Sindroma Guillain-Barre (SGB) mempunyai banyak sinonim, antara lain polyneuritis akut pasca-infeksi, polineuritis akut toksik, polyneuritis febril, poli radikulopati dan acute ascending paralysis. Ditandai dengan kelemahan motorik progresif dan arefleksia. Biasanya juga disertai dengan abnormalitas fungsi sensorik otonom dan batang otak. Gejala-gejala tersebut biasanya adalah gejala yang mengikuti demam dan atau penyakit yang disebabkan oleh virus.
Sindroma Guillain-Barre (SGB) mempunyai banyak sinonim, antara lain polyneuritis akut pasca-infeksi, polineuritis akut toksik, polyneuritis febril, poli radikulopati dan acute ascending paralysis. Ditandai dengan kelemahan motorik progresif dan arefleksia. Biasanya juga disertai dengan abnormalitas fungsi sensorik otonom dan batang otak. Gejala-gejala tersebut biasanya adalah gejala yang mengikuti demam dan atau penyakit yang disebabkan oleh virus.
1.1 PENGERTIAN
Sindrom Guillain-Barre merupakan peradangan neuritis demielinasi (disebut juga polineuropati) progresif dan akut yang menganai sistem saraf perifer. (Morgan, 1991)
Sindrom Guillain-Barre adalah penyakit sistem perifer yang ditandai dengan awitan mendadak paralisis atau paresis otot. ( Elizabeth, 1991)
Sindrom Guillain-Barre (SGB) adalah sindrom klinis yang ditunjukkan oleh onset akut dari gejalan-gejala yang mengenai saraf perifer dan kranial.Proses penyakit termasuk demielinisasi dan degenerasi selaput myelin dari saraf perifer dan kranial. ( Ariani, 2014)
Sindrom Guillain-Barre adalah polineuropati inflamasi akut yang mengalami demielinasi.(Ginberg, 2007)
1.2 ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui, namun mekanisme patogenetik mencakup demielinasi inflamasi dengan berbagai kerusakan akson pada sistem saraf perifer. Proses autoimun diperkirakan dipicu oleh berbagai agen.
1. Virus : Sitomegalovirus, virus Epstein-Barr, HIV
2. Bakteri : Mycoplasma pneumoniae, Campylobacter jejuni
3. Vaksin : Contohnya untuk influenza babi
4. Pembedahan. (Ginberg, 2007)
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
2. Guillain-Barré Syndrome
• Adalah sebuah accute Inflammantory
demyelinating polyneuropathy (AIDP).
Gangguan ini menyerang sistem saraf tepi.
Biasanya dipicu oleh proses infeksi akut.
• Sindrome ini dinamakan berdasarkan penemunya
yang seorang dokter Prancis bernama Guillain,
Barré and Strohl, pada tahun 1916.
• Disebut juga : Acut Idiopatic Poly neuritis
• Akut poly neuropati, infection poly neuritis
3. ETILOGI
• Belum jelas, tetapi diduga kuat merupakan
suatu respon autoimun
• Pemicu : infeksi (sering) - Bakterial
vaksinasi (kadang) - Virus
• Diderita umur 30-50 th
• <2th tidak pernah didapatkan
• Lebih sering pada laki-laki
4. • Kurang lebih 50% pasie GBS mengalami
demam ringan 2 sampai 3 minggu sebelum
onset.
• Infeksi biasanya berasal dari respirasi atau
gastrointestinal.
• Kurang lebih 25% pasien GBS mempunyai
antibodi terhadap Cytomegalovirus atau
Epstein-Barr Virus
5. Patofisiologi
• GBS merupakan auto imune disease
• Biasanya didapat setelah infeksi, diare, batuk
• Immune-mediate : “infectious agents though to”
menginduksi produksi Ab untuk melawan
gangliosides / glycolopids yang spesifik
• Infiltrasi limfosit dan makrofag ke spinal root /
saraf perifer menyebabkan kerusakan mylin
• Hasil : defek dari implus saraf elektrik (blok
konduksi dan paralisis flasid)
• Kerusakan terbanyak pada nodus ranvier
6. PATOFISIOLOGI
• Pada GBS, myelin yang mengelilingi axon rusak.
• Demyelinisasi adalah respon jaringan saraf
terhadap berbagai kondisi, termasuk trauma fisik,
hipoksemia, kimia toksik, insufisiensi vaskular,
dan reaksi imunologis.
• Pada GBS, kehilangan selubung myelin
menyebabkan transmisi implus pada saraf
terganggu.
• Kerusakan terbanyak pada nodus ranvier
7.
8. MANIFESTASI KLINIS
• Sindrom ini dapat berkembang cepat dalam
hitungan jam sampai hari, atau berkembang
lambat dalam hitungan 3 sampai 4 minggu.
• Kebanyakan pasien menunjukkan gejala
kelemahan berat pada minggu pertama.
• Pasien berada dalam keadaan yang paling lemah
pada minggu ketiga.
• Pada awalnya, paralisis flasid yang ascenderen
berkembang cepat.
• Kebanyakan kelemahan terjadi dalam pola yang
simetris.
9. • Pasien pertama kali merasakan kelemahan
pada extremitas bawah yang meluas secara
cepat ke extremitas atas.
• Refleks tendo dalam biasanya hilang, bahkan
pada stadium paling awal.
• Nervi craniales dapat terlibat. (N. VII)
• Otot-otot respirasi dapat terlibat,
mengakibatkan respiratory compromise.
10. MANIFESTASI KLINIS
• Gangguan otonom seperti retinsi urine dan
hipotensi orthostatik dapat terjadi.
• Refleks tendo superficial dan dalam dapat
hilang.
• Pasien juga mengeluhkan nyeri terhadap
rangsang tekanan atau pergerakan dari
beberapa otot.
11. • Gejala sensorik yang dapat terjadi adalah
paresthesia, hipesthesia, dan tingling.
• Tetapi gejala sensorik yang sering dikeluhkan
pasien adalah nyeri.
12. MANIFESTASI KLINIS
• Jika ada nervi cranialis yang terlibat, maka
yang paling sering adalah nervus VII (nervus
facialis)
• GBS tidak mempengaruhi derajat kesadaran,
fungsi pupil, atau fungsi cerebri.
13. • Gejala dapat progresif dalam beberapa
minggu. Tingkat paralisis dapat berhenti pada
level manapun.
• Fungsi motorik akan kembali secara
descendering.
• Demyelinisasi terjadi cepat,tetapi
remyelinisasi terjadi kira-kira 1 sampai 2 mm
per hari.
14. DIAGNOSIS
• Anamnesis onset gejala dapat dieroleh secara
mudah karena gejala GBS biasanya dimulai
dengan kelemahan atau paresthesia extremitas
inferior dan ascendering dalam pola yang
simetris.
• Lumbal punctie dapat dilakukan dan hasilnya
akan terjadi peningkatan protein, namun penikal
cell tetap. (disosiasi cyto albumin)
• EMG membantu : didapatkan KHST memanjang.
• Fungsi paru menurun
• ECG : tachi cardy
15. • Pemeriksaan konduksi saraf menghasilkan
transmisi implus sepanjang nerve fiber.
• Tes fungsi paru dilakukan jika ada kecurigaan
GBS untuk menentukan baseline sebagai
perbandingan progresivitas penyakit.
• Penurunan kapasitas fungsi paru merupakan
indikasi untuk ventilator mekanik dan
menajemen di ICU
16. Emergency Syndrome
• Pernafasan kadang berhenti
• Tak bisa bernafas dalam
• Kesulitan bernafas
• Kesulitan menelan
• Pingsan
• Ketika berdiri kepala teraa ringan
17. GBS
Sindrome yang Heterogen
Dengan Banyak Varian
• AIDP sebagai bentuk yang umum (85-90%)
• Miller Fisher Syndrome : opthalmoplegia, ataxia,
dan areflexia (5%). Antibodi GQ 1b. Hanya ¼
dengan keemahan extremitas.
• AMAN : secara selektif menyerang saraf motorik,
deep tendon reflexes are preserved, umum di
China / Jepang, hampir semuanya didahului
infeksi Campylobacter.
• AMSAN : varian yang lebih berat dari AMAN +
gejala sensorik
19. MANAJEMEN KLINIS
• Preventive measures perlu dilakukan untuk
mencegah DVT dan emboli paru.
• Heparin 500 units subcutan dapat diberikan
bersama dengan stocking antiemboli dan alat
sequential compression.
• Suportive Care
Nyeri neuropatic, diterapi dengan gabapentin
atau carbamasepin
• Mungkin diperoleh ventilator
20. • Terapi pertama yang terbukti bermanfaat
untuk GBS adalah plasmapheresis.
• Prosedur ini secara mekanis menghilangkan
faktor-faktor humoral.
• Intravenous immunoglobumin (IVIG) juga
berguna dalam manajemen GBS.
• Glucocorticoid tidak terbukti bermanfaat.
21. REFERENSI
Plasmapheresis and acute Guillain Barre
Syndrome. The Guillain-Barre Syndrome Study
Group. Neurology 1984; 2: 1296.
Ropper, AH. The Guillain-Barre Syndrome. N Engl
J Med 1992; 326:1130.
Summer, AJ. The physiologic basis for symptoms
in Guillain-Barre Syndrome. Ann Neurol 1981;
9: 28.