Teks tersebut memberikan penjelasan mengenai berbagai gaya bahasa dalam bahasa Indonesia, seperti metafora, personifikasi, asosiasi, alegori, parabel, simbolik, tropen, metonimia, litotes, sinekdokhe, eufimisme, hiperbolisme, alusio, antonomasia, perifrasis, ironi, sinisme, dan sarkasme. Teks tersebut juga menyebutkan sumber pustaka yang digunakan sebagai acuan.
2. 1. Metafora
• Ialah majas yg memperbandingkan suatu
benda dg benda lain yg mempunyai sifat
yg sama. Contoh :
– Dewi malam telah keluar dari
peraduannya.
– Mereka telah menjadi sampah
masyarakat.
– Semangatnya berkobar-kobar untuk
meneruskan perjuangannya.
– Orang itu ialah kaki tangan musuh.
3. 2. Personifikasi
• Pelukisan benda-benda mati seolah-olah
sebagai benda hidup. Contoh :
– Bulan tersenyum simpul.
– Angina bernyanyi riang.
– Sang surya telah masuk ke peraduannya.
– Hatinya berkata bahwa perbuatan itu tak
boleh dilakukannya.
4. 3. Asosiasi
• Membandingkan terhadap benda yg telah
disebutkan agar menjadi lebih jelas.
– mukanya pucat bagai bulan kesiangan.
– Semangatnya keras bagai baja.
– Pikirannya kusut bagai benang dilanda
ayam.
– Matanya bagai bintang Timur.
5. 4. Alegori
• Majas ini memperlihatkan suatu perbandingan
utuh. Misalnya :
• Hidup kita diumpamakan dg biduk atau bahtera
yg terkatung-katung di tengah lautan. Hidup yg
hrs ditempuh diumpamakan dg lautan yg hrs
diarungi. Kesukaran yg mungkin kita yemui dlm
kehidupan diumpamakan dg topan dan badai.
Suami istri yg hrs menempuh hidup itu
diumpamakan dg nakoda dan jurumudi yg hrs
mengemudikan bahtera hidup tadi. Kebahagiaan
atau tujuan hidup diumpamakan dg tanah tepi
yg hrs dicapai.
6. 5. Parabel
• Majas yg tergantung dalam seluruh
karangan dg secara halus tersimpul
pedoman hidup, falsafah hidup yang patut
kita contoh. Misalnya :
• Dapat kita lihat dalam buku-buku seperti :
Bhagawat Gita, Mahabarata dan
hikayat-hikayat.
7. 6. Simbolik
• Melukiskan suatu dengan benda lain
sebagai lambang. Contoh :
– Pendiriannya seperti baling-baling.
– Orang itu lintah darat.
– Orang itu sifatnya seperti bunglon.
8. 7. Tropen
• Majas yg mempergunakan kata-kata yg tepat
dan sejajar artinya dg sesuatu keadaan yg
sebenarnya.
– Presiden terbang ke Jepang.
– Sepanjang hari berkubur saja dalam kamarnya.
– Dia duduk melamun, hanyut dibawa perasaannya.
• Sudah sebulan diaa mengukur jalan saja di
kota itu.
9. 8. Metonimia
• Sebuah kata atau nama yang berasosiasi
dengan suatu benda dipakai untuk
menggantikan benda yang dimaksud.
Contoh :
– Andi disuruh Bapak membeli Bentul.
– Dia datang memakai Fiat bukan Ford.
10. 9. Litotes
• Mempergunakan kata yg berlawanan
artinya dg tujuan merendahkan diri
terhadap orang tempat berbicara.
– kalau sempat datanglah ke gubuk kami.
– Apa yang dapat Saudara harapkan dari saya?
Ilmu tiada hartapun tiada.
– Kami hanya dapat menyuguhkan teh dingin
dan kue kampong kepada Ibu.
11. 10. Sinekdokhe
• Majas ini dibagi menjadi dua :
1. Pars pro toto (sebagian untuk seluruh).
- Dia membeli tiga ekor lembu.
2. Totem pro parte (seluruh untuk sebagian).
- Indonesia berhasil mempertahankan piala
Thomas.
12. 11. Eufimisme
• Memperhalus ucapan dengan memakai
kata-kata yang sopan.
– Jangan buang angina dimuka orang ramai.
– Permisi kebelakang sebentar.
– Dia kini sudah berubah akal.
13. 12. Hiperbolisme
• Majas yang membesar-besarkan
peristiwa/keadaan untuk mengeraskan
arti/menarik perhatian.
– Ia mengucapkan beribu-ribu terimakasih.
– Larinya secepat kilat.
– Harga-harga barang sekarang mencekik
leher.
14. 13. Alusio
• Majas mengias dengan mempergunakan
peribahasa atau perbandingan yang biasa
dipakai sehari-hari.
– Kamu ini berpura-pura saja, sudah gaharu
cendana pula.
– Menggantang asap saja engkau dari tadi ya?
(membual, beromong kosong).
15. 14. Antonomasia
• Menggunakan nama lain terhadap
sesuatu atau orang dengan memakai
nama sifat atau keadaan sesuatu atau
orang itu.
– Si gemuk
– Si botak
– Si jangkung.
16. 15. Perifrasis/priprase
• Gaya bahasa peruraian sebuah kata
diganti dengan sebuah kalimat atau
sekelompok kata yang artinya sama.
– Kapal padang pasir.
– Pagi-pagi berangkatlah kami = Ketika sang
surya keluar dari peraduannya,
berangkatlah kami.
– Kereta api itu berlari terus. = kuda besi yang
panjang itu berlari terus.
17. B. Gaya bahasa sindiran
1. Ironi
Ialah sindiran halus.
- Cepat benar kamu pulang.
- Usul yang negative itu diusulkan juga.
18. 2. Sinisme
• Ialah sindiran yang lebih kasar daripada
ironi.
• Harum benar baumu.
• Merdu benar suaramu seperti betung balik.
19. 3. Sarkasme
• Ialah sindiran yang paling kasar.
• Mampus pun engkau tak ada peduliku.
• Cih, mukamu yang seperti monyet itu, jijik aku
melihatnya.