Puisi menggunakan ekspresi tidak langsung seperti kiasan dan simbol untuk menciptakan makna baru. Ketidaklangsungan ekspresi dalam puisi terjadi karena penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti melalui bahasa simbolik.
1. Disusun Oleh :
Rika Afriani
Lisa Purnama Sari
Suci Agresita
Suharti
Adestri Sinto Resmi
Marsuki
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Balikpapan
Ketidaklangsunga
n Ekspresi Puisi
3. • Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal
dari kata poesis yang artinya berati penciptaan.
• Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah
kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair
memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara
sebaik-baiknya.
• Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal
dari kata poesis yang artinya berati penciptaan.
• Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah
kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair
memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara
sebaik-baiknya.
A. Pengertian
Puisi
A. Pengertian
Puisi
4. • Di dalam puisi banyak hal diungkapkan secara tidak langsung.
Macam-macam ucapan kiasan merupakan bentuk pengungkapan
tidak langsung. Dikatakan “A”, dimaksudkan “B”.
• Penunjukan arti yang jauh dari arti harfiahnya ini menimbulkan
ketidaklangsungan dalam aturan sastra yang disebut sebagai
ketidaklangsungan ekspresi.
• Di dalam puisi banyak hal diungkapkan secara tidak langsung.
Macam-macam ucapan kiasan merupakan bentuk pengungkapan
tidak langsung. Dikatakan “A”, dimaksudkan “B”.
• Penunjukan arti yang jauh dari arti harfiahnya ini menimbulkan
ketidaklangsungan dalam aturan sastra yang disebut sebagai
ketidaklangsungan ekspresi.
B. Ketidaklangsungan
Ekspresi Puisi
B. Ketidaklangsungan
Ekspresi Puisi
5. Menurut Riffatere (dikutip oleh Hermintoyo
2003:32), konvensi ketidaklangsungan ekspresi
dalam puisi disebabkan oleh tiga aspek;
1. Penggantian arti (displacing of meaning),
2. Penyimpangan arti (distorting of meaning), dan
3. Penciptaan arti (creating of meaning).
Menurut Riffatere (dikutip oleh Hermintoyo
2003:32), konvensi ketidaklangsungan ekspresi
dalam puisi disebabkan oleh tiga aspek;
1. Penggantian arti (displacing of meaning),
2. Penyimpangan arti (distorting of meaning), dan
3. Penciptaan arti (creating of meaning).
6. 1.Penggantian Arti
Unsur atau sebab yang
menghasilkan ketidak-langsungan
ekspresi adalah penggantian arti karena
makna primer (denotatif) telah rusak, dan
makna skunder (konotatif) menggantikan
tempatnya.
7. Colour scheme
a. Perbandingan
Metafora
contoh pada sajak “Cinta itu buta”.
Simile atau perbandingan,
Contohnya “Gadis mimpimu kusut basah
seperti sampah”.
Litotes
Contohnya pada sajak “dia sama sekali tidak
Lemah..”
Kategori Penggantian
Arti
Kategori Penggantian
Arti
8. Alegori
Pernah engkau dengar
Nyanyian burung murai
Ketika gerimis turun
Langit tertutup kabut
Bersiul memilukan
Berderai menikam embun
Suara lautpun sirna
Terbang entah kemana
9. b.Pemanusian
Personifikasi
Aku sering merasa kesal serta bosan
Menunggu matahari bangkit dari tidur
c.Penyebutan Sebagaian
Sinekdoke Pras Pro Toto
Contoh :
Memang bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan masih banyak tangan yang berbuat nista
(Untuk Kita Renungkan)
11. SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Dihitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
12. Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah….
13. 2. Penyimpangan
Arti
•Dalam pemahaman Riffattere, makna konotasi yang terwujud
dalam puisi adalah hasil dari perusakan arti.
•Riffattere hanya menunjuk ada penyimpangan di sana, makna
awal rusak dan menghasilkan makna baru. Menurut Riffattere, ini
dikarenakan tiga hal: ambiguitas, kontradiksi dan nonsense
14.
15. b. Kontradiksi
Kontradiksi dalam puisi erat kaitannya dengan
penggunaan kata-kata yang berlawanan pilihan kata
maupun maknanya. Kontradiksi dapat dikategorikan
menjadi 5, yaitu:
Antitesis
Ketika kami berdukacita,
mereka datang dengan senyum kegembiraan
16. Paradoks
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa (Berita
kepada kawan).
Hiperbola
Pengorbanan yang tak sia-sia
Untuk negeri yang dicintai, dikasihi
Tangan dan kaki rela kau serahkan
Darah, keringat rela kau curahkan (Seraut Wajah)
17. Ironi
Contoh :
Tidakkah kau lihat indahnya, sumber air mengering dan
sungai enggan mengalir?
Eufemisme
Contoh :
Ketika ia dibebastugaskan ia meronta, hilang kendali
hatinya
19. Nyanyian ladang
Kau akan cukup punya istirah
Di hari siang. Setelah selesai mengerjakan sawah
Pak tani, jangan menangis
Kau akan cukup punya sandang
Buat menikah. Setelah selesai melunas hutang.
Pak tani, jangan menangis.
Kau akan cukup punya pangan
Buat si ujang, setelah selesai pergi kondangan.
Pak tani,jangan menangis.
Kau akan cukup punya ladang
Buat bersawah. Setelah selesai mendirikan kandang.
Pak tani, jangan menangis.
(Daerah Perbatasan, 1970:19
20. • Ketidaklangsungan ekspresi juga terbentuk karena
penciptaan arti.
• Proses penciptaan kata-kata unik dan kreatif oleh
pengarang dalam sajak dan lirik dikatakan sebagai
simbol khusus (Private symbol). Private symbol
berfungsi untuk menimbulkan bayangan yang konkret
dan mampu menciptakan makna tambahan yang dapat
menimbulkan imajinasi bagi pembaca.
3. Penciptaan Arti
21. Contoh :
Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang kita perbuat (Untuk Kita Renungkan)
22. KEHARUAN
Karya : Subagio
Aku tak terharu lagi
Sejak bapak tak mencium ku di ubun.
Aku tak terharu lagi
Sejak perselisihan tak selesai dengan ampun.
Keharuan menawan
Ketika Bung Karno bersama rakyat
Teriak “Merdeka” 17 kali.
Keharuan menawan
Ketika pasukan griliya masuk jogja
Sudah kita rebut kembali.