Dokumen tersebut membahas tentang blow out fracture yang merupakan trauma yang menyebabkan displacement tulang orbita, jaringan orbital dan bulbus mata ke luar dari rongga orbita yang dapat menyebabkan enophtalmus dan diplopia. Dokumen juga menjelaskan anatomi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan blow out fracture secara non-surgical maupun surgical.
2. Definisi
Trauma yang menyebabkan displacement dari tulang
orbita, orbital tissue dan bulbus oculi ke arah luar dari
rongga orbita yang dapat menyebabkan enophtalmus
(mata terlihat masuk kedalam rongga orbita) dan
dipoplia (pandangan berganda), yang merupakan
akibat tekanan hidraulik pada bola mata dan dapat
berupa tekanan mendadak bola mata.
2
3. • ½ ant orbita : dilapisi tulang
tebal dan lapisan lemak yg
tebal tahan trauma
• ½ post orbita : tulang tipis;
lapisan lemak tipis Rentan
trauma
3
Anatomi
8. 8
Location Contents
Superior orbital fissure—lesser and
greater wings of sphenoid
Motor nerves: III (superior and
inferior divisions), IV (trochlear), V
(abducens)
Sensory nerves: V1 (frontal, lacrimal,
nasociliary),
sympathetic fibers
Vessels: superior ophthalmic vein,
anastomosis of
recurrent lacrimal and middle
meningeal arteries
Inferior orbital fissure—greater wing
of sphenoid; palatine, zygomatic
and maxillary bones
Sensory nerves: V2 (infraorbital and
zygomatic), parasympathetic
branches of pterygopalatine ganglion
Vessel: inferior ophthalmic vein and
branches to pterygoid plexus
9. Epidemiologi
9
Hollier (2000) : pasien trauma Trauma orbita
33%
70% terjadi bersamaan dengan multitrauma
50% bersamaan dengan facial trauma
11. Patofiologi
11
Tekanan yang kuat ke bola mata mendorong bola
mata ke belakang dan ke bawah meningkatnya
tekanan intraorbital fraktur pada titik yang paling
lemah pada orbital wall
12. Sumber : Bullock, Transactions of The American Ophthalmological Society. VOL. XCVII, 1999
HYDRAULIC THEORY
(RETROPULSION)
BUCKLING THEORY
12
Patofiologi
14. Diagnosis
14
Gangguan
gerak bola
mata
Nyeri
Mekanisme
cedera
Anamnesis
Sumber : Saxena et al, 2010
pada saat pasien
diperintahkan
melihat kebawah ,
keatas, kanan dan
kiri bola mata (iris)
yang sehat bergerak
sesuai perintah
sedangkan pada
bola mata yang blow
out frakture tidak
dapat mengikuti
pergerakan bola
mata yang normal
15. 15
Pergerakan bola mata yang terganggu diakibatkan
oleh posisi bola mata yang tidak pada tempatnya
yang mengakibatkan posisi apex orbita berubah,
sehingga mengakibatkan terjepitnya otot-otot,
edema orbita yang mengganggu pergerakan bola
mata
16. 16
Early sign
Peri orbital ekimosis
Emphysema dari kelopak mata
Paraesthesia dan anesthesia
Ipsilateral epistaksis
Proptosis
Late sign
Enopthalmos dan mekanikal ptosis
Diplopia
Diagnosis
18. Diagnosis
18
CT Scan 3D
CT Scan coronal
dan Sagital
potongan 1 mm
Pemeriksan
fisik
Pemeriksaan
penunjang
Herniasi Jaringan lemak orbital keluar ke sinus
maxillaris
20. 20
Penatalaksanaan
Surgical
Indikasi :
Wajah asimetris
Gangguan fungsi mengunyah
Gangguan fungsi pernapasan
Gangguan penglihata
Tujuan :
memperbaiki atau mempreservasi fungsi penglihatan ataupun
kosmetik wajah.
- Waktu :
Penatalaksanaan dini 2 minggu post trauma
22. Surgical Procedure Fraktur Orbital Floor
Setelah penandaan dan infiltrasi sempurna pada kelopak
mata bagian bawah dan sepanjang inferior orbital rim,
dilakukan insisi pendekatan transkutaneus (subtarsal/
subcilliar) sesuai penandaan dan perencanaan gambar,
dilakukan diseksi tumpul hingga periosteum bagian
anterior dari inferior orbital rim, periosteum dipisahkan dari
tulang terus menyusuri dasar orbita dengan
memperhatikan batas depan dari nervus optikus, lalu
dilakukan reposisi pada daerah fraktur dengan
menaikkan/mengangkat bagian dasar orbital yang turun ke
bawah kembali ke posisi anatomic awal, dilakukan
pemasangan bone graft/plate and screw pada daerah
fraktur. Bila perlu dilakukan pemasangan mesh untuk
menutup defek pada dasar orbita, dan luka operasi ditutup
lapis demi lapis.
22
Penatalaksanaan
23. Orbital Implants
Tergantung derajat kominutif dan ukuran fraktur
Macam material implant :
autologous grafts,
allogenic
alloplastik.
23
Penatalaksanaan
24. 24
Alloplastik terdiri dari dua jenis yaitu permanen dan
resorbable.
Contoh implan permanen non metallic adalah porous
polyethylene, teflon, marlex mesh, silastic sheets, bioactive
glass dan untuk metal seperti titanium, vitallium.
Material alloplastik yang resorbable adalah polylactic,
polydioxanone dan polyglactin.
Keuntungan penggunaan material alloplastik permanen
adalah mudah dibentuk, dapat digunakan untuk defek yang
besar, dan mengurangi lama operasi.
Kekurangannya adalah dapat menimbulkan infeksi, reaksi
benda asing, migrasi dan ekstrusi dari implan.20 Material
alloplastik akan sulit dikeluarkan kembali apabila timbul
infeksi.