SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
LANGKAH STRATEGIS DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI
                         MENUJU INDONESIA MAJU TANPA KORUPSI

                                               Oleh :
                                    DR. Jogi Nainggolan, SH. MH


Ada satu ungkapan yang sangat bernilai akan tetapi terkesan sinis dari Jenderal
Besar Abdul Haris Nasution semasa hidupnya, berkata : bahwa musuh negara
yang paling ditakuti bukanlah PKI melainkan kemunafikan.

     Ungkapan tersebut di atas ada benarnya dimasa itu, karena korupsi belum menjadi
     perhatian pemerintah sekalipun UU No. 3 th 1971 tentang Tindak Pidana Korupsi
     sudah ada, akan tetapi penanganan korupsi di masa itu seperti gayung tidak
     bersambut, dan korupsi tampaknya bukanlah barang haram, namun bila dimasa itu
     kemunafikan merupakan musuh negara, maka sangatlah tepat bila saat ini musuh
     negara yang paling berbahaya adalah korupsi yang didalamnya ada kemunafikan.


            Mengapa ungkapan tersebut diawal-awal makalah ini, pemateri sampaikan agar
            semua kita menyadari bahwa sehebat apapun konsep yang di keluarkan oleh
            negara (institusi penegak hukum) dalam rangka memberantas korupsi, tidak akan
            berarti jika kita tidak secara bersama-sama mengakui bahwa musuh negara yang
            paling ditakuti saat ini adalah korupsi.

                 Power tends to corrupt (kekuasaan cenderung untuk berbuat korupsi) satu
                 ungkapan di dalam tataran ilmiah yang kaitannya dengan abuse of power atau
                 penyalahgunaan kekuasaan menjadi faktor utama terjadinya korupsi disamping
                 adanya faktor lain seperti nepotisme dan kolusi.
Jika abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan merupakan salah satu
 penyebab terjadinya korupsi, dapat dianalogkan bahwa kekuasaan identik
 dengan korupsi.

                  Sebenarnya korupsi dapat terjadi di semua lini birokrat (penyelenggara negara),
                  jika akal budi tidak bekerja dengan baik untuk merespon keseimbangan hukum,
                  dalam rangka melahirkan ketertiban dan keadilan.


Manakala ketertiban dan keadilan telah terabaikan, inspirasi dan intuisi akan
berontak untuk menyuarakan keadilan hingga gerbong keadilan dapat dirasakan
kembali oleh masyarakat secara layak sebagai kebahagiaan hukum.


                   Terkait dengan hal yang terurai di atas, pemateri mengambil satu pemikiran
                   dari Sudiman Kartohadiprojo, seorang filsuf dan pakar hukum Indonesia, yang
                   pada awalnya bangga dengan pemikiran para guru besarnya di Belanda yang
                   memberikan tempat pada kolonialisme yang seolah-olah menampilkan
                   keadilan di dalamnya.


Pemberontakan yang dilakukan oleh Sudiman terhadap sistem hukum Belanda
yang memberikan tempat kolonialisme yang seolah-olah menampilkan keadilan di
dalamnya bertolak belakang dengan pancasila dan sisi kehidupan masyarakat
Indonesia. Jika saat ini korupsi dapat dikatakan bagian daripada kolonialisme
birokrat dan menjalar menembus kekuasaan yang suci, strategi yang ditawarkan
untuk mengatasi prilaku korupsi tersebut, hanyalah sebuah gerakan energi hukum
yang didalamnya berisi daya dorong dan dobrak untuk membangkitkan hukum agar
bekerja dan penyadaran diri manusia itu sendiri, serta melepaskan kehidupan yang
egois.
Jika tampilan-tampilan egois tersebut sulit dihilangkan di dalam tataran birokrat, tidak
menutup kemungkinan korupsi akan selalu berkembang.




Maka berbicara tentang korupsi tidak lepas dari hal yang bersifat ego dan dalam
penanganannya dibutuhkan kebersamaan untuk merubah mindset yang keliru menjadi
yang benar.



Perlu diketahui bahwa untuk menanggulangi korupsi di Indonesia dewasa ini sudah
dilakukan dengan cara-cara ekspsional (extra ordinary measures). Jika saat ini lembaga
khusus yang independen telah dilengkapi dengan kewenangan-kewenangan khusus,
untuk menangani korupsi, bukan berarti lembaga Polri dan Kejaksaan lepas tanggung
jawab, melainkan harus bersatu padu untuk memberantasnya.



Namun meskipun demikian, dalam suatu negara hukum, lembaga khusus dengan
kewenangan-kewenangan khususnya harus tetap berkiprah dalam koridor hukum, jadi
harus tetap adil dan terkendali berdasarkan hukum yang berlaku.



Keberadaan Pengadilan Tipikor saat ini, dapat mewadahi peradilan yang fair, objektif
dengan tampilan hakimnya memiliki integritas yang tinggi dan sungguh-sungguh dibekali
dengan pengetahuan tentang makna dan praktek korupsi secara mendalam.
Tentunya untuk menjamin independensinya sebagai sebuah pengadilan tipikor, maka
eksistensinya harus terlepas dari kepentingan apapun, selain kepentingan penegakan
hukum, yang menjamin berlangsungnya “due process of law”. Jika eksistensi lembaga-
lembaga yang mempunyai kekuasaan yang demikian besar itu kelak menghasilkan putusan-
putusan hukum yang tidak adil dan menimbulkan akibat-akibat yang lebih buruk bagi hukum
dan keadilan, hendaknya selalu diingat apa yang pernah dikatakan oleh Francis Bacon bahwa
“... there is no worse torture than the torture of laws.” (tidak ada penyiksaan yang lebih buruk
dibanding penyiksaan terhadap hukum).




   Demikian juga Samuel S. Leibowitsz mengatakan : “ I hear many people calling out ‘Punish the
   Guilty’, but very few are concerned to clear the innocent.” Untuk para koruptor, secara mutatis
   mutandis, kita dapat berkata : “Banyak atau semua orang berseru “Hukum para koruptor,
   bahkan hukum seberat mungkin dan jika perlu hukum mati. Namun sangat sedikit orang yang
   mengatakan : “Bebaskan atau jangan hukum orang yang tidak bersalah”.




Jika kejahatan korupsi sulit untuk diberantas oleh pemerintah (penegak hukum) berarti ada
sesuatu yang salah di dalam Pemerintah, atau dapat dikatakan hukum tidak bekerja. Tidak
bekerjanya hukum, karena penegak hukum belum memaksimalkan upaya penegakan hukum
terhadap kejahatan korupsi yang sering kali di sebut Extra Ordinady Crime.
Undang-undang No. 31 tahun 1999 dan perubahannya Undang-undang No. 20
tahun 2002, dan Inpres No. 5 tahun 2004, merupakan hukum positif yang
dijadikan dasar oleh para penegak hukum dalam rangka melakukan penyidikan
tindak pidana korupsi.




Jika kita sadari bahwa ke 2 (dua) UU tersebut dengan ancaman yang sangat
berat khususnya pasal 2 ayat (2) yang menyatakan dalam hal tindak pidana
korupsi sebagaimana dimaksud dalam pasal (1) dilakukan dalam keadaan
tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan. Artinya bahwa tidak menutup
kemungkinan bahwa pelaku korupsi dapat dijatuhkan hukuman mati sebagai
bagian dari penegakan hukum.




Pertanyaannya ! mengapa korupsi menjadi idola sedangkan sanksi hukumnya
sudah sangat berat ditambah lagi statemen dari pemerintah bahwa pelaku
korupsi harus dimiskinkan, tentu jawabannya yang paling radikal adalah bahwa
korupsi dapat memperkaya / menguntungkan diri sendiri atau pihak lain atau
korporasi (isi pasal 2 dan pasal 3), sehingga resiko sebesar apapun yang akan
dihadapi menjadi suatu hal yang lumrah tampaknya dan bagi mereka yang
berpikiran demikian perlu dipertanyakan jati dirinya sebagai anak bangsa.
Bertitik tolak apa yg telah uraikan di atas, berbicara tentang peranan      kepolisian dalam
pemberdayaan aspek hukum dan moral pada pencegahan TPK, maka utk menghindari
penyalahgunaan di dlm pelaksanaan tugas tentu membutuhkan acuan dan konsep-konsep yg
sifatnya umum dan tdk sulit dilaksanakan seperti di bawah ini :
1. Membuat Standar Operasional Penyidikan (SOP), sebagai acuan di dalam melakukan penyidikan
     untuk menghindari kesewenang-wenangan.
2. Dalam proses penyidikan, selalu mengedepankan azas equility before the law disamping azas
     presumption of innocent.
3. Membuka jaringan dengan swadaya masyarakat yang care terhadap pemberantasan korupsi.
4. Kerjasama dengan BPKP dan BPK dalam hal audit investigatif maupun audit perhitungan
     kerugian negara.
5. Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Negeri seperti ITB untuk pengujian fisik bangunan,
     jembatan dan DAM.
6. Kerjasama dengan Lembaga LKPP.
7. Kerjasama dengan Lembaga PPATK.
8. Kerjasama dengan Perbankan.
9. Kerjasama dengan Kejaksaan.


Disamping tugas sebagai penegak hukum seperti yang telah di uraikan di atas, dalam konteks
penyadaran hukum yang telah dilakukan berbagai upaya atau langkah-langkah seperti :
1. Seminar tentang bekerjasama dengan kampus.
2. Melalui pendidikan (Pra Jabatan) di berbagai even terhadap Birokrat (para pejabat) di berbagai
    Pemda.
3. Pemasangan spanduk, stiker.
4. Kerjasama dengan pemuka agama.
5. Kerjasama dengan Campus dan sekolah-sekolah.
6. Kerjasama dengan BPK dan BPKP.
7. Kerjasama dengan para Pimpinan Birokrat.
8. Kerjasama dengan Lembaga Criminal Justice System.
Jika berbagai upaya tersebut telah dilakukan, akan tetapi
           dampaknya belum dapat menurunkan prilaku korupsi ke level yang
           ideal (harapan zero crime Corrupt). Indikasi prilaku koruptif selalu
           muncul, menunjukkan bahwa prilaku koruptif bukan lagi persoalan
           moral, melainkan sudah menjadi persoalan hajat hidup sebagai
           alasan utama, sekalipun resiko hukum sangat berat untuk
           dihadapi.




Begitu banyaknya korupsi yang terjadi di Indonesia dan terkesan penegakan hukum yang
dilakukan oleh Polri dan Kejaksaan tidak berjalan dan tidak mampu untuk memberantasnya
karena terkendali dengan faktor-faktor adminstratif dengan lembaga terkait lainnya, campur
tangan kekuasaan dan politik, maka untuk memacu kinerja kedua lembaga penegak hukum
tersebut agar bekerja, kehadiran KPK dengan undang-undangannya No. 30 tahun 2002
dikandung maksud untuk dapat menerobos semua problem yang diuraikan di atas dan
hasilnya dapat di lihat saat ini walaupun masih banyak komentar dari berbagai kalangan.


       Keberadaan lembaga KPK saat ini, diharapkan sebagai triger dan
       filar penegakan hukum (law enforcement) khususnya terhadap
       kejahatan korupsi, dan menjadi daya dorong, dan pendobrak untuk
       meredam prilaku koruptif yang telah meraja lela di berbagai sektor
       di lingkungan Birokrat.


Banyak sudah hasil kerja KPK, Kejaksaan dan Kepolisian yang telah menyeret Pimpinan
Birokrat, dan telah diadili di pengadilan tipikor maupun di Pengadilan Umum dengan
hukuman yang sangat bervariatif.
Karya profesi dibidang penyidikan yang di tampilkan KPK, Kepolisiaan, Kejaksaan sebenarnya
jika dihitung dari sisi matematika, sudah dapat mempresentasikan tingkat penegakan hukum
yang memadai, artinya bahwa di era reformasi sekarang ini tidak ada lagi pejabat yang kebal
hukum jika dibanding sebelum era reformasi. Akan tetapi tampaknya kesadaran hukum para
pejabat publik sepertinya masih belum berubah untuk patuh terhadap hukum. Memang sangat
ironis bahwa sebuah negara yang berlandasan hukum, kepatuhan masyarakatnya, pejabatnya
tidak mencerminkan sikap yang patuh hukum, apakah hal ini merupakan pertanda bahwa
hukum belum menjadi idola dan panglima seperti yang dicita-citakan oleh hukum.



Disamping itu bahwa sistem Pemerintahan kita yang dibangun dengan berbagai perundang-
undangan termasuk di dalamnya UU No. 28 tahun 1999 tentang penyelenggara negara yang
bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, dan inpres No. 5 tahun 2004 tentang
percepatan penanganan Tindak Pidana Korupsi, tidak membuat prilaku koruptif berkurang dan
nampaknya terus bertambah.



Secara statistik, bahwa Indonesia menempati urutan paling buruk di banding negara-negara
lain di Asean tingkat korupsinya, hal itu menggambarkan bahwa pemerintah tidak dapat
memberantas para pelaku koruptif secara tuntas, walaupun dari data yang dapat kita lihat dari
tahun ke tahun, penegakan Tindak Pidana Korupsi semakin gencar dilakukan, bahkan suport
secara langsung dari Presiden RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dalam satu kesempatan
pidatonya di Istana Negara menyatakan, bahwa untuk melawan korupsi Presiden telah
menghunus pedang, artinya pernyataan Presiden tersebut sebagai bukti bahwa kejahatan
korupsi sudah merupakan musuh utama negara maka diperintahkan seluruh perangkat
pemerintahan harus ikut serta untuk bahu membahu memberantas dan mencegahnya.
Fakta yang dapat kita lihat, bahwa perkataan Presiden sepertinya belum maksimal di dengar
oleh para birokrat di negara ini dan tidak membuat takut para pejabat birokrat, hal itu dapat
kita lihat secara gamblang, prilaku seorang Gayus Haloman Tambunan seorang pejabat di
Departemen Keuangan dengan pangkat golongan IIIa memiliki uang puluhan milyar rupiah di
beberapa rekening Bank, yang diduga diperoleh dari cara-cara melanggar hukum, kemudian
perkaranya disidik oleh penyidik Polri dan dilimpahkan ke Kejaksaan dan disidangkan di
Pengadilan Negeri Tanggerang dan berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Tanggerang
saudara Gayus Haloman Tambunan di bebaskan.



Timbul banyak pertanyaan terkait dengan putusan bebas tersebut, dan menyeret beberapa
pejabat publik baik dilingkungan Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan sebagai bukti bahwa
hukum tidak bekerja sebagaimana mestinya artinya hukum diselewengkan (ultravires).



Contoh kasus di atas menggambarkan bahwa mafia hukum sudah menyebar dan mengakar
dalam penyelesaian kasus korupsi. Uang menjadi dewa sebagai kebenaran pragmatik dengan
menampilkan seolah-olah yang rasionalitas, akan tetapi kepastiannya palsu.



Jika kita melihat kebelakang istilah mafia sebenarnya sudah ada di dalam lingkaran kejahatan
puluhan tahun yang lalu di negara Itali dengan sebutan mafioso terhadap kartel perdagangan
narkoba, dan jika di Asean dikenal dengan negara segitiga emas (Thailand, Kamboja dan
Burma). Sehingga jika sekarang istilah mafia hukum jadi bahan berita di berbagai media
massa dan elektronik, menandakan dan memperlihatkan bahwa hukum telah dimasukin oleh
para mafia, dan untuk memberantas itu Pemerintah akhirnya membentuk satgas anti mafia
hukum dan peradilan.
Memang sungguh sangat ironis bahwa              Menurut hemat dan pandangan penulis /
prilaku koruptif yang radik telah melahirkan    pemateri, dibutuhkan satu terobosan baru
fenomena kemiskinan bagi rakyat Indonesia       untuk mengatasinya walaupun sifatnya
dan akibatnya pembangunan di berbagai           teoritis dan konseptual yaitu tentang energi
sektor terbengkalai, ketahanan ekonomi          hukum yang dalam kontek pengertiannya
terganggu dan bahkan stabilitas keamanan        adalah daya batiniah dan nurani untuk
terancam lumpuh karena para mafia hukum         mendobrak dan mendorong praksis-praksis
telah jadi penentu di dalam kebijakan pejabat   hukum, agar hukum senantiansa efektif
publik.                                         dalam mewujudkan cita hukum, terutama
                                                ketika hukum terancam lumpuh.



Pemahaman       teoritis  dan     konseptual    Gerakan energi hukum telah ampuh
tersebut di dalam aplikasinya adalah            memutar balikkan satu fakta penanganan
tumbuhnya gerakan moral yang tidak              kasus yang menimpa Prita Mulyasari
sektoral akan tetapi bersifat nasional untuk    seorang Ibu Rumah Tangga yang harus
melawan praktek-praktek nepotisme dan           berhadapan     dengan   peradilan    yang
kolusi di dalam pelaksanaan hukum agar          diciptakan yang seolah-olah rasionalitas
hukum bekerja sesuai tatarannya dan tidak       pembenarannya dan akan melahirkan
kalah dari kekuasaan yang sifatnya              kepastian yang palsu. Gerakan energi
pragmatik (menguntungkan diri sendiri dan       hukum dengan cara lahirnya empati dari
kelompok).                                      seluruh komponen lapisan masyarakat dari
                                                kalangan    atas   dan  bawah     dengan
                                                menyumbangkan coin per coin uangnya
                                                menjadi simbol lahirnya gerakan energi
                                                hukum yang bernurani dan gerakan tersebut
                                                akhirnya membuahkan hasil yang sangat
                                                mencerminkan rasa keadilan bagi Prita
                                                Mulyasari dan kemenangan bagi keadilan.
Kalau demikian apa yang harus kita lakukan menuju
Indonesia tanpa korupsi? Sebenarnya banyak hal :
1. Bahwa kemunafikan hrs dilepaskan dari diri pribadi
    orang per orang.
2. Bahwa law enforcement merupakan harga mati tetapi
    tetap mengedepankan berhukum dgn nurani.
3. Bahwa kebersamaan utk mencapai permufakatan di dlm
    kehidupan masyarakat hrs tumbuh utk mencegah
    terjadinya kolusi, nepotisme yg melanggar hukum, dan
    hukum yg hidup di masyarakat (living law) harus tumbuh
    selalu mengoreksi prilaku yg menyimpang dan
    mengedepankan akal budi yg bersahaja.
4. Kesadaran hukum masyarakat hrs di eksplor (digali), utk
    mewujudkan manusia yg cinta akan cita hukum
    (keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan hukum).
5. Para akademisi, hrs memberikan ilmu yg berarti bagi
    anak didiknya yg akan tumbuh dan menjelma menjadi
    tunas-tunas bangsa sbg generasi penerus, sehingga
    prilaku koruptif menjadi hal yg menjijikan dalam jiwanya.
6. Para tokoh masyarakat, tokoh agama, praktisi dan organ-
    organ kemasyarakatan hrs berperan aktif utk
    memberikan kontribusi peningkatan moral dan akhlak,
    sehingga jiwa radik koruptif tdk mengakar dlm
    kehidupan masyarakat.
7. Kaum wanita juga hrs berperan aktif utk menjaga
    moralitas kaum bapak yg menduduki jabatan sbg pejabat
    publik, tdk menampilkan sikap yg konsumtif yg dpt
    merubah jiwa yg baik kaum bapak menjadi jiwa yg radik
    hanya utk memenuhi kebutuhan.
Marilah kita bercermin dari pengalaman-pengalaman
        kehidupan bernegara di masa lalu, yang memporak-
        porandakan      hukum      di  jagad   kehidupan,   karena
        bagaimanapun bahwa hukum itu akan selalu mengiringi
        kehidupan manusia dimanapun dia berada seperti yang
        diungkapkan oleh para pakar penstudy ilmu hukum yaitu ubi
        societes ibi ius, artinya dimana manusia berada maka disitu
        ada hukum atau manusia itu adalah hukum karena manusia
        sebagai subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban.




 Jika manusia adalah hukum, maka manusia yang lain tidak boleh
 menghancurkan kehidupan manusia disekitarnya karena prilaku koruptif
 yang ditampilkan, artinya seberat apapun sisi kehidupan manusia maka
 sebaiknya tidak mengorbankan manusia yang lain untuk memenuhi
 kehidupannya, karena manusia butuh kehidupan yang layak, sejahtera dan
 tentunya mengharapkan adanya kebahagiaan hukum di dalam
 kehidupannya.



Renungan pemikiran yang di sampaikan pemateri pada saat ini
sebagai bagian daripada hukum progresif, bahwa berhukum dengan
nurani tidak lagi hanya sekedar ide, melainkan harus menjadi
kenyataan untuk menghindari prilaku yang menyimpang.
GAMBARAN KORUPSI DI INDONESIA

Merongrong Keuangan Negara

        Korupsi

        Korupsi
                             Bagan ini
                             menggambarkan
        Korupsi
                             bagaimana korupsi
                             telah berkembang
        Korupsi              begitu pesatnya
                             merongrong
                             keuangan negara
                             dan perekonomian
                             negara




  Perekonomian Negara
3 ORGAN PENEGAK HUKUM KORUPSI


              Masy / LSM


                Polri
                                    Bagan ini menggambarkan
                                    bagaimana peran serta
                                    masyarakat untuk
Kejaksaan      Korupsi
                                    mendorong ke tiga
                                    lembaga penegak hukum
                           KPK      memerangi korupsi




              Masy / LSM
PROSES SIDIK TPK

Kejaksaan            KPK               Kepolisian



        JPU                      JPU



                 PN - Tipikor


                     LP


                 Masyarakat
Catatan : Materi ini sebelumnya pernah disampaikan pada seminar nasional di
Universitas Galuh Ciamis pada tanggal 02 April 2011 dan telah mengalami revisi.

More Related Content

What's hot

Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaARY SETIADI
 
PPT PBAK - Pencegahan korupsi
PPT PBAK - Pencegahan korupsiPPT PBAK - Pencegahan korupsi
PPT PBAK - Pencegahan korupsiRiskymessyana99
 
Bab 5 upaya pemberantasan korupsi
Bab 5 upaya pemberantasan korupsiBab 5 upaya pemberantasan korupsi
Bab 5 upaya pemberantasan korupsidanianggara
 
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi Marlinda
 
Bab 3 bentuk bentuk korupsi
Bab 3 bentuk bentuk korupsiBab 3 bentuk bentuk korupsi
Bab 3 bentuk bentuk korupsinatal kristiono
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Oswar Mungkasa
 
Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiUpaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiReynes E. Tekay
 
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaMakalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaARY SETIADI
 
Penulisan Daftar Pustaka dan Catatan Kaki
Penulisan Daftar Pustaka dan Catatan KakiPenulisan Daftar Pustaka dan Catatan Kaki
Penulisan Daftar Pustaka dan Catatan KakiAnnisa Nur Fatwa
 
1.05 pendelegasian wewenang
1.05 pendelegasian wewenang1.05 pendelegasian wewenang
1.05 pendelegasian wewenangMikhail Rasyid
 
Ciri-ciri, Tipologi, Jenis-jenis Korupsi, Pendekatan Sosiologis
Ciri-ciri, Tipologi, Jenis-jenis Korupsi, Pendekatan SosiologisCiri-ciri, Tipologi, Jenis-jenis Korupsi, Pendekatan Sosiologis
Ciri-ciri, Tipologi, Jenis-jenis Korupsi, Pendekatan SosiologisSatrio Arismunandar
 
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa NegaraKonsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa NegaraCut Endang Kurniasih
 
10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasinurul khaiva
 
TEORI MOTIVASI TEORI Z
TEORI MOTIVASI TEORI ZTEORI MOTIVASI TEORI Z
TEORI MOTIVASI TEORI ZSulistia Rini
 
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesiaSejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesiataufin
 
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinanFaktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinanEdwarn Abazel
 
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia windari27
 

What's hot (20)

Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
 
PPT PBAK - Pencegahan korupsi
PPT PBAK - Pencegahan korupsiPPT PBAK - Pencegahan korupsi
PPT PBAK - Pencegahan korupsi
 
281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi
 
Bab 5 upaya pemberantasan korupsi
Bab 5 upaya pemberantasan korupsiBab 5 upaya pemberantasan korupsi
Bab 5 upaya pemberantasan korupsi
 
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia  revisi
Makalah upaya pemberantasan korupsi di indonesia revisi
 
Bab 3 bentuk bentuk korupsi
Bab 3 bentuk bentuk korupsiBab 3 bentuk bentuk korupsi
Bab 3 bentuk bentuk korupsi
 
Peran mahasiswa dalam mencegah korupsi
Peran mahasiswa dalam mencegah korupsiPeran mahasiswa dalam mencegah korupsi
Peran mahasiswa dalam mencegah korupsi
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
 
Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiUpaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan Korupsi
 
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di IndonesiaMakalah Masalah Korupsi Di Indonesia
Makalah Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Penulisan Daftar Pustaka dan Catatan Kaki
Penulisan Daftar Pustaka dan Catatan KakiPenulisan Daftar Pustaka dan Catatan Kaki
Penulisan Daftar Pustaka dan Catatan Kaki
 
Pendidikan anti korupsi
Pendidikan anti korupsiPendidikan anti korupsi
Pendidikan anti korupsi
 
1.05 pendelegasian wewenang
1.05 pendelegasian wewenang1.05 pendelegasian wewenang
1.05 pendelegasian wewenang
 
Ciri-ciri, Tipologi, Jenis-jenis Korupsi, Pendekatan Sosiologis
Ciri-ciri, Tipologi, Jenis-jenis Korupsi, Pendekatan SosiologisCiri-ciri, Tipologi, Jenis-jenis Korupsi, Pendekatan Sosiologis
Ciri-ciri, Tipologi, Jenis-jenis Korupsi, Pendekatan Sosiologis
 
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa NegaraKonsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
Konsep Demografi, Teori Kependudukan dan Penerapan di Beberapa Negara
 
10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi10. sanksi administrasi
10. sanksi administrasi
 
TEORI MOTIVASI TEORI Z
TEORI MOTIVASI TEORI ZTEORI MOTIVASI TEORI Z
TEORI MOTIVASI TEORI Z
 
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesiaSejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
 
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinanFaktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
 
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
 

Viewers also liked

Viewers also liked (9)

Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi (Perpres 55 Tahun 2012)
Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi (Perpres 55 Tahun 2012)Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi (Perpres 55 Tahun 2012)
Strategi Nasional Pemberantasan Korupsi (Perpres 55 Tahun 2012)
 
Strategi Nasional Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) 2015
Strategi Nasional Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) 2015Strategi Nasional Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) 2015
Strategi Nasional Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) 2015
 
materi dasar Stranas PPK; Menatap Indonesia Bersih Tanpa Korupsi
materi dasar Stranas PPK; Menatap Indonesia Bersih Tanpa Korupsimateri dasar Stranas PPK; Menatap Indonesia Bersih Tanpa Korupsi
materi dasar Stranas PPK; Menatap Indonesia Bersih Tanpa Korupsi
 
Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiUpaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan Korupsi
 
Penanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di IndonesiaPenanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
Penanggulangan Kasus Korupsi di Indonesia
 
Tata surya by yusuf calvin
Tata surya by yusuf calvinTata surya by yusuf calvin
Tata surya by yusuf calvin
 
Penerapan reformasi birokrasi di kementerian agama
Penerapan reformasi birokrasi di kementerian agamaPenerapan reformasi birokrasi di kementerian agama
Penerapan reformasi birokrasi di kementerian agama
 
Mekanisme penyusunan peraturan perundang undangan
Mekanisme penyusunan peraturan perundang undanganMekanisme penyusunan peraturan perundang undangan
Mekanisme penyusunan peraturan perundang undangan
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
 

Similar to PEMBERANTASAN KORUPSI

Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja kerasMakalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja kerasDebyNurulSyafda
 
Makalah Wacana hukuman mati bagi koruptor
Makalah Wacana hukuman mati bagi koruptorMakalah Wacana hukuman mati bagi koruptor
Makalah Wacana hukuman mati bagi koruptorIka Nurrohmah
 
125150201111069ikanurrohmahmakalahpkn 141011042328-conversion-gate02
125150201111069ikanurrohmahmakalahpkn 141011042328-conversion-gate02125150201111069ikanurrohmahmakalahpkn 141011042328-conversion-gate02
125150201111069ikanurrohmahmakalahpkn 141011042328-conversion-gate02Operator Warnet Vast Raha
 
Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional.doc
Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional.docStrategi Pemberantasan Korupsi Nasional.doc
Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional.docperi heriyanto
 
Negara pengkader koruptor
Negara pengkader koruptorNegara pengkader koruptor
Negara pengkader koruptorRosim Nyerupa
 
12 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 4112 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 41fahmialzie
 
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsi
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsikorelasi antara kepemimpinan dengan korupsi
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsiImond Imondt
 
84264 id-korelasi-korupsi-politik-dengan-hukum-da
84264 id-korelasi-korupsi-politik-dengan-hukum-da84264 id-korelasi-korupsi-politik-dengan-hukum-da
84264 id-korelasi-korupsi-politik-dengan-hukum-daTito Mizteriuz
 
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana Korupsi
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana KorupsiCara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana Korupsi
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana KorupsiAndrean Tan
 
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesia
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesiaPenyebab kegagalan birokrasi di indonesia
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesiaMendeko Jo
 
Negara hukum dan pemberantasan korupsi
Negara hukum dan pemberantasan korupsiNegara hukum dan pemberantasan korupsi
Negara hukum dan pemberantasan korupsiFirda Purbandari
 
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karno
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karnoHUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karno
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karnossuserfa9ff91
 
Makalah kewarga negaraan
Makalah kewarga negaraanMakalah kewarga negaraan
Makalah kewarga negaraanjellysihite
 

Similar to PEMBERANTASAN KORUPSI (20)

Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja kerasMakalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
 
Makalah Wacana hukuman mati bagi koruptor
Makalah Wacana hukuman mati bagi koruptorMakalah Wacana hukuman mati bagi koruptor
Makalah Wacana hukuman mati bagi koruptor
 
125150201111069ikanurrohmahmakalahpkn 141011042328-conversion-gate02
125150201111069ikanurrohmahmakalahpkn 141011042328-conversion-gate02125150201111069ikanurrohmahmakalahpkn 141011042328-conversion-gate02
125150201111069ikanurrohmahmakalahpkn 141011042328-conversion-gate02
 
Ppkn
PpknPpkn
Ppkn
 
Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional.doc
Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional.docStrategi Pemberantasan Korupsi Nasional.doc
Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional.doc
 
Korups
KorupsKorups
Korups
 
Negara pengkader koruptor
Negara pengkader koruptorNegara pengkader koruptor
Negara pengkader koruptor
 
12 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 4112 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 41
 
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsi
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsikorelasi antara kepemimpinan dengan korupsi
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsi
 
Bab i,234
Bab i,234Bab i,234
Bab i,234
 
84264 id-korelasi-korupsi-politik-dengan-hukum-da
84264 id-korelasi-korupsi-politik-dengan-hukum-da84264 id-korelasi-korupsi-politik-dengan-hukum-da
84264 id-korelasi-korupsi-politik-dengan-hukum-da
 
Makalah pidana
Makalah pidanaMakalah pidana
Makalah pidana
 
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana Korupsi
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana KorupsiCara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana Korupsi
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana Korupsi
 
Hukum
HukumHukum
Hukum
 
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesia
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesiaPenyebab kegagalan birokrasi di indonesia
Penyebab kegagalan birokrasi di indonesia
 
Negara hukum dan pemberantasan korupsi
Negara hukum dan pemberantasan korupsiNegara hukum dan pemberantasan korupsi
Negara hukum dan pemberantasan korupsi
 
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karno
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karnoHUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karno
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karno
 
Makalah kewarga negaraan
Makalah kewarga negaraanMakalah kewarga negaraan
Makalah kewarga negaraan
 
PB10.pptx
PB10.pptxPB10.pptx
PB10.pptx
 
Bab viii pak
Bab viii pakBab viii pak
Bab viii pak
 

More from INFORMASI DAN HUMAS KEMENAG PROV. JABAR (Nadzier Wiriadinata)

More from INFORMASI DAN HUMAS KEMENAG PROV. JABAR (Nadzier Wiriadinata) (20)

Kebijakan perbaikan lakip 2012
Kebijakan perbaikan lakip 2012Kebijakan perbaikan lakip 2012
Kebijakan perbaikan lakip 2012
 
Tatacara penyusunan lakip
Tatacara penyusunan lakipTatacara penyusunan lakip
Tatacara penyusunan lakip
 
Permenpan 29 tahun 2010 pk dan lakip baru
Permenpan 29 tahun 2010 pk dan lakip baruPermenpan 29 tahun 2010 pk dan lakip baru
Permenpan 29 tahun 2010 pk dan lakip baru
 
Rencana kinerja tahunan
Rencana kinerja tahunanRencana kinerja tahunan
Rencana kinerja tahunan
 
Penetapan kinerja
Penetapan kinerjaPenetapan kinerja
Penetapan kinerja
 
Pengukuran kinerja
Pengukuran kinerjaPengukuran kinerja
Pengukuran kinerja
 
Indikator kinerja utama
Indikator kinerja utamaIndikator kinerja utama
Indikator kinerja utama
 
PENILAIAN RESIKO DILINGKUNGAN INSTANSI
PENILAIAN RESIKO DILINGKUNGAN INSTANSIPENILAIAN RESIKO DILINGKUNGAN INSTANSI
PENILAIAN RESIKO DILINGKUNGAN INSTANSI
 
SPIP DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN MENUJU GOOD GOVERNANCE
SPIP DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN MENUJU GOOD GOVERNANCESPIP DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN MENUJU GOOD GOVERNANCE
SPIP DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN MENUJU GOOD GOVERNANCE
 
Sosialisasi spip di kemenag
Sosialisasi spip di kemenagSosialisasi spip di kemenag
Sosialisasi spip di kemenag
 
Kakanwil ranham2011
Kakanwil   ranham2011Kakanwil   ranham2011
Kakanwil ranham2011
 
Implementasi ranham dalam percepatan pembangunan di jawa barat
Implementasi ranham dalam percepatan pembangunan di jawa baratImplementasi ranham dalam percepatan pembangunan di jawa barat
Implementasi ranham dalam percepatan pembangunan di jawa barat
 
Peringkat jabatan
Peringkat jabatanPeringkat jabatan
Peringkat jabatan
 
Penyempurnaan proses kerja
Penyempurnaan proses kerjaPenyempurnaan proses kerja
Penyempurnaan proses kerja
 
Pelaksanaan quick wins
Pelaksanaan quick winsPelaksanaan quick wins
Pelaksanaan quick wins
 
Pola-Pola
Pola-PolaPola-Pola
Pola-Pola
 
Regulasi Kerukunan Umat Beragama
Regulasi Kerukunan Umat BeragamaRegulasi Kerukunan Umat Beragama
Regulasi Kerukunan Umat Beragama
 
Praktek hukum acara perdata 26 mei 12
Praktek hukum acara perdata 26 mei 12Praktek hukum acara perdata 26 mei 12
Praktek hukum acara perdata 26 mei 12
 
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANAPROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
PROSES BERACARA DALAM PERADILAN PIDANA
 
Hasil koding koran dan dokumen tentang kebebasan sipil
Hasil koding koran dan dokumen tentang kebebasan sipilHasil koding koran dan dokumen tentang kebebasan sipil
Hasil koding koran dan dokumen tentang kebebasan sipil
 

PEMBERANTASAN KORUPSI

  • 1. LANGKAH STRATEGIS DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI MENUJU INDONESIA MAJU TANPA KORUPSI Oleh : DR. Jogi Nainggolan, SH. MH Ada satu ungkapan yang sangat bernilai akan tetapi terkesan sinis dari Jenderal Besar Abdul Haris Nasution semasa hidupnya, berkata : bahwa musuh negara yang paling ditakuti bukanlah PKI melainkan kemunafikan. Ungkapan tersebut di atas ada benarnya dimasa itu, karena korupsi belum menjadi perhatian pemerintah sekalipun UU No. 3 th 1971 tentang Tindak Pidana Korupsi sudah ada, akan tetapi penanganan korupsi di masa itu seperti gayung tidak bersambut, dan korupsi tampaknya bukanlah barang haram, namun bila dimasa itu kemunafikan merupakan musuh negara, maka sangatlah tepat bila saat ini musuh negara yang paling berbahaya adalah korupsi yang didalamnya ada kemunafikan. Mengapa ungkapan tersebut diawal-awal makalah ini, pemateri sampaikan agar semua kita menyadari bahwa sehebat apapun konsep yang di keluarkan oleh negara (institusi penegak hukum) dalam rangka memberantas korupsi, tidak akan berarti jika kita tidak secara bersama-sama mengakui bahwa musuh negara yang paling ditakuti saat ini adalah korupsi. Power tends to corrupt (kekuasaan cenderung untuk berbuat korupsi) satu ungkapan di dalam tataran ilmiah yang kaitannya dengan abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan menjadi faktor utama terjadinya korupsi disamping adanya faktor lain seperti nepotisme dan kolusi.
  • 2. Jika abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi, dapat dianalogkan bahwa kekuasaan identik dengan korupsi. Sebenarnya korupsi dapat terjadi di semua lini birokrat (penyelenggara negara), jika akal budi tidak bekerja dengan baik untuk merespon keseimbangan hukum, dalam rangka melahirkan ketertiban dan keadilan. Manakala ketertiban dan keadilan telah terabaikan, inspirasi dan intuisi akan berontak untuk menyuarakan keadilan hingga gerbong keadilan dapat dirasakan kembali oleh masyarakat secara layak sebagai kebahagiaan hukum. Terkait dengan hal yang terurai di atas, pemateri mengambil satu pemikiran dari Sudiman Kartohadiprojo, seorang filsuf dan pakar hukum Indonesia, yang pada awalnya bangga dengan pemikiran para guru besarnya di Belanda yang memberikan tempat pada kolonialisme yang seolah-olah menampilkan keadilan di dalamnya. Pemberontakan yang dilakukan oleh Sudiman terhadap sistem hukum Belanda yang memberikan tempat kolonialisme yang seolah-olah menampilkan keadilan di dalamnya bertolak belakang dengan pancasila dan sisi kehidupan masyarakat Indonesia. Jika saat ini korupsi dapat dikatakan bagian daripada kolonialisme birokrat dan menjalar menembus kekuasaan yang suci, strategi yang ditawarkan untuk mengatasi prilaku korupsi tersebut, hanyalah sebuah gerakan energi hukum yang didalamnya berisi daya dorong dan dobrak untuk membangkitkan hukum agar bekerja dan penyadaran diri manusia itu sendiri, serta melepaskan kehidupan yang egois.
  • 3. Jika tampilan-tampilan egois tersebut sulit dihilangkan di dalam tataran birokrat, tidak menutup kemungkinan korupsi akan selalu berkembang. Maka berbicara tentang korupsi tidak lepas dari hal yang bersifat ego dan dalam penanganannya dibutuhkan kebersamaan untuk merubah mindset yang keliru menjadi yang benar. Perlu diketahui bahwa untuk menanggulangi korupsi di Indonesia dewasa ini sudah dilakukan dengan cara-cara ekspsional (extra ordinary measures). Jika saat ini lembaga khusus yang independen telah dilengkapi dengan kewenangan-kewenangan khusus, untuk menangani korupsi, bukan berarti lembaga Polri dan Kejaksaan lepas tanggung jawab, melainkan harus bersatu padu untuk memberantasnya. Namun meskipun demikian, dalam suatu negara hukum, lembaga khusus dengan kewenangan-kewenangan khususnya harus tetap berkiprah dalam koridor hukum, jadi harus tetap adil dan terkendali berdasarkan hukum yang berlaku. Keberadaan Pengadilan Tipikor saat ini, dapat mewadahi peradilan yang fair, objektif dengan tampilan hakimnya memiliki integritas yang tinggi dan sungguh-sungguh dibekali dengan pengetahuan tentang makna dan praktek korupsi secara mendalam.
  • 4. Tentunya untuk menjamin independensinya sebagai sebuah pengadilan tipikor, maka eksistensinya harus terlepas dari kepentingan apapun, selain kepentingan penegakan hukum, yang menjamin berlangsungnya “due process of law”. Jika eksistensi lembaga- lembaga yang mempunyai kekuasaan yang demikian besar itu kelak menghasilkan putusan- putusan hukum yang tidak adil dan menimbulkan akibat-akibat yang lebih buruk bagi hukum dan keadilan, hendaknya selalu diingat apa yang pernah dikatakan oleh Francis Bacon bahwa “... there is no worse torture than the torture of laws.” (tidak ada penyiksaan yang lebih buruk dibanding penyiksaan terhadap hukum). Demikian juga Samuel S. Leibowitsz mengatakan : “ I hear many people calling out ‘Punish the Guilty’, but very few are concerned to clear the innocent.” Untuk para koruptor, secara mutatis mutandis, kita dapat berkata : “Banyak atau semua orang berseru “Hukum para koruptor, bahkan hukum seberat mungkin dan jika perlu hukum mati. Namun sangat sedikit orang yang mengatakan : “Bebaskan atau jangan hukum orang yang tidak bersalah”. Jika kejahatan korupsi sulit untuk diberantas oleh pemerintah (penegak hukum) berarti ada sesuatu yang salah di dalam Pemerintah, atau dapat dikatakan hukum tidak bekerja. Tidak bekerjanya hukum, karena penegak hukum belum memaksimalkan upaya penegakan hukum terhadap kejahatan korupsi yang sering kali di sebut Extra Ordinady Crime.
  • 5. Undang-undang No. 31 tahun 1999 dan perubahannya Undang-undang No. 20 tahun 2002, dan Inpres No. 5 tahun 2004, merupakan hukum positif yang dijadikan dasar oleh para penegak hukum dalam rangka melakukan penyidikan tindak pidana korupsi. Jika kita sadari bahwa ke 2 (dua) UU tersebut dengan ancaman yang sangat berat khususnya pasal 2 ayat (2) yang menyatakan dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam pasal (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan. Artinya bahwa tidak menutup kemungkinan bahwa pelaku korupsi dapat dijatuhkan hukuman mati sebagai bagian dari penegakan hukum. Pertanyaannya ! mengapa korupsi menjadi idola sedangkan sanksi hukumnya sudah sangat berat ditambah lagi statemen dari pemerintah bahwa pelaku korupsi harus dimiskinkan, tentu jawabannya yang paling radikal adalah bahwa korupsi dapat memperkaya / menguntungkan diri sendiri atau pihak lain atau korporasi (isi pasal 2 dan pasal 3), sehingga resiko sebesar apapun yang akan dihadapi menjadi suatu hal yang lumrah tampaknya dan bagi mereka yang berpikiran demikian perlu dipertanyakan jati dirinya sebagai anak bangsa.
  • 6. Bertitik tolak apa yg telah uraikan di atas, berbicara tentang peranan kepolisian dalam pemberdayaan aspek hukum dan moral pada pencegahan TPK, maka utk menghindari penyalahgunaan di dlm pelaksanaan tugas tentu membutuhkan acuan dan konsep-konsep yg sifatnya umum dan tdk sulit dilaksanakan seperti di bawah ini : 1. Membuat Standar Operasional Penyidikan (SOP), sebagai acuan di dalam melakukan penyidikan untuk menghindari kesewenang-wenangan. 2. Dalam proses penyidikan, selalu mengedepankan azas equility before the law disamping azas presumption of innocent. 3. Membuka jaringan dengan swadaya masyarakat yang care terhadap pemberantasan korupsi. 4. Kerjasama dengan BPKP dan BPK dalam hal audit investigatif maupun audit perhitungan kerugian negara. 5. Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Negeri seperti ITB untuk pengujian fisik bangunan, jembatan dan DAM. 6. Kerjasama dengan Lembaga LKPP. 7. Kerjasama dengan Lembaga PPATK. 8. Kerjasama dengan Perbankan. 9. Kerjasama dengan Kejaksaan. Disamping tugas sebagai penegak hukum seperti yang telah di uraikan di atas, dalam konteks penyadaran hukum yang telah dilakukan berbagai upaya atau langkah-langkah seperti : 1. Seminar tentang bekerjasama dengan kampus. 2. Melalui pendidikan (Pra Jabatan) di berbagai even terhadap Birokrat (para pejabat) di berbagai Pemda. 3. Pemasangan spanduk, stiker. 4. Kerjasama dengan pemuka agama. 5. Kerjasama dengan Campus dan sekolah-sekolah. 6. Kerjasama dengan BPK dan BPKP. 7. Kerjasama dengan para Pimpinan Birokrat. 8. Kerjasama dengan Lembaga Criminal Justice System.
  • 7. Jika berbagai upaya tersebut telah dilakukan, akan tetapi dampaknya belum dapat menurunkan prilaku korupsi ke level yang ideal (harapan zero crime Corrupt). Indikasi prilaku koruptif selalu muncul, menunjukkan bahwa prilaku koruptif bukan lagi persoalan moral, melainkan sudah menjadi persoalan hajat hidup sebagai alasan utama, sekalipun resiko hukum sangat berat untuk dihadapi. Begitu banyaknya korupsi yang terjadi di Indonesia dan terkesan penegakan hukum yang dilakukan oleh Polri dan Kejaksaan tidak berjalan dan tidak mampu untuk memberantasnya karena terkendali dengan faktor-faktor adminstratif dengan lembaga terkait lainnya, campur tangan kekuasaan dan politik, maka untuk memacu kinerja kedua lembaga penegak hukum tersebut agar bekerja, kehadiran KPK dengan undang-undangannya No. 30 tahun 2002 dikandung maksud untuk dapat menerobos semua problem yang diuraikan di atas dan hasilnya dapat di lihat saat ini walaupun masih banyak komentar dari berbagai kalangan. Keberadaan lembaga KPK saat ini, diharapkan sebagai triger dan filar penegakan hukum (law enforcement) khususnya terhadap kejahatan korupsi, dan menjadi daya dorong, dan pendobrak untuk meredam prilaku koruptif yang telah meraja lela di berbagai sektor di lingkungan Birokrat. Banyak sudah hasil kerja KPK, Kejaksaan dan Kepolisian yang telah menyeret Pimpinan Birokrat, dan telah diadili di pengadilan tipikor maupun di Pengadilan Umum dengan hukuman yang sangat bervariatif.
  • 8. Karya profesi dibidang penyidikan yang di tampilkan KPK, Kepolisiaan, Kejaksaan sebenarnya jika dihitung dari sisi matematika, sudah dapat mempresentasikan tingkat penegakan hukum yang memadai, artinya bahwa di era reformasi sekarang ini tidak ada lagi pejabat yang kebal hukum jika dibanding sebelum era reformasi. Akan tetapi tampaknya kesadaran hukum para pejabat publik sepertinya masih belum berubah untuk patuh terhadap hukum. Memang sangat ironis bahwa sebuah negara yang berlandasan hukum, kepatuhan masyarakatnya, pejabatnya tidak mencerminkan sikap yang patuh hukum, apakah hal ini merupakan pertanda bahwa hukum belum menjadi idola dan panglima seperti yang dicita-citakan oleh hukum. Disamping itu bahwa sistem Pemerintahan kita yang dibangun dengan berbagai perundang- undangan termasuk di dalamnya UU No. 28 tahun 1999 tentang penyelenggara negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, dan inpres No. 5 tahun 2004 tentang percepatan penanganan Tindak Pidana Korupsi, tidak membuat prilaku koruptif berkurang dan nampaknya terus bertambah. Secara statistik, bahwa Indonesia menempati urutan paling buruk di banding negara-negara lain di Asean tingkat korupsinya, hal itu menggambarkan bahwa pemerintah tidak dapat memberantas para pelaku koruptif secara tuntas, walaupun dari data yang dapat kita lihat dari tahun ke tahun, penegakan Tindak Pidana Korupsi semakin gencar dilakukan, bahkan suport secara langsung dari Presiden RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dalam satu kesempatan pidatonya di Istana Negara menyatakan, bahwa untuk melawan korupsi Presiden telah menghunus pedang, artinya pernyataan Presiden tersebut sebagai bukti bahwa kejahatan korupsi sudah merupakan musuh utama negara maka diperintahkan seluruh perangkat pemerintahan harus ikut serta untuk bahu membahu memberantas dan mencegahnya.
  • 9. Fakta yang dapat kita lihat, bahwa perkataan Presiden sepertinya belum maksimal di dengar oleh para birokrat di negara ini dan tidak membuat takut para pejabat birokrat, hal itu dapat kita lihat secara gamblang, prilaku seorang Gayus Haloman Tambunan seorang pejabat di Departemen Keuangan dengan pangkat golongan IIIa memiliki uang puluhan milyar rupiah di beberapa rekening Bank, yang diduga diperoleh dari cara-cara melanggar hukum, kemudian perkaranya disidik oleh penyidik Polri dan dilimpahkan ke Kejaksaan dan disidangkan di Pengadilan Negeri Tanggerang dan berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Tanggerang saudara Gayus Haloman Tambunan di bebaskan. Timbul banyak pertanyaan terkait dengan putusan bebas tersebut, dan menyeret beberapa pejabat publik baik dilingkungan Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan sebagai bukti bahwa hukum tidak bekerja sebagaimana mestinya artinya hukum diselewengkan (ultravires). Contoh kasus di atas menggambarkan bahwa mafia hukum sudah menyebar dan mengakar dalam penyelesaian kasus korupsi. Uang menjadi dewa sebagai kebenaran pragmatik dengan menampilkan seolah-olah yang rasionalitas, akan tetapi kepastiannya palsu. Jika kita melihat kebelakang istilah mafia sebenarnya sudah ada di dalam lingkaran kejahatan puluhan tahun yang lalu di negara Itali dengan sebutan mafioso terhadap kartel perdagangan narkoba, dan jika di Asean dikenal dengan negara segitiga emas (Thailand, Kamboja dan Burma). Sehingga jika sekarang istilah mafia hukum jadi bahan berita di berbagai media massa dan elektronik, menandakan dan memperlihatkan bahwa hukum telah dimasukin oleh para mafia, dan untuk memberantas itu Pemerintah akhirnya membentuk satgas anti mafia hukum dan peradilan.
  • 10. Memang sungguh sangat ironis bahwa Menurut hemat dan pandangan penulis / prilaku koruptif yang radik telah melahirkan pemateri, dibutuhkan satu terobosan baru fenomena kemiskinan bagi rakyat Indonesia untuk mengatasinya walaupun sifatnya dan akibatnya pembangunan di berbagai teoritis dan konseptual yaitu tentang energi sektor terbengkalai, ketahanan ekonomi hukum yang dalam kontek pengertiannya terganggu dan bahkan stabilitas keamanan adalah daya batiniah dan nurani untuk terancam lumpuh karena para mafia hukum mendobrak dan mendorong praksis-praksis telah jadi penentu di dalam kebijakan pejabat hukum, agar hukum senantiansa efektif publik. dalam mewujudkan cita hukum, terutama ketika hukum terancam lumpuh. Pemahaman teoritis dan konseptual Gerakan energi hukum telah ampuh tersebut di dalam aplikasinya adalah memutar balikkan satu fakta penanganan tumbuhnya gerakan moral yang tidak kasus yang menimpa Prita Mulyasari sektoral akan tetapi bersifat nasional untuk seorang Ibu Rumah Tangga yang harus melawan praktek-praktek nepotisme dan berhadapan dengan peradilan yang kolusi di dalam pelaksanaan hukum agar diciptakan yang seolah-olah rasionalitas hukum bekerja sesuai tatarannya dan tidak pembenarannya dan akan melahirkan kalah dari kekuasaan yang sifatnya kepastian yang palsu. Gerakan energi pragmatik (menguntungkan diri sendiri dan hukum dengan cara lahirnya empati dari kelompok). seluruh komponen lapisan masyarakat dari kalangan atas dan bawah dengan menyumbangkan coin per coin uangnya menjadi simbol lahirnya gerakan energi hukum yang bernurani dan gerakan tersebut akhirnya membuahkan hasil yang sangat mencerminkan rasa keadilan bagi Prita Mulyasari dan kemenangan bagi keadilan.
  • 11. Kalau demikian apa yang harus kita lakukan menuju Indonesia tanpa korupsi? Sebenarnya banyak hal : 1. Bahwa kemunafikan hrs dilepaskan dari diri pribadi orang per orang. 2. Bahwa law enforcement merupakan harga mati tetapi tetap mengedepankan berhukum dgn nurani. 3. Bahwa kebersamaan utk mencapai permufakatan di dlm kehidupan masyarakat hrs tumbuh utk mencegah terjadinya kolusi, nepotisme yg melanggar hukum, dan hukum yg hidup di masyarakat (living law) harus tumbuh selalu mengoreksi prilaku yg menyimpang dan mengedepankan akal budi yg bersahaja. 4. Kesadaran hukum masyarakat hrs di eksplor (digali), utk mewujudkan manusia yg cinta akan cita hukum (keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan hukum). 5. Para akademisi, hrs memberikan ilmu yg berarti bagi anak didiknya yg akan tumbuh dan menjelma menjadi tunas-tunas bangsa sbg generasi penerus, sehingga prilaku koruptif menjadi hal yg menjijikan dalam jiwanya. 6. Para tokoh masyarakat, tokoh agama, praktisi dan organ- organ kemasyarakatan hrs berperan aktif utk memberikan kontribusi peningkatan moral dan akhlak, sehingga jiwa radik koruptif tdk mengakar dlm kehidupan masyarakat. 7. Kaum wanita juga hrs berperan aktif utk menjaga moralitas kaum bapak yg menduduki jabatan sbg pejabat publik, tdk menampilkan sikap yg konsumtif yg dpt merubah jiwa yg baik kaum bapak menjadi jiwa yg radik hanya utk memenuhi kebutuhan.
  • 12. Marilah kita bercermin dari pengalaman-pengalaman kehidupan bernegara di masa lalu, yang memporak- porandakan hukum di jagad kehidupan, karena bagaimanapun bahwa hukum itu akan selalu mengiringi kehidupan manusia dimanapun dia berada seperti yang diungkapkan oleh para pakar penstudy ilmu hukum yaitu ubi societes ibi ius, artinya dimana manusia berada maka disitu ada hukum atau manusia itu adalah hukum karena manusia sebagai subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban. Jika manusia adalah hukum, maka manusia yang lain tidak boleh menghancurkan kehidupan manusia disekitarnya karena prilaku koruptif yang ditampilkan, artinya seberat apapun sisi kehidupan manusia maka sebaiknya tidak mengorbankan manusia yang lain untuk memenuhi kehidupannya, karena manusia butuh kehidupan yang layak, sejahtera dan tentunya mengharapkan adanya kebahagiaan hukum di dalam kehidupannya. Renungan pemikiran yang di sampaikan pemateri pada saat ini sebagai bagian daripada hukum progresif, bahwa berhukum dengan nurani tidak lagi hanya sekedar ide, melainkan harus menjadi kenyataan untuk menghindari prilaku yang menyimpang.
  • 13. GAMBARAN KORUPSI DI INDONESIA Merongrong Keuangan Negara Korupsi Korupsi Bagan ini menggambarkan Korupsi bagaimana korupsi telah berkembang Korupsi begitu pesatnya merongrong keuangan negara dan perekonomian negara Perekonomian Negara
  • 14. 3 ORGAN PENEGAK HUKUM KORUPSI Masy / LSM Polri Bagan ini menggambarkan bagaimana peran serta masyarakat untuk Kejaksaan Korupsi mendorong ke tiga lembaga penegak hukum KPK memerangi korupsi Masy / LSM
  • 15. PROSES SIDIK TPK Kejaksaan KPK Kepolisian JPU JPU PN - Tipikor LP Masyarakat
  • 16. Catatan : Materi ini sebelumnya pernah disampaikan pada seminar nasional di Universitas Galuh Ciamis pada tanggal 02 April 2011 dan telah mengalami revisi.