SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
1
KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN
TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH PEJABAT
LEGISLATIF NEGARA
ABSTRAK
Dengan semakin berkembangnya zaman dan semakin merebaknya
kejahatan korupsi bahkan yang dilakukan oleh kalangan atas (upper class).
Kalangan atas yang dimaksud dalam skripsi ini adalah pejabat legislatif negara
yaitu anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Seorang pejabat negara yang harusnya
menegakkan hukum justru marak melakukan korupsi. Permasalahan yang hendak
dibahas yaitu Bagaimanakah kebijakan hukum pidana dalam penanggulangan
tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat legislatif negara? Dan Apakah
kebijakan ancaman pidana yang diatur dalam UU Tindak Pidana Korupsi sudah
cukup untuk mencegah terjadinya tindakan korupsi?Metode penelitian yang
dipergunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian hukum normatif.
penelitian hukum normatif mencakup penelitian terhadap sistematika hukum,
penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum dan
penelitian perbandingan hukum.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara normatif dapat
diketahui bahwa Kebijakan hukum pidana dalam penanggulangan tindak pidana
korupsi yang dilakukan oleh pejabat legislatif negara diatur dalam KUHP Buku II
Bab XXVIII khususnya yang mengatur delik yang dilakukan oleh pejabat. Dalam
hal penyuapan (Pasal 209, 210, 418, 419 dan 420 KUHP) telah ditarik menjadi
delik korupsi menurut Pasal 5, 6, 7, 8, 9 dan 12 dengan Undang-undang No. 20
Tahun 2001 yang mengubah Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana
korupsi No. 31 Tahun 1999. Kebijakan hukum pidana yang mengatur mengenai
tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara terutama lembaga
legislatif Sanksi pidana yang berat tidak hanya berorientasi pada jenis tindak
pidana tertentu melainkan juga berkaitan dengan pemberatan. Pemberatan atau
kualifikasi tertentu dari seorang pejabat atau aparat penegak hukum dapat
dipandang cukup beralasan untuk mengenakan sanksi pidana penjara seumur
hidup bagi pelaku tindak pidana korupsi.
Kata Kunci: Penanggulangan, Tindak Pidana, Korupsi, Pejabat Legislatif
ABSTRACT
Progressively expanding it change of epoch, and growing of badness of
corruption, even conducted by upper class. Such upper class in this script are all
legislative functionary of state, that is Parliament Member. A functioner which
ought to uphold law exactly conducting many corruption. The problems which
will be studied that is, how to policy of criminal law in preventive of corruption
doing an injustice conducted by legislative functionary of state ? And do policy of
crime threat which is arranged in Law Act Crime of Corruption have last for
2
preventing the happening of corruption action ? Research method which is
utilized in this research that is, method research of normatif law. research of
normatif law include research to law systematic way, research to law
synchronization level, research of history punish and research of comparison of
law
Pursuant to result of conducted research by normatif, can know that
Policy of criminal law in preventive of act crime of corruption conducted by
legislative functionary of state, arranged in KUHP of Book II Chapter XXVIII,
specially arranging to glare at conducted by functionary. In the case of bribery
(Section 209, 210, 418, 419 and 420 of KUHP), have been pulled to become to
glare at corruption according to Section 5, 6, 7, 8, 9 and 12 with Law of No. 20
Year of 2001 altering Law Eradication of Act Crime Corruption of No. 31 Year of
1999. Policy of criminal law arranging to regarding act crime of corruption
conducted by functioner especially legislative institute. heavy crime sanction do
not only orienting at certain act crime type but also relate to weight. Heavy or
certain qualification from a government officer or functionary enforcer of law can
be looked into well founded to sanction crime serve a sentence for a lifetime to
perpetrator of act crime of corruption
Keyword : Preventive, Act Crime, Corruption, Legislative Functionary
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Korupsi merupakan salah satu dari sekian istilah yang telah akrab di
telinga masyarakat Indonesia, hamper setiap hari media massa memberitakan
berbagai kasus korupsi yang dilakukan oleh aparatur Negara baik pegawai negeri
ataupun pejabat Negara yang biasa disebut kalangan atas (upper class). Didalam
kepustakaan kriminologi hal ini merupakan salah satu kejahatan jenis kejahatan
kerah putih atau “white collar crime”. Seringnya terdengar istilah korupsi di
masyarakat telah menunjukkan bahwa perhatian masyarakat semakin meningkat
terhadap tindak pidana korupsi “white collar crime” yang dilakukan oleh orang-
orang yang dipersepsikan oleh masyarakat sebagai orang-orang terkenal atau
cukup terpandang namun merekalah yang membuat kemeralatan masyarakat.1
Timbulnya kejahatan jenis seperti ini menunjukan bahwa sudah tidak hanya
kemiskinan saja yang menjadi penyebab timbuknya kejahatan, melainkan faktor
kemakmuran dan kemewahan merupakan faktor pendorong orang-orang
1
Teguh Sulista dan Aria Zumetti, 2011, Hukum Pidana : Horizon Baru Pasca Reformasi,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 63
3
melakukan kejahatan.2
Penelitian dalam skripsi ini lebih mengkaji pada aspek
perundang-undangan pemberantasan tindak pidana korupsi, karena perumusan
undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi Nampak belum mampu
untuk mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) menyatakan bahwa dalam kurun waktu tujuh tahun atau terhitung 2004
hingga 2011, Negara harus menanggung kerugian Rp. 39,3 triliun akibat tindak
pidana korupsi.3
I.2 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan jurnal ini yaitu untuk
mengetahui kebijakan hukum pidana dalam penanggulangan tindak pidana
korupsi yang dilakukan oleh pejabat legislatif, dan untuk mengetahui hambatan-
hambatan yang dihadapi advokat dalam memberikan jasa hukum kepada kliennya
dalam perkara tindak pidana korupsi.
II. ISI
II.1 Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penulisan ini yaitu
metode penelitian hukum normativemencakup penelitian terhadap sistematika
hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum
dan penelitian perbandingan hukum.4
II.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan
II.2.1 Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Tindak Pidana
Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Legislatif
Untuk melihat dampak merugikan akibat dari korupsi dapat dilihat dalam
Penjelasan Umum Undang-undang No.31 Tahun 1999 tentang pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dikemukakan, ditengah upaya pembangunan nasional di
2
J.E Sahetapy, 1979, Kapita Selekta Kriminologi, Alumni, Bandung, h. 68-69
3
www.merdeka.com, Negara Rugi Rp. 39 Triliun Akibat Korupsi, diunduh pada 15
September 2013
4
Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta,h. 51
4
berbagai bidang, aspirasi masyarakat untuk memberantas korupsi dan bentuk
penyimpangan lainnya semakin meningkat, karena dalam kenyataan adanya
perubahan korupsi telah menimbulkan kerugian Negara yang sangat besar yang
pada gilirannya dapat berdampak pada timbulnya krisis di berbagai bidang. Untuk
itu, upaya pencegahan dan pemberantasan perlu semakin ditingkatkan dan
diintensifkan dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kepentingan
masyarakat. Menurut Center For International Crime Prevention (CICP), korupsi
mempunyai dimensi yang perbuatan yang luas meliputi tindak pidana suap
(bribery), penggelapan (embezzlement), penipuan (fraud), pemerasan yang
berkaitan dengan jabatan (exortion), penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power),
pemanfaatan kedudukan seseorang dalam aktivitas bisnis untuk kepentingan
perorangan yang bersifat ilegal (explotingna conflict interest, insider
trading), nepotisme, komisi illegal yang diterima oleh pejabat publik (illegal
commission) dan kontribusi uang secara ilegal untuk partai.5
Anggota DPR
tentunya memiliki Kode Etik, Pada Bab 18 yang mengatur mengenai Larangan
dan Sanksi, pada ketentuan Pasal 281 ayat (3) menyatakan bahwa : “Anggota
dilarang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme serta dilarang menerima
gratifikasi.” Mengenai sanksi yang dijatuhkan bagi anggota DPR yang
melakukan pelanggaran atas ketentuan Kode Etik Pasal 281 ayat (3) diatur lebih
lanjut dalam ketentuan Pasal 282 Ayat (3) yang menyatakan bahwa : “Anggota
yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 281 ayat
(3) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota.” Sebagai Lembaga Tinggi
Negara, Dewan Perwakilan Rakyat dalam melaksanakan tugasnya mempunyai
alat kelengkapan sekaligus menjadi unsur penting dalam menjalankan fungsinya.6
II.2.2 Upaya Pencegahan Terjadinya Tindak Pidana Korupsi Di Kalangan
Pejabat Legislatif
5
Pujiyono, 2007, Kumpulan Tulisan Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung, h. 18
6
B.N Marbun, 1992, DPR-RI Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, h. 226
5
Korupsi masih terjadi secara masif dan sistematis. Praktiknya bisa
berlangsung di lembaga negara, lembaga privat, hingga di kehidupan sehari-hari.
Untuk itu, pencegahan menjadi layak didudukkan sebagai strategi perdananya
dalam Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan korupsi (Stranas PPK).
Stranas PPK dengan Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2012 Strategi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 Dan
Jangka Menengah Tahun 2012-2014.7
Penindakan korupsi harus dimulai dari atas
ke bawah, bukan dari bawah ke atas. Artinya harus dimulai dari korupsi yang
triliunan dan ratusan milyar. Pemberantasan tindak pidana korupsi harus
dilakukan secara sistemik dan konsisten melalui pendekatan integral antara
upaya represif dan upaya preventif. Upaya represif atau sering disebut
upaya penal, dilakukan dengan menerapkan hukum pidana (criminal law
application) guna menimbulkan efek jera (deterrent effect) bagi pelaku dan
menimbulkan daya cegah (prevency effect) bagi masyarakat agar menghindari
segala bentuk korupsi. Upaya preventif, dilakukan melalui srana di luar hukum
pidana (non-penal). Sarana penanggulangan korupsi di luar hukum pidana dapat
dilakukan melalui: pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment) dan
mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat
media masa (influencing views of society on crime and punishment/mass media).8
III.PENUTUP
Kesimpulan
a. Kebijakan hukum pidana dalam penanggulangan tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh pejabat legislatif negara diatur dalam KUHP Buku II Bab
XXVIII khususnya yang mengatur delik yang dilakukan oleh pejabat. Dalam
hal penyuapan (Pasal 209, 210, 418, 419 dan 420 KUHP) telah ditarik menjadi
7
Harris Y.P. Sibuea,Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia, Info Singkat
Hukum, Vol. VI, No. 18/II/P3DI/September/2014, h. 2
8
Kejaksaan Republik Indonesia, Seminar Strategi Dan Upaya Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi Melalui Tindakan Preventif dan
Represif,http://www.kejaksaan.go.id/unit_kejaksaan.php?
idu=28&idsu=39&idke=0&hal=1&id=1405, diunduh pada 01 Agustus 2014
6
delik korupsi menurut Pasal 5, 6, 7, 8, 9 dan 12 dengan Undang-undang No.
20 Tahun 2001 yang mengubah Undang-undang Pemberantasan Tindak
Pidana korupsi No. 31 Tahun 1999.
b. Kebijakan hukum pidana yang mengatur mengenai tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh pejabat negara terutama lembaga legislatif Sanksi pidana yang
berat tidak hanya berorientasi pada jenis tindak pidana tertentu melainkan juga
berkaitan dengan pemberatan. Pemberatan atau kualifikasi tertentu dari
seorang pejabat atau aparat penegak hukum dapat dipandang cukup beralasan
untuk mengenakan sanksi pidana penjara seumur hidup bagi pelaku tindak
pidana korupsi.
IV. DAFTAR PUSTAKA
B.N Marbun, 1992, DPR-RI Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Harris Y.P. Sibuea,Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia, Info
Singkat Hukum, Vol. VI, No. 18/II/P3DI/September/2014
J.E Sahetapy, 1979, Kapita Selekta Kriminologi, Alumni, Bandung
Kejaksaan Republik Indonesia, Seminar Strategi Dan Upaya Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi Melalui Tindakan Preventif dan
Represif,http://www.kejaksaan.go.id/unit_kejaksaan.php?
idu=28&idsu=39&idke=0&hal=1&id=1405, diunduh pada 01 Agustus
2014
Pujiyono, 2007, Kumpulan Tulisan Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung
Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta
Teguh Sulista dan Aria Zumetti, 2011, Hukum Pidana : Horizon Baru Pasca
Reformasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta
www.merdeka.com, Negara Rugi Rp. 39 Triliun Akibat Korupsi, diunduh pada 15
September 2013
6
delik korupsi menurut Pasal 5, 6, 7, 8, 9 dan 12 dengan Undang-undang No.
20 Tahun 2001 yang mengubah Undang-undang Pemberantasan Tindak
Pidana korupsi No. 31 Tahun 1999.
b. Kebijakan hukum pidana yang mengatur mengenai tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh pejabat negara terutama lembaga legislatif Sanksi pidana yang
berat tidak hanya berorientasi pada jenis tindak pidana tertentu melainkan juga
berkaitan dengan pemberatan. Pemberatan atau kualifikasi tertentu dari
seorang pejabat atau aparat penegak hukum dapat dipandang cukup beralasan
untuk mengenakan sanksi pidana penjara seumur hidup bagi pelaku tindak
pidana korupsi.
IV. DAFTAR PUSTAKA
B.N Marbun, 1992, DPR-RI Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Harris Y.P. Sibuea,Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia, Info
Singkat Hukum, Vol. VI, No. 18/II/P3DI/September/2014
J.E Sahetapy, 1979, Kapita Selekta Kriminologi, Alumni, Bandung
Kejaksaan Republik Indonesia, Seminar Strategi Dan Upaya Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi Melalui Tindakan Preventif dan
Represif,http://www.kejaksaan.go.id/unit_kejaksaan.php?
idu=28&idsu=39&idke=0&hal=1&id=1405, diunduh pada 01 Agustus
2014
Pujiyono, 2007, Kumpulan Tulisan Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung
Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta
Teguh Sulista dan Aria Zumetti, 2011, Hukum Pidana : Horizon Baru Pasca
Reformasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta
www.merdeka.com, Negara Rugi Rp. 39 Triliun Akibat Korupsi, diunduh pada 15
September 2013

More Related Content

What's hot

Fitriati 02211020 2005
Fitriati 02211020 2005Fitriati 02211020 2005
Fitriati 02211020 2005gaga sihab
 
TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi)
TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi)TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi)
TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi)Robby Firmansyah
 
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana Korupsi
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana KorupsiCara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana Korupsi
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana KorupsiAndrean Tan
 
Perlindungan Dan Penegakan Hukum
Perlindungan Dan Penegakan HukumPerlindungan Dan Penegakan Hukum
Perlindungan Dan Penegakan HukumKiagoesdoni
 
Keimigrasian dan kewarganegaraan
Keimigrasian dan kewarganegaraanKeimigrasian dan kewarganegaraan
Keimigrasian dan kewarganegaraanwendryk
 
Penegakan Hukum Korupsi bansos
Penegakan Hukum  Korupsi bansosPenegakan Hukum  Korupsi bansos
Penegakan Hukum Korupsi bansosAndy Susanto
 
PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP ...
PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP ...PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP ...
PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP ...Law Firm "Fidel Angwarmasse & Partners"
 
Ujian proposal Penegakan Hukum TP Korupsi Dana Bansos
Ujian proposal Penegakan Hukum TP Korupsi Dana BansosUjian proposal Penegakan Hukum TP Korupsi Dana Bansos
Ujian proposal Penegakan Hukum TP Korupsi Dana BansosAndy Susanto
 
Tugas kelompok akuntansi pemerintah (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
Tugas kelompok akuntansi pemerintah (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)Tugas kelompok akuntansi pemerintah (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
Tugas kelompok akuntansi pemerintah (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)vien hadiriyani
 
Penegakan hukum di indonesia
Penegakan hukum di indonesiaPenegakan hukum di indonesia
Penegakan hukum di indonesiaLiling InkInk
 
Tugas akuntansi pemerintahan (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
Tugas akuntansi pemerintahan (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)Tugas akuntansi pemerintahan (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
Tugas akuntansi pemerintahan (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)vien hadiriyani
 
Hakikat perlindungan dan penegakan hukum
Hakikat perlindungan dan penegakan hukumHakikat perlindungan dan penegakan hukum
Hakikat perlindungan dan penegakan hukumPutri Aisyah
 

What's hot (17)

Pidana peencurian
Pidana peencurianPidana peencurian
Pidana peencurian
 
Fitriati 02211020 2005
Fitriati 02211020 2005Fitriati 02211020 2005
Fitriati 02211020 2005
 
TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi)
TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi)TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi)
TIPIKOR (Tindak Pidana Korupsi)
 
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana Korupsi
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana KorupsiCara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana Korupsi
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana Korupsi
 
Studi kasus hukum tata negara
Studi kasus hukum tata negaraStudi kasus hukum tata negara
Studi kasus hukum tata negara
 
Makalah korupsi STIP WUNA
Makalah korupsi STIP WUNA Makalah korupsi STIP WUNA
Makalah korupsi STIP WUNA
 
Perlindungan Dan Penegakan Hukum
Perlindungan Dan Penegakan HukumPerlindungan Dan Penegakan Hukum
Perlindungan Dan Penegakan Hukum
 
Keimigrasian dan kewarganegaraan
Keimigrasian dan kewarganegaraanKeimigrasian dan kewarganegaraan
Keimigrasian dan kewarganegaraan
 
Penegakan Hukum Korupsi bansos
Penegakan Hukum  Korupsi bansosPenegakan Hukum  Korupsi bansos
Penegakan Hukum Korupsi bansos
 
PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP ...
PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP ...PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP ...
PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP ...
 
Ujian proposal Penegakan Hukum TP Korupsi Dana Bansos
Ujian proposal Penegakan Hukum TP Korupsi Dana BansosUjian proposal Penegakan Hukum TP Korupsi Dana Bansos
Ujian proposal Penegakan Hukum TP Korupsi Dana Bansos
 
PROPOSAL SKRIPSI
PROPOSAL SKRIPSIPROPOSAL SKRIPSI
PROPOSAL SKRIPSI
 
Tugas kelompok akuntansi pemerintah (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
Tugas kelompok akuntansi pemerintah (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)Tugas kelompok akuntansi pemerintah (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
Tugas kelompok akuntansi pemerintah (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
 
Penegakan hukum di indonesia
Penegakan hukum di indonesiaPenegakan hukum di indonesia
Penegakan hukum di indonesia
 
Tugas akuntansi pemerintahan (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
Tugas akuntansi pemerintahan (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)Tugas akuntansi pemerintahan (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
Tugas akuntansi pemerintahan (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
 
Hakikat perlindungan dan penegakan hukum
Hakikat perlindungan dan penegakan hukumHakikat perlindungan dan penegakan hukum
Hakikat perlindungan dan penegakan hukum
 
HARIAN WARTA NASIONAL
HARIAN WARTA NASIONALHARIAN WARTA NASIONAL
HARIAN WARTA NASIONAL
 

Similar to KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH PEJABAT LEGISLATIF NEGARA

Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansosProposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansosAndy Susanto
 
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
Studi Kasus Korupsi.docx
Studi Kasus Korupsi.docxStudi Kasus Korupsi.docx
Studi Kasus Korupsi.docxEHenriawanYunus
 
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docxpenanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docxHRLEGALERGYORBINTANE
 
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdf
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdfBE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdf
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdfIntan Wachyuni
 
Fakto penyebab Penyebab korupsi korupsii
Fakto penyebab Penyebab korupsi korupsiiFakto penyebab Penyebab korupsi korupsii
Fakto penyebab Penyebab korupsi korupsiiFikriArdian5
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiSeptian Muna Barakati
 
Bahaya Laten Korupsi
Bahaya Laten KorupsiBahaya Laten Korupsi
Bahaya Laten KorupsiAzinuddin Haq
 
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI  JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI  JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...Muhammad Rafi Kambara
 
Pancasila integitas antikorupsi
Pancasila integitas antikorupsiPancasila integitas antikorupsi
Pancasila integitas antikorupsierza m
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaARY SETIADI
 
Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi PemerintahanAkuntansi Pemerintahan
Akuntansi PemerintahanDiaryDVN
 
Materi ANTIKORUPSI Pelatihan Dasar CPNS.pptx
Materi ANTIKORUPSI Pelatihan Dasar CPNS.pptxMateri ANTIKORUPSI Pelatihan Dasar CPNS.pptx
Materi ANTIKORUPSI Pelatihan Dasar CPNS.pptxnoviantiatman1
 
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karno
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karnoHUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karno
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karnossuserfa9ff91
 

Similar to KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH PEJABAT LEGISLATIF NEGARA (20)

Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansosProposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
 
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
 
Makalah pidana
Makalah pidanaMakalah pidana
Makalah pidana
 
Studi Kasus Korupsi.docx
Studi Kasus Korupsi.docxStudi Kasus Korupsi.docx
Studi Kasus Korupsi.docx
 
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docxpenanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
 
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdf
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdfBE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdf
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Korupsi, Universitas Mercu Buana.2017.pdf
 
281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi
 
Fakto penyebab Penyebab korupsi korupsii
Fakto penyebab Penyebab korupsi korupsiiFakto penyebab Penyebab korupsi korupsii
Fakto penyebab Penyebab korupsi korupsii
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
Iin nalasari
Iin nalasariIin nalasari
Iin nalasari
 
Bahaya Laten Korupsi
Bahaya Laten KorupsiBahaya Laten Korupsi
Bahaya Laten Korupsi
 
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI  JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI  JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...
UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI JALUR PENAL MELALUI PEMBAHARUAN RKUHP DENGAN UU...
 
Pancasila integitas antikorupsi
Pancasila integitas antikorupsiPancasila integitas antikorupsi
Pancasila integitas antikorupsi
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi PemerintahanAkuntansi Pemerintahan
Akuntansi Pemerintahan
 
Makalah korupsi
Makalah korupsiMakalah korupsi
Makalah korupsi
 
Materi ANTIKORUPSI Pelatihan Dasar CPNS.pptx
Materi ANTIKORUPSI Pelatihan Dasar CPNS.pptxMateri ANTIKORUPSI Pelatihan Dasar CPNS.pptx
Materi ANTIKORUPSI Pelatihan Dasar CPNS.pptx
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsiMakalah pkn tentang pemberantasan korupsi
Makalah pkn tentang pemberantasan korupsi
 
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karno
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karnoHUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karno
HUKUM ACARA PIDANA KEL. 2 universitas bung karno
 

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH PEJABAT LEGISLATIF NEGARA

  • 1. 1 KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH PEJABAT LEGISLATIF NEGARA ABSTRAK Dengan semakin berkembangnya zaman dan semakin merebaknya kejahatan korupsi bahkan yang dilakukan oleh kalangan atas (upper class). Kalangan atas yang dimaksud dalam skripsi ini adalah pejabat legislatif negara yaitu anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Seorang pejabat negara yang harusnya menegakkan hukum justru marak melakukan korupsi. Permasalahan yang hendak dibahas yaitu Bagaimanakah kebijakan hukum pidana dalam penanggulangan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat legislatif negara? Dan Apakah kebijakan ancaman pidana yang diatur dalam UU Tindak Pidana Korupsi sudah cukup untuk mencegah terjadinya tindakan korupsi?Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian hukum normatif. penelitian hukum normatif mencakup penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum dan penelitian perbandingan hukum. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara normatif dapat diketahui bahwa Kebijakan hukum pidana dalam penanggulangan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat legislatif negara diatur dalam KUHP Buku II Bab XXVIII khususnya yang mengatur delik yang dilakukan oleh pejabat. Dalam hal penyuapan (Pasal 209, 210, 418, 419 dan 420 KUHP) telah ditarik menjadi delik korupsi menurut Pasal 5, 6, 7, 8, 9 dan 12 dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2001 yang mengubah Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi No. 31 Tahun 1999. Kebijakan hukum pidana yang mengatur mengenai tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara terutama lembaga legislatif Sanksi pidana yang berat tidak hanya berorientasi pada jenis tindak pidana tertentu melainkan juga berkaitan dengan pemberatan. Pemberatan atau kualifikasi tertentu dari seorang pejabat atau aparat penegak hukum dapat dipandang cukup beralasan untuk mengenakan sanksi pidana penjara seumur hidup bagi pelaku tindak pidana korupsi. Kata Kunci: Penanggulangan, Tindak Pidana, Korupsi, Pejabat Legislatif ABSTRACT Progressively expanding it change of epoch, and growing of badness of corruption, even conducted by upper class. Such upper class in this script are all legislative functionary of state, that is Parliament Member. A functioner which ought to uphold law exactly conducting many corruption. The problems which will be studied that is, how to policy of criminal law in preventive of corruption doing an injustice conducted by legislative functionary of state ? And do policy of crime threat which is arranged in Law Act Crime of Corruption have last for
  • 2. 2 preventing the happening of corruption action ? Research method which is utilized in this research that is, method research of normatif law. research of normatif law include research to law systematic way, research to law synchronization level, research of history punish and research of comparison of law Pursuant to result of conducted research by normatif, can know that Policy of criminal law in preventive of act crime of corruption conducted by legislative functionary of state, arranged in KUHP of Book II Chapter XXVIII, specially arranging to glare at conducted by functionary. In the case of bribery (Section 209, 210, 418, 419 and 420 of KUHP), have been pulled to become to glare at corruption according to Section 5, 6, 7, 8, 9 and 12 with Law of No. 20 Year of 2001 altering Law Eradication of Act Crime Corruption of No. 31 Year of 1999. Policy of criminal law arranging to regarding act crime of corruption conducted by functioner especially legislative institute. heavy crime sanction do not only orienting at certain act crime type but also relate to weight. Heavy or certain qualification from a government officer or functionary enforcer of law can be looked into well founded to sanction crime serve a sentence for a lifetime to perpetrator of act crime of corruption Keyword : Preventive, Act Crime, Corruption, Legislative Functionary I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Korupsi merupakan salah satu dari sekian istilah yang telah akrab di telinga masyarakat Indonesia, hamper setiap hari media massa memberitakan berbagai kasus korupsi yang dilakukan oleh aparatur Negara baik pegawai negeri ataupun pejabat Negara yang biasa disebut kalangan atas (upper class). Didalam kepustakaan kriminologi hal ini merupakan salah satu kejahatan jenis kejahatan kerah putih atau “white collar crime”. Seringnya terdengar istilah korupsi di masyarakat telah menunjukkan bahwa perhatian masyarakat semakin meningkat terhadap tindak pidana korupsi “white collar crime” yang dilakukan oleh orang- orang yang dipersepsikan oleh masyarakat sebagai orang-orang terkenal atau cukup terpandang namun merekalah yang membuat kemeralatan masyarakat.1 Timbulnya kejahatan jenis seperti ini menunjukan bahwa sudah tidak hanya kemiskinan saja yang menjadi penyebab timbuknya kejahatan, melainkan faktor kemakmuran dan kemewahan merupakan faktor pendorong orang-orang 1 Teguh Sulista dan Aria Zumetti, 2011, Hukum Pidana : Horizon Baru Pasca Reformasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 63
  • 3. 3 melakukan kejahatan.2 Penelitian dalam skripsi ini lebih mengkaji pada aspek perundang-undangan pemberantasan tindak pidana korupsi, karena perumusan undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi Nampak belum mampu untuk mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan bahwa dalam kurun waktu tujuh tahun atau terhitung 2004 hingga 2011, Negara harus menanggung kerugian Rp. 39,3 triliun akibat tindak pidana korupsi.3 I.2 Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan jurnal ini yaitu untuk mengetahui kebijakan hukum pidana dalam penanggulangan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat legislatif, dan untuk mengetahui hambatan- hambatan yang dihadapi advokat dalam memberikan jasa hukum kepada kliennya dalam perkara tindak pidana korupsi. II. ISI II.1 Metode Penelitian Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penulisan ini yaitu metode penelitian hukum normativemencakup penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum dan penelitian perbandingan hukum.4 II.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan II.2.1 Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Legislatif Untuk melihat dampak merugikan akibat dari korupsi dapat dilihat dalam Penjelasan Umum Undang-undang No.31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dikemukakan, ditengah upaya pembangunan nasional di 2 J.E Sahetapy, 1979, Kapita Selekta Kriminologi, Alumni, Bandung, h. 68-69 3 www.merdeka.com, Negara Rugi Rp. 39 Triliun Akibat Korupsi, diunduh pada 15 September 2013 4 Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta,h. 51
  • 4. 4 berbagai bidang, aspirasi masyarakat untuk memberantas korupsi dan bentuk penyimpangan lainnya semakin meningkat, karena dalam kenyataan adanya perubahan korupsi telah menimbulkan kerugian Negara yang sangat besar yang pada gilirannya dapat berdampak pada timbulnya krisis di berbagai bidang. Untuk itu, upaya pencegahan dan pemberantasan perlu semakin ditingkatkan dan diintensifkan dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kepentingan masyarakat. Menurut Center For International Crime Prevention (CICP), korupsi mempunyai dimensi yang perbuatan yang luas meliputi tindak pidana suap (bribery), penggelapan (embezzlement), penipuan (fraud), pemerasan yang berkaitan dengan jabatan (exortion), penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power), pemanfaatan kedudukan seseorang dalam aktivitas bisnis untuk kepentingan perorangan yang bersifat ilegal (explotingna conflict interest, insider trading), nepotisme, komisi illegal yang diterima oleh pejabat publik (illegal commission) dan kontribusi uang secara ilegal untuk partai.5 Anggota DPR tentunya memiliki Kode Etik, Pada Bab 18 yang mengatur mengenai Larangan dan Sanksi, pada ketentuan Pasal 281 ayat (3) menyatakan bahwa : “Anggota dilarang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme serta dilarang menerima gratifikasi.” Mengenai sanksi yang dijatuhkan bagi anggota DPR yang melakukan pelanggaran atas ketentuan Kode Etik Pasal 281 ayat (3) diatur lebih lanjut dalam ketentuan Pasal 282 Ayat (3) yang menyatakan bahwa : “Anggota yang terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 281 ayat (3) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota.” Sebagai Lembaga Tinggi Negara, Dewan Perwakilan Rakyat dalam melaksanakan tugasnya mempunyai alat kelengkapan sekaligus menjadi unsur penting dalam menjalankan fungsinya.6 II.2.2 Upaya Pencegahan Terjadinya Tindak Pidana Korupsi Di Kalangan Pejabat Legislatif 5 Pujiyono, 2007, Kumpulan Tulisan Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung, h. 18 6 B.N Marbun, 1992, DPR-RI Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 226
  • 5. 5 Korupsi masih terjadi secara masif dan sistematis. Praktiknya bisa berlangsung di lembaga negara, lembaga privat, hingga di kehidupan sehari-hari. Untuk itu, pencegahan menjadi layak didudukkan sebagai strategi perdananya dalam Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan korupsi (Stranas PPK). Stranas PPK dengan Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2012 Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 Dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014.7 Penindakan korupsi harus dimulai dari atas ke bawah, bukan dari bawah ke atas. Artinya harus dimulai dari korupsi yang triliunan dan ratusan milyar. Pemberantasan tindak pidana korupsi harus dilakukan secara sistemik dan konsisten melalui pendekatan integral antara upaya represif dan upaya preventif. Upaya represif atau sering disebut upaya penal, dilakukan dengan menerapkan hukum pidana (criminal law application) guna menimbulkan efek jera (deterrent effect) bagi pelaku dan menimbulkan daya cegah (prevency effect) bagi masyarakat agar menghindari segala bentuk korupsi. Upaya preventif, dilakukan melalui srana di luar hukum pidana (non-penal). Sarana penanggulangan korupsi di luar hukum pidana dapat dilakukan melalui: pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment) dan mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media masa (influencing views of society on crime and punishment/mass media).8 III.PENUTUP Kesimpulan a. Kebijakan hukum pidana dalam penanggulangan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat legislatif negara diatur dalam KUHP Buku II Bab XXVIII khususnya yang mengatur delik yang dilakukan oleh pejabat. Dalam hal penyuapan (Pasal 209, 210, 418, 419 dan 420 KUHP) telah ditarik menjadi 7 Harris Y.P. Sibuea,Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia, Info Singkat Hukum, Vol. VI, No. 18/II/P3DI/September/2014, h. 2 8 Kejaksaan Republik Indonesia, Seminar Strategi Dan Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Melalui Tindakan Preventif dan Represif,http://www.kejaksaan.go.id/unit_kejaksaan.php? idu=28&idsu=39&idke=0&hal=1&id=1405, diunduh pada 01 Agustus 2014
  • 6. 6 delik korupsi menurut Pasal 5, 6, 7, 8, 9 dan 12 dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2001 yang mengubah Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi No. 31 Tahun 1999. b. Kebijakan hukum pidana yang mengatur mengenai tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara terutama lembaga legislatif Sanksi pidana yang berat tidak hanya berorientasi pada jenis tindak pidana tertentu melainkan juga berkaitan dengan pemberatan. Pemberatan atau kualifikasi tertentu dari seorang pejabat atau aparat penegak hukum dapat dipandang cukup beralasan untuk mengenakan sanksi pidana penjara seumur hidup bagi pelaku tindak pidana korupsi. IV. DAFTAR PUSTAKA B.N Marbun, 1992, DPR-RI Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Harris Y.P. Sibuea,Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia, Info Singkat Hukum, Vol. VI, No. 18/II/P3DI/September/2014 J.E Sahetapy, 1979, Kapita Selekta Kriminologi, Alumni, Bandung Kejaksaan Republik Indonesia, Seminar Strategi Dan Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Melalui Tindakan Preventif dan Represif,http://www.kejaksaan.go.id/unit_kejaksaan.php? idu=28&idsu=39&idke=0&hal=1&id=1405, diunduh pada 01 Agustus 2014 Pujiyono, 2007, Kumpulan Tulisan Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta Teguh Sulista dan Aria Zumetti, 2011, Hukum Pidana : Horizon Baru Pasca Reformasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta www.merdeka.com, Negara Rugi Rp. 39 Triliun Akibat Korupsi, diunduh pada 15 September 2013
  • 7. 6 delik korupsi menurut Pasal 5, 6, 7, 8, 9 dan 12 dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2001 yang mengubah Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi No. 31 Tahun 1999. b. Kebijakan hukum pidana yang mengatur mengenai tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara terutama lembaga legislatif Sanksi pidana yang berat tidak hanya berorientasi pada jenis tindak pidana tertentu melainkan juga berkaitan dengan pemberatan. Pemberatan atau kualifikasi tertentu dari seorang pejabat atau aparat penegak hukum dapat dipandang cukup beralasan untuk mengenakan sanksi pidana penjara seumur hidup bagi pelaku tindak pidana korupsi. IV. DAFTAR PUSTAKA B.N Marbun, 1992, DPR-RI Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Harris Y.P. Sibuea,Pencegahan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia, Info Singkat Hukum, Vol. VI, No. 18/II/P3DI/September/2014 J.E Sahetapy, 1979, Kapita Selekta Kriminologi, Alumni, Bandung Kejaksaan Republik Indonesia, Seminar Strategi Dan Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Melalui Tindakan Preventif dan Represif,http://www.kejaksaan.go.id/unit_kejaksaan.php? idu=28&idsu=39&idke=0&hal=1&id=1405, diunduh pada 01 Agustus 2014 Pujiyono, 2007, Kumpulan Tulisan Hukum Pidana, Mandar Maju, Bandung Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta Teguh Sulista dan Aria Zumetti, 2011, Hukum Pidana : Horizon Baru Pasca Reformasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta www.merdeka.com, Negara Rugi Rp. 39 Triliun Akibat Korupsi, diunduh pada 15 September 2013