Dokumen tersebut membahas sindrom Vogt-Koyanagi-Harada (VKH) yang merupakan kelainan multisistem yang ditandai dengan panuveitis granulomatous disertai pelepasan retina dan sering disertai manifestasi neurologis dan kutaneus. Sindrom ini lebih umum ditemukan pada populasi Asia dan wanita dengan rasio 2:1. Pengobatan utamanya adalah kortikosteroid dosis tinggi untuk mengontrol inflamasi dan mencegah komplikasi. Manifestas
1. Skleroderma adalah penyakit kronis yang ditandai dengan penebalan dan fibrosis kulit serta keterlibatan organ internal seperti paru, saluran cerna, jantung dan ginjal.
2. Skleroderma dapat bermanifestasi sebagai skleroderma lokal atau morfea yang hanya melibatkan kulit secara terbatas, atau skleroderma sistemik atau sklerosis sistemik yang melibatkan organ internal.
3. Gejala klinis skleroderma lokal ant
The art of neuromyelitist optica management (digest ethic)Taruna Ikrar
Dokumen tersebut membahas tentang neuromyelitis optica (NMO) yang merupakan penyakit inflamasi sistem saraf pusat yang memengaruhi saraf optik dan tulang belakang mengakibatkan gangguan penglihatan dan mielopati. NMO disebabkan oleh antibodi terhadap aquaporin-4 yang menyebabkan kerusakan astrosit dan memicu demielinasi, nekrosis, dan kerusakan neuron. Gejala klinis NMO antara lain gangguan penglihatan
Skleroderma adalah penyakit kronik yang mengenai pembuluh darah mikro dan jaringan ikat lunak, menyebabkan fibrosis dan obliterasi pembuluh darah pada berbagai organ. Terdapat dua jenis skleroderma, yaitu lokal yang lebih jarang didapat dan sistemik yang lebih sering menyerang wanita. Komplikasi skleroderma sistemik dapat berupa PAH, RP, dan SRC. Penatalaksanaannya meliputi edukasi, kontrol teratur, dan pen
Tumor otak adalah lesi yang tumbuh di otak, menyebabkan gejala seperti sakit kepala, muntah, dan gangguan neurologis. Diagnosa didukung hasil CT scan atau MRI, yang dapat mengidentifikasi lokasi dan ukuran tumor. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, radioterapi, dan obat-obatan untuk mengurangi gejala. Prognosis tergantung jenis dan lokasi tumor.
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan fisiologi retina, pengertian retinoblastoma sebagai tumor ganas pada mata anak-anak, penyebabnya yang terkait mutasi genetik, patofisiologi pertumbuhannya, gejala klinis, pemeriksaan pendukung, dan penatalaksanaannya yang bertujuan mempertahankan penglihatan.
1. Skleroderma adalah penyakit kronis yang ditandai dengan penebalan dan fibrosis kulit serta keterlibatan organ internal seperti paru, saluran cerna, jantung dan ginjal.
2. Skleroderma dapat bermanifestasi sebagai skleroderma lokal atau morfea yang hanya melibatkan kulit secara terbatas, atau skleroderma sistemik atau sklerosis sistemik yang melibatkan organ internal.
3. Gejala klinis skleroderma lokal ant
The art of neuromyelitist optica management (digest ethic)Taruna Ikrar
Dokumen tersebut membahas tentang neuromyelitis optica (NMO) yang merupakan penyakit inflamasi sistem saraf pusat yang memengaruhi saraf optik dan tulang belakang mengakibatkan gangguan penglihatan dan mielopati. NMO disebabkan oleh antibodi terhadap aquaporin-4 yang menyebabkan kerusakan astrosit dan memicu demielinasi, nekrosis, dan kerusakan neuron. Gejala klinis NMO antara lain gangguan penglihatan
Skleroderma adalah penyakit kronik yang mengenai pembuluh darah mikro dan jaringan ikat lunak, menyebabkan fibrosis dan obliterasi pembuluh darah pada berbagai organ. Terdapat dua jenis skleroderma, yaitu lokal yang lebih jarang didapat dan sistemik yang lebih sering menyerang wanita. Komplikasi skleroderma sistemik dapat berupa PAH, RP, dan SRC. Penatalaksanaannya meliputi edukasi, kontrol teratur, dan pen
Tumor otak adalah lesi yang tumbuh di otak, menyebabkan gejala seperti sakit kepala, muntah, dan gangguan neurologis. Diagnosa didukung hasil CT scan atau MRI, yang dapat mengidentifikasi lokasi dan ukuran tumor. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, radioterapi, dan obat-obatan untuk mengurangi gejala. Prognosis tergantung jenis dan lokasi tumor.
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan fisiologi retina, pengertian retinoblastoma sebagai tumor ganas pada mata anak-anak, penyebabnya yang terkait mutasi genetik, patofisiologi pertumbuhannya, gejala klinis, pemeriksaan pendukung, dan penatalaksanaannya yang bertujuan mempertahankan penglihatan.
Dokumen tersebut membahas tentang komplikasi diabetes melitus, khususnya retinopati diabetik dan nefropati diabetik. Retinopati diabetik adalah kerusakan pada retina yang dapat menyebabkan kebutaan, sedangkan nefropati diabetik adalah gangguan ginjal akibat diabetes yang ditandai dengan proteinuria. Kedua komplikasi ini disebabkan oleh hiperglikemia yang mengaktifkan berbagai jalur biokimia seperti jalur poliol dan glikasi protein.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit mata, meliputi definisi, klasifikasi, gejala, dan metode pemeriksaan penyakit mata seperti keratitis, konjungtivitis, glaukoma, katarak, dan penyakit mata lainnya."
Edema serebri adalah akumulasi cairan di otak yang meningkatkan volume otak. Dapat terjadi peningkatan volume intraseluler maupun ekstraseluler. Gejalanya antara lain nyeri kepala, muntah, gangguan penglihatan, dan pernapasan. Pemeriksaan CT scan atau MRI dapat menunjukkan lokasi dan sebab edema. Penatalaksanaannya meliputi posisi kepala, analgesia, ventilasi, penanganan tekanan darah dan cairan, serta
Dokumen tersebut membahas tiga jenis infeksi yang dapat terjadi pada jantung, yaitu perikarditis (peradangan lapisan pelindung jantung), miokarditis (peradangan otot jantung), dan endokarditis (infeksi pada katup jantung). Ketiga kondisi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme dan menyebabkan berbagai gejala klinis seperti nyeri dada, demam, dan gangguan irama jantung.
1. Perikarditis adalah peradangan lapisan luar jantung yang disebabkan berbagai faktor seperti infeksi virus, penyakit autoimun, dan komplikasi medis lainnya.
2. Gejalanya meliputi nyeri dada, demam, dan kesulitan bernapas. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik dan tes seperti EKG.
3. Pengobatan berfokus pada mengurangi nyeri, menangani komplikasi, dan mencegah ke
Tinjauan pustaka ini membahas tentang anatomi, definisi, epidemiologi, klasifikasi, faktor risiko, patofisiologi, manifestasi klinis dan diagnosis, penegakan diagnosis, penanganan, prognosis, serta komplikasi dari macular hole."
Tinjauan pustaka ini membahas tentang ektropion sikatrik yang merupakan salah satu jenis ektropion yang disebabkan oleh pemendekan lamella anterior akibat adanya skar atau jaringan parut pada kulit dan jaringan subkutan kelopak mata. Tinjauan ini menjelaskan anatomi, definisi, epidemiologi, klasifikasi, faktor risiko, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis banding, diagnosis, penanganan, prognosis dan komplikasi dari kondis
Perkembangan sistem syaraf dimulai dari lapisan ektoderm yang membentuk buluh syaraf dan krista syaraf. Buluh syaraf berdiferensiasi menjadi otak, medula spinalis, dan saraf sensorik, sementara krista syaraf membentuk sel Schwann, jaringan tulang rawan wajah, dan jaringan simpatis."
Dokumen ini membahas iridologi, yaitu ilmu holistik yang menganalisis kondisi kesehatan seseorang berdasarkan pola dan warna iris mata. Dokumen ini ditulis oleh Noer Tjahya L. dari Holistik Modern dan menawarkan pandangan alternatif untuk menilai kesehatan secara menyeluruh berdasarkan pemeriksaan iris mata.
Dokumen tersebut membahas tentang komplikasi diabetes melitus, khususnya retinopati diabetik dan nefropati diabetik. Retinopati diabetik adalah kerusakan pada retina yang dapat menyebabkan kebutaan, sedangkan nefropati diabetik adalah gangguan ginjal akibat diabetes yang ditandai dengan proteinuria. Kedua komplikasi ini disebabkan oleh hiperglikemia yang mengaktifkan berbagai jalur biokimia seperti jalur poliol dan glikasi protein.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit mata, meliputi definisi, klasifikasi, gejala, dan metode pemeriksaan penyakit mata seperti keratitis, konjungtivitis, glaukoma, katarak, dan penyakit mata lainnya."
Edema serebri adalah akumulasi cairan di otak yang meningkatkan volume otak. Dapat terjadi peningkatan volume intraseluler maupun ekstraseluler. Gejalanya antara lain nyeri kepala, muntah, gangguan penglihatan, dan pernapasan. Pemeriksaan CT scan atau MRI dapat menunjukkan lokasi dan sebab edema. Penatalaksanaannya meliputi posisi kepala, analgesia, ventilasi, penanganan tekanan darah dan cairan, serta
Dokumen tersebut membahas tiga jenis infeksi yang dapat terjadi pada jantung, yaitu perikarditis (peradangan lapisan pelindung jantung), miokarditis (peradangan otot jantung), dan endokarditis (infeksi pada katup jantung). Ketiga kondisi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme dan menyebabkan berbagai gejala klinis seperti nyeri dada, demam, dan gangguan irama jantung.
1. Perikarditis adalah peradangan lapisan luar jantung yang disebabkan berbagai faktor seperti infeksi virus, penyakit autoimun, dan komplikasi medis lainnya.
2. Gejalanya meliputi nyeri dada, demam, dan kesulitan bernapas. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik dan tes seperti EKG.
3. Pengobatan berfokus pada mengurangi nyeri, menangani komplikasi, dan mencegah ke
Tinjauan pustaka ini membahas tentang anatomi, definisi, epidemiologi, klasifikasi, faktor risiko, patofisiologi, manifestasi klinis dan diagnosis, penegakan diagnosis, penanganan, prognosis, serta komplikasi dari macular hole."
Tinjauan pustaka ini membahas tentang ektropion sikatrik yang merupakan salah satu jenis ektropion yang disebabkan oleh pemendekan lamella anterior akibat adanya skar atau jaringan parut pada kulit dan jaringan subkutan kelopak mata. Tinjauan ini menjelaskan anatomi, definisi, epidemiologi, klasifikasi, faktor risiko, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis banding, diagnosis, penanganan, prognosis dan komplikasi dari kondis
Perkembangan sistem syaraf dimulai dari lapisan ektoderm yang membentuk buluh syaraf dan krista syaraf. Buluh syaraf berdiferensiasi menjadi otak, medula spinalis, dan saraf sensorik, sementara krista syaraf membentuk sel Schwann, jaringan tulang rawan wajah, dan jaringan simpatis."
Dokumen ini membahas iridologi, yaitu ilmu holistik yang menganalisis kondisi kesehatan seseorang berdasarkan pola dan warna iris mata. Dokumen ini ditulis oleh Noer Tjahya L. dari Holistik Modern dan menawarkan pandangan alternatif untuk menilai kesehatan secara menyeluruh berdasarkan pemeriksaan iris mata.
This document provides information on Vogt-Koyanagi-Harada Syndrome (VKH) and Behcet's Disease. It discusses the epidemiology, pathogenesis, clinical features, diagnosis, and treatment of both conditions. VKH is an autoimmune disease affecting melanocytes in the skin, eyes, inner ears, and brain. It presents with uveitis, hearing loss, neurological symptoms, and depigmentation. Behcet's disease is a systemic vasculitis of unknown origin that can cause oral ulcers, skin lesions, genital ulcers, arthritis, and ocular inflammation.
Dokumen tersebut membahas tentang kursus herbalis dan wirausaha bersama membangun umat, yang mencakup analisis denyut nadi, tanda-tanda yin-yang, organ-organ tubuh dan telapak tangan, serta penggunaan herbal untuk mengobati berbagai masalah kesehatan.
Halal Mart Perum Gaperi BDB,II Jl. Gunung Salak V Blok FE No. 9, RT 02/17 Kelurahan Sukahari Kecamatan Cibinong Bogor - 16913
Pin : 7556788F, 73F201C9
SMS : 087862088129, 085211098788, 087870568197
Sindroma Guillain-Barre (SGB) adalah penyebab umum kelumpuhan akut pada dewasa muda yang ditandai dengan paralisis flasid progresif dan hilangnya refleks. Penyebabnya belum jelas tetapi sering diikuti infeksi. Diagnosa didasarkan pada gejala klinis dan peningkatan protein cairan serebrospinal. Pengobatan berfokus pada plasmaperesis dan imunoglobulin untuk mempercepat pemulihan.
Laporan pendahuluan ini membahas intracerebral hematoma (ICH) yang merupakan penyebab ketiga dari cerebrovaskular accident. ICH dapat terjadi akibat trauma kepala dan lebih dari 50% kasus disertai hematoma epidural atau subdural. Laporan ini menjelaskan pengertian, etiologi, patofisiologi, gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan ICH serta diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan rencan
Makalah ini membahas konsep medis dan keperawatan retinoblastoma, tumor ganas pada retina yang umumnya diderita anak-anak. Secara medis dijelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan, komplikasi, dan penatalaksanaan retinoblastoma. Sedangkan secara keperawatan dijelaskan pengkajian keperawatan, diagnosa, intervensi, dan evaluasi untuk perawatan anak dengan retinoblastoma."
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptxDionPHutasoit
Dion Pardameian Hutasoit
P: Pasien dengan uveitis unilateral kronis
I: Diagnosis kusta dengan pemeriksaan komprehensif
C: Tidak ada
O: Mendiagnosis kasus uveitis kronis sebagai manifestasi kusta
Tumor mata dapat terjadi pada berbagai jaringan di sekitar mata dan dapat menyebabkan gangguan penglihatan, rasa sakit, serta pergeseran bola mata. Pengobatan tergantung pada sifat tumor, mulai dari pengawasan, bedah, hingga kemoterapi untuk tumor ganas. Asuhan keperawatan meliputi pencegahan komplikasi, pemeliharaan fungsi penglihatan, serta dukungan psikososial.
Retinopati hipertensi merupakan kelainan retina akibat tekanan darah tinggi yang ditandai dengan perubahan pada pembuluh darah retina seperti arteri yang tidak teratur dan eksudat serta perdarahan pada retina. Patogenesisnya meliputi spasme pembuluh darah retina, peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan, serta perubahan pada dinding pembuluh darah seperti penebalan intima, hiperplasia tunika media, dan hialinisasi yang dapat men
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar meningitis, termasuk definisi, etiologi, patofisiologi, gejala, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan konsep asuhan keperawatan untuk meningitis. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa meningitis adalah inflamasi pada otak dan sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh infeksi, serta mendetailkan pendekatan diagnosis dan perawatan untuk kon
Modul ini membahas asuhan keperawatan pasien dengan gangguan sistem saraf khususnya meningitis. Tujuan pembelajaran adalah memahami asuhan keperawatan pada pasien meningitis. Materi meliputi pengertian, penyebab, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan medik meningitis serta perencanaan evaluasi keperawatan pasien meningitis.
Laporan kasus ini membahas pasien laki-laki berusia 68 tahun yang didiagnosis dengan nekrosis kelopak mata atas sekunder hordeolum. Awalnya, kondisinya disalahdiagnosis sebagai selulitis preseptal setelah hordeolum eksternal yang menyebabkan kerusakan besar pada kelopak mata atas. Infeksi berhasil diobati dengan debridement bedah, drainase, dan antibiotik intravenus. Laporan ini menekankan pentingnya diagnosis
Dokumen tersebut membahas beberapa jenis malformasi genetik yang dapat menyerang mata dan organ tubuh lainnya, seperti neurofibromatosis, von hippel-lindau disease, sturge-weber syndrome, wyburn-mason syndrome, ataxia telangiectasia, dan tuberous sclerosis. Dokumen ini juga menjelaskan gejala, ciri khas, diagnosis, dan penanganan dari masing-masing kondisi tersebut."
1. PENDAHULUAN
Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada (VKH) adalah kelainan multisistem yang ditandai
dengan adanya panuveitis granulomatous disertai dengan pelepasan retina yang eksudatif dan
sering disertai dengan manifestasi neurologis dan kutaneus.3
Di Amerika Serikat, sindrom VKH ini merupakan suatu penyakit yang tidak umum,
tetapi dapat ditemukan pada populasi orang Asia, Timur Tengah, Hispanik, dan Native
American. Sindrom VKH ini sangat jarang ditemukan pada orang berkulit putih. Dalam
laporan National Eye Institute, Nussenblatt dan rekan sekerjanya menyatakan bahwa 50%
dari pasien mereka adalah orang dengan ras Kaukasia, 35% adalah orang berkulit hitam
(AfricanAmerican), dan 13% adalah orang Hispanik atau Amerika Latin; walaupun begitu,
sebagian besar dari pasien merupakan keturunan Native American. Di dunia, VKH paling
sering ditemukan pada orang Asia (terutama pada orang dari Asia Timur dan Asia Tenggara),
Timur Tengah, dan Hispanik. Sindrom VKH ini juga lebih banyak terjadi pada wanita
dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 2:1. Sindrom VKH dilaporkan terjadi pada
individu dengan usia antara 20-50 tahun dan paling sering terjadi pada dekade ketiga.
Walaupun begitu, anak-anak dengan usia 4 tahun pernah dilaporkan menderita sindrom VKH
ini.3
Sindrom VKH biasanya diawali dengan gejala prodormal yang tidak spesifik seperti
nyeri di kepala, vertigo, mual, kaku kuduk, muntah, dan demam subfebril yang dialami
selama beberapa hari. Pasien biasanya datang ke dokter mata untuk mengatasi keluhan
penglihatan, berupa kehilangan penglihatan mendadak, nyeri pada mata dan fotophobia.
Gangguan pendengaran dan pusing mungkin dapat menyertai keluhan yang ada. Setelah
beberapa minggu atau beberapa bulan, sebagian besar pasien akan memperhatikan adanya
tanda-tanda kelainan pada kulit berupa kehilangan rambut, poliosis, vitiligo.2
Pengobatan utama dari sindrom VKH adalah kortikosteroid seperti prednisone. Dosis
tinggi kortikosteroid biasanya dibutuhkan untuk mengontrol inflamasi. Beberapa pasien
mungkin perlu diberikan kortikosteroid secara intra vena karena secara oral tidak cukup
efektif. Pengobatan yang diberikan lebih awal dan lebih agresif biasanya menghasilkan
komplikasi yang lebih ringan dan derajat rekurensi yang lebih kecil. Dalam pengobatan
sindrom VKH mungkin juga dibutuhkan terapi imunosupresi untuk membantu mencapai hasil
yang diinginkan.9
1
2. Pada pasien yang resisten steroid mungkin membutuhkan cyclosporin, azathioprine,
dan chlorambucil. Selain itu dapat juga diberikan siklopegik, dan pengobatan gejala saraf
lainnya.2
Tujuan dibuatnya karya tulis ilmiah ini adalah untuk memperkaya pengetahuan para
dokter sehingga mendapatkan kejelasan mengenai sindrom Vogt-Koyanagi-Harada, sehingga
dapat mendiagnosis penyakit ini dan tidak merugikan pasien. Ketajaman dan kemampuan
seorang dokter dalam mendiagnosis suatu penyakit secara otomatis akan menghasilkan suatu
penatalaksanaan yang tepat sasaran dan tidak melenceng dari diagnosis yang telah
ditegakkannya tersebut, sehingga pasien tidak akan merasa dokternya hanya melakukan
praktek “coba-coba” terhadap pasiennya.
2
3. ANATOMI
3
Mata terdiri dari :
Rongga orbita
Bola mata
Adneksa5
Rongga Orbita
Rongga orbita merupakan suatu rongga yang dibatasi dinding tulang dan berbentuk
seperti piramida bersisi empat dengan puncak menuju kea rah foramen optic. Isi rongga orbita
terdiri atas bola mata dengan saraf optiknya, enam otot penggerak bola mata, kelenjar air
mata, pembuluh darah cabang arteri oftalmik, saraf cranial III, IV, VI, lemak dan fasia yang
merupakan bantalan untuk bola mata.5
Bola mata
Terdiri dari :
Dinding bola mata, yang terdiri dari :
1. Sklera
2. Kornea, terdiri dari :
Epitel
Membran Bowman
Stroma
Membran descemet
Endotel
Isi Bola mata, yang terdiri dari :
Lensa
Uvea
Badan kaca
Retina5
Adneksa
Kelopak mata
Sistem air mata (lakrimal)5
4. 4
Uvea
Kata “Uvea” diambil dari bahasa latin “uva” yang berarti anggur. Ini dikarenakan jika
batang anggur dipatahkan, maka lubangnya akan terlihat seperti pupil dan anggurnya adalah
bola mata.
Uvea merupakan lapisan dinding kedua dari bola mata setelah sklera dan tenon yang
terletak diantara lapisan korneosklera dan retina. Uvea merupakan jaringan lunak yang terdiri
atas iris, badan siliar, dan koroid. Perbedaan ini dapat dilihat dibawah mikroskop. Secara
klinis uvea dibagi menjadi dua, yaitu uvea anterior dan posterior. Uvea anterior terdiri atas iris
dan badan siliar, sedangkan uvea posterior terdiri dari koroid.6
Iris
Iris adalah lanjutan dari badan siliar ke arah anterior dan merupakan diafragma yang
membagi bola mata menjadi 2 segmen, yaitu segmen anterior dan posterior dimana ditengah-tengahnya
terdapat lubang yang disebut pupil. Iris membagi bilik mata menjadi dua, yaitu
bilik mata depan dan bilik mata belakang.
Pupil memiliki otot – otot, yaitu :
1. otot sfingter pupil (M. Sphincter pupillae), yang berjalan sirkuler. Letaknya di dalam
stroma, di dekat pupil dan dipersarafi oleh saraf simpatis (N III)
2. otot dilator pupil (M. dilatator pupillae), yang berjalan radier dari akar iris ke pupil,
letaknya di bagian posterior stroma dan dipersarafi oleh saraf simpatis.
Perdarahan pupil diurus oleh A. siliaris posterior yang di iris membentuk jaringan pembuluh
darah :
1. Di basis membentuk sirkulus arteriosis mayoris yang terletak di luar otot sfingter
pupil.
2. sirkulus arteriosus minoris yang tampak dari luar seperti “collarete”.
Di antara kedua sirkulus ini ada anastomose berupa pembuluh darah berbentuk spiral.
Pembuluh darah baliknya mengikuti arteri dan kemudian masuk ke dalam V.Vortikosa.
persarafan keluar dari pleksus yang ada dalam badan siliar yang berasal dari N III dan saraf
simpatis.6,7
5. Badan siliar
Berbentuk segitiga yang terdiri atas dua bagian, yaitu :
Pars korona yang terletak di anterior, bergerigi yang panjangnya kira – kira 2 mm
Pars plana yang terletak di posterior, tidak bergerigi yang panjangnya kira – kira 4 mm
5
Pars korona
Diliputi 2 lapisan epitel sebagai kelanjutan dari epitel iris. Bagian yang menonjol
(prosesus siliaris) berwarna putih oleh karena tidak mengandung pigmen. Di dalam badan
siliar mengandung 3 macam otot siliar yang berjalan radier, sirkular, dan longitudinal. Dari
prosesus siliaris keluar serat – serat zonula zinii yang merupakan penggantung lensa. Badan
siliar mengandung banyak pembuluh darah, pembuluh darah baliknya mengalirkan darahnya
ke V. vortikosa.
Pars plana
Merupakan bagian yang tipis karena hanya terdiri dari satu lapisan tipis jaringan otot
dengan pembuluh darah dan diliputi epitel.1,6,7
Koroid
Koroid terdiri dari :
1. lapisan epitel pigmen
2. membrane Bruch (lamina vitrea)
3. koriokapiler
4. pembuluh darah sedang
5. pembuluh darah besar
6. suprakoroid
Lapisan suprakoroid terdiri dari lapisan protoplasma yang mengandung nukleus.
Membrane Bruch terdiri dari membran yang tidak berstruktur. Pembuluh darah besar
kebanyakan terdiri dari pembuluh darah balik yang kemudian bergabung menjadi vena
vortikosa yang keluar dari setiap kuadran posterior dari bola mata dengan menembus sclera,
yang kemudian menjadi vena oftalmika yang langsung masuk ke dalam sinus kavernosus.
6. Pembuluh darah arteri berasal dari arteri siliaris brevis. Lapisan – lapisan pembuluh
darah ini juga mengandung jaringan elastis dan khromatofor diantaranya. Koroid melekat erat
pada pinggir N II dan berakhir di ora serata.6,7
PATOFISIOLOGI
Etiologi dan faktor patogenik dari sindrom VKH ini tidak jelas. Gejala klinis sindrom
VKH dengan episode seperti influenza mengarahkan pada kemungkinan asal penyakit ini
adalah infeksi virus atau post-infeksi virus. Beberapa penelitian menyebutkan kemungkinan
peran reaktivasi virus Epstein-Barr pada penyakit ini. Walaupun penyakit ini dianggap
disebabkan oleh virus, tidak ada virus yang berhasil diisolasi ataupun dikultur dari pasien-pasien
yang menderita sindrom VKH. Morris dan Schlaegel menemukan badan inklusi yang
mirip virus pada cairan subretinal dari seorang pasien yang menderita sindrom VKH.2
Data klinis dan penelitian juga mengarahkan pada penyebab immunologis. Suatu
reaksi autoimun timbul akibat komponen antigen melanosit yang terdapat pada uvea, kulit dan
meningen. Komponen ini kemungkinan mengandung tirosinas. Disimpulkan bahwa Th17
pada T sel berperan pada inisiasi dan kelanjutan dari penyakit ini. Sindrom VKH dapat
dikaitkan dengan kelainan autoimun lainnya seperti sindrom autoimun poligrandular,
hipotiroid, tiroiditis Hashimoto, diabetes mellitus dan nefropati IgA. Suatu laporan tentang
pasien-pasien yang mengalami sindrom VKH setelah trauma pada kulit, dimana dua kasus
timbul setelah terapi BCG pada melanoma dan satu kasus timbul setelah operasi melanoma
malignan yang sudah metastase. Laporan kasus juga mengindikasikan bahwa trauma tidak
langsung pada jaringan yang mengandung melanosit dapat menginduksi timbulnya reaksi
inflamasi pada mata.2
Analisa limfosit cairan cerebrospinal pada sindrom VKH dan penelitian pada
melanosit uvea manusia menunjukkan bahwa pigmen uvea dapat menstimulasi pembentukan
limfosit pada pasien-pasien dengan sindrom VKH. Limfosit darah perifer dan cairan
cerebrospinal pada penelitian secara in vitro menunjukkan bahwa terjadi efek sitosoksik
melawan sel-sel melanoma yang allogenik. Antibodi yang merusak bagian fotoreseptor pada
retina juga ditemukan pada pasien-pasien dengan kelainan ini.2
6
7. MANIFESTASI KLINIS
7
Terdapat 4 fase:
1. Fase Prodromal
o Biasanya berlangsung selama beberapa hari dan ditandai dengan adanya demam,
sakit kepala, meningismus, mual, vertigo, nyeri orabita, dan tinnitus. Pelositosis
pada cairan cerebrospinal terjadi pada lebih dari 80% pasien pada fase ini. Dapat
juga disertai fotofobia dan lakrimasi, dan pasien juga mungkin akan menyadari
bahwa kulit dan rambut mereka menjadi lebih sensitif terhadap sentuhan pada fase
ini.
o Manifestasi yang jarang ditemukan pada fase prodormal adalah kelainan saraf
kranialis dan neuritis optik.
o Pada beberapa pasien, gejala khas dari fase ini terkadang tidak muncul.1
2. Fase Uveitik
o Fase uveitik akut terjadi beberapa hari setelah fase prodormal pada kebanyakan
pasien. Pada fase ini, gejala yang paling sering adalah penurunan visus mendadak
pada kedua mata.
o Secara klinis, dapat bermanifestasi menjadi uveitis posterior bilateral disertai
edema retina, diskus optikus yang hiperemis atau edema, dan pada akhirnya dapat
terjadi pelepasan dari retina. Sering ditemukan adanya uveitis anterior yang
ditandai dengan adanya mutton-fat keratic precipitates dan nodul pada iris.
Tekanan intraocular juga dapat meningkat, karena terjadinya rotasi kedepan dari
diafragma lensa-iris.
o Fase dapat berlangsung selama beberapa minggu.1
3. Fase Kronik
o Pada fase kronik, manifestasi pada mata dan kulit sering ditemukan.
Depigmentation dari koroid dimulai dalam waktu 3 bulan sejak terjadinya
penyakit tersebut. Area-area dengan pigmentasi berlebih dapat terjadi pada
fundus. Nodul Dalen-Fuchs dapat terlihat pada retina bafian perifer dan
midperifer. Nodul-nodul ini merupakan lesi kuning kecil yang biasanya berada di
retina midperifer. Dengan berjalannya waktu, lesi-lesi ini akan menjadi pudar dan
atrofik. Perubahan dermatologi termasuk vitiligo dan poliosis dari bulu mata, alis,
8. dan rambut. Vitiligo biasanya tersebar secara simetris dibagi atas kepala, kelopak
mata, dan tubuh.
o Lamanya fase kronis biasanya adalah beberapa bulan tapi dapat juga sampai
8
beberapa tahun.1
4. Fase Rekuren
o Pada fase rekuren, dapat terjadi panuveitis kronik disertai uveitis anterior
granulomatous rekuren; bagaimanapun, uveitis posterior rekuren disertai dengan
pelepasan retina yang serous jarang ditemukan.
o Pada fase ini sering ditemukan komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada
mata. Diantaranya katarak, glaucoma, neovaskularisasi koroidal, dan fibrosis
subretinal. 1
9. DIAGNOSIS
The American Uveitis Society merekomendasikan untuk mendiagnosa seseorang
mengalami sindrom VKH maka orang tersebut harus mengalami keluhan tanpa didahului
trauma atau tindakan operatif, dan setidaknya 3 dari 4 kriteria dibawah ini harus ditemukan
juga.
1. Bilateral iridosiklitis
2. Uveitis posterior, yang meliputi pelepasan retina yang eksudatif, edema nervus
optikus, atau atropi pada epitel pigmen retina.
3. Pleositosis pada cairan cerebrospinal atau adanya tinnitus, disakusis, nyeri kepala atau
meningismus, atau ada keterlibatan dari saraf kranial.
4. Kelainan pada kulit berupa vitiligo, alopecia, atau poliosis1
PEMERIKSAAN PENUNJANG
9
a. Laboratorium
Pada cairan cerebrospinal ditemukan perubahan berupa pleositosis dan adanya
makrofag melani- laden ( spesifik pada penyakit ini ), peningkatan jumlah protein, dan
peningkatan tekanan.1
b. Pencitraan
Standardized A-scan and contact B-scan echography.1
c. Pemeriksaan Histologis
Biopsi kulit dilakukan setelah satu bulan munculnya kelainan penglihatan. Dari biopsy
terlihat infiltrat mononuklear pada folikel rambut dan kelenjar keringat, dimana sebagian
besar adalah sel limfosit T dan sebagian kecil adalah sel B. Pada kulit juga terlihat tidak
adanya melanin. Selain itu, juga terlihat adanya vasodilatasi pada dermis, adanya
makrofag pigmen- laden dan adanya infiltrate limfositik.1
10. 10
d. Pemeriksaan Lain
- Angiografi Fluoresein yang menunjukkan adanya bagian yang hipofluoresen pada
epitel pigmen retina.
- Angiografi indosianin hijau pada koroid.
- Audiometri yang menunjukkan adanya gangguan pendengaran.1
DIAGNOSIS BANDING
Dikarenakan gejala okular dan manifestasi sistemik pada simpatetik oftalmia sangat
mirip dengan yang didapatkan pada VKH, simpatetik oftalmia merupakan salah satu diagnosa
banding dari VKH. Anamnesis mengenai adanya trauma pada mata sangat penting karena
dapat membantu membedakan antara simpatetik oftalmia dengan VKH. Manifestasi sistemik
pada simpatetik oftalmia lebih jarang terjadi dan lebih ringan dibandingkan dengan yang
terjadi pada VKH.
Acute posterior multifocal plaocid pigment epitheliopathy dapat terjadi secara bilateral
disertai dengan lesi yellow-white placid yang multiple, pelepasan retina eksudatif yang ringan,
dan penurunan visus. Diskus optikus jarang bengkak. Pada pemeriksaan Fundus fluorescein
angiography (FFA) pada fase akut menunjukkan adanya fluorosensi yang terhalangi pada fase
awal dan pewarnaan lanjut pada lesi.
Skleritis posterior juga merupakan salah satu peniru dari VKH. Manifestasi pada
segmen posteriornya dapat menyerupai striae koroidal, striae makular, pelepasan retina
eksudatif, dan vitritis. Bagaimanapun, didapatkan adanya inflamasi minimal pada segmen
anterior dan biasanya terjadi pada satu mata.
Diagnosis banding lainnya termasuk tuberculous choroidal mass, koroiditis sifilitik,
dan sarkoidosis.2
11. TATALAKSANA
Untuk kelainan pigmentasi pada sindrom VKH, penatalaksanaan sama seperti pada
penderita vitiligo. Untuk inflamasi pada mata, penatalaksanaan termasuk pemberian
kortikosteroid sistemik (prednisone 80-100 mg/ hari). Dosis tinggi kortikosteroid biasanya
dibutuhkan untuk mengontrol inflamasi beberapa pasien mungkin perlu diberikan
kortikosteroid secara intra vena karena secara oral tidak cukup kuat. Pengobatan yang
diberikan lebih awal dan lebih agresif biasanya menghasilkan komplikasi yang lebih ringan
dan derajat rekurensi yang lebih kecil. Dalam pengobatan VKH mungkin juga dibutuhkan
terapi imunosupresi untuk membantu mencapai hasil yang diinginkan.
Pada pasien yang resisten steroid mungkin membutuhkan cyclosporin, azathioprine,
dan chlorambucil. Selain itu dapat juga diberikan siklopegik, dan pengobatan gejala saraf
lainnya.
Untuk terapi pembedahan dilakukan pada penderita sindrom VKH dengan glaucoma.
Tindakan pembedahan yang dilakukan dapat berupa laser iridotomi, iridectomi, dan
trabekulektomi.1,5
PROGNOSIS
- Perubahan pigmentasi bersifat permanen.
- Perbaikan pada gangguan penglihatan bergantung pada cepat dan tepatnya
11
penatalaksanaan.
- Kelainan pendengaran biasanya terkoreksi sepenuhnya.1
KOMPLIKASI
Komplikasi jangka panjang dapat berupa kehilangan penglihatan, peningkatan tekanan
intraokular, glaukoma, katarak.1
12. Kesimpulan dan Saran
Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada (VKH) adalah kelainan multisistem yang ditandai
dengan adanya panuveitis granulomatous disertai dengan pelepasan retina yang eksudatif dan
sering disertai dengan manifestasi neurologis dan kutaneus. Penyebabnya adalah proses
autoimun tetapi virus sebagai penyebab, belum dapat disingkirkan.
Pada sindrom VKH ini terdapat 4 fase, yaitu fase prodromal, fase uveitik, fase kronik,
dan fase rekuren. Untuk mendiagnosis seseorang menderita sindrom VKH harus didapatkan 3
dari 4 kriteria, yaitu bilateral iridosiklitis, uveitis posterior, yang meliputi pelepasan retina
yang eksudatif, edema nervus optikus, atau atropi pada epitel pigmen retina, pleositosis pada
cairan cerebrospinal atau adanya tinnitus, disacusis, nyeri kepala atau meningismus, atau ada
keterlibatan dari saraf kranial, dan kelainan pada kulit berupa vitiligo, alopecia, atau poliosis.
Pengobatan adalah dengan pemberian kortikosteroid. Untuk membantu mencapai hasil
yang diinginkan terkadang diperlukan juga terapi imunosupresi. Selain itu dapat juga
diberikan siklopegik, dan pengobatan gejala saraf lainnya. Komplikasi jangka panjang yang
dapat terjadi dapat berupa kehilangan penglihatan, peningkatan tekanan intraokular,
glaukoma, katarak. Prognosis seringkali baik bila pengobatan diberikan pada fase dini.
12
13. DAFTAR PUSTAKA
1. American Uveitis society. Vogt-koyanagi-harada disease. [online]. 2001 January 19
[cite 2001 January 28]. Available from: URL:www.american uveitissociety.com
2. Anna CK, Camila KJ. Vogt-Koyanagi-Harada Syndrome [online]. 2009 Jul 15;
Available from:URL: http://emedicine.medscape.com/article/1118177.
3. Ang CL, Chee SP, Jap AH, Tan DTH, Wong TY. Clinical Opthalmology-An Asian
Perspective. Singapore: Saunders Elsevier; 2005.
4. Christopher W. Vogt-Koyanagi-Harada Disease [online]. 2008 Jan 5; Available
from:URL: http://emedicine.medscape.com/article/1229432.
5. Ilyas S et al. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto; 2002
6. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.
7. Ilyas S, Malangkay HHB, Taim H, Saman RR, Simarmata M, Widodo PS, editor.
Ilmu Penyakit Mata: Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi 2.
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Jakarta: CV Sangung Seto; 2002.
8. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology 6th Ed. United Kingdom: Elsevier;2007.
9. William, Russel. Vogt-Koyanagi-Harada Disease. American Uveitis Society.
13
University of Alabama. January 2003.