Dokumen tersebut membahas tentang penyakit-penyakit hati yang dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan, meliputi hepatitis, sirosis hati, kanker hati, pelemakan hati, kolestasis, dan abses hati. Disebutkan pula beberapa penyebab penyakit hati seperti virus hepatitis, alkohol, dan zat toksik tertentu. Mekanisme kerusakan hati oleh obat-obatan dijelaskan pada tingkat seluler dan jaring
1. 1. Andy Anggoro Setyaji (190105010)
2. Aprilianti Esa Nur Islami (190105014)
3. Kurni Ambar Lestari (190105064)
4. Lulu Zahrotul Muna (190105068)
5. Siti Lailatul Rohma (190105095)
DRUGINDUCEDLIVERDISEASE
Disusun oleh:
kelompok3
2. PENGERTIAN
Hati adalah salah satu organ terbesar pada tubuh manusia dengan bobot
kurang lebih sekitar 1,5 kg. Meskipun bobot hati hanya 2-3% dari bobot tubuh
manusia, namun organ hati terlibat sekitar 25-30% pemakaian oksigen (Koolman
1995). Hati sendiri memiliki fungsi untuk membentuk kantong empedu dan isinya,
melepaskan dan menyimpan karbohidrat, membentuk urea, dan banyak fungsi
lainnya yang berhubungan dengan metabolisme lemak dan melakukan
detoksifikasi berbagai obat dan racun (Ganong, 1991). Organ hati mempunyai
sistem enzim yang dapat mensisntesis trigliserol, kolesterol, fosfolipid, dan
lipoprotein dan juga hati aktif mengubah berbagai asam-asam lemak menjadi
benda keton (Martin, 1984). Menurut Koolman (1995), hati atau hepar dapat
mengantur konsentrasi asam amino dalam plasma sehingga dapat memecah
kelebihan asam amino dengan cara mengubah nitrogen menjadi urea dan
menyalurkannya ke ginjal. Jumlah fodfatidilkolin dalam plasma merupakan salah
satu hal yang mempengaruhi kemampuan hati untuk memetabolisme obat (Gibson,
2006).
4. 1. HEPATITIS
Istilah ini dipakai untuk semua peradangan yang terjadi pada
hati. Penyebab dari hepatitis berbagai macam, mulai dari virus sampai
obat-obatan termasuk semua jenis obat-obatan tradisional. Virus
hepatitis terdiri dari banyak jenis: hepatitis A,B,C,D,E,F dan G.
Kelanjutan dari penyakit hepatitis karena virus bisa menjadi akut,
kronik, bahkan menjadi kanker hati. Virus-virus ini dapat dibedakan
melalui penanda anti genetiknya, namun virus-virus ini dapat
menyebabkan penyakit yang serupa secara klinis dan berakibat infeksi
sub klinis asimtomatik hingga berakibat infeksi akut yang fatal
(DepKes RI, 2007).
5. Hepatitis A dan Hepatitis B
Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh virus yang terklasifikasi transmisi secara enterik. Virus hepatitis
A berbentuk kubus simetris untai tunggal yang termasuk pada golongan picornavirus, dengan sub
klasifikasi hepatovirus. Masa inkubasi virus hepatitis dalam RNA selama 4 minggu dan hanya
berkembang biak pada hati, empedu, feses dan darah. Penularan virus hepatitis A dapat melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja penderita hepatitis A. Gejala dari penyakit hepatitis
A yang dirasakan oleh pasien dewasa berupa rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata juling,
hilangnya nafsu makan dan gejala tampak seperti flu (Depkes RI,2007).
Hepatitis B
Hepatitis B merupakan DNA virus (hepadna virus). epatitis B ditandai dengan peradangan
kronik pada hati dan berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah terjadi
infeksi akut, karena berlangsung sangat lama penyakit ini dapat bersifat persisten. Pasien yang telah
menderita penyakit ini akan membawa virus dan dapat menjadi sumber penularan. Penularannya
melalui darah atau transmisi seksual, jarum suntik, tato, tindik, akupuntur, tranfusi darah. Hepatitis B
sangat beresiko terhadap pasien yang menggunakan narkotika dan mempunyai banyak pasangan
seksual. Gejala yang ditunjukkan oleh penyakit Hepatitis B adalah lemah, lesu, sakit otot, mual dan
muntah namun jarang ditemukan demam (Depkes RI, 2007).
6. Hepatitis C dan Hepatitis D
Hepatitis C
Hepatitis C adalah infeksi penyakit yang bisa tak terdeteksi dan bisa
menyebabkan kerusakan perlahan-lahan pada organ hati. Penyakit ini tidak
menimbulkan gejala-gejala khusus biasanya pasien hanya terserang flu
berupa demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala, sakit perut atau hilangnya
selera makan (Depkes RI, 2007).
Hepatitis D
Hepatitis D ditandai dengan terdapatnya virus delta dan merupakan
virus yang unik, yakni virus RNA yang tidak lengkap. Virus ini memerlukan
keberadaan virus hepatitis B untuk ekspresi dan patogenisitasnya. Gejala
yang dirasakan bervariasi dan dapat dirasakan sebagai gejala yang ringan
atau sangat progrsif (Depkes RI, 2007).
7. Hepatitis E, Hepatitis F dan Hepatitis G
Hepatitis E
Hepatitis E merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya
kecuali terjadi pada saat kehamilan pada trimester 3 sehingga dapat
menyebabkan kematian. Gejala mirip dengan hepatitis A. Air yang
terkontaminasi feces merupakan penularan dari hepatitis E (Depkes RI,2007).
Hepatitis F
Sedikit kasus yang dilaporkan untuk hepatitis F. para pakar saat ini belum
sepakat mengenai hepatitis F sehingga merupakan penyakit hepatitis yang
terpisah dari hepatitis lainnya (Depkes RI, 2007).
Hepatitis G
Serupa dengan hepatitis C seringkali infeksi bersamaan dengan hepatits B
namun hepatitis ini tidak menyebabkan masalah kronik. Penularan hepatitis G
melalui tranfusi darah dan jarum suntik (Depkes RI, 2007).
8. 2. SIROSIS HATI
Istilah sirosis hati dicetuskan oleh Laennec tahun 1819 yang
berasal dari kata Khirros yang berarti warna kuning orange. Sirosis
hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi
pembuluh darah besar dan seluruh system arsitektur hati mengalami
perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi jaringan ikat (fibrosis)
disekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi (Sutiadi, 2003).
Gejalanya berupa perdangan difus dan selama bertahun-tahun pada
hati serta diikuti dengan fibrosis, degenerasi dan regenerasi sel-sel
hati sehingga menimbulkan kekacauan dalam susunan parenkim
hati.
9. Sirosis hati terbagi menjadi 2 yaitu :
Sirosis hati kompensta atau sirosis hati laten
Sirosis ini tidak memiliki gejala spesifik. Skrining adalah cara untuk
mengetahui penyakit hati ini
Sirosis hati dekompensata atau active liver cirrhosis
Gejala dan tanda sirosis hati dekompensata seperti asites, edema dan
icterus. alkoholisme virus hepatic, kegagalan jantung, malnutrisi,
penyakit Wilson, hemokromotosis dan zat toksik lainnya merupakan
beberapa penyakit lain yang diduga dapat menyebabkan sirosis hati
(Nurjanah, 2007).
10. Penyebab Penyakit Hati
a). Faktor keturunan dan malnutrisi
Kekurangan protein menjadi penyebab sirosis hepatis. Hal ini dikarenakan beberapa asam amino seperti metionin yang berperan
dalam metabolisme gugus metil untuk mencegah perlemakan hati dan sirosis hepatis berkurang jumlahnya dalam tubuh (Urata, 2007).
b). Hepatis virus
Virus hepatis merupakan virus yang sering disebut menjadi penyebab sirosis hati. Virus hepatitis B banyak memiliki
kecenderungan menetap dan akan berlanjut menjadi masalah yang kronis. Pasien dengan hepatitis kronis dapat menyebabkan kelanjutan
menjadi sirosis karena keadaan hati yang mengalami kerusakan parah (Urata, 2007).
c). Zat hepatotoksik
Beberapa obat-obatan dan zat kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan fungsi sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan
hati secara akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak sedangkan kerusakan hati kronik dapat menyebabkan sirosis hepatis.
Apabila obat-obatan yang bersifat hepatotoksik digunakan secara berulang maka akan menyebabkan kerusakan secara setempat,
kemudian terjadi kerusakan hati yang merata dan akhirnya terjadi sirosis hepatis (Glenda, 2002).
11. d). Penyakit Wilson
Suatu penyakit yang jarang ditemui biasanya terdapat pada orang-orang yang berusia muda
yang ditandai dengan sirosis hepatis, degenerasi ganglia basalis dari otak, dan terdapat cincin pada
kornea yang berwarna coklat kehijuan (Glenda, 2002).
e). Hemokromatosis
Hemakromatosis disebabkan karena 2 hal yaitu faktor keturunan dan pengonsumsi alkohol.
Faktor keturunan yang dimaksud adalah terjadinya kenaikan absorbsi dari zat besi sejak lahir. Pada
orang yang mengonsumsi alkohol terjadi peningkatan absorpsi dari besi sehingga dapat
menyebabkan sirosis hati (Glenda, 2002).
Penyebab Penyakit Hati
12. Kanker Hati, Pelemakan Hati, Kolestasis, dan Abses Hati
3. Kanker Hati
kanker pada hati yang banyak terjadi yaitu Hepatocellular carcinoma (HCC) yang
merupakan komplikasi dari hepatis kronis yang serius terutama karena virus hepatitis B, C
dan hemochromatosis (Depkes RI,2007).
4. Perlemakan Hati
Terjadi penimbunan lemak yang melebihi berat hati sebesar 5% atau yang mengenai
lebih dari separuh jaringan dari sel hati. Alkohol Merupakan salah satu penyebab dari
sirosis hati (Depkes RI, 2007).
5. kolestasis
Kegagalan produksi atau pengeluaran empedu merupakan definisi dari kolestasis.
Kolestasis dapat menyebabkan gagalnya menyerap lemak, vitamin dan juga terjadi
penumpukan asam empedu, bilirubin, dan kolesterol di hati.
6. Abses Hati
Abses hati disebabkan oleh infeksi bakteri atau amuba. Abses hati berkembang
dengan baik dan cepat sehingga menimbulkan gejala demam dan menggigil (Depkes RI,
2007).
13. Obat penginduksi penyakit hati
Hepatotoksisitas akibat obat harus selalu dipertimbangkan sebagai kemungkinan
penyebab penyakit hati. Efek dari penyakit hati pada farmakokinetik dan
farmakodinamik sangatlah kompleks diantaranya menurunnya fungsi hati untuk
membersihkan darah saat mengeliminasi obat-obatan yang dimetabolisme oleh hati itu
sendiri atau ekskresi bilier yang mempengaruhi peningkatan protein plasma yang pada
akhirnya terjadi pada proses distribusi dan eliminasi. Untuk pasien dengan gangguan
fungsi hati diperlukan penurunan dosis untuk menghindari akumulasi yang berlebihan
dari penggunaan obat yang mungkin dapat menyebabkan reaksi sehingga menimbulkan
efek samping yang serius. Hal yang paling berbahaya untuk pasien dengan gangguan
fungsi hati adalah obat-obatan dengan ekstraksi hepatik rendah dan rentang terapeutik
yang sempit. Obat tersebut harus diberikan secara peroral dan dosis harus dikurangi
<50% dari dosis normal (Dourakis, 2008).
14. EPIDEMIOLOGI
Hepatitis karena obat terjadi pada delapan dalam setiap 10.000 orang.
Perempuan cenderung terpengaruh hampir dua kali dibandingkan laki-laki.
Orang dewasa lebih rentan terhadap jenis hepatitis ini karena tubuh mereka tidak
mampu memperbaiki dengan cepat sel-sel hepatosit yang rusak seperti pada
orang muda.3 Di Amerika terdapat sekitar 200 kasus penyakit hati akut. 50%
diantaranya adalah karena penggunaan obat terdiri dari 30% karena
acetaminophen, 13% adalah reaksi idiosinkratik akibat pengobatan lainnya. 2 –
5% kasus akibat penggunaan obat di rumah sakit dengan jaundice, 10% dari
semua kasus adalah hepatits akut.
15. Patogenesis
Mekanisme patofisiologi2
a. Gangguan hepatosit : Ikatan kovalen dari obat dengan protein intrasellular dapat menyebabkan penurunan
ATP, yang menyebabkan gangguan aktin. Gangguani aktin di permukaan hepatosit menyebabkan pecahanya
membrane hepatosit.
b. Gangguan transportasi protein: Obat-obatan yang mempengaruhi transportasi protein di membrane
canalicular dapat mengganggu arus empedu. Hilangnya processus villous dan gangguan pompa transportasi
seperti resistensi multidrug-protein 3 menghambat ekskresi bilirubin, menyebabkan cholestasis.
c. Aktivasi sel Cytolytic T : Ikatan kovalen obat pada enzim P-450 bertindak sebagai immunogen,
mengaktifkan sel T dan cytokines dan merangsang kekebalan tubuh yang multi respon.
d. Apoptosis hepatosit : Aktivasi jalur apoptotic oleh reseptor faktor tumor nekrosis-alpha receptor oleh Fas
memicu kaskade intraselular, yang menghasilkan kematian sel.
e. Gangguan mitokondria : Beberapa obat menghambat fungsi mitokondria dengan efek ganda terhadap
produksi energi beta-oksidasi oleh hambatan sintesis Nikotinamid adenin dinukleotida dan flavin adenin
dinukleotida, mengakibatkan penurunan produksi ATP.
f. Kerusakan saluran empedu : metabolit toksik yang dieksresikan di empedu dapat menyebabkan kerusakan
epitel saluran empedu
16. Mekanisme toksisitas obat1
Secara patofisiologik, obat yang dapat menimbulkan kerusakan pada hati dibedakan
atas dua golongan yaitu hepatotoksin yang predictable dan yang unpredictable :
a. Hepatotoksin yang predictable (intrinsik) : merupakan obat yang dapat dipastikan selalu akan
menimbulkan kerusakan sel hepar bila diberikan kepada setiap penderita dengan dosis yang
cukup tinggi. Dari golongan ini ada obat yang langsung merusak sel hati, ada pula yang
merusak secara tidak langsung yaitu dengan mengacaukan metabolisme atau faal sel hati.
Obat hepatotoksik predictable yang langsung merusak sel hati umumnya tidak digunakan lagi
untuk pengobatan. Contohnya ialah karbon tetraklorid dan kloroform. Hepatotoksin yang
predictable yang merusak secara tidak langsung masih banyak yang dipakai misalnya
parasetamol, tetrasiklin, metotreksat, etanol, steroid kontrasepsi dan rifampisin. Tetrasiklin,
etanol dan metotreksat menimbulkan steatosis yaitu degenerasi lemak pada sel hati.
Parasetamol menimbulkan nekrosis, sedangkan steroid kontrasepsi dan steroid yang
mengalami alkilasi pada atom C-17 menimbulkan ikterus akibat terhambatnya pengeluaran
empedu. Rifampisin dapat pula menimbulkan ikterus karena mempengaruhi konyugasi dan
transpor bilirubin dalam hati.
17. b. Hepatotoksin yang unpredictable : kerusakan hati yang timbul disini bukan disebabkan karena toksisitas
intrinsik dari obat, tetapi karena adanya reaksi idiosinkrasi yang hanya terjadi pada orang-orang
tertentu. Ciri dari kelainan yang bersifat idiosinkrasi ini ialah timbulnya tidak dapat diramalkan dan
biasanya hanya terjadi pada sejumlah kecil orang yang rentan. Menurut sebab terjadinya, reaksi yang
berdasarkan idiosinkrasi ini dapat dibedakan dalam dua golongan yaitu karena reaksi hipersensitivitas
dan karena kelainan metabolisme. Yang timbul karena hipersensitivitas biasanya terjadi setelah satu
sampai lima minggu dimana terjadi proses sensitisasi. Biasanya dijumpai tanda-tanda sistemik berupa
demam, ruam kulit, eosinofilia dan kelainan histologik berupa peradangan granulomatosa atau
eosinofilik pada hati. Dengan memberikan satu atau dua challenge dose, gejala-gejala di atas biasanya
segera timbul lagi. Reaksi idiosinkrasi yang timbul karena kelainan metabolisme mempunyai masa
laten yang sangat bervariasi yaitu antara satu minggu sampai lebih dari satu tahun. Biasanya tidak
disertai demam, ruam kulit, eosinofilia maupun kelainan histopatologik yang spesifik seperti di atas.
Dengan memberikan satu atau dua challenge dose kelainan ini tidak dapat diinduksi untuk timbul lagi
; untuk ini obat perlu diberikan lagi selama beberapa hari sampai beberapa minggu. Hal ini
menunjukkan bahwa diperlukan waktu yang cukup lama agar penumpukan metabolit hepatotoksik
dari obat sampai pada taraf yang memungkinkan terjadinya kerusakan hati.