SlideShare a Scribd company logo
Assessment, Interpretation and
Management of Cranial Nerve
Dysfunction
Dwi Kartika Rukmi
kartikarukmi@ymail.com
N I: OLFAKTORIUS
 Nervus I, jenis saraf sensori, mengambil informasi
dari udara utk diinterpretasikan
 N I penting utk kehidupan social dan terkadang untuk
kepentingan fisik: ex: tanda bahaya saat ada bau
asap
 Saraf sensori bau ini berakhir di cavum nasal paling
atas  melintas cibriform plate di tulang ethmoidal 
sampai kecranium dimana terdapat olfactory bulbs
saraf olfactory mengirim signal ke cortex olfactorius
di lobus temporal
 Cortec olfactorius
terhubung dengan
area lain spt system
limbic
memperhitungkan
aspek emosional
terhadap persepsi
bau
 Bau dpt sangat
berhubungan dengan
memori  Proust
Phenomenon
N II: OPTIKUS
 N II, jenis saraf sensori  mendukung fungsi sensori
retina
 Terdiri dari dua bentuk reseptor : batang
(pengelihatan gelap/twilight vision), kerucut (siang
hari/ colour vision)
 Area macula terdiri dari banyak reseptor batang
fungsi virtual acuity
 Ganglion dari N II membentuk lapisan diretina
dengan axon yang mengumpul di optic disc (optic
disc tidak memiliki sel sensorik shg disebut “BLIND
SPOT)
 Ganglion kmdn berhubungan dengan reseptor
batang/kerucut melalui neuron bipolar dan
mendapatkan supply darah dari artery retina sentral
 Axon N II berikatan bersama secara histologi kearah
sclera
 N II yang konvergen di optic chiasma masuk
kekranium melewati foramen optic kmdn serabut
yang datang dari nasal side setiap retina bersilangan
dan berproses kearah hemisfer yang berlawanan
 Formasi seperti ini membuat saraf optikus yang
keluar dari optic chiasma membawa informasi dari
nasal field (lapang pandang dekat dgn hidung) mata
yang belawanan (kontralateral) dan informasi dari sisi
temporal (jauh dari hidung) untuk mata ipsilateral
Nervus III,IV dan VI
 N III: Oculomotorius
 N IV: Trochlearis
 N VI: Abducens
 Ketiganya berfungsi untuk
pergerakan bola mata (
lateral rectus oleh N VI,
superior oblique oleh N IV
dan lainnya oleh N III)
 Termasuk jenis saraf
motorik
 Walopun dominan dengan saraf
motoric, namun ketiga nervus tersebut
mengandung sedikit saraf sensorik
untuk mengawal data proprioceptive
(ex: berjalan dengan mata tertutup)
 Kontraksi dan dilatasi pupil dipangaruhi
system parasimpatis dan simpatis pada
N III
 Selain kontraksi pupil, N III juga
mengontrol elevasi otot palpebral
superior  lesi dpt berakibat ptosis
N V: TRIGEMINUS
 Tiga cabang dari N V (ophtalmic,
maxillary dan mandibularis)
membuatnya dpt mengontrol
pergerakan pada wajah, mulut dan
rahang
 Fungsi sensorik dan motorik
 Cabang opthmalmic: sensasi pada
dahi, kelopak mata atas, kornea
dan kulit kepala bagian depan
 Cabang maxillary: sensasi pipi,
kelopak mata bawah, bibir atas
 Cabang mandibular: sensasi bibir
bawah, rahang bagian bawah dan
bagian anterior lidah
 Untuk fungsi motoric dari N V :
menggigit, mengunyah dan menelan
 Karena fungsi dari otot rahang penting
utk fungsi bicara (speech production)
maka orang dgn lesi pada N V dpt
berakibat pada gangguan komunikasi
N VII: FACIALIS
 Nervus fasialis mengandung serabut motoric
yang mensuplai sebagian besar otot wajah
dan juga serabut otonom pada kelenjar
lakrimalis dan salivary
 N VII juga mengandung serabut sensorik dari
2/3 anterior lidah yang membawa informasi
ttg rasa
 N VII penting untuk fungsi bicara bersama
dng N V untuk menghasilkan kalimat yang
jelas (clear speech)
N VIII:VESTIBULOCOCHLEARIS
 Merupakan saraf sensorik yang penting untuk
fungsi pendengaran (cochlea) dan informasi
keseimbangan (vestibular system)
 Mengandung sedikit saraf motoric yang
berfungsi untuk melunakkan sel rambut
didalam telinga sehingga menurunkan
persepsi akan suara
 Suara yang ditangkap dikirimkan oleh labirin
kebatang otak dan cerebellum
N IX: GLOSSOPHARINGEUS
 Glossopharingus tidak memiliki nucleus sendiri di
system saraf pusat, tetapi serabutnya terhubung
dengan beberapa nervus kranial yang lain
 N IX sebagian terdistribusi bersama dengan N Vagus
(N X) dan the carotid body  monitor tekanan darah
 N IX menyediakan input motoric kepada otot pharing
dan input parasimpatis pada kelenjar saliva
 N IX juga menyediakan input sensorik pada 1/3
posterior lidah, pharing dan telinga tengah
 Sangat penting dalam koordinasi proses menelan
N X: VAGUS
 Cabang dari nervus ini sangat luas
distribusinya mulai dari telinga sampai
ke rectum
 Menyediakan sebagian besar output
parasimpatis pada organ dalam di
rongga abdomen dan thorak
Distribusi Nervus Vagus
N XI: Accessoris
 Bbrp serabut dari N XI berasal dari spinal (cervical )
yang kmdn masuk ke cranium melalui foramen
magnum
 Beberapa serabut yang lain berasal dari batang otak
 Serabut spinal dan batang otak kemudian bersatu
dan keluar bersama melalui jugular foramen di dasar
kepala
 N XI merupakan saraf motoric yang menginervasi
pergerakan otot bahu, otot sternocleidomastoid dan
otot palatum serta pharynx.
N XII: HYPOGLOSSAL
 Sebagian terdiri dari (sebagian besar) saraf
motoric yang menginervasi otot intrinsic lidah
dan bertanggung jawab terhadap pergerakan
lidah
 Ada sedikit saraf sensorik proprioceptive
 Penting dalam fungsi pergerakan menelan,
bicara (membedakan hurup vocal dan
konsonan)
TESTING CRANIAL NERVES
AND INTEPRETING FINDINGS
OLFAKTORIUS
 N I biasanya baru dikaji apabila pasien
mengeluh adanya kelainan
 Bau utk tes N I dpt berasal dari barang
disekitar kita: lemon, lavender, sabun, sop,
coklat, kopi atau bau bauan lain yang khas
 Bau baunya menyengat (ammonia, minyak
kayu putih) dapat dideteksi oleh N trigeminal
di akhir saraf mukosa hidung  tidak
disarankan
Cara tes N I
 Tes dilakukan dengan menutup salah
satu lubang hidung, mulut tertutup kmdn
diminta mencium bahan tes  pasien
tidak harus tahu benda yang dicium,
namun lebih kearah bisa membedakan
ketajaman antara bau yang satu
dengan yang lain (disarankan tes
dengan lebih dari 1 bahan tes)
Hasil Temuan dan kelainan:
 Anosmia (kehilangan total kemampuan pembau):
bisa disebabkan karena kongenital atau kerusakan
mukosa hidung. Infeksi saluran nafas atas jg dpt
menyebabkan anosmia sementara (hanya sementara
shg diexclude sbg penyebab anosmia)
 Kehilangan/ perubahan kemampuan pembau yang
bersifat sementara atau permanen dapat disebabkan
karena trauma kepala, drugs, gangguan endokrin
(penyakit Addison), tumor otak dan aneurisma pada
circle of willis
 Halusinasi bau disebabkan karena kejang atau
migren
 Hilang sensasi bau sangat
berhubungan dengan sense of taste
shg dpt berefek pada nafsu makan 
manajemen nutrisi
 Anosmia juga berakibat kurang
waspada  saran pasang detector
asap untuk memberitahu pasien saat
ada kebakaran
OPTIKUS
 TES LAPANG PANDANG
 Tes lapang pandang
berguna utk mendeteksi
adanya kerusakan pada
ganglion diretina ataupun
saraf dari retina
 Cara tes lapang pandang
Cara test
1. Pasien dan examiner duduk/ berdiri berhadapan dgn jarak 1
meter
2. Berpandangan satu sama lain (examiner mengingatkan
apabila pasien tidak focus)
3. Pasien menutup mata kiri, examiner mata kanan
4. Examiner menggerakkan pensil dengan tangan kiri dari arah
diluar lapang pandang menuju ketengah secara perlahan
5. Pasien diminta untuk memberitahu apabila pensil tersebut
sudah masuk kearea lapang pandang (saat pasien dan
examiner bisa sama sama melihat pensil memasuka area
lapang pandang = normal)
6. Jika examiner sudah melihat pensil namun pasien belum
melaporkan melihat maka bisa dicurigai ada gangguan lapang
pandang  pemeriksaan lanjut
Hasil Temuan dan kelainan:
 Kerusakan lapang pandang
dapat disebabkan karena
inflamasi atau lesi baik
vascular maupun kompresi
pada N II
 Biasa muncul pada tumor otak,
stroke dan cedera kepala
 Gangguan lapang pandang
juga dpt terjadi akibat glukoma
dan perlengketan retina tidak
menyebabkan gangguan
neurologis
TES KETAJAMAN PENGELIHATAN
 Dapat dilakukan dengan menggunakan snellen test
 Apabila snellen tidak ada, bisa dengan membaca Koran
atau buku.
 Minta pasien untuk membaca dengan mata ditutup satu
 Jika pasien memang memakai kacamata, sebelum dites
minta pasien memakai kacamatanya  menghindari bias
 Jika tdk ada buku/koran/snellen tes dengan menghitung
jumlah jari atau gerakan tangan yang ditujukkan oleh
examiner dalam jarak 30 cm  disebut tes count finger
(c/f) atau hand movement (h/m)
 Jika tes c/f atau h/m gagal maka examiner menyorotkan
penlight kemata pasien dan diminta utk berespon apakah
melihat cahaya atau tidak  disebut tes perception of light
(p/l)
 Hasil positif apabila dapat melihat tes yang dilakukan
Hasil Temuan dan kelainan:
 Gangguan ketajaman pengelihatan dpt
disebabkan karena:
1. Rabun jauh/ dekat
2. Katarak
3. Uveitis
4. Ulserasi kornea
5. Kerusakan pada pathway nervus
optikus
TES COLOUR VISION
 Menggunakan buku Ishihara
 Pasien normal akan melihat figure atau pola
yang ada dibuku
 Pasien yang tidak normal: tidak melihat atau
melihat namun bentuknya lain
 Tes lain yang dapat digunakan adalah tes
sensitivitas warna  pasien diminta
membedakan bentuk bangunan/benda yang
diprint dengan warna yang sangat mendekati
warna putih  kemampuan ini berkurang
pada orang yang mengalami papiledema
Hasil Temuan dan kelainan:
 Gangguan pada colour vision
disebabkan:
1. Efek samping obat antiepilepsi
2. Efek samping digoxin
3. Katarak
4. Kongenital (buta warna bawaan)
5. Retinopati
OCULOMOTORIUS,
TROCHLEARIS, ABDUCENS
TES PERGERAKAN BOLA MATA
 Dilakukan dengan meminta pasien
menggerakkan bola mata mengikuti gerakan
benda (pen atau jari) kesembilan posisi
berbeda: kiri atas tengah kanan, tengah kiri
tengah kanan dan bawah kiri tengah kanan)
 Tes kedua mata bergantian (apabila
diperlukan)
 Catat adanya kelainan
TES KONTRIKSI PUPIL
 Dilakukan dengan menggunakan pen light
 Dilakukan ditempat tidak terlalu terang (pupil lbh
dilatasi dan mudah diamati)
 Nyalakan penlight dan sinarkan melintasi mata dari
pinggir ketengah
 Amati mata yang disinari dan lihat kecepatan pupil
bereaksi terhadap sinar untuk mengkaji direct light
response
 Lakukan hal yang sama pada mata yang sama
namun amati pupil dimata sebelahnya untuk
mengkaji indirect light response
 Pupil harus sama bentuk dan ukuran ( bulat, 2-6 mm)
Hasil Temuan dan kelainan:
 Ukuran pupil dpt dipengaruhi oleh obat obatan:
antikolinergik  dilatasi, opiate  pinpoint
 Migren dan palsi nervus III  dilatasi pupil
 Pupil yang lambat/ tidak bereaksi thd cahaya
kompresi N III atau tanda terjadi herniasi trans
tentorial
 Gangguan N II  afferent pupilary defect/ optic
neuritis (lihat gambar)
 Gangguan N III  efferent pupilary defect (lihat
gambar)
 Ptosis  kelemahan
N III
 Diplopia
(pengelihatan dobel)
 gangguan
koordinasi dari
pergerakan bola mata
 pasien dilarang
berkendara terlebih
dahulu
 Sindroma horner:
sindroma langka
yang disebabkan
karena adanya lesi
yang mengganggu
suplai saraf simpatis
dari hipotalamus ke
kelopak mata 
pupil kontriksi pada
pemeriksaan
penlight, ptosis
 Juling  sedikit gerakan pada mata,
diplopia dan sering menaikan kelopak
mata untuk meminimalkan diplopia
 Nistagmus bisa disebabkan karena
gangguan fungsi otot mata atau tanda
gangguan pada vestibular  muncul
pada penyakit vascular, multiple
sclerosis, neoplasma, Wernicke
encephalopathy, intoksikasi alcohol dan
toksisitas obat (ex; phenytoin)
TRIGEMINUS
 Tes fungsi N V termasuk didalamnya
mengkaji sentuhan, rasa dan fungsi motoric
dari rahang, pipi dan bibir
 Utk tes fungsi motoric dilakukan dengan
palpasi tonjolan otot masseter dan temporal
ketika rahang menutup  kmdn meminta
pasien membuka rahang  jika ada satu sisi
yang lemah bs dikarenakan efek dari bagian
yang terkena
 Tes sentuhan dilakukan dengan
menggunakan cotton bud dan
dirabakan pada tiga area cabang
trigeminus (ophthalmic, maxillary dan
mandibular) minta pasien menutup
mata saat diusap dengan cotton bud
dan menyebutkan area yang diraba
 Tes reflek kornea dilakukan dengan
cara mengusap pelan salah satu kornea
dgn cotton bud efek berkedip kedua
mata
Hasil Temuan dan kelainan:
Gangguan pada N V dapat berupa:
 Kehilangan sensasi muka unilateral +
kehilangan pendengaran unilateral  lesi
cerebello pontine ex: neuroma akustik
 Herpes zooster opthalmicus (2/1000 insiden):
infeksi herpes yang mengenai cabang
opthalmicus N Vtimbul nyeri pada area kulit
kepala, ujung hidung, kornea dan mata 
pengobatan dengan antiviral (acyclovir) oral
atau IV + analgesik
 Trigeminal neuralgia: rasa nyeri tajam unilateral pada
muka dan biasanya disertai dengan mata berair
(kondisi langka 4,3/100.000), sering menyerang
wanita tua tidak jelas penyebabnya namun diduga
karena iritasi dari saraf yang masuk dalam batang
otak  ditandai dengan serangan nyeri yang
paroksimal, tajam,menusuk yang dipicu karena
kegiatan normal spt mengunyah, bicara, cuci muka,
gosok gigi bahkan terkena tiupan angin dingin
FACIALIS
 Dilakukan dengan meminta pasien untuk
tersenyum, cemberut dan mengembungkan pipi
 lakukan dengan beberapa cara supaya lebih
detail (minta pasien mengangkat alis,
memejamkan mata dengan kuat,
memonyongkan mulut dan menggembungkan
pipi) sentuh pipi (Normal: pipi tidak akan
kempes) cek adanya kelainan lain seperti
ketidaksimetrisan wajah, mata tdk menutup
sempurna dll
 Tes pengecapan rasa (taste) dilakukan
dengan cara meneteskan air garam,
gula, jus lemon dan kopi (perwakilan
rasa asin, manis, asam dan pahit) di
mana saja pada 2/3 anterior lidah 
cek adanya kelainan
Hasil Temuan dan kelainan:
 Kelemahan nervus facialis
yang disebabkan krn bbrp
hal (lihat box)
 Hemifacial spasm shock
like contraction of the face,
unilateral dan biasanya
menyerang wanita berusia
tuaetiologi pasti tidak jelas
namun diduga karena iritasi
saraf pada pembuluh darah,
tumor multiple sclerosis,
bells palsy  ditangani
dengan injeksi toksin
botulinum
 Bell’s palsy: paralisis idiopatik dan
unilateral pada wajah  disebabkan
herpes zoster dan lyme disease 
onset cepat, mata berair dan kelopak
mata gagal menutup  kornea rentan
rusak karena kelopak mata tdk
menutup, kesulitan bicara, makan dan
minum
Peripheral 7th palsyCentral 7th palsy
VESTIBULOCOCHLEARIS
 Tes paling mudah adalah dengan menutup
salah satu lubang telinga, kemudian
membisikkan kalimat pada telinga yang
terbuka dan meminta pasien mengulangi
kalimat yang dibisikkan. Apabila tidak
mendengar tingkatkan volume suara sampai
suara terdengar pada rentang normal  jika
tetap tidak mendengar berarti ada kelainan
 Tes lain dilakukan dengan Rinne dan Weber
memakai garputala
 Mengkaji keseimbangan dan system
vestibular: minta pasien untuk berjalan
sepanjang lintasan yang telah ditentukan
 Sistem vestibular juga dpt dikaji dengan
Romberg test : minta pasien berdiri dengan
salah satu kaki diangkat dan menatap
kedepan selama 30 detik  minta pasien
tutup mata  negative: pasien cm bergoyang
sebentar, positive: pasien sgt terganggu
keseimbangannya (bergoyang lama)
 Tes caloric: digunakan utk identifikasi
keparahan kerusakan pada batang otak
superior pada pasien yang tidak sadar
Hasil Temuan dan kelainan:
Gangguan pada N VIII dapat berupa:
 Tuli konduktif (infeksi, serumen)
 Tuli sensori (acoustic neuroma, trauma)
 Tinnitus (lesi yang menyebabkan tuli dapat menjadi
penyebab tinnitus juga)
 Acoustic neuroma (tuli sensori pada tes rinne dan
weber)
 Vertigo (labirinitis akut, Meniere disease, multiple
sclerosis)
 Ataxia (kerusakan system vestibular)
GLOSSOPHARINGEUS
 Tes menelan dan tes reflek muntah
 Tes menelan: pasien diminta minum air
putih (5 ml)
 Test reflek muntah: menyentuh bagian
posterior paring dengan stick (tounge
spatel)
Hasil Temuan dan kelainan:
 Kerusakan pada N IX: Kehilangan kemampuan
menelan dan reflek muntah
 Gangguan bicara juga mungkin terjadi terutama pada
suara nasal sounds (m,n,ng)
 Glosopharyngeal neuralgia: nyeri yang berlangsung
dalam hitungan detik/menit, menyebar ketelinga dan
dipicu karena aktivitas menelan  diduga karena
multiple sclerosis atau kompresi saraf
VAGUS
 Minta pasien untuk berkata “aahh” dengan mulut
terbuka  apabila da kelemahan, uvula akan terlihat
deviasi kearah bagian yang tidak terkena (sehat)
 Sensasi: dilakukan dengan mengusap kulit belakang
telinga atau area meastus externa telinga
 Kemampuan menelan dikaji utk evaluasi inervasi otot
pharynx
 Motorik dan sensorik organ dalam susah dikaji
namun dapat dilakukan dengan mengkontraskan
hasil pengukuran TD saat berbaring dan berdiri, nadi
dan AGD juga dapat memberikan informasi terkait
fungsi ini
ACCESORIES
 Pasien diminta untuk mengangkat bahu,
menolehkan kepala
 Kekuatan otot dilakukan dengan memberikan
tahanan/beban pada bahu dan kemampuan
pasien menahan beban tsb
 Lesi pada N XI jarang terjadi
 Kerusakan pada N XI: kehilangan fungsi
bahu dan tidak mampu mengangkat lengan
HYPOGLOSSUS
 Minta pasien menjulurkan lidah: apabila
ada kelamahan maka lidah akan
cenderung mengarah kearah yang tidak
terkena (sehat) karena area yang
mengalami kelamahan tidak
menyediakan counterbalance terhadap
gerakan menjulurkan lidah
Hasil Temuan dan kelainan:
 Kerusakan pada N XII bisa disebabkan
krn multiple sclerosis, stroke maupun
trauma  fascikulasi lidah (tremor pada
lidah)
 Bulbar palsy: gangguan bilateral pada N
IX, X,dan XII yang disebabkan krn
penyakit motor neuron, stroke, guillain
barre syndrome dan myasthenia
 Woodward, S.W., Mestecky,A.M.2011. Neuroscience Nursing
Evidence Based Practice. United Kingdom: Wiley-Blackwell
 Wilkinson,I ., Lennox, G. 2005. Essential Neurology (4 th
edition). Oxford : Blackwell Publishing .
 Lindsay, K.W .,Bone, I. 2004. Neurology and Neurosurgery
Illustrated . Edinburgh : Churchill Livingstone .
Thank you

More Related Content

What's hot

PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
Sulistia Rini
 
Case OMSK
Case OMSKCase OMSK
Case OMSK
Teo Wijaya
 
Mandala of health paul
Mandala of health   paulMandala of health   paul
Mandala of health paul
alfonsina pentury
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungVerar Oka
 
Pemeriksaan psikiatri
Pemeriksaan psikiatriPemeriksaan psikiatri
Pemeriksaan psikiatri
fikri asyura
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
fikri asyura
 
Lapsus mely
Lapsus melyLapsus mely
Lapsus melym3ly22
 
tehnik operasi tiroidektomi
tehnik operasi tiroidektomitehnik operasi tiroidektomi
tehnik operasi tiroidektomi
boby-nugroho
 
wawancara-dan-pemeriksaan-psikiatri
wawancara-dan-pemeriksaan-psikiatriwawancara-dan-pemeriksaan-psikiatri
wawancara-dan-pemeriksaan-psikiatri
Dhian Khikmah
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
CoassTHT
 
Trauma mata
Trauma mataTrauma mata
Trauma mata
Kadek Lovina
 
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULERMODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
Rindang Abas
 
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
Sulistia Rini
 
Refrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSISRefrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSIS
Kharima SD
 
Hypertrophy of Adenoid
Hypertrophy of AdenoidHypertrophy of Adenoid
Hypertrophy of Adenoid
Muslim Community Association
 
Anatomi hidung
Anatomi hidungAnatomi hidung
Anatomi hidung
fikri asyura
 
80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebriCornelius Liza
 
Neuropati perifer non diabetik
Neuropati perifer non diabetikNeuropati perifer non diabetik
Neuropati perifer non diabetik
Suharti Wairagya
 

What's hot (20)

Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PALPASI JANTUNG PADA ANAK
 
Case OMSK
Case OMSKCase OMSK
Case OMSK
 
Mandala of health paul
Mandala of health   paulMandala of health   paul
Mandala of health paul
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
 
Pemeriksaan psikiatri
Pemeriksaan psikiatriPemeriksaan psikiatri
Pemeriksaan psikiatri
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Askep spina bifida
Askep spina bifida Askep spina bifida
Askep spina bifida
 
Lapsus mely
Lapsus melyLapsus mely
Lapsus mely
 
tehnik operasi tiroidektomi
tehnik operasi tiroidektomitehnik operasi tiroidektomi
tehnik operasi tiroidektomi
 
wawancara-dan-pemeriksaan-psikiatri
wawancara-dan-pemeriksaan-psikiatriwawancara-dan-pemeriksaan-psikiatri
wawancara-dan-pemeriksaan-psikiatri
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
 
Trauma mata
Trauma mataTrauma mata
Trauma mata
 
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULERMODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
 
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
 
Refrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSISRefrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSIS
 
Hypertrophy of Adenoid
Hypertrophy of AdenoidHypertrophy of Adenoid
Hypertrophy of Adenoid
 
Anatomi hidung
Anatomi hidungAnatomi hidung
Anatomi hidung
 
80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri
 
Neuropati perifer non diabetik
Neuropati perifer non diabetikNeuropati perifer non diabetik
Neuropati perifer non diabetik
 

Similar to Assesment, interpretation n management of cranial nerve dysfunction

Kelompok5_dr.Dwi Rita_210600111_Gresi Amelia.pdf
Kelompok5_dr.Dwi Rita_210600111_Gresi Amelia.pdfKelompok5_dr.Dwi Rita_210600111_Gresi Amelia.pdf
Kelompok5_dr.Dwi Rita_210600111_Gresi Amelia.pdf
21111GresiAmelia
 
5. fisiology penglihatan
5. fisiology penglihatan 5. fisiology penglihatan
5. fisiology penglihatan
Ronald Wiradirnata
 
Anatomi dan fisiologi sistem persarafan
Anatomi dan fisiologi sistem persarafanAnatomi dan fisiologi sistem persarafan
Anatomi dan fisiologi sistem persarafanFedi Nurrizall
 
5 lima alat indera manusia
5 lima alat indera manusia5 lima alat indera manusia
5 lima alat indera manusia
Indhara Khanta
 
Biofis - Anatomi Sistem Sensorik
Biofis - Anatomi Sistem SensorikBiofis - Anatomi Sistem Sensorik
Biofis - Anatomi Sistem Sensorikngurahjayaantara
 
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdfPulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
MRoyanzainuddin9A
 
Alat indra
Alat indraAlat indra
Alat indra
Krisna Mustofa
 
ANATOMI SISTEM PANCA INDRA__________.pdf
ANATOMI SISTEM PANCA INDRA__________.pdfANATOMI SISTEM PANCA INDRA__________.pdf
ANATOMI SISTEM PANCA INDRA__________.pdf
fonnykurnia12
 
Bell's palsy
Bell's palsyBell's palsy
Bell's palsy
dr. Rachel Sagrim
 
Panca indera manusia
Panca indera manusiaPanca indera manusia
Panca indera manusia
Dalhar Aljafar
 
Lks sistem koordinasi
Lks sistem koordinasiLks sistem koordinasi
Lks sistem koordinasi
SMAN 2 Indramayu
 
PANCA INDERA PPT.pptx
PANCA INDERA PPT.pptxPANCA INDERA PPT.pptx
PANCA INDERA PPT.pptx
GedeputuNikibagus
 
Teori persyarafan
Teori persyarafanTeori persyarafan
Teori persyarafan
Heri Zalmes Dodge Tomahawk
 
Power point makalah kelompok 11
Power point makalah kelompok 11Power point makalah kelompok 11
Power point makalah kelompok 11
HRPTAIS
 
Kepleh
KeplehKepleh
Kepleh
RafikaZuni
 
Alat indra
Alat indraAlat indra
Alat indra
indah nb
 
Ppt sistem sensori
Ppt sistem sensoriPpt sistem sensori
Ppt sistem sensori
nita maulida
 
sistem regulasi manusia
sistem regulasi manusiasistem regulasi manusia
sistem regulasi manusia
eka noviana
 
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAPSISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
01012015
 

Similar to Assesment, interpretation n management of cranial nerve dysfunction (20)

Kelompok5_dr.Dwi Rita_210600111_Gresi Amelia.pdf
Kelompok5_dr.Dwi Rita_210600111_Gresi Amelia.pdfKelompok5_dr.Dwi Rita_210600111_Gresi Amelia.pdf
Kelompok5_dr.Dwi Rita_210600111_Gresi Amelia.pdf
 
5. fisiology penglihatan
5. fisiology penglihatan 5. fisiology penglihatan
5. fisiology penglihatan
 
Anatomi dan fisiologi sistem persarafan
Anatomi dan fisiologi sistem persarafanAnatomi dan fisiologi sistem persarafan
Anatomi dan fisiologi sistem persarafan
 
Fisiologi sistem saraf
Fisiologi sistem sarafFisiologi sistem saraf
Fisiologi sistem saraf
 
5 lima alat indera manusia
5 lima alat indera manusia5 lima alat indera manusia
5 lima alat indera manusia
 
Biofis - Anatomi Sistem Sensorik
Biofis - Anatomi Sistem SensorikBiofis - Anatomi Sistem Sensorik
Biofis - Anatomi Sistem Sensorik
 
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdfPulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
Pulupugbglueysoyaoyatiaitstisitatjsigsktstj.pdf
 
Alat indra
Alat indraAlat indra
Alat indra
 
ANATOMI SISTEM PANCA INDRA__________.pdf
ANATOMI SISTEM PANCA INDRA__________.pdfANATOMI SISTEM PANCA INDRA__________.pdf
ANATOMI SISTEM PANCA INDRA__________.pdf
 
Bell's palsy
Bell's palsyBell's palsy
Bell's palsy
 
Panca indera manusia
Panca indera manusiaPanca indera manusia
Panca indera manusia
 
Lks sistem koordinasi
Lks sistem koordinasiLks sistem koordinasi
Lks sistem koordinasi
 
PANCA INDERA PPT.pptx
PANCA INDERA PPT.pptxPANCA INDERA PPT.pptx
PANCA INDERA PPT.pptx
 
Teori persyarafan
Teori persyarafanTeori persyarafan
Teori persyarafan
 
Power point makalah kelompok 11
Power point makalah kelompok 11Power point makalah kelompok 11
Power point makalah kelompok 11
 
Kepleh
KeplehKepleh
Kepleh
 
Alat indra
Alat indraAlat indra
Alat indra
 
Ppt sistem sensori
Ppt sistem sensoriPpt sistem sensori
Ppt sistem sensori
 
sistem regulasi manusia
sistem regulasi manusiasistem regulasi manusia
sistem regulasi manusia
 
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAPSISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
SISTEM SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI LENGKAP
 

More from DwiKartikaRukmi

Circulatory Shock Managements
Circulatory Shock ManagementsCirculatory Shock Managements
Circulatory Shock Managements
DwiKartikaRukmi
 
Hiv basic concept
Hiv basic conceptHiv basic concept
Hiv basic concept
DwiKartikaRukmi
 
Skin cancer
Skin cancerSkin cancer
Skin cancer
DwiKartikaRukmi
 
Nursing care of Stroke
Nursing care of StrokeNursing care of Stroke
Nursing care of Stroke
DwiKartikaRukmi
 
Assessment and management of pain
Assessment and management of painAssessment and management of pain
Assessment and management of pain
DwiKartikaRukmi
 
Px neurologi fix
Px neurologi fixPx neurologi fix
Px neurologi fix
DwiKartikaRukmi
 
Occupational lung diseases
Occupational lung diseasesOccupational lung diseases
Occupational lung diseases
DwiKartikaRukmi
 
Colorectal cancer/ Kanker Kolorektal
Colorectal cancer/ Kanker KolorektalColorectal cancer/ Kanker Kolorektal
Colorectal cancer/ Kanker Kolorektal
DwiKartikaRukmi
 
Anatomi fisiologi saraf (neuron)
Anatomi fisiologi saraf (neuron)Anatomi fisiologi saraf (neuron)
Anatomi fisiologi saraf (neuron)
DwiKartikaRukmi
 
Konsep dasar stroke
Konsep dasar strokeKonsep dasar stroke
Konsep dasar stroke
DwiKartikaRukmi
 
Konsep & asuhan keperawatan pasien hiv
Konsep & asuhan keperawatan pasien hivKonsep & asuhan keperawatan pasien hiv
Konsep & asuhan keperawatan pasien hiv
DwiKartikaRukmi
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
DwiKartikaRukmi
 
Assessment and management of challenging behaviour
Assessment and management of challenging behaviourAssessment and management of challenging behaviour
Assessment and management of challenging behaviour
DwiKartikaRukmi
 
Altered consciousness
Altered consciousnessAltered consciousness
Altered consciousness
DwiKartikaRukmi
 
Anatomi Fisiologi Otak
Anatomi Fisiologi OtakAnatomi Fisiologi Otak
Anatomi Fisiologi Otak
DwiKartikaRukmi
 
Tumor otak 3.2
Tumor otak 3.2Tumor otak 3.2
Tumor otak 3.2
DwiKartikaRukmi
 

More from DwiKartikaRukmi (16)

Circulatory Shock Managements
Circulatory Shock ManagementsCirculatory Shock Managements
Circulatory Shock Managements
 
Hiv basic concept
Hiv basic conceptHiv basic concept
Hiv basic concept
 
Skin cancer
Skin cancerSkin cancer
Skin cancer
 
Nursing care of Stroke
Nursing care of StrokeNursing care of Stroke
Nursing care of Stroke
 
Assessment and management of pain
Assessment and management of painAssessment and management of pain
Assessment and management of pain
 
Px neurologi fix
Px neurologi fixPx neurologi fix
Px neurologi fix
 
Occupational lung diseases
Occupational lung diseasesOccupational lung diseases
Occupational lung diseases
 
Colorectal cancer/ Kanker Kolorektal
Colorectal cancer/ Kanker KolorektalColorectal cancer/ Kanker Kolorektal
Colorectal cancer/ Kanker Kolorektal
 
Anatomi fisiologi saraf (neuron)
Anatomi fisiologi saraf (neuron)Anatomi fisiologi saraf (neuron)
Anatomi fisiologi saraf (neuron)
 
Konsep dasar stroke
Konsep dasar strokeKonsep dasar stroke
Konsep dasar stroke
 
Konsep & asuhan keperawatan pasien hiv
Konsep & asuhan keperawatan pasien hivKonsep & asuhan keperawatan pasien hiv
Konsep & asuhan keperawatan pasien hiv
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
 
Assessment and management of challenging behaviour
Assessment and management of challenging behaviourAssessment and management of challenging behaviour
Assessment and management of challenging behaviour
 
Altered consciousness
Altered consciousnessAltered consciousness
Altered consciousness
 
Anatomi Fisiologi Otak
Anatomi Fisiologi OtakAnatomi Fisiologi Otak
Anatomi Fisiologi Otak
 
Tumor otak 3.2
Tumor otak 3.2Tumor otak 3.2
Tumor otak 3.2
 

Recently uploaded

Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
AFMLS
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
ResidenUrologiRSCM
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
rrherningputriganisw
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
ReniAnjarwati
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 

Recently uploaded (20)

Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 

Assesment, interpretation n management of cranial nerve dysfunction

  • 1. Assessment, Interpretation and Management of Cranial Nerve Dysfunction Dwi Kartika Rukmi kartikarukmi@ymail.com
  • 2. N I: OLFAKTORIUS  Nervus I, jenis saraf sensori, mengambil informasi dari udara utk diinterpretasikan  N I penting utk kehidupan social dan terkadang untuk kepentingan fisik: ex: tanda bahaya saat ada bau asap  Saraf sensori bau ini berakhir di cavum nasal paling atas  melintas cibriform plate di tulang ethmoidal  sampai kecranium dimana terdapat olfactory bulbs saraf olfactory mengirim signal ke cortex olfactorius di lobus temporal
  • 3.
  • 4.  Cortec olfactorius terhubung dengan area lain spt system limbic memperhitungkan aspek emosional terhadap persepsi bau  Bau dpt sangat berhubungan dengan memori  Proust Phenomenon
  • 5. N II: OPTIKUS  N II, jenis saraf sensori  mendukung fungsi sensori retina  Terdiri dari dua bentuk reseptor : batang (pengelihatan gelap/twilight vision), kerucut (siang hari/ colour vision)  Area macula terdiri dari banyak reseptor batang fungsi virtual acuity  Ganglion dari N II membentuk lapisan diretina dengan axon yang mengumpul di optic disc (optic disc tidak memiliki sel sensorik shg disebut “BLIND SPOT)
  • 6.
  • 7.  Ganglion kmdn berhubungan dengan reseptor batang/kerucut melalui neuron bipolar dan mendapatkan supply darah dari artery retina sentral  Axon N II berikatan bersama secara histologi kearah sclera  N II yang konvergen di optic chiasma masuk kekranium melewati foramen optic kmdn serabut yang datang dari nasal side setiap retina bersilangan dan berproses kearah hemisfer yang berlawanan  Formasi seperti ini membuat saraf optikus yang keluar dari optic chiasma membawa informasi dari nasal field (lapang pandang dekat dgn hidung) mata yang belawanan (kontralateral) dan informasi dari sisi temporal (jauh dari hidung) untuk mata ipsilateral
  • 8.
  • 9. Nervus III,IV dan VI  N III: Oculomotorius  N IV: Trochlearis  N VI: Abducens  Ketiganya berfungsi untuk pergerakan bola mata ( lateral rectus oleh N VI, superior oblique oleh N IV dan lainnya oleh N III)  Termasuk jenis saraf motorik
  • 10.  Walopun dominan dengan saraf motoric, namun ketiga nervus tersebut mengandung sedikit saraf sensorik untuk mengawal data proprioceptive (ex: berjalan dengan mata tertutup)  Kontraksi dan dilatasi pupil dipangaruhi system parasimpatis dan simpatis pada N III  Selain kontraksi pupil, N III juga mengontrol elevasi otot palpebral superior  lesi dpt berakibat ptosis
  • 11. N V: TRIGEMINUS  Tiga cabang dari N V (ophtalmic, maxillary dan mandibularis) membuatnya dpt mengontrol pergerakan pada wajah, mulut dan rahang  Fungsi sensorik dan motorik  Cabang opthmalmic: sensasi pada dahi, kelopak mata atas, kornea dan kulit kepala bagian depan  Cabang maxillary: sensasi pipi, kelopak mata bawah, bibir atas  Cabang mandibular: sensasi bibir bawah, rahang bagian bawah dan bagian anterior lidah
  • 12.  Untuk fungsi motoric dari N V : menggigit, mengunyah dan menelan  Karena fungsi dari otot rahang penting utk fungsi bicara (speech production) maka orang dgn lesi pada N V dpt berakibat pada gangguan komunikasi
  • 13. N VII: FACIALIS  Nervus fasialis mengandung serabut motoric yang mensuplai sebagian besar otot wajah dan juga serabut otonom pada kelenjar lakrimalis dan salivary  N VII juga mengandung serabut sensorik dari 2/3 anterior lidah yang membawa informasi ttg rasa  N VII penting untuk fungsi bicara bersama dng N V untuk menghasilkan kalimat yang jelas (clear speech)
  • 14. N VIII:VESTIBULOCOCHLEARIS  Merupakan saraf sensorik yang penting untuk fungsi pendengaran (cochlea) dan informasi keseimbangan (vestibular system)  Mengandung sedikit saraf motoric yang berfungsi untuk melunakkan sel rambut didalam telinga sehingga menurunkan persepsi akan suara  Suara yang ditangkap dikirimkan oleh labirin kebatang otak dan cerebellum
  • 15. N IX: GLOSSOPHARINGEUS  Glossopharingus tidak memiliki nucleus sendiri di system saraf pusat, tetapi serabutnya terhubung dengan beberapa nervus kranial yang lain  N IX sebagian terdistribusi bersama dengan N Vagus (N X) dan the carotid body  monitor tekanan darah  N IX menyediakan input motoric kepada otot pharing dan input parasimpatis pada kelenjar saliva  N IX juga menyediakan input sensorik pada 1/3 posterior lidah, pharing dan telinga tengah  Sangat penting dalam koordinasi proses menelan
  • 16. N X: VAGUS  Cabang dari nervus ini sangat luas distribusinya mulai dari telinga sampai ke rectum  Menyediakan sebagian besar output parasimpatis pada organ dalam di rongga abdomen dan thorak
  • 18. N XI: Accessoris  Bbrp serabut dari N XI berasal dari spinal (cervical ) yang kmdn masuk ke cranium melalui foramen magnum  Beberapa serabut yang lain berasal dari batang otak  Serabut spinal dan batang otak kemudian bersatu dan keluar bersama melalui jugular foramen di dasar kepala  N XI merupakan saraf motoric yang menginervasi pergerakan otot bahu, otot sternocleidomastoid dan otot palatum serta pharynx.
  • 19. N XII: HYPOGLOSSAL  Sebagian terdiri dari (sebagian besar) saraf motoric yang menginervasi otot intrinsic lidah dan bertanggung jawab terhadap pergerakan lidah  Ada sedikit saraf sensorik proprioceptive  Penting dalam fungsi pergerakan menelan, bicara (membedakan hurup vocal dan konsonan)
  • 20.
  • 21. TESTING CRANIAL NERVES AND INTEPRETING FINDINGS
  • 22. OLFAKTORIUS  N I biasanya baru dikaji apabila pasien mengeluh adanya kelainan  Bau utk tes N I dpt berasal dari barang disekitar kita: lemon, lavender, sabun, sop, coklat, kopi atau bau bauan lain yang khas  Bau baunya menyengat (ammonia, minyak kayu putih) dapat dideteksi oleh N trigeminal di akhir saraf mukosa hidung  tidak disarankan
  • 23. Cara tes N I  Tes dilakukan dengan menutup salah satu lubang hidung, mulut tertutup kmdn diminta mencium bahan tes  pasien tidak harus tahu benda yang dicium, namun lebih kearah bisa membedakan ketajaman antara bau yang satu dengan yang lain (disarankan tes dengan lebih dari 1 bahan tes)
  • 24.
  • 25. Hasil Temuan dan kelainan:  Anosmia (kehilangan total kemampuan pembau): bisa disebabkan karena kongenital atau kerusakan mukosa hidung. Infeksi saluran nafas atas jg dpt menyebabkan anosmia sementara (hanya sementara shg diexclude sbg penyebab anosmia)  Kehilangan/ perubahan kemampuan pembau yang bersifat sementara atau permanen dapat disebabkan karena trauma kepala, drugs, gangguan endokrin (penyakit Addison), tumor otak dan aneurisma pada circle of willis  Halusinasi bau disebabkan karena kejang atau migren
  • 26.  Hilang sensasi bau sangat berhubungan dengan sense of taste shg dpt berefek pada nafsu makan  manajemen nutrisi  Anosmia juga berakibat kurang waspada  saran pasang detector asap untuk memberitahu pasien saat ada kebakaran
  • 27. OPTIKUS  TES LAPANG PANDANG  Tes lapang pandang berguna utk mendeteksi adanya kerusakan pada ganglion diretina ataupun saraf dari retina  Cara tes lapang pandang
  • 28. Cara test 1. Pasien dan examiner duduk/ berdiri berhadapan dgn jarak 1 meter 2. Berpandangan satu sama lain (examiner mengingatkan apabila pasien tidak focus) 3. Pasien menutup mata kiri, examiner mata kanan 4. Examiner menggerakkan pensil dengan tangan kiri dari arah diluar lapang pandang menuju ketengah secara perlahan 5. Pasien diminta untuk memberitahu apabila pensil tersebut sudah masuk kearea lapang pandang (saat pasien dan examiner bisa sama sama melihat pensil memasuka area lapang pandang = normal) 6. Jika examiner sudah melihat pensil namun pasien belum melaporkan melihat maka bisa dicurigai ada gangguan lapang pandang  pemeriksaan lanjut
  • 29. Hasil Temuan dan kelainan:  Kerusakan lapang pandang dapat disebabkan karena inflamasi atau lesi baik vascular maupun kompresi pada N II  Biasa muncul pada tumor otak, stroke dan cedera kepala  Gangguan lapang pandang juga dpt terjadi akibat glukoma dan perlengketan retina tidak menyebabkan gangguan neurologis
  • 30. TES KETAJAMAN PENGELIHATAN  Dapat dilakukan dengan menggunakan snellen test  Apabila snellen tidak ada, bisa dengan membaca Koran atau buku.  Minta pasien untuk membaca dengan mata ditutup satu  Jika pasien memang memakai kacamata, sebelum dites minta pasien memakai kacamatanya  menghindari bias  Jika tdk ada buku/koran/snellen tes dengan menghitung jumlah jari atau gerakan tangan yang ditujukkan oleh examiner dalam jarak 30 cm  disebut tes count finger (c/f) atau hand movement (h/m)  Jika tes c/f atau h/m gagal maka examiner menyorotkan penlight kemata pasien dan diminta utk berespon apakah melihat cahaya atau tidak  disebut tes perception of light (p/l)  Hasil positif apabila dapat melihat tes yang dilakukan
  • 31. Hasil Temuan dan kelainan:  Gangguan ketajaman pengelihatan dpt disebabkan karena: 1. Rabun jauh/ dekat 2. Katarak 3. Uveitis 4. Ulserasi kornea 5. Kerusakan pada pathway nervus optikus
  • 32. TES COLOUR VISION  Menggunakan buku Ishihara  Pasien normal akan melihat figure atau pola yang ada dibuku  Pasien yang tidak normal: tidak melihat atau melihat namun bentuknya lain  Tes lain yang dapat digunakan adalah tes sensitivitas warna  pasien diminta membedakan bentuk bangunan/benda yang diprint dengan warna yang sangat mendekati warna putih  kemampuan ini berkurang pada orang yang mengalami papiledema
  • 33. Hasil Temuan dan kelainan:  Gangguan pada colour vision disebabkan: 1. Efek samping obat antiepilepsi 2. Efek samping digoxin 3. Katarak 4. Kongenital (buta warna bawaan) 5. Retinopati
  • 34. OCULOMOTORIUS, TROCHLEARIS, ABDUCENS TES PERGERAKAN BOLA MATA  Dilakukan dengan meminta pasien menggerakkan bola mata mengikuti gerakan benda (pen atau jari) kesembilan posisi berbeda: kiri atas tengah kanan, tengah kiri tengah kanan dan bawah kiri tengah kanan)  Tes kedua mata bergantian (apabila diperlukan)  Catat adanya kelainan
  • 35.
  • 36. TES KONTRIKSI PUPIL  Dilakukan dengan menggunakan pen light  Dilakukan ditempat tidak terlalu terang (pupil lbh dilatasi dan mudah diamati)  Nyalakan penlight dan sinarkan melintasi mata dari pinggir ketengah  Amati mata yang disinari dan lihat kecepatan pupil bereaksi terhadap sinar untuk mengkaji direct light response  Lakukan hal yang sama pada mata yang sama namun amati pupil dimata sebelahnya untuk mengkaji indirect light response  Pupil harus sama bentuk dan ukuran ( bulat, 2-6 mm)
  • 37. Hasil Temuan dan kelainan:  Ukuran pupil dpt dipengaruhi oleh obat obatan: antikolinergik  dilatasi, opiate  pinpoint  Migren dan palsi nervus III  dilatasi pupil  Pupil yang lambat/ tidak bereaksi thd cahaya kompresi N III atau tanda terjadi herniasi trans tentorial  Gangguan N II  afferent pupilary defect/ optic neuritis (lihat gambar)  Gangguan N III  efferent pupilary defect (lihat gambar)
  • 38.
  • 39.  Ptosis  kelemahan N III  Diplopia (pengelihatan dobel)  gangguan koordinasi dari pergerakan bola mata  pasien dilarang berkendara terlebih dahulu
  • 40.  Sindroma horner: sindroma langka yang disebabkan karena adanya lesi yang mengganggu suplai saraf simpatis dari hipotalamus ke kelopak mata  pupil kontriksi pada pemeriksaan penlight, ptosis
  • 41.  Juling  sedikit gerakan pada mata, diplopia dan sering menaikan kelopak mata untuk meminimalkan diplopia  Nistagmus bisa disebabkan karena gangguan fungsi otot mata atau tanda gangguan pada vestibular  muncul pada penyakit vascular, multiple sclerosis, neoplasma, Wernicke encephalopathy, intoksikasi alcohol dan toksisitas obat (ex; phenytoin)
  • 42. TRIGEMINUS  Tes fungsi N V termasuk didalamnya mengkaji sentuhan, rasa dan fungsi motoric dari rahang, pipi dan bibir  Utk tes fungsi motoric dilakukan dengan palpasi tonjolan otot masseter dan temporal ketika rahang menutup  kmdn meminta pasien membuka rahang  jika ada satu sisi yang lemah bs dikarenakan efek dari bagian yang terkena
  • 43.
  • 44.  Tes sentuhan dilakukan dengan menggunakan cotton bud dan dirabakan pada tiga area cabang trigeminus (ophthalmic, maxillary dan mandibular) minta pasien menutup mata saat diusap dengan cotton bud dan menyebutkan area yang diraba  Tes reflek kornea dilakukan dengan cara mengusap pelan salah satu kornea dgn cotton bud efek berkedip kedua mata
  • 45. Hasil Temuan dan kelainan: Gangguan pada N V dapat berupa:  Kehilangan sensasi muka unilateral + kehilangan pendengaran unilateral  lesi cerebello pontine ex: neuroma akustik  Herpes zooster opthalmicus (2/1000 insiden): infeksi herpes yang mengenai cabang opthalmicus N Vtimbul nyeri pada area kulit kepala, ujung hidung, kornea dan mata  pengobatan dengan antiviral (acyclovir) oral atau IV + analgesik
  • 46.  Trigeminal neuralgia: rasa nyeri tajam unilateral pada muka dan biasanya disertai dengan mata berair (kondisi langka 4,3/100.000), sering menyerang wanita tua tidak jelas penyebabnya namun diduga karena iritasi dari saraf yang masuk dalam batang otak  ditandai dengan serangan nyeri yang paroksimal, tajam,menusuk yang dipicu karena kegiatan normal spt mengunyah, bicara, cuci muka, gosok gigi bahkan terkena tiupan angin dingin
  • 47. FACIALIS  Dilakukan dengan meminta pasien untuk tersenyum, cemberut dan mengembungkan pipi  lakukan dengan beberapa cara supaya lebih detail (minta pasien mengangkat alis, memejamkan mata dengan kuat, memonyongkan mulut dan menggembungkan pipi) sentuh pipi (Normal: pipi tidak akan kempes) cek adanya kelainan lain seperti ketidaksimetrisan wajah, mata tdk menutup sempurna dll
  • 48.
  • 49.  Tes pengecapan rasa (taste) dilakukan dengan cara meneteskan air garam, gula, jus lemon dan kopi (perwakilan rasa asin, manis, asam dan pahit) di mana saja pada 2/3 anterior lidah  cek adanya kelainan
  • 50. Hasil Temuan dan kelainan:  Kelemahan nervus facialis yang disebabkan krn bbrp hal (lihat box)  Hemifacial spasm shock like contraction of the face, unilateral dan biasanya menyerang wanita berusia tuaetiologi pasti tidak jelas namun diduga karena iritasi saraf pada pembuluh darah, tumor multiple sclerosis, bells palsy  ditangani dengan injeksi toksin botulinum
  • 51.  Bell’s palsy: paralisis idiopatik dan unilateral pada wajah  disebabkan herpes zoster dan lyme disease  onset cepat, mata berair dan kelopak mata gagal menutup  kornea rentan rusak karena kelopak mata tdk menutup, kesulitan bicara, makan dan minum
  • 53. VESTIBULOCOCHLEARIS  Tes paling mudah adalah dengan menutup salah satu lubang telinga, kemudian membisikkan kalimat pada telinga yang terbuka dan meminta pasien mengulangi kalimat yang dibisikkan. Apabila tidak mendengar tingkatkan volume suara sampai suara terdengar pada rentang normal  jika tetap tidak mendengar berarti ada kelainan  Tes lain dilakukan dengan Rinne dan Weber memakai garputala
  • 54.
  • 55.
  • 56.  Mengkaji keseimbangan dan system vestibular: minta pasien untuk berjalan sepanjang lintasan yang telah ditentukan  Sistem vestibular juga dpt dikaji dengan Romberg test : minta pasien berdiri dengan salah satu kaki diangkat dan menatap kedepan selama 30 detik  minta pasien tutup mata  negative: pasien cm bergoyang sebentar, positive: pasien sgt terganggu keseimbangannya (bergoyang lama)  Tes caloric: digunakan utk identifikasi keparahan kerusakan pada batang otak superior pada pasien yang tidak sadar
  • 57.
  • 58. Hasil Temuan dan kelainan: Gangguan pada N VIII dapat berupa:  Tuli konduktif (infeksi, serumen)  Tuli sensori (acoustic neuroma, trauma)  Tinnitus (lesi yang menyebabkan tuli dapat menjadi penyebab tinnitus juga)  Acoustic neuroma (tuli sensori pada tes rinne dan weber)  Vertigo (labirinitis akut, Meniere disease, multiple sclerosis)  Ataxia (kerusakan system vestibular)
  • 59. GLOSSOPHARINGEUS  Tes menelan dan tes reflek muntah  Tes menelan: pasien diminta minum air putih (5 ml)  Test reflek muntah: menyentuh bagian posterior paring dengan stick (tounge spatel)
  • 60. Hasil Temuan dan kelainan:  Kerusakan pada N IX: Kehilangan kemampuan menelan dan reflek muntah  Gangguan bicara juga mungkin terjadi terutama pada suara nasal sounds (m,n,ng)  Glosopharyngeal neuralgia: nyeri yang berlangsung dalam hitungan detik/menit, menyebar ketelinga dan dipicu karena aktivitas menelan  diduga karena multiple sclerosis atau kompresi saraf
  • 61. VAGUS  Minta pasien untuk berkata “aahh” dengan mulut terbuka  apabila da kelemahan, uvula akan terlihat deviasi kearah bagian yang tidak terkena (sehat)  Sensasi: dilakukan dengan mengusap kulit belakang telinga atau area meastus externa telinga  Kemampuan menelan dikaji utk evaluasi inervasi otot pharynx  Motorik dan sensorik organ dalam susah dikaji namun dapat dilakukan dengan mengkontraskan hasil pengukuran TD saat berbaring dan berdiri, nadi dan AGD juga dapat memberikan informasi terkait fungsi ini
  • 62. ACCESORIES  Pasien diminta untuk mengangkat bahu, menolehkan kepala  Kekuatan otot dilakukan dengan memberikan tahanan/beban pada bahu dan kemampuan pasien menahan beban tsb  Lesi pada N XI jarang terjadi  Kerusakan pada N XI: kehilangan fungsi bahu dan tidak mampu mengangkat lengan
  • 63. HYPOGLOSSUS  Minta pasien menjulurkan lidah: apabila ada kelamahan maka lidah akan cenderung mengarah kearah yang tidak terkena (sehat) karena area yang mengalami kelamahan tidak menyediakan counterbalance terhadap gerakan menjulurkan lidah
  • 64. Hasil Temuan dan kelainan:  Kerusakan pada N XII bisa disebabkan krn multiple sclerosis, stroke maupun trauma  fascikulasi lidah (tremor pada lidah)  Bulbar palsy: gangguan bilateral pada N IX, X,dan XII yang disebabkan krn penyakit motor neuron, stroke, guillain barre syndrome dan myasthenia
  • 65.  Woodward, S.W., Mestecky,A.M.2011. Neuroscience Nursing Evidence Based Practice. United Kingdom: Wiley-Blackwell  Wilkinson,I ., Lennox, G. 2005. Essential Neurology (4 th edition). Oxford : Blackwell Publishing .  Lindsay, K.W .,Bone, I. 2004. Neurology and Neurosurgery Illustrated . Edinburgh : Churchill Livingstone .