SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
JOURNAL READING
REVIEW Bell’s palsy: aetiology, clinical features and
multidisciplinary care
Pembimbing:
dr. Patria Adri Wibhawa, Sp.N
Disusun Oleh :
Kristy Spica Gabriela Agaki (2165050089)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Periode 07 Agustus – 09 September 2023
www.uki.ac.id
MEDICAL SCHOOL
MEDICAL SCHOOL www.uki.ac.id
Abstrak
• Bell’s palsy  neuropati kranial yang dapat menyebabkan kelumpuhan wajah
neuron motoric bawah unilateral akut.
• Penyebab pasti Bell’s palsy belum jelas namun imun, infektif dan iskemik menjadi
contributor potensial dari penyakit ini.
• Pemahaman baru menuliskan bahwa molekul sinyal intra akson dan mekanisme
degenerasi dari Wallerian  bisa menjelaskan lebih lanjut pathogenesis berada
dengan penelitian in-vitro antara interaksi virus dan akson.
• Pedoman terbaru menerbitkan  pengobatan akut Bell’s palsy, menganjurkan
monoterapi steroid
• Namun, bagi pasien dengan gejala sisa akibat pemulihan yang tidak sempurna
harus ditangani lebih lanjut oleh tim medis.
• Pendekatan berpusat pada pasien yang menggunakan fisioterapi, injeksi toksin
botulinum dan intervensi bedah  mengurangi kecacatan jangan panjang pada
kelumpuhan wajah.
Pendahuluan
• Bell’s palsy  neuropati wajah perifer yang terjadi secara akut dan paling
banyak menyebabkan kelumpuhan wajah neuron motoric bawah.
• Presentasi klinis  kelemahan wajah tipe neuron bawah terjadi secara cepat,
unilateral, dan gejala nyeri postauricular, dysgeusia, perubahan subyektif pada
sensasi wajah dan hiperakusis.
• Presentasi klinis ini didukung oleh anatomi saraf wajah manusia khususnya saraf
campuran yang mengandung motoric, sensorik dan parasimpatis.
• Saraf kranial yang berhubungan dari sensasi wajah yang berubah  saraf cranial
V, disfungsi vestibular (VII)), atau gejala faring (IX dan X)
• Efek parasimpatis  berkurangnya lakrimasi dan air liur akibat efek parasimpatis.
• Kecacatan maksimal terjadi dalam 48 – 72 jam pertama dan tingkat keparahan
kelumpuhan berhubungan dengan furasi disfungsi wajah, tingkat pemulihan dan
penurunan kualitas hidup.
Epidemiologi
• Pria dan wanita secara merata  insiden sedikit lebih tinggi pada usia
pertengahan dan usia lanjut, namun dapat terjadi pada semua rentang usia.
• Angka kejadian populasi  berkisar 11,5 hingga 40,2/100.000
• Di Inggris, Jepang dan Amerika serikat memiliki insiden tahunan yang
serupa  Inggris (20,2/100.000), (30/100.00), 25-30/100.000.
• Terjadi peningkatan insiden Bell’s palsy selama uji coba pemberian vaksin
intranasal  mungkin disebabkan karena efek kekebalan dari adjuvan toksin
labil panas E.Coli yang sudah di detoksifikasi terlebih dahulu.
• Insiden ini lebih tinggi pada kehamilam yang mengalami infeksi saluran
pernapasan atas akibat virus pada kondisi imunokompromi dan pada pasien
DM dan HT.
Etiologi
• Kemungkinan penyebab yang terlah disarankan  infeksi virus herpes simpleks
yang diaktifkan kembali (HSV-1)  pusat di sekitar ganglion genikulatum.
• HSV-1  memiliki kapasitas neurotropik untuk saraf tepi dan virus lain dalam
kategori ini termasuk HSV-2 dan VZV.
• Virus  masuk kedalam tubuh melalui paparan mukokutaneus  bentuk laten
dengan transkripsi gen terbatas di beberapa ganglia di seluruh neuroaksis  yang
akan hidup sepanjang hidup inang  kranial, akar dorsal dan gangglianotonom.
• HSV memiliki distribusi global dan merupakaan virus yang Tangguh.
• Saat masuk dengan fase laten tanpa adanya replikasi yang aktif  mereka akan
mendistribusi secara luas di tubuh.
Etiopatogenesis
• Penyebab disfungsi saraf aktibat HSV-1  aktivasi degradasi intra-aksonal dan
jalur apoptosis langsung maupun tidak langsung  dari akson terhadap virus itu
sendiri.
• Literatur memunculkan pathogenesis dari Bells’ palsy  berkaitan dengan peran
molekul sinyal intra-aksonal (SARM-1), permeabilitas mitokondria dan
mekanisme molekuler  membuat degenerasi Wallerian.
• Penelitian in vitro terbaru  RNA pembawa pesan di akson saraf perifer 
dipicu partikel virus alpha herpes.
• Penelitian sebelumnya meneliti  fisiologis seluler dalam pengaturan infeksi
herpes  terjadi penurunan natrium  bisa menyebabkan pertukaran natrium
kalsium (NCX) terbalik  sehingga kalsium banyak di intraseluler 
menyebabkan aktivasi protease dan degenerasi intra aksonal  Bell’s palsy tiba
– tiba.
Etiopatogenesis
• Respons imun  diperantarai sel terhadap mielin, mirip dengan bentuk
mononeuropati Guillain Barre Syndrom (GBS)
• Bukti ini berasal dari temuan laboratorium tidak langsung dari GBS  perubahan
persentase limfosit T dan B dalam darah tepi, peningkatan konsentrasi kemokin
dan reaktivitas in vitro terhadap protein mielin (P1L) pada sampel darah pasien
Bell’s palsy.
Diagnosis
• Temuan khas  onset akut, kelumpuhan wajah neuron motoric bawah unilateral
 mempengaruhi otot wajah bagian atas dan bawah, dengan puncaknya 72 jam.
• 50 -60 % gejala ini untuk meyakinkan diagnosis Bell’s palsy.
• Keterlibatan saraf  aurikulars posterior, petrosus, korda timpani dan stapedius
 mengimplikasi lokasi disfungsi berada didalam tulang temporal.
Diagnosis Banding
• Hipoplasia  perkembangan otot – otot wajah
• Tumor  Schwannoma saraf wajah, keganasan parotis dan jarang neuroma
akustik.
• Herpes zoster oticus
• Penyakit granulomatosa  sarcoidosis, granulomatosis dengan poliangitis
(granulomatosis Wegener)
Diagnosis banding
• Pemeriksaan fisik menyeluruh  dapat memberikan bukti untuk diagnosis
alternatif.
• Pola – pola yang dapat diketahui dari kelumpuhan wajah:
• Kelumpuhan wajah yang berfluktuasi  bertahap atau berkembang >72 jam
• Kelumpuhan bilateral (GBS, karsinoa dan limfoma)
• Kelumpuhan wajah berulang (neuroma saraf wajah)
• Kelumpuhan total berkepanjangan (>4 bulan)
• Kelumpuhan total  perdarahan ke dalam tumor
• Massa didaerah parotis  curigai Riwayat keganasan kulit atau kelemahan
saraf segmental.
Skoring
• Keparah Bell’s palsy dapat dicatat dalam House-Brackmann atau skala penilaian
saraf wajah/ Sunnybrook
• Sifat nya subjektif.
Neurofisiologi
• Di masa lalu, Studi konduksi saraf wajah  Electroneuronography (ENoG)
• Literatur bedah  dekompresi bedah araf wajah  semakin tidak lagi menjadi
hal normal  biaya, risiko dan kurang kemanjuran.
• Neurofisiologi lebih memberikan informasi  adanya respons residual
menunjukkan cedera yang didominasi oleh saraf  prospek pemulihan baik HB I
atau II
Pengobatan
PERAWATAN AKUT
• Akademi Neurologi (AAN) dan America Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery
Foundation (AAO-HNSF)
• Pedoman ini memperkuat peran kortikosteroid dalam pengobatan Bell’s palsy dan menentang
penggunaan terapi antivirus secara rutin.
• AAO-HHSF  tidak menyarankan pemeriksaan lab, pencitraan atau neurofisiologis rutin pada
presentasi pertama dari Bell’s palsy yang khas.
• Dosis steroid oral  72 jam pertama onset
• Penelitian uji coba RCT  50 mg prednisone selama 10 hari atau 60 mg selama 5 hari pertama,
kemudian dikurangi 10mg setiap hari selama 5 hari berikutnya  efektif
• Kurang signifikansi yang ditunjukkan  kombinasi kortikosteroid dan terapi antivirus
dibandingkan kortikosteroid  RCT double-blind  efek pengenceran daro kelumpuhan ringan
dan sedang pemulihan spontan tinggi.
• Pengobatan antivirus kepada pasien Bell’s palsy dengan obat antiherpes, asiklovir
 kemungkinan peran HSV-1  tidak langsung saat ini.
• Alasan pemberian  pengaturan keseimbangan klinis mereka yang di diagnosis
Bell’s palsy  akan mengalami herpes zoster sinus, VZV tanpa erupsi vesicular
yang khas merupakan ciri khas infeksi VZV atau sinrom Ramsay-Hunt
• Dosis umum  Valasiklovir 3x1000mg selama 7 hari.
PERAWATAN AKUT
• Kacamata hitam
• Lubrikasi (air mata buatan/artificial tears)
• Salep mata pada malam hari
• Penutup mata yang direkatkan pada malam hari
PERAWATAN MATA
PERAWATAN MULUT
• Menggunaka sedotan untuk cairan
• Mengonsumsi makanan lunak
FISIOTERAPI
• Terapi panas
• Elektrostimulasi
• Pijat
• Terapi pantomim
• Biofeedback
Prognosis
• 85% pasien mengalami pemulihan dalam 3 minggu pertama
• Pasien dengan kelumpuhan wajah lengkap (House-Brackman grade 5-6) yang belum
pulih dalam 3-4 bulan pertama  fungsi wajah jauh tidaj sempurna dengan atau
tanpa spasme dan sinekdoke.
Synkinesis
• Kontraksi otot wajah yang tidak normal selama gerakan wajah  ini dilakukan
secara sukarela dan dikaitkan dengan persarafan yang tidak normal pada otot
wajah setelah cedera saraf.
Terima Kasih

More Related Content

Similar to Bell's Palsy Treatment Guide

dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Bell’s palsy.pptx
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Bell’s palsy.pptxdr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Bell’s palsy.pptx
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Bell’s palsy.pptxPujaMonitra
 
REHABILITASI MEDIK BELL'S PALSY
REHABILITASI MEDIK BELL'S PALSYREHABILITASI MEDIK BELL'S PALSY
REHABILITASI MEDIK BELL'S PALSYInjilita Nansi
 
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MGppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MGmalisalukman
 
KP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.ppt
KP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.pptKP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.ppt
KP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.pptssuser0c40b4
 
Epilepsi dan anti epilepsi . dyah sekar nirwana
Epilepsi dan anti epilepsi . dyah sekar nirwanaEpilepsi dan anti epilepsi . dyah sekar nirwana
Epilepsi dan anti epilepsi . dyah sekar nirwanaDyah Sekar Nirwana
 
Epilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
Epilepsi revisi pak arif Baiq QorinEpilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
Epilepsi revisi pak arif Baiq QorinOkis2
 
Bickerstaff brainstem encephalitis
Bickerstaff brainstem encephalitisBickerstaff brainstem encephalitis
Bickerstaff brainstem encephalitisade navidya
 
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathyChronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathyVertilia Desy
 
Diagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak by dr alvin
Diagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak by dr alvinDiagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak by dr alvin
Diagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak by dr alvinSuharti Wairagya
 
Farmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakit
Farmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakitFarmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakit
Farmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakitLisaSofitriana
 
Rasmussen Encephalitis.pptx
Rasmussen Encephalitis.pptxRasmussen Encephalitis.pptx
Rasmussen Encephalitis.pptxBhanuAdhyatmoko
 
referat emma judul syok anafilaktik dan penanganannya
referat emma judul syok anafilaktik dan penanganannyareferat emma judul syok anafilaktik dan penanganannya
referat emma judul syok anafilaktik dan penanganannyasunallfinger1
 

Similar to Bell's Palsy Treatment Guide (20)

dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Bell’s palsy.pptx
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Bell’s palsy.pptxdr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Bell’s palsy.pptx
dr.Yusmahenry Galindra,Sp. S. Bell’s palsy.pptx
 
Askep[ bunda AKPER PEMKAB MUNA
Askep[ bunda AKPER PEMKAB MUNAAskep[ bunda AKPER PEMKAB MUNA
Askep[ bunda AKPER PEMKAB MUNA
 
REHABILITASI MEDIK BELL'S PALSY
REHABILITASI MEDIK BELL'S PALSYREHABILITASI MEDIK BELL'S PALSY
REHABILITASI MEDIK BELL'S PALSY
 
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MGppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
ppt miastenia gravis MG ppt miastenia gravis MG
 
KP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.ppt
KP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.pptKP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.ppt
KP 3.3.3.3 - PENYAKIT NEUROMUSCULAR JUNCTION.ppt
 
Epilepsi dan anti epilepsi . dyah sekar nirwana
Epilepsi dan anti epilepsi . dyah sekar nirwanaEpilepsi dan anti epilepsi . dyah sekar nirwana
Epilepsi dan anti epilepsi . dyah sekar nirwana
 
Bell Palsy
Bell PalsyBell Palsy
Bell Palsy
 
Kejang Demam
Kejang DemamKejang Demam
Kejang Demam
 
Epilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
Epilepsi revisi pak arif Baiq QorinEpilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
Epilepsi revisi pak arif Baiq Qorin
 
Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
 
Bickerstaff brainstem encephalitis
Bickerstaff brainstem encephalitisBickerstaff brainstem encephalitis
Bickerstaff brainstem encephalitis
 
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathyChronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
Chronic inflamatory demyelinating polyneuropathy
 
Pp kejang demam
Pp kejang demamPp kejang demam
Pp kejang demam
 
Diagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak by dr alvin
Diagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak by dr alvinDiagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak by dr alvin
Diagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak by dr alvin
 
Farmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakit
Farmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakitFarmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakit
Farmakoterapi EPILEPSI, farmasi, penyakit
 
Rasmussen Encephalitis.pptx
Rasmussen Encephalitis.pptxRasmussen Encephalitis.pptx
Rasmussen Encephalitis.pptx
 
referat emma judul syok anafilaktik dan penanganannya
referat emma judul syok anafilaktik dan penanganannyareferat emma judul syok anafilaktik dan penanganannya
referat emma judul syok anafilaktik dan penanganannya
 
Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1
 
Lp vertigo
Lp vertigoLp vertigo
Lp vertigo
 
anafilaktik.pdf
anafilaktik.pdfanafilaktik.pdf
anafilaktik.pdf
 

Recently uploaded

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 

Recently uploaded (20)

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 

Bell's Palsy Treatment Guide

  • 1. JOURNAL READING REVIEW Bell’s palsy: aetiology, clinical features and multidisciplinary care Pembimbing: dr. Patria Adri Wibhawa, Sp.N Disusun Oleh : Kristy Spica Gabriela Agaki (2165050089) Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia Periode 07 Agustus – 09 September 2023 www.uki.ac.id MEDICAL SCHOOL
  • 3. Abstrak • Bell’s palsy  neuropati kranial yang dapat menyebabkan kelumpuhan wajah neuron motoric bawah unilateral akut. • Penyebab pasti Bell’s palsy belum jelas namun imun, infektif dan iskemik menjadi contributor potensial dari penyakit ini. • Pemahaman baru menuliskan bahwa molekul sinyal intra akson dan mekanisme degenerasi dari Wallerian  bisa menjelaskan lebih lanjut pathogenesis berada dengan penelitian in-vitro antara interaksi virus dan akson. • Pedoman terbaru menerbitkan  pengobatan akut Bell’s palsy, menganjurkan monoterapi steroid • Namun, bagi pasien dengan gejala sisa akibat pemulihan yang tidak sempurna harus ditangani lebih lanjut oleh tim medis. • Pendekatan berpusat pada pasien yang menggunakan fisioterapi, injeksi toksin botulinum dan intervensi bedah  mengurangi kecacatan jangan panjang pada kelumpuhan wajah.
  • 4. Pendahuluan • Bell’s palsy  neuropati wajah perifer yang terjadi secara akut dan paling banyak menyebabkan kelumpuhan wajah neuron motoric bawah. • Presentasi klinis  kelemahan wajah tipe neuron bawah terjadi secara cepat, unilateral, dan gejala nyeri postauricular, dysgeusia, perubahan subyektif pada sensasi wajah dan hiperakusis. • Presentasi klinis ini didukung oleh anatomi saraf wajah manusia khususnya saraf campuran yang mengandung motoric, sensorik dan parasimpatis. • Saraf kranial yang berhubungan dari sensasi wajah yang berubah  saraf cranial V, disfungsi vestibular (VII)), atau gejala faring (IX dan X) • Efek parasimpatis  berkurangnya lakrimasi dan air liur akibat efek parasimpatis. • Kecacatan maksimal terjadi dalam 48 – 72 jam pertama dan tingkat keparahan kelumpuhan berhubungan dengan furasi disfungsi wajah, tingkat pemulihan dan penurunan kualitas hidup.
  • 5. Epidemiologi • Pria dan wanita secara merata  insiden sedikit lebih tinggi pada usia pertengahan dan usia lanjut, namun dapat terjadi pada semua rentang usia. • Angka kejadian populasi  berkisar 11,5 hingga 40,2/100.000 • Di Inggris, Jepang dan Amerika serikat memiliki insiden tahunan yang serupa  Inggris (20,2/100.000), (30/100.00), 25-30/100.000. • Terjadi peningkatan insiden Bell’s palsy selama uji coba pemberian vaksin intranasal  mungkin disebabkan karena efek kekebalan dari adjuvan toksin labil panas E.Coli yang sudah di detoksifikasi terlebih dahulu. • Insiden ini lebih tinggi pada kehamilam yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas akibat virus pada kondisi imunokompromi dan pada pasien DM dan HT.
  • 6. Etiologi • Kemungkinan penyebab yang terlah disarankan  infeksi virus herpes simpleks yang diaktifkan kembali (HSV-1)  pusat di sekitar ganglion genikulatum. • HSV-1  memiliki kapasitas neurotropik untuk saraf tepi dan virus lain dalam kategori ini termasuk HSV-2 dan VZV. • Virus  masuk kedalam tubuh melalui paparan mukokutaneus  bentuk laten dengan transkripsi gen terbatas di beberapa ganglia di seluruh neuroaksis  yang akan hidup sepanjang hidup inang  kranial, akar dorsal dan gangglianotonom. • HSV memiliki distribusi global dan merupakaan virus yang Tangguh. • Saat masuk dengan fase laten tanpa adanya replikasi yang aktif  mereka akan mendistribusi secara luas di tubuh.
  • 7. Etiopatogenesis • Penyebab disfungsi saraf aktibat HSV-1  aktivasi degradasi intra-aksonal dan jalur apoptosis langsung maupun tidak langsung  dari akson terhadap virus itu sendiri. • Literatur memunculkan pathogenesis dari Bells’ palsy  berkaitan dengan peran molekul sinyal intra-aksonal (SARM-1), permeabilitas mitokondria dan mekanisme molekuler  membuat degenerasi Wallerian. • Penelitian in vitro terbaru  RNA pembawa pesan di akson saraf perifer  dipicu partikel virus alpha herpes. • Penelitian sebelumnya meneliti  fisiologis seluler dalam pengaturan infeksi herpes  terjadi penurunan natrium  bisa menyebabkan pertukaran natrium kalsium (NCX) terbalik  sehingga kalsium banyak di intraseluler  menyebabkan aktivasi protease dan degenerasi intra aksonal  Bell’s palsy tiba – tiba.
  • 8. Etiopatogenesis • Respons imun  diperantarai sel terhadap mielin, mirip dengan bentuk mononeuropati Guillain Barre Syndrom (GBS) • Bukti ini berasal dari temuan laboratorium tidak langsung dari GBS  perubahan persentase limfosit T dan B dalam darah tepi, peningkatan konsentrasi kemokin dan reaktivitas in vitro terhadap protein mielin (P1L) pada sampel darah pasien Bell’s palsy.
  • 9. Diagnosis • Temuan khas  onset akut, kelumpuhan wajah neuron motoric bawah unilateral  mempengaruhi otot wajah bagian atas dan bawah, dengan puncaknya 72 jam. • 50 -60 % gejala ini untuk meyakinkan diagnosis Bell’s palsy. • Keterlibatan saraf  aurikulars posterior, petrosus, korda timpani dan stapedius  mengimplikasi lokasi disfungsi berada didalam tulang temporal.
  • 10. Diagnosis Banding • Hipoplasia  perkembangan otot – otot wajah • Tumor  Schwannoma saraf wajah, keganasan parotis dan jarang neuroma akustik. • Herpes zoster oticus • Penyakit granulomatosa  sarcoidosis, granulomatosis dengan poliangitis (granulomatosis Wegener)
  • 11. Diagnosis banding • Pemeriksaan fisik menyeluruh  dapat memberikan bukti untuk diagnosis alternatif. • Pola – pola yang dapat diketahui dari kelumpuhan wajah: • Kelumpuhan wajah yang berfluktuasi  bertahap atau berkembang >72 jam • Kelumpuhan bilateral (GBS, karsinoa dan limfoma) • Kelumpuhan wajah berulang (neuroma saraf wajah) • Kelumpuhan total berkepanjangan (>4 bulan) • Kelumpuhan total  perdarahan ke dalam tumor • Massa didaerah parotis  curigai Riwayat keganasan kulit atau kelemahan saraf segmental.
  • 12. Skoring • Keparah Bell’s palsy dapat dicatat dalam House-Brackmann atau skala penilaian saraf wajah/ Sunnybrook • Sifat nya subjektif.
  • 13. Neurofisiologi • Di masa lalu, Studi konduksi saraf wajah  Electroneuronography (ENoG) • Literatur bedah  dekompresi bedah araf wajah  semakin tidak lagi menjadi hal normal  biaya, risiko dan kurang kemanjuran. • Neurofisiologi lebih memberikan informasi  adanya respons residual menunjukkan cedera yang didominasi oleh saraf  prospek pemulihan baik HB I atau II
  • 14. Pengobatan PERAWATAN AKUT • Akademi Neurologi (AAN) dan America Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery Foundation (AAO-HNSF) • Pedoman ini memperkuat peran kortikosteroid dalam pengobatan Bell’s palsy dan menentang penggunaan terapi antivirus secara rutin. • AAO-HHSF  tidak menyarankan pemeriksaan lab, pencitraan atau neurofisiologis rutin pada presentasi pertama dari Bell’s palsy yang khas. • Dosis steroid oral  72 jam pertama onset • Penelitian uji coba RCT  50 mg prednisone selama 10 hari atau 60 mg selama 5 hari pertama, kemudian dikurangi 10mg setiap hari selama 5 hari berikutnya  efektif • Kurang signifikansi yang ditunjukkan  kombinasi kortikosteroid dan terapi antivirus dibandingkan kortikosteroid  RCT double-blind  efek pengenceran daro kelumpuhan ringan dan sedang pemulihan spontan tinggi.
  • 15. • Pengobatan antivirus kepada pasien Bell’s palsy dengan obat antiherpes, asiklovir  kemungkinan peran HSV-1  tidak langsung saat ini. • Alasan pemberian  pengaturan keseimbangan klinis mereka yang di diagnosis Bell’s palsy  akan mengalami herpes zoster sinus, VZV tanpa erupsi vesicular yang khas merupakan ciri khas infeksi VZV atau sinrom Ramsay-Hunt • Dosis umum  Valasiklovir 3x1000mg selama 7 hari. PERAWATAN AKUT
  • 16. • Kacamata hitam • Lubrikasi (air mata buatan/artificial tears) • Salep mata pada malam hari • Penutup mata yang direkatkan pada malam hari PERAWATAN MATA PERAWATAN MULUT • Menggunaka sedotan untuk cairan • Mengonsumsi makanan lunak FISIOTERAPI • Terapi panas • Elektrostimulasi • Pijat • Terapi pantomim • Biofeedback
  • 17. Prognosis • 85% pasien mengalami pemulihan dalam 3 minggu pertama • Pasien dengan kelumpuhan wajah lengkap (House-Brackman grade 5-6) yang belum pulih dalam 3-4 bulan pertama  fungsi wajah jauh tidaj sempurna dengan atau tanpa spasme dan sinekdoke.
  • 18. Synkinesis • Kontraksi otot wajah yang tidak normal selama gerakan wajah  ini dilakukan secara sukarela dan dikaitkan dengan persarafan yang tidak normal pada otot wajah setelah cedera saraf.

Editor's Notes

  1. Perubahan trasduksi protein dan sinyal tidak bergantung pada mesin nuklir  jadi ketika virus memasuki akson  akson akan merespons secara local.