Teks tersebut membahas tentang definisi, etiologi, klasifikasi, gejala, patofisiologi, dan diagnosis hepatitis. Secara ringkas, hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh berbagai virus seperti virus hepatitis A, B, C, D, dan E, yang menimbulkan gejala seperti demam, nyeri perut, dan kuningnya kulit. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan fungsi hati, darah, dan biopsi hati.
1. HEPATITIS
Definisi Hepatitis
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa awam sering
disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal dari
bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi yang berkembang di
masyarakat mengartikan lever adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya
dapat menimbulkan kercunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, teatapi
juga karena adanya peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul Huda)
Etiologi Hepatitis
Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan oleh virus. Beberapa
virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.
1) Virus hepatitis A (HAV)
2) Virus hepatitis B (HBV)
3) Virus hepatitis C (HCV)
4) Virus hepatitis D (HDV)
5) Virus hepatitis E (HEV)
6) Hepatitis F (HFV)
7) Hepatitis G (HGV)
Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal adalah
HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih disukai daripada istilah
lama yaitu hepatitis “infeksiosa” dan hepatitis “serum”, sebab kedua penyakit ini dapat
ditularkan secara parental dan nonparental (Price dan Wilson, 2005: 243). Hepatitis pula dapat
disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi obat, infeksi
stafilokokus, penyakit sistematik dan juga bersifat idiopatik (Sue hincliff, 2000: 205).
2. Klasifikasi Hepatitis
Beberapa virus diketahui dapat menginfersikan hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D,
hepatitis E.
1. Hepatitis A/ hepatitis infeksiosa merupakan penyakit yang ditularkan melalui kontaminasi
oral-pekal akibat hygiene yang buruk/makanan yang tercemar.
2. Hepatitis B/ hepatitis serum merupakan penyakit yang bersifat serius & biasanya menular
melalui kontak dengan darah yang mengandung virus. Penyakit ini juga ditularkan melalui
hubungan kelamin & dapat ditemukan oleh semen cairan tubuh lainnya.
3. Hepatitis C/ hepatitis non-A non-B. Virus ini merupakan penyebab tersering infeksi kepada
yang ditularkan melalui supali darah komersial. Hepatitis C ditularkan sama dengan hepatitis B
terutama melalui transfusi darah.
4. Hepatitis D/ hepatitis delta & sebenarnya adalah suatu virus defektif yang ia sendiri tidak
dapat menginfeksi hipatosit untuk menimbulkan hepatitis. Hepatitis D ditularkan seperti hepatitis
B. Antigen & antibody hepatitis D dapat diperiksa pada donor darah.
5. Hepatitis E diidentifikasikan tahun 1990. Virus ini adalah suatu virus yang ditularkan melalui
ingesti air yang tercemar. Sebagian besar kasus yang dilaporkan ditemukan di negara yang
sedang berkembang.(Corwin, 2000 ; 579
Tanda dan Gejala
Setiap proses peradangan akan menimbulkan gejala. Berat ringannya gejala yang
timbul tergantung dari ganasnya penyebab penyakit (patogenitas) dan daya tahan tubuh
penderita.
Secara umum penyakit hepatitis mengenal empat stadium yang timbul akibat proses
peradangan hati akut oleh virus, yaitu masa tunas, fase prod moral, fase kuning, dan fase
penyembuhan.
1. Masa Tunas
3. Yaitu sejak masuknya virus pertama kali ke dalam tubuh sampai menimbulkan gejala klinis.
Masa tunas dari masing-masing penyebab virus hepatitis tidaklah sama. Kerusakan sel-sel hati
terutama terjadi pada stadium ini.
2. Fase Prodmoral (fase preikterik)
Fase ini berlangsung beberapa hari. Timbul gejala dan keluhan pada penderita seperti badan
terasa lemas, cepat lelah, lesu, tidak nafsu makan (anoreksia), mual, muntah, perasaan tidak enak
dan nyeri diperut, demam kadang-kadang menggigil, sakit kepala, nyeri pada persendian
(arthralgia), pegal-pegal diseluruh badan terutama dibagian pinggang dan bahu (mialgia), dan
diare. Kadang-kadang penderita seperti akan pilek dan batuk, dengan atau tanpa disertai sakit
tenggorokan. Karena keluhan diatas seperti sakit flu, keadaan diatas disebut pula sindroma flu.
3. Fase kuning (fase ikterik)
Biasanya setelah suhu badan menurun, warna urine penderita berubah menjadi kuning pekat
seperti air teh. Bagian putih dari bola mata (sklera), selaput lendir langit-langit mulut, dan kulit
berubah menjadi kekuningan yang disebut juga ikterik. Bila terjadi hambatan aliran empedu
yang masuk kedalam usus halus, maka tinja akan berwarna pucat seperti dempul, yang disebut
faeces acholis.
Warna kuning atau ikterik akan timbul bila kadar bilirubin dalam serum melebihi 2 mg/dl.
Pada saat ini penderita baru menyadari bahwa ia menderita sakit kuning atau hepatitis. Selama
minggu pertama dari fase ikterik, warna kuningnya akan terus meningkat, selanjutnya menetap.
Setelah 7-10 hari, secara perlahan-lahaPada saat ini, keluhan yang ada umumnya mulai
berkurang dan penderitamerasa lebih enak. Fase ikterik ini berlangsung sekitar 2-3 minggu. Pada
usia lebih lanjut sering terjadi gejala hambatan aliran empedu (kolestasis) yang lebih berat
sehingga menimbulkan warna kuning yang lebih hebat dan berlangsung lebih lama.
4. Fase penyembuhan (konvaselen)
Ditandai dengan keluhan yang ada dan warna kuning mulai menghilang. Penderita merasa
lebih segar walaupun masih mudah lelah. Umumnya penyembuhan sempurna secara klinis dan
laboratoris memerlukan waktu sekitar 6 bulan setelahtimbulnya penyakit.
Tidak semua penyakit hepatitis mempunyai gejala klasik seperti diatas. Pada sebagian orang
infeksi dapat terjadi dengan gejala yang lebih ringan (subklinis) atau tanpa memberikan gejala
sama sekali (asimtomatik). Bisa jadi ada penderita hepatitis yang tidak terlihat kuning
4. (anikterik). Namun, ada juga yang penyakitnya menjadi berat dan berakhir dengan kematian
yang dinamakan hepatitis fulminan.
Hepatitis fulminan ditandai dengan warna kuning atau ikterus yang bertambah berat, suhu
tubuh meningkat, terjadi perdarahan akibat menurunnya faktor pembekuan darah, timbulnya
tanda-tanda ensefalopati berupa mengantuk, linglung, tidak mampu mengerjakan pekerjaan
sederhana, dan akhirnya kesadaran menurun sampai menjadi koma. Kadar bilirubin dan
transaminase (SGOT, SGPT) serum sangat tinggi, juga terjadi peningkatan sel darah putih
(leukositosis). Keadaan ini menandakan adanya kematian (nekrosis) sel parenkim hati yang luas,
dan warna kuning pada mata dan kulit akan berkurang
Patofisiologi
Yaitu perubahan morfologi yang terjadi pada hati, seringkali mirip untuk berbagai virus yang
berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran basar dan berwarna normal, namun kadang-
kadang ada edema, membesar dan pada palpasi “terasa nyeri di tepian”. Secara histologi. Terjadi
kekacauan susunan hepatoselular, cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat, dan peradangan
periportal. Perubahan ini bersifat reversibel sempurna, bila fase akut penyakit mereda. Namun pada
beberapa kasus nekrosis, nekrosissubmasif atau masif dapat menyebabkan gagal hati fulminan dan
kematian (Price dan Daniel, 2005: 485).
Pemeriksaanpenujang dan diagnostik
Pemerikasaan laboratorium untuk deteksi hepatitis Pemeriksaan laboratorium pada pasien
yang diduga mengidap hepatitis dilakukan untuk memastikan diagnosis, mengetahui penyebab
hepatitis dan menilai fungsi organ hati (liver). Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi
hepatitis terdiri dari atas tes serologi dan tes biokimia hati,diantaranya:
Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan nilai untuk
membedakan hepatitis virus dengan nonvirus
AST(SGOT atau ALT(SGPT) : awalnya meningkat. Dapat meningkat satu sampai dua
minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun
Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim
hati atau mengakibatkan perdarahan)
Leucopenia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
5. Diferensial darah lengkap : lekositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma
Alkali fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
Fesses : warna tanak liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
Albumin serum : menurun
Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fusngsi hati)
Anti-HAV IGM : Positif pada tipe A
HBSAG : dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). catatan : merupakan diagnostic
sebelum terjadi gejala kinik
Massa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati)
Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100mm (bila diatas 200mg/mm, prognosis buruk mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat
Biopsi hati : menentukan diagnosis dan luasnya nekrosis
Scan hati : membantu dalam perkiraan beratnya ketrusakan parenkim
Urinalisa : peninggian kadar bilirubin;protein/hematuria dapat terjadi