KORUPSI PADA KEJAKSAAN TINGGI SULAWESI SELATAN
Analisis, Juni 2012, Vol.1. No.1 : 86 – 92 ISSN 2252-7230
Dalam kasus korupsi ini kami melakukan pencarian data sekunder
melalui jurnal resmi, yan berhubungan dengan korupsi.

Seperti yang

sudah dijelaskan Indonesia dalam perkembangan korupsi mengalami
peningkatan yang

menjadikan nilai hukum di Indonesia tidak

mendapatkan konsistensinya dalam penerapan tindakan kriminal tersebut.
Jurnal yang pertama merupakan penyidikkan yang dilakukan oleh
kejaksaan Sulawesi Selatan. Dalam jurnal tersebut dituliskan bahwa,
Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan pada khususnya dalam melakukan
penyidikan tindak pidana korupsi. Penelitian ini dilaksanakan di Kejaksaan
Tinggi Sulawesi Selatan di Makassar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini normatif empiris yaitu
survei lapangan dengan mewawancarai dan memberikan quisioner
kepada para jaksa di Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan, sedangkan
untuk mendapatkan data sekunder dilakukan studi kepustakaan dan
dokumentasi.

PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 8

January 1,
2014
ASPEK HUKUM DAN BISNIS

Pengambilan sampel dilakukan khusus di Kejaksaan Tinggi
Sulawesi Selatan di Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
efektifitas pelaksanaan kewenangan penyidikan tindak pidana korupsi
yang dilakukan oleh penyidik Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan di
makassar menunjukkan efektifitas yang cukup baik, hal tersebut tertuang
dalam trend peningkatan penyidikan tindak pidana korupsi dan data
penanganan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Kejaksaan Tinggi
Sulawesi Selatan di Makassar yang dari tahun ke tahun terus meningkat.
Selain itu Sulawesi Selatan memiliki tingkatan jaksa yang memiliki
latar belakang sebagai berikut : Dari yang struktural maupun fungsional,
dari golongan jaksa yang pada level bawah yaitu golonga III/a hingga
golongan jaksa yang pada level tertinggi yaitu golongan IV/d, sehingga
dalam jurnal tersebut openulis berharap dapat mengakomodasi jaksa
secara keseluruhan pada wilayah hukum Kejaksaan Tinggi Sulawesi
Selatan.
Memiliki beberapa poin dalam jurnal kali ini. Dalam pendahuluan dalam
jurnal tersebut tertulis adanya 4 kali perubahan UU tindak pidana korupsi,
yaitu :
1. Yang pertama berubah adalah PERPU no 24 tahun 1960
tentang pengusutan, penuntunan dan pemeriksaan tindak
pidana korupsi menjadi UU no 1 tahun 1961.
2. Yang kemudian berubah untuk kedua kalinya menjadi UU no 3
tahun 1971 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.
3. Yang berubah kembali untuk ketiga kalinya menjadi UU no 3
tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.
4. Dan yang keempat disempurnakan berubah menjadi UU NI 21
tahun 2000 tentang perubahan atas UU no 31 tahun 1999.
Undang-undang no 31 tahun 1999 yang kemudian diubah

PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 9

January 1,
2014
ASPEK HUKUM DAN BISNIS

menjadi UU no 20 tahun 2001 menjadi andalan untuk
memberantas tindak korupsi.
Undang-undang

tersebut

diharapkan

dapat

membantu

penyelesaian tindak pidana korupsi yang sangat merugikan
keuangan negara dan merugikan masyarakat.

Hasil dan pembahasan dalam jurnal ini adalah :

UU no 31 tahun 1999 yang diubah menjadi UU no 20 tahun
2001 menjadi filter pemberantasan korupsi . Kejaksaan
Republik Indonesia juga diharapkan sebagai ujung tombak
dalam pemberantasan korupsi.

Dalam UU no 16 tahun 2004 yang menyatakan bahwa
Kejaksaan RI menjadi dasar tenatng tugas dan kewenangan
yang dimiliki oleh Kejaksaan RI. Tugas dan kewenangan ini
dilakukan

penuh

dengan

tanggung

jawab

dan

dengan

profesionalisme yang tinggi didukung dengan perarturan dan
perundang-undangan yang berlaku serta perarturan penunjang
berupa petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan pimpinan.
Kejaksaan diharapkan menjadi motor penggerak penegakan
hukum di Indonesia dalam bidang penyidikan tindak pidana
korupsi. Kejaksaan tinggi Sulawesi Selatan sudah membuktikan
keefektifitasnya dalam menyidik tindak kasus korupsi terbukti
dalam peningkatan penyidikan tindak pidana korupsi yang
meningkat setiap tahunnya.

PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 10

January 1,
2014
ASPEK HUKUM DAN BISNIS

Peranan penyidik dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi
Yaitu :
Kasus korupsi yang telah diselidiki oleh penyidik kepolisian
sejak tahun 2008 hingga 2011 dimakassar belum berjalan
dengan sempurna. Ada beberapa kasus yang tidak dilakukan
penggeledahan terhadap tersangka, padahal hal tersebut
menjadi

salah

satu

prioritas

penyidik

dalam

rangka

mengefektifkan proses penyelesaian perkara korupsi, dalam hal
mengumpulkan bukti sebanyak mungkin.
Indikator keberhasilan penyidik tindak pidana korupsi dalam
mengemban tugas memberantas KKN antara lain adalah
keberhasilan membangun animo dan mendorong aspirasi
masyarakat agar memiliki akses untuk berperan aktif membantu
mengungkap tindak pidana korupsi dengan cara memberikan
informasi sebanyak mungkin kepada institusi penyidik.

Kendala-kendala yang dihadapi penyidik yaitu :
a. Kurangnya peran serta masyarakat melapor tindak pidana
korupsi
b. Keterbatasan personil jaksa dibidang tindak pidana khusus
terdapat 7 orang jaksa, 4 orang fungsional, dan 3 orang
struktural. Kurangnya personil jaksa.
Integritas seorang penyidik merupakan tata sikap yang terwujud
melalui pola pikir perilaku jujur dan konsisten. Pola pikir dan perilaku yang
jujur dan konsisten harus dimiliki oleh seorang penyidik dalam
menjalankan tugas-tugas menegakkan hukum. Dengan begitu, pelaku
tindak korupsi tidak akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang

PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 11

January 1,
2014
ASPEK HUKUM DAN BISNIS

dibuat apalagi pelaku tindak korupsi tersebut mengajak berkomproni
dalam urusan hukum.

JURNAL KEDUA : UPAYA JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM
MENGEMBALIKAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA AKIBAT TINDAK
PIDANA KORUPSI
Analisis, Juni 2012, Vol.1. No.1 : 61 – 69 ISSN 2252-7230
1. Dalam pendahuluan dijelaskan bahwa kejaksaan adalah lembaga
pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara dibidang
penuntunan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.
Selain itu tugas kejaksaan adalah melakukan penyidikan tindak
pidana korupsi dan di bidang hukum perdata dan tata usaha
negara. Penegakan hukum yang efektif terhadap tindak pidana
korupsi diharapkan memenuhi 2 tujuan yaitu :

a. Agar pelaku tindak pidana korupsi tersebut dihukum dengan
hukuman pidana yang adil dan setimpal dengan perbuatannya.
b. Agar kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat dari
tindak pidana korupsi tersebut dapat dikembalikan semaksimal
mungkin.
Dalam jurnal ini di tuliskan bahwa pasal yang dibentuk untuk tugas
kejaksaan Makasar yaitu. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (yang selanjutnya disebut UUD RI Tahun 1945)
menyebutkan

bahwa

Negara

Indonesia

berdasarkan

atas

hukum

(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtssataat).
Prinsip penting negara hukum adalah adanya jaminan kesederajatan bagi
setiap orang di hadapan hukum (equality before the law). Oleh karena itu

PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 12

January 1,
2014
January 1,
2014

ASPEK HUKUM DAN BISNIS

setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
kepastian hukum yang adil.
Pada Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004
menyebutkan Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan
kekuasaan

negara

dibidang

penuntutan

serta

kewenangan

lain

berdasarkan undang-undang. UU No 3 tahun 1971 tidak menyatakan
digunakan instrumen perdata untuk mengembalikan kerugian keuangan
negara. Dalam praktek instrumen perdata ini digunakan oleh jaksa,
berkaitan

dengan

adanya

penjatuhan

hukuman

tambahan

yaitu

pembayaran uang pengganti terhadap vide pasal 34. Hal ini jaksa
pengacara Negara melakukan upaya perdata terhadap terpidana, agar
membayar uang pengganti sebagaimana di tetapkan oleh hakim yang
memutus perkara korupsi yang bersangkutan penyidikan yang dilakukan
penyidik belum sesuai dengan pasal 28 UUPTPK dimana dalam berita
acara pemeriksaan tersangka tidak mencantumkan harta benda milik
tersangka.
Secara tegas, peran jaksa pengacara negara dinyatakan
dalam pasal 32 pasal 33, pasal 34 dan pasal 38 C UUPTPK,
undang-undang no 20 tahun 2001 perubahan atas no 31
tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
tetap mempertahankan jenis pidana tambahan ini.

Ketentuan dalam pasal 28 ayat 1 huruf b menyatakan :
bahwa terhadap pelaku tindak pidana korupsi dapat
dijatuhkan pidana tambahan berupa pembayaran pengganti
yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta
benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi dan dalam
waktu satu bulan terpidana tidak membayar uang pengganti
maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang
untuk menutupi uang pengganti.

PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 13
ASPEK HUKUM DAN BISNIS

Selain tugas penuntutan . secara eksplisit Kejaksaan mempunyai
kewenangan lain dalam melakukan penyidikan tindak pidana korupsi dan
di bidang hukum perdata dan tata usaha negara.Penegakan hukum yang
efektif terhadap tindak pidana korupsi di harapkan mampu memenuhi dua
tujuan. Tujuan pertama adalah agar pelaku tindak pidana korupsi tersebut
dihukum yang kedua tujuanya adalah agar tindak korupsi dapat
membayar kerugian negara secara maksimal.
Dalam kasus korupsi dalam jurnal ini disebutkan 2 hal tindakan
yang memiliki hukuman pidana dan perdata dalam mengupayakan
keadilan dalam kasus korupsi. Pidana dapat dilakukan oleh penyidik
sebagai penuntun yaitu untuk pengadilan dan eksekusi atas putusan
hakim. Selanjutnya upaya perdata dilakukan oleh Jaksa Pengacara
Negara dimana gugatan perdata untuk tindak pidana korupsi dilakukan
ketika upaya pidana tidak dimungkinkan untuk di proses lagi.

Hal itu dijelaskan kembali dalam paragraf ini kapan menggunakan
tindakan pidana kapan pula tindakan perdata. Upaya pidana dalam jurnal
ini dijelaskan bahwa pidana tidak akan mungkin tertuang dalam pasal 32,
pasal 33, paal 34 dan pasal 38 C. Undang-undang pemberantasan tindak
pidana korupsi (selanjutnya disebut UUPTPK). Lalu mengenai penjelasan
tentang upaya tindakan perdata di lakukan dalam keadaan sebagai berikut
jika terpidana atau tersangka mengalami :
1. Setelah dilakukan penyidikan ditemukan unsur tidak cukup bukti
adanya tindak pidana korupsi.
2. Tersangka meninggal dunia pada saat penyidikan.
3. Terdakwa meninggal dunia pada saat pemeriksaan sidang pengadilan.
4. Terdakwa diputus bebas.
5. Diduga terdapat hasil korupsi yang belum dirampas untuk Negara
walaupun putusan pengadilan telah berkekuatan hukum tetap.

PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 14

January 1,
2014
ASPEK HUKUM DAN BISNIS

B. ANALISA
Pelaksanaan kewenangan kejaksaan tinggi di sulawesi selatan
cukup baik dilihat dari penyidikan kasus tindak korupsi yang meningkat
setiap tahunnya. Tetapi masih harus dilakukan perbaikan-perbaikan
karena memiliki kendala-kendala , salah satunya adalah sumber daya
penyidik itu sendiri yang mampu menangani kasus-kasus tindak korupsi
dan penyediaan alat-alat teknologi yang mendukung proses penyidikan
seperti

alat

penyadapan

yang

membantu

mempercepat

proses

penyidikan.
Para penyidik berperan aktif dalam membantu kasus pidana
korupsi, Indikator keberhasilan penyidik tindak pidana korupsi dalam
mengemban tugas memberantas KKN, antara lain adalah keberhasilan
membangun animo dan mendorong aspirasi masyarakat agar memiliki
akses untuk berperan aktif membantu mengungkap tindak pidana korupsi
dengan cara memberikan informasi sebanyak mungkin kepada institusi
penyidik.
Peranan dan fungsi utamanya jaksa pengacara negara
adalah bagaimana mengembalikan kerugian keuangan
negara yang diakibatkan oleh pelaku tindak pidana korupsi
yang

merupakan

salah

satu

tujuan

utama

dalam

pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
Peran jaksa pengacara negara dalam mengembalikan
kerugian keuangan negara akibat tindak pidana korupsi
bersifat

menunggu

memungkinkan

lagi.

pada
Dan

proses

pidana

perlu

dilakukan

yang

tidak

perubahan

UUPTPK karena belum mampu memenuhi kebutuhan
pemberantasan

korupsi

terutama

berkaitan

dengan

pengembalian kerugian negara yang di korupsi.
Untuk kedua jurnal yang telah di jelaskan dalam analisa bahwa
penyidik merupakan bagian yang terpenting dalam pemberatasan

PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 15

January 1,
2014
ASPEK HUKUM DAN BISNIS

January 1,
2014

masalah korupsi. Lalu diikuti oleh pengacara dan jaksa yang mengatur
jalannya proses penyidikan korupsi. Dan dalam aturan pasal

menurut

UUD diurutkan sebagai berikut :
1.

UUD RI 1945

2.

Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004

3.

Pasal 32 pasal 33, pasal 34 dan pasal 38 C UUPTPK, undangundang no 20 tahun 2001 perubahan atas no 31 tahun 1999
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi

4.

Pasal 28 ayat 1 huruf b menyatakan pelaku tindak pidana
korupsi.

5.

UU perubahan tindak korupsi yang berubah 4 kali

6.

UU No 31 tahun 1999 yang diubah menjadi UU No 20 tahun
2001 menjadi filter pemberatasan korupsi.

Undang-Undang diatas merupakan dasar hukum yang menguatkan
pada kasus tindak pidana korupsi. jadi jurnal tersebut memiliki aturan
sesuai UU yang telah tersedia dan ditetapkan oleh konstitusi. Jadi
memudahkan penetapan tersangka bersalah atau tidak nya.

TABEL PERBANDINGAN
JURNAL 1

JURNAL 2

Mengenai efektifitas hukum pada Mengenai upaya jaksa pengacara negara
kejaksaan tinggi sebagai penyidik dalam mengembalikan kerugian keuangan
tipikor di Sulawesi Selatan.

negara akibat tindak pidana korupsi.

Penelitian menggunakan metode Pasal yang dibentuk untuk tugas kejaksaan
normatif empiris.

makasar menggunakan UUD RI TAHUN
1945 yang menyebutkan bahwa negara

PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 16
January 1,
2014

ASPEK HUKUM DAN BISNIS

berdasarkan

atas

Hukum

dan

tidak

berdasarkan atas kekuasaan belaka.
Memiliki

dasar

hukum

yang Peran jaksa pengacara dinyatakan dalam

struktural dalam wilayah hukum pasal 32/33/34 C UUPTPK.
kejaksaan
Selatan

tinggi
dengan

Sulawesi
perubahan

undang-undang sebanyak 4 kali.
Memiliki 2 kendala yang dihadapi Perlu dilakukan perubahan UUPTK karena
penyidik yaitu kurangnya peran belum

mampu

memenuhi

kebutuhan

serta masyarakat melapor dan pemberantasan korupsi terutama berkaitan
keterbatasan personil jaksa.

dengan

pengembalian

Kerugian

negara

akibat tindakan korupsi.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari masing-masing kasus yang telah di analisa dan bandingkan
satu dengan yang lain, kami beranggapan dan menarik sebuah
kesimpulan bahwa masing-masing pasal dan kasus tersebut memiliki
kelemahan dan kelebihan dari kekuatan yang terkandug dalam pasalpasal tersebut. Setiap kasus juga memiliki proses untuk mengikat
tersangka dan prosedur bagaimana menjadi terdakwa. Sebagai contoh
nyata dalam kasus Tipikor , hal yang sering terjadi adalah kurangnya
ketegasan dan kekuatan Hukum para penegak Hukum, “habis bagaimana
bisa tegas jika aparat dan perangkat penegak HUKUMnya saja
tersandung kasus” sifat kurang kooperatif dari tersangka juga semakin

PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 17
ASPEK HUKUM DAN BISNIS

mempersulit proses penyidikan KPK untuk menindak lanjuti Proses dan
kasus tersebut. Seperti kasus anas dan lain-lain.
Meskipun proses penyidikan tindak pidana korupsi sebagian
menggunakan aturan yang terdapat dalam KUHAP, seharusnya untuk
mempermudah pelaksanaannya, diatur tersendiri dalam Undang-Undang
khusus tentang tindak pidana korupsi yang disajikan secara lengkap, hal
ini juga untuk menghindari perbedaan persepsi atau interprestasi dalam
penerapan hukum lebih lanjut, guna mempermudah penanganan perkara
korupsi yang ditangani Kejaksaan, petunjuk teknis dan petunjuk
pelaksanaan yang diatur secara internal oleh pimpinan Kejaksaan
hendaknya tidak bersifat menghambat perkara korupsi dikarenakan
pengaruh kepentingan kepentingan tertentu.
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan fungsi dan wewenang
Kejaksaan selaku penyidik tindak pidana korupsi hendaknya tidak menjadi
batu sandungan dalam proses hukum. Yang sedang berlangsung, namun
hal ini harus diupayakan segera untuk dipikirkan oleh intitusi Kejaksaan
dengan mengadakan perubahan mekanisme penanganan tindak pidana
korupsi guna mengurangi kendala yang akan dihadapi dengan cara
melakukan evaluasi tiap tahun terhadap penanganan tindak pidana
korupsi

yang

kemudian

nantinya

hasil

evaluasi

tersebut

dapat

merumuskan segala bentuk kendala yang dihadapi dan kemudian secara
bersama-sama merumuskan solusi atau kebijakan yang ditempuh.
Disarnping itu, peranan Pemerintah dan DPR sangat dibutuhkan dalam
hal

pembuatan

kebijakan

peraturan

yang

dapat

mempermudah

penanganan perkara korupsi yang ditangani Kejaksaan utamanya dalam
proses penyidikan. Mengutip sebuah kata politikus di luar negri “ para
pejabat negara, lebih baik di pilih bukan dari mereka yang bekerja mencari
uang, akan tetapi mereka yang memberikan loyalitasnya kepada negara. “

*******************

PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI

Page 18

January 1,
2014

More Related Content

What's hot

Penegakan Hukum Korupsi bansos
Penegakan Hukum  Korupsi bansosPenegakan Hukum  Korupsi bansos
Penegakan Hukum Korupsi bansosAndy Susanto
 
Uu Pers & KEJ (Kode Etik Jurnalistik
Uu Pers & KEJ (Kode Etik JurnalistikUu Pers & KEJ (Kode Etik Jurnalistik
Uu Pers & KEJ (Kode Etik Jurnalistikyudikrismen1
 
Rilis Calon Kapolri - LBH Jakarta
Rilis Calon Kapolri - LBH JakartaRilis Calon Kapolri - LBH Jakarta
Rilis Calon Kapolri - LBH JakartaCIkumparan
 
Analisa Korupsi Ketua MK (Akil Mochtar)
Analisa Korupsi Ketua MK (Akil Mochtar)Analisa Korupsi Ketua MK (Akil Mochtar)
Analisa Korupsi Ketua MK (Akil Mochtar)Herlambang Bagus
 
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...MAfrizal5
 
Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi PemerintahanAkuntansi Pemerintahan
Akuntansi PemerintahanRestiPutri6
 
Wewenang KPK untuk Tidak Mengeluarkan SP3 PerkaraTtipikor Dihubungkan dengan ...
Wewenang KPK untuk Tidak Mengeluarkan SP3 PerkaraTtipikor Dihubungkan dengan ...Wewenang KPK untuk Tidak Mengeluarkan SP3 PerkaraTtipikor Dihubungkan dengan ...
Wewenang KPK untuk Tidak Mengeluarkan SP3 PerkaraTtipikor Dihubungkan dengan ...AndriKoswara1
 
Ujian proposal Penegakan Hukum TP Korupsi Dana Bansos
Ujian proposal Penegakan Hukum TP Korupsi Dana BansosUjian proposal Penegakan Hukum TP Korupsi Dana Bansos
Ujian proposal Penegakan Hukum TP Korupsi Dana BansosAndy Susanto
 
Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidanaBab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidanaAndy Susanto
 

What's hot (18)

Penegakan Hukum Korupsi bansos
Penegakan Hukum  Korupsi bansosPenegakan Hukum  Korupsi bansos
Penegakan Hukum Korupsi bansos
 
Fiat Justitia edisi 3 Oktober 2013
Fiat Justitia edisi 3 Oktober 2013Fiat Justitia edisi 3 Oktober 2013
Fiat Justitia edisi 3 Oktober 2013
 
Uu Pers & KEJ (Kode Etik Jurnalistik
Uu Pers & KEJ (Kode Etik JurnalistikUu Pers & KEJ (Kode Etik Jurnalistik
Uu Pers & KEJ (Kode Etik Jurnalistik
 
PROPOSAL SKRIPSI
PROPOSAL SKRIPSIPROPOSAL SKRIPSI
PROPOSAL SKRIPSI
 
Tesis khairul
Tesis khairul Tesis khairul
Tesis khairul
 
Rilis Calon Kapolri - LBH Jakarta
Rilis Calon Kapolri - LBH JakartaRilis Calon Kapolri - LBH Jakarta
Rilis Calon Kapolri - LBH Jakarta
 
Analisa Korupsi Ketua MK (Akil Mochtar)
Analisa Korupsi Ketua MK (Akil Mochtar)Analisa Korupsi Ketua MK (Akil Mochtar)
Analisa Korupsi Ketua MK (Akil Mochtar)
 
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...
Tinjauan yuridis tentang diskresi kepolisian (pasal 18 uu nomor 2 tahun 2002 ...
 
Laporan Tahunan MaPPI Tahun 2003
Laporan Tahunan MaPPI Tahun 2003Laporan Tahunan MaPPI Tahun 2003
Laporan Tahunan MaPPI Tahun 2003
 
korupsi di korea selatan
korupsi di korea selatankorupsi di korea selatan
korupsi di korea selatan
 
Studi kasus hukum tata negara
Studi kasus hukum tata negaraStudi kasus hukum tata negara
Studi kasus hukum tata negara
 
Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi PemerintahanAkuntansi Pemerintahan
Akuntansi Pemerintahan
 
Wewenang KPK untuk Tidak Mengeluarkan SP3 PerkaraTtipikor Dihubungkan dengan ...
Wewenang KPK untuk Tidak Mengeluarkan SP3 PerkaraTtipikor Dihubungkan dengan ...Wewenang KPK untuk Tidak Mengeluarkan SP3 PerkaraTtipikor Dihubungkan dengan ...
Wewenang KPK untuk Tidak Mengeluarkan SP3 PerkaraTtipikor Dihubungkan dengan ...
 
Ujian proposal Penegakan Hukum TP Korupsi Dana Bansos
Ujian proposal Penegakan Hukum TP Korupsi Dana BansosUjian proposal Penegakan Hukum TP Korupsi Dana Bansos
Ujian proposal Penegakan Hukum TP Korupsi Dana Bansos
 
Penologi
PenologiPenologi
Penologi
 
HARIAN WARTA NASIONAL
HARIAN WARTA NASIONALHARIAN WARTA NASIONAL
HARIAN WARTA NASIONAL
 
Hukum
HukumHukum
Hukum
 
Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidanaBab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
Bab II Pengembalian Kerugian Keuangan Negara TP Korupsi tdk hapuskan pidana
 

Similar to KORUPSI

34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
Materi 6 a pemberantasan korupsi di indonesia dalam lintasan sejarah 2010
Materi 6 a pemberantasan korupsi di indonesia dalam lintasan sejarah 2010Materi 6 a pemberantasan korupsi di indonesia dalam lintasan sejarah 2010
Materi 6 a pemberantasan korupsi di indonesia dalam lintasan sejarah 2010Fathur Rohman
 
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI  JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI  JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...Muhammad Rafi Kambara
 
Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional.doc
Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional.docStrategi Pemberantasan Korupsi Nasional.doc
Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional.docperi heriyanto
 
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docxpenanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docxHRLEGALERGYORBINTANE
 
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja kerasMakalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja kerasDebyNurulSyafda
 
RESUME MODULE 6.docx
RESUME MODULE 6.docxRESUME MODULE 6.docx
RESUME MODULE 6.docxratihmila211
 
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015ekho109
 
Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)
Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)
Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)noidmedia virtual
 
Problematika penegakan hukum di indonesia
Problematika penegakan hukum di indonesiaProblematika penegakan hukum di indonesia
Problematika penegakan hukum di indonesianoidmedia virtual
 
Hukum Pidana Criminal Law
Hukum Pidana Criminal LawHukum Pidana Criminal Law
Hukum Pidana Criminal LawNorsel Maranden
 
Analisis korupsi pengadaan al quran 2011-2012 klmpk 6
Analisis korupsi pengadaan al quran 2011-2012 klmpk 6Analisis korupsi pengadaan al quran 2011-2012 klmpk 6
Analisis korupsi pengadaan al quran 2011-2012 klmpk 6heninur2
 
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karno
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karnoHUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karno
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karnossuserfa9ff91
 

Similar to KORUPSI (20)

Bab viii pak
Bab viii pakBab viii pak
Bab viii pak
 
LANGKAH STRATEGIS PEMBERANTASAN KORUPSI
LANGKAH STRATEGIS PEMBERANTASAN KORUPSILANGKAH STRATEGIS PEMBERANTASAN KORUPSI
LANGKAH STRATEGIS PEMBERANTASAN KORUPSI
 
281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi
 
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
 
Materi 6 a pemberantasan korupsi di indonesia dalam lintasan sejarah 2010
Materi 6 a pemberantasan korupsi di indonesia dalam lintasan sejarah 2010Materi 6 a pemberantasan korupsi di indonesia dalam lintasan sejarah 2010
Materi 6 a pemberantasan korupsi di indonesia dalam lintasan sejarah 2010
 
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI  JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI  JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...
 
Makalah pidana
Makalah pidanaMakalah pidana
Makalah pidana
 
Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional.doc
Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional.docStrategi Pemberantasan Korupsi Nasional.doc
Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional.doc
 
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docxpenanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
 
Makalah korupsi
Makalah korupsiMakalah korupsi
Makalah korupsi
 
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja kerasMakalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
 
RESUME MODULE 6.docx
RESUME MODULE 6.docxRESUME MODULE 6.docx
RESUME MODULE 6.docx
 
Makalah korupsiiiiii
Makalah korupsiiiiiiMakalah korupsiiiiii
Makalah korupsiiiiii
 
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 3 februari 2015-5 maret 2015
 
Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)
Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)
Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)
 
Problematika penegakan hukum di indonesia
Problematika penegakan hukum di indonesiaProblematika penegakan hukum di indonesia
Problematika penegakan hukum di indonesia
 
Upaya penegakan hukum di indonesia
Upaya penegakan hukum di indonesiaUpaya penegakan hukum di indonesia
Upaya penegakan hukum di indonesia
 
Hukum Pidana Criminal Law
Hukum Pidana Criminal LawHukum Pidana Criminal Law
Hukum Pidana Criminal Law
 
Analisis korupsi pengadaan al quran 2011-2012 klmpk 6
Analisis korupsi pengadaan al quran 2011-2012 klmpk 6Analisis korupsi pengadaan al quran 2011-2012 klmpk 6
Analisis korupsi pengadaan al quran 2011-2012 klmpk 6
 
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karno
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karnoHUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karno
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karno
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 

KORUPSI

  • 1. 2014 ASPEK HUKUM DAN BISNIS Andrean Wilianoto (2012100063) Desita Ega (2012100065) Indri Purwaningsih (2012100057) Muhammad Hafidz (2012100054) Ollie Marcella (2012100076)
  • 2. ASPEK HUKUM DAN BISNIS Kata Pengantar Puji Syukur kepada Tuhan yang maha Esa karena dengan rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang kami terima ini sebagai penutup dari serangkaian perkuliahan Aspek Hukum yang berlangsung pada semester 3 ini. Dan terima kasih juga kepada Bapak Febriansyah selaku dosen Aspek Hukum dan Bisnis, yang telah membantu kami pembelajaran para yang mahasiswa kami dan dapatkan mahasiswi selama dalam kegiatan proses perkuliahan, khususnya kelompok 4 dalam proses pengerjaan dan intruksi yang telah diberikan. Dalam penulisan makalah kami mendapatkan tugas Ekonomi yang masuk dalam bidang mata kuliah Aspek Hukum dan Bisnis yang bertopik, tentang pidana, sistem hukum dan prosedur hukum dalam kasus korupsi / KPK dalam negara Indonesia. Juga menemukan proses dan pembentukan hukum untuk suatu kasus KPK. Di dalam makalah ini penulis akan menginformasikan dan menjelaskan juga menganalisis tentang faktor beserta teori yang mengarah pada kekuatan hukum serta konsistensitas perlakuan hukum di negara Indonesia. Makalah ini juga memiliki tujuan yaitu dengan menjabarkan pengertian serta kasus yang sudah resmi berkaitan dengan judul supaya dapat dibaca dan dimengerti dengan baik oleh pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Atas segala kekurangan dan kelebihan dari makalah, harap memaklumi segala kekuraangannya, dan Selamat membaca. Bekasi, 6 Oktober 2013 Penulis PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 2 January 1, 2014
  • 3. ASPEK HUKUM DAN BISNIS BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memliki banyak sumber daya alam yang melimpah serta memiliki penduduk yang terbesar diantara negara lainnya. Namun di dalam kelebihannya itu banyak hal yang menjadikan Indonesia sebagai negara terburuk juga dalam perekonomian. Mengapa? akibat adanya kesenjangan antara elit politisi dan masyarakat biasa akan mengantarkan keterpurukan kesejahteraan keluarga dan tingkat kemakmuran masyarakat indonesia, Salah satu tindakan kriminal yang memiliki dampak internasional adalah korupsi. Kekurangan di Indonesia menjadikan salah satu icon terburuk untuk negara yang memiliki banyak kelebihan ini. Sama hal nya seperti pedang bermata dua, memiliki dua sisi yang berbeda, di balik ketajaman dua sisi mata pedang tersebut, namun manusia yang menggunakannya juga akan merasakan impact dari dua sisi mata pedang tersebut, sama hal nya dengan Negara ini memiliki banyak kelebihan namun potensi untuk mengolah sumber daya tersebut sangatlah kurang dan minim sekali sumber daya manusia yang benar – benar mampu untuk mengolah dan mengangkat tingkat kemakmuran masyarakat indonesia oleh karena itu mengakibatkan banyak tindakan kriminal terjadi di Negara ini. Sebagai survei bahwa tindakan korupsi memiliki peringkat tertinggi dalam tindakan kriminal,Korupsi diIndonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang korupsi bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum melainkan sekedar suatu kebiasaan. Dalam seluruh penelitian perbandingan korupsi antar negara,Indonesia selalu menempati posisi paling rendah. Perkembangan korupsi diIndonesia juga mendorong pemberantasan korupsi di Indonesia. Namun hingga kini pemberantasan korupsi di Indonesia belum menunjukkan titik terang melihat peringkat PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 3 January 1, 2014
  • 4. ASPEK HUKUM DAN BISNIS Indonesia dalam perbandingan korupsi antar negara yang tetap rendah. Hal ini juga ditunjukkan dari banyaknya kasus-kasus korupsi di Indonesia Pemberantasan korupsi di Indonesia dapat dibagi dalam 3 periode, yaitu pada masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi. Orde Lama Dasar Hukum: KUHP (awal), UU 24 tahun 1960 Antara 1951 - 1956 isu korupsi mulai diangkat oleh koran lokal seperti Indonesia Raya yang dipandu Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar. Pemberitaan dugaan korupsi Ruslan Abdulgani menyebabkan koran tersebut kemudian di bredel. Kasus 14 Agustus 1956 ini adalah peristiwa kegagalan pemberantasan korupsi yang pertama di Indonesia, dimana atas intervensi PM Ali Sastroamidjoyo, Ruslan Abdulgani, sang menteri luar negeri, gagal ditangkap oleh Polisi Militer. Sebelumnya Lie Hok Thay mengaku memberikan satu setengah juta rupiah kepada Ruslan Abdulgani, yang diperoleh dari ongkos cetak kartu suara pemilu. Dalam kasus tersebut mantan Menteri Penerangan kabinet Burhanuddin Harahap (kabinet sebelumnya), Syamsudin Sutan Makmur, dan Direktur Percetakan Negara, Pieter de Queljoe berhasil ditangkap. Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar justru kemudian dipenjara tahun 1961 karena dianggap sebagai lawan politik Sukarno. Nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda dan asing di Indonesia tahun 1958 dipandang sebagai titik awal berkembangnya korupsi di Indonesia. Upaya Jenderal AH Nasution mencegah kekacauan dengan menempatkan perusahaan-perusahaan hasil nasionalisasi di bawah Penguasa Darurat Militer justru melahirkan korupsi di tubuh TNI. Jenderal Nasution sempat memimpin tim pemberantasan korupsi pada masa ini, namun kurang berhasil. Pertamina adalah suatu organisasi yang merupakan lahan korupsi paling subur. Kolonel Soeharto, panglima Diponegoro saat itu, yang diduga terlibat dalam kasus korupsi gula, diperiksa oleh PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 4 January 1, 2014
  • 5. ASPEK HUKUM DAN BISNIS Mayjen Suprapto, S Parman, MT Haryono, dan Sutoyo dari Markas Besar Angkatan Darat. Sebagai hasilnya, jabatan panglima Diponegoro diganti oleh Letkol Pranoto, Kepala Staffnya. Proses hukum Suharto saat itu dihentikan oleh Mayjen Gatot Subroto, yang kemudian mengirim Suharto ke Seskoal Bandung. Kasus ini membuat DI Panjaitan menolak pencalonan Suharto menjadi ketua Senat seskoal. Orde Baru Dasar Hukum: UU 3 tahun 1971 Korupsi orde baru dimulai dari penguasaan tentara atas bisnis-bisnis strategis. Reformasi Dasar Hukum: UU 31 tahun 1999, UU 20 tahun 2001 Pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini dilakukan oleh beberapa institusi: 1. Tim Tastipikor (Tindak Pidana Korupsi) 2. Komisi Pemberantasan Korupsi 3. Kepolisian 4. Kejaksaan 5. BPKP 6. Lembaga non-pemerintah: Media massa Organisasi massa (mis: ICW) B. DASAR TEORI Undang-undang di Indonesia yang mengatur mengenai tindak pidana korupsi adalah UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 5 January 1, 2014
  • 6. ASPEK HUKUM DAN BISNIS Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (“UU Tipikor”). Orang yang membantu pelaku tindak pidana korupsi dikenakan ancaman pidana yang sama dengan yang dikenakan kepada pelaku korupsi (lihatPasal 15 UU Tipikor). Ketentuan ini juga berlaku untuk setiap orang yang berada di luar wilayah Indonesia yang membantu pelaku tindak pidana korupsi (Pasal 16 UU Tipikor). Kemudian, mengenai ancaman pidana untuk orang yang turut serta melakukan tindak pidana korupsi, kita perlu perlu merujuk pada ketentuan umum hukum pidana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”). Berdasarkan Pasal 55 ayat (1) KUHP, orang yang turut serta melakukan perbuatan pidana, dipidana sebagai pelaku tindak pidana. Jadi, berdasarkan Pasal 55 ayat (1) KUHP orang yang turut serta melakukan tindak pidana korupsi juga dipidana dengan ancaman pidana yang sama dengan pelaku tindak pidana korupsi. Sebagai contoh, dalam artikel Rekanan Kemenpora Terbukti Menyuap,seorang pengurus rekanan Kemenpora divonis bersalah dalam kasus pembangunan wisma atlet di Palembang dengan dakwaan yang didasarkan selain ketentuan UU Tipikor, juga didasarkan dengan Pasal 55 ayat (1) KUHP. Contoh lainnya dapat dilihat pada Putusan MA No. 2389K/Pid.Sus/2011 tanggal 22 Februari 2012 yang memvonis terdakwa bersalah melakukan turut serta korupsi secara bersama-sama. Jadi, orang yang turut serta melakukan korupsi maupun orang yang membantu melakukan korupsi keduanya diancam dengan pidana yang sama dengan orang yang melakukan korupsi. PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 6 January 1, 2014
  • 7. ASPEK HUKUM DAN BISNIS Dasar hukum: 1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht)Staatsblad Nomor 732 Tahun 1915 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Putusan: Putusan Mahkamah Agung Nomor 2389K/Pid.Sus/2011 tanggal 22 Februari 2012 C. CARA PENGERJAAN 1. Carilah data sekunder dengan jenis data jurnal resmi 2. Maksimal 3 jurnal yang di tentukan melalui topik tertentu 3. Buat dalam makalah 4. Makalah dibuat berdasarkan prosedur dan syarat yang ditentukan oleh dosen 5. Analisa dan bandingkan antara jurnal satu dengan yang lainnya D. RUMUSAN MASALAH 1. Jabarkan data melalui 3 jurnal yang di dapat? 2. Bagaimana proses penetapan tersangka? 3. Analisa dan bandingkan proses hukum, melalui pasal-pasal atau hukum vonis yang diberikan? PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 7 January 1, 2014
  • 8. ASPEK HUKUM DAN BISNIS BAB II PEMBAHASAN A. ISI MASING-MASING JURNAL JURNALPERTAMA : EFEKTIFITAS JAKSA SEBAGAI PENYIDIK TINDAK PIDANA KORUPSI PADA KEJAKSAAN TINGGI SULAWESI SELATAN Analisis, Juni 2012, Vol.1. No.1 : 86 – 92 ISSN 2252-7230 Dalam kasus korupsi ini kami melakukan pencarian data sekunder melalui jurnal resmi, yan berhubungan dengan korupsi. Seperti yang sudah dijelaskan Indonesia dalam perkembangan korupsi mengalami peningkatan yang menjadikan nilai hukum di Indonesia tidak mendapatkan konsistensinya dalam penerapan tindakan kriminal tersebut. Jurnal yang pertama merupakan penyidikkan yang dilakukan oleh kejaksaan Sulawesi Selatan. Dalam jurnal tersebut dituliskan bahwa, Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan pada khususnya dalam melakukan penyidikan tindak pidana korupsi. Penelitian ini dilaksanakan di Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan di Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini normatif empiris yaitu survei lapangan dengan mewawancarai dan memberikan quisioner kepada para jaksa di Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan, sedangkan untuk mendapatkan data sekunder dilakukan studi kepustakaan dan dokumentasi. PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 8 January 1, 2014
  • 9. ASPEK HUKUM DAN BISNIS Pengambilan sampel dilakukan khusus di Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan di Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektifitas pelaksanaan kewenangan penyidikan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh penyidik Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan di makassar menunjukkan efektifitas yang cukup baik, hal tersebut tertuang dalam trend peningkatan penyidikan tindak pidana korupsi dan data penanganan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan di Makassar yang dari tahun ke tahun terus meningkat. Selain itu Sulawesi Selatan memiliki tingkatan jaksa yang memiliki latar belakang sebagai berikut : Dari yang struktural maupun fungsional, dari golongan jaksa yang pada level bawah yaitu golonga III/a hingga golongan jaksa yang pada level tertinggi yaitu golongan IV/d, sehingga dalam jurnal tersebut openulis berharap dapat mengakomodasi jaksa secara keseluruhan pada wilayah hukum Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan. Memiliki beberapa poin dalam jurnal kali ini. Dalam pendahuluan dalam jurnal tersebut tertulis adanya 4 kali perubahan UU tindak pidana korupsi, yaitu : 1. Yang pertama berubah adalah PERPU no 24 tahun 1960 tentang pengusutan, penuntunan dan pemeriksaan tindak pidana korupsi menjadi UU no 1 tahun 1961. 2. Yang kemudian berubah untuk kedua kalinya menjadi UU no 3 tahun 1971 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. 3. Yang berubah kembali untuk ketiga kalinya menjadi UU no 3 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. 4. Dan yang keempat disempurnakan berubah menjadi UU NI 21 tahun 2000 tentang perubahan atas UU no 31 tahun 1999. Undang-undang no 31 tahun 1999 yang kemudian diubah PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 9 January 1, 2014
  • 10. ASPEK HUKUM DAN BISNIS menjadi UU no 20 tahun 2001 menjadi andalan untuk memberantas tindak korupsi. Undang-undang tersebut diharapkan dapat membantu penyelesaian tindak pidana korupsi yang sangat merugikan keuangan negara dan merugikan masyarakat. Hasil dan pembahasan dalam jurnal ini adalah : UU no 31 tahun 1999 yang diubah menjadi UU no 20 tahun 2001 menjadi filter pemberantasan korupsi . Kejaksaan Republik Indonesia juga diharapkan sebagai ujung tombak dalam pemberantasan korupsi. Dalam UU no 16 tahun 2004 yang menyatakan bahwa Kejaksaan RI menjadi dasar tenatng tugas dan kewenangan yang dimiliki oleh Kejaksaan RI. Tugas dan kewenangan ini dilakukan penuh dengan tanggung jawab dan dengan profesionalisme yang tinggi didukung dengan perarturan dan perundang-undangan yang berlaku serta perarturan penunjang berupa petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan pimpinan. Kejaksaan diharapkan menjadi motor penggerak penegakan hukum di Indonesia dalam bidang penyidikan tindak pidana korupsi. Kejaksaan tinggi Sulawesi Selatan sudah membuktikan keefektifitasnya dalam menyidik tindak kasus korupsi terbukti dalam peningkatan penyidikan tindak pidana korupsi yang meningkat setiap tahunnya. PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 10 January 1, 2014
  • 11. ASPEK HUKUM DAN BISNIS Peranan penyidik dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi Yaitu : Kasus korupsi yang telah diselidiki oleh penyidik kepolisian sejak tahun 2008 hingga 2011 dimakassar belum berjalan dengan sempurna. Ada beberapa kasus yang tidak dilakukan penggeledahan terhadap tersangka, padahal hal tersebut menjadi salah satu prioritas penyidik dalam rangka mengefektifkan proses penyelesaian perkara korupsi, dalam hal mengumpulkan bukti sebanyak mungkin. Indikator keberhasilan penyidik tindak pidana korupsi dalam mengemban tugas memberantas KKN antara lain adalah keberhasilan membangun animo dan mendorong aspirasi masyarakat agar memiliki akses untuk berperan aktif membantu mengungkap tindak pidana korupsi dengan cara memberikan informasi sebanyak mungkin kepada institusi penyidik. Kendala-kendala yang dihadapi penyidik yaitu : a. Kurangnya peran serta masyarakat melapor tindak pidana korupsi b. Keterbatasan personil jaksa dibidang tindak pidana khusus terdapat 7 orang jaksa, 4 orang fungsional, dan 3 orang struktural. Kurangnya personil jaksa. Integritas seorang penyidik merupakan tata sikap yang terwujud melalui pola pikir perilaku jujur dan konsisten. Pola pikir dan perilaku yang jujur dan konsisten harus dimiliki oleh seorang penyidik dalam menjalankan tugas-tugas menegakkan hukum. Dengan begitu, pelaku tindak korupsi tidak akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 11 January 1, 2014
  • 12. ASPEK HUKUM DAN BISNIS dibuat apalagi pelaku tindak korupsi tersebut mengajak berkomproni dalam urusan hukum. JURNAL KEDUA : UPAYA JAKSA PENGACARA NEGARA DALAM MENGEMBALIKAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA AKIBAT TINDAK PIDANA KORUPSI Analisis, Juni 2012, Vol.1. No.1 : 61 – 69 ISSN 2252-7230 1. Dalam pendahuluan dijelaskan bahwa kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara dibidang penuntunan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang. Selain itu tugas kejaksaan adalah melakukan penyidikan tindak pidana korupsi dan di bidang hukum perdata dan tata usaha negara. Penegakan hukum yang efektif terhadap tindak pidana korupsi diharapkan memenuhi 2 tujuan yaitu : a. Agar pelaku tindak pidana korupsi tersebut dihukum dengan hukuman pidana yang adil dan setimpal dengan perbuatannya. b. Agar kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat dari tindak pidana korupsi tersebut dapat dikembalikan semaksimal mungkin. Dalam jurnal ini di tuliskan bahwa pasal yang dibentuk untuk tugas kejaksaan Makasar yaitu. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (yang selanjutnya disebut UUD RI Tahun 1945) menyebutkan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtssataat). Prinsip penting negara hukum adalah adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before the law). Oleh karena itu PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 12 January 1, 2014
  • 13. January 1, 2014 ASPEK HUKUM DAN BISNIS setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil. Pada Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 menyebutkan Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara dibidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang. UU No 3 tahun 1971 tidak menyatakan digunakan instrumen perdata untuk mengembalikan kerugian keuangan negara. Dalam praktek instrumen perdata ini digunakan oleh jaksa, berkaitan dengan adanya penjatuhan hukuman tambahan yaitu pembayaran uang pengganti terhadap vide pasal 34. Hal ini jaksa pengacara Negara melakukan upaya perdata terhadap terpidana, agar membayar uang pengganti sebagaimana di tetapkan oleh hakim yang memutus perkara korupsi yang bersangkutan penyidikan yang dilakukan penyidik belum sesuai dengan pasal 28 UUPTPK dimana dalam berita acara pemeriksaan tersangka tidak mencantumkan harta benda milik tersangka. Secara tegas, peran jaksa pengacara negara dinyatakan dalam pasal 32 pasal 33, pasal 34 dan pasal 38 C UUPTPK, undang-undang no 20 tahun 2001 perubahan atas no 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi tetap mempertahankan jenis pidana tambahan ini. Ketentuan dalam pasal 28 ayat 1 huruf b menyatakan : bahwa terhadap pelaku tindak pidana korupsi dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa pembayaran pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi dan dalam waktu satu bulan terpidana tidak membayar uang pengganti maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti. PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 13
  • 14. ASPEK HUKUM DAN BISNIS Selain tugas penuntutan . secara eksplisit Kejaksaan mempunyai kewenangan lain dalam melakukan penyidikan tindak pidana korupsi dan di bidang hukum perdata dan tata usaha negara.Penegakan hukum yang efektif terhadap tindak pidana korupsi di harapkan mampu memenuhi dua tujuan. Tujuan pertama adalah agar pelaku tindak pidana korupsi tersebut dihukum yang kedua tujuanya adalah agar tindak korupsi dapat membayar kerugian negara secara maksimal. Dalam kasus korupsi dalam jurnal ini disebutkan 2 hal tindakan yang memiliki hukuman pidana dan perdata dalam mengupayakan keadilan dalam kasus korupsi. Pidana dapat dilakukan oleh penyidik sebagai penuntun yaitu untuk pengadilan dan eksekusi atas putusan hakim. Selanjutnya upaya perdata dilakukan oleh Jaksa Pengacara Negara dimana gugatan perdata untuk tindak pidana korupsi dilakukan ketika upaya pidana tidak dimungkinkan untuk di proses lagi. Hal itu dijelaskan kembali dalam paragraf ini kapan menggunakan tindakan pidana kapan pula tindakan perdata. Upaya pidana dalam jurnal ini dijelaskan bahwa pidana tidak akan mungkin tertuang dalam pasal 32, pasal 33, paal 34 dan pasal 38 C. Undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi (selanjutnya disebut UUPTPK). Lalu mengenai penjelasan tentang upaya tindakan perdata di lakukan dalam keadaan sebagai berikut jika terpidana atau tersangka mengalami : 1. Setelah dilakukan penyidikan ditemukan unsur tidak cukup bukti adanya tindak pidana korupsi. 2. Tersangka meninggal dunia pada saat penyidikan. 3. Terdakwa meninggal dunia pada saat pemeriksaan sidang pengadilan. 4. Terdakwa diputus bebas. 5. Diduga terdapat hasil korupsi yang belum dirampas untuk Negara walaupun putusan pengadilan telah berkekuatan hukum tetap. PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 14 January 1, 2014
  • 15. ASPEK HUKUM DAN BISNIS B. ANALISA Pelaksanaan kewenangan kejaksaan tinggi di sulawesi selatan cukup baik dilihat dari penyidikan kasus tindak korupsi yang meningkat setiap tahunnya. Tetapi masih harus dilakukan perbaikan-perbaikan karena memiliki kendala-kendala , salah satunya adalah sumber daya penyidik itu sendiri yang mampu menangani kasus-kasus tindak korupsi dan penyediaan alat-alat teknologi yang mendukung proses penyidikan seperti alat penyadapan yang membantu mempercepat proses penyidikan. Para penyidik berperan aktif dalam membantu kasus pidana korupsi, Indikator keberhasilan penyidik tindak pidana korupsi dalam mengemban tugas memberantas KKN, antara lain adalah keberhasilan membangun animo dan mendorong aspirasi masyarakat agar memiliki akses untuk berperan aktif membantu mengungkap tindak pidana korupsi dengan cara memberikan informasi sebanyak mungkin kepada institusi penyidik. Peranan dan fungsi utamanya jaksa pengacara negara adalah bagaimana mengembalikan kerugian keuangan negara yang diakibatkan oleh pelaku tindak pidana korupsi yang merupakan salah satu tujuan utama dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Peran jaksa pengacara negara dalam mengembalikan kerugian keuangan negara akibat tindak pidana korupsi bersifat menunggu memungkinkan lagi. pada Dan proses pidana perlu dilakukan yang tidak perubahan UUPTPK karena belum mampu memenuhi kebutuhan pemberantasan korupsi terutama berkaitan dengan pengembalian kerugian negara yang di korupsi. Untuk kedua jurnal yang telah di jelaskan dalam analisa bahwa penyidik merupakan bagian yang terpenting dalam pemberatasan PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 15 January 1, 2014
  • 16. ASPEK HUKUM DAN BISNIS January 1, 2014 masalah korupsi. Lalu diikuti oleh pengacara dan jaksa yang mengatur jalannya proses penyidikan korupsi. Dan dalam aturan pasal menurut UUD diurutkan sebagai berikut : 1. UUD RI 1945 2. Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 3. Pasal 32 pasal 33, pasal 34 dan pasal 38 C UUPTPK, undangundang no 20 tahun 2001 perubahan atas no 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi 4. Pasal 28 ayat 1 huruf b menyatakan pelaku tindak pidana korupsi. 5. UU perubahan tindak korupsi yang berubah 4 kali 6. UU No 31 tahun 1999 yang diubah menjadi UU No 20 tahun 2001 menjadi filter pemberatasan korupsi. Undang-Undang diatas merupakan dasar hukum yang menguatkan pada kasus tindak pidana korupsi. jadi jurnal tersebut memiliki aturan sesuai UU yang telah tersedia dan ditetapkan oleh konstitusi. Jadi memudahkan penetapan tersangka bersalah atau tidak nya. TABEL PERBANDINGAN JURNAL 1 JURNAL 2 Mengenai efektifitas hukum pada Mengenai upaya jaksa pengacara negara kejaksaan tinggi sebagai penyidik dalam mengembalikan kerugian keuangan tipikor di Sulawesi Selatan. negara akibat tindak pidana korupsi. Penelitian menggunakan metode Pasal yang dibentuk untuk tugas kejaksaan normatif empiris. makasar menggunakan UUD RI TAHUN 1945 yang menyebutkan bahwa negara PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 16
  • 17. January 1, 2014 ASPEK HUKUM DAN BISNIS berdasarkan atas Hukum dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka. Memiliki dasar hukum yang Peran jaksa pengacara dinyatakan dalam struktural dalam wilayah hukum pasal 32/33/34 C UUPTPK. kejaksaan Selatan tinggi dengan Sulawesi perubahan undang-undang sebanyak 4 kali. Memiliki 2 kendala yang dihadapi Perlu dilakukan perubahan UUPTK karena penyidik yaitu kurangnya peran belum mampu memenuhi kebutuhan serta masyarakat melapor dan pemberantasan korupsi terutama berkaitan keterbatasan personil jaksa. dengan pengembalian Kerugian negara akibat tindakan korupsi. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Dari masing-masing kasus yang telah di analisa dan bandingkan satu dengan yang lain, kami beranggapan dan menarik sebuah kesimpulan bahwa masing-masing pasal dan kasus tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan dari kekuatan yang terkandug dalam pasalpasal tersebut. Setiap kasus juga memiliki proses untuk mengikat tersangka dan prosedur bagaimana menjadi terdakwa. Sebagai contoh nyata dalam kasus Tipikor , hal yang sering terjadi adalah kurangnya ketegasan dan kekuatan Hukum para penegak Hukum, “habis bagaimana bisa tegas jika aparat dan perangkat penegak HUKUMnya saja tersandung kasus” sifat kurang kooperatif dari tersangka juga semakin PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 17
  • 18. ASPEK HUKUM DAN BISNIS mempersulit proses penyidikan KPK untuk menindak lanjuti Proses dan kasus tersebut. Seperti kasus anas dan lain-lain. Meskipun proses penyidikan tindak pidana korupsi sebagian menggunakan aturan yang terdapat dalam KUHAP, seharusnya untuk mempermudah pelaksanaannya, diatur tersendiri dalam Undang-Undang khusus tentang tindak pidana korupsi yang disajikan secara lengkap, hal ini juga untuk menghindari perbedaan persepsi atau interprestasi dalam penerapan hukum lebih lanjut, guna mempermudah penanganan perkara korupsi yang ditangani Kejaksaan, petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan yang diatur secara internal oleh pimpinan Kejaksaan hendaknya tidak bersifat menghambat perkara korupsi dikarenakan pengaruh kepentingan kepentingan tertentu. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan fungsi dan wewenang Kejaksaan selaku penyidik tindak pidana korupsi hendaknya tidak menjadi batu sandungan dalam proses hukum. Yang sedang berlangsung, namun hal ini harus diupayakan segera untuk dipikirkan oleh intitusi Kejaksaan dengan mengadakan perubahan mekanisme penanganan tindak pidana korupsi guna mengurangi kendala yang akan dihadapi dengan cara melakukan evaluasi tiap tahun terhadap penanganan tindak pidana korupsi yang kemudian nantinya hasil evaluasi tersebut dapat merumuskan segala bentuk kendala yang dihadapi dan kemudian secara bersama-sama merumuskan solusi atau kebijakan yang ditempuh. Disarnping itu, peranan Pemerintah dan DPR sangat dibutuhkan dalam hal pembuatan kebijakan peraturan yang dapat mempermudah penanganan perkara korupsi yang ditangani Kejaksaan utamanya dalam proses penyidikan. Mengutip sebuah kata politikus di luar negri “ para pejabat negara, lebih baik di pilih bukan dari mereka yang bekerja mencari uang, akan tetapi mereka yang memberikan loyalitasnya kepada negara. “ ******************* PROSES PIDANA TINDAK KORUPSI Page 18 January 1, 2014