5. • PROTEIN VIRUS menyeabkan neurotoksisitas yang berdampak paada
status inflamasi kronis
• CD4<200 mengarahkan kuat kepada mielopati HIV (vacuolar)
• HTLV-1 dan HTLV3
6. MIELOPATI HIV
• Berkembang secara lambat (slow progressive) dan sering tidak
menyebakan nyeri
• Secara patologis, mielopati HIV ditandai dengan vakuolisasi di kolumna lateral
dan posterior di torakal medulla spinalis
• prevalensi mielopati HIV vakuolar secara asimtomatik pada 55% pada pasien
AIDS, prevalensi nya tampaknya jauh lebih rendah.
• Dalam sebuah penelitian hanya 26,8% penderita AIDS yang mengalami
mielopati vakuolar yang terbukti secara otopsi memiliki tanda dan gejala
kondisi neurologis
7.
8. Patologi
• Bentuk khas seperti luang atau "vakuola" di
bagian lateral dan posterior kolom dari
sumsum tulang belakang toraks.
• berkembang perlahan selama berbulan-
bulan atau bertahun-tahun, menjadi
semakin besar dan memengaruhi semakin
banyak segmen medulla spinalis.
9. Patogenesis
• Gangguan Vit B12 menyebabkan produksi abnormal S-adenosil
metionin (SAM), kelompok metil utama dalam sistem saraf.
• Ini mungkin menjelaskan kesamaan klinis dan patologis dari
Mielopati defisiensi HIVM hingga B12 – gabungan subakut degenerasi
sumsum tulang belakang.
• Kedua, sitokin neurotoksik yang diproduksi oleh makrofag yang
diinduksi HIV menyebabkan penipisan
10. • Patologi klinismenyerupai degenerasi gabungan subakut dari sumsum tulang
belakang (biasanya terkait dengan defisiensi B12), jalur transmetilasi yang
bergantung pada B12 dianggap penting, yang di mediasi oleh aktivasi
makrofag yang menyebabkan defisit lokal grup metil
• Vakuola berkembang dari area pembengkakan selubung mielin fokal, dan
pada pemeriksaan histologis sumsum tulang belakang, terlihat vakuola
berukuran 10-100 mikron yang mengandung serpihan seluler atau makrofag
yang terletak paling sering di Kolumna posterior dan/atau lateral.
https://academic.oup.com/ofid/article/6/10/ofz366/5550801
13. Diagnosis
• Serologi HLTV-1 (Human T-lymphotropic virus 1)
• LCS untuk menyingkirkan adanya sifilis, CMV, Antigen kriptokokus,
Borrelia burgdorferi, and Toxoplasma. (hasil LCS normal pada HIV
mielopati )
• MRI atrofi medulla spinalis, Hiperintens T2W sustansia ala di
kolumna dorsalis dan pada servikal dan torakal
• Schilling test B12 Level (pemberian oral Vit B12 / dosis
intramusklular), menilai urin 24 jam , menilai absorpsi dan eksresi vit
B 12
14. • Pencitraan MRI yang dievaluasi meliputi
keberadaan dan lokasi atrofi medula
spinalis, kelainan sinyal intrinsik medulla
spinalis, terlaihat leih jelas dengan
pencahayaan kontras,dan proses
ekstrameduler lainnya. Penentuan dari
atrofi sumsum tulang belakang
didasarkan pada perkiraan luas
penampang atau diameter kurang dari
50% dari thecal sac
• Pada gambar T2, sebanyak 20%
menunjukkan hiperintensitas sinyal
kabel intrinsik abnormal yang
didistribusikan dalam pola difus, tanpa
predileksi di kolumna lateral atau
posterior
15. Terapi
• HAART
• Adanya peningkatan jumlah CD4 dan hasil negative pada penanda
viral setelah pemberian HAART. Dari hasil diagnosis MRI setelah 7
bulan terapi adanya penurunan hiperintensitas T2 pada kolumna
posterior.
• Pemberian terapi B12, IVIG, dan ART tidak menunjukkan adanya
perbaikan klinis.