Teks tersebut membahas berbagai jenis majas yang terdiri dari majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas sindiran. Majas perbandingan meliputi metafora, personifikasi, hiperbola, asosiasi, eufemisme, simile, metonimia, alegori, dan sinekdok. Majas pertentangan terdiri dari paradoks, litotes, dan antitesis. Sedangkan majas sindiran meliputi sinisme dan ironi.
1. 1. Majas Perbandingan
Majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan
ataupun membandingkan objek yang satu dengan objek lainnya. Gaya bahasa
ini dilalui dengan proses penyamaan, pelebihan atau penggantian. Berikut ini
merupakan jenis-jenis majas perbandingan:
a. Majas Metafora
Majas metafora merupakan majas yang menggunakan objek yang sifatnya sama
dengan suatu pesan yang ingin disampaikan melalui ungkapan. Jadi, objek yang
satu dibandingkan dengan objek lainnya merupakan sifat yang serupa tetapi
bukan manusia.
Contoh :
Pak Anto merupakan tangan kanan pak lurah.
Ketika kakakku pergi ke Jepang, dia tidak lupa membelikan buah
tangan untukku.
1. Mila adalah bunga desa yang selalu mengagumkan.
2. Lia selalu menjadi buah bibir karena tingkah lakunya yang urakan.
3. Kita harus waspada dengan orang itu karena ia terkenal panjang tangan.
4. Raja hutan itu memiliki suara yang paling menggelegar.
5. Dodi senang sekali dengan buah tangan yang diberikan paman.
6. Ali berusaha keras untuk mengasilkan buah pena ini.
7. Tulisan ini adalah buah pikiran kawan sekelasku.
8. Sang Raja Siang memang selalu membawa kehangatan.
9. Dinda adalah buah hati pasangan yang fenomenal itu.
10. Budi hanya bisa pasrah dianggap sebagai sampah masyarakat.
b. Majas Personifikasi
Majas ini merupakan gaya bahasa yang pengungkapannya seolah-olah
menggantikan fungsi benda mati seperti sikap manusia. Gaya bahasa ini disebut
juga dapat mengorangkan benda mati.
Contoh :
Matahari mulai menyapaku ketika aku membuka jendela kamarku.
Malam itu kami menyaksikan api yang menari-nari dalam pesta api unggun.
2. 1. Pena itu menari-nari di atas kertas.
2. Lia termenung menatap daun-daun yang berjoget diterpa angin.
3. Leptopku sedang kelelahan karena digunakan semalam suntuk.
4. Pepohonan di hutan itu tampak sedih karena musim kemarau panjang.
5. Lautan biru itu seolah menatapku dalam hening.
6. Aku bisa merasakan dinding-dinding di sekitarku mendengar pembicaraan kita.
7. Baju ini memelukku tubuhku yang kedinginan.
8. Bunga-bunga di taman bercengkerama riang di bawah terik hangat mentari.
9. Aku tidak bisa menemukan jam tanganku, mungkin dia melarikan diri.
10. Jam berjalan dengan sangat lambat.
c. Majas Hiperbola
Majas ini merupakan gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu yang kesannya
berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.
Contoh :
Dia membalas pesanku secepat kilat.
Ayahku bekerja membanting tulang untuk menghidupi keluargaku.
1. Dia sudah terbiasa memeras keringat untuk menafkahi keluarga.
2. Luluk girang setengah mati karena mendapat lotre.
3. Dinda menangis sampai air matanya habis karena kehilangan dompet.
4. Lari marathon sungguh melelahkan sampai kakiku terasa mau lepas.
5. Suaranya hampir memecahkan gendang telingaku.
6. Gadis itu berbicara dengan lantang sampai suaranya memenuhi dunia.
7. Dia menguap sampai aku hampir tertelan.
8. Guruku sangat baik seperti malaikat.
9. Soal matematika ini sangat mudah bagiku, sampai bisa kuselesaikan dalam
sekejap mata.
10. Dia bisa berlari sangat cepat secepat kilat.
d. Majas Asosiasi
Majas ini adalah majas yang membandingkan dua objek berbeda, namun
dianggap sama. Biasanya majas ini diberikan kata sambung seperti bak,
bagaikan ataupun seperti.
Contoh :
3. Orang yang berada di dalam penjara itu seperti burung di dalam sangkar.
Anna sudah lama tidak terlihat bagaikan ditelan bumi.
1. Sita dan Siti bak pinang dibelah dua.
2. Harapan Lina akan beasiswa bak gayung bersambut.
3. Pendiriannya memang seperti air di daun talas.
4. Dia sudah lama tidak muncul bagaikan ditelan bumi.
5. Layaknya tiada gading yang tak retak, begitu juga manusia.
6. Nasib kita itu seperti roda yang berputar.
7. Memberi Heni hadiah sama saja seperti menabur garam di lautan.
8. Menasehati kakak beradik itu seperti berbicara dengan tembok.
9. Aku sangat kecewa dengan tindakanmu yang bagaikan duri dalam sekam.
10. Dia sungguh mengecewakan, sikapnya bak pagar makan tanaman.
e. Majas Eufemisme
Majas ini merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menggantikan kata-
kata yang dianggap kurang baik dengan kata-kata yang lebih halus.
Contoh :
Di jalan tersebut banyak tuna wisma berada di pinggiran toko.
Dia harus diadili di meja hijau.
1. Dia adalah seorang tuna daksa.
2. Kita harus menolong orang yang tuna wisma.
3. Kasihan anak itu, ia terlahir tuna rungu.
4. Guru itu adalah seorang difabel, tapi ia sangat pandai mengajar.
5. Dia terpaksa mendekam di hotel prodeo karena kecelakaan itu.
6. Karena terjerat kasus korupsi, ia harus dihadapkan di meja hijau.
7. Orang tua itu sudah tidak memiliki sanak saudara, makanya ia diletakkan di panti
jompo.
8. Meskipun ia adalah kaum marginal, tapi ia memiliki semangat belajar tinggi.
9. Jika kita bertemu kaum fakir, kita tidak boleh menghinanya.
10. Dia mengalami gangguan jiwa karena kehilangan pekerjaan dan keluarga
sekaligus.
f. Majas Simile
4. Majas atau gaya bahasa ini merupakan perbandingan kegiatan yang berbeda
yang bukan perbandingan dua objek berbeda. Gaya bahasa ini mirip dengan
majas asosiasi karena menggunakan kata hubung bak, bagaikan atau seperti.
Contoh :
Kau nampak sangat lapar sehingga jalanmu seperti singa kelaparan.
Dia sangat menurut sekali dengan orang itu bak kerbau yang ditusuk hidungnya.
1. Sering-seringlah bergaul, agar tidak kurang wawasan, seperti kura-kura dalam
tempurung.
2. Dia selalu saja patuh pada ketua geng itu, seperti kerbau yang ditusuk hidungnya.
3. Lili memang sudah terkenal sebagai pemalas, seperti beruang di musim dingin.
4. Adikmu tampak sangat lapar, jalannya seperti singa kelaparan.
5. Rapat hari ini sangat kacau, seperti hutan terserang angin ribut.
g. Majas Metonimia
Majas ini merupakan gaya bahasa yang menyandingkan merek atau istilah
tertentu yang populer untuk merujuk benda yang sebenarnya lebih umum.
Contoh :
Ibu memintaku membelikan rinso di warung.
Karena haus aku membeli aqua sebagai pelepas dahaga.
1. Ayah suka menghisap gudang garam.
2. Paman memintaku membeli djarum super.
3. Agar tidak mabuk perjalanan, minum dulu antimo sebelum berpergian.
4. Jika sedang akhir bulan, aku biasa makan supermi.
5. Tolong ambilkan aqua dingin, aku haus sekali.
6. Rasanya gerah sekali siang ini, aku ingin minum teh gelas saja.
7. Ayo kita pergi naik honda.
8. Aku ingin terbang naik garuda.
9. Tolong ambilkan nokia milik Kakak di dalam kamar.
10. Jika merasa lemas, Kamu bisa meminum sangobion.
h. Majas Alegori
Majas ini adalah gaya bahasa yang menyandingkan suatu objek dengan kata-
kata kiasan yang bermakna konotasi.
5. Pengertian Pelanggaran HAM
Contoh :
Rino sedang mencari pelabuhan cintanya, kepada Cindy ia akan berlabuh.
1. Jika sudah sampai pada dermaga kehidupan, pada anaklah kita akan berlabuh.
2. Ani sedang mencari pelabuhan cintanya, dan pada Adilah ia berlabuh.
3. Dalam pertarungan mencari jati diri, diri kita sendirilah petarungnya, dan orang tua
adalah pelatihnya.
4. Pertandingan politik ini, membutuhkan kapten yang tepat.
5. Di dalam perlombaan memenangkan hati, jurinya adalah perasaan.
i. Majas Sinekdok
Majas ini merupakan gaya bahasa yang menunjukkan adanya perwakilan dalam
mengungkapkan sesuatu. Untuk majas ini dibagi menjadi dua seperti berikut ini.
Sinekdok pars pro toto. Merupakan gaya bahasa yang menyebutkan
sebagian unsur dengan maksud mewakili keseluruhan benda. Contoh : Di
kamar adik ada tujuh ekor cicak.
Sinekdok totem pro parte. Merupakan gaya bahasa keseluruhan bagian
yang mewakili sebagian benda atau situasi. Contoh : Indonesia berhasil
menjadi juara sepak bola di Myanmar.
Contoh Majas Sinekdok Pars Pro Toto:
1. Kita hanya perlu mewakilkan satu kepala saja dalam rapat ini.
2. Ibu membeli tiga ekor ayam untuk pesta nanti malam.
3. Dia hanya menampakkan batang hidungnya sebentar saja, lalu pergi.
Contoh Majas Sinekdok Totem Pro Parte :
1. Malaysia berhasil mengalahkan Thailand dalam pertandingan bola itu.
2. Amerika Serikat menyerang negara-negara yang dianggapnya berbahaya.
3. China menyatakan bahwa negaranya telah terbuka dalam hubungan internasional.
4. Jepang berhasil menerbangkan rudal tempur terbaru yang diklaim sangat canggih.
j. Majas Simbolik
Majas ini merupakan gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap
makhluk hidup lain dalam bentuk ungkapan.
Contoh :
Ria merupakan kembang desa di kampung ini.
Selly seperti ratu lebah yang dikagumi dan dipuja banyak orang.
6. 1. Rian sangat berani seperti raja hutan.
2. Dina disebut-sebut sebagai kembang desa yang dikagumi semua pria.
3. Lisa seperti ratu lebah yang dipuja oleh banyak orang.
4. Dian yang masih menyendiri hingga sekarang memang layak dianggap bunga
teratai, indah tapi susah dijangkau.
2. Majas Pertentangan
Majas pertentangan adalah majas yang menggunakan kata-kata kias yang
bertentangan dengan maksud asli penulis. Berikut ini adalah jenis-jenis majas
pertentangan.
Majas Paradoks. Majas ini merupakan gaya bahasa dengan ungkapan
situasi asli dengan situasi yang berkebalikan. Contoh : Riski
tetap tersenyum meski di dalam hatinya menangis.
Dia merasa lapar, padahal tinggal di pusat kuliner.
Dia tersenyum, meski hatinya sedih karena ditinggal sang kekasih.
Ani tetap saja menangis, ketika orang-orang di sekitarnya tertawa.
Lia merasa malas di tengah kobaran semangat para relawan.
Didi merasa bising di ruangan kosong yang sepi ini.
Majas Litotes. Majas ini merupakan kebalikan dari majas hiperbola.
Gaya bahasa ini bertujuan untuk merendahkan diri, meskipun pada
kenyataannya tidak seperti yang dikatakan. Contoh : Pada hari minggu
lalu teman kantor kami mengunjungi gubug kami.
Apalah daya kami hanya bisa menyediakan pondok sederhana ini untuk kalian.
Silahkan dinikmati makanan seadanya ini.
Ini uang tanda terima kasih sekedar untuk mengganti ongkos pulsa.
Ya, baru mobil butut ini yang bisa kami beli.
Semoga kalian bisa nyaman dengan alas sederhana ini.
Majas Antitesis. Majas ini merupakan gaya bahasa yang memadukan
pasangan kata yang memiliki arti bertentangan. Contoh : Cepat
lambat kau akan meraih kesuksesan.
Besar kecil kue ini tetap enak rasanya.
Tinggi rendah martabat kita tergantung pada tingkat laku kita.
Orang akan menilai baik buruk diri kita dari sikap kita kepada mereka.
Sangat penting untuk menilai orang berdasarkan benar salah perbuatan
mereka.
Suka benci itu adalah hak kita untuk mengatur perasaan kita sendiri.
Kita harus selalu menyapa kawan kita, lupa atau ingat mereka pada kita.
Sehat sakit itu adalah anugerah yang harus kita syukuri.
Cepat lambat kita pasti akan mendapatkan rejeki.
Hidup mati manusia berada di tangah Tuhan.
Gemuk kurus bagiku semua wanita itu cantik selama ia memiliki sikap santun.
7. Majas Kontradiksi Interminis. Majas ini merupakan ungkapan
menyangkal ujaran yang telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya, diikuti
oleh konjungsi kecuali atau hanya saja. Contoh : Bunga-bunga di taman
itu cantik, kecuali yang layu itu sangat terlihat buruk.
Kota – kota besar ini semakin mewah, kecuali kota – kota pinggiran yang
semakin tersisih.
Pesta ini sangat meriah, hanya saja di sudut kolam itu terlihat sepi.
Burung-burung di sini sangat cantik, kecuali burung kecil yang sedang terluka itu
terlihat buruk.
Hewan ternak milik Pak Sugi sehat – sehat, hanya saja ada beberapa ternak
yang sakit – sakitan.
Mobil-mobil di dealer ini sangat modern, kecuali satu mobil yang ada di ujung
sana terlihat kuno.
3. Majas Sindiran
Majas sindiran adalah majas yang menggunakan kata-kata kiasan yang
bertujuan menyindir seseorang, perilaku atau kondisi tertentu. Berikut ini
merupakan jenis majas sindiran.
Majas Sinisme. Majas ini merupakan gaya bahasa yang menyampaikan
sindiran langsung kepada hal yang disindir. Contoh : Malas sekali kamu
sampai kamarmu seperti kapal pecah dan kurus sekali kamu sampai
terlihat tulang-tulangnya.
Kotor sekali kamarmu sampai debu debu bertebaran di mana -mana.
Apek sekali bantal ini seperti tidak pernah dicuci.
Kurus sekali kamu seperti orang yang sudah tidak makan setahun.
Kamu memang sangat malas, tidak pernah mau membersihkan rumah.
Dia itu sangat pelit, tidak pernah mau berbagi.
Majas Ironi. Majas ini merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-
kata bertentangan dengan fakta yang telah ada dan dimaksudkan untuk
menyindir. Contoh : Pandai sekali kamu sampai tidak naik kelas dan
ramah sekali kamu sampai aku saja tidak pernah kamu sapa.
Bersih sekali tempat ini, sampai –sampai bisa jadi sarang tikus.
Wangi sekali bajumu, sampai banyak lalat yang mengerubuti.
Besar sekali kadomu, sampai bisa dimasukkan dalam kantong celana.
Sepertinya dietmu sukses, berat badanmu naik hingga 10 kg.
Kakaknya baik sekali, mengantarkan adik ke sekolah saja enggan.
Santun sekali kamu, berbicara saja pakai membentak-bentak.
Pandai sekali kamu, matematika bisa mendpatkan nilai nol besar.
Rajin sekali adikku ini, matahari sudah di tengah kepala baru bangun.
Cepat sekali larimu, dibandingkan dengan kura-kura saja sama.
Pengertian sekali kamu, ada tamu tidak pernah dijamu.
8. Majas Sarkasme. Majas ini merupakan gaya bahasa yang menyampaikan
sindiran langsung yang sifatnya kasar dan cenderung seperti hujatan.
Contoh : Perempuan itu adalah sampah masyarakat, tidak seharusnya dia
hidup di sini.
Dia hanyalah sampah masyarakat yang tak berguna!
Dia itu sangat dungu dan tidak tahu apa-apa.
Anak itu sangat tolol sehingga membuatku muak.
Masakan ini rasanya sungguh membuatku ingin muntah.
Pestanya sungguh kacau sehingga aku tidak bisa menikmatinya.
Burung itu memang buruk rupa sehingga tidak ada yang mau membelinya.
Dodo dikenal sebagai orang yang sangat jorok.
Bangunan ini sudah reot dan kumuh seperti tempat pembuangan sampah.
Suara penyanyi ini sangat jelek membuat telingaku sakit.
4. Majas Penegasan
Majas ini merupakan gaya bahasa yang dibuat bertujuan untuk meningkatkan
pengaruh kepada pembaca agar menyetujui ujaran yang diungkapkan. Berikut
ini merupakan jenis-jenis majas penegasan.
a. Majas Repetisi
Majas ini merupakan gaya bahasa repetisi yang dilakukan dengan mengulang
kata yang ada dalam sebuah kalimat. Contoh : Meri sangat cerdas, Meri sangat
baik, Meri adalah teman dekatku.
1. Dia adalah pelakunya, dia si pencuri itu, dialah yang mengambil jam tangan
milikmu.
2. Saya ingin berubah, saya ingin rajin belajar, saya ingin pintar, saya ingin menjadi
orang sukses.
3. Lili adalah gadis cantik, Lili adalah gadis baik, Lili adalah gadis yang sempurna.
4. Siti begitu baik, Siti begitu mulia, Siti-lah yang selalu menolongku setiap kali aku
ada masalah.
5. Buku ini buku yang bagus, buku ini sangat istimewa, buku inilah yang mampu
merubah sudut pandangku.
6. Di tempat ini aku pertama kali bertemu dengannya, di tempat ini aku
berkenalan, di tempat ini aku selalu menunggunya, di tempat ini pula ia
meninggalkanku.
7. Rumah ini adalah tempat paling nyaman, rumah ini adalah tempat paling
istimewa, rumah inilah tempat tinggalku satu-satunya.
8. Gadis itu telah berhasil merayuku, gadis itu berhasil memikat hatiku, gadis
itulah yang selalu mengisi ingatanku.
9. 9. Komputer inilah yang selalu menemaniku, komputer inilah yang mengatarkanku
pada kesuksesan, komputer ini sudah seperti saudaraku.
10. Kota ini adalah tempat kelahiranku, kota ini tempatku dibesarkan, dan di kota
ini pula aku akan mati.
b. Majas Pleonasme
Majas ini merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang maknanya
sama. Hal ini dilakukan untuk menegaskan sesuatu. Contoh : Aku dan
keluargaku masuk ke dalam gedung bioskop dan Dia dipanggil untuk maju ke
depan panggung.
1. Silahkan angkat tangan ke atas bagi yang setuju.
2. Bagi yang merasa mampu mengerjakan soal ini boleh maju ke depan.
3. Kita harus selalu mengingat sejarah di masa lalu.
4. Kita tidak boleh mundur ke belakang meninggalkan dia sendiria.
5. Bagi yang merasa sudah lengkap berkasnya, bisa masuk ke dalam.
c. Majas Retorika
Majas ini merupakan gaya bahasa yang dilakukan untuk memberikan penegasan
dalam bentuk tanya dan sesungguhnya tidak perlu dijawab. Contoh : Siapa yang
tidak mau dihargai? atau Kapan aku memintamu untuk mencintaiku?
1. Kapan Aku pernah memintamu untuk membohongiku?
2. Apa ada orang yang mau ditipu?
3. Siapa yang rela jika harus kehilangan orang yang dikasihinya?
4. Apa kita pernah meminta mendapatkan semua keberkahan ini?
5. Kapan Aku memintamu untuk iri kepadaku?
6. Siapa yang tidak ingin hidup makmur dan sejahtera?
7. Siapa yang senang bila keluarganya berantakan?
8. Siapa yang tidak berduka bila rumahnya kebakaran?
9. Apa kita pernah meminta seorang pemimpin yang hanya memikirkan diri sendiri?
10. Siapa yang tidak ingin mendapat pemimpin yang amanah?
d. Majas Klimaks
Majas ini merupakan gaya bahasa yang mengurutkan sesuatu dari tingkat rendah
ke tingkat tinggi. Contoh : TK, SD, SMP, SMA harus dilalui sesorang dalam
menuntut ilmu.
1. Bayi, anak kecil, remaja, hingga orang tua seharusnya memiliki kehidupan yang
layak dan sejahtera.
2. PAUD, TK, SD, SMP, SMA, kita harus bisa menyisipkan pendidikan karakter di
setiap tahapannya.
3. Kecil, sedang, besar, semua buah ini akan kubeli.
4. S, L, M, XL, XXL, kita semua memiliki ukuran pakaian itu.
10. 5. Anak-anak, muda, tua, bisa menikmati fasilitas yang kami berikan ini.
6. Masyarakat di pelosok, desa, kota, sudah selayaknya mendapat kesejahteraan
hidup yang baik.
e. Majas Anti Klimaks
Majas ini merupakan gaya bahasa yang berkebalikan dengan klimaks. Gaya
bahasa ini adalah mengurutkan sesuatu dari tingkat tinggi ke tingkat rendah.
Contoh : Tua, muda dan anak-anak memiliki hak yang sama di dalam negara.
1.Masyarakat modern, desa, hingga yang pelosok seharusnya memiliki akses
kesehatan yang layak.
2.Lansia, dewasa, remaja, anak-anak, juga bayi, boleh datang ke pesta yang kita
adakan.
3.Tua, muda, juga anak-anak punya hak yang sama untuk bahagia.
4.Ukuran jumbo, sedang, kecil, tersedia di toko kami.
5.S3, S2. S1. juga D3, boleh mendaftarkan diri di perusahaan ini.
f. Majas Tautologi
Majas ini merupakan majas yang menggunakan kata-kata yang memiliki
sinonim untuk menegaskan kondisi tertentu. Contoh : Malam ini terasa begitu
sepi, sunyi dan senyap dan dalam menjalin hubungan harus ada kasih, sayang
dan cinta.
1. Hidup akan terasa aman, damai, dan tenteram, apabila kita semua bisa saling
menghormati.
2. Dia adalah gadis yang penuh dengan kasih, sayang, dan cinta.
3. Gadis di pelaminan itu adalah gadis yang cantik, manis, dan anggun.
4. Suasana di pesta ini sangat ramai, meriah, gegap gempita.
5. Kelas ini terasa begitu sepi, sunyi, senyap, tidak ada yang hadir.
6. Aku menyukai anak yang ceria, gembira, riang, dan penuh suka cita itu.
7. Jika memilih baju, ia selalu memilih yang modis, elegan, modern, dan gaya.
8. Lili itu anak yang sangat rajin, disiplin, patuh, tidak pernah terlambat.
9. Cahaya bulan malam ini tampak terang benderang bercahaya.
10.Gerakan tarian itu tampak lemah lembut, gemulai, dan begitu meliuk.
11.Kita tidak bisa mempercayai penjahat, perampok, penjambret, dan
pencuri, seperti dia.
g. Majas Paralelisme
11. Majas ini merupakan gaya bahasa yang biasanya terdapat dalam puisi yang
dilakukan mengulang-ulang kata dalam berbagai definisi yang beda. Jika
pengulangan di awal disebut anafora, sedangkan jika pengulangan di akhir
disebut epifora. Contoh : Cinta itu tidak pernah menyakiti, Cinta itu suci
dan Cinta itu abadi.
Cinta itu sabar.
Cinta itu lemah lembut.
Cinta itu memaafkan.
Cinta itu tidak serakah.
Kasih itu penyabar.
Kasih itu tidak pernah marah.
Kasih itu selalu mengerti.
Yang terbaik itu cinta.
Yang terkasih itu cinta.
Yang paling sempurna itu cinta.
Perempuan paling hebat itulah ibuku.
Perempuan yang penuh kasih sayang itulah ibuku.
Perempuan yang penuh pengertian adalah ibuku.
Perempuan paling sempurna adalah ibuku.